PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Nurul Habibah Nasyahtha Dilla Salman NIM : B12.2012.02073 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : Akuntansi - S1 Judul Skripsi : PENGARUH FUNDAMENTAL MACROEKONOMIC TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan apabila di kemudian hari ditemukan adanya bukti plagiat, manipulasi dan / atau pemalsuan data maupun bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Semarang, 22 Februari 2016 (Nurul Habibah N. D. S) ii PENGESAHAN SKRIPSI Nama : Nurul Habibah Nasyahtha Dilla Salman NIM : B12.2012.02073 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : Akuntansi - S1 Judul Skripsi : PENGARUH FUNDAMENTAL MACROECONOMIC TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Dosen Pembimbing : Ririh Dian Pratiwi, SE, MSi, AK, CA Semarang, 22 Februari 2016 Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Dosen Pembimbing (Dr. Agus Prayitno, MM) (Ririh Dian Pratiwi, SE, MSi, AK, CA) iii PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI Nama : Nurul Habibah Nasyahtha Dilla Salman NIM : B12.2012.02073 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : Akuntansi - S1 Judul : PENGARUH FUNDAMENTAL MACROECONOMIC TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal Maret 2016 Tim Penguji : 1. Ririh Dian Pratiwi, SE, MSi, AK, CA (....................................) 2. Yulita Setiawanta, S.E, MSi, AK, CA (....................................) 3. Enny Susilowati, M, MSi, AK, CA (....................................) iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto : Man Jadda Wajada, Man Shabara Zhafira, Man Saara Ala Darbi Washala (Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil, siapa yang bersabar akan beruntung, siapa yang berjalan di jalannya akan mencapai tujuan). Hasbunallah Wa Ni’mal Wakil Ni’mal Maula Wa Ni’mannasir. Everything should be made as simple as possible, but not simpler. Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. (HR Muslim) Skripsi ini ku persembahkan untuk : Ibuku tercinta, Bapak dan Saudara saya yang selalu memberikan doa dan inspirasi Semua teman-teman seperjuangan yang sudah menemani disaat senang dan sedih. Almamaterku v ABSTRAKSI Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan cerminan perekonomian Indonesia, saat IHSG menunjukkan peningkatan berarti perekonomian Indonesia berada dalam keadaan yang kondusif dan sebaliknya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris dan untuk mengetahui pengaruh fundamental macroeconomic terhadap indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010-2014, dimana fundamental macroeconomic itu sendiri terdiri dari tingkat inflasi, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah pada US dollar. Penelitian ini menggunakan data dari BEI yang mempunyai sampel sebanyak 60 data terdiri dari data bulanan seluruh variabel selama periode tahun 2010 sampai 2014. Sumber data menggunakan data sekunder dan jenis data adalah data dokumenter. Metode analisis menggunakan analisis deskriptif, analisis regresi berganda, uji kualitas data, dan koefisien determinasi. Hasil penelitian ditemukan tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). Suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). Nilai tukar rupiah pada US dollar berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). Kata Kunci : inflasi, bunga, US dollar, IHSG vi ABSTRACT Composite Stock Price Index (CSPI) is a reflection of the Indonesian economy, while CSPI showS a significant increase of Indonesia's economy is in a state conducive and vice versa. This study aims to test empirically and to determine the influence of the macroeconomic fundamentals on composite stock price index in Indonesia Stock Exchange over the period 2010 to 2014, the macroeconomic fundamentals which itself consists of SBI interest rate, the exchange rate on the US dollar and inflation. This study uses data from the Stock Exchange that have sample of 60 data consists of monthly data all variables the period 2010 to 2014. The data source using secondary data and the type of data is data documentary. The methods of analysis use descriptive analysis, multiple regression analysis, test of data quality, and the coefficient of determination. The results of the study find the rate of inflation has no influence on composite stock price index (CSPI). SBI interest rate has no influence on composite stock price index (CSPI). The rupiah exchange rate on the US dollar has an influence on composite stock price index (CSPI). Keywords: inflation rates, SBI interest rate, the rupiah exchange rate on the US dollar, CSPI. vii KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah hidayah serta kasih sayang-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH FUNDAMENTAL MACRORCONOMIC TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi di Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki dalam penyelesaian skripsi penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan rintangan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka segala macam hambatan dapat teratasi. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Ibu Ririh Dian Pratiwi, SE, MSi, AK, CA selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya dengan penuh sabar dan teliti untuk memberikan bimbingan, ilmu, motivasi serta mengarahkan kepada penulis dalam pembuatan dan penulisan skripsi, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Bapak Dr. Agus Prayitno, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis viii Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 4. Bapak Yulita Setiawanta, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi dan Penguji Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 5. Bapak Bambang Minarso, SE, M.Si, AK selaku Dosen Wali Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 6. Ibu Enny Susilowati, M, MSi, AK, CA selaku Dosen Penguji Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro. 7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama studi. 8. Bapak dan Mamah tercinta yang telah menjadi orang tua terbaik, terlucu, ternyaman yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan kasih sayang kepada penulis selama studi dan penyusunan skripsi untuk keberhasilan penulis skripsi agar terselesaikan dengan cepat dan benar. 9. Saudaraku tercinta Pra Maulida Zolanisa Salman, Isalah Salsabila Salman dan Tsuraya Haritsa Salman atas dukungan yang besar selama penyusunan skripsi. 10. Keponakanku yang pertama Muhammad Ardzaky Zain yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Sahabatku Lupita Anang yang selalu menemani, memotivasi dan memberikan masukan dalam pembuatan skripsi ini. 12. Teman-temanku Tim A yaitu : Eka, Viko, Bayu, Fakih, Katon dan Hesti yang telah memotivasi untuk dengan cepat menyelesaikan skrisi ini dan semoga kalian cepat menyusul. ix 13. Rekan-rekan Mahasiswa angkatan 2012 Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro. 14. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki, sehingga skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak agar kelak di kemudian hari penulis dapat menghasilkan karya yang lebih baik dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis, tetapi juga bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan. Semarang, 24 Februari 2016 Nurul Habibah N. D. S x DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul ..................................................................................................... i Pernyataan Keaslian Skripsi ................................................................................. ii Pengesahan Skripsi ................................................................................................ . iii Pengesahan Kelulusan Ujian ................................................................................. iv Motto dan Persembahan ......................................................................................... v Abstraksi .................................................................................................................. vi Abstrak ................................................................................................................ vii Kata Pengantar ..................................................................................................... viii Daftar Isi .............................................................................................................. xi Daftar Gambar ..................................................................................................... xii Daftar Tabel ......................................................................................................... xiii BAB I BAB II PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 6 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7 1.5. Sistematika Penelitian ..................................................................... 7 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9 2.1.Landasan Teori ............................................................................ 9 2.1.1. Teori Portofolio ................................................................. 9 2.1.2. Teori Inflasi ........................................................................... 10 2.1.3. Pengertian Suku Bunga ....................................................... 14 2.1.4. Nilai Tukar (Kurs) ............................................................. 15 2.1.5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ............................ 17 2.1.6. Pengertian Pasar Modal ..................................................... 19 2.1.7. Pengertian Fundamental Macroeconomic .......................... 21 2.2.Penelitian Terdahulu .................................................................... 22 xi BAB III BAB IV 2.3.Kerangka Konseptual .................................................................. 23 2.4.Hipotesis Penelitian .................................................................... 24 2.4.1. Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap IHSG............................. 25 2.4.2. Pengaruh Suku Bunga SBI Terhadap IHSG ......................... 25 2.4.3. Pengaruh Nilai Tukar Terhadap IHSG ................................. 26 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 27 3.1.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 27 3.1.1 Variabel Penelitian ............................................................... 27 3.1.2 Definisis Operasional Variabel ............................................. 28 3.2.Populasi dan Sampel ................................................................... 30 3.2.1 Populasi ............................................................................... 30 3.2.2 Sampel ................................................................................. 31 3.3.Jenis dan Sumber Data ................................................................ 32 3.3.1 Jenis Data ............................................................................. 32 3.3.2 Jenis Data Menurut Sifatnya ................................................. 32 3.3.3 Sumber Data ........................................................................ 33 3.4.Metode Pengumpulan Data ......................................................... 34 3.5.Metode Analisis .......................................................................... 35 3.5.1 Statistik Deskriptif ............................................................... 35 3.5.2 Uji Kualitas Data .................................................................. 36 3.5.3 Analisis Regresi Berganda .................................................... 39 3.5.4 Uji Hipotesis ........................................................................ 40 3.5.5 Koefisien Determinasi .......................................................... 41 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 43 4.1.Hasil Penelitian ........................................................................... 43 4.1.1. Statistik Deskriptif ............................................................. 43 4.2.Analisis Data .............................................................................. 45 4.2.1. Uji Asumsi Klasik ............................................................. 45 4.3.Regresi Berganda ........................................................................ 50 xii BAB VI 4.4.Uji F (Uji Model) ........................................................................ 51 4.5.Uji t (Uji Hipotesis) .................................................................... 52 4.6.Analisis Koefisien Determinasi ................................................... 54 4.7.Pembahasan ................................................................................ 55 4.7.1. Variabel Tingkat Inflasi ..................................................... 56 4.7.2. Variabel Suku Bunga ......................................................... 58 4.7.3. Variabel Nilai Tukar .......................................................... 60 PENUTUP.......................................................................................... 63 5.1. Kesimpulan ............................................................................... 63 5.2. Saran ......................................................................................... 64 DAFTAR PUSTAKA xiii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.2.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 22 Tabel 4.1.1 Hasil Statistik Deskriptif Tiap Variabel ............................................... 43 Tabel 4.3 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda .............................................. 50 Tabel 4.4 Hasil Uji F Secara Simultan ............................................................... 52 Tabel 4.5 Hasil Uji t (Uji Hipotesis) .................................................................. 53 Tabel 4.6 Hasil Analisis Koefisien Determinasi ................................................. 55 xiv DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ........................................................................ xv 24 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Data Mentah Lampiran B Hasil Output SPSS xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian pada tahun 2014 semakin sulit, ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah yang hampir mendekati Rp 14.700 per dollar Amerika Serikat (AS). Dengan situasi ini Indonesia akan dipredikasikan cepat atau lambat akan mengalami badai krisis keuangan seperti tahun-tahun sebelumnya, termasuk halnya terjadinya pelarian modal asing (capital outflow) besar-besaran saat ini. Sementara kinerja ekspor sebagai sumber devisa negara terus merosot. Jika harga saham turun maka secara otomatis obligasi suatu perusahaan akan menurun tingkat pembeliannya. Langkah perusahaan mengobral harga sahamnya juga tidak menyelesaikan masalah merosotnya harga saham saat itu. Tetapi dari pemerintah belum ada upaya meningkatkan perekonomian dalam jangka pendek. Akhir tahun 2014 sangat tidak menggembirakan karena nilai tukar rupiah yang melorot tajam. Nilai tukar rupiah akan berubah setiap waktu berdasarkan keadaan suatu wilayah. Nilai mata uang akan cenderung meningkat apabila permintaan lebih besar daripada pasokan yang tersedia, sedangkan nilai mata uang akan turun jika permintaan kurang dari suplai yang tersedia. Permintaan dan penawaran atas hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor kegiatan dalam bisnis suatu negara, baik secara eksternal maupun internal. Faktor yang menyebabkan nilai tukar mata uang berfluktuasi adalah tingkat suku bunga, tingkat inflasi, neraca 1 2 perdagangan, hutang publik, tingkat rasio ekspor impor, hasil produksi domestik, tingkat pengangguran, tingkat pendapatan, dan kestabilan politik. Melemahnya harga rupiah pada 2015 yang sempat hampir menembus nominal Rp 15.000,00 per satu dollar Amerika Serikat sangat perlu diwaspadai karena ekonomi makro Indonesia memerlukan kestabilan bukan labil. Nilai rupiah yang berubah-ubah tidak stabil akan mempengaruhi ekonomi makro Indonesia. Secara garis besar atau secara umum ada 3 hal yang mempengaruhi ekonomi makro Indonesia. Pertama, berhubungan dengan nilai tukar rupiah yang harus seimbang antara nilai permintaan dan penawaran terhadap mata uang negara atau mata uang asing. Merosotnya nilai mata uang di Indonesia merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing untuk pembayaran internasional. Dampak selanjutnya yang akan terjadi adalah meningkatnya biaya impor bahan baku dan juga dapat berdampak pada harga saham yang menurun. Kedua, adalah tingkat suku bunga yang ada di Indonesia mengalami peningkatan dan berdampak pada investasi di Indonesia yang semakin mahal tentunya. Ketiga yaitu terjadinya Inflasi, meningkatnya harga-harga secara ukmum dan kontinu, akibat konsumsi masyarakat yang meningkat, dan berlebihnya likuiditas di pasar yang memicunya konsumsi dan spekulasi. Faktor lainnya yang mempengaruhi adalah ekonomi dunia yang memburuk yang membuat saham bursa dijual. Untuk meredam kuatnya tekanan depresiasi 3 rupiah, Bank Indonesia mengambil alih penyediaan sebagian besar kebutuhan valas untuk pembayaran impor di Indonesia. Tingginya inflansi dan suku bunga bank akan menyebabkan beban operasional perusahaan semakin berat serta akan mempengaruhi kinerja keuangan badan usaha. Namun, meningkatnya suku bunga merupakan peluang investasi yang cukup menjanjikan bagi investor deposito. Semua ini pada akhirnya akan berdampak pada harga saham di pasar modal. Kenaikan bunga yang agresif bisa memperkuat rupiah, tetapi indeks harga saham gabungan (IHSG) akan anjlok karna investor lebih suka menabung di bank. Apabila suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) naik maka akan diikuti dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan begitu pula sebaliknya. Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi nasional pada 2014 mencapai 8,36 persen atau sedikit lebih rendah dari laju inflasi pada 2013 sebesar 8,38 persen. Inflasi meski rendah dari tahun 2013 meskipun sama-sama tinggi, akibat terjadi kenaikan BBM. Tingkat inflasi yang relatif tinggi ini dipengaruhi oleh komoditas yang harganya berfluktuasi sepanjang tahun 2014, diantaranya bensin yang menyumbang andil 1,04 persen. Pasar modal sangat memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, karena Indeks Harga Saham Gabungan dapat menjadi leading indicator economic pada suatu negara. Jika pergerakan pasar mengalami peningkatan atau penurunan maka nilai-nilai dari saham yang tercatat dan tercermin melalui pergerakan indeks atau sering dikenal sebagai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Peregerakan indeks itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya 4 faktor dari luar negeri (eksternal) dan faktor dalam negeri (internal). Contoh dari faktor itu sendiri bisa muncul dari indeks bursa asing negara lain (Dow Jones, Strait Times, NYSE), pergerakan dari harga minyak tanah, harga emas dunia, dan adanya kejadian yang mempengaruhi keamanan dan stabilitas perekonomian dunia seperti kerusuhan suatu negara maupun serangan teroris. Kemudian, yang termasuk faktor internal bisa disebabkan oleh tingkat inflasi, kurs mata uang, suku bunga, tingkat pendapatan nasional, dan jumlah uang beredar yang ada di negara tersebut. Uraian itu menggambarkan bahwa saham tidak memberikan kepastian hasil (return). Karena tidak ada kepastian return tersebut, saham tergolong investasi yang berisiko (risky asset). Sebaliknya, obligasi memberikan kepastian return sehingga disebut investasi bebas berisiko (riskfree asset). Oleh karena itu, investasi dalam saham memerlukan pertimbangan yang lebih cermat dibandingkan investasi dalam obligasi. Investasi tidak akan terlepas dari risiko (risk), semakin besar risiko yang didapatkan para investor semakin besar pula return yang didapatnya. Jadi, berinvestasi juga harus tahan terhadap risiko yang terjadi pada suatu perusahaan yang ditanamkan investasi pada investor. Menurut Fahmi (2012:151) pasar modal adalah tempat berbagai pihak, khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond), dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal di suatu perusahaan. Tetapi jika suatu perusahaan menanamkan investasinya ke bursa efek dan mengalami kerugian, maka tidak akan menambah dana bisa jadi mengalami kebangkrutan total. Krisis yang menyebabkan 5 penurunan harga saham gabungan salah satunya adalah melemahnya nilai tukar uang atau kurs, selain itu dipengaruhi juga oleh beberapa hal misalnya tingkat inflasi, suku bunga yang ada di suatu negara yang bisa menyebabkan turunnya harga saham gabungan. Penelitian mengenai faktor-faktor tentang IHSG telah dilakukan oleh peneliti Divianto (2013:194) yang mengemukakan bahwa IHSG dapat dijelaskan oleh variabel inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan nilai tukar. Namun, dari ketiga variabel tersebut hanya inflasi yang berpengaruh signifikan terhadap IHSG, suku bunga dan tingkat kurs tidak berpengaruh terhadap IHSG. Hal ini berbeda dengan penelitian dari Ni Made (2011:3303) yang menyatakan bahwa variabel suku bunga SBI, nilai tukar dan inflasi tidak berpengaruh terhadap IHSG. Hal ini didukung dengan penelitian oleh Suramaya (2012:63) yang menyimpulkan bahwa tingkat inflasi, suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap IHSG tetapi kurs rupiah berpengaruh dan signifikan terhadap IHSG yang artinya semakin kuat kurs rupiah terhadap US dollar (rupiah terapresiasi) maka akan meningkatkan harga saham dan sebaliknya. Dari perbedaan hasil penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk meneliti dan mereplikasi jurnal dari Divianto (2013:165) yang bisa berbeda antar varibelnya. Peneliti tertarik mereplika jurnal dari Divianto dikarenakan jurnal tersebut sangat selektif dalam pembahasan variabel yang terkait dengan judul pada skripsi ini. Tujuan peneliti mengangkat judul ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan antara fundamental macroeconomic yang terdiri dari (tingkat inflasi, suku bunga SBI, nilai tukar) terhadap pergerakan IHSG yang terdaftar di BEI dari tahun 6 2010-2014. Sehingga judul penelitian ini adalah “Pengaruh Fundamental Macroeconomic Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Apakah tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan ? 2. Apakah Tingkat Inflansi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan ? 3. Apakah Kurs Rupiah berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan ? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 2. Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 3. Untuk mengetahui pengaruh Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi dan Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan perusahaan manufaktur. 7 1.4.1 1. Manfaat penelitian ini bagi : Penulis Penulis dapat mengerti dengan jelas tentang Indeks Harga Saham Gabungan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta pengaruh apa saja jika terdapat Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Kurs Rupiah pada Indeks Harga Saham Gabungan. 2. Perusahaan Penelitian ini diharapkan bisa memberi masukan yang berguna dalam hal kenaikan Inflansi, Suku Bunga, Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 3. Akademik Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi kepada mahasiswa akhir yang sedang menulis tugas akhir dengan topik yang sama. 1.5 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dan dirancang dalam lima bab yang terdiri dari : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tentang landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka konseptual atau kerangka fikir, dan hipotesis penelitian. 8 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berisi tentang varibel penelitian dan definisi operasional, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang hasil penelitian, analis data dan pembahasan. BAB V : PENUTUP Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran-saran peneliti yang didasarkan atas hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Portofolio Pendekatan portofolio menekankan pada psikologi bursa yang diartikan sebagai hipotesis tentang bursa, yaitu hipotesis pasar efisien (Natarsyah, 2003:300). Pasar efisien itu sendiri adalah pasar modal yang berisi sekuritas yang nilai pasarnya selalu menyesuaikan secara cepat dan langsung apabila terjadi perubahan nilai intrinsik dari asset yang menjadi dasar dikeluarkannya sekuritas tersebut. Jadi apabila saham suatu perusahaan tidak berubah harga pasarnya padahal perusahaan tersebut mengalami suatu kondisi yang mempengaruhi bisnisnya dan informasi tentang hal itu telah tersebar kepada publik, berarti pasar modal itu tidak lah efisien. A. Model Portofolio Markowits Pengertian dari model portofolio yang diasumsikan oleh Markowits adalah cara pemberian bahan masukan kepada para investor di bursa efek untuk menghindari risiko dan memberikan keuntungan secara maksimal pada setiap pengambilan keputusan investasi. Teori portofolio berkaitan dengan estimasi investor tehadap ekspektasi risiko dan return, yang diukur secara statistik untuk membuat portofolio investasinya. Markowitz menjabarkan cara mengkombinasikan aset ke dalam diversifikasi portofolio yang efisien. Dalam portofolio ini, risiko dapat dikurangi dengan menambah jumlah jenis aset ke dalam portofolio dan tingkat expected return dapat naik jika investasinya terdapat perbedaan pergerakan harga 9 10 dari aset-aset yang dikombinasi tersebut B. Asumsi-asumsi dalam Teori Markowits Adapun asumsi dari teori Markowits mengatakan bahwa ada beberapa asumsi yang dibuat acuan dalam teori portofolio diantaranya adalah : 1. Waktu yang dugunakan dalam acuan adalah satu periode. 2. Tidak terdapat biaya transaksi. 3. Preferensi investor hanya didasarkan pada ekspektasi imbal hasil (return) dan resiko dari portofolio. 4. Tidak adanya pinjaman dan simpanan bebas risiko. Jika seorang investor berkeinginan untuk memaksimumkan keuntungan yang diharapkan daripada portofolio, dana diletakkan dalam sekuritas yang mempunyai harapan keuntungan yang maksimal. 2.1.2 Teori Inflasi Menurut Divianto (2013:169) teori inflansi dibagi menjadi 4 jenis diantaranya adalah : 1. Teori Inflasi Klasik Teori ini berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai uang dengan jumlah uang, serta nilai uang dan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari pertambahan barang maka nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan harga. Jadi asumsi klasiknya, inflansi berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi maka obatnya adalah membatasi jumlah peredaran uang dan kredit. Pendapat klasik tersebut lebih jauh dapat 11 dirumuskan sebagai berikut : Inflasi = f(jumlah uang beredar,jumlah kredit). 2. Teori Inflasi Keynes Teori ini mengansumsikan bahwa perekonomian sudah berada pada tingkat full employment. Menurut keynes kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap tingkat permintaan total, karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun tingkat kuantitas uang tetap konstan. Analisa Keynes mengenai inflasi mengenai inflasi permintaan dirumuskan bedasarkan konsep inflationary gap. Menurut Keynes, inflasi permintaan yang benar-benar penting adalah yang ditimbulkan oleh pengeluaran pemerintah, terutama yang berkaitan dengan peperangan, program investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial. Dengan demikian pemikiran Keynes tentang inflasi dapat dirumuskan menjadi : Inflasi = f(jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku bunga, investasi) 3. Teori Inflansi Moneterisme Teori ini berpendapat bahwa, inflasi disebabkan oleh kebijaksanaan monoter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat sangat berlebihan. Kelebihan uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor riil. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif, atau melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atau kurs valuta asing. Sehingga teori inflasi menurut Moneterisme dapat dinotasikan 12 sebagai berikut : Inflasi = f(kebijakan moneter ekspansif, kebijakan fiskal ekspansif) 4. Teori Ekspektasi Teori ini berpendapat bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logik untuk mecapai tujuan berdasarkan informasi yang ada. Artinya secara sederhana teori ekspektasi dapat dinotasikan menjadi : Inflasi = f(ekspektasi adaftif, ekspektasi rasional). Dari keempat jenis teori inflasi yang telah dikemukakan oleh Divianto (2013:169) dapat disimpulkan bahwa untuk perhitungan tingkat inflasi dapat dihitung melalui rumus sebagai berikut : Harga Sekarang IHK = A. X 100 Harga pada Tahun Dasar Pembagian Inflansi Berdasarkan munculnya inflansi, maka inflansi dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Inflansi Domestik (domestic inflansion) Inflansi domestik terjadi karena faktor situasi dan kondisi yang terjadi di dalam negeri, karena kebijakan mengeluarkan deregulasi yang 2. pemerintah (government policy) dalam mampu mempengaruhi kondisi kenaikan harga. Inflansi Impor (imported inflation) Inflansi impor disebabkan faktor situasi dan kondisi yang terjadi di luar 13 negeri, seperti terjadinya goncangan ekonomi di Amerika Serikat yang berpengaruh pada naiknya harga barang yang berasal dari sana. B. Tingkat Inflasi Berdasarkan inflasi menurut Fahmi (2012:265), berdasarkan sifatnya dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Merayap (Crepping Inflation) Laju inflasi yang rendah (kurang dari sepuluh persen pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan presentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama. 2. Inflasi Menengah (Galloping Inflation) Ditandai dengan kenaikan harga cukup besar dan kadang kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang artinya harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan lalu dan seterusnya. 3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation) Inflasi yang paling parah dengan di tandai dengan kenaikan harga sampai lima atau enam kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja. C. Dampak Terjadinya Inflasi Inflasi memiliki dampak negatif dan positif, tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian yang lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan 14 investasi. Sebaliknya, dalam inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadinya inflasi tak terkendali (hyper inflasi), keadaan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung atau berinvestasi, dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. 2.1.3 Pengertian Suku Bunga Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan mengeluarkan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya lebih banyak dalam bentuk tabungan. Suku bunga juga sebuah harga masa kini dan masa yang akan datang yang ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran. Suku bunga yang menjadi sampel penelitian ini adalah suku bunga SBI, yang artinya SBI yaitu surat berharga atas unjuk rupiah yang diterbitkan atau dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI). Suku bunga Sertifikat Bank Indonesiac(SBI) yang digunakan adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dalam jangka satu bulan. Pengukuran yang digunakan yaitu dalam bentuk satuan persen. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless), dan seluruh kepemilikan maupun transaksinya dicatat dalam sarana Bank Indonesia Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS). Pihak yang boleh memperoleh atau memiliki SBI adalah bank umum dan masyarakat. Bank dapat membeli SBI di pasar perdana sementara masyarakat hanya diperbolehkan membeli di pasar sekunder. Penerbitan SBI di pasar perdana dilakukan secara mekanisme lelang pada tiap hari rabu atau jam kerja berikutnya (dalam hal hari dimaksudkan adalah hari libur). Peserta lelang SBI terdiri dari bank umum dan pialang besar uang Rupiah dan Valas. (www.bi.go.id). Metode lelang penerbitan SBI dilakukan dengan 2 cara yaitu melalui 15 Variable Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia). Dan yang kedua yaitu Fixed Rate Tender (peserta langsung mengajukan lelang penawaran keuantitas dengan tingkat disko nto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia). “Jika BI Rate Turun atau Tetap maka saham-saham kontruksi, property dan banking akan bergerak naik. Tapi, jika BI Rate naik maka yang terjadi adalah sebaliknya. Meskipun tidak bisa dijadikan patokan karena dalam kondisi tertentu market bisa saja anomali.” Menurut Divianto (2013) perhitungan suku bunga SBI yaitu : Jumlah suku bunga SBI periode harian slm 1 bln Rata-Rata Suku Bunga SBI = Jumlah suku bunga SBI periode waktu slm 1 bln Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berdasarkan surat Edaran Bank tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga dalam rupiah yang diterbitkan langsung oleh Bank Indonesia sebagaimana pengakuan hutang dalam jangka pendek dengan menggunakan sistem diskonto (penetapan tingkat bunga). 2.1.4 Nilai Tukar (Kurs) Menurut Triyono (2008:231) kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Kurs mata uang asing mengalami perubahan nilai yang terus menerus dan relatif tidak stabil. Perubahan nilai ini dapat terjadi karena adanya perubahan permintaan dan penawaran atas suatu kurs mata uang asing pada 16 masing-masing pasar pertukaran valuta dari waktu ke waktu. Sedangkan perubahan permintaan dan penawaran itu sendiri dipengaruhi oleh adanya kenaikan relatif tingkat bunga baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri terhadap negara. Apresisi atau depresi akan terjadi apabila negara menganut kebijakan kurs mengambang bebas (free floating exchange rate) sehingga kurs akan ditentukan oleh mekanisme pasar. Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa prospek perekonomian Indonesia suram. Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi apabila faktor fundamental perekonomian indonesia tidaklah kuat (Sunariyah, 2006:125). Hal ini tentunya menambah resiko bagi investor apabila hendak berinvestasi di bursa saham Indonesia. Investor tentunya akan menghindari resiko, sehingga investor akan cenderung melakukan aksi jual dan menunggu hingga situasi perekonomian dirasakan membaik. Aksi jual yang dilakukan investor ini akan mendorong penurunan indeks harga saham di BEI. A. Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar Kurs valuta asing atau juga sering disebut kurs uang asing yang menunjukan harga atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs mata uang asing bisa juga diartikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk bisa memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2006:97). Menurut Divianto (2013:174) perhitungan nilai tukar rupiah pada US dollar yaitu : Kurs Tangah = (Kurs Jual + Kurs Beli) ÷ 2 17 Pergerakan nilai tukar mencerminkan perubahan tingkat kelangkaan suatu mata uang yang dikatakan bila nilai tukar US dollar melemah atau nilai tukar rupiah menguat, karena mendapatkan satu unit US dollar jumlah rupiah yang dibutuhkan semakin sedikit. Dan jika nilai US dollar menguat atau nilai tukar rupiah melemah, untuk mendapatkan satu unit US dollar jumlah rupiah yang dibutuhkan semakin banyak. Menguatnya nilai rupiah menyebabkan bahwa rupiah semakin langka. Karena pertumbuhan permintaan rupiah lebih cepat daripada penawarannya, begitupun sebaliknya. 2.1.5 A. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pengertian dari indeks adalah gabungan statistik yang mengukur perubahan dalam ekonomi atau dalam pasar finansial, dan seringkali dinyatakan dalam perubahan presentase dari satu tahun dasar atau bulan sebelumnya. Karena indeks ini menyangkut sejumlah fakta maupun besaran tertentu yang menggambarkan perubahan-perubahan harga saham di masa lalu yang dipandang, merupakan suatu bentuk informasih historis yang sangat tepat untuk menggambarkan pergerakan harga saham di masa lalu serta memberikan deskripsi harga harga pada saat tertentu maupun dalam periode tertentu pula, maka indeks ini dapat disebut sebagai indeks harga saham. Besar kecilnya indeks ini dipengaruhi oleh variabel ekonomi dan non ekonomi. Variabel ekonomi misalnya jumlah uang yang beredar, nilai tukar, inflasi 18 dan suku bunga yang sering disebut juga dengan fundamental makroekonomi. Variabel non ekonomi misalnya situasi politik dan keamanan dalam negeri. Perhitungan IHSG didasarkan pada jumlah nilai pasar dari total saham yang tercatat di bursa. Jumlah nilai pasar itu sendiri adalah total perkalian saham yang tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam progam restrukturisasi) dengan harga di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari tersebut. Perhitungannya adalah sebagai berikut : Nilai Pasar IHSG = X 100 Nilai Dasar B. Fungsi Indeks Harga Saham di Pasar Modal a. Sebagai indikator untuk mengetahui tingkat perkembangan dan penurunan pasar. b. Sebagai indikator tingkat keuntungan saham. c. Sebagai tolak ukur (brench mark) kinerja suatu portofolio investasi. d. Sebagai dasar pembentukan portofolio dengan strategi pasif. e. Menggambarkan perkembangan produk derivatif yang diperdagangkan di bursa efek. C. Manfaat Indeks Harga Saham Ada lima manfaat dengan adanya indeks pada bursa adalah a. Indeks dapat digunakan untuk menghitung total imbal hasil dari pasar secara agregat atau beberapa komponen pasar pada periode waktu tertentu yang menggunakan tingkat pengembalian tersebut sebagai tolak ukur untuk menilai kinerja dari portofolio individu. 19 b. Untuk bisa mengembangkan portofolio indeks. c. Indeks dapat digunakan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham secara agregat. d. Perubahan harga historis dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga di masa depan. e. Risiko yang relavan dengan risiko aset individual (saham) adalah risiko sistematik, yang merupakan hubungan antara tingkat imbal hasil dari risiko aset dan tingkat imbal hasil untuk portofolio pasar dari risiko aset. 2.1.6 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah tempat berbagai pihak, khususnya perusahaan menjual saham (stock) dengan obligasi (bond), dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan. Sedangkan menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim pasar modal adalah pusat perdagangan utang jangka panjang dan saham perusahaan. Adapun menurut R.j. Shook pasar modal merupakan sebuah pasar tempat dana-dana modal seperti ekuitas dan utang, diperdagangkan. A. Manfaat dan Partisipan Pasar Modal 1. Menurut Suraniyah (2004:39) manfaat pasar modal : a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual. b. Memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (return) yang diharapkan perusahaan. c. Memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang 20 dimilikinya atau surat berharga lainnya. d. Menciptakan kesempatan kepada masyarakat berpatisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian e. Mengurangi biaya informasi dan transaksi 2. Menurut Katoppo , manfaat pasar modal ada 9 yaitu : a. Memberi kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan berospek. b. Sebagai alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang dapat diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas dan diversifikasi investasi. c. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol sosial. d. Menegaskan bahwa pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan mendorong pemanfaatkan manajemen profesional. e. Manajemen profesional akan menghilangkan inisiatif mempertahankan mayoritas kepemilikan. f. Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha, sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana yang optimal. g. Sebagai leading indicator bagi tren perekonomian negara h. Menyebarkan kepemilikan perusahaan sampe ke lapisan masyarakat menengah. i. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profisionalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat. 3. Partisipan Pasar Modal yaitu (Manurung dan Rahardja, 2004:68) : serta 21 a. Emiten adalah dana yang diperoleh dari masyarakat guna menerbitkan saham. b. Investor adalah pihak yang membeli sekuritas yang diperjualbelikan di pasar modal. c. Lembaga penunjang, fungsi dari lembaga itu sendiri adalah memperlancar proses suatu transaksi dan memberikan hasil yang semaksimal mungkin pada para pengambil keputusan di pasar modal. 2.1.7 A. Pengertian Fundamental Macro Economic Pengertian Macro Economic Studi tentang ekonomi secara keseluruhan yang menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak masyarakat, perusahaan dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk mempengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan nerasa yang berkesinambungan. B. Kebijakan Makro Ekonomi Menurut (Sukirno, 2006:134), kebijakan ekonomi makro ada tiga diantarannya adalah : 1. Kebijakan Fiskal Merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara jumlah uang yang beredar. mengontrol tingkat bunga dan 22 2. Kebijakan Moneter Proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. 3. Kebijakan Segi Penawaran Kebijakan pemerintah yang bertujuan meningkatkan efisiensi perusahaan, sehingga barang dan jasa yang ditawarkan lebih banyak dan murah. 2.2 Penelitian Terdahulu Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang bisa dilihat pada tabel dibawah ini : PENELITI (TAHUN) Divianto (2013) Politeknik Sriwijaya Tabel 2.2.1 VARIABEL PENELITIAN Variabel Independen 1. X1 : Inflasi X2 : Tingkat Suku Bunga SBI X2 : Nilai Kurs Dollar AS (USD) Variabel Dependen Y : Indeks Harga Saham Gabungan 2. 3. Sumaya Suci Kewal (2012) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Palembang, Indonesia Variabel Independen 4. X1 : Inflasi X2 : Suku Bunga X3 : Kurs X4 : Pertumbuhan PDB Variabel Dependen 5. Y : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 6. HASIL PENELITIAN Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Tukar secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variable IHSG. Secara parsial variabel Tingkat Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel IHSG Secara parsial variabel Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap variabel IHSG Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Kurs Rupiah, Pertumbuhan PDB secara simultan tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG. Secara parsial tingkat inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Kurs Rupiah berpengaruh negatif dan signifikan 23 Ni Made Anita dan Ica Rika (2011) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia. Email : [email protected] 2.3 Variabel Independen 7. X1 : Suku Bunga SBI X2 : Nilai Tukar X3 : Inflasi X4 : Indeks Dow Jones 8. Variabel Dependen Y : Indeks Harga Saham Gabungan terhadap IHSG. Variabel suku bunga SBI, nilai tukar, dan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG. Sedangkan variabel Indeks Dow Jones berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka konseptual juga berguna mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapi. Menurut Samsul (2006:201), penurnan inflasi akan membuat perusahaan memperoleh profitabilitas lebih besar karena harga bahan baku menjadi lebih murah dengan asumsi harga penjualan tetap atau bahkan naik. Dari hasil tersebut maka manajemen dapat memperhatikan faktor inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan PDB sebagai prediksi Indeks Saham Sektor Pertambangan (Minix Index). Ukuran perusahaan manufaktur menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan. Pernyataan diatas disebabkan oleh melemahnya nilai yang mengakibatkan terjadinya Tingkat Inflasi, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Nilai Tukar Rupiah, dan juga Pertmbuhan PDB. Akan mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan 24 impor, yang berdambak pada keterglambatan pertumbuhan ekonomi. Maka disimpulkan peneliti membuat kerangka fikir atau kerangka konseptual sebagai berikut : Tingkat Inflasi (X1) H1 Tingkat Suku Bunga (X2) H2 IHSG (Y) H3 Nilai Tukar (X3) 2.4 Hipotesis Penelitian Salah satu tujuan penelitian adalah menguji hipotesis. Berdasarkan paradigma penelitian kuantitatif, hipotesis merupakan jawaban atas masalah masalah penelitian secara rasional dideduksi dari teori. Hipotesis juga menyatakan hubungan yang diduga secara logis antar dua variabel atiau lebih dalam rumusan populasi yang dapat diuji secara empiris. (Indrianto dan Supomo, 2014:72) Hipotetsis sendiri dapat diartikan suatu pernyataan yang kebenarannya masih lemah dan masih perlu dibuktikan lagi dugaan yang sifatnya masih sementara. Untuk menguji hipotesis yaitu dengan cara uji signifikan variabel independen (bebas) (X) terhadap variabel dependen (terikat)it (Y). Dibawah ini adalah hipotesis yang 25 ditunjukkan dalam penelitian ini : 2.4.1. Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Inflansi merupakan suatu kejadian yang menggambarkan situasi dan kondisi dimana harga barang mengalami kenaikan dan nilai mata uang mengalami pelemahan. Jika ini terjadi secara terus-menerus (kontinu) makan akan mengakibatkan pemburukan kondisi ekonomi secara menyeluruh serta mampu mengguncang tatanan stabilitas politik suatu negara. (Fahmi, 2012:143) Divianto (2013) menunjukkan bahwa tingkat inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa : H1 : Tingkat Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 2.4.2. Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Suku bunga adalah pendapatan (bagi kreditur) atau beban (bagi debitur) yang diterima atau dibayarkan oleh kreditur dan debitur (Madura, 2006:98). Tetapi menurut (Suhaedi, 2000:35) suku bunga ialah biaya yang harus dibayarkan oleh peminjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Divianto (2013:180) mendapatkan hasil bahwa suku bunga Sertifikat Bank 26 Indonesia berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). H2 : Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 2.4.3. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Nilai tukar yang selama ini masih hangat dibicarakan dengan kenaikan yang sangat menjulang terhadap US Dollar dan masih belum terkendali dengan stabil mengakibatkan kesulitan bagi dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama bagi pengusaha yang mendatangkan bahan baku mereka dari luar negeri atau menjual barang mereka ke luar negeri (ekspor). Oleh karena itu pengelolaan nilai mata uang yang relatif stabil menjadi salah satu faktor moneter yang mendukung perekonomian secara makro. (Pohan, 2008:76) Penelitian yang dilakukan oleh Divianto (2013), memperoleh bahwa adanya pengaruh nilai tukar rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). H3 : Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1. Variabel Penelitian Variabel dependen atau terikat adalah variabel yang dipengaruhi menjadi akibat karena adanya variabel independen yang sering disebut variabel bebas. Variabel dependen (terikat) yang digunakan dalam meneliti penelitian ini adalah sebagai berikut : A. Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Harga Saham Gabungan ini diartikan sebagai indeks harga yang terdiri dari gabungan semua harga saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel Independen (bebas) diartikan sebagai suatu variabel yang mempengaruhi sebab timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel Independen (bebas) yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian ini adalah : B. Tingkat Inflasi Tingkat Inflasi adalah suatu proses naiknya harga-harga secara keseluruhan dan terus menerus (kontinu) yang berkaitan dengan mekanisme pasar yang bisa disebabkan oleh adanya konsumsi masyarakat yang naik secara drastis, adanya kelebihan likuiditas yang bisa memicu konsumsi bahkan spekulasi sekalipun sampai bisa terjadi ketersumbatan distribusi barang. 27 28 C. Suku Bunga Serifikat Bank Indonesia Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia adalah suku bunga yang terdapat di Bank Indonesia yang juga ditetapkan oleh Bank Indonesia atas penerbitan Sertifikat Bank Indonesia. Yang menjadi tolak ukur Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia adalah naik turunnya suku bunga itu sendiri yang bisa mendorong para investor untuk menginvestasikan dananya dari berupa saham menjadi instrumen dalam bentuk tabungan atau deposito. D. Nilai Tukar (Kurs) Rupiah pada US Dollar Yang dimaksud Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar adalah harga suatu mata uang negara terhadap harga mata uang negara lainnya, bisa juga diartikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan negara itu sendiri misalnya banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit atau lembar mata uang asing. 3.1.2. Definisi Operasional Variabel Pada penelitian ini menggunakan satu variabel dependen dan empat variabel independen, yang dari setiap variabel tersebut, berikut ini adalah definisi dari masing-masing variabel : 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Dalam penelitian ini Indeks Harga Saham Gabungan yang dipakai adalah indeks harga saham setiap bulan yang dihitung menggunakan harga saham terakhir atau sering disebut closing price yang sudah dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010-2014. Pengukuran yang digunakan peneliti ini adalah Rp/$USD dengan data perubahan presentase dari satu tahun 29 dasar atau bulan sebelumnya. 2. Tingkat Inflasi (X1) Tingkat Inflasi adalah suatu proses naiknya harga-harga secara keseluruhan dan terus menerus (kontinu) yang berkaitan dengan mekanisme pasar yang bisa disebabkan oleh adanya konsumsi masyarakat yang naik secara drastis, adanya kelebihan likuiditas yang bisa memicu konsumsi bahkan spekulasi sekalipun sampai bisa terjadi ketersumbatan distribusi barang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data inflasi yang didapatkan dari laporan tiap bulan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia mulai dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Desember 2014. Pengukuran yang dipakai dalam penelitian ini adalah satuan dalam persen. Inflansi akan sering mengalami fluktuasi pada rata-rata tiap akhir bulan. 3. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (X2) Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan mengeluarkan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya lebih banyak dalam bentuk tabungan. Suku bunga juga sebuah harga masa kini dan masa yang akan datang yang ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran. Data yang digunakan peneliti untuk meneliti suku bunga Sertifikat Bank Indonesia adalah data suku bunga SBI tiap akhir bulan yang sudah dikeluarkan dan ditetapkan oleh Bank Indonesia mulai dari bulan Januari 2010 sampai dengan Desember 2014 dalam satuan ukuran persen. 4. Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar (X3) Nilai tukar rupiah adalah perbandingan nilai atas harga rupiah dengan harga 30 mata uang asing, yang masing-masing negara memiliki nilai tukarnya sendiri yang dimana nilai itu adalah perbandingan dari nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya yang biasa disebut dengan kurs valuta asing. (Pratikno, 2009:112) Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar yang digunakan sebagai acuan adalah kurs dollar yang dihitung berdsarkan kurs jual dan kurs beli disetiap akhir bulan mulai dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Desember 2014 yang sudah ditetapkan Bank Indonesia dalam ukuran pengukurannya dalam Rp/$ USD. 3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi Populasi merupakan sekumpulan data yang mempunyai karakteristik yang sama dan menjadi objek inferensi, inferensi itu sendiri mendasar pada dua konsep dasar, populasi sebagai keseluruhan data, baik nyata maupun imajinier, dan sampel sebagian dari populasi yang digunakan untuk melalukan inferensi (pendekatan/penggambaran) terhadap populasi tempatnya berasal.(Indrianto dan Supomo, 2014:115) Populasi yang digunakan pada penelitian ini merupakan seluruh perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010-2014. Alasannya saya meneliti menggunakan tahun tersebut adalah untuk memperoleh hasil yang lebih pasti dan akurat mengingat sedang melemahnya nilai rupiah di Indonesia ini. 31 3.2.2. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti, dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang dihasilnya mewakili keseluruhan masalah yang dihadapi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan metode purposive sampling. Purposive sampling itu sendiri berarti dipilih dengan metode tertentu atau target tertentu pula dalam pemilihan sampel yang dilakukan secara tidak acak. Kriteria dari sampel itu sendiri adalah : 1. Penutupan harga perbulan dimulai dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Desember 2014 dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode 2010-2014. 2. Pengaruh tingkat inflasi yang terdapat pada perusahaan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dimulai pada bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Desember 2014. 3. Pengaruh suku bunga SBI yang terdapat di perusahaan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia selama periode dimulai bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Desember 2014. 4. Pengaruh nilai tukar rupiah pada US Dollar yang terdapat pada perusahaan yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia secara kongkrit dan lengkap selama periode mulai bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Desember 2014. 32 3.3. Jenis dan Sumber Data 3.3.1. Jenis Data Jenis data yang dimaksudkan peneliti ini berkaitan dengan sumber data. Dan metode yang dipilih oleh peneliti adalah data dokumenter. Data dokumenter itu sendiri berarti jenis data guna meneliti penelitian yang terdiri dari faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan program. Data dokumenter menampung apa dan kapan suatu kejadian atau transaksi, dan serta siapa yang terlibat dalam suatu kejadian yang sedang diteliti. (Indrianto dan Supomo, 2014:145) 3.3.2. Jenis Data Menurut Sifatnya Jenis data menurut sifatnya pada penelitian ini digunakan data kuantitatif dan data kualitatif (Indriantoro dan Supomo, 2014:146) : 1) Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang bisa diukur dengan satuan skala numerik atau berbentuk dalam angka. Tujuannya adalah guna menguji, menyetujui atau memverifikasi teori, meletakkan teori secara deduktif yang menjadikan landasan di penemuan dan pemecahan dalam penelitian ini. Teori itu sendiri merupakan kerangka dalam penelitian kuantitatif yang bisa merumuskan masalah atau pertanyaan, mengembangkan hipotesis, uji data, dan dalam pembuatan kesimpulan. Jadi kesimpulannya data kuantitaif adalah data yang dihitung dalam satuan angka atau skala berbentuk numerik. 2) Data Kualitatif Data Kualitatif adalah data yang sering dipakai guna menggambarkan atau 33 menganalisis pada masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian dengan cara mengetahui perkembangan dari variabel tersebut. Dan kesimpulannya data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik atau tidak berupa angka, data yang dirancang dengan mempertimbangkan waktu pada satu variabel tertentu. Pada penelitian ini data kualitatifnya adalah gambaran dari perusahaan yang diteliti. Penelitian ini meneliti sumber data yang berupa data sekunder. Data sekunder itu sendiri berarti sumber data pada suatu penelitian yang didapatkan oleh seorang peneliti secara tidak langsung dengan cara mendapatkannya dari media perantara diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data sekunder umunya berbentuk bukti, catatan ataupun laporan historis yang sudah dirancang dalam suatu arsip dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Bahan utama dari penelitian ini adalah kepustakaan. (Indriantoro dan Supomo, 2014:149) 3.3.3. Sumber Data Sumber data penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya. Sebagai misal jika data mengenai indeks harga diterbitkan dalam majalah Ekonomi dan Keuangan maka data yang terdapat dalam majalah tersebut merupakan data sekunder. Data tentang kurs valuta asing dalam buletin Business News merupakan data sekunder karena diperoleh dari Bank Indonesia. (Soeratno dan Arsyad, 2008:45) Menurut (Indriantoro dan Supomo, 2014:146) data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip 34 dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder adalah data yang sudah dengan teliti dikumpulkan oleh pengumpul data oleh lembaga tertentu yang sudah dipublikasikan kepada masyarakat yang membutuhkan data tersebut. Dalam penelitian ini data sekunder bersumber dari informasi www.bi.go.id annually 2010-2014, data bersumber dari Badan Pusat Statistik www.bps.go.id dan data dari Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id Data sekunder yang sudah didapat, menurut (Indriantoro dan Supomo, 2014:147) harus dievaluasi oleh peneliti agar tidak terjadi kesalahan. Mengevaluasinya dengan cara : 1. Kemampuan data yang tersedia untuk menjawab masalah. 2. Kesesuaian antara periode waktu tersedianya data dengan periode waktu yang diinginkan dalam penelitian. 3. Kesesuaian antara populasi data yang ada dengan populasi yang menjadi perhatian peneliti itu sendiri. 3.4. Metode Pengumpulan Data Peneliti dalam mengumpulkan data menggunakan metode teknik dokumentasi. Tujuan metode pengumpulan data bagi peneliti adalah untuk melengkapi data yang diperlukan peneliti pada saat melakukan penelitian. Dalam metode penelitian teknik dokumentasi terdiri dari pengumpulan data-data yang dicatat atau dirangkum secara rinci dengan cara mencatat ulang, mengcopy data maupun mengetik ulang data, bukti, dab keterangan mengenai informasi untuk mendukungnya jalannya penelitian ini yang bisa diambil melalui sumber dokumen atau internet dengan menelusuri data historis dari komputer. 35 Peneliti melalukan penelusuran data dengan komputer yang bisa memuat informasi yang lengkap mengenai data yang dibutuhkan peneliti berupa teks atau angka yang dapat dianalisis atas pergerakan tingkat inflasi, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada US dollar berbentuk data bulanan antara bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Desember 2014 yang bisa dilihat atau diakses melalui web www.bi.go.id di Bank Indonesia. Serta dengan mengakses di web www.bps.go.id di Badan Pusat Statistik digunakan untuk melihat pergerakan tingkat inflasi. Dan juga mengakses ke alamat web www.idx.co.id untuk mengetahui pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan disetiap akhir bulan antara bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2014. 3.5. Metode Analisis Dalam sekumpulan metode yang digunakan peneliti dapat ditarik kesimpulan yang masuk akal dari data yang digunakan untuk penelitian. Tujuan peneliti adalah menyimpulkan dan dapat menjawab masalah yang ada dalam data yang diteliti dengan cara menganalisis ulang data yang didapatkan peneliti. Peneliti menggunakan model analisis statistik inferensial yang berarti analisis regresi linier berganda dengan data runtun waktu (time series) yang bisa diolah dengan menggunakan software computer SPSS. Statistik inferensial untuk mengestimasi sampel dalam populasi. 3.5.1. Statistik Deskriptif Deskriptif diartikan sebagai cara penulisan yang menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Statistik deskriptif pada umumnya biasa digunakan peneliti untuk memperoleh informasi tentang karakteristik variabel penelitian yang paling utama. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan 36 macam-macam ukuran antara lain berupa : nilai minimum, maximum, frekuensi, rata-rata (mean), median, modus, simpangan baku (standart deviasi dan varian) dan koefisien korelasi antar variabel penelitian. (Soeratno dan Arsyad, 2008:271) 3.5.2. Uji Kualitas Data A. Uji Asumsi Klasik Dalam pengujian ini peneliti menggunakan asumsi klasik yang bertujuan untuk memperoleh suatu model regresi yang digunakan peneliti baik atau tidak jika digunakan untuk penaksiran. Model dikatakan baik jika dapat memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-masalah dari uji multikolinearitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan uji normalitas. Maka, peneliti dalam penelitian ini dilakukan uji terhadap asumsi klasik, dimana bisakah terjadi penyimpangan-penyimpangan atau tidak agar model penelitian ini layak untuk diteliti. B. Uji Normalitas Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak dilakukan untuk analisis statistik parametrik. Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bagwa data tersebut terdistribusi secara normal. Maksud dari terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal. Distribusi normal data dengan bentuk distribusi normal dimana data memusat pada nilai rata-rata dan median. (Santosa dkk, 2005:74) Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah di dalam model regresi terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Jadi perbedaan nilai prediksi dengan skore yang sebenarnya atau error akan secara 37 otomatis didistribusi secara simetri disekitar nilai means sama dengan nol. Salah satu cara mengetahui normalitas adalah dengan cara pengamatan nilai residual, diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika variabel tidak terdistribusi secara normal maka hasil uji statistik akan terdegradasi. Normalitas pada variabel pada umumnya dideteksi melalui grafik atau uji statistik sedangkan normalitas nilai residual dideteksi melalui grafik, gunanya untuk mengetahui apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan uji statistik Kolmogorow-Smirnov. (Ghozali, 2005:67) Di bawah ini adalah cara mendeteksi data terdistribusi normal atau tidak normal Kolmogorov-Smirnov didalam model regresi : a. Jika nilai signifikasi atau nilai probabilitas > 0,005 atau 5% maka data terdistribusi normal. b. Jika nilai signifikasi atau nilai probabilitas < 0,005 atau 5% maka data tidak terdistribusi normal. C. Uji Multikolonieritas Pada uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal sendiri diartikan sebagai independen yang nilai kolerasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Berikut menurut (Ghozali, 2005:68) mengemukakan cara mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi, yaitu : 38 a. Jika uji multikolonieritas data penelitian menghasilkan nilai tolerance ≤ 0,1 atau nilai VIF ≥ 10 yang mengindikasikan, maka terjadi gejala multikolonieritas pada model regresi dari penelitian ini. b. Jika uji multikolonieritas data penelitian menghasilkan nilai tolerance ≥ 0,1 atau nilai VIF ≤ 10 yang mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolonieritas pada model regresi dari penelitian ini. D. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi mempunyai tujuan untuk menguji apakah model regresi linear mempunyai korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka bisa disebut problem autokorelasi. Sebab munculnya autokorelasi adalah observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini disebabkan oleh timbulnya residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lain. Kejadian ini sering ditemukan pada runtut waktu yang berurutan (time series). Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif sangat jarang terjadi karena gangguan. Dari penjabaran diatas yang digolongkan model regresi yang baik bagi penelitian adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. (Ghozali, 2005:69) Pada pengujian autokorelasi ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang dikatakan baik jika regresi bebas dari autokorelasi (Santoso, 2006:216) untuk mendeteksi ada 39 atau tidaknya autokorelasi digunakan cara sebagai berikut : a. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif. b. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak terjadi autokorelasi. c. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. E. Uji Heteroskedastisitas Pada uji ini, berguna untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pemgamatan ke pengamatan lainnya. Jika pada variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka bisa disebut dengan Homoskedastisitas dan jika satu pengamatan ke pengamatan lain mengalami perbedaan disebut Heteroskedastisitas. Dapat dikatakan model regresi yang baik itu seperti Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Pada kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai kecil, sedang, besar. (Ghozali, 2005:70) Selain menggunakan uji Heteroskedastisitas, cara untuk mendeteksinya bisa juga menggunakan Uji Glejser. Uji ini mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Dengan tingkat sinifikasi 5% maka model akan terbebas atau tidaknya dari masalah Heteroskedastisitas, sebagai berikut : a. Jika probabilitas P > 0,05 model terbebas dari masalah Heteroskedastisitas. b. Jika probabilitas P < 0,05 model tidak terbebas dari masalah Heteroskedastisitas. 3.5.3. Analisis Regresi Berganda Peneliti menggunakan analisis regresi berganda dengan tujuan mengetahui seberapa jauh hubungan antara tingkat inflasi, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada US dollar, pertumbuhan domestik brutto terhadap pergerakan 40 Indeks Harga Saham Gabungan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2014. Menurut (Divianto, 2013:177), dia berpendapat bahwa Y = f (X1, X2, X3, X4) dimana Y berarti fungsi linear, jadi model regresi berganda untuk lima variabel dimana variabel terikatnya merupakan fungsi linear dan empat variabel bebas. Berikut ini adalah model regresi berganda yang digunakan peneliti untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 = ei Yang artinya sebagai : Y = IHSG a = Konstanta b1 = Koefisien Regresi Tingkat Inflasi b2 = Koefisien Regresi Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia b3 = Koefisien Regresi Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar X1 = Tingkat Inflasi X2 = Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia X3 = Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar ei = error 3.5.4. Uji Hipotesis Uji hipotesis ini bisa diartikan sebagai proses yang sangat kompleks, jika data yang sedang diteliti merupakan data sampel atau bagian dari populasi. Hasil dari pengujian terhadap sebagian dari populasi atau sampel, bahwa bisa diambil 41 kesimpulan atau keputusan menolak atau mendukung hipotesis. (Indriantoro dan Supomo, 2014:179) Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji hipotesis secara bersama-sama (simultan) dan parsial : A. Uji F (Uji Model) Uji F ini berguna untuk memperoleh atau mengetahui apakah semua variabel penjelas digunakan dalam model regresi secara bersama-sama yang bisa berpengaru terhadap variabel terikat. Penentu dalam pengujian ini tingkat kesalahan atau probabilitas yang diinginkan P = 5% (Ghozali, 2005:72) : a. Jika nilai signifikan > 0,05, maka Ha ditolak. b. Jika nilai signifikan < 0,05, maka Ha diterima. B. Uji t (Pengujian Secara Parsial) Uji t ini berguna untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam uji ini mempunyai tungkat kesalahan atau probabilitas yang diinginkan P =5% (Ghozali,2005:73) : a. Jika nilai signifikan > 0,05, maka Ha diterima. b. Jika nilai signifikan < 0,05, maka Ha ditolak. 3.5.5. Koefisien Determinasi (R2) Uji ini berguna sebagai alat untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi model dependen. Nilai dari koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan dari variabel independen dapat menjelaskan variasi variabel dependen yang terbatas. Nilai yang mendekati satu diartikan sebagai variabel-variabel independen yang 42 memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk bisa memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang relatif rendah disebabkan oleh adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu biasanya sudah memiliki nilai koefisien determinasi yang tinggi. (Ghozali, 2005:75) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Statistik Deskriptif Pada penelitian ini peneliti menghasilkan hasil dari statistik deskriptif yang berkaitan dengan pengujian terhadap data IHSG, tingkat inflasi, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah pada US Dollar diperoleh sebanyak 300 data obeservasi yang diketahui dari perkalian antara periode selama penelitian (5 tahun dihitung dari tahun 2010-2014) dengan jumlah pengamatan dari masing masing tahun yang berjumlah 60 pengamatan. Dibawah ini adalah tabel 4.1.1 hasil dari penelitian statistik diskriptif : Tabel 4.1.1 Hasil Statistik Deskriptif Tiap Variabel Descriptive Statistics Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Tingkat_Inflasi 60 3.43 8.79 5.6337 1.55722 Suku_Bunga 60 5.75 7.75 6.5558 .65691 Nilai_Tukar 60 3.92 4.06 4.0014 .03881 IHSG 60 3.41 3.72 3.6061 .07938 Valid N (listwise) 60 Sumber : Output SPSS 19.0 Pada tabel 4.1.1 dijelaskan bahwa Statistik Deskriptif masing-masing dari penelitian. Ukuran yang ditentukan dalam statistik deskriptif adalah minimum, maximum, mean, dan standar deviation. 43 44 Tingkat inflasi merupakan kondisi dimana jumlah barang yang beredar lebih sedikit dari jumlah permintaan sehingga akan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga yang meluas dalam sistem perekonomian secara keseluruhan. Hasil dari penelitian statistik deskriptif dapat dianalisis tingkat inflasi menunjukkan nilai minimum sebesar 3,43, pada nilai maksimum sebesar 8,79 dengan mendapatkan rata-rata sebesar 5,6337, dan memiliki std. Deviation sebesar 1,55722. Maka dapat disimpulkan apabila std 1,55722 < rata-rata 5,6337, maka terjadinya penyimpangan data kecil. Suku bunga SBI merupakan surat berharga yang digunakan bank sebagai suku bunga pinjaman mencerminkan biaya yang dikeluarkan bank/perusahaan sebagai akibat dari meminjam uang dan hal ini akan mempengaruhi kinerja bisnis. Hasil dari penelitian statistik deskriptif dapat dianalisis tingkat inflasi menunjukkan nilai minimum sebesar 5,75, pada nilai maksimum sebesar 7,75 dengan mendapatkan rata-rata sebesar 6,5558, dan memiliki std. Deviation sebesar 0,65691. Maka dapat disimpulkan apabila std 0,65691 < rata-rata 6,5558, maka terjadinya penyimpangan data kecil. Nilai tukar rupiah terhadap US dollar merupakan cerminan berapa unit dari setiap mata uang lokal yang dapat dipergunakan untuk membeli atau menukarkan dengan mata uang negara lain. Hasil dari penelitian statistik deskriptif dapat dianalisis tingkat inflasi menunjukkan nilai minimum sebesar 3,92, pada nilai maksimum sebesar 4,06 dengan mendapatkan rata-rata sebesar 4,0014, dan memiliki std. Deviation sebesar 0,03881 . Maka dapat disimpulkan jika std 0,03881 < rata-rata 4,0014, maka terjadinya penyimpangan data kecil. 45 Indeks harga saham gabungan IHSG merupakan gabungan statistik yang mengukur perubahan dalam ekonomi atau dalam pasar finansial, dan seringkali dinyatakan dalam perubahan presentase dari satu tahun dasar atau bulan sebelumnya. Hasil dari penelitian statistik deskriptif dapat dianalisis tingkat inflasi menunjukkan nilai minimum sebesar 3,41, pada nilai maksimum sebesar 3,72 dengan mendapatkan rata-rata sebesar 3,6061, dan memiliki std. Deviation sebesar 0,07938. Maka dapat disimpulkan jika std 0,07938 < rata-rata 3,6061, maka terjadinya penyimpangan data kecil. 4.2 Analisis Data 4.2.1 Uji Asumsi Klasik Dalam pengujian regresi berganda terdapat salah satu syarat yaitu dengan terpenuhinya asumsi klasik. Dalam usaha mendapatkan nilai pemeriksa yang tidak bias dan efisien dari satus persamaan regresi berganda menggunakan metode kuadrat terkecil (Least Squares) dibutuhkan pengujian untuk memperoleh model regresi yang bisa dihasilkan dari pemenuhan syarat asumsi klasik, dimana asumsi klasik mengharuskan data yang diteliti harus sehat diantaranya harus : berdistribusi normal, tidak ada multikolinearitas, tidak ada autokorelasi, dan tidak ada heterokedastisitas. A. Uji Normalitas Pada uji normalitas ini bertujuan untuk menguji pada tiap model regresi variabel terikat dan varibel bebas memliki distribusi normal atau tidak. Variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dikatakan model regresi yang baik jika variabel memiliki distribusi data normal atau yang mendekati normal. Pada 46 uji normalitas ini sebenarnya dapat dilihat dari penyebaran data (titik) yang terdapat pada sumbu diagobal pada suatu grafik atau melihat histogram dari uji residualnya. Pada uji normalitas ini peneliti menggunakan acuan uji statistik Kolmogorow Smirnov yang terdapat dibawah ini : Tabel Normalitas Hasil Uji Kolmogorow-Smirnov One-Sample Kolmogorow-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters 60 a Mean Std. Deviation .0000000 .03706519 Most Extreme Differences Absolute .084 Positive .048 Negative -.084 Kolmogorov-Smirnov Z .654 Asymp. Sig. (2-tailed) .785 a. Test distribution is Normal. Sumber : Output SPSS 16.0 Dari hasil tabel One-Sample Kolmogorow-Smirnov dijelaskan bahwa hasil sig. 0,785 > 0,05. Hasil ini membukutikan bahwa nilai signifikannya melebihi angka 0,05 maka data yang diteliti dalam penelitian ini disimpulkan sudah berdistribusi normal dan memenuhi syarat model regresi karena data sudah normal. B. Uji Multikolonearitas Pada uji multikolonearitas ini, cara mendeteksi adanya multikolonearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Dikatakan model regresi yang baik apabila tidak terjadi kolerasi antar variabel independennya. Menurut (Ghozali, 2011:105) ada berbagai cara untuk mendeteksi ada tidaknya 47 multikolonearitas pada suatu model regresi, yaitu : a. Jika hasil uji multikolonearitas data penelitian yang dihasilkan memiliki nilai tolerance ≤ 0,1 atau memiliki nilai VIF ≥ 10 yang mengindikasi, maka dapat dikatakan data yang diolah oleh peneliti terkena gejala multikolonearitas. b. Jiks hasil uji multikolonearitas data penelitian yang dihasilkan memiliki nilai tolerance ≥ 0,1 atau memiliki nilai VIF ≤ 10 yang mengindikasi, maka dapat dikatakan data yang di olah oleh peneliti tidak terkena multikolonearitas. Dalam penelitian ini, penguji memiliki hasil uji multikolonearitas sebagai berikut Tabel Multikolonearitas Hasil Uji Multikolonearitas a Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error -3.597 .538 .006 .004 Suku_Bunga -.017 Nilai_Tukar 1.820 Tingkat_Inflasi Standardized Coefficients Beta Collinearity Statistics t Sig. Tolerance -6.683 .000 .115 1.537 .130 .691 1.448 .009 -.142 -1.861 .068 .669 1.495 .138 .890 13.161 .000 .852 1.174 a. Dependent Variable: IHSG Sumber : Output SPSS 16.0 Dari tabel multikolonearitas diatas menunjukkan bahwa hasil dari uji tersebut menghasilkan nilai tolerance dari ketiga variabel independen tingkat inflasi, suku bunga dan nilai tukar menghasilkan nilai tolerance ≥ 0,1 dan nilai VIF ≤ 10, atau dapat disimpulkan bahwa antar variabel independen dalam penelitian ini tidak memiliki korel yang kuat. VIF 48 C. Uji Autokorelasi Pada uji autokorelasi ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja modek regresi yang dikatakan baik jika regresi bebas dari autokorelasi (Santoso, 2000:216) untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat menggunakan cara sebagai berikut : a. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif. b. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. c. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Berikut adalah hasil uji autokorekasi yan g sudah diuji oleh peneliti : Tabel Autokorelasi Hasil Uji Durbin-Watson (DW) Model Summaryb Model 1 R .884 R Square a .782 Adjusted R Square .770 Std. Error of the Estimate Durbin-Watson .03805 .390 a. Predictors: (Constant), Nilai_Tukar, Tingkat_Inflasi, Suku_Bunga b. Dependent Variable: IHSG Sumber : Output SPSS 16.0 Dari hasil uji autokorelasi diatas pada tabel durbin-watson memiliki nilai sebesar 0,390 yang berarti durbin watson berada dalam kondisi diantara angka D-W -2 sampai +2 yang berarti data tersebut tidak ada masalah dalam autokorelasi. D. Uji Heteroskedastisitas 49 Pada uji heteroskedastisitas ini, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka bisa disebut terjadi Heteroskedastisitas. Dikatakan model regresi yang baik apabila data tersebut Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, cara mengetahui ada atau tidaknya heteroskedstisitas salah satu cara adalah dengan menggunakan uji gletjer. Pada uji gletjer, bila signifikan yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 (5%) maka persamaan regresi tersebut mengalami heteroskedastisitas dan jika nilai signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0,05 (5%) maka model persamaan regresi tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas atau bisa disebut dengan homoskdastisitas. Dari hasil uji ini, dibawah ini dijelaskan dengan uji gletser melalui tabel Coeffisientsa sebagai berikut : Tabel Heteroskedastisitas Hasil Uji Gletser Coefficientsa Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error -.090 .331 Tingkat_Inflasi .002 .002 Suku_Bunga .005 .006 Nilai_Tukar .018 .085 Standardized Coefficients Beta Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF -.273 .786 .128 .823 .414 .691 1.448 .146 .922 .360 .669 1.495 .030 .216 .830 .852 1.174 a. Dependent Variable: absres Sumber : Output SPSS 16.0 Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa seluruh variabel telah memenuhi syarat uji heteroskedastisitas dan tidak terjadi Heteroskedastisitas karerna 50 seluruh nilai signifikan setiap variabel memiliki nilai lebih besar dari 0,05. 4.3 Regresi Berganda Pada pengolahan data dengan cara regresi linier berganda, memiliki cara untuk mengetahui hubungan dari antar variabel independen dan variabel dependen, dengan cara mencari hubungan dari variabel tingkat inflasi (X1), suku bunga SBI (X2) dan nilai tukar (X3) terhadap IHSG (Y). Pada tabel 4.3 di bawah akan dijelaskan dari hasil pengolahan regresi berganda: Tabel 4.3 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error -3.597 .538 .006 .004 Suku_Bunga -.017 Nilai_Tukar 1.820 Tingkat_Inflasi Standardized Coefficients Beta Collinearity Statistics t Sig. Tolerance -6.683 .000 .115 1.537 .130 .691 1.448 .009 -.142 -1.861 .068 .669 1.495 .138 .890 13.161 .000 .852 1.174 a. Dependent Variable: IHSG Sumber : Output 16.0 Dari tabel di atas dapat dijelaskan diatas bahwa variabel dependen pada uji regresi ini yaitu IHSG (Y) sedangkan variabel independennya adalah variabel tingkat inflasi (X1), suku bunga (X2), dan nilai tukar (X3). Dalam penelitian ini, persamaan regresi dapat dirumuskan atau dituliskan sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 =.....bxn + e Dimana dapat dijelaskan sebagai : a = konstanta VIF 51 b1 = koefisien regresi variabel X1 b2 = koefisien regresi variabel X2 b3 = koefisien regresi variabel X3 X1 = variabel tingkat inflasi X2 = varibel suku bunga SBI X3 = variabel nilai tukar rupiah terhadap US dollar e = trial and error Adapun pada penelitian ini diperoleh persamaan berikut : Y = -3,597 + 0,006X1 - 0,017X2 + 1,820X3 + e Persamaan diatas dapat diinterprestaskan sebagai : 1. Angka -3,597 merupakan konstanta yang artinya apabila variabel tingkat inflasi, suku bunga dan nilai tukar memiliki nilai nol semua maka nilai Y atau IHSGnya bernilai negatif yaitu 3,597. 2. Angka 0,006 adalah koefisien regresi dari tingkat inflasi, apabila variabel tingkat inflasi (X1) naik satu satuan maka variabel IHSG naik sebesar 0,006. 3. Angka -0,017 adalah koefisien regresi dari suku bunga SBI, apabila variabel suku bunga SBI (X2) naik satu satuan maka variabel IHSG turun sebesar 0,017. 4. Angka 1,820 adalah koefisien regresi dari nilai tukar rupiah terhadap US dollar, apabila variabel nilai tukar (X3) naik satu satuan maka variabel IHSG naik sebesar 1,820. 4.4 Uji F (Uji Model) Pada uji F ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dipakai dalam model regresi ini memiliki pengarub signifikan 52 secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dibawah ini akan dijelaskan melalui tabel hasil uji F sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Uji F Secara Simultan ANNOVAb ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression .291 3 .097 Residual .081 56 .001 Total .372 59 F 66.957 Sig. .000a a. Predictors: (Constant), Nilai_Tukar, Tingkat_Inflasi, Suku_Bunga b. Dependent Variable: IHSG Sumber : Output SPSS 16.0 Dari hasil tabel 4.4 diatas untuk hipotesis yang pertama dilakukan dengan menggunakan uji F yaitu pengujian secara simultan atau bersama-sama apakah ada pengaruh tingkat inflasi (X1), suku bunga (X2), dan nilai tukar (X3) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Pada uji F ini menghasilkan Ha diterima yang dibuktikan oleh besarnya sig. 0,000 < 0,05 jadi diartikan bahwa secara bersama-sama variabel independen mempengaruhi variabel de penden. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel tingkat inflasi (X1), suku bunga (X2), dan nilai tukar (X3) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Y). 4.5 Uji t (Uji Hipotesis) Pada uji t ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara pa rsial (individu) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Untuk pembuktiannya variabel manakah yang memiliki pengaruh dominan pada variabel 53 terikat maka dilakukanlah uji t ini. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan hasil dari uji t dan besarnya t pada signifikasinya 0,05 (5%) : Tabel 4.5 Hasil Uji t (Uji Hipotesis) Coefficientsa Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error Standardized Coefficients Beta t -3.597 .538 .006 .004 .115 Suku_Bunga -.017 .009 Nilai_Tukar 1.820 .138 Tingkat_Inflasi Collinearity Statistics Sig. Tolerance -6.683 .000 1.537 .130 .691 1.448 -.142 -1.861 .068 .669 1.495 .890 13.161 .000 .852 1.174 a. Dependent Variable: IHSG Sumber : Output SPSS 16.0 a. Variabel Tingkat Inflasi Pada variabel tingkat inflasi ini memiliki nilai signifikasi sebesar 0,130, nilai tersebut lebih besar dari 5% (0,130 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap variabel ini menunjukkan Ha ditolak atau Ho diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa uji hipotesis penelitian ini adalah tingkat inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). b. VIF Variabel Suku Bunga SBI Pada variabel suku bunga SBI ini memiliki nilai signifikasi sebesar 0,068, nilai tersebut lebih besar dari 5% (0,068 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap variabel ini menunjukkan Ha ditolak atau Ho diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa uji hipotesis penelitian ini adalah suku bunga SBI secara parsial tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). 54 c. Variabel Nilai Tukar rupiah pada US dollar Pada variabel nilai tukar ini memiliki nilai signifikasi sebesar 0,000, nilai tersebut lebih kecil dari 5% (0,000 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap variabel ini menunjukkan Ha diterima atau Ho ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa uji hipotesis penelitian ini adalah nilai tukar secara parsial berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). 4.6 Analisis Koefisien Determinasi (R2) Pada uji koefisien determinasi (R2) ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauhnya kemampuan model regresi dalam menjelaskan dari setiap variasi model dependen. Nilai antara nol dan satu sering disebut juga sebagai nilai koefisien determinasi, maka dapat disimpulkan bahwa nilai R2 kecil ialah kemampuan-kemampuan variabel dependen dalam menjelaskan variasi variabel dependen yang terbatas. Jika nilai yang mendekati angka satu maka bisa dijelaskan sebagai variabel-variabel independen memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dari dependen. Pada koefisien determinasi untuk data silang (crossection) tergolong relatif rendah disebabkan oleh adanya variasi yang besar dari setiap pengamatan, sedangkan untuk data dalam runtun waktu (time series) biasanya menggunakan nilai koefisien determinasi yang tinggi. (Ghozali, 2011:173) 55 Tabel 4.6 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb b Model Summary Model 1 R R Square .884a Adjusted R Square .782 .770 Std. Error of the Estimate Durbin-Watson .03805 .390 a. Predictors: (Constant), Nilai_Tukar, Tingkat_Inflasi, Suku_Bunga b. Dependent Variable: IHSG Sumber : Output SPSS 16.0 Pada tabel diatas dijelaskan bahwa hasil dari estimasi didapatkan koefisien determinadaasi yang telahdisesuaikan Adjusted R Square sebesar 0,770 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel dependen IHSG dijelaskan variabel independen diantaranya tingkat inflasi (X1), suku bunga SBI (X2), nilai tukar (X3) sebesar 77%. Sedangkan sisanya sebanyak (100% - 77% = 23%) dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian. Besarnya nilai koefisien determinasi yang didapatkan, telah disesuaikan (sebesar 0,770) menjelaskan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian adalah sedang mewakili observasi. Standart Error of Estimate (SEE) sebesar 0,03805, maka makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat untuk memprediksi variabel IHSG. 4.7 Pembahasan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan pembahasan yang menjelaskan bahwa indeks harga saham gabungan IHSG pada periode selama 2010-2014 sebanyak 5 tahun yang sangat berpengaruh terhadap nilai tukar dan tidak berpengaruh terhadap tingkat inflasi dan suku bunga SBI. Dibawah ini akan dijelaskan pembahasan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti, sebagai berikut : 56 4.7.1 Tingkat Inflasi Berpengaruh Terhadap IHSG Pada hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara Tingkat Inflasi terhadap IHSG. Hasil ini dilihat dari nilai signifikasi Tingkat Inflasi sebesar 0,130 > 0,05. Dengan demikian hipotesis pertama (H 1) yang menyatakan bahwa Tingkat Inflasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap saham, ditolak. Inflasi merupakan kecenderungan harga naik secara terus menerus atau dapat diartikan sebagai penurunan nilai uang secara menyeluruh, makin tinggi kenaikan harga makin turun nilai uang. Jadi para investor tidak perlu khawatir atau berhati-hati jika terjadinya inflasi, harga IHSG tidak akan naik ataupun turun secara drastis malah cenderung stabil. Pada penelitian ini digunakan teori inflasi keynes yang berarti perekonomian sudah berada pada tingkat full employment. Analisa Keynes mengenai inflasi permintaan dirumuskan berdasarkan konsep inflationary gap. Menurut Keynes, inflasi permintaan yang benar-benar penting adalah yang ditimbulkan oleh pengeluaran pemerintah, terutama yang berkaitan dengan peperangan, program investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial dan ,menggunakan teori Portofolio Markowits yang berarti cara pemberian bahan masukan kepada para investor di bursa efek untuk menghindari risiko dan return yang diukur secara statistik untuk membuat portofolio investasinya. Inflasi yang sangat tinggi dapat mengganggu perekonomian secara umum karena selain dapat menurunkan daya beli juga bisa menurunkan nilai mata uang juga meningkatkan resiko penurunan pendapatan riil masyarakat. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa naik turunnya harga secara terus menerus tidak berpengaruh kepada keputusan investor dalam memutuskan investasinya pada saham. Sehingga harga saham juga tidak akan terpengaruh oleh naik tingkat inflasi yang 57 terjadi pada penelitian ini. Secara statistik dapat ditunjukkan dengan sebaran data yang diteliti oleh peneliti yang menemukan bahwa tingkat inflasi cenderung mengalami kenaikan tajam namun IHSG pada periode yang sama cenderung stabil, sebagai contoh : pada bulan oktober 2010 tingkat inflasi mencapai 5,67%, terjadi kenaikan pada bulan berikutnya november 2010 sebesar 6,33% namun di sisi lain IHSG pada perusahaan manufaktur Kompas100 yang telah di bursa efek indonesia saat itu cenderung stabil pada bulan yang sama, IHSG mencapai harga 3635,32 dan 3531,21. Pada bulan juni 2013 tingkat inflasi mencapai 5,90% terjadi kenaikan tajam pada bulan juli 2013 yang mencapai 8,61% namun disisi lain IHSG pada perusahaan Main Board saat itu cenderung turun atau stabil pada periode yang sama, IHSG mencapai harga 4818,90 dan 4610,39. Dari paparan data tersebut dijelaskan bahwa terjadi kenaikan tajam pada tingkat inflasi tetapi tidak berpengaruh pada IHSG yang cenderung stabil pada periode yang sama. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ni made (2011) dan Sumaya (2012) yang menyatakan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terdaftar di BEI. Menurut Murhadi (2015:72) mengatakan ketika suatu negara mengalami kenaikan inflasi yang tinggi yang bersifat uncertainty (tidak menentu) maka risiko dari investasi dalam aset-aset keuangan akan meningkat dan kredibilitas mata uang domestik akan melemah terhadap mata uang global. Tingkat inflasi biasanya diukur melalui tingkat perubahan indeks harga konsumen atau Consumer Price Indeks (CPI). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian terdahulu dari 58 Divianto (2013) yang menyimpulkan hasil bahwa tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap IHSG yang terdaftar di BEI. Inflasi yang sangat tinggi menyebabkan masalah ekonomi, namun hal tersebut tidak mempengaruhi masyarakat dalam hal berdaya beli saham. Namun bagi pelaku saham khususnya investor kondisi naiknya inflasi bukan faktor yang menyebabkan kepanikan pelaku saham sehingga pelaku saham tidak terdorong untuk menjual atau membeli saham tersebut. 4.7.2 Suku Bunga Berpengaruh Terhadap IHSG Pada hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara Suku Bunga terhadap IHSG. Hasil ini dilihat dari nilai signifikasi Suku Bunga sebesar 0,068 > 0,05. Dengan demikian hipotesis pertama (H 1) yang menyatakan bahwa Suku Bunga mempunyai pengaruh signifikan terhadap saham, ditolak. Jika terjadi naiknya suku bunga secara drastis tapi disisi IHSG masih stabil tidak ada perubahan yang melonjak naik atau turun. Jadi para investor tidak perlu khawatir jika suku bunga di dalam negeri melonjak tidak akan mempengaruhi harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian ini digunakan teori inflasi keynes yang berarti perekonomian sudah berada pada tingkat full employment. Analisa Keynes mengenai inflasi permintaan dirumuskan berdasarkan konsep inflationary gap. Menurut Keynes, inflasi permintaan yang benar-benar penting adalah yang ditimbulkan oleh pengeluaran pemerintah, terutama yang berkaitan dengan peperangan, program investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial dan ,menggunakan teori Portofolio Markowits yang berarti cara pemberian bahan masukan kepada para investor di bursa efek untuk menghindari risiko dan return yang diukur secara statistik untuk membuat portofolio investasinya. Tingkat suku 59 bunga pinjaman mencerminkan biaya yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat dari meminjam uang dan hal ini akan mempengaruhi kinerja bisnis melalui dua cara. Pertama, interest rate akan mempengaruhi dalam menentukan harga dimana perusahaan harus membayar pinjaman yang telah diterimanya. Dengan mengasumsikan ceteris paribus (hal-hal lain dianggap konstan) maka tingkat suku bunga yang rendah berarti berkurangnya biaya bunga dan meningkatkan profit. Perlu dicatat pula bahwa perubahan dalam interest rate akan mempengaruhi pola pembelanjaan dari konsumen (consumer spending). Interest rate tidak hanya mencerminkan biaya konsumsi saat ini dan masa akan datang, tetapi juga mencerminkan harapan inflasi dan risiko kredit Namun dalam penelitian ini disimpulkan bahwa turun naiknya suku bunga SBI tidak mempengaruhi harga saham sehingga tidak mempengaruhi investor untuk berinvestasi pada saham. Artinya bahwa investor tidak terpegaruh dalam berinvestasi saham yang memperhitungkan naik turunnya suku bunga SBI. Secara statistik yang ditunjukkan oleh penyebaran data yang dilakukan oleh peneliti yang menemukan bahwa pada bulan februari dan maret 2012 suku bunga cenderung stabil yaitu sebesar 5,75% namun disisi lain IHSG pada perusahaan Kompas100, justru mengalami kenaikan pada periode yang sama yaitu sebesar 3985,21 & 4121,55. Pada bulan oktober dan november 2013 suku bunga SBI juga menunjukkan kestabilan yaitu sebesar 7,25% disisi lain IHSG pada perusahaan Main Board justru mengalami penurunan pada periode yang sama yaitu sebesar 4510,63 & 4256,44. Dari paparan data tersebut menunjukkan bahwa naik turunnya atau kestabilan suku bunga SBI tidak mempengaruhi harga IHSG. 60 Hal ini konsisten dengan adanya penelitian terdahulu oleh Sumaya (2012) dan Ni Made (2011) menjelaskan bahwa suku bunga SBI tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG karena tingkat bunga berpengaruh negatif terhadap return pasar. Faktor lain dari tidak berpengaruhnya variabel suku bunga SBI terhadap IHSG ini dikarenakan tipe investor di Indonesia merupakan investor yang senang melakukan transaksi saham dalam jangka pendek (trader/spekulan), sehingga investor cenderung melakukan aksi profit taking dengan harapan memperoleh capital gain yang cukup tinggi di pasar modal dibandingkan berinvestasi di SBI. Selain itu perusahaan-perusahaan emiten yang memberikan dividen yang cukup tinggi bagi pemegang sahamnya juga menjadi salah satu stimulus bagi investor untuk berinvestasi di saham dibandingkan dalam bentuk surat berharga di pasar uang. Di sisi lain, suku bunga SBI berfluktuatif, namun kecenderungan tendensi menurun dari tahun 2000 sampai tahun 2009. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Divianto (2013) yang menyimpulkan bahwa variabel suku bunga SBI memiliki pengaruh signifikan terhadap IHSG yang ada di BEI dikarenakan jika suku bunga SBI mengalami kenaikan maka akan berpengaruh pada bunga deposito yang bisa berdampak pula terhadap tingginya tingkat bunga kredit, sehingga investasi dalam perekonomian akan mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh besar kecilnya investasi, secara otomatis investasi domestik menurun yang berarti meningkatnya ketergantungan usaha domestik pada investor luar negeri, yang mengakibatkan peningkatan aliran arus dollar AS ke dalam negeri. Jika investasi menurun makan berdampak pada harga saham yang ada di BEI maka 61 indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami penurunan. 4.7.3 Nilai Tukar Berpengaruh Terhadap IHSG Pada hasil uji statistik diperoleh bahwa ada pengaruh signifikan antara Nilai Tukar terhadap IHSG. Hasil ini dilihat dari nilai signifikasi Nilai Tukar sebesar 0,000 > 0,05. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa Suku Bunga mempunyai pengaruh signifikan terhadap saham, diterima. Jika terjadi naiknya nilai tukar secara drastis maka berdampak pada harga saham yang ikut naik mengikuti naiknya nilai tukar. Jadi para investor harus berhati-hati jika membeli atau menjual saham pada saat nilai tukar naik karena nilai tukar berdampak pada harga saham gabungan. Pada penelitian ini digunakan teori inflasi keynes yang berarti perekonomian sudah berada pada tingkat full employment. Analisa Keynes mengenai inflasi permintaan dirumuskan berdasarkan konsep inflationary gap. Menurut Keynes, inflasi permintaan yang benar-benar penting adalah yang ditimbulkan oleh pengeluaran pemerintah, terutama yang berkaitan dengan peperangan, program investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial dan ,menggunakan teori Portofolio Markowits yang berarti cara pemberian bahan masukan kepada para investor di bursa efek untuk menghindari risiko dan return yang diukur secara statistik untuk membuat portofolio investasinya. Dari data yang diolah menghasilkan setiap kenaikan nilai tukar sebesar 4,0014 akan mengakibatkan kenaikan pada indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perusahaan Kompas100 sebanyak 3,6061. Hal ini telah terbukti dari variabel nilai tukar yang berpengaruh terhadap IHSG. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Divianto (2013) yang menjelaskan bahwa variabel nilai tukar berpengaruh terhadap indeks harga saham 62 gabungan (IHSG) yang ada di BEI. Pergerakan naik turunnya nilai tukar sangat berpengaruh terhadap IHSG, semakin membaiknya atau stabilnya nilai tukar maka keadaan perekonomian di suatu negara akan membaik dan sebaliknya jika nilai tukar di suatu negara mengalami kenaikan yang drastis maka perekonomian negara itu sedang mengalami keburukan atau krisis moneter. Foreign Exchange rate mencerminkan berapa unit dari setiap mata uang lokal yang dapat dipergunakan untuk membeli mata uang lainnya. Dampak dari perubahan nilai tukar atas suatu bisnis tidak hanya dilihat dari penguatan atau pelemahan suatu mata uang, tetapi juga dengan memperhatikan apakah negara tersebut adalah net exporter atau net importer. Perubahan nilai tukar dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tingkat suku bunga, inflasi, jumlah uang beredar defisit anggaran, perilaku bank sentral yang terkait dengan independensi bank sentral, dan harapan pasar (market expectation). Pergerakan nilai tukar mencerminkan perubahan tingkat kelangkaan suatu mata uang yang dikatakan bila nilai tukar US dollar melemah atau nilai tukar rupiah menguat, karena mendapatkan satu unit US dollar jumlah rupiah yang dibutuhkan semakin sedikit. Dan jika nilai US dollar menguat atau nilai tukar rupiah melemah, untuk mendapatkan satu unit US dollar jumlah rupiah yang dibutuhkan semakin banyak. Menguatnya nilai rupiah menyebabkan bahwa rupiah semakin langka. Karena pertumbuhan permintaan rupiah lebih cepat daripada penawarannya, begitupun sebliknya. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan adanya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ni Made (2011) dan Sumaya (2012) yang menyatakan bahwa 63 variabel nilai tukar tidak berpengaruh terhadap IHSG yang ada di BEI karena ketika nilai kurs rupiah mengalami penguatan pada uang asing maka akan lebih banyak investor yang akan menginvestasikan hartanya untuk membeli saham. Dikarenakan adanya penguatan yang terindikasi yang menyatakan bahwa perekonomian suatu negara sedang bagus. Namun sebaliknya, ketika kurs rupiah melemah menandakan mata uang asing akan mengalami penguatan maka dapat disimpulkan perekonomian di suatu negar tersebut sedang tidak baik. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dihasilkan analisis dan pembahasan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG), maka bisa disimpulkan bahwa : 1. Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan yang memiliki arah hubungan negatif atau memiliki sifat yang berlawanan arah, diartikan jika terjadi kenaikan pada tingkat inflasi maka indeks harga saham gabungan (IHSG) akan mengalami penurunan. 2. Suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan yang memiliki arah hubungan negatif atau memiliki sifat yang berlawanan arah, diartikan jika terjadi kenaikan pada suku bunga SBI maka indeks harga saham gabungan (IHSG) akan mengalami penurunan. 3. Nilai tukar rupiah terhadap US dollar berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham gabungan yang memiliki hubungan positif atau memiliki hubungan yang searah, diartikan jika terjadi kenaikan pada nilai tukar rupiah terhadap US dollar maka indeks harga saham gabungan (IHSG) akan mengalami kenaikan. 63 64 5.2 Saran Penenlitian ini dapat ditarik kesimpulan diatas, maka peneliti akan mengemukakan beberapa saran yang diharapkan bermanfaat bagi perusahaan maupun pihak lain yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas peneliti ini. Saran yang diberikan peneliti sebagai berikut : 1. Sebaiknya peneliti berikutnya akan lebih lanjut membandingkan fundamental makro ekonomi terhadap teori makro lainnya seperti Bursa Asing, Indeks LQ-45, dan lain-lain. Sehingga bisa ditarik kesimpulan dari berbagai indeks manakah yang paling berpengaruh terhadap fundamental makroekonomi dan diharapkan hasil dari penelitian ini akan menambah wawasan mahasiswa yang akan mengambil penelitian dalam penyusunan skripsi agar mengetahui pengaruh faktor-faktor ekonomi makro dapat berpotensi pada kinerja bursa saham, bukan hanya berpengaruh pada faktor internal saja melainkan faktor eksternal juga bisa mempunyai pengaruh pada bursa saham indonesia. 2. Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk para investor yang akan berinvestasi dalam pengambilan keputusan apakah akan menjual saham, membeli saham bahkan akan menahan saham yang mereka miliki karena adanya naik turunnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar yang sedang terjadi di negara ini. 3. Pada penelitian selanjutnya diharapkan bisa menggunakan metode lainnya supaya membandingkan metode mana yang paling efektif untuk melakukan pengujian pada 65 variabel ini dan juga sebaiknya menambahkan variabel lain yang berkaitan dengan indeks harga saham gabungan, maka bisa menghasilkan hasil yang jauh lebih baik . 66 DAFTAR PUSTAKA Divianto. 2013. “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ekonomi Dan Informasi Akuntansi (JENIUS). Vol. 3, No. 2. Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Investasi Teori Dan Soal Jawab. Jakarta: Salemba Empat. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19”. Edisi Lima. Semarang: Universitas Diponegoro. Indrianto, Nur dan Supomo Bambang. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Madura, Jeff. 2006. International Corporate Finance. Cetakan Kedelapan. Jakarta: Salemba Empat Manurung, Mandala dan Rahardja Prathama. 2004. Uang Perbankan dan Ekonomi Moneter. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Natarsyah. 2003. “Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Go-Public di Pasar Modal Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.15, No.3, Hal 294-312. Made, Ni dan Ica Rika. 2011. “Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar, Inflasi dan Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di BEI”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Pohan, Aulia. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter dan Implikasinya di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Pratikno, Deddy. 2009. “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan IHSG di BEI”. Jurnal economic Univercity Sumatra Utara Medan, pp:16-99. Samsul, Muhammad. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. 67 Santosa, Purboyo Budi dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Miscrosoft Excel dan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi. Santoso.Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Media Komputindo Kelompok Gramedia. Soeratno dan Arsyad.2008.Metodologi Penelitian. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Suci, Suramaya. 2012. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”. Jurnal Ekonomi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Palembang. Suhaedi. 2000. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Rasio Profitabilitas dan Beta Akuntansi Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Keuangan & Bisnis Vol. 6, No. 4, September. Sukirno, Sadono. 2006. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suraniyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Triyono. 2008. “Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika”.Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.9 No. 2, Desember 2008 : 156-167. Universitas Muhammadiyah Surakarta. www.bi.go.id www.bisnis.tempo.co www.rri.co.id 68 Lampiran A Data Mentah no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 bulan Jan feb mar apr mei jun jul agus sep okt nov des Jan feb mar apr mei jun jul agus sep okt nov des Jan feb mar apr mei jun jul agus sep okt tingkat inflasi (%) 3.72 3.81 3.43 3.91 4.16 5.05 6.22 6.44 5.8 5.67 6.33 6.96 7.02 6.84 6.65 6.16 5.98 5.54 4.61 4.79 4.61 4.42 4.15 3.79 3.65 3.56 3.97 4.5 4.45 4.53 4.56 4.58 4.31 4.61 suku bunga (%) 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.5 6 6 6 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 nilai tukar (rupiah) 8932.14 8731.44 8817.57 8826.6 8443.63 8231.63 8348.66 8527.92 8907.12 9252.61 9354.09 9442.38 9498.12 9492.05 9358.17 9668.71 9693.41 9615.82 9725.12 9473.42 9450.63 9496.34 9620.71 9704.09 9979.84 10214.63 10200.04 10011.58 9790.04 9925.82 10247.16 10475 10465.6 10396.95 IHSG 2610.8 2549.03 2777.3 2971.25 2796.96 2913.68 3069.28 3081.88 3501.3 3635.32 3531.21 3703.51 3409.17 3470.35 3678.67 3819.62 3836.97 3888.57 4130.8 3841.73 3549.03 3790.85 3715.08 3821.99 3941.69 3985.21 4121.55 4180.73 3832.82 3955.58 4142.34 4060.33 4262.56 4350.29 69 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 nov des Jan feb mar apr mei jun jul agus sep okt nov des Jan feb mar apr mei jun jul agus sep okt nov 4.32 4.3 4.57 5.31 5.9 5.57 5.47 5.9 8.61 8.79 8.4 8.32 8.37 8.38 8.22 7.75 7.32 7.25 7.32 6.7 4.53 3.99 4.53 4.83 6.23 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 6 6.5 6.5 7 7.25 7.25 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.6 10546.51 10623.14 10698.16 10514.2 10553.07 10615.89 10170.75 9793.73 9702.56 10012.26 10991.37 11290.81 11291.87 11314.37 11226.58 11143.74 10812.13 11113.31 11196.64 11605.71 11451.07 11366.87 11232.89 11101.19 10961.33 4276.14 4316.69 4453.7 4795.79 4940.99 5034.07 5068.63 4818.9 4610.38 4195.09 4316.18 4510.63 4256.44 4274.18 4418.76 4620.22 4768.28 4840.15 4893.9 4878.58 5088.8 5136.86 5137.58 5089.55 5149.88 60 des 8.36 7.75 10685.5 5266.94 70 Lampiran B Hasil Output SPSS Tabel 4.1.1 Hasil Statistik Deskriptif Tiap Variabel Descriptive Statistics Sumber : Output SPSS 19.0 Tabel Normalitas Hasil Uji Kolmogorow-Smirnov One-Sample Kolmogorow-Smirnov Test Sumber : Output SPSS 16.0 71 Tabel Multikolonearitas Hasil Uji Multikolonearitas Collinearity Statistic Model Tolerance VIF 1 (Constant) Tingkat_Inflasi ,691 1,448 Suku_Bunga ,669 1,495 Nilai_Tukar ,852 1,174 Sumber : Output SPSS 16.0 Tabel Autokorelasi Hasil Uji Durbin-Watson (DW) Sumber : Output SPSS 16.0 72 Tabel Heteroskedastisitas Hasil Uji Gletser Coefficientsa Sumber : Output SPSS 16.0 Tabel 4.3 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa Sumber : Output 16.0 73 Tabel 4.4 Hasil Uji F Secara Simultan ANNOVAb Sumber : Output SPSS 16.0 Tabel 4.5 Hasil Uji t (Uji Hipotesis) Coefficientsa Sumber : Output SPSS 16.0 74 Tabel 4.6 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb Sumber : Output SPSS 16.0 75 76