4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan tanaman bawang merah dalam tata nama atau sistematika tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; subdivisio : angiospermae; kelas : monocotyledonae; ordo : liliales/liliflorae; famili : liliaceae; genus : allium; spesies : Allium ascalonicum (Rukmana , 1994). Untuk memperoleh pertumbuhan yang ideal, tanaman bawang merah harus didukung oleh perakaran yang banyak. Akar tanaman bawang merah terdiri atas akar pokok (primary root) sebagai tempat tumbuh akar adventif (adventitious root) dan bulu akar yang berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan zat – zat hara dari dalam tanah. Akar dapat tumbuh hingga kedalaman 30 cm, berwarna putih dan jika diremas berbau menyengat seperti bau bawang (Pitojo, 2003). Batang bawang merah memiliki batang sejati seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan mata tunas (titik tumbuh). Dibagian atas terbentuk batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun. Batang semu yang berada di dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinya, menjadi umbi lapis. Di antara umbi lapis terdapat mata tunas yang dapat membentuk tanaman baru atau anakan, terutama pada spesies bawang merah biasa (Rukmana, 1994). Daun bawang merah bertangkai pendek, berbentuk bulat mirip pipa, berlubang, berukuran panjang lebih dari 45 cm, dan meruncing pada bagian ujung. Daun berwarna hijau tua, atau hijau muda, tergantung varietasnya. Setelah tua, daun menguning, tidak lagi setegak daun yang masih muda, dan akhirnya Universitas Sumatera Utara 5 mengering dimulai dari bagian bawah tanaman. Jika diremas akan berbau spesifik seperti bau bawang merah (Pitojo, 2003). Letak bakal biji dalam ruang bakal buah (ovarium) terbalik atau dikenal dengan istilah anatropus. Oleh karenanya, bakal biji bawang merah dekat dengan plasentanya. Biji bawang merah yang masih muda berwarna putih. Setelah tua, biji akan berwarna hitam (Rahayu dan Berlian , 1994). Bunga bawang merah terletak di ujung tangkai daun yang keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh). Bunga bawang merah terdapat 50 – 200 kuntum yang tersusun melingkar (bulat) seolah – olah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning – kuningan, 1 putik dan bakal buah yang berbentuk hampir segitiga. Bawang merah dapat menyerbuk sendiri ataupun silang dengan bantuan serangga lebah atau lalat hijau, dapat juga melalui penyerbukan buatan oleh bantuan tangan manusia (Rukmana, 1994). Bagian pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok yang tidak sempurna (rudimenter). Dari bagian bawah cakram yakni diantara lapisan daun yang membengkak terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Tunas ini dinamakan tunas lateral. Di bagian tengah cakram terdapat mata tunas utama (inti tunas) yang kelak akan tumbuh bunga. Tunas pada bagian ini dinamakan tunas apikal. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai, pada tunas apikal kelak akan tumbuh bakal bunga (Rahayu dan Berlian , 1994). Universitas Sumatera Utara 6 Syarat Tumbuh Iklim Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1.100 meter di atas permukaan laut, tetapi produksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim meliputi : suhu udara antara 25º - 32ºC dan iklim kering, tempat terbuka dan mendapat sinar matahari ±70%, ketinggian tempat paling ideal antara 0 – 800 meter di atas permukaan laut (Rukmana, 1994). Tanaman bawang merah dapat membentuk umbi di daerah yang suhu udaranya rata-rata 22°C, tetapi hasil umbinya tidak sebaik di daerah yang suhu udara lebih panas. Bawang merah akan membentuk umbi lebih besar bilamana ditanam di daerah dengan penyinaran lebih dari 12 jam. Di bawah suhu udara 22°C tanaman bawang merah tidak akan berumbi. Oleh karena itu, tanaman bawang merah lebih menyukai tumbuh di dataran rendah dengan iklim yang cerah (Rismunandar, 1986). Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi (0 – 900 m dpl) dengan curah hujan 300 – 2500 mm/th. Namun, pertumbuhan tanaman maupun umbi yang terbaik di ketinggian sampai 250 m dpl. Bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi di ketinggian 800 – 900 m dpl, tetapi umbinya lebih kecil dan warnanya kurang mengkilap. Selain itu, umurnya lebih panjang dibanding umur tanaman yang ditanam di dataran rendah karena suhu di dataran tinggi lebih rendah (Rahayu dan Berlian , 1994). Bawang merah paling menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah. Daerah yang sering berkabut kurang baik untuk Universitas Sumatera Utara 7 bawang merah dan sering menimbulkan bencana penyakit. Angin yang kencang juga kurang baik. Demikian juga tempat yang terlindung dan teduh (Wibowo, 1999). Tanah Bawang merah dapat ditanam di sawah setelah panen padi dan dapat juga di tanah darat seperti tegalan, kebun dan pekarangan. Tanah yang gembur, subur, banyak mengandung bahan organis atau humus sangat baik untuk bawang merah. Di samping itu tanah bersifat mudah melalukan air, aerasinya baik dan tidak becek (Wibowo, 1999). Bawang merah tumbuh baik di tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik dengan dukungan syarat sebagai berikut : jenis tanah yang paling baik adalah lempung berpasir atau lempung berdebu, derajat kemasaman tanah (pH) tanah antara 5,5 – 6,5, tata air (drainase) dan tata udara (aerase) dalam tanah berjalan baik (Rukmana, 1994). Tanah yang terlalu asam dengan pH di bawah 5,5 banyak mengandung garam aluminium (Al). Garam ini bersifat racun sehingga dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Di tanah yang terlalu basa dengan pH lebih dari 7 garam mangan (Mn) tidak dapat diserap oleh tanaman. Akibatnya umbi yang dihasilkan kecil dan produksi tanaman rendah (Rahayu dan Berlian , 1994). Air Kelapa Senyawa-senyawa sintetik yang mempunyai pengaruh fisiologis yang serupa hormon tanaman dikenal dengan nama zat pengatur tumbuh (ZPT). Konsentrasi yang sangat rendah dari senyawa kimia dapat mengendalikan perkembangan bagian pada tumbuhan (Dewi, 2008). Universitas Sumatera Utara 8 Dalam mengaplikasikan hormon perlu diperhatikan ketepatan dosis, karena jikalau dosis terlalu tinggi hormone tidak memacu pertumbuhan tanaman tetapi menghambat pertumbuhan tanaman dan menyebabkan keracunan pada seluruh jaringan tanaman (Kusuma, 2003). Berbagai percobaan telah dilakukan, IBA dan NAA merupakan zat pengatur tumbuhyang dapat menginduksi tumbuhnya akar pada stek tanaman berkayu dan tanaman berbatang lunak (Wattimena, 1988).Pemberian auksin dalam konsentrasi rendah akan memacu pemanjangan akar, bahkan pertumbuhan akar utuh dan pada konsentrasi yang lebih tinggi pemanjangan hampir selalu terhambat (Salisburry dan Ross, 1995). Sitokinin merupakan ZPT yang mendorong pembelahan (sitokinesis).Beberapa macam sitokinin merupakan sitokinin alami (misal : kinetin, zeatin) dan beberapa lainnya merupakan sitokinin sintetik. Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi di akar selanjutnya diangkut oleh xilem menuju sel-sel target pada batang. Peningkatan konsentrasi sitokinin ini akan menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak (Dewi, 2008). Hormon auksin akan meningkatkan pertumbuhan sampai mecapai konsentrasi yang optimal. Apabila konsentrasi yang diberikan melebihi konsentrasi optimal, maka akan mengganggu metabolisme dan perkembangan tumbuhan sehingga menurunkan pertumbuhan (Pamungkas, dkk., 2009). Auksin diberikan pada sekelompok senyawa kimia yang memiliki fungsi utama mendorong pemanjangan kuncup yang sedang berkembang.Auksin juga terlibat di dalam pembentukan percabangan akar. Beberapa peneliti menemukan Universitas Sumatera Utara 9 bahwa dalam mutan Arabidopsis, memperlihatkan perbanyakan akar lateral yang ekstrim ternyata mengandung auksin dengan konsentrasi 17 kali lipat dari konsentrasi normal dan mendorong pemanjangan sel batang (Dewi, 2008). Gibberellin menstimulasi pertumbuhan daun maupun batang, tetapi efeknya dalam pertumbuhan akar sedikit. Di dalam batang, gibberellin menstimulasi perpanjangan sel dan pembelahan sel. Gibberellin menyebabkan pula pengendoran dinding sel, tetapi tidak mengasamkan dinding sel (Dewi, 2008). Air kelapa mengandung karbohidrat, protein, lemak dan beberapa mineral. Kandungan zat gizi ini tergantung kepada umur buah. Disamping zat gizi tersebut, air kelapa juga mengandung berbagai asam amino bebas. Setiap butir kelapa dalam dan hibrida mengandung air kelapa masing-masingsebanyak 300 dan 230 ml dengan berat jenis rata-rata 1,02 dan pH agak asam(5,6) (BPP Teknologi, 2009). Air kelapa mengandung komposisi kimia dan nutrisi yang lengkap (hormon, unsur hara makro, unsurhara mikro) sehingga apabila diaplikasikan pada tanaman akan berpengaruh positif pada tanaman. Air kelapa merupakan endosperm cair yang mengandung difenil urea sehingga dapat memacu pembelahan sel (Hendaryono dan Wijayati, 1994). Universitas Sumatera Utara 10 Tabel I. Hasil analisis hormon pada sampel air kelapa muda dan air kelapa tua Jenis Analisis Hasil (ppm) Muda Tua Giberelin : GA3 0.460 0.165 GA5 0.255 0.107 GA7 0.053 0.027 Sitokinin: Kinetin 0.441 0.245 Zeatin 0.247 0.097 Auksin: IAA 0.237 0.102 Sumber :Savitri(2005) dan Herman(2005) dalamRusmayasari 2006. Penelitian (Nana dan Salamah, 2014) dengan perlakuan konsentrasi air kelapa, bawang merah menunjukkan bahwa paling baik terdapat pada konsentrasi 75% sedangkan konsentrasi 100% terjadi penurunan pertumbuhan tanaman. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran parameter tanaman bawang merah antara lain: tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah, jumlah umbi, berat umbi, dan diameter umbi. Pemberian air kelapa 100% memberikan pengaruh hidup yang baik terhadap persentase hidup stek pucuk meranti bapa(Shorea selanicaBL.) karena memiliki nilai tertinggi sebesar 96%. Pada percobaan ini dilakukan perendaman stek dengan air kelapa dengan konsentrasi 100% selama 5 jam (Rusmayasari, 2006). Universitas Sumatera Utara