Strategi E-Commerce Sebagai Fokus Untuk Tujuan

advertisement
64
INFOKAM Nomor II / Th. IX/ September / 14
PROGRAM INTERAKSI DAN INTEGRASI DENGAN STRATEGI BAURAN
PEMASARAN UNTUK MENJAGA KEBERLANGSUNGAN/EKSISTENSI
PADA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN
Oleh: Alex Sujanto
(Dosen AMIK JTC Semarang)
Abstrak
Dalam menjaga keberlangsungan dan eksistensi lembaga kursus dan pelatihan maka
pengelola kursus harus dapat melakukan interaksi dan integrasi dengan strategi bauran
pemasaran, strategi Marketing ini terdiri dari 7 macam atau (Mix-7P) yaitu: Product, Price,
Promotion, Place, Personal Traits, Proses, dan Physical Evidence. Artinya adalah bahwa produk
atau program yang di miliki lembaga kursus dan pelatihan harus yang banyak diminati oleh
masyarakat, tempatnya atau lokasi kursus yang strategis, harganya program kursus bisa
dijangkau oleh masyarakat, selalu dilakukan promosi secara terus menerus/continyu, memiliki
pengelola atau karyawan yang berkinerja tinggi, komitmen melaksanakan job dengan baik,
prosesnya dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada pelanggan dan calon
pelanggan, dan lembaga kursus hendaknya memiliki ruangan yang nyaman, asri, fisik gedung
yang megah sehingga ini merupakan langkah yang tepat untuk mengembangkan lembaga
kursus dan pelatihan dalam meningkatkan jumlah peserta didik, sehingga mampu menjaga
keberlangsungan lembaga kursus dan pelatihan dalam memberikan pelayanan pada
masyarakat.
Kata Kunci : Interaksi, integrasi, strategi bauran Pemasaran, marketing mix-7P, yaitu:
Product, Price, Promotion, Place, personal Traits, Process, Dan Physical Evidence
Abstract
In keeping with the survival and existence of institutions and training courses, the
course manager should be able to do with the interaction and integration of marketing mix
strategies, marketing strategy consists of 7 different or (Mix-7P) are: Product, Price, Promotion,
Place, Personal Traits, Process , and Physical Evidence. What this means is that a product or
program that is owned institutions and training courses to be that much in demand by the
public, or the location where the course is located, the price of courses are accessible to the
public, have always done continuous promotion / continyu, have managers or employees
performing high, with a commitment to carry out a good job, the process by providing the best
possible service to customers and prospective customers, and institute courses should have a
room that is comfortable, beautiful, magnificent physical building so this is the right step to
develop courses and training institutions in increase the number of students, so as to maintain
the continuity of the courses and training in providing services to the community.
Keywords: Interaction, integration, marketing mix strategies, marketing mix-7P, namely:
Product, Price, Promotion, Place, Personal Traits, Process, and Physical Evidence
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keadaan persaingan pasar yang sangat ketat saat ini, memberikan dampak sosial
bagi masyarakat maupun para pelaku usaha dari berbagai sektor usaha. Semuanya di
harapkan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan pada perubahan jaman.
Belum lagi pengangguran semakin meningkat dari tahun ke tahun, baik dari masyarakat
kurang mampu, anak-anak putus sekolah, anak-anak yang tidak mempunyai kompetensi
untuk bisa mandiri maupun dari kelompok yang terdidik dari mulai SD sampai dengan
perguruan tinggi. Bagi lulusan sekolah formal sebenarnya bisa memanfaatkan lembaga
kursus dan pelatihan (LKP) untuk menambah kompetensi, demikian juga kelompok
masyarakat yang tidak belajar di pendidikan formal bisa memanfaatkan LKP sebagai
tempat menimba ilmu dengan mengikuti kursus sesuai dengan keinginannya/keterampilan
INFOKAM Nomor II/Th. X/September/14
65
yang di ikuti untuk mempersiapkan diri hidup mandiri dengan bekerja atau berwiraswata
sendiri.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Pembinaan Kursus Dan
Kelembagaan pertahun 2012 terdapat 15.836 lembaga kursus seluruh Indonesia. Dan
sebanyak 3000 LKP telah mengikuti evaluasi kinerja dari jumlah tersebut di kota
Semarang (tahun 20141) ada sekitar 202 LKP, dengan angka aktif sekitar 70% atau
sekitar 141 lembaga. Pada tahun 2013, kata Gunawan (kadisnakertran), angka
pengangguran di Kota Semarang terus ditekan hingga menyusut di angka 8,89 persen,
melalui berbagai upaya, seperti penyelenggaraan bursa kerja. Dilihat dari jumlah riil
pengangguran di Kota Semarang, kata dia, juga mengalami penurunan, seperti pada tahun
2012 yang tercatat sebanyak 80 ribu pengangguran, pada tahun 2013 hanya 77 ribu
pengangguran (antara-jateng.com Rabu, 23 April 2014). Dari data itu menjadi peluang
bagi LKP untuk memberikan ketrampilan kepada para pengangguran, dan menjadi sumber
keberlangsungan bagi LKP khususnya di kota Semarang. Kenyataan yang ada justru LKP
keberlangsunganya tidak maksimal, dan bahkan masyarakat masih memandang sebelah
mata terhadap lembaga kursus. Dan dari perkembangannya LKP banyak yang kurang
kredible bahkan ada istilah buka tutup, buka saat LKP itu mendapatkan blockgrand dari
pemerintah baik program kecakapan hidup maupun program kewirausahaan masyarakat
maupun LKP tutup saat tidak mendapat dana dari pemerintah. Bahkan dengan akan
diperlakukan MEA, AFTA, tahun 2015 semua sektor akan bersaing dengan negara Asean
maka jika lembaga kursus dalam negeri ini tidak segera menemukan terobosan
memenangkan sistem pemasaran yang kuat dan diimbangi perbaikan sistem pengelolaan
LKP maka dikhawatirkan LKP kian teracam dan mati atau tutup.
Selama ini LKP Sinar Nusantara telah melakukan berbagai pendekatan promosi
kepada calon peserta didik antara lain, penitipan brosur, pemasangan leflet, pemasangan
spanduk, penanyangan iklan di radio, media koran. Tetapi berbagai program diatas tidak
cukup kedepannya, maka dari latar belakang tersebut LKP Sinar Nusantara
mengembangkan strategi pemasaran melalui: “Program Interaksi dan Integrasi dengan
Strategi Bauran Pemasaran untuk Menjaga Keberlangsungan Lembaga Kursus dan
Pelatihan Sinar Nusantara Semarang (program mekanik sepeda motor dan stir mobil)”.
1.2 Rumusan Masalah.
Dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam karya ilmiah ini
yang akan di kaji adalah; “Bagaimana mengembangkan program interaksi dan integrasi
dengan strategi bauran pemasaran untuk menjaga keberlangsungan lembaga Kursus dan
Pelatihan Sinar Nusantara Semarang?”
2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Interaksi dan Integrasi
Dalam bukunya Drs. Soetomo istilah Interaksi adalah suatu hubungan timbal balik
antara orang satu dengan orang lainnya. Di dalam ilmu sosiologi interaksi selalu dikaitkan
dengan istilah sosial yaitu hubungan timbal balik atau aksi dan reaksi diantara orangorang, yang mana interaksi sosial tidak memperdulikan hubungan tersebut bersifat
bersahabat atau bermusuhan, formal atau informal, apakah dilakukan berhadapan muka
secara langsung atau melalui komunikasi yang tidak berhadapan secara langsung.
Interaksi adalah adanya kontak dan komunikasi diantara orang-orang itu.
(:http://id.shvoong.com/sosial-sciences/education/2261194-pengertian-interaksi
/#ixzz1t1fDNtat, Selasa, 5 oktober 2014).
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur
yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan
masyarakat yang memiliki keserasian fungsi.
Definisi lain mengenai Integrasi adalah suatu keadaan dimana kelompok-kelompok
etnik beradaptasi dan bersikap konformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat,
namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi
memiliki 2 pengertian, yaitu :
66
INFOKAM Nomor II / Th. IX/ September / 14
a. Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial
tertentu.
b. Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa
terintegrasi di atas dua landasan berikut :
Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan)
di antara sebagian anggota besar masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang
bersifat fundamental (mendasar).
Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi
anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi
di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh
adanya loyalitas ganda ( cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap
berbagai kesatuan sosial.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegrasi atas paksaan dan
karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok.
Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian masyarakat memiliki kesepakatan
tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
(:http://id.wikipedia.org/wiki/integrasi_sosial Selasa,5 oktober 2014).
Jadi dari pendapat di atas yang dimaksud dengan Integrasi di sini adalah secara
keseluruhan dari suatu keadaan dimana antara kelompok saling menyesuaikan atau saling
ketergantungan untuk melaksanakan kegiatan bersama dengan tidak meninggalkan nilainilai atau norma/pranata sosial sehingga terbentuk keserasian fungsi/manfaat dengan
berbagai pihak yang terlibat.
Sedangkan yang dimaksud dengan Interaksi adalah suatu hubungan timbal balik
antara orang satu dengan orang lainnya, dengan kesepakatan bersama.
2.2 Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani “strategia” yang diartikan sebagai “the art of
the general” atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan.
Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau
mencapai tujuan. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu menggunakan dan
mengembangkan kekuatan (ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya dan hankam) untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Markus Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para
pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai
penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
http://carapedia.com /pengertian _definisi_ strategi_info2036.html); Selasa, 24 April 2012.
Jenis-jenis strategi adalah sebagai berikut :
1. Strategi Integrasi
Integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi horisontal kadang semuanya
disebut sebagai integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal memungkinkan perusahaan
dapat mengendalikan para distributor, pemasok, dan atau pesaing.
2. Strategi Intensif
Penetrasi pasar, dan pengembangan produk kadang disebut sebagai strategi intensif
karena semuanya memerlukan usaha-usaha intensif jika posisi persaingan perusahaan
dengan produk yang ada hendak ditingkatkan.
3. Strategi Diversifikasi
Terdapat tiga jenis srategi diversifikasi, yaitu diiversifikasi konsentrik, horisontal, dan
konglomerat. Menambah produk atau jasa baru, namun masih terkait biasanya disebut
diversifikasi konsentrik. Menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait untuk
pelanggan yang sudah ada disebut diversifikasi horisontal. Menambah produk atau jasa
baru yang tidak disebut diversifiaksi konglomerat.
4. Strategi Defensif
Disamping strategi integrative, intensif, dan diversifikasi, organisasi juga dapat
menjalankan strategi rasionalisasi biaya, divestasi, atau likuidasi. Rasionalisasi biaya,
terjadi ketika suatu organisasi melakukan restrukturisasi melalui penghematan biaya
INFOKAM Nomor II/Th. X/September/14
67
dan aset untuk meningkatkan kembali penjualan dan laba yang sedang menurun.
Kadang disebut sebagai strategi berbalik (turnaround) atau reorganisasi, rasionalisasi
biaya dirancang untuk memperkuat kompetensi pembeda dasar organisasi.
Jadi yang dimaksud strategi di sini adalah suatu cara yang direncanakan pimpinan,
untuk mencapai tujuan jangka panjang organisasi disertai dengan upaya atau cara
supaya tujuan tercapai dengan mengendalikan unsur-unsur yang ada di dalamnya.
2.3 Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP)
a. Konsep Dasar LKP
Dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 Undang-undang Nomor 20 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Tahun 2003, dijelaskan bahwa Kursus dan Pelatihan adalah
bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik
dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standar kompetensi,
pengembangan sikap kewirausahaan serta pengembangan kepribadian profesional.
Lembaga Kursus dan Pelatihan adalah salah satu bentuk satuan Pendidikan
Nonformal yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan program Kursus dan Pelatihan adalah jenis
keterampilan yang di selenggarakan satuan pendidikan PNF dalam hal ini lembaga
Kursus dan Pelatihan atau satuan pendidikan lain. Dalam setiap lembaga Kursus dan
Pelatihan dapat terdiri dari satu atau lebih program Kursus dan Pelatihan (Ali, 2010:
2).
Kursus dan Pelatihan dikembangkan melalui sertifikasi dan akreditasi yang
bertaraf Nasional dan Internasional. (Penjelasan UU No. 20/2003 pasal 26 ayat (5).
Ciri-ciri kursus : (a) Isi dan tujuan pendidikannya selalu berorientasi langsung pada
hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat untuk mengembangkan minat
dan bakat, pekerjaan, profesi, usaha mandiri, karier, mempersiapkan diri di masa
depan, memperkuat kegiatan pendidikan dan untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi; (b) Metode penyajian yang digunakan sesuai dengan
kondisi peserta didik dan situasi setempat; (c) Program dan isi pendidikannya
berkaitan dengan pengetahuan keterampilan fungsional, keprofesian yang diperlukan
untuk hidup dalam masyarakat untuk pembentukan dan pengembangan pribadi, dan
untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja, serta untuk persiapan memasuki masa
depan; (d) Usia peserta didik tidak dibatasi atau tidak perlu sama pada suatu jenis
atau jenjang pendidikan; (e) Jenis kelamin peserta didik tidak dibedakan untuk suatu
jenis dan jenjang pendidikan, kecuali bila kemampuan fisik, mental, tradisi atau
sikapnya dan lingkungan sosial tidak mengijinkan; (f) Dalam penerimaan peserta didik
bersifat terbuka, fleksibel, dan langsung; (g) Jumlah peserta didik dalam satu kelas
disesuaikan dengan kebutuhan proses belajar mengajar yang efektif; (h) Syarat dan
rasio minimal fasilitas atau tenaga pendidik/instruktur, disesuaikan dengan jenis dan
tingkat kursus; (i) Dapat diberikan secara lisan, tertulis, atau dalam tayangan audio
visual; (j) Hasil pendidikannya langsung dapat dimanfaatkan di dalam kehidupan
sehari-hari; (k) Dapat diikuti oleh setiap orang yang merasa perlu (Gravitasi, 2012: 3).
Dalam Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5: Kursus
dan Pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi.
Sejalan dengan Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5,
maka Kursus dan Pelatihan diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi, kepada masyarakat yang membutuhkan.
Kursus diselenggarakan bagi peserta didik masyarakat yang usianya tidak
dibatasi, tidak dibedakan jenis kelaminnya, dan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan
68
INFOKAM Nomor II / Th. IX/ September / 14
proses belajar yang efektif, yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan,
kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi,
bekerja, usaha mandiri, danatau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Alasan masyarakat mengikuti Kursus dan Pelatihan yaitu ingin memperoleh
pendidikan berkelanjutan yang dapat ditempuh dalam waktu singkat serta hasilnya
dapat langsung dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan yang diperoleh
dapat dimanfaatkan untuk: (1) mengembangkan minat dan bakat; (2) mencari
pekerjaan; (3) mengembangkan profesi; (4) berusaha mandiri (wiraswasta); (5)
pengembangan karier; (6) memperkuat kegiatan pendidikan dan (7) dapat juga
untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pada dasarnya penyelenggara Kursus dan Pelatihan adalah seluruh masyarakat
yang berminat untuk menyelenggarakan Kursus dan Pelatihan, baik secara
perorangan maupun kelompok, sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan (memperoleh izin dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat).
Sampai saat ini tercacat sebanyak 224 jenis keterampilan. Dari 224 jenis keterampilan
tersebut, sudah dibakukan menjadi 66 jenis keterampilan.
b. Dasar Pendirian dan Perizinan LKP
Dasar pendirian LKP adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas, Pasal 62 tentang pendirian satuan pendidikan. Ayat (1) Setiap satuan
pendidikan formal dan nonformal yang didirikan wajib memperoleh izin Pemerintah
atau Pemerintah Daerah. Ayat (2) Syarat-syarat untuk memperoleh izin meliputi isi
pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan pendidikan, system
evaluasi dan sertifikasi serta manajemen dan proses pendidikan. Pasal 50 tentang
Pengelolaan Pendidikan Ayat (3) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang
pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf
Internasional.
Perizinan adalah suatu ketetapan Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam hal
ini Dinas Pendidikan pada tingkat Kabupaten/Kota untuk memberikan legalitas atau
pengakuan dan persetujuan resmi atas status penyelenggaraan Kursus dan Pelatihan
dalam melaksanakan programnya. Pengaturan perizinan lembaga kursus dilakukan
dengan tujuan:
a. Memudahkan Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam mengadakan pembinaan
yang mencakup perencanaan, pelaksanaan penilaian, dan evaluasi, serta
pengawasan secara tertib, teratur dan terarah terhadap setiap jenis Kursus dan
Pelatihan;
b. Memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan yang serasi dengan tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan masyarakat, dunia
usaha dan dunia industri;
c. Mengarahkan, menyerasikan, dan mengembangkan program pendidikan nonformal
guna menunjang suksesnya program pembangunan;
d. Melindungi lembaga kursus dan pelatihan dari tindakan di luar peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
e. Melindungi warga masyarakat dari penyalahgunaan penyelenggararaan Kursus dan
Pelatihan yang mengakibatkan kerugian;
f. Memberikan tanggung jawab hukum kepada lembaga Kursus dan Pelatihan.
Masyarakat yang berminat untuk menyelenggarakan LKP dapat mengajukan
proposal pendirian LKP secara lengkap dengan melampirkan bukti-bukti fisik sesuai
persyaratan yang ditetapkan ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat, u.p.
Subdin yangmenangani Pendidikan Luar Sekolah. Persyaratan pendirian LKP adalah:
a. Bukti diri berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP), bukti lainnya yang berlaku;
b. Bukti kepemilikan/sewa tempat;
c. Data kapasitas daya tampung peserta didik;
d. Rencana pembiayaan untuk penyelenggaraan Kursus dan Pelatihan paling sedikit
untuk 1 (satu) tahun ke depan;
INFOKAM Nomor II/Th. X/September/14
69
e. Data sarana dan prasarana yang dimiliki termasuk status gedung yang digunakan
untuk penyelenggaraan Kursus dan Pelatihan;
f. Rencana program yang akan diselenggarakan paling sedikit 1 (satu) jenis;
g. Akta notaris pendirian badan hukum;
h. Struktur Organisasi pengelola Lembaga (pendidik dan tenaga kependidikan);
i. Riwayat hidup penyelenggara atau anggota pengurus badan hukum yang
menyelenggarakan program kursus
2.4 Lembaga Kursus Sebagai Organisasi Jasa
Sebagai lembaga pendidikan, lembaga kursus dapat dipandang sebagai suatu
proses produksi, karena itu dapat diasumsikan sebagai industri jasa. Secara umum
terasumsi bahwa produk dari sekolah adalah lulusannya, namun produk pendidikan
berbentuk jasa layanan pendidikan yang diberikan oleh pihak pengelola pendidikan
kepada pihak yang menerima pelayanan tersebut secara langsung, sesuai dengan
standar mutu tertentu.
Menurut Kotler (1997:428) jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang
ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud
(intangible) dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat
dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Stanton (1996:529) menyatakan
produk pendidikan adalah kegiatan yang dapat diidentifikasi secara sendiri, yang pada
hakekatnya bersifat tak berwujud, yang merupakan pemenuhan kebutuhan, dan tidak
harus terikat pada penjualan produk atau jasa lain. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
jasa memiliki empat karakteristik yaitu: maya atau tidak teraba (intagibility), tak
terpisah (inseparability), heteroginitas, cepat hilang (perishability) dan permintaan
yang berfluktuasi.
Lembaga kursus dan pelatihan sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan pada jalur pendidikan non formal mempunyai kaitan yang sangat erat
dengan jalur pendidikan formal. Selain memberikan kesempatan bagi peserta didik
yang ingin mengembangkan keterampilannya pada jenis pendidikan tertentu yang
telah ada di jalur pendidikan formal juga memberikan kesempatan bagi masyarakat
yang ingin mengembangkan pendidikan keterampilannya yang tidak dapat ditempuh
dan tidak terpenuhi pada jalur pendidikan formal.
Agar penyelengaraan kursus tetap relevan dengan tujuan pendidikan nasional
serta mampu memberikan kontribusi terhadap tuntutan masyarakat, penyelenggaraan
kursus ini harus senantiasa mendapatkan pembinaan secara terus menerus dan
berkesinambungan.
Pembinaan terhadap kursus ini diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Kepmendikbud) Nomor 0151/U/1997 tentang pokok-pokok pelaksanaan
pembinaan program pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan masyarakat.
Kepmendikbud tersebut mengatur tugas dan wewenang pembinaan Dirjen
Diklusepora antara lain :
1) Bertugas dan bertanggung jawab atas pelaksanaan pembinaan teknis pendidikan
luar sekolah yang diselenggarakan masyarakat secara menyeluruh dalam rangka
meningkatkan mutu dan memperluas pelayanan pendidikan kepada masyarakat.
2) Menyusun pola dasar pembinaan pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan
masyarakat, baik di pusat maupun di daerah. Fungsi pembinaan tersebut
selanjutnya dijabarkan dalam Kepmendikbud Nomor 0150b/U/1981 terdiri dari
merencanakan, mengatur melaksanakan dan mengawasi kegiatan :
a. Pembakuan dan penyelesaian kurikulum dan silabus serta alat perlengkapan
belajar.
b. Pengadaan buku pelajaran, buku pedoman/petunjuk, dan alat perlengkapan
serta prasarana dan sarana belajar minimal lainnya.
c. Penataran dan penyegaran pamong belajar/penyelenggara, sumber
belajar/guru dan tenaga teknis lainnya.
d. Penyelenggaraan dan pelaksanaan evaluasi belajar, termasuk ujian.
e. Pembimbingan, penyuluhan dan evaluasi.
70
INFOKAM Nomor II / Th. IX/ September / 14
f.
g.
h.
i.
Penyelenggaraan dan pelaksanaan lomba tiap jenis keterampilan.
Pengadaan Surat Tanda Selesai Belajar dan Ijazah.
Penyusunan laporan pembinaan dan evaluasi kegiatan.
Studi kasus survei, konsultasi, simposium, seminar, lokakarya, penataran, dan
rapat kerja tiap program PLSM.
j. Hal-hal yang berkaitan dengan pembinaan program PLSM.
2.5 Definisi dan Ruang Lingkup Pemasaran
Manajemen pemasaran sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan dari
perwujudan, pemberian harga, promosi dan distribusi dari barang-barang dan jasa
serta gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang
memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi (Kotler, 1997:6). Sumami dan Suprihanto
(1995:33) mengemukakan bahwa pemasaran adalah analisis, perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan,
membentuk dan mempertahankan peraturan yang menguntungkan dengan pembeli
sasaran (target buyer). Radiany, Rahmadi (2005) mengemukakan bahwa pemasaran
atau marketing yaitu memberikan kemakmuran pada konsumen dan masyarakat dalam
jangka waktu panjang.
Definisi di atas menunjukan manajemen pemasaran adalah suatu proses
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang mencakup barang dan jasa serta
gagasan, berdasarkan pertukaran manfaat dan tujuannya memberikan kepuasan bagi
pihak yang terlibat yakni pelanggan dan organisasi. Atas dasar di atas perusahaanperusahaan merancang sebuah strategi marketing atau pemasaran yang berbasis
kepuasan pelanggan termasuk LKP Sinar Nusantara yang akan dijadikan objek
penulisan karya ilmiah ini.
Jadi yang dimaksud dengan strategi disini adalah suatu cara yang direncanakan
pimpinan, untuk mencapai tujuan jangka panjang organisasi disertai dengan upaya
atau cara supaya tujuan tercapai dengan mengendalikan unsur-unsur yang ada
didalamnya.
2.6 Alasan-Alasan Strategi Marketing Dibutuhkan
Perubahan perikau konsumen terus mengalami perubahan seiring dengan
munculnya produk-produk baru dan dibarengi dengan perubahan sosial dan ekonomi.
Dalam kondisi ini strategi marketing memegang peranan strategis dalam menjawab
harapan perusahaan untuk mencapai keseimbangan perusahaan. Menurut Radiany,
Rahmadi (2005:16) ada tiga alasan dibutuhkannya strategi marketing yaitu :
1. Banyaknya barang dan jasa yang bersifat substitusi.
2. Konsumen memilih barang substitusi karena barang awal sulit dicari atau ada
barang pengganti yang lebih murah dan lebih efisien sehingga konsumen beralih
ke barang lain.
3. Banyak merk dari barang sejenis yang dipasarkan oleh kompetitor menimbulkan
merk di pasar semakin banyak dan konsumen memiliki pilihan yang banyak.
4. Pemasar harus survive maju dan berkembang guna melawan serangan
kompetitornya.
Dalam hal ini sebuah perusahaan harus menetapkan langkah-langkah
strategisnya, menurut Amirullah (2002) dalam Radiany, Rahmadi (2005:13) langkahlangkah utama dalam implementasi strategi pemasaran yang unggul dikelompokkan
dalam lima kegiatan utama, yaitu :
a. Mengidentifikasi peluang pasar.
b. Mengembangkan dan melaksanakan strategi memasuki pasar.
c. Mengembangkan dan melaksanakan strategi penerobosan pasar.
d. Mengembangkan dan melaksanakan strategi mempertahankan pangsa pasar.
e. Mengelola bauran pemasaran (marketing mix) yang dalam hal ini menjadi objek
kajian di LKP Sinar Nusantara Semarang.
INFOKAM Nomor II/Th. X/September/14
71
2.7 Model Penawaran Jasa Pendidikan
Proses penawaran jasa pendidikan dapat mengacu pada Alma (1998 : 12) dan
memodifikasinya sehingga diperoleh hubungan seperti pada gambar 1.1 pada tampak
elemen bauran pemasaran yang terdiri dari 7P yaitu product, price, place, promotion,
personal trait ,promotion dan physical evidence, mempengaruhi Golan siswa sehingga
mau mendaftar. Informasi tentang bauran pemasaran diperoleh calon siswa dari
berbagai sumber seperti dari media massa, orang tua, family, alumni, guru sekolah,
siswa dan sebagainya. Model Penawaran Jasa Pendidikan
digambar sebagai berikut;
INPUT
PENYUSUNAN DESAIN
Land
Man
Capital
Management
PENGATURAN:

Manusia

Kurikulum

Fasilitas

Leaning Environment

Program/jurusan

Employment office

Mapping Technique

Deversifikasi
4P + Personal traits
PRODUCT

Layanan Akademik

Layanan Sosial
Kultural

Price

SPP, Sumbangan

Place

Lokasi

Promotion

Media

Personal Traits

Unsur pimpinan

Guru dan karyawan
Process + Physical eviden
KINERJA GURU

Proses pembelajaran

Praktikum

Seminar/ workshop

Gedung ruang

Lab / perpustakaan

Olah raga

Keagamaan

Kesenian

Cafeteria

Toko/ koperasi
PENAWARAN JASA




Teaching
Public Service
Hubungan masyarakat
Pembinaan Alumni
Tujuan/output
Meningkatkan mutu
pendidikan
Citra eksistensi sekolah
Value Added
Keilmuan Ekonomi
Prestise
Jumlah peminat
Gambar 1.1 Penawaran Jasa pendidikan Sumber Alma (1998:122)
Penawaran jasa pendidikan dapat menggunakan 7P yang terdiri ( product, price,
place, promotion, personal trait, promotion dan physical evidence). Strategi 7 P yang
efektif diharapkan mampu meningkatkan keputusan siswa dalam memilih Lembaga
Kursus dan Pelatihan.
2.8 Marketing Mix dalam Pemasaran Jasa pendidikan
Dalam artikel Alex Sujanto (Infokam nomor I/Th.X/maret 2014:5-7) dijelaskan
bahwa bauran pemasaran untuk usaha jasa pendidikan pada Lembaga kursus dan
Pelatihan terdapat 7 strategi pemasaran (Marketing Mix-7p) yaitu: Product, Price,
72
INFOKAM Nomor II / Th. IX/ September / 14
Promotion, Place, personal Traits, Process, dan Physical Evidence. Dari ke tujuh strategi
marketing mix tersebut di jelaskan sebagai berikut:
1) Product.
Produk merupakan hal mendasar yang menjadi pertimbangan preferensi
pilihan bagi calon siswa. Strategi produk dapat berupa diferensiasi produk akan
memberikan dampak terhadap kesempatan lapangan kerja dan menimbulkan citra
terhadap lembaga sekolah. Menurut Kotler (1997:8) produk adalah apa saja yang
ditawarkan ke dalam pasar untuk dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi sehingga
dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan termasuk di dalamnya barang fisik,
jasa, orang, tempat, organisasi, dan ide. Produk merupakan segala sesuatu yang
dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan
(Cravens, sebagaimana dikutip Lingga Purnama, 2002:109). Produk yang
dipasarkan bisa berupa : barang, fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan bahkan
gagasan. Kottler (1988 : 446) menegaskan sebuah produk paling tidak memiliki tiga
atribut, yakni:
a) Atribut yang berhubungan dengan produk itu sendiri terdiri dari: kualitas,
model, nama merk, kemasan, dan sebagainya
b) Atribut yang berhubungan dengan manfaat yang diharapkan oleh konsumen
untuk mengkonsumsi produk tersebut, yakni sejumlah kepuasan (satisfaction)
yang diperoleh, dan atribut yang berhubungan dengan dukungan pelayanan
pemasaran produk yang meliputi semua elemen pemasaran produk seperti :
sarana dan prasarana pemasaran, kegitan penjualan (delivery), pelayanan
purna jual (after sales services), garansi pemakaian produk (warrantly), dan
reputasi produk di mata konsumen.
Sebuah perusahaan bisa menghasilkan produk tunggal (single product) yang
kemudian dikembangkan terus-menerus menjadi suatu lini produk (product line),
tetapi sebuah perusahaan bisa saja membuat berbagai jenis produk ( product mix).
Luck, ferrel, dan lucas (1989 : 239 - 241) menjelaskan produk bisa dijadikan suatu
variable strategi perusahaan sebab :
a) Produk yang bagus merupakan dasar untuk memenangkan dan mempertahankan pangsa pasar (market share),
b) Pertumbuhan produk merupakan salah satu sasaran yang ingin dicapai oleh
perusahaan.
Menurut Kottler (1989 : 51-54) dalam merencanakan penawaran pasar,
produsen atau penjual perlu berpikir melalui lima tingkatan produk yakni:
a) Tingkatan paling dasar adalah manfaat inti ( core benefit), yaitu manfaat dasar
yang sesungguhnya dibeli oleh konsumen.
b) Pada tingkatan kedua, penjual harus mengubah manfaat inti itu menjadi produk
dasar (basic product)
c) Pada tingkatan ketiga, penjual menyiapkan suatu produk yang diharapkan
(expected product), yaitu suatu set atribut dan kondisi yang biasanya disetujui
oleh pembeli ketika membeli produk tersebut
d) Pada tingkatan keempat, penjual menyiapkan produk yang dilengkapi,
(augmented product) yang dapat memenuhi keinginan pelanggan melampaui
harapan mereka
e) Pada tingkatan kelima terdapat produk potensial ( potential product) untuk
memuaskan pelanggan dan membedakan penawarannya.
2) Price (Harga)
Kotler (1997:559) mendefinisikan harga sebagai jumlah uang yang harus
dibayar pelanggan untuk suatu produk. Alma (2003:383) menyatakan bahwa harga
berjalan sejajar dengan mutu produk. Apabila mutu produk baik, maka calon siswa
berani membayar lebih tinggi, artinya bila SPP dinaikan tidak mengurangi minat
calon siswa, sepanjang produknya bermutu. Harga adalah variable yang paling
dipertimbangkan oleh pembeli, namun karena tidak dapat dikontrol, maka
umumnya harga merupakan salah satu variable fleksibel. Untuk menetapkan
strategi pemasaran, pertama kali yang penting adalah keputusan tentang harga
INFOKAM Nomor II/Th. X/September/14
73
produk. Faktor harga cenderung menjadi komponen kunci sepanjang siklus hidup
produk, untuk beberapa kasus menjadi komponen paling penting dalam marketing
mix. Berbagai aspek tentang strategi harga yang perlu dipahami misalnya
a) Hubungan antara harga dan nilai produk
b) Pentingnya penentuan strategi harga
c) Keputusan tentang harga yang sistematik
d) Memperbaiki tujuan-tujuan dan penetapan harga (survival, sasaran return
of investment, market share, some anticipated problems)
e) Determinan-determinan harga (ekonomis, persaingan, kebijakan internal,
Siklus hidup produk, analisa portofolio dan keputusan harga, kurva
perkembangan harga)
f) Harga dalam proses perencanaan strategi
g) Praktek-praktek pengaturan dan mengevaluasi harga
Harga digunakan untuk mencapai sejumlah tujuan. Proses penetapan tujuan
harga tersebut dibentuk dalam lingkungan internal organisasi. Tujuan tersebut
harus konsisten dengan arah internal dan harmonis dengan lingkungan eksternal.
Beberapa tujuan harga yang digunakan perusahaan antara lain : kelangsungan
operasional, target pengembalian investasi, pangsa pasar dan berbagai
pertimbangan persaingan, dan mungkin menggunakan lebih dari satu tujuan harga
pada suatu saat (Luck, Ferrel, dan Lucas; 1989: 251-252). Ada berbagai sasaran
harga yang potensial menurut tujuan atau posisi produk yang meliputi posisi-posisi
: bertahan, stabilisasi, pengendalian, kinerja keuntungan, dan pangsa pasar.
Penentuan harga secara micro ekonomi didasarkan pada analisis marginal dengan
focus pada tingkat keuntungan optimal. Harga juga dapat ditentukan dengan
membandingkan harga produk sejenis dari kompetitor; juga bisa ditentukan oleh
adanya kebijakan harga ditetapkan, misalnya : harga merupakan status symbol
dari konsumen (symbolic), penentuan harga yang berbeda-beda untuk lini produk
(price line), pemberian discount pada harga lini produk tertentu. Harga juga
berkembang menurut siklus hidup produk. Keputusan harga produk dipengaruhi
oleh siklus produk mulai dari tahap pengembangan produk baru, introduksi,
pertumbuhan, kematangan, sampai tahap penurunan seperti pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Keputusan Harga Didasarkan pada Siklus Kehidupan Produk
Stages
Price Decesion
Estabilish price objectives : analyzed determinants of pince, cost, competition,
New product
supply, demand, legal and other environtment variables, determine price and
value perception
Introduction
Establish skimming or penetration introductory price, or skimming price for
premium product variation and panetration
Growth
Consider price reductions to estabilish market position if production cost decrease;
costumary trade discounts; attention to broadening the market by using price to
combat competition, strengthen dealer relation, and improve the
Matuturity
Price defensively to protect position against competition; search for incremental
pricing opportunities through premium priced product variations; increase optioms,
service, and quality to any, market willing to accept higher prices;
Decline
Price to maintain profits without regard to effects on market share; adjust price to
changes in costs; special price reductions
To close out or withdraw thdraw from the market; increase prices to loyal market
to maintain profits or cover costs
Sumber : Chester R. Wasson, 1947 . dynamic Competitive
Strategy and product Life Cycles St. Charles.
Harga secara langsung berkaitan dengan setiap macam strategi pemasaran,
karena itu penetapan harga perlu secara jelas menggambarkan strategi pemasaran
yang dipilih. Menurut Guiltinan dan Gordon (1990: 219-220) terdapat beberapa
sasaran penetapan harga :
a) Menaikkan tingkat pembelian, strategi ini dilakukan dengan cara penetrasi
harga jika harga elastis terhadap permintaan.
b) Meningkatkan permintaan bukan pemakai (non-user)
74
INFOKAM Nomor II / Th. IX/ September / 14
c) Mempertahankan pelanggan lama, dalam hal ini penurunan harga secara gilagilaan dan pesaing mungkin akan dilayani/disesuaikan atau kenaikan biaya
tidak dibebankan kepada pelanggan, namun strategi ini sangat jangka pendek.
d) Mempertahankan pelanggan yang menguntungkan, khususnya untuk produk
yang berkembang dimana lebih menekankan profitabilitas dari pada volume dan
pangsa pasar.
e) Menarik pelanggan baru dengan harga. Jika harga merupakan nilai utama atau
satu-satunya untuk meningkatkan pangsa pasar maka persaingan harga frontal
mungkin tepat. Strategi ini akan tercapai jika pesaing tidak melakukan tindakan
balasan.
f) Menarik pelanggan baru dengan kualitas. Dalam situasi tertentu harga
digunakan pembeli sebagai indikator kualitas. Pembeli seperti ini jarang begitu
saja tertarik dengan harga yang rendah.
3) Promotion (promosi)
Promosi mencakup semua kegiatan untuk memperkenalkan produk dan
bertujuan agar konsumen tertarik untuk membelinya. Alma (2003:132) mengutip
pendapat Levitt bahwa universitas New York menghabiskan dana sebesar
$100.000 pada tahun 1972, untuk memasang iklan. Hasilnya sangat positif, karena
dapat meningkatkan calon mahasiswa sebanyak 8% dari sebelumnya. Murphy
(1978;249) mengatakan bahwa “Fifty percent of the school had used advertising
for only about there years… as competition for students increases so would the
willingness of scholls to use advertising ”. Dikemukakan oleh Alma (2003:136)
bahwa ada tiga strategi yang sering di gunakan yaitu : advertising, program
development dan market concept. Hasil penelitian Alma menyimpulkan media
promosi yang digunakan oleh PTS di Jawa Barat ialah: publikasi di surat kabar,
publikasi di radio, mengundang pejabat, memasang spanduk, brosur, bulletin,
televisi, logo, kunjungan, ke SLTA. Guna memasarkan suatu produk dengan
berhasil, pimpinan harus mengembangkan program komunikasi yang efektif yang
di tunjukan kepada para pembeli dan atau distributor. Secara spesifik promosi
penjualan, periklanan, dan penjualan tatap muka adalah tiga jenis pokok dari
program komunikasi pemasaran yang dapat digunakan oleh para manajer.
Menurut Gultian dan Gordon dalam Mautana (1990;245-246) bahwa programprogram komunikasi dapat mencapai satu atau lebih pengaruh-pengaruh umum
berikut:
a) Program komunikasi dalam melengkapi para pembeli dengan informasi yang
memperkuat kesadaran dan pengetahuan tentang produk yang dipasarkan atau
tentang organisasi yang mempengaruhi produk tersebut.
b) Program komunikasi dapat mempengaruhi sikap dan kesuksesan pembeli akan
suatu produk.
c) Progam komunikasi dalam memotivasi pembeli untuk mengambil tindakan
positif berkenaan dengan produk yang dipasarkan atau organisasi yang
menghasilkannya.
Periklanan disebut juga kampanye periklanan, meliputi pesan yang di bayar
yang di rancang untuk memberi tahu, mengingkatkan atau menyakinkan pembeli
atau pemakai tentang produk. Sedangkan promosi penjualan adalah perangsang
(insentif) ekonomis, hiburan, atau informasi yang di tawarkan oleh suatu
perusahaan kepada para pembeli atau distributor. Karena pengaruh utama dari
promosi penjualan adalah untuk merangsang tindakan tertentu dari pembelian,
maka sasaran haruslah secara spesifik merumuskan macam tindakan yang
diinginkan. Pada umumnya ada enam macam sasaran yang dapat ditetapkan dari
program promosi penjualan, yakni:
a) Merangsang pertanyaan (stimulating inquines)
b) Meningkatkan mencoba produk
c) Mendorong pembelian ulang
d) Membina lalulintas pengunjung
INFOKAM Nomor II/Th. X/September/14
75
e) Mendorong penyimpanan persediaan (inventory building)
f) Mendapatkan bantuan promosi distributor.
4)
Place (lokasi)
Lokasi adalah kegiatan untuk menyampaikan produk kepada konsumen
(Yulianto (2001:18). Produk tidak akan mempunyai arti apa-apa bagi konsumen
apabila tidak di sampaikan atau tidak tersedia pada saat dan tempat yang mudah
dicapai kendaraan umum, cukup berperan sebagai pertimbangan calon siswa
untuk memasuki suatu kursus. Lokasi kursus sangat menentukan pilihan bagi
peserta didik, misalnya mereka menyenangi lokasi di kota dan yang mudah dicapai
kendaraan umum.
5)
Personal Traits (Tenaga Personalia)
Personal traits dalam bauran pemasaran adalah karakter/sifat personalia
meliputi pimpinan dan personal lembaga pendidikan lainya sebagai pihak dan
pemberi jasa yang dapat meningkatkan kualitas jasa pendidikan. Personal traits
dapat berupa perilaku unsur pimpinan, insruktur dan karyawan. Figur pimpinan
dapat membawa perkembangan bagi lembaga tersebut, sebaliknya dapat pula
menjatuhkan nama bagi lembaga. Demikian pula guru beserta saluran jajaran
karyawan yang melayani siswa. Gorman (1974:246) menyatakan betapa
pentingnya tenaga pengajar, dia juga merangkap sebagai pembangkit image
positif terhadap siswa. Pelayanan atau produk yang di hasilkan sekolah sangat di
pengaruhi oleh tenaga guru yang kompeten, profesional dalam bidangnya dan
melakukan proses belajar secara teratur. Profesional guru seperti diatur dalam bab
II pasal 7 Undang-Undang Guru dan Dosen merupakan bidang pekerjaan khusus
yang dilaksanakan antara lain berdasarkan prinsip:
a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme
b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketaqwaan dan akhlak mulia
c) Memiliki kualifikasi akademik dam latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas
d) Memiliki kompetensi yang di perlukan dengan bidang tugas
e) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan
f) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
6)
Process (proses)
Proses menciptakan dan memberikan jasa pada pelanggan merupakan
faktor utama dalam marketing mix jasa, karena pelanggan jasa akan memandang
system pemberian jasa tersebut sebagai bagian dari jasa itu sendiri (Payne,
2000:2010). Proses dalam hal ini seperti: mekanisme pelayanan, prosedur, jadwal
kegiatan serta rutinitas lainya seperti mengajar, membimbing, mengevaluasi,
kejelasan dari kebijakan, aturan atau prosedur, kelancaran informasi yang di
perlukan, akan sangat mempengaruhi pada pelanggan dalam menilai kualitas jasa
yang di berikan oleh lembaga. Pengadaan tenaga kependidikan atau guru yang
profesional tidak lain karena guru adalah orang kunci dalam berinteraksi langsung
dengan siswa, baik dalam PBM (proses Belajar Mengajar) maupun dalam
pembinaan setiap harinya, maka diharapkan pencapaian tujuan pendidikan baik
secara nasional maupun kelembagaan cepat lebih terwujud.
7)
Physical Evidence (Kondisi Fisik)
Alma (2003:119) mengutip Zeithaml dan Bitner bahwa physical evidence is
the environment in which the servise is delivered and where the firm and custumer
interact, and any tangible components that facititate performance or
communication of the service. Kondisi fisik sekolah dapat berupa gedung
/bangunan, dan segala saran dan fasilitas yang tersedia. Kondisi fisik dapat
76
INFOKAM Nomor II / Th. IX/ September / 14
membantu positioning dan organisasi jasa dan memberikan dukungan penting
pada pelayanan jasa. Kondisi fisik juga dapat mempengaruhi konsumen penerima
jasa dalam mempertimbangkan kualitas yang di tawarkan. Dalam membangun
sarana fisik, perlu di pertimbangkan untuk dapat menjadikan jasa lebih berwujud,
jasa lebih mudah diterima dan lingkungan secara keseluruhan agar dapat
mencerminkan kualitas sesuai dengan harapan atau melampaui harapan yang
diinginkan dalam memotivasi keputusan pembeli pelanggan.
3. KESIMPULAN
Keberlangsungan lembaga kursus dan Pelatihan agar dapat menjawab kebutuhan
masyarakat diperlukan integrasi dan interaksi strategi dengan bauran pemasaran yang di
kenal dengan marketing mix, yang terdiri 7P yaitu Product, Price, Promotion, Place,
personal Traits, Process, dan Physical Evidence dengan cara meklasifikasikan segmen
pasar terhadap jenis program yang ada di lembaga kursus dan pelatihan. Apabila
pengelola kursus bisa melakukannya dengan baik maka eksistensi lembaga dapat tercapai
dengan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Borneo Tribune, Sumber: http://www.borneotribune.com/index.php, peningkatan lembaga
kursus. Lembaga kursus memiliki peran paling penting dalam mengentaskan
kemiskinan, dituntut untuk memiliki pengajar yang berkualitas . Senin 3 November 2014
Copy from: http://www.majalahpengusaha.com/content/809/48/ . Teknik promosi dan
Marketing Lembaga Pendidikan. Sabtu 18 oktober 2014.
Dharmmesta, B. S & Handoko T. H. 2000., Manajemen Pemasaran, Analisa Perilaku Konsumen,
Edisi Pertama, Cetak Ketiga, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Kotler dan Amstrong. 1995., Dasar-dasar Pemasaran, Alih Bahasa Drs. Alexander Sindoro, Jilid
2, prenhellindo, Jakarta.
Kotle, Philip and Cox, Keith., 1984. Manajemen dan Strategi Pemasaran, Erlangga, Jakarta.
Kibildis, William. 1998. The Product Devepment Challenge; CPCU Journal (June)
Kotler. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol , Alih
Bahasa Hendra Teguh dan Ronny A. Rusli. Jilid 1 dan Jilid @, Prenhallindo, Jakarta.
Radiany, Rahmadi,(2006), Manajemen dan Strategi Pemasaran, Memenangkan Persaingan”
Surabaya; Mahardika.
Risdwiyanto, Andriya dan Dharmmesta, B.S. 2001. Perkembangan konsep jasa pendidikan
tinggi berbasis keinginan konsumen potensial ; Journal Ekonomi Bisnis Indonesia, vol.
16.
Stanton. 1996. Prinsip Pemasaran, Alih bahasa Drs. Sadu Sundaru, Edisi Ketuju, Jilid 2, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomer 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional.
Rabu, 29 Oktober 2014 http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2261194 - pengertianinteraksi/#ixzz1t1fDNtat
Kamis, 30 Oktober 2014 From : http://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial
Kamis, 6 Nov 2014 http://carapedia.com/pengertian_definisi_strategi_info 2036 .html
Kamis, 6 Nov 2014 www.Infokursus.com
Download