Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Komponen Otomotif*

advertisement
 ICRA Indonesia Rating Feature
Agustus 2013
Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan
Komponen Otomotif*
Tinjauan Sekilas
Ulasan berikut mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang dipertimbangkan oleh ICRA Indonesia dalam
penilaian risiko kredit untuk industri komponen otomotif. Hal ini bertujuan untuk membantu investor,
perusahaan yang akan di peringkat dan pelaku pasar lainnya memahami bagaimana ICRA Indonesia
menganalisis kelayakan kredit perusahaan di industri komponen otomotif. Analisis ICRA Indonesia
berfokus pada delapan faktor kunci yang secara umum digunakan dalam pemeringkatan. Faktorfaktor kunci tersebut adalah:
1. Analisis Risiko Usaha/Bisnis
a. Skala usaha dan posisi pasar
b. Diversifikasi – bisnis, geografis dan pelanggan
c. Teknologi dan kompleksitas produk
d. Induk/grup perusahaan.
2. Analisis Risiko Keuangan
a. Pertumbuhan pendapatan
b. Kemampuan menghasilkan laba (profitabilitas)
c. Kebijakan keuangan dan struktur modal
d. Arus kas dan kemampuan membayar hutang.
3. Kualitas pemilik/Manajemen
Analisis Risiko Usaha/Bisnis
Skala usaha dan posisi pasar
ICRA Indonesia percaya bahwa basis pendapatan perusahaan dan posisi pasar merupakan faktor
kunci untuk menentukan kekuatan bisnis dan fleksibilitas operasi. Ketika menganalisis posisi pasar,
selain pangsa pasar secara keseluruhan, ICRA Indonesia juga mempertimbangkan seberapa besar
andil perusahaan komponen otomotif terhadap produsen kendaraan bermotor orisinil (original
equipment manufacturer - OEM). Posisi pasar yang kuat terhadap OEM menandakan pentingnya
perusahaan tersebut terhadap OEM yang bersangkutan dan meningkatkan kemampuannya dalam
menahan gejolak harga. Posisi pasar yang baik biasanya mendukung kestabilan pendapatan dan
memberikan basis keuntungan dan arus kas yang berkelanjutan. Sebagai tambahan, skala yang
besar dan posisi pasar yang kuat biasanya merefleksikan volume yang besar, memungkinkan
tercapainya skala ekonomi, tertutupnya semua biaya dan kemampuan menawarkan harga yang
kompetitif.
Diversifikasi – bisnis, geografis dan pelanggan
Diversifikasi usaha baik dalam hal segmentasi produk, basis pelanggan yang beragam atau luasnya
cakupan geografis dipandang sebagai faktor positif. Perusahaan komponen dengan portofolio produk
yang melayani segmen otomotif yang beragam (kendaraan komersial, kendaraan penumpang,
kendaraan roda dua, traktor, dll.) memiliki posisi yang lebih baik untuk mengurangi kerentanan yang
timbul sebagi akibat penurunan volume otomotif di segmen tertentu. Misalnya, perusahaan komponen
ICRA Indonesia otomotif yang hanya melayani segmen kendaraan komersial, segmen yang relatif paling bersiklus
dibandingkan dengan segmen otomotif lainnya, berpotensi memiliki volatilitas pendapatan dan arus
kas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemasok komponen yang terdiversifikasi. Diversifikasi
bisnis dapat juga mengacu pada segmen non-otomotif. ICRA Indonesia memandang diversifikasi ke
non-otomotif adalah faktor positif jika penjualan ke sektor tersebut bersifat material.
Diversifikasi geografis baru akan berarti apabila perusahaan dapat memenuhi kebutuhan beberapa
OEM atau pemasok komponen global (Tier-1) di beberapa negara berbeda. Di Indonesia, mungkin
masih sangat sedikit perusahaan yang sudah mencapai diversifikasi semacam itu. Juga, sekalipun
diversifikasi menjadi kredit positif dalam jangka panjang, karena sinkronisasi krisis ekonomi yang
dialami negara-negara maju akhir-akhir ini, diversifikasi ekspor belum tentu menguntungkan,
tergantung negara tujuan ekspornya.
Bauran yang seimbang antara pasar OEM dan pasar suku cadang (aftermarket) adalah positif –
biasanya bisnis aftermarket memberikan stabilitas penjualan yang lebih tinggi dan keuntungan
operasi yang lebih besar dibandingkan dengan OEM. Akan tetapi, posisi yang kuat di bisnis OEM
sering menjadi basis keberadaannya yang kuat di pasar aftermarket karena produknya dikenal luas.
Ketika pasar menurun, perusahaan dengan keberadaan yang kuat di aftermarket dapat menahan
tekanan penjualan dan profitabiltas lebih baik dibandingkan dengan yang sebagian besar menyuplai
ke OEM.
Dalam pasar OEM, perusahaan dengan keragaman klien yang lebih besar menikmati perlindungan
yang lebih baik jika terjadi penurunan ekonomi, dan mengurangi kerentanan sampai level tertentu.
Mengingat dominasi OEM tertentu di hampir semua segmen otomotif, keragaman klien yang berarti
baru dapat dicapai dengan melayani beberapa segmen tersebut. Di bisnis ekspor, pasar penggantian
suku cadang aftermarket menawarkan keragaman klien. Namun, pada segmen OEM, bisnis ekspor
sering terkonsentrasi pada beberapa klien karena persyaratan volume yang besar. Risiko
kebangkrutan OEM dan pemasok komponen global telah meningkat tajam yang membuat
konsentrasi klien merupakan faktor risiko kritis bagi eksportir di pasar tersebut.
Teknologi dan kompleksitas produk
Tingkat kompleksitas produk menentukan pentingnya perusahaan komponen otomotif dalam
keseluruhan rantai pasokan (supply chain), dan sebagai akibatnya, mempengaruhi kekuatannya
dalam menentukan harga. Kemampuan teknologi biasanya dinilai secara kualitatif, namun pengeluran
untuk penelitian dan pengembangan (litbang) bisa menjadi indikator komitmen perusahaan terhadap
pengembangan produk dan inovasi. Kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan pengembangan
OEM tetap merupakan kriteria utama dalam industri. Dengan meningkatnya tekanan untuk penurunan
biaya, litbang ke arah rekayasa produk untuk mengurangi biaya juga memainkan peranan penting
dalam memperkuat hubungan dengan OEM.
Induk/grup perusahaan
Menjadi bagian dari group OEM dilihat sebagai faktor positif karena dapat memberikan akses ke
bisnis induk, kemampuan teknologi dan pengalaman. Selain itu, menjadi bagian pemasok global
(Tier-1) juga menyediakan akses ke input-input teknologi. Kepemilikan global juga bisa membuka
akses ke klien multinasional dan berkesempatan mengembangkan perusahaan menjadi basis
produksi berbiaya rendah. Tetapi perusahaan induk global juga bisa membatasi akses ke bisnis
tertentu, terutama pasar ekspor, sehingga membatasi jangkauan bisnis.
Analisis Risiko Keuangan
Tingkat pertumbuhan pendapatan
Tingkat pertumbuhan berkelanjutan di atas rata-rata industri dinilai sangat positif. Biasanya tingkat
pertumbuhan menggambarkan peningkatan pangsa pasar, penambahan klien atau peluncuran
produk baru. Sebaliknya, trend penurunan pendapatan ketika industrinya berkembang bisa menjadi
indikasi kegagalan model bisnis atau lini produk. ICRA
Indonesia berupaya menganalisis
pertumbuhan volume dan penjualan secara terpisah. Peningkatan penjualan yang disebabkan oleh
kenaikan harga bahan baku tidak menggambarkan pertumbuhan riil dan biasanya dapat terlihat pada
ICRA Indonesia Page 2 of 4
margin operasi yang tetap atau menurun. Tetapi, kenaikan harga yang difasilitasi melalui penawaran
produk yang lebih baik dipandang menguntungkan, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menetapkan harga yang premium. Sebagai tambahan, tekanan kompetisi yang kuat dapat memaksa
perusahaan untuk menyerap sebagian kenaikan biaya. Jadi ICRA
Indonesia memandang
kemampuan meneruskan kenaikan biaya secara sepenuhnya sebagai refleksi dari pentingnya
perusahaan bagi OEM, dan kemampuan teknologinya.
Profitabilitas
Selain pertumbuhan pendapatan, profitabilitas yang berkelanjutan melewati siklus bisnis adalah salah
satu faktor kunci yang ICRA Indonesia gabungkan dalam analisisnya untuk membedakan dengan
perusahaan lainnya. Dua ukuran utama profitabilitas adalah (i) laba operasi sebelum bunga dan
pajak (OPBIT=operating profit before interest and taxes) dan (ii) tingkat pengembalian total modal
yang dipergunakan (ROCE=return on capital employed). Hanya dengan cara mempertahankan
margin yang memadai perusahaan dapat membuat investasi yang berkelanjutan yang diperlukan
untuk mempertahankan keunggulan teknologi. Dalam ketiadaan keuntungan yang memadai dalam
menghasilkan arus kas kemungkinan akan sedikit menyulitkan untuk mendukung kebutuhan modal
kerja dan belanja modal yang berkaitan dengan peluncuran produk baru. Biaya bahan baku
merupakan komponen terbesar dalam struktur biaya perusahaan komponen otomotif. Oleh karena
itu, kemampuan untuk meneruskan kenaikan harga bahan baku secara tepat waktu dapat memiliki
dampak signifikan pada profitabilitas.
Karena OEM dapat menyaratkan penurunan harga seiring dengan berjalannya waktu kontrak,
perusahaan perlu selalu berfokus kepada penghematan biaya. Dengan demikian, perusahaan yang
dapat memenuhi atau bahkan berada di depan dalam konteks penghematan biaya akan memiliki
keunggulan profitabilitas.
Kebijakan keuangan dan struktur modal
Perusahaan yang mengejar kebijakan keuangan agresif termasuk yang bergantung kepada
pembiayaan hutang cenderung lebih rentan terhadap siklus penurunan dibandingkan perusahaan
dengan tingkat hutang yang lebih rendah dalam bisnis mereka. Selain peningkatan kapasitas, akuisisi
telah menjadi strategi umum untuk pertumbuhan oleh perusahaan komponen otomotif besar. Akuisisi
biasanya membantu dalam memperluas lini produk dan dalam usaha mendapatkan akses ke
pasar/OEM baru. ICRA Indonesia dalam analisisnya menguji dampak dari akuisisi pada indikator
profitabilitas dan struktur modal perusahaan secara konsolidasi.
Level modal kerja juga menjadi indikator utama dalam kesehatan keuangan. Tingginya level piutang
dan persediaan bisa menggambarkan rendahnya kualitas pendapatan, yang memerlukan
penghapusan di masa datang. ICRA Indonesia membandingkan intensitas modal kerja dengan para
pesaingnya untuk mengukur kemampuan menegosiasikan kredit dengan pelanggan dan pemasok
sebagai parameter kekuatan bisnis mereka. Pada saat yang sama, besarnya persediaan bisa terjadi
dalam rangka mendukung rencana peluncuran produk baru yang akan segera dilakukan oleh OEM.
Penumpukan persediaan seperti ini dianggap investasi yang memang perlu.
Tingkat risiko nilai tukar yang dihadapi perusahaan akan ditentukan oleh posisi neto ekspor/impor
perusahaan. ICRA Indonesia melihat bauran ekspor/impor perusahaan untuk melihat risiko nilai
tukarnya, strategi lindung nilai (hedging) yang digunakan, dan implikasi dari berbagai strategi
tersebut, ketika mengevaluasi kinerja perusahaan. Kewajiban dengan mata uang asing yang tidak
dilindung nilai dapat menimbulkan risiko yang signifikan dalam neraca, kecuali kewajiban tersebut
ditunjang oleh pendapatan dari ekspor atau disokong oleh aset lancar dalam mata uang asing.
Arus kas dan indikator kesanggupan membayar hutang
Industri pengguna komponen otomotif beroperasi dalam lingkungan yang fluktuatif, yang dapat
menghadirkan periode-periode tekanan yang berat terhadap keuangan perusahaan komponen
otomotif. Kebanyakan perusahaan komponen otomotif juga tidak menikmati posisi tawar yang
memadai dengan klien. Memang banyak OEM yang mendukung likuiditas pemasok komponen utama
termasuk melalui skema seperti diskon tagihan pemasok (bill discounting). Namun dalam periode
sulit, dukungan ini biasanya menurun dan pembayaran menjadi lebih lama, menyebabkan dampak
ganda pada penuruan bisnis dan tekanan likuiditas perusahaan komponen otomotif. Siklus modal
ICRA Indonesia Page 3 of 4
kerja yang melambat dapat menyebabkan arus kas dari operasi melemah atau bahkan negatif dan
indikator kemampuan membayar hutang yang juga melemah.
Perusahaan komponen otomotif juga perlu berinvestasi untuk meningkatkan kapasitas dan
pengembangan produk sejalan dengan rencana pelanggan OEM-nya. Bahkan, intensitas modal ini
telah meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya penggunaan alih daya (outsource)
OEM kepada pemasok komponen. Investasi tersebut biasanya melewati tahap pembangunan yang
memiliki risiko terkait dengan ekspansi, terutama jika melibatkan sesuatu yang baru. Arus kas operasi
yang kuat memungkinkan perusahaan komponen otomotif melaksanakan investasi penting ini tanpa
menekan neraca secara signifikan. Namun belanja modal yang besar dapat menyebabkan arus kas
bebas yang negatif, bahkan untuk perusahaan dengan model bisnis yang relatif kuat.
Kualitas pemilik/ manajemen
Semua peringkat hutang harus menggabungkan penilaian tentang kualitas dari manajemen
perusahaan yang bersangkutan dan kekuatan/kelemahan yang timbul karena perusahaan tersebut
merupakan bagian dari “grup”‐nya. Biasanya dialog yang rinci dilakukan dengan manajemen
perusahaan untuk memahami tujuan‐tujuan, rencana dan strategi bisnisnya serta
pandangan‐pandangannya tentang hasil yang telah dicapai, dan perkiraan tentang industri yang
bersangkutan dalam masa mendatang. Hal‐hal lain yang dinilai antara lain:
 pengalaman pemilik/manajemen dalam bidang yang bersangkutan;
 komitmen pemilik/manajemen terhadap bidang yang digeluti;
 sikap para pemilik/manajemen terhadap pengambilan dan pengendalian risiko;
 kebijakan‐kebijakan perusahaan tentang rasio hutang, risiko bunga dan risiko mata uang;
 rencana‐rencana perusahaan tentang proyek baru, akuisisi, ekspansi dsb;
 kekuatan bisnis‐bisnis lain dalam grup bisnis yang sama dengan perusahaan;
 kemampuan dan kesediaan grup untuk mendukung perusahaan melalui langkah‐langkah
seperti penambahan modal, jika diperlukan;
© Copyright, 2013, ICRA Indonesia. All Rights Reserved.
Semua informasi yang tersedia merupakan infomasi yang diperoleh oleh ICRA Indonesia dari sumber-sumber yang dapat
dipercaya keakuratan dan kebenarannya. Walaupun telah dilakukan pengecekan dengan memadai untuk memastikan
kebenarannya, informasi yang ada disajikan 'sebagaimana adanya' tanpa jaminan dalam bentuk apapun, dan ICRA
Indonesia khususnya, tidak melakukan representasi atau menjamin, menyatakan atau menyatakan secara tidak
langsung, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan dari informasi yang dimaksud. Semua informasi
harus ditafsirkan sebagai pernyataan pendapat, dan ICRA Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang
dialami oleh pengguna informasi dalam menggunakan publikasi ini atau isinya.
*)Diadopsi, dimodifikasi dan diterjemahkan dari rating methodology for auto component supplier dari ICRA Limited.
ICRA Indonesia Page 4 of 4
Download