Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Manajemen
Manajemen sudah ada sejak dahulu kala, dimana sejak manusia memenuhi
kebutuhannya melalui bantuan orang lain. Sehingga manajemen terdapat dalam
semua kegiatan manusia baik dalam rumah tangga, sekolah, pemerintahan,
perusahaan dan sebagainya.Manajemenberasal dari kata to manage yang berarti
mengatur (mengelola). Manajemen termasuk kelompok ilmu sosial.Manajemen
adalah bidang yang sangat penting untuk dipelajari dan dikembangkan.
Untuk itu kita perlu memahami, menghayati, mengembangkan serta
menerapkan atau mempraktekkan manajemen dengan baik, agar tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan dalam organisasi dapat tercapai sebagaimana mestinya.
Management is science (ilmu) dan is art (seni), yang artinya manajemen
sebagai ilmu pengetahuan yang terorganisir dan sistematis, dan terdiri dari teoriteori dan prinsip-prinsip, sekaligus juga manajemen sebagai seni yang sangat
tergantung pada orang yang menjalankannya.
Manajemen sebagai proses, karena dalam manajemen terdapat adanya
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, misalnya kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan, misalnya kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan. Kegiatan-kegiatan itu sama lainnya tidak dapat dipisahkan atau
dengan kata lain saling terkait (terpadu), sehingga akan membentuk suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, manajemen disebut
sebagai sistem.
Manajemen merupakan sebuah proses yang terdiri atas fungsi-fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian kegiatan Sumber
Daya Manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Terdapat banyak definisi atau pengertian tentang manajemen yang ditulis
oleh beberapa orang ahli ilmu manajemen yang pada dasarnya memiliki
kesimpulan yang sama. Berikut ini definisi manajemen yang dikemukakan oleh
Malayu S.P. Hasibuan(2008 : 1-2), yaitu :
“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan Sumber
Daya Manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu”.
2.2
Pengertian dan Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu bidang
manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam
organisasi perusahaan.Unsur Manajemen Sumber Daya Manusia adalah manusia
yang merupakan tenaga kerja pada perusahaan.Dengan demikian fokus yang
mempelajari dalam manajemen ini adalah masalah yang berhubungan dengan
tenaga kerja manusia.
Manajemen SDM yaitu yang berkaitan dengan pengelolaan kegiatan
pemberdayaan sumber daya manusia disebut manajemen sumber daya
manusia.Pada umumnya, kegiatan-kegiatan di bidang sumber daya manusia dapat
dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sisi pekerjaan dan dari sisi pekerja.Dari
sisi pekerjaan, kegiatan-kegiatan itu terdiri atas analisis pekerjaan dan evaluasi
pekerjaan.Sedangkan dari sisi pekerja, kegiatan-kegiatan itu terdiri atas pengadaan
tenaga kerja.Penilaian prestasi kerja, pelatihan dan pengembangan, promosi,
kompensasi, dan pemutusan hubungan kerja. Dengan demikian, Manajemen
Sumber Daya Manusia dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang terdiri atas
perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengendalian kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan, pengadaan,
pengembangan, kompensasi, promosi, dan pemutusan hubungan kerja guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengembangan sumber daya manusia meningkatkan kompetensi manusia
dalam berbagai kegiatan masyarakat, terkait dengan usaha peningkatan taraf
hidup, kesejahteraan, produktivitas dan kepuasan kerja.Pengembangan SDM
dimulai dalam keluarga, ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan formal
untuk
memperoleh
kompetensi
(pengetahuan,
keterampilan
dan
sikap)
meningkatkan kemampuan kerja.Akhirnya dikembangkan dalam masyarakat,
khususnya di lingkungan pekerjaan.
Pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi dengan penerapan
prinsip manajemen, yaitu peningkatan efisiensi sumber daya dalam operasi
(waktu, modal, material dan tenaga kerja) dan produktivitas kerja.Perencanaan
tenaga kerja bagian dari pengembangan sumber daya manusia untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja terdidik, erat kaitannya dengan pemanfaatan SDM agar
mampu kerja dan memperoleh penghasilan.Sumber daya manusia berperan aktif
pada kegiatan organisasi, sebagai perencana, pelaku dan penentu tercapainya
tujuan organisasi.Peralatan yang canggih, ditentukan sumber daya manusia
sebagai aset perusahaan yang penting.Manajemen sumber daya manusia
digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai sasaran organisasi.
Definisi yang dikemukakan oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2008 : 2),
yaitu :
“Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pengadaan,
pengembangan,
pemberian
balas
jasa,
pengintegrasian,
pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan
organisasi”.
Secara sederhana pengertian manajemen sumber daya manusia adalah
mengelola sumber daya yang tersedia dalam suatu organisasi, baik organisasi
publik maupun swasta, sumber daya manusia adalah yang paling penting dan
sangat menentukan.
Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia tersebut mengandung
pengertian bahwa pengelolaan sumber daya manusia dalam organisasi memiliki
jangkauan yang luas.Pengelolaan sumber daya manusia tidak hanya menyangkut
hal-hal ketenagakerjaan yang terjadi di dalam organisasi saja, tetapi juga harus
menjangkau lingkungan organisasi yang ikut mempengaruhi perkembangan
sumber daya manusia di dalam organisasi.
Jadi, Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu ilmu dan seni proses
memperoleh, memajukan atau mengembangkan, dan memelihara tenaga kerja
yang kompeten sedemikian rupa, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan
efisien dan ada kepuasan dalam pribadi.
2.2.2. Fungsi Operasional Manajemen Sumber Daya Manusia
Sebagai ilmu terapan dari ilmu manajemen, maka Manajemen Sumber Daya
Manusia memiliki fungsi manajemen dan fungsi operasional, yaitu :
1. Fungsi Manajerial
a. Perencanaan (Planning). Mendefinisikan sasaran, menetapkan strategi,
dan menyusun bagian-bagian rencana untuk mengkoordinasikan
sejumlah kegiatan.
b. Pengorganisasian (Organizing). Menentukan tugas apa yang harus
dilakukan.
c. Pengarahan (Directing). Mengarahkan supaya karyawan semangat
dalam bekerja.
d. Pengendalian
(Controlling).
Mengamati
dan
membandingkan
pelaksanaan kerja karyawan dengan rencana serta memperbaiki jika
ada penyimpangan.
2. Fungsi Operasional
a. Pengadaan
tenaga
kerja
(Procurement).
Usaha-usaha
memperoleh jenis dan jumlah pegawai yang dibutuhkan.
untuk
b. Pengembangan (Development). Dimana diharapkan dengan adanya
pengembangan dapat memberikan manfaat yang berupa peningkatan
produktivitas.
c. Kompensasi (Compensation). Diartikan sebagai usaha untuk membalas
jasa secara layak pada personalia untuk sumbangan mereka kepada
perusahaan.
d. Integrasi (Integration). Merupakan tantangan bagi manajer personalia,
setelah berkaitan dengan penyelarasan kepentingan tersebut saling
bertentangan.
e. Pemeliharaan (Maintenance). Merupakan fungsi operasional untuk
mempertahankan dan meningkatkan kondisi yang telah ada dengan
cara menciptakan komunikasi diantara karyawan.
f. Pemisahan (Separation). Pemutusan hubungan kerja yang mana fungsi
ini berupaya untuk mengembalikan karyawan kepada masyarakat
setelah membuktikan tenaganya kepada perusahaan.
Tujuan dari berbagai kegiatan yang telah dikemukakan di atas, baik itu
fungsi manajerial maupun fungsi operasional adalah untuk membantu karyawan
agar tetap bekerja guna untuk mencapai tujuan organisasi sebaik mungkin.Dengan
demikian, maka manajemen sumber daya manusia dapat memberikan sumbangan
yang mempunyai arti penting bagi kelancaran kerja di departemen atas bagianbagian lainnya dalam organisasi yang bersangkutan.
2.3
Penilaian Prestasi Kerja
2.3.1. Pengertian dan Tujuan Penilaian Prestasi Kerja
Pada umumnya orang-orang yang berkecimpung dalam manajemen
sumber daya manusia sependapat bahwa penilaian prestasi kerja para pegawai
merupakan bagian penting dari seluruh proses kekaryaan pegawai yang
bersangkutan. Pentingnya penilaian prestasi kerja yang rasional dan diterapkan
secara objektif terlihat pada paling sedikit dua kepentingan, yaitu kepentingan
pegawai yang bersangkutan sendiri dan kepentingan organisasi.
Bagi para pegawai, penilaian tersebut berperan sebagai umpan balik
tentang berbagai hal seperti kemampuan, keletihan, kekurangan dan potensinya
yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan
pengembangan karirnya.
Bagi organisasi, hasil penilaian prestasi kerja para pegawai sangat penting
arti dan peranannya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti
identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi,
program pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan berbagai aspek
lain dari keseluruhan proses manajemen sumber daya manusia secara efektif.
Penilaian
pelaksanaan
pekerjaan
perlu
dilakukan
secara
formal
berdasarkan serangkaian kriteria yang ditetapkan secara rasional serta diterapkan
secara obyektif serta didokumentasikan secara sistematik.Hanya dengan
demikianlah dua kepentingan utama yang telah disinggung di muka dapat
terpenuhi.Hal ini perlu ditekankan karena tidak sedikit manajer yang beranggapan
bahwa penilaian prestasi kerja secara formal oleh bagian-bagian kepegawaian
sebenarnya tidak diperlukan dan bahkan di pandang sebagai “gangguan” terhadap
pelaksanaan kegiatan operasional.
Suatu sistem penilaian prestasi kerja yang baik harus pula menunjukkan
berbagai tantangan eksternal yang dihadapi oleh para pegawai, terutama yang
mempunyai dampak kuat terhadap pelaksanaan tugasnya.Mengingat pentingnya
sistem penilaian prestasi kerja diterapkan secara baik, pengembangan sistem
tersebut mutlak perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan dalam mempersiapkan suatu
sistem penilaian prestasi kerja ialah adanya takaran-takaran yang digunakan untuk
mengukur prestasi kerja seseorang.Agar benar-benar bermanfaat, takaran-takaran
tersebut harus memenuhi berbagai persyaratan seperti mudah digunakan, handal,
dan memberikan informasi tentang perilaku yang kritikal yang menentukan
keberhasilan dalam melaksanakan pekerjaan.
Perusahaan dalam merealisasikan tujuannya membutuhkan prestasi dari
faktor-faktor produksi yang terdapat dalam organisasinya, terutama dalam prestasi
kerja dari para karyawannya.Dalam kenyataannya salah satu masalah utama yang
menjadi fokus perhatian perusahaan adalah masalah kinerja dan produktivitas
sumber daya manusia.Demi tercapainya tujuan perusahaan, sebagai perusahaan
yang mengharapkan prestasi kerja yang terbaik dari para karyawannya, faktor
penentuan bagi keberhasilan perusahaan adalah karyawan yang mempunyai
tingkat prestasi kerja yang tinggi. Untuk memiliki pegawai yang berprestasi agar
dapat menunjang keberhasilan tujuan perusahaan, maka di bawah ini dapat di
jelaskan pengertian prestasi kerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2008 :
67), yang menyatakan bahwa :
“Prestasi kerja atau kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Menurut Sasatrohadiwiryo (2003 : 235), menyatakan bahwa :
“Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai seseorang tenaga kerja dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Pada
umumnya kerja seorang tenaga kerja antara lain dipengaruhi oleh
kecakapan, keterampilan, pengalaman dan keungguhan tenaga kerja yang
bersangkutan”.
Menurut Mangkuprawira (2004), mendefinisikan bahwa :
“Penilaian prestasi kerja sebagai proses yang dilakukan perusahaan dalam
mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang”.
Menurut Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi Mohd Basri (2005 : 55),
menyebutkan bahwa:
“Manfaat penilaian kinerja bagi karyawan yang dinilai, salah satunya adalah
meningkatkan motivasi karyawan tersebut”.
Menurut Andrew F. Sikula (2012 : 87), menyatakan bahwa :
“Appraising is the process of estimating or judging the value, excellence,
qualities or status of some object, person, or thing”.
(Penilaian adalah suatu proses mengestimasi atau menetapkan nilai,
penampilan, kualitas atau status dari beberapa objek, orang atau benda).
Menurut Andrew F. Sikula (2012 : 87), menyatakan bahwa :
“Employee appraising is the systematic evaluation of a worker’s job
performance and potential for development”.
Menurut Dale Yoder (2012 : 88), menyatakan bahwa :
“Personnel appraisals refers to the formal procedures used in working
organizations to evaluate the personalities and contributions and potentials
of groups members”.
Penilaian prestasi kerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar
kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. Menetapkan
kebijaksanaan berarti apakah karyawan akan dipromosikan, didemosikan, dan
atau balas jasanya dinaikkan.
Suatu sistem penilaian prestasi kerja yang baik harus pula menunjukkan
berbagai tantangan eksternal yang di hadapi oleh para pegawai, terutama yang
mempunyai dampak kuat terhadap pelaksanaan tugasnya.Tidak dapat disangkal
bahwa berbagai situasi yang dihadapi oleh seseorang diluar pekerjaannya, seperti
masalah keluarga, keadaan keuangan, tanggung jawab sosial dan berbagai
masalah
pribadi
lainnya
pasti
berpengaruh
terhadap
prestasi
kerja
seseorang.Berarti suatu sistem penilaian prestasi kerja harus memungkinkan para
pegawai untuk mengemukakan berbagai masalah yang dihadapinya itu.
Ada tiga teori mengenai prestasi kerja yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Descrepancy Theory
Prestasi atau tidak berprestasi kerja terhadap beberapa aspek pekerjaan
tergantung kepada perbedaan antara apa yang seharusnya diterima dengan
kenyataan yang sebenarnya. Besarnya keinginan atas karakteristik
pekerjaan didefinisikan sebagai jumlah minimum yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan sekarang. Kepuasan akan dirasakan jika ada
perbedaan antara apa yang diinginkan dengan yang sebenarnya diterima
dan sebaliknya akan merasa tidak puas jika terdapat kekurangan jumlah
yang diinginkan.
2. Equity Theory
Teori keahlian menjelaskan bahwa dalam kondisi yang bagaimana seorang
karyawan akan mendapatkan keuntungan dari pekerjaannya secara layak.
Komponen-komponen dasar dari teori ini adalah input, out comes dan
comparison person. Input ini adalah setiap nilai yang dirasakan oleh
karyawan atas kontribusi kerjanya, seperti pendidikan, pengalaman,
keahlian, jam kerja, dan alat yang digunakan dalam bekerja.
Out comes merupakan setiap nilai yang dirasakan oleh karyawan yang
mereka dapatkan dari pekerjaannya. Seperti upah, tunjangan, status,
penghargaan dan kesempatan untuk mengekspresikan diri.
Berdasarkan teori ini karyawan menentukan keadilan dari hasil yang
diperoleh dengan cara membandingkan rasio output atau input yang
dimilikinya dengan rasio output atau input yang dimiliki orang lain atau
comparison person. Perbandingan ini dapat untuk pekerjaan yang sama
atau perusahaan yang berbeda, juga untuk dapat pekerjaan mereka dahulu.
Jika perbandingan dianggap seimbang maka karyawan akan merasa adil,
sedangkan tidak merasa seimbang maka karyawan akan merasa adanya
ketidakadilan.
3. Social Influence Theory
Seseorang akan memutuskan merasa puas atau tidak puas atas
pekerjaannya adalah dengan mengamati kepuasan kerja lorang lain.
Menurut teori ini kepuasan kerja karyawan dilihat dari perilaku rekan
sekerjanya dan mendengarkan terhadap apa yang mereka katakan
mengenai pekerjaan mereka. Kepuasan mungkin lebih disebabkan oleh
tindakan rekan sekerjanya daripada oleh pekerjaan itu sendiri.
Penilaian prestasi kerja karyawan berguna untuk perusahaan serta harus
bermanfaat bagi karyawan. Diuraikan oleh Hasibuan (2008 : 89), bahwa tujuan
penilaian prestasi kerja karyawan sebagai berikut :
1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk
promosi, demosi, pemberhentian, dan penetapan besarnya balas jasa.
2. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses
dalam pekerjaannya.
3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas seluruh kegiatan didalam
perusahaan.
4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal
kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja
dan peralatan kerja.
5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi
karyawan yang berada didalam organisasi.
6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga
dicapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik.
7. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan (supervisor,
managers, administrator) untuk mengobservasi perilaku bawahan
(subordinate)
supaya
diketahui
minat
dan
kebutuhan-kebutuhan
bawahannya.
8. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan-kelemahan
dimana lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.
9. Sebagai kriteria didalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.
10. Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan personel dan
dengan
demikian
bisa
sebagai
bahan
pertimbangan
agar
bisa
diikutsertakan dalam program latihan kerja tambahan.
11. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan
karyawan.
12. Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan
(job description).
2.3.2. Indikator-indikator Penilaian Prestasi Kerja
Salah satu indikator-indikator yang dapat dijadikan gambaran prestasi
kerja seorang karyawan (unsur-unsur yang dinilai) menurut Hasibuan (2008 :
95), adalah sebagai berikut :
1. Kesetiaan : Mencerminkan kesediaan karyawan menjaga dan membela
organisasi didalam maupun diluar pekerjaan.
2. Kualitas dan Kuantitas Kerja : Merupakan hasil kerja baik kualitas
maupun kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan tersebut dari uraian
pekerjaannya.
3. Kejujuran : Kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugas memenuhi
perjanjian baik dirinya sendiri maupun orang lain.
4. Kedisiplinan : Mencerminkan kepatuhan karyawan dalam mematuhi
peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan
instruksi yang diberikan kepadanya.
5. Kreatifitas : Kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreatifitasnya
untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga lebih berdaya guna dan
berhasil guna.
6. Kerjasama : Kesediaan karyawan berprestasi dan bekerja sama dengan
karyawan lainnya secara vertikal atau horizontal didalam maupun diluar
pekerjaannya.
7. Kepemimpinan : Merupakan kemampuan untuk memimpin, berpengaruh,
mempunyai pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat
memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.
8. Kepribadian : Sikap perilaku, kesopanan, periang, memberikan kesan yang
menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta berpenampilan
simpatik dan wajar.
9. Prakarsa : Kemampuan berpikiran yang orisinal dan berdasarkan inisiatif
sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan, dan
mendapatkan kesimpulan penyelesaian masalah yang dihadapinya.
10. Kecakapan : Merupakan kecakapan karyawan dalam menyatukan dan
menyelaaskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat didalam
penyusunan kebijaksanaan dan didalam situasi manajemen.
11. Tanggung Jawab : Kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan
kebijaksanaannya, pekerjaan, dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana
yang digunakannya, serta perilaku kerjanya.
2.3.3. Metode Penilaian Prestasi Kerja
Menurut Hasibuan (2008:97), metode penilaian prestasi kerja karyawan
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu metode tradisional dan metode
modern yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Metode Tradisional
Metode ini merupakan metode tertua dan paling sederhana untuk menilai
prestasi karyawan dan diterapkan secara tidak sistematis maupun dengan
sistematis. Yang termasuk ke dalam metode tradisional adalah:
1) Rating Scale
Metode ini merupakan metode penilaian yang paling tua dan banyak
digunakan, dimana penilaian yang dilakukan oleh atasan untuk
mengukur karakteristik, misalnya mengenai inisiatif, ketergantungan,
kematangan, dan kontribusinya terhadap tujuan kerja.
2) Employee Comparation
Metode
ini
metode
penilaian
yang
dilakukan
dengan
cara
membandingkan antara seorang pekerjaan dengan pekerjaan lainnya.
a. Alternation Ranking
Metode ini merupakan metode penilaian dengan cara mengurutkan
peringkat (rangking) karyawan dimulai dari yang terendah sampai
yang tertinggi atau dari yang terendah sampai dengan yang
tertinggi, berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
b. Paired Comparation
Metode ini merupakan metode penilaian dengan cara seseorang
karyawan dibandingkan dengan seluruh karyawan lainnya,
sehingga terdapat berbagai alternatif keputusan yang akan diambil.
Metode ini dapat digunakan untuk jumlah karyawan yang sedikit.
c. Porced Comparation (grading)
Metode ini sama dengan paired comparation tetapi digunakan
untuk jumlah karyawan yang banyak. Pada metode ini suatu
definisi yang jelas untuk setiap kategori telah dibuat dengan
seksama.
3) Check List
Metode ini, penilaian tidak perlu menilai tetapi hanya perlu
memberikan masukan atau informasi bagi penilaian yang dilakukan
oleh bagian personalia. Penilaian tinggal memilih kalimat atau katakata yang menggambarkan prestasi kerja dan karakteristik setiap
individu karyawan, baru melaporkan kepada bagian personalia untuk
menetapkan bobot nilai, indeks nilai, dan kebijaksanaan selanjutnya
bagi karyawan bersangkutan.
4) Freefrom Eassy
Dengan metode ini penilai diharuskan membuat karangan yang
berkenaan dengan orang atau karyawan yang sedang dinilainya.
5) Critical Incident
Dengan metode ini penilai harus mencatat semua kejadian mengenai
tingkah laku bawahannya sehari-hari yang kemudian dimasukan ke
dalam buku catatan khusus yang terdiri dari berbagai macam kategori
tingkah laku bawahannya. Misalnya mengenai inisiatif, kerja sama,
dan keselamatan.
2. Metode Modern
Metode ini merupakan perkembangan dari metode tradisional dalam
menilai prestasi kerja karyawan. Yang termasuk ke dalam metode modern
ini adalah :
1) Assement Center
Metode ini biasanya dilakukan dengan pembentukan tim penilaian
khusus. Cara penilaian tim dilakukan dengan wawancara, permainan
bisnis, dan lain-lain. Nilai indeks prestasi setiap karyawan adalah ratarata bobot dari tim penilai. Indeks prestasi dengan cara ini diharapkan
akan lebih baik dan objektif karena dilakukan beberapa anggota tim.
2) Management by Objective
Dalam metode ini karyawan langsung diikutsertakan dalam perumusan
dan pemutusan persoalan dengan memperhatikan kemampuan
bawahan
dalam
menentukan
sasarannya
masing-masing
yang
ditekankan pada pencapaian sasaran perusahaan.
3) Human Asset Accounting
Dalam metode ini, faktor pekerjaan dinilai sebagai individu modal
jangka panjang sehingga sumber tenaga kerja dinilai dengan cara
membandingkan
variabel-variabel
yang
dapat
mempengaruhi
keberhasilan perusahaan. Jika biaya untuk tenaga kerja meningkat laba
pun akan meningkat. Maka peningkatan tenaga kerja tersebut telah
berhasil.
2.3.4. Masalah Dalam Penilaian Prestasi Kerja
Dalam melaksanakan penilaian prestasi kerja, terkadang terjadi masalah
atau kendala yang dapat dilakukan siapa saja selaku penilaian prestasi kerja
karyawan. Karena setiap karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan memiliki
tujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Apabila kebutuhan
hidupnya tidak dapat terpenuhi maka mereka akan bekerja dengan baik dan
terdorong untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya, sebaliknya apabila
kebutuhan hidupnya tersebut tidak terpenuhi maka terpenuhi maka mereka tidak
dapat bekerja dengan baik dan mengakibatkan turunnya prestasi kerja.
Untuk mempertahankan penilaian prestasi kerja karyawan yang tinggi,
maka setiap perusahaan wajib untuk memperhatikan kesejahteraan para
karyawannya, yaitu salah satu dengan melaksanakan program kesejahteraan
karyawan.
Program kesejahteraan karyawan merupakan salah satu faktor utama yang
sangat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi kerja karyawan, program ini
juga merupakan salah satu usaha, perusahaan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan hidup karyawan.Dengan program ini diharapkan agar karyawan dapat
lebih meningkatkan prestasi kerjanya guna tercapainya tujuan perusahaan.
2.3
Motivasi Karyawan
2.4.1. Pengertian Motivasi Karyawan
Motivasi berasal dari kata Latin (movere) yang berarti dorongan atau daya
penggerak.Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia khususnya kepada para
karyawan atau pengikut.Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong
gairah kerja karyawan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua
kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan suatu tujuan perusahaan.
Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawannya yang
mampu, cakap, dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan
berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal.Kemampuan, kecakapan
dan keterampilan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan, jika karyawan tidak
mau bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan, kecakapan dan
keterampilan yang dimilikinya.
Motivasi tebentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi
situasi kerja di perusahaan.Motivasi merupakan kondisi atau energi yang
menggerakan dirinya yang terarah dan tertuju untuk mencapai tujuan organisasi
perusahaan.Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja
itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal.
Motivasi penting bagi perusahaan karena sebagai penyebab, penyalur dan
pendukung perilaku manusia supaya mau bekerja dengan giat dan antusias
mencapai hasil kerja yang optimal.Motivasi semakin penting karena manajer
memberikan pekerjaan kepada para bawahannya untuk dikerjakan dengan baik
dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan.
Motivasi yang ada pada diri seseorang merupakan pendorong yang akan
mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya. Orang mau
bekerja untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan yang disadari (conscious
needs) maupun kebutuhan atau keinginan yang tidak disadari (unconscious
needs), demikian juga orang mau bekerja untuk mendapatkan kebutuhan fisik dan
mental.
Untuk mempermudah pemahaman motivasi kerja penulis kemukakan
pengertian motif dan motivasi kerja dari para ahli sebagai berikut :
Menurut Hariandja (2005 : 321), menyatakan bahwa :
“Motivasi
diartikan sebagai
faktor-faktor
yang mengarahkan dan
mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu
kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah”.
Menurut Hasibuan (2008 : 144), menyatakan bahwa :
“Motif adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak
kemauan bekerja seseorang.Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang
ingin dicapai”.
Menurut Hasibuan (2008 : 143), menyatakan bahwa :
“Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan
kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan
terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan”.
Menurut Sastrohadiwiryo (2003 : 267), menyatakan bahwa :
“Motivasi diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia
yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau menggerakan dan
mengarahkan atau menyalurkan perilaku kearah tercapainya kebutuhan
yang member kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan”.
Menurut HR.com (2003), motivasi kerja yaitu :
“Employee motivation is usually at a high level when the organizations, the
individual objectives and values are aligned”.
(Motivasi karyawan biasanya pada tingkat tinggi ketika organisasi, tujuan
individu dan nilai-nilai yang selaras).
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2008 : 94), mengemukakan
bahwa :
“Work motivation is defined as conditions which influence the arousal,
direction, and maintenance of behaviors relevant in work settings”.
(Motivasi untuk bekerja menggambarkan kekuatan di dalam individu yang
menjelaskan arah, tingkat dan ketekunan usaha yang dikeluarkan
memadai).
Menurut Hedberg, Hirth, Petzold (2002 : 3), menyatakan bahwa :
“The ideas and theories behind motivation are widely spread and there
are three main schools are: behaviourist who sees causes out of the
environment, influence from the outside, biologist who sees motivation out
of biological approach, mediationist who sees causes from the internal
events, like wishes and urges”.
(Ide-ide dan teori-teori di balik motivasi tersebar luas dan ada tiga sekolah
utama adalah: tingkah laku yang melihat dan menyebabkan keluar dari
lingkungan, pengaruh dari luar, ahli biologi yang melihat motivasi yang
keluar dari pendekatan biologis, meditasi yang melihat penyebab dari
kejadian internal, seperti keinginan dan mendesak).
Menurut Kae Chung & Megginson yang dikutip oleh Faustino Cardoso
Gomes (2002 : 177), menyatakan hubungan antara motivasi kerja dengan
prestasi kerja :
“Motivation is defined as goal-direscted behaviour. It concerns the level
of effort one exerts in pursuing a goal. It is closely related to employee
satisfaction and job performance”.
(Motivasi
dirumuskan
sebagai
perilaku
yang
ditujukan
pada
sasaran.motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh
seseorang dalam mengejar suatu tujuan. Motivasi berkaitan erat dengan
kepuasan pekerja dan performansi pekerjaan atau prestasi kerja).
Menurut Kreitner (2001 : 205), berpendapat bahwa motivasi kerja :
“Is Psychological processes that arouse and direct goal directed
behavior”.
Menurut Monsanto (2000 : 1), motivasi kerja adalah :
“Motivation can be described as the human inner force that upon
stimulation causes a person to react in a pacticular way”.
Sedangkan menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermarhorn, Hunt,
Osborne (2001 : 92), Motivasi kerja adalah :
“Motivation to work describes the forces within an individual that account
for the level, direction and persintence of effort expended adequately”.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa motif
merupakan suatu dorongan kebutuhandalam diri pegawai yang perlu dipenuhi
agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya,
sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakan pegawai agar mampu
mencapai tujuan dari motifnya, serta mendapatkan kepuasan dari hasil kerja yang
dicapainya.
Karyawan merupakan asset yang perlu diperhatikan oleh perusahaan,
karena karyawan dapat memberikan kontribusi terhadap perusahaan dengan
adanya volume pendapatan tersebut perlu adanya proses yang mendukung
kemajuan perusahaan. Proses tersebut dengan cara memberikan motivasi yang
dapat dikaitkan dengan pemuasan kebutuhan manusia untuk lebih jelasnya proses
motivasi dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Proses Motivasi
Motivasi Pembangkit Dorongan
Drive
Incentive
Goal
Unsatisfied
Satisfied
Need
Need
Sumber : Hasibuan (2008 : 151)
Keterangan :
Bilamana suatu kebutuhan tidak terpuaskan maka timbul drive dan aktifitas
individu untuk merespon perangsang (incentive) dalam tujuan yang diinginkan.
Pencapaian tujuan akan menjadikan individu merasa puas.
2.4.2. Tujuan Motivasi Karyawan
Dalam pencapaian tujuan perusahaan perlu adanya pemberian motivasi
terhadap setiap karyawan. Tujuan motivasi menurut Hasibuan (2008 : 146),
antara lain sebagai berikut :
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
Dengan motivasi kerja yang baik, moral karyawan akan lebih baik karena
keahlian dan keterampilan karyawan sesuai dengan pekerjaannya sehingga
karyawan antusias untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan dapat
meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
Dengan motivasi kerja yang tinggi dapat meningkatkan kemampuan
karyawan untuk mengembangkan pekerjaannya sehingga karyawan
tersebut dapat memberikan prestasi kerja yang optimal dan dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
3. Mempertahankan
kestabilan
karyawan
mempertahankan kestabilan karyawan
yang
baik,
maka
dapat
perusahaan karena gairah kerja
meningkat, absensi dan turn over karyawan menurun.
4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan
Jika motivasi kerja karyawan meningkat maka disiplin kerja karyawan
semakin baik, karyawan akan menyadari serta mentaati peraturanperaturan yang berlaku.
5. Mengefektifkan pengadaan karyawan
Dengan motivasi kerja yang baik maka dapat mengefektifkan pengadaan
karyawan yaitu dengan cara menempatkan karyawan tersebut pada posisi
yang tepat dan sesuai dengan cara menempatkan karyawan tersebut pada
posisi yang tepat dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
Jika motivasi karyawan baik, maka dapat menciptakan suasana kerja yang
harmonis dan hubungan kerja yang baik.
7. Meningkatkan loyalitas, kreatifitas, dan partisipasi karyawan
Motivasi kerja karyawan dapat meningkatkan loyalitas, kreatifitas dan
partisipasi karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja
lebih berdaya guna dan berhasil guna.
8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
Dengan adanya motivasi kerja yang baik, maka volume pendapatan
karyawan semakin meningkat dengan demikian kebutuhan-kebutuhan
karyawan dapat terpenuhi sehingga tingkat kesejahteraan karyawan akan
meningkat.
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya
Dengan motivasi kerja yang baik dapat meningkatkan kedisiplinan
karyawan sehingga dapat menimbulkan rasa tanggung jawab karyawan
terhadap tugas-tugasnya.
10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku
Dengan adanya motivasi kerja yang baik, maka dapat menggunakan alatalat dan bahan baku dengan efisien. Sebaliknya, jika terjadi tingkat
keborosan penggunaan alat-alat dan bahan baku berarti motivasi kerja
karyawan menurun.
Jadi, tujuan motivasi adalah untuk menggerakan dan mengarahkan potensi
tenaga kerja dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga dapat
mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya baik itu
keinginan karyawan ataupun tujuan organisasi.
2.4.3. Indikator-indikator Motivasi Karyawan
Ada beberapa indikator dari Motivasi yang dikemukakan oleh Jiwo
Wungu dan Hartanto Brotoharsojo (2003 : 58),yaitu :
a. Tanggung Jawab
Kesediaan karyawan untuk melibatkan diri sepenuhnya dalam tugas-tugas
jabatan danbersedia menerima risiko atas kegagalan dari pelaksanaan
tugas-tugas jabatannya.
b. Kerjasama
Kesediaan karyawan untuk menjalin hubungan kerja dan bekerja sama
dengan pihak lain dalam rangka menyelesaikan tugas-tugas jabatannya.
c. Disiplin
Kesediaan karyawan untuk teratur dalam bekerja dalam bekerja agar
segala sesuatunya berjalan tertib dan lancar.
2.4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Motivasi Karyawan
Motivasi tidak terlepas dari kebutuhan dan kebutuhan dapat di definisikan
sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang di ambil antara suatu kenyataan
dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila kebutuhan karyawan terpenuhi,
maka karyawan tersebut akan memperlihatkan perilaku gembira sehingga timbul
manifestasi dari kepuasan dirinya.
Mengacu pada teori kebutuhan Maslowyang dikutip oleh Hasibuan
(2008:153-156), mengemukakan bahwa hampir semua orang mempunyai
kebutuhan yang tersusun dalam suatu hirarki, kebutuhan-kebutuhan tersebut
merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat motivasi kerja
karyawan antara lain sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisik dan biologis (physiological needs)
Yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup seperti makan,minum,
perumahan, udara, kebutuhan seksual dan sebagainya.
2.
Kebutuhan keselamatan dan keamanan (safety and sequrity needs)
Yaitu kebutuhan akan kebebasan atau perlindungan dari ancaman yakni
rasa ancaman dari ancaman kecelakaan, dan keselamatan dalam
melaksanaan pekerjaannya.
3. Kebutuhan sosial (affiliation or acceptance needs or belongingness)
Yaitu kebutuhan sosial, teman, berafiliasi, interaksi, dicintai, dan
mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan
masyarakat lingkungannya.
4. Kebutuhan akan penghargaan atau prestise (esteem or status needs)
Yaitu kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan serta penghargaan
prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)
Yaitu
kebutuhan
akan
aktualisasi
diri
dengan
menggunakan
kemampuannya, keterampilannya, dan potensi optimal untuk mencapai
prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa serta kebutuhan
untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide memberikan penilaian
dan kritik terhadap sesuatu.
Banyak faktor yang dapat mendorong karyawan untuk lebih semangat dan
bergairah, sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan. Adapun
cara yang paling tepat adalah tergantung pada situasi dan kondisi
perusahaan serta tujuan yang ingin dicapai. Faktor yang menjadi indikator
bagi motivasi kerja, antara lain :
1. Produktivitas Kerja
Penilaian turun atau rendahnya produksi tahun ini dengan tahun
sebelumnya
hal
ini
disebabkan karena
kelalaian, kemalasan,
penundaan pekerjaan dan sebagainya.Hal tersebut merupakan suatu
pertanda bahwa ada penurunan motivasi kerja.Jadi jika suatu produksi
menurun maka pimpinan harus segera mencari penyebabnya karena
bisa saja ditimbulkan oleh motivasi kerja yang menurun atau penyebab
lainnya.
2. Tingkat Absensi
Tingkat
absensi
yang
tinggi
dapat
mengakibatkan
turunnya
produktivitas kerja karena pekerjaan akan tertunda. Dengan demikian
tingkat absensi yang tinggi menunjukan adanya penurunan motivasi,
untuk mengatasi hal tersebut pimpinan harus meneliti penyebabnya
karena jika dibiarkan hal ini dapat berakibat buruk bagi perusahaan.
3. Perputaran Tenaga Kerja (Labour Turn Over)
Jika dalam perusahaan banyak terjadi karyawan yang masuk dan
keluar, maka perusahaan harus berhati-hati karena hal ini merupakan
suatu indikasi dari penurunan motivasi kerja. Hal ini perlu diperhatikan
oleh perusahaan agar tidak membawa dampak kerugian bagi
perusahaan.
4. Tingkat Kerusakan
Tingkat kerusakan yang tinggi biasanya disebabkan antara lain oleh
kurangnya perhatian, kecerobohan dan lain sebagainya. Kerusakan
tidak hanya disebabkan oleh faktor manusia, tetapi juga karena hal
yang lainnya, misalnya dalam hal penyimpangan yang salah.
5. Kegelisahan Karyawan
Kegelisahan pada karyawan menunjukan adanya suatu masalah yang
sedang dihadapi, kegelisahan ini jika dibiarkan terus maka dapat
merugikan perusahaan.
6. Tuntutan
Tuntutan merupakan suatu reaksi dari ketidakpuasan mengenai
kebijakan yang ditetapkan perusahaan. Jika hal ini tidak segera diatasi,
maka dapat berakibat kurang baik bagi kelancaran aktivitas
perusahaan.
7. Pemogokan
Merupakan suatu jalan akhir dari reaksi karyawan yang tidak puas
terhadap kebijaksanaan perusahaan. Hal ini merupakan indikasi yang
paling kuat akan turunnya motivasi kerja.
2.4.5. Teori Motivasi
Karyawan dalam organisasi merupakan faktor terpenting dan asset yang
berharga yang diperhatikan atas dasar inilah lahir penelitian-penelitian yang
mengungkapkan perilaku kerja karyawan, salah satu penelaah ilmu perilaku
adalah mengenai teori motivasi.
Teori motivasi menurut Hasibuan (2008 : 152), diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Teori Kepuasan (Content Theory) yang memusatkan pada pengertian
motivasi.
2. Teori Motivasi Proses (Process Theory) yang memusatkan pada
bagaimana motivasinya.
3. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory) yang menitikberatkan pada
cara dimana perilaku dipelajari.
Teori Kepuasan (Content Theory)
Teori kepuasan berdasarkan pendekatan atau faktor-faktor kebutuhan dan
kepuasan individu yang menyebabkan bertindak serta berprilaku dengan cara
tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang
menguatkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilakunya. Teori ini
menjawab pertanyaan kebutuhan apa yang memuaskan seseorang dan kebutuhan
apa yang mendorong semangat kerja seseorang.
Hal yang memotivasi semangat kerja seseorang adalah untuk memenuhi
kebutuhan
serta
kepuasan,
baik
materil
maupun
non
materil
yang
diperolehnya.Sebagai imbalan jasa dari jasa yang diberikannya kepada
perusahaan. Jadi pada dasarnya teori ini, bahwa seseorang akan bertindak atau
semangat kerja untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Semakin tinggi
standar kebutuhan yang diinginkan semakin giat orang itu bekerja.
Berikut ini penulis yang mengemukakan beberapa penganut teori motivasi
kepuasan yaitu:
1. Maslow’s Need Hierarchy Theory,yang dikutip oleh Hasibuan (2008 :
153 : 157)
Teori motivasi Maslow dinamakan, “A theory of human motivation”.Teori
ini mengikuti teori jamak, yakni seseorang berperilaku atau bekerja,
karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan.
Maslow mengemukakan teori motivasi yang di namakan Maslow’s Needs
Hierarchy Theory atau A Theory of Human Motivation atau Teori Hirarki
Kebutuhan dari Maslow, teori ini diilhami oleh Human Science Theory
dari Elton Mayo.
Hirarki kebutuhan mengikuti teori jamak yakni seseorang berperilaku atau
bekerja karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-macam
kebutuhan.Maslow, berpendapat bahwa kebutuhan yang diinginkan
seseorang itu berjenjang. Artinya jika kebutuhan yang pertama telah
dipenuhi, kebutuhan tingkat kedua akan muncul menjadi yang utama
selanjutnya jika kebutuhan tingkat kedua telah terpenuhi muncul
kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya sampai tingkat kebutuhan kelima.
Dasar teori hirarki kebutuhan :
a. Manusia atau mahluk sosial yang berkeinginan selalu menginginkan lebih
banyak keinginan ini terus-menerus dan hanya akan berhenti bila akhir
hayatnya tiba.
b. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivator bagi
pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang akan menjadi
motivator.
c. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu jenjang atau hirarki, yakni:
1. Physiological Needs (Kebutuhan Fisik dan Biologis)
Yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidup yang termasuk dalam
kebutuhan ini adalah makan, minum, perumahan, udara dan
sebagainya, keinginan untuk memenuhi kebutuhan ini merangsang
seseorang berperilaku atau giat bekerja.
2. Safety and Security Needs (Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan)
Adalah kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni merasa aman
dari ancaman kecelakaan dalam melaksanakan pekerjaan.
3. Affiliation or Acceptance Needs (Kebutuhan Sosial)
Adalah kebutuhan sosial, teman, afiliasi, interaksi, dicintai dan
mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan
masyarakat lingkungannya. Pada dasarnya manusia normal tidak akan
mau hidupnya menyendiri seorang diri di tempat terpencil. Ia selalu
membutuhkan kehidupan berkelompok karena manusia atau mahluk
sosial sudah jelas ia mempunyai kebutuhan sosial yang terdiri dari
empat golongan, yaitu :
-
Kebutuhan akan perasaan diterima orang lain di lingkungan tempat
tinggal dan bekerja.
-
Kebutuhan akan perasaan yang dihormati karena setiap manusia
merasa dirinya penting. Serendah-rendahnya pendidikan dan
kedudukan seseorang ia tetap merasa dirinya penting oleh karena
itu dalam memotivasi bawahan, pimpinan harus dapat melakukan
tindakan yang menimbulkan kesan bahwa tenaga mereka
diperlukan dalam proses pencapaian tujuan perusahaan.
-
Kebutuhan akan kemajuan dan tidak gagal. Setiap orang senang
dengan kemajuan dan tidak seorangpun menyenangi kegagalan.
Kemajuan baik dalam bidang karir, harta, jabatan dan sebagainya
merupakan kebutuhan idaman setiap orang.
-
Kebutuhan akan perasaan ikut serta. Setiap individu anggota
organisasi akan merasa senang jika ia diikutsertakan dalam bagian
kegiatan
organisasi
dalam
arti
diberi
kesempatan
untuk
memberinkan saran-saran kepada pimpinan mereka.
4. Esteem or Status Needs (Kebutuhan akan Penghargaan/Prestise)
Adalah kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan serta
penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya.
Idealnya prestise timbul karena adanya prestasi tetapi selamanya tidak
demikian.Akan tetapi, perlu juga diperhatikan oleh masyarakat atau
posisi
seseorang
dalam
organisasi,
semakin
tinggi
pula
prestasinya.Prestasi dan status dimanifestasikan oleh banyak hal yang
digunakan sebagai simbol status itu.
5. Self Actualization (Aktualisasi Diri)
Adalah kebutuhan akan aktualisasi diri
dengan kemampuan,
keterampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang
memuaskan. Kebutuhan ini merupakan realisasi lengkap potensi
seseorang
secara
kebutuhannya
penuh.Keinginan
dapat
dilakukan
seseorang
pimpinan
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
untuk
perusahaan
mencapai
dengan
Kebaikan dan kelemahan dari Maslow Needs Hierarchy atau Hirarki
kebutuhan antara lain sebagai berikut :
Kebaikannya :
a. Manajer mengetahui bahwa seseorang berperilaku atau bekerja untyuk
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik materil maupun non
materil yang akan memberikan kepuasan kepadanya.
b. Kebutuhan manusia berjenjang sesuai dengan kebutuhannya atau sosial
ekonominya. Seseorang yang berkedudukan rendah cenderung di
motivasi oleh materi, sedangkan yang berkedudukan tinggi cenderung di
motivasi non materi.
c. Manajer akan lebih mudah memberikan alat motivasi yang paling sesuai
untuk merangsang semangat kerja bawahannya.
Kelemahannya:
a. Kebutuhan manusia menurut teori ini adalah berjenjang atau hirarki,
tetapi dalam kenyataannya manusia menginginkan tercapai sekaligus dan
kebutuhan manusia itu merupakan siklus.
b. Walaupun teori ini popular, tetapi belum pernah dicoba kebenarannya
karena Maslow mengembangkan atas dasar pengamatan saja.
2. Mc clelland’s Learned Needs Theory, yang dikutip oleh Hasibuan (2008 :
162-163)
Mc Clelland mengemukakan teori yaitu Mc Clelland’s Achievement
Motivation Theory atau Teori Motivasi prestasi Mc Clelland.Teori ini berpendapat
bahwa karyawan mempunyai cadangan energy potensial, bagaimana energi ini
dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan-dorongan-motivasi seseorang
dan situasi serta peluang yang tersedia.
Energi akan dimanfaatkan oleh karyawan karena didorong oleh :
a. Kekuatan motif dan kebutuhan dasar yang telibat.
b. Harapan keberhasilan.
c. Nilai insentif yang terletak pada tujuan.
Hal-hal yang dapat memotivasi seseorang adalah :
1. Kekuatan akan prestasi merupakan daya penggerak dan memotivasi kerja
seseorang. Karena itu, kebutuhan akan prestasi akan mendorong seorang
untuk mengembangkan kreativitas dan mengerahkan semua kemampuan
serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang
maksimal. Seseorang menyadari, bahwa dengan mencapai prestasi kerja
yang tinggi akan memperoleh pendapatan yang besar. Dengan pendapatan
yang besar akhirnya dapat memiliki serta memenuhi kebutuhankebutuhannya.
2. Kebutuhan akan afiliasi
Kebutuhan ini menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat
kerja seseorang dan mengembangkan dirinya serta memanfaatkan semua
energinya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Oleh karena itu,
kebutuhan akan afiliasi ini merangsang gairah kerja karyawan karena
setiap orang akan menginginkan hal-hal berikut :
a. Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan ia
tinggal dan bekerja.
b. Kebutuhan akan perasaan di hormati, karena setiap manusia merasa
dirinya penting.
c. Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal.
d. Kebutuhan akan perasaan ikut serta.
3. Kebutuhan akan kekuasaan
Kebutuhan ini merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat
kerja karyawan. Kebutuhan akan kekuasaan dapat merangsang dan
memotivasi
gairah
kerja
karyawan
serta
mengerahkan
semua
kemampuannya demi mencapai kekuasan atau kedudukan yang terbaik.
Ego manusia ingin lebih berkuasa dari manusia yang lainnya akan
menimbulkan persaingan. Persaingan ditimbulkan secara sehat oleh
manajer dalam memotivasi bawahannya supaya mereka termotivasi untuk
bekerja dengan giat.
Dalam memotivasi para bawahannya, manajer hendaknya menyediakan
peralatan, menciptakan suasana kerja yang baik dan memberikan kesempatan
kepada para karyawan untuk promosi.Dengan demikian memungkinkan para
karyawan meningkatkan semangat kerjanya untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan
yang diinginkannya, yang merupakan daya penggerak untuk memotivasi
karyawannya dalam mengerahkan semua potensi yang dimilikinya.
Teori Motivasi Proses,menurut Hasibuan (2008 : 165-167)
Teori motivasi proses pada dasarnya berusaha menjawab pertanyaan
bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara, dan memberhentikan perilaku
individu agar setiap individu bekerja sesuai dengan keinginan manajer. Apabila
diperhatikan secara mendalam, teori ini merupakan proses sebab akibat
bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang akan diperolehnya, jika bekerja
dengan baik saat ini hasilnya akan diperoleh baik untuk hari esok. Jadi hasil yang
akan dicapai tercemin pada bagaimana proses kegiatan yang dilakukan seseorang.
Apabila harapan dapat menjadi kenyataan akan cenderung meningkatkan gairah
kerjanya, sebaliknya jika harapan tidak tercapai karyawan akan menjadi malas.
Yang termasuk dalam teori motivasi proses adalah:
a. Teori Harapan (Expectancy Theory)
Teori harapan ini dikemukakan oleh Victor Vroom. Vroom mendasarkan
teorinya pada tiga konsep penting yaitu harapan, nilai dan pertautan.
Adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku harapan
yang mempunyai nilai yang berkisar dari nol yang menunjukkan tidak ada
kemungkinan bahwa suatu hasil akan muncul sesudah perilaku atau
tindakan, sampai angka positif kepastian bahwa hasil tertentu akan
mengikuti suatu tindakan atau perilaku harapan dinyatakan dalam
kemungkinan.
-
Nilai (Value)
Adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai atau martabat
tertentu (daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu.
-
Pertautan (Instermentality)
Adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat yang pertama
akan dihubungkan dengan tingkat kedua.
b. Teori Keadilan (Equity Theory)
Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja
seseorang, jadi atasan harus bertindak adil terhadap bawahannya. Penilaian
dan pengakuan mengenai perilaku harus dilakukan secara objektif bukan
suka atau tidak suka jadi dasar keadilan diterapkan dengan baik oleh
atasan maka gairah kerja karyawan akan meningkat.
c. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab akibat dari perilaku dengan
pemberian kompensasi, misalnya promosi tergantung pada tingkat kerja
kelompok. Sifat ketergantungan tersebut berkaitan dengan hubungan
perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku tersebut:
Teori pengukuhan ini terdiri dari dua jenis yaitu :
1) Pengukuhan Positif (Positive Reinforce)
Yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi apabila pengukuhan
positif diterapkan secara bersyarat.
2) Pengukuhan Negatif (Negative Reinforce)
Yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi apabila pengukuhan
negatif dihilangkan secara bersyarat.
Jadi prinsipnya pengukuhan selalu berhubungan dengan bertambahnya
frekuensi dari tanggapan, apabila diikuti oleh suatu rangsangan yang bersyarat.
2.5
Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja Terhadap Motivasi Karyawan
Sumber daya manusia merupakan faktor yang memegang peranan penting
dalam suatu perusahaan, karena semua manusia yang menjalankan aktifitas di
dalam perusahaan dan membantu perusahaan didalam pencapaian tujuan
perusahaan. Perusahaan perlu memperhatikan para karyawannya, salah satu cara
yang bisa dilakukan perusahaan yaitu dengan melakukan penilaian prestasi kerja
terhadap karyawannya. Menurut Agus Sunyoto yang dikutip oleh Anwar Prabu
Mangkunegara(2007 : 10), bahwa :
“Salah satu penilaian prestasi kerja yaitu mencatat dan mengakui hasil kerja
seorang karyawan, sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih
baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang
terdahulu. Serta mengidentifikasikan atau merumuskan kembali sasaran
masa depan, sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan
potensinya”.
Dengan adanya penilaian prestasi kerja diharapkan agar karyawan
termotivasi untuk meningkatkan semangat kerjanya, hal ini akan menguntungkan
perusahaan. Penilaian prestasi kerja ditujukan untuk melihat dan menilai kinerja
seorang karyawan, karena dilakukan secara objektif yaitu benar-benar menilai
seseorang dari kinerjanya maka karyawan akan terdorong untuk menunjukkan
kerja yang lebih baik lagi. Apabila penilaian prestasi kerja sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh karyawan, dan akan memberikan pengaruh terhadap masa depan
karyawan tersebut, maka motivasi karyawan tersebut akan memberikan
keuntungan kepada semua pihak yang terkait, khususnya pada perusahaan.
Download