BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Alfred Korzybski menyatakan bahwa kemampuan manusia berkomunikasi menjadikan manusia sebagai “pengikat waktu” (time binder).19 Pengikatan waktu (time binding) merujuk pada kemampuan manusia untuk mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi, dan dari budaya ke budaya. Manusia tidak perlu memulai setiap generasi sebagai generasi yang baru. Manusia mampu mengambil pengetahuan masa lalu, mengujinya berdasarkan fakta-fakta mutakhir dan meramalkan masa depan. Menurut Korzybski, pengikatan waktu ini jelas merupakan karakteristik yang membedakan manusia dengan mahluk yang lain. Dengan kemampuan tersebut, manusia mampu mengendalikan dan mengubah lingkungan menjadi lebih baik. 2.1.1. Pengertian Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa latin “communis” yang artinya “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). 20 Istilah pertama “communis” paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan 19 20 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009 hal 7. Ibid. 46 17 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama. Everett M. Rogers, seperti dikutip Cangara, 21 seorang pakar sosiologi pedesaan Amerika yang kemudian lebih banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi komunikasi, yakni: “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka” Definisi ini kemudian dikembangkan bersama dengan Lawrence D. Kincaid (dalam Cangara, 2014: 36)22 sehingga melahirkan suatu definisi yang lebih maju dengan menyatakan: “Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”. Hovland, Janis dan Kelly (dalam Cangara, 2014: 36)23juga membuat definisi komunikasi, yaitu: “Communication is the process by which individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)”. 2.1.2. Unsur-unsur Komunikasi Jika proses komunikasi yang dimaksud dalam definisi diatas dilukiskan dalam gambar, maka proses tersebut dapat dilihat sebagai berikut: Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2016 hal 35. 22 Ibid. 36 23 Ibid. 46 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 SUMBER PESAN MEDIA PENERIMA EFEK UMPAN BALIK Gambar 2.1. Unsur-unsur Komunikasi Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya suatu proses komunikasi karena didukung oleh beberapa elemen atau unsur, yaitu: a. Sumber b. Pesan c. Saluran d. Penerima e. Efek f. Umpan Balik g. Lingkungan atau Situasi 1. Sumber; adalah pihak yang menyampaikan atau mengirim pesan kepada penerima. Sumber sering disebut dengan banyak nama atau istilah, antara lain; komunikator, pengirim, atau dalam bahasa inggris disebut source, sender, atau encoder. 2. Pesan; adalah pernyataan yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima, baik dalam bentuk verbal (bahasa tertulis atau tulisan) maupun non-verbal http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 (isyarat) yang bisa dimengerti oleh penerima. Dalam bahasa Inggris pesan biasa diartikan dengan kata message, content atau information. 3. Media; adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima. Media dalam pengertian disini dapat berupa media massa yang mencakup surat kabar, radio, film, televisi dan internet. 4. Penerima; adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim dari sumber kepada penerima. Penerima biasa disebut sebagai khalayak, sasaran, target, adaptor, komunikan atau dalam bahasa inggris disebut dengan receiver, audience, atau decoder. 5. Pengaruh atau efek; adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh sebab itu pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. Pengaruh biasa disebut dengan nama “akibat” atau dampak. 6. Umpan balik; adalah tanggapan yang diberikan oleh penerima sebagai akibat penerimaan pesan dari sumber. Ada juga yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah efek atau pengaruh atau dalam bahasa inggrisnya feedback, reaction dan response. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 7. Lingkungan; adalah situasi yang mempengaruhi jalannya komunikasi. Lingkungan dapat diartikan dalam bentuk fisik, sosial budaya, psikologis dan dimensi waktu. Sebuah informasi tidak bisa dikirim karena terhambat oleh kendala fisik, sehingga informasi tersebut tidak dapat diterima. 2.1.3. Dimensi Komunikasi Ada beberapa dimensi dalam komunikasi yaitu komunikasi sebagai proses, simbolik, interaksional, aktivitas sosial, sistem dan sebagai multidimensional. Komunikasi sebagai proses; maksudnya adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu yang didefiniskan sebagai proses, berarti ada titik awal dimana suatu kegiatan dimulai dan bergerak ketitik akhir yang menjadi tujuan yang ingin dicapai, seperti formula yang dibuat oleh Harold D. Laswell “who says what, through what channel to whom, and what effects?”. Komunikasi sebagai simbolik; artinya pesan yang disampaikan pengirim kepada penerima dinyatakan dalam bentuk verbal yang tertulis atau lisan, dan juga dalam bentuk tanda-tanda atau isyarat non-verbal. Proses pemberian makna terhadap simbol-simbol verbal maupun non-verbal dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain budaya atau pengalaman yang tumbuh dan berkembang dalam kelompok masyarakat. Misalnya sebuah pesan yang disampaikan dengan simbol yang sama bisa saja berbeda arti dan makna jika individu yang menerima pesan tersebut berbeda dalam kerangka berpikir dan pengalamannya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 Komunikasi sebagai interaksional; adalah komunikasi antarmanusia yang tidak pernah akan terjadi tanpa melibatkan orang lain, oleh karena itu dalam proses komunikasi akan terjadi aksi dan interaksi antar sesama pelaku komunikasi. Menurut Miller (2005) 24 aksi dan interaksi disini menuntut reaksi balik dari penerima informasi kepada pemberi informasi. Demikian pula sebaliknya dari pemberi informasi kepada penerima informasi. Komunikasi sebagai aktivitas sosial; sudah menjadi sifat manusia untuk selalu berusaha melakukan hubungan dengan sesama. Usaha ini dilakukan untuk menghilangkan keterasingan, juga untuk mengetahui apa yang terjadi diluar dirinya (communication is human). Hubungan antara sesama manusia, baik itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau aktualisasi dirinya, hanya dapat dipenuhi melalui komunikasi. Komunikasi menjadi jembatan dalam menghubungkan antara kepentingan diri manusia sebagai individu dengan masyarakat di sekelilingnya. Komunikasi sebagai sistem; sistem sering kali didefinisikan sebagai suatu aktivitas dimana semua komponen atau unsur yang mendukungnya saling berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan luaran (Semprivivo, 1982). 25 Sistem senantiasa membutuhkan sifat-sifat yang menyeluruh, saling bergantung, berurutan, mengontrol dirinya, seimbang, terarah, adaptif dan memiliki tujuan. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 39. 25 Ibid. 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 Karena itu sistem bergerak secara aktif, dinamis, dan tidak statis. Jika komunikasi dikaitkan dengan sistem, maka hal itu tercermin dari unsur-unsur atau elemen yang mendukungnya, dimana sumber, pesan, media, penerima, efek dan umpan balik saling mengikat dan berurutan. Artinya pesan ada karena ada sumber, media ada karena adanya pesan, dan penerima ada karena adanya pengirim, dan adanya efek dan umpan balik karena adanya penerima dan seterusnya. Hubungan yang terjadi diantara semua komponen atau unsur tersebut menunjukkan suatu keteraturan, dan tidak boleh saling mendahului satu sama lain. Komunikasi sebagai multi-dimensional; artinya semua elemen yang membangunnya saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan kata lain komunikator tidak hanya mempengaruhi pesan tapi juga mempengaruhi media dan penerima. Sebaliknya media juga bisa mempengaruhi bentuk pesan, dan penerima mempengaruhi komunikator. 2.1.4. Gangguan Komunikasi Jika komunikasi dilihat sebagai suatu sistem, maka gangguan komunikasi bisa terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur yang membangunnya, termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Menurut Shanon dan Weaver (1949)26 gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi terhadap salah satu komponen komunikasi sehingga proses komunikasi tidak dapat berlangsung secara Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 40. 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 efektif. Sedangkan rintangan komunikasi dimaksudkan yakni adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak berlangsung sebagaimana yang diharapakan oleh komunikator dan penerima atau komunikan. Menurut Hafied Cangara (2014) 27 ada delapan gangguan dan rintangan komunikasi sebagai berikut: a. Gangguan teknis b. Gangguan semantik c. Gangguan psikologis d. Rintangan fisik dan organik e. Rintangan status f. Rintangan kerangka berpikir g. Rintangan budaya h. Rintangan birokrasi Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (channel noise). Misalnya gangguan pada stasiun radio dan TV, gangguan jaringan telepon, sound system radio yang terganggu sehingga suaranya tidak jelas dan sebagainya. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 40. 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 Gangguan semantik adalah gangguan komunikasi yang disebabkan karena adanya kesalahan pada bahasa yang digunakan (Blake, 1979). 28 Gangguan semantik sering terjadi karena: a. Kata-kata yang digunakan terlalu banyak menggunakan jargon bahasa asing yang sulit dimengerti oleh masyarakat tertentu. b. Bahasa yang digunakan oleh pembicara berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh penerima. c. Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya, sehingga membingungkan penerima. d. Latar belakang budaya yang menyebabkan terjadinya salah persepsi terhadap simbol-simbol bahasa yang digunakan. Gangguan psikologi adalah gangguan yang terjadi karena adanya persoalan yang timbul dalam diri individu. Misalnya perasaan curiga komunikan atau penerima kepada komunikator atau sumber, situasi berduka atau karena gangguan kejiwaan sehingga dalam pengiriman dan penerimaan informasi atau pesan tidak sempurna. Rintangan fisik adalah rintangan yang disebabkan oleh kondisi geografis. Misalnya tempat yang jauh dan terpencil sehingga sulit dicapai, tidak ada signal, jalur transportasi yang sulit, dan lain sebagainya. Dalam komunikasi antar manusia, Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 40. 28 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 rintangan fisik dapat juga diartikan adanya gangguan organik pada fisik manusia. Misalnya salah satu panca indra si penerima atau komunikan tidak berfungsi dengan baik karena tunanetra atau tunawicara. Rintangan status adalah rintangan yang disebabkan adanya jarak sosial diantara peserta komunikasi. Misalnya perbedaan status antara senior dengan yunior atau antara atasan dengan bawahan. Perbedaan seperti ini biasanya menuntut perilaku komunikasi yang selalu memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat, yakni bawahan cenderung hormat pada atasannya, atau rakyat pada raja yang memimpinnya. Rintangan kerangka berpikir adalah rintangan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan. Ini disebabkan karena latar belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda. Rintangan budaya adalah rintangan yang terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan norma, nilai dan kebiasaan yang dianut oleh pihak-pihak yang berkomunikasi. Dinegara-negara yang sedang berkembang, orang cenderung menerima informasi dari sumber yang banyak memiliki kesamaan dengan dirinya, seperti kesamaan bahasa, agama dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Rintangan birokrasi adalah terhambatnya suatu proses komunikasi yang disebabkan oleh struktur organisasi. Dalam organisasi pemerintahan atau http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 perusahaan yang begitu besar seringkali terjadi kendala, yakni penyampaian informasi dari pimpinan puncak (top management) tidak sampai pada karyawan di tingkat eselon bawah. Hal ini bisa disebabkan oleh karena proses penyampaiannya melalui jenjang birokrasi yang terlalu panjang. 2.1.5. Fungsi dan Kegunaan Komunikasi Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu. 29 Komunikasi sebagai ilmu pengetahuan memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara klasik fungsi komunikasi ditujukan untuk: a. Memberi informasi b. Menghibur c. Mendidik, dan d. Membentuk opini publik David K. Berlo mahaguru komunikasi dari Michigan State University menyebut secara ringkas bahwa komunikasi sebagai instrumen interaksi sosial berguna untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan dalam masyarakat (Byrnes, 1965). 30 Jadi sangat jelas bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 42. 30 Ibid. 29 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 anggota masyarakat. Komunikasi diperlukan untuk mengatur tatakrama pergaulan antar manusia, baik itu seorang pengusaha, dokter, guru, karyawan atau polisi. Melalui komunikasi yang dilakukan dengan baik dan santun akan memberi pengaruh langsung terhadap diri seseorang dalam bermasyarakat. Goran Hadebro seorang profesor komunikasi berkebangsaan Swedia dalam bukunya Communication and Sosial Change in Developing Nations (1982) 31 berhasil mengembangkan kegunaan media komunikasi menjadi dua belas fungsi, yaitu: a. Menciptakan iklim perubahan dengan memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku ke arah modernisasi. b. Mengajarkan keterampilan-keterampilan baru kepada masyarakat. c. Berperan sebagai pelipat ganda (multiplier effect) ilmu pengetahuan dengan penyebarluasan melalui media komunikasi. d. Menciptakan efisiensi tenaga dan biaya terhadap mobilitas seseorang melalui informasi yang mereka terima dari media, tanpa harus mengunjungi tempat-tempat yang diinformasikan. e. Meningkatkan aspirasi seseorang dengan informasi yang dibaca, didengar dan dilihat. f. Menumbuhkan partisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap halhal yang menyangkut kepentingan orang banyak. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 40. 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 g. Membantu masyarakat dalam menemukan nilai-nilai baru dan keharmonisan dari suatu situasi tertentu. h. Mempertinggi rasa kebangsaan melalui penyajian informasi yang menggugah rasa peduli pada nasib bangsa dan negara. i. Meningkatkan aktifitas politik seseorang untuk ikut mengambil bagian dalam penentuan kebijakan publik. j. Mengubah struktur kekuasaan dalam suatu masyarakat melalui penyatuan sikap untuk menumbangkan tirani. k. Menjadi sarana pembelajaran melalui pertukaran ide dan pengalaman para anggota masyarakat tanpa mengenal tempat dan jarak. l. Mendukung pelaksanaan program-program pembangunan dibidang ekonomi, sosial serta keamanan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2.2. Perencanaan Komunikasi Sebuah proses komunikasi yang dilaksanakan tidak luput dari berbagai rintangan atau hambatan, oleh sebab itu perencanaan komunikasi dibuat untuk mengatasi rintangan-rintangan yang ada, guna mencapai efektifitas komunikasi. Dari segi fungsi dan kegunaan komunikasi, perencanaan diperlukan untuk mengimplementasikan program-program yang ingin di capai, baik untuk pencitraan, pemasaran, penyebarluasan gagasan, kerjasama atau pembangunan infrastruktur komunikasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 2.2.1. Pengertian Perencanaan Komunikasi Ada beberapa pengertian tentang perencanaan komunikasi menurut para pakar komunikasi (Cangara, 2014) 32 diantaranya adalah sebagai berikut: a. Perencanaan komunikasi adalah proses pengalokasian sumber daya komunikasi untuk mencapai tujuan organisasi. Sumber daya tersebut tidak saja mencakup media massa dan komunikasi antar pribadi, tapi juga setiap aktifitas yang dirancang untuk mengubah perilaku dan menciptakan keterampilan-keterampilan tertentu diantara individu dan kelompok dalam lingkup tugas-tugas yang dibebankan oleh organisasi (John Midleton, 1978).33 b. Communication planning is the technique of processing avalaible alaternatives for the accomplishment of communication goals. It involves rational decision making, control and logical allocation of communication resources. c. Perencanaan komunikasi adalah suatu usaha yang sistematis dan berkelanjutan dalam menyusun aktivitas manusia terhadap upaya penggunaan sumber daya komunikasi secara efisien guna merealisasikan kebijaksanaan komunikasi. (AMIC, 1982)34 Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 47. 33 Ibid. 34 Ibid. 32 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 d. Robin Mehall mendefinisikan “Communication plan is a written document that describe what you want to accomplish with your association communications (your objectives), ways in which those objectives can be accomplished (your goals or program of work), to whom your association communication will be addressed (your audience), how yoou will accomplish your objectives (the tools and timetable) and how you will measure the results of your program (evaluation).” [Perencanaan komunikasi adalah sebuah dokumen tertulis yang menggambarkan tentang apa yang harus dilakukan yang berhubungan dengan komunikasi dalam pencapaian tujuan, dengan cara apa dapat dilakukan sehingga tujuan tersebut dapat dicapai dan kepada siapa program komunikasi itu ditujukan, dengan peralatan dan dalam jangka waktu yang berapa lama hal itu bisa dicapai, dan bagaimana cara mengukur (evaluasi) hasil-hasil yang diperoleh dari program tersebut] Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan beberapa pokok pikiran yang ada didalamnya (Cangara, 2014) 35 adalah sebagai berikut: a. Perencanaan komunikasi sebagai usaha yang disengaja b. Perencanaan komunikasi dibuat dalam bentuk dokumen tertulis c. Perencanaan komunikasi merupakan penerapan ilmu pengetahuan dan seni komunikasi Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 48. 35 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 d. Merupakan aktivitas manusia yang disusun secara sistematis dan berkelanjutan dari satu proses ke proses selanjutnya. e. Memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. f. Untuk mencapai tujuan, perencanaan komunikasi alokasi sumber daya komunikasi (dana, barang/alat, manusia atau keahlian dan program). g. Perencanaan komunikasi menggunakan unsur-unsur komunikasi yang mencakup sumber, pesan, media, target sasaran dan efek (perubahan) sebagai komponen audit. h. Perencanaan komunikasi memerlukan pengukuran hasil atau evaluasi. Dengan mengacu pada pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam perencanaan komunikasi diatas, Astrid S. Susanto (1977) 36 yang pernah berkerja untuk penyusunan kebijaksanaan komunikasi di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), melihat masalah kebijaksanaan dan perencanaan komunikasi dapat dikelola sebagai suatu komoditi dan juga sebagai modal (capital) nasional. Upaya ini semaki menarik bila dihubungkan dengan pembangunan sosial ekonomi dan perubahan sosial. Untuk itu perencanaan komunikasi ditantang, untuk selalu bersifat fleksibel dan mampu mengantisipasi perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Hal ini sejalan dengan pandangan Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 49. 36 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 Allan Hancock dalam Eddie C.Y. Kuo (1996)37 bahwa perencanaan komunikasi sedapat mungkin diintepretasikan dalam tiga unsur, yaitu sebagai berikut: (1) Kebijakan pembangunan dan publik, (2) Sistem infrastruktur komunikasi dan (3) Teknologi. Jadi, sebuah perencanaan komunikasi adalah sebuah dokumen tertulis yang harus menjawab pertanyaan dibawah ini (Cangara, 2014:49)38. 1. Apa yang ingin dicapai; 2. Mengapa menginginkan ada hasil yang diperoleh; 3. Siapa yang menjadi target sasaran; 4. Apa yang menjadi kata kunci dalam pesan yang akan dibawakan; 5. Siapa yang menjadi executor dalam penyampaian pesan, dan bagaimana cara untuk memilih dan menentukannya; 6. Dengan cara apa digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan; 7. Bagaimana tipe saluran komunikasi yang bisa digunakan untuk menyampaikan pesan; 8. Kapan waktu yang tepat untuk menyampaikan setiap pesan; 9. Bagaimana mengukur atau mengevaluasi hasil dari program yang dijalankan tersebut. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 49. 38 Ibid. 37 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 Perencanaan komunikasi sebagai penuntun terhadap kegiatan komunikasi yang akan dilakukan. Perencanaan komunikasi menjadi dokumen kerja dan cetak biru (blue print) yang harus diperbaharui secara periodik sesuai dengan kebutuhan khalayak. Perencanaan komunikasi menjelaskan bagaimana menyebarluaskan pesan yang tepat dari komunikator kepada khalayak yang tepat, melalui saluran yang tepat dengan waktu yang tepat. Perencanaan komunikasi juga membantu untuk membuat agenda kegiatan sehingga menjadi pegangan bagi para stakeholder untuk selalu well-inform, terutama dalam kaitannya dengan apa yang akan ditawarkan. “Communication plan explains how to convey the right message, from the right communicator, to the right audience, through the right channel at the right time.” Dengan demikian sebuah perencanaan komunikasi yang telah dibuat dalam cetak biru (blue print) seharusnya (Cangara, 2014:50).39 a. Memberi fokus terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan b. Membantu untuk menentukan prioritas c. Menjadi pegangan untuk selalu berada dalam tataran perencanaan dan pengendalian d. Membantu dalam mendapatkan sumber daya manusia untuk mendukung implementasi program, dan Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 50. 39 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 e. Menghindari kebiasaan mengerjakan hal-hal yang bersifat mendesak pada saat-saat terakhir (last minute). Perencanaan komunikasi membantu dalam menjaga konsistensi penyampaian pesan kepada target sasaran. Perencanaan komunikasi sangat penting bagi kesuksesan suatu organisasi atau lembaga. Oleh sebab itu perencanaan komunikasi menjadi hal yang sangat krusial dalam mencapai suatu tujuan. 2.2.2. Fungsi Perencanaan Komunikasi Oleh berbagai kondisi dan alasan, komunikasi perlu ditempatkan pada fungsinya, bukan hanya untuk membangkitkan kesadaran, memberi informasi, mempengaruhi atau mengubah perilaku, melainkan juga berfungsi untuk mendengarkan, mengeksplorasi lebih dalam, memahami, memberdayakan dan membangun konsensus untuk perubahan. Hal ini sejalan dengan apa yang pernah dikatakan oleh PR. Shinha (1972)40 seorang ahli komunikasi dari India, bahwa banyak perencanaan pembangunan di negara-negara yang sedang berkembang dilakukan tanpa memperhitungkan komunikasi sebagai sumber daya perubahan. Karena itu perencanaan komunikasi diperlukan untuk mendukung proses pembangunan bangsa, namun di satu sisi negara dan masyarakat juga diperlukan untuk membangun komunikasi itu sendiri. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 46. 40 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 Atas pertimbangan demikian, maka perencanaan komunikasi menjadi hal yang sangat esensial bagi keberhasilan suatu negara atau organisasi. Melalui perencanaan komunikasi diharapkan program-program yang sejenis dari berbagai departemen atau organisasi dapat dibuat secara logis, realistis, integratif, komprehensif, dan menyeluruh guna menghindari duplikasi dan pemborosan biaya, tenaga dan waktu. Perencanaan komunikasi juga menjadi hal yang sangat krusial dalam mensukseskan suatu program, yakni semua staff dan stakeholder harus dapat memahami tujuan yang dicapai. Oleh karena itu, waktu yang paling tepat untuk membentuk pemahaman terhadap perencanaan komunikasi adalah pada tahap awal dimulainya suatu program. 2.3. Strategi Komunikasi 2.3.1. Pengertian Strategi Komunikasi Pengertian strategi komunikasi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai satu tujuan. Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan (Effendy, 2003:301)41. Dalam menangani masalah komunikasi, para perencana dihadapkan pada sejumlah persoalan, terutama dalam kaitannya dengan strategi penggunaan sumber daya komunikasi yang tersedia untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Strategi Komunikasi: Pengertian dan Ruang Lingkup. Komunikasipraktis.com. Diakses pada tanggal 23 Desember 2016 dari http://www.komunikasipraktis.com/2015/10/strategi-komunikasipengertian-dan.html 41 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 Rogers (1982) 42 seperti yang dikutip dalam Cangara (2014) memberi batasan pengertian strategi komunikasi sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang lebih besar melalui transfer ideide baru. Seorang pakar perencanaan komunikasi Middleton (1980) membuat definisi dengan menyatakan “strategi komuniksi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi dari mulai komunikator, pesan, media (saluran), komunikan sampai pada efek (pengaruh) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal”.43 Pemilihan strategi komunikasi merupakan langkah krusial yang memerlukan penanganan secara hati-hati dalam perencanaan komunikasi, sebab jika pemilihan strategi komunikasi salah atau keliru maka hasil yang diperoleh bisa fatal, terutama kerugian dari segi waktu, materi dan tenaga. 2.3.2. Penetapan Strategi Komunikasi dalam Perencanaan Komunikasi Penetapan strategi komunikasi dalam perencanaan komunikasi akan mengacu kepada elemen dari komunikasi, yakni who, says what, through what channels, to whom and what effects.44 Karena itu strategi yang dijalankan dalam perencanaan komunikasi harus diawali dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Memilih dan menetapkan komunikator b. Menetapkan target sasaran dan analisis kebutuhan khalayak Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 55. 43 Ibid. 64 44 Ibid. 133 42 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 c. Teknik Menyusun pesan d. Memilih media atau saluran komunikasi e. Telepon selular atau SMS f. Produksi Media g. Uji awal materi komunikasi h. Penyebarluasan media komunikasi i. Menganalisis efek komunikasi j. Memobilisasi kelompok berpengaruh k. Penetapan rencana anggaran l. Penyusunan jadwal kegiatan m. Penetapan tim kerja n. Evaluasi dan audit komunikasi A. Memilih dan Menetapkan Komunikator Dalam berbagai kajian komunikasi, komunikator menjadi sumber dan kendali semua aktivitas komunikasi. Karena itu jika suatu proses komunikasi tidak berjalan dengan baik, maka kesalahan utama bersumber dari komunikator, karena komunikator yang tidak memahami penyusunan pesan, memilih media yang tepat, dan mendekati khalayak yang menjadi target sasaran. Sebagai pelaku utama dalam aktivitas komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat penting. Untuk seorang komunikator yang akan bertindak sebagai ujung tombak suatu program harus terampil berkomunikasi, kaya ide, serta penuh daya kreativitas. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 Ada tiga syarat yang harus dipenuhi oleh seorang komunikator, yakni kredibilitas (credibility) yang dimilikinya, daya tarik (attractive) dan kekuatan (power). Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki seorang komunikator sehingga bisa diterima oleh target sasaran. Josep Gobbel, Menteri Propaganda Hitler dalam Perang Dunia II 45 menyatakan bahwa untuk menjadi seorang komunikator yang handal dan efektif harus memiliki kredibilitas yang tinggi dimata pendengar. Kredibilitas menurut Aristoteles, bisa diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos, pathos dan logos. Ethos menunjukkan karakter kepribadian seseorang sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya. Pathos adalah kekuatan yang dimiliki seorang komunikator dalam mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos adalah kekuatan yang dimiliki seorang komunikator melalui argumentasinya. James McCroskey (1966) 46 lebih jauh menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat diperoleh dari kompetensi (competence), sikap (attitude), tujuan (intention), kepribadian (personality) dan dinamika (dynamism). Kompetensi adalah penguasaan yang dimiliki seorang komunikator pada masalah yang dibahasnya. Sikap menunjukan pribadi pembicara apakah ia tegas atau toleran dalam prinsip. Kepribadian menunjukkan apakah pembicara memiliki pribadi yang Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 133. 46 Ibid. 134 45 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 hangat dan bersahabat, sedangkan Dinamika menunjukkan apakah materi yang disampaikan itu menarik atau membosankan. Berlo (1962)47 seorang pakar komunikasi dari Michigan State University menambahkan bahwa kredibilitas seorang komunikator bisa timbul jika ia memiliki keterampilan dalam berkomunikasi (communication skills), pengetahuan yang luas tentang materi yang dibawakannya (knowledge), sikap jujur dan bersahabat (attitude) serta mampu beradaptasi dengan sistem sosial budaya (sosial and cultural sistem) masyarakat yang dihadapinya. B. Menetapkan Target Sasaran Dalam dunia bisnis masyarakat menyebutnya dengan sebutan pasar, dan dalam studi komunikasi disebut dengan khalayak (audience)48, sementara dalam dunia politik disebut dengan publik. Memahami masyarakat terutama target yang menjadi sasaran program komunikasi merupakan hal yang sangat penting, sebab semua aktifitas komunikasi diarahkan kepada mereka. Mereka yang akan menentukan berhasil tidaknya sebuah program komunikasi, sebab sebesar apapun biaya, waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk mempengaruhi mereka, namun jika mereka tidak tertartik pada program yang ditawarkan, maka kegiatan komunikasi yang dilakukan akan sia-sia. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 134. 48 Ibid. 136 47 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 Masyarakat sebagai mahluk sosial, sangat peka dengan hal-hal persuasi, propaganda, agitasi dan perdebatan. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki kebebasan untuk memilih yang terbaik menurut pikiran dan pengalamannya. Di dalam masyarakat ada kelompok-kelompok yang menentukan besarnya pengaruh suatu program, adalah sebagai berikut: a. Kelompok yang memberi ijin, yaitu suatu lembaga atau badan yang membuat peraturan dan memberi ijin sebelum suatu program disebarluaskan b. Kelompok pendukung, adalah kelompok yang mendukung dan setuju pada program yang akan dilaksanakan. c. Kelompok oposisi, adalah kelompok yang menentang atau bertentangan dengan ide perubahan yang ingin dilakukan. d. Kelompok evaluasi, adalah mereka yang terdiri dari orang-orang yang mengkritisi dan memonitor jalannya suatu program. Karena manusia tidak bisa dipisahkan dari kelompok, maka masyarakat sering dikelompokkan menurut segmentasi. Untuk mengetahui dan memahami segmentasi masyarakat, para peneliti seringkali memulai dengan cara memetakan (scanning) karakteristik masyarakat. Ada tiga cara yang bisa digunakan untuk memetakan karakteristik masyarakat, yaitu sebagai berikut:49 Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 137. 49 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 a. Aspek sosiodemografik, mencakup usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, tingkat pendapatan (income), agama, ideologi, etnis termasuk pemilikian media. b. Aspek profil psikologis, mencakup sikap yang tercermin dari kejiwaan masyarakat, misalnya temperamen, tenang, sabar, terbuka, emosioanal, tidak sabar, dan lain-lain. c. Aspek karakteristik perilaku masyarakat, mencakup kebiasaankebiasaan yang dijalani dalam kehidupan suatu masyarakat. Misalnya agamais (religius), santun, suka pesta dan mabukmabukan, suka menabung, dan lain-lain. Aspek-aspek diatas bisa diketahui melalui penelitian atau riset. Research is the sistematic collection and interpretation of information to increase understanding (JV. Pavlok). Riset diperlukan untuk mengetahui peta sosiodemografi, psikografik, dan perilaku masyarakat yang menjadi target sasaran program. Kotler mengajukan enam hal yang perlu dipetakan dari suatu masyarakat yang menjadi target sasaran program, yakni sebagai berikut: 1. Demografi 2. Kondisi ekonomi 3. Kondisi fisik, misalnya lokasi, perumahan dan jalan raya 4. Teknologi yang tersedia, misalnya jaringan telekomunikasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 5. Partai politik yang diikuti oleh masyarakat 6. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat Untuk melaksanakan riset, biasanya diserahkan kepada lembaga-lembaga riset yang ada, atau bisa juga dilakukan oleh tim kerja yang diangkat untuk tugas tersebut. C. Teknik Menyusun Pesan Pesan adalah segala sesuatu yang disampaikan oleh seseorang dalam bentuk simbol yang dipersepsi dan diterima oleh khalayak dalam serangkaian makna. Kemampuan manusia menciptakan simbol membuktikan manusia sudah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi, mulai dari simbol yang sederhana seperti bunyi, isyarat dan warna sampai pada simbol-simbol yang dimodifikasi dalam bentuk sinyal-sinyal melalui gelombang udara dan cahaya. Melalui radio, televisi, telegram, telex dan satelit. Simbol adalah hasil kreasi manusia yang mengandung makna sehingga bisa digunakan dalam berkomunikasi antar sesama manusia. Menurut bentuknya, simbol yang disampaikan dapat dibedakan atas dua macam, yakni simbol verbal dan non-verbal. Simbol verbal dalam pemakaian menggunakan bahasa. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 Bahasa adalah seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti. 50 Bahasa dapat membantu manusia menyusun struktur pengetahuan menjadi logis dan mudah dimengerti oleh orang lain.51 Sebagus apapun sebuah ide jika tidak disusun menurut struktur bahasa yang benar, maka ide tersebut akan menjadi kacau. Bahasa bukan hanya membagi pengalaman, tetapi juga membentuk pengalaman itu sendiri. Benyamin Lee Whorf dan Edward Sapir (1956)52 mengatakan bahwa tanpa bahasa manusia tidak bisa berpikir, bahasa yang mempengaruhi persepsi dan pola-pola pikir seseorang. Pesan sangat tergantung pada program yang mau disampaikan. Jika program itu bersifat komersial untuk mengajak orang agar mau membeli barang yang dipasarkan, maka pesannya bersifat persuasif dan propokatif, sedangkan jika produk dalam bentuk program penyuluhan untuk penyadaran khalayak masyarakat maka sifat pesannya harus persuasif dan edukatif. Namun jika program yang ingin disampaikan hanya untuk sekedar diketahui oleh khalayak maka sifat pesannya adalah informatif. Pesan yang informatif sebenarnya harus melekat pada semua jenis program baik itu komersial, politik, penyuluhan dan informasi publik, sebab pesan yang tidak memiliki unsur informasi bisa menimbulkan kesalahan persepsi. Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 139. 51 Ibid. 52 Ibid. 140 50 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 a. Pesan yang bersifat persuasif Memiliki sebuah proposisi, yakni adanya hasil yang diperoleh sumber dari penerima atas pesan yang disampaikannya. Artinya setiap pesan yang dibuat, diharapkan akan menghasilkan perubahan. Komunikasi persuasif berusaha mengubah pengetahuan, sikap, tingkah laku, seseorang atau masyarakat terhadap program yang akan dilaksanakan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam penyusunan pesan (execution message) yang menggunakan teknik persuasi, diantara adalah sebagai berikut: 1. Pesan yang menakutkan (fear appeal) Adalah cara penyusunan pesan yang dapat menimbulkan rasa takut kepada khalayak. 2. Pesan yang penuh dengan emosi (emotional appeal) Adalah cara penyusunan pesan yang berusaha menggugah emosi khalayak. 3. Pesan yang penuh dengan janji-janji (reward appeal) Adalah cara penyusunan pesan yang berisi janji-janji kepada khalayak. Heilman dan Gerbner (1975) 53 dalam risetnya menemukan bahwa khalayak cenderung menerima pesan atau ide yang penuh janji-janji daripada pesan yang disertai ancaman. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 143. 53 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 4. Penyusunan pesan yang penuh dorongan (motivational appeal) Adalah cara penyusunan pesan yang dibuat bukan karena janji-janji, tetapi disusun untuk menumbuhkan pengaruh internal psikologis khalayak sehingga mereka dapat mengikuti pesan-pesan yang disampaikan. 5. Penyusunan pesan yang penuh humor (humorous appeal) Adalah cara penyusunan pesan yang berusaha membawa khalayak tidak merasa jenuh. Pesan yang disertai humor mudah diterima oleh khalayak. b. Pesan yang bersifat mendidik (educative) Adalah pesan yang memiliki unsur kognitif, afektif dan psikomotorik. Pesan mendidik memiliki tendensi kearah perubahan, mulai dari tidak tahu menjadi tahu hingga mau melaksanakan apa yang diketahuinya. c. Pesan yang bersifat informatif Dapat dibedakan dalam dua kategori yakni informasi yang bersifat aktual dan yang bersifat umum. Informasi yang bersifat aktual ditandai dengan “kebaruan” atas kejadian informasi tersebut, misalnya berita dilantiknya Basuki Cahaya Purnama atau yang akrab dipanggil Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta pada pagi hari dan langsung disebarluaskan pada saat itu juga oleh media massa terutama televisi dan radio. Sementara berita yang bersifat umum digolongkan dalam kategori publikasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 D. Memilih Media atau Saluran Komunikasi. Memilih media komunikasi harus mempertimbangkan karakteristik isi dan tujuan isi pesan yang ingin disampaikan, dan jenis media yang dimiliki oleh khayalak. Isi pesan maksudnya adalah kemasan pesan yang ditujukan untuk masyarakat luas dan kemasan pesan untuk komunitas tertentu. Untuk masyarakat luas, pesan sebaiknya disalurkan melalui media massa, misalkan surat kabar atau televisi, sementara untuk komunitas tertentu digunakan media selebaran atau saluran komunikasi kelompok. Pengetahuan tentang pemilikan media dikalangan masyarakat harus diketahui lebih dahulu berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari pemborosan biaya, waktu dan tenaga. Tidak akan berguna menggunakan televisi jika target sasaran (khalayak) tidak memiliki televisi, atau tidak akan berguna menggunakan media surat kabar bila target khalayak tidak tahu membaca atau tidak suka membaca. E. Produksi Media Setelah menetapkan media yang akan digunakan dalam kampanye, selanjutnya adalah memproduksi media. Memproduksi media sangat tergantung tipe atau bentuk media mana yang akan dibuat, sebab memproduksi media cetak sangat berbeda dengan memproduksi media elektronik, demikian juga media luar ruang dan media format kecil (leaflet, selebaran, brosur, dll). Ada dua kategori media yang digunakan dalam produksi media, yaitu (1) media lama yang terdiri dari media cetak, media eletronoik, media luar ruang dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 media format kecil, (2) media baru yang terdiri dari internet dan telepon selular (SMS). F. Uji Awal Materi Komunikasi Uji awal (pretesting) materi komunikasi diperlukan untuk mengantisipasi terjadi kesalahan yang menyebabkan tindakan dari kalangan masyarakat yang menentang tentang materi yang disampaikan. Pekerjaan untuk menilai atau menguji awal (pretesting) materi komunikasi yang ingin disebarluaskan, dapat dilakukan dengan meminta bantuan para tenaga ahli atau pakar dalam bidang komunikasi, psikologi massa, agama, bahasa, dan seni (estetika). Pakar komunikasi diperlukan untuk melihat sejauhmana pesan dan media yang dipilih bersinergi dengan target khalayak yang menjadi sasaran. Mereka dapat memberikan pendapatnya tentang efektifitas komunikasi yang dilakukan apakah sudah tepat dan mengena sasaran. Pakar psikologi massa diperlukan untuk melihat dampak social psychology komunikasi terhadap orang banyak, sementara kalangan ulama diminta pendapat untuk melihat apakah pesan-pesan akan disampaikan tidak melecehkan agama. Berdasarkan uji awal ini, maka dapat dilakukan revisi dalam bentuk pengurangan atau penambahan terhadap hal-hal yang belum tercakup dalam iklan atau media yang digunakan sebelum didistribusikan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 49 G. Penyebarluasan Media Komunikasi Penyebarluasan media sangat menentukan keberhasilan suatu program, sebab jika tidak, selain akan membuang waktu dan tenaga juga bisa menjadi pemborosan uang. Penyebaran media pada prinsipnya berbeda satu sama lain tergantung dari sifat, karakteristik dan jangkauan media tersebut. Untuk distribusi media cetak, selain surat kabar yang sudah memiliki agen dan distributor, penerbitan khusus seperti tabloid, majalah dan buku dapat disalurkan melalui toko-toko buku atau kios penjual surat kabar atau majalah. Berbeda dengan media televisi, perencana komunikasi harus mengetahui prime time dan kemampuan jangkauan siaran ke wilayah mana saja bisa diterima. Dan sedapat mungkin bisa memanfaatkan peluang untuk mengisi ruang-ruang publik (public sphere) yang tersedia di media elektronik seperti TV, misalnya talkshow, liputan program, interaktif dan semacamnya. Untuk media luar ruang seperti spanduk, baliho, reklame, bendera, balon dan iklan pohon, umbul-umbul, penempatannya harus bisa menarik perhatian orang yang lalu lalang. Hal ini terkait dengan adanya aturan dari Dinas Kebersihan dan Tata Kota agar penempatan media luar ruang tidak mengurangi keindahan kota. H. Menganalisis Efek Komunikasi Semua program komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan, yakni mempengaruhi target khalayak. Pengaruh atau efek ialah perbedaan antara apa yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 50 dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan (Stuart dan Jamias dalam Cangara, 2014).54 Pengaruh sangat penting dalam komunikasi. Tujuannya untuk mengetahui berhasilnya tidak kegiatan komunikasi yang dilakukan. Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavior). Pada tingkat pengetahuan pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat (opinion). Adapun yang dimaksud dengan perubahan sikap adalah adanya perubahan internal pada diri seseorang yang diorganisasi dalam bentuk prinsip, sebagai hasil evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu objek. Dalam banyak hal, terutama dengan yang berkaitan dengan kepercayaan atau ideologi, orang berubah sikap karena melihat apa yang tadinya dipercaya tidak benar. Oleh karena itu, ia berubah sikap untuk mengganti kepercayaannya. Sementara yang dimaksud dengan perubahan perilaku adalah perubahan yang terjadi dalam bentuk tindakan. Ada empat macam efek perubahan yang bisa ditimbulkan sebuah gagasan, yakni sebagai berikut: Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 165. 54 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 51 a. Turbulent; yaitu suatu perubahan yang begitu cepat dan luas dalam suatu lingkungan yang memerlukan perencanaan jangka pendek, yakni antara 1-2 tahun. b. Unstable; yaitu cepat tapi perubahannya kecil sehingga penanganannya memerlukan perencanaan untuk 2-3 tahun. c. Transitional; lambat tetapi perubahannya luas sehingga diperlukan perencanaan untuk jangka waktu 3-5 tahun. d. Stable; lambat dan perubahan yang ditimbulkan kecil sehingga perencanaan diperlukan untuk jangka waktu 5-20 tahun. Dari berbagai studi yang pernah dilakukan terhadap pengaruh dalam komunikasi, ditemukan bahwa komunikasi massa lebih banyak berpengaruh terhadap pengetahuan dan wawasan seseorang, sedangkan komunikasi antarpribadi cenderung berpengaruh pada sikap dan perilaku (Cangara, 2014: 166).55 Studi yang sama juga pernah dilakukan pada 1930an dengan temuan bahwa dengan mendengar pidato langsung dilapangan terbuka (komunikasi publik) cenderung membakar emosional pendengar daripada melalui radio. Demikian juga halnya studi Lazarsfeld dan Elihu Katz di Eric Country, Iowa (AS) 56 ditemukan bahwa kotak pribadi (komunikasi antarpribadi) lebih tinggi pengaruhnya dalam mengajak seseorang untuk memilih calon presiden AS pada 1994 daripada media Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 166. 56 Ibid. 55 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 52 massa. Namun sesudah televisi tampil sebagai media primadona dalam 5 dekade terakhir ini, ditemukan bahwa walaupun surat kabar lebih banyak mengulas masalah-masalah politik dan kampanye pemilihan presiden, ternyata televisi lebih efektif dalam mempengaruhi perilaku pemilih. I. Memobilisasi Kelompok Berpengaruh Dalam berbagai program komunikasi, baik itu penyadaran masyarakat, pemasaran, promosi, kampanye politik; selain dilakukan dalam media maka memobilisasi massa juga perlu dilakukan. Mobilisasi dilakukan dengan menggerakkan masyarakat untuk bisa mengerti, memahami dan menerima program-program yang ditawarkan, untuk menggerakkan atau memobilisasi masyarakat tentu tidak mudah apalagi dalam situasi reformasi di mana orang merasa sudah tidak terlalu menonjol ketimbang solidaritas kelompok. Namun dibeberapa negara sedang berkembang di Asia, Afrika dan Amerika Latin, masih ditemui warga dalam mengambil keputusan, masih tergantung pada tokoh-tokoh formal dan informal, khususnya bagi mereka yang masih tinggal di daerah pedesaan. Para warga memiliki hubungan yang erat dengan tokoh-tokoh formal dan informal ini. Tokoh formal misalnya camat, kepala desa, kepala kampung, ketua RW/RT. Sedangkan tokoh nonformal misalnya imam desa, guruguru dan tetua adat, punggawa dan sebagainya. Para warga pada umumnya hanya bisa menerima sesuatu pembaruan jika para tokoh-tokoh masyarakat yang mereka panuti lebih dulu menerima perubahan itu. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 53 Ciri-ciri tokoh masyarakat yang terdapat di daerah pedesaan, (dalam Cangara, 2014; 168)57 antara lain; a. Lebih berpendidikan b. Lebih tinggi status ekonominya c. Diterpa oleh media komunikasi d. Kosmopolit e. Inovatif f. Memiliki partisipasi sosial yang tinggi g. Memiliki kontak dengan agen perubahan (komunikator pembangunan) h. Concern dengan sistem budaya setempat i. Homophily dengan lingkungan masyarakatnya Untuk menggerakkan masyarakat agar bisa menerima program-program yang dikomunikasikan, maka peran tokoh-tokoh masyarakat sangat diperhitungkan. Selain dengan cara melalui media dan tokoh masyarakat, cara lain yang bisa digunakan agar orang bisa tertarik terhadap suatu program, antara lain memberi kupon berhadiah, pemberian sampel cuma-cuma, dan bonus. Cara-cara seperti ini disebut dengan metode pelatuk atau pemicu (trigger) untuk merangsang target sasaran untuk ikut memiliki produk. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2014 hal 168. 57 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 54 Untuk menggerakkan atau memobilisasi massa, dapat digunakan saluran komunikasi, antara lain: a. Saluran komunikasi publik dengan cara memobilisasi massa untuk menghadiri rapat akbar, panggung terbuka, pagelaran musik, turnamen olahraga, pasar murah dan semacamnya b. Saluran komunikasi sosial melalui kegiatan arisan, pengajian, khitanan, perkawianan, upacara kelahiran, pos ronda, pesta panen, peringatan hari raya, dan ulang tahun. Dalam media baru bisa digunakan media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Linkedin. c. Saluran komunikasi antarpribadi misalnya surat, telepon, sms, anggota keluarga dekat, teman kantor dan sahabat. J. Penetapan Rencana Anggaran Dalam menetapkan rencana anggaran dapat digunakan formulasi persentasi untuk porsi belanja komunikasi, yakni: 55% untuk media televisi, 20% untuk saluran komunikasi antarpribadi (personal), 10% untuk media surat kabar, 10% untuk media outdoor dan 5% untuk media radio. Mengenai besarnya belanja media pada prinsipnya tergantung target sasaran. Tidak ada patokan yang resmi, sebab tidak ada gunanya mengeluarkan dana untuk beriklan di televisi jika sasaran target khalayak tidak terjangkau oleh siaran televisi, demikian pula untuk beriklan di surat kabar jika target khalayaknya tidak dijangkau oleh sebaran surat kabar. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 55 K. Penyusunan Jadwal Kegiatan Menetapkan jadwal kegiatan (time schedule) untuk suatu program komunikasi harus memakai strategi, terutama untuk menghindari kegiatan yang memiliki gaung lebih besar pengaruhnya dari kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan kampanye atau sosialisasi harus dilakukan dengan memperhitungkan waktu yang kondusif, sehingga mengena pada sasaran kampanye. Dalam penetapan waktu harus diperhitungkan waktu-waktu awal (starting point) dan waktu-waktu akhir (ending point), karena kampanye yang dilakukan pada waktu-waktu awal dan akhir biasanya menarik perhatian masyarakat dibandingkan dengan kampanye yang dilakukan pada waktu pertengahan. Secara garis besar, penetapan jadwal kegiatan dapat dibuat menurut model: a. Diagram Gunnt. Diagram Gunnt biasa disebut diagram balok yang terbuat atas dua sumbu, yakni sumbu absis dan sumbu ordinat. Sumbu absis menetapkan kapan sebuah kegiatan dilaksanakan, apakah itu perminggu atau bulanan, sementara sumbu ordinat menetapkan bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan; No 1 2 3 4 5 Waktu Kegiatan Iklan Telivisi Iklan Radio Iklan Surat Kabar Tatap Muka Dan lain-lain Tahun 2016 Jan Feb Mar April Mei Jun Gambar. 2.2. Jadwal Kegiatan Perencanaan Komunikasi Model Gunnt http://digilib.mercubuana.ac.id/ Jul Aug 56 Penetapan jadwal kegiatan dengan menggunakan model diagram Gunnt memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun yang menjadi kelebihannya adalah kegiatan terperinci dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain, waktu dapat diperkirakan dan lama kegiatan dapat dilihat secara jelas. Sementara kekurangannya adalah hubungan aktifitas tidak jelas, kegiatan yang kritis (critical point) tidak tampak, jika terjadi perubahan kegiatan atau waktu, diagram harus diganti, penetapan waktu hanya cocok untuk kegiatan sederhana. b. Model PERT dan CPM Dr. C.E. Clark seorang matematikus mencoba memperkenalkan diagram panah yang komposisinya berbentuk jaringan yang disebut PERT (Program Evaluation Research Task) yang kemudian berubah menjadi Program Evaluation and review Technique. 2c 2a 1 2b 3 2 3a 4a 4 3b 3c 4b Gambar 2.3. Jadwal Kegiatan Perencanaan Komunikasi Model PERT http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5 57 Model penetapan jadwal perencanaan PERT berhasil diaplikasikan kedalam proyek pembuatan roket balistik pada tahun 1958 di Amerika Serikat, kemudian disusul dengan keberhasilan sebuah perusahaan kimia dalam mengembangkan teknik perencanaan dan pengendalian yang disebut CPM (Critical Path Methode). Model PERT dan CPM ini dimulai dengan penetapan titik awal (starting point) sebuah peristiwa kegiatan (1), kemudian diikuti oleh banyak kegiatan (2a), (2b), (2c) dan (3a), (3b), (3b) yang pada akhirnya dari banyak kegiatan menghasilkan satu tujuan (4) dan output (5). Kelebihan model ini dapat menjaring banyak kegiatan yang dilakukan secara bersamaan (simultan). Model ini memang cukup rumit tetapi juga bisa berhasil mengetengahkan titik-titik kritis (Critical Path Method) yang memerlukan perhatian khusus. L. Penetapan Tim Kerja Untuk melaksanakan suatu program komunikasi diperlukan pekerja yang handal dan memahami tugas-tugas komunikasi yang akan dilaksanakan. Mengenai besarnya tim dapat dikembangkan dan dikurangi menurut ruang lingkup kampanye atau program komunikasi yang akan dijalankan. M. Evaluasi dan Audit Komunikasi Evaluasi merupakan metode pengkajian dan penilaian keberhasilan kegiatan komunikasi yang telah dilakukan, dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai sebelumnya. Evaluasi dilakukan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 58 dalam rangka mengukur sejauh mana keberhasilan suatu program komunikasi. Kegiatan evaluasi dapat dilakukan bertitik tolak dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, apakah tercapai atau tidak, atau apakah tingkat pencapaiannya cukup tinggi atau rendah. Efektifitas sebuah program komunikasi hanya bisa diketahui dengan evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan dua acara, yakni evaluasi program dan evaluasi manajemen. 2.4. Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran adalah sarana yang digunakan oleh perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang mereka jual.58 Dalam pengertian tertentu, komunikasi pemasaran mengambarkan “suara” merek dan merupakan sarana yang dapat digunakan untuk membangun dialog dan membangun hubungan dengan konsumen.59 Sementara Terence A. Shimp (2003:4) 60 mendefiniskan komunikasi pemasaran adalah aspek penting dalam keseluruhan misi pemasaran serta penentu suksesnya pemasaran. Sutisna dalam (Amir Purba, dkk, 2006:126- Kotler, Philip., dan Keller, Kevin Lane, Manajemen Pemasaran edisi 12 Jilid 2, Indonesia, Indeks. 2006 hal 204. 59 Ibid. 60 Moch Fachrudin, Definisi Komunikasi Pemasaran. Diakses pada tanggal 3 Maret 2017 dari http://www.academia.edu/30159826/definisi_komunikasi_pemasaran 58 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 59 127) 61 mengemukakan bahwa komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen, saran mengenai perbedaaan produk dipasar. William G Nikles dalam (Amir Purba, dkk, 2006:126)62 mendefinisikan komunikasi pemasaran sebagai proses pertukaran informasi yang dilakukan secara persuasive sehingga proses pemasaran dapat berjalan efektif dan efisien. Komunikasi pemasaran membentuk banyak fungsi bagi konsumen 63 . Konsumen dapat diberitahu atau ditunjuk bagaimana dan mengapa sebuah produk digunakan, oleh orang seperti apa, dan dimana serta kapan; konsumen dapat belajar tentang siapa yang membuat produk dan apa yang dipertahankan perusahaan dan merek; dan konsumen dapat diberikan satu insentif atau imbalan untuk percobaan atau pengunaan. Komunikasi pemasaran memungkinkan perusahaan menghubungkan merek-merek mereka dengan orang lain, tempat, acara khusus, pengalaman merek, perasaan dan barang 64 . Komunikasi pemasaran dapat berkontribusi pada ekuitas merek dengan membangun merek dalam ingatan dan menciptakan citra merek.65 Moch Fachrudin, Definisi Komunikasi Pemasaran. Diakses pada tanggal 3 Maret 2017 dari http://www.academia.edu/30159826/definisi_komunikasi_pemasaran 62 Ibid. 63 Kotler, Philip., dan Keller, Kevin Lane, Manajemen Pemasaran edisi 12 Jilid 2, Indonesia: Indeks. 2006 hal 204 64 Ibid. 65 Ibid. 61 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 60 2.4.1. Tujuan Komunikasi Pemasaran Seluruh usaha komunikasi pemasaran diarahkan kepada pencapaian beberapa tujuan. Menurut Terence A. Shimp (2003:160) 66 adapun tujuan komunikasi pemasaran adalah sebagai berikut: 1. Membangkitkan keinginan terhadap kategori produk Pada akhirnya, setiap organisasi pemasaran bertujuan untuk meraih konsumen agar memilih produknya dan bukan produk pesaingnya. 2. Menciptakan kesadaran akan merek Setelah keinginan akan suatu kategori produk tercipta, para pemasar bersaing satu sama lain untuk mendapatkan bagian dari jumlah total pengeluaran konsumen, setiap pemasar berusaha menciptakan permintaan sekunder untuk merek tertentu mereka. 3. Mendorong sikap postif dan mempengaruhi niat pembeli Setiap pemasar perlu mengarahkan usaha mereka pada penciptaan kesadaran akan merek dan mempengaruhi sikap serta niat positif akan merek. 4. Memfasilitasi Pembelian Iklan yang efektif, display yang menarik didalam took, serta variable pemasaran lainnya berfugsi untuk memfasilitasi pembelian dan memberikan solusi atas persoalan yang ditimbulkan oleh variabel bauran pemasaran non promosi (product, price dan place). Moch Fachrudin, Definisi Komunikasi Pemasaran. Diakses pada tanggal 3 Maret 2017 dari http://www.academia.edu/30159826/definisi_komunikasi_pemasaran 66 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 61 2.5. Sosialisasi Secara umum sosialisasi adalah suatu proses dimana manusia dapat belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir, merasakan dan bertindak yang semuanya itu adalah hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partispasi sosial yang efektif. Sosialisasi adalah proses mempelajari dan menghayati norma, nilai, peran dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan supaya seorang individu bisa berpartisipasi secara efektif didalam kehidupan masyarakat. 67 Charlotte Buhler (dalam Muin, 2013:115) 68 memberikan definisi bahwa sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, terhadap cara hidup dan cara berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi adalah salah satu mekanisme untuk menjaga keberlangsungan hidup masyarakat.69 Dalam penelitian ini sosialiasi dapat diartikan sebagai sebuah proses dimana Kementerian Perdagangan melakukan upaya untuk membantu masing-masing pelaku usaha, belajar dan memahami serta mampu menyesuaikan diri untuk ikut berpartisipasi dalam membangun dan mengembangkan mereknya guna kelangsungan hidup usahanya melalui sebuah program pengembangan merek (rebranding) produk Indonesia. Bernard Raho. Sosiologi, Yogyakarta: Ledalero, 2016 hal 114. Muin, Idianto. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X: Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta: Erlangga, 2013 hal 115. 69 Raho, loc.cit., 67 68 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 62 2.6. Merek Bagi banyak orang, merek seringkali disalah artikan sebagai logo, padahal logo hanyalah sebagian kecil dari sebuah proses membangun merek. Penamaan merek yang tepat merupakan sebuah keputusan penting, sebab pemilihan nama dapat mempengaruhi keputusan pembelian, dan volume penjualan pada waktu berikutnya. Nama merek digambarkan sebagai “cerebral switches” atau pengubahan pemikiran yang mengaktifkan pembentukan citra dalam pikiran kolektif para target audience. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang berusia 3 atau 4 tahun sangat perduli terhadap nama merek, dan pada saat berusia 10 tahun lebih, nama merek mengambil konsep penting dalam benak mereka. Saat ini anak-anak lebih mudah mengingat merek dibandingkan dengan karakteristik produknya. Merek bukan hanya sekedar nama dan logo, merek (brand) merupakan janji suatu organisasi kepada pelanggan untuk memberikan apa yang menjadi prinsip brand tersebut, tidak hanya dalam hal manfaat fungsional, tetapi juga manfaat emosional, ekspresi diri, dan sosial. 70 Namun, brand itu lebih dari sekedar memenuhi sebuah janji. Sebuah brand juga merupakan satu perjalanan, sebuah hubungan yang berkembang berdasarkan persepsi dan pengalaman yang dimiliki pelanggan setiap kali mereka berhubungan dengan brand tersebut. David Aaker, Aaker on Branding: 20 Prinsip Esensial Mengelola dan Mengembangkan Brand, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2014 hal XV. 70 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 63 Merek adalah suatu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.71 The American Marketing Association mendefinisikan merek (brand) sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya untuk mengidentifikasikan barang atau jasa penjual, atau kelompok penjual untuk membedakan dari barang atau jasa kompetitor.72 Kotler (1991) 73 mendefiniskan merek “A name, term, sign, symbol, or design, or combination of them which is intended to identify the goods and services of one seller or groups of sellers and to differentiate them from those of competitors.” Merek adalah elemen kunci dalam hubungan perusahaan dengan konsumen. Merek merepresentasikan persepsi dan perasaan konsumen atas sebuah produk dan kinerjanya. 74 Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Arto Soebiantoro dalam Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Pengenalan Merek. Diakses pada tanggal 20 Juli 2016 dari http://www.dgip.go.id/layanan-kekayaan-intelektual/merek/pengenalan-merek 72 Philip Kotler, Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Edisi ke Duabelas Jilid Satu, Indeks. 2009 hal 332 73 Hemant Kumar P. Bulsara, Meenu Shant Priya, and Samant Shant Priya, An Exploratory Study on Brand Management: Current Trends and Future Directions, International Journal of Management, Volume 5, Issue 4, April (2014), pp. 01-18. Diakses pada tanggal 20 Juli 2016 dari http://www.iaeme.com/MasterAdmin/UploadFolder/10120140504001/10120140504001.pdf 74 Philip Kotler, Gary Armstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi ke-12 Jilid Satu, Jakarta: Erlangga. 2008 hal 281. 71 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 64 bukunya ia menulis “jika bisa menciptakan persepsi berarti bisa menciptakan merek”.75 2.6.1. Membangun Merek Membangun sebuah merek untuk dapat bertahan dan bersaing dengan merek-merek besar dunia bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan, dan hal tersebut membutuhkan waktu yang panjang. Penciptaan merek membantu perusahaan untuk memposisikan diri mereka secara strategis untuk masa yang akan datang dan bersaing secara efektif dengan merek-merek ternama dunia. Pada tahun 1990an, media semakin banyak memberikan perhatian kepada kekuatan merek, dan hal ini meningkatkan tingkat kesadaran banyak perusahaan tentang apa yang bisa dicapai dengan merek. Sebagai hasilnya, semakin banyak perusahaan asia termasuk Indonesia yang melakukan kegiatan promosi untuk membangun merek. Membangun merek adalah menanamkan nilai kedalam persepsi dan benak konsumen tentang produk dan jasa yang dikelola. Nilai yang dibangun seringkali tidak kasat mata, dan hal ini yang membantu merek tersebut untuk menjadi lebih unggul dan menjadikannya sangat berharga. Penggunaan secara konsisten suatu merek, simbol, atau logo membuat sebuah merek segera dapat dikenali oleh konsumen, dan bisa membuat sifat-sifat 75 Arto Soebiantoro, Merek Indonesia Harus Bisa. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2013 hal 55. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 65 merek tersebut, serta segala sesuatu yang berkaitan dengannya (merek) tetap diingat. Akan tetapi walaupun unsur visual dan desain merupakan aspek penting dalam membangun merek, namun hal itu tidak cukup untuk membuat merek menjadi kuat. Pada hakikatnya membangun merek didasarkan pada prinsip memenuhi kebutuhan para konsumen atau pelanggan. Namun, manusia memiliki beragam kebutuhan, yang beberapa diantaranya bisa sangat didasarkan pada emosi, dan tidak selalu bertindak secara rasional. Untuk memutuskan bagaimana cara membangun suatu merek, suatu kerangka kerja yang mencakup kebutuhan-kebutuhan yang berbeda ini harus dibangun. Komposisi dasar dari produk-produk dengan merek yang sukses mengandung dua konstituen dasar, yaitu keistimewaan & sifat serta keuntungan emosional. Keistimewaan, sifat dan manfaat praktis merupakan komponenkomponen utama dari suatu produk, jasa, atau perusahaan yang akan diberi merek. Dalam perusahaan komponen tersebut bisa merupakan ukuran, fokus bisnis atau apa yang dikerjakan oleh perusahaan tersebut, atau organisasi penjualan perusahaan tersebut. Untuk produk jasa, komponen-komponen tersebut bisa mencakup syaratsyarat yang berlaku, kecepatan pengiriman, dan lain sebagainya. Dan untuk produk barang bisa merupakan spesifikasi fisik atau teknik. Keistimewaan-keistimewaan atau sifat-sifat ini memenuhi kebutuhan fungsional, dan biasanya tidak cukup untuk membedakan suatu merek dari para pesaingnya. Karena digerakkan secara fungsional, maka keistimewaan-keistimewaan dan sifat-sifat dasarnya bersifat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 66 rasional dengan sendirinya, keistimewaan dan sifat ini menarik bagi cara berpikir logis seseorang atau cara mereka membuat perbandingan. Para konsumen tidak pernah benar-benar memahami semua keistimewaan dan sifat yang dimiliki oleh produk dan jasa, tidak seperti perusahaan-perusahaan yang memproduksinya. Akan tetapi konsumen mengetahui bahwa mereka lebih menyukai beberapa merek daripada merek-merek yang lain. Preferensi merek ini cenderung berasal dari kebutuhan emosional yang dimiliki oleh manusia. Rahasia pembangunan merek ada dalam pemberiaan nilai tambah, khususnya nilai psikologis pada produk maupun jasa, dan perusahaan dalam bentuk keuntungankeuntungan yang tidak kasat mata antara hubungan emosional, keyakinan, nilai dan perasaan yang dikaitkan dengan merek oleh orang-orang. Aspek ini yang bisa dengan kuat membedakan satu merek dengan merek lainnya dalam benak pelanggan. Hal ini bisa dicapai dengan membangun suatu identitas atau kepribadian yang kuat untuk merek tersebut. Membangun merek sudah dilakukan dari sejak lama, dan merek masih memenuhi fungsinya sebagai pembeda atau diferensiasi, namun teknik-teknik pembangunan merek telah banyak mengalami perkembangan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 67 Paul Temporal (2001) 76 menulis dalam bukunya ada tiga diagram yang mewakili metode-metode alternatif untuk membangun merek, yaitu (1) struktur dasar merek berpusat pada produk, (2) struktur dasar merek bepusat pada nilai dan kepribadian, (3) struktur dasar merek rasional dan emosional. Struktur dasar merek yang berpusat pada produk, melambangkan merek yang menekankan karakteristik-karakteristik fungsional. Perusahaan-perusahaan yang menggunakan pendekatan ini berkonsentrasi pada promosi merek mereka berdasarkan keistimewaan dan kecakapan fungsional yang dimiliki oleh merek tersebut. Pendekatan lain yang berpusat pada nilai dan kepribadian adalah membangun merek dengan memusatkan merek pada nilai-nilai utamanya, biasanya karakteristik kepribadian, dan kemudian membangun keistimewaan, sifat, keuntungan atau citra produk. Perusahaan-perusahaan yang menggunakan pendekatan ini berkonsentrasi pada kepribadian, menyesuaikan kepribadian merek dengan kepribadian konsumen, atau memberi merek suatu kepribadian yang akan menarik calon konsumen kepada merek tersebut. Pada model pendekatan struktur dasar merek rasional dan emosional atau disebut juga dengan Model Yin-Yang, menyatakan bahwa kesuksesan merek tergantung baik dari sisi rasional maupun emosional dari merek tersebut, dan keduanya diperlukan, namun harus berjalan dengan serasi. Yin mewakili rasional Paul Temporal, Membangun Merek di Asia: Penciptaan, Pembangunan dan Manajemen Merek Asia untuk Pasar Global, Interaksara, P.O. Box 238. 2001 76 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 68 (dengan sifat-sifat merek seperti mutu dan kualitas), maka harus ada suatu keseimbangan sifat emosional yaitu “Yang” (seperti kebebasan, kemudahan penggunaan), dan keseimbangan bisa dirubah tergantung pada situasi dimana hal itu membuatnya berharga bagi kumunikasi merek. Philip Kotler dan Waldemar Pfoertsch (2006) 77 dalam bukunya menulis merek tidak hanya harus dimulai, merek juga harus dibangun dan dimodifikasi sepanjang waktu. Merek yang sukses tidak tinggal diam, mereka terus-menerus membangun. Menurut Model CBBE seperti pada gambar 2.20 membangun merek melibatkan empat langkah logis.78 Pengembangannya harus didasari oleh strategi brand yang kuat dan arsitektur brand yang konsisten: 1. Menetapkan identitas merek yang sesuai Identitas: Siapakah kita? → brand awareness yang dalam dan luas. 2. Menciptakan arti merek yang sesuai Arti: Siapa Anda? “Asosiasi merek yang unik. 3. Membangkitkan respons merek yang tepat Respons: Bagaimana dengan saya? → Reaksi positif dan dapat diterima. 4. Membentuk hubungan merek yang layak dengan konsumen Hubungan: Bagaimana dengan saya dan Anda? → Loyalitas yang kuat dan aktif. Philip Kotler, Waldemar Pfoertsch, B2B Brand Management: Dengan Branding Membangun Keunggulan dan Memenangi Kompetisi, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. 2006 hal 201. 78 Ibid. 203 77 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 69 Kevin Clancy, kepala perusahaan strategi pemasaran Copernicus, memiliki pendekatan berbeda dalam pembangunan merek. Jika memulai konsep branding atau membangun merek mulai dari nol, model ini dapat diterapkan jika memulai bisnis spekulasi baru atau ketika perusahaan terlepas dari unit yang lebih besar atau ketika harus hidup dengan identitas baru.79 Ada lima langkah pendekatan dalam membangun merek untuk situasi seperti ini. Visi Inspirasional Strategi Transformasional Perencanaan Pemasaran Berbasis Model Implementasi Obsesif Metric Diagnostic Gambar 2.4. Proses Lima Langkah Membangun Merek oleh Kevin Clancy Copernicus 1. Menciptakan pernyataan visi yang inspirasional Visi merek mengidentifikasi tujuan keberadaan perusahaan melampaui sekedar penciptaan keuntungan. Visi ini mengungkap sudut pandang yang lebih luas, mendalam, dan tidak ada habis-habisnya untuk memperkaya perusahaan, konsumen, dan komunitasnya. Menentukan kepribadian merek akan membantu menghidupkan merek. Dari sudut strategi, kepribadian merek menyampaikan kredibilitas dan sesuatu yang menyenangkan. Beberapa merek memiliki kepribadian yang memicu kharisma antara kepercayaan yang dimulai dari loyalitas sampai advokasi. Menciptakan karakter brand sesuai dengan kulturnya. Philip Kotler, Waldemar Pfoertsch, B2B Brand Management: Dengan Branding Membangun Keunggulan dan Memenangi Kompetisi, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. 2006 hal 206. 79 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 70 2. Strategi transformasional Dalam memikirkan hubungan antara merek dan konsumen perlu menyerap yang lebih transformasional dan lintas fungsi dalam memahami keseluruhan rantai nilai. Dengan beralih dari segmen pasar menjadi segmen strategis, potensial konsumen dapat dijangkau melalui proposisi nilai yang didefinisikan dengan jelas (apa yang ditawarkan), dan bagaimana menyampaikannya. Strategi transformasional juga dapat dicapai melalui inovasi bisnis radikal yang beralih dari dipacu pasar menjadi pemacu pasar. Pemacu pasar adalah elemen visioner, menciptakan pasar yang baru dan mendefinisi ulang kategori, dan bukan fokus pada bagaimana memperoleh pangsa pasar dipasar yang sudah ada. Elemen visioner termasuk juga pengembangan citra brand yang transformasional. Tantangannya adalah bagaimana agar merek diarahkan, dibentuk dan fokus pada cara konsumen melihatnya. Dan konsumen melihat merek tidak hanya melihat dengan mata, namun juga apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh konsumen. Mata dan otak menciptakan serangkaian impresi (kesan), masa lalu dan saat ini, nyata dan dapat dirasakan, rasional dan emosional. 3. Perencanaan pemasaran berbasis model Siklus yang singkat dan penurunan pendapatan yang cepat, ditambah dengan munculnya produk baru yang cepat dan sering, membuat pemasaran yang sukses menjadi tantangan yang sangat berat dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 71 tugas manajemen. Dengan produk dan jasa baru yang seringkali melibatkan investasi dalam jumlah yang besar, potensi peningkatan pengambilan keputusan dalam industri sangat perlu dipertimbangkan. Ini artinya, beralih dari model perencanaan pemasaran tradisional. Banyak dari model tersebut didasari pada “permainan angka” dimana manajemen puncak, melalui suatu proses penyusunan tujuan, mengumpulkan semua yang ada dibawahnya untuk mengembangkan strategi yang mampu mencapai tujuan tersebut. Tujuan disusun untuk memotivasi dan mengendalikan kinerja. 4. Implementasi obsesif Konsisten 100% pada saat menyampaikan pengalaman merek sangat penting bagi kesuksesan jangka panjang merek. Setiap kali mengubah dan tidak memenuhi janji kepada konsumen akan menciptakan rasa tidak dapat dipercaya akan merek tersebut. 5. Metrik diagnostik Bagi strategi merek yang sukses harus memiliki metric diagnostic terbaik dan paling efektif. Metrik ini harus terkait dengan strategi merek dan strategi bisnis. Metrik ini, berdasarkan metode Business Intelligence (BI) akan memperlihatkan bagaimana merek sebaiknya dikelola sembari memikirkan merek dan alokasi sumberdaya usaha yang lebih efektif. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 72 Kotler dan Armstrong (2006) 80 dalam bukunya menulis bahwa dalam membangun merek yang kuat, melibatkan positioning merek, pemilihan nama merek, sponsor merek dan pengembangan merek. Gambar 2.21. Keputusan Strategi Merek Utama 1. Positioning Merek Memposisikan merek dengan jelas dalam pikiran (target) konsumen. Dapat memposisikan merek berdasarkan tiga tingkat posisi merek. Pada tingkat terendah, merek dapat diposisikan pada atribut produk. Pada tingkat menengah merek diposisikan pada manfaat yang diinginkan. Dan tingkat teratas adalah melampaui atribut dan manfaat, merek diposisikan kedalam kepercayaan dan nilai yang kuat. 2. Pemilihan Nama Merek Nama yang baik bisa sangat menambah keberhasilan produk, namun menemukan nama merek yang paling baik adalah tugas yang sulit. Pencarian nama merek dimulai dengan tinjauan seksama terhadap produk dan manfaatnya, target market, dan strategi pemasaran yang akan digunakan. Philip Kotler, Gary Armstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi ke Duabelas Jilid 1, Jakarta: Erlangga. 2006 hal 282. 80 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 73 Kualitas yang diinginkan untuk nama merek meliputi (1) nama merek harus menunjukkan sesuatu tentang manfaat dan kualitas produk, (2) nama merek harus mudah diucapkan, dikenali, dan diingat, (3) nama merek harus berbeda, (4) nama merek harus dapat diperluas, (5) nama merek harus dapat diterjemahkan dengan mudah kedalam bahasa asing. Selanjutnya nama merek harus dilindungi hukum. Banyak perusahaan berusaha membangun nama merek yang pada akhirnya dikenali lewat kategori produk. 3. Sponsor Merek Produsen memiliki empat pilihan sponsor. Produk bisa diluncurkan sebagai merek produsen (atau merek nasional) atau produsen bisa menjual kepada penjual perantara yang memberikan merek pribadi kepada produk (disebut juga merek took atau merek distributor). Walaupun sebagian besar produsen menciptakan nama merek merek sendiri, produsen lain memasarkan merek berlisensi. Terakhir, dua perusahaan dapat menggabungkan kekuatan dan melakukan co-branding (merek bersama) suatu produk. 4. Pengembangan Merek Ada empat pilihan untuk mengembangkan merek, perusahaan bisa memperkenalkan perluasan lini, perluasan merek, multimerek atau merek baru. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 74 1. Perluasan Lini Perluasan lini (line extension) terjadi ketika perusahaan memperluas nama merek yang sudah ada menjadi bentuk, warna, ukuran, bahan atau rasa baru dari kategori produk yang ada. 2. Perluasan Merek Memperluas nama merek menjadi produk baru atau produk modifikasi dalam kategori baru. Perluasan merek memberikan pengakuan instan dan penerimaan yang lebih cepat kepada produk baru. Perluasan merek juga menghemat biaya dibandingkan dengan membangun nama merek baru. 3. Multimerek Perusahaan seringkali memperkenalkan merek tambahan dalam kategori yang sama. Multimerek menawarkan cara menetapakan fitur dan penampilan lain terhadap motif pembelian yang berbeda. Multimerek juga memungkinkan perusahaan mengisi lebih banyak ruang rak penjual perantara. Kelemahan utama multimerek adalah bahwa setiap merek mungkin hanya memperoleh pangsa pasar yang kecil, dan tidak ada merek yang sangat menguntungkan. Perusahaan pada akhirnya akan menyebarkan sumber dayanya untuk banyak merek dan tidak untuk membangun beberapa merek baru agar mencapai tingkat yang sangat menguntungkan. Perusahaan-perusahaan ini harus http://digilib.mercubuana.ac.id/ 75 mengurangi jumlah merek yang dijual dalam kategori tertentu dan menetapkan prosedur penyaringan yang lebih ketat untuk merek-merek baru. 4. Merek Baru Suatu perusahaan mungkin percaya bahwa kekuatan nama merek yang ada melemah dan nama merek baru diperlukan. Atau perusahaan mungkin menciptakan nama merek baru ketika perusahaan memasuki kategori produk baru dimana tidak ada satupun nama merek perusahaan yang cocok saat ini. Dari strategi dan cara-cara membangun merek yang disampaikan diatas, dalam membangun sebuah merek membutuhkan sebuah alat bantu yang disebut dengan komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran menjadi “suara” merek yang menciptakan platform untuk menentukan komunikasi atau dialog, dan membangun hubungan dengan konsumen. 81 Joewono (2013: 7) dalam bukunya juga mengatakan keunggulan merek membutuhkan strategi pengembangan yang dipadu dengan kreatifitas melakukan komunikasi pemasaran.82 Membangun merek yang kuat adalah investasi yang bertujuan menciptakan aset tak berwujud jangka panjang dan dengan demikian memastikan kesuksesan masa depan perusahaan.83 Membangun merek yang kuat akan mendukung bisnis atau usaha untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang, tidak hanya lebih cepat, Philip Kotler, Waldemar Pfoertsch, B2B Brand Management: Dengan Branding Membangun Keunggulan dan Memenangi Kompetisi, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. 2006 hal 123. 82 Handito Joewono, The 5 Arrows of Strategy Management, Jakarta: Arrbey. 2013 hal 7. 83 Kotler, op.cit., 57 81 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 76 tetapi juga dengan cara yang lebih menguntungkan. Merek tidak hanya tentang apa yang dijual perusahaan, namun merek mewakili apa yang dilakukan oleh perusahaan, dan yang terpenting lagi adalah “apa perusahaan tersebut”. Kebanyakan merek adalah penyebab dari keberadaan usaha atau bisnis, dan bukan sebaliknya. 2.6.2. Alasan Menggunakan Merek Banyak alasan mengapa produk dan jasa harus menggunakan merek untuk dapat memasuki sebuah pasar. Dalam buku panduan Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual menyebutkan bahwa pemakaian merek berfungsi sebagai:84 1. Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya; 2. Sebagai alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebut mereknya; 3. Sebagai jaminan atas mutu barangnya; 4. Menunjukkan asal barang/jasa dihasilkan. Merek yang bertahan lama dapat memberi kekuatan lebih besar dibandingkan aset lainnya, yang bertindak sebagai jalan pintas emosional antara perusahaan dengan konsumennya. Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Diakses pada tanggal 22 Juli 2016 dari http://e-tutorial.dgip.go.id/wp-content/uploads/brosur/panduan2013.pdf 84 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 77 Kepribadian merek dan reputasi kinerjanya dapat membedakannya dari pesaing, yang menghasilkan kesetiaan dan pertumbuhan konsumen. Peranan brand dapat diringkas sebagai berikut:85 1. Diferensiasi Merek adalah alat bantu yang efektif dan memaksa untuk melakukan “dekomoditisasi” kategori produk yang sangat tidak terdiferensiasi. 2. Masa depan bisnis yang aman Dengan merek yang kuat akan lebih mudah untuk melawan krisis apapun dan merek juga menarik bagi pasar keuangan dan investor. 3. Menciptakan kesetiaan merek Merek membantu perusahaan dalam melakukan transisi dari model penjualan berbasis transaksi menjadi berbasis hubungan. Kesetiaan merek tercipta ketika bisnis atau usaha secara konsisten berusaha untuk menyampaikan kesan sesuai dengan janji merek. 4. Mendiferensiasi usaha pemasaran Bisnis atau usaha dengan merek yang kuat dapat memperoleh manfaat dan meningkatnya efektifitas komunikasi. Usaha pemasaran akan lebih siap diterima dibandingkan produk dan jasa yang tidak bernama atau tidak dikenal oleh konsumen. 5. Menciptakan preferensi (prioritas) Philip Kotler, Waldemar Pfoertsch, B2B Brand Management: Dengan Branding Membangun Keunggulan dan Memenangi Kompetisi, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. 2006 hal 59. 85 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 78 Preferensi merek dalam keadaan terbaiknya dapat menyebabkan adanya penolakan akan merek pesaing atau competitor. 6. Menetapkan harga premium Suatu usaha atau bisnis dengan merek yang terkenal dapat menetapkan harga premium untuk produk dan jasanya. Dengan sendirinya hal itu membuat produk dan jasa lebih kuat menghadapi tekanan persaingan. 7. Menciptakan citra merek Merek memungkinkan adanya penawaran nilai perusahaan menjadi lebih tinggi. Selain itu, citra merek yang positif juga menarik bagi pemangku kepentingan lainnya, dan memudahkan untuk merekrut dan mempertahankan orang-orang berbakat. 8. Peningkatan penjualan Tujuan utama bisnis adalah untuk mendapatkan keuntungan. Perusahaan dengan merek yang kuat dapat diuntungkan tidak hanya dari margin yang lebih besar namun juga volume penjualan yang lebih besar. 2.6.3. Merek Lokal dan Merek Global Seiring dengan derasnya arus globalisasi, perusahaan-perusahaan berusaha menciptakan merek-merek global (global brands) dan secara agresif berupaya mencari pasar-pasar potensial diseluruh belahan dunia. Menurut Yip (1995), 86 merek global adalah merek-merek yang memiliki nama yang sama, strategi Fandy Tjiptono, Gregorius Chandra, Pemasaran Global: Konteks Offline & Online, Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2012 hal 128. 86 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 79 pemasaran terkoordinasi yang sama pula di banyak negara. Kendati demikian Kahn (dikutip dalam Branch, 2001)87 menegaskan bahwa formula satu produk dan jasa yang sama namun dijual dengan berbagai nama berbeda disejumlah negara dapat pula diklasifikasikan sebagai merek global, asalkan strategi pemasarannya dikelola secara tersentralisasi. Merek global biasanya didukung dengan sejumlah keunggulan, seperti skala ekonomis, lingkup ekonomis, international recognition, jaringan distribusi global, dan kekuatan finansial perusahaan pemiliknya. Faktor ini yang membuat merekmerek global mampu menerobos banyak pasar diberbagai penjuru dunia Merek lokal (local brands) perlu diklasifikasikan secara lebih sistematis dan akurat. Salah satu tipelogi lain yang ditawarkan adalah klasifikasi berdasarkan dua dimensi utama, yaitu asal (origin) dan kepemilikan (ownership). Ada empat kategori utama perspektif merek lokal, yaitu sebagai berikut:88 a. Original local brands Kategori ini mencakup merek-merek yang berasal dari negara setempat/lokal dan dimiliki oleh orang/perusahaan lokal. Contohnya adalah Kopi Kapal Api, jamu Nyonya Meneer, harian Kompas, Martha Tilaar, dan lain-lain. Fandy Tjiptono, Gregorius Chandra, Pemasaran Global: Konteks Offline & Online, Yogyakarta, UPP STIM YKPN. 2012 hal 128 88 Ibid. 87 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 80 b. Quasi local brands Kategori ini terdiri dari merek-merek yang berasal dari negara lokal, namun dimiliki oleh orang/perusahaan asing. Kategori ini terdiri atas dua bentuk (Tjiptono, 2003) 89 . Pertama, original local brands yang dibeli oleh perusahaan multinasional, namun nama merek lokalnya dipertahankan (contoh; Ades dibeli oleh Coca-Cola Company). Kedua, merek lokal yang dikembangkan dan dipasarkan secara khusus untuk pasar domestik tertentu oleh perusahaan multinasional (contoh; PT Unilever Indonesia Tbk. Mengembangkan dan memasarkan Citra hand and body lotion di pasar Indonesia). c. Acquired local brands Kategori ini meliputi merek-merek yang berasal dari negara lain, namun dimiliki oleh orang/perusahaan lokal. d. Foreign brands Kategori ini merupakan kebalikan dari original local brands. Foreign brands berasal dari luar negeri dan dimiliki orang/perusahaan asing. Secara umum, setiap negara termasuk negara berkembang memiliki original local brands yang kuat. Merek-merek ini bukan saja mampu bertahan hidup dalam era globalisasi dan pasar bebas, namun juga memainkan peranan signifikan dipasar domestiknya masing-masing. Fandy Tjiptono, Gregorius Chandra, Pemasaran Global: Konteks Offline & Online, Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2012 hal 128 89 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 81 2.7. Perdagangan Bebas Memasuki akhir tahun 1940an, prinsip-prinsip perdagangan bebas kembali mendominasi perdagangan internasional. Dibawah kepemimpinan Amerika Serikat, perdagangan internasional dibawa kearah liberalisme ekonomi. Pengertian perdagangan bebas telah mengalami transformasi dari waktu-ke waktu. Pada awal abad ke-19 di Amerika Serikat, perdagangan bebas dimaknai sebagai pengenaan tarif dibawah 20%. Lalu pada akhir abad ke-19 diartikan sebagai level tarif di bawah 40%, sementara di abad ke-20 perdagangan bebas, tarif dibawah 5%. Dalam kasus AFTA misalnya, perdagangan bebas diartikan sebagai tarif antara 0% sampai 5%.90 Pada perkembangan selanjutnya makna perdagangan bebas diperluas tidak hanya menyangkut pertukaran barang yang melintas batas-batas negara tanpa mengalami hambatan, namun menyangkut hal-hal lain yang tidak berhubungan langsung dengan perdagangan, misalnya bidang jasa, dan bidang Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI), investasi, lalu lintas tenaga kerja, infrastruktur dan sebagainya. Sehingga apa yang disebut sebagai perdagangan bebas meliputi semua bidang eknomi yang berporos pada perdagangan, investasi, jasa (trade-investementservice nexus). Edy Burmansyah, Rezim Baru Asean: Memahami Rantai Pasokan dan Masyarakat Ekonomi Asean, Yogyakarta: Pustaka Sempu. 2014 hal 6. 90 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 82 Dewasa ini apa yang disebut sebagai perdagangan bebas sangat jauh berbeda makna prosesnya dibandingkan pada abad 20. Pelaku perdagangan internasional telah berubah dari perdagangan antar negara menjadi perdagangan yang dilakukan perusahaan-perusahaan multinasional (perdagangan infra firm). Perusahaan multinasional kini merupakan pelaku utama dari globalisasi. Pandangan konversional bahwa persaingan perdagangan internasional adalah persaingan antara negara atau antar benua, sudah mengalami pergeseran definisi. Produksi dan bisnis yang terintegrasi dari perusahaan-perusahaan multinasional membentuk satu jaringan/rantai produksi yang melibatkan banyak perusahaan yang tersebar di banyak negara untuk mencapai efisiensi dan keuntungan yang maksimal. Kegiatan produksi seperti pembuatan komponen, pembuatan bahan baku, perakitan dan penyelesaian akhir produk disebar kelokasilokasi yang dianggap paling menguntungkan diseluruh dunia dengan tetap dapat mengendalikan proses produksi dari suatu tempat pengendalian atau disebut juga dengan globalisasi produksi. 2.8. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Memasuki periode pertengahan tahun 1970-an, negara-negara anggota ASEAN telah meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu agenda utama yang perlu dikembangkan. Pada awalnya kerjasama ekonomi difokuskan pada program-program pemberian preferensi perdagangan (preferential trade), usaha http://digilib.mercubuana.ac.id/ 83 patungan (join ventures) dan skema saling melengkapi (complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN. Pasca perang dingin, ASEAN semakin agresif membuat kesepakatankesepakatan ekonomi yang bertujuan menciptakan integrasi ekonomi kawasan. Diantaranya adalah AFTA yang merupakan cikal bakal dibentuknya ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Dan pada bulan Agutus 2006 bertempat di Kuala Lumpur Malaysia para Menteri negara bertemu untuk membahas kesepakatan mengembangkan ASEAN Economic Community Blueprint, sebagai panduan pelaksanaan AEC, yang memuat jadwal strategis dan tenggat waktu pelaksanaannya. Melalui AEC Blueprint, pelaksanaan AEC dipercepat dari sebelumnya tahun 2020 menjadi tahun 2015 akhir. AEC Blueprint sendiri ditandatangani bersamaan dengan pengesahan Piagam ASEAN, 20 Nopember 2007 pada KTT ke -13 ASEAN di Singapura.91 AEC dibangun dalam 4 pilar utama yaitu: 1. Single market and production base Dengan terbukanya komunitas ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015 akan menjadikan ASEAN sebagai satu entitas pasar. Setiap negara menjadi pemain yang dapat menawarkan berbagai barang dan jasa kepada seluruh masyarakat ASEAN. Selain itu, setiap negara harus Website Kementerian Perdagangan, Tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN. Diakses pada tanggal 16 Februari 2017 dari http://aeccenter.kemendag.go.id/tentang-aec-2015/ 91 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 84 memiliki produksi yang kuat dan berkualitas. Single market dan production base memiliki 5 elemen utama yaitu bebas barang (free flow of goods), jasa (free flow of service), investasi (free flow of investment), aliran modal yang bebas (free flow of capital) dan tenaga kerja terdidik (free flow of skilled labour). 2. High competitiveness AEC memberikan peluang untuk meningkatkan daya saing setiap negara yang terlibat sekaligus kawasan. Tidak diragukan bahwa kerjasama dan kolaborasi kawasan dapat menjadi kekuatan untuk meningkatkan competitive advantage dan menjadi magnet bagi dunia global. 3. Equitable growth Walau ada persaingan, ASEAN Economic Community dalah upaya bersama untuk mensejahterakan semua anggotanya. 4. Economic integration to the global economy Membentuk sebuah komunitas ekonomi bukanlah upaya untuk mengasingkan diri dari dunia global. Sebaliknya, komunitas ekonomi ASEAN ditujukan untuk mengintegrasikan ekonomi kawasan dengan ekonomi global dengan harapan mampu menawarkan diri dengan nilai yang lebih tinggi. ASEAN bergerak di sebuah lingkungan yang makin terhubung dalam jejaring global yang sangat terkait satu dengan yang lain, dengan pasar yang saling http://digilib.mercubuana.ac.id/ 85 bergantung dan industri yang mendunia. Agar pelaku usaha ASEAN dapat bersaing secara global, guna menjadikan ASEAN lebih dinamis sebagai pemasok dunia, dan untuk memastikan bahwa pasar domestik tetap menarik bagi investasi asing, maka pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-23 ASEAN di Bandar Seri Bengawan, Brunei Darussalam 9-10 Oktober 2013, para pemimpin negara anggota ASEAN dalam pernyataannya menyepakati untuk memperdalam integrasi ASEAN melampaui batas-batas ASEAN Economic Community (AEC). Bagi Indonesia, pasar ASEAN yang luas mewakili +25% pasar ekspor Indonesia, sehingga ASEAN merupakan pasar tujuan eskpor potensial bagi Indonesia. Tidak hanya manfaat dibidang perdagangan barang, manfaat yang diberikan di sektor jasa juga sangat besar. Dengan semakin terbukanya arus peredaran jasa di ASEAN, diharapkan kontribusi sektor jasa akan meningkat menjadi 70% di tahun 2025. Dengan diberlakukannya MEA setidaknya ada 7 peluang bagi Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut:92 1. Manfaat integrasi dan pertumbuhan ekonomi, 2. Menjadi pasar potensial dunia, 3. Menjadi negara pengekspor, 4. Negara tujuan investor, Website Kementerian Perdagangan, 100 Pertanyaan Tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN: Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Pusat Humas Kemendag. 2015, Ebook. Diakses pada tanggal 20 Maret 2016 dari http://www.kemendag.go.id/addon/ebook/246/index.html#/0 92 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 86 5. Meningkatkan daya saing, 6. Terbukanya peluang usaha dipasar barang dan jasa 7. Manfaat aliran modal asing. Bagi Indonesia, dengan jumlah populasi, luas dan letak geografi terbesar di ASEAN adalah aset yang dimiliki oleh Indonesia untuk bisa menjadi pemenang dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. MEA akan menjadi kesempatan yang baik bagi Indonesia, karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal ini akan berdampak pada peningkatan ekspor nasional yang pada akhirnya akan meningkatkan PDB Indonesia. http://digilib.mercubuana.ac.id/