PENGUMUMAN PERMOHONAN PENGIRIMAN PROPOSAL: KEMITRAAN YURISDIKSIONAL UNTUK HUTAN, IKLIM DAN PERTANIAN DIBUKA: September 27, 2016 TENGGAT WAKTU: January 31, 2017 (Mountain Standard Time) 1. LATAR BELAKANG A. THE GOVERNORS’ CLIMATE AND FOREST FUND (GCFF) Setiap kegiatan yang berhasil dalam menanggapi hubungan yang rumit antara hutan, penggunaan lahan dan perubahan iklim memerlurkan adanya upaya-upaya yang beragam yang dilakukan di berbagai tingkat tata kelola. Dalam beberapa tahun terakhir, anggota-anggota Satuan Tugas the Governors’ Climate and Forests Task Force (Satgas GCF) telah muncul sebagai pemain kunci dalam pengaturan perubahan penggunaan lahan dan mengurangi deforestasi. Sebagai rumah bagi hutan-hutan tropis dunia yang paling padat karbon dan paling banyak keragamanhayatinya, negara bagian dan provinsi anggota Satgas GCF berada di garis depan dalam upaya-upaya untuk mengurangi tekanan yang dialami oleh hutan. Inisiatif mereka membentuk suatu agenda yang luas terkait pembangunan rendah emisi yang sangat selaras dengan kesepakatan iklim global yang dicapai pada saat penyelenggaraan United Nations Framework Convention on Climate Change’s (UNFCCC) Conference of the Parties (COP21). Didirikan melalui amanat Satgas GCF pada tahun 2011, Governors’ Climate and Forests Fund (GCFF) memberikan dana kepada jaringan negara bagian dan provinsi anggota Satgas GCF dari Brazil, Indonesia, Meksiko, Peru, Pantai Gading, dan Nigeria. Sabagai bagian dari misinya, GCFF berupaya untuk memberdayakan pemerintah di tingkat subnasional Satgas GCF untuk mengurangi emisi yang berasal dari deforestasi dan degradasi hutan melalui pendanaan strategis yang mendukung program kepemimpinan, inovasi dan kemitraan. Pendanaan GCFF membantu anggota-anggota Satgas GCF, yang merupakan rumah bagi lebih dari 25% hutan tropis dunia, untuk mencapai cita-citanya yaitu mengurangi deforestasi hingga 80% pada tahun 2020 dengan cara membantu mereka mengimplementasikan proyek-proyek perlindungan hutan tropis, mengurangi emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan, serta meningkatkan mata pencaharian pedesaan. GCF memiliki visi bahwa pada tahun 2020, melalui dukungan yang diberikannya, anggota-anggota GCF akan telah: Mengimplementasikan kebijakan-kebijakan dan metode pengukuran yang kuat di skala yurisdiksional guna mengurangi deforestasi tropis Memperluas kapasitas institusional demi meningkatkan tata kelola hutan Mendemonstrasikan pendekatan-pendekatan inovatif yang menjadi pelopor dalam pembangunan pedesaan Menguatkan koordinasi dan keselerasan dengan proses-proses nasional Meningkatkan keterlibatan antara pemerintah, masyarakat madani, komunitas yang bergantung pada hutan dan komunitas penduduk asli serta sektor swasta Mengakses beragam mekanisme keuangan, termasuk pembayaran-untuk-kinerja (pay-forperformance) Melalui Permohonan Pengiriman Proposal (RFP), GCFF bertujuan untuk mendukung inisiatif-inisiatif strategis yang mengutamakan pencapaian tujuan-tujuan yang terdapat dalam Deklarasi Rio Branco. Diluncurkan pada saat Rapat Tahunan Satuan Tugas GCF 2014, deklarasi tersebut berisi di dalamnya ikrar untuk: (1) Mengurangi deforestasi hingga 80% pada tahun 2020 jika mendapatkan dukungan yang cukup dan jangka panjang; (2) membangun kemitraan-kemitraan kunci dengan upaya-upaya 2 yang dilakukan oleh sektor swasta dalam mencapai kegiatan rantai pasok yang bebas deforestasi; dan (3) menyalurkan sejumlah besar dana berbasis kinerja kepada komunitas-komunitas penduduk asli, pemangku kepentingan skala kecil dan penduduk yang menggantungkan hidupnya pada hutan. Agar dapat mencapai visi yang ditentukan dalam Deklarasi Rio Branco, GCFF telah menerima bantuan dana dari Pemerintah Norwegia untuk mendanai tiga siklus pendanaan program 1. Peningkatan tata kelola dan kapasitas lahan: Periode pendanaan ini meningkatkan tata kelola hutan dengan cara mengatasi masalah terkait kesenjangan kapasitas yang teridentifikasi di masing-masing yurisdiksi GCF. 2. Kemitraan yurisdiksional untuk hutan, iklim dan pertanian: Periode pendanaan ini terfokus pada pengembangan kerja sama pemerintah-swasta yang mengatasi permasalahan terkait produksi komoditas sebagai pendorong terjadinya deforestasi. 3. Keterlibatan masyarakat dan masyarakat sipil: Periode pendanaan meningkatkan kemampuan organisasi-organisasi masyarakat sipil, komunitas lokal dan masyarakat penduduk asli untuk berpartisipasi secara lebih berarti dalam isu-isu perubahan iklim dan kehutanan. RFP ini adalah untuk proyek-proyek yang mencari dana bantuan untuk periode pendanaan di bawah upaya Kemitraan yurisdiksional untuk hutan, iklim dan pertanian. Peluang-peluang untuk periode pendanaan di bawah upaya Peningkatan tata kelola dan kapasitas lahan dan Keterlibatan masyarakat dan masyarakat sipil akan dibuat melalui pemberitahuan yang terpisah dan akan diumumkan di website GCFF (www.gcffund.org). Melalui RFP ini GCFF berharap untuk dapat memberikandukungan kepada sejumlah total lima kemitraan di seluruh Indonesia, Meksiko, Brazil, Peru dan Afrika (Pantai Gading dan/atau Nigeria). 2. KELAYAKAN A. FOKUS GEOGRAFIS Melalui Permohonan Pengiriman Proposal ini, GCFF bertujuan untuk dapat secara eksklusif mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam wilayah ke-26 yurisdiksi hutan tropis yang sudah menjadi anggota Satgas GCF sebelum penyelenggaraan Rapat Tahunan Satgas GCF 2016 (untuk daftar lengkap mohon lihat lampiran). Yurisdiksi yang menjadi anggota baru GCF pada Rapat Tahunan 2016 akan memenuhi syarat hanya untuk pendanaan dalam situasi luar biasa dimana inisiatif yang ditawarkan menunjukan kelayikannya untuk dapat menerima pendanaan substansial atau secara signifikan dapat mengurangi emisi yang disebabkan oleh deforestasi. Oleh karena itu, yurisdiksi anggota baru didorong untuk bergabung dengan anggotaanggota yang sudah memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek GCF yang mengedepankan kebutuhan-kebutuhan bersama. Yurisdiksi yang memiliki Status Pengamat dalam Satgas GCF hingga tenggat waktu pengumpulan Permohonan ini tidak memenuhi syarat untuk panggilan proposal ini. 3 Kegiatan-kegiatan di luar dari yurisdiksi anggota GCF atau kegiatan-kegiatan yang tidak secara eksplisit didukung oleh yurisdiksi anggota GCF tidak memenuhi syarat untuk menerima bantuan dukungan. B. PEMOHON YANG MEMENUHI SYARAT Beragam organisasi yang telah terakreditasi GCFF telah memenuhi syarat untuk mengajukan permohonan untuk menerima dana melalui RFP ini termasuk di dalamnya organisasi-organisasi nirlaba internasional, nasional dan lokal; lembaga-lembaga penelitian dan universitas; serta institusi-institusi pemerintah. Institusi yang saat ini tidak terakreditasi GCFF dapat menyerahkan proposal proyek bersamaan dengan menyerahkan aplikasi permohonan akreditasi. Aplikasi permohonan akreditasi yang telah dilengkapi harus diserahkan selambat-lambatnya pada tanggal 31 Desember, 2016 untuk dapat dipertimbangkan turut serta dalam RFP ini. Hanya institusi yang terakreditasi yang memenuhi syarat untuk menerima pendanaan dari GCFF. Aplikasi permohonan akreditasi dapat di akses di poral yang terdapat di http://www.gcffund.org/resource-portal. Untuk informasi lebih lanjut mengenai akreditasi, mohon lihat Accreditation FAQ. Sebuah daftar institusi yang telah terakreditasi dan institusi yang masih melalui tahap proses akreditasi dapat dilihat di GCFF site. GCFF sangat menyarankan kepada para pemohon untuk menghubungi kontak yang ditunjuk oleh delegasi Satgas GCF di wilayah tempat mereka ingin bekerja untuk mengabari mengenai minat mereka tersebut sebelum mengirimkan permohonan akreditasi atau menyerahkan sebuah proposal proyek. Daftar delegasi Satgas GCF dan informasi mereka dapat dilihat di http://www.gcftaskforce.org/contacts. 3. PERIODE PENDANAAN PROGRAM Seluruh periode pendanaan GCFF memiliki sasaran menyeluruh yaitu mencapai tujuan-tujuan yang tertera di dalam Deklarasi Rio Branco, meningkatkan tata kelola hutan dan meningkatkan akses kepada sumber-sumber dana iklim domestik ataupun internasional yang substansial serta investasi pihak swasta Para pemohon hendaknya menelaah GCFF Results Framework sebelum membuat proposal guna memastikan bahwa kegiatan-kegiatan yang akan diajukan sejalan dan mendukung tercapainya hasil dan manfaat yang diharapkan dari setiap periode pendanaan. 4 4. KEMITRAAN YURISDIKSIONAL UNTUK HUTAN, IKLIM DAN PERTANIAN A. IKHTISAR Dilihat sebagai pihak yang bertanggung jawab atas sekitar 80% dari seluruh deforestasi yang terjadi, ekspansi di sektor produksi pertanian di dalam wilayah hutan disinyalir menjadi pendorong utama perubahan penggunaan lahan. Sektor swasta sudah mencatat hal ini di beberapa tahun terakhir dan menjadi lebih proaktif dalam mendedikasikan sumber-sumber daya yang ada untuk mengatasi deforestasi dalam kegiatan rantai pasok mereka. Terdapat lebih dari 400 perusahaan yang telah memberikan komitmennya untuk menghilangkan deforestasi dari rantai pasok mereka (beberapa diantaranya dengan batas waktu yaitu tahun 2020) dan baru-baru ini dua pelaku rantai pasok besar memberikan komitmen mereka untuk melakukan pemanfataan sumber yang diutamakan/preferential sourcing dari yurisdiksiyurisdiksi yang sangat efektif dalam mengatasi permasalahan deforestasi. Komitmen-komitmen ini memiliki hubungan yang sangat kuat dengan tujuan-tujuan Deklarasi Rio Branco yaitu mengurangi deforestasi sebesar 80% dan mengembangkan kemitraan dengan sektor swasta. Untuk memanfaatkan sinergi ini, GCFF telah mengembangkan sebuah program pendanaan yang ditujukan untuk ‘Kemitraan yurisdiksional untuk hutan, iklim dan pertanian,’ yang akan mengumpulkan para pemangku kepentingan untuk mengatasi permasalahan dimana produksi komoditas menjadi sebuah faktor pendorong deforestasi. Periode pendanaan ini didasari pemikiran bahwa kemajuan dalam mengurangi deforestasi dapat dipercepat jika pelaku-pelaku baik di sisi pemerintah maupun sektor swasta berkomintmen untuk bekerja bersama demi mencapai tujuan yang sama tersebut. Di dalam periode pendanaan ini, GCFF akan memberikan dukungan kepada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan, mengkonsolidasi ataupun memperkuat kemitraan pemerintah -swasta dan memberikan bantuan teknis untuk mengatasi permasalahan terkait ekspansi komoditas sebagai suatu faktor terjadinya deforestasi. Kemitraan-kemitraan yang terbentuk nantinya dapat bekerja untuk memobilisasi sumber daya domestik dengan mengubah subsidi pertanian dan insentif yang saat ini mendorong deforestasi, mengembangkan dan melaksanakan kebijakan yang akan mengubah perilaku dalam sistem produksi, dan mempromosikan program-program baru yang memberikan insentif untuk melestarikan dan memulihkan lahan pedesaan. Jenis kegiatan yang akan dilakukan akan tergantung pada konteks dan harus mencerminkan tingkat perkembangan kemitraan itu sendiri. Kemitraan dapat bekerja dalam yurisdiksi tunggal atau di lintas beberapa yurisdiksi. Proposal yang diajukan di dalam periode ini harus mempertimbangkan lembaga pemerintah, pelaku rantai pasokan komoditas, dan masyarakat sipil sebagai pemangku kepentingan utama untuk terlibat dalam pengembangan kemitraan. Periode pendanaan ini akan mendukung tujuan strategis GCFF yaitu untuk memperkuat kapasitas kelembagaan untuk mengurangi deforestasi di tingkat subnasional, menciptakan kondisi yang memungkinkan pada tingkat yurisdiksi untuk adanya keterlibatan efektif dari sektor swasta dalam upaya untuk mengurangi deforestasi dari komoditas, dan mendukung proses untuk mempercepat keselarasan vertikal dan horizontal. Proposal harus dirancang untuk mengatasi salah satu atau lebih dari tujuan strategis. 5 Berdasarkan kebutuhan yang diidentifikasi oleh kemitraan, dukungan teknis dapat mencakup berbagai kegiatan seperti: memfasilitasi pertemuan penjangkauan dan perencanaan; studi kebijakan; pengembangan strategi, kebijakan, atau hukum untuk mengurangi dampak dari produksi komoditas; mengembangkan dan menerapkan sistem pemantauan atau platform untuk melacak dan memverifikasi produksi komoditas bertanggung jawab pada skala yurisdiksi; mekanisme, (termasuk teknis, keuangan, atau berdasarkan pasar) untuk mengembangkan inisiatif yurisdiksi untuk preferential sourcing, meningkatkan memungkinkan, lisensi, atau proses regulasi; meningkatkan perencanaan tata ruang dan zonasi; pemetaan pemangku kepentingan; mekanisme dan pengaturan kelembagaan termasuk kebijakan publik dan program untuk perluasan layanan penyuluhan; mengembangkan rencana bisnis; atau mengembangkan mekanisme keuangan (termasuk pinjaman, obligasi atau jaminan lainnya) untuk mendorong produksi pertanian yang bertanggung jawab. Dalam menyeleksi prosposal-proposal untuk pemberian dana hibah, GCFF memiliki hak untuk meminta pelaku-pelaku pelaksana proyak yang mengajukan proposal untuk proyek yang serupa untuk menggabungkan upaya dan kegiatan yang mereka lakukan di dalam suatu konsorsium. Untuk periode ini, diharapkan bahwa seluruh kemitraan akan menunjukan komitmennya dalam bentuk mencocokkan kontribusi dengan kegiatan-kegiatan proyek. Pendanaan bersama/co-financing dengan pemerintah maupun swasta adalah yang diinginkan. HUBUNGAB DENGAN NDC DAN PERJANJIAN UNFCCC PARIS Di dalam kerangka kerja Rio Branco Declaration, GCFF mengharapkan kegiatan-kegiatan yang didanai oleh RFP ini akan mendukung terlaksananya kegiatan persiapan implementasi kontribusi yang ditentukan secara nasional/ action in preparation for the implementation of nationally determined contributions (NDCs). Dengan hampir 80% kegiatan mitigasi di masa datang akan dilakukan di tingkat subnasional, negara bagian dan provinsi akan memainkan peran yang sangat penting dalam mencapai target-target NDC. Oleh karena itu, GCFF akan memprioritaskan kemitraan yang akan memperluas koordinasi dan meningkatkan keselarasan antara pemerintah subnasional dan nasional di dalam agenda NDC. Informasi mengenai negara-negara yang telah meratifikasi Perjanjian Paris dan menyerahkan NDC mereka dapat dilihat di http://unfccc.int/focus/ndc_registry/items/9433.php. MEMBUKA PELUANG KEUANGAN KEGIATAN TERKAIT IKLIM Sebagai tambahan, GCFF akan lebih tertarik mendanai kegiatan yang mengurangi hambatan untuk entitas subnasional untuk mengakses dan berpartisipasi dalam sumber-sumber keuangan yang ada untuk iklim dan hutan di skala yang signifikan. Kegiatan-kegiatan ini termasuk pula pengaturan-pengaturan baru untuk memobilisasi pendanaan domestik dan internasional yang bertujuan untuk mentransformasi bisnis sehari-hari produksi pertanian menjadi praktik-praktik yang berkelanjutan; penciptaan mekanismemekanisme keuangan termasuk akses terhadap jalur-jalur kredit hijau (green credit lines) dari lembagalembaga keuangan, green bonds, dan instrumen-instrumen finansial lainnya; serta kerja sama dengan para investor dari sektor swasta dan lembaga pemerintah. Kegiatan yang dilakukan harus bekerja untuk mengatasi kendala teknis, birokrasi, atau politis yang dihadapi yurisdiksi daerah dalam mengakses sumber-sumber yang ada dari pembiayaan iklim, termasuk antara lain Green Climate Fund, Forest Carbon Partnership Facility Carbon Fund, Forest Investment Program, Global Environment Facility, dan komitmen bilateral berbasis kinerja. Proposal yang 6 mengembangkan jalur yang jelas untuk meningkatkan akses daerah kepada sumber-sumber pendanaan ini akan mendapat prioritas. B. KEGIATAN-KEGIATAN YANG MEMENUHI SYARAT Kegiatan di dalam periode pendanaan ini harus mendukung setidaknya salah satu output berikut. Proposal yang maju beberapa output akan diprioritaskan: Mendukung pelembagaan kemitraan pemerintah dan swasta. Mengembangkan kebijakan, strategi dan peta jalan pada skala yurisdiksional untuk mengatasi permasalahan produksi komoditas sebagai suatu faktor deforestasi. Mengembangkan dan mengimplementasikan sistem/program pemantauan untuk melacak kemajuan yang dicapai menuju produksi komoditas yang bebas deforestasi/berkelanjutan yurisdiksional di wilayah-wilayah kunci yurisdiksi GCF. Mengurangi dampak dari deforestasi yang disebabkan oleh komoditas melalui peningkatan dalam perizinan, pemberian lisensi atau proses-proses pengaturan. Meninjau izin/lisensi yang ada untuk mengatasi permasalahan produksi komoditas sebagai suatu faktor deforestasi. C. PRIORITAS Kegiatan harus dirancang untuk merespon realitas lokal dan mengembangkan jalur-jalur yang nyata yang bertujuan untuk mengurangi produksi pertanian sebagai penggerak deforestasi. Komoditas berikut telah diidentifikasi sebagai prioritas pembangunan kemitraan oleh anggota GCF Task Force: Negara Prioritas Meksiko Ternak: Untuk mengurangi dampat produksi daging dan ekspansi peternakan di negara bagian/provinsi Satgas GCF dengan cara meningkatkan koordinasi dengan SAGARPA dan kementerian pembangunan pedesaan di tingkat negara bagian sebagai upaya untuk mengurangi deforestasi. Kemitraan yang membuat kebijakan dan program baru antar sektor-sektor lingkungan hidup dan pertanian pedesaan dengan partisipasi dari para produsen ternak dan asosiasinya. Menyempurnakan praktik-praktik produksi dan upaya-upaya restorasi melalui kemitraan strategis dengan para pelaku rantai pasok, perusahaan-perusahaan swasta dan strategi yang berorientasi pasar dengan partisipasi dari asosiasiasosiasi produsen. Brasil Ternak dan/atau Pertanian Skala Kecil: Kemitraan bertujuan untuk memfasilitasi program-program di tingkat negara bagian yaitu antar sektor peternakan dan sektor kehutanan, termasuk lembaga-lembaga di tingkat 7 negara bagian, pihak pemerintah pusat, pelaku-pelaku swasta di sektor produksi dan rantai pasok. Strategi untuk menyempurnakan pengelolaan produksi ternak, transportasi peternakan dan kepatuhannya pada komitmen-komitmen nol deforestasi dan pencatatan CAR. Strategi untuk meningkatkan sistem produksi dan mengurangi ekspansi peternakan, memberikan insentif pada praktik-praktik terbaik dan restorasi, termasuk promosi green lines of finance and credit untuk para produsin dan insentif lainnya bagi praktik-praktik peternakan yang berkelanjutan. Strategi untuk mengatasi permasalahan produksi pertanian skala kecil sebagai faktor deforestasi, mempromosikan kebijakan untuk meningkatkan agregasi, mempromosikan struktur sosial dan produktif yang layak dan meningkatkan penyebaran cepat dari praktik-praktik terbaik dan memanfaatkan sistem berbagi. Indonesia Minyak Sawit: Pengembangan dan implementasi kebijakan dan protokol untuk investasi bisnis yang berkelanjutan untuk lingkungan hidup di tingkat yurisdiksional dan menghormati strukturstruktur sosial setempat dan praktik-praktik tradisional. Mengembangkan mekanisme keuangan untuk mendukung transisi praktik yang dilakukan pemangku kepentingan skala kecil menjadi lebih berkelanjutan. Promosi sertifikasi tingkat yurisdiksi untuk produk minyak sawit yang berkelanjutan atau yang bebas deforestasi. Peru Kakao: Kolaborasi lintas sektor untuk menyempurnakan implementasi instrumen-instrumen Zonificación Ecológica Económica dan Zonificación Forestal serta mempromosikan paradigma perlindungan-produksi. Strategi untuk meningkatkan penjangkauan dan layananlayanan tambahan yang akan meningkatkan produksi di antara produsen di pedesaan sambil menetapkan pedomanpedoman untuk mencegah ekspansi ke wilayah hutan. Memfasilitasi penjangkauan awal untuk sektor awal dalam pengembangan kemitraan lintas sektor demi mengatasi deforestasi yang melibatkan otoritas pemerintah dan produsen dan pembeli lokal. Nigeria/Pantai Gading Kakao (Pantai Gading) dan Minyak Sawit (Nigeria): 8 Upaya penjangkauan awal untuk mengembangkan kemitraan pemerintah/swasta antar yurisdiksi dan produsen serta pembeli komoditas. Meningkatkan praktik-praktik produksi, terutama melalui perluasan dalam bidang teknik-teknik produksi agrokehutanan untuk menghindari deforestasi, berkontribusi pada restorasi lahan hutan dan meningkatkan mata pencaharian produsen di pedesaan. Mengembangkan sebuah peta jalan guna mendukung komitmen nasional “Nol Deforestasi”. D. PENDANAAN YANG TERSEDIA Periode pendanaan Kemitraan Pemerintah-Swasta untuk Yurisdiksi Berkelanjutan akan mendukung 5 hingga 7 proyek senilai antara USD 700,000 - USD 1,000,000 masing-masing untuk kemitraan yang memiliki dukungan kuat dari sektor swasta, institusi-institusi pertanian dan tingkat signifikan pendanaan yang berarti. Proposal untuk mendukung kegiatan penjangkauan dan pengembangkan kemitraan di tahap awal akan dipertimbangkan untuk tingkat-tingkat pendanaan skala yang lebih kecil sebagai fase pertama. Jumlah pendanaan proyek akhir akan ditentukan dengan mempertimbangkan alokasi dari Pemerintah Norwegia. 5. PEDOMAN PROPOSAL DAN KRITERIA EVALUASI A. PEDOMAN Institusi yang tidak terakreditasi GCFF wajib menyerahkan aplikasi permohonan akreditas untuk menjadi terakreditasi GCFF paling lambat pada tanggal 31 Desember, 2016, agar dapat dipertimbangkan untuk turut serta dalam RFP ini. Proposal dapat diserahkan kapapun selama periode RFP berlangsung. Namun demikian, proposal tidak akan dipertimbangkan apabila isntitusi yang mengirimkan belum meny erahkan aplikasi permohonan akreditasi sebelum tenggat waktu tersebut. Rincian lebih lanjut mengenai proses akreditasi dapat dilihat di http://www.gcffund.org/request-for-proposals. Institusi yang terakreditasi dan yang masih melalui proses akreditasi hendaknya menyerahkan proposal mereka dengan menggunakan template standar GCFF yang disediakan untuk RFP ini di GCFF website. Proposal dibuat memakai Microsoft Word, font size 10, dan tidak lebih dari 15 halaman. Proposal diserahkan beserta berkas-berkas lampiran dan Syarat dan Ketentuan yang telah ditandatangani (Lampiran 1: Manajemen Risiko terdapat dalam Template RFP, Lampiran 2: Kerangka Kerja Hasil GCFF, Lampiran 3: Narasi Anggaran, Lampiran 4: Template Anggaran, Lampiran 5: Syarat dan Ketentuan Tides). Syarat dan Ketentuan tambahan dapat berlaku apabila hibah diberikan. Seluruh proposal harus diserahkan dalam Bahasa Inggris. Proposal dan lampiran dikirim melalui email ke [email protected]. 9 Proposal yang tidak diserahkan oleh perwakilan Satgas GCF harus menyertakan surat keterangan pemberian dukungan yang ditandatangani oleh Perwakilan Satgas GCF di masing-masing negara bagian/provinsi yang berpartisipasi. Daftar delegasi Satuan Tugas GCF dapat dilihat di http://www.gcftaskforce.org/contacts. Sebagai tambahan, institusi pemohon harus berkolaborasi dengan delegasi Satgas GCF dan mendiskusikan bagaimana hasil-hasil proyek akan dapat di adopsi oleh institusi pemerintah mereka demi meningkatkan kemampuan mereka untuk mencapai target-taget iklim yang telah diidentifikasi. Bukti bahwa pemohon telah melaksanakan suatu proses kolaborasi selama kegiatan persiapan proposal akan menjadi sebuah faktor kunci dalam pertimbangan saat proses peninjauan proposal. Untuk memfasilitasi kolaborasi dan membentuk kemitraan yang efektif, GCFF telah mengalokasikan dana yang terbatas jumlahnya kepada masing-masing yurisdiksi guna mendukung fase persiapan proyek. Kriteria yang akan digunakan dalam mengevaluasi proposal dapat dilihat di portal laman GCFF (http://www.gcffund.org/resource-portal-jurisdictional-partnerships-for-forests-climate-and-agriculture). 6. PERSYARATAN DAN KERANGKA WAKTU PEMANTAUAN A. PERSYARATAN PEMANTAUAN Promotor proyek akan diminta untuk menyerahkan laporan keuangan dan kinerja triwulan . GCFF dimungkinkan untuk menyelenggarakan kegiatan pemantauan dan evaluasi langsung ke lapangan sebagaimana dibutuhkan. B. KERANGKA WAKTU PELAKSANAAN RFP Proposal ditunggu hingga tanggal 31 Januari, 2017 (Mountain Standard Time). GCFF menargetkan untuk memberitahukan hasil RFP kepada institusi pemohon selama bulan April, 2017. Pertanyaan-pertanyaan terkait Pemberitahuan RFP ini dapat dikirimkan melalui email kepada Direktur Pemantauan GCFF, Luke Pritchard at [email protected]. Diskusi-diskusi informal mengenai ide-ide proyek dapat diatur dengan GCFF sesuai dengan permintaan dari anggota-anggota GCF saja. 10 PENGHARGAAAN GCFF ingin memberikan penghargaan kepada Pemerintah Norwegia atas dukungan yang diberikan kepada Satuan Tugas GCF. RFP ini dimungkinkan karena kontribusi yang diberikan oleh Norway's International Forest Climate Initiative dan the Norwegian Agency for Development Cooperation. . 11 DAFTAR YURISDIKSI SATUAN TUGAS GCF YANG MEMENUHI SYARAT ANGGOTA TROPIS SATUAN TUGAS THE GOVERNORS’ CLIMATE AND FORESTS 26 yurisdiksi hutan tropis yang merupakan anggota Satuan Tugas GCF sebelum penyelenggaraan Rapat Tahunan GCF 2016 memenuhi syarat untuk turut di dalam RFP ini: BRAZIL NIGERIA 21. CROSS RIVER STATE 1. ACRE 2. AMAPA 3. AMAZONAS 4. MATO GROSSO 5. PARA 6. RONDÔNIA 7. TOCANTINS PERU 22. AMAZONAS 23. LORETO 24. MADRE DE DIOS 25. SAN MARTIN 26. UCAYALI PANTAI GADING 8. BELIER 9. CAVALLY INDONESIA 10. ACEH 11. KALIMANTAN TENGAH 12. KALIMANTAN TIMUR 13. PAPUA 14. KALIMANTAN BARAT 15. PAPUA BARAT MEKSIKO 16. CAMPECHE 17. CHIAPAS 18. JALISCO 19. TABASCO 20. QUINTANA ROO 12