26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Tinggi

advertisement
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
1. Tinggi Tanaman Sawi Hijau
Selama kegiatan budidaya dilakukan pengamatan, salah satu pengamatan
tersebut yaitu mengukur tinggi tanaman. Pengukuran tinggi tanman ini
dilakukan dengan cara mengukur dari pangkal tanaman hingga ujung daun
setelah daun ditangkupkan. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap 1
minggu sekali selama masa tanam sawi hijau.
Tinggi tanaman sawi pada umumnya berukuran 20-30 cm. Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil tinggi tanaman sawi yang
kontrol atau tanpa perlakuan rata-rata tinggi tanaman ..... sawi hijau kontrol
(P0C0) memiliki ukuran kecil karena sawi tersebut tidak diberikan pupuk
susulan selama masa tanam. Sawi hijau dengan perlakuan kurang dari dosis
pupuk (P1C1) memiliki tinggi tanaman rata-rata.....
sawi hijau dengan
perlakukan kurang dari dosis pupuk memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi
dibandingkan kontrol. Dosis pupuk yang digunakan yaitu 0,05 kg SP36, 0,05
kg NPK dan 5 gr pupuk Gandasil per bedengan.
Sawi hijau dengan perlakuan sesuai dosis pupuk (P2C2) memiliki tinggi
tanaman rata-rata ...... sawi hijau yang diberikan pupuk sesuai dosis yaitu 0,10
kg SP36, 0,10 kg NPK dan 10 gr pupuk Gandasil per bedengan. Sawi hijau
dengan perlakuan pupuk lebih dari dosis (P3C3) yaitu 0,15 kg SP36, 0,15 kg
NPK dan 15 gr pupuk Gandasil per bedengan memiliki rata-rata tinggi
tanaman...... berdasarkan dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa sawi
hijau yang diberikan pupuk padat dan pupuk cair lebih dari dosis memiliki
tinggi yang lebih dibandingkan dengan sawi hijau kontrol atau tanpa perlakuan,
sawi hijau dengan perlakuan kurang dari dosis dan sawi hijau dengan
perlakuan sesuai dosis. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada grafik 4.1.
27
2. Jumlah Daun Sawi Hijau
Jumlah daun pada sawi hijau berbeda beda. Jumlah daun sawi hijau setiap
minggu ada yang mengalami penambahan dan ada pula yang tidak mengalami
penambahan jumlah daun. Selama kegiatan budidaya dilakukan pengamtan
jumlah daun pada setiap minggunya. Daun yang dihitung yaitu daun yang telah
merekah.
Dilihat dari grafik 3,2, sawi hijau kontrol atau tanpa perlakuan (P0C0)
memiliki jumlah daun rata-rata 4 helai daun. Setiap minggunya mengalami
penambahan 1 helai daun, hal tersebut dipengaruhi oleh kurangnya asupan
nutrisi dan unsur hara untuk sawi dapat tumbuh karena sawi hijau kontrol tidak
diberikan pupuk susulan selama masa tanam sehingga sawi hanya
mengandalkan nutrisi yang terkandung dalam tanah yang telah diberikan pupuk
dasar. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis (P1C1) memiliki
jumlah daun rata-rata 5 helai. Sawi hijau yang diberikan pupuk susulan kurang
dari dosis memiliki jumlah daun 1 helai lebih banyak dibandingkan sawi hijau
tanpa perlakuan. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk sesuai dosis (P2C2)
meiliki jumla daun rata-rata 6 helai daun. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk
sesuai memiliki selisih jumlah daun lebih banyak 2 helai dari sawi hijau tanpa
perlakuan dan selisih 1 helai daun dari sawi hijau dengan perlakuan pupuk
kurang dari dosis. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk lebih dari dosis (P3C3)
meiliki jumlah daun rata-rata 7 helai daun. Jumah sawi hijau dengan perlakun
pupuk lebih dari dosis memiliki selisih 3 helai dari sawi hijau tanpa perlakuan,
selisih 2 helai dari sawi hijau dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis dan
selisih 1 helai dari sawi hijau dengan perlakuan pupuk sesuai dosis.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa sawi hijau dengan
peralkuan pupuk lebih dari dosis memiliki jumlah daun yang lebih banyak.
28
3. Lebar Daun Sawi Hijau
Pengamatan lebar daun dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hari setelah
tanam sampai 30 hari setelah tanam. Pengukuran lebar daun dilakukan dengan
cara mengukur daun terlebar pada setiap sampel tanaman. Daun diukur mulai
dari tepi daun sebelah kiri sampai pada tepi daun sebelah kanan dengan
menggunakan penggaris. Bagian daun yang diukur yaitu bagian tengah daun.
Pengukuran ini dilakukan setiap 1 minggu sekali.
Dilihat dari grafik 4.3, sawi hijau tanpa perlakuan memiliki rata-rata lebar
daun ....
Berdasarkan hasil pengamatan, lebar daun yang paling lebar yaitu sawi hijau
dengan perlakuan pupuk padat dan pupuk cair dengan dosis lebih. Sawi dengan
dosis pupuk cair lebih memiliki daun yang lebih lebar dibandingkan dengan
sawi tanpa perlakuan, perlakuan pupuk kurang dari dosis dan perlakuan sesuai
dosis
4. Panjang Akar Sawi Hijau
Sawi hijau yang telah berumur 30 hari siap dilakukan pemanenan. Sawi
yang telah dipanen, dibersihkan dari tanah yang masih menepel pada akar,
setelah itu dilakukan pengukuran panjang akar yang dilakukan dengan cara
mengukur akar dari pangkal hingga ujung akar. Sawi hijau memiliki akar
serabut, oleh karena itu akar yang diukur adalah akar yang terpanjang.
Pengukuran dilakukan menggunakn penggaris.
Berdasarkan grafik 4.4, panjang akar sawi hijau tanpa perlakuan (P0C0)
memiliki rata-rata 3,96 cm. Sawi hijau tanpa perlakuan meiliki akar yang
pendek karena sawi hijau kekurangan asupan nutrisi dan unsur hara untuk
membentuk dan memperpanjang akar. Sawi hijau tanpa perlakuan selama masa
tanam tidak diberikan pupuk susulan sehingga hal itu berpengaruh pada
pertumbuhan akar sawi. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis
(P1C1) memiliki panjang akar rata-rata 4,11 cm. Panjang akar sawi hijau
dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis memiliki selisih 0,15 cm dari
panjang akar sawi tanpa perlakuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa, sawi
29
hijau yang diberi pupuk susulan dengan takaran kurang dari dosis dapat
memperpanjang pertumbuhan akar sawi hijau.
Sawi hijau dengan perlakuan pupuk sesuai dosis (P2C2) memiliki panjang
kar rata-rata 4,44 cm. Panjang akar sawi dengan perlakuan pupuk sesuai dosis
memiliki selisih 0,48 cm dari sawi hijau tanpa perlakuan dan selisih 0,33 cm
dari sawi hijau dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis. Pemberian pupuk
sesuai dengan dosis menunjukkan pertumbuhan akar yang lebih panjang
dibnadingkan dengan sawi tanpa perlakuan dan sawi dengan perlakuan pupuk
kurang dari dosis. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk lebih dari dosis (P3C3)
memiliki panjang akar rata-rata 5,15 cm. Berdasarkan hasil pengamatan,
panjang akar sawi hijau dengan perlakuan pupuk lebih dari dosis yang paling
panjang dibandingkan sai hiaju tanpa perlakuan, sawi hijau dengan perlakuan
pupuk kurang dari dosis dan sawi hijau dengan perlakuan sesuai dosis.
5. Jumlah Akar Sawi Hijau
Sawi hijau memiliki jenis akar serabut. Akar sawi hijau berukuran kecil
dengan jumlah yang banyak. Sawi yang telah dipanen dan dibersihkan,
dihitung jumlah akar serabutnya.
Berdasarkan grafik 4.5, sawi hijau tanpa perlakuan (P0C0) memiliki jumlah
akar rata-rata 9 akar serabut. Dibandingkan dengan jumlah akar yang lain,
jumlah akar sawi hijau tanpa perlakuan paling sedikit. Sawi hijau dengan
perlakuan pupuk kurang dari dosis (P1C1) meiliki jumlah akar rata-rata 16 akar.
Jumlah akar tersebut lebih banyak 7 akar serabut dibanding jumlah akar sawi
hijau tanpa perlakuan. Pemberian pupuk susulan 0,10 kg (campuran SP36 dan
NPK) dan 5 gr pupuk gandasil berpengaruh pada pertumbuhan akar serabut
sawi. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk sesuai dosis (P2C2) memiliki jumlah
akar rata-rata 19 akar serabut. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk sesuai dosis
memiliki selisih 10 akar serabut dari sawi hijau tanpa perlakuan dan selisih 3
akar serabut dari sawi hijau dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis.
Berdasarkan selisih tersebut terlihat bahwa akar serabut banyak tumbuh apabila
pemberian pupuk disesuaikan dengan dosis. Berdasarkan grafik 3.5, jumlah
akar yang paling banyak yaitu jumlah akar sawi hijau dengan perlakuan pupuk
30
lebih dari dosis (P3C3) sebanyak 20 akar serabut. Berdasarkan perlakuan
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pupuk yang diberikan lebih banyak akan
mempengaruhi pertumbuhan dan jumlah akar serabut sawi. Semakin banyak
jumlah akar semakin banyak air dan nutrisi yang diserap oleh akar yang
kemudian diangkut dan disebarkan ke seluruh tubuh tumbuhan sehingga
tanaman dapat tumbuh lebih baim dan lebih besar dibnadingkan sawi yang
meiliki jumlah akar serabut sedikit.
6. Berat Sawi Hijau
Sawi hijau yang telah dipanen dan dibersihkan, kemudian ditimbang satu
per satu. Sawi hijau ditimbang tanpa akarnya. Sawi hijau tanpa perlakuan
(P0C0) memiliki berat rata-rata 59,93 gram. Tanpa pemberian pupuk susulan
berpengaruh pada pertumbuhan dan berat sawi pada saat dipanen. Sawi hijau
dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis (P1C1) memiliki berat rata-rata
78,36 gram. Dibandingkan sawi hijau tanpa perlakuan, sawi ini lebih berat
18,43 gram. Hal tersebut dipengaruhi oleh pemberian pupuk susulan yang
dapat memacu pertumbuhan dan berat sawi. Sawi hijau dengan perlakuan
pupuk sesuai dosis (P2C2) memiliki berat rata-rata 90,85 gram. Sawi ini
memiliki berat 30,92 gram lebih berat dari sawi hijau tanpa perlakuan dan
12,49 gram lebih berat dari sawi hijau dengan perlakuan kurang dari dosis.
Berdasarkan grafik 4,6 dapat dilihat bahwa sawi hijau dengan perlakuan pupuk
lebih dari dosis (P3C3) memiliki berat rata-rata paling besar yaitu 95,39 gram.
Berdasarkan hasil tersebut menujukkan bahwa sawi yang diberi pupuk susulan
denga dosis lebih memiliki berat yang lebih dibandingkan yang lain.
7. Berat Sawi Hijau/m2
Sawi hijau yang telah dipanen dan dibersihkan kemudian ditimbang per
bedengan kemudian dibagi dengan ukuran bedengan. Berat sawi hijau/m2 tanpa
perlakuan (P0C0) memiliki berat rata-rata 1578,8 gram. Sawi dengan perlakuan
pupuk kurang dari dosis (P1C1) memiliki berat rata-rata 1881,9. Sawi dengan
perlakuan pupuk kurang dari dosis memiliki 305,5 gram lebih berat dari sawi
hijau tanpa perlakuan. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk sesuai dosis (P2C2)
memiliki berat rata-rata 1917,7 gram. Selisih berat sawi 338,9 dari sawi tanpa
31
perlakuan dan selisih 35,8 gram dari sawi dengan perlakuan pupuk kurang dari
dosis. Berdasarkan grafik 4.7 menunjukkan bahwa sawi dengan perlakuan
pupuk lebih dari dosis memiliki rata-rata berat yang paling besar yaitu 2273,9
gram. Hal ini menunjukkan bahwa sawi dengan perlakuan pupuk lebih dari
dosis adalah sawi dengan pertumbuhan yang paling baik sehingga
menghasilkan sawi yang memiliki berat yang lebih dibandingkan yang lain.
B. Analisis Usaha Tani
Untuk mengetahui apakah usaha budidaya mentimun layak dijalankan atau
tidak maka dilakukan analisis usaha tani, dan berikut adalah rincian analisis usaha
tani Pemberian Pupuk dan Pupuk Cair Anorganik Terhadap Pertumbuhan Sawi
Hijau :
Tabel 4.7 Rincian Biaya Pemberian Pupuk dan Pupuk Cair Anorganik Terhadap
Pertumbuhan Sawi Hijau
Keterangan
 Biaya Tetap
Sewa Lahan
Sprayer kecil
Cangkul
Pisau
Gembor

Total Biaya Tetap
Biaya Variabel
Benih
Polybag
Tenaga kerja
Frekuensi
300 m²
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
Harga
Rp 300.000
Rp 50.000
Rp 100.000
Rp 25.000
Rp 40.000
Umur
1
1
1
1
1
Jumlah
Rp 300.000
Rp. 1.416
Rp 694
Rp 173
Rp 1.666
Rp 303.949
1 pack
Rp 15.000
8 pack
Rp 5.000
Borongan
Rp 15.000
Rp 40.000
Rp 200.000
32
Pemupukan dasar
Pupuk organik
25 kg
Pupuk SP36
NPK
Pemupukan susulan
Pupuk SP36
NPK
Gandasil D
Pemeliharaan
Dursban
Rp 25.000/
sak (40 kg)
Rp 8.000/kg
Rp 10.000/kg
Rp 15.625
7,2 kg
7,2 kg
720 gram
Rp 8.000/kg
Rp 10.000/kg
Rp 10.000/
100 gram
Rp 57.600
Rp 72.000
Rp 72.000
25 ml
Rp 28.000/
250 ml
4,8 kg
4,8 kg
Total biaya Variabel
Rp 38.400
Rp 48.000
Rp 2.800
Rp 561.425
 Total Biaya
Rp 865.374
Tabel 4.8 Produksi dan Penerimaan Pemberian Pupuk dan Pupuk cair Anorganik
Terhadap Pertumbuhan Sawi Hijau
Produksi
2.750 sawi (392 ikat)
Harga/ikat
Rp 3000
Penerimaan
Rp 1.176.000
Tabel 4.9 Biaya dan Keuntungan Usaha Pemberian Pupuk dan Pupuk Cair
Terhadap Pertumbuhan Sawi Hijau untuk Satu Kali Masa Tanam (1
Bulan)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Total Biaya
Penerimaan
Keuntungan
BEP Harga
BEP Produksi
R/C Ratio
B/C Ratio
1) Biaya Tetap
Nilai
Rp 303.949
Rp 561.425
Rp 865.374
Rp 1.176.000
Rp 310.626
Rp 573.488
193
1,35 (R/C > 1, layak)
0,35
= Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 303.949 + Rp 561.425
= Rp 865.374
33
2) Penerimaan
= Harga x Hasil Produksi
= Rp 3.000 x 392
= Rp 1.176.000
3) Keuntungan
= Penerimaan – Total Biaya Produksi
= Rp 1.176.000 – Rp 865.374
= Rp 310.626
4) Break Event Point (BEP)
a. BEP Harga
=
=
Biaya Tetap
1−
𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
303.949
1−
561.425
1.176.000
303.949
= 1− 0,47
= Rp 573.488
b. BEP Produksi
=
Biaya Tetap
harga 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 −
=
=
=
𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
303.949
3.000−
561.425
392
303.949
3.000− 1.432
303.949
1.568
= 193
5) R/C Ratio
Total Penerimaan
= Total Biaya Produksi
=
1.176.000
865.374
= 1,35 (R/C > 1, layak)
6) B/C Ratio
Keuntungan
= Total Biaya Produksi
310.626
= 865.374
= 0,35
34
Penjelasan :
Biaya total yang diperlukan untuk pemberian pupuk dan pupuk cair anorganik
terhadap pertumbuhan sawi hijau sebesar Rp 865.374. Biaya ini diperoleh dari
jumlah biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yaitu Rp 303.949 ditambah
dengan biaya variabel Rp 561.425. Hasil yang didapat dalam satu kali masa tanam
adalah 392 ikat. Harga jual sawi hijau yaitu Rp 3.000/ikat, maka diperoleh
penerimaan sebesar Rp 1.176.000. Dari total penerimaan yang ada dapat diketahui
R/C Ratio senilai 1,35 yang berarti bahwa usaha pemberian pupuk dan pupuk cair
anorganik terhadap pertumbuhan sawi hijau ini layak dijalankan. Nilai Laba yang
didapatkan sebanyak Rp 310.626. Keuntungan didapatkan dari total pendapatan
dikurangi dngan total biaya/masa tanam. Break event point (BEP) merupakan
suatu nilai dimana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga
pengeluaran sama dengan pendapatan. Dengan demikian, pada saat itu usaha
mengalami impas, tidak untung dan tidak rugi. Perhitungan BEP ini digunakan
untuk menentukan batas minimum volume penjualan dan juga harga jual agar
suatu perusahaan tidak rugi. BEP tiap sekali masa tanam didapat sebesar Rp
573.488. Artinya penjualan sebesar Rp 573.488 tiap masa tanam dianggap telah
mencapai Break Event Point (BEP). Pada BEP produksi sawi hijau dalam sekali
masa tanam perlu menjual 193 ikat agar mencapai Break Event Point (BEP).
Menurut Jumingan (2006), analisis Break Even Point diperlukan untuk
mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual,
biaya produksi, biaya lainnya baik yang bersifat tetap maupun variabel, dan laba
atau rugi. B/C Ratio sebesar 0,35 menggambarkan bahwa dari Rp 100,- modal
yang ditanam akan diperoleh keuntungan Rp 35. Hasil B/C Ratio yang rendah
menunjukan bahwa usaha tani sawi hijau tersebut kurang efisien. Nilai B/C Ratio
diperoleh dengan cara membagi nilai keuntungan dengan nilai total biaya
produksi pada budidaya mentimun dalam satu kali musim tanam. Hal ini dapat
dilihat dari B/C Ratio yang menunjukan keuntungan yang didapat dari modal
yang sudah ditanamkan.
Download