BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Dalam landasan teori akan dibahas lebih lanjut mengenai Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi dan Pendapatan Perkapita dan Jumlah Tabungan Nasabah. Penjabaran teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu yang telah diperluas dengan tambahan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian. 2.1.1 Tingkat Suku bunga 2.1.1.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga Menurut Karl dan Fair (2001: 635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bisa juga dipandang sebagai sewa atau penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Menurut sunariyah (2004: 80) suku bunga adalah harga dari pinjaman. suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. Universitas Sumatera Utara Eugene A. Duilio (1993: 42) menyatakan bahwa suku bunga adalah harga yang dibebankan oleh unit ekonomi yang mengalami surplus (unit surplus) pada unit ekonomi yang mengalami defisit (unit defisit) atas pinjaman yang diberikan dari tabungannya. 2.1.1.2 Teori Suku Bunga Menurut teori ini bunga adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk dipinjamkan/loanable fund. (Nopirin, 1993, hal. 66). Harga ini terjadi di pasar dana investasi, istilah pasar dana investasi dapat dijelaskan bahwa dalam satu periode ada anggota masyarakat yang menerima pendapatan yang melebihi kebutuhan konsumsi. Masyarakat tersebut kemudian menabungkan kelebihan pendapatannya, jumlah seluruh tabungan mereka membentuk suplay (penawaran) akan loanable fund. Dilain pihak, dalam periode yang sama ada anggota masyarakat, atau pengusaha yang memerlukan dana untuk investasi. Keseluruhan dari investasi atau jumlah keseluruhan mereka akan dana membentuk permintaan loanable fund. selanjutnya para penabung dan para investor ini bertemu di pasar loanable fund, dari proses tawar menawar antara mereka akan dihasilkan bunga keseimbnagan sebagai harga dari loanable fund yang digunakan oleh para investor. Menurut Teori Keynes berpendapat bahwa bunga itu adalah semata-mata moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Berdasarkan atas pendapat demikianlah mengapa Keyness menganggap adanya pengaruh uang terhadap sistem perekonomian seluruhnya. Seperti diketahui Universitas Sumatera Utara employment tergantung pada investasi yang pada gilirannya investasi tersebut dipengaruhi marginal efficiency of capital dan tingkat bunga. Karena tingkat bunga itu merupakan suatu gejala moneter, maka jelaslah bahwa teori ekonomi umum, dan politik keuangan menjadi suatu bahagian yang utama dalam politik ekonomi umum. Bunga sebagai suatu gejala keuangan, tingkatnya ditentukan oleh permintaan kepada uang dan persediaan akan uang. Dengan kata lain tingkat bunga itu ditentukan oleh kedua faktor yakni : 1. Faktor permintaan terhadap uang 2. Faktor penawaran akan uang Karena telah dinyatakan bahwa nilai uang ditentukan oleh kedua faktor tersebut, maka dapatlah dinyatakan bahwa nilai uanglah yang menentukan tingkat bunga. Faktor permintaan terhadap uang ini Keynes disebut “liquidity preference”. Jadi sesuai dengan term yang dipakai oleh Keynes, bunga itu ditentukan oleh liquidity preference dan jumlah uang. dengan demikian dapat dianalogkan bunga itu sebagai harga. Harga suatu barang semakin tinggi jika jumlahnya sedikit, dan permintaan terhadapnya banyak, sebaliknya harga barang itu akan murah bila jumlahnya banyak dan permintaan terhadapnya sedikit. Demikian pula bunga, naik apabila jumlah uang sedikit dan permintaan terhadapnya besar, sebaliknya bunga turun apabila jumlah uang dapat dianalogkan dengan harga barang. Dan dengan demikian pula gambaran curve permintaan terhadap suatu barang sama dengan curve permintaan terhadap uang atau curve. Universitas Sumatera Utara Liquidity preference. Hubungan antara tingkat bunga, permintaan terhadap uang atau liquidity preference dan jumlah uang akan jelas dengan gambar berikut dibawah ini : Gambar 2.1. Curve Liquidity Preference Dalam gambar diatas jelaslah hubungan antara permintaan terhadap uang, jumlah uang dan tingkat bunga. Dalam suatu curve liquidity preference yang tertentu maka bertambahnya jumlah uang akan menyebabkan turunya tingkat bunga, sebaliknya turunnya jumlah uang akan menyebabkan naiknya tingkat bunga. Selanjutnya jika curve liquidity preference mengalami perubahan maka dengan jumlah uang tertentu akan menyebabkan turunnya tingkat bunga. Hubungan yang demikian itu akan jelas dengan gambar dibawah ini : Universitas Sumatera Utara JUMLAH Gambar 2.2. Kurva Permintaan Terhadap Uang Dengan gambar diatas terlihat bahwa pada jumlah uang tetap, naiknya permintaan terhadap uang yang terlihat dari perubahan curve permintaan dari D1D1 menjadi D2D2, telah menyebabkan naiknya tingkat bunga dari 11 menadi 12. Demikian juga bila mana terjadi sebaliknya. 2.1.1.3 Perhitungan Suku Bunga Menurut Dendawijaya Lukman (2001: 105) dalam industri perbankan yang sangat kompetitif, penentuan tingkat bunga kredit menjadi suatu alat persaingan yang sangat strategis. Besar kecilnya bunga bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya bunga simpanan, semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya. Disamping bunga pinjaman, pengaruh besar kecilnya bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh komponen-komponen pokok dalam penentuan tingkat bunga kredit. Bank-bank yang mampu mengendalikan komponenkomponen pokok dalam penentuan tingkat bunga kredit (lending rate) akan Universitas Sumatera Utara mampu menentukan tingkat bunga kredit yang lebih rendah dibandingkan dengan bank-bank lainnya. Menurut Dendawijaya Lukman, dalam bukunya (2001:105) komponenkomponen yang menentukan tingkat bunga kredit adalah sebagai berikut: 1. COLF Sebagaimana diuraikan diatas, perhitungan COLF ini berturut-turut adalah sebagai berikut: 1). Menetapkan tingkat bunga yang akan dibayarkan kepada deposan. 2). Menghitung komposisi sumber dana 3). Memperhatikan ketentuan tentang giro wajib minimum (GWM) Menghitung biaya dana efektif dengan rumus Menghitung Kontribusi dana dengan rumus: Kontribusi biaya dana = komposisi dana x biaya dana efektif Menjumlahkan seluruh kontribusi biaya dana untuk memperoleh tingkat COLF Universitas Sumatera Utara 1) Overhead Cost Banyak konsep dan pendapat yang dianut oleh praktisi perbankan mengenai overhead cost. Salah satu konsep overhead cost diartikan sebagai seluruh biaya (diluar bunga) yang dikeluarkan oleh bank didalam menjalankan kegiatan lebih lanjut diangap bahwa menanggung biaya-biaya tersebut adalah seluruh aktiva bank yang menghasilkan pendapatan (Total earning asset). Oleh karena itu formula overhead cost ditulis sebagai berikut: x 100% Besarnya persentase overhead cost tiap-tiap bank berbeda antar bank yang satu dengan bank lainnya. Hal ini sangat tergantung dari efisien suatu bank didalam mengontrol biaya-biaya serta kemampuan bank didalam memperluas akan cenderung mempunyai overhead cost yang rendah dengan asumsi terdapat pengendalian biaya dalam standard yang normal pada bank tersebut. Perhitungan overhead cost antara 2% – 4%. 1) Risk Faktor Penentuan risk faktor sebagai komponen tingkat suku bunga kredit lebih bersifat taktis didalam upaya memperbesar pendapatan bank umum. Penentuan besarnya presentase RR terhada lending rate ditujukan untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan terjadinya resiko kredit, selain itu perbankan juga berusah untuk menekan Universitas Sumatera Utara tingkat risk faktor sebagai komponen lending rate dalam upaya memperbesar pendapatan dan menghadapi persaingan dalam industry perbankan. Risk faktor yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 2) Spread Merupakan pendapatan bank yang pokok, yang akan menentukan berapa besarnya pendapatan perusahaan (net income) bank. Besarnya net margin bervariasi atau tergantung dari value kredit bank. Semakin besarnya value kredit maka spread dapat diusahakan semakin rendah. Hal ini dikarenakan bank akan cenderung untuk mengejar omzet penjualan kredit untuk mendapatkan nilai absolut pendapatan bersih usaha. Pemilihan strategis spread kearah yang tinggi atau pun rendah sangat tergantung dari pangsa pasar (target market) yang ingin direbut oleh bank tersebut dengan melakukan menganalisis dari persentase bank yang sekelas ataupun rata-rata industri. Pada umumnya bank menetapkan spread 2 – 3% p.a akan merupakan harga yang layak sebagai komponen dari lending rate. 3) Pajak Universitas Sumatera Utara Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya. pembebanan pajak sebagai komponen dari penentuan tingkat bunga kredit (lending rate) dapat dibebankan penuh atau sebagian, tergantung pada kebijakan bank yang bersangkutan dalam menghadapi persaingan. Bunga atau riba adalah penambahan, perkembangan , peningkatan dan pembesaran yang diterima pemberi pinjaman dari peminjam dari jumlah pinjaman pokok sebagai imbalan karena menangguhkan atau berpisah dari sebagian modalnya selama periode waktu tertentu. Secara umum riba adalah pengambilan tambahan yang harus dibayarkan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam yang bertentangan dengan prinsip syariah (Sudarsono, dalam Raditya; 2007) 2.1.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Agar keuntungan yang diperoleh dapat maksimal, maka pihak manajemen bank harus pandai dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga. Menurut Kasmir (2008:137-140), faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai berikut: 1. Kebutuhan Dana Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu seberapa besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, yang Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Namun, peningkatan suku bunga simpanan akan pula meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya, apabila dana yang ada dalam simpanan di bank banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit, maka bunga simpanan akan turun karena hal ini merupakan beban. 2. Target Laba yang diinginkan Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga pinjaman. 3. Kualitas Jaminan Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga pinjaman. Semakin likuid jaminan (mudah dicairkan) yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. 4. Kebijaksanaan Pemerintah Dalam menentukan baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman bank tidak boleh melebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. 5. Jangka Waktu Faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko macet di masa mendatang. Demikian Universitas Sumatera Utara pula sebaliknya, jika pinjaman berjangka pendek, bunganya relatif rendah. 6. Reputasi Perusahaan Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk bunga pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil. 7. Produk yang Kompetitif Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga pembayarannya diharapkan lancar. 8. Hubungan Baik Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan kepada seseorang atau lembaga. Dalam praktiknya, bank menggolongkan nasabah antara nasabah utama dan nasabah biasa. Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan kepada bank. Nasabah yang memiliki hubungan baik dengan bank tentu penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa. 9. Persaingan Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara tingkat persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, Universitas Sumatera Utara maka bank harus bersaing keras dengan bank lainnya. Untuk bunga pinjaman, harus berada di bawah bunga pesaing agar dana yang menumpuk dapat tersalurkan, meskipun margin laba mengecil. 10. Jaminan Pihak Ketiga Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada bank untuk menanggung segala risiko yang dibebankan kepada penerima kredit. Biasanya apabila pihak yang memberikan jaminan bonafide, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik, maupun loyalitasnya terhadap bank, bunga yang dibebankan pun juga berbeda. Begitu pun sebaliknya. Tinggi rendahnya suku bunga pinjaman juga amat dipengaruhi berbagai faktor. Antara lain Tujuan Perusahaan, Persaingan, Citra Nasabah dan Kondisi Ekonomi Dengan demikian bunga pinjaman antar satu bank dan bank lainnya tidak akan persis sama. Namun faktor dominan pembentuk suku bunga pinjaman adalah struktur dana satu bank yang pada gilirannya menentukan biaya dana (cost of fund). Disamping itu beraneka ragamnya metode pricing yang ditetapkan suatu bank akan membedakan pula tinggi rendahnya bunga yang dihasilkan. 1. Metode Pricing Metode dunia perbankan dikenal empat metode pricing, yaitu : mark up pricing, target pricing, perceived value pricing dan going rate pricing. 2. Metode mark up pricing Universitas Sumatera Utara Yaitu yang berdasarkan suku bunga pinjaman yang didasarkan pada metode penambahan komponen cost loanable funds (CLOF) dan overhead cost (OHC), menghasilkan cost of money (COM) ditambah risk premium dan spread yang diinginkan sehingga didapatkan lending rute. 3. Metode Target Pricing Yaitu metode yang didasarkan target keuntungan dianggarkan. Metode ini dipakai sebagai standar minimum atau target, namun jarang dikenakan pada debitur karena terlalu banyak variabel yang mempengaruhi. 4. Perceived value pricing Yaitu metode yang berdasarkan tinggi rendahnya pada image nasabah terhadap produk bank. Jika image nasabah terhadap produk pinjaman bank jelek, yang bersangkutan tidak akan bersedia dibebani lending rate yang tinggi atau sebaliknya. 5. Going rate pricing Yaitu metode yang berdasarkan rata-rata harga pinjaman dalam industri perbankan. Meskipun terdapat berbagai metode pricing, mengingat berbagai kelemahan dan kesulitan pelaksanaan di lapangan, metode yang paling umum digunakan dewasa ini adalah metode mark up pricing. Dalam uraian selanjutnya diasumsikan pihak perbankan Indonesia seluruhnya menerapkan metode mark up pricing dalam menentukan lending ratenya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penelahaan komponen-komponen apa saja yang dapat direkayasa, sehingga hasil akhir proses tersebut adalah lending rate yang rendah. Universitas Sumatera Utara 2.1.1.5 Perubahan penawaran uang dan suku bunga Menurut Ferri fabozzi dalam bukunya yang berjudul ”pasar dan lembaga keuangan” pada tahun 1999, perubahan penawaran uang memiliki tiga efek berbeda atas suku bunga yaitu: efek likuiditas (liquidity effect), efek pendapatan (income effect) dan efek ekspektasi harga(price expextation effect), efek-efek ini biasanya tidak terjadi secara simultan, tetapi lebih cenderung tersebar selama beberapa periode setelah perubahan penawaran mata uang. Efek-efek ini mempengaruhi suku bunga dengan cara yang berbeda dan pada tingkat yang berbeda pula.efek yang satu mungkin menghapus atau menambah efek sebelumnya.besarnya dampak akhir dan arahnya tergantung pada tingkat output dan employment dalam perekonomian 1. Efek likuiditas Efek ini merupakan reaksi awal suku bunga terhadap perubahan penawaran uang jika penawaran uang meningkat, reaksi awalnya adalah turunnya suku bunga. Alasan bagi penurunan tersebut adalah bahwa kenaikan penawaran uang mewakili pergerakan kurva penawaran. 2. Efek Pendapatan Perubahan-perubahan dalam penawaran uang jelas mempengaruhi perekonomian. Penurunan dalam penawaran uang biasanya cenderung menyebabkan kontraksi. Secara umum peningkatan uang beredar Universitas Sumatera Utara menyebabkan ekspansi ekonomi yaitu lebih banyak pinjaman yang tersedia, lebih banyak individu yang dipekerjakan dan bekerja lebih lama,serta lebih banyak barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen dan produsen.Jadi,perubahan uang beredar bisa menyebabkan pendapatan berubah.kenaikan pendapatan akan menggerakkan kurva permintaan dan menaikkan jumlah uang yang akan diperlihatkan efek pendapatan dengan menunjukkan bahwa pergerakan kurva permintaan ke kanan,akibat kenaikan jumlah uang beredar, menyebabkan suku bunga ekulibrium meningkat. 3. Efek ekspektasi harga Efek ekspektasi harga biasanya terjadi jika pertumbuhan uang beredar terjadi pada saat output tinggi.karena tingkat harga (dan ekspektasi harganya) adalah mempengaruhi fungsi permintaan uang. efek ekspektasi harganya adalah peningkatan suku bunga.Kenaikan tersaebut karena permintaan terhadap saldo uang bergerak ke atas. Efek positif ini menggerakkan suku bunga dalam arah yang sama dengan efek pendapatan, dan berlawanan arah dengan efek likuditas (pada masa inflasi, pengurangan laju pertumbuhan uang beredar bisa memperkecil ekspektasi inflasi dan menggerakkan kurva permintaan ke kiri, sehingga menurunkan suku bunga).Tidak ada pedoman umum mengenai besaran relatif dari efek ekspektasi harga yaitu bisa jadi cukup besar sehingga melampaui efek likuiditas atau hanya menghapus sebagian efek likuiditas saja. Besar efek Universitas Sumatera Utara pendapatan tergantung pada utilitas kapasitas produksi pada saat penawaran uang meningkat. 2.1.2 Teori Inflasi 2.1.2.1 Pengertian Inflasi Junaiddin Zakaria (2009: 61) menyatakan bahwa inflasi merupakan suatu keadaan perekonomian dimana tingkat harga dan biaya-biaya umum naik, misalnya naiknya harga beras, harga bahan bakar, harga mobil, upah tenaga kerja, sewa barang-barang modal. Adiwarman A. Karim (2008: 135) menyatakan bahwa inflasi adalah kenaikan harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas. Prathama Rahardja dan Mandala Manurung (2004: 155) mendefinisikan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi: 1. Kenaikan harga, harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya. 2. Bersifat umum, kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik. Universitas Sumatera Utara 3. Berlangsung terus menerus, kenaikan harga yang bersifat umum juga belum tentu akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat umum dan terus menerus. 2.1.2.2 Jenis – Jenis Inflasi Didalam pembagian jenis-jenis inflasi, pengklarifikasian dapat didasarkan atas dua pandangan yaitu berdasarkan besarnya tekanan inflasi dan berdasarkan penyebab dari timbulnya inflasi. Berdasarkan atas besarnya tekanan inflasi atau berdasarkan atas laju pertumbuhan inflasi maka inflasi dapat dibedakan atas : 1. Inflasi ringan (creeping inflation) dimana laju pertumbuhan inflasi adalah dibawah 10%. Dimana ditandai dengan kenaikan harga berjalan secara lambat dengan persentase yang kecil dengan jangka waktu yang relatif lama. 2. Inflasi sedang (antara 10% - 30% tahun). Dimana ditandai dengan kenaikan harga yang lebih cepat dari inflasi ringan dan perlu diwaspadai dampaknya bagi perekonomian. 3. Inflasi berat atau galloping inflation (antara 30% - 100%). Dimana ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya, harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan sebelumnya. Universitas Sumatera Utara 4. Hyper inflasi atau run way inflation dimana laju pertumbuhan inflasi diatas 100% setahun. Inflasi ini paling parah akibatnya dimana masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang, nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya timbul bila pemerintah mengalami defisi anggaran belanja yang dengan mencetak uang. Berdasarkan penyebab inflasi, maka inflasi dapat dibedakan atas : 1. Demand Pull atau Excess Demand Inflation Excess Demand Inflation ini adalah inflasi yang timbul sebagai akibat dari kelebihan permintaan total dibandingkan dengan penawaran total pada full employment. Dapat juga dikatakan bahawa excess demand inflation adealah inflasi yang timbul akibat adanya inflationary gap. Akibat adanya kelebihan permintaan total tersebut, maka akan timbul kenaikan tingkat harga umum. Apabila kelebihan permintaan ini tidak segera diatasi maka inflationary gap semakin membesar akibat bekerjanya proses multiplier yang akan mendorong permintaan lebih besar lagi, dan pada gilirannya akan mendorong lagi kenaikan tingkat harga umum. Dengan demikian, apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka pada akhirnya menjadi inflasi hyper walaupun pada permulaannya inflasi lunak saja. 2. Bottleneck inflation Universitas Sumatera Utara Bottleneck inflation yang timbul akibat perubahan struktur permintaan. Dalam hal ini inflasi ini, total permintaan tidak berubah. Yang berubah adalah struktur permintaan sendiri yakni peralihan permintaan dari suatu barang ke barang lain, sedang barang yang diminta tersebut jumlah tersebut masih sedikit sehingga akan terjadi persaingan sesama permintaan untuk merebut jumlah barang yang sedikit tersebut dan akibatnya tingkat harga umum akan naik. Adapun contoh dari bottleneck inflation ini adalah inflasi sesudah perang. Pada masa perang, total permintaan sebagian besar ditujukan kepada barangbarang keperluan perang. Tetapi sesudah perang selesai maka total permintaan akan diarahkan kepada barang-barang investasi dan konsumsi baik untuk pembangunan maupun untuk keperluan seharihari. Dengan demikian ada peralihan struktur permintaan barang-barang keperluan perang dialihkan kepada barang-barang investasi dan konsumsi. Sedang jumlah barang-barang investasi dan konsumsi masih sedikit jumlahnya karena selama perang barang-barang tersebut tidak atau sedikit sekali diproduksi. Oleh karena itu tingkat harga umum akan cenderung naik, akibat jumlah barang-barang yang diminta sesudah perang jumlahnya sedikit. 3. Cosh push Inflation Cosh push inflation adalah inflasi yang timbul akibat adanya kenaikan ongkos-ongkos. Apabila ongkos-ongkos naik maka sektor industri akan menaikkan harga jual barang industri, akibatnya tingkat harga umum Universitas Sumatera Utara yang naik akan mendorong pengeluaran akan bertambah dan agregat demand (total permintaan) akan bertambah. Itu berarti bahwa Excess demand inflation akan mulai bergerak. Dengan demikian antara cost push inflation akan saling mendorong dengan excess demand inflation, dimana dengan naikntya ongkos maka tingkat harga umum naik, tingkat harga umum naik maka pengeluaran bertambah dan total permintaan naik. Total permintaan naik maka harga akan naik sehingga ongkosongkos akan naik dan demikian selanjutnya. Yang paling berbahaya adalah apabila organisasi-organisasi produksi melibatkan diri secara langsung terutama serikat-serikat buruh. Dengan naiknya harga-harga maka ongkos hidup makin tinggi sehingga serikat buruh menuntut kenaikan upah. Akibatnya sektor industri akan menaikkan harga jual barangbarang produksinya sehingga akan mendorong kenaikan tingkat harga umum, ongkos hidup makin naik lagi dan serikat buruh menuntut kenaikan upah. Demikian seterusnya sektor industri akan mengurangi atau bahkan menutup industrinya karena penjualan merosot sehingga pengganguran semakin meningkat dan akhirnya kehidupan ekonomi bisa menjadi lumpuh sama sekali. 2.1.2.3 Beberapa faktor yang menimbulkan inflasi Untuk menganalisa faktor-faktor yang mengakibatkan timbulnya inflasi terutama secara ekonomi subyektif sebenarnya adalah bukan merupakan hal yang sukar, tetapi untuk merumuskan dan kemudian melaksanakan kebijaksanaan untuk menanggulanginya adalah merupakan masalah yang sulit dan pelik. Karena Universitas Sumatera Utara masalah inflasi bukan semata-mata masalah ekonomi tetapi masalah sosial ekonomi politis. Kebanyakan masalah inflasi timbul dinilai oleh faktor sosial politik. Sebagai contoh pada suatu negara terjadi inflasi karena pemerintah mencetak uang terlalu banyak, lalu timbul pertanyaan kenapa pemerintah mencetak uang terlalu banyak walaupun diketahui akibatnya akan menimbulkan inflasi, maka seringkali jawabannya terletak dibidang sosial politik. Faktor-faktor sosial politik yang melandasi inflasi ditentukan oleh tata sosial politis masing-masing negara. Ilmu ekonomi hanya membantu untuk mengindentifikasi sebab-sebab objektif dari inflasi, dan selanjutnya menggunakan dalil-dalil ekonomi yang berlaku secara umum untuk menentukan kebijaksanaan yang diambil dalam mengatasi masalah inflasi. Tetapi sebenarnya bila ingin menentukan kebijaksanaan yang tepat hendak hanyalah dipahami lebih dahulu faktor-faktor yang mendasar timbulnya inflasi yang mana faktor ini belum tentu bersifat ekonomis. Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai inflasi yang masingmasing menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses inflasi. Ketiga kelompok teori ini adalah:. 1. Teori Kuantias Uang Teori ini adalah teori yang paling tua mengenai inflasi, tetapi akhirakhir ini teori ini dikembangkan lagi oleh ahli-ahli ekonomi dari Universitas Chicago yang dimotori oleh Milton Friedman. Menurut Universitas Sumatera Utara teori kuantitas ini ada dua faktor berperan dalam terjadinya inflasi. Yang pertama yaitu jumlah uang beredar dan kedua yaitu harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga. 2. Teori Keynes Menurut teori keynes bahwa inflasi terjadi karena suatu masyarakat atau golongan ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Hal ini akan mengakibatkan permintaan masyarakat akan barang-barang melebihi jumlah barang yang tersedia sehingga timbullah apa yang disebut inflationary gap. Inflationary gap ini timbul karena golongan masyarakat tersebut berhasil memperoleh dana untuk membeli barangbarang yang diinginkan oleh kelompok masyarakat tersebut. Inflationary gap dapat ditimbulkan oleh pemerintah yang menjalankan defisit dalam anggaran belanja yang dibiayai dengan mencetak uang baru. Inflationary gap dapat juga ditimbulkan oleh golongan pengusaha swasta yang ingin melakukan investasi baru dan memperoleh pembiayaannya dari kredit bank. Serikat buruh yang berusaha untuk memperoleh kenaikan gaji bagi anggota-anggota melebihi kenaikan produktivitas buruh juga dapat menimbulkan inflationary gap. 3. Teori strukturalis Menurut teori ini inflasi timbul karena adanya kelemahan dalam struktur ekonomi, dimana dalam hal ini terdapat ketegaran-ketegaran dalam sektor perekonomian. Ketegaran struktural ini bersumber dari Universitas Sumatera Utara ketidakmampuan sektor-sektor produktif untuk mengembangkan produksi mereka dengan cepat dan sesuai dengan yang diperlukan oleh perubahan-perubahan dalam permintaan. 2.1.2.4 Efek Inflasi Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapat, alokasi faktor produksi serta produksi nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan yaitu sebagai berikut: 1. Efek terhadap pendapatan (Equity Effect) Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diunggulkan dengan adanya inflasi. 2. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects) Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan mengubah pola alokasi faktor produksi itu lebih efesien dalam keadaan tidak ada inflasi. Namun, kebanyakan ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efesien. 3. Efek Terhadap Output Universitas Sumatera Utara Dalam menganalisa kedua efek diatas (equity dan efficiency effects) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan agar supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatn dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut. Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini terlalu tinggi (hyper inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai yang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada hubungannya langsung antara inflasi dengan output. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan output. Intensitas efek inflasi ini berbeda-beda, tergantung apakah inflasi dibarengi dengan kenaikan produksi dan employment atau tidak. Apabila produksi barang ikut naik, maka kenaikan produksi ini sedikit banyak dapat mengerem laju inflasi. Tetapi apabila ekonomi mendekati kesempatan kerja penuh (full employment) intensitas efek inflasi makin besar. Inflasi dalam keadaan kesempatan kerja penuh ini sering disebut dengan inflasi murni (pure inflation). 2.1.2.5 Cara Mencegah Inflasi Universitas Sumatera Utara Penyebab perubahan nilai uang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, M, V dan T. Faktor M dan V adalah faktor uang, sedangkan T itu adalah faktor jumlah barang yang diperdagangkan, pada umumnya dikatakan faktor bukan uang. Turunnya nilai uang atau keadaan inflasi disebabkan oleh naiknya M dan atau V, mungkin pula karena kenaikan T tidak sebanding dengan kenaikan kedua faktor tersebut. Karenanya untuk mengatasi inflasi itu tidak lain dari pada mengurangi M dan atau V atau pula dengan jalan menaikan T. Untuk mencapai tujuan mengurangi M dan atau V atau untuk menaikkan jumlah T ada tiga kebijaksanaan yang dapat dibentuk. Ketiga kebijaksanaan tersebut adalah : 1. Kebijaksanaan Moneter Cara-cara mengatasi inflasi dengan kebijaksanaan moneter, sesungguhnya untuk sebagian besar berhubungan dengan politik Bank Sentral dari negara yang bersangkutan. Maksud dari pada Bank Sentral dengan politiknya itu ialah untuk menyempitkan peberian kredit oleh Bank Sentral sendiri maupun oleh badan-badan kredit lainnya yaitu Bank Bukan Dagang. Tujuannya adalah untuk mengurangi pengeluaran dari masyarakat seluruhnya (anggregate monetary ecpenditure). Bank Sentral dapat menyempitkan pemberian kredit atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat dengan tiga 1) Politik Diskonto Universitas Sumatera Utara Keinginan dari orang-orang atau badan-badan usaha untuk mengadakan pinjaman kepada badan-badan kredit berhubungan erat dengan keuntungan yang diharapkan dari investasi yang akan dijalankan dan besarnya bunga yang harus dibayar dari modal yang dipinjam. Bilamana bunga pinjaman semakin besar, maka ada kecenderungan tertahannya aktifitas yang besar pembiayaannya didasarkan atas peminjaman dari badan kredit. Dengan demikian jelaslah bahwa kenaikan tingkat bunga dari Bank Sentral akan mengurangi keinginan badan-badan kredit untuk mengadakan pinjaman untuk memenuhi permintaan pinjaman masyarakat, yang berarti besarnya kredit dari badan kredit berkurang, yang berarti pula mengurangi tekanan inflasi. 2) Politik Pasar Terbuka. Salah satu cara umum yang dipergunakan untuk mengatasi inflasi oleh Bank Sentral adalah open market operation atau politik pasar terbuka. Politik pasar terbuka yang dipergunakan mengatasi inflasi ini kadang-kadang disebut juga sebagai Tight Money Policy. Dengan tight money policy ini dimaksudkan suatu kebijaksanaan dari Bank Sentral untuk menjual surat-surat berharga seperti obligasi negara kepada masyarakat. Karena penjualan surat-surat berharga seperti obligasi negara kepada masyarakat. Karena penjualan surat-surat berharga ini ditujukan kepada bank-bank, maka hal ini berakibat berkurangnya uang dari tangan masyarakat, Universitas Sumatera Utara tetapi pula berkurangnya uang ditangan badan-badan kredit, hal mana menyebabkan pemberian kredit potensial dari badan-badan kredit menjadi berkurang. Jadi politik serupa ini, maka jumlah uang yang beredar di tangan masyarakat dikurangi dan sebagai gantinya bertambah obligasi neara atau surat-surat berharga lainnya ditangan masyarakat. Berkurangnya jumlah uang ditangan masyarakat menyebabkan permintaan terhadap barang berkurang, dan barang-barang di pasar hanya dapat dijual seluruhnya apabila harga diturunkan dan dengan telah terealisasinya hal ini, inflasi pun telah dikurangi tekanannya. 3) Menaikkan Cash Ratio Cash Ratio adalah perbandingan antara uang tunai bank-bank ditambah dengan demand deposit pada Bank Sentral terhadap demand deposite dari pada masyarakat terhadap bank yang bersangkutan. Menaikkan cash ration atau reserve requirements dari pada bank-bank dagang, merupakan suatu tindakan anti inflasi, oleh karena itu hal ini selain mengurangi reserve yang berlebihan dari pada bank, dapat pula mengurangi kemungkinan memenuhi permintaan kredit dari pada anggota masyarakat. 2. Kebijaksanaan Fiskal Selain dari pada politik moneter usaha untuk mengatasi inflasi dapat pula dikerjakan di bidang fiscal, yaitu dengan kebijaksanaan fiskal. Kebijaksanaan fiskal telah diakui kekuatannya namun demikian untuk Universitas Sumatera Utara mendapatkan hasil yang lebih memuaskan, sebaiknya kebijaksanaan fiscal tersebut didampingi oleh kebijaksanaan moneter. Ada tiga aspek dari kebijaksanaan fiskal ini, yaitu : 1) Penurunan Pengeluaran Pemerintah Ada dua sektor yang menyebabkan timbulnya inflasi, yaitu sektor pemerintah dan sektor partikulir. Dengan demikian jelas bahwa bilamana terjadi inflasi kedua sektor yang kemungkinan timbulnya inflasi itu harus dibendung. Timbulnya inflasi karena akibat dari sektor partikulir dapat dibendung untuk sebagian besar dengan jalan politik moneter, meskipun kebijaksanaan moneter itu pula tertuju untuk mengurangi permintaan kredit dari pihak pemerintah. Bilamana sektor partikulir sudah dibendung, maka untuk mendapat effect yang lebih pasti haruslah pula peranan sektor pemerintah turut dibendung. Dengan kata lain, pengeluaran pemerintah harus diperkecil. Atau untuk menetralisasi kenaikan pengeluaran partikulir maka dalam masa inflasi itu, pengeluaran pemerintah harus dikurangi.pengeluaran pemerintah yang dapat ditekan melalui kebijakan fiskal ialah subsidi dan anggaran pembangunan (anggaran rutin tidak bisa dikurangi).Anggaran bangunan dapat ditekan pemerintah dengan penjadwalan kembali proyek-proyek yang dianggarkan dalam APBN atau dibiayai oleh bantuan luar negeri(pinjaman luar negeri yang bersifat inflatoir terhadap perekonomian). penetapan plafon pinjaman oleh swasta ke luar Universitas Sumatera Utara negeri oleh pemerintah dimaksudkan untuk pengendalian inflasi jangka panjang karena pemerintah telah mengorbankan pembangunan ekonomi dengan mengeluarkan kebijaksanaan uang ketat sehingga pengorbanan ini akan sia-sia tanpa diikuti dengan penerapan plafon kredit swasta terhadap luar negeri 2) Menaikkan Pajak Dalam keadaan dimana dalam lalu lintas perekonomian jumlah uang terlalu besar, sehingga menyebabkan terjadi inflasi, maka dengan mengurangi uang tersebut dengan jalan menaikkan pajak akan dapatlah inflasi itu dikurangi. Makin tinggi pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan, maka makin kecil konsumsi masyarakat dan akan diperkecil lagi oleh MPC masyarakat yang bersangkutan. Dengan menambah pajak berarti penghasilan seseorang akan berkurang, karena sebagian dari penghasilan itu dalam bentuk pajak telah diberikan pada pemerintah. Disposible income-nya menjadi berkurang. Apabila penghasilan seseorang berkurang, maka tenaga pembeliannya pun akan berkurang pula dan apabila tenaga pemberi berkurang harga barang-barang tidak akan mungkin naik lagi melainkan akan turun seimbang dengan jumlah uang yang ada dalam masyarakat. 3) Mengadakan Pinjaman Pemerintah Suatu cara untuk mengatasi inflasi yang sangat efektif, adalah dengan mengadakan pinjaman pemerintah, terlebih-lebih pinjaman Universitas Sumatera Utara pelaksanaan. Hal ini pula dianjurkan oleh Keynes dalam rencananya untuk membiayai peperangan. Rencana pinjaman paksaan dari Keynes ini terkenal dengan nama “deffered pay”. Jadi dengan rencana Keynes ini, sebagian daripada gaji pegawai dan buruh dipotong untuk disimpan menjadi pinjaman pemerintah selama jangka waktu yang tidak ditentukan. Cara yang demikian ini, pernah dilakukan di negara kita istilah “Gubting Syafruddin”, masih belum dapat dilupakan hingga dewasa ini. Keadaan keuangan Indonesia sesudah perang dunia kedua sedang mengalami tekanan inflasi, maka Menteri Keuangan Syafruddin Parwinegara, mengatasinya dengan harga setengah, yang setengah lagi menjadi pinjaman pemerintah. Pinjaman paksaan sesungguhnya lebih banyak dianut pada masa perang, meskipun hal itu dijalankan juga dalam masa damai dan dalam keadaan keuangan yang sangat mengkhawatirkan. Karenanya dalam masa damai, sebaiknya inflasi itu diatasi dengan pinjaman sukarela, meskipun harus diakui bahwa dengan cara demikian tujuan sukar dicapai. 3. Kebijakan Non Moneter Kebijakan non moneter untuk mengatasi inflasi ada tiga yaitu sebagai berikut: 1). Penaikan hasil produksi Universitas Sumatera Utara Salah satu cara untuk menaikkan nilai uang adalah dengan jalan menaikkan nilai T dengan perkataan lain menaikkan jumlah produksi. Untuk mencapai maksud itu ialah dengan mengerjakan seluruh faktor-faktor produksi dengan full capacity, dapat pula dengan jalan “realocation or resources”, artinya hasil sejenis barang tertentu dengan jalan menarik sebagian faktor-faktor produksi dari sektor lain untuk menghasilkan barang yang persediaannya sangat terbatas. Hal tersebut dapat pula dijalankan dengan cara sistem pemberian prioritas atau dengan memberikan subsidi atau bantuan kepada sektor produksi yang sangat sensitive terhadap inflasi. Peranan impor untuk menaikkan jumlah barang yang akan diperdagangkan tidak boleh dikesampingkan. Dalam hal ini impor dapat ditujukan untuk menambah persediaan barangbarang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. 2) Kebijaksanaan Upah Cara mengatasi inflasi bisa dengan mengurangi disposible income dari anggota masyarakat. Terlebih-lebih golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah harus dikurangi, setidaknya inflasi itu jalan berubah menjadi spiral inflation. Cara untuk mencapai maksud ini dengan menstabilisasikan gaji. Artinya gaji distabilisasikan, gaji diusahakan untuk tidak dinaikkan. Setidaknya kenaikan gaji hanya dapat diterima, bilamana produktifitas umum bertambah. Jdai pada naiknya hasil produksi para pekerja, upahnya boleh dinaikkan dengan Universitas Sumatera Utara perimbangan yang sebanding dengan kenaikan produktifitas tersebut. Penstabilisasian gaji dapat pula dijalankan dengan menganjurkan kepada organisasi-organisasi buruh agar mereka jangan mengadakan tuntutan kenaikan upah. Sudah barang tentu anjuran yang demikian hanya akan diterima bilamana organisasi-organisasi buruh yang bersangkutan ada melihat tanda-tanda perbaikan dari kebijaksanaankebijaksanaan pemerintah yang sedang dijalankan. 3) Pengawasan Harga dan Distribusi Barang-Barang Kecenderungan naiknya harga barang-barang dapat pula diatasi dengan jalan penetapan dan pengawasan harga oleh pemerintah dengan sanksi yang sangat berat. Penetapan harga saja tidak akan memberikan hasil bilamana tidak diikuti oleh pengawasan yang teliti dan keras. Cara yang demikian sering menimbulkan black market, hal mana dapat diatasi dengan jalan mendistribusikan barang kebutuhan anggota masyarakat. Bila hanya dengan jalan pengawasan harga akan menyebabkan timbulnya black market. Akibat yang demikianlah kiranya mengapa beberapa ahli-ahli ekonomi memberikan kritik terhadap pengawasan harga. Demikian misalnya Keynes menolak cara pengawasan harga, karena menurut pendapatnya hal yang demikian tidak akan menghasilkan keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Malahan dia lebih menganjurkan pengurangan tenaga pembeli anggota masyarakat dengan jalan atau melalui pajak dan simpanan paksaan. Jadi pengawasan harga dengan tidak diikuti Universitas Sumatera Utara pengurangan tenaga pembeli dari anggota masyarakat tidak akan memberikan hasil untuk mengatasi inflasi. Pendistribusian barangbarang juga sebagai salah satu cara untuk mengatasi inflasi, dikritik oleh Keynes karena menurut pendapatnya hal itu menyebabkan “a great deal of waste, both of resources and enjoyed”. 2.1.3 Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita (per capita income) adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun. Pendapatan perkapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu. Pendapatan perkapita diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut. Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan perkapitanya, Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata – rata penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita juga merefleksikan PDB perkapita semakin makmur Negara tersebut Namun demikian kita harus hati-hati dalam menggunakan pendapatan perkapita itu sebagai indikator pembangunan. Hal ini disebabkan oleh adanya pendapatan yang mengatakan pembangunan itu bukan sekedar meningkatkan pendapatan riil saja, tetapi kenaikan tersebut harus berkesinambungan dan mantap Universitas Sumatera Utara serta harus disertai pula oleh perubahan-perubahan sikap dan kebiasaan-kebiasaan sosial yang sebelumnya menghambat kemajuan-kemajuan ekonomi. Sadono Sukirno (2004: 424) menyatakan bahwa salah satu komponen dari pendapatan nasional yang selalu dilakukan perhitungannya adalah pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata pada suatu masa tertentu. Nilainya diperoleh dengan membagi nilai Produk Domestik Bruto atau Produk Nasional bruto suatu tahun tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. 1. Produk Domestik Bruto (PDB)/Gross Domestic Product (GDP) PDB merupakan nilai dari akhir keseluruhan barang/jasa yang dihasilkan oleh semua unit ekonomi dalam suatu negara, termasuk barang dan jasa yang dihasilkan warga negara lain yang tinggal di negara tersebut. Penghitungan nilai PDB dapat dilakukan atas dua macam dasar harga yaitu : 1) PDB atas dasar harga berlaku merupakan PDB yang dihitung dengan dasar harga yang berlaku pada tahun tersebut. PDB atas dasar harga berlaku berfungsi untuk melihat dinamika/perkembangan struktur ekonomi yang riil pada tahun tersebut. 2).PDB atas dasar harga konstan Merupakan PDB yang dihitung dengan dasar harga yang berlaku pada tahun tertentu. PDB atas dasar harga konstan berfungsi untuk melihat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Contohnya jika Universitas Sumatera Utara kita ingin mengetahui berapa persen kenaikan PDB dari tahun 1998, 1999 dan tahun 2000, karena nilai/harga suatu produk tiap tahun berubah-ubah maka kita harus mengubah nilai PDB tahun 1998 dan 1999 dengan dasar harga tahun 2000 sehingga akan terlihat dengan jelas besaran kenaikan dari tiap tahunnya. 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pembangunan suatu daerah dapat berhasil dengan baik apabila didukung oleh suatu perencanaan yang mantap sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Dalam menyusun perencanaan pembangunan yang baik perlu menggunakan data-data statistik yang memuat informasi tentang kondisi riil suatu daerah pada saat tertentu sehingga kebijakan dan strategi yang telah atau akan diambil dapat dimonitor dan dievaluasi hasil-hasilnya. Salah satu indikator ekonomi makro yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan di suatu daerah dalam lingkup kabupaten dan kota adalah Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB kabupaten/kota menurut lapangan usaha (Industrial Origin). Penghitungan PDRB diperoleh melalui tiga pendekatan : 1) Pendekatan Produksi Dalam pendekatan ini PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit produksi dalam Universitas Sumatera Utara penyajiannya dikelompokkan dalam 9 sektor atau lapangan usaha yaitu: (1) Pertanian. (2) Pertambangan dan Penggalian. (3) Industri Pengolahan. (4) Listrik, Gas, dan Air Bersih. (5) Bangunan. (6) Perdagangan, Hotel, dan Restoran. (7) Pengangkutan dan Komunikasi. (8) Jasa Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan. (9) Jasa-jasa. 2) Pendekatan Pendapatan Menurut pendekatan pendapatan, PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan terakhir, yaitu: (1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung. (2) Konsumsi pemerintah. Universitas Sumatera Utara (3) Pembentukan modal tetap domestik bruto. (4) Perubahan stok. (5) Ekspor neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Ekspor neto adalah ekspor dikurangi impor. 3). Pendekatan Pengeluaran Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB kecuali faktor pendapatan, termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini menurut sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Produk domestik bruto merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha). Dari 3 pendekatan tersebut secara konsep jumlah pengeluaran tadi harus sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya. Selanjutnya produk domestik regional Universitas Sumatera Utara bruto yang telah diuraikan di atas disebut sebagai Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar, karena mencakup komponen pajak tidak langsung neto. 3. Produk Nasional Bruto (PNB)/Gross National Product (GNP) Produk Nasional Bruto (PNB)/Gross National Product (GNP) adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara baik yang tinggal di dalam negeri maupun di luar negeri, tetapi tidak termasuk warga negara asing yang tinggal di negara tersebut, atau dengan kata lain PNB/GNP adalah jumlah Produk Domestik Bruto ditambah dengan pendapatan neto dari luar negeri (penghasilan neto) adalah penghasilan dari warga negara yang bekerja di luar negeri dikurangi penghasilan warga negara lain yang bekerja di dalam negeri). Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut: PNB = PDB + Pendapatan Neto dari luar negeri (Net Factor Income from Abrood) di mana: · PNB = Produk Nasional Bruto/Gross National Product (GNP) PDB = Produk Domestic Bruto/Gross Domestic Product (GDP) Pendapatan Neto = Pendapatan dari warga negara yang tinggal di luar negeri dikurangi pendapatan warga negara asing yang bekerja di dalam negeri Universitas Sumatera Utara Sering disebut pula Net National Product atas dasar harga pasar yaitu GNP dikurangi depresiasi/penyusutan atas barang modal dalam proses produksi selama satu tahun. Persamaan matematiknya: NNP = GNP - Depresiasi 4. Pendapatan Nasional Neto/Net National Income (NNI) Juga sering disebut Net National Product (NNP) atas dasar biaya faktor produksi atau Pendapatan Nasional Neto atau Net National Income (NNI) adalah NNP dikurangi pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah, atau jika kita menghitung dari GNP dapat kita rumuskan: NNI = GNP - Depresiasi - Pajak tidak langsung 5. Pendapatan Perseorangan/Personal Income (PI) Personal Income adalah pendapatan yang diterima oleh setiap lapisan masyarakat dalam satu tahun. Pendapatan nasional tidak semuanya diterima oleh pemilik faktor produksi karena ada sebagian pendapatan yang tidak dibagikan antara lain: laba yang ditahan, pajak perseorangan, iuran jaminan sosial dan transfer payment/bantuan sosial (misalnya untuk masyarakat miskin, penyandang cacat, veteran, dan lain-lain). Rumusan untuk menghitung PI adalah: Universitas Sumatera Utara PI = NNI - (Laba ditahan + pajak perseorangan + iuran jaminan sosial + transfer payment) 5. Pendapatan Disposibel/Disposible Income (DI) Disposible Income adalah Personal Income setelah dikurangi pajak langsung (misalnya pajak bumi dan bangunan, pajak kendaraan bermotor dan sebagainya). Disposible income merupakan pendapatan yang siap digunakan, baik untuk keperluan konsumsi maupun ditabung. Rumusan untuk menghitung DI adalah: DI = PI - Pajak Langsung Tabungan (saving) yang disimpan di lembaga keuangan resmi (Bank) akan dapat menambah pendapatan nasional karena, saving ini akan dimanfaatkan untuk investasi, lewat investasi inilah pendapatan nasional dapat meningkat. Jika penjelasan tentang pendapatan nasional kita buat urutan akan terlihat seperti di bawah ini GDP > GNP > NNP > NNI > PI > DI 2.1.4 TABUNGAN Menurut Thomas Suyatno (2001 : 71) Tabungan adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. Tabungan menyediakan sebagian terbesar dana yang dipakai manajemen untuk memperoleh penghasilan melalui media ganda kredit dan investasi. Oleh karena itu, fungsi ini merupakan tiang utama yang terpenting bagi eksistensi sebuah bank. Jelaslah bahwa kebijaksanaan top menajemen dalam Universitas Sumatera Utara bidang tabungan ini berpengaruh besar terhadap keadaan keuangan dan pertumbuhan sebuah bank. Tabungan dapat menjadi penting untuk meningkatkan jumlah modal tetap tersedia yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi seseorang / organisasi. Pengertian tabungan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan pasal 1 ayat 9 merupakan simpanan yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan itu. 2.1.4.1 Simpanan Giro (Demand Deposit) Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, giro, saran perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan (Kasmir, 2003:65) Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006:97), giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan cek untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindahbukuan, sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan sebagai alat pembayaran. Karena sifat penarikannya yang dapat dilakukan setiap saat dan tidak memiliki jatuh tempo, maka sumber dana dari rekening giro ini merupakan sumber dana jangka pendek yang jumlahnya relatif lebih dinamis atau berfluktuasi dari waktu ke waktu. Universitas Sumatera Utara 2.1.4.2 Simpanan Tabungan (Saving Deposits) Pengertian tabungan menurut Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syaratsyarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu (Kasmir, 2003:74) Dana yang berasal dari tabungan merupakan dana yang lebih stabil dari pada dana giro, karena umumnya orang menabung adalah untuk maksud mewujudkan suatu rencana di masa depan 2.1.4.3 Simpanan Deposito (Time Deposits) Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan Bank (Kasmir, 2003:80) Penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu maksudnya adalah jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu 3 bulan, maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir dan sering disebut sebagai tanggal jatuh tempo. Sarana atau alat untuk menarik uang yang disimpan di deposito sangat bergantung pada jenis depositonya. Artinya setiap jenis deposito mengandung beberapa perbedaan sehingga diperlukan sarana yang berbeda pula. Sebagai contoh untuk deposito berjangka, penarikannya menggunakan bilyet deposito, sedangkan untuk sertifikat deposito menggunakan sertifikat deposito (Kasmir, 2003:80). Universitas Sumatera Utara Sumber dana deposito merupakan sumber dana semi tetap, karena penarikannya dapat diperkirakan berdasarkan jatuh temponya sehingga tingkat fluktuasinya dapat diantisipasi. simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Terdapat beberapa jenis deposito, antara lain: Deposito Berjangka, adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara deposan dan bank. Mengingat simpanan hanya dapat dicairkan pada saat jatuh tempo oleh pihak yang namanya tercantum dalam bilyet deposito sesuai tanggal jatuh temponya, maka deposito berjangka ini merupakan simpanan atas nama dan bukan atas unjuk. Apabila deposan menghendaki agar deposito berjangkanya diperpanjang secara otomatis, maka pihak bank dapat memberikan fasilitas perpanjangan otomatis (automatic roll over-ARO) (Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, 2006:97) Sertifikat Deposito merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2, 3, 6, dan 12 bulan. Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat. Artinya didalam sertifikat deposito tidak tertulis nama seseorang atau badan hukum tertentu. Disamping itu sertifikat deposito dapat diperjualbelikan pada pihak lain. Pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan di muka, tiap bulan atau jatuh tempo, baik tunai maupun non tunai (Kasmir, 2003:81). 2.1.2.4 Kebijaksanaan Tabungan Universitas Sumatera Utara Pertumbuhan sebuah bank terutama bergantung pada pertumbuhan tabungannya. Kebijaksanaan yang reskritif dan terlalu kolot dalam pendekatannya akan menghambat kemampuan bank untuk berkembang dan tumbuh. Ada perbedaan antara berkembang dan tumbuh. Contoh, misalkan total tabungan di suatu daerah meningkat 10% dan tabungan bank A juga menunjukkan perkembangan yang sama. Kebijaksanaan bank tidak dapat mengandalkan perkembangan (expansion) tabungan ini, karena semua yang terjadi sesungguhnya adalah bank A memegang dananya sendiri. Penetrasi tabungan tidak membaik, sebaliknya jia tabungan bank A meningkat lebih banyak dari pada tabungan bankbank saingan, analisa mungkin menunjukkan apakah saldo yang sekarang telah meningkat ataukah telah ada perusahaan baru yang ditarik. Pertumbuhan yang sesungguhnya menunjukkan kebijaksanaan menghasilkan langganan-langganan baru yang membawa tabungan baru kedalam bank. 2.1.2.5 Sifat Tabungan Bank adalah lembaga dunia usaha yang bertindak sebagai pemelihara (custodian) pemberi pinjaman, dan media transfer untuk dana-dana deposannya. Pada saat diterima deposan bank dapat melaksanakan fungsi-fungsinya yang lain. Bank haruslah memikirkan berbagai tipe tabungannya. 1. Rekening Giro Rekening cek reguler dari perusahaan dan perorangan (yang paling menguntungkan) adalah dasar bangunan bank komersial. Tipe tabungan ini merupakan persentase besar dari total tabungannya. Memiliki saldo Universitas Sumatera Utara giro yang besar yang sedikit atau tidak membutuhkan pelayan adalah situasi yang ideal dilihat dari sudut pandang bank. Dari sudut pandang bankir, rekening cek pay-as-you-go ini menimbulkan beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Bank haruslah menentukan tarif fee yang menarik bagi nasabah dan menguntungkan bagi bank. Aktifitas rekening semacam ini adalah diluar proporsi saldo yang dipertahankan, dan walaupun fee yang dibebankan harus dapat menutup biaya, namun sistem operasinya haruslah ditujukan untuk menangani beban ini seekonomis mungkin. 2. Tabungan Berjangka Struktur tabungan berjangka suatu bank telah sejak lama merupakan unsur penting kebijakan baik, dan bahkan semakin penting karena semakin meningkatnya perhatian terhadap rekening tabungan yang merupakan bagian dari tabungan berjangka ini. Kebanyakan bank membayar bunga tabungan berjangka, bunga ini menyebabkan uang ini harus digunakan untuk menjamin pengembalian yang lebih besar dari biaya-biaya bunganya. Tabungan berjangka persaeroan. Dengan menciutnya margin laba, banyak perseroan mulai melihat kembali kepada saldo mereka. Mereka menyelidiki program untuk menempatkan kelebihan dana mereka untuk investasi jangka pendek seperti Bilyet Perbendaharaan Negara, surat berharga pasar terbuka, dan sebagainya. 3. Rekening Industri Beberapa bank secara kebetulan atau sengaja, mengkhususkan diri dengan penanganan rekening industri industri tertentu. Bank-bank tersebut Universitas Sumatera Utara memperoleh reputasi yang menghubungkan mereka dengan industri tersebut dan dikenal dengan bank minyak, bank tekstil dan sebagainya. Asosiasi ini mungkin terjadi karena berbagai alasan, sebuah bank mungkin berlokasi didaerah terpusatnya jenis industri tertentu, atau bank itu mungkin mengetahui benar ciri-ciri suatu industri tertentu melalui suatu hubungan rekening yang ditanganinya dengan baik. Apapun alasannya, perusahaan-perusahaan dalam industri akan mencari hubungan dengan bank-bank khusus tersebut karena mereka mengetahui liku – liku khusus mereka akan dimengerti dan kebutuhan mereka akan dilayani dengan semestinya. Prioritas utama yang dihadapi manajemen khusus (speciality bank) adalah diversifikasi rekening tabungannya sedemikian rupa sehingga meratakan fluktasi`tabungan yang disebabakan oleh pelayanan pasa suatu industri tertentu. Diversifikasi akan melindungi bank terhadap ketergantungan kemajuannya pada iklim ekonomi satu industri saja. 4. Rekening Koresponden Salah satu daya tarik terpenting dari bisnis bank koresponden adalah saldonya yang relatif besar. Akan tetapi, banknya ditujukan bahwa besarnya saldo buku ini dsapat menipu. Adakalanya analisa menunjukkan bahwa sebagian besar dari saldo tabungan (float). Situasi ini haruslah dipertimbangkan dalam menilai daya laba (profitability) suatu saldo tabungan. Universitas Sumatera Utara Bank yang mencari bisnis bank koresponden haruslah menyadari uniknya service yang terkandung dalam perbankan ini. Service ini meliputi nasihat dan bantuan tekhnis, informasi kredit, analisa potobel investasi, dan partisipasi pinjaman, serta jasa-jasa yang ditawarkan kepada setiap devosan. Bank koresponden membutuhkan lebih banyak jasa-jasa unbtuk deposan dibandingkan dengan yang lainnya, dan bankir yang ingin bersaing dalam bisnis ini haruslah berusaha sebaik-baiknya menyediakan jasa-jasa ini. 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Ada beberapa tinjauan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini antara lain : Victoria. Dian Anggraini (2008), melakukan penelitian dengan judul “ Analisa pengaruh tingkat suku bunga dan inflasi terhadap besarnya jumlah tabungan pada PT. Bank Negara indonesia (Persero) Tbk Kantor wilayah 01 Medan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu tingkat suku bunga (X1) Inflasi (X2) secara simultan berpengaruh terhadap besarnya jumlah tabungan(Y) pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan Universitas Sumatera Utara Khairina Nasution (2004),melakukan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Suku bunga dan Inflasi Terhadap Besarnya Jumlah Deposito pada Bank Negara Indonesia(BNI) Cabang Tebing Tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa UJI-F pada variable bebas Tingkat Suku bunga(X1) dan Infasi(X2) secara simultan berpengaruh terhadap besarnya jumlah deposito(Y) pada PT.Bank Negara Indonesia(Persero) Cabang Tebing Tinggi, sedangkan uji-t secara simultan tidak berpengaruh,tingkat inflasi(X1) secara nyata tidak berpengaruh terhadap jumlah tabungan(Y) pada PT. Bank Negara Indonesia(Persero) Cabang Tebing Tinggi Sunlip Wibisono (2004) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Tingkat Bunga dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Tabungan Pada Bank Umum Di Kabupaten Jember Tahun 1994-2003 dengan menggunakan Regresi linier berganda. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa variabel tingkat bunga tabungan dan PDRB perkapita berpengaruh terhadap jumlah tabungan masyarakat, serta berpengaruh secara bersama-sama terhadap jumlah tabungan masyarakat 2.3 Kerangka Konseptual Tingkat suku bunga ialah harga dari penggunaan uang atau bisa juga dipandang sewa atau penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Menurut teori Klassik, bunga adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk dipinjamkan/loanable fund (Nopirin, 1993. Hal. 66) Menurut Karl dan fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, Universitas Sumatera Utara dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Menurut Lipsey, Ragan dan Courent (1997 : 471) suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode tertentu. Inflasi ialah suatu proses kenaikan tingkat harga yang terjadi terus menerus dan pada arah yang tetapo menarik, yang disebabkan oleh suatu kelebihan permintaan diatas kapasitas penawaran (Nopirin. 1993. Hal. 25). Menurut Rahardja (1997 : 32),. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Nanga (2001 : 237) menyatakan bahwa inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus. Eachern (2000 : 133) menyatakan bahwa inflasi adalah kenaikan terus menerus dalam rata-rata tingkat harga. Sukirno (2004 : 27) memberikan defenisi bahwa inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Pendapatan per kapita (per capita income) adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun. Pendapatan per kapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut Tabungan menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 1 Ayat 2 : “ Merupakan simpanan yang penarikannya dapat dilakukan, Universitas Sumatera Utara menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan itu “. Tingkat suku bunga,tingkat inflasi dan pendapatan perkapita merupakan aspek-aspek yang dapat mempengaruhi besarnya jumlah tabungan nasabah. Dimana tingkat suku bunga dan tingkat inflasi yang dilakukan perusahaan dapat diterapkan dengan terkoordinasi dan terarah sehingga dapat meningkatkan jumlah nasabah yang menabung di lingkungan perusahaan. • TINGKAT SUKU BUNGA(X1) • Tingkat INFLASI (X2) • Pendapatan Perkapita(X3) Besarnya Jumlah Tabungan Gambar 2.3 : Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Menurut Erlina (2008:49) menyatakan bahwa hipotesis penelitian adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk di uji secara empiris. Proporsi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, dapat disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Hipotesis merupakan penjelasan sementara mengenai perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Berdasarkan perumusan masalah dalam kerangka konseptual diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara