Morfogenetik Kucing (Felis domesticus) di Jakarta

advertisement
1
PENDAHULUAN
Kucing merupakan hewan peliharaan
yang telah didomestikasi sejak 3000-4000
tahun lalu pada zaman Mesir kuno (Feldhamer
et al. 2003). Kucing domestik (Felis
domesticus) adalah hewan domestikasi yang
merupakan keturunan dari kucing Eropa (Felis
sylvestris) dengan kucing hutan Afrika (Felis
lybica) (Wright & Walters 1980). Felis
domesticus termasuk ke dalam kelas Mamalia,
ordo Carnivora, subordo Feliformia, famili
Felidae (Ewer 1973). Hewan ini memiliki ciriciri antara lain panjang tubuh 50-60cm, tinggi
tubuh 25-28 cm, berat tubuh jantan 3-6 kg dan
betina 2.25-4.5 kg, dapat hidup selama 10-30
tahun, dan memiliki panjang rambut 2-12.5
cm (Messent & Broom 1986)
Frekuensi alel yang mengendalikan
ekspresi variasi pada kucing dalam suatu
populasi dapat diduga melalui morfogenetik
(Nozawa et al. 2004). Keragaman gen yang
terdapat pada suatu populasi dapat dihitung
berdasarkan nilai heterozigositas (h) dan
heterozigositas rataan (Ĥ).
Warna merupakan ciri dari rambut
mamalia. Zat yang memberikan warna rambut
dan mata pada kucing adalah melanin
(Endrawati 2005). Feldhamer et al. (2003)
menyatakan bahwa terdapat dua jenis pigmen
melanin, yaitu feomelanin dan eumelanin.
Feomelanin memproduksi warna merah dan
kuning, sedangkan eumelanin memproduksi
warna hitam dan coklat.
Genotipe warna rambut kucing
disandikan oleh tiga gen utama, yaitu gen
pengontrol warna, gen pengontrol pola warna,
dan gen pengontrol ekspresi warna. Gen-gen
pengontrol warna antara lain gen warna solid
(lokus B~b~b1), gen warna penuh (lokus D~d)
dan gen warna oranye (lokus O~o). Gen-gen
pengontrol pola warna antara lain gen albino
(lokus C~cb~cs~ca~c), gen agouti (lokus A~a)
dan gen tabby (lokus T ~Ta~tb). Sedangkan
gen-gen pengontrol ekspresi warna antara lain
gen putih dominan (lokus W~w), gen inhibitor
(lokus I~i) dan gen white spotting (lokus S~s).
Masing-masing
gen
utama
saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya
(Endrawati 2005).
Menurut Wright dan Walters (1980),
gen-gen penyandi rambut kucing terletak pada
kromosom autosom ataupun kromosom seks
(X). Beberapa gen terletak pada kromosom
autosom, yaitu lokus A~a, B~b~b1, D~d, L~l,
S~s dan Ta~T~tb (Mills 1998). Lokus o~O
terletak pada kromosom seks yang terpaut
pada kromosom X (Audesirk et al. 2001).
Gen penyandi warna hitam (B) terletak
pada lokus B~b~b1. Mutasi gen ini akan
menghasilkan warna coklat (b) dan cinnamon
(b1) (Vella et al. 1999). Ekspresi gen penyandi
warna hitam, cokelat dan cinnamon ini
berinteraksi dengan dua gen dominan warna
lainnya, yaitu gen C yang terletak pada lokus
C~cb~cs~ca~c dan gen D pada lokus D~d. Jika
alel-alel pada lokus B~b~b1 berinteraksi
dengan gen c maka warna-warna tersebut
tidak akan terekspresi (albino) (Wright &
Walters 1980). Interaksi antar gen pada lokus
B~b~b1 dengan C~cb~cs~ca~c dan D~d
disebut epistasis (Jusuf 2001).
Gen penyandi warna oranye yang
terletak pada lokus O~o terpaut kromosom
seks dan bersifat kodominan. Kucing dengan
genotipe homozigot resesif (oo) berwarna non
oranye. Warna oranye hanya muncul jika
homozigot dominan (OO) pada betina dan
hanya alel tunggal (O) pada jantan. Genotipe
heterozigot akan menghasilkan karakter yang
disebut tortoiseshell (Oo) dan umumnya
betina (Robinson 1991).
Gen agouti (lokus A~a) merupakan gen
pengontrol pola rambut yang menyandikan
dua pigmen, yaitu feomelanin pada bagian
dasar rambut dan eumelanin pada bagian
tengah hingga ujung rambut (Feldhamer et al.
2003). Alel A merupakan tipe liar yang
bersifat dominan yang mengekspresikan
warna kuning pada dasar rambut, sedangkan
alel a merupakan tipe mutan yang bersifat
resesif dan mengekspresikan warna solid
(Vella et al. 1999)
Wright dan Walters (1980) mengatakan
bahwa ekspresi yang dihasilkan oleh gen C,
berupa pigmentasi warna penuh dan mutasi
gennya tersebut akan menghasilkan warna
coklat sepia gelap atau burmese (cb), siamese
(cs), dan albino (ca dan c). Hubungan antar alel
tersebut bersifat kodominan, yaitu setiap alel
memberikan pengaruh yang sama dalam
menentukan fenotipe heterozigot (Jusuf 2001).
Gen D akan mengekspresikan pigmentasi
pekat, dan bila dalam keadaan homozigot
resesif (dd) akan mengekspresikan warna
pudar, contohnya : warna hitam menjadi
warna biru jika memiliki gen penyandi B-Cdd (Vella et al. 1999).
Gen W pada lokus w~W merupakan
gen yang bersifat dominan penuh sehingga
dalam keadaan heterozigot akan menghasilkan
warna putih sempurna (Robinson 1991).
Kucing yang memilki warna putih sempurna
memilki tiga variasi warna mata (iris), yaitu
oranye, biru dan odd eyes (Wright & Walters
1980).
2
Panjang ekor dikendalikan oleh gen
Manx (M) yang menyebabkan pemendekan
ataupun hilang ekor. Kucing berekor pendek
bisa dipastikan memiliki genotipe heterozigot
(Mm), karena homozigot dominan (MM)
bersifat letal (Wright & Walters 1980).
Panjang rambut kucing dikendalikan oleh gen
panjang rambut (lokus L~l). Alel L
merupakan
alel
dominan
yang
mengekspresikan rambut pendek, sedangkan
alel l
bersifat
resesif yang
akan
mengekspresikan rambut panjang (Vella et al.
1999).
Nozawa et al. (1983) menyatakan
bahwa Jakarta memiliki nilai-nilai h untuk
sembilan lokus, yaitu lokus w~W, o~O, A~a,
D~d, C~cb~ca~c, T~Ta~tb, S~s, i~I dan M~m
secara berturut-turut sebesar 0.7%, 43%,
49.9%, 24.1%, 0%, 38.3%, 49.5%, 0.7% dan
49%. Nilai heterozigositas rataan (Ĥ) dari 9
lokus sebesar 28.35%.
Penelitian ini bertujuan menduga
keragaman kucing (F.domesticus) di wilayah
Jakarta Timur berdasarkan warna, pola warna
dan ekspresi warna rambut, serta panjang ekor
dan rambut.
Kramat Jati, Makasar, Matraman, Pasar Rebo
dan Pulogadung.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk analisis
morfogenetik adalah gambar kucing yang
diambil menggunakan kamera digital Casio
tipe EX-S770.
Metode
Pengambilan gambar kucing dilakukan
dengan cara road sampling, yaitu sampling
dilakukan dengan cara berjalan pada setiap
lokasi yang telah ditentukan (Aditya 2006).
Waktu pengambilan gambar dilakukan antara
pukul 07.30-11.00 dan pukul 15.30-17.30
WIB. Pengambilan gambar dilakukan hanya
sekali setiap satu ruas jalan dalam satu lokasi
untuk menghindari pengulangan.
Warna rambut, pola warna rambut,
ekspresi warna, panjang ekor dan panjang
rambut dicatat dan dikonversi ke notasi-notasi
alel yang mengacu pada Wright dan Walters
(1980) (Tabel 1). Perhitungan alel-alel untuk
gen autosom yang memiliki hubungan
dominan (D)-resesif (R) antar alel pada lokus
A~a; B~b~b1; C~cb~cs~ca~c; D~d; i~I; L~l;
S~s; Ta~T~tb; w~W dapat dilakukan dengan
menggunakan metode square root, sebagai
berikut:
BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat
Penelitian dilakukan sejak tanggal 21
Februari sampai dengan 29 April 2008.
Pengambilan gambar kucing dilakukan di 10
kecamatan di Jakarta Timur, yaitu Cakung,
Cipayung, Ciracas, Duren Sawit, Jatinegara,
Frekuensi alel resesif (q x ) =
R/n
Frekuensi alel dominan ( Px ) = 1 − q x
Standar eror ( SE ) = (1 − q x )2 / 4n
n = jumlah individu
R = jumlah individu resesif
Tabel 1 Gen-gen utama kucing domestik (Wright & Walters 1980)
Tipe liar
Simbol
A
B
C
D
i
Nama
Agouti
Black
Karakter
Pola agouti
Hitam
Full-colour
Pigmentasi penuh
L
o
Dense
Normal
pigmentation
Normal hair
Normal colour
s
T
Normal colour
Mackerel
w
Normail colour
m
Normal tail
Simbol
a
b
b1
cb
cs
Pigmentasi pekat
Pigmentasi normal
Rambut pendek
Pigmentasi normal
selain orange
Tanpa daerah putih
Pola tabby garis
Ekspresi penuh dari
gen lain
Ekor panjang
* gen mutan yang bersifat dominan terhadap tipe liar
Nama
Non-agouti
Brown
Light brown
Burmese
Siamese
ca
c
d
I
Blue-eyes
Albino
Dilute
Inhibitor*
l
O
Long hair
Orange
S
Ta
tb
W
Piebald*
Abyssinian
Blotched
Dominant white*
M
Manx*
Mutan
Karakteristik
Tidak berpola
Cokelat muda
Cinnamon atau cokelat terang
Cokelat sepia gelap
Cokelat sepia terang; pola
point; iris biru
Putih; iris biru
Putih
Pigmentasi pudar
Menutupi pigmen lain; warna
perak
Rambut panjang
Oranye atau kuning (terpaut
seks)
Dengan daerah putih
Pola tabby Abyssinian
Pola tabby klasik
Warna putih yang menutupi
warna lain; iris biru
Ekor pendek atau tidak ada;
bersifat letal jika homozigot
Download