analisis preferensi konsumen teh hijau siap minum

advertisement
ANALISIS SIKAP KONSUMEN DAN KINERJA ATRIBUT
TEH HIJAU SIAP MINUM MEREK NU GREEN TEA ORIGINAL
DI KOTA JAKARTA
Dhita Aditya Ayuningtyas
H34066034
PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN
DHITA ADITYA AYUNINGTYAS. Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen
Teh Hijau Siap Minum Merek Nu Green Tea Di Kota Jakarta (Dibawah
bimbingan TINTIN SARIANTI).
Teh merupakan salah satu komoditi perkebunan yang telah dikembangkan
di Indonesia sejak tahun 1800-an. Komoditi teh memiliki peran yang cukup
penting dalam meningkatkan perekonomian nasional Indonesia, yaitu sebagai
penghasil devisa dan menyerap tenaga kerja Hasil survei yang dilakukan oleh AC
Nielsen, MARS dan SWA sejak tahun 1999 hingga 2004 menunjukkan tingkat
penetrasi pasar komoditi teh mencapai 95 persen. Informasi tersebut menunjukan
bahwa minuman teh telah dikonsumsi oleh setiap masyarakat Indonesia.
Produk teh siap minum dalam kemasan yang baru beberapa tahun ini
mulai diproduksi oleh produsen teh siap minum adalah teh hijau (green tea) dalam
kemasan. Teh hijau dipilih karena dalam beberapa tahun terakhir teh hijau sedang
populer karena khasiatnya bagi kesehatan sehingga banyak konsumen yang
mengkonsumsi teh hijau. Perusahaan tertarik untuk memproduksi teh hijau siap
minum mengingat makin banyaknya masyarakat yang sadar pentingnya kesehatan
dan hal tersebut merupakan peluang yang ingin dimanfaatkan oleh para produsen
minuman. Banyaknya pesaing yang masuk ke dalam pasar teh hijau siap minum
membuat supply teh hijau meningkat. AC Nielsen Indonesia mencatat sejak
September 2005-September 2006 pasar teh hijau siap minum tumbuh 1,017
persen.
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah analisis sikap dan kepuasan
konsumen teh hijau siap minum merek Nu Green Tea. Secara lebih khusus
penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji karakteristik konsumen teh hijau siap
minum merek Nu Green TeaOriginal di Kota Jakarta, (2) Mengkaji proses
keputusan pembelian konsumen teh hijau siap minum merek Nu Green Tea
Original di Kota Jakarta (3) Mengkaji sikap konsumen terhadap produk teh hijau
siap minum merek Nu Green Tea Original dibandingkan dengan merek teh hijau
yang lain di Kota Jakarta, (3) Mengkaji kinerja atribut produk teh hijau siap
minum merek Nu Green Tea Original di Kota Jakarta.
Penelitian ini dilakukan di Kota Jakarta. Pemilihan tempat dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota Jakarta merupakan
salah satu Kota besar yang memiliki konsumen yang sesuai dengan sasaran Nu
Green Tea yaitu konsumen yang memiliki gaya hidup yang modern, dinamis,
trendy dan sangat memperhatikan kesehatan serta penampilan. Pengumpulan data
dilakukan pada bulan September-Oktober 2008.
Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri
dari data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan
mengisi kuisioner yang sudah disediakan. Pengisian kuisioner dilakukan dengan
wawancara secara langsung dengan responden. Data sekunder adalah data yang
diperoleh melalui data yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang
berkaitan dengan masalah penelitian.
Karakteristik konsumen teh hijau siap minum merek Nu Green Tea
sebagian besar berusia antara19-29 tahun sebesar 81 persen. Dari 100 responden
yang diambil sebesar 59 persen berjenis kelamin perempuan dengan tingkat
pendidikan terakhir SMU sebesar 42 persen. Responden yang paling dominan
berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa sebesar 68 persen dengan pendapatan antara
Rp 500.000-Rp 1.000.000 sebesar 40 persen serta 84 persen responden berstatus
belum menikah.
Pada tahap pengenalan kebutuhan, sebagian besar responden
mengkonsumsi teh hijau siap minum karena rasanya yang enak. Pada tahap
pencarian informasi, merek teh hijau siap minum yang paling banyak diketahui
oleh responden adalah Nu Green Tea dan sumber informasi mengenai teh hijau
siap minum banyak diperoleh melalui media televisi. Pada tahap evaluasi
alternatif, atribut yang paling banyak dipertimbangkan adalah atribut rasa. Dari
atribut rasa yang paling dipertimbangkan tersebut menurut responden merek teh
hijau siap minum yang sesuai adalah Nu Green Tea.
Pada tahap pembelian, sebagian besar responden melakukan pembelian teh
hijau siap minum merek Nu Green Tea di minimarket/toko. Sebagian besar
responden melakukan pembelian berdasarkan situasi yang mereka alami
(tergantung situasi) dan waktu mengkonsumsi teh hijau siap minum tidak tentu.
Teman/kerabat/keluarga cukup mempengaruhi responden dalam melakukan
keputusan pembelian sedangakan pengaruh penjual tidak mempengaruhi dalam
melakukan keputusan pembelian. Pengeluaran responden untuk membeli teh hijau
siap minum merek Nu Green Tea setiap bulannya adalah sebesar Rp 10.000-Rp
25.000. Jika harga teh hijau siap minum merek Nu Green Tea mengalami
kenaikan maka responden akan tetap membeli merek tersebut asalkan kenaikan
harga masih dalam tahap wajar. Sebagian besar responden menginginkan bentuk
promosi berupa potongan harga. Pada tahap evaluasi pasca pembelian, responden
menyatakan puas dengan produk teh hijau siap minum merek Nu Green Tea dan
akan melakukan pembelian ulang serta akan merekomendasikan merek tersebut
kepada orang lain.
Pada analisis sikap merek teh hijau siap minum yang memperoleh nilai
total sikap yang paling baik adalah merek Nu Green Tea yaitu sebesar 19,02
kemudian diikuti dengan merek Frestea Green Sebesar 32,97, Zestea sebesar
48,48 dan Joy Tea Green sebesar 54,88. Nilai sikap yang paling kecil adalah nilai
sikap yang di peroleh Nu Green Tea, artinya Nu Green Tea merupakan produk teh
hijau siap minum yang paling mendekati harapan konsumen.
Pada analisis kinerja atribut dengan menggunakan Importance
Performance Analysis (IPA), atribut Nu Green Tea tidak ada yang terdapat dalam
kuadran I. Pada kuadran II terdapat atribut kejelasan kadalursa, kesegaran,
kejelasan izin Depkes, kemudahan mendapatkan, ketersediaan kondisi dingin, dan
rasa manis. Pada kuadran III terdapat atribut harga, manfaat antioksidan,
komposisi dan kemasan, sedangkan pada kuadran IV terdapat atribut aroma, iklan,
promosi, dan merek.
ANALISIS SIKAP KONSUMEN DAN KINERJA ATRIBUT
TEH HIJAU SIAP MINUM MEREK NU GREEN TEA ORIGINAL
DI KOTA JAKARTA
Dhita Aditya Ayuningtyas
H34066034
Skripsi
Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Fakultas Ekonomi Manajemen
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
ANALISIS SIKAP DAN KINERJA ATRIBUT TEH HIJAU SIAP MINUM
MEREK NU GREEN TEA ORIGINAL DI KOTA JAKARTA BENAR-BENAR
MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Januari 2009
Dhita Aditya Ayuningtyas
H 34066034
ANALISIS SIKAP KONSUMEN DAN KINERJA ATRIBUT
TEH HIJAU SIAP MINUM MEREK NU GREEN TEA ORIGINAL
DI KOTA JAKARTA
Dhita Aditya Ayuningtyas
H 34066034
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 30 Desember 2008
Pembimbing
Tintin Sarianti, SP, MM
Dekan
Fakultas Ekonomi Manajemen
Instutut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 September 1985. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Herianto Marwoto
dan ibu Tri Indratni.
Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SDK IGN Slamet Riyadi
Jakarta dan lulus pada tahun 1997 dan kemudian dilanjutkan pada pendidikan
tingkat menengah pada SLTPK IGN Slamet Riyadi Jakarta dan dapat diselesaikan
pada tahun 2000. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis pada tahun
2003 pada SLTA Negeri 5 Bogor kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada
Program Studi Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas pertanian, Institut
Pertanian Bogor yang diselesaikan penulis pada tahun 2006. Pada tahun yang
sama, penulis melanjutkan di Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan
Khusus, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang telah memberikan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis
dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini berjudul “Analisis Sikap dan Kinerja Atribut Teh Hijau Siap
Minum Merek Nu Green Tea di Kota Jakarta”. Skripsi ini menguraikan tentang
sikap dan kinerja atribut terhadap produk teh hijau siap minum merek Nu Green
Tea di Kota Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun
demkian penulis berharap agar hasil yang tertuang dalam skripsi ini dapat
bermanfaat.
Bogor, Januari 2009
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur, akhirnya penulisan Skripsi ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktu yang direncanakan.
Penyelesaian penulisan Skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada :
1. Tintin Sarianti, SP, MM sebagai dosen pembimbing yang telah memberi
bimbingan dan arahan bagi penulis mulai awal sampai dengan skripsi ini
selesai.
2. Ir. Neti Tinaprilina, MM selaku dosen evaluator kolokium atas perbaikan
yang telah diberikan terhadap isi dan format skripsi.
3. Ir. Rita Nurmalina, MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang atas
saran dan perbaikan yang telah diberikan kepada penulis.
4. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen komite pendidikan pada ujian
sidang atas saran-sarannya kepada penulis.
5. Orang tua tercinta, Bapak Herianto Marwoto dan Ibu Tri Indratni serta
adikku Dimaz atas perhatian yang tulus dan kasih sayang yang telah
dicurahkan serta dukungan moril dan materil selama ini dan dalam
penyelesaian skripsi.
6. Lini Antinia Dewi yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar
dan teman bertukar pikiran selama penelitian.
7. Eko yang selalu mendampingi dan menemani penulis pada saat penulisan
skripsi ini. Terimakasih atas kesabarannya terhadap penulis selama ini.
8. Yuyun, Dimas, Defieta, Mira serta teman-teman yang tidak bisa
disebutkan namanya yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
penulisan Skripsi ini, terima kasih atas persahabatannya.
9. Seluruh teman-teman dari Diploma III MAB IPB sampai dengan Ekstensi
terima kasih atas pertemanannya dan dukungannya.
10. Sahabat-sahabatku sejak SMU: Nisa, Anya, Dini, Anggie, Evita, Diba,
Rahma dan Uci atas semangatnya bagi penulis selama ini.
11. Tante Susi dan Om Toto atas doa, perhatian dan dukungannya terhadap
penulis sampai dengan saat ini.
12. Mbak Sami atas pengertiannya dan bantuannya kepada penulis selama
penulisan skripsi ini berlangsung.
Bogor, Januari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
I.
PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
Latar Belakang ............................................................................ 1
Perumusan Masalah .................................................................... 8
Tujuan Penelitian ........................................................................ 11
Manfaat Penelitian ....................................................................... 12
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 12
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 14
2.1 Gambaran Umum Komoditas Teh .............................................. 14
2.1.1 Sejarah Teh.......................................................................... 14
2.1.2 Jenis Teh ............................................................................. 15
2.1.3 Kandungan Teh ................................................................... 17
2.1.4 Manfaat Teh ........................................................................ 17
2.1.5 Bentuk Olahan Teh ............................................................. 18
2.2 Minuman Ringan ......................................................................... 18
2.2.1 Kemasan .............................................................................. 19
2.3 Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................ 21
III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................. 28
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................... 28
3.1.1 Perilaku Konsumen ............................................................. 28
3.1.2 Proses Pengambilan Keputusan .......................................... 30
3.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan
Pembelian ........................................................................... 37
3.1.4 Atribut Produk..................................................................... 41
3.1.5 Merek .................................................................................. 42
3.1.6 Sikap.................................................................................... 43
3.1.6.1 Konsep dan Definisi Sikap ..................................... 43
3.1.6.2 Model Tiga Komponen Sikap ................................ 44
3.1.6.3 Fungsi Sikap ........................................................... 46
3.1.7 Model Sikap Multiatribut .................................................... 47
3.1.8 Metode Importance Performance Analysis (IPA) ............... 48
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................. 48
xi
IV. METODE PENELITIAN .................................................................. 52
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 52
4.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................... 52
4.3 Metode Pengambilan Sampel ....................................................... 53
4.4 Pengujian Kuisioner ..................................................................... 54
4.4.1 Uji Validitas ....................................................................... 54
4.4.2 Uji Reliabilitas ................................................................... 57
4.5 Analisis Data ................................................................................ 59
4.5.1 Analisis Deskriptif ............................................................. 59
4.5.2 Analisis Angka Ideal .......................................................... 60
4.5.3 Importance Performance Analysis (IPA)........................... 61
4.6 Definisi Operasional ............................................................. 64
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN KARAKTERISTIK
RESPONDEN ....................................................................................... 66
5.1 Situasi Wilayah ............................................................................. 66
5.1.1 Letak Geografis .................................................................. 66
5.1.2 Batas Wilayah .................................................................... 66
5.1.3 Iklim ................................................................................... 67
5.1.4 Penduduk ............................................................................ 67
5.2 Gambaran Umum Perusahaan ....................................................... 69
5.3 Karakteristik Umum Responden ................................................... 71
5.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ....................... 71
5.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....... 72
5.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan .......................................................................... 72
5.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan .............. 73
5.3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
Per Bulan ............................................................................ 74
5.3.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan . 75
VI. PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN ............................................ 77
6.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian .................................. 77
6.1.1 Pengenalan Kebutuhan ....................................................... 77
6.1.2 Pencarian Informasi ............................................................ 80
6.1.3 Evaluasi Alternatif ............................................................. 83
6.1.4 Keputusan Pembelian ......................................................... 85
6.1.5 Evaluasi Hasil..................................................................... 93
6.2 Rangkuman Proses Keputusan Pembelian Teh Hijau Siap Minum
Merek Nu Green Tea .................................................................... 95
VII. ANALISIS SIKAP DAN KINERJA ATRIBUT ............................. 97
7.1 Analisis Angka Ideal .................................................................... 97
7.2 Importance Performance Analysis (IPA) ..................................... 108
xii
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 117
8.1 Kesimpulan ................................................................................. 117
8.2 Saran ............................................................................................ 119
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 121
LAMPIRAN .............................................................................................. 123
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Produksi Teh di Indonesia Tahun 2002-200 ................................ 2
2.
Perkembangan Ekspor Teh Indonesia Tahun 2002-2006..............3
3.
Perkembangan Konsumsi Produk Olahan Teh di Indonesia
Tahun 1996-2004 ......................................................................... .5
4.
Market Share Minuman Teh Hijau.................................................9
5.
Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu.......................................... 27
6.
Jenis, Sumber Data, Data yang Diperlukan dan Metode
Pengumpulan Data yang Digunakan dalam Penelitian..................53
7.
Atribut-Atribut Untuk Uji Validitas ............................................. 55
8.
Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2008 .................. 67
9.
Responden Berdasarkan Usia ....................................................... 72
10.
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................... 72
11.
Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan............................... 73
12.
Responden Berdasarkan Pekerjaan .............................................. 74
13.
Responden Berdasarkan Pendapatan Per Bulan ........................... 75
14.
Responden Berdasarkan Status Pernikahan ................................. 76
15.
Alasan Konsumen Mengkonsumsi Teh Hijau Siap Minum......... 78
16.
Tingkat Kepentingan Mengkonsumsi Teh Hijau Siap Minum .... 79
17.
Jika Responden Tidak Mengkonsumsi Teh Hijau Siap Minum... 80
18.
Merek Teh Hijau yang Diketahui Konsumen .............................. 81
19.
Sumber Informasi Tentang Teh Hijau Siap Minum..................... 82
20.
Fokus Perhatian dari Sumber Informasi ....................................... 83
xiv
21.
Atribut yang Paling Dipertimbangkan Pada Saat Membeli
Teh Hijau Siap Minum ................................................................. 84
22.
Merek yang Sesuai Atribut yang Dipertimbangkan Konsumen .. 85
23.
Tempat Pembelian Teh Hijau Siap Minum Nu Green Tea .......... 86
24.
Cara Memutuskan Pembelian Teh Hijau Siap Minum
Nu Green Tea .............................................................................. 87
25.
Waktu mengkonsumsi Teh Hijau Siap Minum Nu Green Tea .... 87
26.
Pengaruh Teman/Kerabat/Keluarga Dalam Pembelian
Teh Hijau Siap Minum Nu Green Tea ......................................... 88
27. Pengaruh Penjual Dalam Pembelian Teh Hijau Siap Minum
Nu Green Tea ................................................................................ 89
28. Pengeluaran untuk Pembelian Teh Hijau Siap Minum
Nu Green Tea ................................................................................ 90
29. Jika Harga Teh Hijau Siap Minum Nu Green Tea Mengalami
Kenaikan ....................................................................................... 91
30. Bentuk Promosi yang Diinginkan ................................................. 92
31. Tingkat Kepuasan Terhadap Teh Hijau Siap Minum
Nu Green Tea ................................................................................ 93
32. Motivasi Untuk Melakukan Pembelian Ulang .............................. 94
33. Melakukan Rekomendasi Mengenai Teh Hijau Siap Minum
Nu Green Tea ................................................................................ 94
34. Hasil Penilaian Sikap Konsumen Terhadap Teh Hijau Siap
Minum Merek Nu Green Tea dan Frestea Green ........................ 98
35. Hasil Penilaian Sikap Konsumen Terhadap Teh Hijau Siap
Minum Merek Joy Tea Green dan Zestea .................................... 99
36.
Penilaian Rata-rata Importance Performance Analysis
Merek Nu Green Tea .................................................................... 109
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Pertumbuhan Penjualan Regular Tea dan Green Tea Siap Minum ..... 7
2. Model Perilaku Pengambilan Keputusan dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya....................................................................... 29
3. Tahapan Pengambilan Keputusan Konsumen ...................................... 30
4. Proses Pengenalan Kebutuhan ............................................................. 31
5. Proses Pencarian Informasi .................................................................. 32
6. Komponen Dasar Evaluasi Alternatif .................................................. 34
7. Tahap-tahap Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian .... 35
8. Bagaimana Konsumen Menangani Ketidakpuasan .............................. 36
9. Tiga Komponen Pembentukan Sikap ................................................... 45
10. Kerangka Pemikiran Operasional ........................................................ 51
11. Diagram Kartesius Kepuasan Konsumen............................................. 63
12. Diagram Kartesius Untuk Atribut-atribut yang Mempengaruhi
Pembelian Nu Green Tea ..................................................................... 110
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Kuisioner Responden ........................................................................... 123
2. Hasil Uji Validitas ................................................................................ 128
3. Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................ 131
4. Peta DKI Jakarta .................................................................................. 133
5. Hasil Perhitungan Persepsi Responden Terhadap Atribut Teh Hijau
Siap Minum .......................................................................................... 134
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teh merupakan salah satu komoditi perkebunan yang telah dikembangkan
di Indonesia sejak tahun 1800-an. Teh dalam komoditi pertanian Indonesia
digolongkan ke dalam tanaman perkebunan berumur panjang seperti karet, kelapa
sawit, kopi dan kakao. Komoditi teh memiliki peran yang cukup penting dalam
meningkatkan perekonomian nasional Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa
dan menyerap tenaga kerja. Pangsa pasar nilai ekspor teh sebesar 7,8 persen dari
nilai total ekspor hasil pertanian. Jumlah tenaga kerja perkebunan teh merupakan
yang tertinggi dibandingkan dengan komoditas agribisnis lain, yaitu sekitar 2 juta
orang di seluruh Indonesia. Rata-rata perkebunan teh di Indonesia menyerap 3
hingga 4 tenaga kerja per hektar sedangkan tenaga kerja perkebunan sawit hanya
dua orang per hektar1.
Selama ini Indonesia merupakan salah satu negara produsen utama teh
dunia. Produksi teh di Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain hanya
menempati urutan kelima setelah India sebesar 665,3 ribu ton, Cina sebesar 665
ribu ton, Kenya sebesar 284,6 ribu ton dan Srilangka sebesar 280,6 ribu ton (ITC,
1999). Produksi teh di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
________________________________
1
Teh Sudah Selayaknya Menjadi Komoditas Unggulan. http://www.kompas.com diakses 3
Agustus 2008
2
Tabel 1. Produksi Teh di Indonesia Tahun 2002-2006
Tahun
Produksi (Ton)
Pertumbuhan (%)
2002
162.195
-2,80
2003
174.602
7,65
2004
165.714
-5,09
2005
165.901
-3,92
2006*
152.132
-8,30
Keterangan:*) Data Sementara
Sumber: BPS, 2006
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa kecenderungan produksi teh di Indonesia
setiap tahunnya mengalami penurunan. Hal ini dapat terlihat dari kecenderungan
pertumbuhan yang negatif pada tahun 2002 hingga 2006. Penurunan produksi teh
ini disebabkan oleh beberapa masalah yaitu penggunaan tanaman yang tidak
unggul, keterbatasan dalam mengakses teknologi, harga pucuk yang rendah karena
globalisasi perdagangan teh, terbatasnya fasilitas pengolahan yang memadai,
sistem tataniaga yang kurang mendukung dan peran kelembagaan yang belum
optimal2.
Produksi teh Indonesia sebagian besar dipasarkan ke mancanegara. Pada
tahun 2005 tercatat 59 negara dan pada tahun 2006 tercatat 62 negara yang
menjadi negara tujuan ekspor teh Indonesia. Pada tahun 2006, lima besar negara
yang menjadi pengimpor teh Indonesia yaitu United Kingdom, Rusia, Pakistan,
Malaysia dan Germany (BPS, 2006). Perkembangan ekspor teh Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 2.
________________________________
2
Teh Sudah Selayaknya Menjadi Komoditas Unggulan.
Agustus 2008
http://www.kompas.com diakses 3
3
Tabel 2. Perkembangan Ekspor Teh Indonesia Tahun 2002-2006
Tahun
Teh Hijau
Teh Hitam
Jumlah
Pertumbuhan
Volume
Nilai
Volume
Nilai
Volume
Nilai
Volume
(Ton)
(000
(Ton)
(000
(Ton)
(000
(%)
US$)
US$)
US$)
2002
5.485
6.032
94.700
97.394
100.185
103.426
0.47
2003
3.565
3.967
84.611
91.849
88.176
95.816
-11,99
2004
3.707
7.235
94.865
108.783
98.572
116.018
11,79
2005
9.531
23.133
92.763
98.363
102.294
121.496
10,38
2006
9.079
24.562
86.260
109.952
95.339
134.514
-6,80
Sumber: BPS, 2006
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perkembangan ekspor teh Indonesia
mengalami fluktuasi. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang
melatarbelakangi. Faktor-faktor tersebut diantaranya komposisi produk teh yang
diekspor Indonesia kurang mengikuti kebutuhan pasar, negara-negara tujuan
ekspor teh Indonesia kurang ditujukan ke negara-negara pengimpor teh yang
memiliki pertumbuhan impor teh tinggi dan daya saing teh Indonesia di pasar teh
dunia masih lemah3.
Selain menjadi komoditas ekspor, teh juga diproduksi untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri. Hasil survei yang dilakukan oleh AC Nielsen, MARS dan
SWA sejak tahun 1999 hingga 2004 menunjukkan tingkat penetrasi pasar komoditi
teh mencapai 95 persen. Informasi tersebut menunjukan bahwa minuman teh telah
dikonsumsi oleh setiap masyarakat Indonesia. Teh merupakan minuman yang
disukai oleh masyarakat Indonesia, tetapi tingkat konsumsi teh dalam negeri masih
________________________________
3
Pertumbuhan Ekspor Teh Indonesia Jauh
http://www.bandungpress.com diakses 3 Agustus 2008
di
Bawah
Ekspor
Teh
Dunia.
4
rendah dibandingkan dengan negara produsen lainnya. Saat ini penduduk
Indonesia baru mengkonsumsi teh sebesar 330 gram per kapita per tahun, jauh
lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi per kapita negara-negara produsen
lainnya seperti Srilangka 1.290 gram per kapita per tahun, Maroko 1.220 gram per
kapita per tahun, India 660 gram per kapita per tahun4.
Di Indonesia teh dapat dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat, baik
itu kalangan ekonomi atas maupun kalangan ekonomi bawah. Teh adalah salah
satu minuman yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari masyarakat
Indonesia dan dapat dinikmati dalam berbagai suasana. Teh tidak hanya sebagai
penawar dahaga tetapi juga mempunyai keunggulan yang tidak ditemukan pada
minuman lain, yaitu cita rasa dan aroma yang khas, berguna untuk kesehatan
karena memiliki kandungan zat antioksidan polifenol serta tidak menimbulkan
efek samping bila diminum.
Industri teh telah memproduksi teh dalam berbagai bentuk dan kemasan
sehingga konsumen memiliki pilihan dalam mengkonsumsi teh. Bentuk yang
paling umum adalah teh dijual dalam bentuk curah dimana sebelum dikonsumsi
konsumen harus menyeduh dan mengeluarkan ampasnya terlebih dahulu atau lebih
dikenal dengan sebutan teh bubuk. Bentuk lain yaitu teh celup berbentuk kantung
dimana konsumen harus menyeduh kantung teh terlebih dulu sebelum dikonsumsi.
Bentuk yang saat ini banyak diproduksi oleh produsen teh adalah dalam bentuk teh
siap minum yang dikemas dalam kemasan tetra pack dan kemasan botol.
Berdasarkan konsep praktis siap minum tersebut konsumen tidak perlu menyeduh
________________________________
4
Pertumbuhan Ekspor Teh Indonesia Jauh
http://www.bandungpress.com diakses 3 Agustus 2008
di
Bawah
Ekspor
Teh
Dunia.
5
teh terlebih dahulu saat akan mengkonsumsi. Perkembangan konsumsi produk
olahan teh di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan Konsumsi Produk Olahan Teh di Indonesia 1996-2004
Produk Olahan Teh
Tahun
Teh
Trend
Teh
Trend
Teh
Trend
Bubuk
(%)
Celup
(%)
Kemasan
(%)
Total
Trend
(%)
1996
43.318
-
13.127
-
2.025
-
58.470
-
1997
44.834
3,5
15.424
17,5
2.410
19
62.668
7,18
1998
46.179
3,0
18.046
17
2.616
8,55
66.841
6,66
1999
47.888
3,7
21.294
18
2.842
8,64
72.024
7,75
2000
49.800
3,99
25.127
18
3.098
9,01
78.025
8,33
2001
51.782
3,98
30.203
20,2
3.141
10,8
85.078
9,04
2002
53.853
4,00
36.757
21,7
3.527
12,3
94.181
10,7
2003
55.937
3,87
45.762
24,5
3.929
11,4
103.505
9,9
2004
58.113
3,89
57.477
25,6
4.448
13,2
114.062
10,2
Ratarata
3,74
20,3
11,6
8,72
Sumber: BPS, 2005
Pada Tabel 3 terlihat bahwa trend perkembangan konsumsi produk olahan
teh baik teh bubuk, teh celup dan teh kemasan selalu positif setiap tahunnya.
Pertumbuhan trend yang paling tinggi adalah produk teh celup kemudian diikuti
dengan teh kemasan dan teh bubuk. Hal tersebut terjadi karena semakin lama teh
dalam bentuk yang lebih praktis makin digemari oleh masyarakat. Banyaknya
pilihan dan semakin mudahnya konsumen dalam mengkonsumsi teh dapat
meningkatkan konsumsi teh di Indonesia.
Terdapat empat jenis teh yang dikenal banyak orang, yaitu teh putih, teh
hijau, teh oolong, dan teh hitam. Perbedaan dari keempatnya terletak pada metode
pemrosesan daun teh setelah dipetik. Saat ini tidak hanya empat jenis teh tersebut
6
yang diproduksi oleh industri teh, tetapi industri berupaya mengembangkan teh
dalam berbagai bentuk dan rasa supaya teh memiliki nilai tambah di mata
konsumen. Produk teh yang saat ini telah terdapat di pasaran adalah teh celup, teh
instan, teh wangi melati, teh bebas kafein dan aneka teh kemasan siap saji seperti
fruit tea, green tea, teh botol, teh kotak, canning tea, dan carbonated tea.
Saat ini minuman teh yang sedang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia adalah minuman teh siap minum. Menurut AC Nielsen 2007, dalam
setahun masyarakat Indonesia mengkonsumsi 705 juta liter minuman teh siap
minum. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang sangat besar jika dilihat dari 200
juta botol minuman yang terjual setiap tahunnya. Air minum dalam kemasan
(AMDK) mengambil porsi 70 persen, teh dalam kemasan 11 persen, minuman
berkarbonasi 8 persen, minuman kesehatan 2 persen, dan jus 2 persen.
Produk teh siap minum yang baru beberapa tahun ini mulai diproduksi
oleh perusahaan teh siap minum adalah teh hijau (green tea) dalam kemasan. Teh
hijau dipilih karena dalam beberapa tahun terakhir teh hijau sedang populer karena
khasiatnya bagi kesehatan. Manfaat teh hijau bagi kesehatan antara lain dapat
menghambat pembentukan kanker, mencegah penyakit jantung dan stroke,
memperkuat pembuluh darah, menurunkan kolesterol dan masih banyak manfaat
teh lainnya. Perusahaan tertarik untuk memproduksi teh hijau siap minum
mengingat makin banyaknya masyarakat yang sadar pentingnya kesehatan dan hal
tersebut merupakan peluang yang ingin dimanfaatkan oleh para produsen
minuman.
Produsen yang pertama kali mengeluarkan produk teh hijau siap minum
adalah PT Coca-cola Bottling dengan produk Frestea Green dan PT ABC
7
President dengan produk Nu Green Tea, keduanya mulai memasuki pasar pada
September 20055. Setelah munculnya kedua merek teh hijau siap minum tersebut
banyak muncul merek-merek lain seperti Joy Tea Green Produksi PT Sinar Sosro,
Zestea produksi PT Tang Mas dan Yeo’s produksi Yeo Hiap Seng Trading
Singapura. Banyaknya pesaing yang masuk ke dalam pasar teh hijau siap minum
membuat supply teh hijau meningkat yang kemudian mendorong konsumen untuk
mengkonsumsi teh hijau siap minum. AC Nielsen Indonesia mencatat sejak
September 2005-September 2006 pasar teh hijau siap minum tumbuh 1,02 persen
(Gambar 1).
Gambar 1. Pertumbuhan Penjualan Regular Tea dan Green Tea Siap Minum
Sumber: AC Nielsen, 2007
Tingginya pertumbuhan pasar teh hijau tidak lepas dari upaya perusahaan
melakukan edukasi pasar. Tingginya kesadaran akan kesehatan dan kampanye
bahwa teh hijau mengandung antioksidan juga membuat pasar teh hijau siap
minum dalam kemasan tumbuh mengikuti kurva eksponensial6. Setiap perusahaan
teh hijau siap minum berusaha untuk terus meningkatkan pangsa pasarnya dengan
________________________________
5
Lis Hendriani dan Akmar Afandi. 2008. Ketika Saatnya Tiba. http://www.mix.co.id diakses 30
Juli 2008
6
ibid
8
cara mengetahui dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dengan
demikian perlu dikaji lebih lanjut mengenai konsumen minuman teh hijau siap
minum, yang menyangkut perilaku konsumen.
1.2 Perumusan Masalah
Salah satu produsen teh hijau siap minum adalah PT ABC President. PT
ABC President merupakan salah satu pemain baru dalam industri teh siap minum
jika dibandingkan para pesaingnya yang sudah terlebih dahulu berada dalam
industri tersebut. Menurut Nurkori, Product Manager PT ABC President
walaupun perusahaannya merupakan pemain baru namun perusahaan mampu
melihat peluang yang ada di pasar teh. Perusahaan menilai konsumen sudah
mulai mengenali perbedaan antara jenis teh. Makin banyak konsumen yang
mengerti bahwa kandungan antioksidan dan nutrisi teh hijau jauh lebih banyak
dibanding teh biasa (black tea) karena teh hijau tidak melalui proses fermentasi7.
Merek teh hijau siap minum yang diproduksi oleh PT ABC President
adalah Nu Green Tea. Produk Nu Green Tea mulai diperkenalkan ke pasaran pada
bulan September 2005. Sampai dengan saat ini Nu Green Tea diperkenalkan
dengan lima rasa yang berbeda yaitu, Nu Green Tea Original, Nu Green Tea
Honey, Nu Green Tea Less Sugar, Nu Green Tea No Sugar dan Nu Green Tea
Kurma.
Sejak Nu Green Tea masuk ke pasaran teh hijau siap minum berarti Nu
Green Tea juga siap bersaing dengan merek teh hijau siap minum lainnya untuk
________________________________
7
Lis Hendriani dan Akmar Afandi. 2008. Ketika Saatnya Tiba. http://www.mix.co.id diakses 30
Juli 2008
9
memperoleh perhatian konsumen. Perhatian konsumen sangat penting bagi
perusahaan supaya produknya mampu memperoleh market share yang tinggi yang
berarti produknya laku terjual di pasaran. Market share minuman teh hijau dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Market Share Minuman Teh Hijau
Merek
Perusahaan
Market Share (%)
Nu Green Tea
PT ABC President
51,9
Frestea Green
PT Coca-cola Bottling Indonesia
22,5
Joy Tea
PT Sinar Sosro
16,8
Zestea
PT Tang Mas
8,6
Yeo's
Yeo Hiap Seng Trading Singapura
0,2
Sumber: MARS, 2007
Setelah diperkenalkan ke pasaran Nu Green Tea sudah mampu bersaing di
pasaran. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 bahwa Nu Green Tea mampu
menguasai pasar minuman teh hijau siap minum sebesar 51,9 persen. Angka
tersebut menunjukkan bahwa saat ini Nu Green Tea menguasai lebih dari 50
persen pangsa pasar teh hijau siap minum melebihi para pesaingnya. Berdasarkan
riset oleh MARS, ternyata penguasaan market share ini berbanding lurus dengan
top of mind dari iklan masing-masing produk8.
Secara keseluruhan pasar Nu Green Tea masih sangat kecil, namun bila di
spesifikan ke dalam industri teh hijau siap minum, Nu Green Tea dapat dikatakan
sebagai pemimpin pasar karena memasuki pasar pada saat yang tepat dan berhasil
________________________________
8
Yoki Kuncoro. 2007. Joy Tea Berusaha
http://marsnewsletter.wordpress.com diakses 28 Juli 2008
Menyaingi
Nu
dan
Frestea.
10
menggabungkan nilai sehat green tea dengan faktor-faktor gaya hidup9.
Agar
dapat mempertahankan produk tetap menjadi pemimpin pasar dan menguasai
market share yang paling tinggi Nu Green Tea harus terus berupaya
mempertahankan kinerja produknya supaya pangsa pasarnya tidak diambil oleh
pesaing-pesaingnya. Pesaing-pesaing tersebut berupaya untuk meningkatkan
market share produk mereka.
Sebagai merek yang baru muncul di pasaran Nu Green Tea berupaya
mendapatkan perhatian dari konsumen. Cara yang dilakukan adalah melalui media
periklanan dan berbagai kampanye di below the line. Selain itu Nu Green Tea
berupaya memberikan produk yang sesuai bagi konsumen dengan menjual produk
Nu Green Tea dengan harga yang terjangkau. Menurut Nurkori, Product Manager
PT ABC President sasaran dari produk Nu Green Tea adalah remaja dewasa usia
18-30 tahun yang memiliki gaya yang modern, dinamis, trendy dan
memperhatikan kesehatan, serta penampilan. Nu Green Tea mengambil
positioning minuman teh hijau yang praktis, sesuai dengan gaya hidup sehat,
modern dan dinamis. Saat ini kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan
adalah dengan mengadakan undian berhadiah yang tertera pada tutup botol dan
menciptakan iklan yang menarik sehingga konsumen mudah mengingatnya.
Masyarakat Kota besar salah satunya Kota Jakarta merupakan konsumen
potensial bagi Nu Green Tea karena memiliki gaya hidup yang sesuai dengan
sasaran yang dibidik, yaitu konsumen yang memiliki gaya yang modern, dinamis,
trendy dan sangat memperhatikan kesehatan serta penampilan. Masyarakat Jakarta
________________________________
9
Handito Hadi Joewono. 2008. Karena Masuk Segmen Gaya Hidup. http://www.mix.co.id
diakses 30 Juli 2008
11
cenderung menyukai hal-hal yang praktis karena dapat memudahkan mereka
dalam mejalani kehidupan mereka yang dinamis, sehingga Jakarta merupakan
tempat yang cukup mewakili untuk melakukan penelitian mengenai sikap
konsumen dan atribut teh hijau siap minum merek Nu Green Tea Original.
Sebagai minuman teh hijau siap minum yang masih baru dipasaran
perusahaan perlu mengetahui atribut-atribut apa saja yang mempengaruhi sikap
konsumen terhadap teh hijau siap minum. Hal tersebut juga perlu dilakukan untuk
menemukan strategi yang tepat untuk dapat terus menghadapi persaingan
minuman teh hijau siap minum yang semakin ketat. Para produsen berupaya untuk
terus menciptakan produk yang sesuai dengan selera konsumen. Oleh karena itu,
produsen perlu mempelajari perilaku konsumen terhadap produk tersebut supaya
dapat mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasarnya. Berdasarkan uraian
yang telah dikemukakan di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah mengenai karakteristik konsumen teh hijau siap minum merek Nu Green
Tea Original di Kota Jakarta, proses keputusan pembelian teh hijau siap minum
merek Nu Green Tea Original di Kota Jakarta, dan sikap konsumen dan atribut
produk teh hijau siap minum merek Nu Green Tea dibandingkan dengan merek
teh hijau yang lain di Kota Jakarta.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengkaji karakteristik konsumen teh hijau siap minum merek Nu Green
Tea Original di Kota Jakarta
12
2. Mengkaji proses keputusan pembelian konsumen teh hijau siap minum
merek Nu Green Tea Original di Kota Jakarta
3. Mengkaji sikap konsumen terhadap produk teh hijau siap minum merek
Nu Green Tea Original dibandingkan dengan merek teh hijau yang lain di
Kota Jakarta
4. Mengkaji kinerja atribut produk teh hijau siap minum merek Nu Green
Tea Original di Kota Jakarta
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi dan masukan
bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu:
1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang terkait
dalam sistem agribisnis teh terutama produsen teh hijau siap minum.
2. Bagi penulis, mahasiswa dan pihak-pihak yang memerlukan informasi
tentang sikap kosumen dan atribut produk teh hijau siap minum, penelitian
ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan bahan penelitian lebih lanjut.
3. Bagi konsumen penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
informasi dalam melakukan pembelian teh hijau siap minum.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan kepada analisis sikap konsumen dan atribut. Hal
tersebut dikhususkan pada sikap terhadap teh hijau siap minum merek Nu Green
Tea rasa original di Kota Jakarta. Rasa original dipilih karena rasa tersebut
merupakan rasa asli dari teh hijau da rasa tersebut dimiliki oleh ketiga merek
13
pembanding yang lain, yaitu Frestea Green, Joy Tea Green dan Zestea.
Responden adalah pria dan wanita berusia 15 tahun keatas karena disesuaikan
dengan sasaran konsumen produk Nu Green Tea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Komoditas Teh
2.1.1 Sejarah Teh
Teh dikenal di indonesia sejak tahun 1686 ketika seseorang bernama Dr.
Andreas Cleyer dari Belanda membawanya ke Indonesia. Pada saat itu fungsi dari
teh hanya sebagai tanaman hias saja. Pada tahun 1728 pemerintah Belanda mulai
memberikan perhatian terhadap teh dengan mendatangkan biji-biji teh secara
besar-besaran dari Cina untuk dibudidayakan di Indonesia khususnya pulau Jawa.
Usaha tersebut tidak terlalu berhasil dan baru berhasil pada tahun 1824 setelah
seorang ahli bedah tentara Hindia Belanda yang pernah melakukan penelitian
alam di Jepang yang bernama Dr. Van Siebold mempromosikan usaha
pembudidayaan teh dengan bibit teh dari Jepang10.
Usaha perkebunan teh pertama di Indonesia dipelopori oleh Jacobson pada
tahun 1828 dan sejak saat itu menjadi komoditas yang menguntungkan bagi
pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada masa pemerintahan Gurbenur Van
Den Bosh, teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui
politik Tanam Paksa (Culture Stetsel). Pada masa kemerdekaan, usaha perkebunan
dan perdagangan teh diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia. Saat ini
perkebunan dan perdagangan teh juga dilakukan oleh pihak swasta11.
________________________________
10
11
Herlina Lim. 2008. sejarah teh. http://www.sosro.com diakses 10 Agustus 2008
ibid
15
Tanaman teh dengan nama latin Camelia Sinensis, yang masih keluarga
Camelia sp., pada umumnya tumbuh di daerah yang beriklim tropis dengan
ketinggian antara 200 sampai 2000 meter di atas permukaan laut dengan suhu
cuaca antara 14 sampai 25 derajat Celsius. Ketinggian tanaman dapat mencapai
sembilan meter untuk Teh Cina dan Teh Jawa, sedangkan untuk teh jenis
Assamica dapat mencapai 12 sampai 20 meter. Namun untuk mempermudah
pemetikan daun-daun teh sehingga di dapat pucuk daun muda yan baik maka
pohon teh selalu dijaga pertumbuhannya dengan cara mempertahankan tingginya
hanya satu meter. Tanaman teh semakin lama berkembang menjadi tanaman
perdagangan sehingga tanaman teh juga berkembang menjadi beraneka ragam.
Keragaman ini adalah hasil dari persilangan berbagai jenis tanaman teh serta
pengaruh tanah dain iklim yang menghasilkan hasil panen yang berbeda12.
2.1.2 Jenis Teh
Hingga saat ini, diseluruh dunia kurang lebih terdapat 1.500 jenis teh yang
berasal dari 25 negara yang berbeda. Secara umum teh dikelompokan menjadi
empat jenis berdasarkan cara pemrosesannya, yaitu:
1. Teh Putih (white tea)
Teh putih merupakan jenis teh yang tidak melewati proses fermentasi.
Pada saat proses pengeringan dan penguapan juga dilakukan secara
singkat. Teh putih diambil hanya dari daun teh pilihan yang dipetik dan
dipanen sebelum benar-benar mekar. Disebut teh putih karena ketika
________________________________
12
Kompas. 2008. Minum Teh Juga Memiliki Manfaat. http://www.kompas.com diakses 10
Agustusi 2008
16
dipetik kuncup daunnya masih diselimuti sesuatu seperti rambut berwarna
putih yang halus. Karena proses yang lebih singkat ini kandungan katekin
pada teh putih adalah yang tertinggi untuk menangkal radikal bebas serta
berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh.
2. Teh Hijau (Green Tea)
Teh hijau adalah teh yang juga tidak mengalami proses fermentasi akan
tetapi mengalami proses pengeringan dan penguapan yang sedikit lebih
lama dibandingkan teh putih. Semua jenis teh mengandung katekin, akan
tetapi saat ini teh hijau sedang populer karena memiliki kandungan katekin
yang cukup tinggi dibandingkan dengan jenis teh hitam sehingga berfungsi
dapat mencegah pertumbuhan penyakit kanker.
3. Teh Oolong (Oolong Tea)
Teh ini disebut sebagai teh semi fermentasi. Nama Oolong diambil dari
seorang nama pria Cina yakni Wu Long atau Oolong. Proses oksidasi teh
ini dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang
biasanya memakan waktu 2-3 hari. Seperti halnya teh yang lain, Teh
Oolong juga mempunyai khasiat sehat yang dapat membantu kinerja
pencernaan, mengobati sakit kepala. Bahkan pada penelitian modern
terhadap teh oolong menunjukkan bahwa teh ini efektif mengontrol kadar
kolesterol dan membantu menurunkan kadar gula.
4. Teh Hitam (Black Tea)
Teh hitam adalah daun teh yang mengalami proses fermentasi paling lama
diantara semua jenis teh sehingga warnanya sangat pekat dan aromanya
paling kuat. Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar dua
17
minggu hingga satu bulan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling
banyak dikonsumsi oleh masyarakat13.
2.1.3 Kandungan Teh
Teh menyimpan banyak potensi sebagai sumber mineral tubuh yang
penting dalam berbagai proses metabolisme. Teh mengandung berbagai komponen
aktif
yang
berguna
bagi
tubuh,
yaitu:
polyphenols
(10-25
persen),
methylxanthines, asam amino, peptida, komponen organik lain, tannic acids (9-20
persen), vitamin C (150-250 mg persen), vitamin E (25-70 mg persen), vitamin
K (300-500 IU/g),
ß-carotene (13-20 persen),
kalium (1795 mg persen),
magnesium (192 mg persen), mangan (300-600 ug/ml), fluor (0,1-4,2 mg/L), zinc
(5,4 mg persen), selenium (1,0-1,8 ppm persen), copper (0,01 mg persen), iron (33
mg persen), calcium (7 mg persen), caffein (45-50 mg persen)14.
2.1.4 Manfaat Teh
Bila dibandingkan dengan jenis minuman lain, teh khususnya teh hijau
memiliki banyak manfaat. Minuman ini bisa mencegah atau membantu
penyembuhan penyakit ringan sejenis influenza hingga yang berat seperti kanker.
Manfaat teh hijau menurut berbagai hasil penelitian antara lain: dapat mencegah
dan menurunkan tekanan darah tinggi, mencegah timbulnya kadar gula darah yang
tinggi,
menurunkan kadar kolesterol, menurunkan resiko terkena berbagai
penyakit hati, menurunkan resiko terkena stroke, membantu tubuh dalam melawan
________________________________
13
14
Herlina Lim. 2008. sejarah teh. http://www.sosro.com diakses 10 Agustus 2008
Joko Prambudi. 2004. Teh Minuman Kesehatan. http://www.gizi.net diakses 10 Agustus 2008
18
virus (seperti virus influenza), menghambat penurunan fungsi syaraf, memperbaiki
fungsi kognitif, bermanfaat bagi kesehatan gusi, mencegah sesak napas,
mengurangi stres, menghilangkan kelelahan dan keletihan, mencegah timbulnya
penyakit kanker, menurunkan berat badan, mengurangi resiko timbulnya radang
sendi dan rematik, anti radang tenggorokkan, mencegah osteoporosis, mencegah
timbulnya alergi, melindungi lever, mencegah hepatitis, mengurangi bahaya
merokok, memperlambat penuaan dan sebagainya15.
2.1.5 Bentuk Olahan Teh
Teh termasuk teh hijau tidak hanya diolah menjadi daun teh kering tetapi
mengalami proses pengolahan lebih lanjut sehingga menghasilkan bentuk yang
lebih praktis, penyajian yang lebih mudah, dan tersedia beraneka ragam rasa.
Berbagai bentuk teh hijau olahan yang ditawarkan, yaitu teh celup, teh bubuk dan
teh siap minum. Selain diolah menjadi minuman teh banyak digunakan sebagai
bahan baku pembuatan kosmetik serta bahan baku pembuatan makanan.
2.2 Minuman Ringan
Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung
alkohol, merupakan olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan
makanan dan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang
dkemas dalam kemasan sehingga dapat langsung dikonsumsi. Minuman ringan
________________________________
15
Paramitha. 2008. 27 Manfaat Teh Hijau Bagi Kesehatan. http://www.nwipp-newspapers.com
diakses 10 Agustus 2008
19
terdiri dari dua jenis, yaitu minuman ringan dengan karbonasi (carbonated soft
drink) dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan dengan karbonasi
adalah minuman ringan yang dibuat dengan mengabsorbsikan karbondioksida ke
dalam air minum. Minuman ringan tanpa karbonasi adalah minuman ringan selain
minuman ringan berkarbonasi, contohnya adalah teh siap minum dalam kemasan
dan sari buah siap minum dalam kemasan. Produk teh siap minum dapat
didefinisikan sebagai produk minuman ringan siap minum yang terbuat dari teh
yang dikemas dalam kemasan.
2.2.1 Kemasan
Minuman ringan siap minum dapat dikemas dalam berbagai bentuk.
Bentuk kemasan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan konsumen dan masingmasing memilki kelebihan dan kekurangan. Berbagai bentuk kemasan minuman
ringan antara lain:
1. Botol gelas
Kelebihan dari kemasan ini yaitu dapat digunakan berulang kali (reuse)
tanpa mengalami proses pengolahan dan perubahan bentuk, tetapi sebelum dapat
digunakan kembali botol harus melalui proses pencucian dan sterilisasi dengan
menggunakan deterjen atau soda kaustik. Hal tersebut menguntungkan bagi
produsen karena dapat mengurangi biaya produksi karena dapat digunakan
berkali-kali. Kelebihan lain yaitu harga produk dengan kemasan ini cenderung
lebih murah. Kelemahan dari kemasan ini adalah kurang praktisnya kemasan
karena tidak dapat dibawa kemana-mana dan jika kemasan sudah dibuka isinya
harus segera dihabiskan karena tidak dapat disimpan terlalu lama.
20
2. Botol plastik
Kelebihan dari kemasan ini yaitu dapat didaur ulang (recycle) melalui
pengolahan fisik atau kimiawi untuk menghasilkan bentuk dan produk yang sama
atau produk lain. Hal tersebut sangat penting karena dengan botol yang dapat di
daur ulang berarti dapat mengurangi banyaknya sampah plastik yang dapat
merusak lingkungan. Kelebihan yang lain yaitu konsumen dapat dengan mudah
membawa kemasan botol plastik ini kemana-mana sehingga sifatnya lebih praktis
dan memudahkan konsumen untuk mengkonsumsi produk dimanapun dan
kapanpun. Kelemahannya yaitu harga produk dengan kemasan botol plastik ini
lebih mahal daripada botol gelas.
3. Kaleng
Kelebihan dari kemasan ini yaitu dapat melindungi produk yang ada di
dalamnya dari cahaya dan mencegah kandungan produk yang mudah teroksidasi
karena cahaya maupun udara. Kelemahan dari kemasan ini yaitu harga produk
yang menggunakan kemasan ini relatif lebih mahal karena terbuat dari bahan
tanpa korosi, misalnya dari plat baja dengan lapisan timah atau alumunium.
Kelemahan lainnya yaitu isi tidak dapat bertahan lama jika kemasan sudah dibuka,
sehingga isi harus langsung dikonsumsi serta sulit untuk membawanya kemanamana jika kemasan telah dibuka karena tidak ada tutupnya.
4. Kotak kardus (tetra pack)
Kelemahan dari kemasan ini yaitu kekuatan mekanisnya lebih rendah
daripada kemasan lainnya karena bahan kemasannya terbuat dari kardus, sehingga
produk dengan kemasan ini tidak dapat terkena air karena dapat merusak
kemasan. Kelemahan lainnya sama dengan kemasan kaleng yaitu isi tidak dapat
21
bertahan lama jika kemasan sudah dibuka, sehingga isi harus langsung
dikonsumsi serta sulit untuk membawanya kemana-mana jika kemasan telah
dibuja karena tidak ada tutupnya. Kelebihan kemasan ini yaitu bentuknya praktis
sehingga memudahkan untuk dibawa, harganya relatif lebih murah dan
kemasannya dapat di daur ulang sehingga tidak merusak lingkungan.
2.3 Kajian Penelitian Terdahulu
Purbiantoro (2007), melakukan penelitian berjudul “Analisis faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pemilihan Merek Teh Dalam Botol oleh Pedagang Kaki
Lima (Kasus di Kota Bogor)”. Tujuan penelitian tersebut adalah menganalisis
preferensi pedagang kaki lima terhadap merek teh dalam botol dan menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pedagang kaki lima dalam
menentukan pilihan terhadap merek teh dalam botol yang akan dijualnya.
Penelitian dilakukan di Kota Bogor, menggunakan quota sampling untuk
menentukan besar responden. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis faktor, metode pengurutan peringkat (rank-order), dan analisis deskriptif.
Hasil analisis faktor terhadap variabel yang diduga mempengaruhi pemilihan
merek teh dalam botol yaitu faktor keunggulan produk merupakan faktor yang
paling penting, sementara variable perputaran produk merupakan variabel yang
paling dipertimbangkan oleh responden.
Adityo (2006), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Preferensi
Konsumen Terhadap Frestea, Tekita dan Teh Sosro Kemasan Botol di Kota
Bogor”. Penelitian tersebut dilakukan di Kota Bogor karena Kota Bogor
merupakan tempat yang menjadi awal pendistribusian Frestea. Tujuan penelitian
22
tersebut adalah 1) mengkaji sikap konsumen terhadap Frestea, Tekita dan Teh
Sosro dalam kemasan botol, 2) membandingkan sikap konsumen terhadap
Frestea, Tekita dan Teh Sosro dalam kemasan botol, 3) Rekomendasi terhadap
perusahaan berdasarkan strategi bauran pemasaran. Pengumpulan data dilakukan
pada bulan November-Desember 2003. Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah pengambilan sampel secara kebetulan (convenience sampling)
yang termasuk ke dalam teknik pengambilan sampel non peluang. Jumlah
responden yang digunakan berjumlah 100 orang dan responden diambil
berdasarkan konsumen yang pernah mengkonsumsi Frestea, Tekita, dan Teh
Sosro kemasan botol. Metode analisis data yang digunakan adalah Model
Multiatribut Fishbein. Untuk melihat hasil penilaian konsumen terhadap ketiga
merek produk teh kemasan botol tersebut digunakan diagram semantic differentia.
Hasil penelitian di dapat bahwa dari delapan atribut yang diteliti, penilaian
konsumen terhadap Frestea kemasan botol cukup baik. Dari ketiga merek yang
ada Frestea dengan nilai sikap sebesar 20,00 menduduki peringkat ketiga
dibandingkan dengan kedua merek lainnya yaitu Teh Sosro sebesar 26,71 dan
Tekita sebesar 20,35. Hal ini dapat terjadi karena sebagai produk yang cukup
baru, Frestea belum mampu memberikan kualitas serta keunikan produk yang
lebih baik dari kedua produk lainnya yang lebih dahulu hadir dan dikenal oleh
konsumen. Hasil analisis menggunakan diagram semantic differentia didapatkan
suatu strategi pemasaran yang dimunculkan dalam strategi bauran pemasaran.
Strategi bauran pemasaran mencakup strategi harga, strategi produk, strategi
distribusi atau tempat dan strategi promosi.
23
Kartikawati (2005), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Minuman Teh Merek Frestea”.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji karakteristik konsumen, menganalisis
proses keputusan pembelian dan menganalisis faktor-faktor dominan dalam
keputuan pembelian minuman teh merek Frestea. Penelitian ini dilaksanakan di
Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Padjajaran (UNPAD) pada
bulan Maret-April 2005. Analisis faktor digunakan unuk mengetahui faktor apa
saja yang palin dominan di dalam mengambil keputusan pembelian minuman
Frestea. Pengambilan sampel dilakukan dilokasi yang ditentukan secara sengaja
(purposive). Pada setiap lokasi yang dipilih, ditarik sampel dengan cara
mengambil informasi dari konsumen yang sedang mengkosumsi atau konsumen
yang pernah mengkonsumsi produk Frestea (accidental sampling). Jumlah sampel
yang digunakan adalah 120 sampel karena penulis menggunakan jumlah sampel
sebanyak lima kali jumlah variabel yang berjumlah 24.
Berdasarkan hasil analisis faktor dapat disimpulkan bahwa dari 23 variabel
yang dapat diproses lebih lanjut diperkecil menjadi tujuh faktor. Ketujuh faktor
tersebut antara lain faktor daya tarik kemasan, faktor manfaat produk, faktor
pengaruh lingkungan, faktor kualitas teh, faktor kesehatan dan faktor panca
indera.
Sitorus (2005), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Perilaku
Konsumen Dalam Proses Pembelian Teh Merek Frestea di Kecamatan Bogor
Tengah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses keputusan
pembelian minuman teh merek Frestea, mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi proses keputusan pembelian teh merek Frestea. Penelitian ini
24
menggunakan metode survei dengan pengambilan sampel yang merupakan
kombinasi antara Accidental dan Judgement Sampling. Pengumpulan data
dilaksanakan di Kecamatan Bogor Tengah pada tiga kelurahan yaitu Tegallega,
Sempur, dan Paledang selama bulan Mei 2005. Pengambilan responden dilakukan
di warung-warung, toko, minimarket, maupun tempat-tempat makan yang menjual
Frestea. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan Analisis Faktor
dan Analisis Deskriptif.
Hasil dari analisis tahap proses keputusan menunjukkan bahwa alasan
yang memotivasi konsumen adalah karena rasa haus. Manfaat utama yang dicari
adalah rasa segar. Pengetahuan tentang manfaat dan penampilan produk ternyata
kurang berpengaruh terhadap pembelian Frestea dan alasan membeli Frestea
adalah bahwa Frestea lebih menyegarkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses keputusan pembelian teh merek Frestea terdiri dari lima komponen utama,
yaitu (1) faktor merek yang terdiri dari variable manfaat, kualitas kemasan,
iklan/promosi, tempat pembelian dan situasi pembelian, (2) faktor internal produk
terdiri dari variabel kemudahan memperoleh, pengalaman pembelian, ukuran
kemasan dan kualitas produk, (3) faktor gaya hidup terdiri dari variabel kesegaran
dan kepraktisan, (4) faktor pengaruh lingkungan terdiri dari variabel keluarga dan
rasa haus, dan (5) faktor ekonomi yang terdiri dari variabel dan pendapatan harga.
Damayanti (2004), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Respon
Konsumen Remaja Terhadap Performance Lipton Ice Tea (LIT) dan Implikasinya
Terhdap Bauran Pemasaran”. Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis proses
pengambilan keputusan konsumen dalam membeli LIT, 2) menganalisis tingkat
kepentingan dan tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut yang
25
mempengaruhi proses keputusan pembelian LIT, dan 3) merumuskan alternatif
strategi bauran pemasaran yang tepat untuk diterapkan oleh PT Unilever
Indonesia Tbk. Terhadap LIT. Metode analisis yang digunakan adalah analisis
Tabulasi Deskriptif dan Importante Performance Analysis (IPA). Hasil dari
penelitian ini adalah responden cukup puas terhadap kualitas LIT dan memiliki
tingkat loyalitas merek yang cukup tinggi.
Tambunan (2002), melakukan penelitian dengan judul “Perilaku
Konsumen Teh Siap Saji” Kasus di PT. Coca Cola Amatil Indonesia”. Metode
analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan Model Multiatribut
Fishbein dan Biplot. Hasil dari penelitian tersebut menghasilkan suatu evaluasi
dan penilaian kepercayaan terhadap atribut yang paling penting harus melekat
pada teh siap saji berdasarkan urutan tingkat kepentingannya, yaitu citarasa teh
murni, ketersediaan, aroma, rasa manis, isi (volume), warna, harga, kemasan,
merek dan rasa pahit. Responden menyatakan bahwa manfaat yang diperoleh dari
minuman teh siap saji adalah karena kepraktisannya dan umumnya mereka
mengkonsumsi produk tersebut pada saat dalam perjalanan. Pengenalan konsumen
terhadap produk teh siap saji berasal dari toko, supermarket,dan warung.
Susilowati (2001), melakukan penelitian dengan judul “Perilaku
Konsumen di Kota Bogor Terhadap Teh Botol Sosro”. Metode analisis data yang
digunakan untuk mengukur persepsi konsumen terhadap Teh Botol Sosro adalah
dengan menggunakan Model Multiatribut Fishbein. Setelah dilakukan analisis
dengan metode tersebut dapat dilihat hubungan antara produk yang dimiliki
konsumen dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atribut produk. Untuk
mengetahui preferensi konsumen terhadap sepuluh atribut pada Teh Botol Sosro
26
maka digunakan skala Likert. Untuk mengetahui tingkat kepuasan yang menonjol
yang dirasakan oleh konsumen terhadap suatu atribut produk maka dilakukan uji
wilayah berganda Duncan, uji ini dilakukan setelah dilakukan analisis ANOVA.
Berdasarkan hasil penelitian preferensi konsumen terhadap Teh Botol
Sosro, secara keseluruhan konsumen menganggap baik terhadap sepuluh atribut
yang ditanyakan. Atribut-atribut tersebut antara lain harga, kemudahan
mendapatkan, kekentalan, rasa, aroma, tingkat kesegaran, tingkat kebersihan,
tingkat higinitas (kesehatan), volume dan kemasan. Dari sepuluh atribut tersebut
lima atribut yang dipandang baik dan lima atribut yang dipandang sedang oleh
konsumen. Atribut yang dipandang baik oleh konsumen antaralain kemudahan
mendapatkan, rasa, aroma, tingkat kesegaran dan volume. Untuk atribut yang
dianggap sedang oleh konsumen antara lain harga, kekentalan, tingkat kebersihan,
tingkat higinitas (kesehatan) dan kemasan.
Perbedaan penelitian ini dengan berbagai penelitian terdahulu mengenai
teh siap minum adalah jenis teh, merek dan juga alat analisis yang digunakan.
Pada penelitian terdahulu jenis teh yang banyak diteliti adalah jenis teh hitam
sedangkan pada penelitian ini jenis tehnya adalah teh hijau. Merek teh hijau siap
minum Nu Green Tea yang diteliti pada penelitian ini belum pernah ada pada
penelitian sebelumnya. Alat analisis yang banyak digunakan pada penelitian
terdahulu mengenai perilaku konsumen teh siap minum adalah Model Multiatribut
Fishbein dan analisis faktor sedangkan yang digunakan pada penelitian ini alat
analisis yang digunakan adalah Model Multiatribut Angka Ideal dan Metode
Importance Performance Analysis (IPA).
27
Tabel 5. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No
Peneliti/
Judul
Metode/Variabel
Tahun
1
Purbiantoro Analisis faktor-faktor yang
 Analisis Faktor
(2007)
 Metode
Mempengaruhi Pemilihan Merek Teh
Dalam Botol oleh Pedagang Kaki
Pengurutan
Lima (Kasus di Kota Bogor)
Peringkat
 Analisis
Deskriptif
2
3
 Model
Adityo
Analisis Preferensi Konsumen
(2006)
Terhadap Frestea, Tekita dan Teh
Multiatribut
Sosro Kemasan Botol di Kota Bogor
Fishbein
Kartikawati Analisis Faktor-Faktor yang
(2005)
 Analisis Faktor
Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Minuman Teh Merek Frestea
4
Sitorus
Analisis Perilaku Konsumen Dalam
 Analisis Faktor
(2005)
Proses Pembelian Teh Merek Frestea
 Analisis
di Kecamatan Bogor Tengah
5
6
Deskriptif

Damayanti
Analisis Respon Konsumen Remaja
(2004)
Terhadap Performance Lipton Ice Tea
Tabulasi
(LIT) dan Implikasinya Terhdap
Deskriptif
Bauran Pemasaran

IPA
Tambunan
Perilaku Konsumen Teh Siap Saji”

Model
(2002)
Kasus di PT. Coca Cola Amatil
Multiatribut
Indonesia
Fishbein

7
Analisis
Susilowati
Perilaku Konsumen di Kota Bogor
(2001)
Terhadap Teh Botol Sosro
Biplot
 Model
Multiatribut
Fishbein
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Pada era globalisasi dan pasar bebas, berbagai jenis barang dan jasa
dengan berbagai merek beredar di pasar Indonesia. Persaingan antar merek setiap
produk akan semakin berat dalam merebut perhatian konsumen. Bagi konsumen
pasar menyediakan banyak pilihan produk dan merek sehingga konsumen bebas
memilih produk dan merek yang disukainya. Keputusan pembelian ada pada diri
konsumen dan menggunakan berbagai kriteria dalam memberi produk dan merek
tertentu.
3.1.1 Perilaku Konsumen
Konsumen dapat didefinisikan sebagai setiap orang pemakai barang atau
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik dalam kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan
(Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
Konsumen). Engel, Blackwell dan Miniard (1994) menjelaskan bahwa perilaku
konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.
Kehidupan manusia dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang berasal dari
lingkungan sekitarnya, pengalaman masa lalu, dan kehidupan masa depan yang
dijalaninya, keseluruhan faktor ini disebut dengan medan psikologi manusia.
29
Medan psikologi dan proses mental yang terjadi pada diri manusia menyebabkan
sulitnya untuk menganalisis perilaku konsumen karena dua hal di atas tidak dapat
diamati secara langsung. Hal ini menyebabkan kesimpulan yang dapat diambil
dari perilaku konsumen hanya kesimpulan mengenai penyebab mengapa
konsumen berperilaku seperti yang diperlihatkannya.
Perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh pengaruh lingkungan
(budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi), perbedaan individu
(sumberdaya
konsumen, motivasi
dan keterlibatan, pengetahuan,
sikap,
kepribadian, gaya hidup dan demografi), dan proses psikologis (pengolahan
informasi, pembelajaran, dan perubahan sikap dan perilaku). Secara sederhana
hubungan antara ketiga faktor tersebut dengan proses keputusan konsumen dapat
dijelaskan pada Gambar 2.
Pengaruh Lingkungan
Budaya
Kelas Sosial
Pengaruh Pribadi
Keluarga
Situasi
Perbedaan Individu
Sumberdaya Konsumen
Motivasi dan Keterlibatan
Pengetahuan
Sikap
Kepribadian, Gaya Hidup
dan Demografi
Proses Keputusan
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
Hasil
Proses Psikilogis
Pengolahan Informasi
Pembelajaran
Perubahan
Sikap/Perilaku
Strategi Pemasaran
Strategi Produk
Strategi Harga
Strategi Promosi
Strategi Distribusi
Gambar 2. Model Perilaku Pengambilan Keputusan dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya
Sumber : Engel, Blackwell dan Miniard, 1994
30
3.1.2 Proses Pengambilan Keputusan
Keputusan yang dibuat oleh konsumen sangat erat kaitannya dengan
tingkat keterlibatan konsumen (consumer involvement). Menurut Engel, Blackwell
dan Miniard (1994) keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk
tindakan pembelian tidak muncul begitu saja, akan tetapi melalui lima tahapan
proses keputusan yang terdiri atas pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, pembelian dan hasil (Gambar 3).
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
Hasil
Gambar 3. Tahapan Pengambilan Keputusan Konsumen
Sumber : Engel, Blackwell dan Miniard (1994)
a. Pengenalan Kebutuhan.
Kebutuhan muncul karena adanya perbedaan antara kondisi atau keadaan
aktual konsumen pada saat sekarang dengan kondisi yang diinginkan. Kebutuhan
ini dipacu oleh adanya rangsangan dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri
(eksternal). Rangsangan internal yaitu kebutuhan dasar yang timbul dari dalam
diri seseorang yang mencapai titik tertentu sehingga menjadi suatu pendorong
untuk memenuhi keinginan tersebut. Rangsangan eksternal yaitu kebutuhan yang
31
ditimbulkan oleh dari luar diri sendiri seperti adanya rangsangan pemasaran.
Adanya kebutuhan ini menyebabkan konsumen memulai suatu proses pembelian.
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994) pengenalan kebutuhan pada
dasarnya bergantung pada seberapa banyak ketidaksesuaian yang ada diantara
keadaan aktual (situasi konsumen sekarang) dan keadaan yang diinginkan (situasi
yang diinginkan konsumen). Ketika ketidaksesuaian ini melebihi tingkat atau
ambang tertentu, kebutuhan dikenali, namun ketika ketidaksesuaian itu berada
dibawah ambang, maka pengenalan kebutuhan tidak terjadi. Ilustrasi yang terjadi
selama pengenalan kebutuhan dapat dilihat pada Gambar 4.
Keadaan yang
diinginkan
Dibawah
ambang
Keadaan
aktual
Tingkat
Ketidaksesuaian
Tidak ada
pengenalan
kebutuhan
Diatas
ambang
Pengenalan
kebutuhan
Gambar 4. Proses Pengenalan Kebutuhan
Sumber: Engel, Blackwell dan Miniard (1994)
b. Pencarian Informasi.
Suatu proses pembelian dimulai dengan adanya kebutuhan. Langkah
pertama yang dilakukan dalam proses pembelian ini adalah pencarian informasi
yang berhubungan dengan produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan
tersebut. Informasi yang dikumpulkan dapat berasal dari berbagai sumber dan
32
dengan mengumpulkan informasi konsumen dapat membentuk kesadaran serta
pertimbangan mengenai produk yang diinginkan.
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994) pencarian informasi
didefinisikan sebagai aktifitas termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di
dalam ingatan atau perolehan informasi dari lingkungan. Hal tersebut terjadi bila
konsumen melakukan pencarian terhadap pemuas kebutuhan yang potensial.
Pencarian informasi ini dapat bersifat internal maupun eksternal. Pencarian
internal adalah pencarian informasi dengan cara melihat kembali pengetahuan
yang sesuai dengan kebutuhan dan tersimpan dalam ingatan sedangkan pencarian
eksternal merupakan pencarian informasi dari pasar. Pencarian eksternal tidak
perlu dilakukan jika informasi yang di dapat dari pencarian internal telah memadai
untuk dapat memberikan arah tindakan yang memuaskan. Sebaliknya, jika
informasi yang dibutuhkan belum memadai atau bahkan tidak tersedia sama
sekali, maka perlu diadakan pencarian eksternal. Proses pencarian informasi dapat
dilihat pada Gambar 5.
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Pencarian
Internal Berhasil?
Lanjutkan Dengan
Keputusan
Determinan dari
Pencarian Internal
 Pengetahuan yang
sudah ada
 Kemampuan untuk
memperoleh
informasi
Jalankan Pencarian
Eksternal
Gambar 5. Proses Pencarian Informasi
Sumber: Engel, Blackwell dan Miniard (1994)
33
Pencarian dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu situasi, ciri produk,
lingkungan eceran, dan konsumen (Engel, Blackwell dan Miniard, 1994). Menurut
Kotler (2000) sumber-sumber informasi terdiri dari empat kelompok, yaitu:
1. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga dan kenalan.
2. Sumber komersil : iklan, tenaga penjual, dan pedagang perantara.
3. Sumber umum : media massa dan organisasi rating konsumen.
4. Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan, dan penggunaan produk.
c. Evaluasi Alternatif.
Dalam menentukan evaluasi, konsumen harus menentukan kriteria.
Kriteria evaluasi merupakan dimensi atau atribut yang dipergunakan dalam
menilai alernatif-alternatif pilihan akhir. Konsep dasar yang dapat membantu
untuk memahami proses evaluasi alternatif, yaitu konsumen berusaha memuaskan
suatu kebutuhan dan konsumen mencari manfaat dari solusi produk. Konsumen
memandang setiap produk sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan yang
berbeda dalam memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan kebutuhan.
Atribut-atribut produk yang dianggap sesuai dan menonjol akan mendapat
perhatian dari konsumen. Selain itu pasar suatu produk dapat disegmentasikan
berdasarkan atribut-atribut yang menonjol bagi kelompok atau konsumen yang
berbeda (Kotler, 2000).
Pada pemilihan alternatif, konsumen kemungkinan akan menggunakan
beberapa kriteria evaluasi yang berbeda, misalnya harga, merek, kemasan dan
sebagainya. Kriteria ini biasanya akan bervariasi sesuai dengan kepentingan relatif
mereka dan dengan adanya kriteria-kriteria tersebut konsumen dapat menentukan
beberapa alternatif yang kemudian salah satunya akan dipilih. Penentuan kriteria
34
evaluasi tertentu yang akan digunakan oleh konsumen selama pengambilan
keputusan akan bergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah pengaruh
situasi, kesamaan alternatif pilihan, motivasi, keterlibatan dan pengetahuan
(Engel, Blackwell dan Miniard, 1994).
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994) ada empat komponen dasar
evaluasi alternatif yaitu menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk
menilai alternatif-alternatif, memutuskan alternatif-alternatif pilihan, menilai
kinerja yang dipertimbangkan dan menerapkan kaidah keputusan untuk
menetapkan kaidah akhir. Skema evaluasi alternatif dapat dilihat pada Gambar 6.
Menentukan kriteria evaluasi
Menentukan alternatif pilihan
Menilai Kinerja Alternatif
Menetapkan Kaidah Keputusan
Gambar 6. Komponen Dasar Evaluasi Alternatif
Sumber : Sumber: Engel, Blackwell dan Miniard (1994)
d. Pembelian.
Kotler (2000) mengatakan terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi
maksud pembelian dan keputusan membeli. Faktor pertama adalah sikap orang
lain terhadap pembelian yang dilakukan, akan memberikan motivasi positif atau
motivasi negatif terhadap konsumen. Motivasi positif akan mendorong terjadinya
keputusan pembelian, sedangkan motivasi negatif akan menyebabkan konsumen
mengabaikan preferensi yang telah diberikan terhadap produk atau jasa yang
35
diakhiri dengan tidak terjadinya keputusan pembelian. Faktor kedua yang dapat
mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan membeli adalah faktor situasi
yang tidak terantisipasi, seperti adanya kebutuhan lain yang lebih mendesak,
kehilangan dan sebagainya. Faktor-faktor ini dapat dilihat pada Gambar 7.
Sikap orang lain
Evaluasi
alternatif
Niat
pembelian
Keputusan
pembelian
Situasi yang
tidak diantisipasi
Gambar 7. Tahap-tahap Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian
Sumber: Kotler, 2000
Pada tahapan tindakan pembelian, konsumen harus mengambil keputusan
kapan, dimana, dan bagaimana membayar. Pembelian merupakan fungsi dari dua
determinan, yaitu niat pembelian dan pengaruh lingkungan dan atau perbedaan
individu. Pada fungsi kedua, situasi merupakan variabel yang paling menonjol.
Niat pembelian konsumen dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu (1)
produk dan merek serta (2) kelas produk (Engel, Blackwell dan Miniard, 1994).
Niat pembelian kategori produk dan merek umumnya dikenal sebagai
pembelian yang terencana penuh, karena pembelian yang terjadi merupakan hasil
dari keterlibatan tinggi dan pemecahan masalah yang diperluas. Konsumen
bersedia menyediakan waktu dan energi dalam berbelanja dan membeli sehingga
distribusi menjadi lebih selektif. Pembelian pada kelas produk saja dipandang
sebagai pembelian yang terencana jika pemilihan merek dibuat di tempat
penjualan.
36
e. Hasil Pembelian.
Perilaku konsumen setelah proses pembelian yaitu konsumen akan
mengalami
suatu
tingkat
kepuasan
dan
ketidakpuasan.
Hal
ini
akan
mempengaruhi tindakan pembelian selanjutnya. Konsumen yang tidak puas akan
menghentikan pembelian produk atau akan menceritakan
yang kurang baik
kepada orang lain. Hal ini akan memberikan pengaruh buruk terhadap produk
tertentu. Sebaliknya jika konsumen puas maka mereka akan melakukan pembelian
selanjutnya (loyal) dan mengkonsumsi produk untuk jangka panjang. Kotler
(2000) menggambarkan bagaimana konsumen menangani ketidakpuasan dari
konsumsi suatu produk, seperti terlihat pada Gambar 8.
Mengadu langsung ke
perusahaan
Mengambil
tindakan
Mengambil
tindakan
umum
Terjadi
Ketidak
puasan
Mengambil tindakan
hukum untuk memperoleh
tanggapan
Mengadu ke badan swasta
atau pemerintah
Tidak
mengambil
tindakan
Mengambil
tindakan
pribadi
Memutuskan untuk berhenti
membeli produk atau
memboikot produk
Memperingatkan temanteman mengenal produk
dan atau menjual
Gambar 8. Bagaimana Konsumen Menangani Ketidakpuasan
Sumber: Kotler (2000)
Konsumen membentuk harapan mereka atas pesan-pesan yang diterima
dari penjual atau pemasar, teman dan sumber informasi lainnya. Jika penjual
37
membesa-besarkan manfaat produk, kemungkinan konsumen akan mengalami
harapan yang tidak tercapai yang menyebabkan ketidakpuasan. Semakin besar
jarak antara harapan dan hasil yang dirasakan maka semakin besar ketidakpuasan.
3.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian
Proses keputusan pembelian suatu merek produk tertentu dipengaruhi oleh
banyak faktor. Adapun pengaruh yang mendasari perilaku konsumen dalam
proses pengambilan keputusan pembelian dibagi menjadi tiga kategori: (1)
pengaruh lingkungan, (2) perbedaan individual dan (3) proses psikologis.
1. Pengaruh Lingkungan
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994), konsumen hidup dalam
lingkungan yang kompleks. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh lingkungan
budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi.
Budaya mengacu pada nilai, gagasan, artefak dan simbol-simbol lain yang
bermakna yang membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran
dan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Kelas sosial adalah pembagian di
dalam masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang berbagi nilai, minat,
dan perilaku yang sama. Status kelas sosial kerap menghasilkan bentuk-bentuk
perilaku konsumen yang berbeda. Beberapa dari kontribusi yang paling awal
terhadap studi perilaku konsumen menggunakan perbedaan kelas sosial sebagai
variabel utama dalam menjelaskan perbedaan konsumen. Pengaruh Pribadi
sangat menentukan keputusan pembelian terhadap suatu merek produk.
Konsumen yang selektif akan aktif melibatkan diri dalam proses pengambilan
keputusan pembelian. Hal ini dapat menghindari resiko yang dapat ditimbulkan
38
oleh
suatu
produk.
Keluarga
mempengaruhi
perilaku
individu
dalam
pengambilan keputusan pembelian pembelian karena semua individu berasal dari
sebuah keluarga. Tiap anggota keluarga memiliki pengaruh pada keputusan
pembelian. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat. Situasi merupakan kondisi dimana konsumen mengambil
keputusan pembelian suatu produk. Pembelian disebabkan situasi dan situasi
dapat bersifat sementara serta berhubungan dengan keadaan psikologis seseorang.
2. Perbedaan Individual
Perbedaan dan pengaruh individu merupakan faktor internal yang
menggerakan dan mempengaruhi perilaku. Setiap individu memiliki kepribadian
berbeda dan tidak ada manusia yang diciptakan sama, sehingga dalam di dalam
perilaku konsumsi individu memiliki pilihan yang berbeda. Ada lima hal yang
menyebabkan konsumen berbeda, yaitu: (1) sumberdaya konsumen, (2) motivasi
dan keterlibatan, (3) pengetahuan, (4) sikap dan (5) kepribadian, gaya hidup serta
demografi.
Sumberdaya konsumen terdiri dari uang, waktu dan perhatian. Ketiga
sumberdaya konsumen tersebut dapat mempengaruhi situasi pengambilan
keputusan pembelian konsumen. Tidak semua konsumen memiliki ketiga
sumberdaya diatas, sehingga konsumen harus cermat mengalokasikan sumberdaya
yang dimilikinya. Motivasi dan keterlibatan menurut Engel, Blackwell dan
Miniard (1994), perilaku yang termotivasi di prakarsai oleh pengaktifan atau
pengenalan
kebutuhan.
Kebutuhan
atau
motif
diaktifkan
ketika
ada
ketidakcocokan yang menandai antara keadaan aktual dengan keadaan yang
diinginkan atau disukai.
39
Engel, Blackwell dan Miniard (1994) mendefinisikan keterlibatan sebagai
tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan atau minat yang dibangkitkan oleh
stimulus di dalam situasi spesifik. Keterlibatan merupakan refleksi dari motivasi
yang kuat dalam bentuk relevansi pribadi yang sangat dirasakan dari suatu produk
atau jasa pada konteks tertentu.
Pengetahuan merupakan hasil belajar sebagai informasi yang disimpan di
dalam ingatan. Pengetahuan menjselaskan
perubahan dalam perilaku suatu
individu yang berasal dari pengalaman. Pengetahuan seseorang dihasilkan melalui
proses yang saling mempengaruhi dari dorongan, petunjuk, tanggapan dan
penguatan.
Sikap menurut Kotler (2000) didefinisikan sikap sebagai evaluasi,
perasaan dan kecenderungan seseorang yang relatif konsisten terhadap suatu objek
atau gagasan. Sikap menempatkan seseorang ke dalam suatu pikiran menyukai
atau tidak menyukai sesuatu, bergerak mendekati atau menjauhi sesuatu tersebut.
Sikap yang dipegang oleh konsumen terhadap berbagai atribut produk memainkan
peranan penting dalam menentukan sikap terhadap produk. Sikap kerap terbentuk
sebagai hasil dari kontak langsung dengan objek sikap, namun dapat terbentuk
juga tanpa adanya pengalaman aktual dengan suatu objek.
Kepribadian dalam perilaku konsumen, didefinisikan sebagai respon
yang konsisten terhadap stimulus lingkungan (H. H Kasarjian dalam Engel,
Blackwell dan Miniard, 1994). Menurut Sumarwan (2002), kepribadian
menggambarkan perbedaan individu, konsistensi dan dapat berubah.
Gaya Hidup berada di luar kepribadian, maksudnya gaya hidup
didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta
40
uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran
sebelumnya, kelas sosial, demografi dan variable lainnya. Menurut Kotler (2000),
gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan di
dunia ini sebagaimana tercermin dalam kegiatan, minat dan pendapatnya.
Faktor demografi berperan dalam menentukan gaya hidup dan
segmentasi konsumen. Faktor demografi yang antara lain mencakup ukuran,
pertumbuhan, kepadatan dan distribusi, digunakan di dalam penelitian konsumen
untuk menjabarkan pangsa konsumen berkenaan dengan usia, pendapatan dan
pendidikan.
3. Proses Psikologis
Pengolahan informasi manusia, pembelajaran dan perubahan sikap
merupakan minat utama dari penelitian konsumen. Proses psikologi membentuk
aspek motivasi dan perilaku konsumen. Terdapat tiga faktor dalam proses
psikologis, yaitu: (1) pengolahan informasi, (2) pembelajaran dan (3) perubahan
sikap dan perilaku (Engel, Blackwell dan Miniard, 1994).
Pengolahan Informasi menyampaikan cara-cara dimana informasi
ditransfomasikan, dikurangi, dirinci, disimpan, didapatkan dan digunakan kembali.
Bagi pemasar pengolahan informasi sangat penting untuk mengetahui dan
memahami perilaku konsumen.
Pembelajaran menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994), merupakan
suatu proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dan pengetahuan, sikap
dan atau perilaku. Konsumen akan memutuskan untuk mengkonsumsi produk
dengan merek tertentu berdasarkan pengalaman diri sendiri dan orang lain.
Akumulasi pengalaman sesorang selama hidupnya akan menambah pengetahuan
41
serta mempengaruhi sikap terhadap produk yang dikonsumsinya. Perubahan
sikap dan perilaku mencerminkan pengaruh psikologis dasar yang menjadi
subjek dari perilaku konsumen. Perubahan sikap dan perilaku dapat dipengaruhi
oleh individu, kelompok maupun pemasar.
3.1.4 Atribut Produk
Simamora (2002) menjelaskan bahwa jika suatu objek merupakan merek
atau kategori produk maka dapat diberikan dua pengertian tentang atribut objek.
Pertama, atribut sebagai karakteristik yang membedakan merek atau produk dari
yang lain. Kedua, faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam
mengambil keputusan tentang pembelian suatu merek ataupun kategori produk
yang melekat pada produk atau menjadi bagian produk itu sendiri. Jika pengertian
pertama digunakan maka atribut produk meliputi dimensi-dimensi yang terkait
dengan produk atau merek seperti performa, daya tahan, keandalan, desain,
reputasi dan lain-lain. Jika definisi kedua yang digunakan, selain dimensi produk
juga menyangkut apa saja yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan
untuk membeli, menonton, memperhatikan suatu produk seperti harga, merek,
ketersediaan produk, layanan purna jual dan lain-lain.
Atribut produk merupakan unsur-unsur produk yang dianggap penting
oleh konsumen dan dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Suatu produk
pada dasarnya adalah kumpulan-kumpulan atribut dan setiap produk, baik barang
atau jasa dapat dideskrpsikan dengan menyebutkan atribut-atributnya. Atribut
produk dapat menjadi penilaian tersendiri bagi konsumen terhadap suatu produk.
Konsumen melakukan penilaian dengan melakukan evaluasi terhadap atribut
42
produk. Kosumen akan menggambarkan pentingnya suatu atribut bagi dirinya. Di
dalam mengukur evaluasi atribut terdapat dua sasaran pengukuran yang penting
yaitu mengidentifikasi kriteria evaluasi yang mencolok dan memperkirakan
saliensi relatif dari masing-masing atribut produk (Engel, Blackwell dan Miniard,
1994).
Beberapa cara yang bisa dipakai untuk mengetahui atribut produk
(Simamora, 2002) yaitu:
1. Metode Judgement, yaitu peneliti menyusun sendiri atribut produk.
Akurasi atribut tergantung dari kredibilitas peneliti dan karena kredibilitas
bersifat subjektif, maka akurasi hasilnya juga subjektif.
2. Metode Focus Group, yaitu peneliti mengumpulkan beberapa responden
yang dianggap memahami produk. Secara bersama-sama membahas secara
mendalam atribut suatu produk.
3. Metode Brainstroming, yaitu dengan menampung semua ide yang masuk.
Kelemahan metode ini adalah atribut yang masuk terlalu banyak sehingga
dimungkinkan masuknya ide-ide aneh yang tidak masuk akal.
3.1.5 Merek
Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau desain atau kombinasi
semuanya. Merek berfungsi untuk mengidentifikasi barang atau jasa seorang atau
sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing,
sehingga merek menjadi tanda pengenal penjual atau pembuat. Pada dasarnya
merek juga merupakan janji pemasar untuk memberikan beberapa ciri, manfaat
dan layanan terus menerus kepada pembeli (Kotler, 2000).
43
Engel, Blackwell dan Miniard (1994), mengemukakan bahwa merek
memiliki tiga dimensi. Dimensi pertama adalah atribut fisik (physical atribute),
seperti warna, harga, dan bahan. Dimensi kedua adalah atribut fungsional
(functional atribute), atau konsekuensi pemakaian suatu merek. Dimensi ketiga
adalah karakterisasi dan kepribadian merek sebagaimana dirasakan oleh
konsumen. Elemen-elemen ini, dijembatani oleh pengolahan informasi dari
individu yang berinteraksi dengan merek dan diubah bentuknya ke dalam benak
konsumen, sehingga konsumen berpendapat bahwa merek tersebut cocok atau
tidak cocok dengannya.
Menurut Kotler (2000), merek adalah suatu simbol rumit yang dapat
menyampaikan hingga lima tingkat pengertian, yaitu:
1. Atribut: Merek mengingatkan atribut-atribut tertentu seperti ketahanan
produk, mahal, desain berkualitas, nilai jual kembali yang tinggi,
prestisius, cepat dan sebagainya.
2. Manfaat: Atribut-atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional
dan emosional.
3. Nilai-Nilai: Merek menyatakan sesuatu tentang nilai produsennya.
4. Budaya: Merek melambangkan budaya tertentu.
5. Kepribadian: Merek memproyeksikan kepribadian tertentu.
3.1.6 Sikap
3.1.6.1 Konsep dan Definisi Sikap.
Sikap dipandang sebagai karakteristik psikologi yang paling mampu dalam
memprediksi perilaku konsumen, oleh karena itu pemahaman terhadap sikap
44
konsumen merupakan hal yang sangat penting (Suryani, 2008). Menurut
Schiffman dan Kanuk (2007) dalam Suryani (2008) sikap merupakan ekspresi
perasaan yang berasal dari dalam individu yang mencerminkan apakah seorang
senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju terhadap
suatu obyek. Menurut Mowen dan Minor (1998) dalam Sumarwan (2002)
menyebutkan bahwa istilah sikap konsumen seringkali menggambarkan hubungan
antara sikap, kepercayaan dan perilaku. Kepercayaan, sikap, dan perilaku juga
terkait dengan konsep atribut produk. Atribut produk adalah karakteristik dari
suatu produk dan biasanya konsumen memiliki kepercayaan terhadap atribut suatu
produk.
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994), sifat yang penting dari
sikap adalah kepercayaan dalam memegang sikap tersebut. Beberapa sikap
mungkin dipegang dengan keyakinan kuat, sementara yang lain mungkin ada
dengan tingkat kepercayaan yang minimum. Sifat penting yang lain dari sikap
adalah bahwa sikap bersifat dinamis daripada statis. Maksud dari pernyataan
tersebut adalah banyak sikap dapat berubah bersamaan dengan waktu. Sifat
dinamis dari sikap sebagian besar bertanggung jawab atas perubahan di dalam
gaya hidup konsumen. Sikap dapat dengan mudah berubah sebagai akibat dari
keadaan yang tidak terduga dan pengaruh situasi.
3.1.6.2 Model Tiga Komponen Sikap.
Menurut model ini sikap terbentuk dari tiga komponen, yaitu komponen
kognitif, afektif dan komponen konatif. Untuk mempermudah mengingatnya
umumnya dikenal sebagai model ABC yang artinya sikap mengandung komponen
45
Affective (A=perasaan), Behavior Intention (B=keinginan untuk berperilaku atau
komponen konasi) dan komponen Cognitive (C=kognisi).
1. Komponen Kognitif
Komponen kognitif berkenaan dengan hal-hal yang diketahui individu atau
pengalaman individu baik yang sifatnya langsung atau tidak langsung
dengan obyek sikap. Komponen kognitif dipengaruhi oleh pengalaman
individu, pengamatannya serta informasi yang diperolehnya mengenai
obyek sikap.
2. Komponen Afektif
Komponen afektif berkenaan dengan perasaan dan emosi konsumen
mengenai obyek sikap. Komponen afektif ini dapat beragam ekspresinya
mulai dari rasa sangat tidak suka atau sangat tidak senang hingga sangat
suka atau sangat senang. Perasaan konsumen terhadap obyek sikap sangat
dipengaruhi oleh kognisinya.
3. Komponen Konatif
Komponen konatif berkenaan dengan predisposisi atau kecenderungan
individu (konsumen) untuk melakukan suatu tindakan berkenaan dengan
obyek sikap. Komponen ini bukan perilaku nyata, namun masih berupa
keinginan untuk melakukan suatu tindakan.
Ketiga komponen sikap tersebut dapat digambarkan pada Gambar 9.
konasi
kognisi
afeksi
Gambar 9. Tiga Komponen Pembentukan Sikap
Sumber: Suryani, 2008
46
Terdapat keterkaitan yang erat di antara ketiga komponen sikap. Individu
akan merasa nyaman kalau ketiga komponen tersebut bersesuaian atau harmoni.
Jika tidak ada kesesuaian berarti terjadi disonansi, yang menyebabkan konsumen
merasa tidak nyaman dan tidak enak.
3.1.6.3 Fungsi Sikap.
Schiffman dan Kanuk (2000) dalam Sumarwan (2002) mengemukakan empat
fungsi dari sikap, yaitu:
1. Fungsi Utilitarian
Konsumen menyatakan sikapnya terhadap obyek atau produk karena ingin
memperoleh manfaat produk tersebut atau menghindari resiko dari produk.
Sikap berfungsi mengarahkan perilaku untuk mendapat penguatan positif
atau meghindari resiko. Manfaat produk bagi konsumen menyebabkan
seseorang menyukai produk tersebut.
2. Fungsi Mempertahankan Ego
Sikap berfungsi untuk melindungi konsumen (citra diri) dari keraguan
yang muncul dari dalam dirinya sendiri atau dari faktor luar yang mungkin
menjadi ancaman bagi dirinya. Sikap akan meningkatkan kepercayaan diri
guna meningkatkan citra diri dan mengatasi ancaman dari luar.
3. Fungsi Ekspresi Nilai
Sikap berfungsi untuk menyatakan nilai-nilai, gaya hidup, dan identitas
sosial dari seseorang. Sikap akan menggambarkan minat, hobi, kegiatan
dan opini dari seorang konsumen.
47
4. Fungsi Pengetahuan
Salah satu karakter konsumen adalah memiliki rasa keingintahuan yang
tinggi. Seringkali konsumen merasa perlu mengetahui produk terlebih
dahulu sebelum menyukai dan membeli produk tersebut. Pengetahuan
yang baik tentang produk mendorong konsumen untuk menyukai produk
tersebut. Oleh karena itu sikap positif terhadap suatu produk seringkali
mencerminkan pengetahuan konsumen terhadap suatu produk.
3.1.7 Model Sikap Multiatribut
Setiap pemasar perlu mengetahui apakah konsumen bersikap mendukung
atau tidak mendukung terhadap produknya dan juga alasannya. Sikap dipandang
bergantung
pada
pengetahuan
objek
sikap.
Model
sikap
multiatribut
menggambarkan rancangan yang berharga untuk memeriksa hubungan antara
pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk
berkenaan dengan ciri atau atribut produk (Engel, Blackwell dan Miniard, 1994).
Model sikap multiatribut yang banyak dikenal adalah:
1. Model Fishbein
Model ini dikembangkan oleh Martin Fishbein. Model Fishbein
memungkinkan para pemasar mendiagnosis kekuatan dan kelemahan suatu merek
produk secara relatif dibandingkan dengan merek pesaing dengan menentukan
bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif merek produk pada atribut-atribut
penting (Engel, Blackwell dan Miniard, 1994).
48
2. Model Angka Ideal
Model Angka Ideal memiliki aspek yang unik dan penting yaitu hasil dari
analisis tersebut dapat memberikan informasi yang berkenaan dengan bagaimana
merek yang sudah ada dipandang oleh konsumen. Analisis ini bermanfaat sebagai
sumber informasi yang berguna bagi perencanaan dan tindakan pasar, selain itu
untuk implikasi pengembangan produk baru (Engel, Blackwell dan Miniard,
1994).
3.1.8 Importance Performance Analysis (IPA)
Importance
Performance
Analysis
(IPA)
menggambarkan
kinerja
(performance) sebuah merek dibandingkan dengan harapan atau tingkat
pentingnya (importance) yang dipersepsikan oleh konsumen dalam bentuk grafik.
Apabila skor tingkat kinerja sesungguhnya lebih atau sama dengan harapan atau
tingkat kepentingan maka responden dikategorikan puas, sedangkan bila tingkat
pelaksanaan sesungguhnya kurang dari harapan atau tingkat kepentingan
responden dikategorikan tidak puas.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Produk teh siap minum yang baru beberapa tahun ini mulai diproduksi
oleh perusahaan teh siap minum adalah teh hijau (green tea). Teh hijau dipilih
karena dalam beberapa tahun terakhir teh hijau sedang populer karena khasiatnya
bagi kesehatan. Hal tersebut menyebabkan makin banyaknya konsumen yang
mengkonsumsi teh hijau. Produsen minuman mulai tertarik untuk memproduksi
teh hijau siap minum mengingat makin banyaknya masyarakat yang sadar
49
pentingnya kesehatan dan hal tersebut merupakan peluang yang ingin
dimanfaatkan oleh para produsen minuman.
Produsen yang mengeluarkan produk teh hijau siap minum antara lain PT
Coca-cola Bottling dengan produk Frestea Green, PT ABC President dengan
produk Nu Green Tea, PT Sinar Sosro dengan produk Joy Tea Green, PT Tang
Mas dengan produk Zestea dan Yeo Hiap Seng Trading Singapura dengan produk
Yeo’s. Banyaknya pesaing yang masuk ke dalam pasar teh hijau siap minum
membuat supply teh hijau meningkat. AC Nielsen Indonesia mencatat sejak
September 2005-September 2006 pasar teh hijau siap minum tumbuh 1,02 persen.
Hal tersebut berarti konsumsi masyarakat terhadap produk teh hijau siap minum
meningkat.
Tingginya kesadaran akan kesehatan dan kampanye bahwa teh hijau
mengandung antioksidan juga membuat pasar teh hijau siap minum tumbuh
mengikuti kurva eksponensial. Setiap perusahaan teh hijau siap minum berusaha
untuk terus meningkatkan pangsa pasarnya dengan cara mengetahui dan berusaha
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dengan demikian perlu dikaji lebih lanjut
mengenai konsumen minuman teh hijau siap minum, yang menyangkut perilaku
konsumen.
Penelitian ini dilakukan karena adanya kebutuhan akan pengetahuan
mengenai sikap konsumen dan atribut teh hijau siap minum khususnya merek Nu
Green Tea Original. Penelitian ini akan dilakukan terhadap konsumen sebagai
responden yang pernah mengkonsumsi Nu Green Tea. Masing-masing responden
akan dilakukan analisis mengenai karakteristik, analisis sikap, dan atribut terhadap
produk teh hijau siap minum.
50
Karakteristik konsumen dan proses keputusan pembelian teh hijau siap
minum merek Nu Green Tea dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif,
sikap konsumen terhadap produk akan dianalisis dengan menggunakan Analisis
Multiatribut Angka Ideal, dan analisis atribut akan dianalisis dengan
menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA). Analisis Angka
Ideal memberikan informasi mengenai “merek ideal” dan informasi mengenai
bagaimana merek yang sudah ada dipandang oleh konsumen. Untuk mengetahui
tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut akan
dianalisis dengan menggunakan IPA. Jumlah atribut yang akan dianalisis
sebanyak 16 atribut meliputi rasa manis, harga, kejelasan izin Departemen
Kesehatan , kesegaran, kemasan, ketersediaan kondisi dingin, promosi, manfaat
antioksidan, merek, kejelasan kadaluarsa, volume/isi, kemudahan mendapatkan,
komposisi, warna air teh, aroma, iklan. Penentuan atribut tersebut didasarkan pada
metode judgement yaitu peneliti menyusun sendiri atribut produk. Penentuan
atribut juga mengacu pada atribut-atribut yang biasanya digunakan pada penelitian
terdahulu mengenai produk teh siap minum.
51
Teh hijau sedang populer sehingga konsumsi
masyarakat terhadap teh hijau meningkat
Banyak produsen minuman yang memproduksi
teh hijau siap minum
Tingginya tingkat persaingan teh hijau
siap minum
Kebutuhan akan pengetahuan mengenai sikap konsumen dan atribut teh
hijau siap minum khususnya merek Nu Green Tea
Konsumen
Karakteristik
konsumen (usia,
jenis kelamin,
tingkat pendidikan,
pekerjaan,
pendapatan, status
pernikahan) dan
proses pengambilan
keputusan
Analisis
Deskriptif
Sikap konsumen terhadap
atribut produk (harga, rasa
manis, ketersediaan, volume,
warna air teh, kemasan,
merek, manfaat antioksidan,
iklan, promosi, kesegaran,
komposisi, aroma, kejelasan
kadaluarsa, ketrsediaan
kondisi dingin, izin Depkes)
Analisis Angka
Ideal
Analisis
kinerja
atribut
Importance
Performance
Analysis (IPA)
Rekomendasi Alternatif Strategi
Gambar 10. Kerangka Pemikiran Operasional
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah Kota Jakarta. Pemilihan tempat dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di Kota Jakarta banyak
terdapat konsumen yang sesuai dengan sasaran yang dibidik oleh Nu Green Tea
yaitu remaja dewasa yang memiliki gaya yang modern, dinamis, trendy,
memperhatikan kesehatan, serta penampilan. Lokasi di
Kota Jakarta yang
dijadikan tempat penelitian yaitu beberapa tempat perbelanjaan, diantaranya
Cibubur Junction, ITC Kuningan, Kelapa Gading, Mall Ciputra, dan Sarinah.
Tempat dipilih karena tempat tersebut mempermudah peneliti untuk mendapatkan
responden remaja dewasa. Pengumpulan dilakukan pada bulan SeptemberOktober 2008.
4.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri
dari data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan
mengisis kuisioner yang sudah disediakan. Pengisian kuisioner dilakukan dengan
wawancara secara langsung dengan responden. Data sekunder adalah data yang
diperoleh melalui data yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang
berkaitan dengan masalah penelitian.
53
Tabel 6. Jenis, Sumber Data, Data yang Diperlukan dan Metode Pengumpulan
Data yang Digunakan dalam Penelitian
No
Jenis
Sumber Data
Data yang Diperlukan
Metode Pengumpulan
Data
1
Data
Data
Kuisioner
Primer
2
Identitas responden,
Survei dan observasi
pengetahuan responden
melalui penyebaran
tentang produk yang
kuisioner dan
berkaitan dengan penelitian
wawancara langsung
dan lain-lain.
dengan konsumen.
Gambaran umum tempat
Studi literatur
Data
Majalah,
Sekunder
Internet, BPS, penelitian, gambaran umum
Perpustakaan
perusahaan, data statistik
Kota Jakarta dan statistik
Indonesia, penelitian
kepustakaan dan lain-lain.
4.3 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience
sampling (pengambilan sampel secara kebetulan) yang termasuk ke dalam
pengambilan sampel non peluang. Dalam metode ini sampel diambil berdasarkan
ketersediaan eleven dan kemudahan untuk mendapatkannya, dengan kata lain
sampel yang diambil/ terpilih karena sampel tersebut berada pada tempat dan
waktu yang tepat (Nazir, 1999). Dalam penelitian ini sampel diambil berdasarkan
konsumen yang sedang atau pernah minum teh hijau siap minum merek Nu Green
Tea.
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang. Jumlah ini
didasarkan pada penentuan jumlah sampel menurut Slovin, yaitu:
n
N
(1  Ne 2 )
54
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi di Kota Jakarta untuk usia 15 tahun keatas adalah 6.629.149
(BPS, 2006)
e : Nilai kitis atau batas ketelitian yang digunakan (persen kelonggaran penelitian
karena kesalahan pengambilan sampel populasi dengan asumsi 10 persen)
n
6.629.149
1  6.629.149(0,1) 2
n  99,99  100
Pengambilan sampel dilakukan di lima wilayah Kota Jakarta berupa pusat
perbelanjaan yang memiliki area food court. Setiap tempat diambil masingmasing 20 responden sehingga pada kelima tempat akan diperoleh 100 responden.
4.4 Pengujian Kuisioner
4.4.1 Uji Validitas
Pengujian kuisioner dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan
dalam kuisioner dapat dimengerti oleh responden. Uji pendahuluan yang
dilakukan adalah uji validitas dengan menyebar kuisioner kepada 20 responden
dengan kriteria responden adalah orang yang pernah mengkonsumsi teh hijau siap
minum merek Nu Green Tea Original.
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan metode Cocharn Q Test,
yaitu dengan memberikan kuisioner kepada responden. Kuisioner yang disediakan
mencakup atribut-atribut yang berhubungan dengan produk teh hijau siap minum
merek Nu Green Tea Original serta mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu.
Responden diminta untuk memilih atribut mana yang dianggap berkaitan dengan
produk. Adapun atribut-atribut yang telah disiapkan dan kemudian diuji atribut
mana yang menjadi bahan pertimbangan responden dapat dilihat pada Tabel 7.
55
Tabel 7. Atribut-Atribut untuk Uji Validitas
No
Atribut yang di Uji
Apakah Menjadi Pertimbangan
Ya
1
Rasa Manis
2
Harga
3
Kejelasan izin Departemen Kesehatan
4
Kesegaran
5
Kemasan
6
Ketersediaan dalam kondisi dingin
7
Potongan harga/undian berhadiah
8
Manfaat antioksidan
9
Merek
10
Kejelasan kadaluarsa
11
Volume/isi
12
Kemudahan mendapatkan
13
Komposisi
14
Warna air teh
15
Aroma
16
Iklan
Tidak
Untuk mengetahui atribut yang valid, dilakukan test Cocharn dengan
prosedur sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis yang sudah dilakukan, yaitu:
H0 : Kemungkinan semua atribut yang diuji dipertimbangkan oleh seluruh
responden.
H1 : Kemungkinan semua atribut yang diuji tidak dipertimbangkan oleh
seluruh responden.
56
2. Mencari Q hitung dengan rumus sebagai berikut:
2
 k
 k
 
2
k  1k  C i    C i  
 i
 
 i
Qhit =
n
n
k  Ri   C i
i
i
Keterangan:
k : Jumlah atribut yang diuji
Ci : Jumlah skor atribut i
Ri : Jumlah skor responden i
3. Penentuan Qtabel dengan α = 0.05, derajat kebebasan (dk) = k-1, maka
diperoleh Qtabel (0.05;dk) dari tabel Chi Square Distribution.
4. Keputusan:
Tolak H0 dan Terima H1, jika Qhit > Qtabel
Terima H0 dan Tolak H1, jika Qhit < Qtabel
Untuk jawaban Ya diberi nilai 1 dan jawaban Tidak diberi nilai 0. Secara
lengkap hasil uji validitas dapat dilihat pada Lampiran 2. Dalam uji validitas pada
pengujian satu diperoleh hasil Qhit > Qtabel artinya tolak H0, maka dilakukan
pengujian dua dengan cara mengeluarkan atrbut warna air teh dari daftar
kuisioner. Setelah dilakukan pengujian dua diperoleh hasil Qhit > Qtabel artinya
tolak H0, maka dilakukan pengujian tiga dengan cara mengeluarkan atribut
volume/isi dari daftar kuisioner. Setelah dilakukan pengujian tiga diperoleh hasil
Qhit < Qtabel artinya terima H0.
Diperoleh 14 atribut yang dianggap valid yaitu rasa manis, harga, kejelasan
izin Depkes, kesegaran, kemasan, ketersediaan dalam kondisi dingin, promosi,
manfaat antioksidan, merek, kejelasan kadaluarsa, kemudahan mendapatkan,
komposisi, aroma dan iklan.
57
4.4.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji keterandalan instrumen yang digunakan dalam
riset. Instrumen riset yang baik akan mampu mengungkapkan informasi yang
sebenarnya di lapangan. Pada penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan
dengan menggunakan metode Hoyt, uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui
kereliabelan dari atribut-atribut yang diajukan pada responden dalam kuisioner
(Durianto et al, 2004).
Uji reliabilitas ini dapat dilakukan pada saat sebelum penelitian, untuk
mengetahui apakah instrumen pengumpulan data tersebut sudah reliable (dapat
diandalkan) atau belum, sehingga akan diperoleh atribut yang valid dan konsisten.
Jumlah responden yang dilibatkan berjumlah 20 responden. Apabila ternyata
hasilnya tidak reliabel, maka yang perlu dilakukan adalah dengan memperbaiki
kuisioner. Jika hasilnya reliabel maka penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
menyebarkan kuisioner. Pengujian reliabilitas instrumen dengan metode ini
melalui tahap-tahap berikut:
1. Mencari nilai jumlah kuadrat responden JKr dengan rumus:
X
JKr 
k
2
t
 X 

2
t
kN
Keterangan:
JKr : Jumlah kuadrat responden
k
: Banyaknya butir pertanyaan
N
: Banyaknya responden (20)
Xt : Skor total responden
58
2. Mencari jumlah kuadrat butir JKb dengan rumus:
B
JKb 
N
2
 X 

2
t
kN
Keterangan:
JKb
: Jumlah kuadrat butir
∑ B2
: Jumlah kuadrat jawaban benar (ya) seluruh batir
( ∑ Xt )2 : Kuadrat dari skor total
3. Mencari jumlah kuadrat total JKt dengan rumus:
JKt 
 B  S 
 B    S 
Keterangan:
JKt : Jumlah kuadrat total
( ∑ B ) : Jumlah jawaban benar (ya) seluruh butir
( ∑ S ) : Jumlah jawaban salah (tidak) seluruh butir
4. Mencari jumlah kuadrat sisa dengan rumus:
JKs  JKt  JKr  JKb
5. Mencari varians responden, varians butir dan varians sisa dengan rumus:
Vr 
JKr
dbr
Vb 
JKb
dbb
Vs 
JKs
dbs
Keterangan:
Vr : Varians responden
dbr : Derajat bebas responden
Vb : Varians butir
dbb : Derajat bebas asosiasi
Vs : Varians sisa
dbs : Derajat bebas sisa
6. Memasukan nilai varians yang diperoleh ke rumus:
r11  1 
Vs
Vr
Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai dari
tabel r product moment. Nilai r product moment tabel (α = 0,05) yaitu 0,444
dengan tingkat keyakinan 95 %. Jika │r11│< r product moment dapat disimpulkan
59
bahwa instrument yang digunakan tidak andal, namun sebaliknya jika │r 11│> r
product moment dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan andal dan
penelitian dengan menggunakan instrumen yang sama dapat digunakan. Hasil uji
reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 3. Adapun hasil uji reliabilitas sebagai
berikut:
r11  1 
Vs
Vr
= 1 – 1,468
= - │0,648│
Nilai r tabel untuk N=20 dengan interval kepercayaan 95 % = 0,444
r11 > rtab maka dapat diandalkan. Artinya: instrumen yang akan digunakan dapat
diandalkan, sehingga penelitian dapat dilanjutkan.
4.5 Analisis Data
4.5.1 Analisis Deskriptif
Nazir (1999) menyatakan bahwa analisis deskriptif merupakan suatu
metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
dari analisis deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki. Data karakteristik konsumen (usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status pernikahan) serta proses keputusan
pembelian (pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses
pembelian, evaluasi hasil) yang dikumpulkan melalui kuisioner dianalisis secara
deskriptif dengan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dipilih karena analisis ini
60
dinilai mampu mendeskripsikan dan menggambarkan karakteristik konsumen
serta proses keputusan pembelian yang sedang berlangsung saat penelitian
dilaksanakan.
4.5.2 Analisis Angka Ideal
Sumarwan (2002) menyatakan Analisis Multiatribut Angka Ideal
merupakan salah satu dari alat analisis multiatribut. Aspek yang unik dan penting
dari Analisis Angka Ideal adalah analisis tersebut memberikan informasi
mengenai bagaimana merek yang sudah ada dipandang oleh konsumen. Pada
prinsipnya, model Angka Ideal ini memberikan informasi mengenai evaluasi
konsumen terhadap apa yang dirasakan (yang sesungguhnya) oleh konsumen dan
apa yang diinginkan (yang ideal) oleh konsumen. Semakin dekat penilaian aktual
suatu merek dengan penilaian ideal, maka merek tersebut ideal dimata konsumen
dan menunjukkan konsumen mendukung merek tersebut. Model tersebut
digambarkan secara simbolis sebagai berikut:
n
A  Wi I i  X i
i 1
Keterangan:
A : Skor sikap terhadap suatu merek
Wi : Pentingnya atribut i
Ii : Performansi ideal atribut ke i
Xi : Performansi merek pada atribut i
n : Jumlah atribut yang menonjol
Pada analisis Angka Ideal tersebut responden diminta untuk menunjukkan
dimana
mereka
percaya
suatu
merek
ditempatkan
pada
skala
yang
menggambarkan berbagai derajat atau tingkat atribut yang menonjol. Melalui
61
kuisioner responden dapat memberikan angka atau tingkat kepentingan dari angka
(1) sangat tidak penting, (2) tidak penting, (3) biasa saja, (4) penting, (5) sangat
penting. Selain itu responden juga akan menunjukkan dimana merek ideal akan
termasuk pada skala atribut ini.
4.5.3 Importance Performance Analysis (IPA)
Pada penelitian ini untuk menjawab perumusan masalah mengenai analisis
kinerja atribut terhadap teh hijau siap minum merek Nu Green Tea Original
digunakan metode IPA. Untuk pengukuran kinerja produk dan kepentingan
konsumen digunakan skala Likert.
Untuk kinerja produk diberi lima penilaian sebagai berikut:

Jawaban sangat baik diberi bobot 5, berarti konsumen sangat puas

Jawaban baik diberi bobot 4, berarti konsumen puas

Jawaban cukup baik diberi bobot 3, berarti konsumen cukup puas

Jawaban kurang baik diberi bobot 2, berarti konsumen kurang puas

Jawaban tidak baik diberi bobot 1, berarti konsumen tidak puas
Untuk kepentingan konsumen diberi lima penilaian sebagai berikut:

Jawaban sangat penting diberi bobot 5

Jawaban penting diberi bobot 4

Jawaban cukup penting diberi bobot 3

Jawaban kurang penting diberi bobot 2

Jawaban tidak penting diberi bobot 1
Kelebihan dari penggunaan skala Likert adalah menggunakan item-item
yang jelas, mudah membuatnya dan menghasilkan keterangan yang nyata.
62
Kelemahan penggunaan skala Likert yaitu skala ini hanya dapat mengurutkan
individu dalam skala tetapi tidak dapat membandingkan berapa kali suatu individu
lebih baik dari individu lainnya.
 
Hasil perhitungan IPA berupa rata-rata bobot X untuk kinerja produk dan

rata-rata bobot Y untuk kepentingan, dengan rumus sebagai berikut:
X 
 Xi
n
Y
 Yi
n
Keterangan:
X : Skor rata-rata tingkat kinerja
Y : Skor rata-rata tingkat kepentingan
Xi : Total skor tingkat kinerja dari seluruh responden
Yi : Total skor tingkat kepentingan dari seluruh responden
n
: Jumlah responden
Diagram kartesius yang terdiri dari sumbu X dan Y dibagi atas empat
bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titiktitik ( X , Y ) dimana X merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat kinerja
produk dan Y adalah rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh atribut yang akan
mempengaruhi kepuasan konsumen. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
n
X 
X
i 1
n
i
K
Y
Y
i 1
i
K
Keterangan:
X : Rata-rata dari skor rata-rata skor tingkat kinerja produk
Y : Rata-rata dari skor rata-rata skor tingkat kepentingan responden
X : Skor rata-rata tingkat kinerja produk
63
Y : Skor rata-rata tingkat kepentingan konsumen
n : Jumlah responden
K : Banyaknya atribut-atribut yang dapat memepengaruhi kepuasan responden.
Hasil perhitungan diatas akan dinyatakan dalam diagram kartesius.
Diagram kartesius diperlukan untuk penjabaran tingkat kinerja produk dan
kepentingan konsumen. Kuadran I merupakan daerah prioritas utama, kuadran II
merupakan daerah yang harus dipertahankan, kuadran III merupakan daerah
prioritas rendah dan kuadran IV merupakan daerah berlebihan.
Y: Kepentingan
Kuadran I
Kuadran II
(Prioritas Utama)
(Pertahankan Prestasi)
Kuadran III
Kuadran IV
(Prioritas Rendah)
(Berlebihan)
X : Kinerja
Gambar 11. Bentuk Diagram Kartesius
Keterangan:
Kuadran I
: Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap
penting oleh konsumen tetapi pada kenyataannya faktor-faktor
ini belum sesuai seperti yang diharapkan (tingkat kepuasan yang
diperoleh masih sangat rendah). Variabel-variabel yang masuk
dalam kuadran ini harus ditingkatkan.
Kuadran II
: Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap
penting oleh konsumen dan faktor-faktor tersebut sudah
dianggap sesuai oleh konsumen sehingga tingkat kepuasannya
64
relatif tinggi. Kinerja suatu variabel dan kepentingan konsumen
berada
pada
tingkat
yang
tinggi
sehingga
cukup
mempertahankan kinerja produk tersebut.
Kuadran III
: Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap
kurang penting oleh pelanggan dan pada kenyataannya
kinerjanya tidak terlalu istimewa. Kinerja suatu variabel dan
kepentingan konsumen berada pada tingkat rendah sehingga
belum perlu melakukan perbaikan terhadap produk.
Kuadran IV
: Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap
kurang penting oleh pelanggan dan dirasakan terlalu berlebihan.
Kinerja produk lebih tinggi daripada kepentingan konsumen
sehingga perlu menurunkan kinerja agar dapat mengefisienkan
sumberdaya.
4.6 Definisi Operasional
1. Harga : nilai jual per unit produk teh hijau siap minum pada saat
penelitian dilakukan, dalam satuan rupiah.
2. Rasa manis : karakteristik organoleptik yang dirasakan oleh lidah.
3. Aroma : senyawa sintetik yang dapat menimbulkan bau harum dan rasa
enak.
4. Kemudahan mendapatkan : tingkat kemudahan teh hijau siap minum
dapat diperoleh konsumen
5. Kemasan : bagian terluar dari produk teh hijau siap minum yang berperan
untuk menambah daya tarik.
65
6. Merek : nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari halhal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa
dari sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.
7. Manfaat : kegunaan yang dapat diambil dari produk teh hijau siap minum
8. Iklan : ajakan yang bertujuan untuk memberitahukan keberadaan produk,
membangun citra perusahaan, mempengaruhi, mendorong minat serta
mempertahankan ingatan konsumen terhadap produk teh hijau siap
minum.
9. Promosi : cara yang bertujuan untuk menarik perhatian dan minat
konsumen terhadap produk teh hijau siap minum namun hanya dilakukan
sewaktu-waktu.
10. Kesegaran : tingkat rasa segar yang dirasakan konsumen setelah
mengkonsumsi produk teh hijau siap minum.
11. Komposisi : Kandungan dalam produk teh hijau siap minum dalam
kemasan.
12. Kejelasan kadaluarsa : batas waktu maksimal yang ditetapkan dimana
produk dapat dikonsumsi. Biasanya dicantumkan pada bagian luar
kemasan produk yang mudah terlihat oleh konsumen.
13. Kejelasan izin Departemen Kesehatan : bukti dari pihak berwenang
bahwa produk telah terdaftar dan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
14. Ketersediaan dalam kondisi dingin : tersedianya produk teh hijau siap
minum dalam kondisi dingin.
BAB V
GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
5.1 Situasi Wilayah
5.1.1 Letak Geografis
Jakarta merupakan Ibukota Negara yang memiliki keistimewaan. Jakarta
mempunyai dua fungsi, yakni sebagai pusat Negara Indonesia dan sebagai pusat
perekonomian di Indonesia. Secara Geografis DKI Jakarta terletak pada 106° 49’
35” Bujur Timur dan 06° 10’ 37” Lintang Selatan. Luas keseluruhan wilayah
propinsi DKI Jakarta berdasarkan SK Gubernur No. 1227 Tahun 1989 adalah
beberapa daratan dan lautan yang masing-masing luasnya yaitu, 661,52 km2 dan
6.997,5 km2, serta terdapat tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di
kepulauan seribu. Bentuk wilayahnya memanjang sejauh ± 30 km2 dan melebar ±
28 km2. DKI Jakarta merupakan dataran rendah yang mempunyai ketinggin
tempat 50 dpl (diatas permukaan laut) dan wilayah bagian utara terletak pada
ketinggian 0,5 m dpl. Kemiringan lahan di wilayah DKI Jakarta termasuk dalam
kondisi landai sehingga cenderung sering terjadi banjir.
5.1.2 Batas Wilayah
Wilayah administrasi propinsi DKI Jakarta terbagi menjadi lima wilayah
kotamadya dan satu kabupaten yaitu, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur,
Jakarta Selatan, Jakarta Utara, serta kabupaten administrasi Kepulauan Seribu.
Propinsi DKI Jakarta berbatasan dengan kabupaten-kabupaten dan kotamadyakotamadya yang merupakan bagian dari propinsi Jawa Barat dan Banten. Di
67
sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Bogor, sebelah Barat berbatasan dengan propinsi Banten dan sebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi.
5.1.3 Iklim
DKI Jakarta secara umum beriklim tropis, dengan suhu tahunan rata-rata
27 °C. Kelembaban di DKI Jakarta yaitu berkisar 80-90% dan curah hujan ratarata 2000 Mm per tahun. Kota DKI Jakarta terletak di dekat garis khatulistiwa,
sehingga arah angin dipengaruhi oleh angin musim.
5.1.4 Penduduk
Wilayah DKI Jakarta merupakan wilayah yang paling tinggi konsentrasi
penduduknya di Indonesia. Berdasarkan data dari BPS DKI Jakarta (2008),
jumlah penduduk DKI Jakarta adalah 8.489.910 orang. Perincian jumlah
penduduk DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2008
Wilayah
WNI
WNA
Jumlah
Jumlah
Total
Jakarta Pusat
930.674
831
931.505
Jakarta Utara
1.420.388
884
1.421.272
Jakarta Barat
1.634.781
586
1.635.367
Jakarta Selatan
1.885.302
1.163
1.886.465
Jakarta Timur
2.592.940
922
2.593.862
21.425
14
21.439
8.485.510
4.400
8.489.910
Kepulauan Seribu
Total
Sumber: BPS DKI Jakarta, 2008
68
Jumlah penduduk yang semakin meningkat di suatu daerah akan
menyebabkan semakin tingginya kepadatan penduduk yang tinggal di daerah
tersebut. Luas wilayah DKI Jakarta relatif sama tetapi jumlah penduduk terus
meningkat, sehingga menyebabkan kepadatan penduduk DKI Jakarta terus
mengalami peningkatan.
Faktor tingginya jumlah penduduk dapat mencerminkan tingginya tingkat
konsumsi di wilayah tersebut. Wilayah DKI Jakarta yang berperan sebagai pusat
perdagangan, industri, pariwisata, pendidikan, kebudayaan dan pembangunan
nasional yang juga sebagai pusat administrasi dan pemerintahan menjadikan
wilayah DKI Jakarta sebagai wilayah yang potensial bagi sasaran pemasaran
produk-produk makanan.
Salah satu produk makanan yang potensial yaitu produk olahan teh.
Produk olahan teh yang sedang berkembang saat ini adalah produk teh hijau siap
minum. Industri teh hijau siap minum saat ini di dominasi oleh beberapa merek
antaralain Nu Green Tea produksi PT ABC President, Frestea Green produksi PT
Coca-cola Bottling, Joy Tea Green Produksi PT Sinar Sosro, Zestea produksi PT
Tang Mas dan Yeo’s produksi Yeo Hiap Seng Trading Singapura. Merek teh hijau
siap minum yang diproduksi oleh PT ABC President merupakan merek yang
menguasai pangsa pasar teh hijau siap minum terbesar yaitu 51,9 persen,
kemudian diikuti oleh Frestea Green 22,5 persen, Joy Tea Green 16,8 persen,
Zestea 8,6 persen dan Yeo’s 0,2 persen.
69
5.2 Gambaran Umum Perusahaan
PT ABC president Indonesia berdiri sejak bulan September 1991 dengan
adanya kesepakatan joint venture antara PT ABC Central Food of Indonesia
dengan Uni-President Enterprises Corporation of Taiwan. Kebanyakan orang
mengetahui merek ABC merupakan pemimpin pasar di bidang makanan dan
minuman di Indonesia. Berdasarkan prinsip untuk memuaskan kebutuhan
konsumen PT ABC President Indonesia telah memperluas bidang usahanya
kepada makanan-makanan lain. Saat ini ABC adalah merek terkenal untuk produk
rumah tangga yang dikenal karena kualitasnya yang baik.
Uni-President Enterprise Corporation of Taiwan memiliki sejarah yang
panjang sebagai produsen tepung sejak 30 tahun yang lalu. Saat ini perusahaan
tersebut adalah perusahaan makanan terbesar di Taiwan. Selama beberapa tahun
Uni-President Enterprises Corporation of Taiwan telah memperluas usahanya ke
bidang makanan, kelapa sawit, minuman, produk susu, makanan kesehatan dan
makanan beku. Uni-President Enterprises Corporation of Taiwan memiliki
komitmen untuk terus melakukan pertumbuhan dan diversifikasi pada
perusahaannya, sehingga perusahaan berupaya untuk memperluas jaringan
distribusi, keuangan, asuransi, konstruksi, supermarket dan penjualan retail.
Adanya suatu kombinasi antara perusahaan yang ahli dalam membuat saus
dan perusahaan yang ahli dalam pembuatan tepung sehingga menciptakan suatu
rasa yang enak membuat PT ABC President Indonesia merupakan salah satu
perusahaan pembuat mie instant terbaik di negara ini dengan merek mie ABC.
Merek ABC merupakan salah satu merek mie instan yang terkenal di Indonesia.
70
Mie ABC dapat ditemukan di seluruh negara karena PT ABC President memiliki
jaringan distribusi yang lengkap.
Produk yang baru beberapa tahun ini diproduksi oleh PT ABC President
Indonesia adalah minuman juice siap minum merek Nu Juice dan teh hijau siap
minum merek Nu Green Tea. Produk minuman teh hijau siap minum merek Nu
Green Tea merupakan merek minuman teh hijau siap minum yang dikenal di
Indonesia dan memiliki pangsa pasar yang paling besar diantara merek-merek teh
hijau siap minum lainnya.
PT ABC President Indonesia memiliki visi untuk menjadi pemimpin di
bidang makanan di Indonesia. Luasnya pengalaman dan pengetahuan mengenai
pasar lokal, ABC Group dan Uni-President telah mengatur target produksi dalam
kualitas yang terbaik. Hal ini dapat dicapai tidak hanya dari adanya reputasi dari
ABC Group, tetapi juga dari penelitian dan pengembangan serta fasilitas untuk
menemukan suatu inovasi untuk suatu makanan dari Uni-President Enterprises
Corporation of Taiwan.
PT ABC President Indonesia terletak di Karawang, Jawa Barat dengan
luas 7,6 hektar. Sejak bisnis tersebut dimulai pada bulan Juli 1992, perusahaan
hanya memproduksi beberapa ratus ribu karton. Sejak saat itu, perusahaan telah
diperluas dan membuat pabrik lain di Medan, Sumatera. Selain itu PT ABC
President Indonesia mengakui pentingnya memenuhi peningkatan kebutuhan
konsumen, sehingga PT ABC President Indonesia berupaya untuk terus mencari
perbaikan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan yang berubah dengan cepat.
71
5.3 Karakteristik Umum Responden
Pada penelitian ini karakteristik responden dibedakan berdasarkan usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status pernikahan. Berikut ini
akan dijabarkan hasil penelitian mengenai karakteristik responden teh hijau siap
minum merek Nu Green Tea Original
5.3.1 Responden Berdasarkan Usia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden berusia kurang dari 18
tahun berjumlah delapan persen, responden berusia antara 18-29 tahun berjumlah
81 persen, responden berusia 30-39 tahun berjumlah enam persen, dan responden
berusia diatas 40 tahun berjumlah lima persen. Sekitar 81 persen responden
tergolong usia remaja dewasa yang sesuai dengan sasaran dan target pasar Nu
Green Tea yaitu remaja dewasa yang memiliki gaya yang modern, dinamis, trendy
dan memperhatikan kesehatan, serta penampilan. Untuk responden yang berusia
diatas 40 tahun mempunyai persentase paling kecil, hal ini dikarenakan responden
lebih banyak mengkonsumsi teh hijau dalam bentuk teh celup ataupun teh bubuk
daripada bentuk teh hijau siap minum seperti Nu Green Tea. Alasan lain yaitu
mereka menganggap bahwa minuman teh hijau siap minum seperti Nu Green Tea
tidak sesuai dengan umur mereka dan mereka mengkonsumsi teh hijau siap
minum seperti Nu Green Tea hanya sebagai selingan dalam gaya hidup serta
keseharian mereka mereka. Secara lengkap karakteristik responden berdasarkan
usia dapat dilihat pada Tabel 9.
72
Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No
Kelompok Umur (tahun)
1
15-17
2
Jumlah (orang)
Presentase (%)
8
8
18 – 29
81
81
3
30 – 39
6
6
4
> 40
5
5
100
100
Total
5.3.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian diperoleh 59 persen berjenis kelamin perempuan dan
41 persen berjenis kelamin laki-laki. Perbedaan jumlah antara perempuan dan
laki-laki tidak terlalu signifikan walaupun jumlah perempuan lebih banyak. Hal
ini dikarenakan teh merupakan minuman yang banyak disukai oleh banyak orang
baik perempuan ataupun laki-laki. Jumlah wanita sedikit lebih banyak karena
wanita cenderung lebih konsumtif sedangkan laki-laki mengkonsumsi teh hijau
siap minum cenderung kepada kebutuhan. Secara lengkap karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
Perempuan
59
59
2
Laki-laki
41
41
100
100
Total
5.3.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dilihat dari tingkat pendidikan terakhir, responden paling banyak
berpendidikan SMU berjumlah 42 persen, kemudian diikuti dengan sarjana 33
73
persen dan diploma 20 persen. Hal tersebut karena responden dari teh hijau siap
minum adalah remaja dewasa umur 19-29 sehingga tingkat pendidikan mereka
berada pada tingkat SMU, Diploma dan Sarjana. Untuk mengkonsumsi teh hijau
siap minum tidak memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi karena teh
merupakan minuman universal yang banyak dikonsumsi oleh semua orang. Pada
penelitian ini untuk responden dengan tingkat pendidikan yang rendah seperti SD
tidak ada, hal ini dikarenakan konsumen dengan pendidikan rendah memiliki
pengetahuan yang terbatas sehingga tidak dapat memahami apa manfaat dari
minuman teh hijau serta kelebihan-kelebihan teh hijau dibandingan dengan teh
hitam yang sudah terlebih dahulu dikenal di pasaran. Secara lengkap karakteristik
responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
Pendidikan
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
SD
-
-
2
SMP
4
4
3
SMU
42
42
4
Diploma
20
20
5
Sarjana
33
33
6
Pascasarjana
1
1
100
100
Total
5.3.4 Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pengelompokan responden berdasarkan status pekerjaan sebagai berikut:
ibu rumah tangga berjumlah lima persen, pelajar/mahasiswa berjumlah 58 persen,
pegawai negeri berjumlah enam persen, pegawai swasta berjumlah 18 persen dan
lain-lain berjumlah tiga persen. Responden yang paling dominan adalah kalangan
74
pelajar dan mahasiswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
responden merupakan orang-orang yang dinamis dan merupakan remaja dewasa,
sehingga sesuai dengan sasaran pasar yang dituju oleh produk teh hijau siap
minum merek Nu Green Tea. Secara lengkap karakteristik responden berdasarkan
pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No
Pekerjaan
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
Ibu Rumah Tangga
5
5
2
Pelajar/Mahasiswa
58
58
3
Pegawai Negeri
6
6
4
Pegawai Swasta
18
18
5
Wirausaha
10
10
6
Lainnya:
Dokter
1
1
Penjaga Toko
2
2
100
100
Total
5.3.5 Responden berdasarkan Pendapatan Per Bulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berpendapatan
kurang dari Rp 500.000 berjumlah 13 persen, pendapatan antara Rp 500.001-Rp
1.000.001 berjumlah 40 persen, pendapatan antara Rp 1.000.001-Rp 2.000.000
berjumlah 37 persen, pendapatan antara Rp 2.000.001-Rp 3.000.000 berjumlah
enam persen, pendapatan antara Rp 3.000.001- Rp 4.000.000 berjumlah tiga
persen dan pendapatan diatas Rp 4.000.000 berjumlah satu persen. Responden
paling banyak pertama berpendapatan antara Rp 500.001-Rp 1.000.000 dan yang
kedua berpendapatan antara Rp 1.000.001-Rp 2.000.000. Hasil tersebut
75
menunjukkan bahwa konsumen teh hijau siap minum rata-rata memiliki
pendapatan menengah kebawah. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar
responden berusia 18-29 tahun dan berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa sehingga
umumnya mereka belum mempunyai penghasilan sendiri dan hanya memperoleh
pendapatan dari uang saku. Secara lengkap karakteristik responden berdasarkan
pendapatan Per Bulan dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Per Bulan
No
Pendapatan Per Bulan (Rp)
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
< 500.000
13
13
2
Rp 500.001 – Rp 1.000.000
40
40
3
Rp 1.000.001 – Rp 2.000.000
37
37
4
Rp 2.000.001 – Rp 3.000.000
6
6
5
Rp 3.000.001 – Rp 4.000.000
3
3
6
> Rp 4.000.000
1
1
100
100
Total
5.3.6 Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa responden yang menikah berjumlah
16 persen sedangkan yang belum menikah berjumlah 84 persen. Jumlah
responden yang belum menikah lebih banyak dibandingkan dengan yang telah
menikah. Hal ini dikaitkan dengan karakteristik responden berdasarkan usia
dimana sebagian besar responden berusia 19-29 tahun dan kebanyakan responden
masih berstatus sebagai mahasiswa. Banyaknya konsumen yang berstatus belum
menikah menggambarkan bahwa teh hijau siap minum cenderung merupakan
konsumsi pribadi karena mereka menikmatinya secara pribadi. Terdapat
konsumen yang berstatus sudah menikah menunjukkan bahwa teh hijau siap
76
minum juga merupakan konsumsi keluarga karena biasanya sesuatu yang
dikonsumsi oleh salah satu anggota keluarga maka produk tersebut cenderung
menjadi konsumsi seluruh anggota keluarga. Misalnya apa yang dikonsumsi oleh
orang tua akan dibagi kepada anak-anaknya. Secara lengkap karakteristik
responden berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan
No
Status Pernikahan
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
Menikah
16
16
2
Tidak Menikah
84
84
100
100
Total
BAB VI
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN
6.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
6.1.1 Pengenalan Kebutuhan
Sebelum melakukan pembelian konsumen terlebih dahulu mengenali
kebutuhannya. Bila seorang konsumen tidak mengenali kebutuhannya, maka
mereka bisa saja membeli sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Pengenalan
kebutuhan merupakan tahap awal dari proses keputusan pembelian. Proses
pengenalan
kebutuhan
dianalisis
melalui
tiga
pertanyaan
yaitu
alasan
mengkonsumsi teh hijau siap minum, seberapa penting mengkonsumsi teh hijau
siap minum dan perasaan responden jika tidak mengkonsumsi teh hijau siap
minum.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa alasan responden mengkonsumsi
teh hijau siap minum sebagian besar adalah karena rasa yang enak sebesar 30
persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa rasa memiliki peranan yang besar untuk
mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi teh hijau siap minum. Alasan
terbesar kedua bagi responden teh hijau siap minum adalah kesehatan sebesar 27
persen, hal tersebut menunjukkan bahwa responden juga memperhatikan manfaat
dari produk yang dikonsumsinya bagi kesehatan. Alasan terbesar ketiga bagi
responden teh hijau siap minum adalah kesegaran memperoleh presentase sebesar
15 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen menggarapkan kesegaraan
jika mengkonsumsi teh hijau siap minum.
78
Rasa haus dan kebiasaan memperoleh persentase yang paling kecil yaitu
satu dan tiga persen. Hal tersebut terjadi karena sedikit orang yang mempunyai
alasan utama untuk mengkonsumsi teh hijau karena rasa haus dan umumnya jika
merasa haus maka yang lebih baik untuk dikonsumsi adalah air putih. Untuk
atribut kebiasaan juga memperoleh persentase yang kecil karena sedikit orang
yang mengkonsumsi teh hijau siap minum sebagai kebiasaan. Teh hijau siap
minum masih dianggap sebagai minuman pelengkap dan bukan sebagai minuman
yang wajib dikonsumsi. Atribut iklan memperoleh presentase sebesar 11 persen,
gaya hidup delapan persen dan praktis lima persen. Secara lengkap alasan
konsumen mengkonsumsi teh hijau siap minum dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Alasan Konsumen Mengkonsumsi Teh Hijau Siap Minum
No
Alasan
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
Gaya hidup
8
8
2
Kesehatan
27
27
3
Kesegaran
15
15
4
Kebiasaan
3
3
5
Rasa yang enak
30
30
6
Iklan
11
11
7
Lainnya:
Praktis
5
5
Rasa haus
1
1
100
100
Total
Pada penelitian ini menurut responden tingkat kepentingan mengkonsumsi
teh hijau siap minum tergolong biasa saja sebesar 56 persen. Hal ini dikarenakan
produk teh hijau siap minum bukan termasuk ke dalam produk konsumsi utama
(primer) melainkan hanya produk pelengkap. Sementara itu responden yang
79
menyatakan penting sebesar 34 persen dan sangat penting sebesar sembilan
persen, hal tersebut disebabkan mengkonsumsi teh hijau siap minum sudah
menjadi bagian dalam gaya hidup mereka sehari-hari. Secara lengkap tingkat
kepentingan teh hijau siap minum dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Tingkat Kepentingan Mengkonsumsi Teh Hijau Siap Minum
No
Tingkat Kepentingan
1
Sangat Penting
2
Jumlah (orang)
Presentase (%)
9
9
Penting
34
34
3
Biasa Saja
56
56
4
Tidak Penting
1
1
100
100
Total
Terkait dengan tingkat kepentingan responden dalam mengkonsumsi teh
hijau siap minum yang sebagian besar biasa saja dan penting maka perasaan
responden jika tidak mengkonsumsi teh hijau siap minum lebih cenderung biasa
saja yaitu sebesar 78 persen. Kebanyakan responden menganggap mengkonsumsi
teh hijau siap minum hanya untuk memenuhi kebutuhan saja dan bukan sebagai
sesuatu hal yang wajib untuk dikonsumsi, sehingga jika responden tidak
mengkonsumsi teh hijau maka perasaan yang mereka rasakan biasa saja dan tidak
merasa ada yang kurang. Untuk konsumen yang menjawab merasa ada yang
kurang jika tidak mengkonsumsi teh hijau siap minum sebesar 22 persen, hal
tersebut menunjukan responden sudah menjadikan produk teh hijau siap minum
sesuatu yang penting dan mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. Tabel 17
menunjukkan apa yang dirasakan konsumen jika tidak mengkonsumsi teh hijau
siap minum.
80
Tabel 17. Jika Responden Tidak Mengkonsumsi Teh Hijau Siap Minum
No Jika Tidak Mengkonsumsi
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
Ada yang Kurang
22
22
2
Biasa Saja
78
78
100
100
Total
6.1.2 Pencarian Informasi
Setelah mengenali kebutuhannya, tahap kedua dari proses keputusan
pembelian yaitu pencarian informasi oleh konsumen. Pencarian informasi dapat
dilakukan oleh konsumen melalui informasi yang tersimpan dalam ingatan
(internal) atau informasi yang didapat dari lingkungan luar (eksternal). Pencarian
informasi dianalisis dengan beberapa pertanyaan dalam kuisioner yaitu merek teh
hijau siap minum yang diketahui konsumen, sumber informasi tentang teh hijau
siap minum, fokus perhatian responden terhadap informasi tersebut, atribut apa
yang paling dipertimbangkan saat membeli teh hijau siap minum dan merek apa
yang sesuai dengan atribut yang paling dipertimbangkan oleh responden.
Hasil penelitian menunjukan bahwa merek teh hijau siap minum yang
paling banyak diketahui oleh responden adalah Nu Green Tea yaitu sebesar 67
persen. Hal tersebut menunjukan bahwa merek Nu Green Tea adalah merek teh
hijau siap minum yang memiliki posisi pertama dalam benak konsumen dan
paling diingat oleh konsumen, sehingga menjadi merek yang paling banyak
disebut saat ditanyakan merek teh hijau siap minum apa yang diketahui oleh
responden. Teh hijau siap minum merek Frestea Green menempati posisi kedua
sebesar 23 persen dan diikuti berturut-turut oleh Zestea dan Joy Tea Green
81
sebesar sembilan persen dan satu persen. Secara lengkap merek teh hijau siap
minum yang diketahui oleh konsumen dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Merek Teh Hijau Siap Minum yang Diketahui Konsumen
No
Merek
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
Nu Green Tea
67
67
2
Frestea Green
23
23
3
Joy Tea Green
1
1
4
Zestea
9
9
100
100
Total
Untuk mengetahui berbagai informasi mengenai teh hijau siap minum
responden masing-masing memiliki sumber informasi tersendiri. Hasil penelitian
menunjukan bahwa sebagian besar responden mendapatkan informasi mengenai
teh hijau siap minum berasal dari media televisi yaitu sebesar 60 persen. Hal ini
dikarenakan media televisi merupakan media yang mempunyai daya jangkauan
yang sangat luas sehingga dapat diterima masyarakat dimanapun berada. Selain
itu media televisi merupakan media yang sangat menarik yang merupakan
penggabungan antara gambar yang bergerak dan suara yang dapat didengar
sehingga akan meningkatkan daya ingatan konsumen lebih kuat terhadap suatu
produk. Sumber informasi selanjutnya yaitu berasal dari teman yaitu sebesar 18
persen. Hal ini dikarenakan teman merupakan orang yang dekat dengan responden
mengingat responden terbanyak berada pada rentang usia remaja dewasa,
sehingga informasi sangat mudah didapat dari teman. Sementara itu besarnya
sumber informasi yang berasal dari keluarga, majalah/koran dan penjual/SPG
82
berturut-turut adalah tujuh, sembilan dan enam persen. Secara lengkap sumber
informasi responden mengenai teh hijau siap minum dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Sumber Informasi Tentang Teh Hijau Siap Minum
No
Sumber Informasi
1
Teman
2
Jumlah (orang)
Presentase (%)
18
18
Keluarga
7
7
3
Televisi
60
60
4
Majalah/Koran
9
9
5
Penjual/SPG
6
6
100
100
Total
Sumber informasi harus dapat membuat pencari informasi tertarik untuk
mengetahui mengetahui apa isi dari informasi tersebut. Pada umumnya fokus
perhatian responden sebanyak 45 persen adalah mengenai manfaat dari teh hijau
siap minum. Hal ini terjadi karena produk teh hijau siap minum merupakan
produk yang cenderung masih baru dibandingkan dengan produk teh lain dalam
hal ini teh hitam yang telah lebih dulu diperkenalkan di pasaran. Responden
cenderung ingin mengetahui apa kelebihan serta perbedaan dalam hal ini manfaat
minuman teh hijau dibandingkan dengan minuman teh lain yang telah banyak
beredar dipasaran. Sebanyak 26 persen responden menyatakan bahwa merek
sangat diperhatikan dalam suatu informasi. Hal ini berguna bagi responden pada
saat akan melakukan pembelian produk, responden akan mengingat nama merek
dari informasi yang telah diperoleh. Sebanyak 16 persen responden menyatakan
bahwa fokus perhatian pada suatu informasi adalah harga. Hal ini berhubungan
dengan jumlah pendapatan yang diperoleh responden, jika pendapatan kecil dan
harga produk mahal maka akan sangat kecil kemungkinan responden untuk dapat
83
melakukan pembelian. Pada Tabel 20 menunjukkan fokus perhatian responden
terhadap sumber informasi.
Tabel 20. Fokus Perhatian dari Sumber Informasi
No
Faktor Perhatian
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
Merek Teh Hijau
26
26
2
Manfaat Teh Hijau
45
45
3
Harga Teh Hijau
16
16
4
Lainnya:
12
12
1
1
100
100
Rasa Teh Hijau
Kualitas
Total
6.1.3 Evaluasi Alternatif
Tahap ketiga dari proses keputusan pembelian yaitu evaluasi alternatif.
Setelah konsumen mencari informasi, maka mereka akan mengevaluasi dan
memilih produk mana yang akan memenuhi kebutuhan mereka dari sekian banyak
produk yang mereka ketahui dari informasi yang didapat. Tabel 21 menunjukkan
atribut yang paling dipertimbangkan pada saat membeli teh hijau siap minum.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 54 persen responden menyatakan bahwa
rasa merupakan atribut yang paling dipertimbangkan dalam pembelian teh hijau
siap minum, yang kedua sebanyak 20 persen responden mempertimbangkan
atribut harga, yang ketiga sebanyak 10 persen responden mempertimbangkan
atribut manfaat. Responden terbanyak mempertimbangkan atribut rasa dalam
pembelian teh hijau siap minum dikarenakan responden ingin mengetahui
bagaimana rasa dari suatu produk minuman teh hijau siap minum apakah sesuai
dengan cita rasa yang diharapkan oleh mereka atau tidak. Atribut harga juga
84
banyak menjadi pertimbangan responden karena terkait dengan fokus perhatian
responden terhadap sumber informasi dan juga sebagai penilaian responden
apakah produk sesuai dengan harga yang ditawarkan oleh penjual. Secara lengkap
atribut yang paling dipertimbangkan pada saat membeli teh hijau siap minum
dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Atribut yang Paling Dipertimbangkan pada Saat Membeli Teh Hijau
Siap Minum
No
Atribut
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
Harga
20
20
2
Rasa
54
54
3
Merek
3
3
4
Manfaat
10
10
5
Kemasan
2
2
6
Aroma
6
6
7
Kemudahan Mendapatkan
5
5
100
100
Total
Dari beberapa merek teh hijau siap minum yang terdapat dipasaran
responden dapat memilih merek mana yang sesuai dengan atribut yang
dipertimbangkan responden tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa merek
yang sesuai dengan atribut yang mereka pertimbangkan yaitu Nu Green Tea
sebesar 65 persen, Frestea Green sebesar 25 persen, Zestea dan Joy Tea Green
sebesar sembilan dan satu persen. Secara lengkap merek yang sesuai dengan
atribut yang dipertimbangkan konsumen dapat dilihat pada Tabel 22.
85
Tabel 22. Merek yang Sesuai Atribut yang Dipertimbangkan Konsumen
No
1
2
3
4
Merek
Nu Green Tea
Frestea Green
Joy Tea Green
Zestea
Total
Jumlah (orang)
65
25
1
9
100
Presentase (%)
65
25
1
9
100
6.1.4 Keputusan Pembelian
Pembelian merupakan tahap keempat dari proses keputusan pembelian.
Setelah melakukan evaluasi alternatif, konsumen akan memilih produk mana yang
dapat memenuhi kebutuhannya dan memiliki manfaat dan nilai yang lebih. Halhal yang dianalisis dalam tahap ini adalah dimana tempat melakukan pembelian,
cara memutuskan pembelian, kapan waktu mengkonsumsi, sejauh mana pengaruh
teman/kerabat/keluarga, sejauh mana pengaruh penjual, pengeluaran untuk
membeli teh hijau siap minum merek Nu Green Tea, jika Nu Green Tea
mengalami kenaikan harga dan bentuk promosi yang diinginkan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden menyatakan
tempat pembelian teh hijau siap minum merek Nu Green Tea adalah
minimarket/toko sebesar 48 persen. Hal ini dikarenakan lokasi minimarket/toko
lebih mudah dijangkau oleh responden dan minimarket/toko banyak terdapat
dimana-mana serta lebih mudah diakses. Sebanyak 36 persen responden
melakukan pembelian di pasar swalayan/supermarket karena saat ini jumlah pasar
swalayan/supermarket semakin banyak dan lokasinya juga dekat dengan berbagai
pusat aktivitas seperti kampus, perkantoran, sekolah ataupun tempat-tempat
pemukiman sehingga makin mudah diakses oleh konsumen. Sebanyak 16 persen
responden melakukan pembelian di pedagang kaki lima, dan tidak ada seorangpun
86
responden yang melakukan pembelian di tempat agen khusus karena produk teh
hijau siap minum merek Nu Green Tea tidak di distribusikan melalui agen khusus.
Secara lengkap tempat pembelian teh hijau siap minum merek Nu Green Tea
dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Tempat Pembelian Teh Hijau Siap Minum Nu Green Tea
No
Tempat
Jumlah (orang)
Persentase(%)
1
Pasar Swalayan/Supermarket
36
36
2
Minimarket/Toko
48
48
3
Pedagang Kaki Lima
16
16
4
Agen Khusus
-
-
100
100
Total
Berdasarkan cara memutuskan pembelian sebesar 61 persen responden
memutuskan pembelian teh hijau siap minum merek Nu Green Tea tergantung
pada situasi yang dihadapi dan 26 persen responden memutuskan pembelian
secara mendadak. Hal tersebut dikaitkan dengan produk teh hijau siap minum
yang bukan merupakan konsumsi primer bagi sebagian besar responden, sehingga
untuk memutuskan suatu pembelian produk teh hijau siap minum merek Nu
Green Tea responden tidak merencanakannya terlebih dahulu dan juga tergantung
kepada situasi yang dihadapi responden. Sebanyak 13 persen responden
memutuskan melakukan pembelian teh hijau siap minum merek Nu Green Tea
secara terencana. Hal tersebut dikaitkan dengan perasaan responden yang jika
tidak mengkonsumsi teh hijau siap minum merasa ada yang kurang, sehingga
mereka melakukan pembelian teh hijau siap minum dengan terencana.
87
Tabel 24. Cara Memutuskan Pembelian Teh Hijau Siap Minum Nu Green Tea
No
Cara Memutuskan
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
Terencana
13
13
2
Mendadak
26
26
3
Tergantung Situasi
61
61
100
100
Total
Sebanyak 79 persen responden mengkonsumsi teh hijau siap minum
merek Nu Green Tea pada saat yang tidak tentu dan tergantung keinginan serta
kebutuhan mereka. Hal tersebut terjadi karena produk teh hijau siap minum merek
Nu Green Tea merupakan produk yang dapat dinikmati kapanpun dan dimanapun
sehingga konsumen bebas memilih waktu untuk mengkonsumsi produk tersebut.
Terdapat 14 persen responden yang mengkonsumsi teh hijau siap minum merek
Nu Green Tea pada siang hari karena responden menganggap menkonsumsi teh
hijau siap minum merek Nu Green Tea pada siang hari terasa lebih segar dan
lebih enak. Secara lengkap waktu mengkonsumsi teh hijau siap minum merek Nu
Green Tea dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Waktu mengkonsumsi Teh Hijau Siap Minum Nu Green Tea
No
Waktu
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
Pagi
4
4
2
Siang
14
14
3
Sore
2
2
4
Malam
1
1
5
Tidak Tentu
79
79
100
100
Total
88
Teman/kerabat/keluarga
adalah
pihak
yang
paling dekat
dengan
responden, sehingga segala keputusan yang akan diambil biasanya melibatkan
teman/kerabat/keluarga. Sebanyak 42, 10 dan empat persen responden
menyatakan bahwa teman/kerabat/keluarga cukup mempengaruhi sampai dengan
sangat mempengaruhi responden dalam keputusan pembelian teh hijau siap
minum merek Nu Green Tea. Arti dari pengaruh disini adalah sejauh mana
teman/kerabat/keluarga memberikan informasi yang benar dan saran untuk
meyakinkan lepada responden agar melakukan pembelian teh hijau siap minum.
Terdapat 32 dan 12 persen responden yang merasa bahwa teman/kerabat/keluarga
tidak mempengaruhi dan sangat tidak mempengaruhi keputusan dalam pembelian
teh hijau siap minum merek Nu Green Tea. Hal tersebut terjadi karena responden
tersebut menganggap bahwa setiap orang mempunyai kesukaan masing-masing
sehingga pengaruh teman/kerabat ataupun keluarga tidak mempengaruhi
pembelian teh hijau siap minum merek Nu Green Tea. Secara lengkap pengaruh
teman/kerabat/keluarga dalam pembelian teh hijau siap minum merek Nu Green
Tea dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Pengaruh Teman/Kerabat/Keluarga dalam Pembelian Teh Hijau Siap
Minum Nu Green Tea
No
Faktor
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
Sangat Tidak Mempengaruhi
12
12
2
Tidak Mempengaruhi
32
32
3
Cukup Mempengaruhi
42
42
4
Mempengaruhi
10
10
5
Sangat Mempengaruhi
4
4
100
100
Total
89
Dalam melakukan pembelian bisa dipastikan responden akan berhadapan
langsung dengan penjual atau pegawai yang fungsinya untuk melayani pembelian.
Namur demikian, berdasarkan hasil penelitian ternyata tidak semua responden
mampu dipengaruhi oleh penjual atau pegawai dalam melakukan keputusan
pembelian. Tingkat pengaruh sangat berbeda-beda pada masing-masing responden
berdasarkan sumber informasi yang diperoleh. Sebanyak 12 persen responden
menyatakan penjual sangat tidak mempengaruhi dalam keputusan pembelian.
Sebanyak 45 persen responden menyatakan penjual tidak mempengaruhi
keputusan pembelian. Meskipun demikian sekitar 43 persen responden
menyatakan bahwa penjual mempunyai pengaruh dalam pengambilan keputusan
pembelian teh hijau siap minum merek Nu Green Tea baik dalam kapasitas yang
rendah atau tinggi. Informasi ini sangat berguna bagi pihak penjual atau pegawai,
apakah perlu memberi saran atau rekomendasi agar pembeli bersedia membeli
produk yang ditawarkan. Pengaruh penjual dalam pembelian teh hijau siap minum
merek Nu Green Tea dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Pengaruh Penjual dalam Pembelian Teh Hijau Siap Minum Nu Green
Tea
No
Faktor Penjual
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
Sangat Tidak Mempengaruhi
12
12
2
Tidak Mempengaruhi
45
45
3
Cukup Mempengaruhi
26
26
4
Mempengaruhi
7
7
5
Sangat Mempengaruhi
10
10
100
100
Total
90
Pengeluaran responden dalam membeli teh hijau siap minum merek Nu
Green Tea yang paling banyak adalah sebesar Rp 10.000-Rp 25.000 setiap bulan
yaitu sebanyak 37 persen. Sebanyak 36 persen responden menyatakan
pengeluaran kurang dari Rp 10.000 setiap bulan untuk membeli teh hijau siap
minum merek Nu Green Tea. Sebanyak 21 persen responden mengeluarkan Rp
25.001-Rp 50.000 setiap bulan. Hanya lima persen yang mengeluarkan Rp
50.001-Rp 75.000 dan satu persen yang melakukan pengeluaran lebih besar dari
Rp 75.001. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak
melakukan pengeluaran yang besar untuk membeli teh hijau siap minum merek
Nu Green Tea. Hal tersebut terkait dengan tingkat pendapatan responden yang
rata-rata berada pada kelas menengah serta responden sebagian besar berstatus
mahasiswa.Hal tersebut juga terkait dengan produk teh hijau siap minum yang
bukan merupakan produk primer melainkan hanya sebagai produk pelengkap,
sehingga responden tidak melakukan pengeluaran yang besar untuk pembelian teh
hijau siap minum merek Nu Green Tea setiap bulannya. Secara lengkap
pengeluaran untuk pembelian teh hijau siap minum merek Nu Green Tea dapat
dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Pengeluaran untuk Pembelian Teh Hijau Siap Minum Nu Green Tea
No Pengeluaran Per Bulan (Rp)
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
< 10.000
36
36
2
10.000 – 25.000
37
37
3
25.001 - 50.000
21
21
4
50.001 – 75.000
5
5
5
> 75.000
1
1
100
100
Total
91
Dari waktu ke waktu harga barang selalu mengalami kenaikan, hal ini
disebabkan beberapa faktor diantaranya harga bahan baku yang selalu meningkat
sehingga produsen akan menaikkan harga jual produknya. Apakah peningkatan
harga teh hijau siap minum akan mempengaruhi konsumen untuk tetap melakukan
pembelian. Dari hasil penelitian diperoleh 57 persen responden akan tetap
membeli produk teh hijau siap minum merek Nu Green Tea karena mereka
merasa jika sudah menyukai suatu produk walaupun harganya naik hal tersebut
tidak menjadi masalah asalkan kenaikan harga yang terjadi masih dalam batas
kewajaran. Sebanyak 25 persen responden akan membeli produk yang lebih
murah, hal ini dikaitkan dengan pengeluaran responden untuk membeli teh hijau
siap minum merek Nu Green Tea dimana sebagian besar responden
mengalokasikan keuangannya tidak terlalu besar untuk membeli teh hijau siap
minum merek Nu Green Tea. Terdapat delapan persen responden yang tidak jadi
membeli dan satu persen yang akan berhenti membeli, hal ini terkait dengan
perasaan responden jika tidak mengkonsumsi teh hijau siap minum merasa biasa
saja. Secara lengkap hasil jika harga teh hijau siap minum merek Nu Green Tea
mengalami kenaikan dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Jika Harga Teh Hijau Siap Minum Nu Green Tea Mengalami Kenaikan
No
1
2
3
4
5
Tingkat Kepuasan
Akan tetap membeli
Membeli merek yang lebih murah
Tidak jadi membeli
Berhenti membeli
Lainnya:
Tergantung situasi
Membeli jika perlu
Tergantung besar harga naik
Mencari minuman segar lain yang
lebih murah
Total
Jumlah (orang)
57
25
8
1
Presentase (%)
57
25
8
1
6
1
1
1
6
1
1
1
100
100
92
Potongan harga dan hadiah merupakan cara bagi perusahaan untuk
meningkatkan penjualan produknya. Bentuk potongan harga dan undian berhadiah
seperti apakah yang diinginkan konsumen untuk produk teh hijau siap minum
merek Nu Green Tea ini. Dari hasil penelitian sebagian responden sebesar 28
persen menginginkan bentuk potongan harga terhadap produk yang dijual. Bentuk
potongan harga selanjutnya yang diinginkan konsumen yaitu berupa pemberian
produk gratis jika membeli beberapa produk. Setelah itu bentuk undian yang
diinginkan konsumen adalah undian berhadiah langsung yang tertera pada tutup
botol. Hal seperti itu dapat menarik minat konsumen untuk membeli produk teh
hijau siap minum. Undian berhadiah yang diinginkan responden selanjutnya
adalah hadiah langsung yang ditempelkan pada produk sebesar 20 persen. Hadiah
tidak harus berupa produk yang sama tetapi bisa dalam bentuk barang lain
misalnya gelas. Bentuk potongan harga berkaitan dengan pengeluaran responden
yang dikeluarkan untuk membeli teh hijau siap minum merek Nu Green Tea,
misalnya untuk pemberian potongan harga produk responden dapat mendapatkan
produk dengan harga yang lebih murah. Secara lengkap bentuk potongan harga
dan hadiah yang diinginkan terhadap produk teh hijau siap minum merek Nu
Green Tea dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Bentuk Promosi yang Diinginkan
No
Bentuk Promosi
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
Pemberian Sampel Gratis
26
26
2
Potongan Harga
28
28
3
Hadiah yang Ditempel Pada Produk
20
20
4
Undian Berhadiah
26
26
100
100
Total
93
6.1.5 Evaluasi Hasil
Tahap terakhir dalam proses keputusan pembelian adalah evaluasi pasca
pembelian. Konsumen akan mengevaluasi apakah alternatif pilihannya sudah tepat
dalam memenuhi kebutuhan dan memberi manfaat lebih. Beberapa pertanyaan
yang diajukan kepada responden untuk menganalisis evaluasi pasca pembelian
adalah apakah responden merasa puas dengan mengkonsumsi teh hijau siap
minum merek Nu Green Tea, apakah responden berniat untuk melakukan
pembelian ulang terhadap teh hijau siap minum merek Nu Green Tea dan apakah
responden akan melakukan rekomendasi mengenai teh hijau siap minum merek
Nu Green Tea kepada orang lain.
Tabel 31 menunjukkan tingkat kepuasan konsumen terhadap teh hijau siap
minum merek Nu Green Tea. Sebanyak 70 persen responden menyatakan bahwa
mereka puas dengan produk teh hijau siap minum merek Nu Green Tea. Sebanyak
30 persen responden menyatakan biasa saja terhadap teh hijau siap minum merek
Nu Green Tea dan tidak ada seorangpun yang menyatakan tidak puas. Mengenai
tingkat kepuasan responden terhadap teh hijau siap minum merek Nu Green Tea
akan dianalisis lebih lanjut.
Tabel 31. Tingkat Kepuasan Terhadap Teh Hijau Siap Minum Nu Green Tea
No
Tingkat Kepuasan
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
Puas
70
70
2
Biasa saja
30
30
3
Tidak puas
-
-
100
100
Total
94
Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 84 persen akan melakukan
pembelian ulang, hal ini berhubungan dengan kepuasan yang dirasakan oleh
responden. Sebanyak 16 persen responden menyatakan tidak akan melakukan
pembelian ulang dikarenakan merasa biasa saja terhadap produk teh hijau siap
minum merek Nu Green Tea dan baru akan melakukan pembelian kembali jika
ada hal yang dirasa menarik seperti adanya promosi-promosi. Secara lengkap
motivasi untuk melakukan pembelian ulang dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 32. Motivasi Untuk Melakukan Pembelian Ulang
No
Pembelian Ulang
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
Ya
84
84
2
Tidak
16
16
Total
100
100
Jika konsumen merasa puas dengan produk yang dikonsumsi maka mereka
dapat melakukan rekomendasi kepada orang lain mengenai produk tersebut. Tabel
32 menunjukan sebanyak 67 persen responden menyatakan akan melakukan
rekomendasi kepada orang lain mengenai teh hijau siap minum merek Nu Green
Tea. Sedangkan 33 persen responden menyatakan tidak akan melakukan
rekomendasi kepada orang lain karena mereka merasa tidak perlu melakukan
rekomendasi mengenai produk yang mereka konsumsi.
Tabel 33. Melakukan Rekomendasi Mengenai Teh Hijau Siap Minum Nu Green
Tea
No
Rekomendasi
Jumlah (orang)
Presentase (%)
1
Ya
67
67
2
Tidak
33
33
Total
100
100
95
6.2 Rangkuman Proses Keputusan Pembelian Teh Hijau Siap Minum Merek
Nu Green Tea
Proses keputusan pembelian terdiri dari lima tahap yaitu pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan evaluasi
pasca pembelian. Pada tahap pertama yaitu pengenalan kebutuhan responden
mengkonsumsi teh hijau siap minum karena rasanya yang enak, responden merasa
bahwa mengkonsumsi teh hijau siap minum biasa saja karena produknya
merupakan produk pelengkap bukan sebagai produk primer, dan jika mereka tidak
mengkonsumsi teh hijau siap minum maka mereka merasa biasa saja.
Tahap kedua yaitu pencarian informasi, merek teh hijau siap minum yang
paling banyak diketahui oleh responden adalah Nu Green Tea dan sumber
informasi mengenai teh hijau siap minum banyak diperoleh responden melalui
media televisi. Pada umumnya fokus perhatian responden terhadap sumber
informasi adalah mengenai manfaat teh hijau siap minum karena produk teh hijau
merupakan produk yang masih baru dipasaran sehingga konsumen belum
mengetahui apa kelebihan dari produk teh hijau siap minum.
Tahap ketiga adalah evaluasi alternatif, atribut terpenting bagi responden
dalam mengkonsumsi teh hijau siap minum adalah atribut rasa. Responden
terbanyak mempertimbangkan atribut rasa yang enak karena responden
menginginkan produk teh hijau siap minum memiliki rasa yang enak seperti
produk teh lain yang sebelumnya telah banyak beredar dipasaran. Dari atribut rasa
yang paling dipertimbangkan tersebut menurut responden merek teh hijau siap
minum yang sesuai adalah Nu Green Tea.
Tahap keempat adalah pembelian, sebagian besar responden menyatakan
tempat pembelian teh hijau siap minum merek Nu Green Tea adalah
96
minimarket/toko. Berdasarkan cara memutuskan pembelian sebagian besar
responden melakukan pembelian berdasarkan situasi yang mereka alami
(tergantung situasi). Waktu responden mengkonsumsi teh hijau siap minum tidak
tentu, teman/kerabat/keluarga cukup mempengaruhi responden dalam melakukan
keputusan pembelian sedangakan pengaruh penjual tidak mempengaruhi
responden dalam melakukan keputusan pembelian. Pengeluaran responden untuk
membeli teh hijau siap minum merek Nu Green Tea setiap bulannya adalah
sebesar Rp 10.000-Rp 25.000. Jika harga teh hijau siap minum merek Nu Green
Tea mengalami kenaikan maka responden akan tetap membeli merek tersebut
asalkan kenaikan harga masih dalam tahap wajar. Sebagian besar responden
menginginkan bentuk promosi berupa potongan harga.
Tahap terakhir adalah evaluasi pasca pembelian, secara umum responden
menyatakan puas dengan produk teh hijau siap minum merek Nu Green Tea dan
akan melakukan pembelian ulang serta akan merekomendasikan merek tersebut
kepada orang lain. Namun berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa tingkat
kepuasan konsumen yang biasa saja terhadap teh hijau siap minum merek Un
Green Tea tidak sepenuhnya berpengaruh terhadap motivasi dalam melakukan
pembelian ulang. Hal ini terlihat dari 30 persen responden yang tingkat
kepuasannya biasa saja hanya 16 persen yang memiliki motivasi tidak melakukan
pembelian ulang. Demikian juga dengan motivasi untuk melakukan pembelian
ulang tidak sepenuhnya berpengaruh terhadap upaya melakukan rekomendasi
kepada orang lain. Hal ini terlihat dari 84 persen responden yang melakukan
pembelian ulang hanya 67 persen responden yang melakukan rekomendasi
mengenai produk teh hijau siap minum merek Nu Green Tea kepada orang lain.
BAB VII
ANALISIS SIKAP DAN KINERJA ATRIBUT
7.1 Analisis Multiatribut Angka Ideal
Analisis multiatribut angka ideal merupakan analisis yang digunakan
untuk menganalisis sikap konsumen terhadap suatu produk. Analisis ini akan
memberikan evaluasi konsumen mengenai merek ideal yang dirasakan serta
diinginkan (yang ideal). Perolehan informasi tentang angka ideal teh hijau siap
minum merek Nu Green Tea diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada
konsumen yang ada di lokasi penelitian.
Berikut adalah hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan di Jakarta.
Atribut-atribut yang digunakan adalah rasa manis, harga, kejelasan izin Depkes,
kesegaran, kemasan, ketersediaan dalam kondisi dingin, promosi, manfaat
antioksidan, merek, kejelasan kadaluarsa, kemudahan mendapatkan, komposisi
aroma dan iklan. Setiap atribut akan dibahas dengan hasil olahan data berdasarkan
tingkat kepentingan, tingkat ideal dan tingkat kinerja. Hasil penilaian sikap
terhadap teh hijau siap minum merek Nu Green Tea dapat dilihat pada Tabel 34
dan 35.
Fokus penilaian adalah pada kolom (Ii-Xi) yaitu selisih antara tingkat ideal
(Ii) dengan tingkat kinerja (Xi), semakin besar selisih keduanya maka atribut
tersebut harus menjadi prioritas utama untuk diperhatikan oleh perusahaan
dikarenakan tingkat kinerja perusahaan masih jauh dibawah tingkat ideal yang
diinginkan oleh konsumen dari suatu produk atau dengan kata lain tingkat
kepuasan konsumen masih rendah.
100
Berdasarkan Tabel 34 pada kolom (Ii-Xi) untuk produk Nu Green Tea terlihat
beberapa atribut yang perlu diperhatikan oleh perusahaan karena memiliki nilai
selisih yang agak besar antara tingkat ideal (Ii) dengan tingkat kinerja (Xi).
Rentang yang agak besar menunjukkan bahwa responden kurang puas terhadap
atribut-atribut tersebut. Atribut-atribut tersebut adalah harga, kejelasan izin
Depkes, manfaat antioksidan, merek, kejelasan kadaluarsa, dan komposisi.
Atribut harga termasuk atribut yang perlu diperhatikan baik oleh produsen
dan oleh penjual. Harga yang ditawarkan oleh setiap penjual berbeda-beda
tergantung dari kebijakan masing-masing penjual. Harga
suatu produk harus
sesuai dengan karakteristik konsumen yang dituju. Hal tersebut perlu dilakukan
oleh produsen dan penjual supaya produk dapat diterima dengan baik oleh
konsumen. Jika harga yang ditetapkan pada suatu produk tidak disesuaikan
dengan karakteristik konsumen yang dituju maka hal tersebut dapat berdampak
pada penjualan produk dipasaran. Pada penelitian ini harga merupakan atribut
yang dipertimbangkan oleh konsumen saat melakukan pembelian teh hijau siap
minum yaitu sebesar 20 persen, sehingga penetapan harga harus sangat
diperhatikan oleh produsen dan penjual.
Tingkat kepentingan harga dinilai 4,1 oleh responden yang artinya penting
bagi responden. Tingkat performance Nu Green Tea dinilai 3,31 dimana nilai
tersebut terlalu jauh melampaui tingkat ideal yang diharapkan responden yaitu
sebesar 2,62 yang artinya responden menganggap harga yang ada saat ini biasa
tetapi tetap lebih mahal daripada yang diharapkan responden. Tanda negatif pada
tabel menunjukkan bahwa atribut harga memiliki nilai performance melebihi nilai
angka idealnya atau harapan konsumen. Hal tersebut dapat terjadi karena usia
101
kosumen Nu Green Tea berada pada rentang usia 19-29 tahun. Pada rentang usia
itu kebanyakan mereka berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa dan belum
bekerja sehingga pendapatan mereka terbatas. Oleh karena itu harga Nu Green
Tea dianggap agak mahal oleh konsumen dan konsumen mengharapkan harga Nu
Green Tea dapat disesuaikan dengan tingkat pendapatan konsumen Nu Green
Tea. Nilai sikap sebesar 2,83 artinya atribut harga dinilai mendekati harapan
konsumen, karena semakin kecil nilai sikap menunjukkan semakin mendekati
harapan konsumen. Walaupun sudah mendekati harapan konsumen namun
produsen dan penjual harus memperhatikan penetapan harga jual yang sesuai
untuk produk Nu Green Tea supaya lebih sesuai dengan harapan konsumen.
Kejelasan izin Depkes dinilai penting bagi konsumen, hal ini bertujuan
untuk menciptakan rasa aman bagi konsumen dalam mengkonsumsi produk
tersebut jika produk tersebut sudah terdaftar dan mendapat izin dari Depkes.
Performance Nu Green Tea dinilai 4,06 oleh responden artinya kejelasan izin
Depkes dinilai baik oleh responden, namun kinerja tersebut masih lebih rendah
dibandingkan dengan tingkat ideal responden mengenai kejelasan izin Depkes
yaitu 4,84. Hal tersebut terjadi karena saat ini banyak produk-produk yang tidak
terdaftar pada suatu lembaga yang terkait sehingga membuat konsumen khawatir
jika produk yang dikonsumsi mengandung bahan-bahan berbahaya seperti yang
saat ini banyak terjadi serta adanya ketidakpercayaan dari konsumen.
Konsumen menginginkan izin Depkes yang sangat jelas supaya konsumen
merasa aman dan yakin bahwa Nu Green Tea produk yang aman dan tidak
berbahaya untuk dikonsumsi. Nilai sikap sebesar 3,67 artinya atribut kejelasan
izin Depkes sudah cukup dekat dari harapan responden, karena semakin kecil nilai
102
sikap menunjukan semakin mendekati harapan konsumen, sehingga produsen teh
hijau siap minum merek Nu Green Tea harus memperhatikan dan memperbaiki
kejelasan izin Depkes dimata konsumen.
Atribut manfaat antioksidan menjadi fokus perhatian konsumen sebesar 45
persen dari suatu sumber informasi. Tingkat kepentingan atribut manfaat
antioksidan dinilai oleh responden sebesar 4,8 yang berarti manfaat antioksidan
sangat penting bagi responden. Performance Nu Green Tea dinilai sebesar 3,8
oleh responden artinya atribut manfaat antioksidan Nu Green Tea dinilai baik oleh
responden, namun kinerja tersebut masih lebih rendah daripada tingkat idealnya
yaitu sebesar 4,17. Konsumen menginginkan manfaat antioksidan yang lebih dari
suatu minuman teh hijau siap minum karena konsumen merasa saat ini manfaat
antioksidan yang ada kurang dirasakan oleh konsumen. Konsumen ingin manfaat
antioksidan yang ada pada teh hijau lebih tinggi daripada manfaat antioksidan
yang terkandung pada teh yang banyak terdapat dipasaran yaitu teh hitam. Nilai
sikap sebesar 1,55 artinya atribut manfaat antioksidan mendekati harapan
konsumen.
Kepentingan atribut merek dinilai 3,79 oleh responden, artinya atribut
tersebut penting bagi responden. Responden menganggap atribut merek penting
karena merek dapat mewakili citra produk. Jika produsen melakukan kesalahan
dalam penamaan suatu produk misalnya nama produk kurang menarik atau sulit
untuk diingat, maka dapat berakibat produk sulit untuk dikenal oleh konsumen
karena konsumen tidak tertarik. Performance Nu Green Tea terhadap atribut
produk dinilai 4,2 oleh responden artinya atribut merek Nu Green Tea sangat
baik. Performance Nu Green Tea melebihi tingkat ideal yang diinginkan
103
responden yaitu sebesar 3,83. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen
menganggap merek Nu Green Tea sudah sesuai karena namanya mudah diingat
dan menarik sehingga merek Nu Green Tea sangat dikenal oleh konsumen teh
hijau siap minum dalam kemasan. Nilai sikap sebesar 1,40 artinya atribut merek
Nu Green Tea sangat mendekati harapan responden karena nilainya kecil.
Atribut selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah kejelasan kadaluarsa,
nilai tingkat kepentingan diperoleh 4,82 artinya atribut ini sangat penting untuk
dipertimbangkan responden. Responden memberikan nilai 4,85 untuk tingkat
ideal pada pada atribut kejelasan kadaluarsa, artinya responden menginginkan
kejelasan kadaluarsa yang sangat baik supaya konsumen tidak salah dalam
membeli produk. Performance atribut kejelasan kadaluarsa Nu Green Tea dinilai
baik oleh responden karena memperoleh nilai 4,08 tetapi masih lebih rendah dari
tingkat ideal yang ditetapkan responden.
Konsumen menginginkan kejelasan tanggal kadaluarsa yang tertera pada
produk karena saat ini banyak terdapat produk-produk kadaluarsa yang beredar
luas dipasaran namun tidak diketahui oleh konsumen. Oleh karena itu konsumen
menginginkan adanya kejelasan yang tertera pada produk supaya konsumen tidak
salah dalam memilih produk yang akan dikonsumsi. Jika tanggal kadaluarsa yang
tertera pada produk tidak jelas dikhawatirkan konsumen tidak mengetahui apakah
produk tersebut masih layak dikonsumsi atau tidak dan dapat membahayakan
kesehatan konsumen. Nilai sikap sebesar 3,71 artinya atribut kejelasan kadaluarsa
sudah cukup dekat dari harapan konsumen, namun produsen harus terus
memperbaiki atribut kejelasan kadaluarsa ini agar semakin dekat dengan yang
diharapkan oleh konsumen.
104
Komposisi teh hijau siap minum penting bagi konsumen sehingga
konsumen mengetahui bahan apa saja yang terkandung dalam produk. Nilai ideal
atribut
komposisi
menurut
responden
nilainya
4,16
artinya
konsumen
mengharapkan bahan-bahan yang terkandung pada produk teh hijau siap minum
memiliki kualitas yang baik, jelas dan tidak berbahaya. Nilai performance sebesar
3,73 artinya komposisi teh hijau siap minum merek Nu Green Tea dinilai baik
namun masih lebih rendah dari harapan konsumen. Hal tersebut terjadi karena
adanya kekhawatiran konsumen terhadap bahan-bahan yang terkandung dalam teh
hijau siap minum.
Konsumen menuntut adanya kejelasan komposisi yang terdapat pada
produk tersebut supaya mereka merasa aman untuk mengkonsumsi produk
tersebut. Produsen diharapkan dapat memberi keyakinan pada konsumen bahwa
komposisi yang terkandung dalam produk Nu Green Tea aman untuk dikonsumsi.
Sikap konsumen sebesar 1,76 artinya atribut komposisi sudah mendekati harapan
konsumen, namun produsen harus terus memperjelas atribut komposisi supaya
konsumen merasa semakin aman dalam mengkonsumsi suatu produk.
Berdasarkan Tabel 34 dan 35 dapat dilihat perbandingan antara merek Nu
Green Tea dengan merek Frestea Green, Joy Tea Green dan Zestea. Dalam
penelitian ini peneliti membandingkan produk teh hijau siap minum merek Nu
Green Tea dengan ketiga merek tersebut didasarkan pertimbangan bahwa ketiga
merek tersebut merupakan ketiga merek teh hijau siap minum yang banyak
beredar dipasaran dan menempati posisi market share minuman teh hijau urutan
ke dua sampai dengan keempat menurut survei yang dilakukan oleh MARS. Dari
hasil penelitian merek yang memiliki performance mendekati performance Nu
105
Green Tea adalah merek Frestea Green sehingga yang dibahas hanya
perbandingan merek Frestea Green dengan Nu Green Tea. Untuk merek Joy Tea
Green dan Zestea tidak dilakukan pembahasan karena nilai sikap atribut yang
diperoleh jauh dari nilai sikap atribut yang diperoleh Nu Green Tea sehingga tidak
perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut.
Beberapa atribut Frestea Green yang perlu diwaspadai oleh Nu Green
Tea karena memiliki nilai performance yang mendekati antaralain harga,
kejelasan izin Depkes, kejelasan kadaluarsa, dan komposisi. Atribut harga
memiliki tingkat kepentingan 4,1 artinya atribut harga penting untuk
dipertimbangkan dalam keputusan pembelian. Tingkat performance Frestea
Green dinilai 3,25 sedangkan Nu Green Tea 3,31. Nilai tersebut terlalu jauh
melampaui tingkat ideal yang diharapkan responden yaitu sebesar 2,62 yang
artinya responden menganggap harga yang ada saat ini biasa tetapi tetap lebih
mahal daripada yang diharapkan responden. Tanda negatif pada tabel
menunjukkan bahwa atribut harga memiliki nilai performance melebihi angka
idealnya atau harapan konsumen. Pada atribut harga merek Frestea Green lebih
mendekati harapan konsumen jika dibandingkan dengan merek Nu Green Tea.
Hal tersebut disebabkan karena harga Frestea Green lebih murah jika
dibandingkan dengan harga Nu Green Tea.
Nilai sikap Frestea Green sebesar 2,58 sedangkan Nu Green Tea sebesar
2,83. Produsen Nu Green Tea harus berhati-hati dengan hal tersebut karena merek
Frestea Green memiliki nilai skor sikap yang lebih kecil. Salah satu cara yang
dapat dilakukan yaitu walaupun harga Nu Green Tea lebih mahal tetapi Nu Green
Tea harus menampilkan produk yang lebih berkualitas daripada Frestea Green.
106
Atribut kejelasan izin Depkes, dari tingkat kepentingan diperoleh nilai 4,7
artinya atribut ini sangat penting untuk diperhatikan responden dalam pembelian
teh hijau siap minum. Responden memberikan nilai 4,84 untuk tingkat ideal
terhadap kejelasan izin Depkes artinya responden menginginkan produk memiliki
izin Depkes yang jelas dan terdaftar sebagai produk yang aman untuk dikonsumsi.
Performance kejelasan izin Depkes untuk merek Frestea Green nilainya 3,9
sedangkan Nu Green Tea nilainya 4,06 artinya atribut tersebut dinilai baik namun
lebih rendah dari tingkat ideal yang ditetapkan oleh responden. Pada atribut
kejelasan izin Depkes performance Frestea Green lebih rendah jika dibandingkan
dengan performance Nu Green Tea. Hal tersebut disebabkan karena kejelasan izin
Depkes pada produk Nu Green Tea lebih jelas dan lebih mudah terlihat jika
dibandingkan dengan Frestea Green.
Nilai sikap Frestea Green sebesar 4,42 sedangkan Nu Green Tea sebesar
3,67. Hal tersebut dapat dilihat bahwa skor sikap yang diperoleh Nu Green Tea
lebih kecil yang berarti lebih baik daripada Frestea Green karena semakin kecil
nilai skor berarti makin mendekati harapan konsumen. Oleh karena itu produsen
Nu Green Tea harus terus mempertahankan ataupun meningkatkan performance
atribut kejelasan izin Depkes supaya dianggap baik oleh konsumen dan tidak
tersaingi oleh merek lain khususnya Frestea Green.
Atribut selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah kejelasan kadaluarsa,
nilai tingkat kepentingan diperoleh 4,82 artinya atribut ini sangat penting untuk
dipertimbangkan responden. Responden memberikan nilai 4,85 untuk tingkat
ideal pada pada atribut kejelasan kadaluarsa, artinya responden menginginkan
kejelasan kadaluarsa yang sangat baik supaya konsumen tidak salah dalam
107
membeli produk yang baik. Performance atribut kejelasan kadaluarsa Frestea
Green memperoleh nilai 3,87 sedangkan performance Nu Green Tea memperoleh
nilai 4,08 artinya dinilai baik oleh responden namun nilai tersebut masih lebih
rendah dari tingkat ideal yang ditetapkan responden. Pada atribut kejelasan
kadaluarsa performance Frestea Green lebih rendah jika dibandingkan dengan
performance Nu Green Tea. Hal tersebut disebabkan karena kejelasan kadaluarsa
pada produk Nu Green Tea lebih jelas, lebih mudah terlihat dan lebih mudah
dimengerti oleh konsumen jika dibandingkan dengan Frestea Green.
Nilai sikap Frestea Green sebesar 4,72 sedangkan Nu Green Tea sebesar
3,71. Hal tersebut dapat dilihat bahwa skor sikap yang diperoleh Nu Green Tea
lebih kecil yang berarti lebih baik daripada Frestea Green. Oleh karena itu
produsen Nu Green Tea harus terus mempertahankan ataupun meningkatkan
performance atribut kejelasan kadaluarsa supaya dianggap baik oleh konsumen
dan tidak tersaingi oleh merek lain khususnya Frestea Green.
Komposisi teh hijau siap minum penting bagi konsumen sehingga
konsumen mengetahui bahan apa saja yang terkandung dalam produk. Nilai ideal
atribut
komposisi
menurut
responden
nilainya
4,16
artinya
responden
menginginkan komposisi yang jelas dan baik dari suatu produk. Nilai
performance Frestea Green sebesar 3,55 sedangkan performance Nu Green Tea
sebesar 3,73 yang berarti komposisi teh hijau siap minum kedua merek tersebut
dinilai baik namun nilai tersebut masih lebih rendah dari tingkat ideal yang
ditetapkan responden. Pada atribut komposisi performance Frestea Green lebih
rendah jika dibandingkan dengan performance Nu Green Tea. Hal tersebut
disebabkan karena komposisi pada produk Nu Green Tea lebih jelas, lebih mudah
108
terlihat dan lebih mudah dimengerti oleh konsumen jika dibandingkan dengan
Frestea Green.
Nilai sikap Frestea Green sebesar 2,49 sedangkan Nu Green Tea sebesar
1,76. Hal tersebut dapat dilihat bahwa skor sikap yang diperoleh Nu Green Tea
lebih kecil yang berarti lebih baik daripada Frestea Green. Oleh karena itu
produsen Nu Green Tea harus terus mempertahankan ataupun meningkatkan
performance atribut komposisi dengan cara menggunkan bahan-bahan yang baik
dan aman untuk dikonsumsi sehingga konsumen merasa aman jira mengkonsumsi
produk Nu Green Tea.
Untuk menginterpretasikan nilai total sikap terhadap semua atribut untuk
merek Nu Green Tea, Frestea Green, Joy Tea Green dan Zestea dilihat dari nilai
total skor sikap yang nilainya paling kecil atau lebih mendekati nol sampai dengan
yang paling besar. Semakin kecil nilai total skor sikap maka merek tersebut dinilai
semakin baik oleh konsumen. Dari keempat merek teh hijau siap minum yang
memperoleh nilai total sikap yang paling baik adalah merek Nu Green Tea yaitu
sebesar 19,02 kemudian diikuti dengan merek Frestea Green Sebesar 32,97,
Zestea sebesar 48,48 dan Joy Tea Green sebesar 54,88. Nilai sikap yang paling
kecil adalah nilai sikap yang di peroleh Nu Green Tea, artinya Nu Green Tea
merupakan produk teh hijau siap minum yang paling mendekati harapan
konsumen.
7.2 Importance Performance Analysis (IPA)
Importance
Performance
Analysis
(IPA)
menggambarkan
kinerja
(performance) sebuah merek dibandingkan dengan harapan atau tingkat
109
pentingnya (importance) yang dipersepsikan oleh konsumen dalam bentuk grafik.
Tipe grafik atau bagan yang tepat untuk IPA adalah XY (scatter). Pada Tabel 36
dapat dilihat penilaian rata-rata nilai performance merek Nu Green Tea dengan
importance konsumen.
Tabel 36. Penilaian Rata-rata Importance Performance Analysis Nu Green Tea
Performance ( X )
Importance ( Y )
No
Atribut
1 Rasa manis
3.96
4.3
2 Harga
3.31
4.1
3 Kejelasan izin Depkes
4.06
4.7
4 Kesegaran
3.98
4.81
5 Kemasan
3.8
4.02
6 Ketersediaan kondisi dingin
4.08
4.29
7 Promosi
4.03
3.88
8 Manfaat antioksidan
3.8
4.18
9 Merek
4.2
3.79
10 Kejelasan kadaluarsa
4.08
4.82
11 Kemudahan mendapatkan
4.26
4.38
12 Komposisi
3.73
4.09
13 Aroma
3.97
3.99
14 Iklan
4.03
3.9
3.95
4.23
Rata-rata ( X , Y )
Dari hasil penilaian rata-rata nilai performance merek Nu Green Tea
dengan importance konsumen pada Tabel 36 tersebut maka dapat dibuat grafik
Importance Performance Analysis
(IPA). Grafik scatter atau biasa disebut
diagram kartesius dibuat dengan menggunakan software minitab. Gambar 12
merupakan tampilan dari grafik scatter untuk penilaian terhadap merek Nu Green
Tea.
110
Scatterplot of y vs x
3.95
Kejelasan_k adaluarsa
Kesegaran
4.8
Kejelasan_izin_Depk es
4.6
Kemudahan_mendapatk an
4.4
y
Rasa_manis
Ketersediaan_k ondisi_dingin
4.23
Manfaat_antiok sidan
4.2
Harga
Komposisi
Kemasan
4.0
A roma
Ik lan
Promosi
Merek
3.8
3.2
3.4
3.6
3.8
x
4.0
4.2
4.4
Gambar 12. Diagram Kartesius Untuk Atribut-atribut yang Mempengaruhi
Pembelian Nu Green Tea

Kuadran I (Prioritas Utama)
Pada kuadran ini menunjukkan bahwa kinerja atribut dinilai lebih rendah
dari yang diharapkan oleh konsumen, artinya atribut dari produk yang dihasilkan
perusahaan sangat tidak memuaskan bagi konsumen sehingga perusahaan harus
memperbaiki atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini untuk meningkatkan
kepuasan bagi konsumen. Pada penelitian ini tidak terdapat atribut yang berada
dalam kuadran I karena tidak ada atribut yang dinilai kurang memuaskan dan
harus dijadikan prioritas utama.

Kuadran II (Pertahankan Prestasi)
Dalam kuadran ini atribut-atribut yang telah dilaksanakan perusahaan dan
wajib untuk dipertahankan karena atribut tersebut dianggap penting dan
memuaskan bagi konsumen. Atribut yang termasuk dalam kuadran II yaitu
111
kejelasan kadalursa, kesegaran, kejelasan izin Depkes, kemudahan mendapatkan,
ketersediaan kondisi dingin, dan rasa manis.
a. Kejelasan Kadaluarsa
Kejelasan kadaluarsa dinilai sangat penting untuk melihat layak tidaknya
suatu produk untuk dikonsumsi. Setiap produk mempunyai tingkat ketahanan
yang berbeda-beda. Dalam produk teh hijau siap minum ini konsumen menilai
kejelasan kadaluarsa sangat penting. Tingkat kinerja produk dinilai sudah cukup
baik, hal ini dapat dilihat dari kejelasan tanggal kadaluarsa produk Nu Green Tea
yang tertera pada bagian atas botol sehingga konsumen mudah membacanya. Oleh
karena itu perusahaan harus mempertahankan keberadaan atribut kejelasan
kadaluarsa.
b. Rasa Manis
Atribut rasa manis adalah atribut yang penting untuk dipertimbangkan
dalam pemilihan produk teh hijau siap minum. Atribut rasa manis merupakan
salah satu atribut yang paling dipertimbangkan responden pada saat pembelian teh
hijau siap minum. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana atribut rasa
manis dipertimbangkan oleh 54 persen responden pada saat akan melakukan
pembelian teh hijau siap minum. Kinerja produk Nu Green Tea dinilai cukup
baik, hal ini dapat dilihat dari merek yang dianggap sesuai dengan atribut yang
paling dipertimbangkan konsumen tersebut (rasa) adalah merek Nu Green Tea
sebesar 65 persen responden.
c. Kesegaran
Kesegaran minuman teh hijau siap minum dinilai konsumen penting untuk
dirasakan saat mengkonsumsi produk tersebut. Menurut konsumen kesegaran saat
112
mengkonsumsi teh hijau siap minum merek Nu Green Tea sangat terasa. Hal ini
juga terkait dengan rasa dari Nu Green Tea yang dianggap sesuai dengan
konsumen. Oleh karena itu kesegaran dan rasa saling melengkapi sehingga atribut
kesegaran ini harus dipertahankan seiring dengan mempertahankan atribut rasa.
d. Kejelasan Izin Depkes
Kejelasan izin Depkes dinilai penting yang harus dicantumkan dalam
setiap kemasan produk. Tingkat kinerja produk dinilai cukup baik, dimana
kejelasan izin Depkes produk teh hijau siap minum merek Nu Green Tea tertulis
dengan jelas pada bagian bawah kemasan produk Nu Green Tea sehingga mudah
terbaca oleh konsumen. Atribut ini harus dipertahankan agar dapat meningkatkan
kepuasan bagi konsumen.
e. Kemudahan Mendapatkan
Kemudahan mendapatkan produk sangat penting menyangkut kemudahan
konsumen dalam mengkonsumsi produk. Menurut responden produk Nu Green
Tea mudah didapat baik itu di toko/minimarket, supermarket ataupun pedagang
kaki lima. Kinerja produk dinilai sangat baik oleh responden, oleh karena itu
perusahaan harus mempertahankan atribut kemudahan mendapatkan.
f.
Ketersediaan Kondisi Dingin
Ketersediaan produk dalam kondisi dingin sangat penting menyangkut
kemudahan konsumen dalam mengkonsumsi produk dalam kondisi dingin.
Menurut responden ketersediaan Nu Green Tea dalam kondisi dingin sangat baik.
Hal ini dapat dilihat dari tingkat kinerja Nu Green Tea pada atribut ketersediaan
kondisi dingin yang nilainya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan harus
113
mempertahankan atribut ketersediaan dalam kondisi dingin supaya konsumen
tetap mudah untuk mendapatkan produk Nu Green Tea dalam kondisi dingin.

Kuadran III (Prioritas Rendah)
Kuadran ini meliputi atribut-atribut yang kurang penting dalam
mempengaruhi konsumen serta dalam pelaksanaan oleh perusahaan atribut
tersebut dilaksanakan dengan biasa-biasa saja. Artinya atribut ini dianggap kurang
penting keberadaannya oleh konsumen serta dalam pelaksanaan oleh perusahaan
dinilai kurang memuaskan. Atribut yang terdapat dalam kuadran ini adalah harga,
manfaat antioksidan, komposisi dan kemasan.
a.
Harga
Konsumen Nu Green Tea menganggap atribut harga penting akan tetapi
kinerja yang dilakukan produsen kurang memuaskan karena harga Nu Green Tea
agak mahal namun tidak perlu dilakukan perbaikan oleh produsen. Hal ini dapat
dilihat dari hasil penelitian dimana atribut harga hanya dipertimbangkan oleh 20
persen responden pada saat akan melakukan pembelian teh hijau siap minum dan
hanya 16 persen responden yang menjadikan harga sebagai fokus perhatian dari
suatu informasi.
b.
Manfaat Antioksidan
Manfaat antioksidan dianggap penting bagi konsumen teh hijau siap
minum karena antioksidan dapat memberikan nilai tambah tersendiri bagi minutan
ini. Antioksidan merupakan zat yang terkandung dalam teh yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan. Konsumen menganggap atribut manfaat antioksidan
penting namun tidak perlu dilakukan perbaikan yang harus dilakukan. Hal ini
dapat dilihat dari hasil penelitian dimana atribut manfaat antioksidan hanya
114
dipertimbangkan oleh 10 persen responden pada saat akan melakukan pembelian
teh hijau siap minum.
c.
Komposisi
Informasi mengenai komposisi pada setiap produk dianggap sangat
penting guna mengetahui apa saja bahan-bahan yang terkandung di dalam suatu
produk. Konsumen menganggap atribut komposisi penting namun tidak perlu
dilakukan perbaikan karena menurut responden informasi mengenai komposisi
tidak menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian teh hijau siap
minum.
d.
Kemasan
Kemasan suatu produk dinilai tidak perlu berlebihan, hal yang terpenting
adalah keamanan dalam pengemasan sehingga dapat dipastikan bahwa produk
tidak akan terkontaminasi dengan bahan lain. Konsumen menyatakan tingkat
kepentingan kemasan penting namun tidak perlu ada perbaikan yang dilakukan
oleh perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana atribut kemasan
hanya dipertimbangkan oleh 2 persen responden pada saat akan melakukan
pembelian teh hijau siap minum.

Kuadran IV (Berlebihan)
Pada kuadran ini atribut-atribut yang mempengaruhi konsumen kurang
penting, akan tetapi pelaksanaan oleh perusahaan sangat berlebihan. Artinya
atribut dalam kuadran ini dianggap kurang penting oleh konsumen tetapi sangat
memuaskan bagi konsumen karena pelaksanaannya yang sangat berlebihan oleh
perusahaan. Atribut yang terdapat dalam kuadran ini adalah aroma, iklan,
promosi, dan merek.
115
a.
Aroma
Aroma dapat menimbulkan suatu sensasi tersendiri pada suatu produk
minuman. Kepentingan aroma dinilai penting oleh konsumen namun kinerja
produk dinilai terlalu berlebihan, artinya melebihi dari harapan konsumen. Hal ini
dapat dilihat dari hasil penelitian dimana atribut aroma hanya dipertimbangkan
oleh 6 persen responden pada saat akan melakukan pembelian teh hijau siap
minum. Pada perilaku pembelian teh hijau siap minum hanya sedikit yang
mempertimbangkan atribut aroma saat akan melakukan pembelian.
b.
Iklan
Penggunaan iklan sangat membantu dalam menginformasikan suatu
produk kepada konsumen. Perusahaan harus jeli dalam membuat iklan baik dari
segi isi dan pembawa iklan. Dilihat dari penilaian kinerja ternyata iklan Nu Green
Tea lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kepentingan iklan. Kepentingan
iklan dinilai penting oleh konsumen namun kinerja produk dinilai berlebihan,
artinya melebihi harapan konsumen. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya versi
iklan Nu Green Tea yang muncul di televisi sejak produk ini diperkenalkan
kepasaran sampai dengan sekarang. Banyaknya versi iklan yang muncul itu selalu
dengan konsep yang menunjukkan budaya jepang dan tidak menunjukkan kultur
Indonesia.
c.
Promosi
Promosi merupakan salah satu cara yang bertujuan untuk menarik
perhatian dan minat konsumen terhadap suatu produk namun hanya dilakukan
sewaktu-waktu. Produsen harus bisa menyusun strategi promosi yang tepat tetapi
tidak berlebihan supaya konsumen tertarik untuk membeli produk. Kepentingan
116
promosi dinilai penting oleh konsumen namun kinerja produk dinilai terlalu
berlebihan artinya melebihi harapan konsumen. Hal ini dapat dilihat dari cara
promosi yang kerap kali dilakukan untuk menarik minat konsumen Nu Green Tea
yaitu dengan cara membuat suatu undian berhadiah langsung yang tertera pada
tutup botol.
d.
Merek
Merek mengidentifikasikan penjual atau pembuat produk. Merek dapat
berupa nama, logo atau simbol lain. Kepentingan merek dinilai penting oleh
konsumen namun kinerja produk dinilai terlalu berlebihan, artinya melebihi dari
harapan konsumen. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana atribut merek
hanya dipertimbangkan oleh 3 persen responden pada saat akan melakukan
pembelian teh hijau siap minum. Untuk penulisan merek harus di desain dengan
baik supaya tidak berlebihan. Desain dari penulisan merek Nu Green Tea dinilai
terlalu berlebihan oleh konsumen dan hal ini juga terkai dengan desain kemasan
yang terlalu ramai.
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Karakteristik konsumen teh hijau siap minum merek Nu Green Tea
sebagian besar berusia antara19-29 tahun sebesar 81 persen. Dari 100 responden
yang diambil sebesar 59 persen berjenis kelamin perempuan dengan tingkat
pendidikan terakhir SMU sebesar 42 persen. Responden yang paling dominan
berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa sebesar 68 persen dengan pendapatan antara
Rp 500.000-Rp 1.000.000 serta 84 persen responden berstatus belum menikah.
Pada
tahap
pengenalan
kebutuhan,
sebagian
besar
responden
mengkonsumsi teh hijau siap minum karena rasanya yang enak. Pada tahap
pencarian informasi, merek teh hijau siap minum yang paling banyak diketahui
oleh responden adalah Nu Green Tea dan sumber informasi mengenai teh hijau
siap minum banyak diperoleh melalui media televisi. Pada tahap evaluasi
alternatif, atribut yang paling banyak dipertimbangkan adalah atribut rasa. Dari
atribut rasa yang paling dipertimbangkan tersebut menurut responden merek teh
hijau siap minum yang sesuai adalah Nu Green Tea.
Pada tahap pembelian, sebagian besar responden melakukan pembelian teh
hijau siap minum merek Nu Green Tea di minimarket/toko. Sebagian besar
responden melakukan pembelian berdasarkan situasi yang mereka alami
(tergantung situasi) dan waktu mengkonsumsi teh hijau siap minum tidak tentu.
Teman/kerabat/keluarga cukup mempengaruhi responden dalam melakukan
keputusan pembelian sedangakan pengaruh penjual tidak mempengaruhi dalam
118
melakukan keputusan pembelian. Pengeluaran responden untuk membeli teh hijau
siap minum merek Nu Green Tea setiap bulannya adalah sebesar Rp 10.000-Rp
25.000. Jika harga teh hijau siap minum merek Nu Green Tea mengalami
kenaikan maka responden akan tetap membeli merek tersebut asalkan kenaikan
harga masih dalam tahap wajar. Sebagian besar responden menginginkan bentuk
promosi berupa potongan harga. Pada tahap evaluasi pasca pembelian, responden
menyatakan puas dengan produk teh hijau siap minum merek Nu Green Tea dan
akan melakukan pembelian ulang serta akan merekomendasikan merek tersebut
kepada orang lain.
Pada analisis sikap merek teh hijau siap minum yang memperoleh nilai
total sikap yang paling baik adalah merek Nu Green Tea yaitu sebesar 19,02
kemudian diikuti dengan merek Frestea Green Sebesar 32,97, Zestea sebesar
48,48 dan Joy Tea Green sebesar 54,88. Nilai sikap yang paling kecil adalah nilai
sikap yang di peroleh Nu Green Tea, artinya Nu Green Tea merupakan produk teh
hijau siap minum yang paling mendekati harapan konsumen.
Pada
analisis
kinerja
atribut
dengan
menggunakan
Importance
Performance Analysis (IPA), atribut Nu Green Tea tidak ada yang terdapat dalam
kuadran I. Pada kuadran II terdapat atribut kejelasan kadalursa, kesegaran,
kejelasan izin Depkes, kemudahan mendapatkan, ketersediaan kondisi dingin, dan
rasa manis. Pada kuadran III terdapat atribut harga, manfaat antioksidan,
komposisi dan kemasan, sedangkan pada kuadran IV terdapat atribut aroma, iklan,
promosi, dan merek.
119
8.2 Saran
Berdasarkan
hasil
penelitian
maka
beberapa
saran
yang
dapat
direkomendasikan adalah:

Harga Nu Green Tea jika dibandingkan dengan merek lain merupakan
yang
paling
mahal
sehingga
produsen
perlu
mengimbanginya
meningkatkan kualitas produk supaya konsumen tidak beralih membeli
produk teh hijau siap minum merek lain.

Produsen Nu Green Tea harus mempertahankan atribut kejelasan izin
Depkes,
kejelasan
kadaluarsa
dan
komposisi
dengan
cara
mensosialisasikan kepada konsumen bahwa merek Nu Green Tea memilki
izin produksi yang jelas dari Depkes, tetap mencantumkan tanggal
kejelasan kadaluarsa secara jelas dan komposisi bahan-bahan yang
terkandung didalamnya baik serta tidak berbahaya bagi kesehatan. Hal
tersebut perlu dilakukan supaya konsumen percaya bahwa merek Nu
Green Tea merupakan merek yang aman untuk dikonsumsi dan konsumen
dapat terus menikmati Nu Green Tea tanpa perlu merasa khawatir.

Untuk penelitian selanjutnya atribut rasa manis yang digunakan pada
penelitian ini sebaiknya diganti dengan atribut rasa teh.

Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan analisis mengenai alternatif
strategi pemasaran yang harus dilakukan PT. ABC President Indonesia
supaya didapat strategi yang tepat untuk meningkatkan pangsa pasar Nu
Green Tea.
120

Penelitian mengenai ekuitas merek dan loyalitas konsumen juga dapat
dilakukan bagi penelitian selanjutnya karena Nu Green Tea merupakan
merek teh hijau siap minum yang paling banyak dikonsumsi menurut
penelitian yang telah dilakukan oleh MARS.
DAFTAR PUSTAKA
Adityo. 2006. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Frestea Tekita dan Teh
Sosro Kemasan Botol di Kota Bogor. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi
Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Badan Pusat Stastistik. 2006. Statistik Teh Indonesia 2006.
__________________. 2006. Statistik Indonesia 2006.
Christiantoko, Citra Kurniawati dan Femi A. Soepomo. 2006. Hijau Lawan
Hitam, Perang Teh Hijau Dalam Kemasan. http://www.kontan-online.com
diakses pada 30 Juli 2008
Damayanti. 2004. Analisis Respon Konsumen Remaja Terhadap Performance
Lipton Ice Tea (LIT) dan Implikasinya Terhdap Bauran Pemasaran.
Skripsi. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Durianto, et al. 2004. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Reset Ekuitas dan
Perilaku Merek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Ekoyuono, Andrias. 2007. Ampuhnya Hadiah Langsung: Kejutan 1 Milyar dari
Nu Green Tea. http://aboutandri.blogspot.com diakses pada 30 Juli 2008
Engel, J. F., R. D. Blackwell dan P. W. Miniard. 1994. Perilaku Consumen (F. X.
Budianto, Penerjemah). Binarupa Aksara. Jakarta.
Kartikawati, Rian Lestari. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Pembelian Minuman Teh Merek Frestea (Studi Kasus di ITB
dan UNPAD). Skripsi. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Milineum. Jilid 1 & 2. PT.
Prehalindo. Jakarta.
Nazir, Mohammad. 1999. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Purbiantoro, Wahyu. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan
Merek Teh Dalam Botol Oleh Pedagang Kaki Lima (Kasus di Kota
Bogor). Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Agribisnis. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
122
Santoso, Singgih. 2006. Menggunakan SPSS dan Excel untuk Mengukur Sikap
dan Kepuasan Konsumen. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Simamora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Sitorus, Donald. 2005. Analisis Perilaku Konsumen Dalam Proses Pembelian Teh
Merek Frestea di Kecamatan Bogor Tengah. Skripsi. Jurusan Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sumarwan, Ujang. 2002. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya Dalam
Pemasaran. Ghalia Indonesia. Bogor.
Suryani, Tatik. 2008. Perilaku Konsumen Implikasi pada Strategi Pemasaran.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Susilowati, Uki. 2001. Analisis Perilaku Konsumen di Kota Bogor Terhadap Teh
Botol Sosro. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmuSosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tambunan, Herlina. 2001. Analisis Perilaku Konsumen Produk Teh Siap Saji dan
Implikasinya Terhadap Strategi Bauran Pemasan (Studi Kasus di PT. Coca
Cola Amatil Indonesia). Program Pasca Sarjana. Jurusan Ilmu-ilmuSosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Widowati, Ikka Wurri. 2008. Manfaat Teh Hijau. http://www.nahninu.com
diakses pada 10 Agustus 2008.
123
Lampiran 1. Kuisioner Responden
KUISIONER
ANALISIS SIKAP DAN KINERJA ATRIBUT TEH HIJAU SIAP MINUM
MEREK NU GREEN TEA ORIGINAL DI KOTA JAKARTA
NAMA/NRP : DHITA ADITYA AYUNINGTYAS/ H 34066034
PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
__________________________________________________________________
BAGIAN I : Identitas Responden
Nama :…………………………………………
Usia :…………………………………………
Jenis Kelamin
: ( ) Laki-laki
( ) Perempuan
Pendidikan Terakhir : ( ) SD
( ) SMU
( ) Sarjana
( ) SMP
( ) Diploma
( ) Pascasarjana
5. Pekerjaan
: ( ) Ibu Rumah Tangga ( ) Pegawai Swasta
( ) Pelajar/Mahasiswa ( ) Wirausaha
( ) Pegawai Negeri
( ) Lainnya, sebutkan.....
6. Pendapatan per Bulan : ( ) < Rp 500.000
( ) Rp 500.001-Rp 1.000.000
( ) Rp 1.000.001-Rp 2.000.000
( ) Rp 2.000.001-Rp 3.000.000
( ) Rp 3.000.001-Rp 4.000.000
( ) > Rp 4.000.000
7. Status Pernikahan
: ( ) Menikah
( )Tidak Menikah
1.
2.
3.
4.
BAGIAN II : PENDAHULUAN
Pengenalan Kebutuhan
8. Apa alasan anda mengkonsumsi teh hijau siap minum?(boleh jawab lebih dari
satu)
a. Gaya hidup
e. Rasa yang enak
b. Kesehatan
f. Terpengaruh iklan/promosi
c. Kesegaran
g. Lainnya, sebutkan………..
d. Kebiasaan
9. Menurut anda seberapa penting mengkonsumsi teh hijau siap minum?
a. Sangat penting
c. Biasa saja
b. Penting
d. Tidak penting
10. Bagaimana perasaan anda jika tidak mengkonsumsi teh hijau siap minum?
a. Merasa ada yang kurang
b. Biasa saja
Pencarian Informasi
11. Merek teh hijau siap minum apa yang ada ketahui?
Sebutkan…………………
12. Sumber informasi mana yang banyak membuat anda tertarik untuk membeli teh
hijau siap minum?
a. Teman
c. Televisi
e. Penjual/SPG
b. Keluarga
d. Majalah/koran
f. Lainnya, sebutkan..
124
13. Menurut anda apa yang menjadi fokus perhatian pada informasi tersebut?
a. Merek teh hijau
c. Harga teh hijau
b. Manfaat teh hijau
d. Lainnya, sebutkan………….
Evaluasi Alternatif
14. Menurut anda atribut apa yang paling anda pertimbangkan saat akan membeli teh
hijau siap minum?
a. Harga
e. Kemasan
b. Rasa (manis,pahit)
f. Aroma
c. Merek
g. Kemudahan mendapatkan
d. Manfaat
h. Lainnya, sebutkan….
15. Dari atribut yang anda pertimbangkan tersebut merek apa yang menurut anda
memenuhi atribut tersebut?
Sebutkan………
Keputusan Pembelian
16. Dimana anda biasa memperoleh/membeli teh hijau siap minum merek Nu Green
Tea?
a. Pasar swalayan/supermarket
d. Agen khusus
b. Minimarket/toko
e. Lainnya, sebutkan.....
c. Pedagang kaki lima
17. Bagaimana cara anda memutuskan pembelian teh hijau siap minum merek Nu
Green Tea?
a. Terencana
b. Mendadak c. Tergantung situasi
18. Kapan anda mengkonsumsi teh hijau siap minum merek Nu Green Tea?
a. Pagi
c. Sore
e. Tidak tentu
b. Siang
d. Malam
19. Sejauh mana teman/kerabat/keluarga mempengaruhi anda dalam pembelian teh
hijau siap minum merek Nu Green Tea?
a. Sangat tidak mempengaruhi
b. Tidak mempengaruhi
c. Cukup mempengaruhi
d. Mempengaruhi
e. Sangat mempengaruhi
20. Sejauh mana SPG atau penjual mempengaruhi anda dalam melakukan pembelian
teh hijau siap minum merek Nu Green Tea?
a. Sangat tidak mempengaruhi
b. Tidak mempengaruhi
c. Cukup mempengaruhi
d. Mempengaruhi
e. Sangat mempengaruhi
21. Berapa rata-rata pengeluaran yang anda keluarkan untuk membeli teh hijau siap
minum merek Nu Green Tea tiap bulan?
a. < 10.000
d. 50.000-75.000
b. 10.000-25.000
e. > 75.000
c. 25.000-50.000
125
22. Jika harga teh hijau siap minum merek Nu Green Tea mengalami kenaikan, maka
anda:
a. Akan tetap membeli
b. Membeli merek yang lebih murah
c. Tidak jadi membeli
d. Berhenti membeli
e. Lainnya, sebutkan……….
23. Bentuk potongan harga/hadiah seperti apakah yang anda inginkan pada produk
teh hijau siap minum merek Nu Green Tea?
a. Pemberian sampel produk gratis
b. Potongan harga
c. Hadiah yang ditempel pada produk
d. Undian berhadiah
e. Lainnya, sebutkan……
Pasca Pembelian
24. Apakah anda puas terhadap produk teh hijau siap minum merek Nu Green Tea?
a. Puas
b. Biasa saja
c. Tidak puas
25. Apakah kepuasan tersebut mendorong anda untuk membeli lagi produk Nu Green
Tea?
a. Ya
c. Tidak
26. Apakah anda akan merekomendasikan produk teh hijau siap minum merek Nu
Green Tea kepada orang lain?
a. Ya
c. Tidak
C. Tingkat Performance Terhadap Teh Hijau Siap Minum
No
Atribut
1
2
3
Rasa Manis (1:tidak pas, 2:kurang pas, 3:cukup, 4:pas, 5:sangat pas)
Harga (1:sangat murah, 2:murah, 3:pas, 4:mahal, 5:sangat mahal)
Kejelasan Izin Depkes ((1:tidak jelas, 2:kurang jelas, 3:cukup jelas, 4:jelas,
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
5:sangat jelas)
Kesegaran (1:tidak segar, 2:kurang segar, 3:cukup segar, 4:segar, 5:sangat
segar)
Kemasan (1:tidak menarik, 2:kurang menarik, 3:cukup menarik, 4:menarik,
5:sangat menarik)
Ketersediaan dalam kondisi dingin (1:sangat sulit, 2:sulit, 3:cukup
mudah, 4:mudah, 5:sangat mudah)
Potongan harga/hadiah (1:tidak menarik, 2:kurang menarik, 3:cukup
menarik, 4:menarik, 5:sangat menarik)
Manfaat Antioksidan (1:tidak bermanfaat, 2:kurang bermanfaat, 3:cukup
bermanfaat, 4:bermanfaat, 5:sangat bermanfaat)
Merek (1:tidak terkenal, 2:kurang terkenal, 3:cukup terkenal, 4:terkenal,
5:sangat terkenal)
Kejelasan kadaluarsa (1:tidak jelas, 2:kurang jelas, 3:cukup jelas, 4:jelas,
5:sangat jelas)
Ketersediaan/kemudahan mendapatkan (1:sangat sulit, 2:sulit, 3:cukup
mudah, 4:mudah, 5:sangat mudah)
Komposisi (1:tidak jelas, 2:kurang jelas, 3:cukup jelas, 4:jelas, 5:sangat
jelas)
Aroma (1:tidak enak, 2:kurang enak, 3:cukup enak, 4:enak, 5:sangat enak)
Iklan (1:tidak menarik, 2:kurang menarik, 3:cukup menarik, 4:menarik,
5:sangat menarik)
Performance
Nu Green Tea
1 2 3 4 5
Performance
Frestea Green
1 2 3 4 5
Performance
Performance
Joy Tea Green
Zestea
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
126
BAGIAN III : PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT TEH HIJAU
SIAP MINUM
A. Performansi Ideal pada Atribut Teh Hijau Siap Minum
Petunjuk : Berilah tanda silang pada kolom dibawah ini dengan skala evaluasi 5 angka
berjajar 1-5, berdasarkan atribut/sifat produk teh hijau siap minum yang anda inginkan.
No
1
2
3
4
5
1
Rasa manisnya tidak pas
Rasa manisnya sangat pas
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Harga sangat murah
Izin Depkes tidak jelas
Kesegaran tidak terasa
Kemasan tidak menarik
Kondisi dingin tidak tersedia
Promosi tidak menarik
Antioksidan tidak bermanfaat
Merek tidak terkenal
Tanggal kadaluarsa tidak jelas
Produk sangat sulit diperoleh
Komposisi tidak jelas
Aromanya tidak enak
Iklan tidak menarik
Harga sangat mahal
Izin Depkes sangat jelas
Kesegaran sangat terasa
Kemasan sangat menarik
Kondisi dingin sangat tersedia
Promosi sangat menarik
Antioksidan sangat bermanfaat
Merek sangat terkenal
Tanggal kadaluarsa sangat jelas
Produk sangat mudah diperoleh
Komposisi sangat jelas
Aromanya sangat enak
Iklan sangat menarik
B. Tingkat Importance Terhadap Produk Teh Hijau Siap Minum
Keterangan : (1) Sangat tidak penting (3) Biasa saja (5) Sangat penting
(2) Tidak Penting
(4) Penting
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Atribut
Rasa Manis
Harga
Kejelasan Izin Depkes
Kesegaran
Kemasan
Ketersediaan Dalam Kondisi Dingin
Potongan harga/hadiah
Manfaat Antioksidan
Merek
Kejelasan kadaluarsa
Ketersediaan/kemudahan mendapatkan
Komposisi
Aroma
Iklan
1
2
3
4
5
128
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas
Pengujian 1.
N
A1
A2
A3
A4
A5
A6
Atribut Yang Diuji
A1
A7 A8 A9
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
11
121
2
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
9
81
3
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
11
121
4
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
10
100
5
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
10
100
6
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
8
64
7
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
9
81
8
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
12
144
9
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
10
100
10
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
7
49
11
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
11
121
12
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
12
144
13
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
12
144
14
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
10
100
15
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
12
144
16
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
10
100
17
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
10
100
18
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
11
121
19
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
11
121
20
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
8
Ci
Ci
2
17
28
9
17
28
9
17
28
9
15
22
5
14
19
6
15
22
5
13
16
9
13
16
9
13
16
9
15
7
14
9
5
12
8
225
49
196
81
25
144
64
204
280
4
64
212
0
A1
1
A1
2
A1
3
A1
4
A1
5
A1
6
Ri
Ri2
Ri
= 204
Ri2 = 2120
Ci
= 204
Ci2 = 2804
k
= 16
k-1 = 15
Q tab = 24,99
Qhit 
1516  2804  41616
 42,59
16  204  2120
Q hit > Q tab maka tolak H0, dengan demikian perlu dilakukan pengujian 2 dengan membuat
atribut yang memiliki proporsi jawaban Ya paling kecil yaitu atribut 14 (warna air teh).
129
Pengujian 2.
Atribut Yang Diuji
A7 A8 A9 A10
N
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A11
A12
A13
A15
A16
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
Ri
11
Ri2
121
2
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
9
81
3
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
11
121
4
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
9
81
5
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
10
100
6
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
8
64
7
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
8
64
8
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
12
144
100
9
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
10
10
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
7
49
11
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
10
100
12
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
12
144
13
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
12
144
14
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
9
81
15
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
12
144
16
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
10
100
17
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
9
81
18
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
11
121
19
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
11
121
20
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
8
64
Ci
17
17
17
15
14
15
13
13
13
15
7
14
9
12
8
199
2025
Ci2
289
289
289
225
196
225
169
169
169
225
49
196
81
144
64
2779
Ri
= 199
Ri2 = 2025
Ci
= 199
Ci2 = 2779
k
= 15
k-1 = 14
Q tab = 23,68
Qhit 
1415  2779  39601
 30,39
15  199  2025
Q hit > Q tab maka tolak H0, dengan demikian perlu dilakukan pengujian 3 dengan membuat
atribut yang memiliki proporsi jawaban Ya paling kecil yaitu atribut 11 (volume).
130
Pengujian 3.
Atribut Yang Diuji
A6 A7 A8 A9
N
A1
A2
A3
A4
A5
A10
A12
A13
A15
A16
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
Ri
11
Ri2
121
2
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
9
81
3
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
10
100
4
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
9
81
5
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
10
100
6
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
8
64
7
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
7
49
8
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
12
144
81
9
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
9
10
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
7
49
11
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
10
100
12
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
12
144
13
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
11
121
14
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
9
81
15
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
11
121
16
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
10
100
17
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
9
81
18
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
10
100
19
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
10
100
20
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
1
8
64
Ci
17
17
17
15
14
15
13
13
13
15
14
9
12
8
192
1882
Ci2
289
289
289
225
196
225
169
169
169
225
196
81
144
64
2730
Ri
= 192
Ri2 = 1882
Ci
= 192
Ci2 = 2730
k
= 14
k-1 = 13
Q tab = 22,36
Qhit 
1314  2730  36864
 21,87
14  192  1882
Q hit < Q tab maka tarima H0, artinya terdapat bukti untuk menyatakan bahwa ke-14 atribut
memiliki kemungkinan jawaban Ya yang sama untuk setiap atribut. Dengan kata lain ke-14
atribut yang dianalisis dapat dianggap sah sebagai atribut teh hijau siap minum.
131
Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas
Atribut Yang Diuji
A6 A7 A8 A9
Xt
Xt2
N
A1
A2
A3
A4
A5
A10
A12
A13
A15
A16
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
11
121
2
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
9
81
3
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
10
100
4
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
9
81
5
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
10
100
6
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
8
64
7
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
7
49
8
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
12
144
81
9
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
9
10
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
7
49
11
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
10
100
12
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
12
144
13
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
11
121
14
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
9
81
15
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
11
121
16
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
10
100
17
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
9
81
18
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
10
100
19
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
10
100
20
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
1
8
64
1882
b
17
17
17
15
14
15
13
13
13
15
14
9
12
8
192
b2
289
289
289
225
196
225
169
169
169
225
196
81
144
64
2730
3
3
3
5
6
5
7
7
7
5
6
11
8
12
88
s
∑ Xt = 192
∑ Xt2 = 1882
s
= 88
b = 192
b2 = 2730
1882 192 2
JKr 

 2,771
14 14  20
JKt 
192  88
 60,342
192  88
N
k
=
=
20
14
2730 192 2
JKa 

 4,843
20 14  20
JKs  60,342  2,771  4,843  52,728
Tabel Varians
Sumber Varians
Responden
Atribut
Sisa
Total
Derajat Bebas
20-1=19
14-1=13
279-19-13=247
279
Jumlah Kuadrat
2,771
4,843
52,729
60,343
Varians
0,146
0,373
0,213
132
r11  1  Vs
Vr
 1 1,468
  0,468
Nilai r tabel untuk N = 20 dengan interval kepercayaan 95 % = 0,444
r11 > rtab maka dapat diandalkan. Artinya: instrumen yang akan digunakan dapat diandalkan,
sehingga penelitian dapat dilanjutkan.
133
Lampiran 4. Peta DKI Jakarta
134
Lampiran 5. Hasil Perhitungan Persepsi Responden Terhadap Atribut Teh Hijau
Siap Minum
Tingkat Importance (Wi)
No
Atribut
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Rasa manis
Harga
Kejelasan izin Depkes
Kesegaran
Kemasan
Ketersediaan kondisi dingin
Promosi
Manfaat antioksidan
Merek
Kejelasan kadaluarsa
Kemudahan mendapatkan
Komposisi
Aroma
Iklan
rata-rata
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tingkat Ideal Teh Hijau Siap Minum (Ii)
No
Atribut
1
1 Rasa manis
0
2 Harga
16
3 Kejelasan izin Depkes
0
4 Kesegaran
0
5 Kemasan
0
6 Ketersediaan kondisi dingin
0
7 Promosi
0
8 Manfaat antioksidan
0
9 Merek
0
10 Kejelasan kadaluarsa
0
11 Kemudahan mendapatkan
0
12 Komposisi
0
13 Aroma
0
14 Iklan
0
rata-rata
2
1
0
0
0
1
0
2
0
3
0
0
1
1
3
Nilai
3
12
24
2
8
20
13
29
22
29
2
8
15
24
27
4
43
42
26
43
55
45
48
38
54
14
46
58
50
47
5
44
34
72
49
24
42
21
40
14
84
46
26
25
23
N
2
1
19
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
Nilai
3
26
52
0
21
37
16
29
22
35
0
12
19
34
31
4
39
13
16
42
42
41
47
39
44
15
37
46
44
49
5
34
0
84
37
21
43
24
39
20
85
51
35
22
19
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
N
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Total
Rata-rata
430
410
470
441
402
429
388
418
379
482
438
409
399
390
4.3
4.1
4.7
4.41
4.02
4.29
3.88
4.18
3.79
4.82
4.38
4.09
3.99
3.9
4.20
Total
Rata-rata
406
262
484
416
384
427
395
417
383
485
439
416
388
386
4.06
2.62
4.84
4.16
3.84
4.27
3.95
4.17
3.83
4.85
4.39
4.16
3.88
3.86
4.06
135
Tingkat Performance Nu Green Tea (Xi)
N
o
Atribut
1
1 Rasa manis
1
2 Harga
0
3 Kejelasan izin Depkes
1
4 Kesegaran
0
5 Kemasan
0
6 Ketersediaan kondisi dingin
0
7 Promosi
0
8 Manfaat antioksidan
1
9 Merek
0
10 Kejelasan kadaluarsa
0
11 Kemudahan mendapatkan
0
12 Komposisi
1
13 Aroma
2
14 Iklan
0
rata-rata
2
1
6
2
1
1
0
1
2
1
3
1
3
1
1
Tingkat Performance Frestea Green (Xi)
No
Atribut
1 2
1 Rasa manis
0
8
2 Harga
0
4
3 Kejelasan izin Depkes
3
1
4 Kesegaran
0
6
5 Kemasan
0 10
6 Ketersediaan kondisi dingin
0
2
7 Promosi
5 14
8 Manfaat antioksidan
2
5
9 Merek
0
1
10 Kejelasan kadaluarsa
1
4
11 Kemudahan mendapatkan
0
1
12 Komposisi
1
5
13 Aroma
0 15
14 Iklan
2
3
rata-rata
Nilai
3
4
22 53
62 27
19 46
18 63
31 55
22 48
23 48
33 44
13 51
20 43
11 49
35 44
23 46
23 48
N
5
23
5
32
18
13
30
28
20
35
34
39
17
28
28
Nilai
3
36
69
24
35
44
30
47
41
23
26
26
42
38
46
5
9
2
25
11
7
21
6
14
23
24
24
10
14
11
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
N
4
47
25
47
48
39
47
28
38
53
45
49
42
33
38
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Total
Rata-rata
396
331
406
398
380
408
403
380
420
408
426
373
397
403
3.96
3.31
4.06
3.98
3.8
4.08
4.03
3.8
4.2
4.08
4.26
3.73
3.97
4.03
3.95
Total
357
325
390
364
343
387
316
357
398
387
396
355
346
353
Rata-rata
3.57
3.25
3.9
3.64
3.43
3.87
3.16
3.57
3.98
3.87
3.96
3.55
3.46
3.53
3.62
136
Tingkat Performance Joy Tea Green (Xi)
No
Atribut
1
1 Rasa manis
2
2 Harga
0
3 Kejelasan izin Depkes
1
4 Kesegaran
0
5 Kemasan
0
6 Ketersediaan kondisi dingin
0
7 Promosi
18
8 Manfaat antioksidan
2
9 Merek
3
10 Kejelasan kadaluarsa
0
11 Kemudahan mendapatkan
0
12 Komposisi
2
13 Aroma
0
14 Iklan
13
rata-rata
2
13
4
5
10
22
25
29
7
35
7
19
8
10
26
Nilai
3
59
75
25
56
56
34
39
40
34
31
50
45
53
36
2
10
2
1
12
31
6
17
4
16
5
6
10
20
30
Nilai
3
44
80
24
45
43
40
47
41
40
33
43
46
48
32
Tingkat Performance Zestea (Xi)
No
Atribut
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Rasa manis
Harga
Kejelasan izin Depkes
Kesegaran
Kemasan
Ketersediaan kondisi dingin
Promosi
Manfaat antioksidan
Merek
Kejelasan kadaluarsa
Kemudahan mendapatkan
Komposisi
Aroma
Iklan
rata-rata
1
2
0
3
1
3
0
3
2
2
0
2
1
1
16
N
4
25
19
46
27
21
35
11
40
27
41
25
38
33
23
4
37
16
48
33
20
42
28
42
40
44
44
41
29
18
5
1
2
23
7
1
6
3
11
1
21
6
7
4
2
5
7
2
24
9
3
12
5
11
2
18
5
2
2
4
Total
Rata-rata
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
310
319
385
331
301
322
252
351
288
376
318
340
331
275
3.1
3.19
3.85
3.31
3.01
3.22
2.52
3.51
2.88
3.76
3.18
3.4
3.31
2.75
3.21
N
Total
Rata-rata
337
318
389
337
289
360
315
356
324
375
344
333
311
264
3.37
3.18
3.89
3.37
2.89
3.6
3.15
3.56
3.24
3.75
3.44
3.33
3.11
2.64
3.32
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Download