HUBUNGAN BELAJAR MANDIRI DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA (Survei Di Sdn Sukaraya 03 Kecamatan Karang Bahagia Kabupaten Bekasi) Ahmad Syarifudin Fauzi* Rini Endah Sugiharti* [email protected] ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini mengenai siswa di SDN Sukaraya 03 Kecamatan Karang Bahagia Kab. Bekasi yang tidak memliki kemauan untuk belajar mandiri, dalam proses pembelajaaran siswa harus ditemani guru, kurang memiliki inisiatif untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri dalam memecahkan masalah matematika. Penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV di SDN Sukaraya 03 yang berjumlah 110 siswa dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 52 siswa. Hasil pengolahan data yang didapat dari belajar mandiri dan kemampuan pemecahan masalah matematika diperoleh melalui angket yang terdiri dari 10 item. Dari hasil perhitungan didapat rxy produk momen sebesar 0,498 maka H1 diterima. Berdasarkan hasil penelitian dapat terlihat hubungan yang signifikan antara belajar mandiri dengan kemampuan pemecahan masalah matematika. Koefisien determinasi sebesar 25% menunjukkan bahwa belajar mandiri memberikan kontribusi terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Sedangkan 75% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kata kunci : Belajar Mandiri, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. I. PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang melibatkan siswa aktif akan menuntut siswa untuk dapat belajar mandiri. Menurut Siswanto, dkk (2010 : 52) menyatakan bahwa pendidikan untuk mandiri adalah pendidikan kepada anak kita agar mempunyai sikap mau mengusahakan dan PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016 berbuat sesuat atas kesadaran atau usaha sendiri ia tidak mudah menggantungkan kepada orang lain. Berbeda pada relita di lapangan kenyataanya saat ini rata – rata siswa di sekolah saat proses pembelajaran bersikap pasif. Siswa hanya mau bertanya ketika disuruh oleh guru dengan kata lain berusat pada guru 51 (teacher centered). Selain itu siswa tidak memiliki kemauan untuk belajar jika tidak dipengaruhi oleh orang lain, yaitu guru dan orang tua. hal ini menujukan bahwa belajar mandiri yang seharusnya dimiliki siswa masih jauh dari harapan. Dengan tidak mengabaikan kemampuan lain, faktanya kemampuan pemecahan masalah matematika pada soal merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran matematika. Diharapkan dalam belajar pemecahan masalah matematika peserta didik dapat mengaplikasikan hasil pembelajaran dalam memecahkan masalah dalam kehidupan nyata, karena tidak dipungkiri bahwa banyak hal di sekitar yang selalu berhubungan dengan matematika. Menurut Abdurrahman (2009 : 257) menyebutkan bahwa dalam pemecahan masalah matematika siswa harus mengetahui bagaimana cara mengaplikasikan dan menggunakan konsep – konsep dan keterampilan komputasi dalam berbagai situasi baru yang berbeda – beda. Kebanyakan siswa ketika diberikan soal pemecahan masalah dalam bentuk soal cerita atau soal yang memiliki kesukaran lebih rumit selalu menanyakan maksud dari soal tersebut kepada guru atau teman yang dianggap lebih mampu tanpa ada keinginan untuk mencoba kembali soal tersebut sampai memahami apa PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016 yang dimaksud dari soal. Ketidak pahaman meraka akan maksud soal yang mereka baca menyebabkan dampak negatif yang selalu mereka tidak tahu memilih operasi hitung yang sesuai pada langkah – langkah selanjutnya alam menyelesaikan pemecahan masalah matematika pada soal tersebut. Rasa bingung tersebut pada akhirnya membuat siswa tidak berminat untuk memecahkan masalah tersebut dan cenderung mengandalkan teman lainnya yang dirasa mampu untuk menyelesaikan soal tersebut. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat belajar mandiri siswa dalam memecahkan masalah matematika, sehingga penulis mengangkat judul “ Hubungan Belajar Mandiri dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika (Survai di SDN Sukaraya 03 Kecamatan Karang Bahagia Kabupaten Bekasi) ”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara belajar mandiri siswa dengan kemampuan pemecahan masalah matematika di SDN Sukaraya 03 ? “. 52 II. LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Hakikat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa merupakan salah satu dalam komponen pendidikan yang harus selalu dilatih dan dibiasakan berpikir mandiri untuk memecahkan masalah. Karena pemecahan masalah, selain menuntut siswa untuk berpikir juga merupakan alat utama untuk melakukan atau bekerja dalam matematika. Pemecahan masalah matematika menurut Vey Nisa (http://veynisaichablogspot.com/ 201107/kemampuan-pemecahanmasalah-matematika.html) adalah kecakapan atau potensi yang dimiliki seseorang atau siswa dalam menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau menguji konjektur. Beberapa indikator pemecahan masalah matematika dapat diperhatikan dari paparan Sumarmo (2003) dalam Nopiwan Abadi (http://noviansangpendiam.blogs pot.com/2011/04/kemampuanpemecahan-masalahmatematika.html) adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi unsur – unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan ; 2) Merumuskan PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016 masalah matematika atau menyusun model matematika ; 3) Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau di luar matematika ; 4) Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal ; dan 5) Menggunakan matematika secara bermakna. B. Hakikat Belajar Mandiri Menumbuhkan kemauan untuk belajar mandiri pada anak sejak usia dini sangatlah penting karena dengan memiliki belajar mandiri sejak dini, anak akan terbiasa mengerjakan kebutuhannya sendiri. Anak yang mandiri akan bertindak dengan penuh rasa percaya diri dan tidak selalu mengandalkan bantuan orang dewasa dalam bertindak. Silberman (2007 : 182) bahwa ketika peserta didik belajar atas kemauan sendiri, mereka mengembangkan kemampuan dan memfokuskan dan merefleksikan. Bekerja atas kemauan sendiri juga memberikan mereka kesempatan untuk bertanggung jawab secara pribadi terhadap belajarnya. Dengan demikian melalui belajar mandiri siswa dapat mengembangkan kemampuannya, mampu memfokuskan dan merefleksikan konsentrasi sesuai kemauan sendiri serta menanamkan rasa tanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Sementara itu 53 Wedemeyer (1983) dalam Rusman (2012 : 353) menyatakan bahwa peserta didik yang belajar secara mandiri mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri pembelajaran yang diberikan guru/ pendidik di kelas. III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Sukaraya 03 yang terdapat di Kecamatan Karang Bahagia Kabupaten Bekasi. Pelaksanaan dilakukan selama 6 bulan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/ 2104 terhitung mulai bulan Maret sampai Agustus 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel yang bertujuan untuk mendapatkan angka – angka secara numerical. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Penelitian korelasi adalah penelitian yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat antara variabel – variabel ini (Arikunto, 2013 : 313). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan belajar mandiri dengan kemampuan pemecahan masalah matematika. Jumlah populasi sebanyak 110 siswa dan jumlah sampel yang digunakan adalah 52 siswa. Dalam penelitian ini PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016 digunakan teknik sampling purposive (sampling pertimbangan). Teknik ini terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan peneliti (Darmadi, 2013 : 57). Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu 1) tahap persiapan, pengajuan judul penelitian, melakukan perizinan dan memberikan surat izin untuk melakukan observasi ke lokasi penelitian, observasi ke lokasi penelitian untuk melengkapi data yang dibutuhkan untuk penyusunan proposal penelitian, menentukan waktu pelaksanaan penelitian dengan berkonsultasi dengan pihak sekolah ; 2) tahap pelaksanaan, membagikan kepada siswa angket yang telah disiapkan, melihat data berupa nilai hasil belajar siswa ; dan 3) tahap akhir, data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis, tahap penarikan kesimpulan berdasarkan uji hipotesis. IV. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN DAN A. Hasil Penelitian Hasil pengolahan data dianalisis secara statistik dengan menggunakan Software Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 16.0. Dari hasil data yang telah diolah maka didapatkan skor variabel belajar mandiri. Skor yang didapatkan bervariasi untuk setiap siswa, didapatkan nilai secara rata – rata (mean) skor 54 Belajar Mandiri 12 Frekuensi 10 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 14 12 10 Frekuensi belajar mandiri siswa adalah sebesar 97,09 ; median 97 dan modus 87,5. Rentang skor yang dihasilkan 60, kemudian jumlah kelas sebanyak 7, panjang kelas interval 9. Berdasarkan distribusi frekuensi dapat digambarkan histogram sebagai berikut: 8 6 4 2 0 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 Interval Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Gambar 4.2 Grafik Histogram Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 8 6 4 2 0 59 – 67 68 – 76 77 – 85 86 – 94 95 – 103 104 – 112 113 – 121 Interval Belajar Mandiri Gambar 4.1 Grafik Histogram Belajar Mandiri Jadi dapat disimpulkan bahwa kategori kecenderungan frekuensi belajar mandiri dalam kategori cukup. Berdasarkan perolehan skor kemampuan pemecahan masalah matematika. Skor yang didapatkan bervariasi untuk setiap siswa, secara rata-rata (mean) skor kemampuan pemecahan masalah matematika adalah sebesar 22,48; median 14,5 dan modus 12,11. Rentang skor yang dihasilkan 29, kemudian jumlah kelas sebanyak 7, panjang kelas interval 5. Berdasarkan data yang diperoleh maka didapatkan hasil dalam bentuk histogram berikut : PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016 Jadi dapat disimpulkan bahwa kategori kecenderungan frekuensi kemampuan pemecahan masalah matematika dalam kategori cukup. Berdasakan hasil uji normalitas bahwa terlihat bahwa pada kolom Sig/Significance Kolmogorov – Smirnov memiliki 0.44 untuk variabel belajar mandiri dan nilai 0.2 untuk variabel kemampuan pemecahan masalah matematika yang mana berarti probabilitasnya di atas 0,05. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan H1 diterima atau data distribusi dari belajar mandiri dan kemampuan pemecahan masalah matematika adalah normal. Hasil uji homogenitas nilai Sig = 0.29, jika melihat kaidah yang telah ditetapkan maka, hasil out put data di atas dengan nilai Sig > α (0.05) yang berarti data bersifat sama atau homogen. Besarnya angka dari koefisien korelasi R = 0,498. Besarnya nilai koefisien 55 determinasi (R Square/ R2) yaitu 0,248 dan angka koefisien tersebut memberi petunjuk bahwa variabel belajar mandiri berpengaruh terhadap variabel kemampuan pemecahan masalah matematika yaitu sebesar 24,8 % dan sisanya sebesar 75,2 % merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dari hasil uji Anova, didapatkan besarnya nilai F hitung adalah 16,513 dengan tingkat signifikansi 5% (α=0.05) yaitu sebesar 0.000. Diketahui besarnya nilai thitung variabel belajar mandiri yaitu 4,064 dengan signifikansi 0,000. Persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut: Ý = 6.168 + 0.294 X Nilai Pearson Correlation, dari tabel output di dapatkan nilai r = 0.498, maka belajar mandiri berhubungan 24,8 % dengan kemampuan pemecahan masalah matematika dan 75,2 % kemampuan pemecahan masalah matematika dipengaruhi oleh variabel lain, jika dibandingkan pada tabel interpretasi koefisien korelasi di atas maka disimpulkan kekuatan hubungannya cukup kuat antara variabel X (belajar mandiri) dan variabel Y (kemampuan pemecahan masalah matematika) artinya semakin baik belajar mandiri maka semakin tinggi pula kemampuan pemecahan masalah matematika. PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016 B. Pembahasan Dari hasil penelitian dan angket yang disebarkan, didapatkan hasil bahwa belajar mandiri siswa masih kurang, meskipun baru beberapa aspek saja yang dikembangkan namun belum maksimal. Dengan demikian melalui belajar mandiri siswa dapat mengembangkan kemampuannya, mampu memfokuskan dan merefleksikan konsentrasi sesuai kemauan sendiri serta menanamkan rasa tanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Akan tetapi siswa kurang berkonsentrasi dalam belajar dan cenderung lebih mengandalkan temannya dalam mengerjakan soal dalam hal ini siswa kurang dapat bekerja atas kemauannya sendiri. Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan belajar mandiri siswa masih rendah, terutama pada aspek konsentrasi perlu lebih ditingkatkan. Banyak cara yang bisa digunakan guru untuk memusatkan konsentrasi siswa sehingga siswa mampu memahami materi yang disampaikan dengan tingkat konsentrasi yang baik, maka dengan demikian tujuan utama dalam penelitian ini mengenai belajar mandiri telah terjawab. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah yang cukup rendah, hal ini ditandai dengan : siswa merasa kesulitn untuk menyelesaikan soal matematika yang diberikan serta 56 urangnya belajar mengenai hal – hal yang baru. Tanda – tanda tersebut merupakan ciri dari siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika yang masih rendah. Dengan demikian, bisa diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa rendah, maka siswa sulit untuk menyelesaikan soal matematika, padahal dengan siswa dapat menyelesaikan soal matematika maka siswa dapat mengembangkan kemampuan memecahkan berbagai macam masalah matematika. Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di SDN Sukaraya 03 masih cukup rendah dengan tanda-tanda yang tersebut di atas, maka dengan demikian tujuan kedua dalam skripsi mengenai kemampuan pemecahan masalah matematika telah terjawab. Berdasarkan pengolahan data hasil korelasi belajar mandiri dengan kemampuan pemecahan masalah matematika diketahui nilai korelasi sebesar 0,498 atau 24,8%. Hal ini menunjukkan bahwa belajar mandiri memberi konstribusi terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika sebesar 24,8 %. PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016 V. KESIMPULAN Hubungan antara belajar mandiri dengan kemampuan pemecahan masalah matematika di SDN Sukaraya 03 Kecamatan Karang Bahagia Kabupaten Bekasi memiliki hubungan positif yang cukup kuat. Hal ini ditunjukkan oleh angka koefisien korelasi sebesar 294. Adapun kontribusi koefisien determinasinya atau besarnya sumbangan pengaruh variabel belajar mandiri terhadap variabel kemampuan pemecahan masalah matematika tersebut adalah sebesar 0,498 dengan perolehan nilai tersebut hubungan kedua variabel dikategorikan hubungan positif yang signifikan r xy = 0,4982 = 0,248 dibulatkan menjadi 0,25. Hubungan yang positif tersebut dinyatakan dengan adanya konstibusi beljar mandiri dengan kemampuan pemecahan masalah matematika melalui koefisien determinasi. Dari perhitungan koefisisen determinasinya adalah 25% (r2 = 0,25 x 100 = 25 %). Hal ini dicerminkan bahwa belajar mandiri hanya dapat memberikan konstribusi atas kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebesar 25 % dan 75 % kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dipengaruhi oleh variabel lain yang tidakditeliti 57 dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar mandiri memiliki korelasi/ hubungan positif yang signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di SDN Sukaraya 03 Kecamatan Karang Bahagia Kabupaten Bekasi. *Ahmad Syarifudin Fauzi adalah Mahasiswa PGSD Universitas Islam “45” Bekasi *Rini Endah Sugiharti adalah Dosen Universitas Islam “45” Bekasi DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Alwi, Muhammad. (2014). Anak Cerdas Bahagia dengan Pendidikan Positif. Jakarta : Mizan Publika. Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Darmadi, Hamid. (2013). Dimensi – dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung : Alfabeta CV. Faizi, Mastur. (2013). Ragam Metode Mengajarkan Eksata pada Murid. Yogyakarta : Diva Press. Hidayat, Komaruddin dan Mel Siberman. (2007). Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Yappendis. Jamaris, Martini. (2014). Kesulitan Belajar Perspektif, Asesmen dan Penanggulangannya. Bogor : Ghalia Indonesia. Priyatno, Dwi. (2008). Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution). Jakarta : Buku Kita. Runtukahu, Tombokan dan Selpius Kandou. (2014). Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar – Ruzz Media. Rusman. (2012). Seri Manajemen Model – Model Pembeljaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Depok : PT. Rajagrafindo Persada. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta CV. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta CV. PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016 58 Surapranata, Sumarna. (2009). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Intepretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Susanto, Ahmad. (2013). Teori Beajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : PT. Karisma Putra Utama. Yamin, Martinis. (2010). Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada Press Jakarta. Yamin, Martinis. (2013). Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada Press Jakarta. Abadi, Nopiwan. (2011). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. http://noviansangpendiam.blogspot.com/2011/04/kemampuanpemecahan-masalah-matematika.html. (Diunduh 22 April 2014 pukul 14.47). Nisa, Vey. (2011). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. http://veynisaichablogspot.com/201107/kemampuan-pemecahan-masalahmatematika.html. (Diunduh 22 April 2014 pukul 14.34). PEDAGOGIK Vol. IV, No. 1, Februari 2016 59