MENGUNGKAP PEMAHAMAN APARATUR TERHADAP SISTEM

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
MENGUNGKAP PEMAHAMAN APARATUR TERHADAP SISTEM
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Surabaya I)
Merry Christina Sumadya
[email protected]
Ikhsan Budi Riharjo
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the comprehension and the implementation of government apparatus
to the Performance Accountability System of Government Agency (SAKIP), in the presentation and the
preparation of Performance Accountability Report of Government Agency (LAKIP) at Surabaya 1 State
Treasury Service Office. The accountability systems performance which are implemented by Surabaya I KPPN
are: strategic planning, performance planning, performance assessment, reporting, and performance evaluation.
This research is a descriptive research which is performed by using qualitative approach which uses the primary
and secondary data as the data sources. The data collection technique uses interview and documentation study.
The data analysis is carried out by using qualitative approach. The result of research shows that the
comprehension of Surabaya I KPPN officials and employees as the government apparatus to the implementation
of strategic planning, performance planning, and performance assessment, reporting, and performance
evaluation can make the preparation process of performance accountability report with the proper systematic
faster and easier, so the reporting has beneficial value and quality.
Keywords: Performance Accountability, Performance Accountability System of Government Agency (SAKIP),
Performance Accountability Report of Government Agency (LAKIP).
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi dan pemahaman aparatur pemerintah atas
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), dalam proses penyusunan dan penyajian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara Surabaya I. Sistem akuntabilitas kinerja yang diimplementasikan oleh KPPN Surabaya I yaitu
perencanaan strategis, perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, serta pelaporan dan evaluasi kinerja.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang
menggunakan data primer dan data sekunder sebagai sumber datanya. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan
dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman pejabat dan
pegawai KPPN Surabaya I sebagai aparatur pemerintah atas penerapan perencanaan strategis,
perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, serta pelaporan dan evaluasi kinerja dapat mempermudah
dan mempercepat proses penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dengan sistematika yang benar,
sehingga laporan tersebut berkualitas dan mempunyai nilai manfaat.
Kata kunci: Akuntabilitas Kinerja, Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP),
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
2
PENDAHULUAN
Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan
untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dan
negara. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggung
jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasil guna, bersih dan
bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Pengembangan kebijakan akuntabilitas di Indonesia pada dasarnya disebabkan oleh
meningkatnya kesadaran masyarakat akan transparansi pengelolaan keuangan negara dan
akuntabilitas kinerja dalam administrasi pemerintahan atas berbagai kebijakan dan tindakan
yang dilakukan sehingga memicu timbulnya gejolak yang berakar pada ketidakpuasan serta
tuntutan publik akan terselenggaranya good governance. Tuntutan yang semakin tinggi
diajukan terhadap pertanggungjawaban yang diberikan oleh penyelenggara negara atas
kepercayaan yang diamanatkan pada mereka. Dengan kata lain, akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah kini lebih banyak mendapat sorotan, karena masyarakat mulai
mempertanyakan manfaat yang mereka peroleh atas pelayanan yang diberikan oleh instansi
pemerintah.
Disamping faktor-faktor diatas, diperlukan juga suatu landasan hukum agar setiap
aparat pemerintah konsisten dan taat dalam menjalankan tugas-tugasnya demi terwujudnya
akuntabilitas kinerja. Terkait dengan pengelolaan keuangan negara, pemerintah dengan
persetujuan DPR RI telah berhasil menetapkan paket perundang-undangan di bidang
keuangan negara, tiga pokok perundangan di bidang keuangan negara menjadi landasan
hukum bagi reformasi di bidang keuangan negara dalam rangka terwujudnya good
governance atas penyelenggaraan pemerintahan, yaitu pertama Undang-Undang Nomor : 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, kedua Undang-Undang Nomor : 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara, dan yang
ketiga Undang-Undang Nomor : 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Ketiga UU
tersebut menjadi dasar bagi reformasi di bidang keuangan negara, dari administrasi
keuangan (financial administration) menjadi pengelolaan keuangan (financial management).
Reformasi keuangan negara ini dipelopori oleh Departemen Keuangan, sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Mengacu kepada bidang administrasi pemerintahan, telah dihasilkan pula peraturan
perundangan-undangan, berupa Instruksi Presiden (Inpres) Nomor : 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), yang merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk meningkatkan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik dan
bertanggung jawab yang dijabarkan lebih lanjut dalam Keputusan Kepala Lembaga
Administrasi Negara Nomor 589/IX/6/Y/99 tentang Pedoman Pelaporan Akuntabilitas
Instansi Pemerintah. Pada tahun 2003 pedoman tersebut diperbaiki dengan Keputusan
Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah.
Inpres No. 7 Tahun 1999 mewajibkan setiap instansi pemerintah baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah sebagai unsur penyelenggaran pemerintahan negara untuk
mempertanggungjawabkan pencapaian misi dan tujuan organisasi serta pelaksanaan tugas
pokok dan fungsinya dalam kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan
suatu perencanaan stratejik yang ditetapkan oleh masing-masing instansi, maka perlu
diukur sejauh mana instansi pemerintah telah memenuhi standar kinerja untuk tercapainya
pelayanan publik bagi kesejahteraan masyarakat. Pertanggungjawaban yang dimaksud
berupa laporan yang disampaikan kepada atasan masing-masing, lembaga-lembaga
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
3
pengawasan dan penilai akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan kepada presiden selaku
kepala pemerintahan.
Akuntabilitas kinerja sendiri dapat tercapai apabila didukung dengan pelaporan
keuangan dan kinerja yang berkualitas dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi di
lingkungan pemerintah, dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 55 ayat (5) UU No. 1
Tahun 2004 pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah yang menyebutkan perlunya
pengintegrasian sistem akuntabilitas instansi pemerintah dengan sistem perencanaan
strategis, sistem penganggaran, dan sistem akuntansi pemerintahan. Sistem yang sangat
terintegrasi tersebut diharapkan dapat menggantikan Inpres No. 7 Tahun 1999, sehingga
dapat dihasilkan suatu laporan keuangan dan kinerja yang terpadu. Dengan berbagai
peraturan perundangan yang telah dikeluarkan tersebut, diharapkan akan terwujud
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) merupakan unit eselon III selaku
instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan dan menjadi
salah satu Instansi Pemerintah yang membantu pengelolan keuangan negara dalam rangka
terwujudnya good governance, karena KPPN merupakan instansi yang bersentuhan langsung
(ujung tombak) dalam memberikan pelayanan di bidang perbendaharaan kepada satuan
kerja yang menjadi mitra kerja.
Dalam rangka pencapaian good governance, untuk itu dibutuhkan penerapan sistem
akuntabilitas kinerja di KPPN. Akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi dan visi
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan dan ditetapkan melalui
seperangkat indikator kinerja atau alat pertanggungjawaban secara periodik. Mengingat
pentingnya pencapaian tujuan suatu instansi tersebut setiap pimpinan dan pegawai di
lingkungan Kementerian Keuangan perlu meningkatkan penerapan sistem akuntabilitas
kinerja secara sistematis, terstruktur, dan terdokumentasi dengan baik untuk mendapatkan
hasil yang maksimal. Secara umum, implementasi sistem akuntabilitas kinerja dilaksanakan
berdasarkan komponen-komponen yang merupakan satu kesatuan yang terdiri dari
perencanaan strategis, perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, serta pelaporan dan
evaluasi kinerja. Komponen dalam sistem akuntabilitas kinerja ini menceminkan semua
proses yang ada dalam manajemen kinerja.
Sebagai unit instansi pemerintah yang melayani masyarakat, Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) Surabaya I wajib menerapkan suatu sistem perencanaan
yang dinamakan SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) dan laporan
pertanggungjawaban dalam bentuk LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah) guna terus meningkatkan kepuasan satuan kerja yang menjadi mitra kerja dan
kinerja instansi pemerintah. Dengan demikian, berdasarkan latar belakang masalah yang
telah disampaikan diatas, maka penelitian ini akan membahas Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) dalam proses penyusunan dan penyajian Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN) Surabaya I. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dalam
proses penyusunan dan penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Surabaya I: pembahasan
dilanjutkan dengan kajian mengenai mengungkap pemahaman aparatur terhadap Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
Surabaya I.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
4
AKUNTABILITAS KINERJA
Dalam Modul Pembentukan Auditor Ahli yang berjudul Akuntabilitas Instansi
Pemerintah yang dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP,
diartikan bahwa akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban
atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang, badan hukum
maupun pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau
berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Sedangkan kinerja
instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan
instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi, dan strategi instansi pemerintah yang
mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan‐kegiatan sesuai
dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Maka dapat disimpulkan bahwa
akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan
yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi
organisasi secara terukur dengan sasaran atau target kinerja yang telah ditetapkan melalui
laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik.
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP)
Dalam Modul Pembentukan Auditor Ahli yang berjudul Akuntabilitas Instansi
Pemerintah yang dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP,
dikatakan bahwa Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah
rangkaian proses yang sistematis dari berbagai komponen, alat, dan prosedur yang
dirancang untuk mencapai tujuan manajemen kinerja, yaitu perencanaan, penetapan kinerja
dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan
kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan
kinerja instansi pemerintah.
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah adalah wujud nyata penerapan akuntabilitas di Indonesia. Inpres ini
mendefinisikan
Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah
(AKIP)
sebagai
pertanggungjawaban keberhasilan atau kegagalan misi dan visi instansi pemerintah dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui seperangkat indikator kinerja.
Dalam konteks AKIP ini, instansi pemerintah diharapkan dapat menyediakan informasi
kinerja yang dapat dipahami dan digunakan sebagai alat ukur keberhasilan ataupun
kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran tersebut.
Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah mendefinisikan Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada pokoknya adalah instrumen yang digunakan
instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi. Terdiri dari berbagai komponen
yang merupakan satu kesatuan, yaitu perencanaan stratejik, perencanaan kinerja.
pengukuran kinerja, dan pelaporan kinerja.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA
Dalam Modul Pembentukan Auditor Ahli yang berjudul Akuntabilitas Instansi
Pemerintah yang dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP,
diartikan bahwa laporan kinerja adalah dokumen yang berisi gambaran perwujudan
akuntabilitas kinerja kementerian, lembaga, pemerintah daerah, instansi pemerintah di
berbagai tingkatan, dan institusi yang menggunakan serta mengelola sumber daya negara,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
5
yang disusun dan disampaikan secara sistematik dan melembaga. Laporan Akuntabilitas
Kinerja adalah laporan kinerja tahunan. Laporan akuntabilitas lazimnya juga dimaksudkan
sebagai laporan kinerja. Jadi, laporan akuntabilitas kinerja sama dengan LAKIP dan LAKIP
pada dasarnya sama dengan laporan kinerja tahunan.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)
Permen PAN Nomor : 29 Tahun 2010 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Laporan
akuntabilitas kinerja (Pasal 12) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi
pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan ataupun sasaran
strategis instansi. Laporan akuntabilitas kinerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 berisi
ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja dan
dokumen perencanaan (Pasal 16 ayat 1). Pencapaian sasaran sebagaimana dimaksud
sekurang-kurangnya menyajikan informasi (Pasal 16 ayat 2) tentang pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi, realisasi pencapaian indikator kinerja utama organisasi, penjelasan yang
memadai atas pencapaian kinerja, dan pembandingan capaian kinerja sampai tahun berjalan
dengan target kinerja 5 (lima) tahun yang direncanakan.
Fokus pelaporan kinerja dalam laporan akuntabilitas kinerja diatur pada pasal 17
sebagai berikut: Kementerian atau Lembaga, Pemerintah Provinsi, Kabupaten atau Kota
melaporkan pencapaian tujuan maupun sasaran strategis yang bersifat hasil (outcome); unit
kerja organisasi eselon I pada kementerian atau lembaga dan satuan kerja perangkat daerah
(SKPD) melaporkan pencapaian tujuan maupun sasaran strategis yang bersifat hasil
(outcome) dan atau keluaran (output) penting; unit kerja mandiri lainnya melaporkan
pencapaian sasaran strategis yang bersifat keluaran (output) penting dan atau keluaran
(output) lainnya.
Manfaat laporan akuntabilitas kinerja yang diatur pada Permen PAN Nomor 29 Tahun
2010 pasal 18 adalah sebagai bahan evaluasi akuntabilitas kinerja bagi pihak yang
membutuhkan, penyempurnaan dokumen perencanaan periode yang akan datang,
penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan dating, penyempurnaan
berbagai kebijakan yang diperlukan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran dari Objek Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Narbuko dan Achmadi (1997:44)
penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah
yang ada sekarang berdasarkan data-data juga dengan menyajikan data, menganalisa dan
mengimplementasikan.
Menurut Moleong (2010:6) pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya secara holistik, dan dengan cara
deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Pada umumnya, penelitian deskriptif tidak
memerlukan hipotesis karena merupakan penelitian nonhipotesis.
Obyek penelitian adalah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Surabaya
I yang berlokasi di GKN Surabaya I, Jl. Indrapura No. 5, Surabaya. Dalam hal ini, peneliti
akan meneliti lebih mendalam mengenai implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) dalam proses penyusunan dan penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
6
Instansi Pemerintah (LAKIP), beserta kendala-kendala dan upaya mengatasinya. Peneliti
juga akan mengevaluasi pemahaman aparatur pemerintah akan SAKIP dalam penyajian
LAKIP pada KPPN Surabaya I.
Teknik Pengumpulan Data
Agar diperoleh data yang dapat diuji kebenarannya, relevan, dan lengkap maka dalam
penelitian ini digunakan metode pengumpulan data berupa penelitian lapangan (field
research). Penelitian lapangan dilakukan dengan melakukan wawancara dan dokumentasi
pada entitas yang akan dijadikan objek penelitian untuk mendapatkan data-data yang
lengkap dan akurat yang berguna dalam penelitian.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Menurut Indrianto dan Supomo (1999:147), data primer adalah sumber data
penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara),
sedangkan data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) yang memuat
kejadian masa lalu. Dalam mengadakan pengumpulan data penelitian, penulis
menggunakan metode sebagai berikut: (1) Wawancara yaitu teknik pengumpulan data
dengan mengadakan wawancara dan tanya jawab secara langsung dengan narasumber atau
personel yang terkait seputar pokok permasalahan penelitian. (2) Dokumentasi yaitu teknik
pengumpulan data dengan cara menggunakan data-data sekunder dari Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) Surabaya I berupa laporan-laporan, catatan-catatan, dan
rekaman data kinerja dan materi pendukung lainnya. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan dokumen Kontrak Kinerja, Penetapan Kinerja (PK) dan Rencana Kinerja
Tahunan (RKT), dan LAKIP KPPN Surabaya I tahun 2013.
Satuan Kajian
Satuan kajian pada penelitian ini adalah: (1) Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) dan; (2) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Keputusan Kepala LAN
Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah mendefinisikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada
pokoknya adalah instrumen yang digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi
kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi
organisasi. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang ada pada KPPN
Surabaya I merupakan kajian yang akan diteliti guna mengetahui seberapa baik
penerapannya, untuk itu peneliti akan melakukan analisis pada beberapa komponen yaitu:
(1) Perencanaan Strategis; (2) Perencanaan Kinerja; (3) Pengukuran Kinerja; (4) Pelaporan
dan Evaluasi Kinerja
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 tahun 2010 Tentang
Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah mendefinisikan Laporan akuntabilitas kinerja merupakan laporan kinerja
tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan
atau sasaran strategis instansi yang dilaporkan secara periodik. Pertanggungjawaban
tersebut disampaikan kepada atasan masing-masing, kepada lembaga pengawasan dan
penilai akuntabilitas yang berwenang, dan akhirnya kepada Presiden selaku Kepala
Pemerintahan serta dilakukan melalui sistem akuntabilitas. Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) pada KPPN Surabaya I yang merupakan kajian yang juga akan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
7
diteliti guna mengetahui seberapa baik penyusunannya, untuk itu peneliti akan melakukan
analisis pada beberapa aspek yaitu: (1) Sistematika Penyusunan LAKIP; (2) Proses
Penyusunan dan Pelaporan LAKIP; (3) Manfaat LAKIP; (4) Kualitas LAKIP.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif
kualitatif, yaitu analisis dari data yang diperoleh dengan menggunakan kata-kata atau
kalimat dengan dasar teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan permasalahan
yang dibahas dan berfungsi sebagai penjelasan atas analisis data tersebut. Langkah-langkah
teknis analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mengumpulkan,
mengidentifikasi, serta mengolah data-data yang dibutuhkan dalam penelitian mengenai
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dengan cara: (a) Melakukan wawancara dengan pihak
yang berkompeten atau berwenang atas LAKIP yang merupakan produk utama dari SAKIP
pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Surabaya I. Penulis melakukan
wawancara dengan ibu Noortjahaja K.K., S.E. selaku Pelaksana pada Subbagian Umum
sebagai pemegang fungsi bagian kepegawaian, bapak Arief Rochman selaku Pelaksana pada
Subbagian Umum sebagai pemegang fungsi petugas pengelola anggaraan belanja pegawai
dan penyusunan LAKIP KPPN Surabaya I, ibu Sri Agustina, S. Sos. selaku Pelaksana pada
Seksi Verak sebagai pemegang tugas pembuatan Laporan Pemerintah Pusat (LKPP), ibu
Widiastuti, S. Kom. selaku Pelaksana pada Seksi Manajemen Satker dan Kepatuhan Internal
(MSKI), ibu Yuyun Wahyuni selaku Pelaksana pada Seksi Manajemen Satker dan Kepatuhan
Internal (MSKI); (b) Melakukan dokumentasi dengan pengumpulan data dengan cara
menggunakan data-data sekunder berupa laporan, catatan-catatan, dan rekaman data
kinerja dan materi pendukung lainnya pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN) Surabaya I. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dokumen Kontrak Kinerja,
Penetapan Kinerja (PK), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan LAKIP KPPN Surabaya I
tahun 2013. (2) Mempelajari dan mengolah data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) Surabaya I. (3) Menganalisis implementasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dalam penyajian Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kendalakendala aparatur pemerintah atas penerapan SAKIP pada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) Surabaya I berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Pada penelitian ini mengacu pada Keputusan Kepala LAN nomor
239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. (4) Memberikan kesimpulan atas hasil
analisis yang telah dilakukan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
Mengacu pada Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 yang
mendefinisikan bahwa Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah
instrumen yang digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi. Untuk
itu peneliti menganalisis SAKIP dari berbagai komponen yang merupakan satu kesatuan,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
8
yaitu perencanaan strategis, perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, dan pelaporan
kinerja.
Berikut hasil analisis implementasi sistem akuntabilitas kinerja pada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Surabaya I dapat diketahui dari hasil analisis berdasarkan
pengamatan dan pemahaman penulis atas wawancara yang dilakukan dengan Ibu
Noortjahaja K.K., S.E. dan Bapak Arief Rochman selaku Pelaksana pada Subbagian Umum,
Ibu Sri Agustina, S. Sos. selaku Pelaksana pada Seksi Verifikasi dan Akuntansi (Verak), Ibu
Yuyun Wahyuni dan Ibu Widiastuti, S. Kom. selaku Pelaksana pada Seksi Manajemen Satker
dan Kepatuhan Internal (MSKI), serta dari data pengukuran kinerja yang disajikan dalam
bentuk LAKIP beserta dokumen pendukung lainnya yang dilaporkan secara periodik.
Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis merupakan proses yang sistematis dalam pembuatan keputusan
dimasa yang akan datang yang penuh resiko, dengan memanfaatkan sebanyak-banyaknya
pengetahuan antisipatif . Perencanaan strategis memberikan arah dan sekaligus menentukan
apa yang ingin dihasilkan, ingin dicapai dan yang ingin diubah. Terdapat komponen renstra
yang harus terpenuhi yaitu pernyataan visi dan misi, perumusan tujuan dan sasaran beserta
indikator kinerja, uraian tentang cara mencapai tujuan dan sasaran (strategi) yang dijabarkan
kedalam program maupun kebijakan.
Rencana strategis KPPN Surabaya I disusun pada tahun 2010 untuk jangka waktu
kinerja 5 tahun kedepan dengan memperhatikan tugas pokok yang telah diamanatkan
sebagaimana tertulis dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.01/2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yaitu
“Melaksanakan sebagian kewenangan perbendaharaan dan kuasa bendahara umum;
menyalurkan pembiayaan atas beban anggaran; melakukan penatausahaan penerimaan dan
pengeluaran anggaran melalui dan dari kas Negara berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.” Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Noortjahaja K.K., S.E. selaku
Pelaksana seksi Subbagian Umum KPPN Surabaya I:
“... iya, renstra itu dibuat tahun 2010 mengacu pada pusat. Kan itu untuk 5 (lima)
tahun kan kalau renstra. Tapi sasaran strategisnya bisa berbeda tiap tahunnya,
seperti sasaran strategis di kontrak kinerja kepala KPPN 2013 yang ada 12 dan di
tahun 2014 ini hanya ada 11, tetapi targetnya yang tentukan pusat sesuai tugas
dan fungsi kita...”
Hal tersebut juga dikemukakan oleh Ibu Yuyun Wahyuni selaku Pelaksana seksi
Manajemen Satker dan Kepatuhan Internal:
“...oh renstra ya, kalau renstra memang dibuat tahun 2010 kemarin, itu dipakai
sampai 5 tahun kedepan. Kalau soal LAKIP lebih jelasnya tanya di Subbagian
Umum saja yang lebih mengerti, meskipun mereka biasanya juga butuh data ke
kita dan bagian lain juga untuk menyusun LAKIP...”
Berdasarkan tugas pokok tersebut KPPN Surabaya I telah merumuskan visi, misi,
faktor-faktor kunci keberhasilan, tujuan, sasaran strategis dan strategi yang merupakan
komponen renstra yang harus terpenuhi. Hal itu dapat dilihat oleh penulis dalam LAKIP
KPPN Surabaya I tahun 2013 yang telah mencakup komponen tersebut, dengan penjelasan
sebagai berikut: (1) Visi, untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi KPPN Surabaya I
mempunyai visi, yaitu "Menjadi Pengelola Perbendaharaan Negara yang Profesional,
Modern, dan Akuntabel guna mewujudkan Manajemen Keuangan Pemerintah yang efektif
dan efisien". Visi tersebut dipilih agar KPPN Surabaya I terus berupaya malakukan
peningkatan kualitas pelayanan demi terselenggaranya profesionalisme tugas dan
peningkatan kinerja. (2) Misi, untuk mewujudkan Visi KPPN Surabaya I sebagai kantor
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
9
pelayanan publik, maka ditetapkan misi yang dapat menggerakkan dan mewujudkan tujuan
melalui berbagai upaya pelaksanaannya, yaitu: (a) Mewujudkan Pengelolaan Kas Negara
yang Profesional, Transparan, dan Akuntabel; (b) Menjamin Kelancaran Pencairan Dana
APBN secara Cepat dan Akurat; (c) Mewujudkan Penyajian Laporan Pertanggungjawaban
Pengelolaan Keuangan Negara yang akurat dan tepat waktu. (3) Faktor-faktor Kunci
Keberhasilan, keberhasilan kinerja untuk mewujudkan misi dari Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Surabaya I sangat ditentukan oleh faktor-faktor kunci sebagai
berikut: (a) Cukup tersedianya SDM yang berkualitas; (b) Tersedianya dana, sarana dan
prasarana yang memadai; (c) Tersedianya peraturan perundang-undangan yang
mendukung; (d) Tersedianya sistem teknologi informasi dan komunikasi yang mutakhir; (e)
Terciptanya hubungan yang kondusif baik secara internal maupun eksternal.
Untuk memperoleh hasil yang maksimal, faktor-faktor penentu keberhasilan dicermati
dan dikelola secara benar. Mencermati dan memahami semua peraturan perundangan yang
mendukung dengan benar serta dalam pengelolaannya harus menggunakan strategi
maupun pemikiran-pemikiran yang rasional, analitis dan komprehensif tentang berbagai
langkah yang diperlukan untuk tercapainya tujuan dan sasaran yang diharapkan. Dengan
menggunakan pendekatan analisis SWOT, KPPN Surabaya I memperhitungkan kekuatan
serta kekurangan yang dimiliki maupun peluang dan tantangan maupun ancaman yang
dihadapi dengan strategi sebagai berikut: (a) Strategi mengoptimalkan kekuatan
memanfaatkan peluang, tuntutan untuk meningkatkan pelayanan seiring dengan
perkembangan teknologi informasi dan tuntutan masyarakat, maka dengan SDM yang
dimiliki serta perangkat lunak maupun perangkat keras yang memadai, KPPN Surabaya I
dapat menggerakkan pegawai maupun peralatan tersebut secara optimal guna memenuhi
tuntutan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat; (b) Strategi mengurangi kelemahan
untuk memanfaatkan peluang, perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi,
tuntutan pelayanan, dan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajibannya merupakan
peluang yang harus dimanfaatkan, namun beberapa kendala yang dihadapi diantaranya
SDM yang terbatas jumlahnya, serta keterbatasan dana. Untuk meminimalkan kelemahan
tersebut dan memanfaatkan peluang yang ada maka perlu dilakukan pemeliharaan sarana
dan prasarana serta meningkatkan kualitas SDM dengan mengikutsertakan diklat yang ada;
(c) Strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi tantangan, kekurangpahaman
masyarakat maupun instansi atau satker tentang mekanisme pengelolaan penerimaan dan
pengeluaran keuangan negara sebagai akibat dari kurang tersedianya sarana informasi
keuangan negara merupakan tantangan bagi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
Surabaya I untuk mewujudkan visi dan misinya. Namun dengan kemampuan SDM,
tersedianya perangkat keras maupun perangkat lunak yang ada, dapat digunakan untuk
mengatasi tantangan tersebut dengan melakukan sosialisasi peraturan perbendaharaan
maupun peraturan-peraturan yang terkait lainnya secara berkesinambungan; (d) Strategi
mengurangi kelemahan untuk mengatasi tantangan, kelemahan disiplin pegawai dan
orientasi pegawai yang kurang dapat diselesaikan dengan penegakan disiplin pegawai,
mutasi pegawai dan pembinaan mental agama. Untuk mengatasi tantangan keterbatasan
informasi keuangan negara dan kekuranganpahaman masyarakat maupun instansi atau
satker didalam mengelola keuangan negara maka perlu diadakan Diklat maupun GKM
(Gugus Kendali Mutu) sebagai bekal bagi pegawai untuk menyampaikan informasi yang
benar dan juga meningkatkan pelayanan. (4) Tujuan, berdasarkan misi dan visi tersebut
dirumuskan bahwa tujuan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Surabaya I
merupakan hasil akhir yang akan dicapai yaitu “Menjadi Pelaksana Fungsi Bendahara
Umum yang Profesional, Transparan dan Akuntabel untuk mewujudkan Pelayanan Prima”.
(5) Sasaran Strategis, atas dasar tujuan diatas maka KPPN Surabaya I membuat sasaran-
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
10
sasaran yang akan dicapai secara nyata dalam waktu tahunan yang bersifat spesifik dapat
dinilai atau diukur, yaitu: (a) Pelaksanaan Belanja negara yang efektif; (b) Pengelolaan
keuangan yang transparan dan akuntabel; (c) Tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi; (d)
Kepatuhan Pengguna Layanan yang tinggi; (e) Pelayanan prima; (f) Penatausahaan
penerimaan dan pengeluaran negara yang akurat; (g) Peningkatan pemahaman mitra kerja;
(h) Optimalisasi monitoring dan evaluasi; (i) Pengelolaan SDM yang berkompetensi tinggi;
(j) Optimalisasi sistem pengelolaan kerja dan kinerja; (k) Penyediaan TIK secara optimal; (l)
Pengelolaan anggaran yang optimal. (6) Strategi, strategi KPPN Surabaya I dalam rangka
pencapaian tiap-tiap sasaran strategis adalah sebagai berikut: (a) Untuk mencapai sasaran
“Pelaksanaan Belanja negara yang efektif” KPPN Surabaya I menetapkan strategi dengan
memonitor penyaluran dana oleh BO I secara tepat waktu dan melakukan monitoring
penyerapan belanja negara dalam DIPA satker; (b) Untuk mencapai sasaran “Pengelolaan
keuangan yang transparan dan akuntabel.” KPPN Surabaya I menetapkan strategi dengan
meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Kuasa BUN KPPN
Surabaya I dan peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan Keuangan dan
Kekayaan Negara; (c) Untuk mencapai sasaran “Tingkat Kepuasan Pelanggan yang tinggi”
KPPN Surabaya I menetapkan strategi dengan penyediaan SDM KPPN Surabaya I yang
kompeten dan professional dan pemberian dukungan fasilitas bagi mitra kerja secara
maksimal; (d) Untuk mencapai sasaran “Kepatuhan Pengguna Layanan yang tinggi” KPPN
Surabaya I menetapkan strategi dengan melakukan monitoring pelaksanaan rekonsiliasi
Laporan Keuangan tingkat UAKPA; (e) Untuk mencapai sasaran “Pelayanan prima” KPPN
Surabaya I menetapkan strategi dengan cara menerbitkan SP2D secara tepat waktu; (f)
Untuk mencapai sasaran “Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran negara yang akurat”
KPPN Surabaya I menetapkan strategi dengan melakukan pengelolaan dokumen
penerimaan dan pengeluaran dengan baik dan melakukan rekonsiliasi data penerimaan dan
pengeluaran secara teratur; (g) Untuk mencapai sasaran “Peningkatan pemahaman mitra
kerja” KPPN Surabaya I menetapkan strategi dengan melakukan sosialiasi peraturan kepada
mitra kerja, menyediakan fasilitas kepada mitra kerja untuk mengakses peraturan yang
berlaku, dan memberikan layanan konsultasi kepada mitra kerja; (h) Untuk mencapai
sasaran “Optimalisasi monitoring dan evaluasi” KPPN Surabaya I menetapkan strategi
dengan melakukan monitoring rencana penarikan dana satker dan melakukan monitoring
pelaksanaan rekonsiliasi realisasi penyerapan DIPA satker; (i) Untuk mencapai sasaran
“Pengelolaan SDM yang berkompetensi tinggi” KPPN Surabaya I menetapkan strategi
dengan pemenuhan kebutuhan kompetensi SDM para pegawai, pemenuhan kebutuhan
SDM dalam meningkatkan kompetensinya, dan peningkatan tata administrasi kepegawaian
sehingga tercipta layanan administrasi yang baik; (j) Untuk mencapai sasaran “Optimalisasi
sistem pengelolaan kerja dan kinerja” KPPN Surabaya I menetapkan strategi dengan cara
implementasi proses bisnis sesuai SOP; (k) Untuk mencapai sasaran “Penyediaan TIK secara
optimal” KPPN Surabaya I menetapkan strategi dengan mengimplementasikan dan atau
mengembangkan Sistem Aplikasi TIK, mengembangkan Infrastruktur TIK, dan
meningkatkan daya guna dan hasil guna pengelolaan sarana dan prasarana KPPN Surabaya
I; (l) Untuk mencapai sasaran “Pengelolaan anggaran yang optimal” KPPN Surabaya I
menetapkan strategi dengan perencanaan anggaran yang baik dan peningkatan efisiensi dan
akurasi pelaksanaan anggaran yang diupayakan sejalan dengan peningkatan kinerja dan
sesuai dengan kerangka pengeluaran yang telah ditetapkan.
Perencanaan Kinerja
Berdasarkan Pedoman Penyusunan dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
pemerintah, perencanaan kinerja adalah proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
11
kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana
strategis. Hasil dari proses tersebut berupa rencana kinerja tahunan (RKT).
Rencana kinerja KPPN Surabaya I tertulis dalam dokumen Penetapan Kinerja (PK),
berisi peta strategi serta target capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) pada dokumen
kontrak kinerja kepala KPPN Surabaya I dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) yang berisi
sasaran strategis, uraian IKU serta target dari masing-masing IKU sesuai kontrak kinerja
kepala KPPN. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Noortjahaja K.K., S.E. selaku Pelaksana
seksi Subbagian Umum KPPN Surabaya I:
“...menteri keuangan mempunyai kontrak kinerja dan didalamnya pasti
mengandung pekerjaan dirtjen perbendaharaan dan dirtjen lainnya.
Mengerucutlah sampai pada kontrak kinerja dirtjen perbendaharaan, kontrak
kinerja dirtjen perbendaharaan itu harus mengcover semua pekerjaan dan
kegiatan yang ada disitu, kan berbeda ada KPPN, Kanwil yang bagian
perencanaan dan lain-lain. Sampailah turun ke kanwil, diambillah kontrak
kinerja punya Kanwli. Didalam kontrak kinerja Kanwil didalamnya pasti ada
kontrak kinerja apa ya kalau dikanwil itu biasanya disebut bidang, bidang PA,
bidang lainnya dan kontrak kinerja esellon III yaitu KPPN. Otomatis kontrak
kinerja KPPN ada di kanwil itu kan, tapi kontrak kinerja KPPN berbeda dengan
kontrak kinerja bidang itu. Kita ambil kontrak kinerja yang KPPN ya kan,
otomatis kontrak kinerja kepala KPPN harus mencakup pekerjaan semua seksi
yang ada disini, jangan sampai ada yang terlewat nanti tidak terhitung
kinerjanya. Kontrak Kinerja itu turun secara berjenjang selanjutnya, ada Kontrak
Kinerja Kepala seksi atau bagian, pelaksana juga ada Kontrak Kinerjanya, ya itu
lah bentuk rencana kerja kita...”
Hal tersebut juga dikemukakan oleh Ibu Sri Agustina, S.Sos. selaku Pelaksana seksi
Verifikasi dan Akuntansi:
“...kalau kinerja secara keseluruhan datanya ada di Subbagian Umum, terlebih
lagi kalau mengenai LAKIP, kita tidak ikut menyusun tapi kalau mereka butuh
data dari kita ya kita beri, kalau disini cuma mengenai LKPP dan SAKUN.
Setahu saya ada memang ada dokumen Kontrak Kinerja, Penetapan Kinerja (PK)
dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Disini ada Kontrak Kinerja kepala seksi
dan Kontrak Kinerja Pelaksana, itu juga ada di tiap bagian sesuai tugas kita
menurut PMK No.169/PMK.01/2012...”
Berpedoman pada teori yang ada dan dari hasil wawancara yang dilakukan, penulis
dapat menilai bahwa perencanaan kinerja pada KPPN Surabaya I telah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, terbukti dengan adanya dokumen pendukung yang terlampir pada
LAKIP serta adanya pembagian tugas yang berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan
No.169/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tatakerja Instansi vertikal Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
Pengukuran Kinerja
Menurut Pedoman Penyusunan dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
pemerintah, pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasarn dan tujuan yang telah ditetapkan.
Pengukuran kinerja yang dilakukan oleh KPPN Surabaya I termuat dalam formulir
pengukuran kinerja yang terlampir dalam LAKIP dan berisi sasaran strategis, uraian IKU,
target dari masing-masing IKU, realisasi dari masing-masing IKU, angka persentase
pencapaian target dari masing-masing IKU (sesuai tata cara perhitungan IKU), jumlah
anggaran program, dan jumlah realisasi anggaran program sesuai kontrak kinerja kepala
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
12
KPPN Surabaya I. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Noortjahaja K.K., S.E. selaku
Pelaksana seksi Subbagian Umum KPPN Surabaya I:
“...Kita ambil kontrak kinerja yang KPPN ya kan, otomatis kontrak kinerja kepala
KPPN harus mencakup pekerjaan semua seksi yang ada disini, jangan sampai
ada yang terlewat nanti tidak terhitung kinerjanya. Jadi didalam kontrak kinerja
kepala KPPN yang 12 (dua belas) sasaran strategis itu ditahun 2013 dan ditahun
2014 cuma 11 (sebelas), tidak tahu kenapa semakin sedikit padahal pekerjaan kita
juga banyak, itulah pekerjaan dari tiap seksi yang ada disini yang harus diukur
setiap satu tahun. Dari 12 itu diambillah misalnya, 5 untuk subbagian umum, 3
untuk seksi Pencairan dana, sehingga jumlahnya 12. Jadi pekerjaan terbagi, jadi
dibolak balik dapat, diturunkan kebawah pekerjaan terbagi semua, dinaikan
keatas juga nilainya terbawa semua, kalau pelaksana mengisi target capaiannya
70% maka di kepala seksi juga sama, tidak mungkin jadi 100% dan targetnya
sudah ditetapkan pusat, itu bisa terlihat diformulir pengukuran kinerja...”
Hal tersebut juga dikemukakan oleh Ibu Widiastuti, S. Kom. Selaku Pelaksana seksi
Manajemen Satker dan Kepatuhan Internal:
“...Nilai persentase dalam capaian IKU di LAKIP itu ada cara perhitungannya
sendiri sesuai tata cara penghitungan IKU, bukan perhitungan secara
matematika begitu saja. Hasilnya disajikan pada formulir pengukuran kinerja
sehingga terlihat capaian dari target...”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat di ambil bukti empiris bahwa KPPN ini
melakukan pengukuran kinerja dengan membuat formulir pengukuran kinerja. Sehingga
dapat disimpulkan KPPN ini sudah melaksanakan pengukuran kinerja dengan baik
sehingga dapat menyajikan persentase tingkat pencapaian dari target yang telah ditentukan
sesuai regulasi yang ditentukan untuk mewujudkan tujuan suatu instansi.
Pelaporan dan Evaluasi Kinerja
Pada Pedoman Penyusunan dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi ditulis
bahwa pelaporan kinerja yang digunakan dalam sektor publik di Indonesia adalah LAKIP.
LAKIP dipakai sebagai media akuntabilitas bagi instansi pemerintah.
Pelaporan dan evaluasi kinerja KPPN Surabaya I disajikan dalam bentuk Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang disusun dan dilaporkan secara
periodik kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Jawa Timur
yang berbagi gedung dengan KPPN Surabaya I bertempat di Gedung Keuangan Negara
Surabaya I. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Noortjahaja K.K., S.E. selaku Pelaksana seksi
Subbagian Umum KPPN Surabaya I:
“...sebenarnya kan begini, bagus atau tidaknya LAKIP tidak ada masalah, itu
sudah ada ketentuan dibuat tiap tahunnya tapi begini keadaannya kita
menunggu petunjuk teknisnya, menunggu diobrak-obrak dulu ayo segera
dibuat, terakhir tgl sekian bulan sekian, baru deh kita buat cepat-cepat kalau
sudah ada suratnya itu. Sama seperti SPT itu kan, laporan pajak itu tapi tetap saja
kita juga menunggu suratnya, dan selalu begitu. Kantor pusat selalu
mengingatkan dan kita juga menunggu suratnya itu. Tapi penyusunan LAKIP
bisa disusun cepat karena sudah ada filenya, tinggal mengganti saja realisasi dan
apa-apanya. Seperti penyampaian LAKIP 2013 kemarin yang selesai 7 hari
setelah surat itu diterima. Kalau LAKIP sendiri tidak ada pemeriksaan seperti
laporan keuangan, hanya dilakukan monitoring, sudah buat atau tidak, secara
berjenjang dari Kanwil maupun pusat...”
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
13
Hal tersebut juga dikemukakan oleh Bapak Arief Rochman selaku Pelaksana seksi
Subbagian Umum KPPN Surabaya I:
“...Menyusun LAKIP untuk pelaporan tidak memerlukan waktu yang lama, kirakira bisa dikerjakan satu minggu kalau memang pekerjaan juga sedang banyak,
tapi sebenarnya juga bisa lebih cepat dari itu kalau tidak sedang repot, karena
data yang dibutuhkan sudah ada, tinggal minta dari teman-teman saja lalu
dimasukkan dalam format file yang sudah ada. Kalau pemeriksaan untuk LAKIP
sepertinya setahu saya tidak ada...”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa KPPN
Surabaya I telah melaksanakan kewajiban pelaporan kinerja sesuai dengan ketentuan yang
ada dan digunakan dalam mencapai tujuan suatu instansi. Meskipun pelaporan LAKIP
KPPN Surabaya I sendiri masih dianggap hanya sebagai bentuk formalitas saja, karena tidak
ada pemeriksaan yang dilakukan dalam LAKIP, hanya dilakukan monitoring secara
berjenjang dari Kanwil maupun pusat.
Berdasarkan uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa KPPN Surabaya I telah
mengimplementasikan dengan baik sistem akuntabilitas kinerja sesuai dengan regulasi yang
telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Hal tersebut dapat dinilai dari pemahaman pejabat
dan pegawai KPPN Surabaya I sebagai aparat terkait, yang telah menjelaskan dan menjawab
wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan baik mengenai proses penyusunan dan
penyajian LAKIP KPPN Surabaya I, dan dalam proses tersebut juga mengindikasikan
adanya komponen kesatuan yang ada pada SAKIP.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
Mengacu Pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Nomor 29 tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Dan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah bahwa Laporan akuntabilitas kinerja
merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi
dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis instansi yang dilaporkan secara periodik.
Pertanggungjawaban tersebut disampaikan kepada atasan masing-masing, kepada lembaga
pengawasan dan penilai akuntabilitas yang berwenang, dan akhirnya kepada Presiden
selaku Kepala Pemerintahan serta dilakukan melalui sistem akuntabilitas.
Untuk itu peneliti menganalisis LAKIP dari beberapa aspek, yaitu sistematika
penyusunan LAKIP, proses penyusunan dan pelaporan LAKIP, manfaat LAKIP, dan
kualitas LAKIP.
Proses penyusunan dan penyajian laporan akuntabilitas kinerja pada Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara Surabaya I dapat diketahui dari hasil analisis
berdasarkan pengamatan dan pemahaman penulis atas wawancara yang dilakukan dengan
Ibu Noortjahaja K.K., S.E. dan Bapak Arief Rochman selaku Pelaksana pada Subbagian
Umum, Ibu Sri Agustina, S. Sos. selaku Pelaksana pada Seksi Verifikasi dan Akuntansi
(Verak), Ibu Yuyun Wahyuni dan Ibu Widiastuti, S. Kom. selaku Pelaksana pada Seksi
Manajemen Satker dan Kepatuhan Internal (MSKI), serta dari data pengukuran kinerja yang
disajikan dalam bentuk LAKIP beserta dokumen pendukung lainnya yang dilaporkan secara
periodik.
Sistematika Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Berdasarkan dokumen Penetapan Kinerja (PK) dan Rencana Kinerja tahunan (RKT)
serta LAKIP KPPN Surabaya I tahun 2013, LAKIP KPPN Surabaya I tahun 2013 telah
disusun dengan sistematika sebagai berikut: (1) Kata Pengantar; (2) Ringkasan Eksekutif; (3)
Daftar Isi; (4) Bab I Pendahuluan: (a) Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi, (b) Peran
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
14
Strategis, (c) Sistematika Laporan; (5) Bab II Rencana Strategis dan Penetapan atau Perjanjian
Kinerja: (a) Rencana Strategis, (b) Penetapan atau Perjanjian Kinerja; (6) Bab III Akuntabilitas
Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan: (a) Capaian Indikator Kinerja Utama, (b) Evaluasi dan
Analisis Kinerja yang terdiri dari sasaran strategis 1, sasaran strategis 2, dan seterusnya,
(c) Kinerja Lainnya, (d) Akuntabilitas Keuangan; (7) Bab IV Penutup; (8) Lampiran-lampiran
yang terdiri dari Formulir Pengukuran Kinerja dan lain-lain.
Dengan sistematika di atas, diharapkan LAKIP yang disajikan oleh KPPN Surabaya I
mudah dipahami oleh pihak intern KPPN Surabaya I khususnya, Direktorat Jenderal
Perbendaharaan dan aparat fungsional bersangkutan umumnya serta masyarakat yang
berkepentingan bagi terwujudnya tujuan bangsa dan Negara Republik Indonesia. Seperti
yang dikemukakan oleh Ibu Noortjahaja K.K., S.E. selaku Pelaksana seksi Subbagian Umum
KPPN Surabaya I:
“...ehm, LAKIP itu format penyusunannya sudah dari pusat, Dirtjen
Perbendaharaan, sudah dari sana diberi file contohnya seperti apa. Sudah dapat
kan filenya dari Pak Arief kemarin, ya seperti itu, sama kan dengan LAKIP kita.
Itu juga buat kita lebih mudah, kalau ada yang butuh data persentase capaian
apa begitu, bisa dilihat dari situ. Seperti mbak ini, kan juga lebih mudah buat
memahami kalau mau tahu tentang kinerja kita, sama juga untuk atasan kita, itu
kan juga dimonitoring secara berjenjang dan wajib dibuat LAKIP itu...”
Penyusunan dan Pelaporan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
LAKIP pada KPPN Surabaya I merupakan laporan akuntabilitas kinerja KPPN sebagai
kantor satker dan penyusunannya menjadi salah satu tugas dari Subbagian Umum. LAKIP
disusun setiap tahun berdasarkan dokumen pendukung berupa dokumen Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) KPPN, Kontrak Kinerja, Penetapan Kinerja (PK), Rencana
Kinerja Tahunan (RKT) yang telah ada, serta Formulir Pengukuran Kinerja yang dibuat
sebagai lampiran pada LAKIP. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Noortjahaja K.K., S.E.
selaku Pelaksana seksi Subbagian Umum KPPN Surabaya I:
“...iya kalau LAKIP dibuat disini, yang buat pak Arief tapi orangnya sedang
sibuk, ini juga sedang keluar. Tanya apa lagi mbak. Oh pasti ada lah dokumen
itu, yang kamu maksud itu ya DIPA itu, tapi DIPA yang untuk KPPN sendiri,
bukan punya satker mitra kita, mangkanya LAKIP KPPN itu LAKIP KPPN
sebagai kantor satker. Kan KPPN itu kan punya dua fungsi, sebagai kuasa BUN
dan sebagai satker sendiri, itu yang sering buat bingung orang. Kalau Penetapan
Kinerja (PK) dan Rencana Kinerja Tahuana (RKT) itu juga ada, bagaimana kita
kerja kalau tidak ada itu, tapi itu ada setelah ada Kontrak Kinerja Kepala KPPN
yang diambil di Kanwil. Kita juga buat formulir pengukuran kinerja, kan juga
ada kan di LAKIP...”
Penyusunan laporan kinerja KPPN Surabaya I dilakukan sebagai tindak lanjut dari
surat yang dikirim Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor S-243/PB.1/2014
dan diterima oleh KPPN Surabaya I pada tanggal 10 Januari 2014 perihal penyusunan
LAKIP tahun 2013, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2014
Tingkat Kementerian Keuangan.
Penyusunan dan pelaporan LAKIP KPPN Surabaya I Tahun 2013 dilakukan dalam
jangka waktu satu minggu yang kemudian disampaikan kepada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Januari 2014 dengan surat
yang dikirim bernomor S- 426/WPB.16/KP.031/2014. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu
Noortjahaja K.K., S.E. selaku Pelaksana seksi Subbagian Umum KPPN Surabaya I:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
15
“...sebenarnya kan begini, bagus atau tidaknya LAKIP tidak ada masalah, itu
sudah ada ketentuan dibuat tiap tahunnya tapi ya seperti ini keadaannya kita
menunggu petunjuk teknisnya, nunggu diobrak-obrak dulu ayo segera buat,
terakhir tgl sekian bulan sekian, baru deh kita buat cepat-cepat kalau sudah ada
suratnya itu. Sama seperti SPT itu kan, tetapi tetap saja kita juga nunggu
suratnya, dan selalu begitu. Kantor pusat selalu mengingatkan dan kita juga
nunggu suratnya itu. Tapi penyusunan LAKIP bisa disusun cepat karena sudah
ada filenya, tinggal mengganti saja realisasi dan apa-apanya. Seperti
penyampaian LAKIP 2013 kemarin yang selesai 7 hari setelah surat itu diterima.
Kalau LAKIP sendiri tidak ada pemeriksaan seperti laporan keuangan, hanya
dilakukan monitoring, sudah buat atau tidak, secara berjenjang dari Kanwil
maupun pusat. Kalau proses LAKIPnya ya kita minta itu data apa yang kita
butuhkan ke seksi lainnya, misalnya untuk persentase retur SP2D kita minta ke
seksi bank, realisasi satker kita minta ke seksi pencairan dana, kalau soal
penyerapan KPPN sendiri ya dari kita, kan DIPA KPPN yang kelola kita juga...”
Hal tersebut juga dikemukakan oleh Bapak Arief Rochman selaku Pelaksana seksi
Subbagian Umum KPPN Surabaya I:
“...Menyusun LAKIP tidak memerlukan waktu yang lama, kira-kira bisa
dikerjakan satu minggu kalau memang pekerjaan juga sedang banyak, tetapi
sebenarnya juga bisa lebih cepat dari itu kalau tidak sedang repot, karena data
yang dibutuhkan sudah ada, tinggal minta dari teman-teman saja lalu
dimasukkan dalam format file yang sudah ada. Kalau pemeriksaan untuk LAKIP
sepertinya setau saya tidak ada...”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa proses
penyusunan dan penyajian LAKIP KPPN Surabaya I tidak membutuhkan waktu yang lama,
karena data yang dibutuhkan sudah ada yang terbagi pada seksi yang terkait sesuai dengan
tugas dan pekerjaan yang ada pada setiap seksi. Penyusunan LAKIP ada pada Subbagian
Umum yang nantinya akan menggabungkan data-data kinerja yang berasal dari berbagai
seksi dan bagian untuk dijadikan satu menjadi laporan kinerja yaitu LAKIP.
Meskipun pelaporan atau penyampaian LAKIP KPPN Surabaya I sendiri masih
dianggap hanya sebagai bentuk formalitas saja, karena tidak ada pemeriksaan yang
dilakukan kedalam LAKIP, hanya dilakukan monitoring secara berjenjang dari Kanwil
maupun pusat.
Manfaat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Manfaat laporan akuntabilitas kinerja menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 tahun 2010 pasal 18 adalah bahan
evaluasi akuntabilitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan, penyempurnaan dokumen
perencanaan periode yang akan datang, penyempurnan pelaksanaan program dan kegiatan
yang akan datang, penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan. Seperti yang
dikemukakan oleh Ibu Noortjahaja K.K., S.E. selaku Pelaksana seksi Subbagian Umum
KPPN Surabaya I:
“...iya memang seperti itu kalau LAKIP meskipun tidak ada pemeriksaan tapi
tetap ada monitoring, ya itu bisa jadi evaluasi buat kita, buat Kanwil dan sampai
ke pusat, kan nanti LAKIP juga akan jadi satu jadi LAKIP Dirtjen
Perbendahaaraan terus ke Kementerian Keuangan. LAKIP juga kita jadikan
penilaian kita untuk tahun berikutnya, kan kamu tahu IKU di LAKIP bisa
berubah tiap tahunnya sesuai Kontrak Kinerja kepala kantor dari pusat, dari situ
kan terlihat capaiannya berapa dari targetnya, jadi ketahuan kinerja kita yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
16
masih kurang apa. Kegiatan apa yang perlu ada untuk selanjutnya dan biasanya
ada peraturan baru tiap tahunnya, tapi tergantung kebutuhan juga, tapi itu yang
buat atasan kita kan Dirtjen Perbendaharaan...”
Berpedoman pada regulasi yang ada dan dari hasil wawancara yang dilakukan,
penulis dapat menilai bahwa LAKIP KPPN Surabaya I telah memiliki manfaat sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, terbukti dengan jumlah sasaran strategis pada kontrak kinerja
kepala KPPN yang setiap tahunnya dapat berubah. Hal tersebut juga dapat dilihat oleh
penulis dari dokumen LAKIP KPPN Surabaya I tahun 2013 dan Kontrak Kinerja Kepala
KPPN Surabaya I tahun 2014.
Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kualitas LAKIP dapat dilihat dari pencapaian sasaran. Pencapaian sasaran
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan
Reformasi Birokrasi Nomor 29 tahun 2010 pada pasal 16 ayat 2 setidaknya atau sekurangkurangnya menyajikan informasi tentang: (1) Pencapaian Tujuan dan Sasaran Organisasi,
berdasarkan studi dokumentasi yang penulis lakukan, KPPN Surabaya I telah
menyampaikan pencapaian tujuan dan sasaran melalui dokumen formulir pengukuran
kinerja. Analisis berdasarkan data tersebut adalah dari 12 (dua belas) sasaran strategis KPPN
Surabaya I tahun 2013 yang dijabarkan kedalam 25 (dua puluh lima) indikator kinerja utama
dengan jumlah anggaran kegiatan tahun 2013 sebesar Rp 4.439.602.000,00 dan telah
terealisasi sebesar Rp 4.302.683.792,00 maka persentase tingkat realisasi anggaran tahun 2013
terhadap keseluruhan kegiatan tahun 2013 adalah sebesar 97%; (2) Realisasi Pencapaian
Indikator Kinerja Utama (IKU), berdasarkan studi dokumentasi yang penulis lakukan, KPPN
Surabaya I telah menyajikan realisasi capaian IKU beserta anggarannya dalam dokumen
lampiran LAKIP KPPN Surabaya I Tahun 2013 yang dapat dilihat dalam formulir
pengukuran kinerja; (3) Penjelasan yang memadai atas Pencapaian Kinerja dan IKU,
berdasarkan studi dokumentasi yang penulis lakukan, KPPN Surabaya I telah memberikan
penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja dan IKU dalam LAKIP KPPN Surabaya I
tahun 2013, adapun penjelasan atas pencapaian kinerja dan indikator kinerja adalah sebagai
berikut: (a) Penjelasan masing-masing capaian IKU; dan (b) Kinerja Lainnya.
Penjelasan masing-masing capaian IKU, yaitu: (1) Pelaksanaan Belanja Negara yang
Optimal dan Proporsional dinilai dari (a) Persentase penyerapan belanja negara dalam DIPA
Satker, KPPN Surabaya I memiliki target tahunan IKU Persentase penyerapan belanja negara
dalam DIPA Satker, sebesar 90%. Sampai dengan 31 Desember 2013 realisasi penyerapan
belanja negara dalam DIPA Satker pada KPPN Surabaya I adalah sebesar 82,63%, sedangkan
SP2D Nihil terakhir adalah tanggal 10 Januari 2013. Tidak tercapainya target sebesar 90%
antara lain disebabkan oleh adanya pemblokiran dana yang dibuka pada triwulan IV,
sehingga realisasi penyerapan DIPA tidak dapat dilaksanakan secara optimal, (b) Persentase
ketepatan pola penarikan dana dalam DIPA Satker, KPPN Surabaya I memiliki target
tahunan IKU Persentase ketepatan pola penarikan dana dalam DIPA Satker, sebesar 85%.
Sampai dengan semester II tahun 2013 rata-rata ketepatan pola penarikan dana dalam DIPA
Satker pada KPPN Surabaya I adalah sebesar 72,04%, sehingga mencapai indeks capaian
sebesar 85% mengingat mengingat polarisasi IKU ini adalah stabilize; (2) Pengelolaan
keuangan yang transparan dan akuntabel dapat dilihat dari nilai kualitas LKPP Kuasa BUN
KPPN, sesuai kontrak kinerja Kemenkeu-Three KPPN Surabaya I, maka target nilai kualitas
LKPP Kuasa BUN KPPN Surabaya I tahun 2013 adalah 90. Berdasarkan Keputusan Direktur
Jenderal Perbendaharaan Nomor 191/PB/2013 tentang Penetapan Peringkat Laporan
Penilaian Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat Kuasa Bendahara Umum Negara
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
17
Perbendaharaan Tahun 2013, maka nilai kualitas LKPP KPPN Surabaya I pada tahun 2013
adalah 93,10; (3) Tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi dinilai dari (a) Indeks kepuasan
satker terhadap layanan. IKU Indeks kepuasan satker terhadap layanan dinilai berdasarkan
penilaian satker dalam kuesioner kepuasan satker terhadap layanan KPPN. IKU ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kualitas pelayanan yang diberikan KPPN kepada mitra
kerja yang meliputi pelaksanaan penerbitan SP2D dan pelaksanaan rekonsiliasi. Dari hasil
survei oleh KPPN Surabaya I maka realisasi Indeks kepuasan satker terhadap layanan
adalah 3,06 (puas), (b) Persentase jumlah laporan pengaduan yang ditindaklanjuti, sampai
dengan 31 Desember 2013, KPPN Surabaya I belum pernah menerima pengaduan; (4)
Kepatuhan Pengguna Layanan yang Tinggi dinilai dari persentase jumlah satker yang
melakukan rekonsiliasi Laporan Keuangan tingkat UAKPA secara handal dan tepat waktu.
Dari target yang ditetapkan sebesar 100% jumlah satker KPPN Surabaya I yang telah
melakukan rekonsiliasi Laporan Keuangan Tingkat UAKPA secara handal dan tepat waktu
adalah 150 satker dari 150 satker (100%). Hal ini dapat tercapai dengan meningkatkan
koordinasi dan pembinaan kepada para satker KPPN Surabaya I; (5) Pelayanan Prima dinilai
dari persentase jumlah SP2D yang diterbitkan tepat waktu. Berdasarkan jumlah SP2D Non
Belanja Pegawai yang diterbitkan selama tahun 2013, maka jumlah SP2D Non Belanja
Pegawai yang diterbitkan tepat waktu adalah 16.159 SP2D dari 16.179 SP2D atau 99,73%.
Dengan asumsi bahwa untuk bulan Desember 2012 penerbitan SP2D Non Belanja Pegawai
adalah 100% tepat waktu, mengingat beban kerja yang sangat tinggi pada bulan Desember
2013; (6) Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran negara yang akurat dinilai dari (a)
Persentase Tingkat akurasi dan ketepatan waktu Laporan Kas Posisi. Dari target yang
ditetapkan sebesar 90%, KPPN Surabaya I telah mencapai tingkat akurasi dan ketepatan
waktu Laporan Kas Posisi sebesar 96,75%. Hal ini dapat tercapai dengan meningkatkan
koordinasi dengan Seksi terkait yaitu Seksi Verifikasi dab Akuntansi dan Subbagian Umum
(Supervisor) serta Bank atau Pos Persepsi maupun Devisa Persepsi, (b) Persentase
penyelesaian data unmatch MPN. Dari target yang ditetapkan sebesar 95%, KPPN Surabaya I
telah mencapai penyelesaian data unmatch MPN sebesar 97%. Hal ini dapat tercapai dengan
meningkatkan koordinasi dengan Seksi terkait yaitu Seksi Pencairan Dana dan Seksi Vera
dalam melakukan validasi data transaksi, (c) Persentase ketepatan waktu dan akurasi
permintaan kebutuhan dana. Dari target yang ditetapkan sebesar 90%, KPPN Surabaya I
telah mencapai ketepatan waktu dan akurasi permintaan kebutuhan dana sebesar 97%, (d)
Persentase retur SP2D. Sampai dengan 31 Desember 2013, pada KPPN Surabaya I dari SP2D
yang telah diterbitkan sebanyak 17.615 SP2D, terdapat 106 SP2D yang diretur. Retur SP2D
tersebut disebabkan karena nama, alamat, nomor rekening, dan bank atau pos yang dituju
yang telah disampaikan oleh satker tidak sesuai data rekening bank atau pos penerima; (7)
Peningkatan pemahaman mitra kerja dinilai dari (a) Tingkat pemahaman stakeholders
terhadap tugas bidang perbendaharaan. Berdasarkan hasil kuesioner kualitas pelaksanaan
sosialisasi maupun bimtek pada penyelenggaraan sosialisasi dan bimtek yang dilaksanakan
maka, diperoleh nilai rata-rata sebesar 81,33 melebihi target 75. Hal ini didukung oleh
pembinaan, bimbingan, dan sosialisasi kepada satker oleh seluruh komponen dalam KPPN
Surabaya I, (b) Persentase jumlah program manajemen perubahan dan komunikasi dalam
rangka integrasi dan modernisasi sistem perbendaharaan melalui SPAN yang dilaksanakan.
Selama tahun 2013, duta SPAN selalu menyampaikan informasi dan memberikan
pemahaman kepada seluruh pegawai melalui GKM. Selama tahun 2013 KPPN Surabaya I
telah mempersiapkan sarana dan prasarana implementasi SPAN tahun 2014. Sehingga
realisasi IKU ini mencapai 100% dari target tahunan yang telah ditetapkan sebesar 90%, (c)
Persentase pelaksanaan sosialisasi dan pembinaan teknis pengelolaan perbendaharaan.
Dalam rangka peningkatan pemahaman mitra kerja terkait pengelolaan perbendaharaan,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
18
KPPN Surabaya I telah melaksanakan sosialisasi dan pembinaan teknis pengelolaan
perbendaharaan kepada satker. Selama tahun 2013, KPPN Surabaya I telah melaksanakan
sosialisasi dan bimbingan teknis sebanyak 7 kegiatan dari 6 kegiatan yang telah
direncanakan; (8) Optimalisasi monitoring dan evaluasi dinilai dari (a) Persentase Satker
yang penarikan dananya akurat (AFS). Selama tahun 2013, realisasi IKU Persentase satker
yang penarikan dananya akurat adalah sebesar 69,64% dari target sebesar 60%. Hal ini dapat
tercapai dengan melaksanakan pembinaan dan koordinasi kepada mitra kerja di wilayah
KPPN Surabaya I, (b) Persentase rekomendasi hasil pembinaan kanwil DJPB yang
ditindaklanjuti. Selama tahun 2013 berdasarkan Laporan Penilaian Kinerja Kanwil Ditjen
Perbendaharaan Provinsi Jawa Timur, KPPN Surabaya I telah menindaklanjuti rekomendasi
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Timur dengan menyampaikan surat nomor S3763/WPB.16/KP.031/2013 tanggal 31 Juli 2013, (c) Persentase LHP penerimaan bank atau
pos persepsi yang diserahkan tepat waktu. Selama tahun 2013 Persentase LHP penerimaan
bank atau pos persepsi yang diserahkan tepat waktu tercapai sebesar 99% dari target 95%.
Hal ini dapat tercapai dengan meningkatkan komunikasi aktif kepada seluruh Bank atau Pos
Persepsi dan Devisa, (d) Indeks Rekomendasi Itjen dan BPK yang ditindaklanjuti. Selama
tahun 2013, tidak ada pemeriksaan Itjen dan BPK. Sehingga realisasinya 100% dari target
100%; (9) Pengelolaan SDM yang berkompetensi tinggi dinilai dari persentase jumlah
pegawai yang mengikuti diklat. Selama tahun 2013, dari seluruh pegawai KPPN Surabaya I
sebanyak 44 pegawai, telah mengikuti diklat, workshop maupun bimtek sesuai standar jamlat
pegawai sebanyak 23 pegawai (52,27%) dari target sebesar 50% dari seluruh pegawai; (10)
Optimalisasi sistem pengelolaan kerja dan kinerja dinilai dari (a) Persentase Tingkat
pelaksanaan SOP. Selama tahun 2013, KPPN Surabaya I telah melaksanakan SOP yang
berlaku sebesar 100% dari target 100%. Hal ini dikarenakan seluruh bisnis proses pada
KPPN Surabaya I telah dilaksanakan berdasarkan SOP yang telah ditetapkan, (b) Tingkat
ketepatan waktu penyelesaian cascading hingga level Kemenkeu-Five lingkup KPPN Surabaya
I. Pada tahun 2013, KPPN Surabaya I telah melaksanakan penyelesaian cascading hingga
level Kemenkeu-Five terbukti dengan telah ditandatanginya Kontrak Kinerja KemenkeuThree hingga Kemenkeu-Five pada tgl 28 Maret 2013 sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan oleh Kantor Pusat, sehingga realisasinya adalah 3 (tepat waktu) sesuai target, (c)
Persentase pemenuhan pelaporan sistem pengendalian intern yang telah dievaluasi.
Berdasarkan instrumen pengendalian intern yang telah ditetapkan, KPPN Surabaya I telah
melaksanakan laporan sistem pengendalian intern yang telah dievaluasi setiap bulannya
sehingga tercapai 100% dari target sebesar 100%; (11) Penyediaan TIK secara optimal dinilai
dari persentase pemenuhan sarana TIK sesuai standar. Selama tahun 2013, Persentase
pemenuhan sarana TIK sesuai standar dari target sebesar 90%, telah terealisasi sebesar 100%.
Hal ini terbukti dengan sarana TIK sebanyak 121 yang digunakan pada KPPN Surabaya I
telah berjalan dengan baik sehingga seluruh bisnis proses dapat berjalan dengan baik; (12)
Pengelolaan anggaran yang optimal dinilai dari persentase Penyerapan DIPA KPPN
Surabaya I (Non belanja pegawai). Selama tahun 2013, dari pagu DIPA (Non Belanja
Pegawai) KPPN Surabaya I sebesar Rp 1.647.713.000,- telah terealisasi sebesar Rp
1.620.295.008,- atau 98,34% dari target sebesar 95%.
Penjelasan untuk kinerja lainnya, selain dari pelaksanaan kegiatan dalam Indikator
Kinerja Utama, KPPN Surabaya I juga melaksanakan kegiatan-kegiatan yang belum terukur
dalam IKU tersebut. Dalam tahun anggaran 2013, tugas KPPN Surabaya I dilaksanakan
melalui 4 sasaran 4 program dan 20 kegiatan strategik yang mendukung pencapaian misi
KPPN yang terdiri dari: (1) Mengelola administrasi kepegawaian. Kegiatan ini
menitikberatkan pada outcomes yang ingin dicapai yaitu berupa terpenuhinya hak pegawai
dalam hal kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, dan pensiun. Hal ini perlu mendapatkan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
19
perhatian karena terpenuhinya hak pegawai ini akan sangat berpengaruh pada kinerja
kantor secara keseluruhan karena Pegawai adalah termasuk unsur yang paling menentukan
tingkat keberhasilan kinerja sebuah kantor. Selama tahun 2013 KPPN Surabaya I ada 19
pegawai memperoleh kenaikan gaji berkala dan data kepegawaian yang dikelola sebanyak
44 data kepegawaian, sedangkan pegawai yang diusulkan kenaikan pangkatnya dan telah
diterima Surat Keputusan Kenaikan Pangkatnya sebanyak 11 pegawai. Hasil pengukuran
terhadap kinerja kegiatan mengelola administrasi kepegawaian ini diperoleh nilai capaian
target 100% sesuai dengan rencana. Hal ini memberikan arti bahwa selama kurun tahun
2013, tidak ada pegawai KPPN Surabaya I yang terlambat pengusulan kenaikan pangkatnya,
terlambat diberikan kenaikan berkala, terlambat diusulkan pensiunnya. Hal ini juga
menunjukan bahwa kinerja personil urusan kepegawaian dalam kaitannya dengan
pemenuhan hak-hak dan kepegawaian sangat bagus; (2) Memberikan penghargaan dan
melakukan penegakan disiplin pegawai. Kegiatan ini menitikberatkan pada pencapaian
outcomes berupa terlaksananya pemberian penghargaan kepada pegawai yang dinilai
berprestasi dan pengenaan sanksi disiplin pegawai kepada pegawai yang melanggar aturanaturan kepegawaian. Selama tahun 2013 KPPN Surabaya I mengusulkan 2 pegawai Front
Office untuk mendapatkan penghargaan berdasarkan mitra kerja; (3) Melaksanakan mutasi
pegawai. Kegiatan ini menitikberatkan pada terlaksananya mutasi pegawai sebagai suatu
ajang penyegaran dan peningkatan serta pemerataan keterampilan kerja. Selama tahun 2013
terdapat 23 pegawai yang mutasi intern; (4) Melaksanakan Diklat. Kegiatan ini
menitikberatkan pada seberapa banyak pegawai yang mengikuti Diklat. Selama tahun 2013
sebanyak 23 orang telah mengikuti Diklat; (5) Pengelolaan Keuangan. Kegiatan ini
menitikberatkan pada digunakannya dana DIPA yang telah disediakan oleh
pemerintah.Selama tahun 2013 dana yang tersedia dalam DIPA KPPN Surabaya I sejumlah
Rp 4.439.602.000,- dan dana dari SKPA sebesar Rp 213.070.000,-. Dana itu telah direalisasikan
pencairannya melalui 150 SPM/SP2D, disamping itu juga telah dibuatkan laporan keadaan
kas setiap bulannya. Hasil pengukuran terhadap kinerja kegiatan ini menunjukkan nilai
pencapaian target digunakannya dana dalam DIPA/SKPA sebanyak 98,34% total realisasi
dana DIPA dan SKPA KPPN Surabaya I adalah Rp 4.515.274.202,-; (6) Pelayanan penyaluran
dana APBN. Kegiatan ini menitikberatkan pada diterbitkannya SP2D secara benar dan tepat
waktu serta tersalurnya dana APBN. Selama tahun 2013 KPPN Surabaya I telah menerima
DIPA/Dokumen yang dipersamakan lainnya sebanyak 150 dokumen. Dengan total nilai Rp
10.627.246.592.000,- dana tersebut telah dicairkan melalui 43.145 berkas SP2D. Hasil
pengukuran terhadap kinerja kegiatan menguji tagihan untuk menerbitkan SP2D ini
diperoleh nilai capaian target 99,73% untuk ketepatan waktu penerbitan SP2D dan 99,73%
untuk kebenaran penerbitan SP2D. Sementara dana APBN yang tersalurkan adalah sebesar
Rp 8.781.298.057.152,- atau sekitar 82,63%; (7) Mengesahkan SKPP Pensiun atau Pindah.
Kegiatan ini menitikberatkan pada disahkannya SKPP secara benar dan tepat waktu. Selama
tahun 2013, KPPN Surabaya I telah menerima permohonan pengesahan SKPP baik pensiun
maupun pindah sebanyak 3.543 berkas. Dari jumlah tersebut telah diterbitkan SKPP
sebanyak 3.543 lembar SKPP (>100% dari target), sementara 0 berkas permohonan SKPP
terpaksa dikembalikan karena berkas permohonan pengesahan SKPP tidak lengkap. Hasil
pengukuran terhadap kinerja kegiatan menerbitkan SKPP Pensiun atau pindah ini diperoleh
nilai capaian target 100% untuk ketepatan waktu penerbitan SKPP dan 100% untuk
kebenaran penerbitan SKPP; (8) Pelaksanaan pertanggungjawaban Bendaharawan Umum.
Selama tahun 2013 diperoleh data Nota Kredit, STS sebanyak 636 berkas, Asli SP2D
sebanyak 59.382 lembar, Nota debet, sebanyak 636 berkas. Dari data inputs tersebut telah
dibuat Laporan Pertanggungjawaban Umum sebanyak 257 berkas dan Laporan Kas posisi
sebanyak 257 berkas. Hasil pengukuran terhadap kinerja kegiatan membuat rangkuman
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
20
pertanggungjawaban Bendaharawan Umum ini menunjukkan nilai pencapaian target
terpenuhinya Laporan Pertanggungjawaban Bendaharawan Umum dan LKP secara benar
sebesar 100% dan secara tepat waktu 100%.
Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Nomor 29 tahun 2010 pada pasal 16 ayat 2, Informasi ke empat (4) dalam
pencapaian sasaran yang harus disajikan untuk menilai kualitas LAKIP adalah
Pembandingan capaian indikator kinerja sampai dengan tahun berjalan dengan target
kinerja 5 (lima) tahunan yang direncanakan. Berdasarkan studi dokumentasi yang penulis
lakukan, KPPN Surabaya I telah memberikan penjelasan perbandingan capaian indikator
kinerja melalui formulir pengukuran kinerja yang terlampir pada LAKIP KPPN Surabaya I.
Berdasarkan uraian studi dokumentasi diatas dan dari hasil wawancara yang telah
dilakukan, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa KPPN Surabaya I telah menyusun dan
menyajikan LAKIP dengan baik dan telah sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, sehingga proses penyusunan dan penyajian LAKIP KPPN Surabaya I
tidak membutuhkan waktu yang lama. Hal tersebut dapat dinilai dari sistematika
penyusunan, manfaat dan kualitas LAKIP serta pemahaman pejabat dan pegawai KPPN
Surabaya I sebagai aparat terkait yang telah menerangkan proses penyusunan LAKIP
dengan jelas sehingga dapat dipahami oleh penulis.
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari analisis implementasi dan pemahaman aparatur pemerintah atas Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dalam proses penyusunan dan penyajian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) pada Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Surabaya I yang telah diuraikan penulis pada bagian sebelumnya,
peneliti menyimpulkan bahwa implementasi sistem akuntabilitas kinerja yang dilaksanakan
oleh KPPN Surabaya I dapat mempermudah dan mempercepat proses penyusunan dan
penyajian laporan akuntabilitas kinerja dengan sistematika yang benar sehingga laporan
akuntabilitas kinerja yang disajikan berkualitas dan mempunyai nilai manfaat.
Beberapa komponen yang dilaksanakan oleh KPPN Surabaya I dalam
mengimplementasikan sistem akuntabilitas kinerja adalah dengan menerapkan perencanaan
strategis, perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, serta pelaporan dan evaluasi kinerja.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan narasumber, adapun kelemahankelemahan yang ditemukan oleh penulis dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Pelaporan
dan penyampaian LAKIP tingkat KPPN Surabaya I yang masih dianggap hanya sebagai
bentuk formalitas saja; (2) Tidak adanya pemeriksaan dan penilaian yang dilakukan dalam
LAKIP tingkat KPPN; (3) Monitoring yang dilakukan secara berjenjang oleh Kanwil maupun
pusat hanya sebatas untuk mengetahui LAKIP telah dibuat atau tidak; (4) Kurangnya
koordinasi dan pembinaan kepada seluruh satker sebagai mitra kerja terkait perencanaan
penganggaran dengan pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan sehingga penyerapan
anggaran pada DIPA satker belum dapat dilaksanakan secara optimal; (5) Adanya seksi
yang dirasa kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga setiap orang bisa
dimungkinkan memegang beberapa fungsi dan bisa mengerjakan fungsi lain menyesuaikan
kondisi yang ada.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
21
Saran
Setelah melakukan penelitian dan memperoleh kesimpulan, maka peneliti
menyarankan beberapa hal sebagai upaya perbaikan dari kelemahan yang telah ditemukan
sebagai berikut: (1) Harus ada komitmen kuat dari seluruh elemen KPPN Surabaya I baik
dari bawahan sampai atasan untuk tidak menganggap pelaporan dan penyampaian LAKIP
hanya sebagai bentuk formalitas saja; (2) Meningkatkan koordinasi dan pembinaan kepada
seluruh satker sebagai mitra kerja terkait perencanaan penganggaran dengan pelaksanaan
kegiatan sehingga penyerapan anggaran pada DIPA satker dapat dilaksanakan secara
optimal; (3) Terus menerus melakukan pembinaan terhadap satuan kerja dalam hal
peningkatan kemampuan satuan kerja di bidang perbendaharaan dan penguasaan aplikasi
yang terkait dengan KPPN; (4) Melakukan pemeriksaan dan penilaian LAKIP dtingkat
KPPN oleh aparat terkait sehingga LAKIP yang telah disajikan berkualitas; (5) Monitoring
yang dilakukan secara berjenjang oleh Kanwil maupun pusat tidak hanya untuk mengetahui
LAKIP telah dibuat atau tidak; (6) Menambah pegawai pada seksi atau bagian yang
dianggap kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga tidak ada pegawai yang
memegang beberapa fungsi; (7) Sistem akuntabilitas kinerja yang telah dilaksanakan oleh
KPPN Surabaya I sebagai instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan menurut
peneliti dapat digunakan sebagai contoh bagi instansi pemberi layanan pemerintah yang
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, I. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta
Cholid, N. dan H.A. Achmadi. 1997. Metodologi Penelitian. Edisi Pertama. Penerbit Bumi
Aksara
Djoko, S. 2005. Good Governance Melalui Implementasi SAKIP. Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara. Jakarta.
Hasan, I. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Graha Indo. Jakarta
Indriantoro, N. dan S. Bambang. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. 2010. Modul
Penyusunan LAKIP.
Kementerian Dalam Negeri dan Lembaga Administrasi Negara. 2007. Modul Diklat Teknis
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia. 2008-2011. Rencana Strategis.
Lembaga Administrasi Negara dan BPKP. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance. Modul 1,
AKIP. Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara dan BPKP. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance. Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2003. Pedoman Penyusunan dan Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2004. Modul Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah. Edisi Kedua. Jakarta.
Moleong, L.J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung
Pusdiklatwas BPKP. 2007. Modul Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Edisi Kelima.
Rasul, S. 2003. Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran Dalam Perspektif UU
No. 17/2003 Tentang Keuangan Negara. Jakarta: Perum Percetakan Negara Indonesia.
Republik Indonesia. 1999. Instruksi Presiden Nomor : 7 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)
22
Republik Indonesia. 1999. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor
589/IX/6/Y/99 tentang Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah.
Republik Indonesia. 2003. Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang
Perbaikan Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor : 17 tentang Keuangan Negara.
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor : 1 tentang Perbendaharaan Negara.
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor : 15 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab
dan Pengelolaan Keuangan Negara.
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor : 25 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Republik Indonesia. 2004. Instruksi Presiden Nomor : 5 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi.
Republik Indonesia. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor : 8 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah.
Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 9
tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi
Pemerintah.
Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 20
tentang Petunjuk Penyusunan Indikator Kinerja Utama.
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 29
tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.01/2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Wakhyudi. 2007. Akuntabilitas Instansi Pemerintah (Revisi). Jakarta: Pusat Pendidikan dan
Pengawasan BPKP.
●●●
Download