penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team games

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM
GAMES TOURNAMENT PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA
KELAS VII SMP NEGERI 11 LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL ILMIAH
Oleh:
Nama
: Mangasi P Mandalahi
NPM
: 4011012
Prodi
: Pendidikan Matematika
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Fadli, M.Pd.
2. Dona Ningrum M, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILM,U PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP-PGRI ) LUBUKLINGGAU
2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM
GAMES TOURNAMENT PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA
KELAS VII SMP NEGERI 11 LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh: Mangasi P Mandalahi 1, Fadli 2, Dona Ningrum M 3
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Games Tournament terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas VII SMP Negeri 11 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Populasinya
adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 11 Lubuklinggau Tahun pelajaran
2015/2016 yang berjumlah 160 siswa, dan sebagai sampelnya adalah kelas VII.5
yang diambil secara random. Kelas VII.5 diberi pembelajaran dengan model Team
Games Tournament. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes,
nilai rata-rata siswa untuk kelas yang diajarkan dengan model Team Games
Tournament sebesar 86,81. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t
pada taraf signifikan a = 0,05. Sehingga di peroleh thitung (9,15) > ttabel (1,69),
berdasarkan analisis data tes akhir dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan model Team Games
Tournament secara signifikan sudah tuntas.
Kata kunci: Cooperative Learning, Team Games Tournament, Hasil Belajar,
Matematika.
Pendahuluan
Menurut Susanto (2013:185) matematika merupakan salah satu disiplin ilmu
yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan beragumantasi, memberikan
kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta
memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Proses pembelajaran yang diharapkan yaitu interaksi antara guru dan
siswa berjalan dengan baik, pada saat proses belajar mengajar berlangsung
memegang peranan penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena
kurangnya perhatian dan motivasi dari guru bisa membuat materi yang dibahas
tidak tersampaikan dengan baik.
Salah satu penyebab malasnya siswa belajar pada pelajaran matematika
yaitu siswa hanya diberi mencatat/tugas secara terus-menerus sedangkan soal
latihan jarang di bahas membuat sebagian siswa menjadi pasif akan pelajaran
matematika, mereka beranggapan bahwa mempelajari matematika adalah
pelajaran hal menakutkan, membosankan, serta pelajaran yang sulit. Dituntut
peran guru untuk menciptakan suatu model/metode pembelajaran yang
menyenangkan, agar siswa menyukai pelajaran matematika serta menghilang
anggapan siswa bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang menakutkan,
bosan, serta pelajaran yang sulit. Menurut Dalyono (dalam Amilda 2009:7)
mengungkapkan bahwa kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor
integensi yang rendah (kelainan mental) akan tetapi dapat juga disebabkan oleh
faktor-faktor non intelegensi. Keberhasilan belajar siswa dapat diukur pada proses
besarnya rentang sebelum dan sesudah belajar. Menurut Susanto (2013:5) hasil
belajar adalah sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Berdasarkan observasi di SMP Negeri 11 Lubuklinggau, pada saat
pembelajaran matematika ditemukan bahwa pembelajaran yang dilakukan lebih
terfokus pada guru daripada peran siswa, guru lebih aktif dalam pembelajaran
dibandingkan siswa. Sehingga siswa kurang mempergunakan potensi yang ada
dalam dirinya untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Selain itu
kurangnya variasi model yang digunakan oleh guru, dan pada saat guru
menjelaskan kebanyakan siswa sibuk mencatat, akibatnya siswa menjadi pasif dan
tidak termotivasi untuk mengikuti pelajaran matematika.
Hasil belajar matematika yang diperoleh siswa tergolong rendah, dimana
nilai rata-rata siswa masih di bawah tingkat Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditetapkan 75. Persentase siswa yang tuntas sebesar 48,13% (77 siswa)
dengan rata-rata nilai 78,21 dan persentase siswa yang tidak tuntas sebesar
51,87% (83 siswa) dengan rata-rata nilai 69,79. Sedangkan siswa dikatakan tuntas
bila telah mendapat nilai di atas KKM yaitu 75 dan secara klasikal materi ini
tuntas bila keseluruhan 85% dari jumlah siswa yang telah mendapatkan nilai
diatas 75. Oleh karena itu, diperlukan perhatian dan perbaikan dalam proses
pembelajaran matematika di sekolah melalui pemilihan model-model
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan aktif belajar siswa. Dengan model
pembelajaran kooperatif salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Team Games Tournament. Peneliti memilih model Team Games Tournament
dikarena model pembelajaran TGT sangat cocok untuk diterapkan, tidak monoton,
siswa dapat beriteraksi sesama teman sebaya serta meningkat hasil belajar siswa.
Jamil (2013:211) menyatakan Team Games Tournament sama halnya dengan tipe
pembelajaran kooperatif yang lain, TGT juga menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar yang beranggota 5 sampai 6 orang siswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda.
Menurut Abdullah (2013:135) model pembelajaran Team Games
Tournament memiliki tipe yang hampir sama dengan STAD. Pembelajaran Team
Games Tournament melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur
permainan dan penguatan. Pembelajaran Team Games Tournament memberi
peluang kepada siswa untuk belajar lebih rileks di samping menumbuhkan
tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
adalah dapat melatih siswa bertanggung jawab secara individual atas hasil kerja
mereka, meningkatkan interaksi tatap muka dan membangun keterampilan
berkomunikasi antar siswa dan semua anggota tim saling membantu dalam
belajar.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Games Tournament pada Pelajaran Matematika di Kelas VII SMP
Negeri 11 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Landasan Teori
Menurut Jauhar (2011:62) pembelajaran Teams Games Tournaments adalah
salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan karena
melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa haru sada perbedaan status. Menurut
Rusman (2011:225) model pembelajaran Tipe Team Games Tournaments
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang siswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata dan ras yang berbeda.
Langkah- langkah dari model kooperatif tipe Teams Games Tournaments
sebagai berikut: 1) Guru mengawali pembelajaran dengan memberitahukan
kepada siswa bahwa akan dilakukannya pembelajaran Team games tournament
dilanjutkan dengan memberikan materi pelajaran sesuai dengan yang
direncanakan; 2) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil yang
terdiri dari 4-5 orang tiap kelompoknya secara heterogen; 3) Guru bersama siswa
menyusun meja turnamen; 4) Guru menempatkan siswa ke meja turnamen yang
telah disusun dan setiap meja turnamen di isi oleh perwakilan kelompok; 5) Siswa
mencabut kartu untuk menentukan pembaca (nomor urut tertinggi) dan yang
lain menjadi penantang I penantang II dan seterusnya sesuai banyaknya anggota
dalam turnamen; 6) Pembaca mengambil kartu bernomor, mencari pertanyaan
pada lembar permainan (soal), membaca pertanyaan dengan suara lantang dan
mencoba menjawabnya dengan waktu yang ditentukan (misalnya 3 menit).
Kemudian jawaban pembaca di periksa.
Jika jawabannya benar kartu disimpan sebagai bukti skor, namun jika
jawaban salah maka kartu dikembalikan; 7) Jika penantang I, penantang II dan
lainnya memiliki jawaban yang berbeda, maka dapat mengajukan jawaban secara
bergantian. Jika jawaban penantang salah maka dikenakan denda dengan
mengembalikan kartu jawaban yang benar (jika ada). Selanjutnya siswa berganti
posisi (urutan) dengan prosedur yang sama (dengan memperhatikan waktu); 8)
Siswa yang memperoleh skor tinggi pada mejanya akan naik/berpindah pada
meja yang lebih tinggi (contoh dari meja V ke meja IV). Begitu juga sebaliknya
siswa yang memperoleh skor rendah akan turun/ berpindah ke meja yang lebih
rendah (contoh dari meja I ke II); 9) Setelah turnamen selesai, guru bersama siswa
menghitung skor individu dan di akumulasikan ke dalam skor kelompok masingmasing dengan tujuan untuk mengetahui jumlah skor kelompok yang berhasil
mereka kumpulkan pada tournament; 10) Kemudian guru memberikan
penghargaan terhadap individu maupun kelompok yang memperoleh nilainya
tertinggi.
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2010:203). Metode penelitian yang
digunakan adalah quasi eksperimen. Quasi eksperimen yaitu eksperimen yang
tidak sebenarnya, karena eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti
peraturan–peraturan tertentu (Arikunto, 2010:123). Desain eksperimen yang
digunakan berbentuk pre-test dan post-test group desain yang dapat digambarkan:
A 𝑂1 X 𝑂2
Keteranagn:
A
: Kelas sampel yang diambil secara acak
𝑂1
: Tes awal (Pre-test)
𝑂2
: Tes akhir (Post-test)
X
: Pembelajaran dengan model TGT
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 11
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 160 siswa, sebagai
sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII.5. Tes yang digunakan adalah tes
berbentuk uraian sebanyak 6 soal. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu tes awal
(pre-test), dilakukan pada awal pembelajaran baik kelas eksperimen maupun kelas
control. Tes yang kedua yaitu tes akhir (post-test) dilakukan pada akhir
pembelajaran pada kelas eksperimen.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan
awal yang dimiliki siswa sebelum diberi perlakuan dengan model Team Games
Tournaments materi Pertidaksamaan Linear Satu Variabel (PtLSV). Kemampuan
awal diperoleh melalui tes essay sebanyak 6 soal, pada kelas eksperimen yang
berjumlah 32 siswa yang dilaksanakan pretest pada tanggal 24 Oktober 2015.
Berdasarkan hasil perhitungan rekapitulasi hasil pre-test siswa dapat dilihat pada
tabel 4.1
tabel 4.1
Rekapitulasi hasil pre-test
No
1
2
3
4
5
Kategori
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Rata-rata nilai
Simpangan baku
Jumlah siswa yang tuntas
Keterangan
0
20
9,10
5,74
0 siswa (0%)
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pre-test pada kelas
eksperimen sebesar 9,10 dan untuk simpangan bakunya sebesar 5,74 Jadi, secara
deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan awal siswa sebelum diterapkan
model Team Games Tournament maupun yang konvensional termasuk dalam
kategori belum tuntas, karena nilai rata-ratanya kurang dari KKM.
Post-test adalah tes akhir yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan
siswa setelah diberikan perlakuan dengan model Team Games Tournament materi
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel (PtLSV). Soal yang digunakan untuk tes
akhir berupa tes essay sebanyak enam soal, pada kelas eksperimen yang
berjumlah 32 siswa yang dilaksanakan pada tanggal 7 november 2015 .
Rekapitulasi hasil perhitungan nilai rata-rata dan simpangan baku hasil posttest dalam lampiran C, dapat dilihat pada tabel 4.2:
Tabel 4.2
Rekapitulasi hasil post-test
No
1
2
3
4
5
Kategori
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Rata-rata nilai
Simpangan baku
Jumlah siswa yang tuntas
Keterangan
70
100
86,81
7,54
30 siswa (93%)
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil post-test pada
kelas eksperimen sebesar 86,81 dan untuk simpangan bakunya sebesar 7,54. Jadi,
secara deskriptif dapat dikatakan bahwa hasil kemampuan akhir siswa setelah
penerapan model Team Games Tournament termasuk kategori tuntas.
Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama kurang lebih empat minggu,
bahwa penggunaan model Team Games Tournament dapat dijadikan alternatif
sebagai model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar
mengajar di kelas, sehingga dapat mengetahui hasil belajar siswa terhadap model
tersebut. Pada penelitian ini, peneliti mengajar pada kelas VII.5 sebagai kelas
eksperimen dengan menggunakan model Team Games Tournament yang
berjumlah 32 siswa.
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukan dalam penelitian ini yaitu
“Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 11 Lubuklinggau
tahun pelajaran 2014/2015 setelah penerapan Model Pembelajaran Team Games
Tournament secara signifikan sudah tuntas ?”. Berdasarkan analisis data pre-test
dapat dilihat bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 75 (tuntas),
analisis tersebut dapat diamati melalui rekapitulasi hasil pre-test yang berdasarkan
perhitungan di (lampiran C) dan dapat dilihat pada tabel 1.6. Dapat disimpulkan
hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 11 Lubuklinggau sebelum
penerapan model Team Games Tournament signifikan tuntas belum tuntas karena
nilai rata-rata siswa kurang dari 75.
Pemberian pre-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
sebelum diberikan pembelajaran dengan menggunakan model Team Games
Tournament. Setelah diberikan pre-test maka dilanjutkan dengan menerapkan
model Team Games Tournament yang dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan.
Sebelum proses pembelajaran Team Games Tournament, terlebih dahulu peneliti
mengiformasikan kepada siswa cara belajar yang akan ditempuh dengan
menggunakan model pembelajaran Team Games Tournament. Sebelum proses
pembelajaran dimulai, peneliti menjelaskan secara singkat bentuk dari proses
pembelajaran dengan menggunakan model Team Games Tournament. dalam
penelitian ini dilakukan secara individu. Kemudian guru menjelaskan langkahlangkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Hari pertama penerapan model Team Games Tournament yang dilakukan
pada tanggal 24 Oktober 2015 peneliti mengawali pembelajaran dengan
mengabsen siswa. Tidak ada yang tidak hadir pada pertemuan kedua tersebut.
Lalu, peneliti mereview atau mengingat nama-nama siswa yang telah dibagi pada
pertemuan sebelumnya diantaranya kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3,
kelompok 4, kelompok 5, kelompok 6, kelompok 7, kelompok 8, Kemudian,
dengan klasikal peneliti memberikan penjelasan secara singkat dan jelas tentang
pertidaksamaan linear satu variabel kepada siswa kelas VII3, peneliti bersama
siswa membentuk meja turnamen sebanyak 4 meja turnamen, dimana setiap meja
turnamen terdiri 7-8 kursi yang akan ditempati perwakilan setiap anggota tim
masing-masing.
Setelah siswa menempati meja turnamen yang dibentuk tadi, peneliti pun
memulai pelaksanaan Team Games Tournament dengan memulainya pada
turnamen meja I. Peneliti mengeluarkan semua alat dan bahan yang akan
digunakan untuk pelaksanaan Team Games Tournament berupa kartu bernomor,
kartu soal dan papan skor yang dibuat dipapan tulis yang nantinya digunakan
untuk mencatat skor yang didapat masing-masing siswa secara individu dan akan
diakumulasi kedalam skor kelompok. Kartu bernomor pun diacak dan semua
peserta meja turnamen I mengambil satu kartu bernomor masing-masing, lalu
membuka kartu bernomor tersebut. Perserta yang mendapat mendapat nomor 1
akan duduk sebelah paling kanan dan mengikuti nomor selanjutnya sehingga
mendapatkan nomor 8 akan berada sebelah kiri.
Peserta yang mendapat nomor terbesar menjadi pembaca pertama, kemudian
peserta tersebut diberikan kesempatan pertama untuk memilih kartu bernomor
kembali yang tujuannya untuk menentukan nomor soal yang ada dikartu soal yang
telah disiapkan oleh peneliti. Ternyata peserta pertama mendapatkan nomor 6
pada kartu bernomor, maka peserta pertama akan mengerjakan soal nomor 6.
Sebelum peserta pertama mengerjakan soal nomor 6, peserta tersebut
membacakan soal nomor 6 dengan suara lantang dan jelas sehingga peserta lain
pada meja turnamen I bisa mendengar soal yang dibacakan. Setelah menbacakan
soal nomor 6, peserta pertama diberikan waktu maksimal 3 menit untuk mencari
jawaban soal nomor 6, lalu, setelah peserta pertama menjawab, peneliti
menganalisis jawaban peserta pertama dan ternyata jawabannya benar, maka kartu
bernomor 6 diberikan kepada peserta pertama sebagai bukti bahwa ia telah
berhasil menjawab dengan benar. Kemudian, hal ini dilakukan secara bergantian
sampai semua peserta mendapatkaan gilirannya masing-masing.
Setelah seluruh peserta mendapat giliran menjawab soal yang didapat,
peneliti pun beralih kemeja turnamen II. Dengan pola dan aturan yang sama,
pelaksanaan pun dilakukan sampai meja turnamen IV. Setelah dilakukan
turnamen setiap mejanya kemudian peneliti menghitung skor yang didapat
masing-masing siswa dan dijumlahkan/akumulasi kedalam skor kelompoknya,
sehingga skor ini akan berlaku menjadi skor kelompok. Pada pelaksanan Team
Games Tournament pertama ini Tim Super didapat oleh kelompok 2, kelompok 3,
kelompok 5. Tim Sangat Baik didapat kelompok 1, kelompok 4, kelompok 6,
sedangkan kelompok 7 dan 8 menjadi kelompok Tim Baik.
Pada hari kedua penerapan model pembelajaran Team Games Tournament
yang dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2015, peneliti kembali melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament dikelas VII5 dengan materi pertidaksaman linear satu
variabel, ternyata siswa telah menyusun rapi meja dan kursi sesuai dengan meja
turnamen yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Peneliti pun cukup
kagum dan terkejut akan semangat siswa dalam belajar. Pada pertemuan ini, tim
yang dibentuk masih pada tim yang sama seperti kemarin, hal ini dilakukan
karena peneliti akan memberikan hadiah kepada kelompok yang mendapatkan
Tim Super terbanyak sehingga siswa akan berlomba-lomba dalam menjawab soal
dengan benar. Pada pertemuan ini, peneliti memulai dengan memberikan materi
pertidaksamaan linear satu variabel melanjutkan materi yang telah didapat pada
pertemuan sebelumnya.
Kemudian peneliti mengeluarkan alat dan bahan yang akan dipakai saat
pelaksanaan Team Games Tournament, seperti kartu bernomor yang akan
digunakan untuk menentukan posisi duduk peserta turnamen dan juga digunakan
untuk menentukan nomor soal yang didapat. Setelah itu peneliti pun memulai
turnamennya pada meja turnamen I dengan menggunakan pola dan aturan yang
sama seperti pada pertemuan sebelumnya maka turnamen dimulai. Peserta
turnamen mengambil kartu bernomor untuk menentukan posisi tempat duduk dan
juga menentukan yang menjadi pembaca 1, penantang 1, penantang 2, penantang
3 dan seterusnya. Pembaca 1 yang merupakan perwakilan dari kelompok 2
mengambil kartu bernomor kembali untuk menentukan nomor soal yang akan ia
kerja/jawab.
Tampak ketegangan dari setiap siswa saat memilih dan mengambil kartu
bernomor yang akan mereka jawab masing-masing, karena jika mereka tidak
berhasil menjawabnya maka soal tersebut dilempar dengan lawan sebelah kiri
mereka seterusnya. Dengan catatan, pembaca I mengerjakan soal nomor 5 yang
didapat dan diberi waktu maksimal 3 menit. Kemudian jawabannya diperiksa oleh
peneliti dan ternyata jawaban pembaca 1 yang merupakan perwakilan kelompok 2
benar, sehingga ia diberi kartu bernomor yang ia didapat tadi dan disimpan
sebagai bukti bahwa ia telah menjawab soal nomor 5 dengan benar. Kemudian
turnamen dilanjutkan, penantang 1 berganti menjadi pembaca 2 dan pembaca 1
tadi menempati posisi menjadi penantang 7 dengan pola dan aturan yang sama,
turnamen dilakukan. Sampai seluruh peserta turnamen dimeja 1 mendapatkan
gilirannya menjadi pembaca.
Setelah meja turnamen I selesai, peneliti melanjutkan ke meja II, sama
halnya meja turnamen I, pada meja II ini peneliti memberikan kartu bernomor
kepada peserta turnamen meja II untuk menentukan posisi tempat duduk peserta
da menentukan pembaca dan penantang-penantangnya. Dengan menggunakan
aturan yang sama, turnamen ini pun dilakukan sampai pada meja turnamen ke v.
diakhir pembelajaran, skor pun dihitung dan peneliti menentukan tim-tim yang
menjadi Tim Super, Tim Sangat Baik, dan Tim Baik, lalu peneliti memustuskan
yang menjadi Tim Super kelompok 1, kelompok 2, kelompok 4, Tim Sangat Baik
kelompok 5, kelompok 3, kelompok 6, dan kelompok Tim Baik kelompok 7,
kelompok 8.
Pada pertemuan ketiga penerapan model Team Games Tournament yang
dilakukan 31 Oktober 2015, yang merupakan pertemuan terakhir dalam penerapan
model kooperatif tipe Team Games Tournament ini, semua siswa sudah berada
dimeja turnamennya masing-masing maka peneliti memulainya pada meja
turnamen I, peneliti mulai mengacak kartu bernomor yang telah disiapkan dan
mempersilahkan semua peserta meja turnamen I untuk mengambil kartu bernomor
tadi dengan bergantian, kemudian secara bersamaan peserta meja turnamen I
menunjukkan nomor yang didapat. Lalu peserta mengubah posisi tempat duduk
sesuai nomor urutnya.
Kemudian peneliti mempersilahkan peserta menjadi pembaca untuk
memilih kartu bernomor kembali untuk menentukan nomor soal yang didapat dan
ternyata ia mendapatkan kartu bernomor 1, kemudian peserta pertama
diperkenalkan membaca soal yang ada dikartu soal yang bernomor 1 dengan suara
lantang dan jelas. Kemudian peserta pertama diberikan waktu maksimal 3 menit
untuk menjawab soal tersebut. Ternyata peserta pertama tidak berhasil menjawab
soal, sehingga peserta kedua atau menjadi penantang diberi kesempatan untuk
menjawab soal tersebut. Peserta kedua berhasil menjawab soal, setelah itu, peserta
kedua yang merupakan penantang 1 berganti nama sebagai pembaca 2 dan diberi
kesempatan untuk mengambil kartu bernomor dan mendapatkan soal nomor 3.
Peneliti memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca soal didapat dan
mengerjakan soal tersebut dalam waktu maksimal 3 menit, peserta tersebut
berhasil menjawab soal dengan baik sehingga skor yang didapat oleh peserta
kedua bertambah
Lalu permainan dan turnamen pun terus dilakukan sampai semua peserta
mendapatkan giliran masing-masing. Setelah turnamen selesai, peneliti
menghitung skor yang didapat dan diakumulasi dengan kelompok masing-masing.
Kemudian setelah dihitung dan diberi penilaian maka yang mendapat Tim Super
kelompok 2, kelompok 3, kelompok 5. Tim Sangat Baik kelompok 1, kelompok 4,
kelompok 6 sedangkan kelompok 7 dan kelompok 8 Tim Baik.
Pada pertemuan kelima yang yang dilakukan peneliti pada tanggal 11
November 2015, peneliti melakukan post-test dengan memberikan 6 soal yang
sama saat pre-test . sebelum peneliti membagi lembar soal dan lembar jawaban
post-test dengan benar, sesuai langkah-langkahnya, dan harus jujur. Setelah itu
memberikan arahan, peneliti membagi lembar soal dan lembar jawaban kepada
seluruh siswa VII5 dan peneliti memberi waktu 90 menit untuk mengerjakan soal
post-test. Setelah waktu habis semua siswa mengumpulkan lembar jawaban dan
lembar soal post-test. Sebelum mengakhiri pertemuan akhir, peneliti menepati
janji bahwa diakhir pertemuan peneliti akan memberi hadiah kepada tim yang
berhasil meraih Tim Super sebanyak tiga kali dan hadiah diberikan kepada
kelompok yang paling banyak menjadi Tim Super adalah kelompok 2. Kemudian
peneliti memberikan motivasi kapada siswa VII5 untuk senantiasa belajar dengan
sungguh-sungguh agar cita-cita tercapai.
Setelah dilakukan uji hipotesis dengan uji-t menghasilkan bahwa thitung >
ttabel dengan nilai 8,87 > 1,697 ini membuktikan bahwa hipotesis dalam penelitian
ini diterima yaitu rata-rata hasil belajar matematika yang menggunakan model
Team Games Tournament lebih dari rata-rata hasil belajar matematika siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
Kesimpulan
Nilai rata-rata hasil belajar siswa pos-test sebesar 86,81 dimana t hitung =
8,87 > t tabel = 1,697 dengan dk = 31 dan taraf signifikan 𝛼 = 0,05. Maka H0
ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data. Maka
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri
11 Lubuklinggau setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games tournament secara signifikan sudah tuntas.
Daftar Pustaka
Abdullah Sani, Ridwan. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Komalasari, Kokom M. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Bandung: Refika Aditama.
Miftahul, Huda. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan
Penerapan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahmi, Annisa Yanti, dkk,. 2014. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Games Tournament terhadap Hasil Belajar Matematika dikelas VII SMP N
2 Bukittinggi. Jurnal Pendidikan Matematika. 3 (1), 1-5.
Trianto. 2009. Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitik. Jakarta:
PT Prestasi Pustaka.
Download