K ESEHATAN RABU, 2 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Tiga Teknik Pemulih Hati Teknik penanganan kanker hati kian canggih. Mulai dari pembedahan dengan pisau khusus hingga menutup jalur suplai nutrisi yang dibutuhkan sel-sel kanker. ENI KARTINAH K EBERHASILAN operasi cangkok hati terhadap sejumlah pasien sirosis (pengerasan) dan kanker hati di RS Cipto Mangunkusumo dan RS Puri Indah, Jakarta, baru-baru ini, membawa angin segar bagi pengembangan teknik penanganan gangguan hati di Indonesia. Operasi itu merupakan solusi pamungkas bagi problem sirosis dan kanker hati tahap lanjut. Sayangnya, selain belum begitu berkembang di Indo nesia, biaya operasi itu juga sangat mahal, mencapai miliaran rupiah. Sebenarnya, sebelum kanker hati mencapai tahap lanjut, ada sejumlah alternatif terapi yang bisa menjadi solusi. Spesialis hepatobilier-pancreas & liver transplant dari Gastrointestinal, Liver & Pancreas Center RS Puri Indah, dr Tjhang Supardjo SpB menjelaskan tiga teknik terkini penanganan kanker hati. Yaitu, pembedahan, ablasi, dan TACE (transcatheter arterial chemoembolization). ’’Untuk kanker hati, terapiterapi itulah yang terbukti memberi hasil baik. Sedangkan kemoterapi umum (general chemotherapy) tidak dianjurkan karena berdasar studi, efeknya tidak signifikan,’’ jelas Tjhang, di Jakarta, Senin (31/1). Pemilihan jenis terapi, lanjut Tjhang, disesuaikan dengan kondisi kanker hati. Pembedahan atau reseksi misalnya, cocok dilakukan pada kanker hati ukuran kecil, belum bermetastasis (menyebar ke organ lain), dan fungsi hati relatif masih baik. ’’Pada kanker berukuran lebih dari 5 cm, pembedahan juga bisa dilakukan asal lokasinya memungkinkan,’’ jelas Tjhang BUKAN tanpa alasan jika pedoman gaya hidup sehat selalu mencakup berat badan seimbang. Kegemukan memang menjadi pangkal beragam penyakit. Salah satunya adalah kanker hati. “Kegemukan yang berkembang menjadi obesitas, jika tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan penumpukan lemak pada organ hati. Perlemakan hati inilah yang akan memicu gangguan hati hingga berkembang menjadi kanker,” ujar pakar liver Prof dr LA Lesmana SpPD di sela acara yang juga pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta. Saat ini, teknik pembedahan kanker semakin terbantu dengan ditemukannya pisau bedah cavitron ultrasonic surgical aspirator (CUSA)). Pisau ini mampu memotong jaringan hati tanpa pembuluh darah di sekitarnya ikut terpotong. Dengan demikian, pembedahan bisa dilakukan secara lebih aman dan cepat. Teknik lainnya adalah ablasi. Prinsipnya, menghancurkan sel-sel kanker dengan suatu energi. ’’Cryoablation termasuk dalam teknik ini, tapi itu tergolong teknik lama,’’ ujar Tjhang yang lulusan Zhejiang University School of Medicine, Hangzhou, China. Yang terbaru adalah radiofrequency ablation (RFA). RFA menggunakan gelombang radiofrekuensi yang menghasilkan panas bersuhu 90-110 derajat celsius untuk menghancurkan sel-sel kanker. Caranya, sebuah alat serupa jarum diarahkan langsung menuju tumor dengan panduan USG atau CT scan. Sesampainya di jaringan tumor, ujung jarum membuka sehingga bercabangcabang dan menjangkau hampir seluruh area tumor. Selanjutnya, gelombang frekuensi radio disalurkan melalui jarum tersebut untuk menghancurkan sel-sel kanker. Kriteria penggunaan RFA antara lain, tumor masih kecil, jumlahnya hanya satu atau paling banyak tiga titik, lokasinya tidak di permukaan hati dan tidak berdekatan dengan pembuluh darah besar. Mengurung tumor Teknik lainnya yang cukup menjanjikan adalah TACE. Prinsip TACE adalah memberi obat kemoterapi langsung pada sel-sel kanker. TACE didahului penentuan pembuluh-pembuluh darah di sekeliling tumor yang menjadi saluran suplai darah dan nutrisi yang selama ini menghidupi sel-sel kanker. Selanjutnya, melalui pembuluh vena besar di pangkal paha (vena portal), sebuah kateter (serupa selang halus) dimasukkan. Dipandu gambar pencitraan pada layar monitor, kateter diarahkan menyusuri pembuluh darah hingga sampai pada pembuluh-pembuluh darah sekeliling tumor. Kemudian, melalui kateter itu obat kemoterapi dialirkan langsung menuju pembuluh darah INFO JEC Kedoya Unggulkan Mata Anak sekeliling kanker. Dengan demikian, sel-sel kanker dalam jaringan tumor terkurung oleh obat kemoterapi. Ini berbeda dengan kemoterapi konvensional, obat diberikan melalui suntikan atau diminum sehingga obat harus melewati jalur panjang sebelum sampai pada sel-sel kanker. Penelitian menunjukkan, dengan TACE, konsentrasi obat yang mencapai jaringan tumor 100 kali lebih banyak daripada dengan kemoterapi konvensional. Itulah sebabnya, dengan TACE dosis obat yang dibutuhkan hanya seperlima dosis obat kemoterapi konvensional. Tak hanya itu, setelah pemberian obat, pada TACE juga dilakukan penutupan saluran pembuluh darah di sekeliling tumor (embolisasi) dengan zat khusus. Embolisasi bertujuan menutup jalur suplai darah yang selama ini menghidupi sel-sel kanker. Ketiga teknik penanganan kanker hati itu umumnya berbiaya puluhan juta rupiah. Untuk TACE misalnya, di RS Puri Indah tarifnya sekitar Rp20 juta per sesi. Biasanya pasien membutuhkan 1-3 sesi. Bagi sebagian orang, biaya puluhan juta bukan nilai sedikit, namun menurut CEO Pondok Indah Healthcare Group, dr Yanwar Hadiyanto, tarif itu jauh lebih ringan daripada di Singapura yang bisa tiga kali lipat lebih mahal. ’’Tarif itu disesuaikan dengan harga peralatan yang juga mahal. Unit alat TACE misalnya, harganya mencapai tujuh miliar rupiah. Selain itu banyak alat yang sifatnya sekali pakai dan hanya bisa diperoleh melalui impor,’’ jelas Yanwar. Lepas dari faktor biaya, keberadaan teknik-teknik penanganan kanker hati yang terbukti memberi hasil baik itu perlu dioptimalkan. Dalam hal ini, peran pemerintah diperlukan agar masyarakat bisa menjangkau layanan kesehatan yang diperlukan.(S-2) [email protected] PEMBANGUNAN gedung baru rumah sakit Jakarta Eye Center (JEC) yang berlokasi di Kedoya, Jakarta Barat, mencapai tahap topping off (penyelesaian puncak bangunan) kemarin. Rumah sakit ini direncanakan akan dapat memulai pelayanannya pada akhir tahun ini. Seremoni topping off diresmikan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI Ratna Rosita. “Semoga JEC nantinya bisa turut membantu meningkatkan kesehatan mata masyarakat untuk mewujudkan visi the right to sight,” ujar Rita. Pada kesempatan sama, Direktur JEC Prof dr Istiantoro SpM mengungkapkan, selain memberi layanan-layanan kesehatan mata seperti penanganan gangguan refraksi, retina, tumor mata, katarak, glaukoma, dan lasik, JEC Kedoya dirancang untuk unggul di bidang pelayanan kesehatan mata anak. ‘’Kami telah menyiapkan sumber daya manusia dengan mengirim dokter-dokter untuk mendalami bidang mata anak di luar negeri,’’ imbuh Istiantoro. (*/S-3) RS Jangan Dibebani Pajak Tinggi PERSATUAN Pemilik Rumah Sakit Swasta Nasional (Persana) meminta pemerintah menghapus beberapa jenis pajak yang membebani mereka. Pasalnya, meski berstatus swasta, selama ini RS swasta lebih banyak melakukan fungsi sosial. Bahasan itu mengemuka dalam seminar bertajuk Investasi & Pengembangan Bisnis Rumah Sakit sekaligus pengukuhan pengurus Persana 2011-2014, di Jakarta, kemarin. ‘’Fungsi sosial RS swasta lebih dominan jika dibandingkan dengan fungsi ekonomi. Untuk menjalankan fungsi sosial tersebut perlu kerja sama dan koordinasi yang baik antara pemerintah dan pihak swasta,’’ ujar Ketua Persana Rizal Sini. Sayangnya, selama ini pemerintah justru membebani RS swasta dengan beragam regulasi yang menyulitkan RS swasta untuk berkembang. Soal pajak misalnya, impor alat-alat kesehatan dikenai pajak barang mewah sehingga biayanya tinggi. “Sementara itu, di Malaysia, pemerintahnya justru menyubsidi biaya obat-obatan yang disediakan di seluruh rumah sakitnya,” ujar konsultan keuangan Sugeng Purwanto pada kesempatan sama. (*/S-3) ANTARA/ SEPTIANDA PERDANA KEMBAR SIAM: Bayi kembar siam yang dirawat di Rumah Sakit Umum Adam Malik Medan, Sumut, Senin (31/1). Bayi pasangan Helprida, 30, dan Daniel Hutauruk, 32, itu lahir dengan kelainan dempet dada dengan berat 2,6 kg. Ada Sel Ganas di Kegemukan simposium ilmiah bertajuk New Frontiers in Internal Medicine and Related Diseases, di RS Husada, Jakarta, Sabtu (29/1). Simposium digelar sebagai rangkaian peringatan ulang tahun ke-86 RS Husada. Dalam dunia medis, perlemakan hati itu dikenal sebagai non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD). Bagaimana perlemakan hati bisa berujung pada kanker? Secara sederhana, lanjut Les- mana, mekanisme terbentuknya kanker hati akibat kegemukan diawali reaksi oksidasi yang dipicu tumpukan lemak di hati. Reaksi oksidasi itu kemudian memicu sejumlah perubahan hingga memunculkan sel-sel kanker di hati. Berdasar data pasien di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), kasus kanker hati yang diduga akibat perlemakan hati mulai bermunculan. “Selama ini kebanyakan pasien kanker hati disebabkan penyakit hepatitis kronis. Namun, beberapa pasien kanker hati di RSCM diketahui tidak mengidap virus hepatitis, setelah dianalisis, ternyata mereka punya riwayat kegemukan,” ujar Lesmana. Fenomena itu perlu diwaspadai. Mengingat saat ini ke gemukan dialami banyak orang, tidak peduli kaya maupun miskin. Sebuah penelitian pada populasi di daerah De- 13 pok, Jawa Barat, mendapatkan prevalensi perlemakan hati mencapai 30%. “Dapat dilihat, di Depok yang notabene daerah suburban pun fenomena kegemukan itu merebak,” imbuh Lesmana. Kecurigaan diagnosis perlemakan hati, lanjut Lesmana, biasanya diarahkan pada orang yang gemuk dan pemeriksaan laboratoriumnya menunjukkan peningkatan enzim-enzim hati seperti alanine aminotransferase (ALT) dan aspartate aminotransferase (AST). Sementara itu, untuk penegakan diagnosis diperlukan pemeriksaan USG, CT scan, maupun MRI. Ketika seseorang terdiagnosis mengalami perlemakan hati, penanganan harus segera dilakukan. Perubahan gaya hidup (diet dan olahraga) menjadi lini pertama bagi semua pasien perlemakan hati. Tindakan lainnya adalah mengidentifikasi dan menerapi gangguan-gangguan metabolik terkait yang umum menyertai perlemakan hati, misalnya diabetes dan kolesterol tinggi. Selanjutnya, dilakukan perbaikan resistensi insulin dengan penurunan berat badan, olahraga, maupun obat-obatan. Pemberian obat hepatoprotektif seperti antioksidan juga perlu untuk melindungi sel-sel hati dari kerusakan lebih lanjut. (*/S-3)