Bab V Kesimpulan 1. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bandung (Silitonga, 1997) lokasi penelitian merupakan batuan terobosan atau intrusi andesit. 2. Hasil karakterisasi lapangan menunjukkan perubahan akibat pelapukan terjadi secara kontinu dari derajat pelapukan (DP) I hingga DP VI. Tanda-tanda pelapukan pada DP I atau batuan segar tidak ditemukan atau terdapat discoloration tipis pada permukaan diskontinuitas utamanya. Intensitas rekahan yang semakin meningkat mengakibatkan permukaan andesit yang bereaksi dengan atmosfer semakin luas. Hal ini memicu pelapukan kimia untuk semakin memperluas kehadiran discoloration pada DP II atau lapuk ringan. DP III atau lapuk menengah, kehadiran discoloration semakin meluas dan mendalam, dan mineralogi penyusun masa dasar telah terubah. Hal ini dimanifestasikan pada warna batuan yang semakin berbeda dibandingkan dengan derajat sebelumnya. Batuan sebagai inti yang dikelilingi oleh material yang sangat rapuh merupakan penciri DP IV atau lapuk kuat. Selanjutnya batuan hadir sebagai fragmen yang tertanam dalam masa dasar berupa tanah, dan bagian ini sudah termasuk ke dalam DP V atau lapuk sempurna. DP VI atau tanah residu merupakan hasil akhir dari pelapukan, dimana seluruh material batuan pada derajat ini telah terubah menjadi tanah. 3. Hasil pengamatan petrografi menunjukkan bahwa andesit yang terdapat di lokasi penelitian merupakan andesit piroksen. Analisis petrografi pada DP I dan DP II masih memperlihatkan komposisi mineral yang sama, dan kandungan mineral lempung pada kedua derajat ini hanya 5%. Kedua derajat ini dibedakan berdasarkan plagioklas yang semakin lapuk pada derajat kedua. Perubahan yang signifikan terjadi pada DP III, dimana persentase mineral lempung meningkat menjadi 30% dan bentuk mikrolith pada masa dasar semakin rusak. Pada DP IV jumlah mineral lempung mencapai 35% dan bentuk mikrolit pada masa dasar tidak lagi dominan. 4. Hasil pengujian in situ memperlihatkan penurunan nilai pantulan RSCH seiring dengan meningkatnya derajat pelapukan (DP). Pengujian RSCH pada DP I dilakukan pada material batuan yang memiliki warna dan tekstur asli dari andesit Identifikasi Degradasi Kekuatan Andesit dengan Menggunakan Rock Strength Classification Hammer di Desa Cipatik, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 45 Bab V Kesimpulan Nilai rata-rata pantulan RSCH pada derajat ini bernilai sebesar 71.47. Nilai pantulan RSCH pada DP II sangat dipengaruhi oleh kehadiran discoloration tipis pada permukaannya. Nilai pantulan RSCH pada derajat ini menurun menjadi 63.34. Discoloration yang semakin meluas dan mendalam semakin menurunkan nilai pantulan RSCH pada DP III. Nilai pantulan RSCH pada derajat ini bernilai sebesar 46.78. Pengujian RSCH pada DP IV dilakukan menjauhi batuan inti, dan hal ini dilakukan untuk memperoleh nilai representative yang menunjukkan kekuatan dari derajat ini. Nilai pantulan RSCH pada derajat ini bernilai sebesar 13.24. 5. Nilai pantulan RSCH merupakan kekerasan permukaan yang mencerminkan nilai kekuatan suatu batuan. Kekuatan suatu batuan dapat diperoleh dengan mengkonversikan nilai pantulan RSCH menjadi nilai kuat tekan uniaksial. Derajat pelapukan I memiliki nilai kuat tekan uniaksial sebesar 260 MPa, dan derajat ini termasuk dalam kategori sangat kuat. Nilai kuat tekan uniaksial pada derajat pelapukan II bernilai sebesar 135 MPa, dan derajat ini termasuk dalam kategori kuat. Derajat pelapukan III termasuk dalam kategori menengah dengan nilai kuat tekan uniaksial sebesar 49 MPa. Nilai kuat tekan uniaksial pada derajat pelapukan IV bernilai sebesar 12 MPa, dan derajat ini termasuk dalam kategori sangat lemah. Identifikasi Degradasi Kekuatan Andesit dengan Menggunakan Rock Strength Classification Hammer di Desa Cipatik, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat 46