PLN Corporate University

advertisement
Magz
PL
1
vers
U n i it y
p
o
r
r
o
ate
C
N
thn
Sebuah Persembahan
Edisi Khusus Januari 2014
Edisi Khusus Januari 2014
SOSOK
u
4
Suharto: “Tak Sekedar Melahirkan
Kompetensi Tapi Harus Berdampak
Pada kinerja Korporat”
LAPORAN UTAMA u
6
Makin Memantapkan Diri PLN
Menuju World Class Company
Untuk menjadi world class company PLN perlu didukung
oleh pegawai-pegawai yang tangguh, mampu bekerja
secara profesional dan memiliki kompetensi tinggi. Untuk
mewujudkannya PLN menerapkan metode PLN Corporate
University.
Cakrawala u 16
l
Implementasi CorpU Mulai Menggeliat
l
Kuliah Perdana: Tonggak Awal
Mewujudkan Cita-Cita
l
Implementasi CorpU: Memperkuat
Leadership dan Profesionalitas Pegawai
l
Perform, Karakternya Insan PLN CorpU
l
Organisasi Baru Menjawab Kebutuhan
Baru
l
Jalan Panjang Menuju Organisasi
Pembelajaran
inovasi u 32
l
Pengembangan Simdiklat: Aplikasi itu
bernama LMS
PLN itu perusahaan besar.
Karenanya harus dikelola
secara profesional,
modern dan sistematis
dengan kemampuan
pengelolaan yang kuat.
Untuk itulah potensi SDM
PLN harus dikembangkan
secara terus menerus,
termasuk kemampuan
leadershipnya. Salah satu
pengembangannya itu PLN harus jadi learning
organization melalui diimplementasikannya PLN
Corporate University.
Akademika u 38
l
CorpU di Project Academy
l
CorpU di TLM Academy
l
CorpU di Leadership Academy
l
CorpU di PE & PG Academy
l
CorpU di DC Academy
Galeri u 56
l
Bencmark PT Garuda Indonesia
l
Bencmark Bakrie
l
Sharing Experience Forkom Learning BUMN
l
Bencmark TNB
l
Bencmark PT Pegadaian (Persero)
l
Bencmark PT Aneka Tambang
l
Bencmark China
Pembina : Suharto • Pemimpin Redaksi : A Kristianto • Wakil Pemimpin Redaksi : Dedi
Ruspendi • Sekretaris Redaksi : Dyah Prasetyanti, Ujang Subagja• Redaktur Pelaksana:
Novianto • Redaktur : Roy Hadinata Sijabat, Satria Indraprasta• Repor-ter : Pranesti
Novitasari, Febriana Budhi • Fotografer : Nano Subiantoro • Kontributor : Sri Heny
Purwanti, Ridho Hutomo, Ratna Putri Mindasa, Teguh Tyas Santoso, Ikhfan, Tony Widiatmoro, Riska Setiawan, Reza Hardiansyah • Promosi : Khoirur Rohmat, Fitriana Budiarti • Koresponden: DM Pengajaran Udiklat
• Alamat : Jln. HR. Harsono RM. No. 59, Ragunan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 12550 Telp. (021) 7811292, 7811293, 7800832,
Faks. (021) 7811294, 7811295 e-mail : [email protected]
sosok
Sebuah Review
M
enjadi bagian dari agen perubahan (change agent), atas dasar inilah kenapa
eMagz kembali hadir sejak setahun yang lalu. Kala itu, sudah sangat
disadari, PLN Pusdiklat tengah mengemban tugas besar, mewujudkan
PLN menjadi learning organization atau menjadikan PLN CorpU sebagai centre of
excellence in learning melalui implementasi CorpU.
Mengemban tugas itu, lagi-lagi amat disadari, tidaklah ringan. Banyak hal yang
ketika itu harus ditata ulang, baik visi, misi, termasuk merumuskan peta strategi ke
dalam program kerja, yang difokuskan pada upaya untuk meningkatkan brainware,
leadership, software, system dan hardware. Lebih-lebih ketika harus melibatkan
seluruh unsur pegawai yang harus segera beradaptasi dengan pola budaya dan
lingkungan baru bernama CorpU, tentu diperlukan sarana memadai yang bisa
mensosialisasikan dan mengkomunikasi secara intens cita-cita CorpU yang hendak
dibangun tersebut.
Menyadari akan perannya, maka sebagai bagian dari change agent bersama
dengan change agent lainnya di PLN, dengan begitu, salah satu tugas yang diemban
eMagz adalah tak sekedar “memotret” atau sekedar mewartakan apa yang tengah
berlangsung di lingkungan PLN sejalan dengan diimplementasikannya CorpU.
Lebih dari itu, media ini juga turut “mengorientasikan” lewat ulasan-ulasannya
yang tak lagi polos, melainkan disajikan dengan lebih mendalam disertai dengan
sudut pandang yang lebih kaya dan beragam. Tujuan tak lain, agar “isi”-nya
diharapkan bisa menginsprirasi dan mengedukasi para pembacanya, stakeholder
PLN dan terutamna seluruh pegawainya sehingga tak sekedar memahami
melainkan juga terdorong turut mewujudkan cita-cita yang diembang dengan
diimplementasikannya CorpU.
Selain itu, seperti juga pernah kami janjikan setahun yang lalu, eMagz akan
mengangkat perkembangan kemajuan implementasi CorpU di PLN dari waktu ke
waktu, serta tentu saja bersama dengan dinamika yang menyertainya. Dan janji itu
coba kami tunaikan lewat persembahan di Edisi Khusus ini. Seperti bisa dibaca mulai
dari halaman awal hingga akhir, seluruhnya berbicara dalam kerangka membangun
PLN CorpU, yang kami sajikan sejak medio Januari hingga Desember 2013.
Tentu saja, di dalam upaya turut mengorientasikan mewujudkan cita-cita
PLN CorpU itu, banyak hal yang masih perlu disempurnakan sesuai dengan
perkembangan pemahaman dan dinamika di PLN CorpU itu sendiri. Tapi setidaknya,
melalui Edisi Khusus ini semangatnya adalah, bisa menjadi sebagai sebuah review
tentang perjalanan PLN CorpU selama satu tahun.
Selamat membaca !
A. Kristianto
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
3
sosok
Suharto, Kepala PLN Pusdiklat
“ Tak Sekedar Melahirkan Kompetensi Tapi Harus
Berdampak Pada Kinerja Korporat”
Karirnya di PLN dimulai dari bawah, sebagai pegawai biasa pada 1987.
Berbagai pendidikan dan pelatihan dalam dan di luar PLN telah banyak
diikuti, mulai dari keahlian tingkat basic hingga tingkat advance. Atas
ketekunannya mengikuti pendikan dan dari pengalamannya memimpin
di beberapa Unit Usaha PLN, Pria kelahiran Batang Serangan,
Sumatera Utara 3 Juli 1961 ini, kini dipercaya sebagai Nahkoda PLN
Pusdiklat sejak 2011. Bersama dengan para manajemen lainnya, di
bawah kepemimpinannya, ia membawa perubahan, Pusdiklat menjadi
organisasi pembelajaran melalui implementasi PLN Corporate
University. Bagaimana pandangannya tentang PLN Corporate
University, berikut petikan wawancaranya.
B
isa dijelaskan, apa yang mendorong PLN Pusdiklat
harus mentransformasikan dirinya menjadi learning
organization melalui implementasi PLN Corporate
University?
Begini, PLN itu sebuah perusahaan besar, big
company. Sekarang ini asetnya terbesar di BUMN, di atas 500
triliun. Itu dari sisi aset. Kalau dilihat dari sisi belanjanya, anggaran operasinalnya juga besar sekali. Pelanggannya juga banyak. Coverage areanya dari timur ke barat, seluas indonesia.
Jadi, bisnis prosesnya dari hulu hingga hilir, demikian luasnya.
Dari gambaran itu artinya apa, PLN harus dikelola secara
profesional, modern, sistematis dan dengan kemampuan pengelolaan yang kuat. Untuk itu, agar mampu mengelola dengan baik, SDM PLN harus terus dikembangkan potensi, profesionalisme dan kemampuan leadershipnya. Nah, pengembangannya itu salah satunya PLN harus menjadi learning organization melalui implementasi Corporate University.
Gambarannya seperti apa Learning organization itu?
Learning organization artinya proses pembelajaran tidak
hanya proses individu, proses kelompok atau yang ada hanya
di salah satu unit. Tetapi adalah proses yang terjadi di perusahaan. Peningkatan kompetensi terjadi dimana-mana, mulai
dari individu, tim, Unit hingga Korporat.
Sehingga di korporat terjadi pembelajaran yang demikian
intens dari hari ke hari dan itu mengikuti perkembangan yang
ada, baik perkembangan di tataran regional, nasional, bahkan
tidak bisa terhindari dari tataran global. Mengapa? Karena tuntutan teknologi yang semakin berkembang, tuntutan kebutuh-
4 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
sosok
an masyarakat yang semakin hari semakin banyak
dan beragam. Itu juga bagian dari tantangan-tantangan yang akan dihadapi PLN ke depannya.
Berhadapan dengan tantangan tadi, artinya proses pembelajaran di Pusdiklat pun harus
berubah?
Ya. Proses pembelajaran tidak bisa hanya seperti yang lalu-lalu saja, mengikuti kebutuhan individu dari masing-masing SDM. Tidak bisa hanya
sebatas itu. Maka unit yang memerankan sebagai
pengelola proses pembelajaran di PLN dalam hal
ini Pusdiklat, harus mentansformasi, harus melakukan perubahan.
“
PLN bukan terminal
akhir, pegawai
dimungkinkan berkiprah
di tempat lain.
“
Lantas, kenapa yang dipilih Corporate University?
Corporate University merupakan salah satu
metodologi pembelajaran yang sudah dikenal di
tingkat dunia. Salah satu metode pembelajaran
yang bisa menghasilkan tidak hanya kompetensi
orang tetapi juga berkontribusi pada peningkatan
kinerja korporat secara berkelanjutan.
Caranya?
Kalau sebelumnya semua proses pembelajaran menjadi domainnya Pusdiklat tapi sekarang
ownershipnya diangkat ke atas, yaitu ke Direksi.
Tujuannya agar proses pembelajaran betul-betul in
line dengan strateginya korporasi. Kan yang tahu
persis perusahaan lagi berkembang ke arah mana
dan mau dibawa ke mana adalah business owners.
Dalam PLN Corporate University, para Direksi ber-
peran sebagai learning council. Kalau Direksi berperan sebagai ownership pembelajaran, otomatis arah dari pembelajaran ini sesuai dengan arah
perkembangan perusahaan. Maka kemudian kita
juga bisa menjamin output dari pembelajaran ini
bisa memberikan impact kepada peningkatan kinerja perusahaan.
Nanti dimana letak perbedaan antara Pusdiklat
lama dengan Pusdiklat Baru pasca implementasi
PLN Corporate University?
Yang lama hanya berfokus pada membangun
kompetensi orang. Melalui Corporate University
juga berfokus pada peningkatan kinerja perusahaan. Itu tadi, dimungkinkan karena arah pembelajaran sudah searah dengan perusahaan.
PLN Corporate university bisa melahirkan pemimpin masa depan, seperti apa gambarannya?
PLN kan sudah mendeclare menjadi akademi
karir. Harapannya, ke depan orang-orang PLN bisa
menjadi leader atau pemimpin di perusahaan institusi atau BUMN lain, seperti menjadi direksi atau
pemimpin unit di tempat lain. Untuk itu, di PLN
mereka harus diperkuat kemampuan leadership
dan profesionalismenya lewat corpu. Contoh, kepala divisi umum kita belum lama ini diangkat menjadi salah satu direktur di BUMN. Harapannya akan
lebih banyak lagi orang-orang seperti itu yang bisa
diangkat.
Kita harus mengkader sebanyak mungkin.
Nantinya orang-orang PLN menjadi di percaya oleh
orang lain. Dengan ada orang PLN di sana sini, terkenal karena bagus kinerjanya dan produktif, mengangkat citra PLN. Itu memberikan kebanggaan.
Bisa sangat memotivasi karyawan PLN yang
lain?
Betul sekali. Dengan banyaknya orang PLN
yang berkiprah di institusi lain selain memberikan
nilai tambah buat PLN, juga memotivasi. Sebab,
untuk bisa laku di luar pegawai harus profesional,
punya kemampuan leadership. Ini akan memotivasi yang lain. Jadi PLN bukan terminal akhir, karena
pegawai dimungkinkan berkiprah di tempat lain. l
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
5
laporan utama
PLN Corporate University
Makin Memantap
World Class Comp
6 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
laporan utama
PLN PUSDIKLAT kini telah bertransformasi
menjadi learning organization. Menjadi
tanggungjawab bersama untuk
mewujudkannya.
R
abu 14 November 2012, menjadi momen bersejarah yang sangat penting bagi PT PLN
Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PLN Pusdiklat). Pada hari dan tanggal itu Unit Usaha
PLN yang bergerak dalam bidang jasa pendidikan dan pelatihan ini resmi mentransformasikan diri menjadi learning organization.
Diselenggarakan di Gedung Serba Guna PLN Pusat
Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) dan disaksikan
ratusan undangan termasuk para direktur perusahaan BUMN, sejumlah pegawai PLN dari seluruh Indonesia, serta dapat disaksikan secara langsung melalui
live streaming, transformasi itu ditandai dengan dilaunchingnya implementasi PLN Corporate University
dengan menekan tombol secara serentak oleh Direksi
PLN.
Masih di acara launching. Beberapa kegiatan yang
memiliki momen penting juga dilakukan, sebagai bagian dari upaya transformasi itu. Antara lain, berupa
penyerahan bendera PLN Corporate University dari
Kepala Pusdiklat PLN Suharto kepada Direktur Utama
PLN Nur Pamudji. Penyerahan bendera itu sebagai
simbol bahwa mulai sejak itu, pembelajaran di PLN
tak lagi ditentukan pihak manajemen PLN Pusdiklat,
melainkan langsung di bawah kepemimpinan Dikreksi
PLN.
Setelah itu, dilanjutkan dengan penyerahan
white book PLN Corporate University dari Dirut PLN
Nur Pamudji kepada Kepala Pusdiklat Suharto. The
white book PLN Corporate University adalah buku
yang berisi tentang arah dan kebijakan pengemba-
kan Diri Menuju
any
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
7
laporan utama
Sebuah keharusan
Neneng Goenadi, wakil dari Accenture Indonesia, memuji langkah yang ditempuh manajemen PLN. Itu dikemukakan, sebelum ia menyampaikan berbagi
pengalamannya dalam implementasi
Corporate University di Accenture pada
acara launching itu. Accenture adalah
perusahaan multinasional yang bergerak dalam bidang management global
consulting dan memiliki cabang di 54
negara, termasuk di Indonesia. Menurut Neneng, dengan diimplemtasikannya PLN Corporate University, PLN telah
melakukan satu tahapan dan komitmen
yang sangat besar untuk mengembangkan para karyawan dan untuk menghadapi tantangan-tantangan jaman.
Bagi PLN Pusdiklat, mengimplementasikan PLN Corporate University tampaknya sebuah keharusan. Menurut
Suharto, langkah ini ditempuh dalam
upaya untuk mendukung mewujudkan
misi PLN menjadi perusahaan kelas dunia (world class company), yang telah
dicanangkan sejak lama.
Dalam upaya mewujudkan misinya
itu, tekad PLN sudah bulat. Namun disadari, untuk mencapai ke arah itu bukan perkara gampang. Apalagi ke depan,
PLN juga akan menghadapi tantangan
yang tidak ringan. Menurut Pamudji, untuk menjadi world class company, PLN
perlu didukung oleh pegawai yang tangguh, mampu bekerja profesional dan memiliki kompetensi tinggi. Hanya dengan
itu, PLN akan mampu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dalam
bidang kelistrikan sesuai dengan kualitas standar dunia dan para pegawainya
mampu beradaptasi dengan lingkungan
bisnis yang dinamis.
Berbagai upaya sebenarnya telah
dilakukan PLN untuk mewujudkan misinya itu. Terbukti, dari waktu ke waktu,
pelayanan yang diberikan PLN kepada
masyarakat semakin terus meningkat.
Juga dengan pengelolaan pembelajaran yang diselenggarakan PLN dalam
menunjang kompetensi para pegawainya, sudah jauh berbeda dengan yang
dahulu. Menurut Pamudji, saat ini PLN
“
Diimplementasikan
PLN Corporate
University untuk
mewujudkan Misi PLN
menjadi perusahaan
kelas dunia
“
ngan PLN Corporate University. Secara
simbolis, penyerahan buku itu sebagai
bentuk penugasan agar PLN Pusdiklat
di dalam pengembangan pembelajarannya mengikuti arah kebijakan yang digariskan dalam white book itu.
Momen bersejarah lain yang tak kalah penting adalah acara pengukuhan
Direksi PLN sebagai Learning Council
(Dewan Pembelajaran) dan Kepala Divisi PLN sebagai Learning Steering Committe.
sudah menjadi organisasi pembelajar
yang sangat tertata, sangat maju dan
memiliki sistem informasi yang modern
dan dapat diakses oleh seluruh pegawai.
Namun demikian, sebagai perusahaan besar, dengan aset besar termasuk
sumberdaya manusianya, yang berada
di seluruh wilayah Indonesia, PLN masih
menemukan adanya berbagai kekurangan dan kelemahan. Untuk itulah, kata
Suharto, PLN terus melakukan pembenahan diri. Salah satu upaya pembenahan yang kini tengah dilakukan, terkait
dengan masalah pengembangan sumberdaya manusia, yang berujung pada
soal pengembangan pendidikan. PLN
merasakan pengembangan pembelajaran yang berlangsung belum terintegrasi dengan baik.
Selama ini, pembelajaran yang berlangsung lebih banyak ditangani oleh
Pusdiklat, sebagai salah satu Unit Usaha
PLN yang memfokuskan diri dalam pe-
8 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
nyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan dan Direktorat SDM. Tapi, lantaran
tidak terintegrasi, materi-materi pengajaran yang dikembangkan tak selalu
sejalan dengan kemauan korporat. Akibatnya, sumberdaya manusia jebolan
Pusdiklat dirasakan tak selalu menopang arah strategi dan kebijakan yang
dikembangkan korporat, dan tentu saja
sedikit banyaknya juga berdampak pada
kurang maksimalnya kinerja koporat.
Guna mengatasi persoalan itu, sebagai solusinya PLN mengimplementasikan PLN Corporate University. Menurut
Pamudji, Corporate University merupakan satu alat stratejik yang berfungsi
mengintegrasikan semua sumberdaya
pembelajaran, proses dan orang. Dari
pengintegrasian itu, memungkinkan
terwujudnya kinerja terbaik dengan
laporan utama
terus menerus meningkatkan
pengetahuan, keterampilan
dan prilaku orang dalam lingkungan ekosistem bisnis.
Sementara menurut Direktur
SDM dan Umum Eddy D. Erningpradja, dengan diimplementasikan PLN
Corporate University sistem pembelajaran yang ada di PLN Pusdiklat berubah.
Kalau selama ini banyak dilakukan Pusdiklat nantinya akan ditangani secara
langsung oleh process business owner.
Dengan perubahan itu diharapkan, dari
sistem pembelajaran yang berlangsung
akan jauh lebih selaras dan resposif dengan kebutuhan perusahaan.
Karena itu, menerapkan metode
PLN Corporate University adalah bagian
untuk mempercepat pencapaian Centre
of Excellen in Learning secara berkelan-
jutan, yang dimungkinkan
lahirnya pengawai-pegawai yang
dibutuhkan dengan kualifikasi world
class company, serta mampu
memecahkan permasalahan dalam lingkungan kerja yang kompleks dan dinamis. Maka, dengan diimplementasikan
PLN Corporate University, kata Pamudji,
PLN kini semakin memantapkan dirinya
menuju perusahaan kelas dunia yang diperhitungkan.
Perlu Tekad
Yang pasti, untuk mengimplemetasikan ide pembentukan PLN Corporate
University datangnya tak ujuk-ujuk.
Menurut Suharto, PLN Pusdiklat sebe-
Pengukuhan. Direksi PLN dikukuhkan
sebagai Learning Council. (Insert), Dirut PLN
Nur Pamudji saat menekan tombol tanda
resminya PLN Pusdiklat bertransformasi
menjadi PLN Corporate University
lumnya telah melakukan beberapa kajian. Pada 11 September 2012, misalnya,
PLN Pusdiklat terlebih dahulu melakukan corporat university need analisys.
Itu dilakukan untuk mengukur kesiapan
Pusdiklat dalam mengimplementasikan
corporate university. Hasilnya, menunjukkan siap.
Pada 13 September 2012, dilanjutkan
dengan business scanning. Kegiatan ini
ingin melihat seberapa jauh kebutuhan
pembelajaran dari masing-masing business owner, yang melahirkan learning
focus. Pada 14 September 2012 juga dilakukan roadmap corporate university
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 9
laporan utama
Kapusdiklat Suharto menerima sertifikat ISO 14001
- 2004 bidang Manajemen Lingkungan dari KAN
dan IAP, yang diserahkan langsung oleh Nasrul
Alam, Manajer Bidang Pengembangan Usaha Jasa
Sertifikasi.
(BAWAH) SDM PLN, diharapkan mampu
memberikan pelayanan standar kelas dunia.
sekaligus dengan program-program kerjanya. Dari berbagai kajian itu, hasilnya,
pada 25 September 2012, lewat sidang
Direksi, PLN Pusdiklat mendapat dukungan dari direksi untuk mengimplementasikan PLN Corporate University.
“Dari hasil scanning, terdapat kecenderungan pentingnya kompetensi dan
akreditasi yang menjadi harapan banyak pihak. Untuk itu kami akan mengupayakan standarisasi-standarisasi dan
juga melakukan penyelarasan terhadap
stratejik bisnis yang ada di PLN untuk
pengembangan ke depan. Maka keberadaan PLN Corporate University diharapkan proses pembelajaran tidak
hanya berhenti sampai dengan peningkatan kompetensi, lebih jauh dari itu
kita akan berusaha bersama untuk bisa
memberikan kontribusi kepada peningkatan kinerja korporat,” kata Suharto.
Bahkan, kata Suharto, sebagai pihak
yang mengemban amanah yang diberikan PLN Pusat dalam mengimplementasikan PLN Corporate University, PLN
Pusdiklat menyatakan kesiapannya untuk memberikan nilai-nilai baru kepada
pelanggannya, yaitu Simple, Inspiring,
Performing dan Phenomenal.
Langkah besar yang telah ditempuh PLN Pusdiklat, tentunya memerlukan dukungan semua pihak, terutama
dari seluruh karyawan. Apa yang kini
tengah dilakukan PLN Pusdiklat masih tahap awal dan masih banyak yang
perlu dikembangkan di waktu yang
akan datang. Menurut Pamudji, PLN
Corporate University hanya akan terwujud apabila semua pegawai PLN benarbenar menegakkan profesionalisme,
pengelolaannya benar-benar bekerja,
kompeten dan bersemangat untuk
mewujudkannya. “Tanpa tekad dan semangat seperti itu maka transformasi
sistem belajar mengajar PLN tidak akan
pernah terwujud,” tegas Pamudji. l
10 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
laporan utama
Mendorong Munculnya Pemimpin
PLN Masa Depan
Eddy D. Erningpraja,
Direktur SDM dan Umum PLN
D
ari tahun ke tahun perkembangan PLN semakin meningkat seiring dengan upaya dan kerja keras mencapai visinya sebagai perusahaan kelas dunia. Sebagai
organisasi pembelajar, PLN ingin adanya pendekatan
yang holistic dan modern dalam menyikapi perkembangan bisnis ketenagalistrikan. Semua itu tidak akan terwujud tanpa didukung potensi insani yang tidak hanya kompeten,
namun juga beyond professional. Saat ini PLN tidak boleh berpikir sebatas inside the box, namun harus memiliki pemikiran
yang out of the box. Itupun tidak akan cukup menjadikan PLN
sebagai perusahaan kelas dunia, sehingga PLN harus memiliki
pemikiran without the box.
Kemajuan dan tuntutan korporat yang kian dinamis, mengharuskan insan-insan PLN selain dituntut untuk “bekerja
bekerja bekerja” juga harus ditingkatkan profesionalismenya
dan diakui baik secara nasional maupun internasional.
Setidaknya ada 10 karakteristik yang perlu dipenuhi agar
diakui telah mengimplementasikan corporate university :
1. Secara proaktif mencari dan mengupayakan penyelesaian
masalah performance melalui solusi pembelajaran
2. Sebagai pendukung kebutuhan pembelajaran perusahaan
maupun pengembangan individu pegawai
3. Sasaran objek pembelajaran tidak hanya terbatas pada
pegawai saja, tetapi juga pemasok, pelanggan dan masyarakat melalui program orientasi, induksi, pelatihan,
pengembangan dan pendidikan
4. Fasilitas pembelajarannya telah terkoneksi secara fisik
dan virtual melalui learning management system (LMS)
dan knowledge management system (KMS) yang terintegrasi
5. Terjalinnya kemitraan dengan universitas atau institusi
pendidikan untuk pengembangan individu pegawai
6. Terbangunnya “brand” yang meyakinkan pegawai dan
pelanggan
7. Menjadi tempat diturunkannya pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada generasi berikutnya melalui program “leader as teacher (LAT) & retired faculty”
8. Menjadi tempat menginternalisasi budaya dan tata nilai
organisasi
9. Program corporate university telah selaras, terintegrasi
dan saling terkait dengan inisiatif sdm
10. Pengelolaan pembelajarannya dilaksanakan para profesional
yang ahli di bidang pembelajaran (learning technologist)
Dengan diimplementasikannya PLN Corporate University, pembelajaran tidak hanya menjadi milik PLN Pusdiklat dan Direktorat
SDNM, namun juga menjadi milik
business process owner. Dengan
demikian bersama business process owner proses pembelajaran di PLN akan sangat mencerminkan kebutuhan korporasi
dan dapat dipastikan memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Untuk mempermudah internalisasi Corporate University,
beberapa buku pedoman telah disiapkan oleh PLN dalam bentuk white book, blue book, dan orange book.
The White Book (untuk seluruh stakeholder) menjelaskan
tentang arah dan kebijakan PLN Corporate University yang diimplementasikan di PLN. Buku itu merupakan edisi awal yang
nantinya akan menjadi pedoman bagi pengembangan masingmasing akademi yang ada di PLN.
The Blue Book (untuk penanggung jawab akademi)
menjelaskan tentang akademi-akademi dan program-program
pembelajaran saat ini dan yang akan disiapkan untuk mendukung implementasi PLN Corporate University.
The Orange Book (untuk internal PLN) menjelaskan tentang learning path untuk masing-masing jabatan yang ada di
PLN. Buku tersebut masih merupakan konsep awal yang nantinya akan dipertajam lagi dengan para business process owner.
The Orange Book merupakan hasil dari developing a curriculum (Dacum) yang telah kami lakukan bersama dengan perwakilan business process owner pada beberapa jabatan kunci.
Proses ini di PLN dikenal juga dengan istilah job learning need
analysis (identifikasi kebutuhan diklat berdasarkan kkj/ kebutuhan kompetensi jabatan).
Layaknya sebuah university, PLN akan menciptakan iklim/
suasana pembelajaran yang dibutuhkan oleh setiap insan secara proaktif dalam rangka memberikan kontribusi yang optimal bagi kemajuan korporat.
Melalui implementasi PLN Corporate University ini, PLN
akan terus mendorong munculnya para pemimpin-pemimpin
PLN masa depan yang profesional. Selanjutnya PLN berharap
akan semakin banyak orang-orangnya yang memiliki sertifikat
atau kompetensi nasional/internasional. PLN juga bercita-cita
dimasa yang akan datang banyak orang-orangnya mampu berada di posisi penting di BUMN lain. l
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 11
laporan utama
Implementasi PLN Corporate University
Selaraskan Kebutuhan Pembelajaran
dengan Korporat
Dengan Diimplementasikannya PLN Corporate University, kepemilikan
pembelajaran yang semula berada di PLN Pusdiklat serta Direktorat SDM dan
Umum beralih menjadi milik process business owner.
A
pakah itu PLN Corporate University? Penjelasan tentang
itu bisa ditelusuri di white
book PLN Corporate University. Di buku putih setebal
40 halaman itu, yang menjadi pedoman
PLN Pusdiklat di dalam mentransformasikan dirinya menjadi learning organization (organisasi pembelajaran) dijelaskan, adalah salah satu alat stratejik
PLN yang berfungsi mengintegrasikan
semua sumberdaya pembelajaran, proses dan orang di perusahaan berbasiskan sistem informasi.
Diimplementasikannya alat tersebut
adalah sebagai upaya PLN untuk meningkatkan peran dan akuntabilitas Unit
Usahanya yang bergerak dalam bidang
jasa pendidikan dan pelatihan atau yang
selama ini dikenal dengan nama PLN
Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat), untuk mendukung implementasi
kebijakan dan strategi korporat.
Selama ini pengelolaan pembelajaran di PLN Pusdiklat bisa dibilang
berjalan sendiri. Mulai dari perumusan
materi, metode pembelajaran, sistem
dan para instruktur yang mengajarnya,
semua ditentukan oleh pihak manajemen Pusdiklat. Atau dengan kata lain,
pola pengelolaan pembelajaran yang
berlangsung selama ini tidak secara
khusus diorientasikan untuk mendukung kebijakan korporat. Akibat dari
pengelolaan semacam itu dirasakan tak
lagi kondusif, terutama di dalam upaya
mewujudkan visi dan misi PLN menjadi
world class company.
Maka, dengan diimplementasikannya PLN Corporate University nantinya
ruang lingkup pengelolaan pembelajaran di PLN Pusdiklat diintergrasikan dengan maunya korporat. Dengan demikian, kepemilikan pembelajaran yang
semula berada di PLN Pusdiklat serta Direktorat SDM dan Umum, beralih menjadi milik process business owner, yang
terdiri dari Direksi dan para Manajemen
Atas PLN. Merekalah yang nantinya menentukan pembelajaran apa saja yang
harus berlangsung di Pusdiklat. Menurut Direktur Utama PLN Nur Pamudji,
dengan cara inilah pola pembelajaran
di Pusdiklat lebih selaras dan responsif
dalam mendukung kebutuhan korporat.
Tujuan dari implementasi PLN Corporate pun sangat jelas. PLN ingin menumbuhkan kompetensi dan potensi
yang diperlukan perusahaan dalam bisnis kelistrikan di Indonesia saat ini dan
mendatang, serta memastikan bahwa
proses pembelajaran potensi insani PLN
menjadi kinerja unggul. Suasana pembelajaran inilah yang hendak dibangun
sehingga memungkinkan para pegawai
PLN dapat terus menerus meningkatkan
12 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
pengetahuan, keterampilan dan prilaku
sehingga pegawai mampu beradaptasi dalam lingkungan ekosistem
bisnis.
PLN House Corporate University
Lantas, bagaimanakah bangunan organisasi PLN Corporate University yang
diharapkan bisa mewujudkan transformasi pembelajaran yang bisa berdampak pada peningkatan kompetensi
pegawai dan kinerja korporat itu?
Telah dikemukakan, setelah diimplementasikan PLN Corporate University,
kepemilikan pembelajaran berada di
tangan process business owner, yaitu
Direksi dan para Manajemen Atas PLN.
Itu artinya peran process business owner akan memainkan peran yang sangat
penting dalam pembentukan suasana
pembelajaran yang dikembangkan di
PLN Pusdiklat, sehingga pengelolaan
pembelajaran yang diselenggarakan
berorientasi pada usaha peningkatan
laporan utama
Learning Council
Learning Steering Committe
Organizing Committe
Struktur Organisasi PLN
Corporate University
upayakan optimalisasi dampak dari
pembelajaran dikaitkan dengan ROTI
(Return on Training Investment).
Sedangkan peran PLN Pusdiklat
dalam konteks PLN Corporate University
sebagai Organizing Committee (OC) di
antaranya : (1). Mengelola pembelajaran
yang dibutuhkan; (2). Menjalin kerjasama dengan penyelenggara pembelajaran lainnya; (3). Mengelola infrastruktur
pembelajaran; dan (4). Menjaga budaya
pembelajaran dan mengelola pengeta-
“
PLN Corporate university
adalah salah satu alat
stratejik PLN yang berfungsi
mengintegrasikan semua
sumberdaya pembelajaran,
proses dan orang di
perusahaan berbasiskan
sistem informasi.
“
kinerja korporat secara signifikan, sekaligus membangun kultur baru selaras
dengan tata nilai perusahaan.
Secara metodologis, dalam struktur organisasi PLN Corporate University,
posisi Direksi PLN nantinya menjadi Dewan Pembelajaran atau Learning Council (LC). Posisi para Manajemen Atas,
yang terdiri dari Kepala-kepala Divisi,
Sekretaris Perusahaan, Kepala Satuan,
Kepala Unit, General Manager, Direksi
Anak Perusahaan yang keanggotaannya ditetapkan oleh Direktur SDM dan
Umum setiap satu tahun sekali, akan
menjadi Learning Steering Committee
(LSC). Sedangkan posisi Kepala PLN
Pusdiklat menjadi Chief Learning Officer
(CLO). Sedangkan Manajer Senior Bidang dan Manajer Udiklat sebagai sebagai Organizing Committee.
Adapun peran penting yang akan
dilakukan LC antara lain : (1). Memberikan arah kebijakan perusahaan terkait
dengan pembelajaran, seperti visi, misi,
tujuan, program kerja, anggaran, sumber daya yang dibutuhkan, dan skala
prioritas; (2). Mendorong terwujudnya
kemitraan dengan lembaga pendidikan
tinggi dan sinergi antar stakeholder
dalam proses pembelajaran serta mengoptimalkan manfaat dari intangible asset; (3). Mendorong tumbuhnya budaya
inovasi dan penerapan best practices;
(4). Menjaga kesinambungan pengetahuan yang ada di perusahaan dan (5).
Mengupayakan optimalisasi dampak
dari pembelajaran dikaitkan dengan
ROTI (Return on Training Investment).
Peran penting LSC meliputi: (1). Merencanakan kebutuhan pembelajaran
secara lebih spesifik disesuaikan dengan proses bisnis dan perkembangan
terkini; (2). Mengidentifikasi kebutuhan
pembelajaran untuk jangka pendek dan
jangka panjang; (3). Menetapkan kebutuhan pembelajaran yang harus dimiliki (mandatory) oleh tenaga kerja yang
bekerja di PLN; (4). Mengkomunikasikan pembelajaran dengan stakeholder
dan memastikan terjadinya Pembelajaran; (5). Menghindari hilangnya pengetahuan dari hilangnya SDM yang kompeten (knowledge capturing); (6). Meng-
huan (knowledge management).
Mengacu kepada struktur organisasi tersebut dan dalam rangka melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
bisnis prosesnya (sesuai bidang masingmasing), dibentuklah Akademi-Akademi
yang berkoordinasi dengan CLO sebagai Organizing Committee. Adapun akademi-akademi yang dikembangkan itu
meliputi :
• Primary Energy & Power Generation
Academy di PLN Udiklat Suralaya
• Transmission & Live Line Maintenance
Academy
Academy di PLN Udiklat Semarang
• Distribution & Commerce Academy
di PLN Udiklat Pandaan
• Project Academy di PLN Udiklat Bogor
• Renewable Energy Academy di PLN
Udiklat Makassar
• Leadership Academy di PLN Udiklat
Jakarta
• Corporate Culture Academy di PLN
Udiklat Jakarta
• Corporate Enabler Academy di PLN
Udiklat Palembang
Dalam prakteknya, penyelarasan
(alignment) program pembelajaran dengan strategi korporat ditandai dengan
business concern oleh process business
owner untuk mendapatkan perumusan
arah kebijakan perusahaan terkait dengan pembelajaran, seperti visi, misi, tujuan, program kerja, anggaran, sumber
daya yang dibutuhkan, dan skala prioritas. Penyelarasan itu dilakukan dua kali
dalam satu tahun, melalui rapat Learning Council yang dihadiri oleh Direksi sebagai Learning Council dan Chief Learning Officer (CLO).
Sedangkan Business concern merupakan salah satu kegiatan analisis kebutuhan pembelajaran korporat untuk
merumuskan learning focus dan learning
blueprint serta learning theme sehingga
dilakukan penyempurnaan proses bisnis pembelajaran. Secara umum proses
penyelenggaraan pembelajaran terdiri
dari empat proses, yaitu: Analisis dan
Perencanaan Kebutuhan Pembelajaran,
Desain dan Penyusunan Materi Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, dan
Evaluasi Pembelajaran. l
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 13
cakrawala
Implementasi PLN Corporate University
Mulai Menggeliat
Satu demi satu, akademi di lingkungan pln pusdiklat mulai
menyelenggarakan kuliah perdana berbasis materi corpu. pertanda
implementasi pln corporate university mulai berjalan.
G
eliatnya mulai terlihat. Inilah
yang terjadi sejak PLN Pusat
Pendidikan dan Pelatihan
(Pusdiklat) mengimplementasikan PLN Corporate University
(PLN CorpU) pada pertengahan November 2012 lalu. Geliat itu ditandai dengan
telah terselenggaranya Kuliah Perdana
berbasis materi PLN Corpu.
Akademi pertama yang menyelenggarakan Kuliah Perdana, Transmission
and Live Maintenance (TLM) Academy
Unit Pendidikan dan Pelatihan (Udiklat)
Semarang pada 14 Januari 2013. Kemudian disusul Project Academy Udiklat
Bogor pada 28 Januari 2013 dan Renewable Energy Academy Udiklat Makassar
pada 13 Februari 2013. Kuliah Perdana ini
dibuka langsung oleh Learning Council
(LC) di masing-masing Akademi terse-
but, dengan memberikan kuliah umum.
Saat ini, memang baru tiga Akademi
yang menyelenggarakan Kuliah Perdana. Tapi ke depannya akan ada delapan akademi. Dari tiga akademi yang
telah disebutkan, lima akademi lainnya
yang akan segera menyusul Primary
Energy and Power Generation Academy,
Distribution and Commerce Academy,
Corporate Culture Academy, Corporate
Enabler Academy, dan Leadership Academy
Akademi-akademi tersebut tengah
menyiapkan kurikulum, silabus, serta
materi-materi lainnya untuk memenuhi
kebutuhan pembelajaran selama satu
tahun ke depan. Corporate Enabler
Academy Udiklat Palembang misalnya,
pada 1 Februari 2013 lalu telah merumuskannya. Dalam perumusan itu dipimpin
14 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
perumusan kurikulum dan silabus. LC Corporate
Enabler Academy Moch. Harry Jaya Pahlawan (menunjuk
kertas) bersama LSC dan CLO Suharto pada rapat perumusan
kurikulum dan silabus materi diklat Corporate Enabler
Academy Udiklat Palembang.
langsung LC Corporate Enabler Academy
Harry Jaya Pahlawan dan melibatkan
Learning Steering Commite (LSC), di antaranya Adi Supriyono, Amir Rosidin dan
I Made Rosakya dengan Suharto selaku
Chief Learning Officer (CLO) beserta segenap jajaran Learning Partner.
Rencananya, pada akhir Februari 2013,
Corporate Enabler Academy Udiklat Palembang segera melaksanakan kuliah perdana. Sebagai pusat pembelajaran, dari
akademi-akademi inilah nantinya tempat
dilahirkannya pegawai-pegawai PLN yang
bukan saja meningkat dari sisi kompetensinya tapi juga mampu bekerja sesuai dengan arah kebijakan yang hendak dikembangkan PLN, sehingga bisa berkontribusi
terhadap pengembangan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, jika nantinya seluruh akademi telah menyelenggarakan
kuliah perdana, maka titik itulah PLN Pusdiklat telah mewujudkan dirinya sebagai
learning organization (organisasi pembelajaran). l
cakrawala
First Meeting PLN Coporate University
dalam bidang pendidikan dan pelatihan
itu. “Kita memang berharap pada Januari 2013 implementasi PLN CorpU bisa
segera berjalan,” kata Direktur Utama
PLN Nur Pamudji, yang disampaikan
pada pembukaan acara First Meeting.
Dari First Meeting Menuju
Kuliah Perdana
TAK SAMPAI DUA BULAN, USAI LAUNCHING, PLN PUSDIKLAT LANGSUNG
MENYELENGGARAKAN FIRST MEETING PLN CORPORATE UNIVERSITY, berlanjut ke
program pembelajaran akademi.
K
esungguhan PLN Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) untuk bertransformasi
menjadi learning organization
(organisasi pembelajaran),
tampaknya memang ingin segera diwujudkan. Itu ditunjukan, hanya selang
waktu sebulan, usai melaunching implementasi PLN Corporate University (PLN
CorpU), tepatnya pada 20 Desember
2012 PLN Pusdiklat langsung menye-
lenggarakan First Meeting (Rapat Perdana) PLN CorpU. Hadir pada acara itu,
seluruh Direksi PLN Pusat, Sekretaris
Perusahaan, Kepala-kepala Divisi, Kepala-kepala Unit, Kepala-kepala Satuan,
segenap manajemen PLN Pusdiklat, Tim
Implementasi PLN CorpU dan Accenture.
Direksi PLN memang sangat mendukung langkah yang ditempuh salah
satu Unit Usahanya yang bergerak
EXCELLENT PROGRAMS 2013
1. Mengembangkan Executive Diploma OLT (Organizational Learning Technologist) (brainware)
2.Mengembangkan Learning Management System (LMS) yang terintegrasi (hardware)
3. Mengembangkan Expert Facilitator yang didedikasikan untuk PLN Corporate University (brainware)
4. Menyiapkan business expert melalui Partnership dengan Lembaga/Instansi Nasional/ Internasional (brainware)
5. Upgrade DNA melalui Program Enculturation, Guest Experience, Learning Phenomenal, Building
Relationship (software)
6.Mengembangkan learning innovation antara lain Action Learning, Blended Learning, Mobile
earning (software)
7.Modernisasi Learning Facilities (hardware)
Agenda Rapat
Sejak dilaunching implementasi PLN
CorpU pada pertengahan November
2012 lalu, PLN Pusdiklat sesungguhnya
telah bertransformasi menjadi layaknya
sebuah learning organization (organisasi
pembelajaran). Pengukuhannya berdasarkan SK.481.K/DIR/2012. Hanya saja,
sebagai organisasi pembelajaran yang
baru dibentuk tentu banyak hal yang
perlu dipersiapkan, mulai dari visi misi,
program kerja jangka pendek, menengah dan panjang, para instruktur yang
ingin dilibatkan, tata kelola organisasi
serta berbagai persiapan lainnya.
Karena itu, pada Rapat Perdana PLN
CorpU yang diselenggarakan di Gedung
Serba Guna PLN Pusdiklat, sejumlah
agenda itulah yang dibahas, antara lain
: (1) Mereview Learning Governance; (2)
Penetapan visi dan misi PLN CorpU; (3)
Penetapan Learning Focus dan Learning
Blueprint PLN; (4) Penetapan Learning Theme PLN 2013; (5) Learning Policy
Statement; (6) Excellent Program 2013;
dan (7) Penetapan Logo dan Tema PLN
CorpU.
Tentang visi dan misi misalnya.
Suharto yang saat itu hadir sebagai
Chief Learning Officer (CLO), mengajukan perlunya dilakukan revisi.
Menurutnya, revisi terhadap visi dan
misi, agar relevan dengan semangat yang ingin diemban PLN Pusdiklat pasca diimplementasikannya
PLN CorpU. Demikian pula dengan
penetapan learning focus, learning
blueprint, learning theme, sebagai
pengejawantahan dari salah satu
kegiatan analisis kebutuhan pembelajaran koporat dalam business
concern PLN CorpU, serta penetapan Learning Policy Statement dan
Excellent Program 2013. Dari hasil
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 15
cakrawala
revisi dan ditetapkannya berbagai
konsep-konsep strategis lainnya
yang telah disepakati bersama itu, kata
Suharto, nantinya yang akan menjadi pijakan PLN Pusdiklat dalam mengemban
amanah pasca bertransformasi sebagai
learning organization.
Learning Organization
Sebagai organisasi pembelajaran,
tentu saja, ada yang berbeda pada
Rapat Perdana PLN CorpU dibandingkan dengan rapat-rapat lainnya yang
biasa berlangsung di lingkungan PLN.
Kali ini, kehadiran Direksi PLN tak lagi
sekedar sebagai Direksi melainkan juga
sebagai Learning Council (LC). Juga dengan kehadiran Sekretaris Perusahaan,
Kepala Divisi dan Kepala Satuan, posisi
mereka adalah sebagai Learning Steering Committee (LSC). Sementara posisi Kepala PLN Pusdiklat sebagai Chief
Learning Officer (CLO) dan kehadiran
Transmission & Live Maintenance Academy Udiklat Semarang
Learning Policy
Statement
PT PLN (Persero) selalu percaya bahwa
potensi insani adalah keunggulan kompetitif yang paling utama. Oleh sebab
itu, kami berkomitmen untuk mendidik
dan mengembangkan para tenaga kerja
kami agar dapat mengikuti perkembangan perusahaan yang kian dinamis.
Dalam rangka memberikan nilai tambah
kepada seluruh stakeholder, kami harus
mampu mentransfer pengetahuan dengan cepat dan meningkatkan kompetensi seluruh tenaga kerja kami.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami
sepakat untuk menerapkan kebijakan
sebagai berikut :
1.Setiap Direksi fokus mengembangkan pembelajaran sesuai dengan akademi yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Setiap Direksi dan Manajer Atas wajib
terlibat sebagai fasilitator pembelajaran minimal 40 jam dan maksimal
300 jam dalam 1 (satu) tahun.
3. Setiap Pegawai mendapatkan kesempatan pembelajaran minimal 40 jam
dalam 1 (satu) tahun.
4.Pembelajaran akan diberikan dalam
bentuk e-learning dan metode lain;
komposisi pembelajaran melalui elearning akan terus meningkat menjadi 45% pada tahun 2015
5.Tenaga kerja yang terlibat dalam
proses bisnis PT PLN (Persero) dapat diberi kesempatan untuk terlibat
dalam pembelajaran.
Project Academy Udiklat Bogor
Manajer Senior, Manajer Unit di lingkungan Pusdiklat sebagai Learning Partner Academy.
Oleh karena itu, First Meeting itu
langsung dipimpin oleh Rektor, yang
dalam hal ini dipimpin oleh Direktur
Utama PLN sebagai Head of Learning
Council. Demikian pula dengan kehadiran para Anggota Direksi PLN lainnya.
Kehadiran mereka tak sekedar sebagai
Anggota Direksi, melainkan juga sebagai Anggota Learning Council, yang
dalam Universitas kedudukannya itu setara dengan Dekan. Mereka inilah yang
akan memimpin Akademi-Akademi yang
akan dikembangkan di PLN Pusdiklat
setelah CorpU.
Seperti telah diulas pada e-Magz
edisi Januari 2013, diimplementasikan
PLN CorpU, pembelajaran yang tadinya
dilakukan oleh PLN Pusdiklat kini beralih
menjadi dipimpin langsung oleh Direksi
dan Manajemen Atas. Maka kehadiran
LC dan LSC di acara First Meeting itu
16 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
adalah untuk mensetup pembelajaran
serta sejumlah agenda lain, yang seluruhnya diorientasikan dengan arah
pembentukan PLN Pusdiklat sebagai
learning organization.
Khusus terkait dengan program
pembelajaran, usai kebijakan pembelajaran secara global itu terumuskan
berdasarkan hasil pemaparan masingmasing LC Akademi, tugas selanjutnya
masing-masing akademi yang akan
dipimpin langsung oleh LC berserta
LSC, CLO dan Learning Partner untuk
mensetup pembelajaran. Mereka ini
yang nantinya, antara lain merencanakan kebutuhan pembelajaran secara lebih spesifik disesuaikan dengan
proses bisnis masing-masing akademi
dan perkembangan terkini, serta
mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran jangka pendek dan jangka
panjang. Baru pada tahap berikutnya
menjadi tugas CLO sebagai Organization Committee untuk menuangkan
dalam bentuk-bentuk materi pembelajaran (Lihat: Proses Bisnis Pembelajaran PLN CorpU).
Menuju Kuliah Perdana
Usai First Meeting, saat ini PLN Pusdiklat telah menyelenggarakan rapat
lanjutan di Jakarta beberapa waktu lalu.
Agendanya, untuk lebih mengkerucutkan program-program pembelajaran
spesifik yang harus dikembangkan oleh
masing-masing akademi. Dan sebagai
hasilnya, kini beberapa akademi di lingkungan PLN Pusdiklat telah menyelenggarakan Kuliah Perdananya.
Menurut Pamudji, dari tata cara
belajar mengajar seperti itu, maka terdapat hubungan yang jelas antara materi yang harus dipelajari dengan kompetensi yang harus diraih oleh setiap
pegawai yang diukur oleh suatu sistem
pengujian kompetensi yang dijalankan
oleh perusahaan.
Yang pasti, upaya PLN Pusdiklat
di dalam mengimplementasikan PLN
CorpU layak diapresiasi dan didukung
semua pihak. Tanpa itu, apa yang sejauh
ini telah diupayakan, hanya akan menjadi pekerjaan sia-sia. l
cakrawala
Proses Bisnis PLN Corporate University
PLN Corporate University Business Process
Pre Learning
Learning Delivery & Deployment


Post Learning





­€
‚ƒ
„
…
Learning Delivery & Deployment

Learning Quality Management System
M
ungkin ada yang bertanya,
apa yang berubah setelah
PLN Pusdiklat mengimplementasikan PLN Corporate
University (CorpU) sejak
dilaunching pada pertengahan November 2012 silam. Jawabnya, perubahan itu
pasti ada. Salah satu di antaranya, pada
proses binsis “pendidikan” dan “pelatihan”.
Tapi, pertama-tama, ada yang perlu
dipahami, untuk menyamakan persepsi.
Setelah CorpU, istilah “pendidikan” dan
“pelatihan” tidak lagi dipahami seperti
biasanya. Melainkan, telah disesuaikan
dengan semangat pengembangan PLN
CorpU. Yang cocok sebagai pengganti
kedua istilah itu adalah “pembelajaran”.
Mengapa? Karena semangat pembelajaran itulah yang memang akan dikembangkan, selain bahwa istilah pembelajaran memiliki makna yang lebih luas
dari sekedar pendidikan dan pelatihan.
Ada yang memahami, pengertian
“pembelajaran” identik dengan “pengajaran”. Guru mengajar agar peserta
didik dapat belajar dan menguasai isi
pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif),
dapat mempengaruhi perubahan sikap
(aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor). Namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai
pekerjaan, yaitu pekerjaan pengajar
saja.
Dalam CorpU, pembelajaran yang
diinginkan bukan itu. Sebab, pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara
pengajar dengan peserta didik. Pendidik
memberikan bantuan kepada peserta
didik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan. Atau, pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan
baik. Itulah pembelajaran dalam semangat CorpU.
Proses bisnis pembelajaran
Lantas, bagaimana proses bisnis
pembelajaran setelah PLN CorpU?
Dalam the White Book PLN Corporate
University, ada tiga tahap pembelajaran.
Terdiri dari Pre Learning, Learning Delivery dan Deployment serta Post Learning.
Tahapan Pre-Learning meliputi Business Concern, Learning Need Analysis
dan Learning Development. Business
Concern merupakan salah satu kegiatan
proses penyampaian inisiatif strategik
dari Direksi selaku Learning Council yang
perlu mendapatkan solusi melalui pembelajaran.
Berdasarkan Business Concern maka
dilakukanlah tahapan Learning Needs
Analysis untuk mendapatkan Learning
Focus, Learning Blue Print, dan Learning
Theme, Business and Performance Issues,
Learning Path dan Individual Learning
Plan. Dari Proses tersebut akan dihasilkan Learning Needs yang akan diapprove
oleh Learning Council.
Learning Focus adalah keseluruhan
kompetensi-kompetensi yang mengacu
pada Direktori Kompetensi PLN (tahun
berjalan) yang akan dituju atau menjadi ruang lingkup fokus pembelajaran
akademi terkait. Sedangkan Learning
Theme adalah tema pembelajaran yang
terdiri dari fokus kompetensi yang akan
dikembangkan pada suatu periode dan
tujuan atau hasil yang ingin dicapai selaras dengan performance yang diharapkan oleh Learning Council pada suatu
periode.
Atas Dasar Learning Needs Analysis
kemudian dilakukan proses Learning
Development. Kurikulum dan Silabus
harus mendapatkan approval dari Learning Steerig Committe (LSC). Sedangkan
untuk Modul dan Lesson Plannya di approval oleh Organizing Committe. Berdasarkan hasil Learning Development
dilanjutkan dengan proses Learning Delivery & Deployment.
Ciri khas Pembelajaran CorpU adalah
adanya Action Learning atau Project As-
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 17
cakrawala
­
„


ƒ
­ 
­€‚
 

signment untuk Peserta. Action Learning\Project Assignment ini merupakan
implementasi hasil pembelajaran dengan penugasan yang telah distandarisasi. Dengan demikian setelah peserta
Learning kembali ke unit asal, peserta
wajib melakukan sesuatu sesuai penugasan. Lingkup penugasan ini diseragamkan untuk semua peserta.
Sebagai Contoh di Distribution and
Commerce Academy, untuk judul pembelajaran Pengenalan Power Quality (untuk kendali mutu sistem tenaga listrik
dan keterkaitannya dengan penyusunan SPJBTL), maka action learning yang
ditugaskan adalah mengevaluasi dampak karakter beban terhadap kualitas
sistem tenaga listrik minimal 1 pelanggan, dilanjutkan dengan kunjungan ke
pelanggan menjelaskan mengenai hasil
penelitian, dan melakukan Community
Of Practice kepada bidang terkait.
Berikutnya, tahapan proses akhir
pembelajaran (Post Learning). Pada tahap ini, mengukur sejauhmana dampak
(impact) dari pembelajaran. Ada lima
level evaluasi yang digunakan.
Evaluasi Level 1:
Mengukur sejauhmana tingkat kepuasan peserta terhadap produk/layanan
yang diperoleh. Pengukuran melalui
kuesioner yang dilakukan secara online
oleh peserta setelah selesai mengikuti









pembelajaran. Yang dievaluasi antara
lain, sarana dan prasarana, pelayanan,
materi pembelajaran dan instruktur.
Evaluasi Level 2:
Mengukur tingkat pembelajaran
peserta terhadap pengetahuan yang
diperoleh. Pengukuran melalui pre-test
dan post-test yang dilakukan secara offline/online terhadap peserta setelah selesai mengikuti pembelajaran. Setelah
peserta kembali ke lingkungan kerja,
unit bisnis akan dikonfirmasi secara on-
18 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
line apakah terjadi peningkatan pengetahuannya setelah mengikuti pembelajaran. Contoh: 1. mampu melakukan
knowledge sharing dan menceritakan
secara jelas pengetahuan yang dipelajari; 2. membuat resume/ ikhtisar pembelajaran; 3. mampu memberikan usulanusulan untuk diterapkan di lingkungan
pekerjaan terkait dengan pengetahuan
yang dipelajari, dan sebagainya.
Evaluasi Level 3:
Mengukur tingkat perubahan perilaku peserta terhadap pengetahuan
yang diperoleh. Pengukuran dengan
wawancara/kuesioner yang dilakukan
secara offline/online terhadap unit bisnis
setelah 3 (tiga) bulan selesai mengkuti
pembelajaran. Unit bisnis akan dikonfirmasi secara offline/online apakah
terjadi perubahan perilaku/sikap/cara
bekerjanya setelah mengikuti pembelajaran. Contoh: 1. sekarang sudah bisa
mengoperasikan kompeter; 2. tingkat
kesalahan berkerjanya turun; 3. mampu bekerja mandiri (sebelumnya masih
dalam bimbingan); 4. mampu melakukan coaching/ mentoring/ counseling,
dan sebagainya.
Evaluasi Level 4:
Mengukur tingkat peningkatan kinerja unit bisnis setelah peserta mengikuti pembelajaran. Pengukuran dengan
wawancara/kuesioner yang dilakukan
secara offline/online terhadap unit bisnis
setelah 6 (enam) bulan selesai mengkuti
pembelajaran. Unit bisnis akan dikonfirmasi secara offline/online apakah terjadi
peningkatan kinerja unit bisnis setelah
peserta mengikuti pembelajaran. Contoh: 1. Target/KPI unit tecapai/melebihi
target; 2. Jumlah komplain pelanggan
menurun; 3. laba perusahaan meningkat, dan sebagainya.
Evaluasi Level 5:
Mengukur tingkat pengembalian investasi pembelajaran secara finansial.
Pengukuran dilakukan setelah 1 (satu)
tahun selesai mengkuti pembelajaran.
Contoh: perbandingan antara biaya
pembelajaran terhadap penjualan ketenagalistrikan dan Keterlibatan SDM
Pengelola Diklat dan Siswa dalam implementasi CorpU (Tema Pembelajaran). l
cakrawala
Kuliah Perdana PLN Corpu
KULIAH PERDANA. (Kiri) LC Transmission and Live
Maintenance Academy Ngurah Adyana saat memberikan
kuliah umum di Udiklat Semarang. (Kanan) LC Project
Academy Nasri Sebayang, saat memberikan Kuliah Umum
di Udiklat Bogor.
A
kademi, disinilah candradimukanya PLN CorpU, tempat digemblengnya segenap
insan PLN dan pihak-pihak
terkait yang membutuhkan
keahlian dari PLN, baik dari sisi pengetahuan maupun kompetensi keahlian. Ada
delapan akademi, yang pengembangannya telah disesuaikan dengan kebutuhan dan proses binis.
Sejak diimplementasikannya PLN
CorpU, dari delapan akademi, saat ini
tiga diantaranya telah menyelenggarakan Kuliah Perdana. Ketiga akademi itu
adalah Transmission and Live Maintenance (TLM) Academy Unit Pendidikan
dan Pelatihan (Udiklat) Semarang, Project Academy Udiklat Bogor dan Renewable Energy Academy Udiklat Makassar.
Dan dalam waktu dekat akan menyusul
Corporate Enabler Academy.
Di Kuliah Perdana, masing-masing
LC selaku Dekan di Akdemi tersebut,
selain membuka secara resmi perkuliahan perdana mereka juga memberikan
kuliah umum. Seperti di Transmission
and Live Maintenance (TLM) Academy
Udiklat Semarang, kuliah umum diberikan oleh LC TLM, Ngurah Adyana. Di
Project Academy Udiklat Bogor oleh LC
Project Academy Nasri Sebayang, sementara di Renewable Energy Academy
Udiklat Makassar kuliah umum diberikan oleh LC Renewable Energy Academy
Vickner Sinaga.
Perkuliahan di Project Academy diikuti
oleh 37 orang yang dibagi dalam dua
kelompok peserta. Kelompok peserta
pertama diikuti oleh 18 orang. Peserta,
umumnya para Manajer Unit Pelaksana
Konstruksi (UPK). Selama tiga hari, dari
28-31 Januari 2013, mereka memperoleh
materi pembelajaran tentang “Manajemen Konstruksi untuk Site Supervision”,
“Sertifikasi Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah (APBN)” dan “Manajemen
Konstruksi untuk Site Supervision”.
Kelompok peserta kedua, diikuti oleh
19 orang dan merupakan calon tim pengadaan barang dan jasa untuk pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan PT PLN (Persero). Selama tiga hari,
dari 28-31 Januari 2013, mereka memperoleh materi pembelajaran tentang
“Sertifikasi Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah (APBN)” dan satu harinya
lagi diisi untuk proses sertifikasi. Proses
pembelajaran dan sertifikasi dilakukan
secara langsung oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP).
Sementara Kuliah Perdana di Renewable Energy Udiklat Makassar diikuti oleh peserta bidang Pemeliharaan
dan Pengoperasian PLTS Paket-1 serta
peserta Executive Education IV Angkatan I/2013.
Menurut Nasri Sebayang, PLN CorpU
didesain sedemikian rupa untuk meningkatkan kompetensi pegawai baik soft
maupun hard kompetensi. Mulai dari
pegawai pada level bawah sampai dengan level atas, melalui delapan LC-nya.
“Dengan adanya Corporate University,
pegawai diharapkan akan memperoleh
pengakuan baik nasional maupun internasional. Khususnya pada Project Academy, day by day, time by time, kurikulum, silabus maupun materi-materinya
akan terus menerus diperbaiki,” kata
Sebayang.
Sementara itu, untuk memuluskan
usaha mencapai tujuan peningkatan
kinerja korporat, Direktur Operasi
Jawa Bali PLN yang juga sebagai LC
TLM Academy, Ngurah Adnyana,
menegaskan,
dalam
pelaksanaan
pembelajaran
haruslah
dilakukan
dengan nuansa gembira, semangat
dan antusias. Untuk itu, diperlukan
metode pembelajaran yang mampu
menciptakan suasana tersebut, seperti
metode Quantum Teaching. Dalam
proses pembelajaran, kata Adyana,
selain menekankan pada quantity dan
quality, TLM Academy juga menerapkan
sustainability, yang dimaksudkan agar
mutu pembelajaran tetap terjaga dan
terus meningkat.
Sedangkan Vickner Sinaga, yang sekaligus sebagai Direktur Operasi Indonesia
Timur berharap, agar Udiklat Makasar
sebagai Renewable Energy Academy
mampu menjadi pusat pembelajaran
yang dapat menjawab semua permasalahan dan perkembangan teknologi
yang berhubungan dengan energi
baru & terbarukan. Menurutnya, untuk
terus meningkatkan kapasitas suplai
dan cadangan energi listrik di kawasan
Timur saat ini PLN tengah gencar menggalakkan pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan berupaya meningkatkan cadangan pasokan
listrik menjadi 35 %. Kalau ini bisa diupayakan, katanya, diharapkan tidak ada
lagi daerah yang belum mendapat pasokan listrik di daerah atau pulau-pulau
terpencil. l
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 19
cakrawala
Kuliah Perdana: Tonggak Awal
Mewujudkan Cita-Cita
kuliah perdana bukan hanya pertanda implementasi pln corporate university mulai berjalan.
lebih dari itu, menyimpan harapan mewujudkan cita-cita dari implementasi corpu.
L
agi, dua Akademi menyelenggarakan Kuliah Perdana. Dua
Akademi itu adalah Corporate
Enabler Academy Udiklat Palembang, yang menyelenggarakan
Kuliah Perdana pada 28 Februari 2013,
dan Leadership Academy Udiklat Jakarta menyelenggarakan Kuliah Perdana
pada 3 Maret 2013. Sebelumnya, seperti
telah diulas pada e-Magz edisi Pebruari 2013, sudah tiga akademi yang menyelenggarakan Kuliah Perdana. Yaitu
Transmission and Live Line Maintenance
(TLM) Academy Unit Pendidikan dan
Pelatihan (Udiklat) Semarang pada 14
Januari 2013, Project Academy Udiklat
Bogor pada 28 Januari 2013 dan Renewable Energy Academy Udiklat Makassar
pada 13 Februari 2013.
Hingga kini, itu berarti sudah lima
Akademi yang menyelenggarakan
Kuliah Perdana. Yang segera menyusul
dalam waktu dekat ini adalah Primary
Energy and Power Generation Academy,
Corporate Culture Academy dan Distribution and Commerce Academy.
Seperti Kuliah Perdana sebelumnya,
Kuliah Perdana Corporate Enabler Academy Udiklat Palembang dan Leadership Academy Udiklat Jakarta dibuka
langsung oleh Learning Council (LC)
di ma-sing-masing Akademi tersebut,
dengan memberikan kuliah umum. Di
Corporate Enabler Academy Udiklat
Palembang, kuliah umum diberikan oleh
Moch. Harry Jaya Pahlawan sebagai LC
di Akademi ini. Sementara kuliah umum
di Leadership Academy Udiklat Jakarta
diberikan oleh LC Eddy D. Erningpraja.
Corporate Enabler Academy
Perkuliahan di Corporate Enabler
KULIAH UMUM. LC Corporate Enabler Academy Moch. Harry Jaya Pahlawan (berdiri) saat memberikan Kuliah Umum
pada Kuliah Perdana Corporate Enabler Academy di Udiklat Palembang
Academy (CEA) diikuti sekitar 80 peserta. Dari jumlah itu dibagi dalam lima
kelas. Mereka berasal dari berbagai
macam lingkup kerja dan jabatan. Ada
yang berasal dari bidang komunikasi,
hukum, dan sebagainya. Dengan peserta yang beragam, menurut Chief Learning Officer Suharto yang turut membuka
acara, lantaran CEA memang merupakan akademi memiliki cakupan yang
luas, lengkap dan kompleks.
Pada Kuliah Perdana di CEA, ada
yang istimewa. Akademi ini menghadirkan pembicara berkualitas dari Universitas Indonesia dan fasilitator dari India.
Untuk materi kuliahnya, terdapat lima
judul pembelajaran yang menjadi learning focus. Yaitu, materi mengenai komunikasi, hukum, audit, manajemen resiko
20 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
dan Penelitian dan Pengembangan.
Learning focus komunikasi mengambil judul pembelajaran mengenai komunikasi profesi untuk manajer dasar. Pada
kelas ini materi yang dibahas mengenai
manajemen komunikasi, media handling
dan manajemen krisis. Tim dari Puskakom Universitas Indonesia menjadi fasilitator yang dipilih untuk memberikan
materi yang berkualitas di kelas ini.
Untuk learning focus hukum memuat judul pembelajaran mengenai hukum korporasi. Untuk mengisi materi
ini, menghadirkan Pakar hukum Rex R.
Panambunan sebagai fasilitator, yang
diantaranya membahas mengenai beberapa ketentuan terkait hukum korporasi dan anggaran dasar PLN.
Pada learning focus audit, dimuat tema
cakrawala
pembelajaran mengenai Internal Control
untuk Executive. Fasilitator pada kelas
ini diisi oleh perwakilan dari Jagat Prima
Mandiri. Materi yang diberikan, mengenai peran dan tanggung jawab terkait pengendalian internal,
dan elemen-elemen
pengendalian internal.
Untuk Learning focus manajemen
resiko
mengambil tema pembahasan me-ngenai Fraud
Risk Management. Pada kelas
ini dibahas lebih lanjut mengenai
Fraud, pengenalan proses investigasi dan sharing session dari internal PLN. Fasilitatornya dipilih dari
Ernst & Young.
Sedangkan pada learning
focus penelitian dan pengembangan, tema yang diambil adalah mengenai “Peran LITBANG
dalam Peningkatan Value Perusahaan”. Kadiv RET, Dirjen HKI,
dan Pekik menjadi fasilitatornya dengan membahas mengenai pengelolaan HAKI, dan
kebijakan LITBANG di PLN.
Leadership Academy
Keistimewaan juga berlangsung
pada perkuliahan di Leadership Academy Udiklat Jakarta. Kuliah Perdana dilakukan melalui teleconference. Peserta
yang mengikuti perkuliahan di Akademi
ini memang tidak hanya di Udiklat Jakarta, melainkian juga di Udiklat Semarang,
Udiklat Bogor dan Udiklat Pandaan.
Selain itu, untuk di Udiklat Jakarta
persertanya tak hanya berasal dari PLN.
Tapi merupakan peserta gabungan dari
tiga perusahaan, yaitu GE (General Electric), Garuda Indonesia dan PLN. Mereka adalah perserta Pembelajaran Executive Education (EE) I yang berjumlah 36
orang. Penggabungan ketiga peserta
yang berasal dari tiga perusahaan itu
bertujuan untuk memberi warna baru
pada kelas Executive Education yang selama ini dilaksanakan di PLN.
Sementara untuk keseluruhan peserta yang mengikuti perkuliahan di
Pembelajaran ini, terdiri atas Pembelajaran Executive Education (EE) I, II dan
Pembelajaran Supervisory Education II.
Mereka umumnya para pimpinan level
menengah atas di PLN maupun di anak
perusahaan PLN, seperti di Indonesia
Power, ICON+, Pembangkitan Jawa Bali
dan sebagainya.
Kegiatan perkuliahan Corporate Enabler Academy
di Udiklat Palembang
Eddy D. Erningpraja menyatakan,
pembelajaran ini merupakan langkah
baru pelatihan kepemimpinan yang terdapat di PLN seiring dengan dicanangkannya pendekatan Corporate University. Untuk itu perlu
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 21
cakrawala
Kegiatan perkuliahan Leadership Academy di Udiklat Jakarta
Eddy berpesan, agar pemimpin tersebut
dapat menjadi komunikator program
korporasi ke jenjang yang paling bawah
dan menjadi komunikator masalah operasional ke jenjang yang paling atas. Sedangkan kepada Manajer Atas Eddy berharap para pemimpin tersebut dapat
menciptakan iklim yang dapat memacu
insan PLN agar tidak “berjalan di tempat”.
“
Kuliah Perdana,
sebagai tonggak awal
terselenggaranya
perkuliahan berbasis
CorpU
“
dilakukan reformasi berbagai pelatihan
dan pendidikannya dari yang sudah berjalan selama ini.
Perlunya reformasi, kata Eddy, juga
mengingat PLN merupakan perusahaan
dengan aset terbesar di Indonesia dengan jumlah pelanggan terbesar di dunia. Oleh karena itu, melalui pembelajaran berbasis CorpU, dari Pembelajaran
ini bisa melahirkan pemimpin-pemimpin
PLN yang benar-benar mampu berpikir
“out of the box” dan tidak hanya terbatas pada pemikiran korporasi namun
berwawasan luas dalam arti yang sebenarnya.
Kepada peserta Pembelajaran Supervisory level 2 angkatan pertama yang sedang berlangsung di Udiklat Semarang
dan merupakan Pembelajaran Supervisory pertama yang diselenggarakan di
PLN, Eddy menyatakan, Pembelajaran
Supervisory adalah suatu pembelajaran
yang ditujukan untuk membentuk insan
PLN dengan kemampuan memimpin di
lingkungannya untuk bisa mengeksekusi pekerjaan-pekerjaan dengan basis
SOP dan kepatuhan kerja yang ada.
Harapan serupa juga disampaikan
kepada para pimpinan peserta Pembelajaran yang berada di atas Supervisory.
Seperti kepada Manajer Menengah,
Tonggak Awal
Bagi PLN Pusdiklat, dengan terselenggaranya Kuliah Perdana, tentu
menjadi sesuatu yang sangat istimewa.
Sebab, terselenggaranya Kuliah Perdana, bukan saja menunjukkan adanya
tanda-tanda bahwa implementasi PLN
Corporate University mulai memperli-
22 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
hatkan wujudnya. Lebih dari itu, juga
sebagai tonggak awal terselenggaranya
perkuliahan berbasis CorpU.
Dengan begitu, kini PLN bisa berharap banyak. Seperti yang dicita-citakan dengan diimplementasikan PLN
CorpU, dari perkuliahan semacam inilah,
bakal lahir pegawai-pegawai yang tidak
saja meningkat kemampuan kompetensinya, melainkan juga pegawai-pegawai
yang mampu bekerja sesuai dengan
arah kebijakan perusahaan. Dari pegawai-pegawai semacam inilah yang bisa
diharapkan dapat berkontribusi pada
peningkatan kinerja korporat secara
berkelanjutan, kini dan di masa mendatang. l
cakrawala
Implementasi CorpU :
Memperkuat Leadership dan
Profesionalisme Pegawai
hingga kini sudah lima akademi yang
menyelenggarakan kuliah perdana.
M
enjadi keyakinan tersendiri bagi
saya untuk dapat mewujudkan
corporate university secara penuh
dalam waktu yang singkat”. Kalimat itu merupakan pernyataan
Direktur Utama PLN Nur Pamudji yang pernah dikemukakan pada acara launching implementasi PLN Corporate University (PLN CorpU) 14 November 2012 lalu.
Pernyataannya itu kini terbukti. Hanya dalam jangka sebulan, sejak launching, salah satu Akademi di lingkungan PLN
Pusdiklat menyelenggarakan Kuliah Perdana, sebagai tanda
diresmikannya perkuliahan berbasis Corporate University
(CorpU). Lalu, dilanjutkan dengan akademi-akademi lainnya.
Hingga sekarang, dari delapan Akademi, lima diantaranya telah menyelenggarakan Kuliah Perdana.
Keyakinan Nur Pamudji itu, tentu ada dasarnya. Ia melihat
PLN sudah memiliki modal cukup untuk mengimplementasikan PLN CorpU, baik secara kelembagaan maupun sumberdaya manusianya. Dari sisi kelembagaan, pengelolaan pembelajaran di PLN Pusdiklat yang ada saat ini sudah jauh berbeda
dengan yang dulu. Organisasi pembelajarannya sudah sangat
tertata, sangat maju, dan sudah didukung oleh sistem informasi yang modern.
Dari sisi sumberdaya manusia, PLN Pusdiklat juga memiliki
tenaga pengelola yang mumpuni. Maklumlah, dunia pendidikan bukan hal yang asing buat Pusdiklat. Begitu pula dengan
tenaga pengajar atau instruktur. Pusdiklat memiliki tenaga instruktur yang handal. Mereka adalah para pemimpin-pemimin
PLN, seperti para Direksi, para Kadiv dan seterusnya. Mereka
inilah yang bisa sangat diandalkan menjadi fasilitator atau instruktur. Mereka disebut dengan leaders as teacher. Merekamereka itulah, orang-orang yang punya pengalaman dan kompetensi yang luar biasa. Melalui CorpU, mereka menularkan
pengalaman dan kompetensinya kepada generasi berikutnya.
Dengan segala keunggulan yang dimiliki, maka langkah
PLN Pusdiklat menuju menjadi learning organization tinggal
beberapa tahap lagi. Kalau saja seluruh akademi telah menyelenggarakan kuliah perdana, maka pada titik itulah secara ril,
PLN Pusdiklat telah menjadi learning organization. Sebab dengan begitu, seluruh kurikulum, silabus maupun materi yang
dibutuhkan untuk sebuah pembelajaran berbasis CorpU sudah terpenuhi. Barangkali yang masih harus diupayakan lebih
pada melengkapi fasilitas laboratorium. Untuk
memenuhi kebutuhan itu, PLN Pusdiklat berencana akan memenuhinya secara bertahap.
Beberapa Keunggulan
Yang pasti, banyak nilai tambah dengan PLN Pusdiklat bertransformasi menjadi learning organization.
Menurut Kapusdiklat Suharto, dengan menjadi corporate
university, kerjasama Pusdiklat dengan universitas atau perguruan tinggi terkenal yang punya kualifikasi baik dan excellence
menjadi setara, karena kerjasamanya jadi sesama universitas.
Dengan begitu, sertifikat-sertifikat yang dikeluarkan oleh Pusdiklat sebagian bisa diakui sebagai SKS-nya perguruan tinggi.
“
Pembelajaran yang berlangsung
di PLN, untuk memperkuat
kemampuan leadership dan
profesionalisme pegawai
“
“
Nilai tambah lainnya, Pusdiklat menjadi terbuka untuk pihak luar yang ingin memperoleh pendidikan di sini. Memang,
fokus utama CorpU untuk SDM PLN. Tapi dengan kedudukan
yang telah sejajar dengan universitas lain, tidak menutup kemungkinan Pusdiklat memberi pembelajaran pada mitra-mitranya.
Yang tak kalah pentingnya juga, melalui CorpU, PLN memberi kesempatan pada pegawainya untuk berkiprah di luar.
Misalnya, jika ada perusahaan atau BUMN lain yang ingin membajak pegawai PLN sebagai salah satu pimpinan di sana, maka
PLN akan mengijinkan. Peluang itu memang dibuka lebar.
Melalui CorpU, pembelajaran yang berlangsung di PLN,
memang untuk memperkuat kemampuan leadership dan profesionalisme pegawai. Hanya dengan begitu, orang-orang
PLN menjadi memiliki nilai tawar yang kuat di luar. “Dengan
banyaknya orang yang berkiprah di institusi lain akan memberi
nilai tambah buat PLN, karena dinilai bagus kinerjanya dan
produktif. Ini membuat PLN menjadi bangga dan mengangkat
citra PLN,” kata Suharto. l
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 23
cakrawala
PERFORM, Karakternya Insan PLN CorpU
Untuk menggapai tujuannya, PLN Pusdiklat membutuhkan nilai-nilai, sebagai sumber
orientasi dalam kiprahnya. Nilai-nilainya itu dirumuskan dalam wujud Perform
hidup manusia berada dalam
ketidakpastian. Ia akan mudah terombang ambing. Sebaliknya, dengan memiliki
nilai, arah yang hendak dicapai manusia menjadi jelas.
Ia menjadi tahu, ke arah mana
harus melangkah.
Begitu pula dengan PLN Pusdiklat. Sejak mengimplementasikan CorpU, lembaga ini tidak lagi seperti dulu.
Kelak lembaga ini akan berkembang
menjadi lembaga pembelajaran (learn-
“
PERFORM adalah
rohnya PLN
Pusdiklat setelah
mengimplementasikan
CorpU, sekaligus
sebagai karakternya
Insan PLN CorpU.
PERFORM: Sumber nilai
Namun demikian, yang perlu dipahami adalah, roh yang terdapat dalam
PERFORM sesungguhnya berupa nilainilai (value). Manusia hidup membutuhkan nilai-nilai, sebagai sumber orientasi dalam bersikap dan bertindak. Akan
tetapi, dalam hidup ini terdapat banyak
nilai. Oleh karena itu, manusia harus
memilih dan meyakini ketika telah menemukan sumber nilai yang dibutuhkannya. Tanpa memilih dan meyakininya,
24 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
“
P
ERFORM singkatan dari Simple
– Inspiring –
Performing –
Phenomenal.
Kalimat itu, dengan sedikit
penjelasan di dalamnya, yang
dituangkan dalam backdrop,
sering kita jumpai seperti di ruang
tunggu tamu Kantor PLN Pusdiklat, mulai dari lantai satu hingga lantai empat.
Juga di Unit-Unit Pusdiklat seperti di
Udiklat Jakarta, Bogor, Palembang dan
sebagainya.
Lalu, apa maknanya bagi Pegawai?
Apa pentingnya kita mengenal dengan
lebih baik nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya?
Kepala Pusdiklat Suharto mengatakan, PERFORM adalah rohnya PLN Pusdiklat setelah mengimplementasikan
Corporate University (CorpU). Sebagai
roh, disitulah letak pusat kehidupan
PLN CorpU, dan kelak menjadi karakternya insan PLN CorpU. Bayangkan
jika manusia tanpa roh. Jasad manusia
menjadi tidak bernilai apa-apa. Begitu
pula dengan CorpU, membutuhkan
roh. Dengan memiliki roh, niscaya akan
memberikan daya hidup bagi perjalanan implementasi CorpU di tubuh PLN
Pusdiklat.
ing organization) modern, setara dengan universitas besar tingkat dunia. Itu
dimungkinkan, lantaran metode CorpU
adalah metode yang telah digunakan
oleh lembaga-lembaga pembelajaran
dalam perusahaan besar tingkat dunia.
Dalam upaya menggapai tujuannya,
itulah sebabnya PLN Pusdiklat membutuhkan nilai-nilai, sebagai sumber orientasi dalam kiprahnya. Nilai-nilainya
itu oleh Manajemen Pusdiklat dirumuskan dalam wujud PERFORM. Nilai-nilai
inilah nantinya yang akan mengikat
seluruh pegawai sebagai acuan dalam
tindakannya (bekerja) untuk menggapai tujuan yang hendak dicapai PLN Pusdiklat. Itulah sebabnya, pentingnya seluruh pegawai memahami dengan baik
nilai-nilai atau makna yang terkandung
dalam PERFORM.
Sebetulnya, PERFORM yang kita
kenal sekarang merupakan pengembangan dari SIPP-nya PLN: Saling Percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar.
Setelah PLN Pusdiklat mengimplementasikan PLN Corpu, SIPP itu dikembangkan menjadi: Simple – Inspiring – Performing – Phenomenal atau dikenal
dengan sebutan PERFORM. Perubahan
cakrawala
itu, bagian dari upaya Manajemen Pusdiklat dalam memberikan roh terhadap
perjalanan implementasi Corpu di PLN
Pusdiklat.
Maknanya bagi pegawai
Lalu, apa isi pesan dari PERFORM
dan apa maknanya bagi pegawai? Pertama, Simple (sederhana). Semangat
dari nilai ini adalah pegawai yang bekerja di PLN Pusdiklat dapat memberikan
solusi pembelajaran secara cepat dan
tepat sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Dengan kata lain, proses pembelajarannya berlangsung sederhana,
cepat, tepat sesuai yang diminta dengan pelanggan. “Jadi kita tidak berteletele. Apa yang menjadi kebutuhannya
pelanggan, itu yang kita berikan,” kata
Suharto.
Contohnya, kebutuhan pembelajaran dalam rangka peningkatan pengetahuan (knowledge) disampaikan dengan
metode e-learning. Metode ini bisa dibilang praktis dan sederhana. Karena dengan menggunakan metode ini, orang
bisa belajar dimana saja dan kapan saja,
tanpa harus terikat dengan waktu. Sedangkan untuk kebutuhan peningkatan keterampilan (skills) disampaikan
dengan praktek dan penugasan (teori
minim/self learning).
Kedua, Inspiring (menginspirasi).
Maksudnya adalah dari pembelajaran
yang diberikan Pusdiklat, dapat menginspirasi dan menggugah peserta Diklat
sehingga yakin dan mau untuk melak-
sanakan ide-ide baru untuk penyempurnaan di lingkungan kerjanya. Atau,
mereka terinspirasi untuk melakukan
sesuatu yang lebih baik dibandingkan
sebelum mengikuti diklat. Contohnya,
pasca pembelajaran, peserta memiliki banyak ide-ide aplikatif dan dapat
diterima oleh manajemen/lingkungan
kerja untuk dapat dilaksanakan. Ide
tersebut dapat juga dituangkan dalam
bentuk Karya Inovasi dengan tujuan untuk membuat sistem menjadi lebih baik,
lebih sistematis, lebih efektif dan lebih
efisien.
Ketiga, Performing (bertindak dan
berkinerja). Seseorang atau pegawai
yang mengikuti pembelajaran, harapannya dia ikut tidak hanya sekedar ikut,
tidak sekedar semakin pintar. Tetapi kepintaran atau keterampilan yang diperoleh, betul-betul diterapkan di lingkungan kerjanya. Dengan diterapkan, maka
dengan sendirinya performa orang
tersebut akan semakin bagus. Jadi melalui pembelajaran yang diperoleh di Pusdiklat dapat meningkatkan performance
seseorang, sehingga dapat bertindak
secara profesional untuk menghasilkan
kinerja unggul dan berkelanjutan. Contohnya, dalam melaksanakan pekerjaan
secara profesional, certified pada bidangnya, dan mampu meningkatkan kinerja
unit bisnisnya serta memberikan added
value bagi korporasi.
Keempat, Phenomenal (luar biasa
dan membatin). Semangat dari nilai ini
adalah membuat mereka yang mengi-
kuti pembelajaran di Pusdiklat memiliki
kesan yang mendalam dan membatin (unity of spirit). Boleh jadi, mereka
terkesan, lantaran instruktur yang mengajarnya kompeten, materinya bagusbagus, serta infrastruktur atau peralatannya modern.
Dari mereka yang terkesan ini, kita
bisa berharap mereka akan menceritakan pengalaman pembelajarannnya
kepada orang lain. Atau paling tidak, kepada mereka yang memiliki kesan mendalam itu akan menumbuhkan hasrat
yang tinggi untuk mengikuti pendidikan
kembali di Pusdiklat.
Begitulah. Yang pasti, PERFORM
yang berada di ruang-ruang tunggu
tamu tadi, bukan barang pajangan. Atau
sekedar gagah-gagahan, untuk mensimbolkan bahwa PLN Pusdiklat adalah
lembaga pendidikan modern. Dengan
diletakan di ruang terbuka, tempat lalulalangnya pegawai, dimaksudkan agar
para pegawai membaca dan membaca.
Dengan terus membaca, diharapkan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
bisa membatin dan melekat kuat dalam
kesadaran diri setiap pegawai, sehingga
berpengaruh sebagai acuan tindakannya dalam bekerja. Dan mengingat
pentingnya nilai-nilai ini menjadi bagian
dari pandangan hidup sebagai pegawai
PLN dalam bekerja, maka dari itu MS
SDM PLN Pusdiklat, Dedi Ruspendi, tak
bosan-bosannya mensosialisasikan nilainilai tersebut, termasuk melalui email
yang diterima pegawai. l
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 25
cakrawala
Struktur Organisasi Baru
PLN Pusdiklat
Struktur organisasi baru PLN Pusdiklat telah terbentuk. Melengkapi upaya PLN Pusdiklat
bertransformasi menjadi organisasi pembelajaran.
J
um’at 22 Maret 2013, menjadi
hari Jumat yang tak biasa.
Seringnya, hanya beberapa
orang manajemen dan pegawai yang mengikuti acara senam pagi yang rutin dilakukan di PLN
Pusdiklat. Tapi pada Jumat kali ini, seluruh manajemen dan pegawai hadir
semua. Memang pada Jumat itu manajemen ada hajat besar, ingin mensosialisasikan struktur organisasi baru PLN
Pusdiklat yang dituangkan dalam Surat
Keputusan (SK) Direksi PLN bernomor
139.K/DIR/2013. Acara Sosialisasi, berlangsung usai senam pagi bersama,
yang mengambil tempat di Gedung Serba Guna PLN Pusdiklat.
Dalam sosialisasinya, KPusdiklat
sekaligus sebagai Chief Learning Officer
Suharto menyatakan, perubahan struktur organisasi Pusdiklat menjadi hal
yang mutlak. “Ini harus dilakukan untuk
menunjang perubahan korporat, sehu-
bungan dengan telah bertransformasinya PLN Pusdiklat menjadi organisasi
pembelajaran,” kata Suharto.
Seperti diketahui, pada pertengahan
November 2012 lalu, PLN Pusdiklat telah
melaunching implementasi metode PLN
Corporate University (PLN CorpU). Sejak itu, Unit Usaha PLN yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan pelatihan
ini sesungguhnya ingin bertransformasi
menjadi organisasi pembelajaran. Dari
organisasi pembelajaran semacam ini,
PLN bisa berharap bakal lahir pegawaipegawai yang kompeten yang dalam
bekerjanya sangat menunjang pengembangan kinerja korporat.
Bertahap
Untuk mewujudkan cita-cita itu, tentu saja, berbagai langkah pembenahan
mesti dilakukan, baik secara konsepsional maupun organisasi. Beberapa di
antaranya, PLN Pusdiklat melalui Tim
26 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
CorpU-nya telah
menerbitkan
sejumlah buku,
seperti blue book
dan white book,
yang menjadi panduan bagi lembaga
ini di dalam bertransformasi menjadi organisasi pembelajaran.
Saat ini, tahap demi tahap beberapa
Akademi di lingkungan PLN Pusdiklat
pun juga sudah menyelenggarakan Kuliah Perdana. Dari delapan Akademi yang
ingin dicapai, tujuh di antaranya telah
menyelenggarakan Kuliah Perdana.
Jika seluruh Akademi kelak sudah menyelenggarakan Kuliah Perdana, maka
upaya PLN Pusdiklat bertransformasi
menjadi organisasi pembelajaran terwujud sudah.
Dikatakan terwujud, sebab sebuah
Akademi yang telah menyelenggarakan
Kuliah Perdana menjadi indikator bagi
cakrawala
Struktur Organisasi Baru PLN Pusdiklat (Corporate University)
Akademi yang bersangkutan bahwa ia
telah mampu menyelenggarakan pembelajaran berbasis CorpU. Kemampuan
itu tercermin, mulai dari kesiapan silabus, materi pembelajaran hingga kesiapan instruktur atau pun tenaga pengajarnya.
Tentang hasil, memang saat ini belum kelihatan. Tapi setidaknya-tidaknya,
apa yang kini tengah diupayakan PLN
Pusdiklat dalam mewujudkan dirinya
menjadi organisasi pembelajaran telah
berjalan pada koridor yang tepat.
Struktur Baru
Sejalan dengan telah terjadinya perubahan sebagai konsekuensi PLN Pusdiklat menerapkan metodologi CorpU,
maka untuk menopangnya PLN pun
memandang perlu melakukan perubahan struktur organisasi PLN Pusdiklat
sebagai langkah penyempurnaan. Seperti dijelaskan dalam SK Direksi tentang
Formasi Jabatan Organisasi PLN Pusdiklat, dilakukannnya perubahan struktur organisasi lama kepada yang baru,
dimaksudkan dalam upaya menata Unit
Induk PT PLN Pusdiklat serta dalam
upaya mendukung kegiatan pembelajaran bagi korporat. Selain itu, penyempurnaan formasi jabatan dalam struktur
baru organisasi Pusdiklat dimaksudkan
untuk memperjelas peran dan akuntabilitas jabatan guna menunjang kelancaran pelaksanaan pembelajarannya.
Berdasarkan SK Direksi, yang kini
lebih mencerminkan Pusdiklat sebagai
organisasi pembelajaran, pada struktur
organisasi yang baru, Bidang Keuangan dan SDM digabung menjadi Bidang
Keuangan, SDM dan Administrasi. Lalu,
bidang pengembang diklat seperti Bi-
dang PDF (Pengembangan Diklat Profesi), PDPP (Pengembangan Diklat Prajabatan, Penunjang, dan Purnabakti) dan
PDJ (Pengembangan Diklat Penunjang)
sudah tidak ada lagi. Sebagai gantinya,
muncul Bidang Pengembangan, Inovasi dan Kemitraan. Semenatara Bidang
Pembelajaran Teknik dan Bidang Pembelajaran Non Teknik, sama sekali baru.
Sedangkan yang tetap adalah Bidang
Perencanaan dan Teknologi Informasi.
Kini, telah berlakunya struktur organisasi baru, semakin lengkap saja
sudah di dalam upaya PLN Pusdiklat
bertransformasi menjadi organisasi
pembelajaran. Harapanya, tentu saja,
dengan struktur organisasi baru ini
mampu menjawab tantangan ke depan yang akan dihadapi Pusdiklat
dalam memenuhi ekspektasi perusahaan, pegawai dan stakeholders. l
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 27
cakrawala
Organisasi Baru, Menjawab Ke
PLN menyempurnakan organisasi Unit Induknya yang bergerak dalam bidang pembelajaran. Upaya ini dilakukan
untuk mempercepat mewujudkan dirinya menjadi organisasi pembelajar.
“
28 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
Penataan formasi
Jabatan Organisasi
PLN Pusdiklat,
dimaksudkan sebagai
upaya penyempurnaan
formasi jabatan
organisasi Pusdiklat,
sekaligus untuk
memperjelas peran
dan akuntabilitas
jabatan guna
menunjang kelancaran
pelaksanaan
pembelajarannya.
“
M
utasi jabatan adalah peristiwa biasa. Tapi, merombak formasi jabatan organisasi adalah sesuatu
yang beda. Inilah yang
terjadi pada selasa 14 Mei 2013, di lantai
II Kantor PLN Pusdiklat. Pada hari itu,
PLN mengukuhkan perubahan formasi
jabatan pada organisasi Unit Induknya
yang bergerak dalam bidang pembelajaran. Pengukuhan itu ditandai dengan
dilantiknya wajah-wajah lama dan baru
untuk mengisi perubahan formasi jabatan organisasi PLN Pusdiklat melalui
sebuah acara Serah Terima Jabatan.
Mereka yang dikukuhkan itu adalah
Dedi Ruspendi mengisi jabatan Manajer
Senior (MS) Bidang Keuangan, SDM dan
Administrasi, A Kristianto mengisi jabatan sebagai MS Bidang Perencanaan
dan Teknologi Informasi, Ermawan Arief Budiman mengisi jabatan MS Bidang
Pengembangan, Inovasi dan Kemitraan,
Toto mengisi jabatan MS Bidang Pembelajaran Teknik dan Hadi Supriyanto mengisi jabatan MS Bidang Pembelajaran
Non Teknik.
Sebelumnya, seperti diketahui, PLN
telah menata ulang organisasi PLN Pusdiklat. Langkah itu dilakukan, seperti
dijelaskan dalam SK Direksi PLN bernomor 139.K/DIR/2013 tentang Formasi Jabatan Organisasi PLN Pusdiklat, dimaksudkan sebagai upaya penyempurnaan
formasi jabatan organisasi Pusdiklat,
sekaligus untuk memperjelas peran dan
akuntabilitas jabatan guna menunjang
kelancaran pelaksanaan pembelajarannya.
Dengan dilakukannya penataan itu,
kini organisasi PLN Pusdiklat tampak
lebih ramping. Formasi jabatan yang tadinya ada enam bidang sekarang menjadi lima. Ini lantaran, Bi-dang Administrasi dan SDM yang tadinya terpisah
dengan Bidang Keuangan digabung
cakrawala
memang merupakan suatu keharusan
karena dengan implementasi Corporate
University, terjadi perubahan strategi
dan proses bisnis di Pusdiklat. Dan organisasi yang dibentuk saat ini benarbenar mengikuti strategi Corpu dan perubahan proses bisnis yang ada.
Untuk mentransformasikan PLN
Pusdiklat menjadi organisasi pembelajar seperti yang disyaratkan CorpU, tak
butuhan Baru
menjadi Bidang Keuangan, SDM dan
Administrasi. Lalu, Bidang Pengembangan Diklat seperti Bidang PDF (Pengembangan Diklat Profesi), PDPP (Pengembangan Diklat Prajabatan, Penunjang,
dan Purnabakti) dan PDJ (Pengembangan Diklat Penunjang) sudah tidak ada
lagi. Sebagai gantinya, muncul Bidang
Pengembangan, Inovasi dan Kemitraan.
Sementara Bidang Pembelajaran Teknik
dan Bidang Pembelajaran Non Teknik,
sama sekali baru. Sedangkan yang
tetap adalah Bidang Perencanaan dan
Teknologi Informasi.
Perubahan Organisasi
Perubahan organisasi
Pusdiklat
tensi, dan menumbuhkan budaya berkinerja tinggi.
Lebih dari itu, yang pasti menurut
Suharto, organisasi yang baru dibutuhkan untuk menjawab kebutuhankebutuhan baru dalam mempercepat
PLN Pusdiklat mentransformasikan
dirinya menjadi organisasi pembelajar. Seperti adanya Bidang Pengembangan, Inovasi dan Kemitraan dalam
Serah Terima Jabatan. (Dari Kiri ke Kanan) Kristianto (MS Bidang
RTI), Dedi Ruspendi (MS Bidang KIA), Toto (MS Bidang Pembelajaran
Teknik), Hadi Supriyanto (MS Bidang Pembelajaran Non Teknik) dan
Ermawan Arief Budiman (MS Bidang PIK) saat menerima ucapan
selamat dari KPusdiklat Suharto (Tengah) pada acara Serah Terima
Jabatan pada 14 Mei 2013 di Kantor Induk Pusdiklat Jakarta.
cukup hanya memiliki Akademi. Menurut KPusdiklat Suharto, banyak hal yang
masih harus dilakukan untuk mempercepat mewujudkan cita-cita CorpU.
Dalam konteks itu, maka salah satu
langkah perubahan yang mesti dilakukan PLN adalah dengan menyempurnakan formasi jabatan organisasinya.
Setidaknya, langkah penyempurnaan
itu menunjukkan bahwa kalangan Direksi PLN memang sangat meyakini, implementasi CorpU sebagai engine dinilai
mampu mentransformasikan strategi
bisnis ke dalam program-program pembelajaran serta fungsi assessmen yang
diharapkan bisa meningkatkan kualitas
kepemimpinan, meningkatkan kompe-
organisasi PLN Pusdiklat, bidang
ini dibentuk antara lain untuk menjawab kebutuhan dalam upaya PLN
Pusdiklat menjalin kemitraan dengan
perguruan tinggi lain. Dengan terjalinnya kemitraan, dimaksudkan agar ada
pengakuan program pembelajaran
seperti yang dituntut CorpU.
Dan dalam kenyataannya, ke depan
tantangan PLN Pusdiklat juga akan semakin berat. Oleh karena itu dengan organisasi baru, kata Suharto, harapanya
PLN Pusdiklat akan mampu menjawab
tantangan ke depan yang akan dihadapinya itu, sehingga dapat memenuhi
ekspektasi Perusahaan, Pegawai dan
Stakeholder. l
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 29
cakrawala
Jalan Panjang Menuju
Organisasi Pembelajaran
Ada 10 kriteria yang harus dipenuhi untuk implementasi PLN Corporate University
sebagai bagian dari upaya mewujudkan organisasi pembelajar di PLN.
T
ahap pertama telah dilalui.
Tahapan ini merupakan tahapan persiapan (preparation)
dimana prosesnya berlangsung sekitar enam bulan. Dan
puncaknya, ditandai dengan dilaunchingnya PLN Corporate University (PLN
CorpU) pada pertengahan November
2012 lalu. Pada tahap pertama ini PLN
Pusdiklat melalui Tim CorpU-nya, telah
berhasil merumuskan sejumlah pedoman dan Brand Image PLN CorpU. Di
antaranya, seperti White book PLN Corporate University dan Blue Book untuk
masing-masing Akademi. Kedua buku
itu merupakan konsep awal yang menjadi acuan pembelajaran pada masingmasing akademi sesuai dengan kebutuhan korporat.
Tahap Implementasi
Tahap berikutnya, tahap implementasi. Tahap inilah yang kini tengah
dijalankan PLN Pusdiklat. Di tahap ini,
perlahan tapi pasti, berbagai perubahan
pun mulai terjadi. Dalam bidang pembelajaran, Direksi PLN kini demikian aktif
mewarnai program-program pembelajaran yang berlangsung di PLN Corpu.
Bersama dengan manajemen di level
menengah, seperti Kadiv, Sekper dan
sebagainya selaku Learning Steering
Committe, beliau menentukan desain
pembelajaran. Mulai dari kurikulum, silabus, program pembelajaran hingga hasil
yang mau dicapai.
Pada tahap implementasi, penyempurnaan proses bisnis mulai kelihatan
hasilnya. Yang mencolok, dalam tempo
enam bulan pasca launching, PLN Pus-
Suasana pembelajaran di salah satu Akademi PLN CorpU, tampak Learning Council I Ngurah Adyana tengah memberi materi
pembelajaran.
diklat berhasil mentransformasi seluruh
Unit Pendidikan dan Pelatihan (Udiklat)nya menjadi Academy dan Learning Unit.
Delapan di antaranya bertransformasi
menjadi Akademi, sementara yang lainnya bertransformasi menjadi Learning
Unit. Kedelapan akademi itu adalah
Transmission and Live Maintenance Academy, Project Academy, Renewable Energy
Academy, Corporate Enabler Academy,
Leadership Academy, Corporate Culture
Academy, Primary Energy and Power Generation Academy, dan Distribution and
Commerce Academy.
Perubahan menjadi Akademi itu, ditandai dengan diselenggarakannya Kuliah Perdana dimana seluruh Direksi PLN
selaku Learning Council, terlibat lang-
30 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
sung dalam peresmian akademi-akademi tersebut dengan memberikan Kuliah
Umum. Yang pasti, proses pembelajaran yang dibangun di lembaga pembelajaran itu tidak seperti yang dulu lagi,
paradigmanya telah berubah. Dari pembelajaran yang berlangsung, orientasinya tak lagi sekedar untuk meningkatkan kompetensi. Melainkan juga, untuk
meningkatkan kualitas kepemimpinan
pegawai dan menumbuhkan budaya
berkinerja tinggi.
Kendati begitu, “Perjalanan masih
panjang,” kata KPusdiklat Suharto, kepada e-Magz di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu. Memang, dengan telah
memiliki sejumlah akademi sebagai
pusat-pusat pembelajaran, PLN Pus-
cakrawala
diklat bisa menaruh harapan besar. Sebab dari sinilah bisa dilahirkan pegawaipegawai dengan kualifikasi seperti yang
diharapkan. Akan tetapi dengan bertransformasi dari Udiklat menjadi Akademi, bukan berarti tugas sudah selesai.
Menurut Suharto, PLN Pusdiklat justru
baru memasuki satu tahap dan merupakan langkah awal untuk mewujudkan
cita-cita PLN CorpU yang sesungguhnya.
Dengan demikian, kata Suharto, masih
banyak yang harus dilakukan. Termasuk,
keharusan melakukan perubahan pada
struktur organisasi PLN Pusdiklat.
Dalam bidang pembelajaran misalnya, yang masih harus dilakukan, memastikan bahwa pembelajaran yang
diselenggarakan bisa berdampak pada
peningkatan kinerja korporat. Untuk itu,
kini LSC tengah merumuskan formatnya
untuk mengevaluasi dari hasil pembelajaran yang pernah diikuti di Akademi.
Menurut Suharto, rencananya para
peserta pembelajaran nantinya akan diminta membuat Project Assigment (PA).
Dalam PA ini termuat program kongkrit
yang akan dilaksakan ketika peserta
tersebut kembali ke Unit Operasionalnya masing-masing. Selama tiga bulan,
berdasarkan PA inilah nantinya, akan dipraktekan dan dimonitor serta dievaluasi, untuk mendapatkan hasil atau dampak pembelajaran yang sesungguhnya.
Soal lainnya lagi yang masih harus
dilakukan, misalnya dengan membangun kemitraan baik dalam hal pengembangan Infrastruktur, pengembangan
program-program pembelajaran, pengiriman siswa pembelajaran, dengan
institusi ternama dalam maupun luar
negeri. Menurut Suharto, sesuai dengan
arahan DIR SDM, PLN dapat membangun semacam ‘Sister Company’ seperti misalnya perusahaan-perusahaan
luar negeri yang sudah bagus yang bisa
dijadikan ‘Best Practice’ untuk dapat dicontoh, sehingga PLN Pusdiklat setara
dengan perusahaan kelas dunia. Yang
pasti, kata Suharto, untuk tahap implementasi ini membutuhkan waktu sekitar satu sampai dengan satu setengah
tahun.
10 Kriteria Corporate University
1. Proaktif memberikan solusi pembelajaran yang fokus mengatasi permasalahan kinerja (action learning);
2. Ownership program pembelajaran ada di Direksi dan tertuang dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan;
3. Dikelola oleh para profesional pengelola pembelajaran (Organizational
Learning Technologist);
4. Mempunyai Learning Management System dan Knowledge Management
System yang terintegrasi dengan sistem SDM;
5. Bermitra dengan universitas agar ada pengakuan program pembelajaran;
6. Mendukung program pengembangan individu pegawai untuk menunjang
karir;
7. Pusat internalisasi budaya dan tata nilai perusahaan;
8. Memiliki Program Leader as Teacher dan Retired Faculty untuk kesinambungan pengetahuan perusahaan;
9. Objek pembelajaran adalah tenaga kerja yang terlibat dalam bisnis perusahaan, yaitu mitra kerja, pelanggan dan masyarakat; dan
10.Memiliki brand yang kuat untuk meyakinkan stakeholder.
10 Kriteria CorpU
Setelah tahap implementasi, tahap
berikutnya adalah tahap institusionalisasi. Tahap ini merupakan tahap yang
sangat penting. Pada tahap ini segala
sesuatu yang telah dikerjakan selama
ini, semuanya dilembagakan. Pelembagaaan inilah yang bisa membuat
implementasi metodologi CorpU bisa
berkelanjutan, dan diharapkan bahwa
CorpU telah menjadi budaya bagi seluruh pegawai, sehingga orientasi pegawai selaras dengan tujuan organisasi.
Hanya saja, untuk mengerjakan tahap
ini, “Waktunya juga tidak bisa cepat,”
jelas Suharto.
Namun sesungguhnya, untuk memastikan apakah sebuah lembaga atau
perusahaan yang mengimplementasikan CorpU telah mewujudkan dirinya
menjadi learning orgnization, menurut
Suharto, ada 10 kriteria yang harus dipenuhi. Kesepuluh kriteria itu antara
lain: (1) Proaktif memberikan solusi
pembelajaran yang fokus mengatasi
permasalahan kinerja (action learning);
(2) Ownership program pembelajaran
ada di Direksi dan tertuang dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan; (3)
Dikelola oleh para profesional pengelola pembelajaran (Organizational Learning Technologist); (4) Mempunyai Learning Management System dan Knowledge
Management System yang terintegrasi
dengan sistem SDM; (5) Bermitra dengan universitas agar ada pengakuan
program pembelajaran; (6) Mendukung
program pengembangan individu pegawai untuk menunjang karir; (7) Menjadi
Pusat internalisasi budaya dan tata nilai
perusahaan; (8) Memiliki Program Leader as Teacher dan Retired Faculty untuk
kesinambungan pengetahuan perusahaan; (9) Objek pembelajaran adalah
tenaga kerja yang terlibat dalam bisnis
perusahaan, yaitu mitra kerja, pelanggan dan masyarakat; dan (10) Memiliki brand yang kuat untuk meyakinkan
stakeholder.
Mengacu kepada 10 kriteria itu, saat
ini baru beberapa kriteria saja yang sudah dipenuhi oleh PLN Pusdiklat. Untuk
itu diperlukan upaya yang sungguhsungguh dengan dukungan pihak-pihak
terkait serta komitmen yang kuat agar
implementasi CorpU segera dirasakan
manfaatnya bagi Perusahaan dan
Stakeholder.l
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 31
inovasi
Implementasi LMS, hasil kesepakatan Raker Bogor, pada 15 Januari 2013
Pengembangan SIMDIKLAT
Aplikasi itu Bernama Learning
Management System
Untuk pembelajaran, pegawai tak lagi harus repot menghapal banyak
alamat aplikasi PLN Pusdiklat. Semua kini sudah terintegrasi.
S
IMDIKLAT atau Sistem Informasi Manajemen Pendidikan
dan Pelatihan Terpadu, bukan
nama asing bagi pegawai PLN,
nama itu telah begitu akrab.
Maklumlah, selama lebih dari dua tahun, tepatnya sejak Juni 2010, pegawai
PLN telah terbiasa menggunakan aplikasi ini setiap kali mereka harus mengikuti
program pendidikan dan pelatihan. Melalui aplikasi ini pula, pegawai PLN dapat
mengakses informasi lainnya yang mendukung program pembelajaran yang
berlangsung di PLN Pusdiklat.
Mulai awal 2013 lalu, sebagaimana
yang telah dituangkan dalam IT Grand
Design PLN Pusdiklat 2011-2015 dan sejalan dengan tranformasi PLN Pusdiklat
menjadi PLN Corporate University, jajaran PLN CorpU bertekad mengembangkan SIMDIKLAT menjadi Learning
Management System PLN atau disingkat
LMS PLN. Aplikasi ini telah di sosialisasikan di beberapa Unit PLN, dan telah
digunakan pegawai PLN untuk melakukan pemilihan pembelajaran yang akan
diikuti pada tahun 2014, melalui fitur
Identifikasi Kebutuhan Pembelajaran
(IKP) Online 2014.
Sebagai lembaga yang ingin meraih
32 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
cita-cita “On Becoming The Center
Of Excellence In Learning”, menurut
Manajer Senior Bidang Perencanaan
dan Teknologi Informasi A. Kristianto, PLN CorpU tak bisa mengelak untuk mengembangkan informasi dan
teknologinya sebagai satu pilar penting
dalam menjalankan strategi bisnisnya.
Ini mengingat, dari waktu ke waktu,
teknologi di bidang informasi terus
berkembang pesat. Dengan perkembangan tersebut, mau tak mau, PLN
CorpU pun harus mampu beradaptasi
dengan jaman yang semakin canggih
dalam hingar bingar kemajuan IT itu.
inovasi
“PLN CorpU ingin memberikan yang
terbaik bagi stakeholdernya,” kata Kristianto.
Beberapa Pertimbangan
Ada beberapa petimbangan mendasar mengapa PLN Pusdiklat mengimplementasikan LMS setelah berubah
menjadi PLN CorpU. Menurut KPusdiklat Suharto, lantaran implementasi
LMS merupakan salah satu kriteria yang
harus dipenuhi jika sebuah lembaga
seperti Pusdiklat mengimplementasikan metolodogi CorpU. “Itu artinya
“
Implementasi LMS
merupakan salah satu
kriteria yang harus
dipenuhi jika sebuah
lembaga seperti Pusdiklat
mengimplementasikan
metolodogi
CorpU. Itu artinya
mengimplementasikan
LMS adalah sebuah
keharusan.
mengimplementasikan LMS adalah sebuah keharusan,” kata Suharto.
Selain itu, menurut Kristianto, LMS
merupakan perangkat lunak yang telah
dipakai dibanyak negara maju. Tak berlebihan jika ASTD (American Society for
Training & Development), sebuah asosiasi training & development yang berpusat di Amerika dengan anggota lebih
dari 100 negara dan 120 negara bagian
di Amerika, mereferensi LMS sebagai
perangkat lunak yang diakui masyarakat
internasional. Maka dengan menggunakan LMS, kata Kristianto. itu berarti
IT yang digunakan PLN CorpU mengacu
“
Komitmen Manajemen PLN Pusdiklat dalam
melaksanakan “Exellent Program 2013”
pada best practice yang diakui dunia internasional.
Oleh karena itu Manajemen PLN
CorpU dalam sebuah komitmen manajemen pada Rapat Kerja di Bogor pada
15 Januari 2013 lalu menetapkan akan
mengimplementasikan LMS. Disebutkan, bahwa salah satu fokus dari tujuh
program utama PLN Pusdiklat tahun
2013 adalah pengembangan LMS yang
terintegrasi.
Perlu ditambahkan, cita-cita PLN
Pusdiklat membuat LMS terintegrasi
juga dinilai sudah tepat dan sesuai dengan cita-cita PLN. Sebab dalam pembuatan LMS PLN ini, PLN Pusdiklat menselaraskan dengan roadmap dan milestone
arah strategis Rencana Jangka Panjang
PT PLN (Persero) hingga 2017. Seperti
disebutkan dalam milestone pencapaian visinya, “Diakui sebagai Perusahaan
Kelas Dunia yang Bertumbuh Kembang,
Unggul dan Terpercaya dengan Bertumpu pada Potensi Insani”, salah satunya
adalah dengan tercapainya milestone di
2017 dalam hal IT yang terintegrasi.
Yang jelas, dengan menyelaraskan
pada roadmap dan milestone PLN,
mewujudkan IT yang teristrgrasi di 2017
tidak lagi menjadi beban PLN Kantor
Pusat saja, atau khususnya DIVSIM. Setidaknya PLN Pusdiklat turut andil dalam
membantu pencapaian milestone melalui integrasi IT yang dilakukan PLN
Pusdiklat melalui LMS PLN.
Kerangka Acuan
Dalam mengembangkan LMS, PLN
Pusdiklat mengacu kepada referensi
yang dikeluarkan ASTD. Menurut lembaga itu, setidaknya ada sejumlah kriteria yang wajib dimiliki oleh LMS. Di antaranya, administrasi yang tersentral dan
terautomasi, menggunakan metode
“selfservice” dan “selfguided services”,
menghimpun dan mendistribukan konten pembelajaran secara cepat, menggabungkan fungsi-fungsi pembelajaran
dalam platform aplikasi yang berbasis
web, mampu membuat dan mengubah
konten pembelajaran serta mengakomodasikan kegiatan knowledge sharing.
Dari kriteria-kriteria tersebut ASTD men-
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 33
inovasi
“
Implementasi LMS,
agar perubahan PLN
Pusdiklat menjadi PLN
CorpU tepat sasaran,
termasuk tepat
dalam pemanfaatan
teknologi yang
mendukung proses
bisnisnya.
“
jabarkan setidaknya terdapat beberapa
fitur yang direkomendasikan dalam
membuat LMS. Antara lain, Integration
with HR, Administration tools, Content
Access, Content Development, Content
integration, Skills Management, Assessment Capabilities, Adherence to Standard (LMS harus memenuhi standard,
seperti misalnya SCORM), Configurability, Security.
Selain mengacu pada ASTD, pengembangan LMS di PLN juga berdasarkan
pada sejumlah kriteria IT Grand Design
PLN Pusdiklat. Tujuannya, agar hasil
yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Kriteria yang dimaksud di antaranya, (1). Fleksibel. Artinya pengembangan LMS ini tidak semata karena
tren sesaat. Melainkan, dapat mengakomodir kebutuhan pembelajaran dan
dapat dicustom sesuai request; (2).
Mengacu pada best practices yang ada.
Berdasarkan best practice, LMS dikembangkan dengan mengacu standard
LMS sebagaimana yang ditetapkan; (3).
Mencakup seluruh proses bisnis pembelajaran (sesuai metode CorpU). Di
saat pembelajaran sudah mengarah ke
eranya Corpu, maka LMS yang dikembangkan harus memenuhi ekspektasi
dari stakeholder pembelajaran.
Masih berdasarkan IT Grand Design
PLN Pusdiklat, juga telah diatur mengenai platform arsitektur aplikasi yang
akan dibangun PLN Pusdiklat. Platform
itu berdasarkan pada fondasi berupa
enam kelompok aplikasi, yaitu (1). Analytics, artinya aplikasi yang berfungsi
untuk menghasilkan informasi-informasi yang diperlukan oleh bisnis dan
compliance (PLN Pusdiklat‘s Business
Intelligent); (2). ETL (Extract Transform
Load), aplikasi yang berfungsi untuk
extract-transform-load data untuk disimpan dalam penyimpanan data atau data
warehouse sehingga siap untuk dianalisa lebih lanjut; (3). Business Process,
kelompok aplikasi yang berfungsi untuk
mendukung proses bisnis pembelajaran;
(4). Access Channel, kelompok aplikasi
yang berfungsi untuk memberikan fasilitas layanan kepada pelanggan, baik melalui kantor PLN Pusdiklat, PLN Udiklat,
PLN Unit, hingga self service, yang dapat
dilakukan langsung oleh pelanggan; (5).
External Link, kelompok aplikasi yang
menjembatani PLN Pusdiklat dengan
partner bisnis eksternal (di luar organisasi PLN); dan (6). EIA (Enterprise Application Integrator), middleware yang
mengintegrasikan informasi antar aplikasi.
Kelompok-kelompok itu dalam arsitektur aplikasi bertujuan memberi kemudahan pengembangan IT sehingga
dibuat tidak terlalu rinci namun cukup
mengikat dalam menentukan koridor
pengembangan infrastruktur IT yang
dibangun nantinya. Dari arsitektur itu,
maka LMS yang dibangun akan masuk
kelompok platform arsitektur aplikasi
Bussiness Process. Artinya sesuai dengan definisi LMS mendukung proses
bisnis PLN CorpU dan mampu mengautomasikan kegiatan administrasi,
tracking dan reporting baik yang dilaku-
Milestone Rencana Jangka Panjang PLN
hingga tahun 2025
Di tahun 2017, PLN bercita-cita mewujudkan
IT yang terintegrasi (perspektif Proses Bisnis
Internal)
34 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
inovasi
kan Learning Unit (Udiklat), Learning
Academy, hingga membantu proses
yang ada di Kantor Induk.
Server SIMDIKLAT sebagai pilihan
Dalam mengembangkan LMS PLN,
menurut Kristianto, setidaknya PLN
CorpU memperhatikan tujuh kriteria
IT yang harus dipenuhi ketika mendevelop sebuah aplikasi. Ketujuh kriteria
itu, Fast, Open (for integration and for
expanding), Reliable (include available),
Measurable (auditable), User Friendly,
Secure, Accessible anytime anywhere.
Mengacu kepada kriteria itu, PLN CorpU
melirik server SIMDIKLAT. Beberapa
pertimbangan dipilihnya SIMDIKLAT sebagai cikal bakal pengembangan LMS
antara lain, (1) Seluruh proses bisnis
Diklat terakomodir dalam SIMDIKLAT;
(2) SIMDIKLAT sudah menjadi aplikasi
unggulan (bussiness core application)
dari PLN Pusdiklat. Hal ini terbukti dengan benchmark dari beberapa perusahaan; (3) SIMDIKLAT diakses oleh seluruh pegawai PLN. Ini terbukti dengan
jumlah pengguna aktif (unique visitor)
setiap harinya. Berdasarkan pembuktian dari tool google analytics untuk simdiklat.pln-pusdiklat.co.id dari periode 01
Juli 2012 – 25 Juni 2013 terlihat, selama
Peserta dan Kontributor IT Grand Design
periode tersebut jumlah pengguna aktif
sebanyak 77,962 pengunjung, dan jumlah kunjungan (visit) sebanyak 280,281
kunjungan. Itu artinya, rata-rata per hari
jumlah pengunjung aktif yang mengunjungi SIMDIKLAT sebanyak 778 pengunjung. Atas dasar inilah kemudian yang
menjadi acuan sekaligus tantangan
SIMDIKLAT ketika akan diintegrasikan
dengan aplikasi-aplikasi lain yang sudah
pasti akan meningkatkan jumlah traffic
ke aplikasi tersebut; (4) Pertimbangan
teknis (server, infrastruktur, memory
server). l
Arsitektur Aplikasi
LMS berdasarkan
IT Grand Design
PLN Pusdiklat
l Learning Management System (LMS) menjadi
bagian dari Core Bussiness Application dari
arsitektur aplikasi
l LMS yang dikembangkan harus memenuhi
kriteria arsitektur aplikasi sesuai IT Grand
Design
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 35
inovasi
single-login
H
asil raker di Bogor pada 15 Januari 2013 telah disepakati, seperti bisa dilihat pada LMS PLN, ada
delapan fitur atau aplikasi dan satu modul baru
yang diintegrasikan. Beberapa di antarannya sudah bisa diakses dan digunakan, sementara lainnya
masih akan terus disempurnakan. Pertama, SIOMMA
(Sistem Online Monitoring Mentoring). Aplikasi ini
digunakan untuk memantau proses monitoring dan
mentoring terhadap pelaksanaan Project Assignment oleh Peserta atau mentee. Aplikasi ini tidak
hanya memudahkan arus komunikasi antara Mentee,
Mentor dan Pembimbing/Evaluator, juga memudahkan proses perekaman aktivitas Project Assignment
Mentee karena melalui aplikasi inilah Mentee dapat
melaporkan progress dalam pelaksanaan Project Assigment dengan mengupload bukti-bukti atau aktivitas yang telah dilakukan.
Kedua, SIOPPA (Sistem Online Penilaian Project
Assignment). Merupakan aplikasi lanjutan dari SIOMMA dalam melakukan Uji Project Assigment. Aplikasi
ini banyak digunakan untuk penilaian Project Assignment untuk Diklat Penjenjangan (EE/SSE) dan telaah
staf (EE/SSE III & IV) yang dilakukan sejak tahun 2011
hingga kini. Ketiga, SIBAKTI (Sistem Informasi Diklat
Purna Bakti). Merupakan aplikasi yang dikembangkan Bidang PDP PLN Pusdiklat. SIBAKTI digunakan
sebagai sistem informasi berkaitan dengan Diklat
Purnabakti. Artinya, setiap pegawai yang memasuki
pensiun mendapatkan akses terhadap aplikasi ini untuk mengetahui Diklat-Diklat yang tersedia, jadwal,
tempat pembelajaran dan sebagainya. Dengan begitu, PLN Pusdiklat turut membekali pegawai agar siap
sebelum yang bersangkutan pensiun.
Keempat, SIUJANG (Sistem Informasi Diklat
Penunjang). Adalah aplikasi yang digunakan untuk
sistem informasi terkait Diklat Penunjang. Pegawai
dapat melihat informasi yang berkaitan pembelajaran
penunjang, seperti jadwal pembelajaran, daftar pem-
36 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
belajaran yang dapat diikuti, realisasi pelaksanaan,
kelengkapan materi, validasi dan update materi, informasi daftar vendor pembelajaran dan sebagainya.
Kelima. SIJAB (Sistem Informasi Diklat Prajabatan).
Digunakan oleh Bidang PDP PLN Pusdiklat untuk
menyajikan data berkaitan dengan prajabatan PLN
di setiap angkatannya. Di aplikasi ini, pegawai dapat
melihat informasi yang berkaitan Diklat Prajabatan,
seperti informasi berupa artikel/berita, pelaksanaan
prajabatan, rekap jumlah siswa prajabatan, informasi
data nilai Siswa Prajab, historis program pembelajaran dan sebagianya,
Keenam, MONITORING OJT (Monitoring peserta
On the Job Training). Adalah aplikasi yang digunakan
monitoring peserta On The Job Training. Aplikasi ini
dapat diakses oleh beragam pengguna, sehingga jelas
membutuhkan domain dengan IP Public. Ketujuh,
SKP (Survey Kepuasan Pelanggan). Adalah aplikasi
yang digunakan untuk mensurvai tingkat kepuasan
pelanggan. Adapun penentuan hasil survai berdasarkan skala likert untuk menentukan range hasil dari
inovasi
sangat tidak puas hingga memuaskan. Responden yang terpilih mengisi survai akan mendapatkan link kuisioner sesuai yang dikirimkan oleh admin aplikasi.
Kedelapan, LWBT (Leadership Web Based
Training). Merupakan aplikasi ujian online yang
dikhususkan untuk menguji dan menyegarkan
kembali kompetensi pegawai yang telah mengikuti Diklat Executive Education. Adapun input
data yang digunakan adalah data pegawai yang
diinput secara manual. Kemudian admin dan
subject matter expert dari materi akan memasukan soal ke dalam aplikasi untuk diujikan kepada
peserta. Dan Kesembilan, Dashboard. Dashboard
PLN Pusdiklat dibuat dengan mengadopsi teori
Management Cockpit dari Prof Patrick M Georges, MD. Dashboard merupakan tool bagi manajemen untuk mengambil keputusan secara akurat
dan tepat berdasarkan data dan informasi dari
sistem. Dashboard yang dikembangkan dibagi
menjadi tiga kategori wall, yaitu Blue Wall (learning process & operations), Black Wall (perfomance & financial indicators) dan Red Wall (excellence programs).
Untuk mengakses LMS PLN, ada dua cara yang
bisa dilakukan. Pertama melalui https://10.10.0.20.
Cara ini bisa dilakukan di kantor selama komputer
atau internetnya terhubung dengan ICON. Kedua, melalui www.pln-pusdiklat.co.id. Cara kedua
ini bisa diakses dari perangkat smartphone, modem, atau dari kantor dengan ISP selain ICON.
Tentu saja, untuk mengakses LMS PLN, diperlukan User Name dan Password. User Name
menggunakan nama pegawai yang akan mengakses, sedangkan passwordnya menggunakan
Nomor Induk Pegawai. Namun demikian, LMS
memberi kesempatan kepada pengaksesnya
(pegawai) untuk mengganti Password, sesuai
keperluan masing-masing pengguna. l
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 37
akademika
CorpU, di Project Academy
Project Academy Bogor, untuk
keduakalinya menyelenggarakan
Kuliah Umum. tingkatkan wawasan
proyek ketenagalistrikan SDM yang
masih minim
M
acetnya jalur Kota Bogor yang di luar perkiraan, tak menyurutkan
semangatnya. Hari itu,
Rabu 19 Juni 2013, beliau
harus mengisi Kuliah Umum. Setelah
melewati kemacetan dengan sabar, Direktur Konstruksi PLN Nasri Sebayang,
akhirnya tiba di Project Academy Bogor
pada pukul 08.15 WIB. Tiba di tempat, ia
disambut sejumlah Kepala Divisi (Kadiv)
Direktorat Konstruksi, serta Manajer
Project Academy Musthofa dan para
siswa peserta pembelajaran yang terdiri dari Manajemen Konstruksi untuk
Asisten Manajer (Asman) Teknik UPK
dan Supervisi Konstruksi Pembangkit
dan Transmisi, Tim Pengadaan Tanah,
serta siswa prajabatan.
Sejenak ia beramah tamah. Setelah
itu, Nasri Sebayang yang datang dalam
kapasitas sebagai Learning Council (LC)
di Project Academy tersebut, langsung
memberikan Kuliah Umum. Tema yang
diangkat, “Kebijakan Investasi Pembangunan Ketenagalistrikan”. Dihadapan
peserta yang berjumlah 120 siswa itu,
selama dua jam, Nasri menyampaikan
materi tersebut dengan penuh semangat dan komunikatif. Kuliah Umum itu
diakhiri dengan sesi tanya jawab.
Perubahan Pembelajaran
Itulah perubahan yang sedang terjadi setelah PLN Pusdiklat mengimplementasikan Corporate Universty dan
Udiklat Bogor mendapat penugasan
baru sebagai Project Academy. Menurut
Musthofa, kedatangan Nasri ke Project
Academy bukan yang pertama. Sejak Kuliah Perdana pada 28 Januari 2013 lalu,
itu menjadi kedatangan yang keduaka-
linya untuk memberikan Kuliah Umum.
Juga dengan para Kadiv di Direktorat
Konstruksi. Kehadiran mereka selaku
Learning Steering Committee (LSC) malah
lebih sering lagi, sebagai instruktur untuk setiap pembelajaran yang diselenggarakan Project Academy. “Para LC dan
LSC sangat antusias. Suportingnya besar
sekali ke Project Academy. Itu dibuktikan
dengan Direktur Konstruksi sudah dua kali
ke sini untuk memberikan General Lecture.
Kami juga dibantu para expert di bidang
konstruksi mulai dari ahli project enginering, supervisi, pengendalian kontrak dari
Widyaiswara Purnakarya PLN. Ada juga
38 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
KULIAH UMUM. LC Nasri Sebayang tampak
antusias saat memberikan Kuliah Umum yang
kedua kalinya di Project Academy, Bogor.
dari kalangan akademisi dari ITB dan konsultan dari Jerman. Pak Nasri memang
bersemangat dalam membangun Project
Academy,” kata Musthofa kepada e-Magz,
di ruang kerjanya, Bogor, beberapa waktu
lalu.
Sedangkan perubahan besarnya,
terjadi para proses learning. Direksi dan
para Kadiv selaku LC dan LSC, terlibat
langsung dalam penyusunan kurikulum,
akademika
proyek-proyek PLN di bidang konstruksi
pembangkitan, transmisi dan distribusi
di seluruh Indonesia dan kompetensi
pegawai yang harus dikembangkan di
lingkungan Direktorat Konstruksi.
Untuk itu, jika Direksi menghendaki
agar pengetahuan dan kompetensi
SDM yang dihasilkan dari pembelajaran dapat mendukung kinerja korporat, maka menjadi tugas mereka untuk
menyusun kurikulum, silabus beserta
materinya. “Itulah ciri khas CorpU. Jadi
pembelajaran apa saja yang dibutuhkan, itu yang menentukan adalah Bussines owners. Pemilik bisnisnya adalah
Direktur Konstruksi. Tentunya apa yang
dibutuhkan dalam pengembangan kompetensi SDM project dalam menghadapi
tantangan pembangunan infrastruktur
kelistrikan, beliaulah yang merumuskan,” kata Musthofa.
silabus dan materi pembelajaran serta
bertindak langsung sebagai Instruktur.
Agar pembelajaran sesuai dengan kebijakan korporat maka mulai dari penetapan Learning Focus, Learning Theme,
Curricullum and Syllabus, serta materi
pembelajaran ditangani langsung oleh
LC dan LSC bersama CLO Pusdiklat selaku Learning Partner.
Terjadinya perubahan proses pembelajaran itu adalah sebuah konsekuensi. Sebab Direksi dan para Kadiv di lingkungan Direktorat Konstruksi memang
yang lebih tahu persoalan di lapangan berkaitan dengan pembangunan
Kejar kebutuhan
Berkenaan dengan itu, di lingkungan
PLN, insan SDM yang memiliki pengetahuan dan kompetensi dalam penanganan bidang proyek ketenagalistrikan
memang masih perlu ditingkatkan.
Menurut Musthofa, itu disebabkan selama ini materi-materi yang bertalian dengan kompetensi di bidang pengelolaan
poyek ketenagalistrikan belum banyak
diselenggarakan di Udiklat-Udiklat di
lingkungan PLN Pusdiklat. Kalaupun
ada, bisa dihitung dengan jari. Akibatnya, PLN menjadi kekurangan SDM
yang kompeten untuk bidang tersebut.
Padahal bisnis utama PLN, mulai dari
pembangkitan, transmisi dan distribusi
keberadaanya perlu didukung oleh
proyek investasi pembangunan sistem
ketenagalistrikan.
Sementara itu, jika mengacu kepada
RUPTL Tahun 2011-2020, seperti digambarkan Nasri Sebayang dalam kuliah
umumnya, PLN telah merencanakan
meningkatkan rasio elektrifikasi dari
71,9 persen pada 2011 menjadi 94,4 pers-
en pada 2020. Sedangkan proyeksi dana
investasi untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan ketenagalistrikan hingga
2020, total diperkirakan mencapai 60,5
miliar dolar (ekuivalen 540 triliun rupiah), dengan pertumbuhan ekonomi
mencapai 6,9 persen dan proyeksi beban puncak mencapai 55.053 MW.
Melihat besarnya alokasi dana investasi, lamanya jangka waktu yang
diperlukan untuk membangun proyek
ketenagalistrikan, serta belum terstrukturnya pembelajaran, menurut
Musthofa, inilah yang menjadi tantangan terberat Project Academy. Di samping itu, untuk mendukung penyelesaian
proyek-proyek dilakukan juga penguatan organisasi khususnya pembentukan
UPK baru di lingkungan Indonesia Timur
yang tentunya diperlukan penyiapan
Manajer UPK dan Asman Teknik di UPK.
Untuk penyiapan kompetensi Manajer
UPK dan Asman Teknik UPK juga diserahkan pembelajarannya kepada Project Academy. Implementasinya adalah
untuk Modul Project Management bagi
Manajer UPK telah dilaksanakan sebanyak dua angkatan. Sedangkan untuk penyiapan Asman Teknik UPK telahdilaksanakan dua angkatan dan direncakan
seluruhnya empat angkatan untuk mengisi posisi jabatan 59 Asman Teknik UPK
di seluruh UIP. Tak heran, jika Project
Academy saat ini seakan tengah mengejar target untuk memenuhi kebutuhan
SDM di bidang proyek ketenagalistrikan
yang masih perlu ditingkatkan. Itu pula
sebabnya, untuk keduakalinya Project
Academy menyelenggarakan pembelajaran, yang langsung dibuka dengan
pemberian Kuliah Umum oleh Direktur
Konstruksi.
Saat ini Project Academy telah
mempunyai delapan Fokus Pembelajaran (Learning Focus) sebagai Learning
Programnya untuk satu semester. Kedelapan Learning Focus tersebut telah
dibuat kurikulum, silabus dan materi-
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 39
akademika
baru, masih kurang
pengetahuan dan
pengalaman tentang bagaimana
mensupervisi
tentang sebuah
proyek. “Syukurlah sampai dengan
hari ini kita sudah ada
lima angkatan untuk manajemen konstruksi yang pesertanya seluruh manajermanajer UPK, Asman Teknik UPK dan
Engineer Supervisi. Mereka lulusan Project Academy Angkatan Perdana,” jelas
Musthofa.
nya. Kedelapan Learning Focus itu
adalah Project Initiation, Project Financing, Project Engineering, Project Administration, Project Procurement, Project
Support, Project Supervision dan Project
Completion.
Dari delapan Learning Focus tersebut, beberapa di antaranya, sudah disusun modul pembelajarannya seperti
Manajemen Konstruksi Untuk Manajer
UPK, Manajemen Konstruksi Untuk Asman Teknik UPK, Manajemen Konstruksi
Untuk Site Supervision, Pengadaan Barang dan Jasa APBN, Pengadaan Tanah,
Kepabeanan dan Logistik, Perijinan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan, Pengukuran Progres Fisik dan Pembayaran, dan Primavera. Serta beberapa
kali pelaksanaan workshop. Sementara
yang lainnya segera menyusul.
Menurut Musthofa, SDM dengan
pengetahuan itulah yang saat ini memang mendesak dibutuhkan. Itu berkaitan dengan beberapa proyek PLN yang
tengah berjalan dan membutuhkan keterlibatan SDM dengan kualifikasi tersebut. Seperti project procurement, supervisi dan supporting misalnya. Proyek ini
sudah berjalan, akan tetapi SDM proyek
masih belum banyak dibekali tentang
ilmu-ilmu proyek. Padahal di lapangan
mereka harus mengawasi satu proyek
pembangkit yang nilainya bisa mencapai triliunan. Sementara para tenaga supervisi di lapangan notabene anak-anak
40 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
Inline dengan kebutuhan
Dari gambaran tadi, sekaligus memperlihatkan, dari pembelajaran (Diklat)
yang diselenggarakan Project Academy,
yang inline dengan kebutuhan, dampaknya sudah dirasakan. Itu dikarenakan
para lulusan akademi tersebut langsung bisa dilibatkan di lapangan untuk
menangani proyek-proyek PLN bidang
pembangkitan dan transmisi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Diketahuinya bahwa pembelajaran yang
diselenggarakan Project Academy berdampak pada pekerjaan, melalui Action Learning.
Di Project Academy, pembelajaran biasanya
berlangsung antara 3 - 4 hari dengan model
in class training. Sebelumnya, mulai dari hari
pertama hingga keempat mereka diminta
membuat paper dari materi yang diperoleh.
Setelah itu, di hari keempat, mereka harus
memilih salah satu materi sebagai tugas action learning untuk dibawa ke unitnya.
Selanjutnya, mereka diminta membuat paper dari kasus aktual yang dialami di unitnya masing-masing. Mereka
dipantau oleh mentor atau pengawasnya dan hasilnya di kirim ke Project Academy. Dari sini kemudian baru dilakukan
evaluasi, formatnya dalam bentuk bedah kasus permasalahan proyek di unit
masing-masing. Dan dari hasil evaluai
inilah diketahui, bahwa itulah pengetahuan yang mereka butuhkan. Komentar
dari para peserta mengatakan bagus
dan memang ini yang kami butuhkan
dalam mengawasi pekerjaan proyek
di lapangan. “Knapa nggak dari dulu,”
kata Musthofa menirukan
peserta pembelajaran.
ucapan
Gedung Penunjang
Tak kalah pentingnya juga, untuk lebih memantapkan peran dan tugasnya,
di Project Academy, berencana segera
melakukan renovasi gedung untuk
memenuhi kebutuhan proses pembelajaran. Gedung akan dilengkapi dengan
dua ruang utama. Masing-masing memiliki fungsi berbeda namun saling menunjang. Pertama, ruang consulting center.
Di tempat inilah, seluruh pekerja proyek
PLN di seluruh Indonesia bisa mengkonsultasikan masalahnya yang ditemukan
di lapangan. Nantinya, konsultasi bisa
dilakukan dengan cara chatting atau
melalui email dan ditangani langsung
oleh para expert. Dengan demikian, segala persoalan yang dihadapi pekerja lapangan segera bisa dicarikan solusinya.
Selanjutnya, dari berbagai persoalan
yang muncul beserta jawabannya, nantinya akan menjadi benchmark dan Lesson
Learn dari permasalahan proyek di unitunit lainnya yang tersebar. Cikal bakal
pembentukan consulting center saat ini
sudah dibentuk. Yaitu dengan membentuk forum konsultasi melalui mailing list
: [email protected].
Kedua, ruang audio visual. Ruang ini
akan dilengkapi dengan aplikasi berbasis
WBS (Work Breakdown Structure) dan
CBS. Bekerjasama dengan PMO (Project Management Office), ruang ini ber-
fungsi memonitor setiap perkembangan proyek PLN yang tengah dikerjakan
di seluruh Indonesia, sehingga progres
proyek – seperti transmisi, pembangkit dan sebagainya – yang di lapangan
bisa terpantau dengan baik. Misalnya
untuk pekerjaan sipil, progresnya akan
terpantau dari sisi tahap pekerjaan,
biaya dan sebagainya. Untuk pembangunan gedung ini, menurut Musthofa,
Dirkon telah menyetujui. “Insya Allah
pada 2014, proyeknya segera realisasi.”
Dengan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran seperti tersebut di
atas diharapkan mampu menjawab tuntutan dan kebutuhan kompetensi SDM
Project sesuai yang diharapkan oleh
Bussiness Owner. l
“
Untuk lebih memantapkan peran dan tugasnya, di Project Academy, berencana
segera melakukan renovasi gedung untuk memenuhi kebutuhan proses
pembelajaran. Gedung akan dilengkapi dengan dua ruang utama. Pertama, ruang
consulting center. Kedua, ruang audio visual. Dengan kelengkapan sarana dan
prasarana pembelajaran seperti itu diharapkan mampu menjawab tuntutan dan
kebutuhan kompetensi SDM Project sesuai yang diharapkan Bussiness Owner.
“
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 41
akademika
CorpU di TLM Academy
Dampak Pembelajaran,
Unit sangat Berperan
berdasarkan evaluasi level 3 dan 4 yang dilakukan memperlihatkan dampak
positif pembelajaran.
T
ransmission and Live Maintenance Academy (TLM Academy)
terus berbenah diri. Upaya inilah yang tengah dilakukan, sejak ditetapkan Unit Pendidikan
dan Pelatihan (Udiklat) yang berdomisili
di Semarang menjadi salah satu akademi
42 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
di lingkungan PLN Corporate University
(PLN CorpU). Perubahan menjadi akademi ditandai dengan dilaunchingnya akademi ini oleh Dir SDM dan Umum Eddy D
Erningpradja pada 10 November 2011 lalu.
Sedangkan program pembelajaran CorpU
pada akademi ditandai dengan pemberian
akademika
(Atas) Aktivitas workshop di TLM
Academy; (Bawah) Pembelajaran PDKB
di Lab TLM Academy
Kuliah Perdana oleh Learning Councilnya
I Ngurah Adnyana (saat itu DIR OPSJB)
pada 14 Januari 2013.
Dengan kedudukannya seperti
sekarang, sebagai pusat pembelajaran
dalam bidang penyaluran (transmisi)
dan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB), sejumlah harapan tentu
bertumpu pada akademi ini. Seperti tercermin pada tujuan dibentuknya TLM
Academy, di antaranya adalah, pertama, peningkatan kompetensi SDM yang
dihasilkan bisa setara kelas dunia. Kedua, TLM Academy bisa menjadi pusat
rujukan untuk pemecahan permasalahan operasional dan berkontribusi aktif dalam mencapai kinerja ekselen. Dan
ketiga, menciptakan expert-expert di
bidang Transmisi dan PDKB yang diakui
secara nasional dan internasional. “Bisa
memenuhi harapan itulah yang kini tengah dipacu dan menjadi impian segenap
jajaran TLM Academy,” kata Manajer
TLM Academy Anton Suranto, kepada
e-Magz di ruang kerjanya, di Semarang.
Tantangan TLM Academy
Ditetapkannya Udiklat Semarang
menjadi TLM Academy, tentu tak
terlepas dari tantangan yang dihadapi
PLN di masa sekarang dan yang akan
datang. Menurut Anton, dalam perkembangan zaman yang semakin modern,
pemeliharaan peralatan listrik tidak bisa
lagi dilakukan dalam keadaan offline
atau listrik padam. Masyarakat modern
tidak bisa menerima pemadaman listrik,
meskipun pemadaman dilakukan untuk
keperluan sambungan baru atau pemeliharaan, seperti pergantian isolator,
pemeliharaan trafo, penggantian trafo
dan lain sebagainya. Apalagi jika pemadamannya berlangsung dalam waktu
yang cukup lama.
Berdasarkan kalkulasi ekonomi maupun dari sisi kualitas pelayanan, kata
Anton, pemadaman listrik jelas merugikan. Baik bagi masyarakat maupun
bagi PLN sendiri. Akibat pemadaman
listrik, akan melumpuhkan berbagai kegiatan, seperti kegiatan perkantoran,
industri, pusat perdagangan, transportasi, rumah tangga dan sebagainya.
Kalau itu terjadi, berapa kerugian yang
akan diderita sebuah industri lantaran
tidak bisa beroperasi? Kerugian serupa
juga akan dialami PLN. Oleh karenanya,
untuk memerangi pemadaman listrik
ini, salah satu cara yang dilakukan PLN
adalah dengan membentuk Tim PDKB.
Di tangan tim inilah, upaya pemeliharaan dan perbaikan instalasi tetap bisa
dilakukan tanpa harus memadamkan
listrik.
Tim PDKB PLN sudah dibentuk se-
jak 1993. Saat ini, PLN memiliki sekitar
73 Tim PDKB dengan jumlah petugas
mencapai lebih dari 1.300 orang dan
tersebar di seluruh Indonesia. Tim PDKB
PLN terdiri dari tim PDKB TM (Tegangan Menengah), Tim PDKB TT/TET (Tegangan Tinggi/Tegangan Ekstra Tinggi).
Tim PDKB TT/TET terdiri dari Tim PDKB
SUTT/SUTET dan Tim PDKB GI/GITET.
Tim PDKB PLN ini adalah orangorang yang dipilih dan diseleksi secara
khusus. Mulai sejak rekruitmen hingga
pendidikan dan pelatihannya, semua
dilakukan secara khusus. Ini mengingat
pekerjaan mereka bukan pekerjaan biasa. Pekerjaan mereka berisiko sangat
tinggi, lengah sedikit nyawa taruhannya.
Pekerjaan PDKB erat hubungannya
dengan pekerjaan listrik bertegangan
dan berarus tinggi serta pekerjaan dari
suatu ketinggian. Karena itu di dalam
bekerja, Tim ini sangat dituntut untuk
memiliki kompetensi yang tinggi dan selalu bekerja dengan mematuhi standard
operation procedure (SOP). Jadi mengingat tantangannya yang begitu besar,
tepatlah jika PLN mempunyai suatu akademi yang secara khusus mendidik, melatih dan mengembangkan Tim PDKB
tersebut.
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 43
akademika
Dampak pembelajaran
Untuk mewujudkan tujuannya itu,
tentu mengandung konsekuensi. Konsekuensi yang paling penting adalah
peningkatan kualitas pembelajaran
yang berlangsung di TLM Academy.
Semuanya harus berubah menjadi lebih
baik. Tiga komponen yang akan menentukan kualitas hasil pembelajaran yaitu
hadware, software dan brainware mutlak harus ditingkatkan kualitasnya. Pada
sisi hadware, peningkatan yang perlu dilakukan adalah menyediakan peralatan
praktikum (laboratorium) yang lengkap
dan modern, class room dan mess siswa
yang nyaman, fasilitas olahraga yang cu-
kup, serta sarana lainnya.
Dari sisi software, peningkatannya
pada kurikulum, silabus, materi, standard mutu pelayanan, sarana IT dan sebagainya. Sedangkan dari sisi brainware, peningkatan yang perlu dilakukan
pada tenaga pengajar (instruktur) dan
SDM lainnya yang mengelola diklat. Jika
ketiga komponen ini kualitasnya sudah
seperti yang diharapkan, maka kualitas
pembelajaran akan meningkat dan outcomenya (lulusan diklat) juga akan meningkat. Meningkatnya kualitas lulusan
pembelajaran merupakan modal awal
yang sangat penting untuk peningkatan
kinerja unitnya masing-masing. Dengan
demikian dampak dari suatu pembelajaran terasa nyata dalam peningkatan
kinerja perusahaan.
Menurut Anton, sedikitnya diperlukan waktu enam bulan sejak diselenggarakan Kuliah Perdana untuk bisa di
evaluasi dampak pembelajaran terhadap kinerja unit. Secara sample evaluasi
pembelajaran pernah dilakukan terhadap peserta pembelajaran Pemeliharaan Trafo Tenaga yang diselenggarakan
TLM Academy (evaluasi level 3 dan 4).
Evaluasi menggunakan instrumen
wawancara, pengisian kuesioner, observasi dan kajian dokumen pendukung.
Evaluasi yang dilakukan bukan saja ke-
Laboratorium Menjadi Andalan
B
erdirinya laboratorium
Gardu Induk (GI) dan
Transmisi bertegangan
di TLM Academy, yang
konon kabarnya, belum
ada di lingkungan Training
Center kawasan Asia, bukanlah
cerita Sangkuriang yang berhasil
membangun 999 candi dalam
semalam. Sebelum tahun 2010,
laboratorium GI dan Transmisi
bertegangan di Udiklat Semarang,
yang sekarang bertransformasi
menjadi TLM Academy belum ada.
Yang tersedia di sana, hanyalah
lima tower transmisi 150 kV tanpa
44 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
nyawa. Di situlah dulu Tim PDKB
SUTT/SUTET PLN berlatih dengan
fasilitas seadanya dalam keadaaan
offline.
Setelah 2010, ketika Anton
ditugaskan menakhodai Udiklat
Semarang, “ide” yang menurutnya
telah lama terpendam, muncul.
Ketika sedang menjadi instruktur
di Udiklat Bogor selama hampir
sembilan tahun, ia sering mengajar
praktikum lapangan penerapan
Safety Procedure langsung di GI GI
kawasan Jabodetabek bersamaan
dengan jadwal pemeliharaan,
sehingga pelaksanaan praktikum
amat tergantung kepada unit
operasional. Pada saat itulah ia
sering “memimpikan” adanya
Gardu Induk yang lengkap di
Udiklat sebagai sarana praktikum.
Dengan begitu, praktikum dapat
dilaksanakan secara leluasa
dan tidak tergantung ke Unit
Operasional.
Ketika mulai memimpin
Udiklat Semarang, ide itu mulai
di wujudkan. Bahkan, muncul ide
tambahan agar GI tersebut diberi
akademika
pada pesertanya, tetapi juga terhadap
atasannya. Berdasarkan Kesimpulan
Hasil Evaluasi yang mengacu pada Data
Laporan Pelaksanaan Evaluasi Level 3
dan 4 tahun 2013 yang diterima redaksi,
dari evaluasi level 3 yang dilaksanakan
selama dua hari pada 13 Juni 2013 di APP
Salatiga itu memperlihatkan, pelatihan
yang dilakukan berdampak positif terhadap perubahan sikap dan prilaku eks
peserta Diklat Pemeliharaan Trafo Tenaga dalam bekerja dengan prosentase
dampak 63% - 81%. Penilaian ini juga didukung berdasarkan penilaian dari Asisten
Manajer PLN APP Salatiga.
Sementara dari evaluasi level 4, ma-
tegangan 150 kV sampai 5 tower
SUTT, sehingga bisa digunakan
untuk sarana praktikum PDKB
SUTT dan PDKB GI . Dengan
demikian praktikum sepenuhnya
bisa dilakukan di Udiklat Semarang,
tidak lagi tergantung unit
operasional, kisahnya.
Gayung pun bersambut.
Berbarengan dengan keinginannya
mewujudkan lab yang ada seperti
sekarang ini, PLN P3B JB tengah
banyak melakukan “Uprating”
terhadap peralatan GI. Peralatan GI
yang di Uprating kondisinya masih
baik (laik pakai). Peralatan inilah
yang akhirnya direlokasi ke Udiklat
Semarang untuk dibangun kembali
Gardu Induk. Peralatan GI yang
dimaksud direlokasi dari GI Kudus,
GI Jekulo, GI Palur, GI Tuban, GI
Sunyaragi dan GI Cirebon serta GI
sih merujuk pada Kesimpulan Hasil Evaluasi memperlihatkan, setelah peserta
Diklat mengikuti pelatihan tidak ada
gangguan trafo tenaga yang disebabkan oleh faktor internal. Dengan demikian, dari evaluasi itu disimpulkan bahwa
Diklat Pemeliharaan Trafo Tenaga berdampak terhadap kinerja Unit yang bersangkutan, sehingga Diklat Pemeliharaan Trafo Tenaga masih dibutuhkan dan
perlu diteruskan.
Mengacu kepada hasil evaluasi
itu, Anton optimis, bahwa pembelajaran yang diselenggarakan oleh TLM
Academy, hasilnya akan berdampak
terhadap peningkatan kinerja. Ini
lainnya,” ujar Anton menceritakan.
“Bisa dibilang, peralatan GI disini
tidak ada yang beli, biayanya hanya
transportasi, pembuatan pondasi
dan pemasangan kembali.
Selama satu tahun, Gardu-Gardu
Induk Simulator di lab ini didirikan.
Pelan tapi pasti, terwujudlah
impiannya itu. Untuk pasokan
tegangan 20 kV (GI ini menaikkan
tegangan 20 kV ke 150 kV), ia
berkoordinasi dengan teman-teman
PLN Distribusi Jateng & DIY Area
Semarang dan APD Semarang.
Dan kini Udiklat Semarang
telah memiliki GI Simulator dan
SUTT yang bertegangan 150 kV,
guna melaksanakan praktikum
Diklat PDKB GI dan PDKB SUTT
serta praktikum Diklat-Diklat
bidang Transmisi. “Kita sangat
berterimakasih pada pimpinan PLN
khususnya PLN P3B JB beserta
unit-unit pelaksananya yang
telah sepenuhnya mendukung
terwujudnya Udiklat Semarang
memiliki lab bisa seperti sekarang
ini,” kata Anton.
Selanjutny, ia pun
mengembangkan lagi dengan
mengimplementasikan Substation
Automation System (SAS) pada
Gardu Induk. Fasilitas SAS ini bisa
digunakan untuk praktikum Diklat
mengingat, “TLM Academy sudah
memiliki pengalaman panjang sejak
masih berstatus Udiklat Semarang,”
ujarnya. Menurut Anton, ke depan
dia berharap nantinya Unit-Unit akan
lebih aktif melakukan evaluasi kepada
pegawainya yang mengikuti pembelajaran di TLM Academy. Sebab, katanya, Unit-Unit itulah yang lebih tahu,
apakah pembelajaran yang diterima
pegawainya berdampak atau tidak
terhadap kinerja Unitnya masing-masing. “Inilah yang belum jalan secara
optimal. Sekarang sudah era CorpU,
para pimpinan Unit mestinya bersikap
lebih proaktif lagi,” tegas Anton. l
SCADA dan SAS. “Sampai saat ini
tidak kurang dari 37 judul Diklat
Bidang Trasmisi dan PDKB dapat
dipraktekkan pada Lab ini,” tutur
Anton.
Menurut Anton, kemajuan
lembaga Diklat antara lain sangat
ditentukan oleh kecanggihan
peralatan praktikumnya. “Kita
kan lembaga Diklat Vocasional
(kejuruan/ keteknikan). Jadi bukan
sekedar punya ruang kelas yang
nyaman tapi juga harus canggih di
laboratoriumnya,” ujarnya. Di Korea
yang modern saja, kata Anton, tidak
ada Gardu Induk dan SUTT-nya
yang bertegangan seperti halnya di
Udiklat Semarang.
Selama hampir tiga tahun
memimpin Udiklat Semarang, ia
mengaku ada satu yang belum
kesampaian. Yaitu memiliki fasilitas
praktikum untuk pengaturan
Operasi System seperti halnya
Dispacher Training Simulator (DTS)
yang ada di kantor Induk P3B
JB Gandul. Ia menyadari, untuk
pengadaan fasilitas itu investasinya
cukup mahal. Tapi jika fasilitas itu
berhasil dibangun di sini, maka
menurutnya, lengkaplah sudah
TLM Academy menjadi sebuah
lembaga pendidikan modern yang
diperhitungkan. l
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 45
akademika
CorpU di Udiklat Jakarta
Tak Hanya Melahirkan Pemimpin
PLN Jago Kandang
berpatner dengan bumn
lain, leadership academy
menyiapkan pemimpin yang
layak diperhitungan
S
etiap pegawai berpeluang
menjadi pemimpin di PLN. Selama pegawai tersebut memiliki kemuan keras, disiplin dan
mampu bekerja profesional,
ia berpeluang menggapai jenjang karir
yang lebih tinggi, termasuk menjadi
pemimpin PLN di masa depan. Peluang
itu kini semakin terbuka lebar. Sebab
“sekolahan” untuk mencetak pemimpin
itu tersedia. Yaitu, dengan dibentuknya
Leadership Academy, yang berpusat di
Udiklat Jakarta.
Leadership Academy diresmikan pada
3 Maret 2013. Peresmian pembelajarannya dilakukan berbarengan dengan diselenggarakannya kuliah perdana, yang
ditandai dengan Learning Councilnya,
Eddy D. Erningpraja, memberikan kuliah
umum di akademi tersebut. Leadership
Academy dibentuk memang untuk menjawab kebutuhan PLN berkaitan dengan
masalah pemimpin dan tantangan yang
dihadapi PLN di masa depan.
Sedangkan pemimpin yang diharapkan lahir dari akademi ini adalah
“Pemimpin-pemimpin PLN yang benarbenar mampu berpikir “out of the box”
dan tidak hanya terbatas pada pemikiran korporasi melainkan juga memiliki
wawasan luas dalam arti yang sesungguhnya,” kata Eddy, yang juga menjabat
sebagai Direktur SDM dan Umum PLN.
Dengan kriteria pemimpin semacam
itulah, kelak lulusan dari akademi ini diharapkan mampu mengelola perusahaan agar
bertumbuh kembang selaras dengan arah
strategis perusahaan. Lantas, bagaimanakah
tahapan yang harus dilalui untuk bisa menjadi pemimpin di PLN?
46 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
Jenjang Pemimpin dan Pembelajaran
Tentu saja, seorang pegawai harus
melewati jenjang yang tersedia. Dan
untuk masing-masing jenjang itu, Leadership Academy menyediakan fasilitas pembelajarannya, mulai dari tahap
dasar hingga tahap atas. Seperti pem-
akademika
belajaran
Supervisor
Eksekutif
(SE) II dan
SE I, pembelajaran
itu diperuntukan bagi pegawai
yang akan menduduki posisi Supervisor Dasar (SE II) dan Supervisor Atas
(SEI). Sedangkan pembelajaran Executive Education (EE), diperuntukan bagi
pegawai yang akan menduduki posisi
Manajer Dasar (EE III), Manajer Menengah (EE II) dan Manajer Atas (EE I).
Untuk memudahkan, bagi pegawai yang ingin mengikuti program SE II
dan SE I, pembelajarannya tak harus ke
Udiklat Jakarta. Untuk program tersebut, bisa dilakukan di semua UdiklatUdiklat yang ada di lingkungan PLN CorpU, meskipun untuk pengelolaan materi
pembelajarannya tetap berada di bawah
kontrol Leadership Academy. Sehingga,
kalau pegawai yang bersangkutan bertugas Unit Operasional PLN di wilayah
Aceh misalnya, ia bisa mengikuti program SE tersebut di Udiklat Tungtungan.
Berbeda dengan program SE, peserta EE mengiktui pembelajaran langsung
di akademinya di Udiklat Jakarta. Perbedaan ini lantaran, menurut Manajer
Leadership Academy Udiklat Jakarta,
Wisnoe Sartrijono, Leadership Academy
lebih berfokus pada pengembangan
leadership development. Kalau semua
dikembangkan di Udiklat Jakarta, learning plantnya tidak akan sampai. Selain
itu, peserta EE biasanya relatif lebih
sedikit. Sebab, program ini biasanya dipersiapkan untuk pegawai yang akan
mengemban tugas dengan wilayah dan
tanggungjawab yang lebih besar. Seperti EE1 misalnya, dipersiapkan untuk mereka yang akan menduduki posisi General Manajer. Oleh karena itu, perlakuan
pembelajarannya pun akan berbeda.
Untuk mengikuti program pembelajaran EE, ada seleksi yang harus dilewati seorang pegawai. Mereka harus
mengikuti diklat pofesi wajib. Materi
yang diberikan, meliputi manajemen
SDM, manajemen stratejik, manajemen
Leadership Development Program
Prerequisite
Corporate
Exposure
LMT/
Outbound
Perumusan
Project
Assignment
ICT + Corporate
Exposure
Hasil Evaluasi
Presentasi
Project
Assignment/
Telaahan Staf
PA/ OJT +
Asistensi
Assessment
Centre
Rekomendasi
Profil Alumni Diklat Executive Education (EE)
Theme
SE2
Effective
Leadership
Profil
• Supervisor
• Enterpreneur
• Motivator
• Learner.
SE1
EE3
Direction
Leadership
• Supervisor-Leaders
• Enterpreneur
• Inisiator
• Learner
EE2
EE1
Functional
Leadership
Synergetic
Leadership
Visionary
Leadership
• Manager-Leaders
• Enterpreneur
• Kreator
• Learner.
• Manager-Leaders
• Enterpreneur
• Inovator;
• Learner.
• Manager-Leaders
• Enterpreneur
• Change Agent
• Learner.
keuangan dan manajemen perubahan.
Jika lulus, pegawai tersebut bisa masuk
ke program EE. Untuk peserta EE I ada
pengecualian. EE 1 ada tambahan program yang harus diikuti. Yaitu mereka
akan diuji toefl. Untuk lulus dan tidak
lulusnya, Direksilah yang akan menentukan.
Untuk yang baru duduk di kursi
manajer atau yang sudah berjalan,
Leadership Academy juga menyediakan
program pembelajarannya. Namanya
Leadership Capability Development Program (LCDP). Program ini ditujukan
untuk para Manajer Dasar (LCDP III),
Manajer Menengah (LCDP II) hingga
Manajer Atas (LCDP I). Tujuannya, un-
tuk memelihara dan mengembangkan
kepemimpinan para Manajer tersebut.
Dalam pelaksanaannya, program ini berlangsung ketat.
Setelah mengikuti program tersebut, peserta wajib mengikuti action
learning selama tiga bulan. Mereka diharuskan membuat project assigment
yang berisi tentang program kegiatan
yang akan dilakukan di wilayah tugasnya masing-masing. Kemampuan memimpin manajer tersebut dalam mengelola perusahaan akan ditentukan berdasarkan hasil project assigment yang
mereka buat itu. Untuk LCDP III, Leadership Academy telah menyelenggarakan sebanyak dua kali. Satu di Udiklat
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 47
akademika
Melahirkan
Program Patnership Leadership Academy, menyelenggarakan Executive Leadership
Training, 4-8 Maret 2013. Pesertanya dari PLN, Garuda Indonesia dan General Electric
Tuntungan, Udiklat Palembang dan satu
lagi di Udiklat Makasar.
Sementara, untuk mereka yang telah
mengikuti EE 1 tetapi belum sempat
menduduki jabatan tertentu, tak perlu
kuatir pengetahuannya tentang kepemimpinan sebagai seorang manajer
akan jumud (beku). Sebab, Leadership
Academy juga menyediakan programnya untuk merefresh pegawai bersangkutan. Nama programnya Leadership
Web-Based Training (LWBT).
Tak hanya soal kepemimpinan. Bagi
pengawai yang hanya ingin meningkatkan keahliannya, Leadership Academy
juga membuka peluang itu. Nama programnya Strategic Specialist Education
(SSE), terdiri dari SSE I, II, III dan IV.
Program ini dirancang, ditujukan untuk
menciptakan para ahli (expert) yang
mampu memberikan solusi permasalahan atau perbaikan sistem yang dibutuhkan oleh perusahaan dan pelanggan,
serta mampu mengembangkan atau
menghasilkan suatu sistem baru untuk
meningkatkan mutu layanan.
Program Pemagangan dan Patnership
Sebetulnya, berbagai program
pembelajaraan yang dikembangkan di
Leadership Academy, telah dilakukan
sebelum PLN Pusdiklat mengimplemen-
tasikan metodologi CorpU. Menurut
Wisnoe, para direksi yang duduk sekarang di PLN Kantor Pusat, merupakan
produk hasil pembelajaran EE I. Hanya
saja, setelah CorpU program-program
pembelajaran tersebut lalu diformalkan
dan lebih dikembangkan lagi setelah
terbentuknya Leadership Academy.
Yang mencolok dari pengembangan
itu, untuk program EE 1 misalnya, sebelum CorpU usai mengikuti pembelajaran peserta bisa lenggang begitu saja
pulang ke Unitnya dengan membawa
sertifikat sebagai tanda kelulusan. Tapi
setelah CorpU, peserta wajib mengikuti apa yang disebut dengan program
pemagangan (Acting As PLH) selama
beberapa minggu, dengan membuat
project assigment. Jika masa uji evaluasi
berhasil dilewati, barulah peserta pembelajaran tersebut bisa memperoleh
sertifikat.
Menurut Wisnoe, itulah perbedaannya setelah Pusdiklat menjadi CorpU.
Hasil pembelajaran harus berdampak
pada peningkatan kinerja Unit atau perusahaan. Untuk mengukur dampaknya,
dilakukanlah evaluasi, melalui project
assigment yang dibuat peserta tersebut.
Perbedaan lainnya setelah PLN Pusdiklat mengimplementasikan CorpU,
48 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
Selain mengelola Leadership
Academy, Udiklat Jakarta juga mengelola Corporate Culture Academy.
Tujuan dibentuk Corporate Culture
Academy di antarannya adalah, menjadi pusat keunggulan pembelajaran dalam bidang internalisasi atau
penguatan budaya korporasi setara kelas dunia; menghasilkan dan
mengembangkan para ahli dalam bidang penguatan budaya korporasi;
serta memberikan solusi pembelajaran terhadap permasalahan unit
bisnis terutama pada mindset, motivasi dan budaya berkinerja tinggi.
Mengacu kepada tujuan pembentuknya, maka pembelajaran
yang berlangsung di Corporate Culture Academy, yang peresmian pembelajarannya diselenggarakan pada
3 Maret 2013 berbarengan dengan
diselenggarakannya kuliah perdana
Program PLN Bersih, menurut Wisnoe, terdapat tiga fokus utama. Yaitu, berkaitan dengan performance
minded, cost minded dan culture
pembelajaran untuk mencetak pemimpin yang dilakukan di Leadership
Academy, tak sekedar untuk melahirkan
pemimpin-pemimpin di lingkungan PLN
saja, melainkan juga memberi peluang
bagi pegawai PLN untuk menjadi pemimpin di BUMN lain. Untuk ini, Leadership Academy menjalin kerjasama dengan beberapa BUMN lain, melalui program penjenjangan Executive Education
I dalam bentuk Strategic Patnership. Di
antaranya dengan Garuda, General Electric (GE), Pertamina dan Telkom, yang
tergabung dalam Forum Human Capital
Indonesia (FHCI).
Menurut Wisnoe, program pembela-
akademika
Pegawai yang Aware
(PLN Bersih).
Dalam mengelola pengembangan materi-materi pembelajarannya, Udiklat Jakarta berpatner dengan tiga Kepala Divisi
(Kadiv) yang membidanginya, selaku Learning Sterring Committenya. Ketiga Kadiv itu adalah Kadiv Anggaran berfokus
pada cost minded, Kadiv SDM pada performance minded dan
Kepala Satuan Pengendali Kinerja Korporat (KSPKK) pada culture PLN Bersih No Suap.
Pembelajaran berkaitan dengan performance minded tu-
jaran ini mengikuti idenya Dahlan Iskan,
yang kemudian disupport Eddy Erningpraja. Mengutip Dahlan, kata Wisnoe,
dalam menyiapkan leader tak hanya
menyiapkan untuk PLN tapi juga BUMN
lain. Mengutip Eddy, kata Wisnoe, menjalin patnership dengan BUMN lain, PLN
menjadi memperoleh DNA baru (karakter leader yang baru) untuk leaderleader PLN masa depan. “Kalau ngumpulnya hanya dengan orang PLN saja
akselerasinya tidak mempercepat. Nah
itu hanya diperoleh kalau kita gabung
dengan GE, Pertamina, Telkom dan sebagainya. Kita menjadi tahu bagaimana
mengelola perusahaan di perusahaan
gasnya adalah merubah orang bagaimana berprilaku untuk performance minded, exellances. Untuk cost minded,
bagaimana mengubah pegawai supaya cost awarness.
Dengan demikian, setiap yang dilakukan selalu aware
terhadap cost, kepada budget yang ditetapkan. Menurut
Wisnoe, itu sebabnya pembelajaran ini banyak melibatkan
orang-orang teknik. Mereka diajarkan tentang keuangan,
supaya aware pada cost.
Sedangkan culture, lebih pada bagaimana mengimplementasikan PLN Bersih No Suap. Dalam hal ini PLN bekerjasama dengan Transparansi Internasional Indonesia. Aktivitas yang dilakukan, mulai awareness, melatih change of
agent (di setiap unit terdapat pionir-pionir. Harapannya,
mereka yang mensosialisasikan kepada seluruh karyawan
yang ada di unitnya tentang program PLN Bersih No Suap.
Untuk mengelola kedua akademi itu, menurut Wisnoe, Udiklat Jakarta telah mengefektifkan organisasinya.
Langkah yang ditempuh adalah dengan melebur manajemen pembelajaran, data dan evaluasi, serta administrasi
menjadi satu divisi Pembelajaran, yang berada dibawah
penanganan Deputi Manajer Bidang Pengajaran. Tugasnya adalah mulai memanggil siswa, mengidentifikasi
kebutuhan pembelajaran, mengurus sertifikasi, dan mengukur (evaluasi) hasil pembelajaran. Sedangkan untuk
pengembangan akademi, tugas ini ditangani oleh Deputi
Manager Bidang Pengembangan dan Mutu. l
lain, best practicenya seperti apa,” kata
Wisnoe.
Untuk program pembelajaran
patnership ini, telah dilaksanakan EE I
angkatan V. Pesertanya sebanyak 30
orang, berasal dari GE, PLN dan Garuda. Sementara ini Garuda Indonesia menjadi tuan rumah. Itu sebabnya
penyelenggaraan kegiatannya dilaksanakan di Garuda Indonesia Training
Center di Puri Kosambi, Jakarta. Nantinya, kegiatan ini akan dilangsungkan
secara bergiliran. Otomatis, PLN pun
akan kebagian sebagai penyelenggara. Yang jelas, program kerjasama ini
adalah yang pertama di Indonesia dan
menjadi benchmark bagi perusahaan
lain di Indonesia. Menurut Wisnoe, EE II
juga akan dikembangkan ke arah sana.
Sementara ini kerjasama-nya baru dengan PPM.
Harapannya ke depan, dengan program patnership, memungkinkan orang
PLN berkiprah di institusi lain. Selain
memberikan nilai tambah buat PLN,
juga memotivasi. Sebab untuk bisa laku
di luar, pegawai harus profesional, punya kemampuan leadership. Ini akan
memotivasi yang lain. Jadi PLN bukan
terminal akhir, karena pegawai dimungkinkan berkiprah di tempat lain. Jadi tak
ada istilah karir mentok di PLN. l
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 49
akademika
CorpU di Primary Energy and Power Generation Academy
Jawaban Kebutuhan
Unit Pembangkitan
Sejak berdiri telah
menspesialisakan pada
pengelolaan pengetahuan dan
kompetensi sdm pembangkitan
L
okasinya berdampingan dengan PLTU Suralaya, pembangkit listrik terbesar di
Pulau Jawa. Disitulah Primary Energy and Power Generation Academy (PE &
PG Academy), salah satu pusat pembelajaran PLN Corporate University berada. Akademi ini memang mengkhususkan diri pada pengelolaan pengetahuan
dan kompetensi SDM di bidang pembangkitan ketenagalistrikan.
Sebelum ditetapkan sebagai akademi berdasarkan Keputusan Direksi PLN bernomor
481.K/DIR/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Corporate University PT PLN (Persero) tanggal 28 September 2012 lalu, menurut manajer Primary Energy and Power Generation Academy, Irwansyah, Udiklat Suralaya sebenarnya sudah menspesialisasikan
diri sebagai unit pembelajaran PLN Pusdiklat dalam bidang pembangkitan. Itu ditandai dengan dilengkapinya sarana dan prasarana pembelajaran yang bertalian dengan
keperluan pengembangan SDM di bidang tersebut, mulai dari materi, silabus, kurikulum, tenaga pengajar dan laboratorium.
Berbagai Keunggulan
Untuk laboratorium misalnya. Fasilitas yang dimiliki Udiklat Suralaya, antara lain
seperti tersedianya berbagai Simulator PLTU (Simulator Alat Bantu PLTU, Simulator PLTU
400 MW (Panel Based), Simulator PLTU 600 MW (DCS) Boiler Pulverizer dan Simulator
PLTU 100 MW DCS) Boiler CFB yang berlokasi di Diklat Satelit Tarahan), Laboratorium
Mekanikal Elektrikal, Kontrol Instrumen, Kimia, termasuk peralatan NDT, Analisa Vibrasi
dan Workshop Mekanik yang selama ini sangat menunjang proses transfer pengetahuan
dan keterampilan bagi para tenaga operator dan pemeliharaan di unit pembangkit.
Selain itu, Udiklat Suralaya yang diresmikan berdirinya pada 1988, yang sebelumnya merupakan pindahan dari Udiklat Tanjung Priok, juga sudah mengimplementasikan
Sistem Manajemen Terintegrasi, yaitu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (ISO 18000), Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001:2004), dan Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2008), serta manajemen 5S. Dan yang tak kalah pentingnya juga,
warisan rintisan kerjasama dalam pengembangan metode dan materi pembelajaran,
fasilitas laboratorium dan pengembangan instruktur, bekerjasama dengan institusi dari
dalam dan luar negeri. Dengan luar negeri kerjasama dengan HIDAMETI, Jcoal dan PET,
sedangkan kerjasama dengan institusi dalam negeri, antara lain Cirata Green Campus
PT PJB UP Cirata untuk menyelenggarakan Diklat Hydro dan Renewable Energy, serta
dengan Remaining Life Assessment School untuk menyelenggarakan Diklat Assessment
Pembangkit di UBP PT Indonesia Power.
Dengan berbagai kemajuan dan keunggulan yang dimiliki, tak mengherankan, jika
Udiklat Suralaya kala itu dalam pengelolaan diklat pembangkitan sudah dikenal kalangan
stakeholder. Banyak lembaga-lembaga pemerintah seperti BUMN maupun swsta yang
50 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
akademika
meminta penyelenggaraan diklat. Perusahaan-perusahaan BUMN itu antara lain
PT Bukit Asam, PT BMRI (Persero), dan pihak swasta Kratakau Posco, Puncak
Jaya Power, Cirebon Power Services, Sumber Segara Prima, PT Indo Pusaka Berau, termasuk IPP JPower juga dari beberapa akademisi yang melaksanakan
program D3 kerjasama dengan PLN meliputi POLINES, POLINEMA, ITS, STT
PLN, juga dari anak perusahaan PLN yaitu PLN Batam, PJBs, PLN E.
Oleh karena itu, dengan berbagai kemajuan dan keunggulan yang dimiliki
Udiklat Suralaya, “Ketika diimplementasikan CorpU, sebenarnya kita sudah selaras dengan CorpU, sudah mengarah dengan proses bisnis pembangkitan,” jelas
Irwansyah kepada e-Magz, di ruang kerjanya di Suralaya, Banten. Setelah menjadi
CorpU, ke depan rencananya berbagai fasilitas itu masih akan terus dilengkapi. Seperti
untuk pemeliharaan khususnya RLA, peralatan-peralatan yang mendukung assesment,
penambahan simulator-simulator seperti PLTGU, PLTP, Boiler CFB. Kemudian perlengkapan analisa kualitas batubara. Dalam hal ini, PE & PG Academy akan bekerjasama
dengan Suralaya, yang sudah memiliki laboratorium preparasi tersebut. “Daripada investasi lebih baik menggunakan fasilitas suralaya,” ujarnya.
Lalu PE & PG Academy, juga akan memodernisasi simulatornya, dengan memasukan
efek audio visual. “Seolah-olah siswa mengoperasikan pembangkitan beneran meski
dengan simulator, seperti ada denyutan, suara dan redupnya ruangan, sehingga ruh
pembangkitan terasa pada saat mereka mengerjakan di simulator.
Menjawab kebutuhan
Dilakukannya perubahan kelembagaan dari Udiklat menjadi Akademi, tentu saja ada
semangat baru atau cita-cita yang hendak dicapai. PLN ingin, dari PE & PG Academy,
di antaranya bisa menghasilkan dan mengembangkan para expertise di bidang pembangkitan dan energi primer; sebagai solusi terhadap bisnis isu bidang pembangkitan dan energi
primer melalui proses pengembangan dan pembelajaran
(learning solution); serta menjadi pusat rujukan ilmu pengetahuan, pengembangan kompetensi dan leadership bidang
pembangkitan dan energi primer untuk mencapai kinerja excellence pada unit bisnis.
Untuk menggapai cita-cita itu, kata Irwansyah, PE & PG
Academy dalam mengembangkan pembelajarannya selalu
menyesuaikan diri dengan kebutuhan dalam upaya menjawab persoalan unit pembangkitan. Yaitu, dengan selalu mengidentifikasi dan evaluasi. “Strategi inilah yang kita jalankan, mengetahui terlebih dahulu strategi bisnis mitra kita”
ujarnya. Begitu juga dengan materi-materi
pembelajarannya, PE & PG
Academy akan selalu
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 51
akademika
Laboratorium keunggulan Primary Energy and Power Generation Academy
“
Ketika
diimplementasikan
CorpU, sebenarnya
Udiklat Suralaya
sudah selaras
dengan CorpU,
sudah mengarah
dengan proses bisnis
pembangkitan.
update dengan teknologi yang terus berkembang, sehingga kehadirannya kelak bisa
menjadi learning solution. Dengan adanya PE & PG Academy diharapkan dapat menjamin keberlangsungan pengelolaan pengetahuan dan kompetensi SDM yang selama ini
belum terkelola dengan baik.
Tantangan lain yang ingin coba dijawab PE & PG Academy adalah membangun satu
role model pengelolaan pembangkitan berdasarkan manajemen tata kelola pembangkitan berstandar internasional. Perlunya role model ini, kata Irwansyah, lantaran saat
ini terdapat gap tentang pemahaman proses bisnis pengelolaan pembangkit antara
pembangkit-pembangkit di Jawa Bali dan Luar Jawa Bali. Walaupun ada beberapa pembangkit yang sudah setara dengan Jawa Bali. Targetnya, seluruh sektor pembangkitan di
Indonesia mendapatkan pembelajaran yang sama tentang manajemen aset pembangkitan. Sehingga tidak ada gap pengetahuan dan pola pikir bagaimana mengelola aset
yang baik. PLN menargetkan seluruh Pembangkitan sudah menerapkan Sistem Manajemen yang sama pada akhir 2014.
Dengan demikian, nantinya tidak ada lagi Ini tata kelolala pembangkit-an secara
PJB, secara Indonesia Power, Pembangkitan Sumatera Bagian Utara, Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan, atau berdasarkan kebijakan sendiri-sendiri di masing-masing
unit pembangkitan. Yang ada hanya satu role model pengelolaan pembangkitan yang
berdasarkan manajemen tata kelola pembangkitan, berstandark international. Pelaksanaannya ditunjang dengan program OPI. “Ini tantangan yang sangat besar untuk menyamakan kompetensi.” l
“
52 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
akademika
CorpU di Distribution and Commerce Academy
Mendongkrak Kinerja Unit
Menjawab Tuntutan Pelanggan
T
iga gedung baru nan megah bergaya minimalis
berdiri kokoh di antara gedung-gedung lainnya. Ketiga gedung tersebut merupakan gedung laboratorium – terdiri dari Laboratorium A, B dan C – milik
Distribution and Commerce Academy (DCA) yang
tampaknya, baru saja selesai dibangun. Ketika e-Magz berkunjung ke salah satu Unit Pembelajaran PLN Corporate University
(CorpU) itu pada pertengahan Oktober 2013 lalu, dan berkesempatan melihat-lihat ke dalam gedung tersebut, tampak
isinya sedang ditata. Banyak peralatan laboratorium lama dan
baru di sana, baik yang bertalian dengan bidang Distribusi
maupun yang berhubungan dengan bidang Niaga. Sedangkan di beberapa lokasi sudah digunakan untuk kelas pembelajaran teori dan praktek, dan di ruang depan seperti di Gedung
Laboratorium A digunakan untuk ruang evaluasi pembelajaran.
“Kami memang sedang menatanya,” kata Manajer Distribution
and Commerce Academy, Koesdianto.
Sejak bertransformasi dari Unit Pendidikan dan Pelatihan
(Udiklat) menjadi akademi, sesuai SK 481.K/DIR/2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja CorpU PT PLN (Persero), DCA yang
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 53
akademika
berlokasi di jalan Surabaya, Malang, KM 50 Pandaan Pasuruan
ini memang terus berbenah diri. Salah satu diantaranya dengan
membangun fasilitas gedung laboratorium yang layak, agar
para siswa yang belajar di akademi ini bisa berpraktikum dalam
suasana nyaman.
Selain fasilitas gedung, tidak kalah pentingnya, berhubungan dengan fasilitas peralatan laboratorium. Menurut Koesdianto, berbagai fasilitas itu secara bertahap akan terus ditingkatkan, seperti menyediakan simulator-simulator distribusi
outdoor dan indoor, alat peraga maupun alat penguji. Dengan
tersedianya simulator, membuat mereka yang belajar di sini
seperti melakukan yang sebenarnya seperti ketika mereka di
lapangan.
Begitu pula untuk tenaga pengajar, DCA juga memberikan perhatian lebih. Selain banyak melibatkan tenaga pengajar lama yang telah mumpuni yang berasal dari internal PLN,
bila diperlukan tenaga pengajar dari luar negeri pun akan didatangkan. Seperti ketika pertama kali akademi ini di launching pada Maret 2013 lalu, untuk pembelajaran materi sistem
meter pra bayar misalnya, DCA mendatangkan tenaga pengajar dari Afrika.
Menjawab tantangan
Ditunjuknya Udiklat Pandaan menjadi Distribution and
Commerce Academy, tentu saja bukan tanpa alasan. Sejak
dibangun pada 1975 dan mulai beroperasi pada 1976, pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan di sana, sejak awal
sudah berorientasi pada bidang Distribusi dan Niaga. Bahkan,
sebelum Kantor Induk mengimplementasikan CorpU, Udiklat
Pandaan juga sudah lebih dulu berubah menjadi akademi, dengan dilaunchingnya Distribution Academy pada 20 Juni 2012.
“Jadi infrastrukturnya sudah sangat siap. Termasuk, kita memiliki tower SUTT 150 kV dan tower SUTET 500 kV yang bisa
digunakan untuk pelatihan PDKBTT/TET dan pelatihan Tower
Climbing,” jelas Koesdianto.
Dengan melihat pada latar belakang historis dan potensi
yang dimiliki, tak heran, ketika mengimplentasikan CorpU,
Salah satu gedung laboratorium Distribution and Commerce Academy
54 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
Direksi PLN menetapkan Udiklat
Pandaan menjadi Distribution and
Commerce Academy. Harapannya,
dari akademi ini, kelak akan mampu
berkembang menjadi pusat pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi SDM dan berkontribusi pada
peningkatan kinerja perusahaan dan unit,
khususnya di bidang Distribusi dan Niaga,
membentuk para expert di bidang distribusi dan niaga yang
diakui secara nasional dan internasional, serta menjadi pusat
rujukan untuk pemecahan permasalahan operasional dan
berkontribusi dalam mencapai kinerja unggul.
Namun demikian, penetapan Udiklat Pandaan menjadi
DCA, yang utama adalah tak terlepas dari tantangan yang tengah dan akan terus dihadapi PLN di masa mendatang. Sejalan dengan meningkatnya tuntutan pelanggan yang dipicu dengan meningkatnya kegiatan bisnis, menjadikan penyediaan
tenaga listrik sebagai sesuatu yang amat diperlukan. Sebagai
salah satu perusahaan yang memperoleh kepercayaan dari
pemerintah dalam penyediaan tenaga listrik, tentunya PLN
dituntut untuk selalu berusaha dapat memenuhi tuntutan
pelanggan tersebut, berupa keandalan dan kualitas produk
maupun tingkat pelayanannya.
Sejauh ini, dalam memenuhi tuntutan pelanggan itu, berbagai upaya telah dilakukan PLN dan mengalami kemajuan signifikan. Berdasarkan data 2011, dalam bluebook PLN CorpU, di
bidang Distribusi, PLN berhasil menekan susut jaringan hingga
9,2 %, SAIDI mencapai 390 menit per pelanggan, SAIFI 6,4
kali per pelanggan, dan meningkatnya jumlah pelanggan pra
bayar yang mencapai kurang lebih 2 juta pelanggan.
Dalam bidang Niaga, pada 2012, PLN telah menstandarisasi pelayanan pelanggannya serta menjamin terwujudnya
transparansi di bidang tersebut. Itu ditunjukan dengan diimplementasikannya Aplikasi Pelayanan Keluhan Pelanggan
Terpadu (APKT) dan Contact Centre dan ditetapkan sebagai
program unggulan. Disamping itu, PLN juga mengimplementasikan single aplikasi dan single database yang disebut
dengan Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) yang
sudah diterapkan hampir di seluruh unit di Indonesia. Program
ini menggantikan program-program lokal yang dirasakan masih belum memenuhi kaidah Revenue Assurance.
Kemajuan lain, dalam mengelola tenaga listrik, PLN juga
telah mampu meminimalisasi tingkat kebocoran (Leakage)
baik dari sisi pemakaian energi maupun dari jumlah rupiah
yang diterima sebagai pendapatan (revenue). Untuk menekan
kebocoran ini PLN menginplementasikan Program Revenue
Assurance.
Peningkatan kapabilitas dan kontinyunitas
Akan tetapi, dengan berbagai kemajuan itu, penerapan
proses bisnis di bidang Distribusi dan Niaga tidak dapat berjalan lancar apabila tidak didukung oleh pegawai sesuai dengan
akademika
Menghasilkan Beberapa Angkatan
Sejak dilaunching menjadi akademi
pada Maret 2013 lalu, Distribution
and Commerce Academy (DCA)
mengelola dua pembelajaran sekaligus:
pembelajaran bidang DIstribusi dan
Commerce. Pembelajaran Bidang
Distribusi meliputi perencanaan, operasi
dan pemeliharaan jaringan distribusi, serta
program peningkatan efisiensi, mutu dan
keandalan pasokan energi. Sedangkan
pembelajaran bidang Niaga, diawali dari
proses Pelayanan Pelanggan sampai
dengan Pengendalian Piutang, termasuk
di dalamnya pengembangan kompetensi
untuk merancang sistem pentarifan,
perhitungan subsidi, yang berhubungan
dengan pemegang saham (Pemerintah).
Seperti akademi-akademi lainnya,
DCA pun kini tengah menyelenggarakan
Action Learning. Pesertanya, ada yang
hasil Kelas Perdana, dan beberapa di
antaranya merupakan permintaan dari
Unit Operasional dalam upaya menjawab
persoalan yang kini tengah dihadapi
kompetensinya dan tersedia secara berkelanjutan. Pasalnya,
menurut Koesdianto, pelanggan paling banyak dilayani dari
Distribusi, sementara ekspert-ekspert distribusi tidak banyak.
“Karena seorang ahli distribusi pensiun ya pensiun saja. Kaderisasinya tidak banyak. Oleh karena itu, diperlukan kaderisasi secara berkesinambungan bagi ahli-ahli distribusi, karena
menyangkut pelanggan yang banyak,” jelasnya.
Dan pada kenyataannya, kondisi yang ada saat ini, pegawai masih memerlukan peningkatan kapabilitas yang cukup
untuk dapat menjalankan proses bisnis Distribusi dan Niaga,
antara lain ditunjukan dengan nilai ILP yang masih dibawah
Angka Tujuh, tingginya jumlah tunggakan, dan masih adanya
komplain pelanggan terkait pasang baru dan perubahan daya
serta kinerja Distribusi yang masih memerlukan peningkatan
kompetensi SDM.
Di wilayah commerce, ke depan tantangannya juga tidak
kecil. Yaitu keharusan mengikuti perkembangan kemajuan
teknologi. Bisa dibayangkan kalau commerce tidak mengikuti
perkembangan teknologi. Dulu belum ada meter pra bayar se-
Unit tersebut. Dengan demikian, untuk
satu materi pembelajaran, DCA telah
menyelenggarakan untuk beberapa
angkatan. Untuk materi Pengenalan
SCADA Distribusi misalnya, setidaknya
telah menghasilkan lima angkatan. Dan
untuk materi Desain dan Pengawasan
Pekerjaan Konstruksi Jaringan Distribusi
telah menghasilkan empat angkatan yang
diselenggarakan dalam waktu berbeda.
Selain itu, kata Koesdianto,
dari materi-materi pembelajaran
yang diselenggarakan, DCA selalu
updating. Upaya itu dilakukan untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan Unit
dan perkembangan teknologi. Seperti
materi Analisa Kondisi Trafo dan Master
Plan Sistem Distribusi misalnya, keduanya
merupakan materi yang sama sekali
baru. Kedua materi itu diselenggarakan
mengingat tingginya permintaan Unit
yang membutuhkan adanya pembelajaran
tersebut, yang nantinya akan
diimplementasikan di Unit bersangkutan.
“Kedua materi pembelajaran itu kita
sudah action learning. Jadi kita sudah
menghasilkan lulusan dari DCA,” pungkas
Koesdianto. l
karang ada. Dulu belum ada meter dibaca dari kantor sekarang
ada dengan AMR (automatic Meter Reading). Jadi tantangan
di commerce, bagaimana pemanfaatan teknologi dipakai bagi
kemudahan pelayanan PLN. “Orang bayar rekening sekarang
jarang ngantri di loket. Sekarang mereka bisa membayar lewat
ATM, lewat bank, atau di mana saja. Itu semua karena mengikuti kemajuan teknologi.”
Melihat pada latar belakang itu, kata Koesdianto, maka
pembelajaran bidang Distribusi dan Niaga yang berjalan sampai dengan saat ini dirasakan masih perlu peningkatan Alignment dengan Business Concern PLN yang berkembang. Untuk
itu perlu dilakukan akselerasi dan transformasi sistem pembelajaran untuk lebih meningkatkan kompetensi dan mendorong
pencapaian kinerja organisasi. Atas dasar itu pula, rencananya,
peralatan laboratorium DCA diupayakan selalu lebih dari yang
dimiliki Unit-unit Operasional. “Sehingga ketika seseorang
yang mau belajar di akademi ini, dia akan memperoleh banyak
hal terutama bagi pengembangan sistem Distribusi dan Commerce.” l
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 55
Galeri
Bencmark PT Garuda indonesia. PLN Pusdiklat menerima kunjungan PT Garuda Indonesia pada 18 April 2013 yang diterima langsung oleh Chief Learning
Officer PLN Pusdiklat Suharto. Dalam kunjungan tersebut, kedua belah pihak berkesempatan saling tukar pembelajaran dalam pelaksanaan metode
Corporate University. Kunjungan diakhiri dengan saling tukaran cendera mata antara kedua lembaga tersebut. l
BeNcmark Human capital bakrie building industries. PLN Pusdiklat menerima kunjungan rombongan Human Capital Bakrie Building Industries pada
Juli 2013. Rombongan diterima langsung KPusdiklat Suharto. Turut mendampingi Manager Senior Pengembangan, Inovasi dan Kemitraan PLN Pusdiklat
Ermawan Arief Budiman dan Deputi Manajer Hukum dan Komunikasi Liany Fatmasari. Raditya dari Human Capital Bakrie Building Industries, yang memimpin
rombongan menyatakan, kunjungan ke Pusdiklat adalah dalam upaya berguru pada PLN Pusdiklat tentang bagaimana mengimplementasikan Corporate University. l
workshop udiklat pandaan. Udiklat Pandaan melaksanakan Workshop Excellence Performance CorpU Value pada Sabtu 14 September 2013 di Malang.
Tujuannya, untuk meningkatkan awareness dan internalisasi nilai-nilai (SIPP) CorpU serta meningkatkan pela-yanan prima Udiklat, khususnya Udiklat Pandaan
dalam mewujudkan Centre of Excellence in Learning. l
56 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
galeri
Sharing experience Forkom learning BUMN. Bertempat di Lt 2 Kampus PLN Corporate university (CorpU), pada 26 Juli 2013, diselenggarakan pertemuan
berbagi pengalaman antar lembaga-lembaga BUMN dalam mengimplementasikan CorpU. Lembaga BUM itu adalah Pertamina, Telkom, BRI, Bank Mandiri,
Garuda Indonesia, PLN Pusdiklat dan Jasa Marga. Pertemuan ini menghasilkan Nota Kesepakatan dalam rangka pembentukan Forum Learning BUMN. l
kunjungan tnb. Anak perusahaan TNB Malaysia, ILSAS (training), TNBR QATS (litbang), MTM (Transformer) melakukan kunjungan ke PLN CorpU. Kunjungan
tersebut dimaksudkan untuk menjajaki program-program pembelajaran yang diselenggarakan PLN CorpU dan mereka kagum dengan salah satu aplikasi pendukung pembelajaran si-OMMA. Bahkan, ia berencana ingin membeli aplikasi tersebut untuk digunakan di lembaga training mereka. l
Magang. Pelajar dari Belanda melakukan pemagangan di PLN CorpU. Dalam kunjungan awalnya yang berlangsung pada 25 September 2013 itu
mereka diterima PLH KPusdiklat Wisnoe Sartrijono, Ms Pembelajaran Teknik Toto. l
e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 57
Galeri
Bencmark China. Menteri Pendidikan China Prof. Ji Ming Ming, memuji Learning Management System dan metode pembelajaran e-Learning yang telah
dikembangkan di PLN CorpU. Pujian itu disampaikan pada saat Kementerian Pendidikan negeri tirai bambu bencmark ke PLN CorpU yang berlangsung pada
7 Desember 2013 di Project Acadmy, Bogor. Bahkan Prof Ji Ming Ming yang dalam kunjungan itu didampingi dua perusahaan dari China Dipta Group (Lu Hong
Lei) dan Homen Industry Company (Alex) menyatakan akan mendirikan sebuah Universitas Internasional berbasis CorpU dan meminta PLN CorpU untuk
membantu mensetupnya. KPusdiklat Suharto menyambut baik keinginan Kementerian Pendidikan China itu dan menyatakan kesediaannya membantu pada
saat diperlukan. l
Bencmark PT Pegadaian (Persero). Dalam upaya implementasi CorpU
di perusahaannya, PT Pegadaian (Persero) melakukan bencmark ke PLN
CorpU pada 18 Desember 2013. Dalam kunjungan ini rombongan diterima dan
mendapat penjelasan secara gamblang tentang implementasi CorpU dari
Manager Senior Bidang Pembelajaran Teknik Toto. l
58 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014
Bencmark PT aneka tambang. MS Bidang Pembelajaran Non Teknik Hadi
Supriyatno dan MS Bidang RTI A. Kristianto menerima kunjungan Learning
Development (LD) PT Aneka Tambang (Antam) dalam rangka Bencmark
CorpU yang berlangsung di ruang rapat lantai 2 kantor PLN CorpU itu pada
13 Desember 2013. l
Yuk jaga selalu
fikiran dan hati,
tak tergoda korupsi
dan gratifikasi
PT PLN (Persero) Pusdiklat
Jln. HR. Harsono RM. No. 59, Ragunan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 12550
Telp. (021) 7811292, 7811293, 7800832, Faks. (021) 7811294, 7811295
E-mail: [email protected] website:http//www.pln.co.id/pusdiklat
Download