PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL ILMIAH Oleh: Nama : Mangasi P Mandalahi NPM : 4011012 Prodi : Pendidikan Matematika Dosen Pembimbing : 1. Dr. Fadli, M.Pd. 2. Dona Ningrum M, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA DAN ILM,U PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA ( STKIP-PGRI ) LUBUKLINGGAU 2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Mangasi P Mandalahi 1, Fadli 2, Dona Ningrum M 3 Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 11 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 11 Lubuklinggau Tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 160 siswa, dan sebagai sampelnya adalah kelas VII.5 yang diambil secara random. Kelas VII.5 diberi pembelajaran dengan model Team Games Tournament. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes, nilai rata-rata siswa untuk kelas yang diajarkan dengan model Team Games Tournament sebesar 86,81. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t pada taraf signifikan a = 0,05. Sehingga di peroleh thitung (9,15) > ttabel (1,69), berdasarkan analisis data tes akhir dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan model Team Games Tournament secara signifikan sudah tuntas. Kata kunci: Cooperative Learning, Team Games Tournament, Hasil Belajar, Matematika. Pendahuluan Menurut Susanto (2013:185) matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan beragumantasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses pembelajaran yang diharapkan yaitu interaksi antara guru dan siswa berjalan dengan baik, pada saat proses belajar mengajar berlangsung memegang peranan penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena kurangnya perhatian dan motivasi dari guru bisa membuat materi yang dibahas tidak tersampaikan dengan baik. Salah satu penyebab malasnya siswa belajar pada pelajaran matematika yaitu siswa hanya diberi mencatat/tugas secara terus-menerus sedangkan soal latihan jarang di bahas membuat sebagian siswa menjadi pasif akan pelajaran matematika, mereka beranggapan bahwa mempelajari matematika adalah pelajaran hal menakutkan, membosankan, serta pelajaran yang sulit. Dituntut peran guru untuk menciptakan suatu model/metode pembelajaran yang menyenangkan, agar siswa menyukai pelajaran matematika serta menghilang anggapan siswa bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang menakutkan, bosan, serta pelajaran yang sulit. Menurut Dalyono (dalam Amilda 2009:7) mengungkapkan bahwa kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor integensi yang rendah (kelainan mental) akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi. Keberhasilan belajar siswa dapat diukur pada proses besarnya rentang sebelum dan sesudah belajar. Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar adalah sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Berdasarkan observasi di SMP Negeri 11 Lubuklinggau, pada saat pembelajaran matematika ditemukan bahwa pembelajaran yang dilakukan lebih terfokus pada guru daripada peran siswa, guru lebih aktif dalam pembelajaran dibandingkan siswa. Sehingga siswa kurang mempergunakan potensi yang ada dalam dirinya untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Selain itu kurangnya variasi model yang digunakan oleh guru, dan pada saat guru menjelaskan kebanyakan siswa sibuk mencatat, akibatnya siswa menjadi pasif dan tidak termotivasi untuk mengikuti pelajaran matematika. Hasil belajar matematika yang diperoleh siswa tergolong rendah, dimana nilai rata-rata siswa masih di bawah tingkat Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan 75. Persentase siswa yang tuntas sebesar 48,13% (77 siswa) dengan rata-rata nilai 78,21 dan persentase siswa yang tidak tuntas sebesar 51,87% (83 siswa) dengan rata-rata nilai 69,79. Sedangkan siswa dikatakan tuntas bila telah mendapat nilai di atas KKM yaitu 75 dan secara klasikal materi ini tuntas bila keseluruhan 85% dari jumlah siswa yang telah mendapatkan nilai diatas 75. Oleh karena itu, diperlukan perhatian dan perbaikan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah melalui pemilihan model-model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan aktif belajar siswa. Dengan model pembelajaran kooperatif salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament. Peneliti memilih model Team Games Tournament dikarena model pembelajaran TGT sangat cocok untuk diterapkan, tidak monoton, siswa dapat beriteraksi sesama teman sebaya serta meningkat hasil belajar siswa. Jamil (2013:211) menyatakan Team Games Tournament sama halnya dengan tipe pembelajaran kooperatif yang lain, TGT juga menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggota 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Menurut Abdullah (2013:135) model pembelajaran Team Games Tournament memiliki tipe yang hampir sama dengan STAD. Pembelajaran Team Games Tournament melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan dan penguatan. Pembelajaran Team Games Tournament memberi peluang kepada siswa untuk belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament adalah dapat melatih siswa bertanggung jawab secara individual atas hasil kerja mereka, meningkatkan interaksi tatap muka dan membangun keterampilan berkomunikasi antar siswa dan semua anggota tim saling membantu dalam belajar. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament pada Pelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 11 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”. Landasan Teori Menurut Jauhar (2011:62) pembelajaran Teams Games Tournaments adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan karena melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa haru sada perbedaan status. Menurut Rusman (2011:225) model pembelajaran Tipe Team Games Tournaments merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata dan ras yang berbeda. Langkah- langkah dari model kooperatif tipe Teams Games Tournaments sebagai berikut: 1) Guru mengawali pembelajaran dengan memberitahukan kepada siswa bahwa akan dilakukannya pembelajaran Team games tournament dilanjutkan dengan memberikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan; 2) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang tiap kelompoknya secara heterogen; 3) Guru bersama siswa menyusun meja turnamen; 4) Guru menempatkan siswa ke meja turnamen yang telah disusun dan setiap meja turnamen di isi oleh perwakilan kelompok; 5) Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca (nomor urut tertinggi) dan yang lain menjadi penantang I penantang II dan seterusnya sesuai banyaknya anggota dalam turnamen; 6) Pembaca mengambil kartu bernomor, mencari pertanyaan pada lembar permainan (soal), membaca pertanyaan dengan suara lantang dan mencoba menjawabnya dengan waktu yang ditentukan (misalnya 3 menit). Kemudian jawaban pembaca di periksa. Jika jawabannya benar kartu disimpan sebagai bukti skor, namun jika jawaban salah maka kartu dikembalikan; 7) Jika penantang I, penantang II dan lainnya memiliki jawaban yang berbeda, maka dapat mengajukan jawaban secara bergantian. Jika jawaban penantang salah maka dikenakan denda dengan mengembalikan kartu jawaban yang benar (jika ada). Selanjutnya siswa berganti posisi (urutan) dengan prosedur yang sama (dengan memperhatikan waktu); 8) Siswa yang memperoleh skor tinggi pada mejanya akan naik/berpindah pada meja yang lebih tinggi (contoh dari meja V ke meja IV). Begitu juga sebaliknya siswa yang memperoleh skor rendah akan turun/ berpindah ke meja yang lebih rendah (contoh dari meja I ke II); 9) Setelah turnamen selesai, guru bersama siswa menghitung skor individu dan di akumulasikan ke dalam skor kelompok masingmasing dengan tujuan untuk mengetahui jumlah skor kelompok yang berhasil mereka kumpulkan pada tournament; 10) Kemudian guru memberikan penghargaan terhadap individu maupun kelompok yang memperoleh nilainya tertinggi. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2010:203). Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Quasi eksperimen yaitu eksperimen yang tidak sebenarnya, karena eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan–peraturan tertentu (Arikunto, 2010:123). Desain eksperimen yang digunakan berbentuk pre-test dan post-test group desain yang dapat digambarkan: A 𝑂1 X 𝑂2 Keteranagn: A : Kelas sampel yang diambil secara acak 𝑂1 : Tes awal (Pre-test) 𝑂2 : Tes akhir (Post-test) X : Pembelajaran dengan model TGT Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 11 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 160 siswa, sebagai sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII.5. Tes yang digunakan adalah tes berbentuk uraian sebanyak 6 soal. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu tes awal (pre-test), dilakukan pada awal pembelajaran baik kelas eksperimen maupun kelas control. Tes yang kedua yaitu tes akhir (post-test) dilakukan pada akhir pembelajaran pada kelas eksperimen. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan awal yang dimiliki siswa sebelum diberi perlakuan dengan model Team Games Tournaments materi Pertidaksamaan Linear Satu Variabel (PtLSV). Kemampuan awal diperoleh melalui tes essay sebanyak 6 soal, pada kelas eksperimen yang berjumlah 32 siswa yang dilaksanakan pretest pada tanggal 24 Oktober 2015. Berdasarkan hasil perhitungan rekapitulasi hasil pre-test siswa dapat dilihat pada tabel 4.1 tabel 4.1 Rekapitulasi hasil pre-test No 1 2 3 4 5 Kategori Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata nilai Simpangan baku Jumlah siswa yang tuntas Keterangan 0 20 9,10 5,74 0 siswa (0%) Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pre-test pada kelas eksperimen sebesar 9,10 dan untuk simpangan bakunya sebesar 5,74 Jadi, secara deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan awal siswa sebelum diterapkan model Team Games Tournament maupun yang konvensional termasuk dalam kategori belum tuntas, karena nilai rata-ratanya kurang dari KKM. Post-test adalah tes akhir yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diberikan perlakuan dengan model Team Games Tournament materi Pertidaksamaan Linear Satu Variabel (PtLSV). Soal yang digunakan untuk tes akhir berupa tes essay sebanyak enam soal, pada kelas eksperimen yang berjumlah 32 siswa yang dilaksanakan pada tanggal 7 november 2015 . Rekapitulasi hasil perhitungan nilai rata-rata dan simpangan baku hasil posttest dalam lampiran C, dapat dilihat pada tabel 4.2: Tabel 4.2 Rekapitulasi hasil post-test No 1 2 3 4 5 Kategori Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata nilai Simpangan baku Jumlah siswa yang tuntas Keterangan 70 100 86,81 7,54 30 siswa (93%) Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil post-test pada kelas eksperimen sebesar 86,81 dan untuk simpangan bakunya sebesar 7,54. Jadi, secara deskriptif dapat dikatakan bahwa hasil kemampuan akhir siswa setelah penerapan model Team Games Tournament termasuk kategori tuntas. Pembahasan Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama kurang lebih empat minggu, bahwa penggunaan model Team Games Tournament dapat dijadikan alternatif sebagai model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga dapat mengetahui hasil belajar siswa terhadap model tersebut. Pada penelitian ini, peneliti mengajar pada kelas VII.5 sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model Team Games Tournament yang berjumlah 32 siswa. Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukan dalam penelitian ini yaitu “Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 11 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015 setelah penerapan Model Pembelajaran Team Games Tournament secara signifikan sudah tuntas ?”. Berdasarkan analisis data pre-test dapat dilihat bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 75 (tuntas), analisis tersebut dapat diamati melalui rekapitulasi hasil pre-test yang berdasarkan perhitungan di (lampiran C) dan dapat dilihat pada tabel 1.6. Dapat disimpulkan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 11 Lubuklinggau sebelum penerapan model Team Games Tournament signifikan tuntas belum tuntas karena nilai rata-rata siswa kurang dari 75. Pemberian pre-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran dengan menggunakan model Team Games Tournament. Setelah diberikan pre-test maka dilanjutkan dengan menerapkan model Team Games Tournament yang dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Sebelum proses pembelajaran Team Games Tournament, terlebih dahulu peneliti mengiformasikan kepada siswa cara belajar yang akan ditempuh dengan menggunakan model pembelajaran Team Games Tournament. Sebelum proses pembelajaran dimulai, peneliti menjelaskan secara singkat bentuk dari proses pembelajaran dengan menggunakan model Team Games Tournament. dalam penelitian ini dilakukan secara individu. Kemudian guru menjelaskan langkahlangkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Hari pertama penerapan model Team Games Tournament yang dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2015 peneliti mengawali pembelajaran dengan mengabsen siswa. Tidak ada yang tidak hadir pada pertemuan kedua tersebut. Lalu, peneliti mereview atau mengingat nama-nama siswa yang telah dibagi pada pertemuan sebelumnya diantaranya kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, kelompok 4, kelompok 5, kelompok 6, kelompok 7, kelompok 8, Kemudian, dengan klasikal peneliti memberikan penjelasan secara singkat dan jelas tentang pertidaksamaan linear satu variabel kepada siswa kelas VII3, peneliti bersama siswa membentuk meja turnamen sebanyak 4 meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri 7-8 kursi yang akan ditempati perwakilan setiap anggota tim masing-masing. Setelah siswa menempati meja turnamen yang dibentuk tadi, peneliti pun memulai pelaksanaan Team Games Tournament dengan memulainya pada turnamen meja I. Peneliti mengeluarkan semua alat dan bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan Team Games Tournament berupa kartu bernomor, kartu soal dan papan skor yang dibuat dipapan tulis yang nantinya digunakan untuk mencatat skor yang didapat masing-masing siswa secara individu dan akan diakumulasi kedalam skor kelompok. Kartu bernomor pun diacak dan semua peserta meja turnamen I mengambil satu kartu bernomor masing-masing, lalu membuka kartu bernomor tersebut. Perserta yang mendapat mendapat nomor 1 akan duduk sebelah paling kanan dan mengikuti nomor selanjutnya sehingga mendapatkan nomor 8 akan berada sebelah kiri. Peserta yang mendapat nomor terbesar menjadi pembaca pertama, kemudian peserta tersebut diberikan kesempatan pertama untuk memilih kartu bernomor kembali yang tujuannya untuk menentukan nomor soal yang ada dikartu soal yang telah disiapkan oleh peneliti. Ternyata peserta pertama mendapatkan nomor 6 pada kartu bernomor, maka peserta pertama akan mengerjakan soal nomor 6. Sebelum peserta pertama mengerjakan soal nomor 6, peserta tersebut membacakan soal nomor 6 dengan suara lantang dan jelas sehingga peserta lain pada meja turnamen I bisa mendengar soal yang dibacakan. Setelah menbacakan soal nomor 6, peserta pertama diberikan waktu maksimal 3 menit untuk mencari jawaban soal nomor 6, lalu, setelah peserta pertama menjawab, peneliti menganalisis jawaban peserta pertama dan ternyata jawabannya benar, maka kartu bernomor 6 diberikan kepada peserta pertama sebagai bukti bahwa ia telah berhasil menjawab dengan benar. Kemudian, hal ini dilakukan secara bergantian sampai semua peserta mendapatkaan gilirannya masing-masing. Setelah seluruh peserta mendapat giliran menjawab soal yang didapat, peneliti pun beralih kemeja turnamen II. Dengan pola dan aturan yang sama, pelaksanaan pun dilakukan sampai meja turnamen IV. Setelah dilakukan turnamen setiap mejanya kemudian peneliti menghitung skor yang didapat masing-masing siswa dan dijumlahkan/akumulasi kedalam skor kelompoknya, sehingga skor ini akan berlaku menjadi skor kelompok. Pada pelaksanan Team Games Tournament pertama ini Tim Super didapat oleh kelompok 2, kelompok 3, kelompok 5. Tim Sangat Baik didapat kelompok 1, kelompok 4, kelompok 6, sedangkan kelompok 7 dan 8 menjadi kelompok Tim Baik. Pada hari kedua penerapan model pembelajaran Team Games Tournament yang dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2015, peneliti kembali melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament dikelas VII5 dengan materi pertidaksaman linear satu variabel, ternyata siswa telah menyusun rapi meja dan kursi sesuai dengan meja turnamen yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Peneliti pun cukup kagum dan terkejut akan semangat siswa dalam belajar. Pada pertemuan ini, tim yang dibentuk masih pada tim yang sama seperti kemarin, hal ini dilakukan karena peneliti akan memberikan hadiah kepada kelompok yang mendapatkan Tim Super terbanyak sehingga siswa akan berlomba-lomba dalam menjawab soal dengan benar. Pada pertemuan ini, peneliti memulai dengan memberikan materi pertidaksamaan linear satu variabel melanjutkan materi yang telah didapat pada pertemuan sebelumnya. Kemudian peneliti mengeluarkan alat dan bahan yang akan dipakai saat pelaksanaan Team Games Tournament, seperti kartu bernomor yang akan digunakan untuk menentukan posisi duduk peserta turnamen dan juga digunakan untuk menentukan nomor soal yang didapat. Setelah itu peneliti pun memulai turnamennya pada meja turnamen I dengan menggunakan pola dan aturan yang sama seperti pada pertemuan sebelumnya maka turnamen dimulai. Peserta turnamen mengambil kartu bernomor untuk menentukan posisi tempat duduk dan juga menentukan yang menjadi pembaca 1, penantang 1, penantang 2, penantang 3 dan seterusnya. Pembaca 1 yang merupakan perwakilan dari kelompok 2 mengambil kartu bernomor kembali untuk menentukan nomor soal yang akan ia kerja/jawab. Tampak ketegangan dari setiap siswa saat memilih dan mengambil kartu bernomor yang akan mereka jawab masing-masing, karena jika mereka tidak berhasil menjawabnya maka soal tersebut dilempar dengan lawan sebelah kiri mereka seterusnya. Dengan catatan, pembaca I mengerjakan soal nomor 5 yang didapat dan diberi waktu maksimal 3 menit. Kemudian jawabannya diperiksa oleh peneliti dan ternyata jawaban pembaca 1 yang merupakan perwakilan kelompok 2 benar, sehingga ia diberi kartu bernomor yang ia didapat tadi dan disimpan sebagai bukti bahwa ia telah menjawab soal nomor 5 dengan benar. Kemudian turnamen dilanjutkan, penantang 1 berganti menjadi pembaca 2 dan pembaca 1 tadi menempati posisi menjadi penantang 7 dengan pola dan aturan yang sama, turnamen dilakukan. Sampai seluruh peserta turnamen dimeja 1 mendapatkan gilirannya menjadi pembaca. Setelah meja turnamen I selesai, peneliti melanjutkan ke meja II, sama halnya meja turnamen I, pada meja II ini peneliti memberikan kartu bernomor kepada peserta turnamen meja II untuk menentukan posisi tempat duduk peserta da menentukan pembaca dan penantang-penantangnya. Dengan menggunakan aturan yang sama, turnamen ini pun dilakukan sampai pada meja turnamen ke v. diakhir pembelajaran, skor pun dihitung dan peneliti menentukan tim-tim yang menjadi Tim Super, Tim Sangat Baik, dan Tim Baik, lalu peneliti memustuskan yang menjadi Tim Super kelompok 1, kelompok 2, kelompok 4, Tim Sangat Baik kelompok 5, kelompok 3, kelompok 6, dan kelompok Tim Baik kelompok 7, kelompok 8. Pada pertemuan ketiga penerapan model Team Games Tournament yang dilakukan 31 Oktober 2015, yang merupakan pertemuan terakhir dalam penerapan model kooperatif tipe Team Games Tournament ini, semua siswa sudah berada dimeja turnamennya masing-masing maka peneliti memulainya pada meja turnamen I, peneliti mulai mengacak kartu bernomor yang telah disiapkan dan mempersilahkan semua peserta meja turnamen I untuk mengambil kartu bernomor tadi dengan bergantian, kemudian secara bersamaan peserta meja turnamen I menunjukkan nomor yang didapat. Lalu peserta mengubah posisi tempat duduk sesuai nomor urutnya. Kemudian peneliti mempersilahkan peserta menjadi pembaca untuk memilih kartu bernomor kembali untuk menentukan nomor soal yang didapat dan ternyata ia mendapatkan kartu bernomor 1, kemudian peserta pertama diperkenalkan membaca soal yang ada dikartu soal yang bernomor 1 dengan suara lantang dan jelas. Kemudian peserta pertama diberikan waktu maksimal 3 menit untuk menjawab soal tersebut. Ternyata peserta pertama tidak berhasil menjawab soal, sehingga peserta kedua atau menjadi penantang diberi kesempatan untuk menjawab soal tersebut. Peserta kedua berhasil menjawab soal, setelah itu, peserta kedua yang merupakan penantang 1 berganti nama sebagai pembaca 2 dan diberi kesempatan untuk mengambil kartu bernomor dan mendapatkan soal nomor 3. Peneliti memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca soal didapat dan mengerjakan soal tersebut dalam waktu maksimal 3 menit, peserta tersebut berhasil menjawab soal dengan baik sehingga skor yang didapat oleh peserta kedua bertambah Lalu permainan dan turnamen pun terus dilakukan sampai semua peserta mendapatkan giliran masing-masing. Setelah turnamen selesai, peneliti menghitung skor yang didapat dan diakumulasi dengan kelompok masing-masing. Kemudian setelah dihitung dan diberi penilaian maka yang mendapat Tim Super kelompok 2, kelompok 3, kelompok 5. Tim Sangat Baik kelompok 1, kelompok 4, kelompok 6 sedangkan kelompok 7 dan kelompok 8 Tim Baik. Pada pertemuan kelima yang yang dilakukan peneliti pada tanggal 11 November 2015, peneliti melakukan post-test dengan memberikan 6 soal yang sama saat pre-test . sebelum peneliti membagi lembar soal dan lembar jawaban post-test dengan benar, sesuai langkah-langkahnya, dan harus jujur. Setelah itu memberikan arahan, peneliti membagi lembar soal dan lembar jawaban kepada seluruh siswa VII5 dan peneliti memberi waktu 90 menit untuk mengerjakan soal post-test. Setelah waktu habis semua siswa mengumpulkan lembar jawaban dan lembar soal post-test. Sebelum mengakhiri pertemuan akhir, peneliti menepati janji bahwa diakhir pertemuan peneliti akan memberi hadiah kepada tim yang berhasil meraih Tim Super sebanyak tiga kali dan hadiah diberikan kepada kelompok yang paling banyak menjadi Tim Super adalah kelompok 2. Kemudian peneliti memberikan motivasi kapada siswa VII5 untuk senantiasa belajar dengan sungguh-sungguh agar cita-cita tercapai. Setelah dilakukan uji hipotesis dengan uji-t menghasilkan bahwa thitung > ttabel dengan nilai 8,87 > 1,697 ini membuktikan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima yaitu rata-rata hasil belajar matematika yang menggunakan model Team Games Tournament lebih dari rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Kesimpulan Nilai rata-rata hasil belajar siswa pos-test sebesar 86,81 dimana t hitung = 8,87 > t tabel = 1,697 dengan dk = 31 dan taraf signifikan 𝛼 = 0,05. Maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 11 Lubuklinggau setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games tournament secara signifikan sudah tuntas. Daftar Pustaka Abdullah Sani, Ridwan. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Komalasari, Kokom M. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama. Miftahul, Huda. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Penerapan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rahmi, Annisa Yanti, dkk,. 2014. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament terhadap Hasil Belajar Matematika dikelas VII SMP N 2 Bukittinggi. Jurnal Pendidikan Matematika. 3 (1), 1-5. Trianto. 2009. Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitik. Jakarta: PT Prestasi Pustaka.