BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman beralkohol merupakan salah satu jenis hasil fermentasi yang telah ada jauh sebelum Masehi. Jenis minuman beralkohol ini juga sangat bervariasi tergantung dari bahan dasar yang digunakan dan daerah asal minuman tersebut. Dari beberapa jenis minuman beralkohol yang ada dan tertua adalah anggur dan bir yang pada mulanya dibuat secara tradisional atau sering disebut fermentasi spontan. Namun sekarang kedua minuman ini telah banyak dibuat secara modern (Rahayu & Rahayu, 1988). Pada awal fermentasi yang tumbuh adalah khamir aerofilik dan tidak tahan terhadap alkohol seperti anggota genus Kloeckera, Candida, Hansenula, Torulopsis, dan Pichia tetapi berikutnya anggota genus Saccharomyces dan Schizosaccharomyces akan tumbuh dominan dan melakukan fermentasi. Namun demikian proses fermentasi secara spontan ini banyak kelemahannya, misalnya tidak efisien, dan hasil yang diperoleh tidak maksimal. Oleh karena itu, fermentasi menggunakan kultur murni terutama dari strain anggota genus Saccharomyces banyak digunakan di dalam fermentasi minuman beralkohol (Rahayu & Rahayu, 1988). Penelitian ini menggunakan Saccharomyces ellipsoideus FNCC 3004, sebagai strain yang banyak digunakan dalam pembuatan anggur. Salah satu keuntungan menggunakan S. ellipsoideus adalah karena kemampuan bertahan terhadap kadar etanol yang tinggi hingga mencapai 14% (Brock et al., 1994). Minuman beralkohol dapat dibuat dari berbagai macam substrat, salah satunya adalah substrat yang berasal dari buah-buahan. Penelitian ini menggunakan substrat dari buah jambu biji. Buah jambu biji banyak mengandung karbohidrat, protein dan vitamin yang cukup tinggi, selain itu jambu biji juga merupakan buah segar yang mempunyai cita rasa yang unik, dan memiliki aroma yang khas. Rasa manis, asam dan sedikit sepat serta aroma yang kuat dan khas dari buah jambu biji sangat mendukung bila dijadikan sebagai salah satu bahan dasar pembuatan minuman beralkohol. Minuman beralkohol ini dibuat dengan cara memfermentasikan sari buah jambu biji (Rahayu & Rahayu, 1988; Tressler & Nelson, 1980). Akan tetapi dalam proses fermentasi minuman beralkohol terdapat berbagai kendala antara lain adalah banyaknya mikrobia yang tumbuh baik jamur, bakteri maupun khamir liar, baik yang berasal dari buah maupun selama tahap persiapan yang dapat mengganggu fermentasi minuman beralkohol. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu cara untuk mengurangi mikrobia yang dapat mengganggu fermentasi minuman beralkohol yaitu dengan menambahkan sulfit pada medium fermentasi. Pada pembuatan anggur, sulfit berfungsi sebagai antioksidan dan antimikrobia. Bentuk efektif dari sulfit adalah asam sulfur yang tidak terdisosiasi dan memiliki kemampuan antimikrobia. Penambahan sulfit diharapkan dapat mengurangi total mikrobia pada awal fermentasi (Sa’id, 1987). 2 Kendala lain yang terjadi adalah aroma dan cita rasa minuman beralkohol yang menjadi tidak beraroma dan memiliki cita rasa yang tidak disukai sebagai akibat dari proses fermentasi misalnya terbentuknya asam dalam jumlah besar sehingga menurunkan aroma dan cita rasa minuman beralkohol. Oleh karena itu penambahan natrium metabisulfit pada tahap pemeraman diharapkan dapat memperbaiki aroma dan cita rasa minuman beralkohol (Ward, 1991). B. Perumusan Masalah 1. Apakah penambahan natrium metabisulfit dapat menghambat total khamir dan total bakteri pada cairan fermentasi? 2. Apakah penambahan natrium metabisulfit dapat meningkatkan flavour minuman beralkohol dari substrat sari buah jambu biji? C. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan sulfit terhadap pertumbuhan khamir dan bakteri pada cairan fermentasi. 2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan natrium metabisulfit terhadap flavour pada minuman beralkohol dari sari buah jambu biji. 3