BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sales Promotion Girl 2.1.1. Definisi Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam pemasaran atau promosi suatu produk. Profesi ini biasanya menggunakan wanita yang mempunyai karakter fisik yang menarik harus didukung dengan tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai produk yang dipromosikan dan memiliki keterampilan persuasi yang baik sehingga dapat menarik perhatian konsumen. 2.1.2. Fungsi 2.1.2.1. Umum Membantu koordinator dan supervisor dalam mengelola dalam mengelola merchandise/barang dagangan di counter (area penjualan). 2.1.2.2. Khusus a. Membentuk kepercayaan pelanggan terhadap performance perusahaan (toko) dan kualitas barang yang dijual. b. Menebak kebutuhan konsumen dan membantu memilihkan barang yang sesuai dengan yang diinginkan konsumen. c. Menjawab pertanyaan konsumen dan melayani complain dari konsumen dengan baik. d. Menginformasikan kualitas barang sampai dengan cara perawatannya kepada konsumen. Universitas Sumatera Utara e. Melaksanakan standar pelayanan pramuniaga dengan baik. 2.1.2. Tanggung Jawab a. Mencapai produktivitas kerja yang maksimal. b. Mencapai target sales. c. Menjaga tingkat shrinkage (angka kehilangan barang) d. Memberi informasi yang benar kepada pelanggan secara bijak. e. Menjaga kebersihan area penjualan dan merchandise. 2.2. Sepatu HakTinggi 2.2.1. Definisi Sepatu Hak Tinggi Pada prinsipnya sepatu wanita hanya terdiri dari dua jenis yaitu jenis pertama adalah sepatu yang memiliki hak datar disebut flat shoes dan jenis yang kedua adalah sepatu yang memiliki hak tinggi disebut High Heels. Sepatu berhak tinggi merupakan salah satu jenis alas kaki yang sering digunakan terutama oleh kalangan wanita. Alas kaki berhak tinggi adalah alas kaki dimana hak ditinggikan, sehingga kedudukan jari kaki berada lebih rendah dari tumit (Dewi, 2014). 2.2.2. Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Akibat Penggunaan Sepatu Hak Tinggi Menurut teori tekanan, tekanan berbanding terbalik dengan luas permukaan suatu benda. Semakin besar luas permukaan suatu benda, maka tekanan akan semakin kecil. Sebaliknya, semakin kecil luas permukaan suatu benda, maka tekanan akan semakin besar (Giyarto, 2009). Sepatu hak tinggi mempunyai luas permukaan hak yang kecil. Hal ini sangat kontras dengan sepatu datar yang memiliki luas permukaan sepatu lebih lebar sehingga Universitas Sumatera Utara tekanannya menjadi lebih kecil (Berebitchez dalam Murdhana dkk, 2011). Hukum Newton yang ketiga menjelaskan bahwa untuk setiap reaksi ada hasil dan reaksi yang berlawanan. Ini berlaku untuk gaya yang diberikan pada lantai melalui sepatu hak tinggi yang menghasilkan reaksi dan berlawanan dengan gaya gravitasi (Brown dalam Murdhana dkk, 2011). Reaksi pada lantai yang melawan gravitasi dengan memberikan tekanan yang lebih besar pada luas permukaan sepatu yang kecil berpengaruh pada pembuluh darah yang tersumbat sehingga mengakibatkan penumpukan darah dan terjadilah nyeri (Murdhana dkk, 2011). Rasa nyeri tersebut dapat terjadi pada otot-otot ekstremitas bagian bawah tubuh. 2.2.3. Cara Mengatasi Nyeri Akibat Penggunaan Sepatu Hak Tinggi Menurut (Harmandini, 2011) cara mengatasi nyeri akibat penggunaan sepatu tinggi antara lain: 1. Regangkan kaki Peregangan kaki dilakukan agar aliran darah menjadi lancar dengan membungkuk sambil mencoba menyentuh jari-jari kaki dengan jari tangan. Kedua kaki lurus (bagian lutut tidak ditekuk). Perlahan, bungkukkan tubuh dan tahan selama lima atau 10 detik ulangi sebanyak tiga kali. Peregangan lainnya adalah duduk dengan kaki menjulur ke depan rapatkan jari-jari kaki dan membentuk huruf –huruf dengan jari kaki. Universitas Sumatera Utara 2. Rendam dengan air hangat Merendam kaki dalam air hangat dapat mengurangi lelah pada otot kaki. Tambahkan garam mineral seperti magnesium dan sulfat. Kulit akan menyerap magnesium yang membantu memperbaiki sel-sel tubuh. 3. Memanjakan kaki Perawatan kaki bisa meringankan tekanan serta nyeri pada otot kaki. Bagi pemakai High Heels kelembaban kaki harus diperhatikan karena jika terlalu kering daerah yang kasar akan muncul akibat tekanan pada kaki. Oleh karena itu, gunakan selalu pelembab pada kaki. 4. Santai Setelah menggunakan sepatu tinggi sepanjang hari, berikan kaki kesempatan untuk bersantai dan bebas dari tekanan yaitu dengan menggunakan sepatu datar. 2.3. Ergonomi 2.3.1. Definisi Ergonomi Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani “Ergon” yang artinya kerja dan “Nomos ” yang berarti peraturan atau hukum. Ergonomi adalah penerapan ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan tehnologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya yang manfaat dari padanya diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja (Suma’mur, 2009). Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan Universitas Sumatera Utara kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka dkk, 2004), sedangkan menurut International Labour Organization (ILO) ergonomi adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimal dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. 2.3.2. Tujuan Ergonomi Menurut (Tarwaka dkk, 2004) secara umum tujuan ergonomi adalah: 1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. 2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif. 3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan hidup yang tinggi. 2.3.3 Aspek Ergonomi Ada beberapa aspek dalam penerapan ergonomi yang perlu diperhatikan, antara lain: (Diana, 2012) Universitas Sumatera Utara 1. Faktor manusia Ada beberapa faktor pembatas yang tidak dapat dilampaui agar dapat bekerja dengan aman dan sehat yaitu faktor dari dalam (internal faktor) dan faktor dari luar (external faktor). Faktor dari dalam (internal faktor) adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia seperti umur, jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh, sedangkan faktor dari luar (external faktor) yang berasal dari luar manusia, seperti penyakit gizi, lingkungan kerja, sosial ekonomi, dan adat istiadat. 2. Faktor anthropometri Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Antropometri yang merupakan ukuran tubuh digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu sarana kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh pengguna sarana kerja tersebut. Kesesuaian antara anthropometri pekerja dengan alat yang digunakan saat bekerja sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja, dan produktivitas kerja. 3. Faktor sikap tubuh dalam bekerja Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi efektivitas dan produktivitas kerja. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangannya harus dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang memiliki Universitas Sumatera Utara ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. 4. Faktor pengorganisasian kerja Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, kerja lembur, dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan dan efisiensi tenaga kerja, sehingga diperlukan pola pengaturan waktu kerja di perusahaan 2.4. Anatomi dan Fisiologi Organ dalam Sistem Muskuloskeletal 2.4.1. Sistem Muskuler/ sistem otot 1. Otot a. Definisi Otot Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh manusia yang berfungsi sebagai alat gerak aktif yang menggerakkan tulang. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Fungsi sistem muskuler/otot antara lain yaitu untuk pergerakan, penopang tubuh, mempertahankan postur saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk, dan memproduksi panas. b. Cara Kerja Otot Cara kerja otot pada gerak tubuh manusia melibatkan otot, tulang, dan sendi. Gerakan pada tulang dapat terjadi karena adanya otot yang bekerja dengan cara berkontraksi. Otot ini akan berkontraksi bila mendapat rangsangan dari saraf. Bila otot berkontraksi, maka otot akan menggerakkan tulang di dekatnya sehingga menyebabkan terjadinya Universitas Sumatera Utara gerakan pada sendi. Otot bekerja dengan dua cara yaitu kontraksi dan relaksasi. c. Otot Ekstremitas Bagian Bawah Otot ekstremitas bagian bawah atau otot anggota gerak bawah adalah salah satu golongan otot tubuh yang terletak pada anggota gerak bawah. Otot ini dibagi menjadi otot tungkai atas dan otot tungkai bawah. Otot tungkai atas (otot pada paha) dan otot tungkai bawah (otot tulang kering, otot tulang betis, otot telapak kaki, otot kedang jari bersama yang terletak di punggung kaki, otot penengah empu kaki terletak di telapak kaki, dan otot penepsi terletak di sebelah punggung kaki) (Syaifuddin, 2006). 2. Tendon Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel yang terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot dengan otot. 3. Ligamen Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi. 2.4.2. Skeletal 1. Tulang/rangka Skeletal disebut juga sistem rangka yang tersusun atas tulang-tulang. Tubuh memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Fungsi sistem skeletal Universitas Sumatera Utara antara lain memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis, membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan otot- otot yang. melekat pada tulang, melindungi sumsum tulang merah yang merupakan salah satu jaringan pembentuk darah, dan tempat penyimpanan bagi mineral seperti calcium dari dalam darah. 2. Sendi Persendian adalah hubungan antar dua tulang sehingga memudahkan terjadinya pergerakan. 2.5. Keluhan Muskuloskeletal 2.5.1. Definisi Keluhan Muskuloskeletal Menurut OHSCO (2007) keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang, saraf, dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja. Dan berdasarkan pendapat (Tarwaka dkk, 2004) yang mengutip hasil penelitian Grandjean dan Lemasters menjelaskan keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1. Keluhan sementara (reversible) Universitas Sumatera Utara Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan. 2. Keluhan menetap (persistent) Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut. Menurut (Tarwaka dkk, 2004) studi MSDs pada berbagai industri telah banyak dilakukan menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. 2.5.2. Penyebab Keluhan Muskuloskeletal Menurut Peter Vi dalam Tarwaka dkk (2004) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu: 1. Peregangan Otot yang Berlebihan Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal tersebut sering Universitas Sumatera Utara dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeleletal. 2. Aktivitas Berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus - menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat – angkut dan lain – lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus – menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. 3. Sikap Kerja Tidak Alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin tinggi pula rsesiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. 4. Faktor penyebab sekunder yaitu : a. Tekanan Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Contohnya pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap. Universitas Sumatera Utara b. Getaran Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Suma’mur, 1982). c. Mikroklimat Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang diserti dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot. d. Penyebab kombinasi Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila dalam melakukan tugasnya pekerja dihadapkan pada beberapa faktor resiko pada waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus melakukan aktivitas mengangkat beban dibawah tekanan panas matahari. Universitas Sumatera Utara Faktor-faktor penyebab keluhan otot-otot skeletal (Tarwaka, 2004). 1. Faktor Internal a. Umur Guo et al (1995) dan Chaffin, (1979) menyatakan bahwa pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Tingkat kekuatan dan ketahanan otot akan terus menurun seiring dengan bertambahnya umur, sehingga resiko terjadinya keluhan otot terus meningkat. b. Jenis kelamin Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah daripada pria. Astrand, dkk (1997) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Dari uraian tersebut maka perlu dipertimbangkan dalam mendesain beban tugas. c. Kebiasaan Merokok Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatkan keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan. Boshuizen, et. al (1993) menemukan hubungan yang signifikan antara kebiasan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot. Universitas Sumatera Utara Hal ini sebenarnya terkait erat dengan kondisi kesegaran jasmani seseorang. Kebutuhan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paruparu, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila pekerja melakukan pekerjaan yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi penumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot. d. Kesegaran jasmani Pada umumnya kelelahan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat. Sebaliknya bagi pekerja yang dalam kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga yang besar, disisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat maka dapat dipastikan akan terjadi keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh tingkat kelelahan tubuh. Laporan NIOSH yang dikutip dari hasil penelitian Cady, dkk (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah, maka resiko terjadinya keluhan adalah 7,1 %, tingkat kesegaran tubuh sedang adalah 3,2 % dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8 %. e. Kekuatan fisik Chaffin and Park (1973) yang dilaporkan oleh NIOSH menemukan adanya peningkatan keluhan punggung pada pekerja yang melakukan tugas yang Universitas Sumatera Utara menuntut kekuatan melebihi batas kekuatan otot pekerja. Secara fisiologis ada yang dilahirkan struktur otot yang mempunyai kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan yang lainnnya. Dalam kondisi kekuatan yang berbeda ini apabila harus melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, jelas yang mempunyai kekuatan otot rendah akan lebih rentan terhadap cedera otot. f. Ukuran tubuh Vessy et al (1990) menyatakan bahwa wanita yang gemuk mempunyai resiko 2x lipat dibandingkan wanita kurus. Hal ini diperkuat oleh Wrner, et al (1994) yang menyatakan bahwa pasien yang obesitas mempunyai resiko 2,5 lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurus. Keluhan sistem musculoskeletal terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka dalam menerima beban, baik berat tubuh maupun beban tambahan lainnya. 2. Faktor eksternal penyebab keluhan otot-otot skeletal yaitu (Tarwaka, 2010) a. Lama kerja/waktu kerja Waktu kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan produktivitasnya. Lamanya seseorang bekerja sehari dengan baik pada umumnya 6-8 jam. Dalam seminggu orang hanya bisa bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Lebih dari itu kecenderungan menimbulkan hal-hal yang negatif. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa pengurangan jam kerja dari 8 ¼ ke 8 jam disertai meningkatnya efisiensi kerja dengan kenaikan produktivitas sampai 10 %. Kecenderungan ini lebih terlihat pada pekerjaan yang dilakukan dengan tangan. Universitas Sumatera Utara b. Tekanan melalui fisik (beban kerja) Beban kerja dalam waktu yang lama dapat menyebabkan berkurangnya kinerja otot. Tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada waktu yang panjang dapat mengakibatkan gangguan keluhan pada otot skeletal. Gejala yang ditunjukkan berupa makin rendahnya gerakan. 2.6. Body Nordic Map Nordic Body Map adalah kuesioner yang menunjukkan keluhan rasa sakit/nyeri yang dirasakan tubuh pekerja. Metode Nordic Body Map meliputi 28 bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan paling bawah yaitu otot pada kaki. Pengukuran otot skeleletal dengan menggunakan kuesioner ini digunakan untuk menilai tingkat keparahan gangguan otot individu. Universitas Sumatera Utara Keterangan: Gambar 2.1 Nordic Body Map (Santoso, 2004) 14. Pergelangan tangan kiri 0. Leher atas 15. Pergelangan tangan kanan 1. Leher bawah 16. Tangan kiri 2. Bahu kiri 17. Tangan kanan 3. Bahu kanan 18. Paha kiri 4. Lengan atas kiri 19. Paha kanan 5. Punggung 20. Lutut kiri 6. Lengan atas kanan 21. Lutut kanan 7. Pinggang 22. Betis kiri 8. Bawah pinggang 23. Betis kanan 9. Pantat 24. Pergelangan kaki kiri 10. Siku kiri 25. Pergelangan kaki kanan 11. Siku kanan 26. Telapak kaki kiri 12. Lengan bawah kiri 27.Telapak kaki 13. Lengan bawah kanan Universitas Sumatera Utara 2.7. Kerangka konsep 1. Karakteristik Pekerja a. Umur b. IMT Keluhan MSDs 2. Penggunaan Sepatu Hak Tinggi a. Lama Pemakaian Sepatu (tahun) b. Tinggi Hak Sepatu (cm) Gambar 2.2 Kerangka Konsep Keterangan: Karakteristik pekerja terdiri dari variabel umur dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Penggunaan sepatu hak tinggi terdiri dari variabel lama pemakaian sepatu dan tinggi hak sepatu. Keempat variabel tersebut merupakan variabel yang berperan atas terjadinya keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja. Universitas Sumatera Utara