64 INFOKAM Nomor II / Th. IX/ September / 14 PROGRAM INTERAKSI DAN INTEGRASI DENGAN STRATEGI BAURAN PEMASARAN UNTUK MENJAGA KEBERLANGSUNGAN/EKSISTENSI PADA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN Oleh: Alex Sujanto (Dosen AMIK JTC Semarang) Abstrak Dalam menjaga keberlangsungan dan eksistensi lembaga kursus dan pelatihan maka pengelola kursus harus dapat melakukan interaksi dan integrasi dengan strategi bauran pemasaran, strategi Marketing ini terdiri dari 7 macam atau (Mix-7P) yaitu: Product, Price, Promotion, Place, Personal Traits, Proses, dan Physical Evidence. Artinya adalah bahwa produk atau program yang di miliki lembaga kursus dan pelatihan harus yang banyak diminati oleh masyarakat, tempatnya atau lokasi kursus yang strategis, harganya program kursus bisa dijangkau oleh masyarakat, selalu dilakukan promosi secara terus menerus/continyu, memiliki pengelola atau karyawan yang berkinerja tinggi, komitmen melaksanakan job dengan baik, prosesnya dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada pelanggan dan calon pelanggan, dan lembaga kursus hendaknya memiliki ruangan yang nyaman, asri, fisik gedung yang megah sehingga ini merupakan langkah yang tepat untuk mengembangkan lembaga kursus dan pelatihan dalam meningkatkan jumlah peserta didik, sehingga mampu menjaga keberlangsungan lembaga kursus dan pelatihan dalam memberikan pelayanan pada masyarakat. Kata Kunci : Interaksi, integrasi, strategi bauran Pemasaran, marketing mix-7P, yaitu: Product, Price, Promotion, Place, personal Traits, Process, Dan Physical Evidence Abstract In keeping with the survival and existence of institutions and training courses, the course manager should be able to do with the interaction and integration of marketing mix strategies, marketing strategy consists of 7 different or (Mix-7P) are: Product, Price, Promotion, Place, Personal Traits, Process , and Physical Evidence. What this means is that a product or program that is owned institutions and training courses to be that much in demand by the public, or the location where the course is located, the price of courses are accessible to the public, have always done continuous promotion / continyu, have managers or employees performing high, with a commitment to carry out a good job, the process by providing the best possible service to customers and prospective customers, and institute courses should have a room that is comfortable, beautiful, magnificent physical building so this is the right step to develop courses and training institutions in increase the number of students, so as to maintain the continuity of the courses and training in providing services to the community. Keywords: Interaction, integration, marketing mix strategies, marketing mix-7P, namely: Product, Price, Promotion, Place, Personal Traits, Process, and Physical Evidence 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan persaingan pasar yang sangat ketat saat ini, memberikan dampak sosial bagi masyarakat maupun para pelaku usaha dari berbagai sektor usaha. Semuanya di harapkan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan pada perubahan jaman. Belum lagi pengangguran semakin meningkat dari tahun ke tahun, baik dari masyarakat kurang mampu, anak-anak putus sekolah, anak-anak yang tidak mempunyai kompetensi untuk bisa mandiri maupun dari kelompok yang terdidik dari mulai SD sampai dengan perguruan tinggi. Bagi lulusan sekolah formal sebenarnya bisa memanfaatkan lembaga kursus dan pelatihan (LKP) untuk menambah kompetensi, demikian juga kelompok masyarakat yang tidak belajar di pendidikan formal bisa memanfaatkan LKP sebagai tempat menimba ilmu dengan mengikuti kursus sesuai dengan keinginannya/keterampilan INFOKAM Nomor II/Th. X/September/14 65 yang di ikuti untuk mempersiapkan diri hidup mandiri dengan bekerja atau berwiraswata sendiri. Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Pembinaan Kursus Dan Kelembagaan pertahun 2012 terdapat 15.836 lembaga kursus seluruh Indonesia. Dan sebanyak 3000 LKP telah mengikuti evaluasi kinerja dari jumlah tersebut di kota Semarang (tahun 20141) ada sekitar 202 LKP, dengan angka aktif sekitar 70% atau sekitar 141 lembaga. Pada tahun 2013, kata Gunawan (kadisnakertran), angka pengangguran di Kota Semarang terus ditekan hingga menyusut di angka 8,89 persen, melalui berbagai upaya, seperti penyelenggaraan bursa kerja. Dilihat dari jumlah riil pengangguran di Kota Semarang, kata dia, juga mengalami penurunan, seperti pada tahun 2012 yang tercatat sebanyak 80 ribu pengangguran, pada tahun 2013 hanya 77 ribu pengangguran (antara-jateng.com Rabu, 23 April 2014). Dari data itu menjadi peluang bagi LKP untuk memberikan ketrampilan kepada para pengangguran, dan menjadi sumber keberlangsungan bagi LKP khususnya di kota Semarang. Kenyataan yang ada justru LKP keberlangsunganya tidak maksimal, dan bahkan masyarakat masih memandang sebelah mata terhadap lembaga kursus. Dan dari perkembangannya LKP banyak yang kurang kredible bahkan ada istilah buka tutup, buka saat LKP itu mendapatkan blockgrand dari pemerintah baik program kecakapan hidup maupun program kewirausahaan masyarakat maupun LKP tutup saat tidak mendapat dana dari pemerintah. Bahkan dengan akan diperlakukan MEA, AFTA, tahun 2015 semua sektor akan bersaing dengan negara Asean maka jika lembaga kursus dalam negeri ini tidak segera menemukan terobosan memenangkan sistem pemasaran yang kuat dan diimbangi perbaikan sistem pengelolaan LKP maka dikhawatirkan LKP kian teracam dan mati atau tutup. Selama ini LKP Sinar Nusantara telah melakukan berbagai pendekatan promosi kepada calon peserta didik antara lain, penitipan brosur, pemasangan leflet, pemasangan spanduk, penanyangan iklan di radio, media koran. Tetapi berbagai program diatas tidak cukup kedepannya, maka dari latar belakang tersebut LKP Sinar Nusantara mengembangkan strategi pemasaran melalui: “Program Interaksi dan Integrasi dengan Strategi Bauran Pemasaran untuk Menjaga Keberlangsungan Lembaga Kursus dan Pelatihan Sinar Nusantara Semarang (program mekanik sepeda motor dan stir mobil)”. 1.2 Rumusan Masalah. Dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam karya ilmiah ini yang akan di kaji adalah; “Bagaimana mengembangkan program interaksi dan integrasi dengan strategi bauran pemasaran untuk menjaga keberlangsungan lembaga Kursus dan Pelatihan Sinar Nusantara Semarang?” 2. PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Interaksi dan Integrasi Dalam bukunya Drs. Soetomo istilah Interaksi adalah suatu hubungan timbal balik antara orang satu dengan orang lainnya. Di dalam ilmu sosiologi interaksi selalu dikaitkan dengan istilah sosial yaitu hubungan timbal balik atau aksi dan reaksi diantara orangorang, yang mana interaksi sosial tidak memperdulikan hubungan tersebut bersifat bersahabat atau bermusuhan, formal atau informal, apakah dilakukan berhadapan muka secara langsung atau melalui komunikasi yang tidak berhadapan secara langsung. Interaksi adalah adanya kontak dan komunikasi diantara orang-orang itu. (:http://id.shvoong.com/sosial-sciences/education/2261194-pengertian-interaksi /#ixzz1t1fDNtat, Selasa, 5 oktober 2014). Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Definisi lain mengenai Integrasi adalah suatu keadaan dimana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap konformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu : 66 INFOKAM Nomor II / Th. IX/ September / 14 a. Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu. b. Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu. Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut : Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian anggota besar masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar). Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda ( cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial. Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial. (:http://id.wikipedia.org/wiki/integrasi_sosial Selasa,5 oktober 2014). Jadi dari pendapat di atas yang dimaksud dengan Integrasi di sini adalah secara keseluruhan dari suatu keadaan dimana antara kelompok saling menyesuaikan atau saling ketergantungan untuk melaksanakan kegiatan bersama dengan tidak meninggalkan nilainilai atau norma/pranata sosial sehingga terbentuk keserasian fungsi/manfaat dengan berbagai pihak yang terlibat. Sedangkan yang dimaksud dengan Interaksi adalah suatu hubungan timbal balik antara orang satu dengan orang lainnya, dengan kesepakatan bersama. 2.2 Pengertian Strategi Kata strategi berasal dari bahasa Yunani “strategia” yang diartikan sebagai “the art of the general” atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau mencapai tujuan. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan (ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya dan hankam) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Markus Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. http://carapedia.com /pengertian _definisi_ strategi_info2036.html); Selasa, 24 April 2012. Jenis-jenis strategi adalah sebagai berikut : 1. Strategi Integrasi Integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi horisontal kadang semuanya disebut sebagai integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para distributor, pemasok, dan atau pesaing. 2. Strategi Intensif Penetrasi pasar, dan pengembangan produk kadang disebut sebagai strategi intensif karena semuanya memerlukan usaha-usaha intensif jika posisi persaingan perusahaan dengan produk yang ada hendak ditingkatkan. 3. Strategi Diversifikasi Terdapat tiga jenis srategi diversifikasi, yaitu diiversifikasi konsentrik, horisontal, dan konglomerat. Menambah produk atau jasa baru, namun masih terkait biasanya disebut diversifikasi konsentrik. Menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait untuk pelanggan yang sudah ada disebut diversifikasi horisontal. Menambah produk atau jasa baru yang tidak disebut diversifiaksi konglomerat. 4. Strategi Defensif Disamping strategi integrative, intensif, dan diversifikasi, organisasi juga dapat menjalankan strategi rasionalisasi biaya, divestasi, atau likuidasi. Rasionalisasi biaya, terjadi ketika suatu organisasi melakukan restrukturisasi melalui penghematan biaya INFOKAM Nomor II/Th. X/September/14 67 dan aset untuk meningkatkan kembali penjualan dan laba yang sedang menurun. Kadang disebut sebagai strategi berbalik (turnaround) atau reorganisasi, rasionalisasi biaya dirancang untuk memperkuat kompetensi pembeda dasar organisasi. Jadi yang dimaksud strategi di sini adalah suatu cara yang direncanakan pimpinan, untuk mencapai tujuan jangka panjang organisasi disertai dengan upaya atau cara supaya tujuan tercapai dengan mengendalikan unsur-unsur yang ada di dalamnya. 2.3 Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) a. Konsep Dasar LKP Dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 Undang-undang Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, dijelaskan bahwa Kursus dan Pelatihan adalah bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standar kompetensi, pengembangan sikap kewirausahaan serta pengembangan kepribadian profesional. Lembaga Kursus dan Pelatihan adalah salah satu bentuk satuan Pendidikan Nonformal yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan program Kursus dan Pelatihan adalah jenis keterampilan yang di selenggarakan satuan pendidikan PNF dalam hal ini lembaga Kursus dan Pelatihan atau satuan pendidikan lain. Dalam setiap lembaga Kursus dan Pelatihan dapat terdiri dari satu atau lebih program Kursus dan Pelatihan (Ali, 2010: 2). Kursus dan Pelatihan dikembangkan melalui sertifikasi dan akreditasi yang bertaraf Nasional dan Internasional. (Penjelasan UU No. 20/2003 pasal 26 ayat (5). Ciri-ciri kursus : (a) Isi dan tujuan pendidikannya selalu berorientasi langsung pada hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat untuk mengembangkan minat dan bakat, pekerjaan, profesi, usaha mandiri, karier, mempersiapkan diri di masa depan, memperkuat kegiatan pendidikan dan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi; (b) Metode penyajian yang digunakan sesuai dengan kondisi peserta didik dan situasi setempat; (c) Program dan isi pendidikannya berkaitan dengan pengetahuan keterampilan fungsional, keprofesian yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat untuk pembentukan dan pengembangan pribadi, dan untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja, serta untuk persiapan memasuki masa depan; (d) Usia peserta didik tidak dibatasi atau tidak perlu sama pada suatu jenis atau jenjang pendidikan; (e) Jenis kelamin peserta didik tidak dibedakan untuk suatu jenis dan jenjang pendidikan, kecuali bila kemampuan fisik, mental, tradisi atau sikapnya dan lingkungan sosial tidak mengijinkan; (f) Dalam penerimaan peserta didik bersifat terbuka, fleksibel, dan langsung; (g) Jumlah peserta didik dalam satu kelas disesuaikan dengan kebutuhan proses belajar mengajar yang efektif; (h) Syarat dan rasio minimal fasilitas atau tenaga pendidik/instruktur, disesuaikan dengan jenis dan tingkat kursus; (i) Dapat diberikan secara lisan, tertulis, atau dalam tayangan audio visual; (j) Hasil pendidikannya langsung dapat dimanfaatkan di dalam kehidupan sehari-hari; (k) Dapat diikuti oleh setiap orang yang merasa perlu (Gravitasi, 2012: 3). Dalam Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5: Kursus dan Pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sejalan dengan Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5, maka Kursus dan Pelatihan diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, kepada masyarakat yang membutuhkan. Kursus diselenggarakan bagi peserta didik masyarakat yang usianya tidak dibatasi, tidak dibedakan jenis kelaminnya, dan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan 68 INFOKAM Nomor II / Th. IX/ September / 14 proses belajar yang efektif, yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, danatau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Alasan masyarakat mengikuti Kursus dan Pelatihan yaitu ingin memperoleh pendidikan berkelanjutan yang dapat ditempuh dalam waktu singkat serta hasilnya dapat langsung dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk: (1) mengembangkan minat dan bakat; (2) mencari pekerjaan; (3) mengembangkan profesi; (4) berusaha mandiri (wiraswasta); (5) pengembangan karier; (6) memperkuat kegiatan pendidikan dan (7) dapat juga untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Pada dasarnya penyelenggara Kursus dan Pelatihan adalah seluruh masyarakat yang berminat untuk menyelenggarakan Kursus dan Pelatihan, baik secara perorangan maupun kelompok, sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan (memperoleh izin dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat). Sampai saat ini tercacat sebanyak 224 jenis keterampilan. Dari 224 jenis keterampilan tersebut, sudah dibakukan menjadi 66 jenis keterampilan. b. Dasar Pendirian dan Perizinan LKP Dasar pendirian LKP adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 62 tentang pendirian satuan pendidikan. Ayat (1) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal yang didirikan wajib memperoleh izin Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Ayat (2) Syarat-syarat untuk memperoleh izin meliputi isi pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan pendidikan, system evaluasi dan sertifikasi serta manajemen dan proses pendidikan. Pasal 50 tentang Pengelolaan Pendidikan Ayat (3) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf Internasional. Perizinan adalah suatu ketetapan Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan pada tingkat Kabupaten/Kota untuk memberikan legalitas atau pengakuan dan persetujuan resmi atas status penyelenggaraan Kursus dan Pelatihan dalam melaksanakan programnya. Pengaturan perizinan lembaga kursus dilakukan dengan tujuan: a. Memudahkan Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam mengadakan pembinaan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan penilaian, dan evaluasi, serta pengawasan secara tertib, teratur dan terarah terhadap setiap jenis Kursus dan Pelatihan; b. Memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan yang serasi dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan masyarakat, dunia usaha dan dunia industri; c. Mengarahkan, menyerasikan, dan mengembangkan program pendidikan nonformal guna menunjang suksesnya program pembangunan; d. Melindungi lembaga kursus dan pelatihan dari tindakan di luar peraturan perundang-undangan yang berlaku; e. Melindungi warga masyarakat dari penyalahgunaan penyelenggararaan Kursus dan Pelatihan yang mengakibatkan kerugian; f. Memberikan tanggung jawab hukum kepada lembaga Kursus dan Pelatihan. Masyarakat yang berminat untuk menyelenggarakan LKP dapat mengajukan proposal pendirian LKP secara lengkap dengan melampirkan bukti-bukti fisik sesuai persyaratan yang ditetapkan ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat, u.p. Subdin yangmenangani Pendidikan Luar Sekolah. Persyaratan pendirian LKP adalah: a. Bukti diri berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP), bukti lainnya yang berlaku; b. Bukti kepemilikan/sewa tempat; c. Data kapasitas daya tampung peserta didik; d. Rencana pembiayaan untuk penyelenggaraan Kursus dan Pelatihan paling sedikit untuk 1 (satu) tahun ke depan; INFOKAM Nomor II/Th. X/September/14 69 e. Data sarana dan prasarana yang dimiliki termasuk status gedung yang digunakan untuk penyelenggaraan Kursus dan Pelatihan; f. Rencana program yang akan diselenggarakan paling sedikit 1 (satu) jenis; g. Akta notaris pendirian badan hukum; h. Struktur Organisasi pengelola Lembaga (pendidik dan tenaga kependidikan); i. Riwayat hidup penyelenggara atau anggota pengurus badan hukum yang menyelenggarakan program kursus 2.4 Lembaga Kursus Sebagai Organisasi Jasa Sebagai lembaga pendidikan, lembaga kursus dapat dipandang sebagai suatu proses produksi, karena itu dapat diasumsikan sebagai industri jasa. Secara umum terasumsi bahwa produk dari sekolah adalah lulusannya, namun produk pendidikan berbentuk jasa layanan pendidikan yang diberikan oleh pihak pengelola pendidikan kepada pihak yang menerima pelayanan tersebut secara langsung, sesuai dengan standar mutu tertentu. Menurut Kotler (1997:428) jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud (intangible) dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Stanton (1996:529) menyatakan produk pendidikan adalah kegiatan yang dapat diidentifikasi secara sendiri, yang pada hakekatnya bersifat tak berwujud, yang merupakan pemenuhan kebutuhan, dan tidak harus terikat pada penjualan produk atau jasa lain. Lebih lanjut dinyatakan bahwa jasa memiliki empat karakteristik yaitu: maya atau tidak teraba (intagibility), tak terpisah (inseparability), heteroginitas, cepat hilang (perishability) dan permintaan yang berfluktuasi. Lembaga kursus dan pelatihan sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan pada jalur pendidikan non formal mempunyai kaitan yang sangat erat dengan jalur pendidikan formal. Selain memberikan kesempatan bagi peserta didik yang ingin mengembangkan keterampilannya pada jenis pendidikan tertentu yang telah ada di jalur pendidikan formal juga memberikan kesempatan bagi masyarakat yang ingin mengembangkan pendidikan keterampilannya yang tidak dapat ditempuh dan tidak terpenuhi pada jalur pendidikan formal. Agar penyelengaraan kursus tetap relevan dengan tujuan pendidikan nasional serta mampu memberikan kontribusi terhadap tuntutan masyarakat, penyelenggaraan kursus ini harus senantiasa mendapatkan pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan. Pembinaan terhadap kursus ini diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kepmendikbud) Nomor 0151/U/1997 tentang pokok-pokok pelaksanaan pembinaan program pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan masyarakat. Kepmendikbud tersebut mengatur tugas dan wewenang pembinaan Dirjen Diklusepora antara lain : 1) Bertugas dan bertanggung jawab atas pelaksanaan pembinaan teknis pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan masyarakat secara menyeluruh dalam rangka meningkatkan mutu dan memperluas pelayanan pendidikan kepada masyarakat. 2) Menyusun pola dasar pembinaan pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan masyarakat, baik di pusat maupun di daerah. Fungsi pembinaan tersebut selanjutnya dijabarkan dalam Kepmendikbud Nomor 0150b/U/1981 terdiri dari merencanakan, mengatur melaksanakan dan mengawasi kegiatan : a. Pembakuan dan penyelesaian kurikulum dan silabus serta alat perlengkapan belajar. b. Pengadaan buku pelajaran, buku pedoman/petunjuk, dan alat perlengkapan serta prasarana dan sarana belajar minimal lainnya. c. Penataran dan penyegaran pamong belajar/penyelenggara, sumber belajar/guru dan tenaga teknis lainnya. d. Penyelenggaraan dan pelaksanaan evaluasi belajar, termasuk ujian. e. Pembimbingan, penyuluhan dan evaluasi. 70 INFOKAM Nomor II / Th. IX/ September / 14 f. g. h. i. Penyelenggaraan dan pelaksanaan lomba tiap jenis keterampilan. Pengadaan Surat Tanda Selesai Belajar dan Ijazah. Penyusunan laporan pembinaan dan evaluasi kegiatan. Studi kasus survei, konsultasi, simposium, seminar, lokakarya, penataran, dan rapat kerja tiap program PLSM. j. Hal-hal yang berkaitan dengan pembinaan program PLSM. 2.5 Definisi dan Ruang Lingkup Pemasaran Manajemen pemasaran sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan dari perwujudan, pemberian harga, promosi dan distribusi dari barang-barang dan jasa serta gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi (Kotler, 1997:6). Sumami dan Suprihanto (1995:33) mengemukakan bahwa pemasaran adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan, membentuk dan mempertahankan peraturan yang menguntungkan dengan pembeli sasaran (target buyer). Radiany, Rahmadi (2005) mengemukakan bahwa pemasaran atau marketing yaitu memberikan kemakmuran pada konsumen dan masyarakat dalam jangka waktu panjang. Definisi di atas menunjukan manajemen pemasaran adalah suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang mencakup barang dan jasa serta gagasan, berdasarkan pertukaran manfaat dan tujuannya memberikan kepuasan bagi pihak yang terlibat yakni pelanggan dan organisasi. Atas dasar di atas perusahaanperusahaan merancang sebuah strategi marketing atau pemasaran yang berbasis kepuasan pelanggan termasuk LKP Sinar Nusantara yang akan dijadikan objek penulisan karya ilmiah ini. Jadi yang dimaksud dengan strategi disini adalah suatu cara yang direncanakan pimpinan, untuk mencapai tujuan jangka panjang organisasi disertai dengan upaya atau cara supaya tujuan tercapai dengan mengendalikan unsur-unsur yang ada didalamnya. 2.6 Alasan-Alasan Strategi Marketing Dibutuhkan Perubahan perikau konsumen terus mengalami perubahan seiring dengan munculnya produk-produk baru dan dibarengi dengan perubahan sosial dan ekonomi. Dalam kondisi ini strategi marketing memegang peranan strategis dalam menjawab harapan perusahaan untuk mencapai keseimbangan perusahaan. Menurut Radiany, Rahmadi (2005:16) ada tiga alasan dibutuhkannya strategi marketing yaitu : 1. Banyaknya barang dan jasa yang bersifat substitusi. 2. Konsumen memilih barang substitusi karena barang awal sulit dicari atau ada barang pengganti yang lebih murah dan lebih efisien sehingga konsumen beralih ke barang lain. 3. Banyak merk dari barang sejenis yang dipasarkan oleh kompetitor menimbulkan merk di pasar semakin banyak dan konsumen memiliki pilihan yang banyak. 4. Pemasar harus survive maju dan berkembang guna melawan serangan kompetitornya. Dalam hal ini sebuah perusahaan harus menetapkan langkah-langkah strategisnya, menurut Amirullah (2002) dalam Radiany, Rahmadi (2005:13) langkahlangkah utama dalam implementasi strategi pemasaran yang unggul dikelompokkan dalam lima kegiatan utama, yaitu : a. Mengidentifikasi peluang pasar. b. Mengembangkan dan melaksanakan strategi memasuki pasar. c. Mengembangkan dan melaksanakan strategi penerobosan pasar. d. Mengembangkan dan melaksanakan strategi mempertahankan pangsa pasar. e. Mengelola bauran pemasaran (marketing mix) yang dalam hal ini menjadi objek kajian di LKP Sinar Nusantara Semarang. INFOKAM Nomor II/Th. X/September/14 71 2.7 Model Penawaran Jasa Pendidikan Proses penawaran jasa pendidikan dapat mengacu pada Alma (1998 : 12) dan memodifikasinya sehingga diperoleh hubungan seperti pada gambar 1.1 pada tampak elemen bauran pemasaran yang terdiri dari 7P yaitu product, price, place, promotion, personal trait ,promotion dan physical evidence, mempengaruhi Golan siswa sehingga mau mendaftar. Informasi tentang bauran pemasaran diperoleh calon siswa dari berbagai sumber seperti dari media massa, orang tua, family, alumni, guru sekolah, siswa dan sebagainya. Model Penawaran Jasa Pendidikan digambar sebagai berikut; INPUT PENYUSUNAN DESAIN Land Man Capital Management PENGATURAN: Manusia Kurikulum Fasilitas Leaning Environment Program/jurusan Employment office Mapping Technique Deversifikasi 4P + Personal traits PRODUCT Layanan Akademik Layanan Sosial Kultural Price SPP, Sumbangan Place Lokasi Promotion Media Personal Traits Unsur pimpinan Guru dan karyawan Process + Physical eviden KINERJA GURU Proses pembelajaran Praktikum Seminar/ workshop Gedung ruang Lab / perpustakaan Olah raga Keagamaan Kesenian Cafeteria Toko/ koperasi PENAWARAN JASA Teaching Public Service Hubungan masyarakat Pembinaan Alumni Tujuan/output Meningkatkan mutu pendidikan Citra eksistensi sekolah Value Added Keilmuan Ekonomi Prestise Jumlah peminat Gambar 1.1 Penawaran Jasa pendidikan Sumber Alma (1998:122) Penawaran jasa pendidikan dapat menggunakan 7P yang terdiri ( product, price, place, promotion, personal trait, promotion dan physical evidence). Strategi 7 P yang efektif diharapkan mampu meningkatkan keputusan siswa dalam memilih Lembaga Kursus dan Pelatihan. 2.8 Marketing Mix dalam Pemasaran Jasa pendidikan Dalam artikel Alex Sujanto (Infokam nomor I/Th.X/maret 2014:5-7) dijelaskan bahwa bauran pemasaran untuk usaha jasa pendidikan pada Lembaga kursus dan Pelatihan terdapat 7 strategi pemasaran (Marketing Mix-7p) yaitu: Product, Price, 72 INFOKAM Nomor II / Th. IX/ September / 14 Promotion, Place, personal Traits, Process, dan Physical Evidence. Dari ke tujuh strategi marketing mix tersebut di jelaskan sebagai berikut: 1) Product. Produk merupakan hal mendasar yang menjadi pertimbangan preferensi pilihan bagi calon siswa. Strategi produk dapat berupa diferensiasi produk akan memberikan dampak terhadap kesempatan lapangan kerja dan menimbulkan citra terhadap lembaga sekolah. Menurut Kotler (1997:8) produk adalah apa saja yang ditawarkan ke dalam pasar untuk dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan termasuk di dalamnya barang fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan ide. Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan (Cravens, sebagaimana dikutip Lingga Purnama, 2002:109). Produk yang dipasarkan bisa berupa : barang, fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan bahkan gagasan. Kottler (1988 : 446) menegaskan sebuah produk paling tidak memiliki tiga atribut, yakni: a) Atribut yang berhubungan dengan produk itu sendiri terdiri dari: kualitas, model, nama merk, kemasan, dan sebagainya b) Atribut yang berhubungan dengan manfaat yang diharapkan oleh konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut, yakni sejumlah kepuasan (satisfaction) yang diperoleh, dan atribut yang berhubungan dengan dukungan pelayanan pemasaran produk yang meliputi semua elemen pemasaran produk seperti : sarana dan prasarana pemasaran, kegitan penjualan (delivery), pelayanan purna jual (after sales services), garansi pemakaian produk (warrantly), dan reputasi produk di mata konsumen. Sebuah perusahaan bisa menghasilkan produk tunggal (single product) yang kemudian dikembangkan terus-menerus menjadi suatu lini produk (product line), tetapi sebuah perusahaan bisa saja membuat berbagai jenis produk ( product mix). Luck, ferrel, dan lucas (1989 : 239 - 241) menjelaskan produk bisa dijadikan suatu variable strategi perusahaan sebab : a) Produk yang bagus merupakan dasar untuk memenangkan dan mempertahankan pangsa pasar (market share), b) Pertumbuhan produk merupakan salah satu sasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan. Menurut Kottler (1989 : 51-54) dalam merencanakan penawaran pasar, produsen atau penjual perlu berpikir melalui lima tingkatan produk yakni: a) Tingkatan paling dasar adalah manfaat inti ( core benefit), yaitu manfaat dasar yang sesungguhnya dibeli oleh konsumen. b) Pada tingkatan kedua, penjual harus mengubah manfaat inti itu menjadi produk dasar (basic product) c) Pada tingkatan ketiga, penjual menyiapkan suatu produk yang diharapkan (expected product), yaitu suatu set atribut dan kondisi yang biasanya disetujui oleh pembeli ketika membeli produk tersebut d) Pada tingkatan keempat, penjual menyiapkan produk yang dilengkapi, (augmented product) yang dapat memenuhi keinginan pelanggan melampaui harapan mereka e) Pada tingkatan kelima terdapat produk potensial ( potential product) untuk memuaskan pelanggan dan membedakan penawarannya. 2) Price (Harga) Kotler (1997:559) mendefinisikan harga sebagai jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk suatu produk. Alma (2003:383) menyatakan bahwa harga berjalan sejajar dengan mutu produk. Apabila mutu produk baik, maka calon siswa berani membayar lebih tinggi, artinya bila SPP dinaikan tidak mengurangi minat calon siswa, sepanjang produknya bermutu. Harga adalah variable yang paling dipertimbangkan oleh pembeli, namun karena tidak dapat dikontrol, maka umumnya harga merupakan salah satu variable fleksibel. Untuk menetapkan strategi pemasaran, pertama kali yang penting adalah keputusan tentang harga INFOKAM Nomor II/Th. X/September/14 73 produk. Faktor harga cenderung menjadi komponen kunci sepanjang siklus hidup produk, untuk beberapa kasus menjadi komponen paling penting dalam marketing mix. Berbagai aspek tentang strategi harga yang perlu dipahami misalnya a) Hubungan antara harga dan nilai produk b) Pentingnya penentuan strategi harga c) Keputusan tentang harga yang sistematik d) Memperbaiki tujuan-tujuan dan penetapan harga (survival, sasaran return of investment, market share, some anticipated problems) e) Determinan-determinan harga (ekonomis, persaingan, kebijakan internal, Siklus hidup produk, analisa portofolio dan keputusan harga, kurva perkembangan harga) f) Harga dalam proses perencanaan strategi g) Praktek-praktek pengaturan dan mengevaluasi harga Harga digunakan untuk mencapai sejumlah tujuan. Proses penetapan tujuan harga tersebut dibentuk dalam lingkungan internal organisasi. Tujuan tersebut harus konsisten dengan arah internal dan harmonis dengan lingkungan eksternal. Beberapa tujuan harga yang digunakan perusahaan antara lain : kelangsungan operasional, target pengembalian investasi, pangsa pasar dan berbagai pertimbangan persaingan, dan mungkin menggunakan lebih dari satu tujuan harga pada suatu saat (Luck, Ferrel, dan Lucas; 1989: 251-252). Ada berbagai sasaran harga yang potensial menurut tujuan atau posisi produk yang meliputi posisi-posisi : bertahan, stabilisasi, pengendalian, kinerja keuntungan, dan pangsa pasar. Penentuan harga secara micro ekonomi didasarkan pada analisis marginal dengan focus pada tingkat keuntungan optimal. Harga juga dapat ditentukan dengan membandingkan harga produk sejenis dari kompetitor; juga bisa ditentukan oleh adanya kebijakan harga ditetapkan, misalnya : harga merupakan status symbol dari konsumen (symbolic), penentuan harga yang berbeda-beda untuk lini produk (price line), pemberian discount pada harga lini produk tertentu. Harga juga berkembang menurut siklus hidup produk. Keputusan harga produk dipengaruhi oleh siklus produk mulai dari tahap pengembangan produk baru, introduksi, pertumbuhan, kematangan, sampai tahap penurunan seperti pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Keputusan Harga Didasarkan pada Siklus Kehidupan Produk Stages Price Decesion Estabilish price objectives : analyzed determinants of pince, cost, competition, New product supply, demand, legal and other environtment variables, determine price and value perception Introduction Establish skimming or penetration introductory price, or skimming price for premium product variation and panetration Growth Consider price reductions to estabilish market position if production cost decrease; costumary trade discounts; attention to broadening the market by using price to combat competition, strengthen dealer relation, and improve the Matuturity Price defensively to protect position against competition; search for incremental pricing opportunities through premium priced product variations; increase optioms, service, and quality to any, market willing to accept higher prices; Decline Price to maintain profits without regard to effects on market share; adjust price to changes in costs; special price reductions To close out or withdraw thdraw from the market; increase prices to loyal market to maintain profits or cover costs Sumber : Chester R. Wasson, 1947 . dynamic Competitive Strategy and product Life Cycles St. Charles. Harga secara langsung berkaitan dengan setiap macam strategi pemasaran, karena itu penetapan harga perlu secara jelas menggambarkan strategi pemasaran yang dipilih. Menurut Guiltinan dan Gordon (1990: 219-220) terdapat beberapa sasaran penetapan harga : a) Menaikkan tingkat pembelian, strategi ini dilakukan dengan cara penetrasi harga jika harga elastis terhadap permintaan. b) Meningkatkan permintaan bukan pemakai (non-user) 74 INFOKAM Nomor II / Th. IX/ September / 14 c) Mempertahankan pelanggan lama, dalam hal ini penurunan harga secara gilagilaan dan pesaing mungkin akan dilayani/disesuaikan atau kenaikan biaya tidak dibebankan kepada pelanggan, namun strategi ini sangat jangka pendek. d) Mempertahankan pelanggan yang menguntungkan, khususnya untuk produk yang berkembang dimana lebih menekankan profitabilitas dari pada volume dan pangsa pasar. e) Menarik pelanggan baru dengan harga. Jika harga merupakan nilai utama atau satu-satunya untuk meningkatkan pangsa pasar maka persaingan harga frontal mungkin tepat. Strategi ini akan tercapai jika pesaing tidak melakukan tindakan balasan. f) Menarik pelanggan baru dengan kualitas. Dalam situasi tertentu harga digunakan pembeli sebagai indikator kualitas. Pembeli seperti ini jarang begitu saja tertarik dengan harga yang rendah. 3) Promotion (promosi) Promosi mencakup semua kegiatan untuk memperkenalkan produk dan bertujuan agar konsumen tertarik untuk membelinya. Alma (2003:132) mengutip pendapat Levitt bahwa universitas New York menghabiskan dana sebesar $100.000 pada tahun 1972, untuk memasang iklan. Hasilnya sangat positif, karena dapat meningkatkan calon mahasiswa sebanyak 8% dari sebelumnya. Murphy (1978;249) mengatakan bahwa “Fifty percent of the school had used advertising for only about there years… as competition for students increases so would the willingness of scholls to use advertising ”. Dikemukakan oleh Alma (2003:136) bahwa ada tiga strategi yang sering di gunakan yaitu : advertising, program development dan market concept. Hasil penelitian Alma menyimpulkan media promosi yang digunakan oleh PTS di Jawa Barat ialah: publikasi di surat kabar, publikasi di radio, mengundang pejabat, memasang spanduk, brosur, bulletin, televisi, logo, kunjungan, ke SLTA. Guna memasarkan suatu produk dengan berhasil, pimpinan harus mengembangkan program komunikasi yang efektif yang di tunjukan kepada para pembeli dan atau distributor. Secara spesifik promosi penjualan, periklanan, dan penjualan tatap muka adalah tiga jenis pokok dari program komunikasi pemasaran yang dapat digunakan oleh para manajer. Menurut Gultian dan Gordon dalam Mautana (1990;245-246) bahwa programprogram komunikasi dapat mencapai satu atau lebih pengaruh-pengaruh umum berikut: a) Program komunikasi dalam melengkapi para pembeli dengan informasi yang memperkuat kesadaran dan pengetahuan tentang produk yang dipasarkan atau tentang organisasi yang mempengaruhi produk tersebut. b) Program komunikasi dapat mempengaruhi sikap dan kesuksesan pembeli akan suatu produk. c) Progam komunikasi dalam memotivasi pembeli untuk mengambil tindakan positif berkenaan dengan produk yang dipasarkan atau organisasi yang menghasilkannya. Periklanan disebut juga kampanye periklanan, meliputi pesan yang di bayar yang di rancang untuk memberi tahu, mengingkatkan atau menyakinkan pembeli atau pemakai tentang produk. Sedangkan promosi penjualan adalah perangsang (insentif) ekonomis, hiburan, atau informasi yang di tawarkan oleh suatu perusahaan kepada para pembeli atau distributor. Karena pengaruh utama dari promosi penjualan adalah untuk merangsang tindakan tertentu dari pembelian, maka sasaran haruslah secara spesifik merumuskan macam tindakan yang diinginkan. Pada umumnya ada enam macam sasaran yang dapat ditetapkan dari program promosi penjualan, yakni: a) Merangsang pertanyaan (stimulating inquines) b) Meningkatkan mencoba produk c) Mendorong pembelian ulang d) Membina lalulintas pengunjung INFOKAM Nomor II/Th. X/September/14 75 e) Mendorong penyimpanan persediaan (inventory building) f) Mendapatkan bantuan promosi distributor. 4) Place (lokasi) Lokasi adalah kegiatan untuk menyampaikan produk kepada konsumen (Yulianto (2001:18). Produk tidak akan mempunyai arti apa-apa bagi konsumen apabila tidak di sampaikan atau tidak tersedia pada saat dan tempat yang mudah dicapai kendaraan umum, cukup berperan sebagai pertimbangan calon siswa untuk memasuki suatu kursus. Lokasi kursus sangat menentukan pilihan bagi peserta didik, misalnya mereka menyenangi lokasi di kota dan yang mudah dicapai kendaraan umum. 5) Personal Traits (Tenaga Personalia) Personal traits dalam bauran pemasaran adalah karakter/sifat personalia meliputi pimpinan dan personal lembaga pendidikan lainya sebagai pihak dan pemberi jasa yang dapat meningkatkan kualitas jasa pendidikan. Personal traits dapat berupa perilaku unsur pimpinan, insruktur dan karyawan. Figur pimpinan dapat membawa perkembangan bagi lembaga tersebut, sebaliknya dapat pula menjatuhkan nama bagi lembaga. Demikian pula guru beserta saluran jajaran karyawan yang melayani siswa. Gorman (1974:246) menyatakan betapa pentingnya tenaga pengajar, dia juga merangkap sebagai pembangkit image positif terhadap siswa. Pelayanan atau produk yang di hasilkan sekolah sangat di pengaruhi oleh tenaga guru yang kompeten, profesional dalam bidangnya dan melakukan proses belajar secara teratur. Profesional guru seperti diatur dalam bab II pasal 7 Undang-Undang Guru dan Dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan antara lain berdasarkan prinsip: a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia c) Memiliki kualifikasi akademik dam latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas d) Memiliki kompetensi yang di perlukan dengan bidang tugas e) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan f) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. 6) Process (proses) Proses menciptakan dan memberikan jasa pada pelanggan merupakan faktor utama dalam marketing mix jasa, karena pelanggan jasa akan memandang system pemberian jasa tersebut sebagai bagian dari jasa itu sendiri (Payne, 2000:2010). Proses dalam hal ini seperti: mekanisme pelayanan, prosedur, jadwal kegiatan serta rutinitas lainya seperti mengajar, membimbing, mengevaluasi, kejelasan dari kebijakan, aturan atau prosedur, kelancaran informasi yang di perlukan, akan sangat mempengaruhi pada pelanggan dalam menilai kualitas jasa yang di berikan oleh lembaga. Pengadaan tenaga kependidikan atau guru yang profesional tidak lain karena guru adalah orang kunci dalam berinteraksi langsung dengan siswa, baik dalam PBM (proses Belajar Mengajar) maupun dalam pembinaan setiap harinya, maka diharapkan pencapaian tujuan pendidikan baik secara nasional maupun kelembagaan cepat lebih terwujud. 7) Physical Evidence (Kondisi Fisik) Alma (2003:119) mengutip Zeithaml dan Bitner bahwa physical evidence is the environment in which the servise is delivered and where the firm and custumer interact, and any tangible components that facititate performance or communication of the service. Kondisi fisik sekolah dapat berupa gedung /bangunan, dan segala saran dan fasilitas yang tersedia. Kondisi fisik dapat 76 INFOKAM Nomor II / Th. IX/ September / 14 membantu positioning dan organisasi jasa dan memberikan dukungan penting pada pelayanan jasa. Kondisi fisik juga dapat mempengaruhi konsumen penerima jasa dalam mempertimbangkan kualitas yang di tawarkan. Dalam membangun sarana fisik, perlu di pertimbangkan untuk dapat menjadikan jasa lebih berwujud, jasa lebih mudah diterima dan lingkungan secara keseluruhan agar dapat mencerminkan kualitas sesuai dengan harapan atau melampaui harapan yang diinginkan dalam memotivasi keputusan pembeli pelanggan. 3. KESIMPULAN Keberlangsungan lembaga kursus dan Pelatihan agar dapat menjawab kebutuhan masyarakat diperlukan integrasi dan interaksi strategi dengan bauran pemasaran yang di kenal dengan marketing mix, yang terdiri 7P yaitu Product, Price, Promotion, Place, personal Traits, Process, dan Physical Evidence dengan cara meklasifikasikan segmen pasar terhadap jenis program yang ada di lembaga kursus dan pelatihan. Apabila pengelola kursus bisa melakukannya dengan baik maka eksistensi lembaga dapat tercapai dengan hasil yang maksimal. DAFTAR PUSTAKA Borneo Tribune, Sumber: http://www.borneotribune.com/index.php, peningkatan lembaga kursus. Lembaga kursus memiliki peran paling penting dalam mengentaskan kemiskinan, dituntut untuk memiliki pengajar yang berkualitas . Senin 3 November 2014 Copy from: http://www.majalahpengusaha.com/content/809/48/ . Teknik promosi dan Marketing Lembaga Pendidikan. Sabtu 18 oktober 2014. Dharmmesta, B. S & Handoko T. H. 2000., Manajemen Pemasaran, Analisa Perilaku Konsumen, Edisi Pertama, Cetak Ketiga, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Kotler dan Amstrong. 1995., Dasar-dasar Pemasaran, Alih Bahasa Drs. Alexander Sindoro, Jilid 2, prenhellindo, Jakarta. Kotle, Philip and Cox, Keith., 1984. Manajemen dan Strategi Pemasaran, Erlangga, Jakarta. Kibildis, William. 1998. The Product Devepment Challenge; CPCU Journal (June) Kotler. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol , Alih Bahasa Hendra Teguh dan Ronny A. Rusli. Jilid 1 dan Jilid @, Prenhallindo, Jakarta. Radiany, Rahmadi,(2006), Manajemen dan Strategi Pemasaran, Memenangkan Persaingan” Surabaya; Mahardika. Risdwiyanto, Andriya dan Dharmmesta, B.S. 2001. Perkembangan konsep jasa pendidikan tinggi berbasis keinginan konsumen potensial ; Journal Ekonomi Bisnis Indonesia, vol. 16. Stanton. 1996. Prinsip Pemasaran, Alih bahasa Drs. Sadu Sundaru, Edisi Ketuju, Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta. Undang-undang Republik Indonesia Nomer 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional. Rabu, 29 Oktober 2014 http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2261194 - pengertianinteraksi/#ixzz1t1fDNtat Kamis, 30 Oktober 2014 From : http://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial Kamis, 6 Nov 2014 http://carapedia.com/pengertian_definisi_strategi_info 2036 .html Kamis, 6 Nov 2014 www.Infokursus.com