PRARANCANGAN PABRIK STIRENA DENGAN PROSES DEHIDROGENASI ETILBENZENA KAPASITAS 60.000 TON/TAHUN TUGAS AKHIR Arum Sari (I.0505001) Mellyza C. (I.0505041) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stirena (C6H5C2H3) merupakan salah satu produk senyawa aromatik monomer yang saat ini semakin dibutuhkan. Hal ini terutama disebabkan oleh semakin meningkatnya permintaan produk – produk plastik yang menggunakan bahan dasar stirena. Kegunaan utamanya sebagai zat antara (intermediet) untuk pembuatan senyawa kimia lainnya dan untuk memperkuat industri hilir seperti :PolyStyrene (PS), Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS), Styrene Acrylonitrile (SAN), Styrene Butadiena Latex (SBL), Styrene Butadiene Rubber (SBR), Unsaturated Polyester Resins (UPR). Kebutuhan dunia akan stirena tiap tahunnya mengalami kenaikan seiring dengan peningkatan kebutuhan sebagai bahan baku untuk polystirena (+50%), ABS (+ 11 %), SAN (+ 1 %), SBR (+ 15 %), SBL (+ 12%), UPR (+ 11%) (anonim,2009). Meningkatnya permintaan dunia akan stirena selalu diikuti dengan peningkatan produksi pabrik stirena, namun produksi stirena di dalam dunia belum mampu sepenuhnya memenuhi konsumsi dunia akibat keterbatasan kapasitas pabrik yang telah berdiri. Khususnya di Asia Tenggara masih terdapat beberapa negara yang kekurangan akan stirena. Sedangkan di Indonesia, kebutuhan akan stirena sudah dapat terpenuhi oleh PT. Styrindo Mono Indonesia. Untuk prospek ekspor pasar produk stirena untuk kawasan Asia masih cukup menjanjikan dengan negara tujuan ekspor adalah Malaysia, Thailand dan Filipina. Hal ini tentunya memberikan dampak positif terhadap peningkatan devisa bagi negara. Dari penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : a. Pendirian pabrik stirena dapat diproyeksikan untuk orientasi ekspor mengingat kebutuhan dalam negeri telah dapat dipenuhi oleh PT. Styrindo Mono Indonesia. b. Mendukung berkembangnya pabrik hilir industri lain yang menggunakan stirena sebagai bahan pembantu maupun bahan baku. c. Membuka kesempatan lapangan kerja baru sehingga dapat menurunkan tingkat pengangguran di Indonesia. Dengan mendasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas maka pendirian pabrik stirena di Indonesia dipandang masih cukup strategis. 1.2. Kapasitas Rancangan. Dalam menentukan kapasitas produksi yang menguntungkan digunakan beberapa pertimbangan, yaitu: 1) Ketersediaan bahan baku. 2) Kapasitas minimum pabrik. 3) Data impor stirena di negara tujuan ekspor (Malaysia, Filipina, dan Thailand). 1.2.1 Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku merupakan faktor yang sangat penting untuk kelangsungan produksi suatu pabrik dilihat dari ketersediaan maupun kontinuitasnya. Bahan baku pembuatan stirena adalah etilbenzena yang diperoleh dari PT Styrindo Mono Indonesia ( PT SMI ) yang berlokasi di Serang, Banten dengan kapasitas penjualan etilbenzena sebesar 150.000 ton/tahun. Sedangkan kebutuhan untuk produksi stirena pada pabrik yang akan didirikan sebesar 65.000 ton/tahun. Dengan alokasi sebesar 45% dari total kapasitas etilbenzena yang dijual oleh PT SMI diharapkan dapat menjamin ketersediaan dan kontinuitas bahan baku. Sedangkan untuk bahan pendukung lainnya seperti katalis Fe2O3 diperoleh dengan mengimpor dari Chemsource Enterprice,Pte, Ltd, Singapura. 1.2.2 Kapasitas Minimum Pabrik Untuk menentukan kapasitas pabrik yang akan didirikan harus memperhatikan kapasitas pabrik sejenis dalam skala komersial yang sudah dibangun. Daftar pabrik stirena beserta lokasi dan kapasitas produksinya disajikan pada tabel1.1. Tabel 1.1 Daftar Pabrik Stirena beserta Lokasi dan Kapasitas Produksinya No Pabrik dan Lokasi Kapasitas Proses (Ton/Tahun) 1 Chevron (St. James, La) 974.000 dehidrogenasi 2 Dow (Freeport, Texas) 644.000 dehidrogenasi 3 Sterling (Texas) 770.000 dehidrogenasi 4 Westlake (Lake Charles, La) 220.000 dehidrogenasi 5 Lyondell/Bayer (Roterdam, Bld) 640.000 oksidasi 6 CSPC (Guangdong, China) 560.000 oksidasi 7 Jilin Chemical (China) 140.000 dehidrogenasi 8 Guangzhou Petrochemical (China) 80.000 dehidrogenasi 9 Lanzhou Petrochemical (China) 30.000 dehidrogenasi 10 Panjin Chemical (China) 60.000 dehidrogenasi 11 Fushun Petrochemical (China) 40.000 dehidrogenasi 12 Dallian Petrochemical (China) 60.000 dehidrogenasi 13 Mitshubishi Chemical (Khasima, Japan) 400.000 dehidrogenasi 14 Asahi (Mizushima, Japan) 150.000 dehidrogenasi 15 Styrindo Mono Indonesia ( Indonesia) 200.000 dehidrogenasi 16 Idemitsu Stirena (Malaysia) 220.000 dehidrogenasi 17 Ellba Eastern (Singapura) 550.000 oksidasi 18 Seraya Chemical (Singapura) 315.000 oksidasi 19 Thai Petrochemical (Thailand) 150.000 dehidrogenasi Sumber : CMAI,2008 Berdasarkan tabel 1.1 di atas pabrik stirena kapasitas minimum yang pernah dibangun adalah Lanzhou Petrochemical (China) dengan kapasitas sebesar 30.000 ton/tahun dan pabrik stirena dengan kapasitas terbesar adalah Chevron (St.James,La) dengan kapasitas 974.000 ton/tahun. Untuk pabrik yang ada di Indonesia sendiri saat ini hanya satu yaitu PT. Styrindo Mono Indonesia dengan kapasitas 200.000 ton/tahun. Kapasitas pabrik yang didirikan direncanakan sebesar 60.000 ton/tahun. 1.2.3 Data Impor Stirena di Negara Tujuan Ekspor ( Malaysia, Filipina, dan Thailand) Stirena yang dihasilkan ditujukan untuk orientasi kebutuhan ekspor dengan mengambil pasar di Asia Tenggara dengan negara tujuan Malaysia, Filipina dan Thailand. Impor stirena di negara tujuan ekspor disajikan pada tabel1.2 : Tabel 1.2 Data Impor Stirena di Negara Tujuan Ekspor Impor (ton) Tahun Malaysia Filipina Thailand 2004 2005 2006 2007 43.019 66.853 27.988 37.468 87.866 27.395 44.781 107.026 30.167 48.198 98.563 28.843 Sumber: (CMAI, 2008) Gambar 1.1 Grafik Kebutuhan Stirena di Malaysia, Filipina dan Thailand Tahun 2004 – 2007 Pada tabel 1.2 dapat diketahui bahwa impor stirena di negara Malaysia, Filipina dan Thailand mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan ini menunjukkan bahwa kebutuhan stirena di negara-negara tersebut semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dari grafik gambar 1.1 dapat dilakukan pendekatan regresi linear, sehingga dapat diperoleh persamaan sebagai berikut : y1 = 2.285 x – 4.539.201 y2 = 11.429 x – 22.830.782,5 y3 = 533,7 x – 1.041.737,1 dengan : y1 = jumlah kebutuhan stirena di Malaysia (ton/tahun) y2 = jumlah kebutuhan stirena di Filipina (ton/tahun) y3 = jumlah kebutuhan stirena di Thailand (ton/tahun) x = tahun ke Jadi dapat diperkirakan kebutuhan stirena di negara Malaysia, Filipina dan Thailand pada tahun 2014 sebesar 62.789 ton, 187.223,5 ton, 33.134,7 ton sehingga dapat diketahui adanya kekurangan akan stirena yang besar. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas maka direncanakan pabrik stirena akan mulai produksi pada tahun 2014 dengan kapasitas 60.000 ton/tahun dan diharapkan akan dapat memenuhi sebagian kekurangan konsumsi negara Malaysia, Filipina dan Thailand akan stirena pada tahun 2014. Pertimbangan di atas berdasarkan bahan baku yang tersedia masih mencukupi yaitu sebesar 45 % dari kapasitas total etilbenzena yang dijual oleh PT. Styrindo Mono Indonesia. Penentuan kapasitas ini juga berdasarkan pertimbangan kapasitas pabrik yang telah didirikan serta kebutuhan pasar akan stirena. 1.3. Penentuan Lokasi Pabrik Pemilihan lokasi pabrik merupakan hal yang sangat penting dalam setiap perancangan suatu pabrik karena menyangkut kelangsungan dan keberhasilannya, baik dari segi ekonomi maupun teknis. Orientasi perusahaan dalam menentukan lokasi pabrik pada prinsipnya ditentukan berdasarkan pertimbangan pada letak geografis, teknis, ekonomis dan lingkungan. Dari pertimbangan tersebut lokasi pabrik dari prarancangan pabrik stirena ini dipilih kawasan industri Pulo Ampel di daerah Serang, Banten yang dekat dengan daerah penghasil bahan baku dengan pertimbangan sebagai berikut : A. Faktor Primer a. Penyediaan Bahan Baku Bahan baku merupakan kebutuhan utama bagi kelangsungan suatu pabrik untuk beroperasi sehingga pengadaannya harus benar-benar diperhatikan. Sehingga diutamakan lokasi pabrik yang akan didirikan dekat dengan bahan baku. Hal ini dapat mengurangi biaya transportasi dan penyimpanan serta mengurangi investasi pabrik. Lokasi pabrik yang dipilih adalah kawasan industri Pulo Ampel di daerah Serang, Banten. Bahan baku etilbenzena yang digunakan diperoleh dari PT. Styrindo Mono Indonesia (PT. SMI) yang juga terletak di Serang, Banten. b. Transportasi Transportasi bahan baku menuju Pulo Ampel cukup mudah, mengingat fasilitas jalan tol Merak – Jakarta – Cikampek cukup memadai dan fasilitas umum transportasi seperti pelabuhan dan bandara tersedia dekat lokasi pabrik sehingga baik transportasi bahan baku maupun pemasaran hasil produksi untuk luar negeri tidak mengalami kesulitan. Banten mempunyai pelabuhan Merak, pelabuhan Ciwandan ,juga terdapat dermaga khusus (Dersus) di daerah Anyer dan di daerah Karangantu, Serang. B. Faktor Sekunder a. Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli Area kawasan industri Pulo Ampel berlokasi tidak jauh dari wilayah Jabodetabek yang memiliki banyak lembaga pendidikan formal maupun nonformal sehingga memiliki potensi tenaga ahli maupun non ahli baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dengan didirikannya pabrik ini maka akan mengurangi tingkat pengangguran baik dari penduduk sekitar ataupun penduduk urban. b. Kebijakan Pemerintah dan Keadaan Masyarakat Pendirian suatu pabrik perlu mempertimbangkan kebijakan pemerintah yang terkait didalamnya. Kebijakan pengembangan industri dan hubungannya dengan pemerataan kerja dan hasil-hasil pembangunan. kawasan industri Pulo Ampel merupakan daerah yang telah disiapkan untuk kawasan industri sehingga sudah sesuai dengan kebijakan dari pemerintah. c. Utilitas · Penyediaan Energi Kawasan industri Pulo Ampel menyediakan fasilitas berupa fasilitas untuk memenuhi kebutuhan listrik dari PLTU Sulfindo dengan kapasitas 1050 MW yang mampu mensuplai kebutuhan tenaga listrik pabrik serta menggunakan generator yang dibangun sendiri sebagai cadangan. · Penyediaan Air Kebutuhan air pabrik meliputi air pendingin proses, air umpan boiler, air konsumsi umum dan sanitasi serta air pemadam kebakaran diperoleh dari PT.Sauh Bahtera Samudera yang berada di kawasan industri. · Penyediaan Steam Kebutuhan steam sebagai media pemanas pada reboiler dipenuhi oleh boiler yang menggunakan bahan bakar hasil atas separator. · Penyediaan Udara Tekan Penyediaaan udara tekan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan instrumentasi, untuk penyediaan udara tekan di bengkel, dan untuk kebutuhan umum yang lain. · Penyediaan Bahan Bakar Kebutuhan bahan bakar untuk kebutuhan generator yang berupa IDO (Industrial Diesel Oil) dapat diperoleh dari Pertamina. · Pengolahan Limbah Limbah yang dihasilkan oleh pabrik berupa limbah cair yang diolah terlebih dahulu di unit pengolahan limbah cair kemudian dibuang. Peta Lokasi PT SMI LOKASI Gambar 1.2 Lokasi Rencana Pendirian Pabrik 1.4. Tinjauan Pustaka 1.4.1. Pemilihan Proses Macam–macam Proses Pembuatan Stirena 1. Dehidrogenasi Katalitik Dehidrogenasi katalitik adalah reaksi langsung dari etilbenzena menjadi stirena, cara tersebut adalah proses pembuatan stirena yang banyak dikembangkan dalam produksi komersial. Reaksi terjadi pada fase uap dimana gas umpan melewati katalis Fe2O3 padat. Reaksi bersifat endotermis dan merupakan reaksi kesetimbangan (Mc. Ketta, 1980). Reaksi yang terjadi : C6H5CH2CH3 ↔ C6H5CH = CH2 + H2 Diperoleh yield yang rendah jika reaksi ini berlangsung tanpa menggunakan katalis. Temperatur reaktor 537–6650C pada tekanan 0,27-1,3 atm (US Patent 6.096.937). Konversi etilbenzena mencapai 97% (Wenner Dybdal, 1948) dengan selektivitas pembentukan stirena 93-97% (Mc. Ketta, 1980). 2. Oksidasi Etilbenzena Menurut Kirk Othmer (1994), proses ini ada dua macam yaitu dari Union Carbide dan Halogen Internasional. Proses dari Union Carbide mempunyai dua produk yaitu stirena dan acetophenon. Menggunakan katalis acetate diikuti dengan reaksi reduksi menggunakan katalis chrome-besi-tembaga kemudian dilanjutkan dengan reaksi hidrasi alkohol menjadi stirena dengan katalis titania pada suhu 250 - 280oC. Reaksi yang terjadi berturut – turut adalah sebagai berikut : C6H5CH2CH3 + O2 → C6H5COCH3 + H2O C6H5COCH3 + CH2CHCH3 → H2COCHCH3 + C6H5CH(OH)CH3 C6H5CH(OH)CH3 → C6H5CH = CH2 + H2O Kekurangan proses ini adalah terjadinya korosi pada tahap oksidasi. Proses Halogen Internasional menghasilkan stirena dan propilenaoxide. Yaitu proses mengoksidasi etilbenzena menjadi etilbenzena hidroperoxide kemudian direaksikan dengan propilena membentuk propilenaoxide dan α-phenil-etilalkohol kemudian didehidrasi menjadi stirena. Perbandingan kedua proses disajikan pada tabel 1.3. Dari uraian proses pembuatan stirena tersebut, maka pabrik stirena dirancang dengan proses dehidrogenasi katalitik dengan menggunakan katalis Fe2O3 dengan alasan sebagai berikut : 1. Proses dehidrogenasi adalah proses yang paling sederhana. 2. Proses dehidrogenasi katalitik yang paling banyak dipakai secara komersial. 3. Hasil samping berupa toluena dan benzena bisa dijual sehingga dapat menambah keuntungan. 4. Tekanan yang digunakan rendah, sehingga lebih aman. 5. Selektivitas tinggi, sehingga pembentukan produk utama akan semakin besar. 6. Kebutuhan bahan pembantu sedikit. Tabel 1.3 Perbandingan Proses Dehidrogenasi dan Oksidasi Etilbenzena Parameter Proses Dehidrogenasi Proses Oksidasi Katalitik Etilbenzena Etilbenzena Suhu reaksi 537 – 6650C 250 – 2800C Tekanan 0,27 – 1,3 atm 8,16 – 15 atm Hasil konversi 97 % 25 – 30 % Selektivitas 93 – 97 % 70 % Katalis yang digunakan Fe2O3 Acetat, krom, besi, tembaga, dan titania Kebutuhan bahan pembantu Katalis Propilena, oksigen, hidrogen, dan bermacam-macam katalis Keuntungan Tekanan rendah Suhu reaksi rendah Konversi lebih tinggi Selektivitas tinggi Kebutuhan bahan pembantu sedikit Kekurangan Suhu reaksi tinggi Tekanan tinggi Konversi lebih rendah Selektivitas rendah Kebutuhan bahan pembantu lebih banyak 1.4.2. Tinjauan Proses Dehidrogenasi Secara Umum Dehidrogenasi adalah salah satu reaksi yang penting dalam industri kimia meskipun penggunaannya relatif sedikit bila dibandingkan dengan proses hidrogenasi. Reaksi dehidrogenasi adalah reaksi yang menghasilkan komponen yang berkurang kejenuhannya dengan cara mengeliminasi atom hidrogen dari suatu senyawa menghasilkan suatu senyawa yang lebih reaktif. Pada prinsipnya semua senyawa yang mengandung atom hidrogen dapat dihidrogenasi, tetapi umumnya yang dibicarakan adalah senyawa yang mengandung carbon seperti hidrokarbon dan alkohol. Proses dehidrogenasi kebanyakan berlangsung secara endotermis yaitu membutuhkan panas. Dehidrogenasi adalah reaksi yang bersifat endotermis yaitu membutuhkan panas untuk terjadinya reaksi dan suhu yang tinggi diperlukan untuk mencapai konversi yang tinggi pula. Reaksi dehidrogenasi yang sering digunakan dalam skala besar adalah dehidrogenasi etilbenzena menjadi stirena. Reaksi pembentukan stirena dari etilbenzena : C6H5CH2CH3 C6H5 CH= CH2 + H2 Pada umumnya reaksi dehidrogenasi terhadap senyawa hidrokarbon membutuhkan temperatur tinggi agar tercapai kesetimbangan dan kecepatan reaksi yang lebih sehingga proses ini dapat berlangsung dengan baik pada fase gas. Reaksi dehidrogenasi dalam fase gas hanya sesuai dilakukan pada senyawa hidrokarbon tertentu. Senyawa tersebut harus mempunyai stabilitas termal yang cukup untuk menghindari terjadinya dekomposisi yang tidak diinginkan. Reaksi dehidrogenasi merupakan reaksi endotermis. Panas untuk reaksi ditambahkan melalui pipa-pipa dan pemanasan umpan. Proses dehidrogenasi ini membutuhkan supplay panas untuk menjaga suhu reaksi. Pemilihan katalis didasarkan atas kondisi reaksi yang bersifat highly endothermic. Katalis yang digunakan adalah Fe2O3 yang cocok digunakan pada reaksi suhu tinggi (550– 670oC). Katalis menurun keaktifannya seiring dengan berkurangnya umur hidup katalis sehingga secara periodik perlu dilakukan regenerasi katalis (Ullmans, 1989). 1.4.3. Sifat Fisis dan Kimia Senyawa yang Terlibat 1. Bahan Baku : A. Etilbenzena Sifat Fisis (Ullman’s,2002) : § Wujud : Cair § Berat Molekul : 106,168 gram / mol § Densitas pada 25 °C : 0,86262 gram / mL § Titik beku : - 94,949 °C § Titik didih pada 1 atm : 136,2 °C § Kelarutan dalam air : 0,001 % berat § Kapasitas panas : untuk gas ideal = 1169 J/kg °K untuk cairan = 1752 J/kg °K § Tekanan kritis : 36,09 bar § Suhu kritis : 344,02 °C § Faktor aksentrik : 0,3026 § Kompresibilitas kritis : 0,263 § Flash point : 15 °C § Refraktif indeks pada 25 °C § Surface tension : 28,48 mN/m § Viskositas pada 25 oC : 0,6317 cp 1,4932 Sifat Kimia (Ullman’s,2002) : 1. Reaksi Dehidrogenasi Proses ini dilakukan pada fase gas dengan katalis Fe2O3 dan membutuhkan panas. Reaksi yang terjadi : C6H5CH2CH3 → C6H5 = CH2 + H2 ∆H (650 °C) = 117,44 kJ/mol Etilbenzena Stirena Hidrogen 2. Reaksi Oksidasi Reaksi oksidasi menghasilkan etilbenzena hidroperokside . Reaksi yang terjadi : C6H5CH2CH3 + O2 → C6H5CH(OOH)CH3 Reaksi fase cair dengan udara digelembungkan melalui cairan terhadap katalis. Hidroperoksida merupakan senyawa yang tidak stabil, maka kemungkinan kenaikan temperatur harus dihindari karena akan terjadi dekomposisi. Polietilbenzena merupakan produk samping dari pembuatan etilbenzena. 3. Reaksi Hidrogenasi Dapat terjadi dengan bantuan katalis Ni, Pt, atau Pd menghasilkan etilsiklohexana. Reaksi yang terjadi : C6H5CH2CH3 + 3H2 → C6H11C2H5 Etilbenzena Etilsiklohexana 4. Reaksi Halogenasi Dapat terjadi dengan adanya bantuan panas atau cahaya. Reaksi yang terjadi : 2C6H5CH2CH3 + Cl2 → C6H5CH-ClCH3 Etilbenzena 1-chloro-2phenilethana + C6H5CH2Cl 2-chloro phenilethana 2. Produk : Stirena Sifat Fisis (Ullman’s,2002) : § Wujud : Cair § Berat molekul : 104,152 gram / mol § Densitas pada 25oC : 0,8998 gram / mL § Volume kritis : 3,37 mL/gram § Tekanan kritis : 38,4 bar § Titik didih pada 1 atm : 145 °C § Suhu kritis : 362,1 °C § Flash point : 31,1 °C § Kelarutan dalam air : 0,032 % berat § Panas pembakaran 25°C : -4,263 MJ/mol § Panas pembentukan gas (250C) : 147,4 kJ/mol § Panas penguapan 25°C : 421 J/g § Faktor aksentrik : 0,257 § Viskositas pada 25 oC : 0,6719 cp Sifat Kimia (Ullman’s,2002) : 1. Polimerisasi stirena menjadi polivinilbenzena Reaksi yang terjadi : nC6H5CH = CH2 + O3 → (CHCH2 )n -C6H5 2. Stirena ditambah ozon menjadi benzaldehida Reaksi yang terjadi : C6H5CH = CH2 + O2 → C6H5CHO 3. Alkilasi stirena dengan methanol menjadi metilether Reaksi yang terjadi : C6H5CH = CH2 + CH3OH → C6H5-CH(OCH3)CH3 3. Produk Samping A. Benzena Sifat Fisik (Kirk Othmer, 1983) : § Wujud pada 25oC : cair § Berat molekul : 78,114 gram / mol § Berat jenis : 0,8729 gram/cm3 § Titik didih pada tekanan 1 atm : 80,10 oC § Tekanan uap pada 25oC : 873,700 kPa § Viskositas pada 25oC : 0,6071 cp § Tegangan permukaan pada 25oC : 28,180 dyne/cm § Temperatur kritis : 289,0 oC § Tekanan kritis : 48,6 atm § Flash point : -11,1oC § Panas pembentukan : 48,66 kJ/gmol § Panas peleburan : 9,874 kJ/kmol § Panas penguapan pada 80oC : 33,847 kJ/kmol § Panas pembakaran pada 25oC : -3267,6 kJ/gmol § Kelarutan dalam air pada 25oC : 0,180 gram/100 gram air Sifat Kimia (Ullman’s,2002): § Benzena adalah sumber senyawa organik yang banyak digunakan sebagai senyawa antara § Pembentukan benzena terjadi pada temperatur diatas 5000C § Alkilasi katalitik benzena dengan etilen menghasilkan etilbenzena § Alkilasi katalitik pada fase gas benzena dan propena menghasilkan cumene B. Toluena Sifat Fisik (Ullman’s,2002): § Wujud pada 25oC : cair § Berat molekul : 92,141 gram / mol § Titik didih pada tekanan 1 atm : 110,625 oC § Temperatur kritis : 320,8 oC § Tekanan kritis : 40,23 atm § Densitas 25°C : 0,8631 g/cm3 § Viskositas 25°C : 0,5465 cp § Flash point : 4,0oC § Panas penguapan pada 1100C : 32,786 kJ/mol § Kelarutan dalam air pada 250C : 0,050 gram/100 gram air Sifat Kimia (Ullman’s,2002): § Senyawa aromatik § Pengoksidasi group metil menghasilkan benzaldehida dan asam benzoat § Dapat mengalami dekarboksilasi menjadi phenol atau mengalami hidrogenasi menjadi asam sikloheksankarboksilik § Alkilasi dari toluena dengan propilen menghasilkan methylcumene isomer 1.4.4. Kegunaan Produk Menurut anonim, 2009, stirena dalam industri dapat digunakan antara lain dalam bentuk : · Polystyrene. Digunakan dalam industri pengemasan, alat-alat rumah tangga, elektronik. · Acrylonitrile Butadiena Styrene. Digunakan dalam industri pipa dan kelistrikan/elektronik. · Styrene Acrylonitrile. Digunakan dalam barang-barang rumah tangga, pengemas kosmetik. · Styrene Butadiena Rubber. Digunakan dalam industri perekat, ikat pinggang, sepatu dan ban. · Styrene Butadiena Latex. Digunakan dalam industri karpet, matras busa dan perekat. · Unsaturated Polyester Resins. Digunakan dalam industri resin plastic thermosetting. BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku A. Etilbenzena (PT. Styrindo Mono Indonesia, 2009) Wujud = Cair Kenampakan = Tidak berwarna Bau = Khas aromatis Komposisi : Etilbenzena = Minimal 99,85 % berat Benzena = Maksimal 0,15 % berat Berat jenis pada 25 oC = 0,867 g/mL Viskositas pada 25 oC = 0,6268 cp 2.1.2. Spesifikasi Bahan Pembantu A. Spesifikasi Katalis (Chemsource Enterprice,Pte, Ltd, 2009) Jenis katalis = Fe2O3 Wujud = Butiran padat Kenampakan = Kuning Bentuk = Granular Diameter = 4,7 mm Bulk density = 977 kg/m3 Porositas = 0,35 2.1.3 Spesifikasi Produk Produk Utama A. Stirena (Cevron Philips Chemical Company, 2004) Wujud = Cair Kenampakan = Tidak berwarna Bau = Khas aromatis Stirena = Minimal 99,7 % berat Etilbenzena = Maksimal 0,3 % berat = 4-tert-butylcatechol 10 – 20 ppm Komposisi : Inhibitor Produk Samping A. Benzena (Chevron Philips Chemical Company,2004) Wujud = Cair Kenampakan = Tidak berwarna Bau = Khas aromatis Benzena = Minimal 99,95 % berat Toluena = Maksimal 0,05 % berat Komposisi : B. Toluena (CITGO Petroleum Corporation,2009) Wujud = Cair Kenampakan = Tidak berwarna Bau = Khas aromatik Toluena = Minimal 99,92 % berat Benzena = Maksimal 0,03 % berat Etilbenzena = Maksimal 0,05 % berat Komposisi : 2.2. Konsep Proses 2.2.1 Dasar, Fasa dan Sifat Reaksi Proses pembuatan stirena dari etilbenzena berdasarkan pada reaksi dehidrogenasi pada molekul etilbenzena dengan melepaskan dua atom hidrogen dari cabang etil. Reaksi berlangsung dalam fasa gas, bersifat reversibel endotermis. Panas yang dibutuhkan digunakan untuk memutus ikatan C-H. Untuk memenuhi kebutuhan panas agar temperatur reaksi dapat tercapai digunakan molten salt yang akan masuk ke reaktor fixed bed multitube. Reaksi utama yang terjadi : C6H5C2H5 (g) ↔ C6H5C2H3 (g) + H2 (g) ΔH = 117440 kj/kmol Di samping itu juga terjadi reaksi samping menurut Wenner Dybdal (1948), menghasilkan benzena, toluena, metana dan etena. Reaksi : C6H5C2H5 (g) → C6H6 (g) + C2H4 (g) C6H5C2H5 (g) + H2 (g) → C6H5CH3 (g) + CH4 (g) 2.2.1 Mekanisme Reaksi Adsorbsi reaktan ke permukaan katalis Reaksi pada permukaan katalis Desorbsi hasil reaksi 2.2.3 Kondisi Operasi Reaksi berlangsung di dalam reaktor fixed bed multitube yang dioperasikan pada suhu sekitar 537 – 665 oC dan tekanan 0,27 - 1,3 atm. Pembentukan toluena sebesar 2 % dan benzena 1 % (% mol) dari produk stirena yang dihasilkan. Selektivitas stirena adalah 93-97 % (Kirk Othmer, 1980). Dalam hal ini suhu dan tekanan yang digunakan adalah 650oC dan 1,2atm. Pemilihan suhu dan tekanan tersebut dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Reaksi dehidrogenasi ini merupakan reaksi katalitik maka kondisi operasi harus berada pada suhu dan tekanan dimana katalis dalam keadaan aktif dan memberikan selektivitas yang tinggi. Rentang batas aktivitas katalis Fe2O3 pada suhu 550-670 oC dimana pada kondisi suhu tersebut sedikit diatas tekanan atmosferik memberikan konversi keseluruhan etilbenzena 90 % dengan selektivitas stirena sebesar 97 %. Oleh karena itu pemilihan suhu mempertimbangkan agar kecepatan reaksi tinggi dan katalis dalam keadaan aktif. 2. Reaksi dehidrogenasi merupakan reaksi endotermis dimana akan terjadi penurunan suhu pada saat reaksi berlangsung sehingga suhu perlu dipertahankan 650 o C untuk menghasilkan konversi dan selektivitas yang tinggi dengan cara menambahkan molten salt sebagai pemanas reaktor. Fungsi katalis Katalis yang digunakan adalah Fe2O3. Katalis ini berperan untuk memperoleh konversi dan yield stirena yang lebih tinggi dan memperkecil kemungkinan terjadinya reaksi samping. 2.2.4 Tinjauan Kinetika Menurut Wenner, Dybdal (1948), reaksi dehidrogenasi etilbenzena dapat ditinjau secara kinetika dari harga konstanta kecepatan reaksi (k) untuk reaksi dehidrogenasi etilbenzena menurut persamaan : C6H5C2H5 (g) ↔ C6H5C2H5 (g) → C6H6 (g) + C2H4 (g) C6H5C2H3 (g) + H2 (g) C6H5C2H5 (g) + H2 (g) → C6H5CH3 (g) + CH4 (g) Dan persamaan kecepatan reaksinya adalah : r1= k1 (PE - PSPH2/K) r2= k2 PE r3= k3 PE PH2 Dengan harga k masing-masing reaksi : logk1 = (-31.370/5,575ToK) + 0,883 logk2 = (-50.800/5,575ToK) + 9,130 logk2 = (-21.800/5,575ToK) + 2,780 Konstanta kesetimbangan reaksi : ln K = 20,7358 – 12.617,7/ToK Dimana : -rA = kecepatan reaksi dehidrogenasi ; lbmol/(hr)(lbcat) k = konstanta kecepatan reaksi ; lbmol/(hr)(atm)(lbcat) K = konstanta kesetimbangan ; atm T = temperatur reaksi ; oK PEB = Tekanan parsial etilbenzena ; atm PS = Tekanan parsial stirena ; atm PH2 = 2.2.5 Tekanan parsial hidrogen ; atm Tinjauan Termodinamika Menurut Smith Van Ness (1975), tinjauan segi termodinamika adalah untuk mengetahui apakah reaksi tersebut melepaskan panas (eksotermis) atau memerlukan panas (endotermis), dan juga apakah reaksi berjalan searah atau bolak-balik. Reaksi dehidrogenasi etilbenzena : C6H5C2H5 (g) ↔ C6H5C2H3 (g) + H2 (g) Etilbenzena Stirena ΔHo298 = 117440 kj/kmol Hydrogen Reaksi dehidrogenasi merupakan reaksi endotermis. Hal ini dapat dilihat dari harga ΔH reaksinya yang positif. Data-data ∆Hfo pada T = 298oK : ∆Hfo H2 =0 ∆Hfo etilbenzena = 29.920 kJ/kmol ∆Hfo stirena = 147.360 kJ/kmol ∆HRo reaksi = ∆Hfo produk - ∆Hfo reaktan = (∆Hfostirena+ ∆HfoH2)-(∆Hfo etilbenzena) = (147.360 + 0 – 29.920) kJ/kmol = 117.440 kJ/kmol Konstanta kesetimbangan reaksi tersebut dapat dihitung menggunakan persamaan : ln K = 20,7358 – 12.617,7/ToK Dengan : K T : konstanta kesetimbangan, atm : temperatur reaksi, K Reaksi berlangsung secara non isotermal non adiabatis. Reaktan masuk reaktor pada suhu 650 oC dan keluar reaktor pada suhu 632 oC. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan hal ini ditunjukkan dari nilai konstanta kesetimbangan berikut : Pada T = 25 oC = 298,15 K ln K= - 1,3501 K = 0,2592 Pada T = 650 oC = 923,15 K ln K= 7,0677 K = 1173,4543 Karena nilai K pada keadaan standar lebih kecil daripada nilai K pada suhu operasi yang diinginkan maka reaksi dapat dianggap berjalan kearah kanan atau ke arah pembentukan stirena. 2. 3 Diagram Alir Proses 2.3.1 Diagram Alir Kualitatif Diagram Alir Kualitatif disajikan pada gambar 2.1 2.3.2 Diagram Alir Kuantitatif Diagram Alir Kuantitatif disajikan pada gambar 2.2 2.3.3 Diagram Alir Proses Diagram Alir Proses disajikan pada gambar 2.3 2.3.4 Langkah proses Proses pembuatan stirena dari etilbenzena dengan proses dehidrogenasi katalitik terdiri dari 4 langkah proses, yaitu : 1. 1. Penyiapan bahan baku 2. Pembentukan produk 3. Pemurnian produk 4. Penyimpanan produk Tahap Penyiapan Bahan Baku Persiapan bahan baku selalu dipertimbangkan dalam suatu pabrik, karena kondisi operasi yang diinginkan tidak begitu saja tercapai sehingga bahan baku perlu dikondisikan sedemikian rupa sehingga reaksi bisa berjalan dengan baik. Tahap penyiapan bahan baku bertujuan untuk mengubah fase etilbenzena dari cair menjadi gas dan menyesuaikan suhu dan tekanan etilbenzena agar sesuai dengan suhu dan tekanan reaksi. Bahan baku etilbenzena cair disimpan di dalam tangki penyimpan (T-01) pada suhu 30 oC dan tekanan 1 atm. Etilbenzena dari tangki penyimpan dialirkan dengan pompa (P-01) ke vaporizer (VP-01) yang beroperasi pada tekanan 1,2 atm untuk menguapkannya sampai suhu 143 o C. Pemanas yang digunakan untuk menguapkan adalah produk keluaran reaktor pada suhu 430 oC dan tekanan 1,1 atm. Gas umpan keluar vaporizer dialirkan ke dalam heat exchanger (HE-01) untuk dipanaskan kembali dengan memanfaatkan panas produk keluaran reaktor sampai suhu 210 o C. Gas umpan keluar heat exchanger (HE-01) dialirkan ke dalam furnace (F-01) untuk dipanaskan sampai suhu 650 oC. 2. Tahap Pembentukan Produk Tahap pembentukan produk bertujuan untuk mereaksikan umpan etilbenzena pada reaktor fixed bed multitube pada suhu 650 oC dan tekanan 1,2 atm. Reaktor bekerja secara non isotermal non adiabatis. Gas keluar reaktor pada suhu 629 oC dan tekanan 1,1 atm. Reaktan melewati pipa-pipa yang berisi katalis Fe2O3. Katalis ini ditempatkan pada tube-tube yang disusun paralel. Reaksi yang terjadi dalam reaktor ini merupakan reaksi sangat endotermis sehingga untuk menjaga suhu reaksi diperlukan pemanas. Pemanas dialirkan pada shell reaktor. Pemanas yang digunakan adalah molten salt. Pemanas masuk pada suhu 700 oC dan keluar pada suhu 657 oC. 3. Tahap pemurnian Tahap ini bertujuan untuk memisahkan stirena dari campuran gas produk secara kondensasi dan distilasi. Campuran gas produk keluar reaktor diturunkan suhunya sampai 532 oC dengan memanfaatkan panasnya untuk memanaskan umpan MD-01 pada HE-02. Campuran gas produk yang keluar dari HE-02 dimanfaatkan panasnya kembali untuk memanaskan umpan furnace pada HE-01 sehingga suhunya turun menjadi 384 oC. Produk reaktor yang keluar dari HE02 dimanfaatkan panasnya kembali untuk memanaskan umpan reaktor pada vaporizer VP-01 sehingga suhunya turun menjadi 149 oC. Produk reaktor dari VP-01 dikondensasikan dalam kondensor parsial (CP-01) pada suhu 40 oC. Campuran gas yang tidak terkondensasi dan cairan hasil kondensasi dialirkan ke separator (S-01) untuk dipisahkan. Campuran gas yang tidak terkondensasi sebagian besar adalah gas hidrogen, metana, etena, karbon dioksida dan etilbenzena, benzena, toluena, stirena dalam jumlah kecil. Gas tersebut akan digunakan sebagai bahan bakar pada furnace dan boiler. Cairan produk reaktor akan keluar dari bagian bawah separator menuju menara distilasi (MD-01). Menara distilasi (MD-01) bekerja pada tekanan dibawah atmosferik untuk menghindari terjadinya polimerisasi. Selain itu diperlukan penambahan distillation inhibitor 4-tert butyl cathecol untuk menghambat polimerisasi. Menara distilasi (MD-01) divakumkan dengan menggunakan pompa vakum (P-04). Hasil bawah menara distilasi (MD-01) yaitu produk stirena dengan kemurnian 99,7% berat keluar pada suhu 110 oC. Produk stirena dialirkan dengan pompa (P-05) menuju cooler (CL-03) untuk diturunkan suhunya sampai 45 oC kemudian dimasukkan ke tangki penyimpan stirena (T-02) sebelumnya ditambahkan 4-tert butyl cathecol (TBC sebanyak 10 ppm) untuk menghindari polimerisasi sebelum disimpan dalam tangki penyimpan stirena dalam bentuk cair dan siap dipasarkan. Hasil atas menara distilasi (MD-01) yaitu campuran benzena, toluena, etilbenzena dan sedikit stirena diembunkan pada kondensor (CD-01) selanjutnya ditampung dalam akumulator (ACC-01). Sebagian embunan akan dikembalikan ke menara distilasi sebagai refluk dengan pompa (P-03) dan sebagian lagi diambil sebagai produk. Produk keluaran dari pompa vakum (P-04) bersuhu diatas 90 oC sehingga akan terjadi polimerisasi stirena dan polimer yang terbentuk harus dipisahkan terlebih dahulu dengan menggunakan centrifuge (CF-01). Slurry yang mengandung polimer selanjutnya menuju ke unit pengolahan limbah sedangkan komponen cairan yang sudah dipisahkan dari polimer masuk ke dalam menara distilasi (MD-02). Hasil bawah menara distilasi (MD-02) yaitu campuran toluena, etilbenzena dan stirena dialirkan dengan pompa (P-06) sebagai recycle umpan reaktor. Hasil atas menara distilasi (MD02) yaitu campuran benzena, toluena dan ethylbenze diembunkan pada kondensor (CD-02) selanjutnya ditampung dalam akumulator (ACC-02). Sebagian embunan akan dikembalikan ke menara distilasi sebagai refluk dengan pompa (P-05) dan sebagian lagi diambil sebagai produk. Selanjutnya produk atas dipisahkan lebih lanjut ke dalam menara distilasi (MD-03). Hasil atas menara distilasi (MD-03) yaitu benzena dengan kemurnian 99,95% berat keluar pada suhu 98 oC dan diembunkan pada kondensor (CD-03) selanjutnya ditampung dalam akumulator (ACC-03). Sebagian embunan akan dikembalikan ke menara distilasi sebagai refluk dan sebagian lagi diambil sebagai produk. Hasil bawah menara distilasi (MD-03) yaitu toluena dengan kemurnian 99,2 % berat keluar pada suhu 83 oC. Produk benzena dan toluena dialirkan dengan pompa (P-07) dan (P-8) menuju cooler (CL-04) dan (CL-05) untuk diturunkan suhunya sampai 45 oC kemudian dimasukkan ke tangki penyimpan benzena (T-03) dan tangki penyimpan toluena (T-04). DAP 2.4 Neraca Massa dan Neraca Panas 2.4.1 Neraca Massa Neraca massa sistem tabel : Produk : stirena Kapasitas : 60.000 ton/tahun Basis perhitungan: 1 jam operasi 1. Pipa pencampuran Tabel 2.1 Neraca Massa Pipa Pencampuran Komponen Masuk Keluar (kg/jam) (kg/jam) Arus 1 Arus 15 Arus 2 C8H10 8007,582 809,402 8816,984 C8H8 0 0 0 C6H6 12,029 0 12,029 C7H8 0 71,884 71,884 8019,611 881,286 8900,897 Total 8900,897 2. 8900,897 Reaktor Tabel 2.2 Neraca Massa Reaktor Masuk Keluar (kg/jam) (kg/jam) Arus 2 Arus 7 C8H10 8816,984 881,698 C8H8 0,000 7557,868 C6H6 12,029 68,713 C7H8 71,884 205,609 H2 0 143,367 CH4 0 23,283 C2H4 0 20,358 Total 8900,897 8900,897 Komponen 3. Separator (S-02) Tabel 2.3 Neraca Massa Separator (S-02) Komponen Masuk Keluar (kg/jam) (kg/jam) Arus 7 Uap (arus 8) Cair (arus 9) C8H10 881,698 6,905 874,793 C8H8 7557,868 1,059 7556,809 C6H6 68,713 1,417 67,296 C7H8 205,609 2,467 203,143 H2 143,367 143,367 0 CH4 23,283 23,283 0 C2H4 20,358 20,358 0 8900,897 198,856 8702,040 Total 8900,897 4. 8900,897 Menara distilasi I Tabel 2.4 Neraca Massa Menara Distilasi I Komponen Masuk Keluar (kg/jam) (kg/jam) Arus 9 Arus 10 Arus 11 (Atas) (Bawah) C6H6 874,793 67,296 0 C7H8 7556,809 203,143 0 C8H10 67,296 852,066 22,727 C8H8 203,143 3,778 7553,030 8702,040 1126,283 7575,758 Total 8702,040 5. 8702,040 Centrifuge Tabel 2.5 Neraca Massa Centrifuge Komponen Masuk Keluar (kg/jam) (kg/jam) Arus 10 Arus 12 (cairan) Arus 13 (padatan) C6H6 67,296 63,931 3,365 C7H8 203,143 192,985 10,157 C8H10 852,066 42,603 C8H8 3,778 809,462 0 3,778 Total 1126,283 1066,379 1126,283 6. 59,904 1126,283 Menara distilasi II Tabel 2.6 Neraca Massa Menara Distilasi II Komponen Masuk Keluar (kg/jam) (kg/jam) Arus 12 Atas (arus 14) Bawah (arus 15) C6H6 63,931 63,931 0 C7H8 192,985 121,102 71,884 C8H10 809,462 0,061 809,402 C8H8 0 0 0 1066,379 185,094 881,286 Total 1066,379 7. 1066,379 Menara distilasi III Tabel 2.7 Neraca Massa Menara Distilasi III Masuk Keluar Komponen (kg/jam) Arus 14 (kg/jam) Atas (arus 16) Bawah (arus 17) C6H6 63,931 63,895 0,036 C7H8 121,102 0,032 121,070 C8H10 0,061 0 0,061 C8H8 0 0 0 185,094 63,927 121,167 Total 185,094 185,094 8. Neraca massa total Tabel 2.8 Neraca Massa Total Komponen Masuk Keluar (kg/jam) (kg/jam) Arus 1 Arus 8 Arus 11 Arus 13 Arus 16 Arus 17 C6H6 8007,582 6,905 0 3,365 63,895 0,036 C7H8 0 1,059 0 10,157 0,032 121,070 C8H10 12,029 1,417 22,727 42,603 0 0,061 C8H8 2,467 H2O 0 0 143,367 7553,030 0 3,778 0 0 0 0 0 H2 0 23,283 0 0 0 0 CO2 0 20,358 0 0 0 0 8019,611 198,856 7575,758 59,904 63,927 121,167 Total 8019,611 8019,611 2.4.2 Neraca Panas Neraca panas sistem tabel : Kapasitas : 60.000 ton/tahun Suhu referensi : 298,15 K Basis perhitungan: 1 jam operasi 1. Reaktor Tabel 2.9 Neraca Panas Reaktor Komponen C8H10 Input (kJ/jam) Output (kJ/jam) 11995089,2019 1199508,9202 C8H8 0 9612991,0433 C6H6 14977,7705 85554,7181 C7H8 85491,3076 259205,1758 H2 0 1305801,3519 CH4 0 47862,6217 C2H4 0 31641,6910 panas reaksi 0 8519931,0255 2. pemanas 8966938,2676 0 Total 21062496,5476 21062496,5476 Vaporizer Tabel 2.10 Neraca Panas di Vaporizer Komponen Input (kJ/jam) Q umpan masuk Output (kJ/jam) 248912,8297 0 Q pemanasan 0 1681777,6057 Q penguapan 0 4033501,8767 Q pemanas masuk 7220340,4375 0 Q pemanas keluar 0 1753973,7848 7469253,2672 7469253,2672 Total 3. HE-01 Tabel 2.11 Neraca Panas HE-01 Komponen Input (kJ/jam) Output (kJ/jam) C6H6 1845,4132 3158,4964 C7H8 10643,2654 18140,8789 C8H10 1507383,6985 2563001,4431 Q Pemanasan 1064428,4412 - Total 2584300,8183 2584300,8183 4. HE-02 Tabel 2.12 Neraca Panas HE-02 Komponen Input (kJ/jam) Output (kJ/jam) C6H6 2388,9445 9775,3109 C7H8 6043,4250 24697,1238 C8H10 17198,0252 70759,9441 C8H8 172672,3832 Q Pemanasan 9799692,7831 708017,8571 - Total 9997995,5611 9997995,5611 5. Kondenser parsial Tabel 2.13 Neraca Panas Kondenser Parsial Komponen Input (kJ/jam) Output (kJ/jam) Q umpan masuk 1991044,2245 - Q pendinginan 1358724,1723 - Q kondensasi 4829285,3740 - Q pendinginan - 8179053,7709 8179053,7709 8179053,7709 Total 6. Furnace Tabel 2.14 Neraca Panas Furnace Komponen 7. Input (kJ/jam) Output (kJ/jam) C6H6 3158,4964 14977,7705 C7H8 18140,8789 85491,3076 C8H10 2563001,4431 11995089,2019 Molten salt 129828723,0370 138496189,6184 Beban furnace 18178724,0430 Total 150591747,8983 150591747,8983 Menara distilasi I Tabel 2.15 Neraca Panas Menara Distilasi I Komponen Input (kJ/jam) Output (kJ/jam) Umpan cair masuk 986754,3148 - Q reboiler 2755936,6989 - Panas distilat - 49173,1939 Panas cairan bottom - 922824,6897 Q condenser - 2770693,1302 Total 3742691,0137 3742691,0137 8. Menara distilasi II Tabel 2.16 Neraca Panas Menara Distilasi II 9. Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam) Umpan cair masuk 171351,4789 - Panas reboiler 220816,8711 - Panas distilat - 17760,1803 Panas cairan bottom - 191740,1993 Panas condenser - 182667,9704 Total 392168,3499 392168,3499 Menara Distilasi III Tabel 2.17 Neraca Panas Menara distilasi III Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam) Umpan cair masuk 26210,7245 - Panas reboiler 83880,2239 - Panas distilat - 7445,0487 Panas cairan bottom - 20514,8399 Panas condenser - 82131,0598 Total 110090,9484 110090,9484 2.5 Tata Letak Pabrik dan Peralatan 2.5.1 Tata Letak Pabrik Tata letak pabrik merupakan suatu pengaturan yang optimal dari seperangkat fasilitas- fasilitas dalam pabrik. Tata letak yang tepat sangat penting untuk mendapatkan efisiensi, keselamatan dan kelancaran kerja para pekerja serta keselamatan proses. Menurut Vilbrant, 1959 untuk mencapai kondisi yang optimal, maka hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan tata letak pabrik adalah : 1. Kemungkinan perluasan pabrik sebagai pengembangan pabrik di masa depan. 2. Faktor keamanan sangat diperlukan untuk bahaya kebakaran dan ledakan, maka perencanaan lay out selalu diusahakan jauh dari sumber api, bahan panas dan dari bahan yang mudah meledak, juga jauh dari asap atau gas beracun. 3. Sistem kontruksi yang direncanakan adalah out door untuk menekan biaya bangunan dan gedung, juga karena iklim Indonesia memungkinkan konstruksi secara out door. 4. Harga tanah amat tinggi sehingga diperlukan efisiensi dalam pemakaian dan pengaturan ruangan / lahan. Secara garis besar lay out dibagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu : a. Daerah administrasi / perkantoran, laboratorium dan ruang kontrol Daerah administrasi berfungsi sebagai pusat kegiatan administrasi pabrik dan mengatur kelancaran operasi. Laboratorium dan ruang kontrol sebagai pusat pengendalian proses, kualitas dan kuantitas bahan yang akan diproses serta produk yang dijua. b. Daerah proses Daerah tempat alat proses diletakkan dan proses berlangsung. c. Daerah penyimpanan bahan baku dan produk Daerah untuk tangki bahan baku dan produk. d. Daerah gudang, bengkel dan garasi Daerah untuk menampung bahan-bahan yang diperlukan oleh pabrik dan untuk keperluan perawatan peralatan proses. e. Daerah utilitas Daerah dimana kegiatan penyediaan bahan pendukung proses berlangsung dipusatkan. Tata letak pabrik disajikan pada gambar 2.4. 2.5.2 Tata Letak Peralatan Proses Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan lay out peralatan proses pada pabrik stirena menurut Vilbrant, 1959, antara lain : 1. Aliran bahan baku dan produk Pengaliran bahan baku dan produk yang tepat akan memberikan keuntungan ekonomi yang besar serta menunjang kelancaran dan keamanan produksi. 2. Aliran udara Aliran udara di dalam dan di sekitar area proses perlu diperhatikan kelancarannya. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya stagnasi udara pada suatu tempat sehingga mengakibatkan akumulasi bahan kimia yang dapat mengancam keselamatan pekerja. 3. Cahaya Penerangan seluruh pabrik harus memadai dan pada tempat-tempat proses yang berbahaya atau beresiko tinggi perlu adanya penerangan tambahan. 4. Lalu lintas manusia Dalam perancangan lay out pabrik perlu diperhatikan agar pekerja dapat mencapai seluruh alat proses dangan cepat dan mudah. Hal ini bertujuan apabila terjadi gangguan pada alat proses dapat segera diperbaiki. Keamanan pekerja selama menjalani tugasnya juga diprioritaskan. 5. Pertimbangan ekonomi Dalam menempatkan alat-alat proses diusahakan dapat menekan biaya operasi dan menjamin kelancaran dan keamanan produksi pabrik. 6. Jarak antar alat proses Untuk alat proses yang mempunyai suhu dan tekanan operasi tinggi sebaiknya dipisahkan dengan alat proses lainnya, sehingga apabila terjadi ledakan atau kebakaran pada alat tersebut maka kerusakan dapat diminimalkan. Tata letak alat-alat proses harus dirancang sedemikian rupa sehingga : - Kelancaran proses produksi dapat terjamin. - Dapat mengefektifkan luas lahan yang tersedia. - Karyawan mendapat kepuasan kerja agar dapat meningkatkan produktifitas kerja disamping keamanan yang terjadi. Tata letak peralatan proses disajikan pada gambar 2.5. 3 17 18 16 13 14 12 15 11 9 10 6 8 5 7 1 4 2 3 2 Skala 1:1000 Gambar 2.4 Tata Letak Pabrik Keterangan : 1. Tempat parkir 10. Laboratorium 2. Taman 11. Area pemadam kebakaran 3. Pos keamanan 12. Bengkel 4. Aula 13. Gudang 5. Masjid 14. Area proses 6. Kantin 15. Utilitas 7. Kantor 16. Pengolahan limbah 8. Poliklinik 17. Area perluasan 9. Control room 18. Tempat parkir R-01 DK-01 MD-01 MD-02 MD-03 T-03 F-01 S-02 T-04 T-01 T-02 Skala 1: 600 Gambar 2.5 Tata Letak Peralatan Proses Keterangan : T-01 : Tangki etilbenzena T-02 : Tangki stirena S-02 : Separator DK-01 : Dekanter T-03 : Tangki benzena MD-01 : Menara distilasi I T-04 : Tangki toluena MD-02 : Menara distilasi II F-01 : Furnace R-01 : Reaktor MD-03 : Menara distilasi III BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Reaktor Tabel 3.1 Spesifikasi Reaktor Kode R-01 Fungsi Tempat terjadinya reaksi dehidrogenasi etilbenzena menjadi stirena dan hidrogen Tipe Fixed Bed Multitube Jumlah 1 buah Kondisi operasi - Tekanan 1,2 atm - Suhu umpan 650 oC - Suhu produk 629 oC - Suhu pemanas masuk 700 oC - Suhu pemanas keluar 661 oC Spesifikasi tube - Jumlah 783 - Panjang 2,5 m - IDT 1,4 in - ODT 1,5 in - Susunan Triangular dengan pitch 1 7/8 in - Jumlah pass 1 - Material Carbon Steel SA 167 grade 3 Spesifikasi shell - IDs 60 - Tebal 7 - Baffle space 15 - Jumlah pass 1 in /16 in in - Material Carbon Steel SA 167 grade 3 Bentuk head Torisperical dished head Tebal head 5 Tinggi head 0,31 m Tinggi total reaktor 3,12 m Harga 2002 US $ 120000 Harga 2014 US$ 133868 /8 in 3.2. Tangki Tabel 3.2 Spesifikasi Tangki Kode T-01 T-02 T-03 T-04 Fungsi Menyimpan etilbenzena Menyimpan stirena Menyimpan benzena Menyimpan toluena selama 30 hari selama 30 hari selama 30 hari selama 30 hari Silinder vertikal dengan flat Silinder vertikal dengan flat Silinder vertikal dengan flat Silinder vertikal dengan flat bottom dan conical roof bottom dan conical roof bottom dan conical roof bottom dan conical roof Material Carbon Steel SA 283 grade C Carbon Steel SA 283 grade C Carbon Steel SA 283 grade C Carbon Steel SA 283 grade C Jumlah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 atm 1 atm 1 atm 1 atm Tipe Kondisi operasi - Tekanan o o o - Suhu 30 C 45 C 45 C 45 oC Kapasitas 42320 bbl 39843 bbl 353 bbl 657 bbl - Diameter 30,48 m 27,43 m 4,57 m 6,01 m - Tinggi total 10,97 m 12,8 m 5,49 m 5,48 m 1 13/16 in 1¾ Dimensi - Tebal silinder Course 1 Course 2 Course 3 11 1 /16 in 9 1 /16 in in 3 1 /8 in 5 3 1 ¼ in 5 3 5 /8 in /16 in /16 in 3 /8 in /8 in /16 in Course 4 1 3/8 in 1 3/16 in Course 5 1 1/4 in 1 1/16 in Course 6 1 1/8 in 1 3/16 in - Tebal head 5 1 Harga 2002 US $ 310000 Harga 2014 US $ 345828 /16 in 1 3 US $ 270000 US $ 28000 US $ 32000 US $ 301200 US $ 31235 US $ 35698 /8 in /8 in /16 in 3.3. Condenser Parsial Tabel 3.3 Spesifikasi Condenser Parsial Kode CP-01 Fungsi Mengembunkan sebagian produk reaktor Tipe Shell and tube Jumlah 1 buah Kondisi operasi - Hot Fluid 131 – 40 oC - Cold fluid 33 – 38 Spesifikasi tube Cold fluid (air laut) - Kapasitas 255081 kg/jam - Panjang 12 ft - Jumlah 232 - OD 1 in - BWG 16 - Pitch 1,25 in - passes 2 - Pressure drop 0,08 psi o C Spesifikasi shell Hot Fluid (produk reaktor) - Kapasitas 8895 kg/jam - IDs 23,25 in - Baffle space 11,44 in - passes 1 - Pressure drop 0,03 psi Dirt factor 0,0027 hr.ft2.oF / Btu Luas transfer panas 730 ft2 Harga 2002 US $ 63000 Harga 2014 US $ 70280 3.4. Separator Tabel 3.4 Spesifikasi Separator Kode S-01 S-02 Fungsi Memisahkan fase uap dan Memisahkan fase uap dan cair dari vaporizer cair dari condenser parsial Vertical drum Horizontal drum Tipe Jumlah 1 buah 1 buah Material Carbon Steel SA 283 grade C Carbon Steel SA 283 grade C Kondisi operasi - Tekanan 1,2 atm 1 atm - Suhu 143 oC 40 oC - Diameter 1,85 m 0,92 m - Panjang 8,52 m 3,53 m - Tebal 3 3 Harga 2002 US $ 25000 US $ 12000 Harga 2014 US $ 27887 US $ 13386 Dimensi 3.5. /16 in /16 in Vaporizer Tabel 3.5 Spesifikasi Vaporizer Kode VP-01 Fungsi Mengubah fase umpan reaktor menjadi gas Tipe Shell and tube Jumlah 1 buah Kondisi operasi - Hot Fluid - Cold fluid Spesifikasi tube 384 – 150oC 41 – 143oC Hot Fluid (produk reaktor) - Kapasitas 8895 kg/jam - Panjang 12 ft - Jumlah 110 - OD 1,5 in - BWG 16 - Pitch 1,875 in - passes 2 - Pressure drop 0,62 psi Spesifikasi shell Cold Fluid (umpan reaktor) - Kapasitas 8895 kg/jam - IDs 33 - Baffle space 16,5 in - passes 1 - Pressure drop 0,006 psi Dirt factor 0,0019 hr.ft2.oF / Btu Luas transfer panas 518 ft2 Harga 2002 US $ 6300 Harga 2014 US $ 7028 3.6. in Heat Exchanger Tabel 3.6 Spesifikasi Heat Exchanger Kode HE-01 HE-02 Fungsi Memanaskan umpan etilbenzena Memanaskan umpan MD 01 sebelum masuk furnace dengan dengan panas dari produk keluar panas dari produk keluar reaktor reaktor Tipe Double Pipe Double Pipe Jumlah 1 buah 1 buah Ukuran HE 4 x 3 in 4 x 3 in - Hot Fluid 532 – 384 oC 629 – 532 oC - Cold fluid 143 – 285 oC 40 – 85 oC Spesifikasi annulus Cold Fluid Cold Fluid (umpan etilbenzena) (umpan MD 01) - Kapasitas 8895 kg/jam 8696 kg/jam - Pressure drop 8,7.10-5 psi 3,2.10-6 psi Kondisi operasi - Material Carbon Steel SA 283 Carbon Steel SA 283 grade C grade C Spesifikasi inner pipe Hot Fluid (produk reaktor) Hot Fluid (produk reaktor) - Kapasitas 8895 kg/jam 8895 kg/jam - Pressure drop 0,0005 psi 0,0045 psi - Material Cast Steel Cast Steel 2o Dirt factor 0,0036 hr.ft . F / Btu 0,0035 hr.ft2.oF / Btu Luas transfer panas 175 ft2 33 ft2 Harga 2002 US $ 1700 US $ 1400 Harga 2014 US $ 1896 US $ 1561 3.7. Furnace Tabel 3.7 Spesifikasi Furnace Kode F-01 Fungsi Memanaskan campuran umpan reaktor sampai suhu 650 oC Memanaskan pemanas reaktor sampai suhu 700oC Tipe Vertical tube fired heater Material Wrought iron Beban Panas 16848022 kJ/jam Jumlah 1 buah Kondisi operasi - Tekanan 1 atm - Suhu gas masuk 474 o 675 o 226 o - Suhu gas keluar - Suhu GHP C C C Dimensi Seksi radiasi -Panjang 8,33 m -Lebar 3,65 m -Tinggi 4,57 m Seksi konveksi -Panjang 8,33 m -Lebar 3,65 m -Tinggi 6,09 m Harga 2002 US $ 24000 Harga 2014 US $ 26773 3.8. Menara Distilasi Tabel 3.8 Spesifikasi Menara Distilasi Kode MD-01 MD-02 Fungsi Memurnikan stirena Memisahkan etilbenzena sisa untuk recycle Tipe Jumlah Packed column dengan condenser Packed column dengan condenser total total dan reboiler parsial dan reboiler parsial 1 buah 1 buah 0,2 atm 1,1 atm o Kondisi operasi - Tekanan - Suhu umpan 85 C 108 oC - Suhu Bottom 89oC 137 oC - Suhu Top 76 oC 105 oC - Diameter 0,9 m 0,35 m - Tebal head 3 3 - Diameter 0,99 m 0,58 m - Tebal head 3 3 Material Carbon Steel SA 283 grade C Carbon Steel SA 283 grade C - Bahan packing plastik plastik - Jenis packing pall ring pall ring - Ukuran packing 2 in 1 in - Jumlah total plate 55 32 - Plate umpan masuk 17 2 - HETP 0,5 m 0,57 m Tinggi menara 27,42 m 13,53 m Harga 2002 US $ 34000 US $ 4100 Harga 2014 US $ 37929 US $ 4573 Dimensi atas menara /16 in /16 in Dimensi bawah menara /16 in /16 in Spesifikasi packing 3.9. Condenser Tabel 3.9 Spesifikasi Condenser Kode CD-01 CD-02 CD-03 Fungsi Mengkondensasikan hasil atas MD- Mengkondensasikan hasil atas MD- Mengkon 01 02 03 Tipe Shell and tube Double Pipe Double P Jumlah 1 buah 1 buah 1 buah Ukuran HE - 2 x 1¼ Panjang HE 12 ft 12 ft 12 ft - Hot Fluid 76 - 68 oC 104 - 98 oC 83,38 - Cold fluid 33 - 45 oC 33 - 45 oC 33 - 45 Spesifikasi Shell annulus annulus Hot Fluid (hasil atas MD-01) Hot Fluid (hasil atas MD-02) Hot Fluid - Kapasitas 1120 kg/jam 119 kg/jam 67 kg/ja - Material Carbon Steel SA 283 grade C Carbon Steel SA 283 grade C Carbon S - Pressure drop 1,9.10-9 psi 1,8.10-8 psi 4,7.10 Spesifikasi Tube Cold Fluid (air laut) Inner pipe Cold Fluid (air laut) Inner pip - Kapasitas 55529 kg/jam 3642 kg/jam 1638 kg/j - Material Titanium Titanium Titanium - Jumlah 66 tube 2 hairpin 1 hairpin - Pressure drop 0,24 psi 0,28 psi 0,23 psi Dirt factor 0,0027 hr.ft2.oF / Btu 0,0029 hr.ft2.oF / Btu 0,0026 h in 2 x 1¼ Kondisi operasi 2 2 Luas transfer panas 311 ft 21 ft 11 ft Harga 2002 US $ 20300 US $ 9100 US $ Harga 2014 US $ 22464 US $ 10151 US $ 3.10. Reboiler Tabel 3.10 Spesifikasi Reboiler Kode RB-01 RB-02 RB Fungsi Menguapkan sebagian hasil bawah Menguapkan sebagian hasil bawah Meng menara destilasi I menara destilasi II menar Tipe Kettle Reboiler Kettle Reboiler Kettle Jumlah 1 buah 1 buah 1 buah Panjang HE 12 ft 12 ft 12 ft 204 oC 204 oC 204 Kondisi operasi - Hot Fluid o o - Cold fluid 89 C 137 C 114 Spesifikasi tube Hot Fluid (steam) Hot Fluid (steam) Hot f - Kapasitas 1436 kg/jam 115 kg/jam 44 kg/ - IDT 0,48 in 0,48 in 0,92 i - ODT 0,75 in 0,75 1,25 i - Jumlah tube in 10 14 10 - Tube pass 4 4 4 - Material Cast Steel Cast Steel Cast S - Pressure drop 1,7 psi 0,02 psi 0,02 p Spesifikasi shell Cold fluid (hasil bawah MD-01) Cold fluid (hasil bawah MD-02) Cold f - Kapasitas 7576 kg/jam 875 kg/jam 122 kg - IDs 19 8 in 19 8 in - Passes 1 - Material Carbon Steel SA 283 grade C 19 10 in 1 2o 1 Carbon Steel SA 283 grade C 2o Carbo Dirt factor 0,0032 hr.ft . F / Btu 0,0031 hr.ft . F / Btu 0,0033 Luas transfer panas 31 ft2 11 ft2 5 ft Harga 2002 US $ 2300 US $ 1900 US $ Harga 2014 US $ 2565 US $ 2119 US $ 3.11. Accumulator Tabel 3.11 Spesifikasi Accumulator Kode Fungsi ACC-01 ACC-02 Menampung destilat MD-01 Menampung destilat MD-02 Menampun Horizontal drum dengan Horizontal drum dengan Horizontal Torisperical Head Torisperical Head Head Material Carbon Steel SA 283 grade C Carbon Steel SA 283 grade C Carbon Ste Jumlah 1 buah 1 buah 1 buah Kapasitas 0,22 m3 0,04 m3 0,01 m Waktu tinggal 10 menit 10 menit 10 menit -Tekanan 1 atm 1,1 atm 1,1 atm -Suhu 110 oC 99 oC 83 oC - Diameter 0,45 m 0,25 m 0,17 m - Panjang total 1,65 m 0,9 m 0,66 m - Tebal silinder 3 3 3 /16 in - Tebal head 3 3 3 /16 in Harga 2002 US $ 1600 US $ 1200 US $ 1000 Harga 2014 US $ 1784 US $ 1338 US $ 1115 Tipe Kondisi operasi Dimensi 3.12. Cooler /16 in /16 in /16 in /16 in Tabel 3.12 Spesifikasi Cooler Kode CL-01 CL-02 CL-03 Fungsi Mendinginkan hasil bawah MD-01 Mendinginkan hasil atas MD-02 Mendingi Tipe Double pipe Double pipe Double p Jumlah 1 buah 1 buah 1 buah Panjang HE 12 ft 12 ft 12 ft Ukuran HE 4 x 3 in 2 x 1¼ in 2 x 1¼ Kondisi operasi - Hot Fluid 89 – 45 oC 83 – 55 - Cold fluid 33 – 40 oC 33 – 40 oC 33 – 40 Spesifikasi inner pipe Cold fluid (air laut) Cold Fluid (air laut) Cold Flu - Kapasitas 29803 kg/jam 163 kg/jam 521 kg/ja - IDT 3,068 in 1,38 in 1,38 in - ODT 3,5 in 1,66 in 1,66 in - Jumlah hairpin 8 1 2 - Tube pass 1 1 1 - Material Titanium Titanium Titanium - Pressure drop 3 psi 0,0009 psi 0,01 psi Spesifikasi annulus Hot Fluid Hot fluid Hot fluid (hasil bawah MD-01) (hasil atas MD-02) (hasil baw 7576 kg/jam 67 kg/jam 121 kg/ja - Kapasitas - ID 19 4,026 in o C 114 – 19 2,067 in 19 2,067 in - OD 4,5 in 2,38 in 2,38 in - Material Carbon Steel SA 283 grade C Carbon Steel SA 283 grade C Carbon S - Pressure drop 7,3.10-7 psi 9,8.10-11 psi 5.10- Dirt factor 0,0028 hr.ft2.oF / Btu 0,0026 hr.ft2.oF / Btu 0,0024 hr Luas transfer panas 165 ft2 1,2 ft2 2,5 ft Harga 2002 US $ 11900 US $ 7700 US $ Harga 2014 US $ 13275 US $ 8589 US $ 1 3.13. Pompa Tabel 3.14 Spesifikasi Pompa Kode P-01 P-02 P-03 P Fungsi Mengalirkan EB dari T01 ke VP-01 Memvakumkan MD-01 Single stage Mengalirkan hasil atas MD01 sebagai refluk dan menuju ke MD-02 Single stage Single stage Meng bawah 02 Single Tipe centrifugal pump centrifugal pump reciprocating pump centri Material Commercial steel Commercial steel Commercial steel Comm Kapasitas 46 gpm 4 gpm 907 gpm 43 gpm Tekanan 1 – 1,2 atm 1,1 atm 0,2 – 1 atm 0,2 Tenaga pompa 0,5 HP 0,01 HP - 2 HP NPSH pompa 41,39 ft 3 ft - 42 ft Kecepatan putar 3500 rpm 3500 rpm - 3500 Tenaga motor 0,75 0,08 HP 5 HP 3 HP Nominal Pipe 2,5 in 0,375 in - 2,5 in Harga 2002 US $ 1200 US $ 5000 US $ 16000 US $ Harga 2014 US $ 1338 US $ 5578 US $ 22121 US $ Kode P-05 P-06 P-07 Fungsi Mengalirkan hasil atas MD- Mengalirkan hasil bawah Mengalirkan benzena hasil atas 02 sebagai refluk dan MD-02 sebagai recycle MD-03 sebagai refluk dan menuju ke MD-03 umpan menuju ke T-03 Single stage Single stage Single stage centrifugal pump centrifugal pump centrifugal pump Material Commercial steel Commercial steel Commercial steel Kapasitas 4 gpm 2 gpm 2 gpm Tekanan 1,1 atm 1,1 – 1,2 atm 1,1 – 1 atm Tenaga pompa 0,01 HP 0,01 HP 0,01 HP NPSH pompa 19 ft 45 ft 32 ft Kecepatan putar 3500 rpm 3500 rpm 3500 rpm Tenaga motor 0,08 HP 0,05 HP 0,05 HP Nominal Pipe 0,75 in 0,5 in 0,375 in Harga 2002 US $ 900 US $ 800 US $ 800 Harga 2014 US $ 1004 US $ 892 US $ 892 Tipe HP BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 4.1. Unit Pendukung Proses Unit pendukung proses atau yang lebih dikenal dengan sebutan utilitas merupakan bagian penting untuk penunjang proses produksi dalam pabrik. Utilitas di pabrik stirena yang dirancang antara lain meliputi unit pengadaan air, unit pengadaan steam, unit pengadaan udara tekan, unit pengadaan listrik, unit pengadaan bahan bakar dan unit pengolahan limbah. Unit pendukung proses yang terdapat dalam pabrik stirena adalah: 1. Unit pengadaan air Unit ini bertugas menyediakan dan mengolah air untuk memenuhi kebutuhan air sebagai berikut: 2. a. Air pendingin b. Air umpan boiler c. Air konsumsi umum dan sanitasi d. Air pemadam kebakaran Unit pengadaan steam Unit ini bertugas untuk menyediakan kebutuhan steam sebagai media pemanas pada reboiler ( RB-01, RB-02 dan RB-03). 3. Unit pengadaan udara tekan Unit ini bertugas untuk menyediakan udara tekan untuk kebutuhan instrumentasi pneumatic, untuk penyediaan udara tekan di bengkel, dan untuk kebutuhan umum yang lain. 4. Unit pengadaan listrik Unit ini bertugas menyediakan listrik sebagai tenaga penggerak untuk peralatan proses, keperluan pengolahan air, peralatan - peralatan elektronik atau listrik AC, maupun untuk penerangan. Listrik di-supplay dari PLTU Sulfindo dan dari generator sebagai cadangan bila listrik dari PLTU Sulfindo mengalami gangguan. 5. Unit pengadaan bahan bakar Unit ini bertugas menyediakan bahan bakar untuk furnace, boiler dan generator. 6. Unit pengolahan limbah Unit ini bertugas untuk mengolah bahan-bahan buangan yang berasal dari proses. 4.1.1. Unit Pengadaan Air Air umpan boiler, air konsumsi umum dan sanitasi yang digunakan adalah air yang diperoleh dari PT. Sauh Bahtera Samudera yang tidak jauh dari lokasi pabrik sedangkan untuk keperluan air pendingin dan pemadam kebakaran digunakan air laut. 4.1.1.1. Air pendingin Air pendingin yang digunakan adalah air laut yang diperoleh dari laut yang tidak jauh dari lokasi pabrik. Alasan digunakannya air laut sebagai media pendingin adalah karena faktorfaktor sebagai berikut : · Air laut dapat diperoleh dalam jumlah yang besar dengan biaya murah. · Mudah dalam pengaturan dan pengolahannya. · Dapat menyerap sejumlah panas per satuan volume yang tinggi. · Tidak terdekomposisi. · Tidak dibutuhkan cooling tower, karena air laut langsung dibuang lagi ke laut. Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan air laut sebagai pendingin adalah partikel-partikel besar/ makroba (makhluk hidup laut dan konstituen lain) dan partikel-partikel kecil/ mikroba laut (ganggang dan mikroorganisme laut) yang dapat menyebabkan fouling pada alat heat exchanger. Air pendingin yang diambil dari air laut kemudian disaring dan ditambahkan klorin. Penambahan klorin dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme (bakteri dan plankton) yang dapat menyebabkan tumbuhnya lumut di sistem pemipaan. 4.1.1.2. Air Umpan Boiler Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan air umpan boiler adalah sebagai berikut: a. Kandungan yang dapat menyebabkan korosi Korosi yang terjadi di dalam boiler disebabkan karena air mengandung larutan-larutan asam dan garam-garam terlarut. b. Kandungan yang dapat menyebabkan kerak (scale reforming) Pembentukan kerak disebabkan karena kesadahan dan suhu yang tinggi, yang biasanya berupa garam-garam silikat dan karbonat. c. Kandungan yang dapat menyebabkan pembusaan (foaming) Air yang biasanya diambil dari proses pemanasan bisa menyebabkan foaming pada boiler, karena adanya zat-zat organik, anorganik, dan zat-zat tidak larut dalam jumlah yang besar. Efek pembusaan terjadi pada alkalinitas tinggi (Everett, 1998). Air yang berasal dari PT. Sauh Bahtera Samudera belum memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai air umpan boiler, sehingga harus menjalani proses pengolahan terlebih dahulu. Air umpan boiler harus memenuhi persyaratan tertentu agar tidak menimbulkan masalah-masalah, seperti: · Pembentukan kerak pada boiler · Terjadinya korosi pada boiler · Pembentukan busa di atas perrmukaan dalam alat boiler Tahapan pengolahan air agar dapat digunakan sebagai air umpan boiler meliputi: a. Demineralisasi Unit ini berfungsi untuk menghilangkan mineral-mineral yang terkandung dalam air seperti Ca2+, Mg 2+, K+, Fe2+, Al3+, HCO3-, SO42-, Cl- dan lain-lain dengan bantuan resin. Air yang diperoleh adalah air bebas mineral yang sebagian akan diproses lebih lanjut menjadi air umpan boiler. Demineralisasi diperlukan karena air umpan boiler membutuhkan syarat-syarat sebagai berikut: · Tidak menimbulkan kerak pada boiler maupun pada tube alat . · Penukar panas jika steam digunakan sebagai pemanas. Kerak akan mengakibatkan turunnya efisiensi operasi. · Bebas dari semua gas-gas yang mengakibatkan terjadinya korosi, terutama gas O2 dan gas CO2. Air diumpankan ke cation exchanger yang berfungsi untuk menukar ion-ion positif/kation (Ca2+, Mg 2+, K+, Fe2+, Al3+) yang ada di air umpan. Alat ini sering disebut softener yang mengandung kation resin dengan notasi RH2 dimana kation-kation dalam umpan akan ditukar dengan ion H+ yang ada pada resin. Adapun reaksi yang terjadi dalam kation exchanger adalah: 2NaCl + RH2 --------> RNa2 + 2 HCl CaCO3 + RH2 --------> RCa + H2CO3 MgCl2 + RH2 --------> RMg + 2 HCl Akibat tertukarnya ion H+ dari kation-kation yang ada dalam air umpan, maka air keluaran cation exchanger mempunyai pH rendah (3,7) dan Free Acid Material (FMA) yaitu CaCO3 sekitar 12 ppm. FMA merupakan salah satu parameter untuk mengukur tingkat kejenuhan resin. Pada operasi normal FMA stabil sekitar 12 ppm, apabila FMA turun berarti resin telah jenuh sehingga perlu diregenerasi dengan H2SO4 dengan konsentrasi 2 %. Reaksi yang terjadi pada waktu regenerasi adalah: RNa2 + H2SO4 --------> RH2 + Na2SO4 RCa + H2SO4 --------> RH2 + CaSO4 RMg + H2SO4 --------> RH2 + MgSO4 Air keluaran cation exchanger kemudian diumpankan ke degassifier, untuk menghilangkan gas CO2 dengan cara menggelembungkan udara ke dalam air menggunakan blower. Air kemudian diumpankan ke anion exchanger. Anion exchanger berfungsi sebagai alat penukar anion-anion (HCO3-, SO42-, Cl-, NO3-, dan CO3-) yang terdapat di dalam air umpan. Di dalam anion exchanger mengandung anion resin dengan notasi R(OH)2 dimana anion-anion dalam air umpan ditukar dengan ion OH- dari asam-asam yang terkandung di dalam umpan exchanger menjadi bebas dan berkaitan dengan OH- yang lepas dari resin yang mengakibatkan terjadinya netralisasi sehingga pH air keluar anion exchanger kembali normal dan ada penambahan konsentrasi OH- sehingga pH akan cenderung basa. Reaksi yang terjadi di dalam anion exchanger adalah: R(OH)2 + 2 HCl --------> RCl2 + 2 H2O R(OH)2 + H2SO4 --------> RSO4 + 2 H2O R(OH)2 + H2CO3 --------> RCO3 + 2 H2O Batasan yang diijinkan pH (8,8-9,1), kandungan Na+ = 0,08-2,5 ppm. Kandungan silika pada air keluaran anion exchanger merupakan titik tolak bahwa resin telah jenuh (12 ppm). Resin digenerasi menggunakan larutan NaOH 4%. Reaksi yang terjadi saat regenerasi adalah: RCl2 + 2 NaOH --------> R(OH)2 + 2 NaCl RSO4 + 2 NaOH --------> R(OH)2 + 2 Na2SO4 RCO3 + 2 NaOH --------> R(OH)2 + 2 Na2CO3 Air keluaran cation dan anion exchanger ditampung dalam tangki air demineralisasi sebagai penyimpan sementara sebelum diproses lebih lanjut di unit deaerator. b. Deaerasi Air yang sudah diolah di unit demineralisasi masih mengandung sedikit gas-gas terlarut terutama O2. Gas-tersebut dihilangkan dari unit deaerator karena menyebabkan korosi. Pada deaerator kadarnya diturunkan sampai kurang dari 5 ppm. Proses pengurangan gas-gas dalam unit deaerator dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Proses mekanis dilakukan dengan cara mengontakkan air umpan waste heat boiler dengan uap tekanan rendah, mengakibatkan sebagian besar gas terlarut dalam air umpan terlepas dan dikeluarkan ke atmosfer. Selanjutnya dilakukan proses kimiawi dengan penambahan bahan kimia hidrazin (N2H4). Adapun reaksi yang terjadi adalah: N2H4 (aq) + O2(g) 4.1.1.3. ¾ ¾® N2(g) + 2 H2O(l) Air Konsumsi Umum dan Sanitasi Air ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum, laboratorium, kantor, perumahan, dan pertamanan. Air konsumsi dan sanitasi harus memenuhi beberapa syarat yang meliputi syarat fisik, syarat kimia, dan syarat bakteriologis. Syarat fisik : · Suhu air sama dengan suhu lingkungan · Warna jernih · Tidak mempunyai rasa dan tidak berbau Syarat kimia: · Tidak mengandung zat organik maupun zat anorganik · Tidak beracun Syarat bakteriologis: · Tidak mengandung bakteri-bakteri, terutama bakteri yang patogen Air konsumsi umum dan sanitasi diperoleh dari PT. Sauh Bahtera Samudera. Air ini tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut karena sudah memenuhi persyaratan sebagai air minum, hanya memerlukan penambahan klorin sebesar 0,2 ppm untuk menghilangkan bakteri dan bibit penyakit. Gambar 4.1. Skema Penyediaan dan Pengolahan Air 4.1.1.4. a. Kebutuhan Air Kebutuhan Pendingin Kebutuhan air laut sebagai pendingin disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.1. Kebutuhan Air Pendingin Nama Alat Kebutuhan (kg/jam) Condenser-01 55529 Condenser-02 3642 Condenser-03 1638 Condenser Partial-04 255081 Cooler-01 29803 Cooler-02 163 Cooler-03 521 Total 346377 Jumlah air yang dibutuhkan sebagai media pendingin untuk kondensor maupun cooler adalah sebesar = 346377 kg/jam. b. Kebutuhan Air untuk Steam Kebutuhan air untuk steam disajikan pada tabel 4.2 : Tabel 4.2. Kebutuhan Air untuk Steam Alat Kebutuhan (kg/jam) Reboiler-01 1436 Reboiler-02 115 Reboiler-03 44 Total 1595 Kebutuhan air untuk steam = 1595 kg/jam Diperkirakan air yang hilang sebesar 10% sehingga kebutuhan make up air untuk steam = 160 kg/jam. c. Kebutuhan Air Konsumsi Umum dan Sanitasi Kebutuhan air konsumsi umum dan sanitasi dapat dilihat pada Tabel 4.3: Tabel 4.3 Kebutuhan Air Konsumsi Umum dan Sanitasi Area Kebutuhan Perkantoran 8650 kg/hari Laboratorium 800 kg/hari Bengkel 800 kg/hari Kantin 4000 kg/hari Poliklinik 350 kg/hari Hidran/Taman 1500 kg/hari Total 16100 kg/hari Kebutuhan air konsumsi umum dan sanitasi = 16100 kg/hari = 671 kg/jam Total air yang disuplai dari PT. Sauh Bahtera Samudera = make up air umpan boiler + air konsumsi = 831 kg/jam. 4.1.2. Unit Pengadaan Steam Steam yang diproduksi pada pabrik stirena ini digunakan sebagai pemanas reboiler (RB- 01, RB-02 dan RB-03). Steam yang dihasilkan dari boiler ini merupakan saturated steam dengan suhu 204 °C dan tekanan 17 atm. Untuk menjaga kemungkinan kebocoran steam pada saat distribusi, jumlah steam dilebihkan sebanyak 10%. Jadi jumlah steam yang dibutuhkan adalah 1754kg/jam. Spesifikasi boiler: Kode : B-01 Jenis : fire tube boiler Jumlah : 1 buah Heating surface Rate of steam : 997 ft2 : 1662 kg/jam Tekanan steam : 17 atm Suhu steam : 204 °C Efisiensi : 80% Pemanas : hasil atas S-01 Kebutuhan pemanas 4.1.3. : 23 kg/jam Unit Pengadaan Udara Tekan Udara tekan dibutuhkan untuk penggerak instrumentasi. Kebutuhan udara tekan tiap alat diperkirakan 2,5 m3/jam, dan dalam pabrik terdapat 37 control valve, jadi kebutuhan total udara tekan adalah 92,5 m3/jam dengan tekanan 7 atm. Alat untuk menyediakan udara tekan berupa kompresor yang dilengkapi dengan dryer yang berisi silika untuk menyerap air . Spesifikasi kompresor yang dibutuhkan: 4.1.4. Kode : KU-01 Fungsi : Memenuhi kebutuhan udara tekan Jenis : Single Stage Reciprocating Compressor Jumlah : 1 buah Kapasitas : 92,5 m3/jam Tekanan suction : 1 atm Tekanan discharge : 7 atm Efisiensi : 80% Daya kompressor : 15 Hp Unit Pengadaan Listrik Kebutuhan tenaga listrik di pabrik stirena ini dipenuhi oleh PLTU Sulfindo dan generator pabrik sebagai cadangan. Hal ini bertujuan agar pasokan tenaga listrik dapat berlangsung secara kontinyu meskipun ada gangguan pasokan dari PLTU Sulfindo. Generator yang digunakan adalah generator bolak-balik karena tenaga listrik yang dihasilkan cukup besar dan tegangannya dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai kebutuhan. Kebutuhan listrik di pabrik ini antara lain terdiri dari : 1. Listrik untuk keperluan proses dan utilitas 2. Listrik untuk laboratorium dan instrumentasi 3. Listrik untuk penerangan dan perkantoran 4. Listrik untuk AC Besarnya kebutuhan listrik masing-masing keperluan di atas dapat diperkirakan sebagai berikut: 1. Listrik untuk keperluan proses dan utilitas Kebutuhan listrik untuk keperluan proses dan keperluan pengolahan air diperkirakan sebagai berikut: Tabel 4.4. Kebutuhan Listrik untuk Keperluan Proses dan Utilitas Nama Alat Jumlah HP Total HP P-01 1 0,75 0,75 P-02 1 5,00 5,00 P-03 1 0,08 0,08 P-04 1 3,00 3,00 P-05 1 0,08 0,08 P-06 1 0,05 0,05 P-07 1 0,05 0,05 P-08 1 0,05 0,05 PU-01 1 1,00 5,00 PU-02 1 3,00 3,00 PU-03 1 0,05 0,05 PU-04 1 0,20 0,20 PU-05 1 0,05 0,05 PU-06 1 2,00 2,00 PU-07 1 0,20 0,20 PU-08 1 0,05 0,05 PU-09 5 2,00 2,00 PU-10 1 0,05 0,05 PU-11 1 1,00 1,00 KU-01 1 15,00 15,00 PWT-01 1 0,08 0,08 PWT-02 1 0,17 0,17 PWT-03 1 0,08 0,08 PWT-04 1 0,17 0,17 PWT-05 Jumlah 1 0,50 0,50 38,72 Jadi jumlah listrik yang dikonsumsi untuk keperluan proses dan utilitas sebesar 38,72 HP. Diperkirakan kebutuhan listrik untuk alat yang tidak terdiskripsikan sebesar ± 10 % dari total kebutuhan. Maka total kebutuhan listrik adalah 42,59 HP atau sebesar 31,76 kW. 2. Listrik untuk laboratorium dan instrumentasi Diperkirakan menggunakan tenaga listrik sebesar 3,5 kW 3. Listrik untuk AC Diperkirakan menggunakan tenaga listrik sebesar 12 kW 4. Listrik untuk perkantoran Diperkirakan menggunakan tenaga listrik sebesar 23 kW 5. Listrik untuk penerangan Untuk menentukan besarnya tenaga listrik digunakan persamaan : Dengan: L : Lumen per outlet a : Luas area, ft2 F : Foot candle yang diperlukan (tabel 13 Perry 3th ed) U : Koefisien utilitas (tabel 16 Perry 3th ed) D : Efisiensi lampu (tabel 16 Perry 3th ed) Perhitungan jumlah lumen disajikan pada Tabel 4.5 Tabel 4.5 Jumlah Lumen Berdasarkan Luas Bangunan Luas, m2 Luas, ft2 F U D Lumen Pos keamanan 27 290,6185 20 0,42 0,75 18451,9691 Parkir 450 4843,6419 10 0,49 0,75 131799,7793 Bangunan Musholla 150 1614,5473 20 0,55 0,75 78281,0810 Kantin 150 1614,5473 20 0,51 0,75 84420,7736 Kantor 1500 16145,4730 35 0,60 0,75 1255759,0080 Aula 300 3229,0946 35 0,60 0,75 251151,8016 Poliklinik 150 1614,5473 20 0,56 0,75 76883,2046 Ruang kontrol 275 2960,0034 40 0,56 0,75 281905,0834 Laboratorium 275 2960,0034 40 0,56 0,75 281905,0834 Proses 4875 52472,7871 30 0,59 0,75 3557477,0929 Utilitas 675 7265,4628 10 0,59 0,75 164191,2504 Ruang generator 300 3229,0946 10 0,51 0,75 84420,7736 Bengkel 375 4036,3682 40 0,51 0,75 422103,8682 Safety 375 4036,3682 41 1,51 0,75 146129,0047 Gudang 300 3229,0946 5 0,51 0,75 42210,3868 Garasi 375 4036,3682 5 0,51 0,75 52762,9835 UPL 412,5 4440,0051 20 0,51 0,75 232157,1275 Jalan dan taman 8035,5 86491,2986 5 0,55 0,75 1048379,3775 Area perluasan 1400 15069,1081 5 0,57 0,75 176246,8783 Jumlah 20400 219578,4323 8386636,5277 Jumlah lumen : Untuk penerangan luar ruangan Untuk penerangan dalam bangunan = 1356426,0351 lumen = 7030210,4926 lumen Untuk semua area luar bangunan direncanakan menggunakan lampu merkuri 100 Watt, dimana lumen output tiap lampunya 3000 lumen/buah. Jadi jumlah lampu luar ruangan = 1356426,0351 = 453 buah 3000 Untuk semua area dalam bangunan direncanakan menggunakan lampu flourescent 40 Watt, dimana satu lampu instant Starting Daylight 40 W mempunyai lumen output = 1920 lumen/buah. Jadi jumlah lampu dalam ruangan = Total daya penerangan adalah 7030210,4926 = 3662 buah 1920 = (40 W x 3662 + 100 W x 453) = 191,78 kW Tabel 4.6 Total Kebutuhan Listrik No Kebutuhan Listrik 1. Listrik untuk keperluan proses dan utilitas 2. Listrik untuk laboratorium dan instrumentasi 3. Listrik untuk penerangan 4. Listrik untuk AC 5. Listrik untuk perkantoran Total Tenaga Listrik (kW) 31,76 3,5 191,78 12 23 262,04 Generator yang digunakan sebagai cadangan sumber listrik mempunyai efisiensi 90%, sehingga generator yang disiapkan harus mempunyai output sebesar 303,03 kW. Dipilih menggunakan generator dengan daya 350 kW Spesifikasi generator yang diperlukan: Kode : GU-01 Fungsi : Memenuhi kebutuhan listrik Jenis : AC Generator Jumlah : 1 buah Kapasitas : 350 kW Tegangan : 220/380 V Efisiensi : 90% Bahan bakar : IDO Kebutuhan bahan bakar : 39 L/jam 4.1.5. Unit Pengadaan Bahan Bakar Unit pengadaan bahan bakar mempunyai tugas untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar furnace, boiler dan generator. Jenis bahan bakar yang digunakan adalah hasil atas S-01 dan IDO (Industrial Diesel Oil). Pemilihan IDO sebagai bahan bakar didasarkan pada alasan: 1. Mudah didapat 2. Lebih ekonomis 3. Mudah dalam penyimpanan Bahan bakar IDO yang digunakan mempunyai spesifikasi dari 002/P/DM/Migas/1979 sebagai berikut: Specific Gravity : 0,840 Viscosity kinematik : 1,6 mm2/s Pour Point : 65 ºF Sulphur Content : 0,5 % (berat) Water Content : 0,25 % (volume) Sediment : 0,02 % (berat) Ash : 0,02 % (berat) Heating Value : 18486,9651 Btu/lb Efisiensi bahan bakar : 80 % Kebutuhan bahan bakar dapat diperkirakan sebagai berikut: Bahan bakar = a. Kebutuhan bahan bakar untuk furnace Kapasitas furnace = 22973384 Btu/jam Kebutuhan bahan bakar dari hasil atas S-01 = 174 kg/jam b. Kebutuhan bahan bakar untuk boiler Kapasitas boiler = 2991381 Btu/jam Kebutuhan bahan bakar dari hasil atas S-01 = 23 kg/jam c. Kebutuhan bahan bakar untuk generator Kapasitas generator Kebutuhan bahan bakar IDO 4.1.6. = 350 kW = 39 L/jam Unit Pengolahan Limbah Limbah yang dihasilkan dari pabrik stirena ini berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik ini antara lain limbah buangan sanitasi dan limbah dari sentrifuge. Air buangan sanitasi berasal dari perkantoran dan kawasan pabrik seperti air bekas pencucian, air masak dan lain-lain. Penanganan limbah ini tidak memerlukan hal khusus karena seperti limbah rumah tangga lainnya, air buangan ini tidak mengandung bahan – bahan kimia yang berbahaya. Sedangkan limbah sentrifuge diolah didalam pengolahan limbah cair menggunakan lumpur aktif. 4.2. Laboratorium Laboratorium memiliki peranan sangat besar di dalam suatu pabrik untuk memperoleh data – data yang diperlukan. Data – data tersebut digunakan untuk evaluasi unit-unit yang ada, menentukan tingkat efisiensi, dan untuk pengendalian mutu. Pengendalian mutu atau pengawasan mutu di dalam suatu pabrik pada hakekatnya dilakukan dengan tujuan mengendalikan mutu produk yang dihasilkan agar sesuai dengan standar yang ditentukan. Pengendalian mutu dilakukan mulai bahan baku, saat proses berlangsung dan juga pada hasil atau produk. Pengendalian rutin dilakukan untuk menjaga agar kualitas dari bahan baku dan produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Dengan pemeriksaan secara rutin juga dapat diketahui apakah proses berjalan normal atau menyimpang. Jika diketahui analisis produk tidak sesuai dengan yang diharapkan maka dengan mudah dapat diketahui atau diatasi. Laboratorium berada di bawah bidang teknik dan perekayasaan yang mempunyai tugas pokok antara lain : a. Sebagai pengontrol kualitas bahan baku dan pengontrol kualitas produk. b. Sebagai pengontrol terhadap proses produksi. c. Sebagai pengontrol terhadap mutu air pendingin, air umpan waste heat boiler dan lain-lain yang berkaitan langsung dengan proses produksi. Laboratorium melaksanakan kerja 24 jam sehari dalam kelompok kerja shift dan nonshift. 1. Kelompok shift Kelompok ini melaksanakan tugas pemantauan dan analisis – analisis rutin terhadap proses produksi. Dalam melaksanakan tugasnya, kelompok ini menggunakan sistem bergilir, yaitu sistem kerja shift selama 24 jam dengan dibagi menjadi 3 shift dalam 4 regu kerja. Masing – masing shift bekerja selama 8 jam. 2. Kelompok nonshift Kelompok ini mempunyai tugas melakukan analisis khusus yaitu analisis yang sifatnya tidak rutin dan menyediakan reagen kimia yang diperlukan di laboratorium. Dalam rangka membantu kelancaran pekerjaan kelompok shift, kelompok ini melaksanakan tugasnya di laboratorium utama dengan tugas antara lain: a. Menyediakan reagen kimia untuk analisis laboratorium b. Melakukan penelitian atau percobaan untuk membantu kelancaran produksi Dalam menjalankan tugasnya, bagian laboratorium dibagi menjadi : 1. Laboratorium fisik 2. Laboratorium analitik 3. Laboratorium penelitian dan pengembangan 4.2.1. Laboratorium Fisik Bagian ini bertugas mengadakan pemeriksaan atau pengamatan terhadap sifat – sifat bahan baku, produk dan air. Pengamatan yang dilakukan yaitu antara lain : · specific gravity · viskositas · kandungan air 4.2.2. Laboratorium Analitik Bagian ini mengadakan pemeriksaan terhadap bahan baku dan produk mengenai sifat – sifat kimianya. Analisis yang dilakukan antara lain : 4.2.3. · kadar kandungan kimiawi dalam produk utama · kadar kandungan kimiawi dalam produk samping Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Bagian ini bertujuan untuk mengadakan penelitian, misalnya : 4.2.4. · diversifikasi produk · perlindungan terhadap lingkungan Analisis Bahan Baku 4.2.4.1. Densitas Alat : Hidrometer Cara pengujian : Menuang sampel ke dalam gelas ukur 1 liter (usahakan tidak terbentuk gelembung) - Memasukkan termometer ke dalam gelas ukur - Memasukkan hidrometer yang telah dipilih sesuai dengan sampel - Memasukkan hidrometer terapung pada sampel sampai konstan lalu membaca skala pada hidrometer tersebut - Mengkonversi menggunakan tabel yang tersedia 4.2.4.2. Viskositas Alat : Viskometer tube, bath, stopwatch, thermometer Cara pengujian : - Mengisikan sampel dengan volume tertentu (sesuai dengan kapasitas kapiler) ke dalam viskometer tube yang telah dipilih - Memasukkan sampel ke dalam bath, diamkan selama 15 menit agar temperatur sampel sesuai dengan temperatur bath/temperatur pengetesan - Pengetesan dilakukan dengan mengalirkan sampel melalui kapiler sambil menghitung alirnya 4.2.5. Analisis Produk 4.2.5.1 Kromatografi Cair (Liquid Chromatography) Sampel produk yang akan diuji dimasukkan ke dalam alat kromatografi cair. Selanjutnya sampel akan melewati sebuah kolom yang berisi bahan kimia (stationary phase) dimana rantairantai hidrokarbon akan tertarik ke dalam fase diam. Di dalam kolom inilah rantai-rantai hidrokarbon akan mengalir lebih lama dengan waktu tempuh yang berbeda-beda untuk setiap jenis sampel tergantung dari bahan kimia penyusunnya, dari sinilah dapat teridentifikasi secara elektronik senyawa yang terkandung di dalam sampel. 4.2.6. Analisis Air Air yang dianalisis antara lain: 1. Air baku 2. Air demineralisasi 3. Air konsumsi umum dan sanitasi 4. Air limbah Parameter yang diuji antara lain warna, pH, kandungan klorin, tingkat kekeruhan, total kesadahan, jumlah padatan, total alkalinitas, sulfat, silika, dan konduktivitas air. Alat-alat yang digunakan dalam laboratorium analisis air ini antara lain: 1. pH meter, digunakan untuk mengetahui tingkat keasaman/kebasaan air. 2. Spektrofotometer, digunakan untuk mengetahui konsentrasi suatu senyawa terlarut dalam air. 3. Peralatan titrasi, untuk mengetahui jumlah kandungan klorida, kesadahan dan alkalinitas. 4. Conductivity meter, untuk mengetahui konduktivitas suatu zat yang terlarut dalam air. Air umpan boiler yang dihasilkan unit demineralisasi juga diuji oleh laboratorium ini. Parameter yang diuji antara lain pH, konduktivitas dan kandungan silikat (SiO2), kandungan Mg2+, Ca2+. BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN 5.1. Bentuk Perusahaan Bentuk perusahaan yang direncanakan pada prarancangan pabrik stirena ini adalah Perseroan Terbatas (PT). Perseroan Terbatas merupakan bentuk perusahaan yang mendapatkan modalnya dari penjualan saham, dimana tiap sekutu turut mengambil bagian sebanyak satu saham atau lebih. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan dari perusahaan atau perseroan terbatas tersebut dan orang yang memiliki saham berarti telah menyetorkan modal ke perusahaan, yang berarti pula ikut memiliki perusahaan. Dalam perseroan terbatas, pemegang saham hanya bertanggung jawab menyetor penuh jumlah yang disebutkan dalam tiap saham. Pabrik stirena yang akan didirikan mempunyai : · Bentuk perusahaan : Perseroan Terbatas (PT) · Lapangan Usaha · Lokasi Perusahaan : Serang Utara, Banten, Jawa Barat : Industri Stirena Alasan dipilihnya bentuk perusahaan ini didasarkan atas beberapa faktor, antara lain (Widjaja, 2003) : 1. Mudah mendapatkan modal dengan cara menjual saham di pasar modal atau perjanjian tertutup dan meminta pinjaman dari pihak yang berkepentingan seperti badan usaha atau perseorangan. 2. Tanggung jawab pemegang saham bersifat terbatas, artinya kelancaran produksi hanya akan ditangani oleh direksi beserta karyawan sehingga gangguan dari luar dapat dibatasi. 3. Kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin karena tidak terpengaruh dengan berhentinya pemegang saham, direksi berserta stafnya, dan karyawan perusahaan. 4. Mudah mendapat kredit bank dengan jaminan perusahaan yang sudah ada. 5. Pemilik dan pengurus perusahaan terpisah satu sama lain, pemilik perusahaan adalah para pemegang saham dan pengurus perusahaan adalah direksi beserta stafnya yang diawasi oleh dewan komisaris. 6. Efisiensi dari manajemen Para pemegang saham dapat memilih orang yang ahli sebagai dewan komisaris dan direktur utama yang cukup cakap dan berpengalaman. 7. Lapangan usaha lebih luas Suatu Perseroan Terbatas dapat menarik modal yang sangat besar dari masyarakat, sehingga dengan modal ini PT dapat memperluas usahanya. 8. Merupakan bidang usaha yang memiliki kekayaan tersendiri yang terpisah dari kekayaan pribadi 9. Mudah bergerak di pasar modal 5.2. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan salah satu faktor penting yang dapat menunjang kelangsungan dan kemajuan perusahaan, karena berhubungan dengan komunikasi yang terjadi dalam perusahaan demi tercapainya kerjasama yang baik antar karyawan. Untuk mendapatkan sistem organisasi yang baik maka perlu diperhatikan beberapa azas yang dapat dijadikan pedoman, antara lain (Widjaja, 2003) : · Pendelegasian wewenang · Perumusan tujuan perusahaan dengan jelas · Pembagian tugas kerja yang jelas · Kesatuan perintah dan tanggung jawab · Sistem kontrol atas kerja yang telah dilaksanakan · Organisasi perusahaan yang fleksibel Dengan berpedoman terhadap asas - asas tersebut, maka dipilih organisasi kerja berdasarkan Sistem Line and Staff. Pada sistem ini, garis wewenang lebih sederhana, praktis dan tegas. Demikian pula dalam pembagian tugas kerja seperti yang terdapat dalam sistem organisasi fungsional, sehingga seorang karyawan hanya akan bertanggung jawab pada seorang atasan saja. Untuk kelancaran produksi, perlu dibentuk staf ahli yang terdiri dari orang-orang yang ahli di bidangnya. Bantuan pikiran dan nasehat akan diberikan oleh staf ahli kepada tingkat pengawas demi tercapainya tujuan perusahaan. Menurut Djoko (2003), ada 2 kelompok orang yang berpengaruh dalam menjalankan organisasi kerja berdasarkan sistem garis dan staff ini, yaitu : 1. Sebagai garis atau lini, yaitu orang-orang yang melaksanakan tugas pokok organisasi dalam rangka mencapai tujuan. 2. Sebagai staff, yaitu orang - orang yang melakukan tugas sesuai dengan keahliannya, dalam hal ini berfungsi untuk memberi saran - saran kepada unit operasional. Dewan Komisaris mewakili para pemegang saham (pemilik perusahaan) dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya. Tugas untuk menjalankan perusahaan dilaksanakan oleh seorang Direktur Utama yang dibantu oleh Direktur Produksi dan Direktur Keuangan-Umum. Direktur Produksi membawahi bidang produksi dan teknik, sedangkan direktur keuangan dan umum membawahi bidang pemasaran, keuangan, dan bagian umum. Kedua direktur ini membawahi beberapa kepala bagian yang akan bertanggung jawab atas bagian dalam perusahaan, sebagai bagian dari pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Masing-masing kepala bagian akan membawahi beberapa seksi dan masing-masing seksi akan membawahi dan mengawasi para karyawan perusahaan pada masing-masing bidangnya. Karyawan perusahaan akan dibagi dalam beberapa kelompok regu yang dipimpin oleh seorang kepala regu dimana setiap kepala regu akan bertanggung jawab kepada pengawas masing - masing seksi (Widjaja, 2003). Manfaat adanya struktur organisasi adalah sebagai berikut : a. Menjelaskan, membagi, dan membatasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab setiap orang yang terlibat di dalamnya b. Penempatan tenaga kerja yang tepat c. Pengawasan, evaluasi dan pengembangan perusahaan serta manajemen perusahaan yang lebih efisien. d. Penyusunan program pengembangan manajemen e. Menentukan pelatihan yang diperlukan untuk pejabat yang sudah ada f. Mengatur kembali langkah kerja dan prosedur kerja yang berlaku bila tebukti kurang lancar. Struktur organisasi pabrik stirena disajikan pada Gambar 5.1. 5.3. Tugas dan Wewenang 5.3.1. Pemegang Saham Pemegang saham adalah beberapa orang yang mengumpulkan modal untuk kepentingan pendirian dan berjalannya operasi perusahaan tersebut. Para pemilik saham adalah pemilik perusahaan. Kekuasaan tertinggi pada perusahaan yang mempunyai bentuk perseroan terbatas adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada RUPS tersebut para pemegang saham berwenang (Widjaja, 2003) : 1. Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris 2. Mengangkat dan memberhentikan Direksi 3. Mengesahkan hasil-hasil usaha serta laba rugi tahunan perusahaan Gambar 5.1 Struktur Organisasi Pabrik Stirena 5.3.2. Dewan Komisaris Dewan komisaris merupakan pelaksana tugas sehari-hari dari pemilik saham sehingga dewan komisaris akan bertanggung jawab kepada pemilik saham. Tugas-tugas Dewan Komisaris meliputi (Widjaja, 2003) : 1. Menilai dan menyetujui rencana direksi tentang kebijakan umum, target perusahaan, alokasi sumber - sumber dana dan pengarahan pemasaran. 2. Mengawasi tugas - tugas direksi. 3. Membantu direksi dalam tugas - tugas penting. 5.3.3. Dewan Direksi Direksi Utama merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap maju mundurnya perusahaan. Direktur utama bertanggung jawab kepada dewan komisaris atas segala tindakan dan kebijakan yang telah diambil sebagai pimpinan perusahaan. Direktur utama membawahi Direktur Teknik dan Produksi, serta Direktur Keuangan dan Administrasi. Tugas-tugas Direktur Utama meliputi : 1. Melaksanakan kebijakan perusahaan dan mempertanggung jawabkan pekerjaannya secara berkala atau pada masa akhir pekerjaannya pada pemegang saham. 2. Menjaga kestabilan organisasi perusahaan dan membuat kelangsungan hubungan yang baik antara pemilik saham, pimpinan, karyawan, dan konsumen. 3. Mengangkat dan memberhentikan kepala bagian dengan persetujuan rapat pemegang saham. 4. Mengkoordinir kerja sama dengan Direktur Teknik dan Produksi, dan Direktur Keuangan dan Administrasi. Tugas-tugas Direktur Teknik dan Produksi meliputi : 1. Bertanggung jawab kepada direktur utama dalam bidang produksi, teknik, dan rekayasa produksi. 2. Mengkoordinir, mengatur, serta mengawasi pelaksanaan pekerjaan kepala- kepala bagian yang menjadi bawahannya. 3. Memimpin pelaksanaan kegiatan pabrik yang berhubungan dengan bidang teknik, produksi pengembangan, pemeliharaan peralatan dan laboratorium. Tugas-tugas Direktur Keuangan dan Administrasi meliputi : 1. Bertanggung jawab kepada direktur utama dalam bidang pemasaran, keuangan, administrasi, dan pelayanan umum. 2. Mengkoordinir, mengatur, dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan kepala- kepala bagian yang menjadi bawahannya. 5.3.4. Staf Ahli Staf ahli terdiri dari tenaga - tenaga ahli yang bertugas membantu direktur dalam menjalankan tugasnya, baik yang berhubungan dengan teknik maupun administrasi. Staf ahli bertanggung jawab kepada direktur utama sesuai dengan bidang keahlian masing - masing. Tugas dan wewenang staf ahli meliputi : 1. Mengadakan evaluasi bidang teknik dan ekonomi perusahaan. 2. Memberi masukan - masukan dalam perencanaan dan pengembangan perusahaan. 3. Memberi saran - saran dalam bidang hukum. 5.3.5. Kepala Bagian Secara umum tugas kepala bagian adalah mengkoordinir, mengatur, dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan dalam lingkungan bagiannya sesuai dengan garis wewenang yang diberikan oleh pimpinan perusahaan. Kepala bagian dapat juga bertindak sebagai staf direktur. Kepala bagian bertanggung jawab kepada direktur Utama. Kepala Bagian membawahi Kepala Seksi. Kepala Seksi merupakan pelaksana pekerjaan dalam lingkungan bagiannya sesuai dengan rencana yang telah diatur oleh kepala bagian masing-masing, agar diperoleh hasil yang maksimum dan efektif selama berlangsungnya proses produksi. Setiap kepala seksi bertanggung jawab terhadap kepala bagian masing-masing sesuai dengan seksinya. Kepala bagian terdiri dari: 1. Kepala Bagian Produksi dan Utilitas Kepala Bagian Produksi dan Utilitas bertanggung jawab kepada Direktur Teknik dan Produksi dalam bidang mutu, jalannya operasi pabrik sehari-hari, dan menjaga kelancaran proses produksi serta mengkoordinir kepala-kepala seksi yang menjadi bawahannya. Kepala Bagian produksi membawahi dua Kepala Seksi : a) Kepala Seksi Proses Produksi Tugas : Mengawasi jalannya proses produksi, menjalankan tindakan seperlunya terhadap kejadian-kejadian yang tidak diharapkan sebelum diambil oleh seksi yang berwenang. Pendidikan : Sarjana Teknik Kimia / Teknik Mesin Jumlah : 1 orang Bawahan : 4 orang kepala regu (S-1 / D3 Teknik Kimia) 48 orang operator (STM / SLTA) Tabel 5.1. Perincian Jumlah Karyawan Proses Nama Alat Unit persiapan bahan Jumlah Jumlah orang x 4 orang/shift shift 3 12 5 20 3 12 11 44 (tangki, pompa, heat exchanger, furnace) Unit reaksi dan pemisahan (reaktor, WHB, separator, dekanter, menara distilasi) Unit finishing (tangki, pompa, heat exchanger) TOTAL b) Kepala Seksi Utilitas Tugas : Melaksanakan dan mengatur sarana utilitas untuk memenuhi kebutuhan proses, kebutuhan uap, dan air. Pendidikan : Sarjana Teknik Kimia / Teknik Mesin Jumlah : 1 orang Bawahan : 4 orang kepala regu (S-1 / D3 Teknik Kimia) 20 orang operator (STM / SLTA) Tabel 5.2. Perincian Jumlah Karyawan Utilitas Nama Alat Jumlah orang/shift Jumlah orang x 4 shift Unit Recovery 1 4 2 8 Unit pengolahan limbah 2 8 TOTAL 5 20 Unit pengolahan air dan penyediaan steam 2. Kepala Bagian Teknik Tugas kepala bagian teknik, antara lain: a. Mengkoordinir kepala - kepala seksi yang menjadi bawahannya. b. Bertanggung jawab kepada direktur produksi dalam bidang peralatan dan utilitas. Kepala Bagian teknik membawahi dua Kepala Seksi : a) Kepala Seksi Listrik dan Instrumentasi Tugas : Bertanggung jawab terhadap penyediaan listrik serta alat-alat instrumentasi. Pendidikan : Sarjana Teknik Elektro Jumlah : 1 orang Bawahan : 4 orang kepala regu (S-1 / D3 Teknik Elektro) 8 orang operator (STM Listrik) b) Kepala Seksi Peralatan dan Bengkel Tugas : Bertanggung jawab terhadap kegiatan perawatan dan penggantian alat-alat serta fasilitas pendukungnya, dan melaksanakan pemeliharaan fasilitas gedung dan peralatan pabrik. Pendidikan : Sarjana Teknik Mesin Jumlah : 1 orang Bawahan : 4 orang kepala regu (S-1 / D3 Teknik Mesin) 8 orang operator (STM Mesin) 3. Kepala Bagian Pengembangan dan Penelitian (Litbang) Kepala Bagian Pengembangan dan Penelitian (Litbang) bertanggung jawab kepada Direktur Teknik dan Produksi dan bertanggung jawab memimpin aktivitas laboratorium, pengendalian mutu, penelitian dan pengembangan. Kepala Bagian Litbang membawahi dua Kepala Seksi : a) Kepala Seksi Laboratorium dan Pengendalian Mutu Tugas : Menyelenggarakan pemantauan hasil (mutu) dan pengolahan limbah. Pendidikan : Sarjana Teknik Kimia Jumlah : 1 orang Bawahan : 4 orang kepala regu (S-1 Teknik Kimia / MIPA Kimia) 8 orang operator (D3 MIPA / Analitik) b) Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Tugas : Mengkoordinir kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan produksi dan efisiensi proses secara keseluruhan. Pendidikan : Sarjana Teknik Kimia Jumlah : 1 orang Bawahan : 8 orang staff I (S-1 Teknik Kimia / Mesin / Elektro) 4. Kepala Bagian Keuangan dan Pemasaran Kepala Bagian Keuangan dan Pemasaran bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan Administrasi dalam bidang administrasi, keuangan, dan pemasaran termasuk pembelian bahan baku, bahan pembantu, dan penjualan produk. Kepala Bagian Keuangan membawahi tiga Kepala Seksi : a) Kepala Seksi Keuangan Tugas : Bertanggung jawab terhadap pembukuan serta hal-hal yang berkaitan dengan keuangan perusahaan. Pendidikan : Sarjana Ekonomi / Akuntansi Jumlah : 1 orang Bawahan : 2 orang staff I (S-1 Ekonomi / Akuntansi) 4 orang staff II (D3 Ekonomi / Akuntansi) b) Kepala Seksi Pemasaran Tugas : Mengkoordinir kegiatan pemasaran produk dan mengatur distribusi barang dari gudang. Pendidikan : Sarjana Ekonomi / Teknik Industri Jumlah : 1 orang Bawahan : 2 orang staff I (S-1 Ekonomi / Akuntansi) 2 orang staff II (D3 Ekonomi / Akuntansi) c) Kepala Seksi Pembelian Tugas : Mengatur dan mengumpulkan semua informasi mengenai bahan baku dan bahan lain yang dibutuhkan perusahaan dan mengadakan tender pembelian. Pendidikan : Sarjana Ekonomi / Teknik Industri Jumlah : 1 orang Bawahan : 2 orang staff I (S-1 Ekonomi / Akuntansi) 2 orang staff II (D3 Ekonomi / Akuntansi) 5. Kepala Bagian Administrasi Bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan Administrasi dalam bidang administrasi pabrik, personalia, dan tata usaha. Kepala Bagian Administrasi membawahi dua Kepala Seksi : a) Kepala Seksi Personalia Tugas : Mengkoordinasi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian. Pendidikan : Sarjana Hukum / Psikologi Jumlah : 1 orang Bawahan : 2 orang staff I (S-1 Komunikasi / Psikologi) 2 orang staff II (D3 Komunikasi / Psikologi) b) Kepala Seksi Tata Usaha Tugas : Bertanggung jawab terhadap kegiatan yang berhubungan dengan rumah tangga perusahaan serta tata usaha kantor. Pendidikan : Sarjana Ekonomi / Hukum Jumlah : 1 orang Bawahan : 2 orang staff I (S-1 Manajemen Perusahaan) 2 orang staff II (D3 Manajemen Perusahaan) 6. Kepala Bagian Umum Bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan Administrasi dalam mengelola bidang hubungan masyarakat, keamanan dan kesejahteraan karyawan. Kepala Bagian Umum membawahi dua Kepala Seksi : a) Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Tugas : Menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan relasi perusahaan, pemerintah dan masyarakat serta mengawasi langsung masalah keamanan perusahaan. Pendidikan : Sarjana Hukum / Psikologi / Komunikasi Jumlah : 1 orang Bawahan : 2 orang staff I (S-1 / D3 Komunikasi) 4 orang kepala regu 12 orang satpam (SLTA) b) Kepala Seksi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Tugas : Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan karyawan dan keluarga serta menangani masalah keselamatan kerja dalam perusahaan. Pendidikan : Sarjana Kedokteran Umum Jumlah : 1 orang Bawahan : 2 orang staff I (S-1 / D4 Hiperkes) 2 orang staff II (D3 Hiperkes / Akper) 5.4. Pembagian Jam Kerja Karyawan Pabrik stirena ini direncanakan beroperasi selama 330 hari dalam satu tahun dan proses produksi berlangsung 24 jam per hari. Sisa hari yang bukan hari libur digunakan untuk perawatan, perbaikan, dan shutdown pabrik. Sedangkan pembagian jam kerja karyawan digolongkan dalam dua golongan yaitu karyawan shift dan non shift 5.4.1. Karyawan non shift / harian Karyawan non shift adalah karyawan yang tidak menangani proses produksi secara langsung. Yang termasuk karyawan harian adalah direktur, staf ahli, kepala bagian, kepala seksi serta karyawan yang berada di kantor. Karyawan harian akan bekerja selama 5 hari dalam seminggu dan libur pada hari Sabtu, Minggu dan hari besar, dengan pembagian kerja sebagai berikut : Jam kerja : · Hari Senin – Jum’at : Jam 08.00 – 17.00 Jam Istirahat : · Hari Senin – Kamis : Jam 12.00 – 13.00 · Hari Jum’at : Jam 11.00 – 13.00 5.4.2. Karyawan Shift Karyawan shift adalah karyawan yang secara langsung menangani proses produksi atau mengatur bagian - bagian tertentu dari pabrik yang mempunyai hubungan dengan masalah keamanan dan kelancaran produksi. Yang termasuk karyawan shift ini adalah operator produksi, sebagian dari bagian teknik, bagian gudang dan bagian utilitas, pengendalian, laboratorium, dan bagian - bagian yang harus selalu siaga untuk menjaga keselamatan serta keamanan pabrik. Para karyawan shift akan bekerja secara bergantian selama 24 jam, dengan pengaturan sebagai berikut : o Shift Pagi : Jam 07.00 – 15.00 o Shift Sore : Jam 15.00 – 23.00 o Shift Malam : Jam 23.00 – 07.00 Untuk karyawan shift ini dibagi menjadi 4 kelompok (A / B / C / D) dimana dalam satu hari kerja, hanya tiga kelompok masuk, sehingga ada satu kelompok yang libur. Untuk hari libur atau hari besar yang ditetapkan pemerintah, kelompok yang bertugas tetap harus masuk. Jadwal pembagian kerja masing-masing kelompok disajikan dalam tabel 5.3. Tabel 5.3. Jadwal pembagian kelompok shift Hari Shift pagi Shift sore Shift malam Libur Senin A B C D Selasa D A B C Rabu C D A B Kamis B C D A Jum’at A B C D Sabtu D A B C Minggu C D A B Kelancaran produksi dari suatu pabrik sangat dipengaruhi oleh faktor kedisiplinan para karyawannya dan akan secara langsung mempengaruhi kelangsungan dan kemajuan perusahaan. Untuk itu kepada seluruh karyawan perusahaan dikenakan absensi. Disamping itu masalah absensi digunakan oleh pimpinan perusahaan sebagai salah satu dasar dalam mengembangkan karier para karyawan di dalam perusahaan (Djoko, 2003). 5.5. Status Karyawan dan Sistem Upah Pada pabrik Stirena monomer ini sistem upah karyawan berbeda - beda tergantung pada status karyawan, kedudukan, tanggung jawab, dan keahlian. Menurut status karyawan dapat dibagi menjadi tiga golongan sebagai berikut: 1. Karyawan Tetap Yaitu karyawan yang diangkat dan diberhentikan dengan surat keputusan (SK) direksi dan mendapat gaji bulanan sesuai dengan kedudukan, keahlian, dan masa kerjanya. 2. Karyawan Harian Yaitu karyawan yang diangkat dan diberhentikan direksi tanpa SK direksi dan mendapat upah harian yang dibayar tiap akhir pekan. 3. Karyawan Borongan Yaitu karyawan yang digunakan oleh pabrik bila diperlukan saja. Karyawan ini menerima upah borongan untuk suatu pekerjaan. 5.6. Penggolongan Jabatan, Jumlah Karyawan, dan Gaji 5.6.1. Penggolongan Jabatan 1. Direktur Utama : Sarjana Ekonomi / Teknik / Hukum 2. Direktur Teknik dan Produksi 3. Direktur Keuangan Dan Administrasi : Sarjana Ekonomi/Akuntansi 4. Kepala Bagian Produksi dan Utilitas : Sarjana Teknik Kimia 5. Kepala Bagian Teknik /Elektro 6. : Sarjana Teknik Kimia :Sarjana Mesin / Kepala Bagian Litbang Elektro Teknik Kimia /Mesin Elektro :Sarjana Teknik Kimia/ Mesin / Mesin / Elektro 7. Direktur Keuangan Dan Pemasaran : Sarjana Ekonomi/Akuntansi 8. Kepala Bagian Administrasi : Sarjana Ekonomi/Hukum 9. Kepala Seksi : Sarjana 10. Kepala Regu : Sarjana atau D3 11. Pegawai Staff 1 : Sarjana atau D3 12. Pegawai Staff 2 : Sarjana atau D3 13. Operator : D3 atau STM 14. Sopir, Keamanan, Pesuruh : SLTA / Sederajat 5.6.2. Jumlah Karyawan dan Gaji Jumlah Karyawan harus ditentukan dengan tepat, sehingga semua pekerjaan dapat diselenggarakan dengan baik dan efektif. Tabel 5.4. Jumlah Karyawan Menurut Jabatan No. Jabatan Jumlah 1 Direktur Utama 1 2 Direktur 2 3 Staff Ahli 4 4 Kepala Bagian 6 5 Kepala Seksi 13 6 Kepala Shift 4 7 Kepala Regu 20 8 Pegawai Staff 1 14 9 Pegawai Staff 2 14 10 Operator 96 11 Security 12 12 Sopir 6 13 Cleaning Service 8 TOTAL 200 Tabel 5.5. Perincian Golongan dan Gaji Karyawan Gol. Jabatan Gaji/bulan (Rp.) Kualifikasi III Direktur Utama 40.000.000,00 S-1/S-2/S-3 IV Direktur 30.000.000,00 S-1/S-2 V Kepala Bagian 10.000.000,00 S-1 VI Staff Ahli 15.000.000,00 S-1/S-2 VII Kepala Seksi 7.500.000,00 S-1 VIII Kepala Shift 6.000.000,00 S-1/D-3 IX Kepala Regu 4.500.000,00 S-1/ D-3 X Pegawai Staff I 4.500.000,00 S-1 XI Pegawai Staff II 3.000.000,00 D-3 XII Operator 3.000.000,00 SLTA Security 1.500.000,00 SLTA Sopir 1.500.000,00 SLTA Cleaning Service 1.000.000,00 SLTA 5.7. Kesejahteraan Sosial Karyawan Kesejahteraan sosial yang diberikan oleh perusahaan pada para karyawan, antara lain (Masud, 1989) : 1. Tunjangan o Tunjangan yang berupa gaji pokok yang diberikan berdasarkan golongan karyawan yang bersangkutan. o Tunjangan jabatan yang diberikan berdasarkan jabatan yang dipegang karyawan. o Tunjangan lembur yang diberikan kepada karyawan yang bekerja diluar jam kerja berdasarkan jumlah jam kerja. 2. Pakaian Kerja Diberikan kepada setiap karyawan setiap tahun sejumlah empat pasang. 3. Cuti o Cuti tahunan diberikan kepada setiap karyawan selama 12 hari kerja dalam satu tahun. o Cuti sakit diberikan kepada karyawan yang menderita sakit berdasarkan keterangan dokter. o Cuti hamil diberikan kepada karyawati yang hendak melahirkan, masa cuti berlaku selama 2 bulan sebelum melahirkan sampai 1 bulan sesudah melahirkan. 4. Pengobatan o Biaya pengobatan bagi karyawan yang menderita sakit yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja, ditanggung oleh perusahaan sesuai dengan undang-undang. o Biaya pengobatan bagi karyawan yang menderita sakit tidak disebabkan oleh kecelakaan kerja, diatur berdasarkan kebijaksanaan perusahaan. 5. Asuransi Tenaga Kerja Asuransi tenaga kerja diberikan oleh perusahaan bila jumlah karyawan lebih dari 10 orang atau dengan gaji karyawan lebih besar dari Rp1.000.000,00 per bulan. 5.8. Manajemen Perusahaan Manajemen produksi merupakan salah satu bagian dari manajemen perusahaan yang fungsi utamanya adalah menyelenggarakan semua kegiatan untuk memproses bahan baku menjadi produk dengan mengatur penggunaan faktor - faktor produksi sedemikian rupa sehingga proses produksi berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Manajemen produksi meliputi manajemen perancangan dan pengendalian produksi. Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi mengusahakan perolehan kualitas produk sesuai target dalam jangka waktu tertentu. Dengan meningkatnya kegiatan produksi maka selayaknya diikuti dengan kegiatan perencanaan dan pengendalian agar penyimpangan produksi dapat dihindari. Perencanaan sangat erat kaitannya dengan pengendalian dimana perencanaan merupakan tolak ukur bagi kegiatan operasional sehingga penyimpangan yang terjadi dapat diketahui dan selanjutnya dikembalikan pada arah yang sesuai. 5.8.1. Perencanaan Produksi Dalam menyusun rencana produksi secara garis besar ada direktur keuangan dan umum. Hal yang perlu dipertimbangkan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kemampuan pabrik sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang menyangkut kemampuan pasar terhadap jumlah produk yang dihasilkan. Dipengaruhi oleh keandalan dan kemampuan mesin yaitu jam kerja efektif dan beban yang diterima. 1. Kemampuan Pasar Dapat dibagi menjadi 2 kemungkinan, yaitu : · Kemampuan pasar lebih besar dibandingkan kemampuan pabrik, maka rencana produksi disusun secara maksimal. · Kemampuan pasar lebih kecil dari kemampuan pabrik. Ada tiga alternatif yang dapat diambil : · Rencana produksi sesuai kemampuan pasar atau produksi diturunkan sesuai dengan kemampuan pasar, dengan mempertimbangkan untung dan rugi. · Rencana produksi tetap dengan mempertimbangkan bahwa kelebihan produksi disimpan dan dipasarkan tahun berikutnya. · 2. Mencari daerah pemasaran baru. Kemampuan Pabrik Pada umumnya kemampuan pabrik ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain · Bahan Baku Dengan pemakaian yang memenuhi kualitas dan kuantitas, maka akan mencapai jumlah produk yang diinginkan. · Tenaga kerja Kurang terampilnya tenaga kerja akan menimbulkan kerugian, sehingga diperlukan pelatihan agar kemampuan kerja keterampilannya meningkat dan sesuai dengan yang diinginkan. · Peralatan (Mesin) Ada dua hal yang mempengaruhi kehandalan dan kemampuan mesin, yaitu jam kerja mesin efektif dan kemampuan mesin. Jam kerja mesin efektif adalah kemampuan suatu alat untuk beroperasi pada kapasitas yang diinginkan pada periode tertentu. Kemampuan mesin adalah kemampuan mesin dalam memproduksi. 5.8.2. Pengendalian Produksi Setelah perencanaan produksi disusun dan proses produksi dijalankan, perlu adanya pengawasan dan pengendalian produksi agar proses berjalan baik. Kegiatan proses produksi diharapkan menghasilkan produk dengan mutu sesuai dengan standard dan jumlah produk sesuai dengan rencana dalam jangka waktu sesuai jadwal. a. Pengendalian Kualitas Penyimpangan kualitas terjadi karena mutu bahan baku tidak baik, kerusakan alat, dan penyimpangan operasi. Hal - hal tersebut dapat diketahui dari monitor atau hasil analisis laboratorium. b. Pengendalian Kuantitas Penyimpangan kuantitas terjadi karena kesalahan operator, kerusakan mesin, keterlambatan bahan baku serta perbaikan alat yang terlalu lama. Penyimpangan perlu diketahui penyebabnya, baru dilakukan evaluasi. Kemudian dari evaluasi tersebut diambil tindakan seperlunya dan diadakan perencanaan kembali dengan keadaan yang ada. c. Pengendalian Waktu Untuk mencapai kuantitas tertentu perlu adanya waktu tertentu pula. d. Pengendalian Bahan Proses Bila ingin dicapai kapasitas produksi yang diinginkan maka bahan proses harus mencukupi sehingga diperlukan pengendalian bahan proses agar tidak terjadi kekurangan. BAB VI ANALISIS EKONOMI Pada perancangan pabrik stirena ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang menguntungkan atau tidak. Komponen terpenting dari perancangan ini adalah estimasi harga alat - alat. karena harga ini dipakai sebagai dasar untuk estimasi analisis ekonomi. Analisis ekonomi dipakai untuk mendapatkan perkiraan/estimasi tentang kelayakan investasi modal dalam suatu kegiatan produksi suatu pabrik dengan meninjau kebutuhan modal investasi.besarnya laba yang diperoleh. lamanya modal investasi dapat dikembalikan. dan terjadinya titik impas. Selain itu analisis ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang dapat menguntungkan atau tidak jika didirikan. 6.1 Penaksiran Harga Peralatan Harga peralatan proses tiap alat tergantung pada kondisi ekonomi yang sedang terjadi. Untuk mengetahui harga peralatan yang pasti setiap tahun sangat sulit sehingga diperlukan suatu metoda atau cara untuk memperkirakan harga suatu alat dari data peralatan serupa pada tahuntahun sebelumnya. Penentuan harga peralatan dilakukan dengan menggunakan data indeks harga. Tabel 6.1 Indeks Harga Alat Cost Indeks tahun Chemical Engineering Plant Index 1991 361,3 1992 358,2 1993 359,2 1994 368,1 1995 381,1 1996 381,7 1997 386,5 1998 389,5 1999 390,6 2000 394,1 2001 394,3 2002 390,4 Sumber : Tabel 6-2 Peters & Timmerhaus. ed.5, 2003 405 400 395 indeks 390 385 380 y = 3,6077x - 6823,2 375 370 365 360 355 1990 1991 Gambar 1992 1993 1995 Engineering 1996 1997 1998 2000 2001 2002 2003 6.1 1994 Chemical Cost1999 Index Dengan asumsi kenaikan indeks linear. tahun maka dapat diturunkan persamaan least square sehingga didapatkan persamaan berikut: Y = 3,6077 X - 6823,174 Pabrik direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2014 dan pembelian alat dimulai tahun 2012. sehingga indeks pada tahun 2012 adalah 435,518. Harga alat dan yang lainnya diperkirakan pada tahun evaluasi (2012 dan dilihat dari grafik pada referensi. Menurut Peters & Timmerhaus, 2003, untuk mengestimasi harga alat tersebut pada masa sekarang digunakan persamaan : Ex = Ey . Nx Ny Ex = Harga pembelian pada tahun 2012 Ey = Harga pembelian pada tahun 2002 6.2 6.3 Nx = Indeks harga pada tahun 2012 Ny = Indeks harga pada tahun 2002 Dasar Perhitungan Kapasitas produksi : 60.000 ton/tahun Satu tahun operasi : 330 hari Pabrik didirikan : 2014 Harga bahan baku etilbenzena : US $ 0,64 / lb Harga katalis Fe2O3 : US $ 20 / kg Penentuan Total Capital Investment (TCI) Asumsi-asumsi dan ketentuan yang digunakan dalam analisis ekonomi : 1. Pengoperasian pabrik dimulai tahun 2014. Proses yang dijalankan adalah proses kontinyu. 2. Kapasitas produksi adalah 60.000 ton/tahun. 3. Jumlah hari kerja adalah 330 hari per tahun. 4. Shut down pabrik dilaksanakan selama 30 hari dalam satu tahun untuk perbaikan alat-alat pabrik. 5. Modal kerja yang diperhitungkan selama 1 bulan. 6. Umur alat-alat pabrik diperkirakan 20 tahun. 7. Nilai rongsokan (Salvage Value) alat adalah nol. Nilai tanah diperhitungkan. 8. Situasi pasar, biaya dan lain - lain diperkirakan stabil selama pabrik beroperasi. 9. Upah buruh asing US $ 20 per manhour. 10. Upah buruh lokal Rp. 7.500,00 per manhour 11. Satu manhour asing = 2 manhour Indonesia 12. Kurs rupiah yang dipakai Rp. 9706,3773 6.4 Hasil Perhitungan 6.4.1 Capital Investment 6.4.1.1 Fixed Capital Investment (FCI) Tabel 6.2 Fixed Capital Investment No Jenis US $ Rp. 1. Harga pembelian peralatan 1.249.247 0 2. Instalasi alat-alat 157.405 284.828.330 3. Pemipaan 612.131 346.666.060 4. Instrumentasi 303.567 53.405.312 5. Isolasi 37.477 46.846.765 6. Listrik 124.925 46.846.765 7. Bangunan 374.774 0 8. Tanah & perbaikan lahan 149.910 21.087.337.224 9. Utilitas 1.884.305 0 5.400.936 21.865.930.455 1.080.187 4.373.186.091 6.481.123 26.239.116.546 Physical Plant Cost 10. Engineering & Construction Direct Plant Cost 11. Contractor’s fee 635.150 2.571.433.421 12. Contingency 1.620.281 6.559.779.136 8.736.554 35.370.329.104 Fixed Capital Invesment (FCI) 6.4.1.2 Working Capital Investment (WCI) Tabel 6.3 Working Capital Investment No. Jenis 1. Persediaan bahan baku 2. Rp. US $ 0 7.971.582 Persediaan bahan dalam proses 47.501 9.366.378 2.060.603.178 3. Persediaan produk 10.450.129 4. Extended credit 13.403.037 5. Available cash 10.450.129 2.060.603.178 42.322.376 4.130.572.734 Working Capital Investment (WCI) 0 6.4.1.3 Total Capital Investment (TCI) TCI = FCI + WCI = (8.736.554 US $ + Rp 35.370.329.104) + (42.322.376 US $ + 4.130.572.734) = 51.088.930 US $ + Rp 39.500.901.837 = Rp 533.098.142.650 6.4.2 Manufacturing Cost 6.4.2.1 Direct Manufacturing Cost (DMC) Tabel 6.4 Direct Manufacturing Cost No. Jenis US $ Rp. 1. Harga bahan Baku 95.658.980 0 2. Gaji pegawai 0 4.032.000.000 3. Supervisi 0 2.520.000.000 4. Maintenance 567.876 2.299.071.392 5. Plant supplies 85.181 344.860.709 6. Royalty & patent 3.216.729 0 7. Utilitas 0 7.450.071.604 99.528.767 16.646.003.705 Direct Manufacturing Cost 6.4.2.2 Indirect Manufacturing Cost (IMC) Tabel 6.5 Indirect Manufacturing Cost No. Jenis US $ Rp. Rp 1. Payroll overhead 0 645.120.000 2. Laboratory 0 443.520.000 3. Plant overhead 0 2.217.600.000 4. Packaging & shipping 24.125.466 0 Indirect Manufacturing Cost 24.125.466 3.306.240.000 6.4.2.3 Fixed Manufacturing Cost (FMC) Tabel 6.6 Fixed Manufacturing Cost No. Jenis US $ 1. Depresiasi 873.655 3.537.032.910 2. Property Tax 436.828 530.554.937 3. Asuransi 436.828 707.406.582 1.747.311 4.774.994.429 Fixed Manufacturing Cost Rp. 6.4.2.4 Total Manufacturing Cost (TMC) TMC = (99.528.767 US $ + Rp 16.646.003.705) + (24.125.466 US $ + Rp 3.306.240.000) + (1.747.311 US $ + Rp 4.774.994.429) = 125.401.544 US $ + Rp 24.727.238.134 = Rp 1.241.921.930.995 6.4.3 General Expense Tabel 6.7 General Expense No, Jenis US $ 1, Administrasi 0 2, Sales 13.349.425 3, Research 6.433.458 4. Finance 3.392.592 1.194.051.183 23.175.474 4.210.051.183 General Expense (GE) Rp, 3.016.000.000 0 0 = DMC + IMC + FMC 6.4.4 Total Production Cost (TPC) TPC = TMC + GE = (125.401.544 US $ + Rp 24.727.238.134) + (23.175.474 US $ + Rp 4.210.051.183) = 148.577.818 US $ + Rp 28.937.289.316 = Rp 1.471.081.878.945 Hasil penjualan stirena = 60.000.000 kg/th x 2,65 US $ / kg = 158.888.212 US $ = Rp 1.542.228.934.916 Hasil penjualan benzene = 511.254.98 kg/th x 1,35 US $ / kg = 690.163 US $ =Rp 6.698.980.559 Hasil penjualan toluene = 852.091.63 kg/th x 1,48 US $ / kg = 1.258.065 US $ = Rp12.211.256.753 Hasil penjualan total = 160.836.441 US $ =Rp 1.561.139.172.228 Keuntungan = Penjualan Produk – Biaya Produksi = Rp 1.561.139.172.228 – Rp. 1.471.081.878.945 = Rp 90.057.293.284 Pajak = 25% dari keuntungan (Dirjen pajak. tahun 2008) = Rp 22.514.323.321 Keuntungan sebelum pajak = Rp 90.057.293.284 Keuntungan setelah pajak = Rp 67.542.969.963 6.5 Analisis Kelayakan 6.5.1 Percent Return On Investment (ROI) Percent Return On Investment adalah rasio keuntungan tahunan dengan mengukur kemampuan perusahaan dalam mengembalikan modal investasi. ROI membandingkan laba rata - rata terhadap Fixed Capital Investment. ROI Profit ´ 100% FCI = Untuk industrial chemical dengan high risk ROI = min. 44 % (Aries-Newton) a. Percent Return on Investment sebelum pajak Profit sebelum pajak = Rp 90.057.293.284 b. FCI = Rp. 120.170.618.656 ROI = 0,7494 = 74,94 % Percent Return on Investment setelah pajak Profit setelah pajak ROI = Rp 67.542.969.963 = 0,5621 = 56,21 % 6.5.2 Pay Out Time (POT) Pay Out Time adalah jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan Fixed Capital Investment berdasarkan profit yang diperoleh. POT = FCI Profit + Depresiasi Untuk industri kimia dengan risiko tinggi POT = 2 tahun a. Pay Out time Sebelum pajak FCI Profit = Rp. 120.170.618.656 = Rp 90.057.293.284 Depresiasi = Rp. 12.017.061.866 POT = 1,18 tahun = 14,13 bulan b. Pay Out time Setelah pajak Profit = Rp 67.542.969.963 POT = 1,51 tahun = 18,13 bulan 6.5.3 Break Even Point ( BEP ) Break Even Point adalah titik impas. Besarnya kapasitas produksi dapat menutupi biaya keseluruhan. Dimana pabrik tidak mendapatkan keuntungan namun tidak menderita kerugian. a. Fixed manufacturing Cost ( Fa ) Fixed manufacturing Cost ( Fa ) b. = Rp. 21.735.052.339 Variabel Cost ( Va ) Raw material = Rp 928.502.154.028 Packaging + transport = Rp 234.170.875.834 Utilitas = Rp Royalti = Rp 7.450.071.604 31.222.783.445 Variabel Cost ( Va ) = Rp 1.201.345.884.911 c. Regulated Cost ( Ra ) Labor Supervisi = Rp = Rp 4.032.000.000 2.520.000.000 Payroll Overhead = Rp 645.120.000 Plant Overhead = Rp 2.217.000.000 Laboratorium = Rp 443.520.000 General Expense = Rp 229.159.947.950 Maintenance = Rp 7.811.090.213 Plant Supplies = Rp 1.171.663.532 Regulated Cost ( Ra ) = Rp 248.000.941.695 d. Penjualan ( Sa ) Total Penjualan produk selama 1 tahun = Sa = Rp 1.561.139.172.228 BEP = Fa + 0,3Ra ´ 100% Sa - Va - 0,7Ra = 51,63 % 6.5.4 Shut Down Point ( SDP ) Shut Down Point adalah suatu titik dimana pabrik mengalami kerugian sebesar Fixed Cost yang menyebabkan pabrik harus tutup. SDP = 0,3Ra ´ 100% Sa - Va - 0,7Ra = 39,96 % 6.5.5 Discounted Cash Flow ( DCF ) Discounted Cash Flow adalah interest rate yang diperoleh ketika seluruh modal yang ada digunakan semuanya untuk proses produksi. DCF dari suatu pabrik dinilai menguntungkan jika melebihi bunga pinjaman bank. DCF (i) dapat dihitung dengan metode Present Value Analysis dan Future Value Analysis (Peters & Timmerhaus. 2003). Future value analysis Persamaan: (FC+WC)(1+ i )n = WC+ SV+C ( (1+ i )n-1+ ( 1 + i )n-2 +.. + (1+ i )0 ) dimana : FC = Rp 120.170.618.656 WC = Rp 414.927.523.994 SV = salvage value = nilai barang rongsokan = Rp 0 SV = salvage value = nilai tanah = Rp Finance = Rp 34.123.829.766 diperkirakan umur pabrik ( n ) = 20 C = = 24.524.023.342 tahun laba setelah pajak + finance + besarnya depresiasi Rp 113.683.861.594 dilakukan trial harga i untuk memperoleh harga kedua sisi persamaan ( FC + WC )(1 + i )n sama . = 2.443.950.943.781 WC+SV+C((1+ i )n-1+( 1 + i )n-2 +...+ (1+ i)0) = 2.443.950.943.781 Dengan trial and error diperoleh nilai i = 0,1210 = 12,10 % Tabel 6.8 Analisis Kelayakan No. Keterangan 1. Percent Return On Investment (% ROI) 2. Perhitungan Batasan ROI sebelum pajak 74,94% min 44 % ROI setelah pajak 56,21% Pay Out Time (POT). tahun POT sebelum pajak 1,18 POT setelah pajak 1,51 3. Break Even Point (BEP) 51,63% 4. Shut Down Point (SDP) 39,96% 5. Discounted Cash Flow (DCF) 12,10% KESIMPULAN Dari analisis ekonomi yang dilakukan dapat dihitung : 1. Percent Return On Investment (ROI) sebelum pajak sebesar 74,94 % 2. Pay Out Time (POT) sebelum pajak selama 1,18 tahun 3. Break Event Point (BEP) sebesar 51,63 % 4. Shut Down Point (SDP) sebesar 39,96 % 5. Discounted Cash Flow (DCF) sebesar 12,10 % max 2 tahun 40 - 60 % min 11 % Jadi. pabrik stirena proses dehidrogenasi etilbenzena dengan kapasitas 60.000 ton/tahun layak untuk didirikan. Grafik hasil analisis ekonomi dapat digambarkan sebagai berikut : Ra Sa Va 0,3 Ra SDP BEP Fa Gambar 6.2 Grafik Analisis Kelayakan Pabrik