Magz PL 1 vers U n i it y p o r r o ate C N thn Sebuah Persembahan Edisi Khusus Januari 2014 Edisi Khusus Januari 2014 SOSOK u 4 Suharto: “Tak Sekedar Melahirkan Kompetensi Tapi Harus Berdampak Pada kinerja Korporat” LAPORAN UTAMA u 6 Makin Memantapkan Diri PLN Menuju World Class Company Untuk menjadi world class company PLN perlu didukung oleh pegawai-pegawai yang tangguh, mampu bekerja secara profesional dan memiliki kompetensi tinggi. Untuk mewujudkannya PLN menerapkan metode PLN Corporate University. Cakrawala u 16 l Implementasi CorpU Mulai Menggeliat l Kuliah Perdana: Tonggak Awal Mewujudkan Cita-Cita l Implementasi CorpU: Memperkuat Leadership dan Profesionalitas Pegawai l Perform, Karakternya Insan PLN CorpU l Organisasi Baru Menjawab Kebutuhan Baru l Jalan Panjang Menuju Organisasi Pembelajaran inovasi u 32 l Pengembangan Simdiklat: Aplikasi itu bernama LMS PLN itu perusahaan besar. Karenanya harus dikelola secara profesional, modern dan sistematis dengan kemampuan pengelolaan yang kuat. Untuk itulah potensi SDM PLN harus dikembangkan secara terus menerus, termasuk kemampuan leadershipnya. Salah satu pengembangannya itu PLN harus jadi learning organization melalui diimplementasikannya PLN Corporate University. Akademika u 38 l CorpU di Project Academy l CorpU di TLM Academy l CorpU di Leadership Academy l CorpU di PE & PG Academy l CorpU di DC Academy Galeri u 56 l Bencmark PT Garuda Indonesia l Bencmark Bakrie l Sharing Experience Forkom Learning BUMN l Bencmark TNB l Bencmark PT Pegadaian (Persero) l Bencmark PT Aneka Tambang l Bencmark China Pembina : Suharto • Pemimpin Redaksi : A Kristianto • Wakil Pemimpin Redaksi : Dedi Ruspendi • Sekretaris Redaksi : Dyah Prasetyanti, Ujang Subagja• Redaktur Pelaksana: Novianto • Redaktur : Roy Hadinata Sijabat, Satria Indraprasta• Repor-ter : Pranesti Novitasari, Febriana Budhi • Fotografer : Nano Subiantoro • Kontributor : Sri Heny Purwanti, Ridho Hutomo, Ratna Putri Mindasa, Teguh Tyas Santoso, Ikhfan, Tony Widiatmoro, Riska Setiawan, Reza Hardiansyah • Promosi : Khoirur Rohmat, Fitriana Budiarti • Koresponden: DM Pengajaran Udiklat • Alamat : Jln. HR. Harsono RM. No. 59, Ragunan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 12550 Telp. (021) 7811292, 7811293, 7800832, Faks. (021) 7811294, 7811295 e-mail : [email protected] sosok Sebuah Review M enjadi bagian dari agen perubahan (change agent), atas dasar inilah kenapa eMagz kembali hadir sejak setahun yang lalu. Kala itu, sudah sangat disadari, PLN Pusdiklat tengah mengemban tugas besar, mewujudkan PLN menjadi learning organization atau menjadikan PLN CorpU sebagai centre of excellence in learning melalui implementasi CorpU. Mengemban tugas itu, lagi-lagi amat disadari, tidaklah ringan. Banyak hal yang ketika itu harus ditata ulang, baik visi, misi, termasuk merumuskan peta strategi ke dalam program kerja, yang difokuskan pada upaya untuk meningkatkan brainware, leadership, software, system dan hardware. Lebih-lebih ketika harus melibatkan seluruh unsur pegawai yang harus segera beradaptasi dengan pola budaya dan lingkungan baru bernama CorpU, tentu diperlukan sarana memadai yang bisa mensosialisasikan dan mengkomunikasi secara intens cita-cita CorpU yang hendak dibangun tersebut. Menyadari akan perannya, maka sebagai bagian dari change agent bersama dengan change agent lainnya di PLN, dengan begitu, salah satu tugas yang diemban eMagz adalah tak sekedar “memotret” atau sekedar mewartakan apa yang tengah berlangsung di lingkungan PLN sejalan dengan diimplementasikannya CorpU. Lebih dari itu, media ini juga turut “mengorientasikan” lewat ulasan-ulasannya yang tak lagi polos, melainkan disajikan dengan lebih mendalam disertai dengan sudut pandang yang lebih kaya dan beragam. Tujuan tak lain, agar “isi”-nya diharapkan bisa menginsprirasi dan mengedukasi para pembacanya, stakeholder PLN dan terutamna seluruh pegawainya sehingga tak sekedar memahami melainkan juga terdorong turut mewujudkan cita-cita yang diembang dengan diimplementasikannya CorpU. Selain itu, seperti juga pernah kami janjikan setahun yang lalu, eMagz akan mengangkat perkembangan kemajuan implementasi CorpU di PLN dari waktu ke waktu, serta tentu saja bersama dengan dinamika yang menyertainya. Dan janji itu coba kami tunaikan lewat persembahan di Edisi Khusus ini. Seperti bisa dibaca mulai dari halaman awal hingga akhir, seluruhnya berbicara dalam kerangka membangun PLN CorpU, yang kami sajikan sejak medio Januari hingga Desember 2013. Tentu saja, di dalam upaya turut mengorientasikan mewujudkan cita-cita PLN CorpU itu, banyak hal yang masih perlu disempurnakan sesuai dengan perkembangan pemahaman dan dinamika di PLN CorpU itu sendiri. Tapi setidaknya, melalui Edisi Khusus ini semangatnya adalah, bisa menjadi sebagai sebuah review tentang perjalanan PLN CorpU selama satu tahun. Selamat membaca ! A. Kristianto e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 3 sosok Suharto, Kepala PLN Pusdiklat “ Tak Sekedar Melahirkan Kompetensi Tapi Harus Berdampak Pada Kinerja Korporat” Karirnya di PLN dimulai dari bawah, sebagai pegawai biasa pada 1987. Berbagai pendidikan dan pelatihan dalam dan di luar PLN telah banyak diikuti, mulai dari keahlian tingkat basic hingga tingkat advance. Atas ketekunannya mengikuti pendikan dan dari pengalamannya memimpin di beberapa Unit Usaha PLN, Pria kelahiran Batang Serangan, Sumatera Utara 3 Juli 1961 ini, kini dipercaya sebagai Nahkoda PLN Pusdiklat sejak 2011. Bersama dengan para manajemen lainnya, di bawah kepemimpinannya, ia membawa perubahan, Pusdiklat menjadi organisasi pembelajaran melalui implementasi PLN Corporate University. Bagaimana pandangannya tentang PLN Corporate University, berikut petikan wawancaranya. B isa dijelaskan, apa yang mendorong PLN Pusdiklat harus mentransformasikan dirinya menjadi learning organization melalui implementasi PLN Corporate University? Begini, PLN itu sebuah perusahaan besar, big company. Sekarang ini asetnya terbesar di BUMN, di atas 500 triliun. Itu dari sisi aset. Kalau dilihat dari sisi belanjanya, anggaran operasinalnya juga besar sekali. Pelanggannya juga banyak. Coverage areanya dari timur ke barat, seluas indonesia. Jadi, bisnis prosesnya dari hulu hingga hilir, demikian luasnya. Dari gambaran itu artinya apa, PLN harus dikelola secara profesional, modern, sistematis dan dengan kemampuan pengelolaan yang kuat. Untuk itu, agar mampu mengelola dengan baik, SDM PLN harus terus dikembangkan potensi, profesionalisme dan kemampuan leadershipnya. Nah, pengembangannya itu salah satunya PLN harus menjadi learning organization melalui implementasi Corporate University. Gambarannya seperti apa Learning organization itu? Learning organization artinya proses pembelajaran tidak hanya proses individu, proses kelompok atau yang ada hanya di salah satu unit. Tetapi adalah proses yang terjadi di perusahaan. Peningkatan kompetensi terjadi dimana-mana, mulai dari individu, tim, Unit hingga Korporat. Sehingga di korporat terjadi pembelajaran yang demikian intens dari hari ke hari dan itu mengikuti perkembangan yang ada, baik perkembangan di tataran regional, nasional, bahkan tidak bisa terhindari dari tataran global. Mengapa? Karena tuntutan teknologi yang semakin berkembang, tuntutan kebutuh- 4 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 sosok an masyarakat yang semakin hari semakin banyak dan beragam. Itu juga bagian dari tantangan-tantangan yang akan dihadapi PLN ke depannya. Berhadapan dengan tantangan tadi, artinya proses pembelajaran di Pusdiklat pun harus berubah? Ya. Proses pembelajaran tidak bisa hanya seperti yang lalu-lalu saja, mengikuti kebutuhan individu dari masing-masing SDM. Tidak bisa hanya sebatas itu. Maka unit yang memerankan sebagai pengelola proses pembelajaran di PLN dalam hal ini Pusdiklat, harus mentansformasi, harus melakukan perubahan. “ PLN bukan terminal akhir, pegawai dimungkinkan berkiprah di tempat lain. “ Lantas, kenapa yang dipilih Corporate University? Corporate University merupakan salah satu metodologi pembelajaran yang sudah dikenal di tingkat dunia. Salah satu metode pembelajaran yang bisa menghasilkan tidak hanya kompetensi orang tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kinerja korporat secara berkelanjutan. Caranya? Kalau sebelumnya semua proses pembelajaran menjadi domainnya Pusdiklat tapi sekarang ownershipnya diangkat ke atas, yaitu ke Direksi. Tujuannya agar proses pembelajaran betul-betul in line dengan strateginya korporasi. Kan yang tahu persis perusahaan lagi berkembang ke arah mana dan mau dibawa ke mana adalah business owners. Dalam PLN Corporate University, para Direksi ber- peran sebagai learning council. Kalau Direksi berperan sebagai ownership pembelajaran, otomatis arah dari pembelajaran ini sesuai dengan arah perkembangan perusahaan. Maka kemudian kita juga bisa menjamin output dari pembelajaran ini bisa memberikan impact kepada peningkatan kinerja perusahaan. Nanti dimana letak perbedaan antara Pusdiklat lama dengan Pusdiklat Baru pasca implementasi PLN Corporate University? Yang lama hanya berfokus pada membangun kompetensi orang. Melalui Corporate University juga berfokus pada peningkatan kinerja perusahaan. Itu tadi, dimungkinkan karena arah pembelajaran sudah searah dengan perusahaan. PLN Corporate university bisa melahirkan pemimpin masa depan, seperti apa gambarannya? PLN kan sudah mendeclare menjadi akademi karir. Harapannya, ke depan orang-orang PLN bisa menjadi leader atau pemimpin di perusahaan institusi atau BUMN lain, seperti menjadi direksi atau pemimpin unit di tempat lain. Untuk itu, di PLN mereka harus diperkuat kemampuan leadership dan profesionalismenya lewat corpu. Contoh, kepala divisi umum kita belum lama ini diangkat menjadi salah satu direktur di BUMN. Harapannya akan lebih banyak lagi orang-orang seperti itu yang bisa diangkat. Kita harus mengkader sebanyak mungkin. Nantinya orang-orang PLN menjadi di percaya oleh orang lain. Dengan ada orang PLN di sana sini, terkenal karena bagus kinerjanya dan produktif, mengangkat citra PLN. Itu memberikan kebanggaan. Bisa sangat memotivasi karyawan PLN yang lain? Betul sekali. Dengan banyaknya orang PLN yang berkiprah di institusi lain selain memberikan nilai tambah buat PLN, juga memotivasi. Sebab, untuk bisa laku di luar pegawai harus profesional, punya kemampuan leadership. Ini akan memotivasi yang lain. Jadi PLN bukan terminal akhir, karena pegawai dimungkinkan berkiprah di tempat lain. l e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 5 laporan utama PLN Corporate University Makin Memantap World Class Comp 6 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 laporan utama PLN PUSDIKLAT kini telah bertransformasi menjadi learning organization. Menjadi tanggungjawab bersama untuk mewujudkannya. R abu 14 November 2012, menjadi momen bersejarah yang sangat penting bagi PT PLN Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PLN Pusdiklat). Pada hari dan tanggal itu Unit Usaha PLN yang bergerak dalam bidang jasa pendidikan dan pelatihan ini resmi mentransformasikan diri menjadi learning organization. Diselenggarakan di Gedung Serba Guna PLN Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) dan disaksikan ratusan undangan termasuk para direktur perusahaan BUMN, sejumlah pegawai PLN dari seluruh Indonesia, serta dapat disaksikan secara langsung melalui live streaming, transformasi itu ditandai dengan dilaunchingnya implementasi PLN Corporate University dengan menekan tombol secara serentak oleh Direksi PLN. Masih di acara launching. Beberapa kegiatan yang memiliki momen penting juga dilakukan, sebagai bagian dari upaya transformasi itu. Antara lain, berupa penyerahan bendera PLN Corporate University dari Kepala Pusdiklat PLN Suharto kepada Direktur Utama PLN Nur Pamudji. Penyerahan bendera itu sebagai simbol bahwa mulai sejak itu, pembelajaran di PLN tak lagi ditentukan pihak manajemen PLN Pusdiklat, melainkan langsung di bawah kepemimpinan Dikreksi PLN. Setelah itu, dilanjutkan dengan penyerahan white book PLN Corporate University dari Dirut PLN Nur Pamudji kepada Kepala Pusdiklat Suharto. The white book PLN Corporate University adalah buku yang berisi tentang arah dan kebijakan pengemba- kan Diri Menuju any e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 7 laporan utama Sebuah keharusan Neneng Goenadi, wakil dari Accenture Indonesia, memuji langkah yang ditempuh manajemen PLN. Itu dikemukakan, sebelum ia menyampaikan berbagi pengalamannya dalam implementasi Corporate University di Accenture pada acara launching itu. Accenture adalah perusahaan multinasional yang bergerak dalam bidang management global consulting dan memiliki cabang di 54 negara, termasuk di Indonesia. Menurut Neneng, dengan diimplemtasikannya PLN Corporate University, PLN telah melakukan satu tahapan dan komitmen yang sangat besar untuk mengembangkan para karyawan dan untuk menghadapi tantangan-tantangan jaman. Bagi PLN Pusdiklat, mengimplementasikan PLN Corporate University tampaknya sebuah keharusan. Menurut Suharto, langkah ini ditempuh dalam upaya untuk mendukung mewujudkan misi PLN menjadi perusahaan kelas dunia (world class company), yang telah dicanangkan sejak lama. Dalam upaya mewujudkan misinya itu, tekad PLN sudah bulat. Namun disadari, untuk mencapai ke arah itu bukan perkara gampang. Apalagi ke depan, PLN juga akan menghadapi tantangan yang tidak ringan. Menurut Pamudji, untuk menjadi world class company, PLN perlu didukung oleh pegawai yang tangguh, mampu bekerja profesional dan memiliki kompetensi tinggi. Hanya dengan itu, PLN akan mampu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dalam bidang kelistrikan sesuai dengan kualitas standar dunia dan para pegawainya mampu beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang dinamis. Berbagai upaya sebenarnya telah dilakukan PLN untuk mewujudkan misinya itu. Terbukti, dari waktu ke waktu, pelayanan yang diberikan PLN kepada masyarakat semakin terus meningkat. Juga dengan pengelolaan pembelajaran yang diselenggarakan PLN dalam menunjang kompetensi para pegawainya, sudah jauh berbeda dengan yang dahulu. Menurut Pamudji, saat ini PLN “ Diimplementasikan PLN Corporate University untuk mewujudkan Misi PLN menjadi perusahaan kelas dunia “ ngan PLN Corporate University. Secara simbolis, penyerahan buku itu sebagai bentuk penugasan agar PLN Pusdiklat di dalam pengembangan pembelajarannya mengikuti arah kebijakan yang digariskan dalam white book itu. Momen bersejarah lain yang tak kalah penting adalah acara pengukuhan Direksi PLN sebagai Learning Council (Dewan Pembelajaran) dan Kepala Divisi PLN sebagai Learning Steering Committe. sudah menjadi organisasi pembelajar yang sangat tertata, sangat maju dan memiliki sistem informasi yang modern dan dapat diakses oleh seluruh pegawai. Namun demikian, sebagai perusahaan besar, dengan aset besar termasuk sumberdaya manusianya, yang berada di seluruh wilayah Indonesia, PLN masih menemukan adanya berbagai kekurangan dan kelemahan. Untuk itulah, kata Suharto, PLN terus melakukan pembenahan diri. Salah satu upaya pembenahan yang kini tengah dilakukan, terkait dengan masalah pengembangan sumberdaya manusia, yang berujung pada soal pengembangan pendidikan. PLN merasakan pengembangan pembelajaran yang berlangsung belum terintegrasi dengan baik. Selama ini, pembelajaran yang berlangsung lebih banyak ditangani oleh Pusdiklat, sebagai salah satu Unit Usaha PLN yang memfokuskan diri dalam pe- 8 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 nyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan dan Direktorat SDM. Tapi, lantaran tidak terintegrasi, materi-materi pengajaran yang dikembangkan tak selalu sejalan dengan kemauan korporat. Akibatnya, sumberdaya manusia jebolan Pusdiklat dirasakan tak selalu menopang arah strategi dan kebijakan yang dikembangkan korporat, dan tentu saja sedikit banyaknya juga berdampak pada kurang maksimalnya kinerja koporat. Guna mengatasi persoalan itu, sebagai solusinya PLN mengimplementasikan PLN Corporate University. Menurut Pamudji, Corporate University merupakan satu alat stratejik yang berfungsi mengintegrasikan semua sumberdaya pembelajaran, proses dan orang. Dari pengintegrasian itu, memungkinkan terwujudnya kinerja terbaik dengan laporan utama terus menerus meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan prilaku orang dalam lingkungan ekosistem bisnis. Sementara menurut Direktur SDM dan Umum Eddy D. Erningpradja, dengan diimplementasikan PLN Corporate University sistem pembelajaran yang ada di PLN Pusdiklat berubah. Kalau selama ini banyak dilakukan Pusdiklat nantinya akan ditangani secara langsung oleh process business owner. Dengan perubahan itu diharapkan, dari sistem pembelajaran yang berlangsung akan jauh lebih selaras dan resposif dengan kebutuhan perusahaan. Karena itu, menerapkan metode PLN Corporate University adalah bagian untuk mempercepat pencapaian Centre of Excellen in Learning secara berkelan- jutan, yang dimungkinkan lahirnya pengawai-pegawai yang dibutuhkan dengan kualifikasi world class company, serta mampu memecahkan permasalahan dalam lingkungan kerja yang kompleks dan dinamis. Maka, dengan diimplementasikan PLN Corporate University, kata Pamudji, PLN kini semakin memantapkan dirinya menuju perusahaan kelas dunia yang diperhitungkan. Perlu Tekad Yang pasti, untuk mengimplemetasikan ide pembentukan PLN Corporate University datangnya tak ujuk-ujuk. Menurut Suharto, PLN Pusdiklat sebe- Pengukuhan. Direksi PLN dikukuhkan sebagai Learning Council. (Insert), Dirut PLN Nur Pamudji saat menekan tombol tanda resminya PLN Pusdiklat bertransformasi menjadi PLN Corporate University lumnya telah melakukan beberapa kajian. Pada 11 September 2012, misalnya, PLN Pusdiklat terlebih dahulu melakukan corporat university need analisys. Itu dilakukan untuk mengukur kesiapan Pusdiklat dalam mengimplementasikan corporate university. Hasilnya, menunjukkan siap. Pada 13 September 2012, dilanjutkan dengan business scanning. Kegiatan ini ingin melihat seberapa jauh kebutuhan pembelajaran dari masing-masing business owner, yang melahirkan learning focus. Pada 14 September 2012 juga dilakukan roadmap corporate university e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 9 laporan utama Kapusdiklat Suharto menerima sertifikat ISO 14001 - 2004 bidang Manajemen Lingkungan dari KAN dan IAP, yang diserahkan langsung oleh Nasrul Alam, Manajer Bidang Pengembangan Usaha Jasa Sertifikasi. (BAWAH) SDM PLN, diharapkan mampu memberikan pelayanan standar kelas dunia. sekaligus dengan program-program kerjanya. Dari berbagai kajian itu, hasilnya, pada 25 September 2012, lewat sidang Direksi, PLN Pusdiklat mendapat dukungan dari direksi untuk mengimplementasikan PLN Corporate University. “Dari hasil scanning, terdapat kecenderungan pentingnya kompetensi dan akreditasi yang menjadi harapan banyak pihak. Untuk itu kami akan mengupayakan standarisasi-standarisasi dan juga melakukan penyelarasan terhadap stratejik bisnis yang ada di PLN untuk pengembangan ke depan. Maka keberadaan PLN Corporate University diharapkan proses pembelajaran tidak hanya berhenti sampai dengan peningkatan kompetensi, lebih jauh dari itu kita akan berusaha bersama untuk bisa memberikan kontribusi kepada peningkatan kinerja korporat,” kata Suharto. Bahkan, kata Suharto, sebagai pihak yang mengemban amanah yang diberikan PLN Pusat dalam mengimplementasikan PLN Corporate University, PLN Pusdiklat menyatakan kesiapannya untuk memberikan nilai-nilai baru kepada pelanggannya, yaitu Simple, Inspiring, Performing dan Phenomenal. Langkah besar yang telah ditempuh PLN Pusdiklat, tentunya memerlukan dukungan semua pihak, terutama dari seluruh karyawan. Apa yang kini tengah dilakukan PLN Pusdiklat masih tahap awal dan masih banyak yang perlu dikembangkan di waktu yang akan datang. Menurut Pamudji, PLN Corporate University hanya akan terwujud apabila semua pegawai PLN benarbenar menegakkan profesionalisme, pengelolaannya benar-benar bekerja, kompeten dan bersemangat untuk mewujudkannya. “Tanpa tekad dan semangat seperti itu maka transformasi sistem belajar mengajar PLN tidak akan pernah terwujud,” tegas Pamudji. l 10 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 laporan utama Mendorong Munculnya Pemimpin PLN Masa Depan Eddy D. Erningpraja, Direktur SDM dan Umum PLN D ari tahun ke tahun perkembangan PLN semakin meningkat seiring dengan upaya dan kerja keras mencapai visinya sebagai perusahaan kelas dunia. Sebagai organisasi pembelajar, PLN ingin adanya pendekatan yang holistic dan modern dalam menyikapi perkembangan bisnis ketenagalistrikan. Semua itu tidak akan terwujud tanpa didukung potensi insani yang tidak hanya kompeten, namun juga beyond professional. Saat ini PLN tidak boleh berpikir sebatas inside the box, namun harus memiliki pemikiran yang out of the box. Itupun tidak akan cukup menjadikan PLN sebagai perusahaan kelas dunia, sehingga PLN harus memiliki pemikiran without the box. Kemajuan dan tuntutan korporat yang kian dinamis, mengharuskan insan-insan PLN selain dituntut untuk “bekerja bekerja bekerja” juga harus ditingkatkan profesionalismenya dan diakui baik secara nasional maupun internasional. Setidaknya ada 10 karakteristik yang perlu dipenuhi agar diakui telah mengimplementasikan corporate university : 1. Secara proaktif mencari dan mengupayakan penyelesaian masalah performance melalui solusi pembelajaran 2. Sebagai pendukung kebutuhan pembelajaran perusahaan maupun pengembangan individu pegawai 3. Sasaran objek pembelajaran tidak hanya terbatas pada pegawai saja, tetapi juga pemasok, pelanggan dan masyarakat melalui program orientasi, induksi, pelatihan, pengembangan dan pendidikan 4. Fasilitas pembelajarannya telah terkoneksi secara fisik dan virtual melalui learning management system (LMS) dan knowledge management system (KMS) yang terintegrasi 5. Terjalinnya kemitraan dengan universitas atau institusi pendidikan untuk pengembangan individu pegawai 6. Terbangunnya “brand” yang meyakinkan pegawai dan pelanggan 7. Menjadi tempat diturunkannya pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada generasi berikutnya melalui program “leader as teacher (LAT) & retired faculty” 8. Menjadi tempat menginternalisasi budaya dan tata nilai organisasi 9. Program corporate university telah selaras, terintegrasi dan saling terkait dengan inisiatif sdm 10. Pengelolaan pembelajarannya dilaksanakan para profesional yang ahli di bidang pembelajaran (learning technologist) Dengan diimplementasikannya PLN Corporate University, pembelajaran tidak hanya menjadi milik PLN Pusdiklat dan Direktorat SDNM, namun juga menjadi milik business process owner. Dengan demikian bersama business process owner proses pembelajaran di PLN akan sangat mencerminkan kebutuhan korporasi dan dapat dipastikan memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Untuk mempermudah internalisasi Corporate University, beberapa buku pedoman telah disiapkan oleh PLN dalam bentuk white book, blue book, dan orange book. The White Book (untuk seluruh stakeholder) menjelaskan tentang arah dan kebijakan PLN Corporate University yang diimplementasikan di PLN. Buku itu merupakan edisi awal yang nantinya akan menjadi pedoman bagi pengembangan masingmasing akademi yang ada di PLN. The Blue Book (untuk penanggung jawab akademi) menjelaskan tentang akademi-akademi dan program-program pembelajaran saat ini dan yang akan disiapkan untuk mendukung implementasi PLN Corporate University. The Orange Book (untuk internal PLN) menjelaskan tentang learning path untuk masing-masing jabatan yang ada di PLN. Buku tersebut masih merupakan konsep awal yang nantinya akan dipertajam lagi dengan para business process owner. The Orange Book merupakan hasil dari developing a curriculum (Dacum) yang telah kami lakukan bersama dengan perwakilan business process owner pada beberapa jabatan kunci. Proses ini di PLN dikenal juga dengan istilah job learning need analysis (identifikasi kebutuhan diklat berdasarkan kkj/ kebutuhan kompetensi jabatan). Layaknya sebuah university, PLN akan menciptakan iklim/ suasana pembelajaran yang dibutuhkan oleh setiap insan secara proaktif dalam rangka memberikan kontribusi yang optimal bagi kemajuan korporat. Melalui implementasi PLN Corporate University ini, PLN akan terus mendorong munculnya para pemimpin-pemimpin PLN masa depan yang profesional. Selanjutnya PLN berharap akan semakin banyak orang-orangnya yang memiliki sertifikat atau kompetensi nasional/internasional. PLN juga bercita-cita dimasa yang akan datang banyak orang-orangnya mampu berada di posisi penting di BUMN lain. l e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 11 laporan utama Implementasi PLN Corporate University Selaraskan Kebutuhan Pembelajaran dengan Korporat Dengan Diimplementasikannya PLN Corporate University, kepemilikan pembelajaran yang semula berada di PLN Pusdiklat serta Direktorat SDM dan Umum beralih menjadi milik process business owner. A pakah itu PLN Corporate University? Penjelasan tentang itu bisa ditelusuri di white book PLN Corporate University. Di buku putih setebal 40 halaman itu, yang menjadi pedoman PLN Pusdiklat di dalam mentransformasikan dirinya menjadi learning organization (organisasi pembelajaran) dijelaskan, adalah salah satu alat stratejik PLN yang berfungsi mengintegrasikan semua sumberdaya pembelajaran, proses dan orang di perusahaan berbasiskan sistem informasi. Diimplementasikannya alat tersebut adalah sebagai upaya PLN untuk meningkatkan peran dan akuntabilitas Unit Usahanya yang bergerak dalam bidang jasa pendidikan dan pelatihan atau yang selama ini dikenal dengan nama PLN Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat), untuk mendukung implementasi kebijakan dan strategi korporat. Selama ini pengelolaan pembelajaran di PLN Pusdiklat bisa dibilang berjalan sendiri. Mulai dari perumusan materi, metode pembelajaran, sistem dan para instruktur yang mengajarnya, semua ditentukan oleh pihak manajemen Pusdiklat. Atau dengan kata lain, pola pengelolaan pembelajaran yang berlangsung selama ini tidak secara khusus diorientasikan untuk mendukung kebijakan korporat. Akibat dari pengelolaan semacam itu dirasakan tak lagi kondusif, terutama di dalam upaya mewujudkan visi dan misi PLN menjadi world class company. Maka, dengan diimplementasikannya PLN Corporate University nantinya ruang lingkup pengelolaan pembelajaran di PLN Pusdiklat diintergrasikan dengan maunya korporat. Dengan demikian, kepemilikan pembelajaran yang semula berada di PLN Pusdiklat serta Direktorat SDM dan Umum, beralih menjadi milik process business owner, yang terdiri dari Direksi dan para Manajemen Atas PLN. Merekalah yang nantinya menentukan pembelajaran apa saja yang harus berlangsung di Pusdiklat. Menurut Direktur Utama PLN Nur Pamudji, dengan cara inilah pola pembelajaran di Pusdiklat lebih selaras dan responsif dalam mendukung kebutuhan korporat. Tujuan dari implementasi PLN Corporate pun sangat jelas. PLN ingin menumbuhkan kompetensi dan potensi yang diperlukan perusahaan dalam bisnis kelistrikan di Indonesia saat ini dan mendatang, serta memastikan bahwa proses pembelajaran potensi insani PLN menjadi kinerja unggul. Suasana pembelajaran inilah yang hendak dibangun sehingga memungkinkan para pegawai PLN dapat terus menerus meningkatkan 12 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 pengetahuan, keterampilan dan prilaku sehingga pegawai mampu beradaptasi dalam lingkungan ekosistem bisnis. PLN House Corporate University Lantas, bagaimanakah bangunan organisasi PLN Corporate University yang diharapkan bisa mewujudkan transformasi pembelajaran yang bisa berdampak pada peningkatan kompetensi pegawai dan kinerja korporat itu? Telah dikemukakan, setelah diimplementasikan PLN Corporate University, kepemilikan pembelajaran berada di tangan process business owner, yaitu Direksi dan para Manajemen Atas PLN. Itu artinya peran process business owner akan memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan suasana pembelajaran yang dikembangkan di PLN Pusdiklat, sehingga pengelolaan pembelajaran yang diselenggarakan berorientasi pada usaha peningkatan laporan utama Learning Council Learning Steering Committe Organizing Committe Struktur Organisasi PLN Corporate University upayakan optimalisasi dampak dari pembelajaran dikaitkan dengan ROTI (Return on Training Investment). Sedangkan peran PLN Pusdiklat dalam konteks PLN Corporate University sebagai Organizing Committee (OC) di antaranya : (1). Mengelola pembelajaran yang dibutuhkan; (2). Menjalin kerjasama dengan penyelenggara pembelajaran lainnya; (3). Mengelola infrastruktur pembelajaran; dan (4). Menjaga budaya pembelajaran dan mengelola pengeta- “ PLN Corporate university adalah salah satu alat stratejik PLN yang berfungsi mengintegrasikan semua sumberdaya pembelajaran, proses dan orang di perusahaan berbasiskan sistem informasi. “ kinerja korporat secara signifikan, sekaligus membangun kultur baru selaras dengan tata nilai perusahaan. Secara metodologis, dalam struktur organisasi PLN Corporate University, posisi Direksi PLN nantinya menjadi Dewan Pembelajaran atau Learning Council (LC). Posisi para Manajemen Atas, yang terdiri dari Kepala-kepala Divisi, Sekretaris Perusahaan, Kepala Satuan, Kepala Unit, General Manager, Direksi Anak Perusahaan yang keanggotaannya ditetapkan oleh Direktur SDM dan Umum setiap satu tahun sekali, akan menjadi Learning Steering Committee (LSC). Sedangkan posisi Kepala PLN Pusdiklat menjadi Chief Learning Officer (CLO). Sedangkan Manajer Senior Bidang dan Manajer Udiklat sebagai sebagai Organizing Committee. Adapun peran penting yang akan dilakukan LC antara lain : (1). Memberikan arah kebijakan perusahaan terkait dengan pembelajaran, seperti visi, misi, tujuan, program kerja, anggaran, sumber daya yang dibutuhkan, dan skala prioritas; (2). Mendorong terwujudnya kemitraan dengan lembaga pendidikan tinggi dan sinergi antar stakeholder dalam proses pembelajaran serta mengoptimalkan manfaat dari intangible asset; (3). Mendorong tumbuhnya budaya inovasi dan penerapan best practices; (4). Menjaga kesinambungan pengetahuan yang ada di perusahaan dan (5). Mengupayakan optimalisasi dampak dari pembelajaran dikaitkan dengan ROTI (Return on Training Investment). Peran penting LSC meliputi: (1). Merencanakan kebutuhan pembelajaran secara lebih spesifik disesuaikan dengan proses bisnis dan perkembangan terkini; (2). Mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran untuk jangka pendek dan jangka panjang; (3). Menetapkan kebutuhan pembelajaran yang harus dimiliki (mandatory) oleh tenaga kerja yang bekerja di PLN; (4). Mengkomunikasikan pembelajaran dengan stakeholder dan memastikan terjadinya Pembelajaran; (5). Menghindari hilangnya pengetahuan dari hilangnya SDM yang kompeten (knowledge capturing); (6). Meng- huan (knowledge management). Mengacu kepada struktur organisasi tersebut dan dalam rangka melaksanakan pembelajaran sesuai dengan bisnis prosesnya (sesuai bidang masingmasing), dibentuklah Akademi-Akademi yang berkoordinasi dengan CLO sebagai Organizing Committee. Adapun akademi-akademi yang dikembangkan itu meliputi : • Primary Energy & Power Generation Academy di PLN Udiklat Suralaya • Transmission & Live Line Maintenance Academy Academy di PLN Udiklat Semarang • Distribution & Commerce Academy di PLN Udiklat Pandaan • Project Academy di PLN Udiklat Bogor • Renewable Energy Academy di PLN Udiklat Makassar • Leadership Academy di PLN Udiklat Jakarta • Corporate Culture Academy di PLN Udiklat Jakarta • Corporate Enabler Academy di PLN Udiklat Palembang Dalam prakteknya, penyelarasan (alignment) program pembelajaran dengan strategi korporat ditandai dengan business concern oleh process business owner untuk mendapatkan perumusan arah kebijakan perusahaan terkait dengan pembelajaran, seperti visi, misi, tujuan, program kerja, anggaran, sumber daya yang dibutuhkan, dan skala prioritas. Penyelarasan itu dilakukan dua kali dalam satu tahun, melalui rapat Learning Council yang dihadiri oleh Direksi sebagai Learning Council dan Chief Learning Officer (CLO). Sedangkan Business concern merupakan salah satu kegiatan analisis kebutuhan pembelajaran korporat untuk merumuskan learning focus dan learning blueprint serta learning theme sehingga dilakukan penyempurnaan proses bisnis pembelajaran. Secara umum proses penyelenggaraan pembelajaran terdiri dari empat proses, yaitu: Analisis dan Perencanaan Kebutuhan Pembelajaran, Desain dan Penyusunan Materi Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, dan Evaluasi Pembelajaran. l e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 13 cakrawala Implementasi PLN Corporate University Mulai Menggeliat Satu demi satu, akademi di lingkungan pln pusdiklat mulai menyelenggarakan kuliah perdana berbasis materi corpu. pertanda implementasi pln corporate university mulai berjalan. G eliatnya mulai terlihat. Inilah yang terjadi sejak PLN Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) mengimplementasikan PLN Corporate University (PLN CorpU) pada pertengahan November 2012 lalu. Geliat itu ditandai dengan telah terselenggaranya Kuliah Perdana berbasis materi PLN Corpu. Akademi pertama yang menyelenggarakan Kuliah Perdana, Transmission and Live Maintenance (TLM) Academy Unit Pendidikan dan Pelatihan (Udiklat) Semarang pada 14 Januari 2013. Kemudian disusul Project Academy Udiklat Bogor pada 28 Januari 2013 dan Renewable Energy Academy Udiklat Makassar pada 13 Februari 2013. Kuliah Perdana ini dibuka langsung oleh Learning Council (LC) di masing-masing Akademi terse- but, dengan memberikan kuliah umum. Saat ini, memang baru tiga Akademi yang menyelenggarakan Kuliah Perdana. Tapi ke depannya akan ada delapan akademi. Dari tiga akademi yang telah disebutkan, lima akademi lainnya yang akan segera menyusul Primary Energy and Power Generation Academy, Distribution and Commerce Academy, Corporate Culture Academy, Corporate Enabler Academy, dan Leadership Academy Akademi-akademi tersebut tengah menyiapkan kurikulum, silabus, serta materi-materi lainnya untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran selama satu tahun ke depan. Corporate Enabler Academy Udiklat Palembang misalnya, pada 1 Februari 2013 lalu telah merumuskannya. Dalam perumusan itu dipimpin 14 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 perumusan kurikulum dan silabus. LC Corporate Enabler Academy Moch. Harry Jaya Pahlawan (menunjuk kertas) bersama LSC dan CLO Suharto pada rapat perumusan kurikulum dan silabus materi diklat Corporate Enabler Academy Udiklat Palembang. langsung LC Corporate Enabler Academy Harry Jaya Pahlawan dan melibatkan Learning Steering Commite (LSC), di antaranya Adi Supriyono, Amir Rosidin dan I Made Rosakya dengan Suharto selaku Chief Learning Officer (CLO) beserta segenap jajaran Learning Partner. Rencananya, pada akhir Februari 2013, Corporate Enabler Academy Udiklat Palembang segera melaksanakan kuliah perdana. Sebagai pusat pembelajaran, dari akademi-akademi inilah nantinya tempat dilahirkannya pegawai-pegawai PLN yang bukan saja meningkat dari sisi kompetensinya tapi juga mampu bekerja sesuai dengan arah kebijakan yang hendak dikembangkan PLN, sehingga bisa berkontribusi terhadap pengembangan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, jika nantinya seluruh akademi telah menyelenggarakan kuliah perdana, maka titik itulah PLN Pusdiklat telah mewujudkan dirinya sebagai learning organization (organisasi pembelajaran). l cakrawala First Meeting PLN Coporate University dalam bidang pendidikan dan pelatihan itu. “Kita memang berharap pada Januari 2013 implementasi PLN CorpU bisa segera berjalan,” kata Direktur Utama PLN Nur Pamudji, yang disampaikan pada pembukaan acara First Meeting. Dari First Meeting Menuju Kuliah Perdana TAK SAMPAI DUA BULAN, USAI LAUNCHING, PLN PUSDIKLAT LANGSUNG MENYELENGGARAKAN FIRST MEETING PLN CORPORATE UNIVERSITY, berlanjut ke program pembelajaran akademi. K esungguhan PLN Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) untuk bertransformasi menjadi learning organization (organisasi pembelajaran), tampaknya memang ingin segera diwujudkan. Itu ditunjukan, hanya selang waktu sebulan, usai melaunching implementasi PLN Corporate University (PLN CorpU), tepatnya pada 20 Desember 2012 PLN Pusdiklat langsung menye- lenggarakan First Meeting (Rapat Perdana) PLN CorpU. Hadir pada acara itu, seluruh Direksi PLN Pusat, Sekretaris Perusahaan, Kepala-kepala Divisi, Kepala-kepala Unit, Kepala-kepala Satuan, segenap manajemen PLN Pusdiklat, Tim Implementasi PLN CorpU dan Accenture. Direksi PLN memang sangat mendukung langkah yang ditempuh salah satu Unit Usahanya yang bergerak EXCELLENT PROGRAMS 2013 1. Mengembangkan Executive Diploma OLT (Organizational Learning Technologist) (brainware) 2.Mengembangkan Learning Management System (LMS) yang terintegrasi (hardware) 3. Mengembangkan Expert Facilitator yang didedikasikan untuk PLN Corporate University (brainware) 4. Menyiapkan business expert melalui Partnership dengan Lembaga/Instansi Nasional/ Internasional (brainware) 5. Upgrade DNA melalui Program Enculturation, Guest Experience, Learning Phenomenal, Building Relationship (software) 6.Mengembangkan learning innovation antara lain Action Learning, Blended Learning, Mobile earning (software) 7.Modernisasi Learning Facilities (hardware) Agenda Rapat Sejak dilaunching implementasi PLN CorpU pada pertengahan November 2012 lalu, PLN Pusdiklat sesungguhnya telah bertransformasi menjadi layaknya sebuah learning organization (organisasi pembelajaran). Pengukuhannya berdasarkan SK.481.K/DIR/2012. Hanya saja, sebagai organisasi pembelajaran yang baru dibentuk tentu banyak hal yang perlu dipersiapkan, mulai dari visi misi, program kerja jangka pendek, menengah dan panjang, para instruktur yang ingin dilibatkan, tata kelola organisasi serta berbagai persiapan lainnya. Karena itu, pada Rapat Perdana PLN CorpU yang diselenggarakan di Gedung Serba Guna PLN Pusdiklat, sejumlah agenda itulah yang dibahas, antara lain : (1) Mereview Learning Governance; (2) Penetapan visi dan misi PLN CorpU; (3) Penetapan Learning Focus dan Learning Blueprint PLN; (4) Penetapan Learning Theme PLN 2013; (5) Learning Policy Statement; (6) Excellent Program 2013; dan (7) Penetapan Logo dan Tema PLN CorpU. Tentang visi dan misi misalnya. Suharto yang saat itu hadir sebagai Chief Learning Officer (CLO), mengajukan perlunya dilakukan revisi. Menurutnya, revisi terhadap visi dan misi, agar relevan dengan semangat yang ingin diemban PLN Pusdiklat pasca diimplementasikannya PLN CorpU. Demikian pula dengan penetapan learning focus, learning blueprint, learning theme, sebagai pengejawantahan dari salah satu kegiatan analisis kebutuhan pembelajaran koporat dalam business concern PLN CorpU, serta penetapan Learning Policy Statement dan Excellent Program 2013. Dari hasil e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 15 cakrawala revisi dan ditetapkannya berbagai konsep-konsep strategis lainnya yang telah disepakati bersama itu, kata Suharto, nantinya yang akan menjadi pijakan PLN Pusdiklat dalam mengemban amanah pasca bertransformasi sebagai learning organization. Learning Organization Sebagai organisasi pembelajaran, tentu saja, ada yang berbeda pada Rapat Perdana PLN CorpU dibandingkan dengan rapat-rapat lainnya yang biasa berlangsung di lingkungan PLN. Kali ini, kehadiran Direksi PLN tak lagi sekedar sebagai Direksi melainkan juga sebagai Learning Council (LC). Juga dengan kehadiran Sekretaris Perusahaan, Kepala Divisi dan Kepala Satuan, posisi mereka adalah sebagai Learning Steering Committee (LSC). Sementara posisi Kepala PLN Pusdiklat sebagai Chief Learning Officer (CLO) dan kehadiran Transmission & Live Maintenance Academy Udiklat Semarang Learning Policy Statement PT PLN (Persero) selalu percaya bahwa potensi insani adalah keunggulan kompetitif yang paling utama. Oleh sebab itu, kami berkomitmen untuk mendidik dan mengembangkan para tenaga kerja kami agar dapat mengikuti perkembangan perusahaan yang kian dinamis. Dalam rangka memberikan nilai tambah kepada seluruh stakeholder, kami harus mampu mentransfer pengetahuan dengan cepat dan meningkatkan kompetensi seluruh tenaga kerja kami. Sehubungan dengan hal tersebut, kami sepakat untuk menerapkan kebijakan sebagai berikut : 1.Setiap Direksi fokus mengembangkan pembelajaran sesuai dengan akademi yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Setiap Direksi dan Manajer Atas wajib terlibat sebagai fasilitator pembelajaran minimal 40 jam dan maksimal 300 jam dalam 1 (satu) tahun. 3. Setiap Pegawai mendapatkan kesempatan pembelajaran minimal 40 jam dalam 1 (satu) tahun. 4.Pembelajaran akan diberikan dalam bentuk e-learning dan metode lain; komposisi pembelajaran melalui elearning akan terus meningkat menjadi 45% pada tahun 2015 5.Tenaga kerja yang terlibat dalam proses bisnis PT PLN (Persero) dapat diberi kesempatan untuk terlibat dalam pembelajaran. Project Academy Udiklat Bogor Manajer Senior, Manajer Unit di lingkungan Pusdiklat sebagai Learning Partner Academy. Oleh karena itu, First Meeting itu langsung dipimpin oleh Rektor, yang dalam hal ini dipimpin oleh Direktur Utama PLN sebagai Head of Learning Council. Demikian pula dengan kehadiran para Anggota Direksi PLN lainnya. Kehadiran mereka tak sekedar sebagai Anggota Direksi, melainkan juga sebagai Anggota Learning Council, yang dalam Universitas kedudukannya itu setara dengan Dekan. Mereka inilah yang akan memimpin Akademi-Akademi yang akan dikembangkan di PLN Pusdiklat setelah CorpU. Seperti telah diulas pada e-Magz edisi Januari 2013, diimplementasikan PLN CorpU, pembelajaran yang tadinya dilakukan oleh PLN Pusdiklat kini beralih menjadi dipimpin langsung oleh Direksi dan Manajemen Atas. Maka kehadiran LC dan LSC di acara First Meeting itu 16 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 adalah untuk mensetup pembelajaran serta sejumlah agenda lain, yang seluruhnya diorientasikan dengan arah pembentukan PLN Pusdiklat sebagai learning organization. Khusus terkait dengan program pembelajaran, usai kebijakan pembelajaran secara global itu terumuskan berdasarkan hasil pemaparan masingmasing LC Akademi, tugas selanjutnya masing-masing akademi yang akan dipimpin langsung oleh LC berserta LSC, CLO dan Learning Partner untuk mensetup pembelajaran. Mereka ini yang nantinya, antara lain merencanakan kebutuhan pembelajaran secara lebih spesifik disesuaikan dengan proses bisnis masing-masing akademi dan perkembangan terkini, serta mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran jangka pendek dan jangka panjang. Baru pada tahap berikutnya menjadi tugas CLO sebagai Organization Committee untuk menuangkan dalam bentuk-bentuk materi pembelajaran (Lihat: Proses Bisnis Pembelajaran PLN CorpU). Menuju Kuliah Perdana Usai First Meeting, saat ini PLN Pusdiklat telah menyelenggarakan rapat lanjutan di Jakarta beberapa waktu lalu. Agendanya, untuk lebih mengkerucutkan program-program pembelajaran spesifik yang harus dikembangkan oleh masing-masing akademi. Dan sebagai hasilnya, kini beberapa akademi di lingkungan PLN Pusdiklat telah menyelenggarakan Kuliah Perdananya. Menurut Pamudji, dari tata cara belajar mengajar seperti itu, maka terdapat hubungan yang jelas antara materi yang harus dipelajari dengan kompetensi yang harus diraih oleh setiap pegawai yang diukur oleh suatu sistem pengujian kompetensi yang dijalankan oleh perusahaan. Yang pasti, upaya PLN Pusdiklat di dalam mengimplementasikan PLN CorpU layak diapresiasi dan didukung semua pihak. Tanpa itu, apa yang sejauh ini telah diupayakan, hanya akan menjadi pekerjaan sia-sia. l cakrawala Proses Bisnis PLN Corporate University PLN Corporate University Business Process Pre Learning Learning Delivery & Deployment Post Learning ­ Learning Delivery & Deployment Learning Quality Management System M ungkin ada yang bertanya, apa yang berubah setelah PLN Pusdiklat mengimplementasikan PLN Corporate University (CorpU) sejak dilaunching pada pertengahan November 2012 silam. Jawabnya, perubahan itu pasti ada. Salah satu di antaranya, pada proses binsis “pendidikan” dan “pelatihan”. Tapi, pertama-tama, ada yang perlu dipahami, untuk menyamakan persepsi. Setelah CorpU, istilah “pendidikan” dan “pelatihan” tidak lagi dipahami seperti biasanya. Melainkan, telah disesuaikan dengan semangat pengembangan PLN CorpU. Yang cocok sebagai pengganti kedua istilah itu adalah “pembelajaran”. Mengapa? Karena semangat pembelajaran itulah yang memang akan dikembangkan, selain bahwa istilah pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari sekedar pendidikan dan pelatihan. Ada yang memahami, pengertian “pembelajaran” identik dengan “pengajaran”. Guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor). Namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan, yaitu pekerjaan pengajar saja. Dalam CorpU, pembelajaran yang diinginkan bukan itu. Sebab, pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Pendidik memberikan bantuan kepada peserta didik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan. Atau, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Itulah pembelajaran dalam semangat CorpU. Proses bisnis pembelajaran Lantas, bagaimana proses bisnis pembelajaran setelah PLN CorpU? Dalam the White Book PLN Corporate University, ada tiga tahap pembelajaran. Terdiri dari Pre Learning, Learning Delivery dan Deployment serta Post Learning. Tahapan Pre-Learning meliputi Business Concern, Learning Need Analysis dan Learning Development. Business Concern merupakan salah satu kegiatan proses penyampaian inisiatif strategik dari Direksi selaku Learning Council yang perlu mendapatkan solusi melalui pembelajaran. Berdasarkan Business Concern maka dilakukanlah tahapan Learning Needs Analysis untuk mendapatkan Learning Focus, Learning Blue Print, dan Learning Theme, Business and Performance Issues, Learning Path dan Individual Learning Plan. Dari Proses tersebut akan dihasilkan Learning Needs yang akan diapprove oleh Learning Council. Learning Focus adalah keseluruhan kompetensi-kompetensi yang mengacu pada Direktori Kompetensi PLN (tahun berjalan) yang akan dituju atau menjadi ruang lingkup fokus pembelajaran akademi terkait. Sedangkan Learning Theme adalah tema pembelajaran yang terdiri dari fokus kompetensi yang akan dikembangkan pada suatu periode dan tujuan atau hasil yang ingin dicapai selaras dengan performance yang diharapkan oleh Learning Council pada suatu periode. Atas Dasar Learning Needs Analysis kemudian dilakukan proses Learning Development. Kurikulum dan Silabus harus mendapatkan approval dari Learning Steerig Committe (LSC). Sedangkan untuk Modul dan Lesson Plannya di approval oleh Organizing Committe. Berdasarkan hasil Learning Development dilanjutkan dengan proses Learning Delivery & Deployment. Ciri khas Pembelajaran CorpU adalah adanya Action Learning atau Project As- e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 17 cakrawala ­ ­ ­ signment untuk Peserta. Action Learning\Project Assignment ini merupakan implementasi hasil pembelajaran dengan penugasan yang telah distandarisasi. Dengan demikian setelah peserta Learning kembali ke unit asal, peserta wajib melakukan sesuatu sesuai penugasan. Lingkup penugasan ini diseragamkan untuk semua peserta. Sebagai Contoh di Distribution and Commerce Academy, untuk judul pembelajaran Pengenalan Power Quality (untuk kendali mutu sistem tenaga listrik dan keterkaitannya dengan penyusunan SPJBTL), maka action learning yang ditugaskan adalah mengevaluasi dampak karakter beban terhadap kualitas sistem tenaga listrik minimal 1 pelanggan, dilanjutkan dengan kunjungan ke pelanggan menjelaskan mengenai hasil penelitian, dan melakukan Community Of Practice kepada bidang terkait. Berikutnya, tahapan proses akhir pembelajaran (Post Learning). Pada tahap ini, mengukur sejauhmana dampak (impact) dari pembelajaran. Ada lima level evaluasi yang digunakan. Evaluasi Level 1: Mengukur sejauhmana tingkat kepuasan peserta terhadap produk/layanan yang diperoleh. Pengukuran melalui kuesioner yang dilakukan secara online oleh peserta setelah selesai mengikuti pembelajaran. Yang dievaluasi antara lain, sarana dan prasarana, pelayanan, materi pembelajaran dan instruktur. Evaluasi Level 2: Mengukur tingkat pembelajaran peserta terhadap pengetahuan yang diperoleh. Pengukuran melalui pre-test dan post-test yang dilakukan secara offline/online terhadap peserta setelah selesai mengikuti pembelajaran. Setelah peserta kembali ke lingkungan kerja, unit bisnis akan dikonfirmasi secara on- 18 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 line apakah terjadi peningkatan pengetahuannya setelah mengikuti pembelajaran. Contoh: 1. mampu melakukan knowledge sharing dan menceritakan secara jelas pengetahuan yang dipelajari; 2. membuat resume/ ikhtisar pembelajaran; 3. mampu memberikan usulanusulan untuk diterapkan di lingkungan pekerjaan terkait dengan pengetahuan yang dipelajari, dan sebagainya. Evaluasi Level 3: Mengukur tingkat perubahan perilaku peserta terhadap pengetahuan yang diperoleh. Pengukuran dengan wawancara/kuesioner yang dilakukan secara offline/online terhadap unit bisnis setelah 3 (tiga) bulan selesai mengkuti pembelajaran. Unit bisnis akan dikonfirmasi secara offline/online apakah terjadi perubahan perilaku/sikap/cara bekerjanya setelah mengikuti pembelajaran. Contoh: 1. sekarang sudah bisa mengoperasikan kompeter; 2. tingkat kesalahan berkerjanya turun; 3. mampu bekerja mandiri (sebelumnya masih dalam bimbingan); 4. mampu melakukan coaching/ mentoring/ counseling, dan sebagainya. Evaluasi Level 4: Mengukur tingkat peningkatan kinerja unit bisnis setelah peserta mengikuti pembelajaran. Pengukuran dengan wawancara/kuesioner yang dilakukan secara offline/online terhadap unit bisnis setelah 6 (enam) bulan selesai mengkuti pembelajaran. Unit bisnis akan dikonfirmasi secara offline/online apakah terjadi peningkatan kinerja unit bisnis setelah peserta mengikuti pembelajaran. Contoh: 1. Target/KPI unit tecapai/melebihi target; 2. Jumlah komplain pelanggan menurun; 3. laba perusahaan meningkat, dan sebagainya. Evaluasi Level 5: Mengukur tingkat pengembalian investasi pembelajaran secara finansial. Pengukuran dilakukan setelah 1 (satu) tahun selesai mengkuti pembelajaran. Contoh: perbandingan antara biaya pembelajaran terhadap penjualan ketenagalistrikan dan Keterlibatan SDM Pengelola Diklat dan Siswa dalam implementasi CorpU (Tema Pembelajaran). l cakrawala Kuliah Perdana PLN Corpu KULIAH PERDANA. (Kiri) LC Transmission and Live Maintenance Academy Ngurah Adyana saat memberikan kuliah umum di Udiklat Semarang. (Kanan) LC Project Academy Nasri Sebayang, saat memberikan Kuliah Umum di Udiklat Bogor. A kademi, disinilah candradimukanya PLN CorpU, tempat digemblengnya segenap insan PLN dan pihak-pihak terkait yang membutuhkan keahlian dari PLN, baik dari sisi pengetahuan maupun kompetensi keahlian. Ada delapan akademi, yang pengembangannya telah disesuaikan dengan kebutuhan dan proses binis. Sejak diimplementasikannya PLN CorpU, dari delapan akademi, saat ini tiga diantaranya telah menyelenggarakan Kuliah Perdana. Ketiga akademi itu adalah Transmission and Live Maintenance (TLM) Academy Unit Pendidikan dan Pelatihan (Udiklat) Semarang, Project Academy Udiklat Bogor dan Renewable Energy Academy Udiklat Makassar. Dan dalam waktu dekat akan menyusul Corporate Enabler Academy. Di Kuliah Perdana, masing-masing LC selaku Dekan di Akdemi tersebut, selain membuka secara resmi perkuliahan perdana mereka juga memberikan kuliah umum. Seperti di Transmission and Live Maintenance (TLM) Academy Udiklat Semarang, kuliah umum diberikan oleh LC TLM, Ngurah Adyana. Di Project Academy Udiklat Bogor oleh LC Project Academy Nasri Sebayang, sementara di Renewable Energy Academy Udiklat Makassar kuliah umum diberikan oleh LC Renewable Energy Academy Vickner Sinaga. Perkuliahan di Project Academy diikuti oleh 37 orang yang dibagi dalam dua kelompok peserta. Kelompok peserta pertama diikuti oleh 18 orang. Peserta, umumnya para Manajer Unit Pelaksana Konstruksi (UPK). Selama tiga hari, dari 28-31 Januari 2013, mereka memperoleh materi pembelajaran tentang “Manajemen Konstruksi untuk Site Supervision”, “Sertifikasi Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (APBN)” dan “Manajemen Konstruksi untuk Site Supervision”. Kelompok peserta kedua, diikuti oleh 19 orang dan merupakan calon tim pengadaan barang dan jasa untuk pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan PT PLN (Persero). Selama tiga hari, dari 28-31 Januari 2013, mereka memperoleh materi pembelajaran tentang “Sertifikasi Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (APBN)” dan satu harinya lagi diisi untuk proses sertifikasi. Proses pembelajaran dan sertifikasi dilakukan secara langsung oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP). Sementara Kuliah Perdana di Renewable Energy Udiklat Makassar diikuti oleh peserta bidang Pemeliharaan dan Pengoperasian PLTS Paket-1 serta peserta Executive Education IV Angkatan I/2013. Menurut Nasri Sebayang, PLN CorpU didesain sedemikian rupa untuk meningkatkan kompetensi pegawai baik soft maupun hard kompetensi. Mulai dari pegawai pada level bawah sampai dengan level atas, melalui delapan LC-nya. “Dengan adanya Corporate University, pegawai diharapkan akan memperoleh pengakuan baik nasional maupun internasional. Khususnya pada Project Academy, day by day, time by time, kurikulum, silabus maupun materi-materinya akan terus menerus diperbaiki,” kata Sebayang. Sementara itu, untuk memuluskan usaha mencapai tujuan peningkatan kinerja korporat, Direktur Operasi Jawa Bali PLN yang juga sebagai LC TLM Academy, Ngurah Adnyana, menegaskan, dalam pelaksanaan pembelajaran haruslah dilakukan dengan nuansa gembira, semangat dan antusias. Untuk itu, diperlukan metode pembelajaran yang mampu menciptakan suasana tersebut, seperti metode Quantum Teaching. Dalam proses pembelajaran, kata Adyana, selain menekankan pada quantity dan quality, TLM Academy juga menerapkan sustainability, yang dimaksudkan agar mutu pembelajaran tetap terjaga dan terus meningkat. Sedangkan Vickner Sinaga, yang sekaligus sebagai Direktur Operasi Indonesia Timur berharap, agar Udiklat Makasar sebagai Renewable Energy Academy mampu menjadi pusat pembelajaran yang dapat menjawab semua permasalahan dan perkembangan teknologi yang berhubungan dengan energi baru & terbarukan. Menurutnya, untuk terus meningkatkan kapasitas suplai dan cadangan energi listrik di kawasan Timur saat ini PLN tengah gencar menggalakkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan berupaya meningkatkan cadangan pasokan listrik menjadi 35 %. Kalau ini bisa diupayakan, katanya, diharapkan tidak ada lagi daerah yang belum mendapat pasokan listrik di daerah atau pulau-pulau terpencil. l e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 19 cakrawala Kuliah Perdana: Tonggak Awal Mewujudkan Cita-Cita kuliah perdana bukan hanya pertanda implementasi pln corporate university mulai berjalan. lebih dari itu, menyimpan harapan mewujudkan cita-cita dari implementasi corpu. L agi, dua Akademi menyelenggarakan Kuliah Perdana. Dua Akademi itu adalah Corporate Enabler Academy Udiklat Palembang, yang menyelenggarakan Kuliah Perdana pada 28 Februari 2013, dan Leadership Academy Udiklat Jakarta menyelenggarakan Kuliah Perdana pada 3 Maret 2013. Sebelumnya, seperti telah diulas pada e-Magz edisi Pebruari 2013, sudah tiga akademi yang menyelenggarakan Kuliah Perdana. Yaitu Transmission and Live Line Maintenance (TLM) Academy Unit Pendidikan dan Pelatihan (Udiklat) Semarang pada 14 Januari 2013, Project Academy Udiklat Bogor pada 28 Januari 2013 dan Renewable Energy Academy Udiklat Makassar pada 13 Februari 2013. Hingga kini, itu berarti sudah lima Akademi yang menyelenggarakan Kuliah Perdana. Yang segera menyusul dalam waktu dekat ini adalah Primary Energy and Power Generation Academy, Corporate Culture Academy dan Distribution and Commerce Academy. Seperti Kuliah Perdana sebelumnya, Kuliah Perdana Corporate Enabler Academy Udiklat Palembang dan Leadership Academy Udiklat Jakarta dibuka langsung oleh Learning Council (LC) di ma-sing-masing Akademi tersebut, dengan memberikan kuliah umum. Di Corporate Enabler Academy Udiklat Palembang, kuliah umum diberikan oleh Moch. Harry Jaya Pahlawan sebagai LC di Akademi ini. Sementara kuliah umum di Leadership Academy Udiklat Jakarta diberikan oleh LC Eddy D. Erningpraja. Corporate Enabler Academy Perkuliahan di Corporate Enabler KULIAH UMUM. LC Corporate Enabler Academy Moch. Harry Jaya Pahlawan (berdiri) saat memberikan Kuliah Umum pada Kuliah Perdana Corporate Enabler Academy di Udiklat Palembang Academy (CEA) diikuti sekitar 80 peserta. Dari jumlah itu dibagi dalam lima kelas. Mereka berasal dari berbagai macam lingkup kerja dan jabatan. Ada yang berasal dari bidang komunikasi, hukum, dan sebagainya. Dengan peserta yang beragam, menurut Chief Learning Officer Suharto yang turut membuka acara, lantaran CEA memang merupakan akademi memiliki cakupan yang luas, lengkap dan kompleks. Pada Kuliah Perdana di CEA, ada yang istimewa. Akademi ini menghadirkan pembicara berkualitas dari Universitas Indonesia dan fasilitator dari India. Untuk materi kuliahnya, terdapat lima judul pembelajaran yang menjadi learning focus. Yaitu, materi mengenai komunikasi, hukum, audit, manajemen resiko 20 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 dan Penelitian dan Pengembangan. Learning focus komunikasi mengambil judul pembelajaran mengenai komunikasi profesi untuk manajer dasar. Pada kelas ini materi yang dibahas mengenai manajemen komunikasi, media handling dan manajemen krisis. Tim dari Puskakom Universitas Indonesia menjadi fasilitator yang dipilih untuk memberikan materi yang berkualitas di kelas ini. Untuk learning focus hukum memuat judul pembelajaran mengenai hukum korporasi. Untuk mengisi materi ini, menghadirkan Pakar hukum Rex R. Panambunan sebagai fasilitator, yang diantaranya membahas mengenai beberapa ketentuan terkait hukum korporasi dan anggaran dasar PLN. Pada learning focus audit, dimuat tema cakrawala pembelajaran mengenai Internal Control untuk Executive. Fasilitator pada kelas ini diisi oleh perwakilan dari Jagat Prima Mandiri. Materi yang diberikan, mengenai peran dan tanggung jawab terkait pengendalian internal, dan elemen-elemen pengendalian internal. Untuk Learning focus manajemen resiko mengambil tema pembahasan me-ngenai Fraud Risk Management. Pada kelas ini dibahas lebih lanjut mengenai Fraud, pengenalan proses investigasi dan sharing session dari internal PLN. Fasilitatornya dipilih dari Ernst & Young. Sedangkan pada learning focus penelitian dan pengembangan, tema yang diambil adalah mengenai “Peran LITBANG dalam Peningkatan Value Perusahaan”. Kadiv RET, Dirjen HKI, dan Pekik menjadi fasilitatornya dengan membahas mengenai pengelolaan HAKI, dan kebijakan LITBANG di PLN. Leadership Academy Keistimewaan juga berlangsung pada perkuliahan di Leadership Academy Udiklat Jakarta. Kuliah Perdana dilakukan melalui teleconference. Peserta yang mengikuti perkuliahan di Akademi ini memang tidak hanya di Udiklat Jakarta, melainkian juga di Udiklat Semarang, Udiklat Bogor dan Udiklat Pandaan. Selain itu, untuk di Udiklat Jakarta persertanya tak hanya berasal dari PLN. Tapi merupakan peserta gabungan dari tiga perusahaan, yaitu GE (General Electric), Garuda Indonesia dan PLN. Mereka adalah perserta Pembelajaran Executive Education (EE) I yang berjumlah 36 orang. Penggabungan ketiga peserta yang berasal dari tiga perusahaan itu bertujuan untuk memberi warna baru pada kelas Executive Education yang selama ini dilaksanakan di PLN. Sementara untuk keseluruhan peserta yang mengikuti perkuliahan di Pembelajaran ini, terdiri atas Pembelajaran Executive Education (EE) I, II dan Pembelajaran Supervisory Education II. Mereka umumnya para pimpinan level menengah atas di PLN maupun di anak perusahaan PLN, seperti di Indonesia Power, ICON+, Pembangkitan Jawa Bali dan sebagainya. Kegiatan perkuliahan Corporate Enabler Academy di Udiklat Palembang Eddy D. Erningpraja menyatakan, pembelajaran ini merupakan langkah baru pelatihan kepemimpinan yang terdapat di PLN seiring dengan dicanangkannya pendekatan Corporate University. Untuk itu perlu e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 21 cakrawala Kegiatan perkuliahan Leadership Academy di Udiklat Jakarta Eddy berpesan, agar pemimpin tersebut dapat menjadi komunikator program korporasi ke jenjang yang paling bawah dan menjadi komunikator masalah operasional ke jenjang yang paling atas. Sedangkan kepada Manajer Atas Eddy berharap para pemimpin tersebut dapat menciptakan iklim yang dapat memacu insan PLN agar tidak “berjalan di tempat”. “ Kuliah Perdana, sebagai tonggak awal terselenggaranya perkuliahan berbasis CorpU “ dilakukan reformasi berbagai pelatihan dan pendidikannya dari yang sudah berjalan selama ini. Perlunya reformasi, kata Eddy, juga mengingat PLN merupakan perusahaan dengan aset terbesar di Indonesia dengan jumlah pelanggan terbesar di dunia. Oleh karena itu, melalui pembelajaran berbasis CorpU, dari Pembelajaran ini bisa melahirkan pemimpin-pemimpin PLN yang benar-benar mampu berpikir “out of the box” dan tidak hanya terbatas pada pemikiran korporasi namun berwawasan luas dalam arti yang sebenarnya. Kepada peserta Pembelajaran Supervisory level 2 angkatan pertama yang sedang berlangsung di Udiklat Semarang dan merupakan Pembelajaran Supervisory pertama yang diselenggarakan di PLN, Eddy menyatakan, Pembelajaran Supervisory adalah suatu pembelajaran yang ditujukan untuk membentuk insan PLN dengan kemampuan memimpin di lingkungannya untuk bisa mengeksekusi pekerjaan-pekerjaan dengan basis SOP dan kepatuhan kerja yang ada. Harapan serupa juga disampaikan kepada para pimpinan peserta Pembelajaran yang berada di atas Supervisory. Seperti kepada Manajer Menengah, Tonggak Awal Bagi PLN Pusdiklat, dengan terselenggaranya Kuliah Perdana, tentu menjadi sesuatu yang sangat istimewa. Sebab, terselenggaranya Kuliah Perdana, bukan saja menunjukkan adanya tanda-tanda bahwa implementasi PLN Corporate University mulai memperli- 22 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 hatkan wujudnya. Lebih dari itu, juga sebagai tonggak awal terselenggaranya perkuliahan berbasis CorpU. Dengan begitu, kini PLN bisa berharap banyak. Seperti yang dicita-citakan dengan diimplementasikan PLN CorpU, dari perkuliahan semacam inilah, bakal lahir pegawai-pegawai yang tidak saja meningkat kemampuan kompetensinya, melainkan juga pegawai-pegawai yang mampu bekerja sesuai dengan arah kebijakan perusahaan. Dari pegawai-pegawai semacam inilah yang bisa diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan kinerja korporat secara berkelanjutan, kini dan di masa mendatang. l cakrawala Implementasi CorpU : Memperkuat Leadership dan Profesionalisme Pegawai hingga kini sudah lima akademi yang menyelenggarakan kuliah perdana. M enjadi keyakinan tersendiri bagi saya untuk dapat mewujudkan corporate university secara penuh dalam waktu yang singkat”. Kalimat itu merupakan pernyataan Direktur Utama PLN Nur Pamudji yang pernah dikemukakan pada acara launching implementasi PLN Corporate University (PLN CorpU) 14 November 2012 lalu. Pernyataannya itu kini terbukti. Hanya dalam jangka sebulan, sejak launching, salah satu Akademi di lingkungan PLN Pusdiklat menyelenggarakan Kuliah Perdana, sebagai tanda diresmikannya perkuliahan berbasis Corporate University (CorpU). Lalu, dilanjutkan dengan akademi-akademi lainnya. Hingga sekarang, dari delapan Akademi, lima diantaranya telah menyelenggarakan Kuliah Perdana. Keyakinan Nur Pamudji itu, tentu ada dasarnya. Ia melihat PLN sudah memiliki modal cukup untuk mengimplementasikan PLN CorpU, baik secara kelembagaan maupun sumberdaya manusianya. Dari sisi kelembagaan, pengelolaan pembelajaran di PLN Pusdiklat yang ada saat ini sudah jauh berbeda dengan yang dulu. Organisasi pembelajarannya sudah sangat tertata, sangat maju, dan sudah didukung oleh sistem informasi yang modern. Dari sisi sumberdaya manusia, PLN Pusdiklat juga memiliki tenaga pengelola yang mumpuni. Maklumlah, dunia pendidikan bukan hal yang asing buat Pusdiklat. Begitu pula dengan tenaga pengajar atau instruktur. Pusdiklat memiliki tenaga instruktur yang handal. Mereka adalah para pemimpin-pemimin PLN, seperti para Direksi, para Kadiv dan seterusnya. Mereka inilah yang bisa sangat diandalkan menjadi fasilitator atau instruktur. Mereka disebut dengan leaders as teacher. Merekamereka itulah, orang-orang yang punya pengalaman dan kompetensi yang luar biasa. Melalui CorpU, mereka menularkan pengalaman dan kompetensinya kepada generasi berikutnya. Dengan segala keunggulan yang dimiliki, maka langkah PLN Pusdiklat menuju menjadi learning organization tinggal beberapa tahap lagi. Kalau saja seluruh akademi telah menyelenggarakan kuliah perdana, maka pada titik itulah secara ril, PLN Pusdiklat telah menjadi learning organization. Sebab dengan begitu, seluruh kurikulum, silabus maupun materi yang dibutuhkan untuk sebuah pembelajaran berbasis CorpU sudah terpenuhi. Barangkali yang masih harus diupayakan lebih pada melengkapi fasilitas laboratorium. Untuk memenuhi kebutuhan itu, PLN Pusdiklat berencana akan memenuhinya secara bertahap. Beberapa Keunggulan Yang pasti, banyak nilai tambah dengan PLN Pusdiklat bertransformasi menjadi learning organization. Menurut Kapusdiklat Suharto, dengan menjadi corporate university, kerjasama Pusdiklat dengan universitas atau perguruan tinggi terkenal yang punya kualifikasi baik dan excellence menjadi setara, karena kerjasamanya jadi sesama universitas. Dengan begitu, sertifikat-sertifikat yang dikeluarkan oleh Pusdiklat sebagian bisa diakui sebagai SKS-nya perguruan tinggi. “ Pembelajaran yang berlangsung di PLN, untuk memperkuat kemampuan leadership dan profesionalisme pegawai “ “ Nilai tambah lainnya, Pusdiklat menjadi terbuka untuk pihak luar yang ingin memperoleh pendidikan di sini. Memang, fokus utama CorpU untuk SDM PLN. Tapi dengan kedudukan yang telah sejajar dengan universitas lain, tidak menutup kemungkinan Pusdiklat memberi pembelajaran pada mitra-mitranya. Yang tak kalah pentingnya juga, melalui CorpU, PLN memberi kesempatan pada pegawainya untuk berkiprah di luar. Misalnya, jika ada perusahaan atau BUMN lain yang ingin membajak pegawai PLN sebagai salah satu pimpinan di sana, maka PLN akan mengijinkan. Peluang itu memang dibuka lebar. Melalui CorpU, pembelajaran yang berlangsung di PLN, memang untuk memperkuat kemampuan leadership dan profesionalisme pegawai. Hanya dengan begitu, orang-orang PLN menjadi memiliki nilai tawar yang kuat di luar. “Dengan banyaknya orang yang berkiprah di institusi lain akan memberi nilai tambah buat PLN, karena dinilai bagus kinerjanya dan produktif. Ini membuat PLN menjadi bangga dan mengangkat citra PLN,” kata Suharto. l e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 23 cakrawala PERFORM, Karakternya Insan PLN CorpU Untuk menggapai tujuannya, PLN Pusdiklat membutuhkan nilai-nilai, sebagai sumber orientasi dalam kiprahnya. Nilai-nilainya itu dirumuskan dalam wujud Perform hidup manusia berada dalam ketidakpastian. Ia akan mudah terombang ambing. Sebaliknya, dengan memiliki nilai, arah yang hendak dicapai manusia menjadi jelas. Ia menjadi tahu, ke arah mana harus melangkah. Begitu pula dengan PLN Pusdiklat. Sejak mengimplementasikan CorpU, lembaga ini tidak lagi seperti dulu. Kelak lembaga ini akan berkembang menjadi lembaga pembelajaran (learn- “ PERFORM adalah rohnya PLN Pusdiklat setelah mengimplementasikan CorpU, sekaligus sebagai karakternya Insan PLN CorpU. PERFORM: Sumber nilai Namun demikian, yang perlu dipahami adalah, roh yang terdapat dalam PERFORM sesungguhnya berupa nilainilai (value). Manusia hidup membutuhkan nilai-nilai, sebagai sumber orientasi dalam bersikap dan bertindak. Akan tetapi, dalam hidup ini terdapat banyak nilai. Oleh karena itu, manusia harus memilih dan meyakini ketika telah menemukan sumber nilai yang dibutuhkannya. Tanpa memilih dan meyakininya, 24 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 “ P ERFORM singkatan dari Simple – Inspiring – Performing – Phenomenal. Kalimat itu, dengan sedikit penjelasan di dalamnya, yang dituangkan dalam backdrop, sering kita jumpai seperti di ruang tunggu tamu Kantor PLN Pusdiklat, mulai dari lantai satu hingga lantai empat. Juga di Unit-Unit Pusdiklat seperti di Udiklat Jakarta, Bogor, Palembang dan sebagainya. Lalu, apa maknanya bagi Pegawai? Apa pentingnya kita mengenal dengan lebih baik nilai-nilai yang terkandung di dalamnya? Kepala Pusdiklat Suharto mengatakan, PERFORM adalah rohnya PLN Pusdiklat setelah mengimplementasikan Corporate University (CorpU). Sebagai roh, disitulah letak pusat kehidupan PLN CorpU, dan kelak menjadi karakternya insan PLN CorpU. Bayangkan jika manusia tanpa roh. Jasad manusia menjadi tidak bernilai apa-apa. Begitu pula dengan CorpU, membutuhkan roh. Dengan memiliki roh, niscaya akan memberikan daya hidup bagi perjalanan implementasi CorpU di tubuh PLN Pusdiklat. ing organization) modern, setara dengan universitas besar tingkat dunia. Itu dimungkinkan, lantaran metode CorpU adalah metode yang telah digunakan oleh lembaga-lembaga pembelajaran dalam perusahaan besar tingkat dunia. Dalam upaya menggapai tujuannya, itulah sebabnya PLN Pusdiklat membutuhkan nilai-nilai, sebagai sumber orientasi dalam kiprahnya. Nilai-nilainya itu oleh Manajemen Pusdiklat dirumuskan dalam wujud PERFORM. Nilai-nilai inilah nantinya yang akan mengikat seluruh pegawai sebagai acuan dalam tindakannya (bekerja) untuk menggapai tujuan yang hendak dicapai PLN Pusdiklat. Itulah sebabnya, pentingnya seluruh pegawai memahami dengan baik nilai-nilai atau makna yang terkandung dalam PERFORM. Sebetulnya, PERFORM yang kita kenal sekarang merupakan pengembangan dari SIPP-nya PLN: Saling Percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar. Setelah PLN Pusdiklat mengimplementasikan PLN Corpu, SIPP itu dikembangkan menjadi: Simple – Inspiring – Performing – Phenomenal atau dikenal dengan sebutan PERFORM. Perubahan cakrawala itu, bagian dari upaya Manajemen Pusdiklat dalam memberikan roh terhadap perjalanan implementasi Corpu di PLN Pusdiklat. Maknanya bagi pegawai Lalu, apa isi pesan dari PERFORM dan apa maknanya bagi pegawai? Pertama, Simple (sederhana). Semangat dari nilai ini adalah pegawai yang bekerja di PLN Pusdiklat dapat memberikan solusi pembelajaran secara cepat dan tepat sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Dengan kata lain, proses pembelajarannya berlangsung sederhana, cepat, tepat sesuai yang diminta dengan pelanggan. “Jadi kita tidak berteletele. Apa yang menjadi kebutuhannya pelanggan, itu yang kita berikan,” kata Suharto. Contohnya, kebutuhan pembelajaran dalam rangka peningkatan pengetahuan (knowledge) disampaikan dengan metode e-learning. Metode ini bisa dibilang praktis dan sederhana. Karena dengan menggunakan metode ini, orang bisa belajar dimana saja dan kapan saja, tanpa harus terikat dengan waktu. Sedangkan untuk kebutuhan peningkatan keterampilan (skills) disampaikan dengan praktek dan penugasan (teori minim/self learning). Kedua, Inspiring (menginspirasi). Maksudnya adalah dari pembelajaran yang diberikan Pusdiklat, dapat menginspirasi dan menggugah peserta Diklat sehingga yakin dan mau untuk melak- sanakan ide-ide baru untuk penyempurnaan di lingkungan kerjanya. Atau, mereka terinspirasi untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dibandingkan sebelum mengikuti diklat. Contohnya, pasca pembelajaran, peserta memiliki banyak ide-ide aplikatif dan dapat diterima oleh manajemen/lingkungan kerja untuk dapat dilaksanakan. Ide tersebut dapat juga dituangkan dalam bentuk Karya Inovasi dengan tujuan untuk membuat sistem menjadi lebih baik, lebih sistematis, lebih efektif dan lebih efisien. Ketiga, Performing (bertindak dan berkinerja). Seseorang atau pegawai yang mengikuti pembelajaran, harapannya dia ikut tidak hanya sekedar ikut, tidak sekedar semakin pintar. Tetapi kepintaran atau keterampilan yang diperoleh, betul-betul diterapkan di lingkungan kerjanya. Dengan diterapkan, maka dengan sendirinya performa orang tersebut akan semakin bagus. Jadi melalui pembelajaran yang diperoleh di Pusdiklat dapat meningkatkan performance seseorang, sehingga dapat bertindak secara profesional untuk menghasilkan kinerja unggul dan berkelanjutan. Contohnya, dalam melaksanakan pekerjaan secara profesional, certified pada bidangnya, dan mampu meningkatkan kinerja unit bisnisnya serta memberikan added value bagi korporasi. Keempat, Phenomenal (luar biasa dan membatin). Semangat dari nilai ini adalah membuat mereka yang mengi- kuti pembelajaran di Pusdiklat memiliki kesan yang mendalam dan membatin (unity of spirit). Boleh jadi, mereka terkesan, lantaran instruktur yang mengajarnya kompeten, materinya bagusbagus, serta infrastruktur atau peralatannya modern. Dari mereka yang terkesan ini, kita bisa berharap mereka akan menceritakan pengalaman pembelajarannnya kepada orang lain. Atau paling tidak, kepada mereka yang memiliki kesan mendalam itu akan menumbuhkan hasrat yang tinggi untuk mengikuti pendidikan kembali di Pusdiklat. Begitulah. Yang pasti, PERFORM yang berada di ruang-ruang tunggu tamu tadi, bukan barang pajangan. Atau sekedar gagah-gagahan, untuk mensimbolkan bahwa PLN Pusdiklat adalah lembaga pendidikan modern. Dengan diletakan di ruang terbuka, tempat lalulalangnya pegawai, dimaksudkan agar para pegawai membaca dan membaca. Dengan terus membaca, diharapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bisa membatin dan melekat kuat dalam kesadaran diri setiap pegawai, sehingga berpengaruh sebagai acuan tindakannya dalam bekerja. Dan mengingat pentingnya nilai-nilai ini menjadi bagian dari pandangan hidup sebagai pegawai PLN dalam bekerja, maka dari itu MS SDM PLN Pusdiklat, Dedi Ruspendi, tak bosan-bosannya mensosialisasikan nilainilai tersebut, termasuk melalui email yang diterima pegawai. l e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 25 cakrawala Struktur Organisasi Baru PLN Pusdiklat Struktur organisasi baru PLN Pusdiklat telah terbentuk. Melengkapi upaya PLN Pusdiklat bertransformasi menjadi organisasi pembelajaran. J um’at 22 Maret 2013, menjadi hari Jumat yang tak biasa. Seringnya, hanya beberapa orang manajemen dan pegawai yang mengikuti acara senam pagi yang rutin dilakukan di PLN Pusdiklat. Tapi pada Jumat kali ini, seluruh manajemen dan pegawai hadir semua. Memang pada Jumat itu manajemen ada hajat besar, ingin mensosialisasikan struktur organisasi baru PLN Pusdiklat yang dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) Direksi PLN bernomor 139.K/DIR/2013. Acara Sosialisasi, berlangsung usai senam pagi bersama, yang mengambil tempat di Gedung Serba Guna PLN Pusdiklat. Dalam sosialisasinya, KPusdiklat sekaligus sebagai Chief Learning Officer Suharto menyatakan, perubahan struktur organisasi Pusdiklat menjadi hal yang mutlak. “Ini harus dilakukan untuk menunjang perubahan korporat, sehu- bungan dengan telah bertransformasinya PLN Pusdiklat menjadi organisasi pembelajaran,” kata Suharto. Seperti diketahui, pada pertengahan November 2012 lalu, PLN Pusdiklat telah melaunching implementasi metode PLN Corporate University (PLN CorpU). Sejak itu, Unit Usaha PLN yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pelatihan ini sesungguhnya ingin bertransformasi menjadi organisasi pembelajaran. Dari organisasi pembelajaran semacam ini, PLN bisa berharap bakal lahir pegawaipegawai yang kompeten yang dalam bekerjanya sangat menunjang pengembangan kinerja korporat. Bertahap Untuk mewujudkan cita-cita itu, tentu saja, berbagai langkah pembenahan mesti dilakukan, baik secara konsepsional maupun organisasi. Beberapa di antaranya, PLN Pusdiklat melalui Tim 26 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 CorpU-nya telah menerbitkan sejumlah buku, seperti blue book dan white book, yang menjadi panduan bagi lembaga ini di dalam bertransformasi menjadi organisasi pembelajaran. Saat ini, tahap demi tahap beberapa Akademi di lingkungan PLN Pusdiklat pun juga sudah menyelenggarakan Kuliah Perdana. Dari delapan Akademi yang ingin dicapai, tujuh di antaranya telah menyelenggarakan Kuliah Perdana. Jika seluruh Akademi kelak sudah menyelenggarakan Kuliah Perdana, maka upaya PLN Pusdiklat bertransformasi menjadi organisasi pembelajaran terwujud sudah. Dikatakan terwujud, sebab sebuah Akademi yang telah menyelenggarakan Kuliah Perdana menjadi indikator bagi cakrawala Struktur Organisasi Baru PLN Pusdiklat (Corporate University) Akademi yang bersangkutan bahwa ia telah mampu menyelenggarakan pembelajaran berbasis CorpU. Kemampuan itu tercermin, mulai dari kesiapan silabus, materi pembelajaran hingga kesiapan instruktur atau pun tenaga pengajarnya. Tentang hasil, memang saat ini belum kelihatan. Tapi setidaknya-tidaknya, apa yang kini tengah diupayakan PLN Pusdiklat dalam mewujudkan dirinya menjadi organisasi pembelajaran telah berjalan pada koridor yang tepat. Struktur Baru Sejalan dengan telah terjadinya perubahan sebagai konsekuensi PLN Pusdiklat menerapkan metodologi CorpU, maka untuk menopangnya PLN pun memandang perlu melakukan perubahan struktur organisasi PLN Pusdiklat sebagai langkah penyempurnaan. Seperti dijelaskan dalam SK Direksi tentang Formasi Jabatan Organisasi PLN Pusdiklat, dilakukannnya perubahan struktur organisasi lama kepada yang baru, dimaksudkan dalam upaya menata Unit Induk PT PLN Pusdiklat serta dalam upaya mendukung kegiatan pembelajaran bagi korporat. Selain itu, penyempurnaan formasi jabatan dalam struktur baru organisasi Pusdiklat dimaksudkan untuk memperjelas peran dan akuntabilitas jabatan guna menunjang kelancaran pelaksanaan pembelajarannya. Berdasarkan SK Direksi, yang kini lebih mencerminkan Pusdiklat sebagai organisasi pembelajaran, pada struktur organisasi yang baru, Bidang Keuangan dan SDM digabung menjadi Bidang Keuangan, SDM dan Administrasi. Lalu, bidang pengembang diklat seperti Bi- dang PDF (Pengembangan Diklat Profesi), PDPP (Pengembangan Diklat Prajabatan, Penunjang, dan Purnabakti) dan PDJ (Pengembangan Diklat Penunjang) sudah tidak ada lagi. Sebagai gantinya, muncul Bidang Pengembangan, Inovasi dan Kemitraan. Semenatara Bidang Pembelajaran Teknik dan Bidang Pembelajaran Non Teknik, sama sekali baru. Sedangkan yang tetap adalah Bidang Perencanaan dan Teknologi Informasi. Kini, telah berlakunya struktur organisasi baru, semakin lengkap saja sudah di dalam upaya PLN Pusdiklat bertransformasi menjadi organisasi pembelajaran. Harapanya, tentu saja, dengan struktur organisasi baru ini mampu menjawab tantangan ke depan yang akan dihadapi Pusdiklat dalam memenuhi ekspektasi perusahaan, pegawai dan stakeholders. l e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 27 cakrawala Organisasi Baru, Menjawab Ke PLN menyempurnakan organisasi Unit Induknya yang bergerak dalam bidang pembelajaran. Upaya ini dilakukan untuk mempercepat mewujudkan dirinya menjadi organisasi pembelajar. “ 28 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 Penataan formasi Jabatan Organisasi PLN Pusdiklat, dimaksudkan sebagai upaya penyempurnaan formasi jabatan organisasi Pusdiklat, sekaligus untuk memperjelas peran dan akuntabilitas jabatan guna menunjang kelancaran pelaksanaan pembelajarannya. “ M utasi jabatan adalah peristiwa biasa. Tapi, merombak formasi jabatan organisasi adalah sesuatu yang beda. Inilah yang terjadi pada selasa 14 Mei 2013, di lantai II Kantor PLN Pusdiklat. Pada hari itu, PLN mengukuhkan perubahan formasi jabatan pada organisasi Unit Induknya yang bergerak dalam bidang pembelajaran. Pengukuhan itu ditandai dengan dilantiknya wajah-wajah lama dan baru untuk mengisi perubahan formasi jabatan organisasi PLN Pusdiklat melalui sebuah acara Serah Terima Jabatan. Mereka yang dikukuhkan itu adalah Dedi Ruspendi mengisi jabatan Manajer Senior (MS) Bidang Keuangan, SDM dan Administrasi, A Kristianto mengisi jabatan sebagai MS Bidang Perencanaan dan Teknologi Informasi, Ermawan Arief Budiman mengisi jabatan MS Bidang Pengembangan, Inovasi dan Kemitraan, Toto mengisi jabatan MS Bidang Pembelajaran Teknik dan Hadi Supriyanto mengisi jabatan MS Bidang Pembelajaran Non Teknik. Sebelumnya, seperti diketahui, PLN telah menata ulang organisasi PLN Pusdiklat. Langkah itu dilakukan, seperti dijelaskan dalam SK Direksi PLN bernomor 139.K/DIR/2013 tentang Formasi Jabatan Organisasi PLN Pusdiklat, dimaksudkan sebagai upaya penyempurnaan formasi jabatan organisasi Pusdiklat, sekaligus untuk memperjelas peran dan akuntabilitas jabatan guna menunjang kelancaran pelaksanaan pembelajarannya. Dengan dilakukannya penataan itu, kini organisasi PLN Pusdiklat tampak lebih ramping. Formasi jabatan yang tadinya ada enam bidang sekarang menjadi lima. Ini lantaran, Bi-dang Administrasi dan SDM yang tadinya terpisah dengan Bidang Keuangan digabung cakrawala memang merupakan suatu keharusan karena dengan implementasi Corporate University, terjadi perubahan strategi dan proses bisnis di Pusdiklat. Dan organisasi yang dibentuk saat ini benarbenar mengikuti strategi Corpu dan perubahan proses bisnis yang ada. Untuk mentransformasikan PLN Pusdiklat menjadi organisasi pembelajar seperti yang disyaratkan CorpU, tak butuhan Baru menjadi Bidang Keuangan, SDM dan Administrasi. Lalu, Bidang Pengembangan Diklat seperti Bidang PDF (Pengembangan Diklat Profesi), PDPP (Pengembangan Diklat Prajabatan, Penunjang, dan Purnabakti) dan PDJ (Pengembangan Diklat Penunjang) sudah tidak ada lagi. Sebagai gantinya, muncul Bidang Pengembangan, Inovasi dan Kemitraan. Sementara Bidang Pembelajaran Teknik dan Bidang Pembelajaran Non Teknik, sama sekali baru. Sedangkan yang tetap adalah Bidang Perencanaan dan Teknologi Informasi. Perubahan Organisasi Perubahan organisasi Pusdiklat tensi, dan menumbuhkan budaya berkinerja tinggi. Lebih dari itu, yang pasti menurut Suharto, organisasi yang baru dibutuhkan untuk menjawab kebutuhankebutuhan baru dalam mempercepat PLN Pusdiklat mentransformasikan dirinya menjadi organisasi pembelajar. Seperti adanya Bidang Pengembangan, Inovasi dan Kemitraan dalam Serah Terima Jabatan. (Dari Kiri ke Kanan) Kristianto (MS Bidang RTI), Dedi Ruspendi (MS Bidang KIA), Toto (MS Bidang Pembelajaran Teknik), Hadi Supriyanto (MS Bidang Pembelajaran Non Teknik) dan Ermawan Arief Budiman (MS Bidang PIK) saat menerima ucapan selamat dari KPusdiklat Suharto (Tengah) pada acara Serah Terima Jabatan pada 14 Mei 2013 di Kantor Induk Pusdiklat Jakarta. cukup hanya memiliki Akademi. Menurut KPusdiklat Suharto, banyak hal yang masih harus dilakukan untuk mempercepat mewujudkan cita-cita CorpU. Dalam konteks itu, maka salah satu langkah perubahan yang mesti dilakukan PLN adalah dengan menyempurnakan formasi jabatan organisasinya. Setidaknya, langkah penyempurnaan itu menunjukkan bahwa kalangan Direksi PLN memang sangat meyakini, implementasi CorpU sebagai engine dinilai mampu mentransformasikan strategi bisnis ke dalam program-program pembelajaran serta fungsi assessmen yang diharapkan bisa meningkatkan kualitas kepemimpinan, meningkatkan kompe- organisasi PLN Pusdiklat, bidang ini dibentuk antara lain untuk menjawab kebutuhan dalam upaya PLN Pusdiklat menjalin kemitraan dengan perguruan tinggi lain. Dengan terjalinnya kemitraan, dimaksudkan agar ada pengakuan program pembelajaran seperti yang dituntut CorpU. Dan dalam kenyataannya, ke depan tantangan PLN Pusdiklat juga akan semakin berat. Oleh karena itu dengan organisasi baru, kata Suharto, harapanya PLN Pusdiklat akan mampu menjawab tantangan ke depan yang akan dihadapinya itu, sehingga dapat memenuhi ekspektasi Perusahaan, Pegawai dan Stakeholder. l e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 29 cakrawala Jalan Panjang Menuju Organisasi Pembelajaran Ada 10 kriteria yang harus dipenuhi untuk implementasi PLN Corporate University sebagai bagian dari upaya mewujudkan organisasi pembelajar di PLN. T ahap pertama telah dilalui. Tahapan ini merupakan tahapan persiapan (preparation) dimana prosesnya berlangsung sekitar enam bulan. Dan puncaknya, ditandai dengan dilaunchingnya PLN Corporate University (PLN CorpU) pada pertengahan November 2012 lalu. Pada tahap pertama ini PLN Pusdiklat melalui Tim CorpU-nya, telah berhasil merumuskan sejumlah pedoman dan Brand Image PLN CorpU. Di antaranya, seperti White book PLN Corporate University dan Blue Book untuk masing-masing Akademi. Kedua buku itu merupakan konsep awal yang menjadi acuan pembelajaran pada masingmasing akademi sesuai dengan kebutuhan korporat. Tahap Implementasi Tahap berikutnya, tahap implementasi. Tahap inilah yang kini tengah dijalankan PLN Pusdiklat. Di tahap ini, perlahan tapi pasti, berbagai perubahan pun mulai terjadi. Dalam bidang pembelajaran, Direksi PLN kini demikian aktif mewarnai program-program pembelajaran yang berlangsung di PLN Corpu. Bersama dengan manajemen di level menengah, seperti Kadiv, Sekper dan sebagainya selaku Learning Steering Committe, beliau menentukan desain pembelajaran. Mulai dari kurikulum, silabus, program pembelajaran hingga hasil yang mau dicapai. Pada tahap implementasi, penyempurnaan proses bisnis mulai kelihatan hasilnya. Yang mencolok, dalam tempo enam bulan pasca launching, PLN Pus- Suasana pembelajaran di salah satu Akademi PLN CorpU, tampak Learning Council I Ngurah Adyana tengah memberi materi pembelajaran. diklat berhasil mentransformasi seluruh Unit Pendidikan dan Pelatihan (Udiklat)nya menjadi Academy dan Learning Unit. Delapan di antaranya bertransformasi menjadi Akademi, sementara yang lainnya bertransformasi menjadi Learning Unit. Kedelapan akademi itu adalah Transmission and Live Maintenance Academy, Project Academy, Renewable Energy Academy, Corporate Enabler Academy, Leadership Academy, Corporate Culture Academy, Primary Energy and Power Generation Academy, dan Distribution and Commerce Academy. Perubahan menjadi Akademi itu, ditandai dengan diselenggarakannya Kuliah Perdana dimana seluruh Direksi PLN selaku Learning Council, terlibat lang- 30 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 sung dalam peresmian akademi-akademi tersebut dengan memberikan Kuliah Umum. Yang pasti, proses pembelajaran yang dibangun di lembaga pembelajaran itu tidak seperti yang dulu lagi, paradigmanya telah berubah. Dari pembelajaran yang berlangsung, orientasinya tak lagi sekedar untuk meningkatkan kompetensi. Melainkan juga, untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan pegawai dan menumbuhkan budaya berkinerja tinggi. Kendati begitu, “Perjalanan masih panjang,” kata KPusdiklat Suharto, kepada e-Magz di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu. Memang, dengan telah memiliki sejumlah akademi sebagai pusat-pusat pembelajaran, PLN Pus- cakrawala diklat bisa menaruh harapan besar. Sebab dari sinilah bisa dilahirkan pegawaipegawai dengan kualifikasi seperti yang diharapkan. Akan tetapi dengan bertransformasi dari Udiklat menjadi Akademi, bukan berarti tugas sudah selesai. Menurut Suharto, PLN Pusdiklat justru baru memasuki satu tahap dan merupakan langkah awal untuk mewujudkan cita-cita PLN CorpU yang sesungguhnya. Dengan demikian, kata Suharto, masih banyak yang harus dilakukan. Termasuk, keharusan melakukan perubahan pada struktur organisasi PLN Pusdiklat. Dalam bidang pembelajaran misalnya, yang masih harus dilakukan, memastikan bahwa pembelajaran yang diselenggarakan bisa berdampak pada peningkatan kinerja korporat. Untuk itu, kini LSC tengah merumuskan formatnya untuk mengevaluasi dari hasil pembelajaran yang pernah diikuti di Akademi. Menurut Suharto, rencananya para peserta pembelajaran nantinya akan diminta membuat Project Assigment (PA). Dalam PA ini termuat program kongkrit yang akan dilaksakan ketika peserta tersebut kembali ke Unit Operasionalnya masing-masing. Selama tiga bulan, berdasarkan PA inilah nantinya, akan dipraktekan dan dimonitor serta dievaluasi, untuk mendapatkan hasil atau dampak pembelajaran yang sesungguhnya. Soal lainnya lagi yang masih harus dilakukan, misalnya dengan membangun kemitraan baik dalam hal pengembangan Infrastruktur, pengembangan program-program pembelajaran, pengiriman siswa pembelajaran, dengan institusi ternama dalam maupun luar negeri. Menurut Suharto, sesuai dengan arahan DIR SDM, PLN dapat membangun semacam ‘Sister Company’ seperti misalnya perusahaan-perusahaan luar negeri yang sudah bagus yang bisa dijadikan ‘Best Practice’ untuk dapat dicontoh, sehingga PLN Pusdiklat setara dengan perusahaan kelas dunia. Yang pasti, kata Suharto, untuk tahap implementasi ini membutuhkan waktu sekitar satu sampai dengan satu setengah tahun. 10 Kriteria Corporate University 1. Proaktif memberikan solusi pembelajaran yang fokus mengatasi permasalahan kinerja (action learning); 2. Ownership program pembelajaran ada di Direksi dan tertuang dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan; 3. Dikelola oleh para profesional pengelola pembelajaran (Organizational Learning Technologist); 4. Mempunyai Learning Management System dan Knowledge Management System yang terintegrasi dengan sistem SDM; 5. Bermitra dengan universitas agar ada pengakuan program pembelajaran; 6. Mendukung program pengembangan individu pegawai untuk menunjang karir; 7. Pusat internalisasi budaya dan tata nilai perusahaan; 8. Memiliki Program Leader as Teacher dan Retired Faculty untuk kesinambungan pengetahuan perusahaan; 9. Objek pembelajaran adalah tenaga kerja yang terlibat dalam bisnis perusahaan, yaitu mitra kerja, pelanggan dan masyarakat; dan 10.Memiliki brand yang kuat untuk meyakinkan stakeholder. 10 Kriteria CorpU Setelah tahap implementasi, tahap berikutnya adalah tahap institusionalisasi. Tahap ini merupakan tahap yang sangat penting. Pada tahap ini segala sesuatu yang telah dikerjakan selama ini, semuanya dilembagakan. Pelembagaaan inilah yang bisa membuat implementasi metodologi CorpU bisa berkelanjutan, dan diharapkan bahwa CorpU telah menjadi budaya bagi seluruh pegawai, sehingga orientasi pegawai selaras dengan tujuan organisasi. Hanya saja, untuk mengerjakan tahap ini, “Waktunya juga tidak bisa cepat,” jelas Suharto. Namun sesungguhnya, untuk memastikan apakah sebuah lembaga atau perusahaan yang mengimplementasikan CorpU telah mewujudkan dirinya menjadi learning orgnization, menurut Suharto, ada 10 kriteria yang harus dipenuhi. Kesepuluh kriteria itu antara lain: (1) Proaktif memberikan solusi pembelajaran yang fokus mengatasi permasalahan kinerja (action learning); (2) Ownership program pembelajaran ada di Direksi dan tertuang dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan; (3) Dikelola oleh para profesional pengelola pembelajaran (Organizational Learning Technologist); (4) Mempunyai Learning Management System dan Knowledge Management System yang terintegrasi dengan sistem SDM; (5) Bermitra dengan universitas agar ada pengakuan program pembelajaran; (6) Mendukung program pengembangan individu pegawai untuk menunjang karir; (7) Menjadi Pusat internalisasi budaya dan tata nilai perusahaan; (8) Memiliki Program Leader as Teacher dan Retired Faculty untuk kesinambungan pengetahuan perusahaan; (9) Objek pembelajaran adalah tenaga kerja yang terlibat dalam bisnis perusahaan, yaitu mitra kerja, pelanggan dan masyarakat; dan (10) Memiliki brand yang kuat untuk meyakinkan stakeholder. Mengacu kepada 10 kriteria itu, saat ini baru beberapa kriteria saja yang sudah dipenuhi oleh PLN Pusdiklat. Untuk itu diperlukan upaya yang sungguhsungguh dengan dukungan pihak-pihak terkait serta komitmen yang kuat agar implementasi CorpU segera dirasakan manfaatnya bagi Perusahaan dan Stakeholder.l e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 31 inovasi Implementasi LMS, hasil kesepakatan Raker Bogor, pada 15 Januari 2013 Pengembangan SIMDIKLAT Aplikasi itu Bernama Learning Management System Untuk pembelajaran, pegawai tak lagi harus repot menghapal banyak alamat aplikasi PLN Pusdiklat. Semua kini sudah terintegrasi. S IMDIKLAT atau Sistem Informasi Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Terpadu, bukan nama asing bagi pegawai PLN, nama itu telah begitu akrab. Maklumlah, selama lebih dari dua tahun, tepatnya sejak Juni 2010, pegawai PLN telah terbiasa menggunakan aplikasi ini setiap kali mereka harus mengikuti program pendidikan dan pelatihan. Melalui aplikasi ini pula, pegawai PLN dapat mengakses informasi lainnya yang mendukung program pembelajaran yang berlangsung di PLN Pusdiklat. Mulai awal 2013 lalu, sebagaimana yang telah dituangkan dalam IT Grand Design PLN Pusdiklat 2011-2015 dan sejalan dengan tranformasi PLN Pusdiklat menjadi PLN Corporate University, jajaran PLN CorpU bertekad mengembangkan SIMDIKLAT menjadi Learning Management System PLN atau disingkat LMS PLN. Aplikasi ini telah di sosialisasikan di beberapa Unit PLN, dan telah digunakan pegawai PLN untuk melakukan pemilihan pembelajaran yang akan diikuti pada tahun 2014, melalui fitur Identifikasi Kebutuhan Pembelajaran (IKP) Online 2014. Sebagai lembaga yang ingin meraih 32 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 cita-cita “On Becoming The Center Of Excellence In Learning”, menurut Manajer Senior Bidang Perencanaan dan Teknologi Informasi A. Kristianto, PLN CorpU tak bisa mengelak untuk mengembangkan informasi dan teknologinya sebagai satu pilar penting dalam menjalankan strategi bisnisnya. Ini mengingat, dari waktu ke waktu, teknologi di bidang informasi terus berkembang pesat. Dengan perkembangan tersebut, mau tak mau, PLN CorpU pun harus mampu beradaptasi dengan jaman yang semakin canggih dalam hingar bingar kemajuan IT itu. inovasi “PLN CorpU ingin memberikan yang terbaik bagi stakeholdernya,” kata Kristianto. Beberapa Pertimbangan Ada beberapa petimbangan mendasar mengapa PLN Pusdiklat mengimplementasikan LMS setelah berubah menjadi PLN CorpU. Menurut KPusdiklat Suharto, lantaran implementasi LMS merupakan salah satu kriteria yang harus dipenuhi jika sebuah lembaga seperti Pusdiklat mengimplementasikan metolodogi CorpU. “Itu artinya “ Implementasi LMS merupakan salah satu kriteria yang harus dipenuhi jika sebuah lembaga seperti Pusdiklat mengimplementasikan metolodogi CorpU. Itu artinya mengimplementasikan LMS adalah sebuah keharusan. mengimplementasikan LMS adalah sebuah keharusan,” kata Suharto. Selain itu, menurut Kristianto, LMS merupakan perangkat lunak yang telah dipakai dibanyak negara maju. Tak berlebihan jika ASTD (American Society for Training & Development), sebuah asosiasi training & development yang berpusat di Amerika dengan anggota lebih dari 100 negara dan 120 negara bagian di Amerika, mereferensi LMS sebagai perangkat lunak yang diakui masyarakat internasional. Maka dengan menggunakan LMS, kata Kristianto. itu berarti IT yang digunakan PLN CorpU mengacu “ Komitmen Manajemen PLN Pusdiklat dalam melaksanakan “Exellent Program 2013” pada best practice yang diakui dunia internasional. Oleh karena itu Manajemen PLN CorpU dalam sebuah komitmen manajemen pada Rapat Kerja di Bogor pada 15 Januari 2013 lalu menetapkan akan mengimplementasikan LMS. Disebutkan, bahwa salah satu fokus dari tujuh program utama PLN Pusdiklat tahun 2013 adalah pengembangan LMS yang terintegrasi. Perlu ditambahkan, cita-cita PLN Pusdiklat membuat LMS terintegrasi juga dinilai sudah tepat dan sesuai dengan cita-cita PLN. Sebab dalam pembuatan LMS PLN ini, PLN Pusdiklat menselaraskan dengan roadmap dan milestone arah strategis Rencana Jangka Panjang PT PLN (Persero) hingga 2017. Seperti disebutkan dalam milestone pencapaian visinya, “Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh Kembang, Unggul dan Terpercaya dengan Bertumpu pada Potensi Insani”, salah satunya adalah dengan tercapainya milestone di 2017 dalam hal IT yang terintegrasi. Yang jelas, dengan menyelaraskan pada roadmap dan milestone PLN, mewujudkan IT yang teristrgrasi di 2017 tidak lagi menjadi beban PLN Kantor Pusat saja, atau khususnya DIVSIM. Setidaknya PLN Pusdiklat turut andil dalam membantu pencapaian milestone melalui integrasi IT yang dilakukan PLN Pusdiklat melalui LMS PLN. Kerangka Acuan Dalam mengembangkan LMS, PLN Pusdiklat mengacu kepada referensi yang dikeluarkan ASTD. Menurut lembaga itu, setidaknya ada sejumlah kriteria yang wajib dimiliki oleh LMS. Di antaranya, administrasi yang tersentral dan terautomasi, menggunakan metode “selfservice” dan “selfguided services”, menghimpun dan mendistribukan konten pembelajaran secara cepat, menggabungkan fungsi-fungsi pembelajaran dalam platform aplikasi yang berbasis web, mampu membuat dan mengubah konten pembelajaran serta mengakomodasikan kegiatan knowledge sharing. Dari kriteria-kriteria tersebut ASTD men- e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 33 inovasi “ Implementasi LMS, agar perubahan PLN Pusdiklat menjadi PLN CorpU tepat sasaran, termasuk tepat dalam pemanfaatan teknologi yang mendukung proses bisnisnya. “ jabarkan setidaknya terdapat beberapa fitur yang direkomendasikan dalam membuat LMS. Antara lain, Integration with HR, Administration tools, Content Access, Content Development, Content integration, Skills Management, Assessment Capabilities, Adherence to Standard (LMS harus memenuhi standard, seperti misalnya SCORM), Configurability, Security. Selain mengacu pada ASTD, pengembangan LMS di PLN juga berdasarkan pada sejumlah kriteria IT Grand Design PLN Pusdiklat. Tujuannya, agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Kriteria yang dimaksud di antaranya, (1). Fleksibel. Artinya pengembangan LMS ini tidak semata karena tren sesaat. Melainkan, dapat mengakomodir kebutuhan pembelajaran dan dapat dicustom sesuai request; (2). Mengacu pada best practices yang ada. Berdasarkan best practice, LMS dikembangkan dengan mengacu standard LMS sebagaimana yang ditetapkan; (3). Mencakup seluruh proses bisnis pembelajaran (sesuai metode CorpU). Di saat pembelajaran sudah mengarah ke eranya Corpu, maka LMS yang dikembangkan harus memenuhi ekspektasi dari stakeholder pembelajaran. Masih berdasarkan IT Grand Design PLN Pusdiklat, juga telah diatur mengenai platform arsitektur aplikasi yang akan dibangun PLN Pusdiklat. Platform itu berdasarkan pada fondasi berupa enam kelompok aplikasi, yaitu (1). Analytics, artinya aplikasi yang berfungsi untuk menghasilkan informasi-informasi yang diperlukan oleh bisnis dan compliance (PLN Pusdiklat‘s Business Intelligent); (2). ETL (Extract Transform Load), aplikasi yang berfungsi untuk extract-transform-load data untuk disimpan dalam penyimpanan data atau data warehouse sehingga siap untuk dianalisa lebih lanjut; (3). Business Process, kelompok aplikasi yang berfungsi untuk mendukung proses bisnis pembelajaran; (4). Access Channel, kelompok aplikasi yang berfungsi untuk memberikan fasilitas layanan kepada pelanggan, baik melalui kantor PLN Pusdiklat, PLN Udiklat, PLN Unit, hingga self service, yang dapat dilakukan langsung oleh pelanggan; (5). External Link, kelompok aplikasi yang menjembatani PLN Pusdiklat dengan partner bisnis eksternal (di luar organisasi PLN); dan (6). EIA (Enterprise Application Integrator), middleware yang mengintegrasikan informasi antar aplikasi. Kelompok-kelompok itu dalam arsitektur aplikasi bertujuan memberi kemudahan pengembangan IT sehingga dibuat tidak terlalu rinci namun cukup mengikat dalam menentukan koridor pengembangan infrastruktur IT yang dibangun nantinya. Dari arsitektur itu, maka LMS yang dibangun akan masuk kelompok platform arsitektur aplikasi Bussiness Process. Artinya sesuai dengan definisi LMS mendukung proses bisnis PLN CorpU dan mampu mengautomasikan kegiatan administrasi, tracking dan reporting baik yang dilaku- Milestone Rencana Jangka Panjang PLN hingga tahun 2025 Di tahun 2017, PLN bercita-cita mewujudkan IT yang terintegrasi (perspektif Proses Bisnis Internal) 34 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 inovasi kan Learning Unit (Udiklat), Learning Academy, hingga membantu proses yang ada di Kantor Induk. Server SIMDIKLAT sebagai pilihan Dalam mengembangkan LMS PLN, menurut Kristianto, setidaknya PLN CorpU memperhatikan tujuh kriteria IT yang harus dipenuhi ketika mendevelop sebuah aplikasi. Ketujuh kriteria itu, Fast, Open (for integration and for expanding), Reliable (include available), Measurable (auditable), User Friendly, Secure, Accessible anytime anywhere. Mengacu kepada kriteria itu, PLN CorpU melirik server SIMDIKLAT. Beberapa pertimbangan dipilihnya SIMDIKLAT sebagai cikal bakal pengembangan LMS antara lain, (1) Seluruh proses bisnis Diklat terakomodir dalam SIMDIKLAT; (2) SIMDIKLAT sudah menjadi aplikasi unggulan (bussiness core application) dari PLN Pusdiklat. Hal ini terbukti dengan benchmark dari beberapa perusahaan; (3) SIMDIKLAT diakses oleh seluruh pegawai PLN. Ini terbukti dengan jumlah pengguna aktif (unique visitor) setiap harinya. Berdasarkan pembuktian dari tool google analytics untuk simdiklat.pln-pusdiklat.co.id dari periode 01 Juli 2012 – 25 Juni 2013 terlihat, selama Peserta dan Kontributor IT Grand Design periode tersebut jumlah pengguna aktif sebanyak 77,962 pengunjung, dan jumlah kunjungan (visit) sebanyak 280,281 kunjungan. Itu artinya, rata-rata per hari jumlah pengunjung aktif yang mengunjungi SIMDIKLAT sebanyak 778 pengunjung. Atas dasar inilah kemudian yang menjadi acuan sekaligus tantangan SIMDIKLAT ketika akan diintegrasikan dengan aplikasi-aplikasi lain yang sudah pasti akan meningkatkan jumlah traffic ke aplikasi tersebut; (4) Pertimbangan teknis (server, infrastruktur, memory server). l Arsitektur Aplikasi LMS berdasarkan IT Grand Design PLN Pusdiklat l Learning Management System (LMS) menjadi bagian dari Core Bussiness Application dari arsitektur aplikasi l LMS yang dikembangkan harus memenuhi kriteria arsitektur aplikasi sesuai IT Grand Design e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 35 inovasi single-login H asil raker di Bogor pada 15 Januari 2013 telah disepakati, seperti bisa dilihat pada LMS PLN, ada delapan fitur atau aplikasi dan satu modul baru yang diintegrasikan. Beberapa di antarannya sudah bisa diakses dan digunakan, sementara lainnya masih akan terus disempurnakan. Pertama, SIOMMA (Sistem Online Monitoring Mentoring). Aplikasi ini digunakan untuk memantau proses monitoring dan mentoring terhadap pelaksanaan Project Assignment oleh Peserta atau mentee. Aplikasi ini tidak hanya memudahkan arus komunikasi antara Mentee, Mentor dan Pembimbing/Evaluator, juga memudahkan proses perekaman aktivitas Project Assignment Mentee karena melalui aplikasi inilah Mentee dapat melaporkan progress dalam pelaksanaan Project Assigment dengan mengupload bukti-bukti atau aktivitas yang telah dilakukan. Kedua, SIOPPA (Sistem Online Penilaian Project Assignment). Merupakan aplikasi lanjutan dari SIOMMA dalam melakukan Uji Project Assigment. Aplikasi ini banyak digunakan untuk penilaian Project Assignment untuk Diklat Penjenjangan (EE/SSE) dan telaah staf (EE/SSE III & IV) yang dilakukan sejak tahun 2011 hingga kini. Ketiga, SIBAKTI (Sistem Informasi Diklat Purna Bakti). Merupakan aplikasi yang dikembangkan Bidang PDP PLN Pusdiklat. SIBAKTI digunakan sebagai sistem informasi berkaitan dengan Diklat Purnabakti. Artinya, setiap pegawai yang memasuki pensiun mendapatkan akses terhadap aplikasi ini untuk mengetahui Diklat-Diklat yang tersedia, jadwal, tempat pembelajaran dan sebagainya. Dengan begitu, PLN Pusdiklat turut membekali pegawai agar siap sebelum yang bersangkutan pensiun. Keempat, SIUJANG (Sistem Informasi Diklat Penunjang). Adalah aplikasi yang digunakan untuk sistem informasi terkait Diklat Penunjang. Pegawai dapat melihat informasi yang berkaitan pembelajaran penunjang, seperti jadwal pembelajaran, daftar pem- 36 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 belajaran yang dapat diikuti, realisasi pelaksanaan, kelengkapan materi, validasi dan update materi, informasi daftar vendor pembelajaran dan sebagainya. Kelima. SIJAB (Sistem Informasi Diklat Prajabatan). Digunakan oleh Bidang PDP PLN Pusdiklat untuk menyajikan data berkaitan dengan prajabatan PLN di setiap angkatannya. Di aplikasi ini, pegawai dapat melihat informasi yang berkaitan Diklat Prajabatan, seperti informasi berupa artikel/berita, pelaksanaan prajabatan, rekap jumlah siswa prajabatan, informasi data nilai Siswa Prajab, historis program pembelajaran dan sebagianya, Keenam, MONITORING OJT (Monitoring peserta On the Job Training). Adalah aplikasi yang digunakan monitoring peserta On The Job Training. Aplikasi ini dapat diakses oleh beragam pengguna, sehingga jelas membutuhkan domain dengan IP Public. Ketujuh, SKP (Survey Kepuasan Pelanggan). Adalah aplikasi yang digunakan untuk mensurvai tingkat kepuasan pelanggan. Adapun penentuan hasil survai berdasarkan skala likert untuk menentukan range hasil dari inovasi sangat tidak puas hingga memuaskan. Responden yang terpilih mengisi survai akan mendapatkan link kuisioner sesuai yang dikirimkan oleh admin aplikasi. Kedelapan, LWBT (Leadership Web Based Training). Merupakan aplikasi ujian online yang dikhususkan untuk menguji dan menyegarkan kembali kompetensi pegawai yang telah mengikuti Diklat Executive Education. Adapun input data yang digunakan adalah data pegawai yang diinput secara manual. Kemudian admin dan subject matter expert dari materi akan memasukan soal ke dalam aplikasi untuk diujikan kepada peserta. Dan Kesembilan, Dashboard. Dashboard PLN Pusdiklat dibuat dengan mengadopsi teori Management Cockpit dari Prof Patrick M Georges, MD. Dashboard merupakan tool bagi manajemen untuk mengambil keputusan secara akurat dan tepat berdasarkan data dan informasi dari sistem. Dashboard yang dikembangkan dibagi menjadi tiga kategori wall, yaitu Blue Wall (learning process & operations), Black Wall (perfomance & financial indicators) dan Red Wall (excellence programs). Untuk mengakses LMS PLN, ada dua cara yang bisa dilakukan. Pertama melalui https://10.10.0.20. Cara ini bisa dilakukan di kantor selama komputer atau internetnya terhubung dengan ICON. Kedua, melalui www.pln-pusdiklat.co.id. Cara kedua ini bisa diakses dari perangkat smartphone, modem, atau dari kantor dengan ISP selain ICON. Tentu saja, untuk mengakses LMS PLN, diperlukan User Name dan Password. User Name menggunakan nama pegawai yang akan mengakses, sedangkan passwordnya menggunakan Nomor Induk Pegawai. Namun demikian, LMS memberi kesempatan kepada pengaksesnya (pegawai) untuk mengganti Password, sesuai keperluan masing-masing pengguna. l e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 37 akademika CorpU, di Project Academy Project Academy Bogor, untuk keduakalinya menyelenggarakan Kuliah Umum. tingkatkan wawasan proyek ketenagalistrikan SDM yang masih minim M acetnya jalur Kota Bogor yang di luar perkiraan, tak menyurutkan semangatnya. Hari itu, Rabu 19 Juni 2013, beliau harus mengisi Kuliah Umum. Setelah melewati kemacetan dengan sabar, Direktur Konstruksi PLN Nasri Sebayang, akhirnya tiba di Project Academy Bogor pada pukul 08.15 WIB. Tiba di tempat, ia disambut sejumlah Kepala Divisi (Kadiv) Direktorat Konstruksi, serta Manajer Project Academy Musthofa dan para siswa peserta pembelajaran yang terdiri dari Manajemen Konstruksi untuk Asisten Manajer (Asman) Teknik UPK dan Supervisi Konstruksi Pembangkit dan Transmisi, Tim Pengadaan Tanah, serta siswa prajabatan. Sejenak ia beramah tamah. Setelah itu, Nasri Sebayang yang datang dalam kapasitas sebagai Learning Council (LC) di Project Academy tersebut, langsung memberikan Kuliah Umum. Tema yang diangkat, “Kebijakan Investasi Pembangunan Ketenagalistrikan”. Dihadapan peserta yang berjumlah 120 siswa itu, selama dua jam, Nasri menyampaikan materi tersebut dengan penuh semangat dan komunikatif. Kuliah Umum itu diakhiri dengan sesi tanya jawab. Perubahan Pembelajaran Itulah perubahan yang sedang terjadi setelah PLN Pusdiklat mengimplementasikan Corporate Universty dan Udiklat Bogor mendapat penugasan baru sebagai Project Academy. Menurut Musthofa, kedatangan Nasri ke Project Academy bukan yang pertama. Sejak Kuliah Perdana pada 28 Januari 2013 lalu, itu menjadi kedatangan yang keduaka- linya untuk memberikan Kuliah Umum. Juga dengan para Kadiv di Direktorat Konstruksi. Kehadiran mereka selaku Learning Steering Committee (LSC) malah lebih sering lagi, sebagai instruktur untuk setiap pembelajaran yang diselenggarakan Project Academy. “Para LC dan LSC sangat antusias. Suportingnya besar sekali ke Project Academy. Itu dibuktikan dengan Direktur Konstruksi sudah dua kali ke sini untuk memberikan General Lecture. Kami juga dibantu para expert di bidang konstruksi mulai dari ahli project enginering, supervisi, pengendalian kontrak dari Widyaiswara Purnakarya PLN. Ada juga 38 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 KULIAH UMUM. LC Nasri Sebayang tampak antusias saat memberikan Kuliah Umum yang kedua kalinya di Project Academy, Bogor. dari kalangan akademisi dari ITB dan konsultan dari Jerman. Pak Nasri memang bersemangat dalam membangun Project Academy,” kata Musthofa kepada e-Magz, di ruang kerjanya, Bogor, beberapa waktu lalu. Sedangkan perubahan besarnya, terjadi para proses learning. Direksi dan para Kadiv selaku LC dan LSC, terlibat langsung dalam penyusunan kurikulum, akademika proyek-proyek PLN di bidang konstruksi pembangkitan, transmisi dan distribusi di seluruh Indonesia dan kompetensi pegawai yang harus dikembangkan di lingkungan Direktorat Konstruksi. Untuk itu, jika Direksi menghendaki agar pengetahuan dan kompetensi SDM yang dihasilkan dari pembelajaran dapat mendukung kinerja korporat, maka menjadi tugas mereka untuk menyusun kurikulum, silabus beserta materinya. “Itulah ciri khas CorpU. Jadi pembelajaran apa saja yang dibutuhkan, itu yang menentukan adalah Bussines owners. Pemilik bisnisnya adalah Direktur Konstruksi. Tentunya apa yang dibutuhkan dalam pengembangan kompetensi SDM project dalam menghadapi tantangan pembangunan infrastruktur kelistrikan, beliaulah yang merumuskan,” kata Musthofa. silabus dan materi pembelajaran serta bertindak langsung sebagai Instruktur. Agar pembelajaran sesuai dengan kebijakan korporat maka mulai dari penetapan Learning Focus, Learning Theme, Curricullum and Syllabus, serta materi pembelajaran ditangani langsung oleh LC dan LSC bersama CLO Pusdiklat selaku Learning Partner. Terjadinya perubahan proses pembelajaran itu adalah sebuah konsekuensi. Sebab Direksi dan para Kadiv di lingkungan Direktorat Konstruksi memang yang lebih tahu persoalan di lapangan berkaitan dengan pembangunan Kejar kebutuhan Berkenaan dengan itu, di lingkungan PLN, insan SDM yang memiliki pengetahuan dan kompetensi dalam penanganan bidang proyek ketenagalistrikan memang masih perlu ditingkatkan. Menurut Musthofa, itu disebabkan selama ini materi-materi yang bertalian dengan kompetensi di bidang pengelolaan poyek ketenagalistrikan belum banyak diselenggarakan di Udiklat-Udiklat di lingkungan PLN Pusdiklat. Kalaupun ada, bisa dihitung dengan jari. Akibatnya, PLN menjadi kekurangan SDM yang kompeten untuk bidang tersebut. Padahal bisnis utama PLN, mulai dari pembangkitan, transmisi dan distribusi keberadaanya perlu didukung oleh proyek investasi pembangunan sistem ketenagalistrikan. Sementara itu, jika mengacu kepada RUPTL Tahun 2011-2020, seperti digambarkan Nasri Sebayang dalam kuliah umumnya, PLN telah merencanakan meningkatkan rasio elektrifikasi dari 71,9 persen pada 2011 menjadi 94,4 pers- en pada 2020. Sedangkan proyeksi dana investasi untuk memenuhi kebutuhan pembangunan ketenagalistrikan hingga 2020, total diperkirakan mencapai 60,5 miliar dolar (ekuivalen 540 triliun rupiah), dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,9 persen dan proyeksi beban puncak mencapai 55.053 MW. Melihat besarnya alokasi dana investasi, lamanya jangka waktu yang diperlukan untuk membangun proyek ketenagalistrikan, serta belum terstrukturnya pembelajaran, menurut Musthofa, inilah yang menjadi tantangan terberat Project Academy. Di samping itu, untuk mendukung penyelesaian proyek-proyek dilakukan juga penguatan organisasi khususnya pembentukan UPK baru di lingkungan Indonesia Timur yang tentunya diperlukan penyiapan Manajer UPK dan Asman Teknik di UPK. Untuk penyiapan kompetensi Manajer UPK dan Asman Teknik UPK juga diserahkan pembelajarannya kepada Project Academy. Implementasinya adalah untuk Modul Project Management bagi Manajer UPK telah dilaksanakan sebanyak dua angkatan. Sedangkan untuk penyiapan Asman Teknik UPK telahdilaksanakan dua angkatan dan direncakan seluruhnya empat angkatan untuk mengisi posisi jabatan 59 Asman Teknik UPK di seluruh UIP. Tak heran, jika Project Academy saat ini seakan tengah mengejar target untuk memenuhi kebutuhan SDM di bidang proyek ketenagalistrikan yang masih perlu ditingkatkan. Itu pula sebabnya, untuk keduakalinya Project Academy menyelenggarakan pembelajaran, yang langsung dibuka dengan pemberian Kuliah Umum oleh Direktur Konstruksi. Saat ini Project Academy telah mempunyai delapan Fokus Pembelajaran (Learning Focus) sebagai Learning Programnya untuk satu semester. Kedelapan Learning Focus tersebut telah dibuat kurikulum, silabus dan materi- e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 39 akademika baru, masih kurang pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana mensupervisi tentang sebuah proyek. “Syukurlah sampai dengan hari ini kita sudah ada lima angkatan untuk manajemen konstruksi yang pesertanya seluruh manajermanajer UPK, Asman Teknik UPK dan Engineer Supervisi. Mereka lulusan Project Academy Angkatan Perdana,” jelas Musthofa. nya. Kedelapan Learning Focus itu adalah Project Initiation, Project Financing, Project Engineering, Project Administration, Project Procurement, Project Support, Project Supervision dan Project Completion. Dari delapan Learning Focus tersebut, beberapa di antaranya, sudah disusun modul pembelajarannya seperti Manajemen Konstruksi Untuk Manajer UPK, Manajemen Konstruksi Untuk Asman Teknik UPK, Manajemen Konstruksi Untuk Site Supervision, Pengadaan Barang dan Jasa APBN, Pengadaan Tanah, Kepabeanan dan Logistik, Perijinan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan, Pengukuran Progres Fisik dan Pembayaran, dan Primavera. Serta beberapa kali pelaksanaan workshop. Sementara yang lainnya segera menyusul. Menurut Musthofa, SDM dengan pengetahuan itulah yang saat ini memang mendesak dibutuhkan. Itu berkaitan dengan beberapa proyek PLN yang tengah berjalan dan membutuhkan keterlibatan SDM dengan kualifikasi tersebut. Seperti project procurement, supervisi dan supporting misalnya. Proyek ini sudah berjalan, akan tetapi SDM proyek masih belum banyak dibekali tentang ilmu-ilmu proyek. Padahal di lapangan mereka harus mengawasi satu proyek pembangkit yang nilainya bisa mencapai triliunan. Sementara para tenaga supervisi di lapangan notabene anak-anak 40 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 Inline dengan kebutuhan Dari gambaran tadi, sekaligus memperlihatkan, dari pembelajaran (Diklat) yang diselenggarakan Project Academy, yang inline dengan kebutuhan, dampaknya sudah dirasakan. Itu dikarenakan para lulusan akademi tersebut langsung bisa dilibatkan di lapangan untuk menangani proyek-proyek PLN bidang pembangkitan dan transmisi yang tersebar di seluruh Indonesia. Diketahuinya bahwa pembelajaran yang diselenggarakan Project Academy berdampak pada pekerjaan, melalui Action Learning. Di Project Academy, pembelajaran biasanya berlangsung antara 3 - 4 hari dengan model in class training. Sebelumnya, mulai dari hari pertama hingga keempat mereka diminta membuat paper dari materi yang diperoleh. Setelah itu, di hari keempat, mereka harus memilih salah satu materi sebagai tugas action learning untuk dibawa ke unitnya. Selanjutnya, mereka diminta membuat paper dari kasus aktual yang dialami di unitnya masing-masing. Mereka dipantau oleh mentor atau pengawasnya dan hasilnya di kirim ke Project Academy. Dari sini kemudian baru dilakukan evaluasi, formatnya dalam bentuk bedah kasus permasalahan proyek di unit masing-masing. Dan dari hasil evaluai inilah diketahui, bahwa itulah pengetahuan yang mereka butuhkan. Komentar dari para peserta mengatakan bagus dan memang ini yang kami butuhkan dalam mengawasi pekerjaan proyek di lapangan. “Knapa nggak dari dulu,” kata Musthofa menirukan peserta pembelajaran. ucapan Gedung Penunjang Tak kalah pentingnya juga, untuk lebih memantapkan peran dan tugasnya, di Project Academy, berencana segera melakukan renovasi gedung untuk memenuhi kebutuhan proses pembelajaran. Gedung akan dilengkapi dengan dua ruang utama. Masing-masing memiliki fungsi berbeda namun saling menunjang. Pertama, ruang consulting center. Di tempat inilah, seluruh pekerja proyek PLN di seluruh Indonesia bisa mengkonsultasikan masalahnya yang ditemukan di lapangan. Nantinya, konsultasi bisa dilakukan dengan cara chatting atau melalui email dan ditangani langsung oleh para expert. Dengan demikian, segala persoalan yang dihadapi pekerja lapangan segera bisa dicarikan solusinya. Selanjutnya, dari berbagai persoalan yang muncul beserta jawabannya, nantinya akan menjadi benchmark dan Lesson Learn dari permasalahan proyek di unitunit lainnya yang tersebar. Cikal bakal pembentukan consulting center saat ini sudah dibentuk. Yaitu dengan membentuk forum konsultasi melalui mailing list : [email protected]. Kedua, ruang audio visual. Ruang ini akan dilengkapi dengan aplikasi berbasis WBS (Work Breakdown Structure) dan CBS. Bekerjasama dengan PMO (Project Management Office), ruang ini ber- fungsi memonitor setiap perkembangan proyek PLN yang tengah dikerjakan di seluruh Indonesia, sehingga progres proyek – seperti transmisi, pembangkit dan sebagainya – yang di lapangan bisa terpantau dengan baik. Misalnya untuk pekerjaan sipil, progresnya akan terpantau dari sisi tahap pekerjaan, biaya dan sebagainya. Untuk pembangunan gedung ini, menurut Musthofa, Dirkon telah menyetujui. “Insya Allah pada 2014, proyeknya segera realisasi.” Dengan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran seperti tersebut di atas diharapkan mampu menjawab tuntutan dan kebutuhan kompetensi SDM Project sesuai yang diharapkan oleh Bussiness Owner. l “ Untuk lebih memantapkan peran dan tugasnya, di Project Academy, berencana segera melakukan renovasi gedung untuk memenuhi kebutuhan proses pembelajaran. Gedung akan dilengkapi dengan dua ruang utama. Pertama, ruang consulting center. Kedua, ruang audio visual. Dengan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran seperti itu diharapkan mampu menjawab tuntutan dan kebutuhan kompetensi SDM Project sesuai yang diharapkan Bussiness Owner. “ e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 41 akademika CorpU di TLM Academy Dampak Pembelajaran, Unit sangat Berperan berdasarkan evaluasi level 3 dan 4 yang dilakukan memperlihatkan dampak positif pembelajaran. T ransmission and Live Maintenance Academy (TLM Academy) terus berbenah diri. Upaya inilah yang tengah dilakukan, sejak ditetapkan Unit Pendidikan dan Pelatihan (Udiklat) yang berdomisili di Semarang menjadi salah satu akademi 42 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 di lingkungan PLN Corporate University (PLN CorpU). Perubahan menjadi akademi ditandai dengan dilaunchingnya akademi ini oleh Dir SDM dan Umum Eddy D Erningpradja pada 10 November 2011 lalu. Sedangkan program pembelajaran CorpU pada akademi ditandai dengan pemberian akademika (Atas) Aktivitas workshop di TLM Academy; (Bawah) Pembelajaran PDKB di Lab TLM Academy Kuliah Perdana oleh Learning Councilnya I Ngurah Adnyana (saat itu DIR OPSJB) pada 14 Januari 2013. Dengan kedudukannya seperti sekarang, sebagai pusat pembelajaran dalam bidang penyaluran (transmisi) dan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB), sejumlah harapan tentu bertumpu pada akademi ini. Seperti tercermin pada tujuan dibentuknya TLM Academy, di antaranya adalah, pertama, peningkatan kompetensi SDM yang dihasilkan bisa setara kelas dunia. Kedua, TLM Academy bisa menjadi pusat rujukan untuk pemecahan permasalahan operasional dan berkontribusi aktif dalam mencapai kinerja ekselen. Dan ketiga, menciptakan expert-expert di bidang Transmisi dan PDKB yang diakui secara nasional dan internasional. “Bisa memenuhi harapan itulah yang kini tengah dipacu dan menjadi impian segenap jajaran TLM Academy,” kata Manajer TLM Academy Anton Suranto, kepada e-Magz di ruang kerjanya, di Semarang. Tantangan TLM Academy Ditetapkannya Udiklat Semarang menjadi TLM Academy, tentu tak terlepas dari tantangan yang dihadapi PLN di masa sekarang dan yang akan datang. Menurut Anton, dalam perkembangan zaman yang semakin modern, pemeliharaan peralatan listrik tidak bisa lagi dilakukan dalam keadaan offline atau listrik padam. Masyarakat modern tidak bisa menerima pemadaman listrik, meskipun pemadaman dilakukan untuk keperluan sambungan baru atau pemeliharaan, seperti pergantian isolator, pemeliharaan trafo, penggantian trafo dan lain sebagainya. Apalagi jika pemadamannya berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Berdasarkan kalkulasi ekonomi maupun dari sisi kualitas pelayanan, kata Anton, pemadaman listrik jelas merugikan. Baik bagi masyarakat maupun bagi PLN sendiri. Akibat pemadaman listrik, akan melumpuhkan berbagai kegiatan, seperti kegiatan perkantoran, industri, pusat perdagangan, transportasi, rumah tangga dan sebagainya. Kalau itu terjadi, berapa kerugian yang akan diderita sebuah industri lantaran tidak bisa beroperasi? Kerugian serupa juga akan dialami PLN. Oleh karenanya, untuk memerangi pemadaman listrik ini, salah satu cara yang dilakukan PLN adalah dengan membentuk Tim PDKB. Di tangan tim inilah, upaya pemeliharaan dan perbaikan instalasi tetap bisa dilakukan tanpa harus memadamkan listrik. Tim PDKB PLN sudah dibentuk se- jak 1993. Saat ini, PLN memiliki sekitar 73 Tim PDKB dengan jumlah petugas mencapai lebih dari 1.300 orang dan tersebar di seluruh Indonesia. Tim PDKB PLN terdiri dari tim PDKB TM (Tegangan Menengah), Tim PDKB TT/TET (Tegangan Tinggi/Tegangan Ekstra Tinggi). Tim PDKB TT/TET terdiri dari Tim PDKB SUTT/SUTET dan Tim PDKB GI/GITET. Tim PDKB PLN ini adalah orangorang yang dipilih dan diseleksi secara khusus. Mulai sejak rekruitmen hingga pendidikan dan pelatihannya, semua dilakukan secara khusus. Ini mengingat pekerjaan mereka bukan pekerjaan biasa. Pekerjaan mereka berisiko sangat tinggi, lengah sedikit nyawa taruhannya. Pekerjaan PDKB erat hubungannya dengan pekerjaan listrik bertegangan dan berarus tinggi serta pekerjaan dari suatu ketinggian. Karena itu di dalam bekerja, Tim ini sangat dituntut untuk memiliki kompetensi yang tinggi dan selalu bekerja dengan mematuhi standard operation procedure (SOP). Jadi mengingat tantangannya yang begitu besar, tepatlah jika PLN mempunyai suatu akademi yang secara khusus mendidik, melatih dan mengembangkan Tim PDKB tersebut. e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 43 akademika Dampak pembelajaran Untuk mewujudkan tujuannya itu, tentu mengandung konsekuensi. Konsekuensi yang paling penting adalah peningkatan kualitas pembelajaran yang berlangsung di TLM Academy. Semuanya harus berubah menjadi lebih baik. Tiga komponen yang akan menentukan kualitas hasil pembelajaran yaitu hadware, software dan brainware mutlak harus ditingkatkan kualitasnya. Pada sisi hadware, peningkatan yang perlu dilakukan adalah menyediakan peralatan praktikum (laboratorium) yang lengkap dan modern, class room dan mess siswa yang nyaman, fasilitas olahraga yang cu- kup, serta sarana lainnya. Dari sisi software, peningkatannya pada kurikulum, silabus, materi, standard mutu pelayanan, sarana IT dan sebagainya. Sedangkan dari sisi brainware, peningkatan yang perlu dilakukan pada tenaga pengajar (instruktur) dan SDM lainnya yang mengelola diklat. Jika ketiga komponen ini kualitasnya sudah seperti yang diharapkan, maka kualitas pembelajaran akan meningkat dan outcomenya (lulusan diklat) juga akan meningkat. Meningkatnya kualitas lulusan pembelajaran merupakan modal awal yang sangat penting untuk peningkatan kinerja unitnya masing-masing. Dengan demikian dampak dari suatu pembelajaran terasa nyata dalam peningkatan kinerja perusahaan. Menurut Anton, sedikitnya diperlukan waktu enam bulan sejak diselenggarakan Kuliah Perdana untuk bisa di evaluasi dampak pembelajaran terhadap kinerja unit. Secara sample evaluasi pembelajaran pernah dilakukan terhadap peserta pembelajaran Pemeliharaan Trafo Tenaga yang diselenggarakan TLM Academy (evaluasi level 3 dan 4). Evaluasi menggunakan instrumen wawancara, pengisian kuesioner, observasi dan kajian dokumen pendukung. Evaluasi yang dilakukan bukan saja ke- Laboratorium Menjadi Andalan B erdirinya laboratorium Gardu Induk (GI) dan Transmisi bertegangan di TLM Academy, yang konon kabarnya, belum ada di lingkungan Training Center kawasan Asia, bukanlah cerita Sangkuriang yang berhasil membangun 999 candi dalam semalam. Sebelum tahun 2010, laboratorium GI dan Transmisi bertegangan di Udiklat Semarang, yang sekarang bertransformasi menjadi TLM Academy belum ada. Yang tersedia di sana, hanyalah lima tower transmisi 150 kV tanpa 44 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 nyawa. Di situlah dulu Tim PDKB SUTT/SUTET PLN berlatih dengan fasilitas seadanya dalam keadaaan offline. Setelah 2010, ketika Anton ditugaskan menakhodai Udiklat Semarang, “ide” yang menurutnya telah lama terpendam, muncul. Ketika sedang menjadi instruktur di Udiklat Bogor selama hampir sembilan tahun, ia sering mengajar praktikum lapangan penerapan Safety Procedure langsung di GI GI kawasan Jabodetabek bersamaan dengan jadwal pemeliharaan, sehingga pelaksanaan praktikum amat tergantung kepada unit operasional. Pada saat itulah ia sering “memimpikan” adanya Gardu Induk yang lengkap di Udiklat sebagai sarana praktikum. Dengan begitu, praktikum dapat dilaksanakan secara leluasa dan tidak tergantung ke Unit Operasional. Ketika mulai memimpin Udiklat Semarang, ide itu mulai di wujudkan. Bahkan, muncul ide tambahan agar GI tersebut diberi akademika pada pesertanya, tetapi juga terhadap atasannya. Berdasarkan Kesimpulan Hasil Evaluasi yang mengacu pada Data Laporan Pelaksanaan Evaluasi Level 3 dan 4 tahun 2013 yang diterima redaksi, dari evaluasi level 3 yang dilaksanakan selama dua hari pada 13 Juni 2013 di APP Salatiga itu memperlihatkan, pelatihan yang dilakukan berdampak positif terhadap perubahan sikap dan prilaku eks peserta Diklat Pemeliharaan Trafo Tenaga dalam bekerja dengan prosentase dampak 63% - 81%. Penilaian ini juga didukung berdasarkan penilaian dari Asisten Manajer PLN APP Salatiga. Sementara dari evaluasi level 4, ma- tegangan 150 kV sampai 5 tower SUTT, sehingga bisa digunakan untuk sarana praktikum PDKB SUTT dan PDKB GI . Dengan demikian praktikum sepenuhnya bisa dilakukan di Udiklat Semarang, tidak lagi tergantung unit operasional, kisahnya. Gayung pun bersambut. Berbarengan dengan keinginannya mewujudkan lab yang ada seperti sekarang ini, PLN P3B JB tengah banyak melakukan “Uprating” terhadap peralatan GI. Peralatan GI yang di Uprating kondisinya masih baik (laik pakai). Peralatan inilah yang akhirnya direlokasi ke Udiklat Semarang untuk dibangun kembali Gardu Induk. Peralatan GI yang dimaksud direlokasi dari GI Kudus, GI Jekulo, GI Palur, GI Tuban, GI Sunyaragi dan GI Cirebon serta GI sih merujuk pada Kesimpulan Hasil Evaluasi memperlihatkan, setelah peserta Diklat mengikuti pelatihan tidak ada gangguan trafo tenaga yang disebabkan oleh faktor internal. Dengan demikian, dari evaluasi itu disimpulkan bahwa Diklat Pemeliharaan Trafo Tenaga berdampak terhadap kinerja Unit yang bersangkutan, sehingga Diklat Pemeliharaan Trafo Tenaga masih dibutuhkan dan perlu diteruskan. Mengacu kepada hasil evaluasi itu, Anton optimis, bahwa pembelajaran yang diselenggarakan oleh TLM Academy, hasilnya akan berdampak terhadap peningkatan kinerja. Ini lainnya,” ujar Anton menceritakan. “Bisa dibilang, peralatan GI disini tidak ada yang beli, biayanya hanya transportasi, pembuatan pondasi dan pemasangan kembali. Selama satu tahun, Gardu-Gardu Induk Simulator di lab ini didirikan. Pelan tapi pasti, terwujudlah impiannya itu. Untuk pasokan tegangan 20 kV (GI ini menaikkan tegangan 20 kV ke 150 kV), ia berkoordinasi dengan teman-teman PLN Distribusi Jateng & DIY Area Semarang dan APD Semarang. Dan kini Udiklat Semarang telah memiliki GI Simulator dan SUTT yang bertegangan 150 kV, guna melaksanakan praktikum Diklat PDKB GI dan PDKB SUTT serta praktikum Diklat-Diklat bidang Transmisi. “Kita sangat berterimakasih pada pimpinan PLN khususnya PLN P3B JB beserta unit-unit pelaksananya yang telah sepenuhnya mendukung terwujudnya Udiklat Semarang memiliki lab bisa seperti sekarang ini,” kata Anton. Selanjutny, ia pun mengembangkan lagi dengan mengimplementasikan Substation Automation System (SAS) pada Gardu Induk. Fasilitas SAS ini bisa digunakan untuk praktikum Diklat mengingat, “TLM Academy sudah memiliki pengalaman panjang sejak masih berstatus Udiklat Semarang,” ujarnya. Menurut Anton, ke depan dia berharap nantinya Unit-Unit akan lebih aktif melakukan evaluasi kepada pegawainya yang mengikuti pembelajaran di TLM Academy. Sebab, katanya, Unit-Unit itulah yang lebih tahu, apakah pembelajaran yang diterima pegawainya berdampak atau tidak terhadap kinerja Unitnya masing-masing. “Inilah yang belum jalan secara optimal. Sekarang sudah era CorpU, para pimpinan Unit mestinya bersikap lebih proaktif lagi,” tegas Anton. l SCADA dan SAS. “Sampai saat ini tidak kurang dari 37 judul Diklat Bidang Trasmisi dan PDKB dapat dipraktekkan pada Lab ini,” tutur Anton. Menurut Anton, kemajuan lembaga Diklat antara lain sangat ditentukan oleh kecanggihan peralatan praktikumnya. “Kita kan lembaga Diklat Vocasional (kejuruan/ keteknikan). Jadi bukan sekedar punya ruang kelas yang nyaman tapi juga harus canggih di laboratoriumnya,” ujarnya. Di Korea yang modern saja, kata Anton, tidak ada Gardu Induk dan SUTT-nya yang bertegangan seperti halnya di Udiklat Semarang. Selama hampir tiga tahun memimpin Udiklat Semarang, ia mengaku ada satu yang belum kesampaian. Yaitu memiliki fasilitas praktikum untuk pengaturan Operasi System seperti halnya Dispacher Training Simulator (DTS) yang ada di kantor Induk P3B JB Gandul. Ia menyadari, untuk pengadaan fasilitas itu investasinya cukup mahal. Tapi jika fasilitas itu berhasil dibangun di sini, maka menurutnya, lengkaplah sudah TLM Academy menjadi sebuah lembaga pendidikan modern yang diperhitungkan. l e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 45 akademika CorpU di Udiklat Jakarta Tak Hanya Melahirkan Pemimpin PLN Jago Kandang berpatner dengan bumn lain, leadership academy menyiapkan pemimpin yang layak diperhitungan S etiap pegawai berpeluang menjadi pemimpin di PLN. Selama pegawai tersebut memiliki kemuan keras, disiplin dan mampu bekerja profesional, ia berpeluang menggapai jenjang karir yang lebih tinggi, termasuk menjadi pemimpin PLN di masa depan. Peluang itu kini semakin terbuka lebar. Sebab “sekolahan” untuk mencetak pemimpin itu tersedia. Yaitu, dengan dibentuknya Leadership Academy, yang berpusat di Udiklat Jakarta. Leadership Academy diresmikan pada 3 Maret 2013. Peresmian pembelajarannya dilakukan berbarengan dengan diselenggarakannya kuliah perdana, yang ditandai dengan Learning Councilnya, Eddy D. Erningpraja, memberikan kuliah umum di akademi tersebut. Leadership Academy dibentuk memang untuk menjawab kebutuhan PLN berkaitan dengan masalah pemimpin dan tantangan yang dihadapi PLN di masa depan. Sedangkan pemimpin yang diharapkan lahir dari akademi ini adalah “Pemimpin-pemimpin PLN yang benarbenar mampu berpikir “out of the box” dan tidak hanya terbatas pada pemikiran korporasi melainkan juga memiliki wawasan luas dalam arti yang sesungguhnya,” kata Eddy, yang juga menjabat sebagai Direktur SDM dan Umum PLN. Dengan kriteria pemimpin semacam itulah, kelak lulusan dari akademi ini diharapkan mampu mengelola perusahaan agar bertumbuh kembang selaras dengan arah strategis perusahaan. Lantas, bagaimanakah tahapan yang harus dilalui untuk bisa menjadi pemimpin di PLN? 46 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 Jenjang Pemimpin dan Pembelajaran Tentu saja, seorang pegawai harus melewati jenjang yang tersedia. Dan untuk masing-masing jenjang itu, Leadership Academy menyediakan fasilitas pembelajarannya, mulai dari tahap dasar hingga tahap atas. Seperti pem- akademika belajaran Supervisor Eksekutif (SE) II dan SE I, pembelajaran itu diperuntukan bagi pegawai yang akan menduduki posisi Supervisor Dasar (SE II) dan Supervisor Atas (SEI). Sedangkan pembelajaran Executive Education (EE), diperuntukan bagi pegawai yang akan menduduki posisi Manajer Dasar (EE III), Manajer Menengah (EE II) dan Manajer Atas (EE I). Untuk memudahkan, bagi pegawai yang ingin mengikuti program SE II dan SE I, pembelajarannya tak harus ke Udiklat Jakarta. Untuk program tersebut, bisa dilakukan di semua UdiklatUdiklat yang ada di lingkungan PLN CorpU, meskipun untuk pengelolaan materi pembelajarannya tetap berada di bawah kontrol Leadership Academy. Sehingga, kalau pegawai yang bersangkutan bertugas Unit Operasional PLN di wilayah Aceh misalnya, ia bisa mengikuti program SE tersebut di Udiklat Tungtungan. Berbeda dengan program SE, peserta EE mengiktui pembelajaran langsung di akademinya di Udiklat Jakarta. Perbedaan ini lantaran, menurut Manajer Leadership Academy Udiklat Jakarta, Wisnoe Sartrijono, Leadership Academy lebih berfokus pada pengembangan leadership development. Kalau semua dikembangkan di Udiklat Jakarta, learning plantnya tidak akan sampai. Selain itu, peserta EE biasanya relatif lebih sedikit. Sebab, program ini biasanya dipersiapkan untuk pegawai yang akan mengemban tugas dengan wilayah dan tanggungjawab yang lebih besar. Seperti EE1 misalnya, dipersiapkan untuk mereka yang akan menduduki posisi General Manajer. Oleh karena itu, perlakuan pembelajarannya pun akan berbeda. Untuk mengikuti program pembelajaran EE, ada seleksi yang harus dilewati seorang pegawai. Mereka harus mengikuti diklat pofesi wajib. Materi yang diberikan, meliputi manajemen SDM, manajemen stratejik, manajemen Leadership Development Program Prerequisite Corporate Exposure LMT/ Outbound Perumusan Project Assignment ICT + Corporate Exposure Hasil Evaluasi Presentasi Project Assignment/ Telaahan Staf PA/ OJT + Asistensi Assessment Centre Rekomendasi Profil Alumni Diklat Executive Education (EE) Theme SE2 Effective Leadership Profil • Supervisor • Enterpreneur • Motivator • Learner. SE1 EE3 Direction Leadership • Supervisor-Leaders • Enterpreneur • Inisiator • Learner EE2 EE1 Functional Leadership Synergetic Leadership Visionary Leadership • Manager-Leaders • Enterpreneur • Kreator • Learner. • Manager-Leaders • Enterpreneur • Inovator; • Learner. • Manager-Leaders • Enterpreneur • Change Agent • Learner. keuangan dan manajemen perubahan. Jika lulus, pegawai tersebut bisa masuk ke program EE. Untuk peserta EE I ada pengecualian. EE 1 ada tambahan program yang harus diikuti. Yaitu mereka akan diuji toefl. Untuk lulus dan tidak lulusnya, Direksilah yang akan menentukan. Untuk yang baru duduk di kursi manajer atau yang sudah berjalan, Leadership Academy juga menyediakan program pembelajarannya. Namanya Leadership Capability Development Program (LCDP). Program ini ditujukan untuk para Manajer Dasar (LCDP III), Manajer Menengah (LCDP II) hingga Manajer Atas (LCDP I). Tujuannya, un- tuk memelihara dan mengembangkan kepemimpinan para Manajer tersebut. Dalam pelaksanaannya, program ini berlangsung ketat. Setelah mengikuti program tersebut, peserta wajib mengikuti action learning selama tiga bulan. Mereka diharuskan membuat project assigment yang berisi tentang program kegiatan yang akan dilakukan di wilayah tugasnya masing-masing. Kemampuan memimpin manajer tersebut dalam mengelola perusahaan akan ditentukan berdasarkan hasil project assigment yang mereka buat itu. Untuk LCDP III, Leadership Academy telah menyelenggarakan sebanyak dua kali. Satu di Udiklat e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 47 akademika Melahirkan Program Patnership Leadership Academy, menyelenggarakan Executive Leadership Training, 4-8 Maret 2013. Pesertanya dari PLN, Garuda Indonesia dan General Electric Tuntungan, Udiklat Palembang dan satu lagi di Udiklat Makasar. Sementara, untuk mereka yang telah mengikuti EE 1 tetapi belum sempat menduduki jabatan tertentu, tak perlu kuatir pengetahuannya tentang kepemimpinan sebagai seorang manajer akan jumud (beku). Sebab, Leadership Academy juga menyediakan programnya untuk merefresh pegawai bersangkutan. Nama programnya Leadership Web-Based Training (LWBT). Tak hanya soal kepemimpinan. Bagi pengawai yang hanya ingin meningkatkan keahliannya, Leadership Academy juga membuka peluang itu. Nama programnya Strategic Specialist Education (SSE), terdiri dari SSE I, II, III dan IV. Program ini dirancang, ditujukan untuk menciptakan para ahli (expert) yang mampu memberikan solusi permasalahan atau perbaikan sistem yang dibutuhkan oleh perusahaan dan pelanggan, serta mampu mengembangkan atau menghasilkan suatu sistem baru untuk meningkatkan mutu layanan. Program Pemagangan dan Patnership Sebetulnya, berbagai program pembelajaraan yang dikembangkan di Leadership Academy, telah dilakukan sebelum PLN Pusdiklat mengimplemen- tasikan metodologi CorpU. Menurut Wisnoe, para direksi yang duduk sekarang di PLN Kantor Pusat, merupakan produk hasil pembelajaran EE I. Hanya saja, setelah CorpU program-program pembelajaran tersebut lalu diformalkan dan lebih dikembangkan lagi setelah terbentuknya Leadership Academy. Yang mencolok dari pengembangan itu, untuk program EE 1 misalnya, sebelum CorpU usai mengikuti pembelajaran peserta bisa lenggang begitu saja pulang ke Unitnya dengan membawa sertifikat sebagai tanda kelulusan. Tapi setelah CorpU, peserta wajib mengikuti apa yang disebut dengan program pemagangan (Acting As PLH) selama beberapa minggu, dengan membuat project assigment. Jika masa uji evaluasi berhasil dilewati, barulah peserta pembelajaran tersebut bisa memperoleh sertifikat. Menurut Wisnoe, itulah perbedaannya setelah Pusdiklat menjadi CorpU. Hasil pembelajaran harus berdampak pada peningkatan kinerja Unit atau perusahaan. Untuk mengukur dampaknya, dilakukanlah evaluasi, melalui project assigment yang dibuat peserta tersebut. Perbedaan lainnya setelah PLN Pusdiklat mengimplementasikan CorpU, 48 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 Selain mengelola Leadership Academy, Udiklat Jakarta juga mengelola Corporate Culture Academy. Tujuan dibentuk Corporate Culture Academy di antarannya adalah, menjadi pusat keunggulan pembelajaran dalam bidang internalisasi atau penguatan budaya korporasi setara kelas dunia; menghasilkan dan mengembangkan para ahli dalam bidang penguatan budaya korporasi; serta memberikan solusi pembelajaran terhadap permasalahan unit bisnis terutama pada mindset, motivasi dan budaya berkinerja tinggi. Mengacu kepada tujuan pembentuknya, maka pembelajaran yang berlangsung di Corporate Culture Academy, yang peresmian pembelajarannya diselenggarakan pada 3 Maret 2013 berbarengan dengan diselenggarakannya kuliah perdana Program PLN Bersih, menurut Wisnoe, terdapat tiga fokus utama. Yaitu, berkaitan dengan performance minded, cost minded dan culture pembelajaran untuk mencetak pemimpin yang dilakukan di Leadership Academy, tak sekedar untuk melahirkan pemimpin-pemimpin di lingkungan PLN saja, melainkan juga memberi peluang bagi pegawai PLN untuk menjadi pemimpin di BUMN lain. Untuk ini, Leadership Academy menjalin kerjasama dengan beberapa BUMN lain, melalui program penjenjangan Executive Education I dalam bentuk Strategic Patnership. Di antaranya dengan Garuda, General Electric (GE), Pertamina dan Telkom, yang tergabung dalam Forum Human Capital Indonesia (FHCI). Menurut Wisnoe, program pembela- akademika Pegawai yang Aware (PLN Bersih). Dalam mengelola pengembangan materi-materi pembelajarannya, Udiklat Jakarta berpatner dengan tiga Kepala Divisi (Kadiv) yang membidanginya, selaku Learning Sterring Committenya. Ketiga Kadiv itu adalah Kadiv Anggaran berfokus pada cost minded, Kadiv SDM pada performance minded dan Kepala Satuan Pengendali Kinerja Korporat (KSPKK) pada culture PLN Bersih No Suap. Pembelajaran berkaitan dengan performance minded tu- jaran ini mengikuti idenya Dahlan Iskan, yang kemudian disupport Eddy Erningpraja. Mengutip Dahlan, kata Wisnoe, dalam menyiapkan leader tak hanya menyiapkan untuk PLN tapi juga BUMN lain. Mengutip Eddy, kata Wisnoe, menjalin patnership dengan BUMN lain, PLN menjadi memperoleh DNA baru (karakter leader yang baru) untuk leaderleader PLN masa depan. “Kalau ngumpulnya hanya dengan orang PLN saja akselerasinya tidak mempercepat. Nah itu hanya diperoleh kalau kita gabung dengan GE, Pertamina, Telkom dan sebagainya. Kita menjadi tahu bagaimana mengelola perusahaan di perusahaan gasnya adalah merubah orang bagaimana berprilaku untuk performance minded, exellances. Untuk cost minded, bagaimana mengubah pegawai supaya cost awarness. Dengan demikian, setiap yang dilakukan selalu aware terhadap cost, kepada budget yang ditetapkan. Menurut Wisnoe, itu sebabnya pembelajaran ini banyak melibatkan orang-orang teknik. Mereka diajarkan tentang keuangan, supaya aware pada cost. Sedangkan culture, lebih pada bagaimana mengimplementasikan PLN Bersih No Suap. Dalam hal ini PLN bekerjasama dengan Transparansi Internasional Indonesia. Aktivitas yang dilakukan, mulai awareness, melatih change of agent (di setiap unit terdapat pionir-pionir. Harapannya, mereka yang mensosialisasikan kepada seluruh karyawan yang ada di unitnya tentang program PLN Bersih No Suap. Untuk mengelola kedua akademi itu, menurut Wisnoe, Udiklat Jakarta telah mengefektifkan organisasinya. Langkah yang ditempuh adalah dengan melebur manajemen pembelajaran, data dan evaluasi, serta administrasi menjadi satu divisi Pembelajaran, yang berada dibawah penanganan Deputi Manajer Bidang Pengajaran. Tugasnya adalah mulai memanggil siswa, mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran, mengurus sertifikasi, dan mengukur (evaluasi) hasil pembelajaran. Sedangkan untuk pengembangan akademi, tugas ini ditangani oleh Deputi Manager Bidang Pengembangan dan Mutu. l lain, best practicenya seperti apa,” kata Wisnoe. Untuk program pembelajaran patnership ini, telah dilaksanakan EE I angkatan V. Pesertanya sebanyak 30 orang, berasal dari GE, PLN dan Garuda. Sementara ini Garuda Indonesia menjadi tuan rumah. Itu sebabnya penyelenggaraan kegiatannya dilaksanakan di Garuda Indonesia Training Center di Puri Kosambi, Jakarta. Nantinya, kegiatan ini akan dilangsungkan secara bergiliran. Otomatis, PLN pun akan kebagian sebagai penyelenggara. Yang jelas, program kerjasama ini adalah yang pertama di Indonesia dan menjadi benchmark bagi perusahaan lain di Indonesia. Menurut Wisnoe, EE II juga akan dikembangkan ke arah sana. Sementara ini kerjasama-nya baru dengan PPM. Harapannya ke depan, dengan program patnership, memungkinkan orang PLN berkiprah di institusi lain. Selain memberikan nilai tambah buat PLN, juga memotivasi. Sebab untuk bisa laku di luar, pegawai harus profesional, punya kemampuan leadership. Ini akan memotivasi yang lain. Jadi PLN bukan terminal akhir, karena pegawai dimungkinkan berkiprah di tempat lain. Jadi tak ada istilah karir mentok di PLN. l e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 49 akademika CorpU di Primary Energy and Power Generation Academy Jawaban Kebutuhan Unit Pembangkitan Sejak berdiri telah menspesialisakan pada pengelolaan pengetahuan dan kompetensi sdm pembangkitan L okasinya berdampingan dengan PLTU Suralaya, pembangkit listrik terbesar di Pulau Jawa. Disitulah Primary Energy and Power Generation Academy (PE & PG Academy), salah satu pusat pembelajaran PLN Corporate University berada. Akademi ini memang mengkhususkan diri pada pengelolaan pengetahuan dan kompetensi SDM di bidang pembangkitan ketenagalistrikan. Sebelum ditetapkan sebagai akademi berdasarkan Keputusan Direksi PLN bernomor 481.K/DIR/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Corporate University PT PLN (Persero) tanggal 28 September 2012 lalu, menurut manajer Primary Energy and Power Generation Academy, Irwansyah, Udiklat Suralaya sebenarnya sudah menspesialisasikan diri sebagai unit pembelajaran PLN Pusdiklat dalam bidang pembangkitan. Itu ditandai dengan dilengkapinya sarana dan prasarana pembelajaran yang bertalian dengan keperluan pengembangan SDM di bidang tersebut, mulai dari materi, silabus, kurikulum, tenaga pengajar dan laboratorium. Berbagai Keunggulan Untuk laboratorium misalnya. Fasilitas yang dimiliki Udiklat Suralaya, antara lain seperti tersedianya berbagai Simulator PLTU (Simulator Alat Bantu PLTU, Simulator PLTU 400 MW (Panel Based), Simulator PLTU 600 MW (DCS) Boiler Pulverizer dan Simulator PLTU 100 MW DCS) Boiler CFB yang berlokasi di Diklat Satelit Tarahan), Laboratorium Mekanikal Elektrikal, Kontrol Instrumen, Kimia, termasuk peralatan NDT, Analisa Vibrasi dan Workshop Mekanik yang selama ini sangat menunjang proses transfer pengetahuan dan keterampilan bagi para tenaga operator dan pemeliharaan di unit pembangkit. Selain itu, Udiklat Suralaya yang diresmikan berdirinya pada 1988, yang sebelumnya merupakan pindahan dari Udiklat Tanjung Priok, juga sudah mengimplementasikan Sistem Manajemen Terintegrasi, yaitu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (ISO 18000), Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001:2004), dan Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2008), serta manajemen 5S. Dan yang tak kalah pentingnya juga, warisan rintisan kerjasama dalam pengembangan metode dan materi pembelajaran, fasilitas laboratorium dan pengembangan instruktur, bekerjasama dengan institusi dari dalam dan luar negeri. Dengan luar negeri kerjasama dengan HIDAMETI, Jcoal dan PET, sedangkan kerjasama dengan institusi dalam negeri, antara lain Cirata Green Campus PT PJB UP Cirata untuk menyelenggarakan Diklat Hydro dan Renewable Energy, serta dengan Remaining Life Assessment School untuk menyelenggarakan Diklat Assessment Pembangkit di UBP PT Indonesia Power. Dengan berbagai kemajuan dan keunggulan yang dimiliki, tak mengherankan, jika Udiklat Suralaya kala itu dalam pengelolaan diklat pembangkitan sudah dikenal kalangan stakeholder. Banyak lembaga-lembaga pemerintah seperti BUMN maupun swsta yang 50 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 akademika meminta penyelenggaraan diklat. Perusahaan-perusahaan BUMN itu antara lain PT Bukit Asam, PT BMRI (Persero), dan pihak swasta Kratakau Posco, Puncak Jaya Power, Cirebon Power Services, Sumber Segara Prima, PT Indo Pusaka Berau, termasuk IPP JPower juga dari beberapa akademisi yang melaksanakan program D3 kerjasama dengan PLN meliputi POLINES, POLINEMA, ITS, STT PLN, juga dari anak perusahaan PLN yaitu PLN Batam, PJBs, PLN E. Oleh karena itu, dengan berbagai kemajuan dan keunggulan yang dimiliki Udiklat Suralaya, “Ketika diimplementasikan CorpU, sebenarnya kita sudah selaras dengan CorpU, sudah mengarah dengan proses bisnis pembangkitan,” jelas Irwansyah kepada e-Magz, di ruang kerjanya di Suralaya, Banten. Setelah menjadi CorpU, ke depan rencananya berbagai fasilitas itu masih akan terus dilengkapi. Seperti untuk pemeliharaan khususnya RLA, peralatan-peralatan yang mendukung assesment, penambahan simulator-simulator seperti PLTGU, PLTP, Boiler CFB. Kemudian perlengkapan analisa kualitas batubara. Dalam hal ini, PE & PG Academy akan bekerjasama dengan Suralaya, yang sudah memiliki laboratorium preparasi tersebut. “Daripada investasi lebih baik menggunakan fasilitas suralaya,” ujarnya. Lalu PE & PG Academy, juga akan memodernisasi simulatornya, dengan memasukan efek audio visual. “Seolah-olah siswa mengoperasikan pembangkitan beneran meski dengan simulator, seperti ada denyutan, suara dan redupnya ruangan, sehingga ruh pembangkitan terasa pada saat mereka mengerjakan di simulator. Menjawab kebutuhan Dilakukannya perubahan kelembagaan dari Udiklat menjadi Akademi, tentu saja ada semangat baru atau cita-cita yang hendak dicapai. PLN ingin, dari PE & PG Academy, di antaranya bisa menghasilkan dan mengembangkan para expertise di bidang pembangkitan dan energi primer; sebagai solusi terhadap bisnis isu bidang pembangkitan dan energi primer melalui proses pengembangan dan pembelajaran (learning solution); serta menjadi pusat rujukan ilmu pengetahuan, pengembangan kompetensi dan leadership bidang pembangkitan dan energi primer untuk mencapai kinerja excellence pada unit bisnis. Untuk menggapai cita-cita itu, kata Irwansyah, PE & PG Academy dalam mengembangkan pembelajarannya selalu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dalam upaya menjawab persoalan unit pembangkitan. Yaitu, dengan selalu mengidentifikasi dan evaluasi. “Strategi inilah yang kita jalankan, mengetahui terlebih dahulu strategi bisnis mitra kita” ujarnya. Begitu juga dengan materi-materi pembelajarannya, PE & PG Academy akan selalu e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 51 akademika Laboratorium keunggulan Primary Energy and Power Generation Academy “ Ketika diimplementasikan CorpU, sebenarnya Udiklat Suralaya sudah selaras dengan CorpU, sudah mengarah dengan proses bisnis pembangkitan. update dengan teknologi yang terus berkembang, sehingga kehadirannya kelak bisa menjadi learning solution. Dengan adanya PE & PG Academy diharapkan dapat menjamin keberlangsungan pengelolaan pengetahuan dan kompetensi SDM yang selama ini belum terkelola dengan baik. Tantangan lain yang ingin coba dijawab PE & PG Academy adalah membangun satu role model pengelolaan pembangkitan berdasarkan manajemen tata kelola pembangkitan berstandar internasional. Perlunya role model ini, kata Irwansyah, lantaran saat ini terdapat gap tentang pemahaman proses bisnis pengelolaan pembangkit antara pembangkit-pembangkit di Jawa Bali dan Luar Jawa Bali. Walaupun ada beberapa pembangkit yang sudah setara dengan Jawa Bali. Targetnya, seluruh sektor pembangkitan di Indonesia mendapatkan pembelajaran yang sama tentang manajemen aset pembangkitan. Sehingga tidak ada gap pengetahuan dan pola pikir bagaimana mengelola aset yang baik. PLN menargetkan seluruh Pembangkitan sudah menerapkan Sistem Manajemen yang sama pada akhir 2014. Dengan demikian, nantinya tidak ada lagi Ini tata kelolala pembangkit-an secara PJB, secara Indonesia Power, Pembangkitan Sumatera Bagian Utara, Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan, atau berdasarkan kebijakan sendiri-sendiri di masing-masing unit pembangkitan. Yang ada hanya satu role model pengelolaan pembangkitan yang berdasarkan manajemen tata kelola pembangkitan, berstandark international. Pelaksanaannya ditunjang dengan program OPI. “Ini tantangan yang sangat besar untuk menyamakan kompetensi.” l “ 52 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 akademika CorpU di Distribution and Commerce Academy Mendongkrak Kinerja Unit Menjawab Tuntutan Pelanggan T iga gedung baru nan megah bergaya minimalis berdiri kokoh di antara gedung-gedung lainnya. Ketiga gedung tersebut merupakan gedung laboratorium – terdiri dari Laboratorium A, B dan C – milik Distribution and Commerce Academy (DCA) yang tampaknya, baru saja selesai dibangun. Ketika e-Magz berkunjung ke salah satu Unit Pembelajaran PLN Corporate University (CorpU) itu pada pertengahan Oktober 2013 lalu, dan berkesempatan melihat-lihat ke dalam gedung tersebut, tampak isinya sedang ditata. Banyak peralatan laboratorium lama dan baru di sana, baik yang bertalian dengan bidang Distribusi maupun yang berhubungan dengan bidang Niaga. Sedangkan di beberapa lokasi sudah digunakan untuk kelas pembelajaran teori dan praktek, dan di ruang depan seperti di Gedung Laboratorium A digunakan untuk ruang evaluasi pembelajaran. “Kami memang sedang menatanya,” kata Manajer Distribution and Commerce Academy, Koesdianto. Sejak bertransformasi dari Unit Pendidikan dan Pelatihan (Udiklat) menjadi akademi, sesuai SK 481.K/DIR/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja CorpU PT PLN (Persero), DCA yang e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 53 akademika berlokasi di jalan Surabaya, Malang, KM 50 Pandaan Pasuruan ini memang terus berbenah diri. Salah satu diantaranya dengan membangun fasilitas gedung laboratorium yang layak, agar para siswa yang belajar di akademi ini bisa berpraktikum dalam suasana nyaman. Selain fasilitas gedung, tidak kalah pentingnya, berhubungan dengan fasilitas peralatan laboratorium. Menurut Koesdianto, berbagai fasilitas itu secara bertahap akan terus ditingkatkan, seperti menyediakan simulator-simulator distribusi outdoor dan indoor, alat peraga maupun alat penguji. Dengan tersedianya simulator, membuat mereka yang belajar di sini seperti melakukan yang sebenarnya seperti ketika mereka di lapangan. Begitu pula untuk tenaga pengajar, DCA juga memberikan perhatian lebih. Selain banyak melibatkan tenaga pengajar lama yang telah mumpuni yang berasal dari internal PLN, bila diperlukan tenaga pengajar dari luar negeri pun akan didatangkan. Seperti ketika pertama kali akademi ini di launching pada Maret 2013 lalu, untuk pembelajaran materi sistem meter pra bayar misalnya, DCA mendatangkan tenaga pengajar dari Afrika. Menjawab tantangan Ditunjuknya Udiklat Pandaan menjadi Distribution and Commerce Academy, tentu saja bukan tanpa alasan. Sejak dibangun pada 1975 dan mulai beroperasi pada 1976, pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan di sana, sejak awal sudah berorientasi pada bidang Distribusi dan Niaga. Bahkan, sebelum Kantor Induk mengimplementasikan CorpU, Udiklat Pandaan juga sudah lebih dulu berubah menjadi akademi, dengan dilaunchingnya Distribution Academy pada 20 Juni 2012. “Jadi infrastrukturnya sudah sangat siap. Termasuk, kita memiliki tower SUTT 150 kV dan tower SUTET 500 kV yang bisa digunakan untuk pelatihan PDKBTT/TET dan pelatihan Tower Climbing,” jelas Koesdianto. Dengan melihat pada latar belakang historis dan potensi yang dimiliki, tak heran, ketika mengimplentasikan CorpU, Salah satu gedung laboratorium Distribution and Commerce Academy 54 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 Direksi PLN menetapkan Udiklat Pandaan menjadi Distribution and Commerce Academy. Harapannya, dari akademi ini, kelak akan mampu berkembang menjadi pusat pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi SDM dan berkontribusi pada peningkatan kinerja perusahaan dan unit, khususnya di bidang Distribusi dan Niaga, membentuk para expert di bidang distribusi dan niaga yang diakui secara nasional dan internasional, serta menjadi pusat rujukan untuk pemecahan permasalahan operasional dan berkontribusi dalam mencapai kinerja unggul. Namun demikian, penetapan Udiklat Pandaan menjadi DCA, yang utama adalah tak terlepas dari tantangan yang tengah dan akan terus dihadapi PLN di masa mendatang. Sejalan dengan meningkatnya tuntutan pelanggan yang dipicu dengan meningkatnya kegiatan bisnis, menjadikan penyediaan tenaga listrik sebagai sesuatu yang amat diperlukan. Sebagai salah satu perusahaan yang memperoleh kepercayaan dari pemerintah dalam penyediaan tenaga listrik, tentunya PLN dituntut untuk selalu berusaha dapat memenuhi tuntutan pelanggan tersebut, berupa keandalan dan kualitas produk maupun tingkat pelayanannya. Sejauh ini, dalam memenuhi tuntutan pelanggan itu, berbagai upaya telah dilakukan PLN dan mengalami kemajuan signifikan. Berdasarkan data 2011, dalam bluebook PLN CorpU, di bidang Distribusi, PLN berhasil menekan susut jaringan hingga 9,2 %, SAIDI mencapai 390 menit per pelanggan, SAIFI 6,4 kali per pelanggan, dan meningkatnya jumlah pelanggan pra bayar yang mencapai kurang lebih 2 juta pelanggan. Dalam bidang Niaga, pada 2012, PLN telah menstandarisasi pelayanan pelanggannya serta menjamin terwujudnya transparansi di bidang tersebut. Itu ditunjukan dengan diimplementasikannya Aplikasi Pelayanan Keluhan Pelanggan Terpadu (APKT) dan Contact Centre dan ditetapkan sebagai program unggulan. Disamping itu, PLN juga mengimplementasikan single aplikasi dan single database yang disebut dengan Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) yang sudah diterapkan hampir di seluruh unit di Indonesia. Program ini menggantikan program-program lokal yang dirasakan masih belum memenuhi kaidah Revenue Assurance. Kemajuan lain, dalam mengelola tenaga listrik, PLN juga telah mampu meminimalisasi tingkat kebocoran (Leakage) baik dari sisi pemakaian energi maupun dari jumlah rupiah yang diterima sebagai pendapatan (revenue). Untuk menekan kebocoran ini PLN menginplementasikan Program Revenue Assurance. Peningkatan kapabilitas dan kontinyunitas Akan tetapi, dengan berbagai kemajuan itu, penerapan proses bisnis di bidang Distribusi dan Niaga tidak dapat berjalan lancar apabila tidak didukung oleh pegawai sesuai dengan akademika Menghasilkan Beberapa Angkatan Sejak dilaunching menjadi akademi pada Maret 2013 lalu, Distribution and Commerce Academy (DCA) mengelola dua pembelajaran sekaligus: pembelajaran bidang DIstribusi dan Commerce. Pembelajaran Bidang Distribusi meliputi perencanaan, operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi, serta program peningkatan efisiensi, mutu dan keandalan pasokan energi. Sedangkan pembelajaran bidang Niaga, diawali dari proses Pelayanan Pelanggan sampai dengan Pengendalian Piutang, termasuk di dalamnya pengembangan kompetensi untuk merancang sistem pentarifan, perhitungan subsidi, yang berhubungan dengan pemegang saham (Pemerintah). Seperti akademi-akademi lainnya, DCA pun kini tengah menyelenggarakan Action Learning. Pesertanya, ada yang hasil Kelas Perdana, dan beberapa di antaranya merupakan permintaan dari Unit Operasional dalam upaya menjawab persoalan yang kini tengah dihadapi kompetensinya dan tersedia secara berkelanjutan. Pasalnya, menurut Koesdianto, pelanggan paling banyak dilayani dari Distribusi, sementara ekspert-ekspert distribusi tidak banyak. “Karena seorang ahli distribusi pensiun ya pensiun saja. Kaderisasinya tidak banyak. Oleh karena itu, diperlukan kaderisasi secara berkesinambungan bagi ahli-ahli distribusi, karena menyangkut pelanggan yang banyak,” jelasnya. Dan pada kenyataannya, kondisi yang ada saat ini, pegawai masih memerlukan peningkatan kapabilitas yang cukup untuk dapat menjalankan proses bisnis Distribusi dan Niaga, antara lain ditunjukan dengan nilai ILP yang masih dibawah Angka Tujuh, tingginya jumlah tunggakan, dan masih adanya komplain pelanggan terkait pasang baru dan perubahan daya serta kinerja Distribusi yang masih memerlukan peningkatan kompetensi SDM. Di wilayah commerce, ke depan tantangannya juga tidak kecil. Yaitu keharusan mengikuti perkembangan kemajuan teknologi. Bisa dibayangkan kalau commerce tidak mengikuti perkembangan teknologi. Dulu belum ada meter pra bayar se- Unit tersebut. Dengan demikian, untuk satu materi pembelajaran, DCA telah menyelenggarakan untuk beberapa angkatan. Untuk materi Pengenalan SCADA Distribusi misalnya, setidaknya telah menghasilkan lima angkatan. Dan untuk materi Desain dan Pengawasan Pekerjaan Konstruksi Jaringan Distribusi telah menghasilkan empat angkatan yang diselenggarakan dalam waktu berbeda. Selain itu, kata Koesdianto, dari materi-materi pembelajaran yang diselenggarakan, DCA selalu updating. Upaya itu dilakukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan Unit dan perkembangan teknologi. Seperti materi Analisa Kondisi Trafo dan Master Plan Sistem Distribusi misalnya, keduanya merupakan materi yang sama sekali baru. Kedua materi itu diselenggarakan mengingat tingginya permintaan Unit yang membutuhkan adanya pembelajaran tersebut, yang nantinya akan diimplementasikan di Unit bersangkutan. “Kedua materi pembelajaran itu kita sudah action learning. Jadi kita sudah menghasilkan lulusan dari DCA,” pungkas Koesdianto. l karang ada. Dulu belum ada meter dibaca dari kantor sekarang ada dengan AMR (automatic Meter Reading). Jadi tantangan di commerce, bagaimana pemanfaatan teknologi dipakai bagi kemudahan pelayanan PLN. “Orang bayar rekening sekarang jarang ngantri di loket. Sekarang mereka bisa membayar lewat ATM, lewat bank, atau di mana saja. Itu semua karena mengikuti kemajuan teknologi.” Melihat pada latar belakang itu, kata Koesdianto, maka pembelajaran bidang Distribusi dan Niaga yang berjalan sampai dengan saat ini dirasakan masih perlu peningkatan Alignment dengan Business Concern PLN yang berkembang. Untuk itu perlu dilakukan akselerasi dan transformasi sistem pembelajaran untuk lebih meningkatkan kompetensi dan mendorong pencapaian kinerja organisasi. Atas dasar itu pula, rencananya, peralatan laboratorium DCA diupayakan selalu lebih dari yang dimiliki Unit-unit Operasional. “Sehingga ketika seseorang yang mau belajar di akademi ini, dia akan memperoleh banyak hal terutama bagi pengembangan sistem Distribusi dan Commerce.” l e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 55 Galeri Bencmark PT Garuda indonesia. PLN Pusdiklat menerima kunjungan PT Garuda Indonesia pada 18 April 2013 yang diterima langsung oleh Chief Learning Officer PLN Pusdiklat Suharto. Dalam kunjungan tersebut, kedua belah pihak berkesempatan saling tukar pembelajaran dalam pelaksanaan metode Corporate University. Kunjungan diakhiri dengan saling tukaran cendera mata antara kedua lembaga tersebut. l BeNcmark Human capital bakrie building industries. PLN Pusdiklat menerima kunjungan rombongan Human Capital Bakrie Building Industries pada Juli 2013. Rombongan diterima langsung KPusdiklat Suharto. Turut mendampingi Manager Senior Pengembangan, Inovasi dan Kemitraan PLN Pusdiklat Ermawan Arief Budiman dan Deputi Manajer Hukum dan Komunikasi Liany Fatmasari. Raditya dari Human Capital Bakrie Building Industries, yang memimpin rombongan menyatakan, kunjungan ke Pusdiklat adalah dalam upaya berguru pada PLN Pusdiklat tentang bagaimana mengimplementasikan Corporate University. l workshop udiklat pandaan. Udiklat Pandaan melaksanakan Workshop Excellence Performance CorpU Value pada Sabtu 14 September 2013 di Malang. Tujuannya, untuk meningkatkan awareness dan internalisasi nilai-nilai (SIPP) CorpU serta meningkatkan pela-yanan prima Udiklat, khususnya Udiklat Pandaan dalam mewujudkan Centre of Excellence in Learning. l 56 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 galeri Sharing experience Forkom learning BUMN. Bertempat di Lt 2 Kampus PLN Corporate university (CorpU), pada 26 Juli 2013, diselenggarakan pertemuan berbagi pengalaman antar lembaga-lembaga BUMN dalam mengimplementasikan CorpU. Lembaga BUM itu adalah Pertamina, Telkom, BRI, Bank Mandiri, Garuda Indonesia, PLN Pusdiklat dan Jasa Marga. Pertemuan ini menghasilkan Nota Kesepakatan dalam rangka pembentukan Forum Learning BUMN. l kunjungan tnb. Anak perusahaan TNB Malaysia, ILSAS (training), TNBR QATS (litbang), MTM (Transformer) melakukan kunjungan ke PLN CorpU. Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk menjajaki program-program pembelajaran yang diselenggarakan PLN CorpU dan mereka kagum dengan salah satu aplikasi pendukung pembelajaran si-OMMA. Bahkan, ia berencana ingin membeli aplikasi tersebut untuk digunakan di lembaga training mereka. l Magang. Pelajar dari Belanda melakukan pemagangan di PLN CorpU. Dalam kunjungan awalnya yang berlangsung pada 25 September 2013 itu mereka diterima PLH KPusdiklat Wisnoe Sartrijono, Ms Pembelajaran Teknik Toto. l e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 57 Galeri Bencmark China. Menteri Pendidikan China Prof. Ji Ming Ming, memuji Learning Management System dan metode pembelajaran e-Learning yang telah dikembangkan di PLN CorpU. Pujian itu disampaikan pada saat Kementerian Pendidikan negeri tirai bambu bencmark ke PLN CorpU yang berlangsung pada 7 Desember 2013 di Project Acadmy, Bogor. Bahkan Prof Ji Ming Ming yang dalam kunjungan itu didampingi dua perusahaan dari China Dipta Group (Lu Hong Lei) dan Homen Industry Company (Alex) menyatakan akan mendirikan sebuah Universitas Internasional berbasis CorpU dan meminta PLN CorpU untuk membantu mensetupnya. KPusdiklat Suharto menyambut baik keinginan Kementerian Pendidikan China itu dan menyatakan kesediaannya membantu pada saat diperlukan. l Bencmark PT Pegadaian (Persero). Dalam upaya implementasi CorpU di perusahaannya, PT Pegadaian (Persero) melakukan bencmark ke PLN CorpU pada 18 Desember 2013. Dalam kunjungan ini rombongan diterima dan mendapat penjelasan secara gamblang tentang implementasi CorpU dari Manager Senior Bidang Pembelajaran Teknik Toto. l 58 e-Magz PLN Pusdiklat l Edisi Khusus Januari 2014 Bencmark PT aneka tambang. MS Bidang Pembelajaran Non Teknik Hadi Supriyatno dan MS Bidang RTI A. Kristianto menerima kunjungan Learning Development (LD) PT Aneka Tambang (Antam) dalam rangka Bencmark CorpU yang berlangsung di ruang rapat lantai 2 kantor PLN CorpU itu pada 13 Desember 2013. l Yuk jaga selalu fikiran dan hati, tak tergoda korupsi dan gratifikasi PT PLN (Persero) Pusdiklat Jln. HR. Harsono RM. No. 59, Ragunan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 12550 Telp. (021) 7811292, 7811293, 7800832, Faks. (021) 7811294, 7811295 E-mail: [email protected] website:http//www.pln.co.id/pusdiklat