UU 2/1995, ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

advertisement
UU 2/1995, ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96
Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Nomor: 2 TAHUN 1995 (2/1995)
Tanggal: 31 MARET 1995 (JAKARTA)
_________________________________________________________________
Tentang: ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 1995/96
disusun berdasarkan prinsip anggaran berimbang yang dinamis;
b. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 1995/96
adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Kedua pelaksanaan
rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Bab IV Garis-garis
Besar Haluan Negara tentang Pembangunan Lima Tahun Keenam;
c. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 1995/96
pada dasarnya merupakan rencana kerja tahunan pemerintahan negara
dalam rangka memelihara dan meningkatkan hasil-hasil pelaksanaan
pembangunan tahun-tahun sebelumnya serta meletakkan landasan bagi
usaha-usaha pembangunan selanjutnya;
d. bahwa untuk menjaga kelangsungan jalannya pembangunan, dipan-dang
perlu diatur sisa anggaran lebih dan sisa kredit anggaran
proyek-proyek dalam anggaran pembangunan Tahun Anggaran 1995/96;
e. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 1995/96
perlu ditetapkan dengan Undang-undang;
Mengingat:
1. Pasal 5, Pasal 20, dan Pasal 23 ayat (1) dan ayat (5) Undang-Undang
Dasar 1945;
2. Indische Comptabiliteitswet (Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang
Nomor 9 Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 7 Indische
Comptabiliteitswet (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2860);
Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN
ANGGARAN 1995/96.
Pasal 1
*7253 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pendapatan negara adalah semua penerimaan dalam negeri dan
penerimaan pembangunan yang digunakan untuk membiayai belanja negara;
2. Penerimaan dalam negeri adalah semua penerimaan yang diterima
negara dalam bentuk penerimaan pajak, penerimaan dari sektor minyak
bumi dan gas alam, dan penerimaan bukan pajak;
3. Penerimaan pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari nilai
lawan rupiah bantuan dan atau pinjaman luar negeri;
4. Belanja negara adalah semua pengeluaran negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan;
5. Pengeluaran rutin adalah semua pengeluaran negara untuk mem-biayai
tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan, baik pusat maupun
daerah, serta untuk memenuhi kewajiban atas hutang dalam negeri dan
luar negeri;
6. Pengeluaran pembangunan adalah semua pengeluaran negara untuk
membiayai proyek-proyek pembangunan;
7. Sisa kredit anggaran adalah sisa kewajiban pembiayaan proyek
pembangunan pada akhir tahun anggaran;
8. Sisa anggaran lebih adalah selisih lebih antara realisasi
pendapatan negara dan belanja negara;
9. Sektor adalah kumpulan subsektor;
10. Subsektor adalah kumpulan program;
11. Bantuan program adalah nilai lawan rupiah dari bantuan dan atau
pinjaman luar negeri dalam bentuk pangan dan bukan pangan serta
pinjaman yang dapat dirupiahkan;
12. Bantuan proyek adalah nilai lawan rupiah dari bantuan dan/ atau
pinjaman luar negeri yang digunakan untuk membiayai proyek-proyek
pembangunan.
Pasal 2
(1) Anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran 1995/96 diper-oleh dari:
a. Sumber-sumber Penerimaan Dalam Negeri; b. Sumber-sumber Penerimaan
Pembangunan.
(2) Penerimaan Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
a direncanakan sebesar Rp 66.265.200.000.000,00
(3) Penerimaan Pembangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b
direncanakan sebesar Rp 11.759.000.000.000,00
(4) Jumlah Anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran 1995/96
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) diren-canakan sebesar Rp
78.024.200.000.000,00
Pasal 3
(1) Penerimaan Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
*7254 (2) terdiri dari sumber-sumber penerimaan : a. Penerimaan pajak
sebesar Rp 45.023.200.000.000,00 b. Penerimaan dari sektor minyak bumi
dan gas alam sebesar Rp 14.750.900.000.000,00 c. Penerimaan bukan
pajak sebesar Rp. 6.491.100.000.000,00
(2) Penerimaan Pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)
terdiri dari sumber-sumber penerimaan : a. Bantuan program sebesar
nihil; b. Bantuan proyek sebesar Rp 11.759.000.000.000,00
Pasal 4
(1) Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 1995/96 terdiri dari: a.
Pengeluaran Rutin; b. Pengeluaran Pembangunan.
(2) Pengeluaran Rutin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
direncanakan sebesar Rp 47.240.700.000,00
(3) Pengeluaran Pembangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
b direncanakan sebesar Rp 30.783.500.000.000,00
(4) Jumlah Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 1995/96 sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) direncanakan sebesar Rp
78.024.200.000.000,00
Pasal 5
(1) Pengeluaran Rutin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)
dirinci menurut sektor : 01 Sektor industri sebesar Rp
49.912.604.000,00
02 Sektor pertanian dan kehutanan sebesar Rp 174.918.309.000,00
03 Sektor pengairan sebesar Rp 25.451.999.000,00
04 Sektor tenaga kerja sebesar Rp 103.479.495.000,00
05 Sektor perdagangan, pengembangan usaha nasional, keuangan dan
koperasi sebesar Rp 24.761.406.992.000,00
06 Sektor transportasi, meteorologi dan geofisika sebesar Rp
213.024.477.000,00
07 Sektor pertambangan dan energi sebesar Rp 60.551.474.000,00
08 Sektor pariwisata, pos dan telekomunikasi sebesar Rp
13.822.862.000,00
09 Sektor pembangunan daerah dan transmigrasi sebesar Rp
8.537.393.590.000,00
*7255 10 Sektor lingkungan hidup dan tata ruang sebesar Rp
127.161.679.000,00
11 Sektor pendidikan, kebudayaan nasional, kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, pemuda dan olah raga sebesar Rp 2.857.383.228.000,00
12 Sektor kependudukan dan keluarga sejahtera sebesar Rp
193.068.906.000,00
13 Sektor kesejahteraan sosial, kesehatan, peranan wanita, anak dan
remaja sebesar Rp 358.281.877.000,00
14 Sektor perumahan dan permukiman sebesar Rp 11.813.895.000,00
15 Sektor agama sebesar Rp 834.203.695.000,00
16 Sektor ilmu pengetahuan dan teknologi sebesar Rp 241.318.546.000,00
17 Sektor hukum sebesar Rp 502.111.449.000,00
18 Sektor aparatur negara dan pengawasan sebesar Rp
2.582.853.705.000,00
19 Sektor politik, hubungan luar negeri, penerangan, komunikasi dan
media massa sebesar Rp 1.005.637.798.000,00
20 Sektor pertahanan dan keamanan sebesar Rp 4.586.903.420.000,00
(2) Perincian sektor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ke dalam
subsektor dicantumkan dalam penjelasan ayat ini. (3) Pengeluaran
Pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) dirinci
menurut sektor :
01 Sektor industri sebesar Rp 497.318.000.000,00
02 Sektor pertanian dan kehutanan sebesar Rp 1.103.827.000.000,00
03 Sektor pengairan sebesar Rp 2.042.025.000.000,00
04 Sektor tenaga kerja sebesar Rp 170.566.000.000,00
05 Sektor perdagangan, pengembangan usaha nasional, keuangan dan
koperasi sebesar Rp 533.740.000.000,00
*7256 06 Sektor transportasi, meteorologi dan geofisika sebesar Rp
5.897.916.000.000,00
07 Sektor pertambangan dan energi sebesar Rp 3.894.837.000.000,00
08 Sektor pariwisata, pos dan telekomunikasi sebesar Rp
1.005.760.000.000,00
09 Sektor pembangunan daerah dan transmigrasi sebesar Rp
6.139.190.000.000,00
10 Sektor lingkungan hidup dan tata ruang sebesar Rp
517.255.000.000,00
11 Sektor pendidikan, kebudayaan nasional, kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, pemuda dan olah raga sebesar Rp 3.359.207.000.000,00
12 Sektor kependudukan dan keluarga sejahtera sebesar Rp
300.349.000.000,00
13 Sektor kesejahteraan sosial, kesehatan, peranan wanita, anak dan
remaja sebesar Rp 1.051.848.000.000,00
14 Sektor perumahan dan permukiman sebesar Rp 1.102.107.000.000,00
15 Sektor agama sebesar Rp 183.274.000.000,00 16 Sektor ilmu
pengetahuan dan teknologi sebesar Rp 711.224.000.000,00
17 Sektor hukum sebesar Rp 138.722.000.000,00
18 Sektor aparatur negara dan pengawasan sebesar Rp 664.403.000.000,00
19 Sektor politik, hubungan luar negeri, penerangan, komunikasi dan
media massa sebesar Rp 152.668.000.000,00
20 Sektor pertahanan dan keamanan sebesar Rp 1.317.264.000.000,00
(4) Perincian sektor sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ke dalam
subsektor dicantumkan dalam penjelasan ayat ini.
Pasal 6
Perincian lebih lanjut dari sektor dan subsektor sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1) dan (2) ke dalam kegiatan ditetapkan dengan
Keputusan Presiden.
Pasal 7
Perincian lebih lanjut dari sektor dan subsektor sebagaimana dimaksud
*7257 dalam Pasal 5 ayat (3) dan (4) ke dalam proyek-proyek ditetapkan
dengan Keputusan Presiden.
Pasal 8
(1) Pada pertengahan Tahun Anggaran 1995/96 Pemerintah membuat laporan
Semester I mengenai: a. Realisasi Penerimaan Dalam Negeri; b.
Realisasi Penerimaan Pembangunan; c. Realisasi Pengeluaran Rutin; d.
Realisasi Pengeluaran Pembangunan; e. Perkembangan Moneter dan
Perkreditan; f. Perkembangan Neraca Pembayaran dan Perdagangan Luar
Negeri.
(2) Dalam laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pemerintah
menyusun prognosa untuk 6 (enam) bulan berikutnya.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) disampai-kan
kepada DPR selambat-lambatnya akhir bulan Oktober untuk dibahas
bersama oleh DPR dengan Pemerintah.
(4) Penyesuaian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan
perkembangan dan atau perubahan keadaan dibahas bersama-sama oleh DPR
dengan Pemerintah dalam rangka penyusunan perkiraan Tambahan Perubahan
atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 1995/96.
Pasal 9
(1) Sisa kredit anggaran proyek-proyek pada Pengeluaran Pembangunan
Tahun Anggaran 1995/96 yang masih diperlukan untuk penyelesaian
proyek, dengan Peraturan Pemerintah dipindahkan ke Tahun Anggaran
1995/96 menjadi kredit anggaran Tahun Anggaran 1996/97.
(2) Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Badan Pemeriksa
Keuangan selambat-lambatnya pada akhir triwulan I Tahun Anggaran
1996/97.
Pasal 10
Sisa Anggaran Lebih Tahun Anggaran 1995/96 dapat digunakan untuk
membiayai anggaran belanja negara tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pasal 11
Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-undang tentang Perubahan atas
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 1995/96
berdasarkan Perubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4)
untuk mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat sebelum Tahun
Anggaran 1995/96 berakhir.
Pasal 12
(1) Setelah Tahun Anggaran 1995/96 berakhir, Pemerintah membuat
Perhitungan Anggaran Negara mengenai pelaksanaan anggaran yang
bersangkutan.
(2) Perhitungan Anggaran Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
setelah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan disampai-kan oleh
*7258 Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat selam-bat-lambatnya 18
(delapan belas) bulan setelah Tahun Anggaran 1995/96 berakhir.
Pasal 13
Ketentuan-ketentuan dalam Indische Comptabiliteitswet (Staatsblad
Tahun 1925 Nomor 448) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 7
Indische Comptabiliteitswet (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860) yang bertentangan dengan bentuk,
susunan, dan isi Undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 14
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 April 1995.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan di Jakarta pada tanggal 31 Maret 1995 PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 31 Maret 1995 MENTERI NEGARA
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
MOERDIONO
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995
TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96
UMUM
Pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945, yang arah
kebijaksanaannya ditetapkan Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), merupakan rangkaian proses
yang berkesinambungan. Arah kebijaksanaan pembangunan tersebut
dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repe-lita), sedangkan
pelaksanaan operasional tahunannya dituangkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan demikian hal-hal yang
dituangkan dalam APBN senantiasa sejalan dengan arah kebijaksanaan
GBHN maupun Repelita.
Dalam hubungan itu, sejak dimulainya pembangunan secara berencana pada
*7259 tahun 1969, pembangunan berbagai sarana dan prasarana serta
pembangunan bi-dang-bidang lainnya telah dapat mengurangi jumlah
penduduk miskin, dan secara bertahap berhasil meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Hasil-hasil pembangunan tersebut, dalam Repelita
VI, selanjutnya diperbarui, diperdalam, dan diperluas dengan tetap
bertumpu pada Trilogi Pembangunan, yaitu pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan stabilitas
nasional yang sehat dan dinamis. Adapun pelaksanaannya didasarkan pada
nilai luhur dan pengamalan semua sila Pancasila sebagai kesatuan yang
utuh.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 1995/96, yang
merupakan APBN tahun kedua Repelita VI, memiliki komitmen untuk
melakukan pembaruan, pendalaman, dan perluasan pembangunan, yang
mencerminkan tekad untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta
makin berkualitas, dengan memberikan prioritas kepada pembangunan
ekonomi, dengan keterkaitan antara industri dan pertanian serta bidang
pembangunan lainnya sebagaimana tertuang dalam Repelita VI.
APBN Tahun Anggaran 1995/96 tetap menganut prinsip anggaran berimbang
yang dinamis, yang memungkinkan dibentuknya dana cadangan apabila
penerimaan negara melebihi yang direncanakan, dan dimanfaatkannya dana
tersebut pada masa penerimaan kurang dari yang direncanakan atau tidak
cukup mendukung program yang telah direncanakan dan atau yang sangat
mendesak sehingga terjamin kesinambungan pembiayaan yang diiringi oleh
stabilitas ekonomi yang mantap. Dalam prinsip itu, pembentukan
tabungan pemerintah, yang merupakan selisih antara penerimaan dalam
negeri dan pengeluaran rutin, sangat penting terutama dalam kaitannya
dengan pemupukan investasi dari sektor pemerintah, yang ber-sama-sama
dengan investasi dari sektor swasta, mendorong laju pertumbuhan
ekonomi. Sedangkan bantuan luar negeri, sepanjang tidak memiliki
ikatan politik dan tidak memberatkan perekonomian nasional, masih
dapat dipergunakan sebagai pelengkap pembiayaan pembangunan.
Dalam kaitan dengan kemandirian, berbagai upaya untuk meningkatkan
penerimaan dalam negeri, terutama penerimaan di luar migas terus
dilakukan. Peningkatannya senantiasa diselaraskan dengan perkembangan
dunia usaha dan investasi nasional. Untuk itu, telah dilakukan
penyempurnaan atas empat undang-undang di bidang perpajakan.
Penyempurnaan tersebut diperlukan terutama untuk lebih memberikan
kepastian hukum dan keadilan serta menciptakan iklim investasi yang
lebih kondusif bagi masyarakat dalam memberikan kontribusinya bagi
pem-biayaan pembangunan. Hal ini mengingat pertumbuhan yang cepat dari
pembangunan nasional telah menghasilkan perkembangan yang pesat pula
di bidang ekonomi, sehingga berkembang bentuk dan praktek
penyelenggaraan kegiatan usaha yang belum tertampung dalam
undang-undang yang lama.
Di bidang pengeluaran negara, penghematan dan efisiensi di bidang
pengeluaran rutin makin dipertajam, namun masih dalam batas-batas yang
aman guna mendukung terselenggaranya pemerintahan dan pembangunan,
pemeliharaan aset negara, dan pembayaran kewajiban hutang luar negeri.
Dalam kaitan itu, upaya meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri
tetap mendapatkan perhatian sebatas kemampuan keuangan negara
memungkinkan. Kebijaksanaan di bidang pengeluaran pembangunan pada
prinsipnya tetap diarahkan pada pemanfaatan dana pembangunan yang
terbatas untuk pembiayaan proyek-proyek produktif di berbagai sektor
dan subsektor yang dapat menunjang pemerataan, pertumbuhan ekonomi,
dan peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Dalam hubungan ini,
prioritas alokasi pem-biayaan pembangunan diarahkan terutama pada
pengembangan sektor-sektor yang berkaitan dengan pembangunan daerah
dan transmigrasi, pembangunan sarana dan prasarana dasar, penyediaan
berbagai fasilitas pelayanan *7260 dasar, serta pengembangan sumber
daya manusia, dengan tetap memberi perhatian yang cukup pada
pemeliha-raan lingkungan hidup dan pengembangan berbagai sektor
terkait lainnya. Sedangkan dalam rangka pelaksanaan pemerataan
pembangunan di berbagai daerah di seluruh wilayah tanah air, sebagai
upaya untuk memperkecil kesenjangan pembangunan antar daerah, maka
pembangunan daerah yang relatif tertinggal seperti yang terdapat di
kawasan timur Indonesia, daerah pedalaman, daerah terpencil dan daerah
perbatasan tetap ditingkatkan. Guna mendorong pengembangan kemampuan
keuangan daerah dan mewujudkan pelaksanaan secara nyata otonomi
daerah, beberapa bentuk program bantuan pembangunan daerah berupa
proyek khusus Inpres yang sejak tahun anggaran 1994/95 telah
diserahkan pengelolaannya kepada daerah dalam bentuk "block grant"
tetap dipertahankan. Demikian pula pelaksanaan pro-gram Inpres Desa
Tertinggal (IDT) yang telah nyata sangat membantu daerah-daerah
tertinggal tetap diteruskan pelaksanaannya.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, penyusunan APBN tahun anggaran
1995/96 didasarkan pada asumsi sebagai berikut:
a. bahwa meskipun perekonomian Indonesia diperkirakan cukup mantap dan
stabil, namun khususnya yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan
negara masih menghadapi tantangan, terutama perkembangan harga minyak
bumi di pasar internasional yang tidak menentu;
b. bahwa demi mempertahankan kesinambungan pembangunan, pengerahan
sumber-sumber dana di luar minyak bumi dan gas alam perlu terus
ditingkatkan, sehingga peranan penerimaan dalam negeri nonmigas dalam
pembiayaan pembangunan senantiasa makin meningkat ;
c. bahwa perubahan atas beberapa ketentuan di bidang perpajakan yang
mulai diberlakukan terhitung mulai tanggal 1 Januari 1995, dalam
jangka pendek akan mengakibatkan kenaikan penerimaan pajak penghasilan
yang tidak setinggi pertumbuhan lima tahun terakhir, walaupun dalam
jangka menengah dan panjang diharapkan dapat memacu perkembangan
perekonomian serta penerimaan negara dari sektor pajak yang lebih
tinggi;
d. bahwa kestabilan moneter dan tersedianya barang-barang kebutuhan
pokok sehari-hari yang cukup tersebar merata dengan harga yang stabil
dan terjangkau oleh rakyat banyak, dapat terus dipertahankan.
Pasal DEMI PASAL
Pasal 1
Pasal ini memuat rumusan mengenai pengertian umum yang digunakan untuk
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Undang-undang ini. Dengan
adanya pengertian tentang istilah-istilah tersebut dapat dicegah
adanya salah pengertian atau salah penafsiran dalam pasal-pasal yang
bersangkutan, sehing-ga dapat dicapai kesatuan cara pandang dan
kelancaran dalam pelaksanaan. Pengertian ini diperlukan karena
bersifat teknis dan baku, khususnya dalam pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
Pasal 2
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
*7261 Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 3 s/d 9
TABULAR OR GRAPHIC MATERIAL SET AT THIS POINT IS NOT DISPLAYED. .
Pasal 10
Apabila pada akhir tahun anggaran 1995/96 terdapat sisa anggaran
lebih, maka sisa tersebut merupakan tambahan saldo kas negara, yang
dipergunakan untuk membiayai anggaran belanja tahun-tahun anggaran
berikutnya.
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 13
Pasal-pasal ICW yang dinyatakan tidak berlaku adalah :
1. Pasal 2 ayat (1) tentang susunan anggaran yang terdiri dari belanja
pegawai, belanja barang, dan belanja modal;
2. Pasal 2 ayat (3) tentang Kewenangan Gubernur Jenderal menetapkan
perincian lebih lanjut pos; dan
3. Pasal 72 yang mengatur bahwa pengajuan Perhitungan Anggaran Negara
(PAN) kepada DPR paling lambat tiga tahun setelah tahun anggaran yang
bersangkutan berakhir.
Pasal 14
Cukup jelas
----------------------CATATAN
Kutipan: LEMBAR LEPAS SEKRETARIAT NEGARA TAHUN 1995
_________________________________________________________________
Download