Perempuan dengan HIV yang mati haid memiliki

advertisement
Perempuan dengan HIV yang mati haid memiliki risiko tinggi
patah tulang
Oleh: ScienceDaily, 7 Januari 2010
Menurut sebuah studi baru yang diterima untuk dipublikasikan dalam The Endocrine Society’s Journal of
Clinical Endocrinology & Metabolism (JCEM), perempuan dengan HIV yang sudah mati haid memiliki
prevalensi tinggi kepadatan mineral tulang dan regenerasi tulang yang lebih rendah, menempatkan
mereka berisiko tinggi untuk patah tulang di masa depan.
“Karena semakin banyak orang dengan HIV hidup lebih lama dengan terapi antiretroviral (ART),
komplikasi metabolisme seperti rendahnya kepadatan tulang dan osteoporosis terlihat lebih meningkat,”
kata Michael Yin, dokter dari Columbia University Medical Center di New York dan penulis utama studi
tersebut. “Meskipun jumlah perempuan dengan HIV yang sudah mati haid meningkat dan memiliki
risiko yang paling tinggi untuk patah tulang, hanya ada sedikit studi yang mengevaluasi status tulang
pada kelompok ini. Kami berhipotesis bahwa perempuan pada masa mati haid mungkin sangat rentan
terhadap efek samping dari infeksi HIV atau ART terhadap tulang dan hasil kami menunjukkan bahwa
hal ini memang terjadi.
Untuk menguji hipotesis mereka, Yin dan rekan-rekannya memprakarsai sebuah studi longitudinal untuk
menilai kesehatan tulang pada 92 perempuan dengan HIV dan 95 perempuan HIV negatif pada masa
mati haid. Kepadatan tulang belakang, pangkal paha dan pinggul serta komposisi tubuh dinilai dengan
dual x-ray absorptiometry (DXA). Peneliti menemukan bahwa perempuan dengan HIV pada masa mati
haid memiliki kepadatan tulang yang lebih rendah pada tulang belakang dan pinggul dibandingkan pada
perempuan HIV negatif pada masa mati haid.
“Infeksi HIV secara independen terkait dengan kepadatan mineral tulang yang lebih rendah setelah
disesuaikan dengan indeks massa tubuh dan faktor risiko osteoporosis tradisional,” kata Yin. “Sementara
alasan untuk keropos tulang terkait HIV masih belum jelas, hal itu mungkin berkait dengan peningkatan
kadar sitokin (protein yang diproduksi oleh sel yang membantu komunikasi antar sel), efek langsung
ART pada sel tulang atau kekurangan hormon atau nutrisi umum pada orang dengan HIV.
“Estrogen melindungi terhadap efek sitokin pada resorpsi tulang,” kata Yin. “Oleh karena itu, jika
perempuan dengan HIV kekurangan estrogen selama masa mati haid, mereka mungkin berada pada
risiko yang lebih tinggi untuk keropos tulang dan patah tulang.”
Peneliti lain yang bekerja pada studi termasuk Don McMahon, Chiyuan Zhang, Aimee Shu, Ronald
Staron, Ivelisse Colon, Jay Dobkin, Scott Hammer dan Elizabeth Shane dari Columbia University
Medical Center di New York, NY; David Ferris dari Bronx-Lebanon Hospital Center di NY; dan Jeffrey
Laurence dari Weill Cornell Medical College di New York, NY
Artikel “Low bone mass and high bone turnover in postmenopausal HIV-infected women,”akan terbit
pada JCEM edisi Februari 2010.
Artikel asli: HIV-Infected Postmenopausal Women at High Risk for Bone Fractures
Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/
Download