14 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori

advertisement
14
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Teori-teori dasar / Umum
2.1.1
Komunikasi
Dalam hidup, setiap manusia pasti akan berhubungan dengan manusia
lainnya, maka kita tidak akan lepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi
sebenarnya dapat dikatakan sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan. Berikut lebih lanjut akan dipaparkan pendapat dari beberapa
tokoh mengenai komunikasi.
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari
kata Communicato dan bersumber dari kata Comunis yang berarti “sama”. Sama
yang dimaksud disini adalah sama makna (Effendi, 2002:9).
Josep A. Devito menyatakan bahwa komunikasi, Sebagai berikut:
“ The act, by one more persons, of sending and receiving message disorted
by noise, wthin a context, with some effect and with some opportunity for
feedback. The communication act, then, would include the following
components: context, source (s), receiver (r), messages, channel, noise,
sending or encoding process receiving, decoding process feedback, and
effect. These elemnt seem the most essential in any concideration of the
communication act. They are what we might call the universal of
communication : …the element that arepresent in every communication
act, regardless of whether it intrapersonal, interpersonal, small group,
public speaking, mass communication, or intercultural communication”.
“ Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni kegiatan
menyampaikan dan menerima pesan, yang mendapat distorsi dari gangguangangguan, dalam konteks, yang menimbulkan efek atau kesempatan untuk arus
balik. Oleh karena itukegiatan komunikasi meliputi komponen-komponen
14
15
sebagai berikut: konteks, sumber, penerima, pesan, saluran, gangguan, proses
penyampaian atau proses encoding, penerima atau proses decoding, arus balik
dan efek. Unsur-unsur tersebut setidaknya paling esensial dalam setipa
pertimbangan mengenai kegiatan komunikasi. Ini dapat kita namakan
kesemestaan komunikasi; unsur-unsur yang terdapat pada setiap kegiatan
komunikasi, apakah itu intrapersonal, interpersonal, kelompok kecil, pidato,
komunikasi massa, atau komunikasi antar budaya ”.
Pendapat lain mengenai komunikasi menurut Everett M. Rogers
sebagaimana dikutip Krisna Dewi bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana
dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi terhapa
satu sama lain, yang pada gilirannya akan tiba kepada saling pengertian (Krisna
Dewi, 2002: 2).
Sedangkan menurut Carl I. Hovland “communication is the process to
modify the behavior of the individuals” (Effendi, 2002: 10).
( “komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain” ).
Unsur-unsur dari proses komunikasi diatas, merupakan faktor penting
dalam komunikasi, bahwa pada setiap unsur tersebut oleh para ahli komunikasi
dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus. Proses komunikasi dapat
diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu :
1.
Komunikasi Verbal Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis
symbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua
16
rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan
verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk
berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap
sebagai suatu system kode verbal.
2.
Komunikasi non verbal Secara sederhana pesan non verbal adalah
semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan
Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan
(kecuali rangsang verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang
dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang
mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima (Mulyana,
2007 : 237) .
Karakteristik Komunikasi menurut Alo Liliweri dalam bukunya Wacana
Komunikasi Organisasi komunikasi memiliki karakteristik yaitu :
1. Komunikasi adalah proses
Disebut proses karena komunikasi merupakan aktivitas yang dinamis,
aktivitas yang terus berlangsung secara berkesinambungan sehingga dia
terus mengalami perubahan.
2. Komunikasi adalah simbolis
Karena aktivitas berkomunikasi menggunakan simbol-simbol bermakna
yang diubah kedalam kata-kata (verbal) untuk ditulis dan diucapkan atau
simbol nonverbal untuk diperagakan.
17
3. Komunikasi adalah kontekstual
Disebut berdimensi kontekstual karena sifat komunikasi yang serba ruang
dan serba waktu.
4. Komunikasi adalah purposif
Karena yang dilakukan berdasarkan tujuan tertentu, artinya orang
berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan.
5. Komunikasi adalah proses dua arah;
Kegiatan komunikasi memang merupakan kegiatan mengirim atau
menerima pesan yang berlangsung dua arah namun pada galibnya pesan
sama sekali tidak berpindah, yang berpindah adalah makna pesan tersebut
(Liliweri, 2004: 56).
2.1.2 Komunikasi Massa
Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi massa. Sejalan dengan
perkembangan teknologi komunikasi, media komunikasi massa pun semakin
canggih dan kompleks serta memiliki kekuatan yang lebih dari masa-masa
sebelumnya, terutama dalam hal menjangkau komunikan. Dengan adanya media
modern memungkinkan berjuta-juta orang di seluruh dunia untuk berkomunikasi
ke hampir seluruh pelosok dunia. Berikut akan dipaparkan beberapa pendapat
mengenai komunikasi massa.
Pengertian proses komunikasi massa pada hakikatnya merupakan proses
pengoperan lambang-lambang yang berarti, yang dilakukan melalui saluran, yang
biasanya dikenal dengan media. Dalam hal ini yang dimaksud dengan media
18
adalah alat yang digunakan untuk mencapai massa. Dari uraian tersebut diatas
dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan suatu proses yang
melukiskan bagaimana komunikator menggunakan teknologi media massa secara
proporsional
guna
menyebarluaskan
pesannya
melampui
jarak
untuk
mempengaruhi khlayak dalam jumlah yang banyak.
Dikatakan bahwa “mass communication is messages communicated
throught a mass medium to large number people” (komunikasi massa adalah
pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang)
(Elvinaro & Lukiati (2007: 3).
Menurut Liliweri komunikasi massa merupakan bentuk komunkasi yang
menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan
komunikan
secara
masal,
berjumlah
bnayak,
bertempat
tinggal
yang
jauh(terpencar), sangat heterogen dan meninggalkan efek tertentu (Elvinaro
&Lukiati, 2007:3).
Definisi lain mengenai komunikasi massa diungkapkan oleh Gebner,
yang mengatakan bahwa :
“ mass communication is technologically and institutionally based
production and distribution of the most broadly shared continous flow of
messages in industrial societies”.
19
“Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki
orang dalam masyarakat industry” (Elvinaro & Lukiati 2007: 3).
Meletze juga mengungkapkan pendapatnya sebagaimana dikutip Elvinaro
& Lukiati, ia mengartikan komunkasi massa sebagai bentuk komunkasi yang
mneyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis
secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. (Elvinaro &
Lukiati, 2007:4).
Definisi komunikasi massa lainnya dikemukakan oleh Jay Black dan
Federick C. Whitney (1988) dalam buku Komunikasi Massa oleh Nurudin,
yang menyatakan bahwa :
“Komunikasi massa adalah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi
secara massal disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan
heterogen.” (Nurudin, 2004:6).
Dari pengertian di atas jelas bahwa komunikasi massa harus
menggunakan media massa untuk menyampaikan informasi atau pesan kepada
khalayak. Dengan menggunakan komunikasi massa, komunikator dapat
menyampaikan pesan kepada komunikan dalam jumlah banyakdan tersebar di
beberapa tempat.
20
2.1.3 Media Massa
Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan
pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen.
Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa
mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu
menyampaikan pesan hamper seketika pada waktu yang tak terbatas. (Nurudin,
2007:9).
Adapun jenis-jenis media massa pada masyarakat luas saat ini dapat
dibedakan atas tiga kelompok, meliputi media cetak, media elektronik, dan
media online (Mondry, 2008:12) :
1.
Media Cetak
Media cetak merupakan media tertua yang ada di muka bumi, media
cetak berawal dari media yang disebut dengan Acta Diurna dan Acta Senatus di
kerajaan Romawi, kemudian berkembang pesat setelah Johanes Guttenberg
menemukan mesin ceta, hingga kini sudah beragam bentuknya, seperti kabar
(Koran), tabloid, dan majalah.
2.
Media Elektronik
Media elektronik muncul karena perkembangan modern yang berhasil
memadukan konsep media cetak, berupa penulisan naskah dengan suara (radio),
bahkan kemudian dengan gambar, melalui layar televisi. Maka kemudian, yang
disebut dengan media massa elektronik adalah radio dan televisi.
21
3.
Media Online
Media online merupakan media yang menggunanakan internet. Sepintas
lalu orang akan menilai media online merupakan media elektronik, tetapi para
pakar memisahkannya dalam kelompok tersendiri. Alasannya, media online
menggunakan gabungan proses media cetak dengan menukis informasi yang
disalurkan melalui sarana elektronik, tetapi juga berhubungan dengan
komunikasi personal yang terkesan perorangan.
Berkaitan dengan teori media massa diatas menurut Mondry, jenis-jenis media
massa dibedakan atas tiga kelompok, dalam penelitian ini Kompas TV merupakan
jenis media massa elektronik. Jenis Spot Identitas Stasiun Televisi ini dapat dikatakan
media massa elektronik karena konsep media massa elektronik menggabungkan
konsep dari media cetak berupa audio dan visual yang kemudian akan ditayangkan
dengan gambar dan suara yang menarik di layar televisi.
2.1.4 Televisi
Menurut Skronis dalam bukunya “ Television and Society. An Incuest
and Agenda “. (1965), dibandingkan media massa lainnya (radio,surat
kabar,majalah,buku, dan sebagainya), televisi mempunyai sifat istimewa.
Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Sifat politisinya
sangat besar, karena bisa menampilkan informasi, hiburan, dan pendidikan, atau
gabungan dari ketiga unsur tersebut secara kasat mata (Badjuri, 2010 : 6).
22
Televisi adalah sistem penyiaran gambar yang disertai bunyi (suara)
melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah
cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya
kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat
didengar.
Televisi berasala dari kata tele dan vision, yang mempunyai arti tele yaitu
jauh, dan vision yang berarti penglihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh prinsip
radio dan segi penglihatan gambar.
2.1.4.1 Keunggulan Televisi
Sebagai media massa yang tumbuh belakangan, dan merupakan konvergensi
dari media radio, surat kabar, industry music, pertunjukan panggung, dan sebagainya,
televisi memiliki kekuatan yang sangat besar disbanding jenis media massa lain.
Meskipun teknologi internet hadir dengan berbagai kelebihannya, namun sampai saat
ini internet belum mampu menggeser dominasi televisi. Presentase penggunaan jenis
media massa masih dikuasai oleh televisi, kemampuan televisi mendominasi madia
lain karena media ini mempunyai sejumplah kelebihan, antara lain sebagai berikut
(Badjuri, 2010 : 14).
1.
Bersifat Dengar Pandang
Tidak hanya media radio yang hanya bisa dinikmati melalui indera dengar,
media tv dinikmati pula secara visual melalui indera penglihatan. Faktor melihat
itu menjadi sangat penting, karena seperti dikatakan oleh Confusius “Saya
23
mendengar maka saya lupa; saya melihat maka saya ingat “, dan saya melakukan
maka saya paham”. Dengan melihat sendiri. Seseorang merasa terlibat secara
langsung dalam suatu peristiwa memiliki kekuatan yang tinggi. Jika potensi ini
dioptimalisasikan untuk praktis pembelajaran tentu akan memiliki pengaruh
positif bagi peningkatan kualitas pendidikan
Akan tetapi, sifat televisi yang hanya dengar pandang itu sekaligus mengandung
titik lemah bagi program pembelajaran. Siaran televisi yang bersifat sekilas
tersebut menimbulkan masalah tersendiri dalam hak khalayak (audience).
Televisi tidak mampu menyampaikan hal-hal yang membutuhkan kedalaman dan
penjelasan panjang lebar sebagaimana yang dibutuhkan dalam praktis
pembelajaran. Namun jika ada kreativitas yang mampu mengatasi kelemahan ini
niscaya akan dapat meningkatkan fungsi pendidikan dari media televisi itu
sendiri.
2.
Menghadirkan Realitas Sosial
Terkait dengan potensi yang baru saja disebutkan, televisi memiliki kemampuan
menghadirkan realitas social seolah-olah seperti aslinya, atau dengan istilah
Piliang sebahai hiperealitas. Kemampuan teknologi kamera dalam merekam
realitas sebagaimana aslinya, menjadikan tayangan televisi memiliki pengaruh
sangat kuat pada diri khalayak. Meskipun orang yang berbeda di balik
pengoperasionalan kamera sering memiliki agenda seting sendiri dan melakukan
framing atas realitas yang direkam, namun khalayak percaya bahwa gambar dan
suara yang mereka ikuti di layar televisi mencerminkan realitas social yang ada.
Visualisasi yang didukung oleh kekuatan suara pada kenyataannya sangat
membantu memahamkan seseorang terhadap sesuatu yang sulit menjadi mudah
24
untuk dimengerti. Kekuatan ini tentu dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
tujuan pendidikan.
3.
Simultaneous
Kekuatan lain yang dimiliki media televisi adalah kemampuan menyampaikan
segala sesuatu secara serempak sehingga mampu menyampaikan informasi
kepada banyak orang yang tersebar di berbagai tempat dalam waktu yang sama
persis. Aspek simultaneous sebenernya juga dimiliki oleh media radio, hanya
keserempakan yang terjadi dalam media televisi tidak hanya bersifat auditif
tetapi juga visual sehingga kesan yang diterima audience sangat kuat. Sifat
simultaneous itu tidak dimiliki oleh media massa cetak yang membutuhkan
sistem distribusi sangat panjang sehingga lokasi yang berbeda jauh dari tempat
pencetakan akan menerima informasi lebih lambat dengan yang berada di dekat
pusat penerbitan.
4.
Memberi Rasa Intim / Kedekatan
Tayangan program tv secara umum disajikan dengan pendekatan yang persuasive
terhadap khalayaknya. Dengan menggunakan sapaan yang memberikan kesan
dekat, tidak beranjak, bahasa tutur sehari-hari, gesture yang wajar menciptakan
suasana intim antara presenter program dengan khalayak. Hal yang demikian
tidak ditemukan dalam media cetak. Media radio memiliki sifat yang mirip
namun hanya mengandalkan audio sehingga daya tariknya relatif rendah,
sedangkan televisi didukung oleh visual yang menarik. Jika potensi yang
demikian dikelola secara baik untuk misi pendidikan, niscaya pengaruh yang
ditimbulkan pun cukup besar.
25
5.
Menghibur
Meskipun secara konseptuan fungsi tv sama dengan media massa lainnya, yaitu
informative, edukatif dan menghibur, namun fungsi terbesar dari media televisi
adalah menghibur. Berbagai hasil studi menunjukan bahwa motif utama orang
untuk menonton tv adalah mencari hiburan, setelah itu mencari informasi, dan
yang paling akhir adalah mencari pengetahuan/pendidikan.
Jadi, memang benar apa yang dikatakan Neil Postman bahwa esensi media
televisi adalah hiburan sehingga ia memperolok khalayak dengan sindiran, “
menghibur sampai mati “. Oleh karena itu dalam memproduksi program apapun
untuk televisi senantiasa mempertimbangkan aspek menghibur. Potensi
menghibur ini pada satu sisi dapat dipahami sebagai ancaman dunia pendidikan,
tetapi pada sisi lain justru menjadi keunggulan terutama jika dikaitkan dengan
teknologi
pembelajaran
yang
mengembangkan
konsep
belajar
secara
menyenangkan ( joyfull learning ) ( Badjuri, 2010 : 16 ).
2.1.4.2 Kelemahan Televisi
Berikut ini beberapa kelemahan dari media televisi, (Fahmi, 2002: 32) :
1. Kecenderungan televisi untuk menempatkan khalayaknya sebagai objek
yang pasif, sebagai penerima pesan.
2. Media televisi juga mendorong proses alih nilai dan pengetahuan yang
cepat tanpa mempertimbangkan perbedaan tingkat, perbedaan budaya dan
peradaban yang ada di berbagai wilayah jangkauannya.
3. Media televisi bersifat sangat terbuka dan sulit dikontrol dampak
negatifnya. Karena kekuatan media ini, mampu menyita waktu dan
26
perhatian pada khalayaknya untuk meninggalkan aktivitasnya yang lain
pada waktu bersamaan.
4. Cepatnya perkembangan teknologi penyiaran televisi bergerak mendahului
perkembangan masyarakat dan budaya khalayaknya di berbagai wilayah
yang berbeda. Ini pada gilirannya yang melahirkan pro-kontra tentang
implikasi kultural dari televisi seperti isu-isu imperialisme cultural dari
Negara-negara asing yang dengan bebas menayangkan acara-acara yang
dianggap bertentangan dengan budaya lokal dari suatu masyarakat.
2.1.5 Strategi
Strategi adalah pola teladan atau rencana yang mengintegrasikan tujuan
organisasi, kebijakan, urutan tindakan ke dalam suatu yang kohesif (Heflin Frinces,
2006:167).
Stasiun televisi untuk dapat mensegmentasikan stasiunnya kepada sasaran
khalayaknya dan mampu bersaing dengan stasiun televisi lainnya diperlukan strategi.
Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yang berarti “kepemimpinan: (leadership).
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (management) untuk mencapai suatu
tujuan. Akan tetapiuntuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta
jalan yang hanya menunjukan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan
bagaimana taktik operasionalnya (Effendy, 2000:29).
27
2.1.6
Program Televisi
Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television programing)
diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari
(horizontal programming) dan dari jam ke jam (vertical programing) setiap
harinya. Media televisi hanya mengistilahkan programming atau pemrograman
(Soenarto, 2007:1).
Sedangkan menurut Rukmananda (2004:213), “Programming adalah
teknik penyusunan program acara televisi yang ditayangkan secara berurutan”.
Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat penonton
tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran apakah itu
radio atau televisi. Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan produk
atau barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual kepada pihak lain,
dalam hal ini penonton dan pemasang iklan. Dengan demikian program adalah
produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam
hal ini terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik
akan mendapatkan pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara
yang buruk tidak akan mendapat pendengar atau penonton (Morissan, 2008:200).
2.1.6.1 Jurnalistik Televisi
Penyampaian yang berturut-turut dan secara terus-menerus ini,
seperti orang menuliskan sebuah buku atau catatan harian. Di dalam
bahasa Perancis catatan harian disebut journal. Jadi, ilmu mengirim
28
informasi dan berita secara luas disebut jurnalistik. Ilmu ini mengandung
pemahaman perlunya hubungan didalam rangka sharing informasi yang
merupakan wujud dari kemauan berkomunikasi. Di dalam jurnalistik,
penyampaian informasi tidak hanya bersumber dari satu fakta, tetapi juga
fakta-fakta lain yang saling berhubungan harus dikumpulkan, diolah,
disaring sehingga kejujuran dan kebenarannya terjamin. Secara teoretis,
informasi dan berita itu harus obyektif. Inilah karya jurnalistik yang baik
(Wibowo, 2009:89).
Berkembangnya aliran jurnalistik baru, merembes pula dalam
jurnalistik televisi. Jurnalistik baru di televisi muncul sebagai suatu
laporan audiovisual dengan format film cerita. Materi tetap berupa fakta
dan sama sekali tidak dimainkan kembali atau direkayasa seperti dalam
dokumenter. Namun, materi visual dari kejadian disusun sedemikian rupa
dan diceritakan sebagai sebuah film. Sentuhan-sentuhan perasaan terjadi
karena gambar peristiwa yang diambil lewat kamera sangat diperhatikan
kontuninuitas dan sudut pengambilannya. Jadi, urutan peristiwa dan
sajian
gambar
sungguh-sungguh
menyentuh
perasaan
(Wibowo,
2009:105).
2.1.6.2 Artistik
Tata artistik yang dimaksud dengan tata artistik pada media video
adalah suatu perekayasaan seni yang bersifat mendukung keberhasilan
pembuatan acara siaran. Karena media video mempunyai sifat audio
29
visual, maka yang termasuk dalam lingkup tata artistik di sini adalah; 1)
tata dekorasi, 2) property, 3) tata rias, 4) tata rambut, 5) tata busana, 6)
grafik, dan 7) ilustrasi musik. Sifat tata artistik mendukung keberhasilan
pembuatan suatu acara. Ini berarti bahwa media video sebagai media
pendidikan akan lebih efektif lagi. Sebab, bukan saja acara menjadi lebih
baik, melainkan, sebagai tontonan, juga akan lebih menarik. Yang lebih
penting, dapat memberikan gambaran yang mendekati kenyataan sesuai
dengan tuntutan naskahnya, sehingga sebagai suatu tontonan benar-benar
dapat menjadi suatu tontonan. Dekorasi di studio dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat mendekati keadaan sebenarnya, sehingga dapat membawa
imajinasi khalayak pemirsa ke alam apa yang sedang ditontonnya.
Mengingat luas studio terbatas, maka dalam perekayasaan dekorasi harus
disesuaikan dengan kemungkinan kemampuan gerakan kamera, agar
dapat mengambil gambarnya dari berbagai sudut, agar tidak mengganggu
penataan mikrofon, penataan lampu, dan gerakan para artis pendukung.
Demikian halnya masalah property dalam penyediaan dan pengadaan
benda-benda pengisi dekorasi, termasuk alat-alat peraga, harus pula
disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan naskah yang akan diproduksi.
Penataan rias, busana bagi para artis pendukung maupun pembawa acara
(Wurtzel,2003:270).
30
2.1.6.3 Program Spot
Spot adalah suatu program yang ingin mempengaruhi dan
mendorong penonton televisi atau pendengar radio, untuk tujuan-tujuan
tertentu. Spot merupakan program yang sangat pendek, dengan durasi
berkisar
antara
10
detik
sampai
paling
panjang
15
menit
(Wibowo,2009:203).
Oleh karena itu, suatu program spot merupakan program yang
sangat efektif untuk mencapai pendengar atau penonton yang biasanya
tidak tertarik pada subjek; tidak berpendidikan cukup dan belum cukup
dewasa, dalam arti dapat mencernakan suatu isi program. Meski dalam
hal ini harus diingat bahwa spot juga seperti pisau bermata dua. Efektif
dalam menjangkau penonton, tetapi jika isinya menyesatkan, juga efektif
dalam mencelakakan penonton (Wibowo,2009:204).
Dalam kajian pembahasan ini, peneliti menggunakan teori
program spot yang berkaitan dengan proses produksi dalam pembuatan
Spot Station ID di Kompas TV, karena Spot Station ID ini berdurasi tidak
lebih dari 15 menit.
2.1.7
Produksi Program Spot atau Promo
Tempat terbaik untuk mempromosikan program adalah tentu saja di
stasiun sendiri. Promosi di stasiun sendiri merupakan cara yang paling cepat dan
paling mudah dilakukan karena penonton sedikit banyak sudah tersedia. Promosi
31
program merupakan seni untuk membuat penonton tidak pindah ke stasiun
penyiaran lain. Promosi di media penyiaran sendiri bertujuan memberi tahu dan
mengingatkan penonton untuk terus mengikuti program lain yang akan atau
segera ditayangkan. Cara media berpromosi akan menentukan apakah suatu
program akan berhasil atau gagal, karena itu media penyiaran tidak boleh
meremehkan
pentingnya
tugas
promosi
ini.
Media
penyiaran
dapat
mempromosikan berbagai programnya setiap hari (Morissan,2008:422).
Kalau orang berbicara tentang program spot, yang muncul dibenaknya
tentu sebuah sarana promosi komersial. Untuk sebagian memang benar. Namun
program spot belum tentu program komersial. Karena terdapat berbagai macam
program spot, yakni spot komersial, spot social, spot propaganda politik,dll.
Semuanya diciptakan dengan pemahaman bahwa program tersebut sangat efektif
mencapai penonton dan memiliki keunggulan dibandingkan program yang lain
(Wibowo,2009:204-205).
2.2
Teori – teori Khusus
Dalam penulisan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teori khusus
diantaranya, yaitu :
2.2.1
Tahapan Proses Produksi Program Televisi
Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yana lazim
disebut standart operation procedure (SOP), seperti berikut (Fred
Wibowo, 2007:39) :
32
a) Pra-Produksi (Perencanaan dan Persiapan) Tahap pra-produksi
sangat
penting
sebab
tahap
ini
adalah
tahap
awal
dalammelaksanakan sebuah produksi program televisi yang dibagi
menjadi tiga bagian.
1. Penemuan ide
Menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan
naskah atau mengembangkan gagasan menjadi naskah sebuah
riset.
2. Perencanaan
Penetapan
jangka
waktu
kerja
(time
schedule),
penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan crew,
estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi.
3. Persiapan
Pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang
diperlukan.
b) Produksi
1. Organizing : Proses penyusunan struktur organisasi yang
sesuai denga tujuan organisasi, sumberdaya yang dimiliki dan
lingkungan yang melingkupinya (Morissan, 2008: 142).
2. Actuating : Memberikan pengaruh (penggerak) mencakup
usaha untuk mempengaruhi (influencing) tertuju pada upaya
untuk merangsang antusiasme karyawan untuk melaksanakan
tanggungjawab mereka secara efektif (Morissan, 2008: 154),
33
proses ini mengarahkan dan memotifasi aggota-anggota
organisasi untuk menuju kearah pencapaian tujuan organisasi,
termasuk menciptakan iklim yang mendukung, membingbing
dan meneladani anggota dalam melakukan pekerjaan.
3. Controling : suatu proses untuk mengetahui apakah tujuantujuan organisasi atau perusahaan sudah tercapai atau belum
(Morissan, 2008: 159), untuk mengetahui bahwa kegiatan
berjalan tidak baik dan terjadi penyimpangan- penyimpangan
dari rancangan semula. Maka diperlukan koreksi dan evaluasi.
Semua pengawasan
ini
dikerjakan
untuk
mengadakan
peningkatkan pada masa yang akan datang. Tahap ini
mencoba mewujudkan apa yang telah direncanakan dalam
kertas dan tulisan (shooting script) ( Fred Wibowo, 2007:40) .
c) Pasca-Produksi
Tahap dimana producer, assistant producer, repoter, camera
person, editor melakukan evaluasi pada tahap produksi. Selain itu,
pasca-produksi melalui proses editing offline ( dengan teknik
digital ), editing online ( dengan teknil digital ), mixing
(pencampuran gambar dengan suara) ( Fred Wibowo, 2007:42 ).
34
2.3
Kerangka Pemikiran
PENENTUAN IDE ATAU GAGASAN
PRA-PRODUKSI
PRODUKSI
Produksi
Station ID
Station ID
Kompas TV
PASCA-PRODUKSI
Download