HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP EKSPRESI GEN ARG389GLY PADA PASIEN DI KPKM BUARAN DAN RENI JAYA TANGERANG SELATAN LAPORAN PENELITIAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA KEDOKTERAN Disusun oleh : Reza Aulia Fikri 1113103000020 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP EKSPRESI GEN ARG389GLY PADA PASIEN DI KPKM BUARAN DAN RENI JAYA TANGERANG SELATAN Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Oleh Reza Aulia Fikri NIM: 1113103000020 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M iii LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP EKSPRESI GEN ARG389GLY PADA PASIEN DI KPKM BUARAN DAN RENI JAYA TANGERANG SELATAN yang diajukan oleh Reza Aulia Fikri (NIM 1113103000020), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 11 November 2016. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Ciputat, 11 November 2016 iv KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dengan rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan laporan penelitian dengan judul “HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN USIA TERHADAP EKSPRESI GEN ARG389GLY PADA PASIEN DI KPKM BUARAN DAN RENI JAYA TANGERANG SELATAN.” Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, 2. dr. Achmad Zaki,Sp.OT, M.Epid selaku Ketua Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, 3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku Penanggung Jawab Modul Riset Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter 2013, 4. dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, Ph.D dan dr.Erike Anggraini Suwarsono, M.Pd selaku pembimbing pertama dan kedua saya yang selalu membimbing, mengajarkan, memfasilitasi, dan menyemangati. 5. Kedua orang tua saya, Achmad Sobari dan Neneng Hozanah yang selalu memberikan kasih sayang, cinta, doa, dan semangat, sehingga memotivasi dan menguatkan saya dalam melakukan penelitian ini. 6. Kakak dan adik saya tercinta, Rifqi Fadhilah dan Ramzy Arianka Hafiez yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini. 7. Seluruh petugas di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan. v 8. Laboran di laboratorium kultur genetik, biologi, dan biokimia yang telah membantu berlangsungya penelitian ini. Serta kepada Anisa mahasiswa UNJ program studi Biologi angkatan 2012 yang telah membimbing dan membantu penelitian ini. 9. Teman sekelompok dan seperjuangan penelitian, Muhammad Rizki Dwi Syahputra, Hafiez Muhammad Ikhsan, Siti Fauziah dan Nabila Putri Hazima yang telah menyemangati, membantu, dan berjuang bersama di dalam penelitian ini. 10. Semua responden yang telah bersedia untuk menjalani penelitian ini. 11. Seluruh mahasiswa PSKPD UIN Jakarta angkatan 2013. 12. Serta untuk semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan penulis terima demi laporan penelitian yang lebih baik. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Akhir kata, semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat balasam, rahmat, dan ridho dari Allah SWT, Amin. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ciputat, 11 November 2016 Penulis vi ABSTRAK Reza Aulia Fikri. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Usia Terhadap Ekspresi Gen Arg389Gly pada Pasien di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan. Polimorfisme gen Arg389Gly rs1801253 telah terdeteksi pada reseptor β1 adrenergik. Reseptor β1 adrenergik berperan penting dalam pengaturan curah jantung, dan mediasi transduksi sinyal di sistem simpatis-adrenal, serta agen-agen yang menghalangi tekanan darah menjadi rendah, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dan usia terhadap frekuensi gen Arg389Gly, sebuah studi asosiasi genom dilakukan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampel diperoleh dari pasien yang berobat di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan (N=29). Responden terdiri dari perempuan sebanyak 21 orang dan laki-laki sebanyak 8 orang dengan rentang usia dari 30 – 70 tahun. Metode yang digunakan adalah sekuensing untuk skrining gen Arg389Gly rs1801253 dan pemeriksaan tekanan darah dengan sfigmomanometer. Hasilnya, frekuensi gen Arg389Gly rs1801253 pada responden adalah wildtype (34,483%), heterozigot (0%), variant (65,517%). Adapun frekuensi gen Arg389Gly rs1801253 pada laki-laki adalah wildtype (75%), heterozigot (0%), dan variant (25%). Sedangkan, frekuensi gen Arg389Gly rs1801253 pada perempuan adalah wildtype (19,048%), heterozigot (0%), dan variant (80,952%). Hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan genotip (p=0,009). Rata-rata usia responden adalah 49,93 tahun dengan standar deviasi sebesar 8,936. Hasilnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara usia dengan genotip (p=0,743). Rata-rata tekanan darah sistolik responden adalah 135,17mmHg dengan standar deviasi sebesar 15,029. Hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan antara tekanan darah sistolik dengan genotip (p=0,041). Rata-rata tekanan darah diastolik responden adalah 82,07mmHg dengan standar deviasi sebesar 7,736. Hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan antara tekanan darah diastolik dengan genotip (p=0,050). Kata Kunci : Arg389Gly, rs1801253, Sekuensing vii ABSTRACT Reza Aulia Fikri. The Study Program of Medicine and the Medical Profession. The Relationship Between Gender and Age of the Arg389Gly Gene Expression in Patients at KPKM Buaran and Reni Jaya South Tangerang. Arg389Gly rs1801253 polymorphism has been detected in β1 adrenergic receptors. Β1 adrenergic receptors play an important role in the regulation of cardiac output, and mediating signal transduction in the sympathetic-adrenal system, as well as agents that prevent low blood pressure, which can increase the risk of hypertension. To determine the relationship between gender and age of the gene frequency Arg389Gly, a genome-wide association studies conducted in UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Samples were obtained from patients treated in KPKM Buaran and Reni Jaya South Tangerang (N = 29). Respondents consisted of 21 persons women and men of 8 people with an age range of 30-70 years. The method used is to screen for gene sequencing Arg389Gly rs1801253 and blood pressure with a sphygmomanometer. As a result, the frequency of rs1801253 gene Arg389Gly the respondents are wildtype (34.483%), heterozygous (0%), variant (65.517%). The frequency of rs1801253 Arg389Gly genes in males is wildtype (75%), heterozygous (0%), and variant (25%). Meanwhile, Arg389Gly rs1801253 gene frequency in women is wildtype (19.048%), heterozygous (0%), and variant (80.952%). The results show a significant relationship between sex and genotype (p = 0.009). The average age of respondents was 49.93 years with a standard deviation of 8.936. The results showed no significant difference between age and genotype (p = 0.743). The average systolic blood pressure of respondents are 135,17mmHg with a standard deviation of 15.029. The results showed a significant association between systolic blood pressure by genotype (p = 0.041). The average diastolic blood pressure was 82,07mmHg respondents with a standard deviation of 7.736. The results showed a significant association between diastolic blood pressure with the genotype (p = 0.050) Key Words : Arg389Gly, rs1801253, Sequencing viii DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL i LEMBAR PERNYATAAN ii LEMBAR PERSETUJUAN iii LEMBAR PENGESAHAN iv KATA PENGANTAR v ABSTRAK vii ABSTRACT viii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR LAMPIRAN xviii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 3 1.3 Hipotesis 3 1.4 Tujuan Penelitian 3 1.5 Manfaat Penelitian 3 1.5.1 Bagi Institusi 3 1.5.2 Bagi Peneliti 3 1.5.3 Bagi Peneliti Lain 3 1.5.4 Bagi Masyarakat 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Landasan Teori 4 2.1.1 Definisi Hipertensi 4 2.1.2 Klasifikasi Hipertensi 4 2.1.3 Epidemiologi Hipertensi 6 ix 2.1.4 Etiologi Hipertensi 9 2.1.5 Patogenesis dan Patofisiologis Hipertensi 10 2.1.6 Manifestasi Klinis Hipertensi 15 2.1.7 Faktor Risiko Hipertensi 15 2.1.8 Diagnosis Hipertensi 15 2.1.9 Komplikasi Hipertensi 16 2.1.10 Prognosis Hipertensi 16 2.1.11 Tata Laksana Hipertensi 16 2.1.12 Jenis Kelamin dan Usia dengan Hipertensi 19 2.1.13 Gen Arg389Gly dengan Hipertensi 19 2.1.14 DNA 21 2.1.15 Mutasi Gen 22 2.2 Kerangka Teori 24 2.3 Kerangka Konsep 24 2.4 Definisi Operasional 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 3.1 Desain Penelitian 26 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 26 3.2.1 Waktu Penelitian 26 3.2.2 Tempat Penelitian 26 3.3 Populasi dan Sempel Penelitian 26 3.3.1 Populasi Target 26 3.3.2 Populasi Terjangkau 26 3.3.2.1 Kriteria Inklusi 27 3.3.2.2 Kriteria Eklusi 27 3.3.2.3 Kriteria Eliminasi/Drop Out 27 3.3.3 Perkiraan Besar Sampel 27 3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel 29 3.4 Cara Kerja Penelitian 29 3.4.1 Alat dan BahanPenelitian 29 x 3.4.2 Penyuluhan dan Skrining 30 3.4.3 Flebotomi 30 3.4.4 Isolasi DNA 31 3.4.5 Polymerase Chain Reaction (PCR) 32 3.4.6 Gel Elektroforesis 32 3.4.7 Sekuensing 33 3.5 Alur Penelitian 35 3.6 Pengolahan dan Analisa Data 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 37 4.1 Hasil 37 4.1.1 Data Karakteristik Responden 37 4.1.2 Hasil Hubungan Jenis Kelamin dengan Genotip Arg389Gly 38 4.1.3 Hasil Hubungan Usia dengan Genotip Arg389Gly 38 4.1.4 Hasil Hubungan Sistol dengan Genotip Arg389Gly 39 4.1.5 Hasil Hubungan Diastol dengan Genotip Arg389Gly 39 4.2 Pembahasan 40 4.3 Kelebihan Penelitian 42 4.3 Keterbatasan Penelitian 42 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 43 5.1. Simpulan 43 5.2. Saran 43 BAB VI KERJASAMA RISET 44 DAFTAR PUSTAKA 45 LAMPIRAN 48 xi DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 4 Tabel 2.2 5 Provinsi dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi 8 Tabel 2.3 5 Provinsi dengan Prevalensi Hipertensi Terendah 8 Tabel 2.4 Definisi Operasional 25 Tabel 4.1 Data Karakteristik Responden (Kategorik) 37 Tabel 4.2 Data Karakteristik Responden (Numerik) 37 Tabel 4.3 Frekuensi Genotip Berdasarkan Jenis Kelamin 38 Tabel 4.4 Frekuensi Genotip Berdasarkan Usia 38 Tabel 4.5 Frekuensi Genotip Berdasarkan Sistol 39 Tabel 4.6 Frekuensi Genotip Berdasarkan Diastol 39 Tabel 7.5.1 Hasil Kemurnian dan Konsentrasi DNA Sampel 58 Tabel 7.8.1 Data Karakteristik Responden 64 xii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah 7 Gambar 2.2 Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin 9 Gambar 2.3 Penentu Tekanan Darah Arteri Rerata 11 Gambar 2.4 Saraf Simpatis Parasimpatis dengan Tekanan Darah 13 Gambar 2.5 Refleks Baroreseptor Memulihkan Tekanan Darah 14 Gambar 2.6 Patogenesis Hipertensi 14 Gambar 2.7 Algoritma Tata Laksana Hipertensi Menurut NICE 2013 18 Gambar 2.8 Pengobatan Hipertensi Menurut NICE, 2013 18 Gambar 2.9 Struktur Double Helix pada Rantai DNA 21 Gambar 2.10 Jenis-Jenis Mutasi Beserta Chromatogramnya 23 Gambar 2.11 Kerangka Teori 24 Gambar 2.12 Kerangka Konsep 24 Gambar 3.1 Alur Penelitian 35 Gambar 7.3.1 SNP Arg389Gly rs1801253 51 Gambar 7.3.2 Primer Forward 51 Gambar 7.3.3 Primer Reverse 52 Gambar 7.4.1 Penyuling Aquades 53 Gambar 7.4.2 Spin 53 Gambar 7.4.3 Vortex 53 xiii Gambar 7.4.4 Disposafe 53 Gambar 7.4.5 CoolRoom 53 Gambar 7.4.6 Alkohol 70% 53 Gambar 7.4.7 Micropipet 53 Gambar 7.4.8 Primer 53 Gambar 7.4.9 Taq Polymerase 53 Gambar 7.4.10 Oven 53 Gambar 7.4.11Timbangan Digital 54 Gambar 7.4.12 Tip 100-1000µL 54 Gambar 7.4.13 Loading Dye 54 Gambar 7.4.14 Autoclaf 54 Gambar 7.4.15 Nanometer 54 Gambar 7.4.16 Marker DNA 100bp 54 Gambar 7.4.17 Agarose 55 Gambar 7.4.18 ddH₂O 55 Gambar 7.4.19 Plate Sequencing 55 Gambar 7.4.20 DNA Genom Kit 55 Gambar 7.4.21 Handscone 55 Gambar 7.4.22 Waterbath 55 Gambar 7.4.23 Sentrifuge 55 Gambar 7.4.24 Freezer 55 xiv Gambar 7.4.25 Microwave 55 Gambar 7.4.26 Elektroforesis 56 Gambar 7.4.27 Sampel DNA 56 Gambar 7.4.28 Vacutainer 56 Gambar 7.4.29 Filter Tube 56 Gambar 7.4.30 Larutan DNA Genom Kit 56 Gambar 7.4.31 Tube Isolasi DNA 56 Gambar 7.4.32 Tip 0,1-10µL 56 Gambar 7.4.33 Marker 56 Gambar 7.4.34 Tip 10-50µL 56 Gambar 7.4.35 Tube PCR 56 Gambar 7.4.36 Thermal Cycler 57 Gambar 7.4.37 Wadah Agar 57 Gambar 7.4.38 Ethium Bromide 57 Gambar 7.4.39 DNA Rehydration 57 Gambar 7.4.40 Gel Dock 57 Gambar 7.4.41 Ice Pack 57 Gambar 7.4.42 Dokumentasi 57 Gambar 7.6.1 Gel doc elektroforesis agarose genom sampel 60 Gambar 7.6.2 Gel doc hasil elektroforesis agarose dari PCR 60 Gambar 7.7.1 HT1 61 xv Gambar 7.7.2 HT2 61 Gambar 7.7.3 HT3 61 Gambar 7.7.4 HT4 61 Gambar 7.7.5 HT5 61 Gambar 7.7.6 HT6 61 Gambar 7.7.7 HT7 61 Gambar 7.7.8 HT8 61 Gambar 7.7.9 HT9 61 Gambar 7.7.10 HT10 61 Gambar 7.7.11 HT11 61 Gambar 7.7.12 HT12 61 Gambar 7.7.13 HT13 62 Gambar 7.7.14 HT14 62 Gambar 7.7.15 HT15 62 Gambar 7.7.16 HT16 62 Gambar 7.7.17 N1 62 Gambar 7.7.18 N2 62 Gambar 7.7.19 N3 62 Gambar 7.7.20 N4 62 Gambar 7.7.21 N5 62 Gambar 7.7.22 N6 62 xvi Gambar 7.7.23 N7 62 Gambar 7.7.24 N8 62 Gambar 7.7.25 N9 62 Gambar 7.7.26 N10 62 Gambar 7.7.27 N11 62 Gambar 7.7.28 N12 63 Gambar 7.7.29 N13 63 Gambar 7.7.30 N14 63 Gambar 7.7.31 N15 63 xvii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Permohonan Ethical Approval Penelitian 48 Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden 49 Lampiran 3. Fragmen Wildtype, Variant dan Primer 50 Lampiran 4. Alat dan Bahan Penelitian 53 Lampiran 5. Hasil Kemurnian dan Konsentrasi DNA Sampel 58 Lampiran 6. Gel documentation hasil elektroforesis agarose 60 Lampiran 7. Hasil Sequencing 61 Lampiran 8. Data Karakteristik Responden 64 Lampiran 9. Hasil Uji Statistik 66 Lampiran 10. Curriculum Vitae Peneliti 73 xviii 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VII (JNCVII) melaporkan bahwa hampir satu milyar orang menderita hipertensi di dunia. National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) III 1999-2000 di Amerika Serikat melaporkan bahwa dari 69% pasien yang kesadaran (awareness) terhadap hipertensinya cukup baik dan sebanyak 58% pasien menerima terapi, hanya 31% tekanan darah yang terkontrol.1 Hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius di seluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang. Hipertensi disebut juga ‘the silent killer’ karena sebagai salah satu penyebab peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 1 milyar manusia di dunia hidup dengan hipertensi dan diprediksi akan meningkat sebanyak 60% pada tahun 2025.2 Di Indonesia dan negara berkembang lainnya hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat. Kasus hipertensi diperkirakan akan meningkat 80% pada tahun 2025, dari sejumlah 639 juta kasus pada tahun 2000 diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 didapatkan bahwa prevalensi hipertensi tertinggi di kepulauan Natuna (wilayah pantai) sebanyak 53,3%, sedangkan prevalensi Hipertensi terendah di Pegunungan Jayawijaya sebanyak 6,8%. Hal ini antara lain berhubungan dengan adanya perbedaan pola makan terutama intake natrium yang mendukung risiko terjadinya hipertensi.3 Hipertensi dibedakan menjadi dua, yaitu hipertensi esensial dan hipertensi non esensial. Atau biasa disebut juga hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebab pastinya. Sedangkan hipertensi non esensial adalah hipertensi yang sudah 2 diketahui penyebab pastinya. Adapun hipertensi esensial merupakan penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko tersebut antara lain ialah diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetik, kurangnya aktifitas fisik, jenis kelamin, dan umur.4 Perkembangan hipertensi tergantung interaksi antara faktor genetik dan faktor risiko terjadinya hipertensi antara lain faktor lingkungan.5 Saat ini tren hipertensi sebanyak 90% dipengaruhi adanya faktor genetik sehingga jika ada 10 orang menderita hipertensi, maka sebanyak 9 orang diantaranya disebabkan karena faktor genetik dan lingkungan yang meningkatkan risiko terjadinya hipertensi.6 Hipertensi adalah penyakit multifaktorial yang meliputi faktor genetik, lingkungan dan demografi. Kontribusi elemen genetik pada tekanan darah berkisar antara 30-50 %. Oleh karena itu, mengidentifikasi kecurigaan hipertensi akibat gen akan membantu memahami patofisiologi penyakit. Selain bermanfaat dalam memilih obat antihipertensi, informasi genomik juga dapat membantu mengenali mereka yang berisiko terserang hipertensi, sehingga dapat mengoptimalkan pendekatan preventif . Beberapa strategi dan metode telah digunakan untuk mengidentifikasi kecurigaan hipertensi akibat gen. Polimorfisme gen Arg389Gly telah terdeteksi pada reseptor β1 adrenergik. Variasi gen Arg389 dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi. Hal ini juga menunjukkan bahwa pembawa varian ini memiliki respon yang lebih besar untuk β blocker.7 Pada riset ini kami mencari apakah ada hubungan dari polimorfisme Arg389Gly terhadap hipertensi esensial. Polimorfisme adalah variasi sekuensi yang mempunyai perubahan pada genotip. Perubahan tersebut dapat berupa Homozigot normal (wildtype), homozigot variant dan heterozigot7. Kami menggunakan darah sebagai spesimen lalu kami lakukan isolasi DNA, kemudian kami lakukan pemeriksaan PCR beserta gel elektroforesis dan setelah itu kami melakukan sekuensing. Kami mencoba mencari apakah adanya hubungan antara jenis kelamin dan usia terhadap ekspresi gen Arg389Gly pada pasien di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan. 3 1.2 Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dan usia terhadap ekspresi gen Arg389Gly pada pasien di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan? 1.3 Hipotesis Terdapat hubungan antara jenis kelamin dan usia terhadap ekspresi gen Arg389Gly pada pasien di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan. 1.4 Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dan usia terhadap ekspresi gen Arg389Gly pada pasien di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Institusi 1. Penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi dalam perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 1.5.2 Bagi Peneliti 1. Mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di kalangan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. 1.5.3 Bagi Peneliti Lain 1. Sebagai salah satu acuan untuk melakukan penelitian hubungan polimorfisme gen dengan hipertensi pada jenis gen atau responden yang berbeda. 1.5.4 Bagi Masyarakat 1. Sebagai salah satu acuan masyarakat dalam pencegahan salah satu faktor risiko hipertensi esensial yaitu faktor genetik khususnya gen Arg389Gly. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Hipertensi Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.8 2.1.2 Klasifikasi Hipertensi Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal. a. Hipertensi berdasarkan tingkat keparahan : Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Comitte on the prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure) VII 20038,9,10 Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC8,9,10 Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah Darah Sistol (mmHg) Diastol (mmHg) Normal <120 <80 Prehipertensi 120-139 80-89 Hipertensi Stage I 140-159 90-99 Hipertensi Stage II ≥160 ≥100 5 b. Hipertensi berdasarkan penyebab : 1. Hipertensi Primer / Hipertensi Esensial Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik). Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.8,10 2. Hipertensi Sekunder / Hipertensi Non Esensial Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).8,10 c. Hipertensi berdasarkan bentuk : Hipertensi diastolik {diastolic hypertension}, Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension).8 d. Hipertensi berdasarkan keadaan tertentu : 1. Hipertensi Pulmonal Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun.8 Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean"tekanan arteri 6 pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pada jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.8 2. Hipertensi pada Kehamilan : Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat kehamilan, yaitu: i. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.8 ii. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin.8 iii. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik.8 iv. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.8 Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya.8 2.1.3 Epidemiologi Hipertensi Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan juga bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi 7 hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva mendatar), dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien hipertensi.10 Sampai saat ini data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insidensi hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.10 Gambar 2.1 Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah8 Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).8 Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda, 8 masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi. Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah (16,8)%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri.8 Selanjutnya gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. Suatu kondisi yang cukup mengejutkan. Terdapat 13 provinsi yang persentasenya melebihi angka nasional, dengan tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%) atau secara absolut sebanyak 30,9% x 1.380.762jiwa = 426.655 jiwa.8 Tabel 2.2 5 Provinsi dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi8 Tabel 2.3 5 Provinsi dengan Prevalensi Hipertensi Terendah8 9 Gambar 2.2 Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin8 2.1.4 Etiologi Hipertensi Hipertensi Primer Penyebab yang mendasari 90% kasus hipertensi tidak diketahui. Hipertensi semacam ini dikenal sebagai hipertensi primer (esensial atau idiopatik). Hipertensi primer adalah suatu kategori umum untuk peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh beragam penyebab yang tidak diketahui dan bukan suatu enrtitas tunggal. Orang dapat memperlihatkan kecenderungan genetik yang kuat mengidap hipertensi primer, yang dapat dipercepat atau diperburuk oleh faktor kontribusi misalnya kegemukan, stres, merokok, atau kebiasaan makan. Adapun faktor lainnya ialah :11 a. Ganguan penanganan garam oleh ginjal b. Asupan garam berlebihan c. Diet yang kurang mengandung buah, sayuran, dan produk susu (yaitu, rendah K⁺ dan Ca²⁺) d. Kelainan membran plasma misalnya ganguan pompa Na⁺-K⁺ e. Variasi dalam gen yang menyandi angiotensinogen f. Bahan endogen mirip digitalis 10 g. Kelainan pada NO, endotelin, dan bahan kimia uasoaktif lokal lainnya h. Kelebihan vasopresin Apapun penyebab yang mendasari, sekali terbentuk hipertensi tampaknya akan terus berlanjut. Pajanan terus menerus ke tekanan yang tinggi menyebabkan dinding pembuluh mudah mengalami aterosklerosis, yang semakin meningkatkan tekanan darah.11 Hipertensi Sekunder Penyebab pasti hipertensi hanya dapat ditemukan pada 10% kasus. Hipertensi yang terjadi akibat masaiah primer lain disebut hipertensi sekunder. Inilah beberapa contoh hipertensi sekunder;11 a. Hipertensi ginjal b. Hipertensi endokrin. c. Hipertensi neurogenik 2.1.5 Patogenesis dan Patofisiologis Hipertensi Mekanisme-mekanisme yang terlibat dalam memadukan kerja berbagai komponen sistem sirkulasi dan sistem tubuh lain sangat penting untuk mengatur tekanan arteri rerata. Ingatlah bahwa dua penentu tekanan arreri rerata adalah curah jantung dan resistensi perifer total. Dimana curah jantung dan resistensi perifer total dipengaruhi oleh sejumlah faktor.11 11 Gambar 2.3 Penentu Tekanan Darah Arteri Rerata11 a. Tekanan arteri rerata bergantung curah jantung dan resistensi perifer total 1. b. Curah jantung bergantung pada kecepatan jantung dan isi sekuncup 2. c. Kecepatan jantung bergantung pada keseimbangan relatif aktivitas parasimpatis 3, yang menurunkan kecepatan jantung, dan aktivitas simpatis (dalam seluruh pembahasan ini secara implisit mencakup epinefrin) 4, yang meningkatkan kecepatan jantung. d. Isi sekuncup meningkat sebagai respons terhadap aktivitas simpatis 5 (kontrol ekstrinsik isi sekuncup). e. Isi sekuncup juga meningkat jika aliran balik vena meningkat 6 (kontrol intrinsik isi sekuncup sesuai hukum Frank-Starling jantung). 12 f. Aliran balik vena ditingkatkan oleh vasokonstriksi vena yang diinduksi oleh saraf simpatis 7, pompa otot rangka 8, pompa pernapasan 9, dan penghisapan jantung 10. g. Volume darah sirkulasi efektif juga mempengaruhi seberapa banyak darah dikembalikan ke jantung 11. Volume darah jangka pendek bergantung pada ukuran perpindahan cairan bulkflow pasif antara plasma dan cairan interstisium menembus dinding kapiler 12. Dalam jangka panjang, volume darah bergantung pada keseimbangan garam dan air 13, yang secara hormonal dikontrol masing-masing oleh sistem renin-angiotensin-aldosteron dan vasopresin 14. h. Penentu utama lain tekanan darah arteri rerata, resistensi perifer total, bergantung pada jari-jari semua arteriol serta kekentalan darah 15. Faktor utama yang menentukan kekentalan darah adalah jumlah sel darah merah 16. Namun, jari-jart arteriol adalah faktor yang lebih penting dalam menentukan resistensi perifer total. i. Jari-jari arteriol dipengaruhi oleh kontrol metabolik lokal (intrinsik) yang menyamakan aliran darah dengan kebutuhan metabolik 17. Sebagai contoh, perubahan lokal yang terjadi di otot-orot rangka yang aktif menyebabkan vasodilatasi arteriol lokal dan peningkatan aliran darah ke otot-otot tersebut I8. j. Jari-jari arteriol juga dipengaruhi oleh aktivitas simpatis 19, suatu mekanisme kontrol ekstrinsik yang menyebabkan vasokonstriksi arteriol 20 untuk meningkatkan resistensi perifer total dan tekanan darah arteri rerata. k. Jari-jari arteriol juga dipengaruhi secara ekstrinsik oleh hormon vasopresin dan angiotensin II, yaitu vasokonstriktor poten 21 serta penting dalam keseimbangan garam dan air 22. 13 Perubahan setiap faktor di atas akan mengubah tekanan darah, kecuali jika terjadi perubahan kompensasi di variabel lain yang menjaga tekanan darah konstan. Aliran darah ke suatu organ bergantung pada gaya dorong tekanan arteri rerata dan derajat vasokonstriksi arteriol organ tersebut. Karena tekanan arteri rerata bergantung pada curah jantung dan derajat vasokonstriksi arteriol, maka jika arteriol-arteriol di satu organ melebar, maka arteriol-arteriol di organ lain harus berkonstriksi untuk mempertahankan tekanan darah arteri yang adekuat. Tekanan yang memadai diperlukan untuk menghasilkan gaya untuk mendorong darah tidak saja ke organ yang mengalami vasodilatasi tetapi juga ke otak, yang bergantung pada aliran darah yang konstan. Karena itu, variabel-variabel kardiovaskular harus terus-menerus diatur untuk mempertahankan tekanan darah yang konstan meskipun kebutuhan akan darah dari masing-masing organ berubah-ubah.11 Gambar 2.4 Hubungan Sistem Saraf Simpatis dan Parasimpatis dengan Tekanan Darah11 14 Gambar 2.5 Refleks Baroreseptor untuk Memulihkan Tekanan Darah ke Normal11 Gambar 2.6 Patogenesis Hipertensi10 15 2.1.6 Manifestasi Klinis Hipertensi Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan.8,10 2.1.7 Faktor Risiko Hipertensi Faktor risiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor risiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, dan penggunaan estrogen.8,10 2.1.8 Diagnosis Hipertensi Terdapat 3 tahap penegakkan diagnosis hipertensi, yaitu : a. Anamnesis. Perlu didapatkan informasi terkait manifestasi klinis, dan faktor risiko hipertensi pada pasien. Kemungkinan epidemiologi juga dipertimbangkan. Serta etiologi hipertensi pada pasien baik hipertensi primer maupun hipertensi sekunder.10 b. Pemeriksaan fisik. Nilai tekanan darah diambil dari rerata 2 kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Apabila tekanan darah ≥140/90 mmHg pada 2 atau lebih kunjungan, hipertensi dapat ditegakkan. Pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan dengan alat yang baik, ukuran dan posisi manset yang tepat (setingkat dengan jantung), serta teknik yang benar.8,10 c. Pemeriksaan penunjang. Memeriksa komplikasi yang telah atau sedang terjadi dan memeriksa kecurigaan klinis hipertensi sekunder.10 16 2.1.9 Komplikasi Hipertensi Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain :10,12 a. Serebrovaskular : stroke, transient ischemic attacks, demensia vaskular. b. Mata : retinopati hipertensif. c. Kardiovaskular : penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung koroner. d. Ginjal : nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis. e. Arteri Perifer : klaudikasio intermiten. 2.1.10 Prognosis Hipertensi Pengobatan antihipertensi umumnya untuk selama hidup. Penghentian pengobatan cepat atau lambat akan diikuti dengan peningkatan tekanan darah sampai seperti sebelum dimulai pengobatan antihipertensi. Walaupun demikian, ada kemungkinan untuk menurunkan dosis dan jumlah obat antihipertensi secara bertahap bagi pasien yang diagnosis hipertensinya sudah pasti serta tetap patuh terhadap pengobatan nonfarmakologis. Bila selain hipertensi ada kondisi lain seperti diabetes melitus atau penyakit ginjal atau hiperkalemia, maka prognosisnya diragukan sehingga etiologi hipertensinya dapat dihilangkan.10 2.1.11 Tata Laksana Hipertensi Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obatobatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari 6 gram/hari, menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 me nit 17 dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (68 jam) dan mengendalikan stress.8 Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah:8 a. Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih). b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan makanan keringyangasin). c. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink). d. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang). e. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam). f. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium. g. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape. 18 Gambar 2.7 Algoritma Tata Laksana Hipertensi Menurut NICE, 201312 Gambar 2.8 Pengobatan Hipertensi dengan Antihipertensi Menurut NICE, 201312 19 2.1.12 Jenis Kelamin dan Usia dengan Hipertensi Jenis kelamin dan usia memiliki hubungan dengan meningkatnya resiko hipertensi. Di Indonesia, prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin tahun 2007 maupun tahun 2013 prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.8,9 Perempuan memiliki ambang batas stres yang lebih rendah daripada laki-laki. Stress memicu aktifasi berlebih saraf simpatis, sehingga dapat mengakibatkan vasokonstriksi dan peningkatan curah jantung.10 Adapun dengan meningkatnya usia, maka kemampuan endothelium pembuluh darah untuk menginhibisi efek kontraksi dari norepinefrin semakin berkurang. Hal ini menyebabkan vasokonstriksi yang lebih panjang akibat relaksasi yang lama. Selain itu terdapat kelainan dari faktor relaksasi endothelium pada keadaan hipertensi.11 Hal ini juga dibuktikan oleh adanya peningkatan prevalensi hipertensi pada laki-laki dengan usia lebih dari 55 tahun dan wanita dengan usia lebih dari 65 tahun.10 2.1.13 Gen Arg389Gly dengan Hipertensi Hipertensi adalah penyakit multifaktorial yang meliputi faktor genetik, lingkungan dan demografi. Kontribusi elemen genetik pada tekanan darah berkisar antara 30-50 %. Oleh karena itu , mengidentifikasi kecurigaan hipertensi akibat gen akan membantu memahami patofisiologi penyakit. Selain bermanfaat dalam memilih obat antihipertensi, informasi genomik juga dapat membantu mengenali mereka yang berisiko terserang hipertensi, sehingga dapat mengoptimalkan pendekatan preventif . Beberapa strategi dan metode telah digunakan untuk mengidentifikasi kecurigaan hipertensi akibat gen. Polimorfisme gen Arg389Gly telah terdeteksi pada reseptor β1 adrenergik. Variasi gen Arg389 dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi. Hal ini juga menunjukkan bahwa pembawa varian ini memiliki respon yang lebih besar untuk β blocker.7 Pada tahun 1987, gen pada reseptor β1 adrenergik dikloning, dan terlokalisasi pada kromosom. Dua polimorfisme yang umum, Ser49Gly 20 dan Arg389Gly, diidentifikasi pada tahun 1999. Polimorfisme gen Arg389Gly terletak di ekor sitoplasma intraseluler dekat wilayah transmembran 7 reseptor β1 adrenergik, yang diduga sebagai ikatan domain Gs-protein. Variasi Arg389 memediasi lebih tinggi isoproterenol yang dirangsang oleh aktivitas adenilat siklase dibanding variasi gen Gly389 in vitro. Karena reseptor β1 adrenergik sangat penting dalam mengatur curah jantung, dan mediasi transduksi sinyal di sistem simpatisadrenal, serta agen-agen yang menghalangi tekanan darah menjadi rendah, maka dapat dihubungkan dengan peningkatan risiko hipertensi.13,14 Namun variasi gen Arg 389 terbukti tidak berhubungan dengan peningkatan denyut jantung saat istirahat.15 Distribusi frekuensi polimorfisme gen Arg389Gly pada reseptor β1 adrenergik bervariasi tergantung etnis. Beberapa studi populasi manusia beragam di Swedia13, Tamilian (India Selatan)16, Mexico17, China14,18, Jepang19, Kaukasia20, Amerika21 dan Afrika21 telah dilakukan untuk menentukan prevalensi varian genetik. Seseorang dengan genotip Arg389Arg memiliki denyut jantung lebih tinggi daripada mereka yang homozigot atau heterozigot untuk Gly389, hal ini menunjukkan bahwa varian reseptor Arg389Arg memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dalam menanggapi katekolamin. Subyek homozigot untuk alel Arg389 menunjukkan peningkatan respon terhadap rangsangan reseptor β1-adrenergik oleh katekolamin. Dalam studi vitro telah menunjukkan bahwa varian Arg389 gen ADRB1 memediasi respon peningkatan terhadap stimulasi agonis dibandingkan dengan Gly389 varian. Hal ini menunjukkan bahwa polimorfisme Arg389Gly sangat fungsional. Variasi Arg389 menunjukkan aktivitas adenilat basal adenylyl sedikit lebih tinggi dari varian Gly389.14 Selain itu, isoprenaline diinduksi oleh aktivasi adenilat siklase sekitar 3-4 kali lebih besar di Arg389 dibanding Gly389. Hal ini mungkin terjadi karena pengurangan kopling protein beta-AR-Gs untuk ADRB1 Gly389. Peningkatan maksimal dalam siklik adenosin monofosfat disebabkan oleh 21 isoprenalin secara signifikan lebih besar di Arg389 dari dalam sel ADRB1 Gly389. Meningkatnya in vivo aktivitas Arg389 varian ADRB1 bisa menyebabkan cardiac output yang lebih tinggi. Oleh karena itu dapat menjelaskan hubungan antara alel Arg389 dan hipertensi.14 2.1.14 DNA DNA atau Deoxyribonucleic acid merupakan kromosom-kromosom dan juga merupakan informasi genetik yang tersimpan dalam tubuh makhluk hidup. Informasi genetik ini pada dasarnya merupakan kumpulan instruksi/perintah yang mengatur sel untuk bisa melakukan hal-hal tertentu. Materi genetik berupa polimer dari nukleotida – nukleotida, yang terdiri atas 3 komponen : basa nitrogen, gula pentosa (deoksiribosa), dan gugus fosfat. Dimana basa dapat berupa Adenin (A), Timin (T), Guanin (G), Sitosin (C). Menurut penelitian dari Chargaff mengatakan bahwa jumlah Adenin akan sama dengan jumlah Timin, sedangkan jumlah Guanin akan sama dengan jumlah Sitosin. Struktur DNA merupakan dua untaian nukleotida yang disebut dengan double helix, dimana untaian tersebut tersusun secara spiral dengan posisi gula dan gugus fosfat terletak di sisi luar dan basa-basa nitrogen saling berpasangan di sisi dalam (menyambung kedua untaian tersebut).22, 23 Gambar 2.9 Struktur Double Helix pada Rantai DNA Tediri dari Rantai Orang Tua dan Rantai Anak24 22 2.1.15 Mutasi Gen Gen adalah unit fungsional yang diatur oleh transkripsi dan mengkode produk RNA yang akan diterjemahkan (translasi) menjadi sebuah protein yang bekerja di intra maupun ekstra sel. Sebuah gen dapat menghasilkan beberapa messenger RNA (isoform) yang akan ditranslasi untuk menghasilkan protein. Terdapat beberapa bagian dari gen, exon merupakan bagian dari gen yang akan dilakukan splicing untuk membentuk mRNA. Sedangkan intron adalah daerah diantara exon yang di lakukan sambatan (splicing) dari RNA precursor saat proses pembentukan RNA. Prediksi saat ini diperkirakan terdapat 20.687 gen pengkode protein pada genom manusia. Ekspresi gen diatur oleh protein DNA-binding yang teraktivasi atau menekan transkripsi. Kebanyakan gen mempunyai 15-20 elemen pengatur.25 Gen manusia sendiri dibagi dalam 23 kromosom yang berbeda yaitu 22 autosom ( 1-22 ) dan kromosom seks X dan Y. Sel dewasa bersifat diploid yang berarti bahwa terdapat 2 set homolog dari 22 autosom dan sepasang kromosom seks. Wanita memiliki 2 kromosom X (XX) sedangkan lakilaki mempunyai 1 kromosom X dan satu kromosom Y (XY). Akibatnya, saat terjadi proses meiosis sperma atau oosit akan menjadi haploid yang berarti mempunyai 1 set homolog 22 autosom serta 1 kromosom seks. Saat proses fertilisasi akan terjadi penggabungan antara kromosom dari ayah dan ibu yang akan membentuk kembali kromosom yang bersifat diploid. Pada setiap pembelahan (mitosis) kromosom direplikasi, dipasangkan, dipisahkan dan dibagi dalam dua sel anak perempuan. 25 Mutasi dapat diartikan sebagai perubahan pada sekuens nukleotida primer pada DNA terlepas dari konsekuensi fungsionalnya. Beberapa mutasi dapat mematikan yang lainnya tidak. Mutasi dapat terjadi pada sperma atau oosit atau pada embryogenesis atau jaringan somatic. Mutasi yang terjadi pada proses perkembangan disebut sebagai mosaicism dimana jaringan terdiri dari sel yang mempunyai susunan gen berbeda. Mutasi yang terdapat perubahan pada nukleotida tunggal disebut sebagai point 23 mutation atau mutasi titik. Substitusi disebut dengan transisi bila suatu basa purin atau pyrimidin diganti oleh basa purin atau pyrimidin lain ( A > G). Bila suatu basa purin diganti dengan basa pyrimidin maka mutasinya menjadi transversi. Bila perubahan daerah sekuens terjadi dan mengubah asam amino maka disebut sebagai missense mutation.25 Gambar 2.10 Jenis- Jenis Mutasi Beserta Chromatogramnya25 Polimorfisme adalah variasi sekuens yang mempunyai frekuensi paling sedikit 1%. Biasanya polimorfisme tidak menyebabkan fenotipe yang jelas dan terdiri atas substitusi pasangan basa tunggal. Bentuk polimorfisme yang paling sering terjadi adalah Single Nucleotide Polymorphism (SNP). SNP merupakan sebuah variasi dari pasangan basa tunggal pada DNA. SNP adalah tipe variasi yang paling sering terjadi yaitu sebanyak 90% dari total variasi sekuensi. SNP yang mempunyai jarak dekat dan diturunkan bersama disebut sebagai haplotype.25 24 2.2 Kerangka Teori Gambar 2.11 Kerangka Teori 2.3 Kerangka Konsep Gambar 2.12 Kerangka Konsep 25 2.4 Definisi Operasional Tabel 2.4 Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Skala Pengukuran Tekanan yang dihasilkan oleh pompa jantung, kekentalan darah, 1 Tekanan serta fleksibilitas Sfigmomano Darah pembuluh darah meter Numerik - dalam upaya mengalirkan darah ke seluruh tubuh Ekspresi 2 Gen Arg389Gly Variasi Light Cycler Sekuensing DNA 480® Roche pada gen 04 909 631 TMPRSS6 001 1. Wildtype Kategorik 2.Mutant 3.Heterozygote Sifat jasmani dan rohani yang 3 Jenis Kelamin membedakan dua makhluk sebagai 1. Laki-Laki - Kategorik 2. Perempuan betina dan jantan atau wanita dan pria; Lama waktu 4 Usia hidup sejak dilahirkan - Numerik - 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain cross sectional dan skala pengukuran kategorik nominal dikotom. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2015 sampai dengan Oktober 2016. 3.2.2 Tempat Penelitian Proses pengambilan spesimen darah dari responden dilakukan di Klinik Pelayanan Kesehatan Masyarakat (KPKM) Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan. Proses perlakuan spesimen darah dilakukan di laboratorium kultur sel genetik, Biologi, dan Biokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Kertamukti No. 05 Pisangan, Ciputat 15419, Tangerang Selatan. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Target Masyarakat sekitar Klinik Pelayanan Kesehatan Masyarakat Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan. 3.3.2 Populasi Terjangkau Responden merupakan masyarakat yang datang untuk penyuluhan di KPKM Buaran dan Reni Jaya sebanyak 50 orang. Spesimen yang digunakan untuk penelitian ini adalah darah yang diambil secara phlebotomi dari masyarakat yang datang dengan jumlah darah sebanyak 3cc. 27 3.3.2.1 Kriteria Inklusi a. Menyetujui Informed Consent b. Umur 30-70 Tahun c. Data Karakteristik Pasien Lengkap 3.3.2.2 Kriteria Eksklusi a. Kehamilan 3.3.2.3 Kriteria Eliminasi / Drop Out a. Sampel yang Digunakan Rusak Selama Proses Penelitian Berlangsung 3.3.3 Perkiraan Besar Sampel Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel DNA yang diperoleh dari masyarakat yang datang untuk penyuluhan di KPKM Buaran dan Reni Jaya sebanyak 50 orang. Kontrol digunakan dengan menggunakan sampel Gen Arg389Gly. Dalam penentuan jumlah sampel, peneliti menggunakan perhitungan berdasarkan jenis pertanyaan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Hasil pengukuran variabel dikelompokkan berdasarkan klasifikasi tertentu. Dalam penelitian ini data diambil dari individu yang berbeda. Maka jenis pertanyaan penelitian berupa analisis tidak berpasangan kategorik. Rumus perhitungan yang dipakai adalah:26 28 Keterangan: A : Alfa, Kesalahan Tipe I B : Beta, Kesalahan Tipe II P : Proporsi P₁ - P₂ : Perbedaan Proporsi yang Dianggap Bermakna Z : Deviat Baku 29 3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode konsekutif, yaitu sampel darah diambil dari semua pasien yang datang dan memenuhi kriteria hingga jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi. Pengambilan sampel ini telah mendapat persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3.4 Cara Kerja Penelitian 3.4.1 Alat dan Bahan Penelitian a. Pengambilan Sampel Darah Spuit 3 cc, Torniquet, Tabung berisi EDTA, Sarung Tangan, Kapas alkohol, EDTA dalam Tabung b. Isolasi Genom DNA dari Darah Tabung mikrosentrifugasi 1,5 ml steril, Penangas air (Water bath) AS ONE TRW-42TP 80 high temperature version, pipet mikro BIOHIT berbagai ukuran, vortex DADD, 2 mL collection tube, alat sentrifugasi eppendorf , mikrotip Biologix ukuran 10µL, 200µL dan 1000µL, incubator EYELA NDO-400, biomedical freezer SANYO, RBC Lysis Buffer, GB Buffer, Elution Buffer, Ethanol Absolut, W1 Buffer, Wash Buffer c. Pengukuran Konsentrasi Hasil Isolasi DNA Maestro Nano Drops, DNA Rehydration Solution d. Elektroforesis Genom DNA Elektroforesis ATTO My Power II 300 AE-8135,Timbangan analtik AdventureTM, gel doc system, penggaris sumur, Agarose, Ethidium bromide, Loading dye, Plastic wrap, Marker 100bp DNA e. Polymerase Chain Reaction (PCR) Thermal Cycler, Primer Forward, Primer Reverse, ddH₂O, Enzim Taq Polymerase 30 3.4.2 Penyuluhan dan Skrining Sebelum dilakukan pengambilan sampel, dilakukan penyuluhan sederhana kepada pasien KPKM Buaran dan Reni Jaya mengenai hipertensi dan kemudian dilakukan informed consent kepada pasien mengenai penelitian yang sedang dilakukan dengan menekankan bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan akan sangat bermanfaat bagi keilmuan dalam bidang kesehatan di masa yang akan datang. Setelah dilakukan seminar, pasien satu persatu dianamnesis terutama mengenai faktor resiko hipertensi yang mungkin dimiliki oleh pasien. Setelah dianamnesis, pasien diukur tinggi badan dan berat badannya untuk kemudian ditentukan status gizi pasien. Setelah itu, pasien diukur nilai gula darah, kolesterol, asam urat dan tekanan darahnya sebelum akhirnya dilakukan flebotomi atau pengambilan darah yang akan menjadi sampel penelitian. 3.4.3 Flebotomi Memeriksa kelengkapan alat. Memberi penjelasan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan serta tujuan dan kemungkinan komplikasinya. Menentukan lokasi vena yang akan dipunksi. Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan. Memasang kain pengalas di bawah bagian tubuh yang akan dipunksi. Meraba vena target, lalu memasang karet pembendung proksimal dari daerah yang akan dilakukan punksi. Apabila pasien sadar, pasien diminta untuk mengepalkan tangannya. Permukaan kulit yang akan dipunksi didisinfeksi dengan menggunakan kapas alkohol yang diusapkan pada permukaan kulit. Dengan menggunakan tangan yang dominan, jarum ditusukkan ke vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Fiksasi spuit dengan tangan sisi lainnya, lalu penghisap spuit ditarik sambil karet pembendung dilepaskan sehingga darah mengalir ke dalam spuit sebanyak yang diperlukan. Karet pembendung dilepaskan, kemudian jarum dicabut sambil menekan tempat tusukan dengan kapas alkohol dan ditutup dengan plester. Darah yang telah diambil segera dimasukkan ke dalam botol khusus atatu tetap dalam spuit, lalu diberi label nama pasien, umur pasien, 31 dan tanggal pengambilan. Alat-alat dirapikan dan atau dibuang sesuai tempatnya. Sarung tangan dilepaskan. Memberitahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dan mengucapkan terimakasih. 3.4.4 Isolasi DNA Setelah sampel darah diambil, dilakukan isolasi DNA untuk mendapatkan genom DNA dengan menggunakan Genomic DNA Mini Kit (Blood/Cultured Cell) Geneaid dengan langkah kerja sebagai berikut. Darah sebanyak 300 μL dimasukan kedalam 1,5 ml tabung mikrosentrifugasi. Kemudian Tambahkan 900 μL RBC Lysis Buffer dan dikocok. Tabung diinkubasi 10 menit dalam suhu ruangan. Tabung disentrifugasi selama 5 menit pada kecepatan 3000 rpm selama 5 menit, supernatant dibuang. Tambahkan 100 μL RBC Lysis Buffer untuk meresuspensi endapan leukosit, kocok, kemudian diproses dengan cell lysis. Tambahkan 200 μL GB Buffer kedalam tabung tadi. Inkubasi tabung pada suhu 60o C selama 10 menit untuk memastikan sampel terlisiskan. Pada saat yang sama tabung lain berisi 50 μL Elution Buffer untuk tiap satu sampel disiapkan, kemudian diinkubasi pada suhu 60o C. Setelah sampel tabung diinkubasi, tabung didinginkan di suhu ruangan. Tambahkan 200 μL ethanol absolute ke dalam tabung, kemudian secara cepat dikocok selama 10 detik. Siapkan GD Column pada 2 mL Collection Tube. Pindahkan campuran ethanol tadi kedalam GD Column. Sentrifugasi tabung pada 14.000 – 16.000 x g selama 5 menit. Buang cairan pada 2 ml Collection Tube. Tempatkan kembali GD Column pada 2 ml Collection Tube. Tambahkan 400 μL W1 Buffer kedalam GD Column kemudian disentrifugasi pada 14.000 – 16.000 x g selama 1 menit. Buang cairan pada 2 ml Collection Tube. GD Column ditempatkan kembali pada 2 ml Collection Tube. Tambahkan 600 μl Wash Buffer kedalam GD Column. Sentrifugasi tabung pada 14.000 – 16.000 x g selama 1 menit. Buang cairan pada 2 ml Collection Tube. Tempatkan kembali GD Column pada 2 ml Collection Tube. Sentrifugasi kembali tabung selama 1 menit untuk mengeringkan matriks kolum. 32 Volume standar Elution Buffer untuk 1 sampel adalah 100 μl. Jika sampel yang digunakan dalam volume sedikit, volume elusi sekitar 30 – 50 μl dapat meningkatkan konsentrasi DNA. Pindahkan GD Column yang sudah kering kedalam tabung mikrosentrifugasi yang steril. Tambahkan 50 μl Elution Buffer yang sudah diinkubasi kedalam matriks kolum, biarkan selama 3 menit. Sentrifugasi pada 14.000 – 16.000 x g selama 1 menit untuk mendapatkan hasil. Genom DNA yang sudah diisolasi dilakukan pengecekan dengan cara elektroforesis dan dibaca menggunakan alat Gel doc system. Hasil isolasi DNA dinilai jumlah konsentrasi DNA nya dengan menggunakan alat Maestro Nano Drops. Sampel diambil sebanyak 1 μL, kemudian diletakkan di lensa nano, lalu tekan enter. 3.4.5 Polymerase Chain Reaction (PCR) Membuat larutan Master Mix PCR (yang telah berisi Buffer, Primer, dan dNTP + Enzim Taq Polymerase) pada waktu ditambahkan enzim kita harus menempatkan es dibawah tabung yang berisi larutan Mix PCR (bekerja dengan es). Setelah itu pipet larutan Mix PCR ke dalam tabung reaksi PCR yang telah diberi label, setelah itu baru dimasukkan sampel DNA yang telah kita isolasi kedalam masing-masing tabung reaksi PCR (campurkan larutan tersebut dengan baik menggunakan vortex). Kemudian memprogram mesin PCR dengan 30-40 siklus dengan tampilan 3 tahapan suhu. Letakkan tabung reaksi PCR dan jalankan sesuai program yang ada. Setelah selesai reaksi PCR, ambil tabung reaksi dan DNA hasil amplifikasi siap dianalisis melalui gel elektroforesis. 3.4.6 Gel Elektroforesis Timbang larutan agarosa bubuk (1,5% gel agarosa dalam larutan TAE) Masak larutan tersebut sampai mendidih. Biarkan larutan dingin sampai kira-kira 70°C, kemudian masukkan 5µl 0,1% etidium bromide. Tuang larutan agarosa ke dalam tray elektroforesis yang sudah dipasang sisir. Biarkan agarosa dingin dan mengeras. Pasang tray ke dalam chamber elektroforesis, angkat sisir kemudian tuangkan larutan TAE. Masukkan loading dye (1µl) + DNA (5µl) kedalam sumur (yang terbentuk dari sisir). 33 Hubungkan alat elektroforesis dengan power supply, 90 Volt selama 1 jam. Amati pita-pita DNA yang terbentuk dengan menggunakan lampu UV, kemudian foto dengan kamera polaroid. Bila hasilnya bagus, produk PCR bisa disiapkan untuk dilakukan sekuensing. 3.4.7 Sekuensing Sekuensing DNA atau pengurutan DNA adalah proses atau teknik penentuan urutan basa nukleotida pada suatu molekul DNA. Urutan tersebut dikenal sebagai sekuens DNA, yang merupakan informasi paling mendasar suatu gen atau genom karena mengandung instruksi yang dibutuhkan untuk pembentukan tubuh makhluk hidup. Sekuensing DNA dapat dimanfaatkan untuk menentukan identitas maupun fungsi gen atau fragmen DNA lainnya dengan cara membandingkan sekuens-nya dengan sekuens DNA lain yang sudah diketahui. Pengetahuan akan sekuens DNA berguna untuk mengetahui sekuens asam amino yang disandikan oleh gen. Dahulu hanya ada dua metode sekuensing yaitu metode Maxam-Gilbert dan metode Sanger. Hampir semua usaha sekuensing DNA dilakukan dengan menggunakan metode terminasi rantai yang dikembangkan oleh Frederick Sanger dan rekan-rekannya. Teknik tersebut melibatkan terminasi atau penghentian reaksi sintesis DNA in vitro yang spesifik untuk sekuens tertentu menggunakan substrat nukleotida yang telah dimodifikasi.22, 23 Pada metode terminasi rantai (metode Sanger), perpanjangan atau ekstensi rantai DNA dimulai pada situs spesifik pada DNA cetakan dengan menggunakan oligonukleotida pendek yang disebut primer yang komplementer terhadap DNA pada daerah situs tersebut. Primer tersebut diperpanjang menggunakan DNA polimerase, enzim yang mereplikasi DNA. Bersama dengan primer dan DNA polimerase, diikutsertakan pula empat jenis basa deoksinukleotida (satuan pembentuk DNA), juga nukleotida pemutus atau penghenti rantai (terminator rantai) dalam konsentrasi rendah (biasanya di-deoksinukleotida). Penggabungan nukleotida pemutus rantai tersebut secara terbatas kepada rantai DNA oleh polimerase DNA menghasilkan fragmen-fragmen DNA yang berhenti 34 bertumbuh hanya pada posisi pada DNA tempat nukleotida tertentu tersebut tergabungkan. Fragmen-fragmen DNA tersebut lalu dipisahkan menurut ukurannya dengan elektroforesis gel poliakrilamida, atau sekarang semakin lazim dengan elektroforesis menggunakan tabung gelas berjari-jari kecil (pipa kapiler) yang diisi dengan polimer kental.22,23 Seiring dengan perkembangannya, kini terdapat beberapa macam metode sekuensing terminasi rantai yang berbeda satu sama lain terutama dalam hal pendeteksian fragmen DNA hasil reaksi sekuensing. Diantaranya metode Sanger, Sekuensing dye terminator, automatisasi dan penyiapan sampel. Metode sekuensing lain terus berkembang, pyrosequencing, illumina (Solexa), dan DNA nanoball.22,23 diantaranya 35 3.5 Alur Penelitian Gambar 3.1 Alur Penelitian 3.6 Pengolahan dan Analisa Data Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data secara komputerisasi yaitu menggunakan SPSS versi 23. Karena penelitian ini termasuk analitik tidak berpasangan kategorik maka uji yang dilakukan adalah uji Chi Square. Jika syarat uji Chi Square tidak terpenuhi, maka dilakukan transformasi data. Saat uji tersebut tidak berhasil maka dilakukan uji Fisher bila tabel 2 x 2, atau uji 36 Kolmogorov-Smirnov bila tabel 2 x K, serta teknik penggabungan sel pada tabel selain 2 x 2 dan 2 x K. Adapun untuk uji yang dilakukan pada variabel numerik dengan kategorik, dapat dilakukan uji T tidak berpasangan. Bila syarat uji T tidak berpasangan tidak terpenuhi, maka akan dilakukan uji alternatif lainnya yaitu uji Mann-Whitney. Pengolahan data dilakukan dengan tahapan editing, coding, procesing, dan cleaning. Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan kelengkapan data rekam medis. Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Selanjutnya dilakukan processing yakni memasukkan data ke dalam SPSS. Tahap akhir dilakukan cleaning atau pembersihan data untuk mengecek kembali apakah terdapat kesalahan data yang sudah dimasukkan.27 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Responden merupakan masyarakat yang datang untuk penyuluhan di KPKM Buaran dan Reni Jaya sebanyak 29 orang. Responden terbagi menjadi 2 kategori berdasarkan tekanan darah, yaitu hipertensi sebanyak 16 orang dan normotensi sebanyak 13 orang. Responden terdiri dari perempuan sebanyak 21 orang dan laki-laki sebanyak 8 orang dengan rentang usia dari 30 – 70 tahun. 4.1.1 Data Karakteristik Responden Tabel 4.1 Data Karakteristik Responden (Kategorik) Jenis Kelamin Genotip Variabel n(%) Laki-Laki 8 (27,586) Perempuan 21 (72,414) Wildtype 10 (34,483) Heterozygote 0 (0) Variant 19 (65,517) Tabel 4.2 Data Karakteristik Responden (Numerik) Mean Standard Deviation Usia 49,93 8,936 Sistol 135,17 15,029 38 Diastol 82,07 7,736 4.1.2 Hasil Hubungan Jenis Kelamin dengan Genotip Arg389Gly Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Genotip Arg389Gly Berdasarkan Jenis Kelamin Genotip Arg389Gly Jenis Wildtype Variant p Kelamin Laki-Laki N % N % 6 75 2 25 0,009 Perempuan 4 19,05 17 80,95 Dari data crosstabulation, tabel 2 x 2 ini tidak layak untuk diuji dengan uji ChiSquare karena sel yang nilai expected-nya kurang dari lima ada 25% jumlah sel. Oleh karena itu, uji yang dipakai adalah uji alternatif lainnya, yaitu uji Fisher. Nilai Significancy adalah 0,009 untuk 2-sided dan 0,009 untuk 1-sided. Karena nilai p < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan genotip Arg389Gly. 4.1.3 Hasil Hubungan Usia dengan Genotip Arg389Gly Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Genotip Arg389Gly Berdasarkan Usia Genotip Arg389Gly Usia 49,93 (8,936) Wildtype Variant (n=10) (n=19) 50,70 (10,122) 49,53 (8,514) p 0,743 39 Sebelum dilakukan uji T tidak berpasangan, terlebih dahulu memeriksa syarat uji T tidak berpasangan. Karena data berdistribusi normal, maka dilakukan uji T tidak berpasangan. Nilai Significancy adalah 0,743. Karena nilai p > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan genotip Arg389Gly. 4.1.4 Hasil Hubungan Sistol dengan Genotip Arg389Gly Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Genotip Arg389Gly Berdasarkan Sistol Genotip Arg389Gly Sistol 135,17 (15,029) Wildtype Variant (n=10) (n=19) 143,00 (12,517) 131,05 (14,868) p 0,041 Sebelum dilakukan uji T tidak berpasangan, terlebih dahulu memeriksa syarat uji T tidak berpasangan. Karena data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan transformasi data agar distribusi data menjadi normal. Namun tranformasi data tidak berhasil, maka dilakukan uji alternatif yaitu uji Mann-Whitney. Nilai Significancy adalah 0,041. Karena nilai p < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara sistol dengan genotip Arg389Gly. 4.1.5 Hasil Hubungan Diastol dengan Genotip Arg389Gly Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Genotip Arg389Gly Berdasarkan Diastol Genotip Arg389Gly Diastol Wildtype Variant (n=10) (n=19) p 40 82,07 (7,736) 86,00 (8,433) 80,00 (6,667) 0,050 Sebelum dilakukan uji T tidak berpasangan, terlebih dahulu memeriksa syarat uji T tidak berpasangan. Karena data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan transformasi data agar distribusi data menjadi normal. Namun tranformasi data tidak berhasil, maka dilakukan uji alternatif yaitu uji Mann-Whitney. Nilai Significancy adalah 0,050. Karena nilai p = 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara diastol dengan genotip Arg389Gly. 4.2 Pembahasan Didapatkan bahwa laki-laki lebih rentan mengalami hipertensi (87,5%) dibanding perempuan (42,857%). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil Riskesdas 2013 yang menyatakan bahwa perempuan lebih rentan mengalami hipertensi (28,8%) dibanding laki-laki (22,8%). Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan karena tidak setaranya perbandingan antara jumlah responden laki-laki banding perempuan (8 : 21).8,9 Didapatkan bahwa rentang usia 30-40 tahun lebih rentan mengalami hipertensi (75%) dibanding rentang usia lainnya. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa usia berbanding lurus dengan hipertensi karena seiring bertambahnya usia, maka semakin menurunnya fisiologis tubuh dalam mempertahankan tekanan darah normal. Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan karena berbagai macam faktor risiko hipertensi baik bersifat fisik maupun psikis.10,11 Hasil uji bivariat antara jenis kelamin dengan genotip Arg389Gly menggunakan uji Fisher, didapatkan nilai p-value 0,009 dengan standar nilai p-value <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan genotip Arg389Gly. Hasil uji bivariat antara usia dengan genotip Arg389Gly menggunakan uji T tidak berpasangan, didapatkan nilai p-value 0,743 dengan standar nilai p-value <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan genotip Arg389Gly. 41 Pada penelitian Kristina Bengtsson dalam studi kasus-kontrol tentang frekuensi genotip yang ditemukan pada populasi Eropa. Alel Arg389 dan genotip Arg389Arg dari gen reseptor β1-adrenergik lebih umum pada pasien dengan hipertensi dibandingkan kontrol. Hubungan ini dianalisa setelah penyesuaian terkait usia, jenis kelamin, dan faktor risiko konvensional lainnya dengan analisis regresi logistik ganda di dua populasi independen. Sistol, diastol, dan denyut jantung tidak berbeda antara pembawa genotip Arg389Gly dalam kelompok hipertensi diobati atau dalam kelompok kontrol. Dalam 102 responden untuk polimorfisme Arg389Gly, responden homozigot alel Arg389 memiliki diastol signifikan lebih tinggi (P=0,003) dan denyut jantung (P= 0,02) dibanding pembawa alel Gly389, tetapi tidak ada perbedaan di sistol. Usia dan BMI relatif sama antara responden.13 Hasil uji bivariat antara tekanan darah sistol dengan genotip Arg389Gly menggunakan uji Mann-Whitney, didapatkan nilai p-value sebesar 0,041 dengan standar nilai p-value <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tekanan darah sistol dengan genotip Arg389Gly. Hasil uji bivariat antara tekanan darah diastol dengan genotip Arg389Gly menggunakan uji MannWhitney, didapatkan nilai p-value sebesar 0,050 dengan standar nilai p-value <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tekanan darah diastol dengan genotip Arg389Gly. Baik tekanan darah sistol maupun diastol memiliki hubungan dengan genotip Arg389Gly. Polimorfisme gen Arg389Gly terletak di ekor sitoplasma intraseluler dekat wilayah transmembran 7 reseptor β1 adrenergik, yang diduga sebagai ikatan domain Gs-protein. Variasi Arg389 memediasi lebih tinggi isoproterenol yang dirangsang oleh aktivitas adenilat siklase dibanding variasi gen Gly389 in vitro. Karena reseptor β1 adrenergik sangat penting dalam mengatur curah jantung, dan mediasi transduksi sinyal di sistem simpatis-adrenal, serta agen-agen yang menghalangi tekanan darah menjadi rendah, maka dapat dihubungkan dengan peningkatan risiko hipertensi.13,14 42 4.3 Kelebihan Penelitian Penelitian skrining SNP Arg389Gly rs1801253 untuk mengetahui kemungkinan responden menderita hipertensi esensial ini dapat dikatakan penelitian yang baru di Indonesia. Dalam pelaksanaan penelitian ini, cara kerja penelitian yang dilakukan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang banyak. Dalam mendeteksi mutasi dari SNP tersebut, teknik sequencing yang digunakan merupakan salah satu teknik yang sensitif namun mahal. Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini, responden dibekali dengan penyuluhan serta beberapa pemeriksaan guna deteksi dini penyakit pada responden dan diharapkan responden dapat memperbaiki gaya hidup menjadi lebih sehat. 4.4 Keterbatasan Penelitian 1. Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode konsekutif yaitu sampel darah diambil dari semua pasien yang datang dan memenuhi kriteria hingga jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi. Untuk metode pemilihan sampel yang terbaik ialah metode random sampling. 2. Tidak mencari data mengenai gaya hidup responden untuk mengetahui kemungkinan lain penyebab responden mengalami hipertensi agar tidak membiaskan hasil hubungan antara tekanan darah dengan variasi genotip Arg389Gly. 3. Besar sampel diduga mempengaruhi hasil statistik analitik. 43 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian ini, menunjukan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan dengan variasi genotip Arg389Gly. Namun tidak terdapat hubungan antara usia dengan variasi genotip Arg389Gly. Sementara berdasarkan penelitian ini pula, variasi genotip Arg389Gly juga memiliki hubungan dengan tekanan darah baik sistol maupun diastol. Adapun frekuensi variasi genotip Arg389Gly rs1801253 sebagian besar bergenotip variant dengan jumlah 19 orang (65,517%), dibandingkan yang bergenotip wildtype dengan jumlah 10 orang (34,483%). 5.2 Saran 1. Sebaiknya metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode random sampling karena lebih bisa mewakili populasi dibanding metode konsekutif. 2. Diperlukan kuisioner tentang gaya hidup responden untuk mengetahui kemungkinan lain penyebab responden mengalami hipertensi agar tidak membiaskan hasil hubungan antara tekanan darah dengan variasi genotip Arg389Gly. 3. Diperlukan besar sampel yang lebih banyak untuk melihat hubungan antara jenis kelamin dan usia terhadap ekspresi gen Arg389Gly. 4. Bagi responden baik penderita hipertensi maupun normotensi, diharapkan dapat memperbaiki gaya hidupnya menjadi lebih sehat. 44 BAB VI KERJASAMA RISET Penelitian ini merupakan bagian kerjasama riset mahasiswa dan kelompok riset genetik dan hipertensi PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dibiayai oleh Kementerian Agama Republik Indonesia di bawah bimbingan dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, PhD. 45 DAFTAR PUSTAKA 1. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL, et al. The seventh report of joint national committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of hypertension. The JNC 7 report. JAMA 2003;289:2560-72. 2. Horacio J, Adrogue MD, Nicolaos E, and Madias MD. Sodium and Potasium in the Pathogenesis of Hypertension. The New England Journal of Medicine. 2007;356:1966-1978. 3. Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007. 4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2009;169:1079-1085. 5. Bernard C and Lauren S. Epithelial Sodium Channel: Mendelian Versus Essential Hypertension. Hypertension. 2008; 52: 595-604. 6. Ester B, Melanie MK, Abraham AK, Wilko S, Monique JL, and Peter WL. 2004. Alpha-Adducin Gly 460 Trp Polimorphism and renal Hemodynamics in Essensial Hypertension. Hypertension. 2004; 44: 419-523. 7. Tanira MOM and Al Balushi KA. Genetic Variations related to hypertension : a review. Journal of Human Hypertension. 2005;19;7-19. 8. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Hipertensi. Jakarta : INFODATIN. 2014. 9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Keseharan RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : RISKESDAS. 2013;3;88-90 10. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2008;143:610-614. 11. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi VI. Jakarta : EGC. 2012;10;369-419. 46 12. Tanto Chris, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius. 2014;635-639. 13. Bengtsson Kristina MD, Melander Olle MD PHD, Orho-Melander Marju PHD, et al. Polymorphism in the β1-Adrenergic Receptor Gene and Hypertension. Circulation. 2001;104;187-190. 14. Peng Yingxin, Xue Hao, Luo Leiming, Yao Wenjing and Li Rongbin. Polymorphisms of the β1-adrenergic receptor gene are associated with essential hypertension in Chinese. Clin Chem Lab Med. 2009;47:1227–31. 15. Ranade Koustubh, Jorgenson Eric, Sheu Wayne, et al. A Polymorphism in the β1 Adrenergic Receptor Is Associated with Resting Heart Rate. Am. J. Hum. Genet. 2002;70;935-942. 16. Ramu P, Mahesh Kumar K.N, Shewade D.G, Swaminathan R.P, Dutta T.K, Balachander J and Adithan C. Polymorphic variants of β1-adrenergic receptor gene (Ser49Gly & Arg389Gly) in healthy Tamilian volunteers. Indian J Med Res. 2010;132;62-66. 17. Fragoso JM, Rodriguez-Perez JM, Perez-Vielma N, Martinez-Rodriguez N, Vargas- Alarcon G. Beta1 adrenergic receptor polymorphisms Arg389Gly and Ser49Gly in the Amerindian and Mestizo populations of Mexico. Hum Biol 2005; 77 : 515-20. 18. Liu ZQ, Liu J, Xiang ZH, Hu MY, Mo W, Wang LS, et al. Distributive characteristics of Ser49Gly and Gly389Arg genetic polymorphisms of beta1adrenoceptor in Chinese Han and Dai populations. Acta Pharmacol Sin 2006; 27 : 254-8. 19. Inagaki Y, Mashima Y, Fuse N, Funayama T, Ohtake Y, Yasuda N, et al. Polymorphism of beta-adrenergic receptors and susceptibility to open-angle glaucoma. Mol Vis 2006; 12 : 673-80. 20. Covolo L, Gelatti U, Metra M, Nodari S, Picciche A, Pezzali N, et al. Role of beta1- and beta2-adrenoceptor polymorphisms in heart failure: a casecontrol study. Eur Heart J 2004; 25 : 1534-41. 21. Xie HG, Dishy V, Sofowora G, Kim RB, Landau R, Smiley RM, et al. Arg389Gly beta 1-adrenoceptor polymorphism varies in frequency among 47 different ethnic groups but does not alter response in vivo. Pharmacogenetics 2001; 111 : 191-7. 22. Campbell NA, Reece JB, Urry LA. Biologi 8th ed Jilid 1. Jakarta : Erlangga. 2010 23. Murray, R. K., Granner, D. K., Rodwell, V. W. Biokimia Harper (27 ed). Jakarta: EGC; 2009;4;304-434. 24. Lodish HF. Molecular Cell Biology. New York: W.H. Freeman; 2003. 25. Kasper DL,Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th edition. New York. McGraw Hill. 2015 26. Dahlan, M. Sopiyudin. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika 27. Dahlan, M. Sopiyudin. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika 28. Single Nucleotide Polymorphism Arg389Gly rs1801253 [Internet]. Oktober 2016 [diakses pada 22 Oktober 2016]. Tersedia pada : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/projects/SNP/snp_ref.cgi?rs=1801253 48 Lampiran 1. Lembar Permohonan Ethical Approval Penelitian Permohonan Ethical Approval Penelitian No. Hal : : Permohonan Ethical Approval Penelitian Kepada: Yth. Ketua Komite Etik Penelitian FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di Ciputat Dengan Hormat, Bersama ini kami mohon bantuan kepada komite etik penelitian kedokteran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat memberikan keterangan Lolos Kaji Etik (Ethical Approval) untuk penelitian kami yang berjudul Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Usia Terhadap Ekspresi Gen Arg389Gly pada Pasien di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan. Terlampir kami sampaikan (masing-masing 4 kopi), 1. Proposal Penelitian 2. Formulir informed consent Dengan permohonan kami, atas bantuan dari Bapak/Ibu kami mengucapkan banyak terimakasih. Hormat saya, Peneliti, Pembimbing, Reza Aulia Fikri NIM 1113103000020 dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, Ph.D NIP. 19770102 200501 2 007 Mengetahui, Ketua Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter dr. Achmad Zaki,M.Epd,Sp.OT NIP. 19780507 200501 1 005 49 Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN Saat ini saya Reza Aulia Fikri mahasiswa PSKPD UIN Jakarta angkatan 2013 sedang melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Usia Terhadap Ekspresi Gen Arg389Gly pada Pasien di KPKM Buaran dan Reni Jaya Tangerang Selatan. Pada penelitian ini saya akan melakukan pemeriksaan dengan pengambilan darah responden sebanyak satu kali yaitu 3-5 cc. Darah tersebut akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan skrining. Pengambilan darah dilakukan oleh analis yang sudah berpengalaman. Untuk itu, dengan hormat saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini. Setelah membaca penjelasan diatas, bahwa yang bertanda tangan dibawah ini: Nama: Umur: tahun Alamat: Dengan sukarela diikutsertakan dalam penelitian ini. Segala hal yang menyangkut kerahasiaan tentang responden akan terjaga dengan baik oleh peneliti. Jakarta, Agustus 2016 Mengetahui, (________________) ( Reza Aulia Fikri ) Responden Peneliti 50 Lampiran 3. Fragmen Wildtype, Variant dan Primer Fragmen wildtype asam amino Glysin AACTCGGCCT TCAACCCCAT CATCTACTGC CGCAGCCCCG ACTTCCGCAA GGCCTTCCAG GGACTGCTCT GCTGCGCGCG CAGGGCTGCC CGCCGGCGCC ACGCGACCCA CGGAGACCGG CCGCGCGCCT Fragmen variant asam amino Arginin AACTCGGCCT TCAACCCCAT CATCTACTGC CGCAGCCCCG ACTTCCGCAA GGCCTTCCAG CGACTGCTCT GCTGCGCGCG CAGGGCTGCC CGCCGGCGCC ACGCGACCCA CGGAGACCGG CCGCGCGCCT Fragmen primer forward 5’- GGC CT T CAA CCC CAT CAT CTA –3’ Fragmen primer reverse 5’– CCG GTC TCC GTG GGT CGC GT -3’ 51 Gambar 7.3.1 Single Nucleotide Polymorphism Arg389Gly rs180125328 Gambar 7.3.2 Primer Forward 52 Gambar 7.3.3 Primer Reverse 53 Lampiran 4. Alat dan Bahan Penelitian Gambar 7.4.1 Penyuling Aquades Gambar 7.4.2 Spin Gambar 7.4.3 Vortex Gambar 7.4.4 Disposafe Gambar 7.4.5 CoolRoom Gambar 7.4.6 Alkohol 70% Gambar 7.4.7 Micropipet Gambar 7.4.8 Primer 54 Gambar 7.4.9 Taq Polymerase Gambar 7.4.11 Timbangan Digital Gambar 7.4.13 Loading Dye Gambar 7.4.15 Nanometer Gambar 7.4.10 Oven Gambar 7.4.12 Tip 100-1000µL Gambar 7.4.14 Autoclaf Gambar 7.4.16 Marker DNA 100bp 55 Gambar 7.4.17 Agarose Gambar 7.4.18 ddH₂O Gambar 7.4.19 Plate Sequencing Gambar 7.4.20 DNA Genom Kit Gambar 7.4.21 Handscone Gambar 7.4.22 Waterbath Gambar 7.4.23 Sentrifuge Gambar 7.4.24 Freezer Gambar 7.4.25 Microwave 56 Gambar 7.4.26 Elektroforesis Gambar 7.4.27 Sampel DNA Gambar 7.4.28 Vacutainer Gambar 7.4.29 Filter Tube Gambar 7.4.30 Larutan DNA Genom Kit Gambar 7.4.31 Tube Isolasi DNA Gambar 7.4.32 Tip 0,1-10µL Gambar 7.4.33 Marker Gambar 7.4.34 Tip 10-50µL Gambar 7.4.35 Tube PCR 57 Gambar 7.4.36 Thermal Cycler Gambar 7.4.38 Ethium Bromide Gambar 7.4.40 Gel Dock Gambar 7.4.37 Wadah Agar Gambar 7.4.39 DNA Rehydration Gambar 7.4.41 Ice Pack Gambar 7.4.42 Dokumentasi 58 Lampiran 5. Hasil Kemurnian dan Konsentrasi DNA Sampel Tabel 7.5.1 Hasil Kemurnian dan Konsentrasi DNA Sampel No Konsentrasi (ng/µl) Kemurnian (260/280) 1 128,282 1,83 2 177,814 1,81 3 135,519 1,74 4 74,119 1,77 5 48,604 1,67 6 69,515 1,49 7 104,650 1,87 8 97,942 1,77 9 292,557 1,81 10 67,443 1,74 11 71,624 1,77 12 52,264 1,94 13 285,150 1,70 14 64,236 1,65 15 65,613 1,73 16 108,990 1,77 17 68,100 1,83 18 107,454 1,83 19 53,262 1,90 20 79,036 1,81 21 76,875 1,74 22 60,662 1,73 23 55,207 1,86 24 54,059 1,74 25 82,903 1,70 26 80,840 1,80 27 73,635 1,80 59 28 51,431 1,85 29 63,182 1,78 30 48,471 1,72 31 59,013 1,85 60 Lampiran 6. Gel documentation hasil elektroforesis agarose Gambar 7.6.1 Gel doc hasil elektroforesis agarose dari genom sampel Gambar 7.6.2 Gel documentation hasil elektroforesis agarose dari PCR 61 Lampiran 7. Hasil Sequencing Gambar 7.7.1 HT1 Gambar 7.7.2 HT2 Gambar 7.7.3 HT3 Gambar 7.7.4 HT4 Gambar 7.7.5 HT5 Gambar 7.7.6 HT6 Gambar 7.7.7 HT7 Gambar 7.7.8 HT8 Gambar 7.7.9 HT9 Gambar 7.7.10 HT10 Gambar 7.7.11 HT11 Gambar 7.7.12 HT12 62 Gambar 7.7.13 HT13 Gambar 7.7.14 HT14 Gambar 7.7.15 HT15 Gambar 7.7.16 HT16 Gambar 7.7.17 N1 Gambar 7.7.18 N2 Gambar 7.7.19 N3 Gambar 7.7.20 N4 Gambar 7.7.21 N5 Gambar 7.7.22 N6 Gambar 7.7.23 N7 Gambar 7.7.24 N8 63 Gambar 7.7.25 N9 Gambar 7.7.26 N10 Gambar 7.7.27 N11 Gambar 7.7.28 N12 Gambar 7.7.29 N13 Gambar 7.7.30 N14 Gambar 7.7.31 N15 64 Lampiran 8. Data Karakteristik Responden Tabel 7.8.1 Data Karakteristik Responden Tekanan Darah No (mmHg) Kelamin Usia Wildtype Heterozygot Variant 1 140/100 P 50 + - - 2 150/90 P 52 - - + 3 140/90 L 63 + - - 4 140/80 P 50 - - + 5 160/70 L 54 + - - 6 140/80 P 52 - - + 7 140/80 P 60 - - + 8 140/80 P 48 - - + 9 150/90 L 56 - - + 10 150/90 L 65 + - - 11 140/80 L 44 + - - 12 160/90 L 38 - - + 13 140/80 P 37 - - + 14 140/90 P 39 + - - 15 150/80 L 42 + - - 16 160/90 P 42 + - - 65 17 110/80 P 44 - - + 18 120/80 P 30 - - + 19 110/80 P 58 - - + 20 120/80 P 42 DO DO DO 21 120/90 P 65 - - + 22 110/80 P 50 - - + 23 120/90 P 44 + - - 24 110/70 P 52 - - + 25 130/80 L 64 + - - 26 130/80 P 31 DO DO DO 27 130/70 P 57 - - + 28 130/80 P 54 - - + 29 130/80 P 48 - - + 30 130/70 P 45 - - + 31 130/70 P 45 - - + 66 Lampiran 9. Hasil Uji Statistik Data Karakteristik Statistics Usia N Valid Sistol Diastol 29 29 29 0 0 0 Mean 49.93 135.17 82.07 Median 50.00 140.00 80.00 a 140 80 8.936 15.029 7.736 79.852 225.862 59.852 -.044 -.171 .111 .434 .434 .434 -.410 -.654 -.319 .845 .845 .845 Minimum 30 110 70 Maximum 65 160 100 Missing Mode 44 Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis a. Multiple modes exist. The smallest value is shown Jenis Kelamin Cumulative Frequency Valid Laki-Laki Percent Valid Percent Percent 8 27.6 27.6 27.6 Perempuan 21 72.4 72.4 100.0 Total 29 100.0 100.0 Genotip Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent Wildtype 10 34.5 34.5 34.5 Variant 19 65.5 65.5 100.0 Total 29 100.0 100.0 67 Jenis Kelamin dan Genotip Arg389Gly Case Processing Summary Cases Valid N Missing Percent Jenis Kelamin * Genotip 29 N 100.0% Total Percent 0 N 0.0% Percent 29 100.0% Jenis Kelamin * Genotip Crosstabulation Genotip Wildtype Jenis Kelamin Laki-Laki Count 2 8 2.8 5.2 8.0 4 17 21 Expected Count 7.2 13.8 21.0 Count 10 19 29 10.0 19.0 29.0 Count Total Total 6 Expected Count Perempuan Variant Expected Count Chi-Square Tests Asymptotic Value Pearson Chi-Square Continuity Correction df Likelihood Ratio Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) a 1 .005 5.742 1 .017 7.915 1 .005 8.028 b Significance (2- Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases .009 7.751 1 .005 29 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.76. b. Computed only for a 2x2 table .009 68 Usia dan Genotip Arg389Gly Case Processing Summary Cases Valid N Missing Percent Usia 29 N 100.0% Total Percent 0 N 0.0% Percent 29 100.0% Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic Usia df .089 Shapiro-Wilk Sig. 29 Statistic .200 * df .977 Sig. 29 .757 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction Group Statistics Genotip Usia N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Wildtype 10 50.70 10.122 3.201 Variant 19 49.53 8.514 1.953 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2F Sig. t df Mean Std. Error tailed) Difference Difference Lower Upper Usia Equal variances 1.234 .276 .331 Difference 27 .743 1.174 3.548 .313 15.851 .758 1.174 3.750 assumed 6.106 8.454 Equal variances not assumed 6.781 9.129 69 Sistol dan Genotip Arg389Gly Case Processing Summary Cases Valid N Missing Percent Sistol 29 N Total Percent 100.0% 0 N 0.0% Percent 29 100.0% Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic Sistol df .178 Shapiro-Wilk Sig. 29 Statistic .020 df .929 Sig. 29 .052 a. Lilliefors Significance Correction Case Processing Summary Cases Valid N Missing Percent tran_sistol 29 N Total Percent 100.0% 0 N 0.0% Percent 29 100.0% Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic tran_sistol df Shapiro-Wilk Sig. .194 29 Statistic .007 .920 df Sig. 29 .030 a. Lilliefors Significance Correction Group Statistics Genotip Sistol N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Wildtype 10 143.00 12.517 3.958 Variant 19 131.05 14.868 3.411 70 Ranks Genotip Sistol N Mean Rank Sum of Ranks Wildtype 10 19.35 193.50 Variant 19 12.71 241.50 Total 29 a Test Statistics Sistol Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Grouping Variable: Genotip b. Not corrected for ties. 51.500 241.500 -2.042 .041 .045 b 71 Diastol dan Genotip Arg389Gly Case Processing Summary Cases Valid N Missing Percent Diastol 29 N Total Percent 100.0% 0 N 0.0% Percent 29 100.0% Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic Diastol df Shapiro-Wilk Sig. .261 29 Statistic .000 df .856 Sig. 29 .001 a. Lilliefors Significance Correction Case Processing Summary Cases Valid N Missing Percent tran_diastol 29 N Total Percent 100.0% 0 N 0.0% Percent 29 100.0% Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Statistic tran_diastol df .244 Shapiro-Wilk Sig. 29 Statistic .000 .853 df Sig. 29 .001 a. Lilliefors Significance Correction Group Statistics Genotip Diastol N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Wildtype 10 86.00 8.433 2.667 Variant 19 80.00 6.667 1.529 72 Ranks Genotip Diastol N Mean Rank Sum of Ranks Wildtype 10 18.95 189.50 Variant 19 12.92 245.50 Total 29 a Test Statistics Diastol Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Grouping Variable: Genotip b. Not corrected for ties. 55.500 245.500 -1.962 .050 .069 b 73 Lampiran 10. Curriculum Vitae Peneliti CURICULUM VITAE Nama Panggilan Jenis Kelamin Tempat, Tanggal Lahir Usia Golongan Darah Mobile Agama E-mail Alamat Pendidikan a. Elementary School b. Yunior High School c. Senior High School d. University : Reza Aulia Fikri : Reza : Laki-laki : Jakarta, 28 Oktober 1995 : 20 Tahun :B : 081299174080 : Islam : [email protected] : Jln Cabe 4 Rt 001/05 No. 59a, Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan : SDN 03 Pagi Kebayoran Lama : SMPN 85 Jakarta : SMAN 66 Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pengalaman Organisasi : 2007-2009 : Anggota Rohis SMPN 85 Jakarta 2010-2011 : Anggota Divisi Hubungan Masyarakat PMR SMAN 66 Jakarta Anggota Divisi Peribadahan Rohis SMAN 66 Jakarta 2011-2012 : Koor Divisi Hubungan Masyarakat PMR SMAN 66 Jakarta Ketua Rohis SMAN 66 Jakarta 2013-2014 : Anggota Divisi HMPSPD Keislaman FKIK UIN Jakarta Sekretaris Jendral Komda FKIK UIN Jakarta 2014-2015 : Anggota Divisi HMPSPD Keislaman FKIK UIN Jakarta Ketua Komda FKIK UIN Jakarta 2015-2016 : Anggota Divisi Humed LDK Syahid UIN Jakarta Anggota Divisi PB&KD IKLIM 66 Jakarta Ketua Club Pecinta Al-Qur’an FKIK