Disertasi Pudji Rahaju: Upaya Menangkal Kanker Nasofaring

advertisement
Disertasi Pudji Rahaju: Upaya Menangkal Kanker
Nasofaring
Dikirim oleh prasetya1 pada 26 Desember 2006 | Komentar : 0 | Dilihat : 2858
Keganasan kanker nasofaring (KNF) terbanyak di bidang THT (telinga hidung dan tenggorok), yaitu dengan angka
kejadian 5-15 per 100 ribu penduduk. Faktor etiologi keganasan ini multifkator. Salah satu di antaranya adalah
infeksi EBV (Epstein-Barr virus). Dari berbagai penelitian dinyatakan EBV mempunyai peran besar dalam
karsinogenesis KNF. EBV menginfeksi sel epitel nasofaring melalui ikatannya dengan complement receptor tipe 2
(CR2) yang disebut CD21. Selain itu, EBV juga menginfeksi sel limfosit B dan dapat hidup laten pada berbagai
macam antigen spesifik fase laten, yakni Epstein-Barr Nuclear Antigen (EBNA1-6), dan membran Latent
Membrane Protein (LMP1-2). Sementara itu, LMP1 merupakan antigen membran yang berperan potensial pada
karsinogenesis KNF, karena mempengaruhi proliferasi dan replikasi virus sehingga menyebabkan sel-sel yang
terinfeksi menjadi imortal. Di samping itu, LMP1 juga menginduksi epidermal growth factor, sehingga
berpengaruh pada pertumbuhan tumor.
Demikian dr Pudji Rahaju SpTHT-KL dalam disertasi berjudul "Analisa Mutasi DNA Mitokondria pada Sel
Karsinoma Nasofaring Latent Membrane Protein 1 Positif". Ujian disertasi Pudji Rahaju digelar Program
Pascasarjana Universitas Brawijaya, Selasa (26/12). Bertindak selaku promotor Prof Dr dr Mulyohadi Ali SpFK,
serta kopromotor Dr dr Ketut Muliartha SpPA, Prof Dr dr Widodo Ario Kentjono SpTHT-KL dan Prof Ir Liliek
Sulistyowati PhD. Tim dosen penguji terdiri dari Prof dr M Aris Widodo MS SpFK PhD, Dr Ir M Sasmito Djati
MS, dan Prof Dr dr Sofia Mubarika H.
Dipaparkan lebih jauh, organel yang saat ini mendapat perhatian adalah mitokondria karena peranannya pada
proses apoptosis (kematian sel terprogram) dan pembentukan energi ATP (adenosine triphosphate) melalui proses
oksidasi-fosforisasi. Proses aproptosis ditujukan untuk menghilangkan sel-sel yang tak diinginkan tanpa
mempengaruhi sel-sel sekitarnya.
Banyak dilaporkan keganasan mutasi DNA mitokondria (mtDNA) terhadap ovarium, prostat, lambung hati,
esofagus, paru, kepala, dan leher. Adanya berbagai perbedaan yang jelas pada struktur dan fungsi mitokondria
antara sel normal dan sel kanker memberikan kontribusi potensial dan khusus dalam penggunaan secara klinis
mutasi mtDNA sebagai marker deteksi dini kanker dan dalam pengobatan kanker.
Penelitian disertasi Pudji Rahaju menggunakan desain studi observasi cross-sectional jaringan epitel yang didapat
dari hasil biopsi jaringan nasofaring penderita dengan dugaan KNF. Penelitian dilakukan dalam 2 tahap. Dari hasil
2 tahap penelitian tersebut, Pudji Rahaju menyimpulkan, semua penderita KNF EBV LMP1+ mengalami mutasi
mtDNA coding region, dan jenis mutasi pada gen-gen tersebut mempunyai asosiasi yang kuat terhadap distribusi
protein-protein sitosol yang berperan pada proses apoptosis dan pembentukan energi ATP. Dengan demikian,
diduga kuat infeksi EBV melalui LMP1+ yang mempengaruhi proses apoptosis dan menyebabkan terganggunya
pembentukan energi ATP berperan pada imortalisasi sel-sel yang terinfeksi EBV, yang bersama mekanisme
karsinogenesis LMP1+ yang lain akan memberikan kontribusi pada perkembangan KNF.
Mengingat penyebab mutasi mtDNA pada KNF beragam, disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan yang
berkaitan dengan pengaruh yang berasal dari faktor lingkungan (eksogen) seperti sinar ultraviolet, radiasi ion,
cytochrome, inflamasi, dan patogen, maupun dari sumber endogen seperti mitokondria, peroxisome, cytochrome
P450). Faktor lingkungan lain yang masih perlu diteliti, menurut Pudji Rahaju adalah pengaruh asap rokok, asap
kendaraan, asap industri, dan pengaruh makanan terhadap karsinogenesis KNF. Perlu pula diintensifkan penelitian
mekanisme karsinogenesis KNF menggunakan kultur sel-sel jaringan tumor.
Dalam yudisium ujian terbuka, Pudji Rahaju dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan (IPK 3,81)
sehingga berhak menyandang gelar doktor dalam bidang ilmu kedokteran dengan kekhususan biomedik.
Dr dr Pudji Rahaju SpTHT (55 tahun), perempuan kelahiran Yogyakarta 21/10/1951, dokter lulusan Universitas
Airlangga, Surabaya (1977), dokter spesialis ilmu kesehatan telinga, hidung, dan tenggorok (THT) lulusan
universitas yang sama (1990). Saat ini bekerja sebagai staf medis fungsional THT pada RSU dr Saiful Anwar
Malang, dengan pangkat Pembina Tingkat I, golongan IV/b. Karir di bidang kesehatan diawalinya tahun 1978 yaitu
sebagai kepala Puskesmas Pungging, Mojokerto. [Far]
Download