BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan II-2010 menunjukkan kecenderungan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Beberapa sektor yang diperkirakan memberikan sumbangan pada perlambatan dimaksud antara lain : pertanian, bangunan, industri, pertambangan-galian dan jasa-jasa. Melambatnya kinerja sektor pertanian didorong oleh semakin terbatasnya pertambahan luas tanam baru. Kondisi ini menjadi perhatian tersendiri mengingat sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar bagi struktur PDRB Gorontalo. Sementara itu kinerja bangunan melambat seiring dengan rendahnya penyerapan belanja modal APBD. Sampai dengan triwulan II-2010 APBD belanja modal masih menjadi prime mover kegiatan konstruksi di Gorontalo. Menurunnya kinerja disektor bangunan turut dikuatkan oleh indikator pembiayaan kredit konstruksi perbankan yang cenderung melambat selama tiga bulan terakhir ini. Sementara sektor industri menunjukkan kinerja yang menurun, Industri pengolahan gula, rotan dan kayu menunjukkan perkembangan yang negatif selama triwulan laporan. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh indikator-indikator ekspor antar provinsi/luar negeri di Gorontalo. Hasil liason menunjukkan bahwa kendala pasokan bahan baku menjadi permasalahan terkait penurunan kapasitas produksi sektor industri. Menurunnya perkembangan bangunan dan industri mendorong kinerja sektor perdagangan sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun ditengah perlambatan yang terjadi, musim liburan sekolah, PILKADA dan perayaan piala dunia ternyata direspon cukup baik oleh beberapa sub sektor yang tumbuh ditengah perlambatan yang sementara ini berlangsung. Sub sektor hotel dan restoran dan sub sektor angkutan udara menunjukkan perkembangan yang cukup baik selama triwulan laporan. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR 2009 I II 2010 III IV I II* 1. PERTANIAN 7.74 5.42 (2.89) 5.18 1.52 1.35 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9.23 12.91 20.17 14.82 20.65 13.06 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.38 2.32 4.76 1.48 11.05 10.33 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7.51 6.53 7.85 4.30 7.72 9.15 5. BANGUNAN 9.78 12.86 18.91 15.87 19.26 12.84 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7.60 8.20 10.35 8.46 9.02 9.79 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8.56 9.82 11.01 7.29 11.81 9.17 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 6.92 7.23 10.95 11.00 8.36 9.51 9. JASA-JASA 7.00 7.49 11.82 13.60 10.92 9.34 7.66 7.22 6.60 8.78 8.36 7.33 PERTUMBUHAN EKONOMI *) Angka Sementara 8 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL 1.2.1 SEKTOR PERTANIAN Perkembangan sektor pertanian di Gorontalo masih menunjukkan tren menurun sejak triwulan I-2010. Pada triwulan II-2010, sektor pertanian hanya tumbuh 1,35% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Merosotnya tingkat produksi padi mendorong perlambatan kinerja sektor ini sementara tingkat produksi jagung masih dapat ditahan dilevel optimal. Perlambatan ini didorong oleh semakin terbatasnya luas tanam pertanian di Gorontalo sehingga ekspansi luas lahan untuk mendorong pertumbuhan akan menjadi hal yang perlu mendapat perhatian di masa depan. Hasil survei kegiatan dunia usaha pada bulan Juni 2010 mencatat bahwa nilai SBT (saldo bersih tertimbang) masih berada pada level negatif artinya dunia usaha pertanian di Gorontalo masih memandang pesimis terhadap perkembangan sektor usaha ini . Grafik 1.20 Survei Kegiatan Dunia Usaha Perkembangan sektor Grafik 1.21 Realisasi Panen Pertanian Tabama usaha pertanian juga ditunjukkan oleh kontraksi kredit pertanian yang terus meningkat. Per Juni 2010 outstanding kredit pertanian terkontraksi -49,42% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 41,23% (y.o.y) Grafik 1.22 Perkembangan Kredit Pertanian Sementara itu apabila dilihat dari perkembangan pertanian di wilayah DATI II, kab. Pohuwato memberikan sumbangan yang cukup baik bagi produksi pertanian jagung selama triwulan II-2010 sementara hasil produksi untuk Kab. Boalemo dan kab. Gorontalo mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Disisi produksi padi, penurunan merata terjadi pada hampir seluruh kabupaten di Gorontalo. BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 9 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Grafik 1.23 Perkembangan Luas Panen Jagung Grafik 1.24 Perkembangan Luas Panen Padi Grafik 1.25 Perkembangan Luas Tanam Jagung Grafik 1.26 Perkembangan Luas Tanam Padi Upaya peningkatan produksi pertanian ditempuh melalui tiga hal yaitu dari sisi penyediaan benih, pupuk dan pengolahan lahan. Dalam hal penyediaan benih Pemerintah Prov. Gorontalo telah membentuk Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Holtikultura yang bertugas dalam bidang pengawasan penyaluran benih. Data penyaluran benih untuk musim tanam I tahun 2010 (per April 2010) menunjukkan perkembangan yang cukup baik pada komoditas kedelai dan jagung hibrida namun untuk padi non hibrida masih jauh dibawah target. Tabel 1.3 Distribusi Benih Gorontalo Benih Padi non Hibrida Kedelai Jagung Hibrida Rencana 274.870 60.000 40.341 Realisasi 124.525 60.000 35.064 Upaya pemerintah mendorong produksi pertanian menjadi mendesak untuk dilakukan. Dalam Musrebangda 2010 ditetapkan bahwa upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi 2010 sebesar 7,8% (y.o.y) didukung oleh jumlah produksi jagung sebesar 875 ribu ton dengan produksi padi mencapai 272 ribu ton. Namun dalam perkembangannya menujukkan arah menurun, sesuai ARAM II-2010 diperkirakan angka produksi jagung hanya sebesar 582 ribu ton dan padi sebesar 212 ribu ton. Kondisi ini memerlukan langkah taktis Pemda untuk membantu sektor dunia usaha pertanian sehingga arah pertumbuhan ekonomi masih dapat mencapai target yang diharapkan 10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL 1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN Perkembangan sektor pengangkutan pada triwulan II-2010 masih menunjukkan kecenderungan melambat. Pada triwulan II-2010 sektor ini tumbuh 9,17% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2010 sebesar 11,81% (y.o.y). Perlambatan lebih didorong oleh kinerja sektor angkutan darat, laut dan ferry sementara sub sektor angkutan udara masih menunjukkan pertumbuhan yang baik. Melambatnya kinerja sub sektor angkutan darat dikonfirmasi oleh menurunnya tingkat konsumsi BBM. Tingkat konsumsi bahan bakar transportasi darat selama triwulan II2010 mencapai 19.463 kiloliter premium dan 5,826 kiloliter solar atau tumbuh sebesar 13,19%(y.o.y) untuk premium dan 1,66% (y.o.y) untuk solar, namun masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 17,19% (y.o.y). Sementara itu prompt indikator penghimpunan pajak kendaraan bermotor masih menunjukkan arah yang stabil. Penghimpunan pajak kendaraan bermotor mencapai Rp 9,018 juta, tumbuh 31,57% (y.o.y) hampir sama dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 32,64% (y.o.y). Grafik 1.27 Perkembangan Pajak Kendaraan Bermotor Grafik 1.28 Realisasi Penjualan BBM Transportasi Sementara itu kinerja sub sektor angkutan laut dan ferry pada triwulan II-2010 menunjukkan penurunan baik dalam hal pengangkutan penumpang maupun pengangkutan barang. Penurunan penumpang diperkirakan karena masyarakat mulai beralih dari mode transportasi laut menuju moda transportasi udara terkait sarana dan prasarana angkutan udara yang baik dengan tingkat harga yang semakin bersaing. Jumlah penumpang kapal laut tercatat sebesar 2.109 orang dengan laju terkontraksi 10,18% (y.o.y) sementara angkutan ferry selama triwulan II-2010 melayani 13.208 penumpang dengan laju terkontraksi sebesar 22,76% (y.o.y). Sementara arus barang melalui laut juga mengalami penurunan, jumlah kargo laut mencapai 188.853 ton atau melambat 7,48% (y.o.y) dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2010 sebesar 33,88%. BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 11 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Grafik 1.29 Perkembangan Penumpang Ferry dan Kapal Laut Grafik 1.30 Perkembangan Kargo Laut Sementara itu tumbuhnya sub sektor pengangkutan peningkatan udara jumlah tercermin dalam penumpang dan angkutan kargo udara. Kondisi ini didorong oleh meningkatnya jumlah penumpang akibat musim liburan sekolah dan pelaksanaan Grafik1.31 Perkembangan Penumpang Pesawat PILKADA di bulan Juni. Tercatat selama triwulan II-2010 jumlah penumpang angkutan udara yang terlayani sebanyak 73.144 orang atau tumbuh sebesar 28,84% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 (25,38%). Sementara itu disisi kargo udara juga mengalami peningkatan, volume bongkar/muat kargo udara pada triwulan IIGrafik 1.32 Perkembangan Kargo Pesawat 2010 mencapai 1.270 ton atau tumbuh sebesar 24,76% dibandingkan (y.o.y), triwulan lebih I-2010 tinggi (11,20%). Upaya perbaikan infrastruktur bandara terus dilakukan oleh Pemerintah Daerah, sampai dengan bulan pembangunan Mei 2010 penebalan kegiatan landasan pacu telah mencapai 60%. Pemerintah Daerah Grafik 1.33 Perkembangan Bagasi Pesawat berharap sampai dengan akhir tahun 2010 bandara Djalaluddin dapat difungsikan sebagai bandara haji dan bandara kargo. 12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL 1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN HOTEL DAN RESTORAN Perkembangan sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) di Gorontalo masih menunjukkan optimisme dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Sektor PHR pada triwulan II-2010 tumbuh 9,79% (y.o.y) relatif stabil dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2010 sebesar 9,02%. Pertumbuhan kegiatan usaha hotel dan restoran diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan sektor PHR selama triwulan laporan namun pertumbuhan dimaksud terkoreksi akibat lesunya kinerja sektor perdagangan ekspor/impor. Kegiatan Pilkada, liburan sekolah yang bebarengan momen Piala Dunia diperkirakan memberikan dorongan yang cukup baik pada kinerja sub sektor ini. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh perkembangan tingkat penghunian hotel (TPH) dan konsumsi listrik kelompok bisnis. TPH mengalami peningkatan khususnya pada wilayah kabupaten yang sedang menyelenggarakan PILKADA. Di Pohuwato tingkat penghunian bulan Juni tercatat 47,28% lebih tinggi dibandingkan kondisi bulan Maret sebesar 39,91%. Hal serupa dialami pula oleh Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango. Meningkatnya tingkat penghunian hotel di Kota Gorontalo juga didorong fenomena liburan sekolah serta event Kejurnas Pencak Silat Tingkat Pelajar. Sementara itu momen piala dunia diperkirakan turut memberikan andil bagi peningkatan kegiatan usaha hotel dan restoran. Siaran televisi terestrial yang tidak menjangkau wilayah Provinsi Gorontalo mengakibatkan banyak pengusaha restoran dan hotel di Gorontalo menyelenggarakan kegiatan “Nonton Bareng”. Beberapa pelaku usaha hotel dan restoran menyatakan omzet penjualan meningkat selama kegiatan berlangsung. Peningkatan aktifitas selama liburan sekolah dan fenomena piala dunia tersebut dicerminkan pula oleh volume konsumsi listrik kelompok bisnis yang menujukkan kecenderungan meningkat. Grafik 1.34 Tingkat Penghunian Hotel Grafik 1.35 Tingkat Konsumsi Listrik Niaga Sementara perkembangan sektor perdagangan sedikit terkoreksi akibat menurunnya kinerja ekspor-impor Gorontalo selama triwulan II-2010 sementara perdagangan domestik masih cukup optimis dengan didukung oleh permintaan konsumsi yang masih berada pada level tinggi. BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 13 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Menurunnya perdagangan ekspor/impor tercermin pada beberapa prompt indikator yaitu volume bongkar muat barang di pelabuhan serta melambatnya realisasi penyaluran kredit perdagangan. Hasil liason dan anekdotal informasi yang dikumpulkan dari pelaku usaha perdagangan ekspor/impor di Gorontalo menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang mendorong terjadinya penurunan kegiatan usaha yaitu : menurunnya permintaan untuk barang-barang kebutuhan konstruksi domestik serta menurunnya pasokan untuk beberapa komoditas perdagangan rotan, kayu dan gula. Data statistik perdagangan antar pulau mencatat bahwa volume muat barang pada triwulan II-2010 yang tercatat tumbuh 15,45% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 24,28% (y.o.y). sementara volume bongkar juga hanya tumbuh 7,42% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 33,38% (y.o.y) dengan dorongan penurunan impor untuk barang-barang konstruksi. Indikator lain juga ditunjukkan oleh volume perdagangan semen di Gorontalo yang sejak bulan April 2010 telah menujukkan penurunan seiring dengan perlambatan kegiatan konstruksi. Perdagangan semen menurun dengan puncaknya pada bulan Juni 2010 yang terkontraksi 63,06% (y.o.y). Grafik 1.36 Volume Bongkar Grafik 1.37 Volume Muat Kredit perdagangan melambat 14,99% bulan y.o.y, Juni lebih 2010 rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,07% y.o.y maupun kondisi Juni 2009 lalu yang tercatat 27,47% y.o.y. Grafik 1.38 Kredit Perdagangan ACFTA sendiri yang dirasakan telah memberikan keuntungan bagi kegiatan perdagangan di Gorontalo (hasil quick survei bulan Juni 2010) ternyata belum mampu memberikan dorongan yang positif secara agregat, kondisi ini disebabkan komoditas perdagangan bebas Asean-China yang berkembang di Gorontalo masih sebatas pada tekstil dan elektronika sementara pada komoditas lain belum banyak masuk. 14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL 1.2.4 SEKTOR BANGUNAN Perkembangan kinerja sektor bangunan menunjukkan perlambatan, pada triwulan II2010 sektor ini diperkirakan tumbuh sebesar 12,84 % (y.o.y), dilihat dari dinamikanya maka perkembangan pada triwulan II-2010 relatif melambat dibandingkan perkembangan pada triwulan I-2010 yang tumbuh sebesar 19,26% (y.o.y) Berdasarkan hasil monitoring dilapangan, selama triwulan II-2010 perkembangan sektor bangunan di Gorontalo relatif melambat. Kondisi ini disebabkan beberapa aspek yaitu : penyerapan anggaran belanja modal pemerintah daerah yang relatif rendah selama triwulan II-2010 sehingga realisasi proyek fisik mengalami imbas yang cukup signifikan, mulurnya proses tender proyek, tingginya curah hujan di Gorontalo selama bulan Mei-Juni 2010 menyebabkan beberapa kegiatan konstruksi mengalami penundaan untuk menghindari kerugian fisik bangunan, dan beberapa faktor minor lainnya terkait ketersediaan pasokan bahan baku akibat pelarangan penambangan galian C diwilayah kota. Grafik 1.39 Kredit Konstruksi Grafik 1.40 Penjualan Semen Menurunnya kegiatan konstruksi tersebut dikonfirmasi oleh prompt indikator angka penjualan semen dan realisasi kredit sektor bangunan di Gorontalo. Angka penjualan semen pada bulan Juni 2010 terkontraksi hampir 63,06% y.o.y sementara outstanding kredit konstruksi menunjukan trend yang melambat sejak Maret 2010. Pada posisi Juni 2010 kredit melambat 64,60% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2010 yang tercatat 121,12% (y.o.y). Grafik 1.41 Perkembangan Belanja Modal Pemerintah Daerah BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 15 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Sementara itu realisasi belanja modal pemerintah daerah selama triwulan II-2010 menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan I-2010. Pertumbuhan belanja modal pada triwulan II-2010 terkontraksi 81,85% (y.o.y). Meskipun mengalami perlambatan beberapa proyek pemerintah daerah terus dilakukan upaya penyelesaian, beberapa proyek besar yang saat ini masih terus dikerjakan untuk mencapai target penyelesaian sampai dengan bulan Desember 2010 antara lain : Dermaga penyeberangan Marisa Tahap 4 di Paguat dengan nilai proyek Rp 21 Milyar, per Mei 2010 telah mencapai 40%. Rencana penyelesaian bulan Oktober 2010. Pelabuhan Internasional Anggrek dengan nilai proyek Rp 11 Milyar, per Mei 2010 telah mecapai 30%. Dermaga Anggrek sekaligus dibangun sebagai dermaga batubara untuk pemenuhan kebutuhan PLTU Anggrek. Rencana penyelesaian bulan Desember 2010 Dermaga Penyeberangan Tilamuta dengan nilai proyek Rp 6 Milyar Pelapisan landasan Bandara dengan nilai proyek Rp 32,6 Milyar, per Mei 2010 telah mencapai 60%. Rencana penyelesaian bulan Desember 2010. 1.2.5 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Kinerja sektor keuangan diperkirakan tumbuh 9,51% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2010 (8,36%). Kondisi ini lebih didorong oleh pertumbuhan sub sektor persewaan bangunan sementara sub sektor lainnya relatif tumbuh stabil. Net Interet Margin (NIM) perbankan Gorontalo menunjukkan arah yang stabil. Sampai dengan bulan Juni 2010, NIM perbankan telah mencapai Rp 223 Miliar atau tumbuh 55,87% (y.o.y), hampir sama dibandingkan NIM periode Maret 2010 yang tumbuh 57,55% (y.o.y). Grafik 1.42 NIM Perbankan 16 Grafik 1.43 Perkembangan Sub Sektor KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL 1.2.6 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Perkembangan sektor industri di Gorontalo diperkirakan melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan kinerja disektor ini ditunjukkan oleh beberapa prompt indikator yaitu tingkat konsumsi listrik, konsumsi BBM industri dan realisasi kredit sektor industri. Hasil liaison Bank Indonesia yang dilakukan terhadap beberapa pelaku industri pengolahan menyatakan, bahwa selama triwulan II-2010 telah terjadi penurunan kinerja disebabkan pengaruh pasokan. Gula sebagai industri utama di Gorontalo yang berorientasi ekspor (luar negeri/antar provinsi) secara statistik menunjukkan penurunan. Data yang dihimpun dari pelabuhan di Gorontalo menyatakan bahwa ekspor luar negeri tidak dilakukan selama triwulan II-2010 sementara ekspor antar provinsi menunjukkan penurunan. Menurunnya kapasitas produksi ini juga diindikasikan oleh meningkatnya harga gula khususnya di bulan Juni 2010 terkait pasokan. Menurunnya kinerja industri pengolahan juga ditunjukkan oleh hasil survei Pertumbuhan Produksi Industri Pengolahan Besar dan Sedang yang direlease oleh BPS Prov. Gorontalo, dinyatakan bahwa pada triwulan II-2010 kegiatan usaha komoditas kayu, barang dari kayu dan barang anyaman mengalami kontraksi 37,10% Grafik 1.44 Indikator ekspor komoditas industri Tabel 1.4 Pertumbuhan Industri Pengolahan Besar & Sedang Grafik 1.45 Konsumsi Listrik Industri Grafik 1.46 Konsumsi BBM Industri Kredit Industri Pengolahan gKredit 200 150 100 50 % Dalam Juta Rupiah PERKEMBANGAN KREDIT SEKTOR INDUSTRI 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 0 -50 -100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2008 2009 2010 Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.47 Penjualan Listrik PLN Grafik 1.48 Kredit sektor industri BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 17 BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL 1.2.7 SEKTOR LAINNYA Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan II-2010 diperkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, khususnya pada sub sektor listrik. Meningkatnya sub sektor kelistrikan didorong oleh upaya PLN untuk terus memaksimalkan pembangkit yang ada guna menutupi defisit energi listrik. Meningkatnya kondisi tersebut dikonfirmasi oleh perkembangan data penjualan energi listrik yang tumbuh selama triwulan laporan sebesar . Grafik 1.49 Realisasi Penjualan Listrik PLN Grafik 1.50 Realisasi Kredit Jasa-jasa Sementara itu kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II-2010 menurun dibandingkan triwulan I-2010. Hal ini seiring dengan perkembangan kinerja sektor bangunan di Gorontalo yang menunjukkan perlambatan. Namun tingginya permintaan akan bahan galian C di Gorontalo mengakibatkan upaya penambangan seringkali menimbulkan kerusakan lingkungan. Pemerintah Kota Gorontalo dalam bulan Maret 2010 melarang penambangan bahan galian C disekitar kota yang berpotensi merusak lingkungan namun secara ekonomi hal ini diperkirakan mempengaruhi kondisi pasokan bahan baku. Sementara beberapa potensi pertambangan telah ditemukan di wilayah Gorontalo antara lain potensi minyak bumi di Teluk Tomini, potensi pertambangan emas di Kab. Bone Bolango, potensi pertambangan timah hitam di Atinggola dan potensi pertambangan tembaga di daerah Tapa. Potensi dimaksud diharapkan dapat dikembangkan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan II-2010 diperkirakan melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2010. Melambatnya kinerja sektor jasa-jasa dikonfirmasikan oleh menurunnya realisasi kredit jasa-jasa perbankan yang tumbuh 29,28% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit pada triwulan I-2009 sebesar 47,45% (y.o.y). 18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010| BANK INDONESIA