Manajemen Pendidikan dalam Perspektif Islam

advertisement
MANAJEMEN PENDIDIKAN
DALAM PERSPEKTIF ISLAM
(Sebuah Kajian Ringan)
Brilly El-Rasheed
Mahasiswa S1 Manajemen Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya (UNESA)
Sebagai satu-satunya agama yang komprehensif dan universal, Islam telah membangun pilarpilar konstruksi ilmu manajemen pendidikan yang sangat imperatif bagi kehidupan konkret
sosial-kemasyarakatan secara holistik. Diyakini oleh seluruh Muslim, lintas generasi dan wilayah,
bahwa pelopor manajer pendidikan terbaik adalah Rasulullah, sebagaimana telah diutarakan
oleh Mu’awiyah bin Al-Hakam, “Aku tidak pernah melihat seorang pendidik sebelum dan
sesudahnya yang lebih baik darinya.” [Shahih Muslim no. 836]
Rasulullah Muhammad telah meneladankan bagaimana manajemen pendidikan yang
baik lagi konstruktif bagi peradaban. Hingga Allah secara langsung memberikan rekomendasi
kepada umat Islam,
‫ﲑﹰﺍ‬‫ﻪ ﹶﻛﺜ‬ ‫ﺮ ﺍﻟﱠﻠ‬ ‫ﻭ ﹶﺫ ﹶﻛ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻡ ﺍﻟﹾﺂ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻪ ﻭ‬ ‫ﻮ ﺍﻟﱠﻠ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻳ‬‫ﻨ ﹲﺔ ﱢﻟﻤ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻮ ﹲﺓ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻪ ﹸﺃ‬ ‫ﻮ ﹺﻝ ﺍﻟﱠﻠ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻲ‬‫ﻢ ﻓ‬ ‫ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﹶﻟ ﹶﻘ‬
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi orang
yang mengharap (rahmah) Allah dan (kedatangan) hari qiyamah dan dia banyak menyebut
Allah.” [Al-Qur`an surah Al-Ahzab ayat no. 21]
Sufyan bin ‘Uyainah Al-Makki yang menyadari akan urgensitas eksistensi Rasulullah
Muhammad dalam segala sendi kehidupan, kemudian menetapkan Rasulullah sebagai standar
terbesar, “Sesungguhnya Rasulullah adalah standar terbesar. Segala sesuatu (harus) ditimbang
berdasarkan akhlak, sirah dan petunjuk beliau. Semua yang sesuai dengannya, itulah
kebenaran, dan yang menyelisihinya, itulah kebatilan.” [Tadzkirat As-Sami’ wa Al-Mutakallim,
Ibnu Jama’ah Al-Kinani, hal. 21]
Ungkapan Ibnu ‘Uyainah ini bukan berarti menutup peluang inovasi. Inovasi selagi tidak
bertentangan dengan Islam, Islam tidak melarangnya, terlebih bila kontributif bagi peradaban
dan kejayaan Islam, dan inovasi tersebut tidak mendekonstruksi apalagi mendesakralisasi nilainilai Islam. Ini terefleksi dalam ungkapan terakhir Ibnu ‘Uyainah.
1
Manajemen Pendidikan dalam Perspektif Islam | Copy Right © 2011 Brilly El-Rasheed
Konsep Dasar-dasar Manajemen Pendidikan dalam Perspektif Islam
Seperti diutarakan di awal, Islam telah meletakkan dasar-dasar manajerisasi pendidikan,
yang mana hal itu tersimpan dengan baik dalam dokumen-dokumen sejarah Islam yang primer
dan sekunder, sayang sekali banyak sarjana Muslim, di Indonesia khususnya, yang belum
menggali dan mengungkapnya. Bermula dari kesadaran terhadap problem tersebut, di sini akan
dipaparkan dasar-dasar manajemen pendidikan dalam nilai-nilai normatif dan historis Islam,
yakni antara lain,
Pertama: Merujuk kepada literatur-literatur yang kredibel dan akurat. Dengannya akan
didapatkan sebuah produk pendidikan yang multidimensional dan polyinterpretabel, sehingga
dapat diabstraksikan pada berbagai fragmen manajemen pendidikan. Pendidikan Islam
senantiasa merujuk pada dokumen primer yakni Al-Qur`an dan As-Sunnah, dengan tidak
mengabaikan peranan dokumen sekunder, seperti atsar, ijma’, qiyas, dan lain sebagainya yang
tertera dalam buku-buku para intelektual Muslim awal (Salaf). Hasilnya, output dan outcome
pendidikan akan lebih mampu survive dan berkompetisi.
Kedua: Penanaman keikhlasan dan ketulusan dalam proses pendidikan, baik kepada peserta
didik, praktisi pendidikan, dan seluruh bagian yang terintegrasi dan sinergis dengan institusi
maupun lingkungan pendidikan. Tiadanya ketulusan dalam perjalanan pendidikan, akan
melahirkan kegagalan pencapaian tujuan pendidikan. Nabi Muhammad telah menyebutkan ini,
‫ﻢ‬ ‫ﺻ ﹺﻬ‬
 ‫ﺧﹶﻠﺎ‬ ‫ﻭﹺﺇ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺗ ﹺﻬ‬‫ﻼ‬
‫ﺻﹶ‬
 ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺗ ﹺﻬ‬‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻬﺎ ﹺﺑ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻌﻴ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﺔ ﹺﺑ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻩ ﹾﺍ ُﻷ‬ ‫ﺬ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺮ ﺍ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻳ‬ ‫ﻤﺎ‬ ‫ﻧ‬‫ﹺﺇ‬
“Sesungguhnya Allah hanya akan menolong umat ini dengan orang-orang yang lemah di antara
mereka, dengan doa mereka, shalat mereka, dan keikhlasan mereka.” [Shahih Al-Bukhari no.
2896; Shahih Al-Jami’ no. 2388]
Ketiga: Materi yang pertama diajarkan kepada peserta didik adalah materi fundamental, seperti
pengenalan huruf-huruf, operasi hitung, cara menulis, bahasa, baik bahasa lokal maupun asing,
dan sebagainya, yang menjadi alat dan modal awal untuk proses belajar ke depan. Ini tampak
pada aksentuasisasi yang dilakukan Rasulullah sebagai seorang manajer pendidikan ketika di
masa awal Islam dimana beliau melakukan tashfiyyah atau purifikasi ideologi jahiliyyah
(ignorance ideology) dan materi pendidikan yang mengalami penyimpangan (deviation), yang
telah mendarah daging pada mayoritas masyarakat sosial Arab kala itu.
Yang pertama kali Nabi Muhammad sosialisasikan adalah materi tentang keimanan,
sebab hal itulah yang paling mendasar dalam konstruksi agama Islam. Manajerisasi seperti ini
juga diterapkan oleh generasi-generasi berikutnya, seperti tersurat dalam penuturan Jundub,
“Kami belajar tentang iman sebelum belajar Al-Qur`an, kemudian belajar Al-Qur`an sehingga
dengannya bertambahlah iman kami.” [Syu’ab Al-Iman 1/76]
Dari sini didapatkan point lanjut, bahwa dalam proses pendidikan, sistem jenjang dan
prioritisasi menjadi sangat berarti bagi keberhasilan manajemen pendidikan. Tanpa sistem
jenjang akan ditemukan kesulitan untuk mengetahui pencapaian, dan tanpa prioritisasi akan
2
Manajemen Pendidikan dalam Perspektif Islam | Copy Right © 2011 Brilly El-Rasheed
menimbulkan kesemrawutan dan kemandegan intelektual. Kita sangat berterima kasih kepada
para pendahulu kita atas jasa-jasa mereka yang telah melakukan formalisasi materi pendidikan
lewat manajemen kurikulum, yang karenanya kita bisa mudah menjalankan kegiatan
pendidikan.
Keempat: Berpegang pada metode ilmiah dengan menggunakan sarana berpikir ilmiah, dengan
berlandaskan hujjah (bukti yang valid), melalui penelusuran yang intensif dan kontinu. Prinsip
ini memiliki peranan penting dalam menjaga kemurnian ilmu dari kontaminasi hal-hal yang
bukan ilmu. Karena ilmu adalah pengetahuan pengetahuan yang lahir dari akal sehat yang
terdidik, melalui metode ilmiah dengan berbekal sarana berpikir ilmiah, berdasarkan empirisme
dan rasionalisme, secara induktif dan deduktif.
Perlu dipahami, definisi ilmu yang menetapi konsep filsafat ilmu seperti ini bukan berarti
menyingkirkan Islam dalam ranah ilmu. Agama di mata pemeluknya pasti akan dianggap
sebagai ilmu yang paling fundamental. Ilmu yang didefinisikan tersebut adalah ilmu duniawi
yang memang pada dasarnya bersifat fluktuatif, bermula dari ketiadaan, lalu mengalami
akumulasi dari berbagai paradigma para ilmuwan, kemudian berkulminasi, dan suatu saat dapat
ditinggalkan ketika dianggap telah tidak relevan. Sedangkan Islam diperoleh manusia tanpa
melalui tahapan-tahapan panjang seperti yang dialami ilmu manusia, melainkan langsung dari
Allah, Sang Maha Ilmu.
Kelima: Menjadikan tujuan pendidikan terfokus pada pembentukan pribadi prestatif. Prestatif,
dalam hemat kami, adalah suatu pencapaian personal maupun komunal sehingga peserta didik
mampu membawa peradaban ke arah perbaikan. Jadi pendidikan itu semestinya bertujuan
untuk mencetak generasi yang bisa membawa bangsanya untuk menjadi generasi yang
menetapi nilai-nilai positif universal dan doktrinal. Apalah artinya, program-program pendidikan
dicanangkan begitu melambung, dengan biaya yang tinggi, tapi malah menelorkan pribadipribadi yang bisanya hanya mendekonstruksi bangsanya, dengan moral-moralnya yang rendah,
walaupun intelektualnya tinggi.
Di sinilah terlihat nilai vital keberadaan pendidikan karakter dan harmonisasi IQ
(Intelectual Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient). Maka, dalam
proses pendidikan, harus pula ada alokasi dana, media, maupun waktu untuk pelaksanaan
pendidikan karakter dan harmonisasi ketiga kecerdasan insan ini, demi mencapai tujuan
pendidikan.
Belajar dari Pendahulu
Lima dasar manajemen pendidikan inilah yang menjadi modal awal dan fundamental
yang telah dieksplorasi oleh generasi-generasi Muslim, dan hasilnya telah dilihat dan diakui oleh
dunia. Dalam The Reconstruction of Religious Thought in Islam, Muhammad Iqbal mengatakan,
peradaban Islam yang berkembang di Arab berhasil mendorong berkembangnya ilmu
pengetahuan dengan begitu pesat di saat Barat dikungkung kebodohan. Pada masa itu, umat
Islam sudah memperkenalkan metode eksperimental, observasi, dan pemikiran.
3
Manajemen Pendidikan dalam Perspektif Islam | Copy Right © 2011 Brilly El-Rasheed
Orientalis asal Skotlandia, William Montgomery Watt, pernah secara jujur
mengungkapkan bagaimana Barat sangat berhutang budi pada Islam, khususnya dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Montgomery yang menyandang gelar “Emiritus Professor”,
gelar penghormatan tertinggi untuk seorang ilmuwan, sangat tekun melakukan penelitiannya
tentang Islam. Khususnya sejarah perkembangan pengetahuan di dunia Islam. Montgomery
secara jujur mengakui, perkembangan ilmu pengetahuan yang kini berkembang pesat di Barat
dan Eropa, sesungguhnya sebagian besar telah banyak ditemukan kaum Muslim sebelumnya.
Dr. Fuat Sezgin, dari Institut Sejarah Sains Arab-Islam, Universiti Johann Wolfgang,
Goethe, Frankfurt, Jerman, menegaskan, kehebatan ilmuwan Islam ratusan abad silam adalah
kehebatan yang tidak ternilai (karena saking hebatnya). Pada abad kegemilangan Islam banyak
orang-orang Eropa yang belajar untuk menuntut ilmu di berbagai cabang pengetahuan dari
para pakar Islam. Tetapi setelah zaman kegelapan datang, banyak pula hasil-hasil ilmuwan
tersebut yang juga diselewengkan dan kemudian disebarluaskan dengan informasi yang salah
secara meluas.
Namun, kini umat Islam mulai bangkit, sebagian Muslim ada yang memimpin di bidang
pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sekaranglah saatnya kita bersinergi meraih apa yang pernah
diraih pendahulu kita, ya, dengan Islam, tidak dengan lainnya.
Copy Right © 1431 Brilly El-Rasheed
All Right Reserved ®. Dilarang mereproduksi atau memperbanyak isi buku ini, sebagian
ataupun seluruhnya, dalam bentuk dan dengan cara apapun, baik secara mekanis maupun
elektronis, termasuk cetak, fotoprint, fotokopi, rekaman, mikrofilm atau sistem penyimpanan
lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis. Tidak patut seorang Muslim mengambil hak
saudaranya tanpa seizin darinya.
Ingin berinfaq bagi kontinuitas dan kualitas proyek dakwah jurnalistik ini? Silahkan kirimkan
infaq Anda melalui nomor rekening kami di Bank Muamalat Shar-E No. 920 09941 99 a.n. Brilly
Yudho Willianto, setelah berinfaq mohon konfirmasi ke e-mail kami [email protected].
Dengan berinfaq minimal Rp 20.000,-/e-jurnal, Anda akan mendapatkan gratis satu buah ejurnal dari kami yang spesial bagi Anda yang berinfaq saja. Kami akan melaporkan infaq Anda
melalui e-jurnal produk kami.
4
Manajemen Pendidikan dalam Perspektif Islam | Copy Right © 2011 Brilly El-Rasheed
Download