perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hepar merupakan organ penting bagi manusia. Hepar menjalankan
berbagai fungsi dalam tubuh manusia antara lain sebagai kelenjar yang mensekresi
zat kimia yang dibutuhkan oleh tubuh, mendetoksifikasi racun, serta menjadi
organ penyimpanan (Wedro dan Buphindar, 2014). Sel hati memiliki kemampuan
regenerasi yang cepat. Oleh karena itu, sampai batas tertentu hepar bisa
mempertahankan fungsinya bila terjadi gangguan. Fungsi hepar akan terganggu
secara serius pada gangguan yang lebih berat dan dapat berakibat fatal. Penyebab
penyakit hati bervariasi, sebagian besar disebabkan oleh virus yang menular secara
fekal-oral, parenteral, seksual, perinatal, dan sebagainya. Penyebab lain dari
penyakit hepar adalah akibat efek toksis dari obat-obatan, alkohol, racun, jamur
dan lain-lain (Muchid et al., 2007).
Penyakit hepar akibat efek toksis dari obat-obatan dapat mengakibatkan
jejas hati akut (acute liver injury) yang kemudian dapat menyebabkan gagal hati
akut. Berbagai survei di dunia menunjukkan bahwa frekuensi jejas hati akut relatif
rendah. Insiden hepatotoksisitas imbas obat dilaporkan sebesar 1:10.000 sampai
1:100.000 pasien. Insiden ini sulit diketahui jumlah aktualnya yang dapat lebih
besar. Hal ini disebabkan karena sistem pelaporan yang belum memadai, kesulitan
mendeteksi atau mendiagnosis atau kurangnya observasi pada pasien yang
mengalami kasus ini (Loho dan Hasan, 2014).
1
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Di Amerika, penyebab umum gagal hati akut sebesar 13% disebabkan oleh
jejas hati akut akibat obat (Bell dan Chalasani, 2009). Menurut sumber yang lain,
gagal hati akut, di Amerika, mendekati 2.000 kasus. Obat yang menyebabkan
gagal hati akut ini antara lain parasetamol (mendekati 43%), PTU, obat
tuberkulosis, antibiotik, fenitoin (33%), dan obat lain (mendekati 13%) (Avigan,
2009).
Parasetamol, merupakan obat turunan para amino fenol yang digunakan
sebagai antipiretik atau penurun panas yang digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana
dan Gunawan, 2011). Di Amerika, parasetamol adalah obat yang paling luas
digunakan karena kegunaannya untuk mengatasi nyeri dan demam, ditemukan
dalam banyak resep dokter. Selama tahun 2008 parasetamol terjual sebanyak 24,6
miliar dosis. Satu dosis diartikan dengan 1 tablet, atau pada sediaan cair adalah 5
mL (Pan, 2009).
Parasetamol aman digunakan pada dosis terapeutik, sedangkan pada dosis
yang lebih tinggi dapat mengakibatkan nekrosis hepar yang fatal (Hinson et al.,
2010). Selain itu nekrosis tubuli renalis serta koma hipoglikemik dapat juga
terjadi. Dosis toksik pada hepar terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 gram
(200-250 mg/kgBB) (Wilmana dan Gunawan, 2011).
Parasetamol dapat mengakibatkan toksisitas pada hepar dengan cara
mengaktivasi sikokrom P450. Parasetamol dimetabolisme oleh sitokrom P450
menjadi metabolit N-asetil-p-benzoquinon-imin (NAPQI) yang sangat reaktif
(Reid et al., 2005). Pada dosis terapeutik, NAPQI didetoksifikasi oleh glutathion
(GSH). Akan tetapi pada dosis yang lebih tinggi, NAPQI tidak dapat lagi berikatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
dengan GSH karena jumlahnya yang terlalu banyak sehingga mengakibatkan
deplesi GSH. Kemudian, NAPQI yang tidak dapat didetoksifikasi ini akan dengan
mudah berikatan secara kovalen dengan sistein pada protein untuk membentuk
produk acetaminophen adduct (Hinson, 2010)
Acetaminophen adduct ini merupakan produk superoksida yang sangat
reaktif sehingga termasuk spesies oksigen reaktif (ROS). Produk ini dapat
menyebabkan kerusakan jaringan yang akan mengakibatkan teraktivasinya sel
Kupfer dan neutrofil. Sel Kupfer dan neutrofil ini nantinya juga akan
mengeluarkan mediator sitotoksik yang juga merupakan spesies oksigen reaktif.
Spesies oksigen reaktif yang dibentuk dalam rangkaian tersebut akan
mengakibatkan stres oksidatif (Jaeschke et al., 2002; James, 2003; Reid et al.,
2005).
Stres oksidatif merupakan keadaan berbahaya dimana sejumlah radikal
bebas menyerang molekul biologi seperti lipid, protein, dan DNA (Yoshikawa dan
Naito, 2002). Stres oksidatif dapat dinetralkan oleh antioksidan. Antioksidan
bekerja dengan cara menyumbangkan elektron atau atom hidrogen kepada
senyawa reaktif. Antioksidan ini dapat terkandung pada bahan nutrisi seperti buahbuahan dan sayuran (Winarsi, 2007) seperti bawang putih (Allium sativum).
Allium sativum atau biasa disebut bawang putih memiliki kandungan kimia
utama yaitu senyawa organosulfur yang terdiri dari allicin, dialil disulfid, salilsistein, dan dialil trisulfid. Senyawa organosulfur Allium sativum memiliki efek
antioksidan (Mikaili et al., 2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Studi lain menunjukkan bahwa diet Allium sativum dapat melindungi hepar
dari hepatotoksisitas. Efek perlindungan dilakukan dengan cara meningkatkan
status antioksidan dan mengatur stres oksidatif (Ademiluyi et al., 2013) dan
memberikan perlindungan terhadap struktur histologis hepar dari toksisitas
lingkungan (Sharma et al., 2010).
B. Perumusan Masalah
1. Apakah pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum) dapat melindungi
struktur histologis hepar mencit (Mus musculus) yang diinduksi parasetamol
dosis toksik?
2. Apakah peningkatan dosis ekstrak bawang putih (Allium sativum) dapat
meningkatkan efek perlindungan struktur histologis hepar mencit (Mus
musculus) yang diinduksi parasetamol dosis toksik?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak bawang (Allium sativum) dapat
melindungi struktus histologis hepar mencit (Mus musculus) yang diinduksi
parasetamol dosis toksik.
2. Untuk mengetahui apakah peningkatan dosis ekstrak bawang putih (Allium
sativum) dapat meningkatkan efek perlindungan struktur histologis hepar
mencit (Mus musculus) yang diinduksi parasetamol dosis toksik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
pengaruh pemberian ekstrak bawang putih
(Allium sativum) dalam
melindungi kerusakan hepar mencit yang diinduksi parasetamol
b. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan acuan untuk
penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat aplikatif
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
masyarakat untuk mengembangkan/ membudidayakan tanaman bawang
putih sebagai fitofarmaka.
commit to user
Download