pernyataan keaslian skripsi - Universitas Dian Nuswantoro

advertisement
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Nurul Habibah Nasyahtha Dilla Salman
NIM
: B12.2012.02073
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Program Studi
: Akuntansi - S1
Judul Skripsi
: PENGARUH FUNDAMENTAL MACROEKONOMIC
TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan apabila di kemudian
hari ditemukan adanya bukti plagiat, manipulasi dan / atau pemalsuan data maupun
bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Semarang, 22 Februari 2016
(Nurul Habibah N. D. S)
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Nama
: Nurul Habibah Nasyahtha Dilla Salman
NIM
: B12.2012.02073
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Program Studi
: Akuntansi - S1
Judul Skripsi
: PENGARUH FUNDAMENTAL MACROECONOMIC
TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Dosen Pembimbing : Ririh Dian Pratiwi, SE, MSi, AK, CA
Semarang, 22 Februari 2016
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Dosen Pembimbing
(Dr. Agus Prayitno, MM)
(Ririh Dian Pratiwi, SE, MSi, AK, CA)
iii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI
Nama
: Nurul Habibah Nasyahtha Dilla Salman
NIM
: B12.2012.02073
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Program Studi
: Akuntansi - S1
Judul
: PENGARUH FUNDAMENTAL MACROECONOMIC
TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal Maret 2016
Tim Penguji :
1. Ririh Dian Pratiwi, SE, MSi, AK, CA
(....................................)
2. Yulita Setiawanta, S.E, MSi, AK, CA
(....................................)
3. Enny Susilowati, M, MSi, AK, CA
(....................................)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
 Man Jadda Wajada, Man Shabara Zhafira, Man Saara Ala Darbi Washala
(Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil, siapa yang bersabar akan beruntung,
siapa yang berjalan di jalannya akan mencapai tujuan).
 Hasbunallah Wa Ni’mal Wakil Ni’mal Maula Wa Ni’mannasir.
 Everything should be made as simple as possible, but not simpler.
 Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga. (HR Muslim)
Skripsi ini ku persembahkan untuk :
 Ibuku tercinta, Bapak dan Saudara saya yang
selalu memberikan doa dan inspirasi
 Semua teman-teman seperjuangan yang sudah
menemani disaat senang dan sedih.
 Almamaterku
v
ABSTRAKSI
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan cerminan perekonomian
Indonesia, saat IHSG menunjukkan peningkatan berarti perekonomian Indonesia berada
dalam keadaan yang kondusif dan sebaliknya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
secara empiris dan untuk mengetahui pengaruh fundamental macroeconomic terhadap
indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010-2014,
dimana fundamental macroeconomic itu sendiri terdiri dari tingkat inflasi, suku bunga
SBI dan nilai tukar rupiah pada US dollar.
Penelitian ini menggunakan data dari BEI yang mempunyai sampel sebanyak
60 data terdiri dari data bulanan seluruh variabel selama periode tahun 2010 sampai
2014. Sumber data menggunakan data sekunder dan jenis data adalah data dokumenter.
Metode analisis menggunakan analisis deskriptif, analisis regresi berganda, uji kualitas
data, dan koefisien determinasi.
Hasil penelitian ditemukan tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap indeks
harga saham gabungan (IHSG). Suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap indeks
harga saham gabungan (IHSG). Nilai tukar rupiah pada US dollar berpengaruh terhadap
indeks harga saham gabungan (IHSG).
Kata Kunci : inflasi, bunga, US dollar, IHSG
vi
ABSTRACT
Composite Stock Price Index (CSPI) is a reflection of the Indonesian economy,
while CSPI showS a significant increase of Indonesia's economy is in a state conducive
and vice versa. This study aims to test empirically and to determine the influence of the
macroeconomic fundamentals on composite stock price index in Indonesia Stock
Exchange over the period 2010 to 2014, the macroeconomic fundamentals which itself
consists of SBI interest rate, the exchange rate on the US dollar and inflation.
This study uses data from the Stock Exchange that have sample of 60 data
consists of monthly data all variables the period 2010 to 2014. The data source using
secondary data and the type of data is data documentary. The methods of analysis use
descriptive analysis, multiple regression analysis, test of data quality, and the coefficient
of determination.
The results of the study find the rate of inflation has no influence on composite
stock price index (CSPI). SBI interest rate has no influence on composite stock price
index (CSPI). The rupiah exchange rate on the US dollar has an influence on composite
stock price index (CSPI).
Keywords: inflation rates, SBI interest rate, the rupiah exchange rate on the US dollar,
CSPI.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, berkah hidayah serta kasih sayang-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH FUNDAMENTAL
MACRORCONOMIC TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
studi Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi di
Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, disebabkan
oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki dalam penyelesaian
skripsi penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan rintangan, namun berkat bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak maka segala macam hambatan dapat teratasi. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1.
Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.
2.
Ibu Ririh Dian Pratiwi, SE, MSi, AK, CA selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktunya dengan penuh sabar dan teliti untuk memberikan
bimbingan, ilmu, motivasi serta mengarahkan kepada penulis dalam pembuatan dan
penulisan skripsi, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3.
Bapak Dr. Agus Prayitno, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
viii
Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
4.
Bapak Yulita Setiawanta, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi dan Penguji
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
5.
Bapak Bambang Minarso, SE, M.Si, AK selaku Dosen Wali Akuntansi S1 Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
6.
Ibu Enny Susilowati, M, MSi, AK, CA selaku Dosen Penguji Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Dian Nuswantoro.
7.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro
Semarang yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama studi.
8.
Bapak dan Mamah tercinta yang telah menjadi orang tua terbaik, terlucu, ternyaman
yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan kasih sayang kepada penulis
selama studi dan penyusunan skripsi untuk keberhasilan penulis skripsi agar
terselesaikan dengan cepat dan benar.
9.
Saudaraku tercinta Pra Maulida Zolanisa Salman, Isalah Salsabila Salman dan
Tsuraya Haritsa Salman atas dukungan yang besar selama penyusunan skripsi.
10. Keponakanku yang pertama Muhammad Ardzaky Zain yang selalu memberikan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabatku Lupita Anang yang selalu menemani, memotivasi dan memberikan
masukan dalam pembuatan skripsi ini.
12. Teman-temanku Tim A yaitu : Eka, Viko, Bayu, Fakih, Katon dan Hesti yang telah
memotivasi untuk dengan cepat menyelesaikan skrisi ini dan semoga kalian cepat
menyusul.
ix
13. Rekan-rekan Mahasiswa angkatan 2012 Program Studi Akuntansi S1 Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro.
14. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.
Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan pengetahuan
maupun pengalaman yang dimiliki, sehingga skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
semua pihak agar kelak di kemudian hari penulis dapat menghasilkan karya yang lebih
baik dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis,
tetapi juga bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Semarang, 24 Februari 2016
Nurul Habibah N. D. S
x
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ..................................................................................................... i
Pernyataan Keaslian Skripsi ................................................................................. ii
Pengesahan Skripsi ................................................................................................ . iii
Pengesahan Kelulusan Ujian ................................................................................. iv
Motto dan Persembahan ......................................................................................... v
Abstraksi .................................................................................................................. vi
Abstrak ................................................................................................................ vii
Kata Pengantar ..................................................................................................... viii
Daftar Isi .............................................................................................................. xi
Daftar Gambar ..................................................................................................... xii
Daftar Tabel ......................................................................................................... xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1. Latar Belakang ............................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................
6
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................
6
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................
7
1.5. Sistematika Penelitian .....................................................................
7
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
9
2.1.Landasan Teori ............................................................................
9
2.1.1. Teori Portofolio .................................................................
9
2.1.2. Teori Inflasi ...........................................................................
10
2.1.3. Pengertian Suku Bunga .......................................................
14
2.1.4. Nilai Tukar (Kurs) .............................................................
15
2.1.5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ............................
17
2.1.6. Pengertian Pasar Modal .....................................................
19
2.1.7. Pengertian Fundamental Macroeconomic ..........................
21
2.2.Penelitian Terdahulu ....................................................................
22
xi
BAB III
BAB IV
2.3.Kerangka Konseptual ..................................................................
23
2.4.Hipotesis Penelitian ....................................................................
24
2.4.1. Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap IHSG.............................
25
2.4.2. Pengaruh Suku Bunga SBI Terhadap IHSG .........................
25
2.4.3. Pengaruh Nilai Tukar Terhadap IHSG .................................
26
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................
27
3.1.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...............................
27
3.1.1 Variabel Penelitian ...............................................................
27
3.1.2 Definisis Operasional Variabel .............................................
28
3.2.Populasi dan Sampel ...................................................................
30
3.2.1 Populasi ...............................................................................
30
3.2.2 Sampel .................................................................................
31
3.3.Jenis dan Sumber Data ................................................................
32
3.3.1 Jenis Data .............................................................................
32
3.3.2 Jenis Data Menurut Sifatnya .................................................
32
3.3.3 Sumber Data ........................................................................
33
3.4.Metode Pengumpulan Data .........................................................
34
3.5.Metode Analisis ..........................................................................
35
3.5.1 Statistik Deskriptif ...............................................................
35
3.5.2 Uji Kualitas Data ..................................................................
36
3.5.3 Analisis Regresi Berganda ....................................................
39
3.5.4 Uji Hipotesis ........................................................................
40
3.5.5 Koefisien Determinasi ..........................................................
41
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................
43
4.1.Hasil Penelitian ...........................................................................
43
4.1.1. Statistik Deskriptif .............................................................
43
4.2.Analisis Data ..............................................................................
45
4.2.1. Uji Asumsi Klasik .............................................................
45
4.3.Regresi Berganda ........................................................................
50
xii
BAB VI
4.4.Uji F (Uji Model) ........................................................................
51
4.5.Uji t (Uji Hipotesis) ....................................................................
52
4.6.Analisis Koefisien Determinasi ...................................................
54
4.7.Pembahasan ................................................................................
55
4.7.1. Variabel Tingkat Inflasi .....................................................
56
4.7.2. Variabel Suku Bunga .........................................................
58
4.7.3. Variabel Nilai Tukar ..........................................................
60
PENUTUP..........................................................................................
63
5.1. Kesimpulan ...............................................................................
63
5.2. Saran .........................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.2.1 Penelitian Terdahulu ..........................................................................
22
Tabel 4.1.1 Hasil Statistik Deskriptif Tiap Variabel ...............................................
43
Tabel 4.3 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ..............................................
50
Tabel 4.4 Hasil Uji F Secara Simultan ...............................................................
52
Tabel 4.5 Hasil Uji t (Uji Hipotesis) ..................................................................
53
Tabel 4.6 Hasil Analisis Koefisien Determinasi .................................................
55
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ........................................................................
xv
24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Data Mentah
Lampiran B
Hasil Output SPSS
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kondisi perekonomian pada tahun 2014 semakin sulit, ditandai dengan
melemahnya nilai tukar rupiah yang hampir mendekati Rp 14.700 per dollar Amerika
Serikat (AS). Dengan situasi ini Indonesia akan dipredikasikan cepat atau lambat
akan mengalami badai krisis keuangan seperti tahun-tahun sebelumnya, termasuk
halnya terjadinya pelarian modal asing (capital outflow) besar-besaran saat ini.
Sementara kinerja ekspor sebagai sumber devisa negara terus merosot. Jika harga
saham turun maka secara otomatis obligasi suatu perusahaan akan menurun tingkat
pembeliannya. Langkah perusahaan mengobral harga sahamnya juga tidak
menyelesaikan masalah merosotnya harga saham saat itu. Tetapi dari pemerintah
belum ada upaya meningkatkan perekonomian dalam jangka pendek.
Akhir tahun 2014 sangat tidak menggembirakan karena nilai tukar rupiah
yang melorot tajam. Nilai tukar rupiah akan berubah setiap waktu berdasarkan
keadaan suatu wilayah. Nilai mata uang akan cenderung meningkat apabila
permintaan lebih besar daripada pasokan yang tersedia, sedangkan nilai mata uang
akan turun jika permintaan kurang dari suplai yang tersedia. Permintaan dan
penawaran atas hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor kegiatan dalam bisnis
suatu negara, baik secara eksternal maupun internal. Faktor yang menyebabkan nilai
tukar mata uang berfluktuasi adalah tingkat suku bunga, tingkat inflasi, neraca
1
2
perdagangan, hutang publik, tingkat rasio ekspor impor, hasil produksi domestik,
tingkat pengangguran, tingkat pendapatan, dan kestabilan politik.
Melemahnya harga rupiah pada 2015 yang sempat hampir menembus
nominal Rp 15.000,00 per satu dollar Amerika Serikat sangat perlu diwaspadai
karena ekonomi makro Indonesia memerlukan kestabilan bukan labil. Nilai rupiah
yang berubah-ubah tidak stabil akan mempengaruhi ekonomi makro Indonesia.
Secara garis besar atau secara umum ada 3 hal yang mempengaruhi ekonomi makro
Indonesia. Pertama, berhubungan dengan nilai tukar rupiah yang harus seimbang
antara nilai permintaan dan penawaran terhadap mata uang negara atau mata uang
asing.
Merosotnya nilai mata uang di Indonesia merefleksikan menurunnya
permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran
perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing untuk
pembayaran
internasional.
Dampak
selanjutnya
yang
akan terjadi adalah
meningkatnya biaya impor bahan baku dan juga dapat berdampak pada harga saham
yang menurun.
Kedua, adalah tingkat suku bunga yang ada di Indonesia mengalami
peningkatan dan berdampak pada investasi di Indonesia yang semakin mahal
tentunya. Ketiga yaitu terjadinya Inflasi, meningkatnya harga-harga secara ukmum
dan kontinu, akibat konsumsi masyarakat yang meningkat, dan berlebihnya likuiditas
di pasar yang memicunya konsumsi dan spekulasi.
Faktor lainnya yang mempengaruhi adalah ekonomi dunia yang memburuk
yang membuat saham bursa dijual. Untuk meredam kuatnya tekanan depresiasi
3
rupiah, Bank Indonesia mengambil alih penyediaan sebagian besar kebutuhan valas
untuk pembayaran impor di Indonesia.
Tingginya inflansi dan suku bunga bank akan menyebabkan beban
operasional perusahaan semakin berat serta akan mempengaruhi kinerja keuangan
badan usaha. Namun, meningkatnya suku bunga merupakan peluang investasi yang
cukup menjanjikan bagi investor deposito. Semua ini pada akhirnya akan berdampak
pada harga saham di pasar modal. Kenaikan bunga yang agresif bisa memperkuat
rupiah, tetapi indeks harga saham gabungan (IHSG) akan anjlok karna investor lebih
suka menabung di bank. Apabila suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) naik
maka akan diikuti dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan begitu pula
sebaliknya.
Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi nasional pada 2014 mencapai
8,36 persen atau sedikit lebih rendah dari laju inflasi pada 2013 sebesar 8,38 persen.
Inflasi meski rendah dari tahun 2013 meskipun sama-sama tinggi, akibat terjadi
kenaikan BBM. Tingkat inflasi yang relatif tinggi ini dipengaruhi oleh komoditas
yang harganya berfluktuasi sepanjang tahun 2014, diantaranya bensin yang
menyumbang andil 1,04 persen.
Pasar modal sangat memegang peranan penting dalam perekonomian
Indonesia, karena Indeks Harga Saham Gabungan dapat menjadi leading indicator
economic pada suatu negara. Jika pergerakan pasar mengalami peningkatan atau
penurunan maka nilai-nilai dari saham yang tercatat dan tercermin melalui
pergerakan indeks atau sering dikenal sebagai Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Peregerakan indeks itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya
4
faktor dari luar negeri (eksternal) dan faktor dalam negeri (internal). Contoh dari
faktor itu sendiri bisa muncul dari indeks bursa asing negara lain (Dow Jones, Strait
Times, NYSE), pergerakan dari harga minyak tanah, harga emas dunia, dan adanya
kejadian yang mempengaruhi keamanan dan stabilitas perekonomian dunia seperti
kerusuhan suatu negara maupun serangan teroris. Kemudian, yang termasuk faktor
internal bisa disebabkan oleh tingkat inflasi, kurs mata uang, suku bunga, tingkat
pendapatan nasional, dan jumlah uang beredar yang ada di negara tersebut.
Uraian itu menggambarkan bahwa saham tidak memberikan kepastian hasil
(return). Karena tidak ada kepastian return tersebut, saham tergolong investasi yang
berisiko (risky asset). Sebaliknya, obligasi memberikan kepastian return sehingga
disebut investasi bebas berisiko (riskfree asset). Oleh karena itu, investasi dalam
saham memerlukan pertimbangan yang lebih cermat dibandingkan investasi dalam
obligasi.
Investasi tidak akan terlepas dari risiko (risk), semakin besar risiko yang
didapatkan para investor semakin besar pula return yang didapatnya. Jadi,
berinvestasi juga harus tahan terhadap risiko yang terjadi pada suatu perusahaan yang
ditanamkan investasi pada investor.
Menurut Fahmi (2012:151) pasar modal adalah tempat berbagai pihak,
khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond), dengan tujuan dari
hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau
untuk memperkuat modal di suatu perusahaan. Tetapi jika suatu perusahaan
menanamkan investasinya ke bursa efek dan mengalami kerugian, maka tidak akan
menambah dana bisa jadi mengalami kebangkrutan total. Krisis yang menyebabkan
5
penurunan harga saham gabungan salah satunya adalah melemahnya nilai tukar uang
atau kurs, selain itu dipengaruhi juga oleh beberapa hal misalnya tingkat inflasi, suku
bunga yang ada di suatu negara yang bisa menyebabkan turunnya harga saham
gabungan.
Penelitian mengenai faktor-faktor tentang IHSG telah dilakukan oleh
peneliti Divianto (2013:194) yang mengemukakan bahwa IHSG dapat dijelaskan
oleh variabel inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan nilai tukar. Namun, dari ketiga
variabel tersebut hanya inflasi yang berpengaruh signifikan terhadap IHSG, suku
bunga dan tingkat kurs tidak berpengaruh terhadap IHSG. Hal ini berbeda dengan
penelitian dari Ni Made (2011:3303) yang menyatakan bahwa variabel suku bunga
SBI, nilai tukar dan inflasi tidak berpengaruh terhadap IHSG. Hal ini didukung
dengan penelitian oleh Suramaya (2012:63) yang menyimpulkan bahwa tingkat
inflasi, suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap IHSG
tetapi kurs rupiah berpengaruh dan signifikan terhadap IHSG yang artinya semakin
kuat kurs rupiah terhadap US dollar (rupiah terapresiasi) maka akan meningkatkan
harga saham dan sebaliknya.
Dari perbedaan hasil penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk
meneliti dan mereplikasi jurnal dari Divianto (2013:165) yang bisa berbeda antar
varibelnya. Peneliti tertarik mereplika jurnal dari Divianto dikarenakan jurnal
tersebut sangat selektif dalam pembahasan variabel yang terkait dengan judul pada
skripsi ini. Tujuan peneliti mengangkat judul ini adalah untuk mengetahui adakah
hubungan antara fundamental macroeconomic yang terdiri dari (tingkat inflasi, suku
bunga SBI, nilai tukar) terhadap pergerakan IHSG yang terdaftar di BEI dari tahun
6
2010-2014. Sehingga judul penelitian ini adalah “Pengaruh Fundamental
Macroeconomic Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa
Efek Indonesia (BEI)”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian
ini adalah :
1.
Apakah tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan ?
2.
Apakah Tingkat Inflansi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan ?
3.
Apakah Kurs Rupiah berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
2.
Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
3.
Untuk mengetahui pengaruh Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh Tingkat
Suku Bunga, Tingkat Inflasi dan Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan perusahaan manufaktur.
7
1.4.1
1.
Manfaat penelitian ini bagi :
Penulis
Penulis dapat mengerti dengan jelas tentang Indeks Harga Saham Gabungan
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta pengaruh apa saja jika
terdapat Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Kurs Rupiah pada Indeks Harga
Saham Gabungan.
2.
Perusahaan
Penelitian ini diharapkan bisa memberi masukan yang berguna dalam hal
kenaikan Inflansi, Suku Bunga, Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
3.
Akademik
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi kepada mahasiswa akhir yang
sedang menulis tugas akhir dengan topik yang sama.
1.5
Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun dan dirancang dalam lima bab yang terdiri dari :
BAB I
: PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB II
: LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi tentang landasan teori, penelitian terdahulu,
kerangka konseptual atau kerangka fikir, dan hipotesis penelitian.
8
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian berisi tentang varibel penelitian dan definisi
operasional, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data, dan metode analis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang hasil penelitian, analis
data dan pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran-saran peneliti yang
didasarkan atas hasil penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Teori Portofolio
Pendekatan portofolio menekankan pada psikologi bursa yang diartikan
sebagai hipotesis tentang
bursa, yaitu hipotesis pasar efisien (Natarsyah, 2003:300).
Pasar efisien itu sendiri adalah pasar modal yang berisi sekuritas yang nilai
pasarnya selalu menyesuaikan secara cepat dan langsung apabila terjadi perubahan
nilai intrinsik dari asset yang menjadi dasar dikeluarkannya sekuritas tersebut. Jadi
apabila saham suatu perusahaan tidak berubah harga pasarnya padahal perusahaan
tersebut mengalami suatu kondisi yang mempengaruhi bisnisnya dan informasi
tentang hal itu telah tersebar kepada publik, berarti pasar modal itu tidak lah efisien.
A. Model Portofolio Markowits
Pengertian dari model portofolio yang diasumsikan oleh Markowits adalah
cara pemberian bahan masukan kepada para investor di bursa efek untuk
menghindari risiko dan memberikan keuntungan secara maksimal pada setiap
pengambilan keputusan investasi. Teori portofolio berkaitan dengan estimasi investor
tehadap ekspektasi risiko dan return, yang diukur secara statistik untuk membuat
portofolio investasinya. Markowitz menjabarkan cara mengkombinasikan aset ke
dalam diversifikasi portofolio yang efisien. Dalam portofolio ini, risiko dapat
dikurangi dengan menambah jumlah jenis aset ke dalam portofolio dan tingkat
expected return dapat naik jika investasinya terdapat perbedaan pergerakan harga
9
10
dari aset-aset yang dikombinasi tersebut
B. Asumsi-asumsi dalam Teori Markowits
Adapun asumsi dari teori Markowits mengatakan bahwa ada beberapa asumsi
yang dibuat acuan dalam teori portofolio diantaranya adalah :
1.
Waktu yang dugunakan dalam acuan adalah satu periode.
2.
Tidak terdapat biaya transaksi.
3.
Preferensi investor hanya didasarkan pada ekspektasi imbal hasil (return) dan
resiko dari portofolio.
4.
Tidak adanya pinjaman dan simpanan bebas risiko.
Jika seorang investor berkeinginan untuk memaksimumkan keuntungan yang
diharapkan daripada portofolio, dana diletakkan dalam sekuritas yang mempunyai
harapan keuntungan yang maksimal.
2.1.2
Teori Inflasi
Menurut Divianto (2013:169) teori inflansi dibagi menjadi 4 jenis diantaranya
adalah :
1.
Teori Inflasi Klasik
Teori ini berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang beredar,
yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai uang dengan jumlah uang, serta
nilai uang dan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari pertambahan
barang maka nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan harga. Jadi
asumsi klasiknya, inflansi berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu banyak
kredit dibandingkan dengan volume transaksi maka obatnya adalah membatasi
jumlah peredaran uang dan kredit. Pendapat klasik tersebut lebih jauh dapat
11
dirumuskan sebagai berikut :
Inflasi = f(jumlah uang beredar,jumlah kredit).
2.
Teori Inflasi Keynes
Teori ini mengansumsikan bahwa perekonomian sudah berada pada tingkat full
employment. Menurut keynes kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap tingkat
permintaan total, karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun
tingkat kuantitas uang tetap konstan.
Analisa Keynes mengenai inflasi mengenai inflasi permintaan dirumuskan
bedasarkan konsep inflationary gap. Menurut Keynes, inflasi permintaan yang
benar-benar penting adalah yang ditimbulkan oleh pengeluaran pemerintah, terutama
yang berkaitan dengan peperangan, program investasi yang besar-besaran dalam
kapital sosial. Dengan demikian pemikiran Keynes tentang inflasi dapat dirumuskan
menjadi :
Inflasi = f(jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku bunga, investasi)
3.
Teori Inflansi Moneterisme
Teori ini berpendapat bahwa, inflasi disebabkan oleh kebijaksanaan monoter
dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat sangat
berlebihan. Kelebihan uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya
kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor riil. Menurut golongan moneteris,
inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan
permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif, atau
melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atau
kurs valuta asing. Sehingga teori inflasi menurut Moneterisme dapat dinotasikan
12
sebagai berikut :
Inflasi = f(kebijakan moneter ekspansif, kebijakan fiskal ekspansif)
4.
Teori Ekspektasi
Teori ini berpendapat bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi
berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah
ramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang
ada. Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logik untuk mecapai tujuan
berdasarkan informasi yang ada. Artinya secara sederhana teori ekspektasi dapat
dinotasikan menjadi :
Inflasi = f(ekspektasi adaftif, ekspektasi rasional).
Dari keempat jenis teori inflasi yang telah dikemukakan oleh Divianto
(2013:169) dapat disimpulkan bahwa untuk perhitungan tingkat inflasi dapat dihitung
melalui rumus sebagai berikut :
Harga Sekarang
IHK =
A.
X 100
Harga pada Tahun Dasar
Pembagian Inflansi
Berdasarkan munculnya inflansi, maka inflansi dibagi menjadi 2 yaitu :
1.
Inflansi Domestik (domestic inflansion)
Inflansi domestik terjadi karena faktor situasi dan kondisi yang terjadi di
dalam
negeri,
karena
kebijakan
mengeluarkan deregulasi yang
2.
pemerintah
(government
policy)
dalam
mampu mempengaruhi kondisi kenaikan harga.
Inflansi Impor (imported inflation)
Inflansi impor disebabkan faktor situasi dan kondisi yang terjadi di luar
13
negeri, seperti terjadinya goncangan ekonomi di Amerika Serikat yang berpengaruh
pada naiknya harga barang yang berasal dari sana.
B.
Tingkat Inflasi
Berdasarkan inflasi menurut Fahmi (2012:265), berdasarkan sifatnya dibagi
menjadi tiga yaitu :
1. Merayap (Crepping Inflation)
Laju inflasi yang rendah (kurang dari sepuluh persen pertahun), kenaikan
harga berjalan lambat dengan presentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang
relatif lama.
2. Inflasi Menengah (Galloping Inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga cukup besar dan kadang kadang berjalan
dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang artinya
harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan lalu dan
seterusnya.
3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)
Inflasi yang paling parah dengan di tandai dengan kenaikan harga sampai
lima atau enam kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini
timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.
C.
Dampak Terjadinya Inflasi
Inflasi memiliki dampak negatif dan positif, tergantung parah atau tidaknya
inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti
dapat mendorong perekonomian yang lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan
nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan
14
investasi. Sebaliknya, dalam inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadinya inflasi tak
terkendali (hyper inflasi), keadaan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi
tidak bersemangat kerja, menabung atau berinvestasi, dan produksi karena harga
meningkat dengan cepat.
2.1.3
Pengertian Suku Bunga
Suku
bunga
mempengaruhi
keputusan
individu
terhadap
pilihan
mengeluarkan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya lebih banyak dalam
bentuk tabungan. Suku bunga juga sebuah harga masa kini dan masa yang akan
datang yang ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran.
Suku bunga yang menjadi sampel penelitian ini adalah suku bunga SBI, yang
artinya SBI yaitu surat berharga atas unjuk rupiah yang diterbitkan atau dikeluarkan
oleh Bank Indonesia (BI). Suku bunga Sertifikat Bank Indonesiac(SBI) yang
digunakan adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dalam jangka satu bulan.
Pengukuran yang digunakan yaitu dalam bentuk satuan persen.
SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless), dan seluruh kepemilikan maupun
transaksinya dicatat dalam sarana Bank Indonesia Bank Indonesia-Scripless
Securities Settlement System (BI-SSSS). Pihak yang boleh memperoleh atau
memiliki SBI adalah bank umum dan masyarakat. Bank dapat membeli SBI di pasar
perdana sementara masyarakat hanya diperbolehkan membeli di pasar sekunder.
Penerbitan SBI di pasar perdana dilakukan secara mekanisme lelang pada tiap hari
rabu atau jam kerja berikutnya (dalam hal hari dimaksudkan adalah hari libur).
Peserta lelang SBI terdiri dari bank umum dan pialang besar uang Rupiah dan Valas.
(www.bi.go.id). Metode lelang penerbitan SBI dilakukan dengan 2 cara yaitu melalui
15
Variable Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dengan
tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia). Dan yang kedua yaitu Fixed
Rate Tender (peserta langsung mengajukan lelang penawaran keuantitas dengan
tingkat disko
nto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia).
“Jika BI Rate Turun atau Tetap maka saham-saham kontruksi, property dan
banking akan bergerak naik. Tapi, jika BI Rate naik maka yang terjadi adalah
sebaliknya. Meskipun tidak bisa dijadikan patokan karena dalam kondisi tertentu
market bisa saja anomali.”
Menurut Divianto (2013) perhitungan suku bunga SBI yaitu :
Jumlah suku bunga SBI periode harian slm 1 bln
Rata-Rata Suku Bunga SBI =
Jumlah suku bunga SBI periode waktu slm 1 bln
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berdasarkan surat Edaran Bank tentang
Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga dalam rupiah yang
diterbitkan langsung oleh Bank Indonesia sebagaimana pengakuan hutang dalam
jangka pendek dengan menggunakan sistem diskonto (penetapan tingkat bunga).
2.1.4
Nilai Tukar (Kurs)
Menurut Triyono (2008:231) kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua
mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara
kedua mata uang tersebut. Kurs mata uang asing mengalami perubahan nilai yang
terus menerus dan relatif tidak stabil. Perubahan nilai ini dapat terjadi karena adanya
perubahan permintaan dan penawaran atas suatu kurs mata uang asing pada
16
masing-masing pasar pertukaran valuta dari waktu ke waktu. Sedangkan perubahan
permintaan dan penawaran itu sendiri dipengaruhi oleh adanya kenaikan relatif
tingkat bunga baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri terhadap negara.
Apresisi atau depresi akan terjadi apabila negara menganut kebijakan kurs
mengambang bebas (free floating exchange rate) sehingga kurs akan ditentukan oleh
mekanisme pasar.
Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa
prospek perekonomian Indonesia suram. Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi
apabila faktor fundamental perekonomian indonesia tidaklah kuat (Sunariyah,
2006:125). Hal ini tentunya menambah resiko bagi investor apabila hendak
berinvestasi di bursa saham Indonesia. Investor tentunya akan menghindari resiko,
sehingga investor akan cenderung melakukan aksi jual dan menunggu hingga situasi
perekonomian dirasakan membaik. Aksi jual yang dilakukan investor ini akan
mendorong penurunan indeks harga saham di BEI.
A.
Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar
Kurs valuta asing atau juga sering disebut kurs uang asing yang menunjukan
harga atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang
negara lain. Kurs mata uang asing bisa juga diartikan sebagai jumlah uang domestik
yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk bisa memperoleh
satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2006:97).
Menurut Divianto (2013:174) perhitungan nilai tukar rupiah pada US dollar
yaitu :
Kurs Tangah = (Kurs Jual + Kurs Beli) ÷ 2
17
Pergerakan nilai tukar mencerminkan perubahan tingkat kelangkaan suatu
mata uang yang dikatakan bila nilai tukar US dollar melemah atau nilai tukar rupiah
menguat, karena mendapatkan satu unit US dollar jumlah rupiah yang dibutuhkan
semakin sedikit. Dan jika nilai US dollar menguat atau nilai tukar rupiah melemah,
untuk mendapatkan satu unit US dollar jumlah rupiah yang dibutuhkan semakin
banyak. Menguatnya nilai rupiah menyebabkan bahwa rupiah semakin langka.
Karena pertumbuhan permintaan rupiah lebih cepat daripada penawarannya,
begitupun sebaliknya.
2.1.5
A.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Pengertian dari indeks adalah gabungan statistik yang mengukur perubahan
dalam ekonomi atau dalam pasar finansial, dan seringkali dinyatakan dalam
perubahan presentase dari satu tahun dasar atau bulan sebelumnya. Karena indeks ini
menyangkut sejumlah fakta maupun besaran tertentu yang menggambarkan
perubahan-perubahan harga saham di masa lalu yang dipandang, merupakan suatu
bentuk informasih historis yang sangat tepat untuk menggambarkan pergerakan
harga saham di masa lalu serta memberikan deskripsi harga harga pada saat tertentu
maupun dalam periode tertentu pula, maka indeks ini dapat disebut sebagai indeks
harga saham.
Besar kecilnya indeks ini dipengaruhi oleh variabel ekonomi dan non
ekonomi. Variabel ekonomi misalnya jumlah uang yang beredar, nilai tukar, inflasi
18
dan suku bunga yang sering disebut juga dengan fundamental makroekonomi.
Variabel non ekonomi misalnya situasi politik dan keamanan dalam negeri.
Perhitungan IHSG didasarkan pada jumlah nilai pasar dari total saham yang tercatat
di bursa. Jumlah nilai pasar itu sendiri adalah total perkalian saham yang tercatat
(kecuali untuk perusahaan yang berada dalam progam restrukturisasi) dengan harga
di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari tersebut. Perhitungannya adalah sebagai
berikut :
Nilai Pasar
IHSG =
X 100
Nilai Dasar
B.
Fungsi Indeks Harga Saham di Pasar Modal
a.
Sebagai indikator untuk mengetahui tingkat perkembangan dan penurunan pasar.
b.
Sebagai indikator tingkat keuntungan saham.
c.
Sebagai tolak ukur (brench mark) kinerja suatu portofolio investasi.
d.
Sebagai dasar pembentukan portofolio dengan strategi pasif.
e.
Menggambarkan perkembangan produk derivatif yang diperdagangkan di bursa
efek.
C.
Manfaat Indeks Harga Saham
Ada lima manfaat dengan adanya indeks pada bursa adalah
a.
Indeks dapat digunakan untuk menghitung total imbal hasil dari pasar secara
agregat atau beberapa komponen pasar pada periode waktu tertentu yang
menggunakan tingkat pengembalian tersebut sebagai tolak ukur untuk menilai
kinerja dari portofolio individu.
19
b.
Untuk bisa mengembangkan portofolio indeks.
c.
Indeks dapat digunakan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
pergerakan harga saham secara agregat.
d.
Perubahan harga historis dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan
harga di masa depan.
e.
Risiko yang relavan dengan risiko aset individual (saham) adalah risiko
sistematik, yang merupakan hubungan antara tingkat imbal hasil dari risiko aset
dan tingkat imbal hasil untuk portofolio pasar dari risiko aset.
2.1.6
Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah tempat berbagai pihak, khususnya perusahaan menjual
saham (stock) dengan obligasi (bond), dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut
nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal
perusahaan.
Sedangkan menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim pasar modal adalah pusat
perdagangan utang jangka panjang dan saham perusahaan. Adapun menurut R.j.
Shook pasar modal merupakan sebuah pasar tempat dana-dana modal seperti ekuitas
dan utang, diperdagangkan.
A. Manfaat dan Partisipan Pasar Modal
1.
Menurut Suraniyah (2004:39) manfaat pasar modal :
a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual.
b. Memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil
(return) yang diharapkan perusahaan.
c. Memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang
20
dimilikinya atau surat berharga lainnya.
d. Menciptakan
kesempatan
kepada
masyarakat
berpatisipasi
dalam
perkembangan suatu perekonomian
e. Mengurangi biaya informasi dan transaksi
2.
Menurut Katoppo , manfaat pasar modal ada 9 yaitu :
a. Memberi kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan berospek.
b. Sebagai alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan
risiko yang dapat diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas dan
diversifikasi investasi.
c. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol
sosial.
d. Menegaskan bahwa pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan
mendorong pemanfaatkan manajemen profesional.
e. Manajemen profesional akan menghilangkan inisiatif mempertahankan
mayoritas kepemilikan.
f. Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha, sekaligus
memungkinkan alokasi sumber dana yang optimal.
g. Sebagai leading indicator bagi tren perekonomian negara
h. Menyebarkan kepemilikan perusahaan sampe ke lapisan masyarakat
menengah.
i. Penyebaran
kepemilikan,
keterbukaan,
dan
profisionalisme,
menciptakan iklim berusaha yang sehat.
3.
Partisipan Pasar Modal yaitu (Manurung dan Rahardja, 2004:68) :
serta
21
a.
Emiten adalah dana yang diperoleh dari masyarakat guna menerbitkan
saham.
b. Investor adalah pihak yang membeli sekuritas yang diperjualbelikan di pasar
modal.
c. Lembaga penunjang, fungsi dari lembaga itu sendiri adalah memperlancar
proses suatu transaksi dan memberikan hasil yang semaksimal mungkin pada
para pengambil keputusan di pasar modal.
2.1.7
A.
Pengertian Fundamental Macro Economic
Pengertian Macro Economic
Studi tentang ekonomi secara keseluruhan yang menjelaskan perubahan
ekonomi yang mempengaruhi banyak masyarakat, perusahaan dan pasar. Ekonomi
makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk mempengaruhi
target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga
kerja dan pencapaian keseimbangan nerasa yang berkesinambungan.
B.
Kebijakan Makro Ekonomi
Menurut
(Sukirno,
2006:134), kebijakan ekonomi makro
ada tiga
diantarannya adalah :
1. Kebijakan Fiskal
Merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak)
pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan
men-stabilkan perekonomian dengan cara
jumlah uang yang beredar.
mengontrol tingkat
bunga
dan
22
2. Kebijakan Moneter
Proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan
tertentu, seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.
3. Kebijakan Segi Penawaran
Kebijakan pemerintah yang bertujuan meningkatkan efisiensi perusahaan,
sehingga barang dan jasa yang ditawarkan lebih banyak dan murah.
2.2
Penelitian Terdahulu
Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang bisa dilihat pada tabel dibawah
ini :
PENELITI (TAHUN)
Divianto (2013)
Politeknik Sriwijaya
Tabel 2.2.1
VARIABEL PENELITIAN
Variabel Independen
1.
X1 : Inflasi
X2 : Tingkat Suku Bunga SBI
X2 : Nilai Kurs Dollar AS (USD)
Variabel Dependen
Y : Indeks Harga Saham Gabungan 2.
3.
Sumaya Suci Kewal
(2012)
Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Musi
Palembang, Indonesia
Variabel Independen
4.
X1 : Inflasi
X2 : Suku Bunga
X3 : Kurs
X4 : Pertumbuhan PDB
Variabel Dependen
5.
Y : Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)
6.
HASIL PENELITIAN
Inflasi, Tingkat Suku Bunga
SBI, dan Kurs Tukar secara
simultan berpengaruh
signifikan terhadap variable
IHSG.
Secara parsial variabel
Tingkat Inflasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
variabel IHSG
Secara parsial variabel
Tingkat Suku Bunga SBI dan
Nilai Tukar berpengaruh
secara negatif dan signifikan
terhadap variabel IHSG
Tingkat Inflasi, Suku Bunga
SBI, Kurs Rupiah,
Pertumbuhan PDB secara
simultan tidak memiliki
pengaruh terhadap IHSG.
Secara parsial tingkat inflasi
tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap IHSG.
Kurs Rupiah berpengaruh
negatif dan signifikan
23
Ni Made Anita dan Ica
Rika (2011)
Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas
Udayana (Unud), Bali,
Indonesia.
Email :
[email protected]
2.3
Variabel Independen
7.
X1 : Suku Bunga SBI
X2 : Nilai Tukar
X3 : Inflasi
X4 : Indeks Dow Jones
8.
Variabel Dependen
Y : Indeks Harga Saham Gabungan
terhadap IHSG.
Variabel suku bunga SBI, nilai
tukar, dan inflasi berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap IHSG.
Sedangkan variabel Indeks
Dow Jones berpengaruh
positif signifikan terhadap
IHSG
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka
konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar
tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka konseptual juga berguna mencari
jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapi.
Menurut Samsul (2006:201), penurnan inflasi akan membuat perusahaan
memperoleh profitabilitas lebih besar karena harga bahan baku menjadi lebih murah
dengan asumsi harga penjualan tetap atau bahkan naik. Dari hasil tersebut maka
manajemen dapat memperhatikan faktor inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga SBI,
dan pertumbuhan PDB sebagai prediksi Indeks Saham Sektor Pertambangan (Minix
Index).
Ukuran perusahaan manufaktur menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang
dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan. Pernyataan diatas
disebabkan oleh melemahnya nilai yang mengakibatkan terjadinya Tingkat Inflasi,
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Nilai Tukar Rupiah, dan juga Pertmbuhan
PDB. Akan mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan
24
impor, yang berdambak pada keterglambatan pertumbuhan ekonomi. Maka
disimpulkan peneliti membuat kerangka fikir atau kerangka konseptual sebagai
berikut :
Tingkat Inflasi
(X1)
H1
Tingkat Suku
Bunga
(X2)
H2
IHSG
(Y)
H3
Nilai Tukar
(X3)
2.4
Hipotesis Penelitian
Salah satu tujuan penelitian adalah menguji hipotesis. Berdasarkan paradigma
penelitian kuantitatif, hipotesis merupakan jawaban atas masalah masalah penelitian
secara rasional dideduksi dari teori. Hipotesis juga menyatakan hubungan yang
diduga secara logis antar dua variabel atiau lebih dalam rumusan populasi yang dapat
diuji secara empiris. (Indrianto dan Supomo, 2014:72)
Hipotetsis sendiri dapat diartikan suatu pernyataan yang kebenarannya masih
lemah dan masih perlu dibuktikan lagi dugaan yang sifatnya masih sementara. Untuk
menguji hipotesis yaitu dengan cara uji signifikan variabel independen (bebas) (X)
terhadap variabel dependen (terikat)it (Y). Dibawah ini adalah hipotesis yang
25
ditunjukkan dalam penelitian ini :
2.4.1. Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)
Inflansi merupakan suatu kejadian yang menggambarkan situasi dan kondisi
dimana harga barang mengalami kenaikan dan nilai mata uang mengalami
pelemahan.
Jika
ini terjadi
secara
terus-menerus
(kontinu)
makan akan
mengakibatkan pemburukan kondisi ekonomi secara menyeluruh serta mampu
mengguncang tatanan stabilitas politik suatu negara. (Fahmi, 2012:143)
Divianto (2013) menunjukkan bahwa tingkat inflasi berpengaruh terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari
penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa :
H1 : Tingkat Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG).
2.4.2. Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG)
Suku bunga adalah pendapatan (bagi kreditur) atau beban (bagi debitur) yang
diterima atau dibayarkan oleh kreditur dan debitur (Madura, 2006:98). Tetapi
menurut (Suhaedi, 2000:35) suku bunga ialah biaya yang harus dibayarkan oleh
peminjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi
pinjaman atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap
pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk
tabungan.
Divianto (2013:180) mendapatkan hasil bahwa suku bunga Sertifikat Bank
26
Indonesia berpengaruh
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada
Bursa Efek Indonesia (BEI).
H2 : Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia berpengaruh terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG).
2.4.3. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG).
Nilai tukar yang selama ini masih hangat dibicarakan dengan kenaikan yang
sangat menjulang terhadap US Dollar dan masih belum terkendali dengan stabil
mengakibatkan kesulitan bagi dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama
bagi pengusaha yang mendatangkan bahan baku mereka dari luar negeri atau menjual
barang mereka ke luar negeri (ekspor). Oleh karena itu pengelolaan nilai mata uang
yang relatif stabil menjadi salah satu faktor moneter yang mendukung perekonomian
secara makro. (Pohan, 2008:76)
Penelitian yang dilakukan oleh Divianto (2013), memperoleh bahwa adanya
pengaruh nilai tukar rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada
Bursa Efek Indonesia (BEI).
H3 : Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar berpengaruh terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1.
Variabel Penelitian
Variabel dependen atau terikat adalah variabel yang dipengaruhi menjadi
akibat karena adanya variabel independen yang sering disebut variabel bebas.
Variabel dependen (terikat) yang digunakan dalam meneliti penelitian ini adalah
sebagai berikut :
A. Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks Harga Saham Gabungan ini diartikan sebagai indeks harga yang
terdiri dari gabungan semua harga saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Variabel Independen (bebas) diartikan sebagai suatu variabel yang
mempengaruhi
sebab
timbulnya
variabel
dependen
(terikat).
Variabel
Independen (bebas) yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian ini
adalah :
B. Tingkat Inflasi
Tingkat Inflasi adalah suatu proses naiknya harga-harga secara keseluruhan
dan terus menerus (kontinu) yang berkaitan dengan mekanisme pasar yang bisa
disebabkan oleh adanya konsumsi masyarakat yang naik secara drastis, adanya
kelebihan likuiditas yang bisa memicu konsumsi bahkan spekulasi sekalipun
sampai bisa terjadi ketersumbatan distribusi barang.
27
28
C. Suku Bunga Serifikat Bank Indonesia
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia adalah suku bunga yang terdapat di
Bank Indonesia yang juga ditetapkan oleh Bank Indonesia atas penerbitan
Sertifikat Bank Indonesia. Yang menjadi tolak ukur Indeks Harga Saham
Gabungan di Bursa Efek Indonesia adalah naik turunnya suku bunga itu sendiri
yang bisa mendorong para investor untuk menginvestasikan dananya dari berupa
saham menjadi instrumen dalam bentuk tabungan atau deposito.
D. Nilai Tukar (Kurs) Rupiah pada US Dollar
Yang dimaksud Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar adalah harga suatu
mata uang negara terhadap harga mata uang negara lainnya, bisa juga diartikan
sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan negara itu sendiri misalnya
banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit atau lembar
mata uang asing.
3.1.2.
Definisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini menggunakan satu variabel dependen dan empat variabel
independen, yang dari setiap variabel tersebut, berikut ini adalah definisi dari
masing-masing variabel :
1.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Dalam penelitian ini Indeks Harga Saham Gabungan yang dipakai adalah
indeks harga saham setiap bulan yang dihitung menggunakan harga saham
terakhir atau sering disebut closing price yang sudah dipublikasikan oleh Bursa
Efek Indonesia pada periode tahun 2010-2014. Pengukuran yang digunakan
peneliti ini adalah Rp/$USD dengan data perubahan presentase dari satu tahun
29
dasar atau bulan sebelumnya.
2.
Tingkat Inflasi (X1)
Tingkat Inflasi adalah suatu proses naiknya harga-harga secara keseluruhan
dan terus menerus (kontinu) yang berkaitan dengan mekanisme pasar yang bisa
disebabkan oleh adanya konsumsi masyarakat yang naik secara drastis, adanya
kelebihan likuiditas yang bisa memicu konsumsi bahkan spekulasi sekalipun
sampai bisa terjadi ketersumbatan distribusi barang.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data inflasi yang
didapatkan dari laporan tiap bulan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia
mulai dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Desember 2014. Pengukuran
yang dipakai dalam penelitian ini adalah satuan dalam persen. Inflansi akan
sering mengalami fluktuasi pada rata-rata tiap akhir bulan.
3.
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (X2)
Suku
bunga
mempengaruhi
keputusan
individu
terhadap
pilihan
mengeluarkan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya lebih banyak dalam
bentuk tabungan. Suku bunga juga sebuah harga masa kini dan masa yang akan
datang yang ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran.
Data yang digunakan peneliti untuk meneliti suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia adalah data suku bunga SBI tiap akhir bulan yang sudah dikeluarkan
dan ditetapkan oleh Bank Indonesia mulai dari bulan Januari 2010 sampai
dengan Desember 2014 dalam satuan ukuran persen.
4.
Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar (X3)
Nilai tukar rupiah adalah perbandingan nilai atas harga rupiah dengan harga
30
mata uang asing, yang masing-masing negara memiliki nilai tukarnya sendiri
yang dimana nilai itu adalah perbandingan dari nilai suatu mata uang dengan
mata uang lainnya yang biasa disebut dengan kurs valuta asing. (Pratikno,
2009:112)
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Nilai Tukar Rupiah
pada US Dollar yang digunakan sebagai acuan adalah kurs dollar yang dihitung
berdsarkan kurs jual dan kurs beli disetiap akhir bulan mulai dari bulan Januari
2010 sampai dengan bulan Desember 2014 yang sudah ditetapkan Bank
Indonesia dalam ukuran pengukurannya dalam Rp/$ USD.
3.2.
Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi merupakan sekumpulan data yang mempunyai karakteristik yang
sama dan menjadi objek inferensi, inferensi itu sendiri mendasar pada dua konsep
dasar, populasi sebagai keseluruhan data, baik nyata maupun imajinier, dan sampel
sebagian
dari
populasi
yang
digunakan
untuk
melalukan
inferensi
(pendekatan/penggambaran) terhadap populasi tempatnya berasal.(Indrianto dan
Supomo, 2014:115)
Populasi yang digunakan pada penelitian ini merupakan seluruh perusahaan
yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010-2014.
Alasannya saya meneliti menggunakan tahun tersebut adalah untuk memperoleh
hasil yang lebih pasti dan akurat mengingat sedang melemahnya nilai rupiah di
Indonesia ini.
31
3.2.2.
Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti, dipandang
sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri.
Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang dihasilnya mewakili
keseluruhan masalah yang dihadapi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel perusahaan manufaktur
yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan metode purposive sampling.
Purposive sampling itu sendiri berarti dipilih dengan metode tertentu atau target
tertentu pula dalam pemilihan sampel yang dilakukan secara tidak acak. Kriteria dari
sampel itu sendiri adalah :
1.
Penutupan harga perbulan dimulai dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan
Desember 2014 dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode
2010-2014.
2.
Pengaruh tingkat inflasi yang terdapat pada perusahaan yang telah ditetapkan
oleh Bank Indonesia dimulai pada bulan Januari 2010 sampai dengan bulan
Desember 2014.
3.
Pengaruh suku bunga SBI yang terdapat di perusahaan yang telah ditetapkan
oleh Bank Indonesia selama periode dimulai bulan Januari 2010 sampai dengan
bulan Desember 2014.
4.
Pengaruh nilai tukar rupiah pada US Dollar yang terdapat pada perusahaan yang
sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia secara kongkrit dan lengkap selama
periode mulai bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Desember 2014.
32
3.3.
Jenis dan Sumber Data
3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang dimaksudkan peneliti ini berkaitan dengan sumber data. Dan
metode yang dipilih oleh peneliti adalah data dokumenter. Data dokumenter itu
sendiri berarti jenis data guna meneliti penelitian yang terdiri dari faktur, jurnal,
surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan program. Data
dokumenter menampung apa dan kapan suatu kejadian atau transaksi, dan serta siapa
yang terlibat dalam suatu kejadian yang sedang diteliti. (Indrianto dan Supomo,
2014:145)
3.3.2. Jenis Data Menurut Sifatnya
Jenis data menurut sifatnya pada penelitian ini digunakan data kuantitatif dan
data kualitatif (Indriantoro dan Supomo, 2014:146) :
1) Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang bisa diukur dengan satuan skala numerik atau
berbentuk dalam angka. Tujuannya adalah guna menguji, menyetujui atau
memverifikasi teori, meletakkan teori secara deduktif yang menjadikan landasan di
penemuan dan pemecahan dalam penelitian ini. Teori itu sendiri merupakan kerangka
dalam penelitian kuantitatif yang bisa merumuskan masalah atau pertanyaan,
mengembangkan hipotesis, uji data, dan dalam pembuatan kesimpulan. Jadi
kesimpulannya data kuantitaif adalah data yang dihitung dalam satuan angka atau
skala berbentuk numerik.
2) Data Kualitatif
Data Kualitatif adalah data yang sering dipakai guna menggambarkan atau
33
menganalisis pada masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian dengan
cara mengetahui perkembangan dari variabel tersebut. Dan kesimpulannya data
kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik atau tidak berupa
angka, data yang dirancang dengan mempertimbangkan waktu pada satu variabel
tertentu. Pada penelitian ini data kualitatifnya adalah gambaran dari perusahaan yang
diteliti.
Penelitian ini meneliti sumber data yang berupa data sekunder. Data
sekunder itu sendiri berarti sumber data pada suatu penelitian yang didapatkan oleh
seorang peneliti secara tidak langsung dengan cara mendapatkannya dari media
perantara diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data sekunder umunya berbentuk
bukti, catatan ataupun laporan historis yang sudah dirancang dalam suatu arsip
dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Bahan utama dari
penelitian ini adalah kepustakaan. (Indriantoro dan Supomo, 2014:149)
3.3.3. Sumber Data
Sumber data penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan
pengolahnya. Sebagai misal jika data mengenai indeks harga diterbitkan dalam
majalah Ekonomi dan Keuangan maka data yang terdapat dalam majalah tersebut
merupakan data sekunder. Data tentang kurs valuta asing dalam buletin Business
News merupakan data sekunder karena diperoleh dari Bank Indonesia. (Soeratno dan
Arsyad, 2008:45)
Menurut (Indriantoro dan Supomo, 2014:146) data sekunder umumnya
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
34
dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder
adalah data yang sudah dengan teliti dikumpulkan oleh pengumpul data oleh
lembaga tertentu yang sudah dipublikasikan kepada masyarakat yang membutuhkan
data tersebut. Dalam penelitian ini data sekunder bersumber dari informasi
www.bi.go.id annually 2010-2014, data bersumber dari Badan Pusat Statistik
www.bps.go.id dan data dari Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id
Data sekunder yang sudah didapat, menurut (Indriantoro dan Supomo,
2014:147)
harus
dievaluasi
oleh
peneliti
agar
tidak
terjadi
kesalahan.
Mengevaluasinya dengan cara :
1.
Kemampuan data yang tersedia untuk menjawab masalah.
2.
Kesesuaian antara periode waktu tersedianya data dengan periode waktu yang
diinginkan dalam penelitian.
3.
Kesesuaian antara populasi data yang ada dengan populasi yang menjadi
perhatian peneliti itu sendiri.
3.4.
Metode Pengumpulan Data
Peneliti
dalam
mengumpulkan
data
menggunakan
metode
teknik
dokumentasi. Tujuan metode pengumpulan data bagi peneliti adalah untuk
melengkapi data yang diperlukan peneliti pada saat melakukan penelitian. Dalam
metode penelitian teknik dokumentasi terdiri dari pengumpulan data-data yang
dicatat atau dirangkum secara rinci dengan cara mencatat ulang, mengcopy data
maupun mengetik ulang data, bukti, dab keterangan mengenai informasi untuk
mendukungnya jalannya penelitian ini yang bisa diambil melalui sumber dokumen
atau internet dengan menelusuri data historis dari komputer.
35
Peneliti melalukan penelusuran data dengan komputer yang bisa memuat
informasi yang lengkap mengenai data yang dibutuhkan peneliti berupa teks atau
angka yang dapat dianalisis atas pergerakan tingkat inflasi, suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada US dollar berbentuk data bulanan antara
bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Desember 2014 yang bisa dilihat atau
diakses melalui web www.bi.go.id di Bank Indonesia. Serta dengan mengakses di
web www.bps.go.id di Badan Pusat Statistik digunakan untuk melihat pergerakan
tingkat inflasi. Dan juga mengakses ke alamat web www.idx.co.id untuk mengetahui
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan disetiap akhir bulan antara bulan Januari
2010 sampai bulan Desember 2014.
3.5.
Metode Analisis
Dalam sekumpulan metode yang digunakan peneliti dapat ditarik kesimpulan
yang masuk akal dari data yang digunakan untuk penelitian. Tujuan peneliti adalah
menyimpulkan dan dapat menjawab masalah yang ada dalam data yang diteliti
dengan cara menganalisis ulang data yang didapatkan peneliti. Peneliti menggunakan
model analisis statistik inferensial yang berarti analisis regresi linier berganda dengan
data runtun waktu (time series) yang bisa diolah dengan menggunakan software
computer SPSS. Statistik inferensial untuk mengestimasi sampel dalam populasi.
3.5.1. Statistik Deskriptif
Deskriptif diartikan sebagai cara penulisan yang menggambarkan sesuatu
yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Statistik deskriptif pada umumnya
biasa digunakan peneliti untuk memperoleh informasi tentang karakteristik variabel
penelitian yang paling utama. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan
36
macam-macam ukuran antara lain berupa : nilai minimum, maximum, frekuensi,
rata-rata (mean), median, modus, simpangan baku (standart deviasi dan varian) dan
koefisien korelasi antar variabel penelitian. (Soeratno dan Arsyad, 2008:271)
3.5.2. Uji Kualitas Data
A.
Uji Asumsi Klasik
Dalam pengujian ini peneliti menggunakan asumsi klasik yang bertujuan
untuk memperoleh suatu model regresi yang digunakan peneliti baik atau tidak jika
digunakan untuk penaksiran. Model dikatakan baik jika dapat memenuhi asumsi
klasik atau terhindar dari masalah-masalah dari uji multikolinearitas, autokorelasi,
heterokedastisitas, dan uji normalitas. Maka, peneliti dalam penelitian ini dilakukan
uji terhadap asumsi klasik, dimana bisakah terjadi penyimpangan-penyimpangan atau
tidak agar model penelitian ini layak untuk diteliti.
B.
Uji Normalitas
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.
Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak dilakukan untuk analisis statistik
parametrik. Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametrik,
asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bagwa data tersebut terdistribusi secara
normal. Maksud dari terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti
bentuk distribusi normal. Distribusi normal data dengan bentuk distribusi normal
dimana data memusat pada nilai rata-rata dan median. (Santosa dkk, 2005:74)
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah di dalam model regresi
terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen.
Jadi perbedaan nilai prediksi dengan skore yang sebenarnya atau error akan secara
37
otomatis didistribusi secara simetri disekitar nilai means sama dengan nol. Salah satu
cara mengetahui normalitas adalah dengan cara pengamatan nilai residual, diketahui
bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Jika variabel tidak terdistribusi secara normal maka hasil uji statistik akan
terdegradasi. Normalitas pada variabel pada umumnya dideteksi melalui grafik atau
uji statistik sedangkan normalitas nilai residual dideteksi melalui grafik, gunanya
untuk mengetahui apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan uji
statistik Kolmogorow-Smirnov. (Ghozali, 2005:67)
Di bawah ini adalah cara mendeteksi data terdistribusi normal atau tidak
normal Kolmogorov-Smirnov didalam model regresi :
a.
Jika nilai signifikasi atau nilai probabilitas > 0,005 atau 5% maka data
terdistribusi normal.
b.
Jika nilai signifikasi atau nilai probabilitas < 0,005 atau 5% maka data tidak
terdistribusi normal.
C.
Uji Multikolonieritas
Pada uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas atau independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel
ortogonal sendiri diartikan sebagai independen yang nilai kolerasi antar sesama
variabel independen sama dengan nol. Berikut menurut (Ghozali, 2005:68)
mengemukakan cara mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model
regresi, yaitu :
38
a.
Jika uji multikolonieritas data penelitian menghasilkan nilai tolerance ≤ 0,1 atau
nilai VIF ≥ 10 yang mengindikasikan, maka terjadi gejala multikolonieritas pada
model regresi dari penelitian ini.
b.
Jika uji multikolonieritas data penelitian menghasilkan nilai tolerance ≥ 0,1 atau
nilai VIF ≤ 10 yang mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolonieritas pada
model regresi dari penelitian ini.
D.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi mempunyai tujuan untuk menguji apakah model regresi
linear mempunyai korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka bisa disebut
problem autokorelasi. Sebab munculnya autokorelasi adalah observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini disebabkan oleh
timbulnya residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lain. Kejadian ini sering ditemukan pada runtut waktu yang berurutan (time
series). Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif sangat
jarang terjadi karena gangguan. Dari penjabaran diatas yang digolongkan model
regresi yang baik bagi penelitian adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
(Ghozali, 2005:69)
Pada pengujian autokorelasi ini bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang dikatakan
baik jika regresi bebas dari autokorelasi (Santoso, 2006:216) untuk mendeteksi ada
39
atau tidaknya autokorelasi digunakan cara sebagai berikut :
a.
Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
b.
Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak terjadi autokorelasi.
c.
Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
E.
Uji Heteroskedastisitas
Pada uji ini, berguna untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pemgamatan ke pengamatan lainnya. Jika
pada variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka bisa
disebut dengan Homoskedastisitas dan jika satu pengamatan ke pengamatan lain
mengalami perbedaan disebut Heteroskedastisitas. Dapat dikatakan model regresi
yang baik itu seperti Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Pada
kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini
menghimpun data yang mewakili berbagai kecil, sedang, besar. (Ghozali, 2005:70)
Selain menggunakan uji Heteroskedastisitas, cara untuk mendeteksinya
bisa juga menggunakan Uji Glejser. Uji ini mengusulkan untuk meregres nilai
absolut residual terhadap variabel independen. Dengan tingkat sinifikasi 5% maka
model akan terbebas atau tidaknya dari masalah Heteroskedastisitas, sebagai berikut :
a.
Jika probabilitas P > 0,05 model terbebas dari masalah Heteroskedastisitas.
b.
Jika probabilitas P < 0,05 model tidak terbebas dari masalah Heteroskedastisitas.
3.5.3. Analisis Regresi Berganda
Peneliti menggunakan analisis regresi berganda dengan tujuan mengetahui
seberapa jauh hubungan antara tingkat inflasi, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia,
nilai tukar rupiah pada US dollar, pertumbuhan domestik brutto terhadap pergerakan
40
Indeks Harga Saham Gabungan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode 2010-2014.
Menurut (Divianto, 2013:177), dia berpendapat bahwa Y = f (X1, X2, X3, X4)
dimana Y berarti fungsi linear, jadi model regresi berganda untuk lima variabel
dimana variabel terikatnya merupakan fungsi linear dan empat variabel bebas.
Berikut ini adalah model regresi berganda yang digunakan peneliti untuk mengetahui
faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 = ei
Yang artinya sebagai :
Y
= IHSG
a
= Konstanta
b1
= Koefisien Regresi Tingkat Inflasi
b2
= Koefisien Regresi Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
b3
= Koefisien Regresi Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar
X1
= Tingkat Inflasi
X2
= Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
X3
= Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar
ei
= error
3.5.4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini bisa diartikan sebagai proses yang sangat kompleks, jika data
yang sedang diteliti merupakan data sampel atau bagian dari populasi. Hasil dari
pengujian terhadap sebagian dari populasi atau sampel, bahwa bisa diambil
41
kesimpulan atau keputusan menolak atau mendukung hipotesis. (Indriantoro dan
Supomo, 2014:179)
Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji hipotesis secara bersama-sama (simultan)
dan parsial :
A.
Uji F (Uji Model)
Uji F ini berguna untuk memperoleh atau mengetahui apakah semua variabel
penjelas digunakan dalam model regresi secara bersama-sama yang bisa berpengaru
terhadap variabel terikat. Penentu dalam pengujian ini tingkat kesalahan atau
probabilitas yang diinginkan P = 5% (Ghozali, 2005:72) :
a.
Jika nilai signifikan > 0,05, maka Ha ditolak.
b.
Jika nilai signifikan < 0,05, maka Ha diterima.
B.
Uji t (Pengujian Secara Parsial)
Uji t ini berguna untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat. Dalam uji ini mempunyai tungkat kesalahan atau
probabilitas yang diinginkan P =5% (Ghozali,2005:73) :
a.
Jika nilai signifikan > 0,05, maka Ha diterima.
b.
Jika nilai signifikan < 0,05, maka Ha ditolak.
3.5.5. Koefisien Determinasi (R2)
Uji ini berguna sebagai alat untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model regresi dalam menerangkan variasi model dependen. Nilai dari koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan dari
variabel independen dapat menjelaskan variasi variabel dependen yang terbatas.
Nilai yang mendekati satu diartikan sebagai variabel-variabel independen yang
42
memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk bisa memprediksi
variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang
relatif rendah disebabkan oleh adanya variasi yang besar antara masing-masing
pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu biasanya sudah memiliki nilai
koefisien determinasi yang tinggi. (Ghozali, 2005:75)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Statistik Deskriptif
Pada penelitian ini peneliti menghasilkan hasil dari statistik deskriptif yang
berkaitan dengan pengujian terhadap data IHSG, tingkat inflasi, suku bunga SBI dan
nilai tukar rupiah pada US Dollar diperoleh sebanyak 300 data obeservasi yang
diketahui dari perkalian antara periode selama penelitian (5 tahun dihitung dari tahun
2010-2014) dengan jumlah pengamatan dari masing masing tahun yang berjumlah 60
pengamatan. Dibawah ini adalah tabel 4.1.1 hasil dari penelitian statistik diskriptif :
Tabel 4.1.1
Hasil Statistik Deskriptif Tiap Variabel
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Tingkat_Inflasi
60
3.43
8.79
5.6337
1.55722
Suku_Bunga
60
5.75
7.75
6.5558
.65691
Nilai_Tukar
60
3.92
4.06
4.0014
.03881
IHSG
60
3.41
3.72
3.6061
.07938
Valid N (listwise)
60
Sumber : Output SPSS 19.0
Pada tabel 4.1.1 dijelaskan bahwa Statistik Deskriptif masing-masing dari
penelitian. Ukuran yang ditentukan dalam statistik deskriptif adalah minimum,
maximum, mean, dan standar deviation.
43
44
Tingkat inflasi merupakan kondisi dimana jumlah barang yang beredar lebih
sedikit dari jumlah permintaan sehingga akan mengakibatkan terjadinya kenaikan
harga yang meluas dalam sistem perekonomian secara keseluruhan. Hasil dari
penelitian statistik deskriptif dapat dianalisis tingkat inflasi menunjukkan nilai
minimum sebesar 3,43, pada nilai maksimum sebesar 8,79 dengan mendapatkan
rata-rata sebesar 5,6337, dan memiliki std. Deviation sebesar 1,55722. Maka dapat
disimpulkan apabila std 1,55722 < rata-rata 5,6337, maka terjadinya penyimpangan
data kecil.
Suku bunga SBI merupakan surat berharga yang digunakan bank sebagai suku
bunga pinjaman mencerminkan biaya yang dikeluarkan bank/perusahaan sebagai
akibat dari meminjam uang dan hal ini akan mempengaruhi kinerja bisnis. Hasil dari
penelitian statistik deskriptif dapat dianalisis tingkat inflasi menunjukkan nilai
minimum sebesar 5,75, pada nilai maksimum sebesar 7,75 dengan mendapatkan
rata-rata sebesar 6,5558, dan memiliki std. Deviation sebesar 0,65691. Maka dapat
disimpulkan apabila std 0,65691 < rata-rata 6,5558, maka terjadinya penyimpangan
data kecil.
Nilai tukar rupiah terhadap US dollar merupakan cerminan berapa unit dari
setiap mata uang lokal yang dapat dipergunakan untuk membeli atau menukarkan
dengan mata uang negara lain. Hasil dari penelitian statistik deskriptif dapat dianalisis
tingkat inflasi menunjukkan nilai minimum sebesar 3,92, pada nilai maksimum
sebesar 4,06 dengan mendapatkan rata-rata sebesar 4,0014, dan memiliki std.
Deviation sebesar 0,03881 . Maka dapat disimpulkan jika std 0,03881 < rata-rata
4,0014, maka terjadinya penyimpangan data kecil.
45
Indeks harga saham gabungan IHSG merupakan gabungan statistik yang
mengukur perubahan dalam ekonomi atau dalam pasar finansial, dan seringkali
dinyatakan dalam perubahan presentase dari satu tahun dasar atau bulan sebelumnya.
Hasil dari penelitian statistik deskriptif dapat dianalisis tingkat inflasi menunjukkan
nilai minimum sebesar 3,41, pada nilai maksimum sebesar 3,72 dengan mendapatkan
rata-rata sebesar 3,6061, dan memiliki std. Deviation sebesar 0,07938. Maka dapat
disimpulkan jika std 0,07938 < rata-rata 3,6061, maka terjadinya penyimpangan data
kecil.
4.2
Analisis Data
4.2.1 Uji Asumsi Klasik
Dalam pengujian regresi berganda terdapat salah satu syarat yaitu dengan
terpenuhinya asumsi klasik. Dalam usaha mendapatkan nilai pemeriksa yang tidak
bias dan efisien dari satus
persamaan regresi berganda menggunakan metode
kuadrat terkecil (Least Squares) dibutuhkan pengujian untuk memperoleh model
regresi yang bisa dihasilkan dari pemenuhan syarat asumsi klasik, dimana asumsi
klasik mengharuskan data yang diteliti harus sehat diantaranya harus : berdistribusi
normal, tidak ada multikolinearitas, tidak ada autokorelasi, dan tidak ada
heterokedastisitas.
A.
Uji Normalitas
Pada uji normalitas ini bertujuan untuk menguji pada tiap model regresi
variabel terikat dan varibel bebas memliki distribusi normal atau tidak. Variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dikatakan model regresi yang
baik jika variabel memiliki distribusi data normal atau yang mendekati normal. Pada
46
uji normalitas ini sebenarnya dapat dilihat dari penyebaran data (titik) yang terdapat
pada sumbu diagobal pada suatu grafik atau melihat histogram dari uji residualnya.
Pada uji normalitas ini peneliti menggunakan acuan uji statistik Kolmogorow Smirnov yang terdapat dibawah ini :
Tabel Normalitas
Hasil Uji Kolmogorow-Smirnov
One-Sample Kolmogorow-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parameters
60
a
Mean
Std. Deviation
.0000000
.03706519
Most Extreme Differences Absolute
.084
Positive
.048
Negative
-.084
Kolmogorov-Smirnov Z
.654
Asymp. Sig. (2-tailed)
.785
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Output SPSS 16.0
Dari hasil tabel One-Sample Kolmogorow-Smirnov dijelaskan bahwa hasil
sig. 0,785 > 0,05. Hasil ini membukutikan bahwa nilai signifikannya melebihi angka
0,05 maka data yang diteliti dalam penelitian ini disimpulkan sudah berdistribusi
normal dan memenuhi syarat model regresi karena data sudah normal.
B.
Uji Multikolonearitas
Pada uji multikolonearitas ini, cara mendeteksi adanya multikolonearitas
dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Dikatakan
model regresi yang baik apabila tidak terjadi kolerasi antar variabel independennya.
Menurut (Ghozali, 2011:105) ada berbagai cara untuk mendeteksi ada tidaknya
47
multikolonearitas pada suatu model regresi, yaitu :
a.
Jika hasil uji multikolonearitas data penelitian yang dihasilkan memiliki nilai
tolerance ≤ 0,1 atau memiliki nilai VIF ≥ 10 yang mengindikasi, maka dapat
dikatakan data yang diolah oleh peneliti terkena gejala multikolonearitas.
b.
Jiks hasil uji multikolonearitas data penelitian yang dihasilkan memiliki nilai
tolerance ≥ 0,1 atau memiliki nilai VIF ≤ 10 yang mengindikasi, maka dapat
dikatakan data yang di olah oleh peneliti tidak terkena multikolonearitas.
Dalam penelitian ini, penguji memiliki hasil uji multikolonearitas sebagai berikut
Tabel Multikolonearitas
Hasil Uji Multikolonearitas
a
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-3.597
.538
.006
.004
Suku_Bunga
-.017
Nilai_Tukar
1.820
Tingkat_Inflasi
Standardized
Coefficients
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
-6.683
.000
.115
1.537
.130
.691
1.448
.009
-.142
-1.861
.068
.669
1.495
.138
.890
13.161
.000
.852
1.174
a. Dependent Variable: IHSG
Sumber : Output SPSS 16.0
Dari tabel multikolonearitas diatas menunjukkan bahwa hasil dari uji tersebut
menghasilkan nilai tolerance dari ketiga variabel independen tingkat inflasi, suku
bunga dan nilai tukar menghasilkan nilai tolerance ≥ 0,1 dan nilai VIF ≤ 10, atau
dapat disimpulkan bahwa antar variabel independen dalam penelitian ini tidak
memiliki korel yang kuat.
VIF
48
C.
Uji Autokorelasi
Pada uji autokorelasi ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Tentu saja modek regresi yang dikatakan baik jika regresi
bebas dari autokorelasi (Santoso, 2000:216) untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi dapat menggunakan cara sebagai berikut :
a.
Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
b.
Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
c.
Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Berikut adalah hasil uji autokorekasi yan
g sudah diuji oleh peneliti :
Tabel Autokorelasi
Hasil Uji Durbin-Watson (DW)
Model Summaryb
Model
1
R
.884
R Square
a
.782
Adjusted R
Square
.770
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
.03805
.390
a. Predictors: (Constant), Nilai_Tukar, Tingkat_Inflasi, Suku_Bunga
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber : Output SPSS 16.0
Dari hasil uji autokorelasi diatas pada tabel durbin-watson memiliki nilai
sebesar 0,390 yang berarti durbin watson berada dalam kondisi diantara angka D-W
-2 sampai +2 yang berarti data tersebut tidak ada masalah dalam autokorelasi.
D.
Uji Heteroskedastisitas
49
Pada uji heteroskedastisitas ini, bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
bisa disebut terjadi Heteroskedastisitas. Dikatakan model regresi yang baik apabila
data tersebut Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Dalam
penelitian ini, cara mengetahui ada atau tidaknya heteroskedstisitas salah satu cara
adalah dengan menggunakan uji gletjer. Pada uji gletjer, bila signifikan yang
diperoleh lebih kecil dari 0,05 (5%) maka persamaan regresi tersebut mengalami
heteroskedastisitas dan jika nilai signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0,05 (5%)
maka model persamaan regresi tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas atau bisa
disebut dengan homoskdastisitas. Dari hasil uji ini, dibawah ini dijelaskan dengan uji
gletser melalui tabel Coeffisientsa sebagai berikut :
Tabel Heteroskedastisitas
Hasil Uji Gletser
Coefficientsa
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-.090
.331
Tingkat_Inflasi
.002
.002
Suku_Bunga
.005
.006
Nilai_Tukar
.018
.085
Standardized
Coefficients
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
VIF
-.273
.786
.128
.823
.414
.691
1.448
.146
.922
.360
.669
1.495
.030
.216
.830
.852
1.174
a. Dependent Variable: absres
Sumber : Output SPSS 16.0
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa seluruh variabel telah
memenuhi syarat uji heteroskedastisitas dan tidak terjadi Heteroskedastisitas karerna
50
seluruh nilai signifikan setiap variabel memiliki nilai lebih besar dari 0,05.
4.3
Regresi Berganda
Pada pengolahan data dengan cara regresi linier berganda, memiliki cara
untuk mengetahui hubungan dari antar variabel independen dan variabel dependen,
dengan cara mencari hubungan dari variabel tingkat inflasi (X1), suku bunga SBI
(X2) dan nilai tukar (X3) terhadap IHSG (Y). Pada tabel 4.3 di bawah akan
dijelaskan dari hasil pengolahan regresi berganda:
Tabel 4.3
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-3.597
.538
.006
.004
Suku_Bunga
-.017
Nilai_Tukar
1.820
Tingkat_Inflasi
Standardized
Coefficients
Beta
Collinearity Statistics
t
Sig.
Tolerance
-6.683
.000
.115
1.537
.130
.691
1.448
.009
-.142
-1.861
.068
.669
1.495
.138
.890
13.161
.000
.852
1.174
a. Dependent Variable: IHSG
Sumber : Output 16.0
Dari tabel di atas dapat dijelaskan diatas bahwa variabel dependen pada uji
regresi ini yaitu IHSG (Y) sedangkan variabel independennya adalah variabel tingkat
inflasi (X1), suku bunga (X2), dan nilai tukar (X3). Dalam penelitian ini, persamaan
regresi dapat dirumuskan atau dituliskan sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 =.....bxn + e
Dimana dapat dijelaskan sebagai :
a
= konstanta
VIF
51
b1 = koefisien regresi variabel X1
b2 = koefisien regresi variabel X2
b3 = koefisien regresi variabel X3
X1 = variabel tingkat inflasi
X2 = varibel suku bunga SBI
X3 = variabel nilai tukar rupiah terhadap US dollar
e
= trial and error
Adapun pada penelitian ini diperoleh persamaan berikut :
Y = -3,597 + 0,006X1 - 0,017X2 + 1,820X3 + e
Persamaan diatas dapat diinterprestaskan sebagai :
1.
Angka -3,597 merupakan konstanta yang artinya apabila variabel tingkat inflasi,
suku bunga dan nilai tukar memiliki nilai nol semua maka nilai Y atau IHSGnya
bernilai negatif yaitu 3,597.
2.
Angka 0,006 adalah koefisien regresi dari tingkat inflasi, apabila variabel tingkat
inflasi (X1) naik satu satuan maka variabel IHSG naik sebesar 0,006.
3.
Angka -0,017 adalah koefisien regresi dari suku bunga SBI, apabila variabel
suku bunga SBI (X2) naik satu satuan maka variabel IHSG turun sebesar 0,017.
4.
Angka 1,820 adalah koefisien regresi dari nilai tukar rupiah terhadap US dollar,
apabila variabel nilai tukar (X3) naik satu satuan maka variabel IHSG naik
sebesar 1,820.
4.4
Uji F (Uji Model)
Pada uji F ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen yang dipakai dalam model regresi ini memiliki pengarub signifikan
52
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dibawah ini akan dijelaskan
melalui tabel hasil uji F sebagai berikut :
Tabel 4.4
Hasil Uji F Secara Simultan
ANNOVAb
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.291
3
.097
Residual
.081
56
.001
Total
.372
59
F
66.957
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), Nilai_Tukar, Tingkat_Inflasi, Suku_Bunga
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber : Output SPSS 16.0
Dari hasil tabel 4.4 diatas untuk hipotesis yang pertama dilakukan dengan
menggunakan uji F yaitu pengujian secara simultan atau bersama-sama apakah ada
pengaruh tingkat inflasi (X1), suku bunga (X2), dan nilai tukar (X3) terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (Y). Pada uji F ini menghasilkan Ha diterima yang
dibuktikan oleh besarnya sig. 0,000 < 0,05 jadi diartikan bahwa secara bersama-sama
variabel independen mempengaruhi variabel de penden. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh signifikan antara variabel tingkat inflasi (X1), suku bunga (X2),
dan nilai tukar (X3) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Y).
4.5
Uji t (Uji Hipotesis)
Pada uji t ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara pa
rsial (individu) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Untuk
pembuktiannya variabel manakah yang memiliki pengaruh dominan pada variabel
53
terikat maka dilakukanlah uji t ini. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan hasil
dari uji t dan besarnya t pada signifikasinya 0,05 (5%) :
Tabel 4.5
Hasil Uji t (Uji Hipotesis)
Coefficientsa
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
Standardized
Coefficients
Beta
t
-3.597
.538
.006
.004
.115
Suku_Bunga
-.017
.009
Nilai_Tukar
1.820
.138
Tingkat_Inflasi
Collinearity Statistics
Sig.
Tolerance
-6.683
.000
1.537
.130
.691
1.448
-.142
-1.861
.068
.669
1.495
.890
13.161
.000
.852
1.174
a. Dependent Variable: IHSG
Sumber : Output SPSS 16.0
a.
Variabel Tingkat Inflasi
Pada variabel tingkat inflasi ini memiliki nilai signifikasi sebesar 0,130, nilai
tersebut lebih besar dari 5% (0,130 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa pengujian
terhadap variabel ini menunjukkan Ha ditolak atau Ho diterima. Hasil ini
menunjukkan bahwa uji hipotesis penelitian ini adalah tingkat inflasi secara parsial
tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).
b.
VIF
Variabel Suku Bunga SBI
Pada variabel suku bunga SBI ini memiliki nilai signifikasi sebesar 0,068,
nilai tersebut lebih besar dari 5% (0,068 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa
pengujian terhadap variabel ini menunjukkan Ha ditolak atau Ho diterima. Hasil ini
menunjukkan bahwa uji hipotesis penelitian ini adalah suku bunga SBI secara parsial
tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).
54
c.
Variabel Nilai Tukar rupiah pada US dollar
Pada variabel nilai tukar ini memiliki nilai signifikasi sebesar 0,000, nilai
tersebut lebih kecil dari 5% (0,000 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa pengujian
terhadap variabel ini menunjukkan Ha diterima atau Ho ditolak. Hasil ini
menunjukkan bahwa uji hipotesis penelitian ini adalah nilai tukar secara parsial
berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).
4.6
Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Pada uji koefisien determinasi (R2) ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
jauhnya kemampuan model regresi dalam menjelaskan dari setiap variasi model
dependen. Nilai antara nol dan satu sering disebut juga sebagai nilai koefisien
determinasi,
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
nilai
R2
kecil
ialah
kemampuan-kemampuan variabel dependen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen yang terbatas. Jika nilai yang mendekati angka satu maka bisa dijelaskan
sebagai variabel-variabel independen memberikan hampir seluruh informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dari dependen. Pada koefisien
determinasi untuk data silang (crossection) tergolong relatif rendah disebabkan oleh
adanya variasi yang besar dari setiap pengamatan, sedangkan untuk data dalam
runtun waktu (time series) biasanya menggunakan nilai koefisien determinasi yang
tinggi. (Ghozali, 2011:173)
55
Tabel 4.6
Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
b
Model Summary
Model
1
R
R Square
.884a
Adjusted R
Square
.782
.770
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
.03805
.390
a. Predictors: (Constant), Nilai_Tukar, Tingkat_Inflasi, Suku_Bunga
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber : Output SPSS 16.0
Pada tabel diatas dijelaskan bahwa hasil dari estimasi didapatkan koefisien
determinadaasi yang telahdisesuaikan Adjusted R Square sebesar 0,770 dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa variabel dependen IHSG dijelaskan variabel
independen diantaranya tingkat inflasi (X1), suku bunga SBI (X2), nilai tukar (X3)
sebesar 77%. Sedangkan sisanya sebanyak (100% - 77% = 23%) dijelaskan oleh
variabel lain diluar penelitian. Besarnya nilai koefisien determinasi yang didapatkan,
telah disesuaikan (sebesar 0,770) menjelaskan bahwa model regresi yang digunakan
dalam penelitian adalah sedang mewakili observasi. Standart Error of Estimate (SEE)
sebesar 0,03805, maka makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin
tepat untuk memprediksi variabel IHSG.
4.7
Pembahasan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan pembahasan yang menjelaskan bahwa
indeks harga saham gabungan IHSG pada periode selama 2010-2014 sebanyak 5
tahun yang sangat berpengaruh terhadap nilai tukar dan tidak berpengaruh terhadap
tingkat inflasi dan suku bunga SBI. Dibawah ini akan dijelaskan pembahasan dari
hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti, sebagai berikut :
56
4.7.1 Tingkat Inflasi Berpengaruh Terhadap IHSG
Pada hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara
Tingkat Inflasi terhadap IHSG. Hasil ini dilihat dari nilai signifikasi Tingkat Inflasi
sebesar 0,130 > 0,05. Dengan demikian hipotesis pertama (H 1) yang menyatakan
bahwa Tingkat Inflasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap saham, ditolak.
Inflasi merupakan kecenderungan harga naik secara terus menerus atau dapat
diartikan sebagai penurunan nilai uang secara menyeluruh, makin tinggi kenaikan
harga makin turun nilai uang. Jadi para investor tidak perlu khawatir atau berhati-hati
jika terjadinya inflasi, harga IHSG tidak akan naik ataupun turun secara drastis malah
cenderung stabil. Pada penelitian ini digunakan teori inflasi keynes yang berarti
perekonomian sudah berada pada tingkat full employment. Analisa Keynes mengenai
inflasi permintaan dirumuskan berdasarkan konsep inflationary gap. Menurut
Keynes, inflasi permintaan yang benar-benar penting adalah yang ditimbulkan oleh
pengeluaran pemerintah, terutama yang berkaitan dengan peperangan, program
investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial dan ,menggunakan teori Portofolio
Markowits yang berarti cara pemberian bahan masukan kepada para investor di bursa
efek untuk menghindari risiko dan return yang diukur secara statistik untuk membuat
portofolio investasinya. Inflasi yang sangat tinggi dapat mengganggu perekonomian
secara umum karena selain dapat menurunkan daya beli juga bisa menurunkan nilai
mata uang juga meningkatkan resiko penurunan pendapatan riil masyarakat. Namun
hasil penelitian menunjukkan bahwa naik turunnya harga secara terus menerus tidak
berpengaruh kepada keputusan investor dalam memutuskan investasinya pada saham.
Sehingga harga saham juga tidak akan terpengaruh oleh naik tingkat inflasi yang
57
terjadi pada penelitian ini. Secara statistik dapat ditunjukkan dengan sebaran data
yang diteliti oleh peneliti yang menemukan bahwa tingkat inflasi cenderung
mengalami kenaikan tajam namun IHSG pada periode yang sama cenderung stabil,
sebagai contoh : pada bulan oktober 2010 tingkat inflasi mencapai 5,67%, terjadi
kenaikan pada bulan berikutnya november 2010 sebesar 6,33% namun di sisi lain
IHSG pada perusahaan manufaktur Kompas100 yang telah di bursa efek indonesia
saat itu cenderung stabil pada bulan yang sama, IHSG mencapai harga 3635,32 dan
3531,21. Pada bulan juni 2013 tingkat inflasi mencapai 5,90% terjadi kenaikan tajam
pada bulan juli 2013 yang mencapai 8,61% namun disisi lain IHSG pada perusahaan
Main Board saat itu cenderung turun atau stabil pada periode yang sama, IHSG
mencapai harga 4818,90 dan 4610,39. Dari paparan data tersebut dijelaskan bahwa
terjadi kenaikan tajam pada tingkat inflasi tetapi tidak berpengaruh pada IHSG yang
cenderung stabil pada periode yang sama.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Ni made (2011) dan Sumaya (2012) yang menyatakan bahwa tingkat inflasi
tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terdaftar di
BEI. Menurut Murhadi (2015:72) mengatakan ketika suatu negara mengalami
kenaikan inflasi yang tinggi yang bersifat uncertainty (tidak menentu) maka risiko
dari investasi dalam aset-aset keuangan akan meningkat dan kredibilitas mata uang
domestik akan melemah terhadap mata uang global. Tingkat inflasi biasanya diukur
melalui tingkat perubahan indeks harga konsumen atau Consumer Price Indeks
(CPI).
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian terdahulu dari
58
Divianto (2013) yang menyimpulkan hasil bahwa tingkat inflasi berpengaruh
signifikan terhadap IHSG yang terdaftar di BEI. Inflasi yang sangat tinggi
menyebabkan masalah ekonomi, namun hal tersebut tidak mempengaruhi masyarakat
dalam hal berdaya beli saham. Namun bagi pelaku saham khususnya investor kondisi
naiknya inflasi bukan faktor yang menyebabkan kepanikan pelaku saham sehingga
pelaku saham tidak terdorong untuk menjual atau membeli saham tersebut.
4.7.2 Suku Bunga Berpengaruh Terhadap IHSG
Pada hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara
Suku Bunga terhadap IHSG. Hasil ini dilihat dari nilai signifikasi Suku Bunga
sebesar 0,068 > 0,05. Dengan demikian hipotesis pertama (H 1) yang menyatakan
bahwa Suku Bunga mempunyai pengaruh signifikan terhadap saham, ditolak. Jika
terjadi naiknya suku bunga secara drastis tapi disisi IHSG masih stabil tidak ada
perubahan yang melonjak naik atau turun. Jadi para investor tidak perlu khawatir jika
suku bunga di dalam negeri melonjak tidak akan mempengaruhi harga saham
gabungan di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian ini digunakan teori inflasi keynes
yang berarti perekonomian sudah berada pada tingkat full employment. Analisa
Keynes mengenai inflasi permintaan dirumuskan berdasarkan konsep inflationary
gap. Menurut Keynes, inflasi permintaan yang benar-benar penting adalah yang
ditimbulkan oleh pengeluaran pemerintah, terutama yang berkaitan dengan
peperangan,
program
investasi
yang
besar-besaran
dalam
kapital
sosial
dan ,menggunakan teori Portofolio Markowits yang berarti cara pemberian bahan
masukan kepada para investor di bursa efek untuk menghindari risiko dan return
yang diukur secara statistik untuk membuat portofolio investasinya. Tingkat suku
59
bunga pinjaman mencerminkan biaya yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat
dari meminjam uang dan hal ini akan mempengaruhi kinerja bisnis melalui dua cara.
Pertama, interest rate akan mempengaruhi dalam menentukan harga dimana
perusahaan
harus
membayar
pinjaman
yang
telah
diterimanya.
Dengan
mengasumsikan ceteris paribus (hal-hal lain dianggap konstan) maka tingkat suku
bunga yang rendah berarti berkurangnya biaya bunga dan meningkatkan profit. Perlu
dicatat pula bahwa perubahan dalam interest rate akan mempengaruhi pola
pembelanjaan dari konsumen (consumer spending). Interest rate tidak hanya
mencerminkan biaya konsumsi saat ini dan masa akan datang, tetapi juga
mencerminkan harapan inflasi dan risiko kredit
Namun dalam penelitian ini disimpulkan bahwa turun naiknya suku bunga
SBI tidak mempengaruhi harga saham sehingga tidak mempengaruhi investor untuk
berinvestasi pada saham. Artinya bahwa investor tidak terpegaruh dalam berinvestasi
saham yang memperhitungkan naik turunnya suku bunga SBI. Secara statistik yang
ditunjukkan oleh penyebaran data yang dilakukan oleh peneliti yang menemukan
bahwa pada bulan februari dan maret 2012 suku bunga cenderung stabil yaitu sebesar
5,75% namun disisi lain IHSG pada perusahaan Kompas100, justru mengalami
kenaikan pada periode yang sama yaitu sebesar 3985,21 & 4121,55. Pada bulan
oktober dan november 2013 suku bunga SBI juga menunjukkan kestabilan yaitu
sebesar 7,25% disisi lain IHSG pada perusahaan Main Board justru mengalami
penurunan pada periode yang sama yaitu sebesar 4510,63 & 4256,44. Dari paparan
data tersebut menunjukkan bahwa naik turunnya atau kestabilan suku bunga SBI
tidak mempengaruhi harga IHSG.
60
Hal ini konsisten dengan adanya penelitian terdahulu oleh Sumaya (2012)
dan Ni Made (2011) menjelaskan bahwa suku bunga SBI tidak memiliki pengaruh
terhadap IHSG karena tingkat bunga berpengaruh negatif terhadap return pasar.
Faktor lain dari tidak berpengaruhnya variabel suku bunga SBI terhadap IHSG ini
dikarenakan tipe investor di Indonesia merupakan investor yang senang melakukan
transaksi saham dalam jangka pendek (trader/spekulan), sehingga investor
cenderung melakukan aksi profit taking dengan harapan memperoleh capital gain
yang cukup tinggi di pasar modal dibandingkan berinvestasi di SBI. Selain itu
perusahaan-perusahaan emiten yang memberikan dividen yang cukup tinggi bagi
pemegang sahamnya juga menjadi salah satu stimulus bagi investor untuk
berinvestasi di saham dibandingkan dalam bentuk surat berharga di pasar uang. Di
sisi lain, suku bunga SBI berfluktuatif, namun kecenderungan tendensi menurun dari
tahun 2000 sampai tahun 2009.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Divianto (2013) yang menyimpulkan bahwa variabel suku bunga SBI
memiliki pengaruh signifikan terhadap IHSG yang ada di BEI dikarenakan jika suku
bunga SBI mengalami kenaikan maka akan berpengaruh pada bunga deposito yang
bisa berdampak pula terhadap tingginya tingkat bunga kredit, sehingga investasi
dalam
perekonomian
akan
mengalami
penurunan.
Pertumbuhan
ekonomi
dipengaruhi oleh besar kecilnya investasi, secara otomatis investasi domestik
menurun yang berarti meningkatnya ketergantungan usaha domestik pada investor
luar negeri, yang mengakibatkan peningkatan aliran arus dollar AS ke dalam negeri.
Jika investasi menurun makan berdampak pada harga saham yang ada di BEI maka
61
indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami penurunan.
4.7.3 Nilai Tukar Berpengaruh Terhadap IHSG
Pada hasil uji statistik diperoleh bahwa ada pengaruh signifikan antara Nilai
Tukar terhadap IHSG. Hasil ini dilihat dari nilai signifikasi Nilai Tukar sebesar
0,000 > 0,05. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa
Suku Bunga mempunyai pengaruh signifikan terhadap saham, diterima. Jika terjadi
naiknya nilai tukar secara drastis maka berdampak pada harga saham yang ikut naik
mengikuti naiknya nilai tukar. Jadi para investor harus berhati-hati jika membeli atau
menjual saham pada saat nilai tukar naik karena nilai tukar berdampak pada harga
saham gabungan. Pada penelitian ini digunakan teori inflasi keynes yang berarti
perekonomian sudah berada pada tingkat full employment. Analisa Keynes mengenai
inflasi permintaan dirumuskan berdasarkan konsep inflationary gap. Menurut
Keynes, inflasi permintaan yang benar-benar penting adalah yang ditimbulkan oleh
pengeluaran pemerintah, terutama yang berkaitan dengan peperangan, program
investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial dan ,menggunakan teori Portofolio
Markowits yang berarti cara pemberian bahan masukan kepada para investor di bursa
efek untuk menghindari risiko dan return yang diukur secara statistik untuk membuat
portofolio investasinya. Dari data yang diolah menghasilkan setiap kenaikan nilai
tukar sebesar 4,0014 akan mengakibatkan kenaikan pada indeks harga saham
gabungan (IHSG) pada perusahaan Kompas100 sebanyak 3,6061. Hal ini telah
terbukti dari variabel nilai tukar yang berpengaruh terhadap IHSG. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Divianto (2013) yang
menjelaskan bahwa variabel nilai tukar berpengaruh terhadap indeks harga saham
62
gabungan (IHSG) yang ada di BEI. Pergerakan naik turunnya nilai tukar sangat
berpengaruh terhadap IHSG, semakin membaiknya atau stabilnya nilai tukar maka
keadaan perekonomian di suatu negara akan membaik dan sebaliknya jika nilai tukar
di suatu negara mengalami kenaikan yang drastis maka perekonomian negara itu
sedang mengalami keburukan atau krisis moneter.
Foreign Exchange rate mencerminkan berapa unit dari setiap mata uang lokal
yang dapat dipergunakan untuk membeli mata uang lainnya. Dampak dari perubahan
nilai tukar atas suatu bisnis tidak hanya dilihat dari penguatan atau pelemahan suatu
mata uang, tetapi juga dengan memperhatikan apakah negara tersebut adalah net
exporter atau net importer. Perubahan nilai tukar dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti tingkat suku bunga, inflasi, jumlah uang beredar defisit anggaran, perilaku
bank sentral yang terkait dengan independensi bank sentral, dan harapan pasar
(market expectation).
Pergerakan nilai tukar mencerminkan perubahan tingkat kelangkaan suatu mata
uang yang dikatakan bila nilai tukar US dollar melemah atau nilai tukar rupiah
menguat, karena mendapatkan satu unit US dollar jumlah rupiah yang dibutuhkan
semakin sedikit. Dan jika nilai US dollar menguat atau nilai tukar rupiah melemah,
untuk mendapatkan satu unit US dollar jumlah rupiah yang dibutuhkan semakin
banyak. Menguatnya nilai rupiah menyebabkan bahwa rupiah semakin langka.
Karena pertumbuhan permintaan rupiah lebih cepat daripada penawarannya,
begitupun sebliknya.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan adanya penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Ni Made (2011) dan Sumaya (2012) yang menyatakan bahwa
63
variabel nilai tukar tidak berpengaruh terhadap IHSG yang ada di BEI karena ketika
nilai kurs rupiah mengalami penguatan pada uang asing maka akan lebih banyak
investor yang akan menginvestasikan hartanya untuk membeli saham. Dikarenakan
adanya penguatan yang terindikasi yang menyatakan bahwa perekonomian suatu
negara sedang bagus. Namun sebaliknya, ketika kurs rupiah melemah menandakan
mata uang asing akan mengalami penguatan maka dapat disimpulkan perekonomian
di suatu negar tersebut sedang tidak baik.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dihasilkan analisis dan
pembahasan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap
indeks harga saham gabungan (IHSG), maka bisa disimpulkan bahwa :
1.
Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan yang
memiliki arah hubungan negatif atau memiliki sifat yang berlawanan arah, diartikan
jika terjadi kenaikan pada tingkat inflasi maka indeks harga saham gabungan (IHSG)
akan mengalami penurunan.
2.
Suku bunga SBI
tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan yang
memiliki arah hubungan negatif atau memiliki sifat yang berlawanan arah, diartikan
jika terjadi kenaikan pada suku bunga SBI maka indeks harga saham gabungan
(IHSG) akan mengalami penurunan.
3.
Nilai tukar rupiah terhadap US dollar berpengaruh signifikan terhadap indeks harga
saham gabungan yang memiliki hubungan positif atau memiliki hubungan yang
searah, diartikan jika terjadi kenaikan pada nilai tukar rupiah terhadap US dollar
maka indeks harga saham gabungan (IHSG) akan mengalami kenaikan.
63
64
5.2
Saran
Penenlitian
ini
dapat
ditarik
kesimpulan
diatas,
maka
peneliti akan
mengemukakan beberapa saran yang diharapkan bermanfaat bagi perusahaan maupun
pihak lain yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas peneliti ini. Saran yang
diberikan peneliti sebagai berikut :
1.
Sebaiknya peneliti berikutnya akan lebih lanjut membandingkan fundamental makro
ekonomi terhadap teori makro lainnya seperti Bursa Asing, Indeks LQ-45, dan
lain-lain. Sehingga bisa ditarik kesimpulan dari berbagai indeks manakah yang
paling berpengaruh terhadap fundamental makroekonomi dan diharapkan hasil dari
penelitian ini akan menambah wawasan mahasiswa yang akan mengambil penelitian
dalam penyusunan skripsi agar mengetahui pengaruh faktor-faktor ekonomi makro
dapat berpotensi pada kinerja bursa saham, bukan hanya berpengaruh pada faktor
internal saja melainkan faktor eksternal juga bisa mempunyai pengaruh pada bursa
saham indonesia.
2.
Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk para investor yang akan
berinvestasi dalam pengambilan keputusan apakah akan menjual saham, membeli
saham bahkan akan menahan saham yang mereka miliki karena adanya naik
turunnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar yang sedang terjadi di negara ini.
3.
Pada penelitian selanjutnya diharapkan bisa menggunakan metode lainnya supaya
membandingkan metode mana yang paling efektif untuk melakukan pengujian pada
65
variabel ini dan juga sebaiknya menambahkan variabel lain yang berkaitan dengan
indeks harga saham gabungan, maka bisa menghasilkan hasil yang jauh lebih baik .
66
DAFTAR PUSTAKA
Divianto. 2013. “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Nilai Kurs
Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa
Efek Indonesia”. Jurnal Ekonomi Dan Informasi Akuntansi (JENIUS). Vol. 3,
No. 2.
Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Investasi Teori Dan Soal Jawab. Jakarta: Salemba
Empat.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19”.
Edisi Lima. Semarang: Universitas Diponegoro.
Indrianto, Nur dan Supomo Bambang. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi & Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: Fakultas Ekonomika dan
Bisnis UGM.
Madura, Jeff. 2006. International Corporate Finance. Cetakan Kedelapan. Jakarta:
Salemba Empat
Manurung, Mandala dan Rahardja Prathama. 2004. Uang Perbankan dan Ekonomi
Moneter. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Natarsyah. 2003. “Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Resiko
Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi
yang Go-Public di Pasar Modal Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,
Vol.15, No.3, Hal 294-312.
Made, Ni dan Ica Rika. 2011. “Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar, Inflasi dan
Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di BEI”. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia.
Pohan, Aulia. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter dan Implikasinya di Indonesia.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Pratikno, Deddy. 2009. “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI dan
Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan IHSG di BEI”. Jurnal economic
Univercity Sumatra Utara Medan, pp:16-99.
Samsul, Muhammad. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta:
Erlangga.
67
Santosa, Purboyo Budi dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Miscrosoft Excel
dan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Santoso.Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Media
Komputindo Kelompok Gramedia.
Soeratno dan Arsyad.2008.Metodologi Penelitian. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Suci, Suramaya. 2012. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Pertumbuhan PDB
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”. Jurnal Ekonomi Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Musi Palembang.
Suhaedi. 2000. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Rasio Profitabilitas dan Beta Akuntansi
Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Keuangan & Bisnis Vol.
6, No. 4,
September.
Sukirno, Sadono. 2006. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Suraniyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima. Yogyakarta:
UPP
STIM YKPN.
Triyono. 2008. “Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika”.Jurnal
Ekonomi Pembangunan. Vol.9 No. 2, Desember 2008 : 156-167. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
www.bi.go.id
www.bisnis.tempo.co
www.rri.co.id
68
Lampiran A Data Mentah
no
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
bulan
Jan
feb
mar
apr
mei
jun
jul
agus
sep
okt
nov
des
Jan
feb
mar
apr
mei
jun
jul
agus
sep
okt
nov
des
Jan
feb
mar
apr
mei
jun
jul
agus
sep
okt
tingkat inflasi (%)
3.72
3.81
3.43
3.91
4.16
5.05
6.22
6.44
5.8
5.67
6.33
6.96
7.02
6.84
6.65
6.16
5.98
5.54
4.61
4.79
4.61
4.42
4.15
3.79
3.65
3.56
3.97
4.5
4.45
4.53
4.56
4.58
4.31
4.61
suku bunga (%)
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.75
6.75
6.75
6.75
6.75
6.75
6.75
6.75
6.5
6
6
6
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
nilai tukar (rupiah)
8932.14
8731.44
8817.57
8826.6
8443.63
8231.63
8348.66
8527.92
8907.12
9252.61
9354.09
9442.38
9498.12
9492.05
9358.17
9668.71
9693.41
9615.82
9725.12
9473.42
9450.63
9496.34
9620.71
9704.09
9979.84
10214.63
10200.04
10011.58
9790.04
9925.82
10247.16
10475
10465.6
10396.95
IHSG
2610.8
2549.03
2777.3
2971.25
2796.96
2913.68
3069.28
3081.88
3501.3
3635.32
3531.21
3703.51
3409.17
3470.35
3678.67
3819.62
3836.97
3888.57
4130.8
3841.73
3549.03
3790.85
3715.08
3821.99
3941.69
3985.21
4121.55
4180.73
3832.82
3955.58
4142.34
4060.33
4262.56
4350.29
69
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
nov
des
Jan
feb
mar
apr
mei
jun
jul
agus
sep
okt
nov
des
Jan
feb
mar
apr
mei
jun
jul
agus
sep
okt
nov
4.32
4.3
4.57
5.31
5.9
5.57
5.47
5.9
8.61
8.79
8.4
8.32
8.37
8.38
8.22
7.75
7.32
7.25
7.32
6.7
4.53
3.99
4.53
4.83
6.23
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
6
6.5
6.5
7
7.25
7.25
7.5
7.5
7.5
7.5
7.5
7.5
7.5
7.5
7.5
7.5
7.5
7.6
10546.51
10623.14
10698.16
10514.2
10553.07
10615.89
10170.75
9793.73
9702.56
10012.26
10991.37
11290.81
11291.87
11314.37
11226.58
11143.74
10812.13
11113.31
11196.64
11605.71
11451.07
11366.87
11232.89
11101.19
10961.33
4276.14
4316.69
4453.7
4795.79
4940.99
5034.07
5068.63
4818.9
4610.38
4195.09
4316.18
4510.63
4256.44
4274.18
4418.76
4620.22
4768.28
4840.15
4893.9
4878.58
5088.8
5136.86
5137.58
5089.55
5149.88
60
des
8.36
7.75
10685.5
5266.94
70
Lampiran B Hasil Output SPSS
Tabel 4.1.1
Hasil Statistik Deskriptif Tiap Variabel
Descriptive Statistics
Sumber : Output SPSS 19.0
Tabel Normalitas
Hasil Uji Kolmogorow-Smirnov
One-Sample Kolmogorow-Smirnov Test
Sumber : Output SPSS 16.0
71
Tabel Multikolonearitas
Hasil Uji Multikolonearitas
Collinearity Statistic
Model
Tolerance
VIF
1 (Constant)
Tingkat_Inflasi ,691
1,448
Suku_Bunga
,669
1,495
Nilai_Tukar
,852
1,174
Sumber : Output SPSS 16.0
Tabel Autokorelasi
Hasil Uji Durbin-Watson (DW)
Sumber : Output SPSS 16.0
72
Tabel Heteroskedastisitas
Hasil Uji Gletser
Coefficientsa
Sumber : Output SPSS 16.0
Tabel 4.3
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Sumber : Output 16.0
73
Tabel 4.4
Hasil Uji F Secara Simultan
ANNOVAb
Sumber : Output SPSS 16.0
Tabel 4.5
Hasil Uji t (Uji Hipotesis)
Coefficientsa
Sumber : Output SPSS 16.0
74
Tabel 4.6
Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Sumber : Output SPSS 16.0
75
76
Download