BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sales Promotion Girl 2.1.1. Definisi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sales Promotion Girl
2.1.1. Definisi
Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam
pemasaran atau promosi suatu produk. Profesi ini biasanya menggunakan wanita
yang mempunyai karakter fisik yang menarik harus didukung dengan tingkat
pengetahuan yang tinggi mengenai produk yang dipromosikan dan memiliki
keterampilan persuasi yang baik sehingga dapat menarik perhatian konsumen.
2.1.2. Fungsi
2.1.2.1. Umum
Membantu koordinator dan supervisor dalam mengelola dalam mengelola
merchandise/barang dagangan di counter (area penjualan).
2.1.2.2. Khusus
a. Membentuk kepercayaan pelanggan terhadap performance perusahaan
(toko) dan kualitas barang yang dijual.
b. Menebak kebutuhan konsumen dan membantu memilihkan barang yang
sesuai dengan yang diinginkan konsumen.
c. Menjawab pertanyaan konsumen dan melayani complain dari konsumen
dengan baik.
d. Menginformasikan kualitas barang sampai dengan cara perawatannya
kepada konsumen.
Universitas Sumatera Utara
e. Melaksanakan standar pelayanan pramuniaga dengan baik.
2.1.2. Tanggung Jawab
a. Mencapai produktivitas kerja yang maksimal.
b. Mencapai target sales.
c. Menjaga tingkat shrinkage (angka kehilangan barang)
d. Memberi informasi yang benar kepada pelanggan secara bijak.
e. Menjaga kebersihan area penjualan dan merchandise.
2.2. Sepatu HakTinggi
2.2.1. Definisi Sepatu Hak Tinggi
Pada prinsipnya sepatu wanita hanya terdiri dari dua jenis yaitu jenis
pertama adalah sepatu yang memiliki hak datar disebut flat shoes dan jenis yang
kedua adalah sepatu yang memiliki hak tinggi disebut High Heels. Sepatu berhak
tinggi merupakan salah satu jenis alas kaki yang sering digunakan terutama oleh
kalangan wanita. Alas kaki berhak tinggi adalah alas kaki dimana hak ditinggikan,
sehingga kedudukan jari kaki berada lebih rendah dari tumit (Dewi, 2014).
2.2.2.
Keluhan Muskuloskeletal
Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah
Akibat Penggunaan Sepatu Hak Tinggi
Menurut teori tekanan, tekanan berbanding terbalik dengan luas
permukaan suatu benda. Semakin besar luas permukaan suatu benda, maka
tekanan akan semakin kecil. Sebaliknya, semakin kecil luas permukaan suatu
benda, maka tekanan akan semakin besar (Giyarto, 2009). Sepatu hak tinggi
mempunyai luas permukaan hak yang kecil. Hal ini sangat kontras dengan
sepatu datar yang memiliki luas permukaan sepatu lebih lebar sehingga
Universitas Sumatera Utara
tekanannya menjadi lebih kecil (Berebitchez dalam Murdhana dkk, 2011).
Hukum Newton yang ketiga menjelaskan bahwa untuk setiap reaksi ada
hasil dan reaksi yang berlawanan. Ini berlaku untuk gaya yang diberikan pada
lantai melalui sepatu hak tinggi yang menghasilkan reaksi dan berlawanan dengan
gaya gravitasi (Brown dalam Murdhana dkk, 2011).
Reaksi pada lantai yang melawan gravitasi dengan memberikan tekanan
yang lebih besar pada luas permukaan sepatu yang kecil berpengaruh pada
pembuluh darah yang tersumbat sehingga mengakibatkan penumpukan darah dan
terjadilah nyeri (Murdhana dkk, 2011). Rasa nyeri tersebut dapat terjadi pada
otot-otot ekstremitas bagian bawah tubuh.
2.2.3. Cara Mengatasi Nyeri Akibat Penggunaan Sepatu Hak Tinggi
Menurut (Harmandini, 2011) cara mengatasi nyeri akibat penggunaan
sepatu tinggi antara lain:
1. Regangkan kaki
Peregangan kaki dilakukan agar aliran darah menjadi lancar dengan
membungkuk sambil mencoba menyentuh jari-jari kaki dengan jari
tangan. Kedua kaki lurus (bagian lutut tidak ditekuk). Perlahan,
bungkukkan tubuh dan tahan selama lima atau 10 detik ulangi sebanyak
tiga kali. Peregangan lainnya adalah duduk dengan kaki menjulur ke depan
rapatkan jari-jari kaki dan membentuk huruf –huruf dengan jari kaki.
Universitas Sumatera Utara
2. Rendam dengan air hangat
Merendam kaki dalam air hangat dapat mengurangi lelah pada otot kaki.
Tambahkan garam mineral seperti magnesium dan sulfat. Kulit akan
menyerap magnesium yang membantu memperbaiki sel-sel tubuh.
3. Memanjakan kaki
Perawatan kaki bisa meringankan tekanan serta nyeri pada otot kaki. Bagi
pemakai High Heels kelembaban kaki harus diperhatikan karena jika
terlalu kering daerah yang kasar akan muncul akibat tekanan pada kaki.
Oleh karena itu, gunakan selalu pelembab pada kaki.
4. Santai
Setelah menggunakan sepatu tinggi sepanjang hari, berikan kaki
kesempatan untuk bersantai dan bebas dari tekanan yaitu dengan
menggunakan sepatu datar.
2.3. Ergonomi
2.3.1. Definisi Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani “Ergon” yang artinya kerja
dan “Nomos ” yang berarti peraturan atau hukum. Ergonomi adalah penerapan
ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan
tehnologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia
terhadap pekerjaannya yang manfaat dari padanya diukur dengan efisiensi dan
kesejahteraan kerja (Suma’mur, 2009). Ergonomi adalah ilmu, seni, dan
penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala
fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan
Universitas Sumatera Utara
kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas
hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka dkk, 2004), sedangkan
menurut International Labour Organization (ILO) ergonomi adalah penerapan
ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian
bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimal dengan tujuan agar
bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan.
2.3.2. Tujuan Ergonomi
Menurut (Tarwaka dkk, 2004) secara umum tujuan ergonomi adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek
teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan hidup yang tinggi.
2.3.3 Aspek Ergonomi
Ada beberapa aspek dalam penerapan ergonomi yang perlu diperhatikan,
antara lain: (Diana, 2012)
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor manusia
Ada beberapa faktor pembatas yang tidak dapat dilampaui agar dapat
bekerja dengan aman dan sehat yaitu faktor dari dalam (internal faktor)
dan faktor dari luar (external faktor). Faktor dari dalam (internal faktor)
adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia seperti umur, jenis
kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh, sedangkan faktor dari
luar (external faktor) yang berasal dari luar manusia, seperti penyakit gizi,
lingkungan kerja, sosial ekonomi, dan adat istiadat.
2. Faktor anthropometri
Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan
metri yang berarti ukuran. Antropometri yang merupakan ukuran tubuh
digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu sarana kerja yang
sesuai dengan ukuran tubuh pengguna sarana kerja tersebut. Kesesuaian
antara anthropometri pekerja dengan alat yang digunakan saat bekerja
sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja,
dan produktivitas kerja.
3. Faktor sikap tubuh dalam bekerja
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana
kerja akan menentukan efisiensi efektivitas dan produktivitas kerja. Semua
sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau
barang
yang
melebihi
jangkauan
tangannya
harus
dihindarkan.
Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit
banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya.
4. Faktor pengorganisasian kerja
Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu istirahat,
kerja lembur, dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan dan
efisiensi tenaga kerja, sehingga diperlukan pola pengaturan waktu kerja di
perusahaan
2.4. Anatomi dan Fisiologi Organ dalam Sistem Muskuloskeletal
2.4.1. Sistem Muskuler/ sistem otot
1. Otot
a. Definisi Otot
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh manusia yang berfungsi
sebagai alat gerak aktif yang menggerakkan tulang. Terdapat lebih dari
600 buah otot pada tubuh manusia. Fungsi sistem muskuler/otot antara
lain yaitu untuk pergerakan, penopang tubuh, mempertahankan postur
saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk, dan memproduksi
panas.
b. Cara Kerja Otot
Cara kerja otot pada gerak tubuh manusia melibatkan otot, tulang, dan
sendi. Gerakan pada tulang dapat terjadi karena adanya otot yang
bekerja dengan cara berkontraksi. Otot ini akan berkontraksi bila
mendapat rangsangan dari saraf. Bila otot berkontraksi, maka otot akan
menggerakkan tulang di dekatnya sehingga menyebabkan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
gerakan pada sendi. Otot bekerja dengan dua cara yaitu kontraksi dan
relaksasi.
c. Otot Ekstremitas Bagian Bawah
Otot ekstremitas bagian bawah atau otot anggota gerak bawah adalah
salah satu golongan otot tubuh yang terletak pada anggota gerak
bawah. Otot ini dibagi menjadi otot tungkai atas dan otot tungkai
bawah. Otot tungkai atas (otot pada paha) dan otot tungkai bawah (otot
tulang kering, otot tulang betis, otot telapak kaki, otot kedang jari
bersama yang terletak di punggung kaki, otot penengah empu kaki
terletak di telapak kaki, dan otot penepsi terletak di sebelah punggung
kaki) (Syaifuddin, 2006).
2. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel yang
terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang
dengan otot atau otot dengan otot.
3. Ligamen
Ligamen
adalah
pembalut/selubung
yang
sangat
kuat, yang
merupakan jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen
membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.
2.4.2. Skeletal
1. Tulang/rangka
Skeletal disebut juga sistem rangka yang tersusun atas tulang-tulang.
Tubuh memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Fungsi sistem skeletal
Universitas Sumatera Utara
antara lain memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis, membentuk
kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan otot- otot yang.
melekat pada tulang, melindungi sumsum tulang merah yang merupakan salah
satu jaringan pembentuk darah, dan tempat penyimpanan bagi mineral seperti
calcium dari dalam darah.
2. Sendi
Persendian adalah hubungan antar dua tulang sehingga memudahkan
terjadinya pergerakan.
2.5. Keluhan Muskuloskeletal
2.5.1. Definisi Keluhan Muskuloskeletal
Menurut OHSCO (2007) keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit,
nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon,
pembuluh darah, sendi, tulang, saraf, dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas
kerja. Dan berdasarkan pendapat (Tarwaka dkk, 2004) yang mengutip hasil
penelitian Grandjean dan Lemasters menjelaskan keluhan muskuloskeletal adalah
keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari
keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis
secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan
berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini
biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders atau cedera pada
sistem muskuloskeletal.
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Keluhan sementara (reversible)
Universitas Sumatera Utara
Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera
hilang apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent)
Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun
pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus
berlanjut.
Menurut (Tarwaka dkk, 2004) studi MSDs pada berbagai industri telah
banyak dilakukan menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah
otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,
punggung, pinggang dan otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal pada umumnya
terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang
terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.
2.5.2. Penyebab Keluhan Muskuloskeletal
Menurut Peter Vi dalam Tarwaka dkk (2004) menjelaskan bahwa terdapat
beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu:
1. Peregangan Otot yang Berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh
pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti
aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat.
Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang
diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal tersebut sering
Universitas Sumatera Utara
dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat
menyebabkan terjadinya cedera otot skeleletal.
2. Aktivitas Berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus - menerus
seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat – angkut dan lain –
lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara
terus – menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
3. Sikap Kerja Tidak Alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan
terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya.
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin
tinggi pula rsesiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini
pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.
4. Faktor penyebab sekunder yaitu :
a. Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Contohnya
pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang
lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila
hal ini sering terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
Universitas Sumatera Utara
b. Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot
bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak
lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa
nyeri otot (Suma’mur, 1982).
c. Mikroklimat
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,
kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi
lamban, sulit bergerak yang diserti dengan menurunnya kekuatan otot.
Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu
lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan
sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh
untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak
diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi
kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah
kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme
karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat
menimbulkan rasa nyeri otot.
d. Penyebab kombinasi
Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila
dalam melakukan tugasnya pekerja dihadapkan pada beberapa faktor
resiko pada waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus melakukan
aktivitas mengangkat beban dibawah tekanan panas matahari.
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor penyebab keluhan otot-otot skeletal (Tarwaka, 2004).
1. Faktor Internal
a. Umur
Guo et al (1995) dan Chaffin, (1979) menyatakan bahwa pada umumnya
keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun.
Tingkat kekuatan dan ketahanan otot akan terus menurun seiring dengan
bertambahnya umur, sehingga resiko terjadinya keluhan otot terus
meningkat.
b. Jenis kelamin
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat
mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara
fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah daripada pria.
Astrand, dkk (1997) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya
sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Dari uraian tersebut maka perlu
dipertimbangkan dalam mendesain beban tugas.
c. Kebiasaan Merokok
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatkan keluhan otot
sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok.
Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula
tingkat keluhan otot yang dirasakan. Boshuizen, et. al (1993) menemukan
hubungan yang signifikan antara kebiasan merokok dengan keluhan otot
pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini sebenarnya terkait erat dengan kondisi kesegaran jasmani
seseorang. Kebutuhan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paruparu, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan
sebagai akibatnya tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila pekerja
melakukan pekerjaan yang menuntut pengerahan
tenaga, maka akan
mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran
karbohidrat terhambat, terjadi penumpukan asam laktat dan akhirnya
timbul rasa nyeri otot.
d. Kesegaran jasmani
Pada umumnya kelelahan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang
yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk
istirahat. Sebaliknya bagi pekerja yang dalam kesehariannya melakukan
pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga yang besar, disisi lain
tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat maka dapat dipastikan
akan terjadi keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi
oleh tingkat kelelahan tubuh. Laporan NIOSH yang dikutip dari hasil
penelitian Cady, dkk (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran
tubuh yang rendah, maka resiko terjadinya keluhan adalah 7,1 %, tingkat
kesegaran tubuh sedang adalah 3,2 % dan tingkat kesegaran tubuh tinggi
adalah 0,8 %.
e. Kekuatan fisik
Chaffin and Park (1973) yang dilaporkan oleh NIOSH menemukan adanya
peningkatan keluhan punggung pada pekerja yang melakukan tugas yang
Universitas Sumatera Utara
menuntut kekuatan melebihi batas kekuatan otot pekerja. Secara fisiologis
ada yang dilahirkan struktur otot yang mempunyai kekuatan fisik lebih
kuat dibandingkan dengan yang lainnnya. Dalam kondisi kekuatan yang
berbeda ini apabila harus melakukan pekerjaan yang memerlukan
pengerahan otot, jelas yang mempunyai kekuatan otot rendah akan lebih
rentan terhadap cedera otot.
f. Ukuran tubuh
Vessy et al (1990) menyatakan bahwa wanita yang gemuk mempunyai
resiko 2x lipat dibandingkan wanita kurus. Hal ini diperkuat oleh Wrner,
et al (1994) yang menyatakan bahwa pasien yang obesitas mempunyai
resiko 2,5 lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurus. Keluhan sistem
musculoskeletal terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh
kondisi keseimbangan struktur rangka dalam menerima beban, baik berat
tubuh maupun beban tambahan lainnya.
2.
Faktor eksternal penyebab keluhan otot-otot skeletal yaitu (Tarwaka, 2010)
a. Lama kerja/waktu kerja
Waktu kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan produktivitasnya.
Lamanya seseorang bekerja sehari dengan baik pada umumnya 6-8 jam.
Dalam seminggu orang hanya bisa bekerja dengan baik selama 40-50 jam.
Lebih dari itu kecenderungan menimbulkan hal-hal yang negatif.
Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa pengurangan jam kerja dari 8 ¼
ke 8 jam disertai meningkatnya efisiensi kerja dengan kenaikan
produktivitas sampai 10 %. Kecenderungan ini lebih terlihat pada
pekerjaan yang dilakukan dengan tangan.
Universitas Sumatera Utara
b. Tekanan melalui fisik (beban kerja)
Beban kerja dalam waktu yang lama dapat menyebabkan berkurangnya
kinerja otot. Tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada
waktu yang panjang dapat mengakibatkan gangguan keluhan pada otot
skeletal. Gejala yang ditunjukkan berupa makin rendahnya gerakan.
2.6. Body Nordic Map
Nordic Body Map adalah kuesioner yang menunjukkan keluhan rasa
sakit/nyeri yang dirasakan tubuh pekerja. Metode Nordic Body Map meliputi 28
bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai dari
anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan paling bawah yaitu otot
pada kaki. Pengukuran otot skeleletal dengan menggunakan kuesioner ini
digunakan untuk menilai tingkat keparahan gangguan otot individu.
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:
Gambar 2.1 Nordic Body Map
(Santoso, 2004)
14. Pergelangan tangan kiri
0. Leher atas
15. Pergelangan tangan kanan
1. Leher bawah
16. Tangan kiri
2. Bahu kiri
17. Tangan kanan
3. Bahu kanan
18. Paha kiri
4. Lengan atas kiri
19. Paha kanan
5. Punggung
20. Lutut kiri
6. Lengan atas kanan
21. Lutut kanan
7. Pinggang
22. Betis kiri
8. Bawah pinggang
23. Betis kanan
9. Pantat
24. Pergelangan kaki kiri
10. Siku kiri
25. Pergelangan kaki kanan
11. Siku kanan
26. Telapak kaki kiri
12. Lengan bawah kiri
27.Telapak kaki
13. Lengan bawah kanan
Universitas Sumatera Utara
2.7. Kerangka konsep
1. Karakteristik Pekerja
a. Umur
b. IMT
Keluhan MSDs
2. Penggunaan Sepatu Hak
Tinggi
a. Lama Pemakaian Sepatu
(tahun)
b. Tinggi Hak Sepatu (cm)
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Keterangan:
Karakteristik pekerja terdiri dari variabel umur dan Indeks Massa Tubuh
(IMT). Penggunaan sepatu hak tinggi terdiri dari variabel lama pemakaian sepatu
dan tinggi hak sepatu. Keempat variabel tersebut merupakan variabel yang
berperan atas terjadinya keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada
pekerja.
Universitas Sumatera Utara
Download