Chapter I - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan obat herbal telah lama dipraktikkan di seluruh dunia. Diperkirakan
sebanyak 75 – 80 % masyarakat di negara berkembang dan 25 % di negara maju
menggunakan obat tradisional sebagai pengobatan lini pertama. Oleh karena itu,
produksi dan pemrosesan obat herbal terus ditingkatkan untuk mengobati berbagai
penyakit.1
Potensi pasar obat herbal dan fitofarmaka di Indonesia sangat besar karena
Indonesia memiliki lebih dari 30.000 spesies tumbuhan dan 940 di antaranya
tumbuhan berkhasiat.2 Banyak fitofarmaka terbukti efektif memperbaiki fungsi
metabolik, satu di antaranya dhawalsan-1 (Curanga fel-terrae), yang juga
signifikan meningkatkan kadar adiponektin pada pasien DM tipe 2 baru dan
potensinya setara dengan metformin.3
Sambiloto merupakan salah satu fitofarmaka yang paling banyak
digunakan di dunia, terutama di Banglades, Cina, Hongkong, India, Pakistan,
Filipina, Malaysia, Indonesia dan Tailan.1 Semua bagian dari tumbuhan ini
digunakan untuk mengekstrak zat-zat fitokimia aktif, di antaranya diterpenoid dan
glikosidanya (andrographolide, deoxyandrographolide, 11,12-didehydro-14deoxyandro-grapholide (DDA), dan neoandrographolide), flavonoid, tannin,
saponin, lakton, alkane, keton, aldehid, dan mineral (kalsium, natrium,
kalium).1,2,4 Sambiloto memiliki efek farmakologis yang luas seperti antiinflamasi,
antidislipidemia, antidiabetes, kardioprotektif, mengobati penyakit infeksi,
antikanker, hepatorotektif, antioksidan, imunostimulasi, memperbaiki disfungsi
seksual, dll.1
Daun salam mengandung tannin, flavonoid, saponin (triterpenoid),
galokatekin, dan minyak atsiri (seskuiterpen). Selain itu, daun salam juga
mengandung beberapa vitamin, di antaranya vitamin A, vitamin C, vitamin E,
tiamin, riboflavin, niacin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat. Hasil penelitian in
vitro menunjukkan flavonoid bekerja sebagai penghambat enzim 3-hydroxy-3methylglutaryl coenzyme A reductase (HMG-CoA reduktase) sehingga sintesis
kolesterol menurun. Saponin dapat membentuk ikatan kompleks yang tidak larut
Universitas Sumatera Utara
dengan kolesterol yang berasal dari makanan, berikatan dengan asam empedu
membentuk micelles dan meningkatkan pengikatan kolesterol oleh serat sehingga
kolesterol tidak dapat diserap oleh usus. Tannin menghambat penyerapan lemak di
dalam usus dengan cara bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel usus.
Prahastuti dkk. melaporkan bahwa infusa daun salam konsentrasi 5 %, 10 %,
20 % menurunkan kadar kolesterol total secara bermakna (nilai p < 0,05). Infusa
daun salam konsentrasi 5 %, 10 %, 20 % mempunyai efek yang sama dalam
menurunkan kadar kolesterol total darah tikus model dislipidemia dan potensinya
setara dengan simvastatin.5
Penelitian praklinis pada tikus menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak
sambiloto dan daun salam memiliki efek penurunan kadar kolesterol lebih kuat
dibanding ekstrak sambiloto tunggal atau daun salam tunggal; dan efek kombinasi
ini setara dengan gemfibrozil.6
Hasil penelitian Siregar pada 20 orang penderita hiperkolesterolemia
menggunakan metode uji klinik tanpa pembanding menunjukkan bahwa
pemberian kombinasi ekstrak sambiloto dan daun salam dengan dosis 3 x1 kapsul
(berisi 100 mg ekstrak sambiloto dan 100 mg ekstrak daun salam) selama 14 hari
secara signifikan menurunkan kadar kolesterol (nilai p < 0,05) tanpa efek samping
yang bermakna. Rata-rata penurunan kadar kolesterol dalam 7 hari 55,80 + 16,30
mg/dL dengan interval kepercayaan 95 % (IK 95 %). Penurunan kadar kolesterol
pada hari ke-7 sebesar 20,03 % dan hari ke-14 sebesar 35,56 %.7
Dislipidemia, yang ditandai dengan perubahan konsentrasi satu atau lebih
lipoprotein dalam darah (yaitu kolesterol total, low density lypoprotein (LDL),
high density lypoprotein (HDL) dan trigliserida), merupakan faktor risiko
aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular. Banyak bukti menunjukkan bahwa
dislipidemia secara signifikan berhubungan dengan proses inflamasi.8
Penelitian Tang dkk. melaporkan bahwa individu-individu yang menderita
dislipidemia memiliki kadar high sensitive C reactive protein (hs-CRP) lebih
tinggi secara signifikan daripada yang tanpa dislipidemia (nilai p < 0,001). Bila
dibandingkan dengan kelompok yang memiliki kadar hs-CRP lebih rendah, pasien
dengan kadar hs-CRP pada kuartil tertinggi lebih berisiko menderita dislipidemia
Universitas Sumatera Utara
(OR: 3,215, IK 95 %). Selain itu, hanya hs-CRP yang berhubungan dengan semua
komponen dislipidemia (nilai p < 0,001).8
Dislipidemia merupakan faktor risiko mayor penyakit kardiovaskular.9,10,11
World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa penyakit kardiovaskular
merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pada tahun 2008
diperkirakan 17,3 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular (30 %
kematian secara global). Diperkirakan pada tahun 2030, sebanyak 23,6 juta orang
akan meninggal akibat penyakit kardiovaskular, terutama penyakit jantung dan
stroke.9
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengemukakan bahwa
prevalensi stroke pada tahun 2013 yang paling tinggi di provinsi Sulawesi Selatan,
yaitu sebesar 17,9 % sedangkan di Sumatera Utara sebesar 11 %. Sementara itu,
prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia pada tahun 2013 paling tinggi di
provinsi Nusa Tenggara Timur (4,4 %) sedangkan di Sumatera Utara sebesar 1,1
%.12
Penatalaksanaan dislipidemia sangat penting untuk mencegah penyakit
kardiovaskular. Ada banyak cara menurunkan kadar kolesterol darah, salah
satunya dengan simvastatin yang bekerja menghambat enzim HMG–CoA
reduktase, mampu menurunkan trigliserida dan parameter lipid lainnya serta
menurunkan kadar hs-CRP. Penatalaksanaan dislipidemia dengan menggunakan
obat-obat sintetis bila dikonsumsi jangka panjang dapat menimbulkan efek
samping obat yang tidak dapat diabaikan, misalnya dispepsia, nyeri kepala,
kelelahan, nyeri otot dan sendi, peningkatan transaminase, miopati, rabdomiolisis,
dan mencetuskan diabetes mellitus.7,13,14 Oleh karena itu, masyarakat mulai
menggunakan kembali obat dari bahan alam yang dianggap lebih aman dan
memiliki efek samping relatif sedikit pada penggunaan jangka panjang.7
Sejauh ini belum ada penelitian yang menganalisis perbandingan efek
pemberian kombinasi ekstrak sambiloto dan daun salam dengan simvastatin
terhadap kadar hs-CRP pada pasien dislipidemia sehingga penulis tertarik untuk
melakukan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana perbandingan efek pemberian kombinasi ekstrak sambiloto dan daun
salam dengan simvastatin terhadap kadar hs-CRP pada pasien dislipidemia?
1.3 Hipotesis
Pemberian kombinasi ekstrak sambiloto dan daun salam lebih baik dalam
menurunkan kadar hs-CRP pada pasien dislipidemia daripada pemberian
simvastatin.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbandingan efek pemberian kombinasi ekstrak sambiloto dan
daun salam dengan simvastatin terhadap kadar hs-CRP pada pasien dislipidemia.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui perbandingan efek pemberian kombinasi ekstrak sambiloto
dan daun salam dengan simvastatin terhadap marker inflamasi seperti
leukosit, neutrofil, limfosit, dan laju endap darah (LED) pada pasien
dislipidemia
2.
Untuk mengetahui perbandingan efek pemberian kombinasi ekstrak sambiloto
dan
daun
salam
dengan
simvastatin
terhadap
profil
lipid
(kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida) pada pasien
dislipidemia.
3.
Untuk mengetahui perbandingan efek samping terhadap fungsi hati dan
fungsi ginjal akibat pemberian kombinasi ekstrak sambiloto dan daun salam
dengan simvastatin pada pasien dislipidemia.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah menambah wawasan penulis mengenai
perbandingan efek pemberian kombinasi ekstrak sambiloto dan daun salam
dengan simvastatin terhadap kadar hs-CRP, maker inflamasi, profil lipid, serta
efek sampingnya pada pasien dislipidemia.
1.5.2 Manfaat Bagi Institusi Akademis
Manfaat penelitian ini bagi institusi akademis antara lain:
1.
Menambah pengetahuan tentang perbedaan pengaruh kombinasi ekstrak
sambiloto dan daun salam terhadap kadar hs-CRP pada pasien dislipidemia
dibandingkan dengan simvastatin.
2.
Sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang mekanisme
kerja kombinasi ekstrak sambiloto dan daun salam dalam mempengaruhi
inflamasi (khususnya hs-CRP) dan profil lipid pada pasien dislipidemia.
1.5.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah menambah perbendaharaan
fitofarmaka antiinflamasi dan antidislipidemia yang aman dan efektif untuk
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular pada masyarakat sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
1.6 Kerangka Konsep
Variabel bebas
Kombinasi ekstrak
sambiloto dan daun
salam
Dislipidemia
Simvastatin
Variabel terikat
Hasil primer:
Kadar hs-CRP
Hasil sekunder:
Marker inflamasi
(leukosit, neutrofil,
limfosit, LED), profil
lipid (kolesterol total,
LDL, HDL, trigliserida),
efek samping (fungsi
hati, fungsi ginjal)
Universitas Sumatera Utara
Download