9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Komunikasi
Berkomunikasi atau berbicara dengan orang lain maupun dengan diri sendiri
(komunikasi intra pribadi) adalah sebuah kegiatan yang tak pernah luput dari
aktifitas manusia sehari-hari. Padahal pengertian dari komunikasi adalah
sangatlah beragam, karena ada yang bersifat luas atau umum maupun bersifat
pemikiran seseorang. Kata komunikasi atau communications dalam
bahasa
inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico,
communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make
common).3
Komunikasi menurut Dennis Mc Quail dan Sven Windahl adalah penyebaran
informasi, ide-ide, sikap-sikap atau emosi dari seseorang atau kelompok pada
yang lain terutama melalui simbol-simbol.4 Kenyataannya dalam berkomunikasi
kita memang menggunakan simbol-simbol, baik dengan bahasa verbal maupun
bahasa non verbal, yang nantinya akan disampaikan melalui pesan yang
menggunakan media kepada penerima.
3
4
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi : Teori dan praktek, 1997 hal 4
Dennis Mc Quail dan Sven Windahl, model-model komunikasi, 2003 hal 4
9
10
Namun Gabler dalam Dennis Mc Quail dan Sven Windahl mendefinisikan
komunikasi dalam buku “model-model komunikasi” adalah, sebagai interaksi
sosial melalui pesan-pesan.5
Maksudnya, saat kita sedang melakukan komunikasi dengan orang lain, maka
secara tidak langsung kita melakukan interaksi melalui pesan yang ingin kita
sampaikan tersebut.
Jadi dalam pengertian luas atau umum, komunikasi menunjukkan adanya
sebuah pengirim, sebuah saluran, sebuah pesan, sebuah hubungan antara
pengirim dan penerima, sebuah efek, sebuah konteks dimana komunikasi
berlangsung dan sebuah rangkaian sesuatu yang dapat disebut “pesan” tetapi
tidak selalu ada satu maksud tertentu atau tujuan untuk “berkomunikasi” atau
“menerima”. Komunikasi bisa merupakan salah satu atau keseluruhan dari
sebuah tindakan terhadap orang lain. Sebuah interaksi dengan orang lain dan
sebuah reaksi terhadap orang lain.6
Hovland memberikan definisi komunikasi, yaitu komunikasi adalah proses
yang memungkinkan seseorang komunikator menyampaikan rangsangan
(biasanya lambing-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain
(komunikate).7
Ini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan tersebut
mempunyai tujuan, yaitu mengubah atau membentuk perilaku orang lain yang
5
Dennis Mc Quail dan Sven Windahl, model-model komunikasi, 2003, hal 4
Loc.Cit, hal 4
7
Deddy Mulyana, Ilmu komunikasi suatu pengantar, 2000, hal 62
6
11
menjadi sasaran. Ada tiga unsur dari definisi komunikasi yang luas dan
komprehensif, yaitu :
1. Komunikasi harus dipandang sebagai suatu proses : ini berarti bahwa
komunikasi merupakan suatu aliran yang melalui serangkaian atau urutan
beberapa tahap atau langkah, bukan suatu kejadian atau peristiwa yang
tersendiri.
2. Pengiriman informasi, arti dan pengertian : unsur yang kedua dari definisi
komunikasi, komunikasi yang memadai adalah “pengiriman informasi,
arti dan pengertian”. Pengiriman komunikasi itu sendiri sebenarnya
bukanlah komunikasi, karena komunikasi merupakan suatu proses dua
arah bukan satu arah. Informasi tidak hanya dikirimkan begitu saja, tetapi
harus diterima dan dimengerti.
3. Mencakup aspek manusia dan bukan manusia : unsure ketiga dari suatu
definisi yang lengkap harus mencakup aspek manusia dan bukan manusia.
Banyak pembahasan mengenai proses komunikasi membatasi hanya pada
interaksi antar manusia, dimana hanya manusia saja yang berperan sebagai
pihak pengirim dan penerima informasi.8
Sedangkan Rogers dalam buku ilmu komunikasi suatu pengantar memberikan
definisi komunikasi sebagai berikut : komunikasi adalah proses dimana ide
8
Gunawan Jiwanto, komunikasi dalam organisasi, Pusat Pengembangan Manajemen dan Andi Offset,
Yogjakarta, 1985 hal 5
12
dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka.9
Artinya, saat seseorang berkomunikasi ia ingin memberikan suatu ide atau
informasi mengenai sesuatu kepada penerima, dengan maksud agar si penerima
dapat mengubah perilaku setelah berkomunikasi dengan si pengirim pesan.
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara
efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang
dikemukakan oleh Harlod Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function
of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk
menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says
What In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 (lima)
unsur sebagai dari pertanyaan yang diajukan, yaitu :
1. Komunikator ( communicator, source, sender )
2. Pesan ( message )
3. Media ( Channel, media )
4. Komunikasi ( communicant, communicate, receiver, recipient )
5. Efek ( Effect, impact, influence )
9
Deddy Mulyana, Op.cit, hal 62
13
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.
2.1.1 Tujuan Komunikasi
Pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan, antara lain :
1. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sebagai komunikator
kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaikbaiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti
apa yang maksudkan.
2. Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti
benar aspirasi masyarakat tentang apa yang kita inginkan, jangan
mereka menginginkan kemauannya.
3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain dengan pendekatan yang
persuasive bukan memaksakan kehendak.
Jadi, dari pernyataan-pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
komunikasi dilakukan dengan tujuan agar pesan atau informasi yang disampaikan
komunikator dapat dimengerti, dipahami, diterima, dan kemudian dilakukan atau
dijalankan oleh komunikan.
14
2.2 Hubungan Masyarakat
Menurut L. Bernays seorang pelopor Humas di Amerika Serikat dalam
bukunya Public Relations, terdapat tiga fungsi utama Humas, yaitu :
a. Memberikan penerangan kepada masyarakat
b. Melakukan persuasif untuk mengubah sikap
c. Perbuatan masyarakat secara langsung
Berupaya untuk menintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan atau
lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya.10
Sedangkan Frank Jefkins menyatakan bahwa :
Public relations consist of all planned communications, out word and
purpose of achieving specific objectives concerning manual
understanding.
Humas adalah suatu merangkum keseluruhan komunikasi yang
terencana baik ke dalam ataupun ke luar antara suatu organisasi
dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan spesifiknya
yang berlandaskan pada saling pengertian.11
Dari pemaparan pengertian humas diatas, dapat dikatakan yang merupakan
ciri khas yang dikaitkan dengan proses dan fungsi manajemen humas, yaitu
sebagai berikut :
10
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi : konsepsi dan aplikasi, Jakarta PT
Grafindo. Persada, 2006 hal 18
11
Frank Jefkins, public relations, Jakarta : Airlangga, 1996 hal 9
15
a. Menunjukkan kegiatan tertentu
b. Kegiatan yang jelas
c. Adanya perbedaan khas dengan kegiatan lain
d. Terdapat suatu kepentingan tertentu
e. Adanya kepentingan bersama
f. Terdapat komunikasi dua arah timbal balik.12
Sedangkan peran seorang public relations atau humas sangat penting bagi top
manajemen dari organisasinya, ada dua ruang lingkup menjadi sebagian tugasnya
antara lain meliputi :
a. Membina hubungan kedalam (publik internal) : publik internal adalah
publik yang menjadi bagian dari unit, badan, perusahaan atau organisasi
itu sendiri.
b. Membina hubungan keluar (publik eksternal) : publik eksternal adalah
publik umum (masyarakat). Mengusahakan timbulnya sikap-sikap dan
gambaran yang positif publik terhadap lembaga yang diwakilinya.13
2.3 Humas Pemerintahan
Sam Black dalam bukunya, Practical Public Relations mengklarifikasikan
Humas menjadi “Humas Pemerintahan Pusat” (Central Government) dan
12
13
Rosady Ruslan, Ibid, hal 18
Rosady Ruslan, Ibid, hal 23
16
“Humas Pemerintahan Daerah” (Local Government). Humas Pemerintahan Pusat
mempunyai dua tugas yaitu:
1.
Menyebarkan informasi secara teratur mengenai kebijaksanaan,
perencanaan dan hasil yang telah dicapai;
2.
Menerangkan peraturan dan hal-hal yang bersangkutan dengan
kehidupan sehari-hari.14
Selain itu menasehati pimpinan departemen dalam hubungannya dengan
reaksi atau tanggapan publik terhadap kebijaksanaan yang dijalankan adalah
tugas Humas Pemerintahan Pusat.
Humas Pemerintahan Daerah pada hakekatnya sama saja dengan Humas
Pemerintahan Pusat dalam hal pengorganisasian dan mekanisme kerja, bedanya
hanya dalam ruang lingkup. Menurut Sam dalam buku yang sama, ada empat
tujuan utama dari Humas Pemerintahan Daerah yaitu:
1.
To keep citizens informed of the counsil’s policy and its day-by-day
activities.
(memelihara
penduduk
agar
tahu
jelas
mengenai
kebijaksanaan lembaga beserta kegiatannya sehari-hari).
2.
To give them an opportunity of expressing views on important new
project before final decisions are taken by the cousil. (memberikan
kesempatan
14
kepada
mereka
untuk
menyatakan
pandangannya
Onong Uchjana Effendy. Hubungan Masyarakat. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2006 Hal. 37
17
mengenai proyek baru yang penting sebelum lembaga mengambil
keputusan).
3.
To englithen citizens on the way in which the systems of local
government works to inform them or their rights and responsibilities.
(memberikan penerangan kepada penduduk mengenai tata cara
pelaksanaan system pemerintahan daerah mengenai hak-hak dan
tanggung jawab mereka).
4.
To promote a sense of civic pride. (mengembangkan rasa bangga
sebagai warga Negara).
2.3.1 Pengertian dan Tujuan Humas Pemerintah
Dalam melaksanakan pekerjaannya seorang praktisi humas akan
menggunakan
konsep-konsep
manajemen
untuk
mempermudah
pelaksanaan tugas-tugasnya. Bahwa proses humas (Tahapan fact finding,
planning, communicating, evaluation). Sepenuhnya mengacu pada
pendekatan manajerial.
Untuk keperluan pembahasan manajemen hubungan masyarakat, maka
sementara manajemen itu dapat dirumuskan sebagai suatu prosedur
kelompok orang-orang yang secara koordinatif, memimpin kegiatankegiatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.
18
Dalam proses tersebut kita jumpai teknik-teknik koordinasi tertentu
yang dipergunakan oleh kelompok orang-orang yang disebut manajer di
dalam mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan itu sendiri. Proses ini pun
mencakup fungsi dasar dengan pendekatan analitik seperti perencanaan,
pengorganisasian,
penggerakan,
pengawasan
dalam
melaksanakan
manajemen (POAC, Planning, Organizing, Actuating, Controlling).15
Humas pemerintah pada dasarnya tidak bersifat politis. Bagian humas
di Institusi pemerintahan di bentuk untuk mempublikasikan atau
mempromosikan
kebijakan-kebijakan
mereka.
Selain
itu
memberi
informasi secara teratur tentang kebijakan, rencana-rencana, serta hasil
kerja institusi serta memberikan pengertian kepada masyarakat tentang
peraturan dan perundang-undangan dan segala sesuatunya berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakat.
Selain
keluar,
humas
pemerintahan
dan
politik
juga
harus
memungkinkan untuk memberi masukan dan saran bagi para pejabat
tentang segala informasi yang diperlukan reaksi atau kemungkinan reaksi
dari masyarakat akan kebijakan institusi, baik yang sedang dilaksanakan,
akan dilaksanakan maupun yang sedang diusulkan.16
15
Jurnal Public Relations.Volume 1 Nomor 1 juni 2007.PERHUMAS. 2004 hal. 3-7
Frida Kusumastuti. Dasar-dasar Hubungan Masyarakat.Bandung: PT Ghalia Indonesia dengan UMM Press.
2004 hal. 37
16
19
Humas pemerintah tidak terdapat unsur komersial, walaupun humas
pemerintah juga melaksanakan hal yang sama dalam kegiatan publikasi,
promosi, dan iklan. Namun, humas pemerintah lebih menekankan pada
Public Service atau demi meningkatkan pelayanan umum.
2.3.2 Peran dan Fungsi Humas Pemerintah
Apabila ingin mendapatkan penjelasan tentang segala kebijakan suatu
perusahaan swasta, kita pasti diarahkan ke bagian Humas perusahaan. Di
sana kita mendapat penjelasan sejelas-jelasnya tentang segala kebijakan
perusahaan baik yang sedang maupun akan dilaksanakan. Karena mereka
menyadari akan pentingnya peran humas dalam membangun citra positif
bagi institusinya. Situasi akan berbeda jika kita ingin mengetahui kegiatan
atau kebijakan pemerintah kabupaten/kota. Bertanya ke bagian humas,
pasti dijawab tidak tahu atau tidak berwenang memberikan penjelasan.
Sering dilakukan adalah menyuruh orang yang bertanya menanyakan
kepada institusi/badan/kantor yang menjadi leading sector dimaksud.
Secara definitif humas adalah suatu fungsi manajemen yang bertujuan
menjembatani antara institusi dengan stakeholder baik luar maupun dalam.
Apapun yang terjadi di organisasi humas harus tahu. Humas harus
mengetahui segala kebijakan yang lalu, sedang dan akan diberlakukan
20
organisasi. Seperti humas di perusahaan swasta, seperti inilah idealnya
bagian humas pemerintah pusat atau daerah.
Jadi, humas sebagai juru bicara pemerintah yang harus mengetahui
segala kebijakan pemimpin, latar belakang kebijakan yang diambil dan
tujuan yang diharapkan. Setiap kebijakan publik yang diambil itu dapat di
implementasikan dengan baik, sangat membutuhkan dukungan publik. Tapi
bagaimana publik mau mendukung, kalau tidak tahu maksud kebijakan
tersebut.
Disamping itu, sering ditemui masalah yaitu kebijakan publik yang
diambil pejabat ditanggapi salah oleh masyarakat. Ini terjadi, karena
kurangnya informasi yang diterima masyarakat terkait dengan maksud dan
tujuan dari kebijakan tersebut. Untuk itu sangat diperlukan ‘penyampai
pesan’ yang baik, dan humas harus mampu memfasilitasinya. Untuk
mewujudkan bagian humas yang ideal seperti perusahaan swasta, maka
humas pemerintah pusat/daerah harus benar-benar diberdayakan.
Fungsi pokok humas pemerintah Indonesia pada dasarnya, antara lain
sebagai berikut :
1.
Mengamankan kebijaksanaan pemerintah.
21
2.
Memberikan pelayanan, dan
menyebarluaskan pesan
atau
mengenai kebijaksanaan dan hingga program-program kerja
secara nasional kepada masyarakat.
3.
Menjadi komunikator dan sekaligus sebagai mediator yang
proaktif dalam menjembatani kepentingan instansi pemerintah di
satu pihak, dan menampung aspirasi, serta memperhatikan
keinginan-keinginan publiknya di lain pihak.
4.
Berperan serta dalam menciptakan iklim yang kondusif dan
dinamis demi mengamankan stabilitas dan keamanan politik
pembangunan nasional, baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
Jadi peran taktis dan strategi kehumasan pemerintah tersebut
menyangkut beberapa hal sebagai berikut :
a)
Tugas secara taktis dalam jangka pendek, humas berupaya
memberikan pesan-pesan informasi kepada masyarakat umum,
dan khalayak tertentu sebagai target sasarannya. Kemampuan
untuk melakukan komunikasi timbal balik, dan kemudian
memotivasi atau mempengaruhi opini masyarakat dengan usaha
untuk
menyamakan
persepsi
dengan
instansi/lembaga yang diwakilinya.
tujuan
dan
sasaran
22
b) Tugas strategis jangka panjang PR, yaitu berperan serta secara
selektif dalam proses pengambilan keputusan, memberikan
sumbangan saran, gagasan dan hingga ide-ide cemerlang serta
kreatif dalam menyukseskan program kerja lembaga/instansi yang
bersangkutan dan hingga pelaksanaan pembangunan nasional.
Terakhir bagaimana upaya untuk menciptakan citra atau opini
masyarakat yang positif.17
2.4 Efektivitas Komunikasi
Dalam konteks ini efektivitas menunjukkan taraf mencapai tujuannya secara
ideal, tahap efektivitasnya dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak
pasti. Pandangan ini memfokuskan bahwa efektivitas adalah kemampuan untuk
mencapai suatu tujuan dengan ukuran yang pasti.
Siagian mengemukakan bahwa efektivitas adalah “pemanfaatan sumber daya,
dana, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar diterapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa dengan mutu tertentu
tepat pada waktunya”.18 Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas sebagai suatu
kegiatan yang tepat sasaran, berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai
tujuan dalam implementasi suatu kegiatan tertentu.
17
18
Rosady Ruslan, Op.Cit, Hal 340
Sondang P Siagian. Filsafat Adminstrasi. Jakarta: Rineka Cipta, 1997 Hal. 200
23
Untuk mengetahui tingkat efektivitas sesuatu kegiatan biasanya dilakukan
dengan membandingkan antara prestasi saat ini dengan prestasi yang diperoleh
apabila semua sumber daya yang dimilikinya dikelola secara optimal dan
objektif.
Secara teknis pengertian efektivitas merupakan suatu keadaan yang
menunjukkan tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan manajemen dalam
mencapai tujuan.19 Diakui bahwa terdapat tiga dimensi yang kritis yang patut
dipertimbangkan dalam mengamati tingkat efektivitas suatu organisasi atau
kelompok yaitu: (a) keluaran yang dihasilkan, (b) kepuasan para anggota, dan (c)
pertumbuhan dan pengembangan staf, baik yang menyangkut keterampilan dan
kecerdasan individu maupun yang terkait dengan proses interaksi yang positif
dalam pelaksanaan tugas. Sehubungan dengan pengertian tersebut terdapat ahli
yang menekankan bahwa organisasi yang efektif adalah organisasi yang dapat
menyelesaikan target atau tujuannya atau menghasilkan sesuatu yang melampaui
prestasi organisasi yang melakukan hal yang sama.20
Berdasarkan pengertian tentang efektivitas seperti diuraikan di atas dapat
diidentifikasi bahwa efektivitas pada umumnya dibicarakan dalam konteks
aktivitas manajemen dan kelompok atau organisasi. Efektivitas selalu mengacu
19
20
Joseph Prokopenko. Productivity Management : A Practical Handbook (geneva : ILO. 1987), Hal. 5
Richard M. Steers. Gerald R. Ungson and Richard T. Mowday, Managing Effective Organizations: An
Introduction (Boston. Massachusetts: Kent Publishing Company, 1993), Hal. 346
24
kepada tujuan organisasi dan sekaligus kepada kelangsungan hidup organisasi.
Oleh karena itu efektivitas harus diukur dengan produk dari suatu organisasi
yang mencakup jumlah dan mutunya (seberapa banyak dan seberapa baik),
diukur dengan aspek kemanusiaan baik yang menjadi unsur penggerak maupun
unsur konstituen dari organisasi. Efektivitas juga diukur dengan bagaimana
anggota suatu organisasi dikembangkan kemampuannya (kecerdasan dan
keterampilan) dalam melakukan tugas-tugas organisasi.
Untuk itu efektivitas tidak boleh lepas dari : faktor tujuan, faktor manusia,
faktor
nilai-nilai
dan
faktor
sistem
organisasi
itu
sendiri
yang
dihubungkan dengan kondisi waktu, target, jumlah, dan kualitas. Dengan
demikian efektivitas ternyata bersifat multidimensional, sehingga strategi yang
dipilih untuk meningkatkan efektivitas tergantung pada kekhususan atau
spesifikasi faktor dari permasalahan yang hendak dipecahkan yang perlu digaris
bawahi bahwa sesuatu yang efektif belum tentu efisien, demikian sebaliknya
sesuatu yang efisien belum tentu efektif, namun perlu ditegaskan kembali bahwa
jika sesuatu kegiatan atau aktivitas telah terbukti ketidak efektifannya maka tidak
perlu lagi mempersoalkan efisiensinya.
Adapun kriteria yang digunakan untuk efektivitas komunikasi adalah : Siapa
penerima dan Pemakai pesan (receiver or user), isi pesan (Content), ketepatan
25
waktu (Timing), media komunikasi (media), format pesan (format), dan sumber
pesan (source).21
Jerry A. Hendrix menjelaskan dimensi efektivitas komunikasi dalam membuat
sebuah program sebagai berikut :22
1. Source : Source Credibility/kredibilitas komunikator dilihat dari :
trustworthiness
(kepercayaan),
expertise
(keahlian),
dinamishm
(dinamisme), physical attractiviness (daya tahan fisik), similiarities the
source and receiver (kesamaan antara sumber dan penerima pesan).
2. Message
a. Salient information (penonjolan pesan : sejauhmana isi pesan dapat
mempengaruhi perilaku dan sikap audiens).
b. Effective non verbal cues (jumlah dan jenis pesan non verbal yang
dipersepsi, keseluruhan persepsi audiens akan pesan-pesan non
verbal).
c. Effective verbal cues (jumlah dari jenis pesan verbal yang dipersepsi,
keseluruhan persepsi audiens akan pesan-pesan verbal).
3. Channel : two ways communication (jumlah dan jenis isi pesan sebagai
respon audiens atas proses komunikasi tatap muka, melalui media atau
event).
21
Ibid, Hal 2
Jerry A. Hendrix and Darrel C. Hayes. Public Relations Cases, Eight Edition. Belmont: Wadsworth, Thomson
Learning. 2007 Hal 31-34
22
26
4. Receivers
a. Opinion leaders (pertama : posisi opinion leader formal/non formal,
pengaruh opinion leader pada pada audiens lain. Kedua : terpaan pesan
langsung/satu tahap, dua tahap atau banyak tahap).
b. Group influence (kedekatan antar anggota, kebersamaan, keuntungan
bersama, interaksi tatap muka dan pengaruhnya pada anggota lain,
nilai dan norma bersama, tingkat konformitas antar anggota).
c. Selective exposure (sejauhmana sikap atau perilaku audiens sulit untuk
dirubah).
5. Audience participation : (feed back, partisipasi audiens pada event,
pertanyaan, pengiriman email, telpon, sebagai anggota organisasi, dsb).
Komunikasi efektif dalam Public Relations adalah bagaimana membangun
hubungan yang dapat menyentuh hati orang lain sehingga timbul saling
pengertian, membangkitkan persetujuan dan memotivasi untuk melakukan sesuai
yang diinginkan. Komunikasi ini dapat dilaksanakan melalui aktivitas atau
kegiatan yang bersifat komunikatif dan persuasif. Dengan pesan-pesan yang dapat
memotivasi publiknya secara terus menerus, maka akan timbul penyesuaian dan
penyamaan persepsi dari audiens. Sehingga tujuan dari kegiatan maupun aktivitas
komunikasi yang dilakukakan dapat tercapai.23
23
ibid
27
Oleh karena itu Public Relations juga perlu mengetahui kebutuhan informasi
yang seperti apa yang ingin didapatkan oleh publiknya dari sebuah kegiatan atau
program, karena dengan mengetahui kebutuhan yang sedang dialami, aktivitas
maupun program komunikasi yang diselenggarakan dapat dibuat sedemikian rupa
sehingga tepat sasaran dalam mempengaruhi publiknya sehingga berperilaku
seperti yang dikehendaki.
2.5 Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi merupakan salah satu fungsi komunikasi yang berperan penting
dalam pola tingkah laku seseorang ditengah-tengah masyarakat dan lingkungan
budayanya. Melalui proses sosialisasi, seseorang akan terwarnai cara pikir dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya, dengan demikian, tingkah laku seseorang akan
dapat diramalkan.
“sosialisasi adalah pola-pola mengenai aksi sosial atau aspek-aspek
yang berlaku, yang menanamkan pada individu keterampilanketerampilan (ilmu pengetahuan). Motif-motif dan sikap-sikap yang
perlu untuk menampilkan peranan-peranan yang sekarang atau
tengah antisipasi (dan yang terus berkelanjutan) sepanjang kehidupan
manusia normal, sejauh peranan-peranan baru masih terus
dipelajari”.24
24
Michael Rush & Philip Althoff, Sosialisasi Politik. Rajawali Pers. 1998 hal. 29
28
Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang
individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilainilai dan norma-norma sosial yang terdapat dalam masyarakat agar dapat
diterima oleh masyarakatnya. Sosialisasi dapat juga diartikan sebuah proses
penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari suatu generasi ke
generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Sosialisasi dapat terjadi melalui interaksi sosial secara langsung ataupun tidak
langsung. Proses sosialisasi dapat berlangsung melalui kelompok sosial seperti
keluarga, teman sepermainan dan sekolah, lingkungan kerja, maupun media
massa. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, sosialisasi berarti suatu proses
belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan
masyarakat dilingkungannya. Sosialisasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu
proses sosial yang terjadi bila seorang individu menghayati dan melaksanakan
norma-norma kelompok tempat dia hidup sehingga akan merasa jadi bagian dari
kelompoknya.
Untuk keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi program humas,
maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Tentukan tujuan yang hendak dicapai.
b. Tentukan target.
c. Tentukan ruang lingkup.
29
d. Tentukan jangka waktu.
e. Tentukan publik sasaran.
f. Tentukan tema, topik, atau isu dari kampanye tersebut.
g. Tentukan fasilitas, perlengkapan atau sasaran yang menunjang suatu
kampanye.
h. Pembentukan team work yang solid dan professional.
Proses sosialisasi ini dapat berjalan dengan lancar melalui interaksi sosial,
yaitu hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruhmempengaruhi. Dalam proses pendewasaan manusia berdasarkan pengalaman
sendiri selalu akan terbentuk suatu system perilaku yang ikut ditentukan oleh
watak pribadinya, yaitu bagaimana ia akan memberi reaksi terhadap suatu
pengalaman. Akhirnya sistem perilaku inilah yang akan menentukan dan
membentuk sikap terhadap sesuatu.25
Sosialisasi juga merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota
masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial. Dalam proses tersebut
seorang individu dari masa anak-anak hingga masa dewasa belajar pola-pola
tindakan dalam interaksi dengan individu-individu di sekelilingnya. Sosialisasi
adalah suatu kegiatan yang bertujuan agar pihak yang dididik atau diajak,
kemudian mengikuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dan dianut oleh
25
Maria Assumpta, Dasar-dasar Public Relations Teori dan Praktek. PT. Grasindo. 2002 hal 13-210
30
masyarakat. Tujuan akhir sosialisasi adalah agar masyarakat bertindak sesuai
dengan kaidah-kaidah atau nilai-nilai yang ditawarkan.26
Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa sosialisasi adalah proses
mempelajari norma, peran dan semua persyaratan lain yang diperlukan untuk
memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.
2.5.1 Jenis Sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua : sosialisasi
primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat).
Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi
total, yaitu tempat tinggal, dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi
tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari
masyarakat luas dalamjangka kurun waktu tertentu, bersama-sama
menjalani hidup yang terkurung, dan diatur secara formal.27
a) Sosialisasi Primer
Sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalankan
individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat
(keluarga).Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun
atau saat anak belum masuk ke sekolah.Anak mulai mengenal anggota
26
Soekanto soerjono, Sosiologi suatu pengantar.Jakarta, Raja Grafindo, Jayakarta.hal. 10
Neni Yulianita, Dasar-dasar Public Relations, Bandung: Pusat Penelitian/lembaga penelitian dan
pengembangan masyarakat universitas islam, 2000 hal.93
27
31
keluarga dan lingkungan keluarga. Secara berharap dia mulai mampu
membedakan dirinya dengan orang lain disekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang terdekat dengan anak
menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi
secara terbatas didalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat
ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara
anak dengan anggota keluarga terdekat.
Jenis sosialisasi tersebut diatas kemudian dapat disimpulkan
bahwa sosialisasi tumbuh dan dilakukan pada lingkungan sekitar
dimana kita berada dan berkembang dengan baik pada lingkungan
formal maupun informal.28
b) Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan
setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam
kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah
resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang
diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses
desosialisasi, seseorang mengalami ‘pencabutan’ identitas diri yang
lama.29
28
Neni Yulianita, Dasar-dasar Public Relations, Bandung: Pusat Penelitian/lembaga penelitian dan
pengembangan masyarakat universitas islam, 2000 hal.99
29
Ibid, 104
32
2.5.2 Tipe Sosialisasi
Ada dua tipe sosialisasi yaitu sebagai berikut :
1.
Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi radiasi melalui lembaga-lembaga yang
berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam Negara, seperti
pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
2.
Informal
Sosialisasi tipe terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang
bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota
klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal,
namun hasilnya sangat sulit untuk dipisah-pisahkan, karena individu
biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.
2.6 Pemilihan Umum
Pemilihan umum (Pemilu) merupakan program pemerintah setiap lima tahun
sekali dilaksanakan di seluruh wilayah Negara. Pemilu merupakan implementasi
dari salah satu ciri demokrasi dimana rakyat secara langsung dilibatkan,
diikutsertakan di dalam menentukan arah dan kebijakan politik Negara untuk
lima tahun kedepan.
33
Selanjutnya Pemilu di antaranya dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 1999
tentang Pemilihan Umum dalam bagian menimbang butir a sampai c disebutkan :
1. Bahwa berdasarkan Undang-Undang dasar 1945, Negara Republik
Indonesia adalah Negara yang berkedaulatan rakyat;
2. Bahwa Pemilihan Umum merupakan sarana untuk mewujudkan
kedaulatan
rakyat
dalam
rangka
keikutsertakan
rakyat
dalam
penyelenggaraan pemerintahan Negara;
3. Bahwa Pemilihan Umum bukan hanya bertujuan untuk memilih wakilwakil
rakyat
yang
akan
duduk
dalam
lembaga
Permusyawaratan/Perwakilan, melainkan juga merupakan suatu sarana
untuk mewujudkan penyusunan tata kehidupan Negara yang dijiwai
semangat pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.30
Demikian juga dalam Bab 1 Ketentuan Umum pasal 1 ayat 1 disebutkan
bahwa : “Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. Selanjutnya untuk mendukung ayat-ayat tersebut, dalam
ayat 3 ditegaskan asas untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang melandasi
kewenangan dan tindakan pemerintah suatu Negara, yaitu kehendak rakyat
hendaknya menjadi dasar kewenangan pemerintah; kehendak ini hendaknya
30
Profil KPU
34
dinyatakan di dalam pemilihan-pemilihan sejati dan periodik yang bersifat umum
dengan hak pilih yang sama dan hendaknya diadakan dengan pemungutan suara
rahasia atau melalui prosedur pemungutan suara bebas.
2.6.1 Persiapan Pemilihan Umum Tahun 2014
1.
Pemutakhiran Data Pemilih;
a. Dimulai dengan penerimaan DAK2 dan DP4 dari Kementerian
Dalam Negri, Pemerintah Daerah (Pemda) atau Pemerintah Kota
(Pemkot) melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
b. KPU menyusun Daftar Pemilih dengan menyandingkan Daftar
Pemilih Tetap (DPT) terakhir (Pilgub 2012).
c. Memetakan dan Menyusun TPS (1 TPS maksimal 500 pemilih).
d. Melaksanakan Pemutakhiran Data Pemilih dengan melakukan
Pencocokan dan Penelitian Data Pemilih yang dilaksanakan oleh
petugas PANTARLIH, PPS dan PPK.
e. Menyusun Daftar Pemilih Sementara (DPS), Daftar Pemilih
Sementara Hasil Perbaikan (DPSHP), Daftar Pemilih Sementara
Hasil Perbaikan Akhir (DPSHP Akhir) dan Daftar Pemilih Tetap
(DPT).
2.
Pencalonan Peserta Pemilu
Peserta Pemilihan Umum tahun 2014, terdiri dari :
1.
Partai Politik
35
Untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota dengan Sistem Pemilu Proposional Terbuka.
2.
Peserta Perseorangan
Untuk memilih anggota DPD dengan Sistem Pemilu Distrik
berwakil banyak. Daerah pemilihannya adalah provinsi. Jumlah
kursi setiap provinsi adalah 4 kursi.
3.
Pembagian Kursi dan Penetapan Daerah Pemilihan (DAPIL)
 Jumlah Kursi DAPIL DPR RI di Provinsi DKI JAKARTA

Alokasi kursi setiap DAPIL untuk Pemilu Anggota DPR
adalah : 3-10 kursi.

Provinsi DKI Jakarta jumlah alokasi kursi DPR RI sebanyak
21 kursi. Dibagi dalam 3 Daerah Pemilihan (DAPIL), yaitu :
Tabel 2.1
Jumlah Alokasi Kursi DPR RI
DAERAH
JUMLAH
WILAYAH PEMILIHAN
NO
PEMILIHAN
KURSI
1
DKI JAKARTA 1
Jakarta Timur
2
DKI JAKARTA 2
Jakarta Selatan, Jakarta Pusat,
6
7
dan Luar Negeri
3
DKI JAKARTA 3
Jakarta Barat, Jakarta Utara dan
8
Kepulauan Seribu
JUMLAH
21
36
 Jumlah Kursi dan DAPIL DPRD PROVINSI DKI JAKARTA

Alokasi Kursi setiap DAPIL untuk Pemilu Anggota DPRD
adalah : 3-12 kursi

Jumlah alokasi kursi DPRD Provinsi DKI Jakarta sebanyak
125% sesuai dengan UU No. 29 tahun 2007 sehingga
jumlahnya menjadi 106 kursi dengan 10 Daerah Pemilihan,
yaitu :
Tabel 2.2
Jumlah Alokasi Kursi DPRD
DAERAH
JUMLAH
WILAYAH PEMILIHAN
NO
PEMILIHAN
KURSI
1
DKI Jakarta 1
Jakarta Pusat
12
2
DKI Jakarta 2
Jakarta Utara “A” (Tanjung Duren,
9
Pademangan dan Penjaringan)
3
DKI Jakarta 3
Jakarta Utara “B” (Cilincing, Koja,
9
Kelapa Gading, dan Kepulauan
Seribu)
4
DKI Jakarta 4
Jakarta Timur “A” (Matraman, Pulo
10
Gadung, Cakung)
5
DKI Jakarta 5
Jakarta Timur “B” (Jatinegara,
Duren Sawit, Keramat Jati)
10
37
6
DKI Jakarta 6
Jakarta Timur “C” (Pasar Rebo,
10
Makassar, Ciracas, Cipayung)
7
DKI Jakarta 7
Jakarta Selatan “A” (Setia Budi,
Kebayoran
Lama,
12
Cilandak,
Kebayoran Baru, Pesanggrahan)
8
DKI Jakarta 8
Jakarta
Selatan
“B”
(
Tebet,
10
Mampang Prapatan, Pasar Minggu,
Pancoran, Jagakarsa)
9
DKI Jakarta 9
Jakarta Barat “A” (Cengkareng,
12
Tambora, Kalideres)
10
DKI Jakarta 10
Jakarta
Barat
“B”
(Grogol
Petamburan,
Taman
Sari,
Kembangan,
Palmerah,
Kebon
12
Jeruk)
JUMLAH
4.
106
Pencalonan Anggota DPR, DPD, dan DPRD
Syarat Pencalonan Anggota DPR, DPD dan DPRD :
a. WNI, berumur 21 tahun atau lebih
b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c. Bertempat tinggal di wilayah NKRI
d. Cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam Bahasa Indonesia
38
e. Berpendidikan paling rendah SMA atau pendidikan lain yang
sederajat
f. Setia kepada Pancasila dan UUD tahun 1945, dan cita-cita
Proklamasi 17 tahun Agustus 1945
g. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pindana yang diancam dengan pidana penjara 5
tahun atau lebih
h. Sehat jasmani dan rohani
i. Terdaftar sebagai pemilih
j. Bekerja penuh waktu
k. Mengundurkan diri sebagai kepada daerah, wakil kepala daerah,
Pegawai Negeri Sipil (PNS), anggota TNI, POLRI, Direksi
Komisaris, dewa pengawas dan karyawan pada BUMN/D atau
badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan Negara,
yang dinyatakan dengan surat pengunduran diri yang tidak dapat
ditarik kembali.
l. Mencalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan
m. Mencalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan
n. Mendapat dukungan minimal dari pemilih di daerah pemilihan
yang bersangkutan.
39
5.
Kampanye
Kampanye adalah kegiatan peserta pemilihan umum (Pemilu) untuk
meyakinkan para pemilih dengan manawarkan visi, misi dan program
peserta pemilu.
Metode Kampanye :
a. Pertemuan Terbatas
Dilakukan di dalam ruangan tertutup (maksimal 1000 orang untuk
tingkat pusat, 500 orang tingkat provinsi dan 250 orang untuk
tingkat Kabupaten/Kota).
b. Pertemuan Tatap Muka
Bisa dilakukan di dalam ruang dengan maksimal peserta 250 orang
dan bisa dilaksanakan di luar ruang, dilakukan dengan cara
Kampanye Dialogis.
c. Penyebaran bahan Kampanye Pemilu kepada umum
Dapat berupa kartu nama, selembaran, pulpen, blocknote, topi,
kaos, payung, kalender dengan mencantumkan pesan atau materi
kampanye.
d. Pemasangan alat peraga di tempat umum
Tidak ditempatkan di Rumah Ibadah, Rumas Sakit, Gedung milik
Pemerintah, Gedung sekolah, Jalan-jalan protokol dan jalan Bebas
hambatan.
40
6.
Masa Tenang
Masa tenang meliputi, pembersihan alat peraga kampanye, termasuk di
lokasi sekitar Tempat Pemungutan Suara/TPS (kurang lebih 200
meter). Selama masa tenang pelaksana, peserta dan/atau petugas
kampanye pemilu dilarang menjanjikan atau memberikan imbalan
kepada pemilih untuk :
1) Tidak menggunakan hak pilihnya.
2) Menggunakan hak pilihnya dengan memilih peserta pemilu dengan
cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah.
3) Memilih partai politik peserta pemilu tertentu.
4) Memilih calon anggota DPD tertentu.
7.
Pemungutan dan Penghitungan Suara
a.
Pemungutan suara pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD Provinsi
dan DPRD Kabupaten/Kota dilakukan pada Hari Rabu, 9 April
2014.
b.
Surat suara dinyatakan Sah apabila di COBLOS tanda gambar
atau nomor Parta Politik atau nomor dan nama Calon Legislatif
dalam satu bingkai.
c.
Rekapitulasi Hasil Pemungutan dan Penghitungan Suara dilakukan
secara berjenjang mulai dari PPS (Kelurahan), PPK (Kecamatan)
hingga KPU (Kabupaten/Kota/Provinsi dan RI).
41
8.
Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilu
a.
Perolehan kursi Partai Politik peserta Pemilu untuk anggota DPR
ditetapkan oleh KPU.
b.
Perolehan kursi Partai Politik peserta Pemilu untuk anggota DPRD
provinsi ditetapkan KPU Provinsi.
c.
Perolehan kursi Partai Politik peserta Pemilu untuk anggota DPRD
Kabupaten/Kota ditetapkan oleh KPU Kabupaten/Kota.
d.
Penentuan perolehan jumlah kursi anggota DPR, DPRD provinsi
dan DPRD Kabupaten/Kota Partai Politik peserta Pemilu
didasarkan atas hasil penghitungan seluruh suara Sah dari setiap
Partai Politik peserta pemilu yang kemudian ditetapkan angka
BPP DPR, BPP DPRD Provinsi dan BPP DPRD Kabupaten/Kota.
Download