BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

advertisement
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari Bahasa Perancis Kuno “Management”
yang artinya adalah seni melaksanakan dan mengatur. Selain itu manajemen
juga mengandung arti suatu proses dalam rangka mencapai tujuan dengan
bekerja bersama melalui orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya
dimana dalam mencapainya diperlukan perencanaan yang matang,
pelaksanaan yang konsisten dan pengendalian yang kontinu agar tujuan
yang diinginkan dapat tercapai dengan efisien dan efektif.
Menurut Hasibuan (2007:09) menyatakan bahwa “Manajemen
adalah ilmu dan seni mengatur pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan”.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
manajemen merupakan suatu proses kerjasama dari sekelompok orang
untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah disepakati bersama dengan
menggunakan cara-cara yang sistematis, efisien dan efektif, dimana efisien
10
disini mengandung arti tepat dan akurat dengan tidak membuang waktu
secara percuma dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
2. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu ilmu atau cara
bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja)
yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan
secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaann.
Selain itu Manajemen Sumber Daya Manusia juga mengandung pengertian
suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan,
pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang
aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah
ditentukan. menurut Fathoni (2006:140) “Manajemen sumber daya manusia
adalah suatu proses pengendalian berdasarkan fungsi manajemen terhadap
daya yang bersumber dari manusia (Human Resources)”.
Sementara menurut Hasibuan (2007:10) “Manajemen sumber daya
manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga
kerja agar efektif dan membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan
dan masyarakat”.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah suatu alat
untuk mencapai suatu tujuan atau kemampuan dalam memperoleh suatu
manfaat atau keuntungan dari kesempatan-kesempatan yang ada. Begitu
juga sumber daya manusia yaitu orang-orang yang mengatur, merancang
11
dan menghasilkan barang atau jasa, mengawasi mutu atau kualitas,
memasarkan produk, mengalokasikan sumber daya
finansial serta
merumuskan seluruh strategi dan tujuan organisasi.
Manajemen sumber daya manusia lebih terfokus pada kegiatankegiatan atau aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan agar sumber daya
manusia dalam organisasi dapat didayagunakan secara efektif dan efisien,
guna mencapai berbagai tujuan.
3. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Hasibuan (2007:21)
adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Manajerial
i.
Perencanaan (Planning), mendefinisikan tujuan penetapan srategi dan
pengembangan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan.
ii. Pengorganisasian (Organizing), menentukan tugas yang dikerjakan,
orang yang mengerjakan, bagaimana tugas dikelompokan, kepada
siapa tugas tersebut dipertanggung jawabkan dan sejauh mana tingkat
keputusan diambil.
iii. Pengarahan
(Leading),
memotivasi
karyawan,
mengarahkan,
menyeleksi saluran komunikasi yang paling efektif digunakan dari
memecahkan konflik.
iv. Pengendalian (Controling), pemantauan untuk memastikan apakah
kegiatan-kegiatan yang berlangsung sesuai dengan rencana.
12
b.Fungsi Operasional
i. Pengadaan (Procurement), proses penarikan, seleksi, penempatan untuk
mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan perusahaan.
ii. Pengembangan (Development), proses peningkatan keterampilan teknis,
teoritis, konseptual dan modal karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan masa kini maupun masa depan.
iii. Kompensasi (Compensasion), proses pemberian balas jasa langsung
(direct) dan tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan
sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip
kompensasi ini adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi
kerjanya, layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta
berpedoman kepada upaha minimum pemerintah.
iv. Pengintegrasian (Integration), merupakan kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan agar tercipta kerjasama
yang serasi dan saling menguntungkan.
v. Pemeliharaan
(Maintenance),
kegiatan
untuk
memelihara
atau
meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan agar tetap mau
bekerja sampai karyawan tersebut pensiun. Pemeliharaan yang baik
dengan
memberikan
kesejahteraan
kepada
karyawan
berdasarkan
kebutuhan serta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi.
13
Karyawan sadar untuk mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan normanorma sosial.
vi. Pemberhentian (Separation), merupakan putusnya hubungan kerja seorang
dengan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun dan sebab-sebab
lainnya.
4. Definisi Stress
Berbagai definisi mengenai stress telah dikemukakan oleh para ahli
dengan versinya masing-masing, walaupun pada dasarnya antara satu
definisi dengan definisi lainnya terdapat inti persamaannya.
Menurut Prabu (2009), Stress kerja adalah “perasaan tertekan
yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan”.
Menurut Robert Kreitner & Angelo Kinicki (2005), “Stress adalah suatu
respons yang adaptif, dihubungkan oleh karakteristik atau proses psikologis
individu, yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan eksternal,
situasi atau peristiwa yang menempatkan tuntutan psikologis atau fisik
khusus pada seseorang”.
Menurut pendapat Fathoni (2006:176) menyatakan bahwa stress
adalah “Suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir dan kondisi seseorang”.
Orang-orang yang mengalami stress menjadi nervous dan
merasakan kekhawatiran kronis. Mereka sering menjadi marah-marah,
agresif dan tidak rileks atau memberikan sikap yang tidak kooperatif. Stres
dapat berarti menjadi positif jika situasinya bisa memberikan kesempatan
14
bagi individu untuk berkembang dan sebaliknya dapat berarti negatif jika
individu menghadapi suatu hambatan atau tuntutan tertentu.
Stress pada tingkat tertentu merupakan kesempatan bagi seseorang
untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Seseorang yang mengalami stress
sering kali dapat secara positif meningkatkan kemampuan kerja pada tingkat
yang baik, namun stres pada tingkatan yang berlebihan dapat menurunkan
kinerja karyawan.
5. Penyebab-penyebab Stress
Menurut Fathoni (2006:176) faktor-faktor penyebab stress karyawan adalah
sebagai berikut :
a. Beban kerja yang sulit dan berlebihan
b. Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan tidak wajar
c. Waktu dan peralatan kerja yang kurang
d. Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja
e. Balas jasa yang terlalu rendah
f. Masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua dan lain-lain
Menurut Hans Selye dalamRobert Kreitner & Angelo Kinicki (2005), yang
dianggap sebagai bapak dari konsep stres modern, merintis pemisahan
antara penyebab stres dengan respons stres. Lebih lanjut, Selye menekankan
bahwa peristiwa positif maupun negatif dapat memicu suatu respons stres
yang identik yang menghasilkan suatu hasil yang positif sebagai eustres
(eustres).
15
Menerima suatu penugasan pekerjaan yang sulit merupakan contoh-contoh
penyebab stres yang menghasilkan eustres. Ia juga mencatat bahwa :
a. Stress bukanlah sekedar ketegangan syaraf
b. Stress dapat memiliki konsekuensi yang positif
c. Stress bukanlah sesuatu yang harus dihindari
d. Tidak adanya stress sama sekali adalah kematian
Hal-hal ini memperjelas bahwa stress tidak dapat dielakkan. Usaha-usaha
perlu diarahkan pada pengelolaan stress dan bukan menghindarinya sama
sekali (Robert Kreitner & Angelo Kinicki:2005).
6. Pendekatan Stress Kerja
Ada 4 pendekatan terhadap stress kerja, yaitu dukungan sosial (social
support), meditasi (meditation), biofeedback dan program kesehatan pribadi
(personal wellenss programs). Pendekatan tersebut sesuai dengan pendapat
Keith Davis dan John W.Newstorm sumber dari Mangkunegara (2009:157)
yang mengemukakan bahwa
“four approaches that of ten involve employee and management
cooperation for stress management are social support, meditation,
biofeedback and personal wellness programs”.
a. Pendekatan Dukungan Sosial
Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan memberikan
kepuasan sosial kepada karyawan. Misalnya, bermain game, lelucon,
dll.
16
b. Pendekatan Melalui Meditasi
Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan cara berkonsentrasi ke
alam pikiran, mengendorkan kerja otot dan menenangkan emosi.
Meditasi ini dapat dilakukan selama dua periode waktu yang masingmasing 15-20 menit. Meditasi bisa dilakukan di ruangan khusus.
Karyawan yang beragama islam bisa melakukannya setelah shalat
Dzuhur melalui doa dan zikir kepada ALLAH SWT.
c. Pendekatan Melalui Biofeedback
Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis. Melalui bimbingan
dokter, psikiater dan psikolog, sehingga diharapkan karyawan dapat
menghilangkan stres yang dialaminya.
d. Pendekatan Kesehatan Pribadi
Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya
stress.
Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontinu memeriksa
kesehatan, melakukan relaksasi otot, pengaturan gizi dan olahraga
secara teratur.
7. Cara Mengatasi Stress Kerja
Menurut Mangkunegara (2009:158) mengemukakan bahwa cara mengatasi
stress kerja adalah dengan cara mendeteksi penyebab stress dan bentuk
reaksinya, maka ada 3 pola dalam mengatasi stres yaitu :
a. Pola Sehat, adalah pola menghadapi stress yang terbaik
yaitu dengan kemampuan mengelola perilaku dan tindakan
17
sehingga adanya stress tidak menimbulkan gangguan, akan
tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang. Mereka yang
tergolong kelompok ini biasanya mampu mengelola waktu
dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga
ia tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun
sebenarnya tantangan dan tekanan cukup banyak.
b. Pola Harmonis, adalah pola menghadapi stres dengan
kemampuan mengelola waktu dan kegiatan cara harmonis
dan tidak menimbulkan berbagai hambatan. Dalam pola
ini, individu mampu mengendalikan berbagai kesibukan
dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara teratur.
Dengan
demikian,
akan
terjadi
keharmonisan
dan
keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan reaksi
yang diberikan. Demikian juga terhadap keharmonisan
antara dirinya dan lingkungan.
c. Pola Patologis, adalah pola menghadapi stres dengan
berdampak berbagai gangguan fisik maupun sosialpsikologis.
d. Dalam pola ini, individu akan menghadapai berbagai
tantangan
dengan
cara-cara
yang
tidak
memiliki
kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu.
18
Cara ini dapat menimbulkan reaksi-reaksi berbahaya
karena bisa menimbulkan berbagai masalah-masalah yang
buruk.
8. Menurut Fathoni (2006), dimensi dari stress terhadap turnover
karyawan dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Adanya masalah pribadi baik dengan pemimpin atau rekan
kerja seperti hubungan kerja yang tidak harmonis dan tidak
dapat diselesaikannya pekerjaan yang diberikan oleh atasan
dapat menjadi penyebab terjadinya turnover karyawan.
b. Adanya masalah keluarga yang sedang dihadapi dimana
karyawan memdapatkan kesulitan dari perusahaan dalam
meminta izin untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
c. Pemberian kompensasi yang tidak sesuai dengan bidangnya
atau jenjang pendidikan karyawan, pemotongan upah lembur
dikarenakan karyawan dinilai tidak bekerja maksimal pada saat
lembur.
d. Beban pekerjaan yang terlalu banyak dan berlebihan sepeti
target penyelesaian pekerjaan yang tinggi, banyaknya peraturan
yang membuat karyawan merasa tertekan dalam bekerja, rasa
bosan dikarenakan mengerjakan rutinitas yang sama setiap
harinya serta adanya ketidakadilan dari pemimpin dalam
pembagian tugas kepada bawahan.
19
9. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan
semangat kerja karyawan. Dengan adanya sikap kepemimpinan yang baik,
maka karyawan akan merasa betah dan bertahan untuk tetap bekerja pada
perusahaan. Sikap kepemimpinan yang baik da dapat diterima oleh
karyawan juga dapat menekan tingkat stress dari karyawan itu sendiri
sehingga akan menciptakan suasana kerja yang kondusif, menyenangkan
dan menghasilkan kinerja yang maksimal sehingga tujuan dari perusahaan
akan tercapai sesuai dengan apa yang diinginkan dan direncakan
sebelumnya.
Menurut Jerald Greenberg (2008:h.501), Pemimpin
adalah
individu di dalam sebuah organisasi yang memegang peranan terbesar
untuk mempengaruhi orang lain. Sedangkan Kepemimpinan adalah sebuah
proses dimana seorang individu mempengaruhi anggota kelompok lainnya
guna memenuhi tujuan-tujuan organisasi atau kelompok.
Untuk
menjadi
seorang
pemimpin
yang
baik
tidaklah
mudah.Menurut Hodgetss (2006;h.400), Pola perilaku kepemimpinan dapat
diterjemahkan ke dalam tiga gaya kepemimpinan yaitu :
a. Kepemimpinan Otoriter (Authoritarian Leadership)
Menggunakan perilaku yang berpusat kepada pekerjaan, yang dirancang
untuk memastikan pemenuhan pekerjaan. Tipe kepemimpinan ini
biasanya menggunakan cara komunikasi satu arah, dari Manajer kepada
anak buahnya.
20
b. Kepemimpinan Paternalistik (Paternalistic Leadership)
Menggunakan perilaku yang berpusat kepada pekerjaan, namun
dibarengi dengan hal yang mementingkan dan memperhatikan hal-hal
yang berpusat kepada karyawan.
c. Kepemimpinan Partisipatif (Partisipative Leadership)
Menggunakan pendekatan baik perilaku yang berpusat pada pekerjaan
dan perilaku yang berpusat kepada orang.Partisipative Leader biasanya
mendorong orang-orang mereka untuk memainkan peran yang aktif
dalam mengintrol pekerjaan mereka dan biasanya wewenang sangat
didesentralisasi.
Kepemimpinan yang kurang baik dapat menurunkan tingkat kinerja
dan semangat kerja karyawan pada suatu perusahaan. Menurut Alex
Nitisemito dalam buku Memahami God Governance dalam Perfektif
Sumber Daya Manusia (2011:326) mengemukakan sebagai berikut:
Seorang pemimpin yang baik harus waspada dalam mengetahui
tanda-tanda atau factor-faktor yang menyebabkan turunnya semangat
kerja.Alex S Nitisemito mengatakan bahwa indikasi mengenai penyebab
turunnya semangat kerja antara lain:
2
Turun atau rendahnya produktifitas kerja
Turunnya produktifitas ini dapat diukur atau diperbandingkan dengan
waktu sebelumnya. Produktivitas yang turun ini dapat terjadi karena
kemalasan, penundaan pekerjaan dan sebagainya.
21
Hal ini berarti merupakan petunjuk bahwa dalam perusahaan tersebut
terjadi penurunan semangat kerja.
3
Tingkat absensi yang naik
Tingkat absensi yang meningkat juga merupakan salah satu indikator
turunnya semangat kerja dan kegairahan kerja karyawan.
4
Perputaran karyawan yang tinggi
Keluar
masuknya
karyawan
yang
tinggi
tersebut
disebabkan
ketidakpuasan dalam bekerja di perusahaan tersebut, sehingga
karyawan berusaha mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih sesuai.
Tingkat keluar masuknya karyawan yang tinggi dapat mengganggu
jalannya roda perusahaan.
5
Kegelisahan dimana-dimana
Kegelisahan yang timbul dapat terwujud dengan ketidaksenangan kerja
para karyawan dan kegelisahan tertentu dapat merugikan perusahaan.
6
Tuntutan yang sering terjadi
Tuntutan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan dimana tahap
tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajarkan tuntutan.
Oleh karena itu perusahaan harus selalu waspada terhadap tuntutan
yang sering terjadi.
7
Pemogokan
Pemogokan adalah perwujudan dari ketidakpuasan, kegelisahan, dan
lain sebagainya yang telah memuncak dan tidak dapat ditahan oleh
karyawan sehingga menimbulkan tuntutan. Apabila tidak segera diatasi
22
bukan saja menimbulkan penurunan semangat kerja tetapi juga
menimbulkan kelumpuhan bagi perusahaan dengan segala akibatnya.
Di dalam teori kepemimpinan terdapat teori sifat kepemimpinan.Teori ini
bertitik tolak dari asumsi bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan
oleh sifat-sifatnya, dimana sifat tersebut dapat berupa sifat fisik maupun
sifat psikologis. Dari hasil penelitian Charles dan David dapat disimpulkan
bahwa ada lima sifat yang dapat menyebabkan keberhasilan kepemimpinan,
yaitu :
a. Para pemimpin pada umumnya relative harus lebih cerdas dari
orang-orang yang dipimpinnya.
b. Pemimpin harus memiliki kematangan dan keluasan pandangan
social. Secara emosional para pemimpin harus mampu melihat suatu
masalah secara utuh dan memiliki kontrol yang baik dalam
mengendalikan kondisi yang kritis.
c. Pemimpin harus memiliki kepercayaan diri dan keyakinan terhadap
diri sendiri yang didukung oleh kemampuan untuk menganalisa
potensi, kekuatan, kelemahan yang dimiliki sehingga dapat
memaksimalkan potensi dalam dirimya dan
mengantisipasi
kekurangan yang dimiliki.
d. Pemimpin harus memiliki dorongan semangat yang sangat kuat dari
dalam dirinya untuk senantiasa tampil sebagai solusi dari setiap
permasalahan yang ada dan memiliki konsep problem solving yang
jelas terhadap suatu masalah yang dihadapi.
23
e. Pemimpin harus memiliki kemampuan melakukan hubungan dan
komunikasi dengan setiap orang dengan tipe apapun. Hal yang
harus dipahami bahwa untuk mencapai suatu tujuan harus didukung
oleh orang lain sehingga pemimpin harus memiliki kemampuan
memahami individu yang dipimpinnya.
Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syaratsyarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi
beberapa diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
a. Pendidikan umum yang luas
b. Memiliki daya ingat yang kuat
c. Memiliki keterampilan dalam berkomunikasi
d. Berani
e. Tegas
f. Mempunyai naluri dalam menentukan apa yang harus
dijadikan sebagai prioritas
g. Memiliki personalitas yang baik dan bersikap objektif
h. Memiliki keterampilan mendidik
10. Menurut teori dari Thoha (2003), Hidayat (2005) dan Siagian
(2003), dimensi dari kepemimpinan terhadap turnover karyawan
dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Kemampuan pemimpin dalam mengayomi bawahan, dimana
seorang pemimpin harus dapat memberikan pengarahan yang
jelas kepada bawahan, dapat membuat keputusan terhadap
24
permasalahan yang sedang dihadapi oleh bawahan serta dapat
berdiskusi
dengan
bawahan
dalam
menyelesaikan
permasalahan yang sedang dihadapi oleh bawahan. Hal-hal
tersebut dapat menekan terjadinya turnover karyawan pada
suatu perusahaan.
b. Karakteristik kepemimpinan yang harus diperhatikan antara
lain adalah seorang pemimpin harus dapat membimbing
bawahan dalam bekerja, mewawancarai bawahan disaat
bawahan sedang menghadapi masalah baik itu mengenai
pekerjaan maupun diluar pekerjaan serta memberikan imbalan
(reward) disaat bawahan dapat menyelesaikan tugas dan
pekerjaan dengan baik. Hal-hal tersebut dapat menekan
terjadinya turnover karyawan pada suatu perusahaan.
c. Karakteristik kepemimpinan dimana lebih menekankan pada
sikap dari seorang pemimpin yaitu seorang pemimpin harus
tegas,
memiliki
pengetahuan
yang
luas
dan
pandai
berkomunikasi secara efektif. Hal-hal tersebut dapat menekan
terjadinya turnover karyawan pada suatu perusahaan.
25
11. Pengertian Turnover Karyawan
Turnover merupakan salah satu persoalan penting bagi perusahaan dan
karyawan.Turnover perlu dijadikan perhatian karena tingginya turnover
dapat mengganggu aktivitas dan produktivitas perusahaan.Turnover dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah komitmen dan
hubungan dengan atasan sebagai faktor internal dan sebagai faktor
eksternalnya adalah gaji, insentif serta sikap atasan atau pimpinan. Selain itu
tingkat stress yang sangat tinggi juga dapat menjadi salah satu penyebab
meningkatnya turnover karyawan tersebut.
Menurut Buluedorn dalam Grant et al., (2001) turnover intention
adalah kecenderungan sikap atau tingkat dimana seorang karyawan
memiliki kemungkinan untuk meninggalkan organisasi atau mengundurkan
diri secra sukarela dari pekerjaannya. Lebih lanjut dijelaskan Mobley,
Horner dan Hollingsworth, 1978 dalam Grant et al., (2001) keinginan untuk
pindah dapat dijadikan gejala awal terjadinya turnover dalam sebuah
perusahaan. Intensi keluar (turnover intensions) juga dapat diartikan sebagai
pergerakan tenaga kerja keluar dari organisasi.Turnover dapat berupa
pengunduran diri, perpindahan keluar unit organisasi, pemberhentian atau
kematian anggota organisasi.
Menurut Harnoto (2002:2) “turnover intentions adalah kadar atau
intensitas dari keinginan untuk keluar dari perusahaan, banyak alasan yang
menyebabkan timbulnya turnover intentions ini dan diantaranya adalah
keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.”
26
Pergantian karyawan atau keluar masuknya karyawan dari satu
perusahaan ke perusahaan lain adalah suatu fenomena penting dalam
kehidupan organisasi atau perusahaan. Ada kalanya pergantian karyawan
memiliki dampak positif, namun sebagian besar pergantian karyawan
membawa pengaruh kurang baik terhadap perusahaan atau organisasi baik
dari segi biaya maupun dari segi hilangnya waktu dan kesempatan untuk
memanfaatkan peluang.Dalam arti luas, turnover diartikan sebagai aliran
para karyawan yang masuk dan keluar perusahaan.
12. Indikasi Terjadinya Turnover Intention
Menurut Harnoto (2002:2) : “Turnover intentions ditandai oleh berbagai hal
yang menyangkut perilaku karyawan, antara lain adalah :
a.
Absensi Yang Meningkat
Karyawan yang berkeinginan untuk melakukan pindah kerja, biasanya
ditandai dengan absensi yang semakin meningkat.Tingkat tanggung jawab
karyawan dalam fase atau tahap ini sangat kurang dibandingkan dengan
sebelumnya.
b.
Mulai Malas Bekerja
Karyawan yang berkeinginan untuk melakukan pindah kerja, akan lebih
malas bekerja karena orientasi karyawan ini adalah bekerja di tempat
lainnya yang dipandang lebih mampu memenuhi semua keinginan karyawan
yang bersangkutan.
27
c.
Peningkatan terhadap pelanggaran tata tertib kerja
Berbagai pelanggaran terhadap tata tertib dalam lingkungan pekerjaan
sering dilakukan karyawan yang akan melakukan turnover. Karyawan lebih
sering meninggalkan tempat kerja ketika jam-jam kerja berlangsung
maupun berbagai bentuk pelanggaran lainnya.
d.
Peningkatan Protes Terhadap Atasan
Karyawan yang berkeinginan untuk melakukan pindah kerja, lebih sering
melakukan protes terhadap kebijakan-kebijakan perusahaan dan kepada
atasan. Materi protes yang ditekankan biasanya berhubungan dengan balas
jasa atau aturan lain yang tidak sependapat dengan keinginan karyawan.
e.
Perilaku Positif Yang Sangat Berbeda Dari Biasanya
Biasanya hal ini berlaku untuk karyawan dengan karakteristik positif.
Karyawan ini mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang
dibebankan dan apabila perilaku positif karyawan tersebut meningkat jauh
dan berbeda dari biasanya justru menunjukkan bahwa karyawan ini akan
melakukan turnover.
13. Dampak Turnover Bagi Perusahaan
Turnover juga merupakan petunjuk dari kestabilan karyawan. Semakin
tinggi turnover maka semakin sering terjadinya pergantian karyawan dan hal ini
sudah pasti akan merugikan perusahaan. Apabila karyawan meninggalkan
perusahaan, maka akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :
28
1.
Timbulnya biaya penarikan karyawan yang menyangkut waktu dan
fasilitas untuk wawancara dalam proses seleksi karyawan, pemarikan
dan mempelajari penggantian.
2.
Timbulnya
biaya
latihan
yang
menyangkut
waktu
pengawas,
departemen personalia da karyawan yang dilatih.
3.
Adanya produksi yang hilang selama masa pergantian karyawan
4.
Perlu melakukan kerja lembur untuk proses pembelajaran bagi
karyawan yang baru
14. Faktor yang mempengaruhi Turnover Intention
Mobley et al (1986) dalam Rodly (2012) menyatakan bahwa banyak faktor
yang menyebabkan karyawan berpindah dari tempat kerjanya, namun faktor
determinan keinginan berpindah diantaranya adalah :
a.
Kepuasan Kerja
Pada tingkat individual, kepuasan merupakan variable psikologi yang
paling sering diteliti dalam suatu model intention to leave. Aspek
keuasan ditemukan berhubungan dengan keinginan induvidu untuk
meninggalkan perusahaan yang meliputi kepuasan akan upah dan
promosi, kepuasan pekerjaan da nisi kerja.
b.
Komitmen Perusahaan
Komitmen perusahaan dapat dibedakan dari kepuasan kerja dimana
komitmen tersebut mengacu pada respon emosional (affective) individu
kepada keseluruhan perusahaan, sedangkan kepuasan mengarah pada
respon emosional atas aspek khusus dari pekerjaan.
29
15. Menurut Harter, Schmidt dan Hayes (2002), Mobley et al (1986)
dalam Rodly (2012), dimensi dari turnover karyawan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Turnover karyawan dapat dilihat dari tingkat absensi karyawan
yang meningkat seperti karyawan yang sering tidak masuk
kerja merupakan salah satu ciri dari karyawan yang akan keluar
dari suatu perusahaan.
b. Situasi atau lingkungan kerja seperti lingkungan kerja dan
rekan kerja yang tidak nyaman sehingga karyawan tidak
nyaman dalam bekerja dan cepat merasa bosan dapat
menyebabkan terjadinya turnover karyawan pada suatu
perusahaan.
c. Tuntutan untuk tiap karyawan dalam mengembangkan keahlian
dari waktu ke waktu.
d. Jenjang karier yang ttidak jelas dan beban pekerjaan yang
sangat tinggi tetapi tidak sesuai dengan upah yang diberikan
sangat memicu terjadinya turnover karyawan pada suatu
perusahaan.
e. Adanya
peluang
pekerjaan
yang
menjanjikan dari perusahaan lain.
lebih
baik
danlebih
30
16. Pengaruh Kepemimpinan dan Stress Terhadap Turnover
Karyawan
Kepemimpinan dalam sebuah perusahaan sangat berpengaruh terhadap hasil
kinerja dari karyawan pada suatu perusahaan. Dengan kepemimpinan yang
disukai oleh bawahan akan meberikan dampak positif bagi perusahaan
dalam mencapai tujuan dari perusahaan itu sendiri. Bawahan akan merasa
nyaman dalam bekerja dan dapat berinteraksi dan berkomunikasi secara
baik dengan pemimpin. Pemimpin yang baik akan menilai hasil kinerja
bawahan secara objektif dan hal tersebut dapat meningkatkan rasa percaya
diri dari bawahan itu sendiri sehingga termotivasi untuk terus bekerja dan
menghasilkan hasil kinerja yang semakin membaik dari waktu ke waktu.
Pemimpin juga harus dapat mengerti keadaan dan kondisi dari para
bawahan dan apabila bawahan sedang berada dalam posisi “dibawah”,
seorang pemimpin dapat memberikan saran dan arahan agar kinerja dari
bawahan tidak semakin menurun. Dengan kepemimpinan yang baik dan
disukai oleh bawahan, sudah pasti hal ini akan menekan tingkat turnover
dari karyawan pada suatu perusahaan.
Faktor lain yang juga menjadi penyebab dari terjadinya turnover
karyawan adalah stress. Korelasinya dengan kepemimpinan adalah, dengan
kepemimpinan yang tidak normal dan tidak dapat diterima oleh bawahan
maka akan mengakibatkan peluang untuk terjadinya stress pada bawahan
menjadi meningkat. Bawahan akan merasa tidak nyaman dalam bekerja,
tertekan dan merasa tidak dihargai apabila mendapatkan perlakuan dan
31
penilaian yang tidak objektif. Kedua hal tersebut akan menjadi penyebab
dari meningkatnya turnover karyawan pada suatu perusahaan. Apabila stress
yang dialami oleh karyawan tersebut berlebihan, maka stress dapat
menurunkan hasil kerja mereka yang kemudian berdampak pada kinerja
mereka. Karyawan menjadi tidak kuat lagi bekerja, putus asa, keluar atau
menolak bekerja untuk menghindari stres.
Sehubungan dengan munculnya turnover intention, karyawan yang
memiliki kepuasan kerja akan lebih produktif, memberikan kontribusi
terhadap sasaran dan tujuan organisasi dan pada umumnya memiliki
keinginan yang rendah untuk keluar dari perusahaan (Harter, Schmidt dan
Hayes, 2002). Ketidakpuasan pekerja dapat menyebabkan hasil kerja yang
tidak diinginkan misalnya pencurian, mencari sambilan dan dapat
memunculkan keabsenan (absenteeism) (Roznowski dan Hulin, 1992 dalam
Samad, 2006). Dari beberapa pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa dengan dengan kepemimpinan yang baik akan meningkatkan
kepuasan dalam bekerja serta menekan terjadinya stress pada karyawan
sehingga karyawan dapat bekerja dengan semakin baik, menghasilkan
kinerja yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan dan
menekan keinginan untuk berpindah bekerja ke perusahaan lain. Hal ini
akan sangat berguna dan bermanfaat bagi perusahaan dalam mencapai
tujuan dari perusahaan itu sendiri secara maksimal
32
Sebaliknya, dengan adanya kepemimpinan yang tidak baik dan
tidak disukai oleh bawahan, maka akan meningkatkan stress dalam bekerja
pada karyawan dan semangat kerja yang menurun sehingga akan
menyebabkan timbulnya keinginan dari karyawan untuk pindah ke
perusahaan lain yang lebih baik. Hal ini sudah pasti akan memberikan
banyak dampak negatif bagi perusahaan dan dapat menghambat perusahaan
dalam mencapai tujuannya secara maksimal. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan tingkat stres dalam bekerja dapat saling
mempengaruhi terhadap terjadinya turnover karyawan.
33
17. Penelitian Terdahulu
a. Penelitian yang dilakukan oleh Syarief Iskandar (2013) dengan judul
penelitian “Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Turnover Intention di
Department Front Office Hotel Ibis Bandung Trans ”. Metode penelitian
yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik analisa data yaitu
analisis regresi linier sederhana dengan menggunakan program SPSS ver.
20. Hasil pengujian hipotesis antara variabel kepemimpinan terhadap
turnover intention yaitu terhitung berada di daerah penolakan, maka Ho
ditolak dan Ha diterima yang artinya kepemimpinan berpengaruh
signifikan terhadap turnover intention.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Kartika Mariana SLS (2012) dengan judul
penelitian “Pengaruh Stress Kerja dan Karakteristik Individu Terhadap
Intensi Turnover Karyawan Bagian Produksi PT Citra Kencana Industri
Tanjung Morawa”. Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik
dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menganalisa
pengaruh variabel independen yaitu stress kerja dan karakteristik
individu terhadap intense turnover karyawan. Hasil pengujian hipotesis
antara variabel stress kerja terhadap intensi turnover karyawan yaitu
terhitung berada di daerah penolakan, maka Ho ditolak dan Ha diterima
yang artinya stress kerja berpengaruh signifikan terhadap intensi turnover
karyawan.
34
c. Penelitian yang dilakukan oleh Nurassyifa Anggara Wati Agustina
(2010) dengan judul penelitian “Pengaruh Stres Kerja Terhadap Turnover
Karyawan Bagian Produksi PT Longvin Indonesia Sukabumi Jawa
Barat”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa redresi
linear. Hasil pengujian hipotesis antara variabel stress kerja terhadap
turnover karwayan yaitu terhitung berada di daerah penolakan, maka Ho
diterima dan Ha ditolak yang artinya stress kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap turnover intention.
B. Rerangka Pemikiran
Kepemimpinan
(X1)
Turnover
(Y)
Stress
(X2)
Gambar 2.1
35
C. Hipotesis
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Berdasarkan hal tersebut dapat diajukan tiga buah hipotesis dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut :
H1: Diduga terdapat pengaruh antara kepemimpinan terhadap turnover
karyawan PT BNI Life Insurance Jakarta Divisi Klaim dan Provider Relation.
H2: Diduga terdapat pengaruh antara stress terhadap turnover karyawan PT
BNI Life Insurance Jakarta Divisi Klaim dan Provider Relation.
H3: Diduga terdapat pengaruh antara kepemimpinan dan stress terhadap
turnover karyawan PT BNI Life Insurance Jakarta Divisi Klaim dan Provider
Relation.
Download