BIFURKASI HOPF PADA MODEL PREDATOR PREY DENGAN PENGARUH ALELOPATI Sulvi Eka Yuliansari Jurusan Matematika, F.MIPA, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Email: [email protected] Abstrak. Pada artikel ini dikaji model predator prey dengan pengaruh alelopati. Waktu tunda dalam hal ini adalah waktu bagi predator untuk menghasilkan zat racun atau alelokimia. Analisis dinamik digunakan untuk mempelajari pengaruh alelopati ini. Titik kesetimbangan dan analisis kestabilan titik kesetimbangan dari model tanpa waktu tunda dan dengan waktu tunda telah dihitung dan dianalisis. Analisis model dengan adanya pengaruh waktu tunda menunjukkan adanya bifurkasi Hopf di titik kesetimbangan interior pada saat waktu tunda melewati waktu tunda kritis . Hasil simulasi menunjukkan bahwa bifurkasi Hopf yang terjadi adalah bifurkasi Hopf Supercritical. Kata kunci: bifurkasi Hopf, model predator prey, alelopati 1. PENDAHULUAN Salah satu bentuk interaksi antar makhluk hidup adalah proses predasi yang melibatkan predator dan prey. Pada saat proses predasi berlangsung, kadang kala terjadi interaksi lain antara dua spesies tersebut. Salah satu bentuk interaksi tersebut adalah alelopati, yaitu suatu interaksi yang bersifat menghambat atau merangsang pertumbuhan atau perkembangan spesies. Perangsangan maupun penghambatan tersebut berupa pelepasan suatu zat kimia yang disebut alelokimia. Kebanyakan dari interaksi ini merugikan salah satu spesies. Sebagai contoh plankton jenis dinoflagellata. Plankton ini mampu menghasilkan zat racun saraf atau neurotoksin yang mampu membunuh makhluk hidup di laut dalam skala besar saat terjadi ledakan pada populasinya. Peristiwa ini biasa disebut pasang merah air laut. A. Mukhopadhyay, dkk. (1998) telah membahas alelopati pada plankton. Tiap populasi dapat menghasilkan alelokimia dan terdapat waktu tunda yang menyatakan waktu bagi plankton tumbuh sehingga dapat menghasilkan alelokimia. Pada artikel ini diasumsikan hanya salah satu dari spesies yang dapat menghasilkan alelokimia, yaitu spesies predator. Waktu tunda juga disertakan sebagai waktu bagi predator untuk menghasilkan alelokimia. Model yang terbentuk berupa persamaan diferensial nonlinear dengan waktu tunda. Pada prinsipnya, artikel ini mengulas (Wang dan Liu, 2012). 2. KONSTRUKSI MODEL Populasi prey pada saat dinyatakan dengan , populasi prey juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jumlah pertumbuhan prey diasumsikan mengikuti model pertumbuhan logistik dengan laju pertumbuhan prey sebesar dan daya dukung lingkungan sebesar . Populasi ini akan berkurang karena adanya interaksi yang terjadi antara prey dan predator dengan laju interaksi pemangsaan prey sebesar serta karena adanya pengaruh alelopati yang telah diberikan predator sebesar . Produksi alelokimia terjadi saat predator akan memangsa prey. Populasi predator dinyatakan dengan , jumlah populasi predator berkurang akibat kematian alami dengan laju sebesar dan interaksi antar predator dengan laju sebesar . Populasi ini akan bertambah hanya karena terjadi interaksi antara predator dan prey dengan laju sebesar . Karena terdapat pengaruh alelopati, maka interaksi predator prey dipengaruhi oleh waktu tunda. Waktu tunda merupakan waktu bagi predator untuk menghasilkan alelokimia. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut model predator prey dengan pengaruh alelopati adalah [ ] (1) [ dengan ] 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Titik Kesetimbangan Sistem Titik kesetimbangan sistem (1) diperoleh jika kesetimbangan, yaitu , , dengan ( ) √ ( ) √ dan bernilai nol. Terdapat tiga titik . dengan syarat 3.2 Analisa Kestabilan Titik Kesetimbangan Kestabilan lokal titik kesetimbangan ditentukan dengan terlebih dahulu melakukan linearisasi sistem (1) di sekitar titik kesetimbangan. Matriks Jacobi pada titik kesetimbangan tersebut adalah [ ] 3.2.1 Titik Kesetimbangan Jika titik kesetimbangan persamaan karakteristik disubstitusikan ke dalam matriks Jacobi di atas dihasilkan Akar persamaan karakteristik di atas adalah kesetimbangan bersifat tidak stabil pelana. 3.3.2 Titik Kesetimbangan ( Jika titik kesetimbangan karakteristik disubstitusikan ke dalam matriks Jacobi dihasilkan persamaan Akar persamaan karakteristik tersebut adalah ( sehingga titik ) ( kesetimbangan atau ) bersifat stabil jika ) atau sehingga titik . 3.3.3 Titik Kesetimbangan Untuk menganalisis kestabilan titik kesetimbangan dilakukan linearisasi sistem (1) dengan transformasi dan Setelah dilakukan linearisasi diperoleh (2) dengan , Persamaan karakteristik dari sistem (2) adalah (3) dengan ( Untuk ) persamaan karakteristik di atas menjadi . Dengan menggunakan kriteria Routh-Hurwitz, ditunjukkan bahwa akar-akar persamaan dari persamaan karakteristik tersebut bernilai riil negatif, sehingga titik kesetimbangan bersifat stabil asimtotik. Untuk , perilaku kestabilan titik kesetimbangan ditentukan oleh bagian real solusi persamaan karakteristik (3). Misalkan adalah akar persamaan karakteristik (3), titik 93 kesetimbangan akan stabil jika . Jika terdapat suatu nilai tundaa kritis yang dapat menyebabkan sehingga merupakan akar imajiner murni persamaan (3), maka titik kesetimbangan mengalami perubahan sifat kestabilan. Disubstitusikan ke dalam persamaan (3), diperoleh Persamaan di atas bernilai nol jika bagian imajiner dan realnya sama dengan nol, sehingga didapatkan (4) Eliminasi terhadap dilakukan dengan mengkuadratkan masing-masing persamaan pada (4) dan kemudian menjumlahkan keduanya diperoleh ( ) √( ) ( Dari (5) akan terdapat bilangan positif yang memenuhi jika persamaan tersebut memiliki akar imajiner murni Jika disubtitusikan didapatkan nilai tunda kritis ( ) (5) . Dengan demikian ke dalam persamaan (4) ) Karena pada nilai tunda kritis memuat akar imajiner, maka dimungkinkan terjadi bifurkasi pada titik tersebut. Bifurkasi terjadi jika persamaan (3) memenuhi kondisi transversal, yaitu | Bukti: Jika merupakan fungsi dalam , , dapat dicari dengan menggunakan turunan implisit dari persamaan karakteristik (3) sebagai berikut. ( Untuk nilai ) sehingga diperoleh | Persamaan karakteristik (3) memenuhi kondisi transversal, sehingga nilai bagian real dari akar karakteristik akan berubah tanda. Karena titik kesetimbangan memiliki nilai tunda kritis dan memenuhi kondisi transversal, maka terjadi bifurkasi Hopf di sekitar titik kesetimbangan . Saat nilai tunda kritis , titik kesetimbangan bersifat stabil asimtotik. Saat nilai tunda kritis , titik kesetimbangan memiliki sepasang akar imajiner murni yang menyebabkan terjadinya orbit periodik di sekitar titik kesetimbangan. Saat nilai tunda kritis , terbentuklah suatu limit cycle di sekitar titik kesetimbangan. 3.3 Simulasi Numerik dan Kajian Perilaku Solusi Pada sub bab ini diberikan simulasi numerik untuk membuktikan hasil analisis. Nilai parameter yang digunakan adalah , , , , , , dan . 3.3.1 Simulasi Model Tanpa Waktu Tunda karena Dengan nilai parameter-parameter di atas, terlihat bahwa syarat kestabilan tidak terpenuhi sehingga jelas titik kesetimbangan bersifat tidak stabil. 94 Gambar 1. Potret fase model tanpa waktu tunda Syarat eksistensi titik kesetimbangan terpenuhi karena maka titik kesetimbangan akan selalu bersifat stabil untuk nilai parameter yang diberikan pada simulasi ini seperti ditunjukkan Gambar 1. Dari Gambar 1 terlihat bahwa tiga titik kesetimbangan eksis. Titik kesetimbangan bersifat stabil dari berbagai nilai awal, namun titik dan tidak stabil. Dapat dilihat dari nilai awal , titik dan awalnya didekati tetapi kemudian dijauhi dan potret fase solusi mendekati titik kesetimbangan yang stabil. Hal ini berarti bahwa, jika parameter pada simulasi ini terjadi di alam maka dalam jangka panjang populasi prey dan populasi predator akan terus hidup berdampingan dalam suatu habitat. 3.3.2 Simulasi Model Dengan Waktu Tunda Dari nilai-nilai parameter di atas, syarat kestabilan Dari perhitungan didapatkan nilai Gambar 2. Potret fase model untuk terpenuhi, yaitu Gambar 3. Potret fase model untuk Dari Gambar 2 dan Gambar 3 tampak terjadi perubahan kestabilan dari akibat nilai yang meningkat dan melebihi nilai tunda kritis atau . Pada saat titik bersifat stabil asimtotik, tetapi saat pada Gambar 3 terlihat bahwa solusi untuk nilai awal menuju ke limit cycle, sedangkan solusi untuk nilai awal bergerak menjauhi titik dan mendekati limit cycle. Dari ilustrasi tersebut jelas terjadi bifurkasi dan jenis bifurkasi yang terjadi adalah bifurkasi Hopf Supercritical. 4. KESIMPULAN Model predator prey dengan pengaruh alelopati berupa sistem persamaan diferensial nonlinear. Dari model tersebut didapatkan tiga titik kesetimbangan , dan Titik tidak stabil, titik bersifat stabil asimtotik saat tidak eksis. Pada model tanpa waktu tunda titik stabil tanpa syarat. Pada model dengan waktu tunda, titik bersifat stabil asimtotik untuk semua . Saat nilai tunda kritis terjadinya bifurkasi Hopf Supercritical di sekitar titik . 5. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada Agus Suryanto selaku pembimbing atas segala motivasi dan bimbingan yang diberikan, M. Muslikh dan Ratno Bagus E.W. selaku dosen penguji atas segala saran dan kritik yang diberikan untuk perbaikan artikel ini. 6. DAFTAR REFERENSI Mukhopadhyay, A., Chattopadhyay, J., dan Tapaswi, P. K., (1998), A Delay Differential Equations Model of Plankton Allelopathy, Mathematical Biosciences, 149, hal.167-189. Wang, X., dan Liu, H., (2012), Hopf Bifurcation in a Predator-Prey System of Population Allelopathy with Discrete Delay, Applied Mathematics, 3, hal. 652-661. 95