BAB II - FTP Directory Listing

advertisement
1
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Umum atas Pasar Modal
Pengertian Pasar Modal menurut UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995 adalah
kegiatan yagn bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga
profesi yang berkaitan efek. Dengan demikian, menurut Dahlan Siamat (2001:249)
pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisir dimana efekefek diperdagangkan, lazimnya disebut Bursa Efek. Lebih lanjut dikatakan bahwa
bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisir dengan
mekanisme resmi untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek secara langsung
atau melalui wakil-wakilnya.
Ketika suatu perusahaan melakukan penawaran sahamnya untuk pertama kali
atau Initial Public Offering (IPO), transaksi tersebut terjadi di pasar perdana. Harga
yang terbentuk di pasar perdana ini merupakan kesepakatan antara pihak emiten
dengan pihak penjamin emisi (underwriter). Kemudian saham-saham tersebut dapat
diperdagangkan di pasar sekunder. Harga yang terbentuk di pasar ini sesuai dengan
permintaan dan penawaran (mekanisme pasar).
Pada dasarnya pasar modal merupakan pasar sekunder sebab transaksi yang
terjadi di pasar modal ini hanya antar investor. Dengan demikian dana yang
didapatkan perusahaan melalui penjualan saham diperoleh dari hasil perdagangan
2
antara perusahaan dengan investor di pasar perdana. Dengan kata lain perusahaan
tidak akan memperoleh tambahan dana atas transaksi yang terjadi di pasar sekunder.
Walaupun perusahaan tidak memperoleh tambahan dana atas transaksi yang
terjadi di pasar sekunder, transaksi perdagangan di pasar sekunder ini sangatlah
penting untuk menentukan likuiditas saham di pasar perdana. Hal ini terkait dengan
sikap pesimis atau optimis dari para investor terhadap kemampuan saham yang
diterbitkan emiten untuk memberikan keuntungan selisih harga (capital gain) yang
akan diperolehnya dari transaksi di pasar sekunder.
2.2. Go Public
Perusahaan dalam rangka mengembangkan usahanya melakukan beberapa
cara, di antaranya melakukan ekspansi. Untuk memenuhi kebutuhan ekspansi tersebut
diperlukan suatu dana yang tidak sedikit. Oleh sebab itulah perusahaan melakukan
penawaran sahamnya ke masyarakat umum yang disebut go public. Perusahaan
penerbit saham disebut emiten sedangkan pembelian saham disebut investor.
Menurut Eugene F. Brigham, Louis Gapenski, dan Michael C, Ehrhardt
(2002:739), “Go public means selling some of a company’s stock to outside investors
and then letting the stock trade in public markets”. Ketika suatu perusahaan
memutuskan untuk go public maka ia akan melakukan penawaran saham perdana
atau Initial Public Offerings (IPO). Untuk melakukan Initial Public Offerings (IPO)
ini, perusahaan harus mengeluarkan biaya penawaran (floating fees). Walaupun
demikian, sebagian orang menganggap bahwa IPO merupakan salah satu cara
3
termudah dan termurah bagi perusahaan serta meningkatnya kebutuhan dana sebagai
konsekuensi dari berkembangnya perusahaan serta meningkatnya kebutuhan dana
untuk investasi. Kegiatan penawaran saham perdana ini dilakukan di pasar perdana
dan ketika saham tersebut hendak diperjualbelikan, hal tersebut dilakukan di pasar
sekunder.
Dengan melakukan IPO atau dengan kata lain setelah go public, suatu
perusahaan akan berubah statusnya menjadi perusahaan terbuka. Hal ini berarti
perusahaan tidak hanya dimiliki oleh pemilik lama saja tetapi juga oleh masyarakat.
Manfaat yang akan diperoleh perusahaan yang go public menurut Eugene F.
Brigham, Louis Gapenski, dan Michael C. Ehrhardt (2002:739) adalah:
a. Memungkinkan pemilik perusahaan untuk melakukan diversifikasi usaha.
b. Meningkatkan likuiditas.
c. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh uang kas sewaktu-sewaktu.
d. Meningkatkan nilai perusahaan.
e. Menciptkan harga negosiasi ketika perusahaan hendak diakuisisi atau
mengakuisisi perusahaan lain.
f. Meningkatkan pasar yang potensial karena pemegang saham, khususnya individu
akan cenderung menjadi konsumen yang setia.
Disamping manfaat, perusahaan yang go public, terdapat pula kerugian yang
dirasakan perusahaan sebagai konsekuensi go public :
a.
Perusahaan harus melakukan pelaporan yang membutuhkan biaya yang
tinggi.
b.
Harus melakukan pengungkapan.
4
c.
Self-dealings yang biasanya dilakukan dalam perusahaan, misalnya
meminimalkan hutang pajak penghasilan pribadi, menjadi sulit dilakukan.
d.
Pasar yang lesu dan harga yang rendah (inactive market/low price) terjadi
bila saham perusahaan tidak aktif diperdagangkan. Hal ini merugikan bila
perusahaan berskala kecil sebab nilai pasar sahamnya tidak mencerminkan nilai
saham yang sesungguhnya.
e.
Berkurangnya pengendalian.
f.
Harus menjaga hubungan dengan investor.
Proses emisi efek (Dahlan Siamat, 2004:261) terdiri dari tahap-tahap berikut
ini :
1. Perusahaan yang akan menerbitkan efek (emiten atau issuer) menyampaikan
pernyataan maksud (letter of intent) kepada Bapepam..
2. Emiten menghubungi dan menunjuk penjamin emisi (underwriter) serta lembaga
penunjang emisi lainnya.
3. Emiten dan underwriter mempersiapkan dokumen pernyataan pendaftaran emisi
efek berikut lampiran dan dokumen emisi lainnya.
4. Emiten melalui underwriter menyampaikan pendaftaran emisi efek kepada
Bapepam.
5. Bapepam melakukan penelaahan kesesuaian dokumen emisi dengan ketentuan
yang berlaku.
6. Izin emisi diberikan oleh Bapepam bilamana semua dokumen emisi telah lengkap
dan memenuhi ketentuan.
5
7. Pengumuman dan pendistribusian prospektus. Dalam prospektus tersebut memuat
informasi yang perlu diketahui calon investor antara lain:
a. Tujuan penawaran
b. Keterangan tentang perseroan antara lain riwayat perusahaan dan susunan
Dewan Direksi dan Dewan Komisaris
c. Masa penawaran
d. Tanggal penjatahan
e. Tanggal pengembalian uang pesanan (refund)
f. Tanggal pencatatan di Bursa
g. Nama-nama penjamin emisi yang terdiri atas: Penjamin utama, penjamin
pelaksana, penjamin peserta
h. Ikhtisar keuangan dan rasio-rasio keuangan perusahaan
i. Kegiatan dan prospek usaha perusahaan
j. Struktur permodalan perusahaan sebelum dan setelah emisi
k. Faktor-faktor risiko yang mungkin dihadapi dalam usaha emiten
l. Perpajakan
m. Nama-nama dan alamat agen penjual
Sedangkan prospektus untuk emisi obligasi di samping hal-hal tersebut di atas
juga dicantumkan hal-hal sebagai berikut:
a. Ketentuan
mengenai
mengambang)
b. Jatuh waktu
c. Jaminan atas obligasi
pembayaran
dan
penetapan
(tetap
dan
atau
6
d. Masa kadaluarsa obligasi dan kupon bunga
e. Nama wali alamat (trustee) dan penanggung (guarantor)
8. Emiten dan underwriter melakukan penawaran efek melalui pasar perdana
9. Penjatahan saham
10. Pengembalian uang kepada pemesan (refund)
11. Penyerahan sertifikasi efek
12. Pencatatan saham di Bursa
Pencatatan pertama kali saham di bursa efek disebut IPO. Kondisi IPO di
Indonesia dapat dijelaskan dengan teori asymmetric information yang dikemukan
Rock yang menyatakan bahwa terdapat ketidakseimbangan informasi antara informed
investor dan uninformed investor. Dimana informed investor merupakan investor
yang telah memiliki informasi yang memadai mengenai kondisi pasar modal dan
perusahaan yang melakukan IPO. Sedangkan uninformed investor dikatakan
merupakan investor yang belum memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup
mengenai pasar modal dan perusahaan yang melakukan IPO.
2.3. Initial Return
Initial return adalah selisih antara harga IPO dan harga saat saham listing di
bursa. Saham yang dipasarkan di Bursa Efek Jakarta memiliki satuan nominal yang
berbeda sementara aturan perubahan pergerakan perdagangan baru disesuaikan
berikutnya. Nilai nominal saham yang tinggi relatif menghasilkan nilai prosentase
initial return yang kecil walaupun secara nominal memiliki nilai yang sama.
7
Secara garis besar ada tiga anomali yang terjadi saat IPO saham. Anomali
yang pertama adalah penurunan harga saham setelah saham IPO diperdagangkan di
pasar modal. Fenomena inilah yang dikenal dengan underpricing atau positive initial
return. Underpricing terjadi karena harga IPO yang ditetapkan terlalu rendah, sebab
harga yang terjadi di pasar sekunder telah mencerminkan harga dalam kondisi
keseimbangan (full information). Pendapat yang berbeda dikemukan oleh beberapa
peneliti sebelumnya, Ritter (1984), Friedlan (1993), Ibottson et al (1994), Loughran
dan Ritter (1995), Sembel (1996), Page dan Reyneke (197), Umi (1999), Basana
(1999), Aggarwal et al (2000) dan lainnya dalam Dwi Martani (2003:1299). Mereka
beranggapan bahwa underpricing terjadi karena harga yang ditetapkan telah benar
(full information) dan kenaikan harga di pasar sekunder menunjukkan adanya positive
initial return dari harga keseimbangan.
Anomali yang kedua adalah penurunan harga saham atau kinerja perusahaan
yang telah menerbitkan saham dalam jangka panjang, sering disebut sebagai longterm underperformance. Roy Sembel (1996) yang menggunakan model WIPO untuk
menjelaskan long-term underperformance mengemukakan:
…However, the IPO
model can explain the long-term
underperformance only up to some time between one to three years
after offer date. The continuing downward drift of the long-term
abnormal performance beyond that period is still a puzzle.
Demikian dijelaskan Ibotson et al (1994), Ritter (1991), Sembel (1996), Page dan
Reyneke (1997), Teoh et al (1998), Alvarez dan Gonzales (1999), Basana (1999),
Aggarwal et al (2000), Ritter (2000), Janice et al (2000), Bessler dan Theis (2002)
dalam Dwi Martani (2003:1299), penurunan ditandai dengan menurunnya harga
8
saham perusahaan dari waktu ke waktu dibandingkan kinerja pasar secara
keseluruhan maupun kinerja industri.
Anomali yang ketiga adalah hot and cold market. Menurut Roy Sembel
(1996), hot issues menjelaskan penawaran saham dengan initial return diatas ratarata. Hot issues terjadi saat rata-rata initial return pada saat penawaran secara
abnormal tinggi untuk jangka waktu yang diperpanjang.
Dari ketiga anomali IPO yang telah disebutkan di atas, anomali yang kerap
menjadi objek penelitian adalah adanya penurunan harga saham setelah saham IPO
diperdagangkan di pasar modal atau underpricing. Pada dasarnya harga dari saham
yang hendak ditawarkan ke publik tergantung kepada tiga pihak, yaitu: perusahaan,
calon investor, dan penjamin emisi efek (underwriter) yang akan menangani
penawaran saham tersebut.
Underwriter merupakan lembaga penghubung atau intermediaries bagi
perusahaan, di mana mereka akan mencoba untuk menjual saham perusahaan pada
harga yang setinggi mungkin kepada pihak investor yang akan membayar seminim
mungkin. Dengan demikian , tugas seorang underwriter tidaklah mudah, terlebih lagi
fakta bahwa permintaan atas saham IPO lebih tinggi daripada yang ditawarkan
menunjukkan bahwa harga IPO yang ditetapkan itu terlalu rendah.
2.4. Penjamin Emisi Efek (Underwriter)
Dalam pelaksanaan emisi efek, penjamin emisi (underwriter) memiliki peran
yang sangat menentukan keberhasilan emisi terutama dalam melakukan pemasaran
9
dan penjualan suatu efek. Adapun tugas underwriter menurut dalam Dahlan Siamat
(2004:249) adalah :
a. Memberikan nasihat mengenai:
- jenis efek yang sebaiknya dikeluarkan
- harga yang wajar untuk efek tersebut
- jangka waktu efek (obligasi dan sekuritas kredit)
b. Dalam mengajukan pernyataan pendaftaran emisi efek, membantu menyelesaikan
tugas administrasi yang berhubungan dengan:
- pengisian dokumen pernyataan pendaftaran emisi efek
- penyusunan prospektus
- merancang specimen efek
- mendampingi emiten selama proses evaluasi
c. Mengorganisasikan penyelenggaran emisi antara lain meliputi:
- pendistribusian efek
- menyiapkan sarana-sarana penunjang.
Melihat tugas underwriter selalu dihadapkan pada kemungkinan risiko. Risiko
maksimum yang akan dihadapi adalah kemungkinan tidak lakunya efek yang diemisi.
Apabila hal tersebut terjadi maka underwriter yang harus bertanggung jawab dan
mengambil alih seluruh efek yang tidak terjual tersebut. Oleh karena itu, underwriter
harus benar-benar mempelajari dan meneliti seakurat mungkin mengenai keadaan
atau kinerja emiten dan memproyeksi kemampuan dan minat calon investor terhadap
saham atau efek lain yang akan dijamin emisinya.
10
Beberapa jenis dan cara penjaminan emisi menurut Capital Market Directory
dalam Dahlan Siamat (2004:267) adalah sebagai berikut :
a. Kesanggupan penuh (full commitment underwriting)
Full commitment atau sering juga disebut firm commitment underwriting yaitu
suatu perjanjian penjamin emisi efek di mana penjamin emisi efek yang tidak laku
terjual. Dari pengertian tersebut berlaku ketentuan bahwa underwriter berusaha
menjual di pasar perdana kemudian membeli efek yang ternyata tidak laku terjual
dengan harga yang sama dengan harga IPO pada pasar perdana. Ketentuan ini
berlaku pada penjaminan emisi di pasar modal Indonesia. Lain halnya dengan di
Amerika Serikat, pengertian full commitment berarti underwriter membeli seluruh
saham emisi kemudian menjual kembali kepada investor dengan harga yang
tentunya lebih tinggi.
b. Kesanggupan terbaik (best efforts commitment)
Dalam komitmen ini, underwiter akan berusaha semaksimal mungkin menjual
efek-efek emiten. Apabila ada efek yang belum habis terjual, underwriter tidak
wajib membelinya dan oleh karena itu mereka hanya membayar semua efek yang
berhasil terjual dan mengembalikan sisanya kepada emiten.
c. Kesanggupan siaga (stand by commitment)
Penjamin emisi menurut komitmen ini adalah underwriter berusaha menawarkan
efek semaksimalnya kepada investor. Kemudian apabila ada sisa yang belum
terjual sampai batas waktu penawaran yang ditetapkan, underwriter menyanggupi
membeli sisa efek tertentu dengan harga tertentu sesuai dengan perjanjian yang
besarnya di bawah harga IPO pada pasar perdana.
11
d. Kesanggupan semua atau tidak sama sekali (all or none commitment)
Komitmen ini menyatakan bahwa apabila efek yang ditawarkan tersebut ternyata
sebagian tidak terjual, maka penjualan efek tersebut dibatalkan sama sekali.
Artinya bagian efek yang telah laku dipesan oleh investor akan dibatalkan.
Dalam pelaksanaan penjaminan emisi efek, underwriter bekerjasama dengan
underwriter lainnya dalam suatu sindikat. Dilihat dari masing-masing fungsi dan
tanggung jawab dalam sindikat penjamin emisi, maka underwriter dapat digolongkan
menjadi:
a. Penjamin Utama Emisi (Lead Underwriter)
Lead underwriter bertugas membuat suatu perikatan dalam suatu perjanjian
penjaminan emisi efek. Dalam perjanjian tersebut penjamin emisi menjamin
menjual efek dan pembayaran seluruh nilai efek.
Tugas pokok Penjamin Utama Emisi adalah sebagai berikut:
-
Menjamin penjualan emisi efek dan pembayaran keseluruhan nilai efek
yang diemisikan kepada emiten.
-
Mewakili para penjamin emisi efek dalam hubungannya dengan emiten
dan pihak ketiga.
-
Menetapkan bagian kewajiban masing-masing bagian emisi sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati dalam perjanjian antara penjamin emisi.
-
Mengumpulkan semua hasil penjualan efek yang dilakukan oleh para
penjamin peserta emisi dan para agen penjual pada tanggal setelah masa
penutupan penawaran umum.
12
-
Menyerahkan hasil penjualan efek kepada emiten serta membayar efek
yang tidak habis terjual pada tanggal yang disepakati.
b. Penjamin Pelaksana Emisi (Managing Underwriter)
Apabila dalam suatu emisi terdapat lebih dari satu lead underwriter maka di
antara mereka harus dipilih satu atau lebih yang akan bertindak sebagai penjamin
pelaksana emisi atau managing underwriter. Penjamin pelaksana emisi memiliki
tugas sebagai berikut :
-
Mengatur pengelolaan serta penyelenggaraan emisi efek.
-
Mengkoordinasikan seluruh penjamin emisi dalam hal pelaksanaan
penjaminan efek, serta kegiatan-kegiatan lainnya sesuai dengan kewajiban
para penjamin emisi efek.
c. Penjamin Peserta Emisi (Co-underwriter)
Co-underwriter hanya bertugas ikut menjamin penjualan dan pembayaran nilai
efek sesuai dengan porsi efek yang diberikan kepadanya yang diikat dengan suatu
perjanjian
penjaminan
emisi.
Dalam kegiatannya,
co-underwriter
tidak
bertanggung jawab langsung kepada emiten tetapi kepada lead underwriter.
2.5. Auditor
Menurut Arens dan Loebbecke (1996:1), auditing adalah proses pengumpulan
dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu
entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria
13
yang telah ditetapkan. Dengan demkian, pelaksana auditing disebut sebagai auditor
atau akuntan publik yang memiliki tugas-tugas sebagai berikut (Dahlan Siamat,
2004:252):
a. Melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan dan memberikan
pendapatnya.
b. Memeriksa pembukuan, apakah sudah sesuai dengan prinsip akuntansi Indonesia
dan ketentutan Bapepam.
c. Memberi petunjuk pelaksanaan cara-cara pembukuan yang baik (apabila
diperlukan).
Reputasi auditor berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika suatu
perusahaan go public. Pentingnya kredibiitas laporan keuangan ini memungkinkan
perusahaan untuk memilih auditor yang reputasinya baik. Pemilihan ini didasari
bahwa laporan keuangan yand diaudit oleh auditor yang reputasinya baik akan lebih
dipercaya oleh investor dibandingkan yang tidak.
2.6. Nilai Penawaran Saham
Pada saat perusahaan menawarkan saham baru maka terdapat aliran kas
masuk dari proceeds (penerimaan dari pengeluaran saham). Proceeds menunjukkan
besarnya skala penawaran saham pada saat IPO. Melalui IPO diharapkan akan
menyebabkan membaiknya prospek perusahaan yang terjadi karena ekspansi atau
investasi yang akan dilakukan atas hasil IPO.
14
2.7. Prosentase penawaran saham
Leland & Phyle dalam Daljono (2000) mengemukan prosentase kepemilikian
yang ditahan oleh pemilik menunjukkan adanya private information yang dimiliki
oleh pemilik/manajer. Entreperneur (pemilik sebelum go public) akan tetap
menginvestasikan pada perusahaannya apa bila mereka yakin akan prospek dimasa
mendatang. Pemilik tidak akan menginventasikan pada perusahaan lain bila investasi
di perusahaannya lebih baik. Informasi tingkat kepemilikan saham oleh entrepreneur
akan digunakan oleh investor sebagai pertanda bahwa prospek perusahaannya baik.
Semakin besar tingkat kepemilikan yang ditahan atau semakin kecil prosentase saham
yang ditawarkan akan memperkecil tingkat ketidakpastian dimasa yang akan datang.
2.8. Earnings per Share (EPS)
Laba per saham atau Earnings per Share mencerminkan informasi mengenai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa yang akan
datang yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan. Penelitian
Misnen (2003) periode tahun 1995-2000 membuktikan adanya pengaruh yang
signifikan antara EPS dengan initial return. Dalam penelitian ini nilai earnings per
share yang digunakan berupa proporsi earnings per share terhadap harga IPO. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi objektivitas data sampel.
15
2.9. Telaah Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Daftar Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Roy Sembel
Topik
IPO Anomalies,
Truncated Excess
Supply, and
Heterogenous
Information
Variabel
Dependen : Initial Return
Independen :
1. WIPO model
2. Heterogeneity in
valuation (the
‘uncertainty’)
3. Excess demand
4a. The long-term
performance of the shares
of IPOs
4b. The long-term
performance including IR
5. Long term performance
6. Best efforts vs firm
commitment
7. Oil vs Non-oil
8. Hot vs cold market
Daljono
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Initial Return Saham
yang Listing di BEJ
Tahun 1990-1997
Dependen : Initial Return
Independen :
1. Reputasi auditor
2. Reputasi underwriter
3. Umur perusahaan
Sampel
881
151
Periode
Pengujian
1979-1983 1.Weighted
1988-1990 average
model
2.Truncated
α-left tail
model
3.The
gradually
decreasing
probability of
withdrawal
model
4.Linear
regression and
correlation
analysis
Kesimpulan
Terdapat hubungan yang
positif antara initial
return dan ketidakpastian
dalam valuation dan
hubungan yang negatif
antara initial return
dengan long term
performance.
Terdapat hubungan
1990-1997 Analisis
Regresi Linier antara underwriter dan
dengan initial return
Berganda
16
Nama Peneliti
Topik
Variabel
Prosentase saham
ditawarkan ke publik
ROA
Financial leverage
Solvability ratio
Sampel
Dependen : Initial Return
Independen :
1. Umur perusahaan
2. Maturity market
3. Tingkat suku bunga SBI
4. Return IHSG
5. Jumlah saham yang
masih dipegang pemilik
lama
6. Jangka waktu
pendaftaran sampai
listing
7. P/E R
8. Pertumbuhan penjualan
9. Rasio penjualan
terhadap total aset
10. Rasio laba bersih
terhadap total aset
11.
Volume saham saat
diperdagangkan di pasar
sekunder
242
4.
5.
6.
7.
Dwi Martani
Pengaruh Informasi
Selama Proses
Penawaran Terhadap
Initial Return Perusahaan
yang Listing Di Bursa
Efek Jakarta dari Tahun
1990-2000
Periode
Pengujian
1990-2000 Dual
Ekuilbrium
dengan
Analisis
Regresi Linier
Berganda
Kesimpulan
Variabel umur, tingkat
suku bunga SBI, PER
pasar, volume
perdagangan pada hari
pertama memiliki
hubungan yang negatif
dengan initial return.
Variabel jangka waktu
pendaftaran sampai
dengan saham listing,
tingkat maturitas pasar,
prosentase saham yang
masih dipegang oleh
pemilik lama memiliki
hubungan yang positif
dengan initial return.
17
Nama Peneliti
Imam Ghozali
dan Mudrik al
Mansyur
Topik
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Tingkat Underpriced di
Bursa Efek Jakarta
Variabel
Dependen : Underpricing
Independen :
Reputasi underwriter
1. Jumlah saham yang
ditahan investor lama
2. Besaran/Skala
perusahaan
3. Umur perusahaan
4. Financial leverage
5. ROA
Misnen
Ardiansyah
Pengaruh Variabel
Keuangan terhadap
Return Awal dan Return
15 Hari Setelah IPO di
Bursa Efek Jakarta
Dependen : Initial Return
Independen :
- Variabel Utama : ROA
1. Financial leverage
2. EPS
3. Proceed (NPS)
4. Pertumbuhan laba
5. Current ratio
6. Besaran perusahaan
- Variabel Pengontrol :
1. Reputasi underwriter
2. Reputasi auditor
3. Umur perusahaan
4. Jenis industri
5. Kondisi perekonomian
Sampel
37
64
Periode
Pengujian
Kesimpulan
6. Variabel reputasi
1997-2000 Analisis
underwriter,
Regresi Linier
financial leverage ,
Berganda
dan ROA
berpengaruh
signifikan terhadap
underpricing
Hanya variabel EPS yang
1995-2000 Analisis
Regresi Linier berpengaruh signifikan
terhadap initial return.
Berganda
Variabel EPS dan
berpengaruh secara
signifikan terhadap
return 15 hari sesudah
IPO.
18
Nama Peneliti
Nasirwan
Topik
Pengaruh Penjamin
Emisi, Return Awal,
Return 15 Hari Sesudah
IPO, dan Kinerja
Perusahaan Satu Tahun
Sesudah IPO di BEJ
Variabel
Dependen : Return Awal
Independen :
- Variabel Utama
1. Reputasi penjamin emisi
2. Reputasi auditor
- Variabel Kontrol
1.
Prosentase
penawaran saham
2.
Umur perusahaan
3.
Ukuran perusahaan
4.
Nilai penawaran
saham
5.
Deviasi standar
return
Rosyati dan
Arifin Sebeni
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Underpricing Saham
pada Perusahaan Go
Public di Bursa Efek
Jakarta (Tahun 19972000)
Dependen : Underpricing
Independen :
1. Kondisi pasar
2. Reputasi underwriter
3. Reputasi auditor
4. Umur perusahaan
Sampel
227
52
Periode
Pengujian
Kesimpulan
Reputasi penjamin emisi,
1989-1996 Analisis
Regresi Linier prosentase penawaran
saham, dan nilai
Berganda
penawaran saham
berasosiasi secara
statistis signifikan
dengan return 15 hari
seudah IPO dan kinerja
perusahaan satu tahun
sesudah IPO
Hanya variabel reputasi
1997-2000 Analisis
Regresi Linier underwriter dan umur
perusahaan yang
Berganda
berpengaruh terhadap
underpricing
19
2.10. Kerangka Pemikiran
Menurut Beatty (1989), Carter dan Manaster (1990), Balvers et al (1988) serta
Leland dan Phyle (1977) dalam Daljono (2000:561), reputasi underwriter dapat
digunakan sebagai signal. Hal tersebut dikarenakan underpricing sangat merugikan bagi
emiten. Perusahaan yang memiliki karakteristik risiko yang rendah akan berusaha
menunjukkannya pada pasar. Hal ini dilakukan dengan memilih underwriter yang
memiliki reputasi baik. Underwriter yang prestisius akan memasarkan IPO perusahaan
yang memiliki risiko rendah. Demikian halnya reputasi auditor, menurut Daljono dengan
memakai adviser (underwriter dan auditor) yang profesional/berkualitas, akan
mengurangi keseampatan emiten untuk berlaku curang dalam menyajikan informasi yang
tidak akurat ke pasar.
Nilai penawaran saham berkaitan dengan jumlah lembar saham yang ditawarkan
emiten kepada publik. Nilai yang ditawarkan bergantung pada kepentingan emiten untuk
mendapatkan sejumlah dana tertentu. Nasirwan (2000) mengemukakan reputasi
underwriter, nilai penawaran saham, dan prosentase penawaran saham berasosiasi secara
signifikan dengan return 15 hari sesudah IPO dan kinerja perusahaan satu tahun sesudah
IPO. Dalam penelitian Misnen (2003), hanya variabel Earnings per Share (EPS) atau
Laba per Saham yang menunjukkan pengaruh signifikan terhadap initial return.
Koefisien parameternya menunjukkan arah negatif artinya semakin besar EPS semakin
rendah return yang diterima investor di pasar perdana.
2.11. Model Regresi
Reputasi underwriter (RUDW)
Reputasi auditor (RAUD)
Nilai penawaran saham (NPS)
Prosentase penawaran saham (PPS)
INITIAL RETURN 1
HARI (1999-2005)
Earnings per Share/harga
IPO(EPSP)
Reputasi underwriter (RUDW)
Reputasi auditor (RAUD)
Nilai penawaran saham (NPS)
Prosentase penawaran saham (PPS)
Earnings per Share/harga
IPO(EPSP)
RETURN 1 BULAN
(1999-2005)
20
Bagan 2.1
Model Regresi
2.12. Hipotesis Penelitian
1.
Ha1 : Reputasi underwriter berpengaruh pada initial return 1 hari
setelah IPO.
2.
Ha2 : Reputasi auditor berpengaruh pada initial return 1 hari setelah
IPO.
3.
Ha3 : Nilai penawaran saham berpengaruh pada initial return 1 hari
setelah IPO.
4.
Ha4 : Prosentase penawaran saham berpengaruh pada initial return 1
hari setelah IPO.
5.
Ha5 : EPS terhadap harga IPO berpengaruh pada initial return 1 hari
setelah IPO.
6.
Ha6 : Reputasi underwriter berpengaruh pada return 1 bulan setelah
IPO.
7.
Ha7 : Reputasi auditor berpengaruh pada return 1 bulan setelah IPO.
8.
Ha8 : Nilai penawaran saham berpengaruh pada return 1 bulan setelah
IPO.
9.
Ha9: Prosentase penawaran saham berpengaruh pada return 1 bulan
setelah IPO.
10.
Ha10 : EPS/harga IPO berpengaruh pada return 1 bulan.
21
11.
Ha11 : Initial return 1 hari berpengaruh pada return 1 tahun setelah
IPO.
12.
Ha12 : Return 1 bulan berpengaruh pada return 1 tahun setelah IPO.
13.
Ha13 : Reputasi underwriter, reputasi auditor, nilai penawaran saham,
prosentase penawaran saham, dan EPS/harga IPO mempengaruhi initial return 1 hari
setelah IPO.
14.
Ha14 : Reputasi underwriter, reputasi auditor, nilai penawaran saham,
prosentase penawaran saham, dan earnings per share terhadap harga IPO
mempengaruhi initial return 1 hari setelah IPO.
15.
Ha15 : Initial return 1 hari dan return 1 bulan sesudah IPO
mempengaruhi return 1 tahun setelah IPO.
Download