BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Pada musim hujan, struktur bangunan di Indonesia, seperti bangunan struktur jalan raya (jenis flexible), akan mengalami kerusakan pada lapisan-lapisannya. Tentu hal ini akan berdampak buruk bagi pengguna jalan, bahkan dapat menyebabkan kecelakaan tentu hal ini mengakibatkan laju ekonomi terhambat. Seiring berkembangnya zaman, berbanding lurus dengan perkembangan teknologi yang sudah semakin maju. Di era globalisasi ini, sangat mudah bagi orang-orang untuk mencari ilmu yang dibutuhkan di media sosial seperti di ingternet dan sesuai dengan bidangnya. Untuk kasus sederhana, seperti kerusakan jalan raya dan banjir, dapat diatasi dan dicegah dengan mengaplikasikan ilmu-ilmu yang sudah dipelajari di Jurusan Teknik Sipil secara kompeten, optimal, dan didukung penuh oleh Pemerintah terkait. Aspal adalah salah satu komponen yang digunakan pada struktur bangunan Jalan Raya. Namun, sifat aspal yang lemah terhadap air, memunculkan suatu kesimpulan bahwa aspal bukanlah unsur yang terbaik untuk komponen bangunan Jalan Raya. Saat terjadi hujan, air akan menggenangi permukaan jalan beraspal, sehingga struktur Jalan raya akan mudah dirusak saat beban-beban bekerja. Peristiwa ini menyimpulkan bahwa air mampu merusak kemampuan aspal untuk mengikat agregat. Menghadapi masalah ini dikembangkanlah suatu teknologi terbaru pada beton yang dikenal dengan Teknologi Pervious Concrete. Teknologi ini sudah ada sejak lama, yaitu sekitar abad ke 17, namun teknologi ini dikembangkan pada abad ke 20. Pervious concrete disebut juga dengan No fines concrete 1 Universitas Sumatera Utara atau nama lainnya yaitu beton non pasir merupakan bentuk sederhana dari jenis beton ringan, yang dalam pembuatannya tidak menggunakan agregat halus (pasir). Tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan beton yang berpori sehingga beratnya berkurang (Ir. Kardiyono Tjokrodimulyo, 2009). Pervious concrete adalah beton yang dibentuk dari campuran semen, agregat kasar, air dengan bahan tambah atau admixture. Beton ini dibuat dengan menggunakan sedikit agregat halus atau bahkan menghilangkan penggunaan aggregat (Van Midde & Son Concrete, 2009). Teknologi ini menghasilkan suatu beton yang mampu mengalirkan air yang ada di permukaannya langsung ke lapisan di bawahnya, karena strukturnya memiliki pori–pori diantara ikatan agregat-agregatnya. Jenis beton ini sudah populer di Eropa pada tahun 1920 dan diakui keekonomisannya oleh U.S. Environmental Protection Agency (EPA) untuk pengendalian kadar polusi dan minimalis biaya. Jika dibandingkan saat membangun struktur bangunan jalan raya dengan bahan aspal, kita juga harus membangun drainase untuk tempat mengalirnya air sehingga air tidak akan menggenangi aspal. Tetapi ketika digunakan beton pervious, pada kasus ini, tahap pembangunan drainase tidak perlu dilakukan, karena air akan mengalir langsung ke pori-pori beton dan akan langsung menuju ke tanah, sehingga tidak akan terjadi genangan di permukaan jalan raya. Selain itu, dari sisi hidrologi, hal ini bermanfaat untuk menyuplai cadangan air di dalam tanah saat terjadinya musim hujan, sehingga dapat menghidupi organisme yang berada di sekitar jalan dan ketersediaan air untuk dikonsumsi masyarakat. Gambar 1.1 Beton Pervious (Sumber: kompasiana.com) 2 Universitas Sumatera Utara Jika dilihat dari komposisinya, beton pervious memiliki semen, agregat kasar, air dan sedikit pasir untuk penambahan kekuatan. Persentase air semen yaitu berkisar antara rasio 0.28 – 0.40 dengan kadar rongga 15 – 40%. Jumlah air yang dipakai pada pembuatan beton ini perlu diperhatikan, karena semakin sedikit air akan meningkatkan kekuatan beton, tetapi dapat menyebabkan kegagalan pada permukaannya. Beton ini memiliki kekuatan 600 pon per inci persegi (4.100 kPa) sampai 1.500 pon per inci persegi (10.000 kPa). Pada penelitian ini, beton ini akan diuji kekuatannya untuk bangunan non struktural seperti area untuk pejalan kaki (mutu beton C SNI 03-0691-1989), dengan kekuatan berat K180,72 atau fc’ 15 MPa dan kecepatan infiltrasinya. Pada bahan beton ini, akan dicoba dengan memanfaatkan agregat daur ulang ( sisa-sisa beton hasil pengujian) dengan persentase 100% terhadap nilai agregat kasar. 1.2 Permasalahan Rumusan masalah merupakan sebuah langkah untuk membatasi masalah yang akan diteliti sedangkan masalah adalah pokok dasar dari kegiatan peelitian. Berdasarkan latar belakang di atas diperoleh perumusan masalah, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaruh penggunaan aggregat daur ulang pada kuat tekan pada beton pervious? 2. Apakah nilai kuat tekan dari penggunaan agregat daur ulang pada beton pervious memenuhi standard acuan untuk bangunan non struktural (pejalan kaki) dengan mutu beton C (SNI 03-0691-1996)? 3. Berapakah nilai kecepatan infiltrasi dari beton pervious yang menggunakan aggregat daur ulang? 3 Universitas Sumatera Utara 1.3 Pembatasan Masalah Dalam melakukan penelitian ini terdapat banyak parameter yang berkaitan dan oleh karena itu dilakukan batasan masalah untuk penelitian ini. Adapun batasan masalah tersebut antara lain: 1. Material agregat kasar yang digunakan diperoleh dari beton-beton hasil pengujian laboratorium beton yang dihancurkan kemudian disaring. 2. Mutu rencana Fc’ = 15 MPa. 3. Ukuran agregat daur ulang yang digunakan yaitu lolos saringan no. 2 inc(50 mm); no. 1,5 inc(37,5 mm); no. ¾ inc(19 mm); no. 3/8 inc(9,5 mm), no. 4(4,75 mm) 4. Komposisi yang digunakan terdiri dari semen, agregat kasar daur ulang, air, dan retarder. 5. Perancangan campuran bahan penyusun silinder beton dan pelat beton dengan perbandingan 1 : 4 semen terhadap agregat kasar dan 0,06 % retarder dari semen. 6. Pengujian keausan agregat kasar daur ulang dan pengujian secara visual. 7. Pengujian kuat tekan beton pervious dengan menggunakan benda uji beton (silinder) dan pengujian daya serap beton pervious dengan menggunakan benda uji beton (pelat). 8. Standar pengujian mengacu pada SNI 03-6805-2002, SNI 03-2417-1991, SNI 030691-1996 dan ASTM C 1701. 4 Universitas Sumatera Utara Tabel 1.1 Dimensi Agregat Daur Ulang untuk Pengujian Kuat Tekan Beton NO Variasi Benda Uji Pengujian Kuat Tekan d15 cm x 30 cm 1 Gradasi Recycle 50 mm 3 2 Gradasi Recycle 37,5 mm 3 3 Gradasi Recycle 19 mm 3 4 Gradasi Recycle 9,5 mm 3 5 Gradasi Recyle 4,75 mm 3 Jumlah : 15 30 cm 15 cm Gambar 1.2 Bentuk Benda Uji Beton Pervious (Silinder) Tabel 1.2 Dimensi Agregat Daur Ulang untuk Pengujian Kecepatan Infiltrasi NO Variasi Benda Uji Dimensi Jumlah 1 Gradasi Recycle 50 mm 50x50x10 1 2 Gradasi Recycle 37,5 mm 80x80x8 1 5 Universitas Sumatera Utara 3 Gradasi Recycle 19 mm 80x80x10 1 4 Gradasi Recycle 9,5 mm 80x80x8 1 5 Gradasi Recyle 4,75 mm 40x40x8 1 Jumlah : 5 Buah Gambar 1.3 Bentuk Benda Uji Beton Pervious (Plat) 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui kuat tekan pada beton pervious dengan menggunakan agregat daur ulang. 2. Mengetahui nilai kuat tekan dari penggunaan agregat daur ulang pada beton pervious memenuhi standard acuan untuk bangunan non struktural (pejalan kaki) dengan mutu beton C. 3. Mengetahui nilai kecepatan infiltrasi beton pervious yang dibuat dengan menggunakan agregat daur ulang. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu antara lain : a. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi mengenai perencanaan dan pembangunan bangunan beton non struktural. b. Memberikan wacana dalam aplikasi ilmu pengetahuan khususnya di bidang rekayasa material dan bahan bangunan. 6 Universitas Sumatera Utara c. Memberikan gagasan dan bahan pertimbangan pada pihak terkait mengenai penggunaan material limbah. d. Mengetahui penggunaan aggregat daur ulang pada kuat tekan beton pervious dan daya infiltrasi beton pervious. e. Memperkenalkan jenis beton ramah lingkungan. 1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penulisan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Pada bab ini, mencakup latar belakang penelitian, pendahuluan, perumusan masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan penelitian, tempat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Dasar Teori Bab ini berisikan mencakup dasar-dasar teori yang digunakan dalam penelitian. BAB III Metode Penelitian Pada bab ini, dideskripsikan tahapan atau prosedur percobaan yang meliputi pendahuluan, sistematika penelitian, peralatan, pembuatan benda uji, dan pengujian. BAB IV Hasil dan Pembahasan Bab ini membahas hasil dari kuat tekan dan analisa dari data yang diperoleh. BAB VI Kesimpulan dan Saran Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran dari penulis dari hasil penelitian. 7 Universitas Sumatera Utara