BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Dalam landasan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
Dalam landasan teori akan dibahas lebih lanjut mengenai Tingkat Suku
Bunga, Tingkat Inflasi dan Pendapatan Perkapita dan Jumlah Tabungan Nasabah.
Penjabaran teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu
yang telah diperluas dengan tambahan referensi atau keterangan tambahan yang
dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian.
2.1.1
Tingkat Suku bunga
2.1.1.1
Pengertian Tingkat Suku Bunga
Menurut Karl dan Fair (2001: 635) suku bunga adalah pembayaran bunga
tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang
diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah
pinjaman. Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bisa juga
dipandang sebagai sewa atau penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu.
Menurut sunariyah (2004: 80) suku bunga adalah harga dari pinjaman.
suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. bunga
merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang
harus dibayarkan kepada kreditur.
Universitas Sumatera Utara
Eugene A. Duilio (1993: 42) menyatakan bahwa suku bunga adalah harga
yang dibebankan oleh unit ekonomi yang mengalami surplus (unit surplus) pada
unit ekonomi yang mengalami defisit (unit defisit) atas pinjaman yang diberikan
dari tabungannya.
2.1.1.2
Teori Suku Bunga
Menurut teori ini bunga adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia
untuk dipinjamkan/loanable fund. (Nopirin, 1993, hal. 66). Harga ini terjadi di
pasar dana investasi, istilah pasar dana investasi dapat dijelaskan bahwa dalam
satu periode ada anggota masyarakat yang menerima pendapatan yang melebihi
kebutuhan konsumsi. Masyarakat tersebut kemudian menabungkan kelebihan
pendapatannya, jumlah seluruh tabungan mereka membentuk suplay (penawaran)
akan loanable fund. Dilain pihak, dalam periode yang sama ada anggota
masyarakat, atau pengusaha yang memerlukan dana untuk investasi.
Keseluruhan dari investasi atau jumlah keseluruhan mereka akan dana
membentuk permintaan loanable fund. selanjutnya para penabung dan para
investor ini bertemu di pasar loanable fund, dari proses tawar menawar antara
mereka akan dihasilkan bunga keseimbnagan sebagai harga dari loanable fund
yang digunakan oleh para investor.
Menurut Teori Keynes berpendapat bahwa bunga itu adalah semata-mata
moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang.
Berdasarkan atas pendapat demikianlah mengapa Keyness menganggap adanya
pengaruh uang terhadap sistem perekonomian seluruhnya. Seperti diketahui
Universitas Sumatera Utara
employment tergantung pada investasi yang pada gilirannya investasi tersebut
dipengaruhi marginal efficiency of capital dan tingkat bunga. Karena tingkat
bunga itu merupakan suatu gejala moneter, maka jelaslah bahwa teori ekonomi
umum, dan politik keuangan menjadi suatu bahagian yang utama dalam politik
ekonomi umum.
Bunga sebagai suatu gejala keuangan, tingkatnya ditentukan oleh
permintaan kepada uang dan persediaan akan uang. Dengan kata lain tingkat
bunga itu ditentukan oleh kedua faktor yakni :
1. Faktor permintaan terhadap uang
2. Faktor penawaran akan uang
Karena telah dinyatakan bahwa nilai uang ditentukan oleh kedua faktor
tersebut, maka dapatlah dinyatakan bahwa nilai uanglah yang menentukan tingkat
bunga. Faktor permintaan terhadap uang ini Keynes disebut “liquidity
preference”. Jadi sesuai dengan term yang dipakai oleh Keynes, bunga itu
ditentukan oleh liquidity preference dan jumlah uang. dengan demikian dapat
dianalogkan bunga itu sebagai harga. Harga suatu barang semakin tinggi jika
jumlahnya sedikit, dan permintaan terhadapnya banyak, sebaliknya harga barang
itu akan murah bila jumlahnya banyak dan permintaan terhadapnya sedikit.
Demikian pula bunga, naik apabila jumlah uang sedikit dan permintaan
terhadapnya besar, sebaliknya bunga turun apabila jumlah uang dapat dianalogkan
dengan harga barang. Dan dengan demikian pula gambaran curve permintaan
terhadap suatu barang sama dengan curve permintaan terhadap uang atau curve.
Universitas Sumatera Utara
Liquidity preference. Hubungan antara tingkat bunga, permintaan terhadap uang
atau liquidity preference dan jumlah uang akan jelas dengan gambar berikut
dibawah ini :
Gambar 2.1. Curve Liquidity Preference
Dalam gambar diatas jelaslah hubungan antara permintaan terhadap uang,
jumlah uang dan tingkat bunga. Dalam suatu curve liquidity preference yang
tertentu maka bertambahnya jumlah uang akan menyebabkan turunya tingkat
bunga, sebaliknya turunnya jumlah uang akan menyebabkan naiknya tingkat
bunga. Selanjutnya jika curve liquidity preference mengalami perubahan maka
dengan jumlah uang tertentu akan menyebabkan turunnya tingkat bunga.
Hubungan yang demikian itu akan jelas dengan gambar dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
JUMLAH
Gambar 2.2. Kurva Permintaan Terhadap Uang
Dengan gambar diatas terlihat bahwa pada jumlah uang tetap, naiknya
permintaan terhadap uang yang terlihat dari perubahan curve permintaan dari
D1D1 menjadi D2D2, telah menyebabkan naiknya tingkat bunga dari 11 menadi 12.
Demikian juga bila mana terjadi sebaliknya.
2.1.1.3
Perhitungan Suku Bunga
Menurut Dendawijaya Lukman (2001: 105) dalam industri perbankan
yang sangat kompetitif, penentuan tingkat bunga kredit menjadi suatu alat
persaingan yang sangat strategis. Besar kecilnya bunga bunga kredit sangat
dipengaruhi oleh besar kecilnya bunga simpanan, semakin besar atau semakin
mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian
pula sebaliknya. Disamping bunga pinjaman, pengaruh besar kecilnya bunga
pinjaman juga dipengaruhi oleh komponen-komponen pokok dalam penentuan
tingkat bunga kredit. Bank-bank yang mampu mengendalikan komponenkomponen pokok dalam penentuan tingkat bunga kredit (lending rate) akan
Universitas Sumatera Utara
mampu menentukan tingkat bunga kredit yang lebih rendah dibandingkan dengan
bank-bank lainnya.
Menurut Dendawijaya Lukman, dalam bukunya (2001:105) komponenkomponen yang menentukan tingkat bunga kredit adalah sebagai berikut:
1. COLF
Sebagaimana diuraikan diatas, perhitungan COLF ini berturut-turut adalah
sebagai berikut:
1). Menetapkan tingkat bunga yang akan dibayarkan kepada deposan.
2). Menghitung komposisi sumber dana
3). Memperhatikan ketentuan tentang giro wajib minimum (GWM)
Menghitung biaya dana efektif dengan rumus
Menghitung Kontribusi dana dengan rumus:
Kontribusi biaya dana = komposisi dana x biaya dana efektif
Menjumlahkan seluruh kontribusi biaya dana untuk memperoleh
tingkat COLF
Universitas Sumatera Utara
1) Overhead Cost
Banyak konsep dan pendapat yang dianut oleh praktisi perbankan
mengenai overhead cost. Salah satu konsep overhead cost diartikan
sebagai seluruh biaya (diluar bunga) yang dikeluarkan oleh bank
didalam
menjalankan
kegiatan
lebih
lanjut
diangap
bahwa
menanggung biaya-biaya tersebut adalah seluruh aktiva bank yang
menghasilkan pendapatan (Total earning asset). Oleh karena itu
formula overhead cost ditulis sebagai berikut:
x 100%
Besarnya persentase overhead cost tiap-tiap bank berbeda antar
bank yang satu dengan bank lainnya. Hal ini sangat tergantung dari
efisien suatu bank didalam mengontrol biaya-biaya serta kemampuan
bank didalam memperluas akan cenderung mempunyai overhead cost
yang rendah dengan asumsi terdapat pengendalian biaya dalam
standard yang normal pada bank tersebut. Perhitungan overhead cost
antara 2% – 4%.
1) Risk Faktor
Penentuan risk faktor sebagai komponen tingkat suku bunga kredit
lebih bersifat taktis didalam upaya memperbesar pendapatan bank
umum. Penentuan besarnya presentase RR terhada lending rate
ditujukan untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan terjadinya
resiko kredit, selain itu perbankan juga berusah untuk menekan
Universitas Sumatera Utara
tingkat risk faktor sebagai komponen lending rate dalam upaya
memperbesar pendapatan dan menghadapi persaingan dalam
industry perbankan. Risk faktor yang dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
2) Spread
Merupakan pendapatan bank yang pokok, yang akan menentukan
berapa besarnya pendapatan perusahaan (net income) bank. Besarnya
net margin bervariasi atau tergantung dari value kredit bank. Semakin
besarnya value kredit maka spread dapat diusahakan semakin rendah.
Hal ini dikarenakan bank akan cenderung untuk mengejar omzet
penjualan kredit untuk mendapatkan nilai absolut pendapatan bersih
usaha.
Pemilihan strategis spread kearah yang tinggi atau pun rendah sangat
tergantung dari pangsa pasar (target market) yang ingin direbut oleh
bank tersebut dengan melakukan menganalisis dari persentase bank
yang sekelas ataupun rata-rata industri. Pada umumnya bank
menetapkan spread 2 – 3% p.a akan merupakan harga yang layak
sebagai komponen dari lending rate.
3) Pajak
Universitas Sumatera Utara
Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank
yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya. pembebanan
pajak sebagai komponen dari penentuan tingkat bunga kredit (lending
rate) dapat dibebankan penuh atau sebagian, tergantung pada
kebijakan bank yang bersangkutan dalam menghadapi persaingan.
Bunga atau riba adalah penambahan, perkembangan , peningkatan dan
pembesaran yang diterima pemberi pinjaman dari peminjam dari
jumlah pinjaman pokok sebagai imbalan karena menangguhkan atau
berpisah dari sebagian modalnya selama periode waktu tertentu.
Secara umum riba adalah pengambilan tambahan yang harus
dibayarkan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam
yang bertentangan dengan prinsip syariah (Sudarsono, dalam Raditya;
2007)
2.1.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Agar keuntungan yang diperoleh dapat maksimal, maka pihak manajemen
bank harus pandai dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga.
Menurut Kasmir (2008:137-140), faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar
kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Dana
Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu
seberapa besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank
kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan
meningkatkan suku bunga simpanan. Namun, peningkatan suku bunga
simpanan akan pula meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya,
apabila dana yang ada dalam simpanan di bank banyak, sementara
permohonan pinjaman sedikit, maka bunga simpanan akan turun karena
hal ini merupakan beban.
2. Target Laba yang diinginkan
Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target
laba merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya
suku bunga pinjaman.
3.
Kualitas Jaminan
Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga pinjaman. Semakin
likuid jaminan (mudah dicairkan) yang diberikan, semakin rendah
bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya.
4.
Kebijaksanaan Pemerintah
Dalam menentukan baik untuk bunga simpanan maupun bunga
pinjaman bank tidak boleh melebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah.
5.
Jangka Waktu
Faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka
waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan
besarnya kemungkinan resiko macet di masa mendatang. Demikian
Universitas Sumatera Utara
pula sebaliknya, jika pinjaman berjangka pendek, bunganya relatif
rendah.
6.
Reputasi Perusahaan
Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama
untuk bunga pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan
memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan
dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid
kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil.
7.
Produk yang Kompetitif
Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif
rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal
ini disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya
tinggi sehingga pembayarannya diharapkan lancar.
8.
Hubungan Baik
Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan kepada
seseorang atau lembaga. Dalam praktiknya, bank menggolongkan
nasabah antara nasabah utama dan nasabah biasa. Penggolongan ini
didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan
kepada bank. Nasabah yang memiliki hubungan baik dengan bank tentu
penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.
9.
Persaingan
Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara
tingkat persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat,
Universitas Sumatera Utara
maka bank harus bersaing keras dengan bank lainnya. Untuk bunga
pinjaman, harus berada di bawah bunga pesaing agar dana yang
menumpuk dapat tersalurkan, meskipun margin laba mengecil.
10. Jaminan Pihak Ketiga
Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada bank untuk
menanggung segala risiko yang dibebankan kepada penerima kredit.
Biasanya apabila pihak yang memberikan jaminan bonafide, baik dari
segi kemampuan membayar, nama baik, maupun loyalitasnya terhadap
bank, bunga yang dibebankan pun juga berbeda. Begitu pun sebaliknya.
Tinggi rendahnya suku bunga pinjaman juga amat dipengaruhi berbagai
faktor. Antara lain Tujuan Perusahaan, Persaingan, Citra Nasabah dan Kondisi
Ekonomi
Dengan demikian bunga pinjaman antar satu bank dan bank lainnya tidak
akan persis sama. Namun faktor dominan pembentuk suku bunga pinjaman adalah
struktur dana satu bank yang pada gilirannya menentukan biaya dana (cost of
fund). Disamping itu beraneka ragamnya metode pricing yang ditetapkan suatu
bank akan membedakan pula tinggi rendahnya bunga yang dihasilkan.
1. Metode Pricing
Metode dunia perbankan dikenal empat metode pricing, yaitu : mark
up pricing, target pricing, perceived value pricing dan going rate pricing.
2. Metode mark up pricing
Universitas Sumatera Utara
Yaitu yang berdasarkan suku bunga pinjaman yang didasarkan pada
metode penambahan komponen cost loanable funds (CLOF) dan overhead
cost (OHC), menghasilkan cost of money (COM) ditambah risk premium
dan spread yang diinginkan sehingga didapatkan lending rute.
3. Metode Target Pricing
Yaitu metode yang didasarkan target keuntungan dianggarkan. Metode ini
dipakai sebagai standar minimum atau target, namun jarang dikenakan
pada debitur karena terlalu banyak variabel yang mempengaruhi.
4. Perceived value pricing
Yaitu metode yang berdasarkan tinggi rendahnya pada image nasabah
terhadap produk bank. Jika image nasabah terhadap produk pinjaman bank
jelek, yang bersangkutan tidak akan bersedia dibebani lending rate yang
tinggi atau sebaliknya.
5. Going rate pricing
Yaitu metode yang berdasarkan rata-rata harga pinjaman dalam industri
perbankan. Meskipun terdapat berbagai metode pricing, mengingat
berbagai kelemahan dan kesulitan pelaksanaan di lapangan, metode yang
paling umum digunakan dewasa ini adalah metode mark up pricing.
Dalam uraian selanjutnya diasumsikan pihak perbankan Indonesia
seluruhnya menerapkan metode mark up pricing dalam menentukan lending
ratenya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penelahaan komponen-komponen
apa saja yang dapat direkayasa, sehingga hasil akhir proses tersebut adalah
lending rate yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.5 Perubahan penawaran uang dan suku bunga
Menurut Ferri fabozzi dalam bukunya yang berjudul ”pasar dan lembaga
keuangan” pada tahun 1999, perubahan penawaran uang memiliki tiga efek
berbeda atas suku bunga yaitu: efek likuiditas (liquidity effect), efek pendapatan
(income effect) dan efek ekspektasi harga(price expextation effect), efek-efek ini
biasanya tidak terjadi secara simultan, tetapi lebih cenderung tersebar selama
beberapa periode setelah perubahan penawaran mata uang. Efek-efek ini
mempengaruhi suku bunga dengan cara yang berbeda dan pada tingkat yang
berbeda pula.efek yang satu mungkin menghapus atau menambah efek
sebelumnya.besarnya dampak akhir dan arahnya tergantung pada tingkat output
dan employment dalam perekonomian
1. Efek likuiditas
Efek ini merupakan reaksi awal suku bunga terhadap perubahan
penawaran uang jika penawaran uang meningkat, reaksi awalnya adalah
turunnya suku bunga. Alasan bagi penurunan tersebut adalah bahwa
kenaikan penawaran uang mewakili pergerakan kurva penawaran.
2. Efek Pendapatan
Perubahan-perubahan dalam penawaran uang
jelas mempengaruhi
perekonomian. Penurunan dalam penawaran uang biasanya cenderung
menyebabkan kontraksi. Secara umum peningkatan uang beredar
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan ekspansi ekonomi yaitu lebih banyak pinjaman yang
tersedia, lebih banyak individu yang dipekerjakan dan bekerja lebih
lama,serta lebih banyak barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen dan
produsen.Jadi,perubahan uang beredar bisa menyebabkan pendapatan
berubah.kenaikan pendapatan akan menggerakkan kurva permintaan dan
menaikkan jumlah uang yang akan diperlihatkan efek pendapatan dengan
menunjukkan bahwa pergerakan kurva permintaan ke kanan,akibat
kenaikan jumlah uang beredar, menyebabkan suku bunga ekulibrium
meningkat.
3. Efek ekspektasi harga
Efek ekspektasi harga biasanya terjadi jika pertumbuhan uang beredar
terjadi pada saat output tinggi.karena tingkat harga (dan ekspektasi
harganya) adalah mempengaruhi fungsi permintaan uang. efek ekspektasi
harganya adalah peningkatan suku bunga.Kenaikan tersaebut karena
permintaan terhadap saldo uang bergerak ke atas. Efek positif ini
menggerakkan suku bunga dalam arah yang sama dengan efek pendapatan,
dan berlawanan arah dengan efek likuditas (pada masa inflasi,
pengurangan laju pertumbuhan uang beredar bisa memperkecil ekspektasi
inflasi dan menggerakkan kurva permintaan ke kiri, sehingga menurunkan
suku bunga).Tidak ada pedoman umum mengenai besaran relatif dari
efek ekspektasi harga yaitu bisa jadi cukup besar sehingga melampaui efek
likuiditas atau hanya menghapus sebagian efek likuiditas saja. Besar efek
Universitas Sumatera Utara
pendapatan tergantung pada utilitas kapasitas produksi pada saat
penawaran uang meningkat.
2.1.2 Teori Inflasi
2.1.2.1 Pengertian Inflasi
Junaiddin Zakaria (2009: 61) menyatakan bahwa inflasi merupakan suatu
keadaan perekonomian dimana tingkat harga dan biaya-biaya umum naik,
misalnya naiknya harga beras, harga bahan bakar, harga mobil, upah tenaga kerja,
sewa barang-barang modal.
Adiwarman A. Karim (2008: 135) menyatakan bahwa inflasi adalah
kenaikan harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu
periode waktu tertentu. Inflasi dianggap sebagai fenomena moneter karena
terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas.
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung (2004: 155) mendefinisikan
bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum
dan terus menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar
dapat dikatakan telah terjadi inflasi:
1. Kenaikan harga, harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi
lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya.
2. Bersifat umum, kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan
inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara
umum naik.
Universitas Sumatera Utara
3. Berlangsung terus menerus, kenaikan harga yang bersifat umum juga
belum tentu akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat.
Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal
bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat umum
dan terus menerus.
2.1.2.2 Jenis – Jenis Inflasi
Didalam pembagian jenis-jenis inflasi, pengklarifikasian dapat didasarkan
atas dua pandangan yaitu berdasarkan besarnya tekanan inflasi dan berdasarkan
penyebab dari timbulnya inflasi. Berdasarkan atas besarnya tekanan inflasi atau
berdasarkan atas laju pertumbuhan inflasi maka inflasi dapat dibedakan atas :
1. Inflasi ringan (creeping inflation) dimana laju pertumbuhan inflasi
adalah dibawah 10%. Dimana ditandai dengan kenaikan harga berjalan
secara lambat dengan persentase yang kecil dengan jangka waktu yang
relatif lama.
2. Inflasi sedang (antara 10% - 30% tahun). Dimana ditandai dengan
kenaikan harga yang lebih cepat dari inflasi ringan dan perlu
diwaspadai dampaknya bagi perekonomian.
3. Inflasi berat atau galloping inflation (antara 30% - 100%). Dimana
ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang
berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat
akselerasi. Artinya, harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari
minggu/bulan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
4. Hyper inflasi atau run way inflation dimana laju pertumbuhan inflasi
diatas 100% setahun. Inflasi ini paling parah akibatnya dimana
masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang, nilai uang
merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang.
Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya
timbul bila pemerintah mengalami defisi anggaran belanja yang dengan
mencetak uang.
Berdasarkan penyebab inflasi, maka inflasi dapat dibedakan atas :
1. Demand Pull atau Excess Demand Inflation
Excess Demand Inflation ini adalah inflasi yang timbul sebagai akibat
dari kelebihan permintaan total dibandingkan dengan penawaran total
pada full employment. Dapat juga dikatakan bahawa excess demand
inflation adealah inflasi yang timbul akibat adanya inflationary gap.
Akibat adanya kelebihan permintaan total tersebut, maka akan timbul
kenaikan tingkat harga umum. Apabila kelebihan permintaan ini tidak
segera diatasi maka inflationary gap semakin membesar akibat
bekerjanya proses multiplier yang akan mendorong permintaan lebih
besar lagi, dan pada gilirannya akan mendorong lagi kenaikan tingkat
harga umum. Dengan demikian, apabila proses ini berlangsung terus
menerus, maka pada akhirnya menjadi inflasi hyper walaupun pada
permulaannya inflasi lunak saja.
2. Bottleneck inflation
Universitas Sumatera Utara
Bottleneck inflation yang timbul akibat perubahan struktur permintaan.
Dalam hal ini inflasi ini, total permintaan tidak berubah. Yang berubah
adalah struktur permintaan sendiri yakni peralihan permintaan dari
suatu barang ke barang lain, sedang barang yang diminta tersebut
jumlah tersebut masih sedikit sehingga akan terjadi persaingan sesama
permintaan untuk merebut jumlah barang yang sedikit tersebut dan
akibatnya tingkat harga umum akan naik. Adapun contoh dari
bottleneck inflation ini adalah inflasi sesudah perang. Pada masa
perang, total permintaan sebagian besar ditujukan kepada barangbarang keperluan perang. Tetapi sesudah perang selesai maka total
permintaan akan diarahkan kepada barang-barang investasi dan
konsumsi baik untuk pembangunan maupun untuk keperluan seharihari. Dengan demikian ada peralihan struktur permintaan barang-barang
keperluan perang dialihkan kepada barang-barang investasi dan
konsumsi. Sedang jumlah barang-barang investasi dan konsumsi masih
sedikit jumlahnya karena selama perang barang-barang tersebut tidak
atau sedikit sekali diproduksi. Oleh karena itu tingkat harga umum akan
cenderung naik, akibat jumlah barang-barang yang diminta sesudah
perang jumlahnya sedikit.
3. Cosh push Inflation
Cosh push inflation adalah inflasi yang timbul akibat adanya kenaikan
ongkos-ongkos. Apabila ongkos-ongkos naik maka sektor industri akan
menaikkan harga jual barang industri, akibatnya tingkat harga umum
Universitas Sumatera Utara
yang naik akan mendorong pengeluaran akan bertambah dan agregat
demand (total permintaan) akan bertambah. Itu berarti bahwa Excess
demand inflation akan mulai bergerak. Dengan demikian antara cost
push inflation akan saling mendorong dengan excess demand inflation,
dimana dengan naikntya ongkos maka tingkat harga umum naik, tingkat
harga umum naik maka pengeluaran bertambah dan total permintaan
naik. Total permintaan naik maka harga akan naik sehingga ongkosongkos akan naik dan demikian selanjutnya.
Yang paling berbahaya adalah apabila organisasi-organisasi produksi
melibatkan diri secara langsung terutama serikat-serikat buruh. Dengan naiknya
harga-harga maka ongkos hidup makin tinggi sehingga serikat buruh menuntut
kenaikan upah. Akibatnya sektor industri akan menaikkan harga jual barangbarang produksinya sehingga akan mendorong kenaikan tingkat harga umum,
ongkos hidup makin naik lagi dan serikat buruh menuntut kenaikan upah.
Demikian seterusnya sektor industri akan mengurangi atau bahkan menutup
industrinya karena penjualan merosot sehingga pengganguran semakin meningkat
dan akhirnya kehidupan ekonomi bisa menjadi lumpuh sama sekali.
2.1.2.3 Beberapa faktor yang menimbulkan inflasi
Untuk menganalisa faktor-faktor yang mengakibatkan timbulnya inflasi
terutama secara ekonomi subyektif sebenarnya adalah bukan merupakan hal yang
sukar, tetapi untuk merumuskan dan kemudian melaksanakan kebijaksanaan
untuk menanggulanginya adalah merupakan masalah yang sulit dan pelik. Karena
Universitas Sumatera Utara
masalah inflasi bukan semata-mata masalah ekonomi tetapi masalah sosial
ekonomi politis.
Kebanyakan masalah inflasi timbul dinilai oleh faktor sosial politik.
Sebagai contoh pada suatu negara terjadi inflasi karena pemerintah mencetak uang
terlalu banyak, lalu timbul pertanyaan kenapa pemerintah mencetak uang terlalu
banyak walaupun diketahui akibatnya akan menimbulkan inflasi, maka seringkali
jawabannya terletak dibidang sosial politik.
Faktor-faktor sosial politik yang melandasi inflasi ditentukan oleh tata
sosial politis masing-masing negara. Ilmu ekonomi hanya membantu untuk
mengindentifikasi sebab-sebab objektif dari inflasi, dan selanjutnya menggunakan
dalil-dalil ekonomi yang berlaku secara umum untuk menentukan kebijaksanaan
yang diambil dalam mengatasi masalah inflasi. Tetapi sebenarnya bila ingin
menentukan kebijaksanaan yang tepat hendak hanyalah dipahami lebih dahulu
faktor-faktor yang mendasar timbulnya inflasi yang mana faktor ini belum tentu
bersifat ekonomis.
Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai inflasi yang masingmasing menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses inflasi. Ketiga kelompok teori
ini adalah:.
1. Teori Kuantias Uang
Teori ini adalah teori yang paling tua mengenai inflasi, tetapi akhirakhir ini teori ini dikembangkan lagi oleh ahli-ahli ekonomi dari
Universitas Chicago yang dimotori oleh Milton Friedman. Menurut
Universitas Sumatera Utara
teori kuantitas ini ada dua faktor berperan dalam terjadinya inflasi.
Yang pertama yaitu jumlah uang beredar dan kedua yaitu harapan
masyarakat mengenai kenaikan harga-harga.
2. Teori Keynes
Menurut teori keynes bahwa inflasi terjadi karena suatu masyarakat
atau golongan ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Hal
ini akan mengakibatkan permintaan masyarakat akan barang-barang
melebihi jumlah barang yang tersedia sehingga timbullah apa yang
disebut inflationary gap. Inflationary gap ini timbul karena golongan
masyarakat tersebut berhasil memperoleh dana untuk membeli barangbarang
yang diinginkan oleh kelompok
masyarakat
tersebut.
Inflationary gap dapat ditimbulkan oleh pemerintah yang menjalankan
defisit dalam anggaran belanja yang dibiayai dengan mencetak uang
baru. Inflationary gap dapat juga ditimbulkan oleh golongan
pengusaha swasta yang ingin melakukan investasi baru dan
memperoleh pembiayaannya dari kredit bank. Serikat buruh yang
berusaha untuk memperoleh kenaikan gaji bagi anggota-anggota
melebihi kenaikan produktivitas buruh juga dapat menimbulkan
inflationary gap.
3. Teori strukturalis
Menurut teori ini inflasi timbul karena adanya kelemahan dalam
struktur ekonomi, dimana dalam hal ini terdapat ketegaran-ketegaran
dalam sektor perekonomian. Ketegaran struktural ini bersumber dari
Universitas Sumatera Utara
ketidakmampuan sektor-sektor produktif
untuk mengembangkan
produksi mereka dengan cepat dan sesuai dengan yang diperlukan oleh
perubahan-perubahan dalam permintaan.
2.1.2.4 Efek Inflasi
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapat, alokasi faktor produksi
serta produksi nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan yaitu sebagai
berikut:
1. Efek terhadap pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan
tetapi ada pula yang diunggulkan dengan adanya inflasi.
2. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi.
Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai
macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan
dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi
permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar
dari barang lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi barang
tersebut. Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan mengubah
pola alokasi faktor produksi itu lebih efesien dalam keadaan tidak ada
inflasi. Namun, kebanyakan ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi
dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efesien.
3. Efek Terhadap Output
Universitas Sumatera Utara
Dalam menganalisa kedua efek diatas (equity dan efficiency effects)
digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan agar
supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatn dan
efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut. Inflasi mungkin dapat
menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya dalam keadaan
inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah
sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan
mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini terlalu
tinggi (hyper inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni
penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai yang riil
turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak mempunyai uang
kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan
turunnya produksi barang. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak
ada hubungannya langsung antara inflasi dengan output. Inflasi bisa
dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan
penurunan output. Intensitas efek inflasi ini berbeda-beda, tergantung
apakah inflasi dibarengi dengan kenaikan produksi dan employment
atau tidak. Apabila produksi barang ikut naik, maka kenaikan produksi
ini sedikit banyak dapat mengerem laju inflasi. Tetapi apabila ekonomi
mendekati kesempatan kerja penuh (full employment) intensitas efek
inflasi makin besar. Inflasi dalam keadaan kesempatan kerja penuh ini
sering disebut dengan inflasi murni (pure inflation).
2.1.2.5 Cara Mencegah Inflasi
Universitas Sumatera Utara
Penyebab perubahan nilai uang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, M, V
dan T. Faktor M dan V adalah faktor uang, sedangkan T itu adalah faktor jumlah
barang yang diperdagangkan, pada umumnya dikatakan faktor bukan uang.
Turunnya nilai uang atau keadaan inflasi disebabkan oleh naiknya M dan atau V,
mungkin pula karena kenaikan T tidak sebanding dengan kenaikan kedua faktor
tersebut. Karenanya untuk mengatasi inflasi itu tidak lain dari pada mengurangi M
dan atau V atau pula dengan jalan menaikan T.
Untuk mencapai tujuan mengurangi M dan atau V atau untuk menaikkan
jumlah T ada tiga kebijaksanaan yang dapat dibentuk. Ketiga kebijaksanaan
tersebut adalah :
1. Kebijaksanaan Moneter
Cara-cara
mengatasi
inflasi
dengan
kebijaksanaan
moneter,
sesungguhnya untuk sebagian besar berhubungan dengan politik Bank
Sentral dari negara yang bersangkutan. Maksud dari pada Bank Sentral
dengan politiknya itu ialah untuk menyempitkan peberian kredit oleh
Bank Sentral sendiri maupun oleh badan-badan kredit lainnya yaitu
Bank
Bukan
Dagang.
Tujuannya
adalah
untuk
mengurangi
pengeluaran dari masyarakat seluruhnya (anggregate monetary
ecpenditure). Bank Sentral dapat menyempitkan pemberian kredit atau
mengurangi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat dengan tiga
1) Politik Diskonto
Universitas Sumatera Utara
Keinginan dari orang-orang atau badan-badan usaha untuk
mengadakan pinjaman kepada badan-badan kredit berhubungan
erat dengan keuntungan yang diharapkan dari investasi yang akan
dijalankan dan besarnya bunga yang harus dibayar dari modal yang
dipinjam. Bilamana bunga pinjaman semakin besar, maka ada
kecenderungan tertahannya aktifitas yang besar pembiayaannya
didasarkan atas peminjaman dari badan kredit. Dengan demikian
jelaslah bahwa kenaikan tingkat bunga dari Bank Sentral akan
mengurangi keinginan badan-badan kredit untuk mengadakan
pinjaman untuk memenuhi permintaan pinjaman masyarakat, yang
berarti besarnya kredit dari badan kredit berkurang, yang berarti
pula mengurangi tekanan inflasi.
2) Politik Pasar Terbuka.
Salah satu cara umum yang dipergunakan untuk mengatasi inflasi
oleh Bank Sentral adalah open market operation atau politik pasar
terbuka. Politik pasar terbuka yang dipergunakan mengatasi inflasi
ini kadang-kadang disebut juga sebagai Tight Money Policy.
Dengan tight money policy ini dimaksudkan suatu kebijaksanaan
dari Bank Sentral untuk menjual surat-surat berharga seperti
obligasi negara kepada masyarakat. Karena penjualan surat-surat
berharga seperti obligasi negara kepada masyarakat. Karena
penjualan surat-surat berharga ini ditujukan kepada bank-bank,
maka hal ini berakibat berkurangnya uang dari tangan masyarakat,
Universitas Sumatera Utara
tetapi pula berkurangnya uang ditangan badan-badan kredit, hal
mana menyebabkan pemberian kredit potensial dari badan-badan
kredit menjadi berkurang. Jadi politik serupa ini, maka jumlah
uang yang beredar di tangan masyarakat dikurangi dan sebagai
gantinya bertambah obligasi neara atau surat-surat berharga
lainnya ditangan masyarakat. Berkurangnya jumlah uang ditangan
masyarakat menyebabkan permintaan terhadap barang berkurang,
dan barang-barang di pasar hanya dapat dijual seluruhnya apabila
harga diturunkan dan dengan telah terealisasinya hal ini, inflasi pun
telah dikurangi tekanannya.
3) Menaikkan Cash Ratio
Cash Ratio adalah perbandingan antara uang tunai bank-bank
ditambah dengan demand deposit pada Bank Sentral terhadap
demand deposite dari pada masyarakat terhadap bank yang
bersangkutan. Menaikkan cash ration atau reserve requirements
dari pada bank-bank dagang, merupakan suatu tindakan anti inflasi,
oleh karena itu hal ini selain mengurangi reserve yang berlebihan
dari pada bank, dapat pula mengurangi kemungkinan memenuhi
permintaan kredit dari pada anggota masyarakat.
2. Kebijaksanaan Fiskal
Selain dari pada politik moneter usaha untuk mengatasi inflasi dapat
pula dikerjakan di bidang fiscal, yaitu dengan kebijaksanaan fiskal.
Kebijaksanaan fiskal telah diakui kekuatannya namun demikian untuk
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan hasil yang lebih memuaskan, sebaiknya kebijaksanaan
fiscal tersebut didampingi oleh kebijaksanaan moneter. Ada tiga aspek
dari kebijaksanaan fiskal ini, yaitu :
1) Penurunan Pengeluaran Pemerintah
Ada dua sektor yang menyebabkan timbulnya inflasi, yaitu sektor
pemerintah dan sektor partikulir. Dengan demikian jelas bahwa
bilamana terjadi inflasi kedua sektor yang kemungkinan timbulnya
inflasi itu harus dibendung. Timbulnya inflasi karena akibat dari
sektor partikulir dapat dibendung untuk sebagian besar dengan
jalan politik moneter, meskipun kebijaksanaan moneter itu pula
tertuju untuk mengurangi permintaan kredit dari pihak pemerintah.
Bilamana sektor partikulir sudah dibendung, maka untuk mendapat
effect yang lebih pasti haruslah pula peranan sektor pemerintah
turut dibendung. Dengan kata lain, pengeluaran pemerintah harus
diperkecil.
Atau untuk menetralisasi kenaikan pengeluaran
partikulir maka dalam masa inflasi itu, pengeluaran pemerintah
harus dikurangi.pengeluaran pemerintah yang dapat ditekan
melalui kebijakan fiskal ialah subsidi dan anggaran pembangunan
(anggaran rutin tidak bisa dikurangi).Anggaran bangunan dapat
ditekan pemerintah dengan penjadwalan kembali proyek-proyek
yang dianggarkan dalam APBN atau dibiayai oleh bantuan luar
negeri(pinjaman luar negeri yang bersifat inflatoir terhadap
perekonomian). penetapan plafon pinjaman oleh swasta ke luar
Universitas Sumatera Utara
negeri oleh pemerintah dimaksudkan untuk pengendalian inflasi
jangka
panjang
karena
pemerintah
telah
mengorbankan
pembangunan ekonomi dengan mengeluarkan kebijaksanaan uang
ketat sehingga pengorbanan ini akan sia-sia tanpa diikuti dengan
penerapan plafon kredit swasta terhadap luar negeri
2) Menaikkan Pajak
Dalam keadaan dimana dalam lalu lintas perekonomian jumlah
uang terlalu besar, sehingga menyebabkan terjadi inflasi, maka
dengan mengurangi uang tersebut dengan jalan menaikkan pajak
akan dapatlah inflasi itu dikurangi. Makin tinggi pajak yang
dikenakan pemerintah terhadap pendapatan, maka makin kecil
konsumsi masyarakat dan akan diperkecil lagi oleh MPC
masyarakat yang bersangkutan. Dengan menambah pajak berarti
penghasilan seseorang akan berkurang, karena sebagian dari
penghasilan itu dalam bentuk pajak telah diberikan pada
pemerintah. Disposible income-nya menjadi berkurang. Apabila
penghasilan seseorang berkurang, maka tenaga pembeliannya pun
akan berkurang pula dan apabila tenaga pemberi berkurang harga
barang-barang tidak akan mungkin naik lagi melainkan akan turun
seimbang dengan jumlah uang yang ada dalam masyarakat.
3) Mengadakan Pinjaman Pemerintah
Suatu cara untuk mengatasi inflasi yang sangat efektif, adalah
dengan mengadakan pinjaman pemerintah, terlebih-lebih pinjaman
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan. Hal ini pula dianjurkan oleh Keynes dalam
rencananya untuk membiayai peperangan. Rencana pinjaman
paksaan dari Keynes ini terkenal dengan nama “deffered pay”. Jadi
dengan rencana Keynes ini, sebagian daripada gaji pegawai dan
buruh dipotong untuk disimpan menjadi pinjaman pemerintah
selama jangka waktu yang tidak ditentukan. Cara yang demikian
ini, pernah dilakukan di negara kita istilah “Gubting Syafruddin”,
masih belum dapat dilupakan hingga dewasa ini. Keadaan
keuangan
Indonesia
sesudah
perang
dunia
kedua
sedang
mengalami tekanan inflasi, maka Menteri Keuangan Syafruddin
Parwinegara, mengatasinya dengan harga setengah, yang setengah
lagi
menjadi
pinjaman
pemerintah.
Pinjaman
paksaan
sesungguhnya lebih banyak dianut pada masa perang, meskipun
hal itu dijalankan juga dalam masa damai dan dalam keadaan
keuangan yang sangat mengkhawatirkan. Karenanya dalam masa
damai, sebaiknya inflasi itu diatasi dengan pinjaman sukarela,
meskipun harus diakui bahwa dengan cara demikian tujuan sukar
dicapai.
3. Kebijakan Non Moneter
Kebijakan non moneter untuk mengatasi inflasi ada tiga yaitu sebagai
berikut:
1). Penaikan hasil produksi
Universitas Sumatera Utara
Salah satu cara untuk menaikkan nilai uang adalah dengan jalan
menaikkan nilai T dengan perkataan lain menaikkan jumlah
produksi. Untuk mencapai maksud itu ialah dengan mengerjakan
seluruh faktor-faktor produksi dengan full capacity, dapat pula
dengan jalan “realocation or resources”, artinya hasil sejenis
barang tertentu dengan jalan menarik sebagian faktor-faktor
produksi dari sektor lain untuk menghasilkan barang yang
persediaannya sangat terbatas. Hal tersebut dapat pula dijalankan
dengan cara sistem pemberian prioritas atau dengan memberikan
subsidi atau bantuan kepada sektor produksi yang sangat sensitive
terhadap inflasi. Peranan impor untuk menaikkan jumlah barang
yang akan diperdagangkan tidak boleh dikesampingkan. Dalam hal
ini impor dapat ditujukan untuk menambah persediaan barangbarang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
2) Kebijaksanaan Upah
Cara mengatasi inflasi bisa dengan mengurangi disposible income dari
anggota masyarakat. Terlebih-lebih golongan masyarakat yang
berpenghasilan rendah harus dikurangi, setidaknya inflasi itu jalan
berubah menjadi spiral inflation. Cara untuk mencapai maksud ini
dengan menstabilisasikan gaji. Artinya gaji distabilisasikan, gaji
diusahakan untuk tidak dinaikkan. Setidaknya kenaikan gaji hanya
dapat diterima, bilamana produktifitas umum bertambah. Jdai pada
naiknya hasil produksi para pekerja, upahnya boleh dinaikkan dengan
Universitas Sumatera Utara
perimbangan yang sebanding dengan kenaikan produktifitas tersebut.
Penstabilisasian gaji dapat pula dijalankan dengan menganjurkan
kepada organisasi-organisasi buruh agar mereka jangan mengadakan
tuntutan kenaikan upah. Sudah barang tentu anjuran yang demikian
hanya akan diterima bilamana organisasi-organisasi buruh yang
bersangkutan ada melihat tanda-tanda perbaikan dari kebijaksanaankebijaksanaan pemerintah yang sedang dijalankan.
3) Pengawasan Harga dan Distribusi Barang-Barang
Kecenderungan naiknya harga barang-barang dapat pula diatasi dengan
jalan penetapan dan pengawasan harga oleh pemerintah dengan sanksi
yang sangat berat. Penetapan harga saja tidak akan memberikan hasil
bilamana tidak diikuti oleh pengawasan yang teliti dan keras. Cara
yang demikian sering menimbulkan black market, hal mana dapat
diatasi dengan jalan mendistribusikan barang kebutuhan anggota
masyarakat. Bila hanya dengan jalan pengawasan harga akan
menyebabkan timbulnya black market. Akibat yang demikianlah
kiranya mengapa beberapa ahli-ahli ekonomi memberikan kritik
terhadap pengawasan harga. Demikian misalnya Keynes menolak cara
pengawasan harga, karena menurut pendapatnya hal yang demikian
tidak akan menghasilkan keseimbangan antara penawaran dan
permintaan. Malahan dia lebih menganjurkan pengurangan tenaga
pembeli anggota masyarakat dengan jalan atau melalui pajak dan
simpanan paksaan. Jadi pengawasan harga dengan tidak diikuti
Universitas Sumatera Utara
pengurangan tenaga pembeli dari anggota masyarakat tidak akan
memberikan hasil untuk mengatasi inflasi. Pendistribusian barangbarang juga sebagai salah satu cara untuk mengatasi inflasi, dikritik
oleh Keynes karena menurut pendapatnya hal itu menyebabkan “a
great deal of waste, both of resources and enjoyed”.
2.1.3 Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita (per capita income) adalah pendapatan rata-rata
penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun.
Pendapatan perkapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa
rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode
tertentu. Pendapatan perkapita diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun
tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut.
Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran
dan tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan perkapitanya,
Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata – rata penduduk di suatu
negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan
nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan
perkapita juga merefleksikan PDB perkapita semakin makmur Negara tersebut
Namun demikian kita harus hati-hati dalam menggunakan pendapatan
perkapita itu sebagai indikator pembangunan. Hal ini disebabkan oleh adanya
pendapatan yang mengatakan pembangunan itu bukan sekedar meningkatkan
pendapatan riil saja, tetapi kenaikan tersebut harus berkesinambungan dan mantap
Universitas Sumatera Utara
serta harus disertai pula oleh perubahan-perubahan sikap dan kebiasaan-kebiasaan
sosial yang sebelumnya menghambat kemajuan-kemajuan ekonomi.
Sadono Sukirno (2004: 424) menyatakan bahwa salah satu komponen dari
pendapatan nasional yang selalu dilakukan perhitungannya adalah pendapatan
perkapita yaitu pendapatan rata pada suatu masa tertentu. Nilainya diperoleh
dengan membagi nilai Produk Domestik Bruto atau Produk Nasional bruto suatu
tahun tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut.
1. Produk Domestik Bruto (PDB)/Gross Domestic Product (GDP)
PDB merupakan nilai dari akhir keseluruhan barang/jasa yang
dihasilkan oleh semua unit ekonomi dalam suatu negara, termasuk
barang dan jasa yang dihasilkan warga negara lain yang tinggal di
negara tersebut. Penghitungan nilai PDB dapat dilakukan atas dua
macam dasar harga yaitu :
1) PDB atas dasar harga berlaku
merupakan PDB yang dihitung dengan dasar harga yang berlaku
pada tahun tersebut. PDB atas dasar harga berlaku berfungsi untuk
melihat dinamika/perkembangan struktur ekonomi yang riil pada
tahun tersebut.
2).PDB atas dasar harga konstan
Merupakan PDB yang dihitung dengan dasar harga yang berlaku
pada tahun tertentu. PDB atas dasar harga konstan berfungsi untuk
melihat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Contohnya jika
Universitas Sumatera Utara
kita ingin mengetahui berapa persen kenaikan PDB dari tahun 1998,
1999 dan tahun 2000, karena nilai/harga suatu produk tiap tahun
berubah-ubah maka kita harus mengubah nilai PDB tahun 1998 dan
1999 dengan dasar harga tahun 2000 sehingga akan terlihat dengan
jelas besaran kenaikan dari tiap tahunnya.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pembangunan suatu daerah dapat berhasil dengan baik apabila
didukung oleh suatu perencanaan yang mantap sebagai dasar
penentuan strategi, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil
pembangunan yang telah dicapai. Dalam menyusun perencanaan
pembangunan yang baik perlu menggunakan data-data statistik yang
memuat informasi tentang kondisi riil suatu daerah pada saat tertentu
sehingga kebijakan dan strategi yang telah atau akan diambil dapat
dimonitor dan dievaluasi hasil-hasilnya. Salah satu indikator ekonomi
makro yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil
pembangunan di suatu daerah dalam lingkup kabupaten dan kota
adalah Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB kabupaten/kota
menurut lapangan usaha (Industrial Origin). Penghitungan PDRB
diperoleh melalui tiga pendekatan :
1) Pendekatan Produksi
Dalam pendekatan ini PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah
dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit produksi dalam
Universitas Sumatera Utara
penyajiannya dikelompokkan dalam 9 sektor atau lapangan usaha
yaitu:
(1) Pertanian.
(2) Pertambangan dan Penggalian.
(3) Industri Pengolahan.
(4) Listrik, Gas, dan Air Bersih.
(5) Bangunan.
(6) Perdagangan, Hotel, dan Restoran.
(7) Pengangkutan dan Komunikasi.
(8) Jasa Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan.
(9) Jasa-jasa.
2) Pendekatan Pendapatan
Menurut pendekatan pendapatan, PDRB adalah penjumlahan
semua komponen permintaan terakhir, yaitu:
(1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang
tidak mencari untung.
(2) Konsumsi pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
(3) Pembentukan modal tetap domestik bruto.
(4) Perubahan stok.
(5) Ekspor neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu
tahun). Ekspor neto adalah ekspor dikurangi impor.
3). Pendekatan Pengeluaran
Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB merupakan jumlah
balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam
proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud
adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan.
Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan
pajak langsung lainnya.
Dalam pengertian PDRB kecuali faktor pendapatan, termasuk
pula komponen penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jumlah
semua komponen pendapatan ini menurut sektor disebut sebagai
nilai tambah bruto sektoral. Produk domestik bruto merupakan
jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha).
Dari 3 pendekatan tersebut secara konsep jumlah pengeluaran
tadi harus sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang
dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk
faktor-faktor produksinya. Selanjutnya produk domestik regional
Universitas Sumatera Utara
bruto yang telah diuraikan di atas disebut sebagai Produk Domestik
Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar, karena mencakup
komponen pajak tidak langsung neto.
3. Produk Nasional Bruto (PNB)/Gross National Product (GNP)
Produk Nasional Bruto (PNB)/Gross National Product (GNP) adalah
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi
milik warga negara baik yang tinggal di dalam negeri maupun di luar
negeri, tetapi tidak termasuk warga negara asing yang tinggal di negara
tersebut, atau dengan kata lain PNB/GNP adalah jumlah Produk
Domestik Bruto ditambah dengan pendapatan neto dari luar negeri
(penghasilan neto) adalah penghasilan dari warga negara yang bekerja
di luar negeri dikurangi penghasilan warga negara lain yang bekerja di
dalam negeri). Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
PNB = PDB + Pendapatan Neto dari luar negeri (Net Factor Income
from Abrood)
di mana: ·
PNB = Produk Nasional Bruto/Gross National Product (GNP)
PDB = Produk Domestic Bruto/Gross Domestic Product (GDP)
Pendapatan Neto = Pendapatan dari warga negara yang tinggal di luar
negeri dikurangi pendapatan warga negara asing yang bekerja di dalam
negeri
Universitas Sumatera Utara
Sering disebut pula Net National Product atas dasar harga pasar
yaitu GNP dikurangi depresiasi/penyusutan atas barang modal dalam
proses produksi selama satu tahun.
Persamaan matematiknya:
NNP = GNP - Depresiasi
4. Pendapatan Nasional Neto/Net National Income (NNI)
Juga sering disebut Net National Product (NNP) atas dasar biaya
faktor produksi atau Pendapatan Nasional Neto atau Net National
Income (NNI) adalah NNP dikurangi pajak tidak langsung yang
dipungut pemerintah, atau jika kita menghitung dari GNP dapat kita
rumuskan:
NNI = GNP - Depresiasi - Pajak tidak langsung
5. Pendapatan Perseorangan/Personal Income (PI)
Personal Income adalah pendapatan yang diterima oleh setiap
lapisan masyarakat dalam satu tahun. Pendapatan nasional tidak
semuanya diterima oleh pemilik faktor produksi karena ada sebagian
pendapatan yang tidak dibagikan antara lain: laba yang ditahan, pajak
perseorangan, iuran jaminan sosial dan transfer payment/bantuan sosial
(misalnya untuk masyarakat miskin, penyandang cacat, veteran, dan
lain-lain). Rumusan untuk menghitung PI adalah:
Universitas Sumatera Utara
PI = NNI - (Laba ditahan + pajak perseorangan + iuran jaminan
sosial + transfer payment)
5. Pendapatan Disposibel/Disposible Income (DI)
Disposible Income adalah Personal Income setelah dikurangi pajak
langsung (misalnya pajak bumi dan bangunan, pajak kendaraan
bermotor dan sebagainya). Disposible income merupakan pendapatan
yang siap digunakan, baik untuk keperluan konsumsi maupun
ditabung. Rumusan untuk menghitung DI adalah:
DI = PI - Pajak Langsung
Tabungan (saving) yang disimpan di lembaga keuangan resmi (Bank)
akan dapat menambah pendapatan nasional karena, saving ini akan
dimanfaatkan untuk investasi, lewat investasi inilah pendapatan
nasional dapat meningkat. Jika penjelasan tentang pendapatan nasional
kita buat urutan akan terlihat seperti di bawah ini GDP > GNP > NNP
> NNI > PI > DI
2.1.4 TABUNGAN
Menurut Thomas Suyatno (2001 : 71) Tabungan adalah simpanan dari
pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat-syarat tertentu. Tabungan menyediakan sebagian terbesar dana yang
dipakai manajemen untuk memperoleh penghasilan melalui media ganda kredit
dan investasi. Oleh karena itu, fungsi ini merupakan tiang utama yang terpenting
bagi eksistensi sebuah bank. Jelaslah bahwa kebijaksanaan top menajemen dalam
Universitas Sumatera Utara
bidang tabungan ini berpengaruh besar terhadap keadaan keuangan dan
pertumbuhan sebuah bank. Tabungan dapat menjadi penting untuk meningkatkan
jumlah modal tetap tersedia yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi seseorang / organisasi. Pengertian tabungan menurut UU No. 10 tahun
1998 tentang perbankan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan pasal 1 ayat
9 merupakan simpanan yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang
dipersamakan dengan itu.
2.1.4.1
Simpanan Giro (Demand Deposit)
Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November
1998 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, giro,
saran perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan (Kasmir,
2003:65)
Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006:97), giro adalah
simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan cek
untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindahbukuan, sedangkan cek atau
bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
Karena sifat penarikannya yang dapat dilakukan setiap saat dan tidak
memiliki jatuh tempo, maka sumber dana dari rekening giro ini merupakan
sumber dana jangka pendek yang jumlahnya relatif lebih dinamis atau berfluktuasi
dari waktu ke waktu.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.2 Simpanan Tabungan (Saving Deposits)
Pengertian tabungan menurut Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun
1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syaratsyarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro,
dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu (Kasmir, 2003:74)
Dana yang berasal dari tabungan merupakan dana yang lebih stabil dari
pada dana giro, karena umumnya orang menabung adalah untuk maksud
mewujudkan suatu rencana di masa depan
2.1.4.3 Simpanan Deposito (Time Deposits)
Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan
deposito adalah simpanan yang dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
perjanjian nasabah penyimpan dengan Bank (Kasmir, 2003:80)
Penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu maksudnya
adalah jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu 3 bulan,
maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir
dan sering disebut sebagai tanggal jatuh tempo. Sarana atau alat untuk menarik
uang yang disimpan di deposito sangat bergantung pada jenis depositonya.
Artinya setiap jenis deposito mengandung beberapa perbedaan sehingga
diperlukan sarana yang berbeda pula. Sebagai contoh untuk deposito berjangka,
penarikannya menggunakan bilyet deposito, sedangkan untuk sertifikat deposito
menggunakan sertifikat deposito (Kasmir, 2003:80).
Universitas Sumatera Utara
Sumber dana deposito merupakan sumber dana semi tetap, karena
penarikannya dapat diperkirakan berdasarkan jatuh temponya sehingga tingkat
fluktuasinya dapat diantisipasi. simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu
(jatuh tempo). Terdapat beberapa jenis deposito, antara lain:
Deposito Berjangka, adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara deposan
dan bank. Mengingat simpanan hanya dapat dicairkan pada saat jatuh tempo oleh
pihak yang namanya tercantum dalam bilyet deposito sesuai tanggal jatuh
temponya, maka deposito berjangka ini merupakan simpanan atas nama dan
bukan atas unjuk. Apabila deposan menghendaki agar deposito berjangkanya
diperpanjang secara otomatis, maka pihak bank dapat memberikan fasilitas
perpanjangan otomatis (automatic roll over-ARO) (Sigit Triandaru dan Totok
Budisantoso, 2006:97)
Sertifikat Deposito merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka
waktu 2, 3, 6, dan 12 bulan. Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam
bentuk sertifikat. Artinya didalam sertifikat deposito tidak tertulis nama seseorang
atau
badan
hukum
tertentu.
Disamping
itu
sertifikat
deposito
dapat
diperjualbelikan pada pihak lain. Pencairan bunga sertifikat deposito dapat
dilakukan di muka, tiap bulan atau jatuh tempo, baik tunai maupun non tunai
(Kasmir, 2003:81).
2.1.2.4 Kebijaksanaan Tabungan
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan sebuah bank terutama bergantung pada pertumbuhan
tabungannya. Kebijaksanaan yang reskritif dan terlalu kolot dalam pendekatannya
akan menghambat kemampuan bank untuk berkembang dan tumbuh. Ada
perbedaan antara berkembang dan tumbuh. Contoh, misalkan total tabungan di
suatu daerah meningkat 10% dan tabungan bank A juga menunjukkan
perkembangan yang sama. Kebijaksanaan bank tidak dapat mengandalkan
perkembangan (expansion) tabungan ini, karena semua yang terjadi sesungguhnya
adalah bank A memegang dananya sendiri. Penetrasi tabungan tidak membaik,
sebaliknya jia tabungan bank A meningkat lebih banyak dari pada tabungan bankbank saingan, analisa mungkin menunjukkan apakah saldo yang sekarang telah
meningkat ataukah telah ada perusahaan baru yang ditarik. Pertumbuhan yang
sesungguhnya menunjukkan kebijaksanaan menghasilkan langganan-langganan
baru yang membawa tabungan baru kedalam bank.
2.1.2.5 Sifat Tabungan
Bank adalah lembaga dunia usaha yang bertindak sebagai pemelihara
(custodian) pemberi pinjaman, dan media transfer untuk dana-dana deposannya.
Pada saat diterima deposan bank dapat melaksanakan fungsi-fungsinya yang lain.
Bank haruslah memikirkan berbagai tipe tabungannya.
1. Rekening Giro
Rekening cek reguler dari perusahaan dan perorangan (yang paling
menguntungkan) adalah dasar bangunan bank komersial. Tipe tabungan
ini merupakan persentase besar dari total tabungannya. Memiliki saldo
Universitas Sumatera Utara
giro yang besar yang sedikit atau tidak membutuhkan pelayan adalah
situasi yang ideal dilihat dari sudut pandang bank. Dari sudut pandang
bankir, rekening cek pay-as-you-go ini menimbulkan beberapa faktor yang
perlu diperhatikan. Bank haruslah menentukan tarif fee yang menarik bagi
nasabah dan menguntungkan bagi bank. Aktifitas rekening semacam ini
adalah diluar proporsi saldo yang dipertahankan, dan walaupun fee yang
dibebankan harus dapat menutup biaya, namun sistem operasinya haruslah
ditujukan untuk menangani beban ini seekonomis mungkin.
2. Tabungan Berjangka
Struktur tabungan berjangka suatu bank telah sejak lama merupakan
unsur penting kebijakan baik, dan bahkan semakin penting karena semakin
meningkatnya perhatian terhadap rekening tabungan yang merupakan
bagian dari tabungan berjangka ini. Kebanyakan bank membayar bunga
tabungan berjangka, bunga ini menyebabkan uang ini harus digunakan
untuk menjamin pengembalian yang lebih besar dari biaya-biaya
bunganya. Tabungan berjangka persaeroan. Dengan menciutnya margin
laba, banyak perseroan mulai melihat kembali kepada saldo mereka.
Mereka menyelidiki program untuk menempatkan kelebihan dana mereka
untuk investasi jangka pendek seperti Bilyet Perbendaharaan Negara, surat
berharga pasar terbuka, dan sebagainya.
3. Rekening Industri
Beberapa bank secara kebetulan atau sengaja, mengkhususkan diri dengan
penanganan rekening industri industri tertentu. Bank-bank tersebut
Universitas Sumatera Utara
memperoleh reputasi yang menghubungkan mereka dengan industri
tersebut dan dikenal dengan bank minyak, bank tekstil dan sebagainya.
Asosiasi ini mungkin terjadi karena berbagai alasan, sebuah bank mungkin
berlokasi didaerah terpusatnya jenis industri tertentu, atau bank itu
mungkin mengetahui benar ciri-ciri suatu industri tertentu melalui suatu
hubungan rekening yang ditanganinya dengan baik. Apapun alasannya,
perusahaan-perusahaan dalam industri akan mencari hubungan dengan
bank-bank khusus tersebut karena mereka mengetahui liku – liku khusus
mereka akan dimengerti dan kebutuhan mereka akan dilayani dengan
semestinya.
Prioritas utama yang dihadapi manajemen khusus (speciality bank) adalah
diversifikasi rekening tabungannya sedemikian rupa sehingga meratakan
fluktasi`tabungan yang disebabakan oleh pelayanan pasa suatu industri
tertentu. Diversifikasi akan melindungi bank terhadap ketergantungan
kemajuannya pada iklim ekonomi satu industri saja.
4. Rekening Koresponden
Salah satu daya tarik terpenting dari bisnis bank koresponden adalah
saldonya yang relatif besar. Akan tetapi,
banknya ditujukan bahwa
besarnya saldo buku ini dsapat menipu. Adakalanya analisa menunjukkan
bahwa sebagian besar dari saldo tabungan (float). Situasi ini haruslah
dipertimbangkan dalam menilai daya laba (profitability) suatu saldo
tabungan.
Universitas Sumatera Utara
Bank yang mencari bisnis bank koresponden haruslah menyadari uniknya
service yang terkandung dalam perbankan ini. Service ini meliputi nasihat
dan bantuan tekhnis, informasi kredit, analisa potobel investasi, dan
partisipasi pinjaman, serta jasa-jasa yang ditawarkan kepada setiap
devosan. Bank koresponden membutuhkan lebih banyak jasa-jasa unbtuk
deposan dibandingkan dengan yang lainnya, dan bankir yang ingin
bersaing dalam bisnis ini haruslah berusaha sebaik-baiknya menyediakan
jasa-jasa ini.
2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Ada beberapa tinjauan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan
dalam penelitian ini antara lain :
Victoria. Dian Anggraini (2008), melakukan penelitian dengan judul “
Analisa pengaruh tingkat suku bunga dan inflasi terhadap besarnya jumlah
tabungan pada PT. Bank Negara indonesia (Persero) Tbk Kantor wilayah 01
Medan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu tingkat suku
bunga (X1) Inflasi (X2) secara simultan berpengaruh terhadap besarnya jumlah
tabungan(Y) pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01
Medan
Universitas Sumatera Utara
Khairina Nasution (2004),melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Tingkat Suku bunga dan Inflasi Terhadap Besarnya Jumlah Deposito pada Bank
Negara Indonesia(BNI) Cabang Tebing Tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa UJI-F pada variable bebas
Tingkat Suku bunga(X1) dan Infasi(X2) secara simultan berpengaruh terhadap
besarnya jumlah deposito(Y) pada PT.Bank Negara Indonesia(Persero) Cabang
Tebing Tinggi, sedangkan uji-t secara simultan tidak berpengaruh,tingkat
inflasi(X1) secara nyata tidak berpengaruh terhadap jumlah tabungan(Y) pada PT.
Bank Negara Indonesia(Persero) Cabang Tebing Tinggi
Sunlip Wibisono (2004) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Tingkat
Bunga dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Tabungan Pada Bank
Umum Di Kabupaten Jember Tahun 1994-2003 dengan menggunakan Regresi
linier berganda. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa variabel tingkat
bunga tabungan dan PDRB perkapita berpengaruh terhadap jumlah tabungan
masyarakat, serta berpengaruh secara bersama-sama terhadap jumlah tabungan
masyarakat
2.3
Kerangka Konseptual
Tingkat suku bunga ialah harga dari penggunaan uang atau bisa juga
dipandang sewa atau penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Menurut
teori Klassik, bunga adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk
dipinjamkan/loanable fund (Nopirin, 1993. Hal. 66) Menurut Karl dan fair
(2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman,
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang
diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Menurut Lipsey, Ragan dan
Courent (1997 : 471) suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata
uang yang dipinjam pada periode tertentu.
Inflasi ialah suatu proses kenaikan tingkat harga yang terjadi terus
menerus dan pada arah yang tetapo menarik, yang disebabkan oleh suatu
kelebihan permintaan diatas kapasitas penawaran (Nopirin. 1993. Hal. 25).
Menurut Rahardja (1997 : 32),. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga
untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Nanga (2001 : 237)
menyatakan bahwa inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum
mengalami kenaikan secara terus menerus. Eachern (2000 : 133) menyatakan
bahwa inflasi adalah kenaikan terus menerus dalam rata-rata tingkat harga.
Sukirno (2004 : 27) memberikan defenisi bahwa inflasi adalah suatu proses
kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian.
Pendapatan per kapita (per capita income) adalah pendapatan rata-rata
penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun.
Pendapatan per kapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa
rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode
tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun
tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut
Tabungan menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
Pasal 1 Ayat 2 : “ Merupakan simpanan yang penarikannya dapat dilakukan,
Universitas Sumatera Utara
menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau
alat yang dipersamakan dengan itu “.
Tingkat suku bunga,tingkat inflasi dan pendapatan perkapita merupakan
aspek-aspek yang dapat mempengaruhi besarnya jumlah tabungan nasabah.
Dimana tingkat suku bunga dan tingkat inflasi yang dilakukan perusahaan dapat
diterapkan dengan terkoordinasi dan terarah sehingga dapat meningkatkan jumlah
nasabah yang menabung di lingkungan perusahaan.
• TINGKAT SUKU BUNGA(X1)
• Tingkat INFLASI (X2)
• Pendapatan Perkapita(X3)
Besarnya Jumlah Tabungan
Gambar 2.3 : Kerangka Konseptual
2.4
Hipotesis
Menurut Erlina (2008:49) menyatakan bahwa hipotesis penelitian adalah
proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk di uji secara empiris. Proporsi
merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, dapat disangkal, atau
diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau
memprediksi fenomena-fenomena. Hipotesis merupakan penjelasan sementara
mengenai perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang
akan terjadi. Berdasarkan perumusan masalah dalam kerangka konseptual diatas,
maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Download