HUBUNGAN ANTARA GAGAL JANTUNG BERDASARKAN FOTO

advertisement
HUBUNGAN ANTARA GAGAL JANTUNG BERDASARKAN FOTO
THORAX DENGAN RIWAYAT DIABETES MELLITUS TIPE 2
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
LILAVATI VIJAGANITA
G0006108
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul: Hubungan antara Gagal Jantung Berdasarkan Foto
Thorax dengan Riwayat Diabetes Mellitus Tipe 2
Lilavati Vijaganita, G0006108, 2009
Telah disetujui untuk dipresentasikan dan disahkan di hadapan
Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari Selasa, Tanggal 1 Desember 2009
Pembimbing Utama
Dr. J.B. Prasodjo, dr., Sp. Rad
NIP. 19500801 199008 1 001
(................................................................)
Pembimbing Pendamping
Eti Poncorini Pamungkasari, dr., M.Pd
NIP. 19750311 200212 2 002
(................................................................)
Penguji Utama
Prof. Dr. Suyono, dr., Sp. Rad
NIP. 1947 0611 197610 1 001
(................................................................)
Anggota Penguji
Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS
NIP. 19481107 197310 1 003
(................................................................)
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi
Dekan FK UNS
Sri Wahjono, dr., M. Kes. DAFK
Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS
NIP: 19450824 197310 1 001
NIP. 19481107 197310 1 003
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul: Hubungan antara Kejadian Gagal Jantung pada
Pemeriksaan Foto Thorax dengan Riwayat Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2
Lilavati Vijaganita, G0006108, Tahun 2009
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari
,Tanggal
2009
Pembimbing Utama
Penguji Utama
Dr. J.B. Prasodjo, dr., Sp. Rad
Prof. Dr. Sujono, dr., Sp. Rad
NIP. 19500801 199008 1 001
NIP. 1947 0611 197610 1 001
Pembimbing Pendamping
Anggota Penguji
Eti Poncorini Pamungkasari, dr., M.Pd
Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS
NIP. 19750311 200212 2 002
NIP. 19481107 197310 1 003
Tim Skripsi
Sudarman, dr., Sp. THT – KL (K)
NIP. 19450712 197610 1 001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi
dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,
2010
Lilavati Vijaganita
G 0006108
PRAKATA
Alhamdulillaah, puji dan syukur hanya milik Allah SWT. Dengan segala
karunia dan rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Hubungan antara gagal jantung berdasarkan foto thorax dengan riwayat
diabetes mellitus tipe 2”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penulis menyadari tidak banyak yang dapat dilakukan tanpa bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. A.A Subijanto, dr., MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran UNS yang
telah mengijinkan penulis untuk menyusun skripsi ini. Dan juga sebagai
Penguji Pendamping dalam ujian penelitian ini, terimakasih atas semua
kepercayaan, arahan, ilmu, semangat, serta pelajaran dari makna sebuah
kesabaran.
2. Sri Wahjono, dr., M.Kes. DAFK selaku Ketua Tim Skripsi dan seluruh jajaran
tim Tim Skripsi FK UNS yang telah banyak membantu demi kelancaran
pelaksanaan skripsi.
3. Dr. J.B. Prasodjo, dr., Sp.Rad selaku Pembimbing Utama dan Eti Poncorini
Pamungkasari, dr., M.Pd selaku Pembimbing Pendamping yang telah
membantu dan meluangkan waktunya, kesabaran dalam memberi arahan,
semangat, saran, koreksi, serta diskusi yang sangat bermanfaat sehingga
penulis termotivasi untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Prof. Dr. Sujono, dr., Sp.Rad sebagai Penguji Utama yang telah berkenan
menguji dan memberikan saran, bimbingan, nasihat untuk menyempurnakan
kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
5. Sudarman, dr., Sp.THT-KL(K) sebagai pembimbing dari tim skripsi yang telah
berkenan untuk mengoreksi skripsi ini.
6. Semua staf tata usaha dan petugas di Bagian Radiologi, Bagian THT, Instalasi
Rekam Medik, Bagian Jantung, Bagian Diklat RSUD DR. Moewardi
Surakarta.
7. Bapak, Ibu, Adik–adikku tercinta, mama serta kak Fisco terimakasih untuk
doa, semangat, dukungan serta kepercayaan yang diberikan.
8. Teman seperjuangan Tika dan Firman yang telah banyak membantu ketika
penelitian. Tina, Sita, Tikaraers, sahabat-sahabatku yang selalu memberikan
dukungan dan motivasi yang sangat besar dan tanpa lelah bagi penulis.
9. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik
selalu terbuka demi sebuah perbaikan di masa datang. Akhir kata, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis tapi juga
semua pihak. Amin.
Surakarta,
April 2010
Lilavati Vijaganita
DAFTAR ISI
PRAKATA………………………………………………………………...
vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………
vii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………
ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..
x
DAFTAR DIAGRAM……………………………………………………..
xi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………
xii
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………...
1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………...
1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………
3
C. Tujuan Penelitian………………………………………………….
3
D. Manfaat Penelitian………………………………………………...
3
BAB II. LANDASAN TEORI…………………………………………….
4
A. Tinjauan Pustaka…………………………………………………..
4
1. Jantung………………………………………………………...
4
2. Gagal Jantung………………………………………………….
7
3. Patofisiologi Gagal Jantung…………………………………...
10
4. Gambaran radiologis Gagal Jantung…………………………..
11
5. Patofisiologi Diabetes Mellitus………………………………..
13
6. Hubungan antara Gagal Jantung dengan penyakit Diabetes
Mellitus tipe 2…………………………………………………
17
B. Kerangka Pikiran…………………………………………………..
18
C. Hipotesis…………………………………………………………...
19
BAB III. METODE PENELITIAN……………………………………….
20
A. Jenis Penelitian…………………………………………………….
20
B. Lokasi Penelitian…………………………………………………..
20
C. Subjek Penelitian…………………………………………………..
20
D. Waktu Penelitian…………………………………………………..
20
E. Teknik Sampling…………………………………………………..
20
F. Desain Penelitian…………………………………………………..
22
G. Identifikasi Variabel Penelitian……………………………………
22
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian………………………….
23
I. Instrumen Penelitian………………………………………………
24
J. Cara Kerja………………………………………………………....
24
K. Teknik Analisis data……………………………………………….
25
BAB IV. HASIL PENELITIAN…………………………………………..
26
A. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian………………………...
26
B. Analisis Data………………………………………………………
29
BAB V. PEMBAHASAN…………………………………………………
31
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN……………………………………..
34
A. Simpulan…………………………………………………………..
34
B. Saran……………………………………………………………….
34
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..
35
LAMPIRAN……………………………………………………………….
38
ABSTRAK
Lilavati Vijaganita, G0006108, 2010. Hubungan antara Gagal Jantung
berdasarkan Foto Thorax dengan Riwayat Diabetes Mellitus Tipe 2. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah ada
hubungan antara gagal jantung berdasarkan foto thorax dengan riwayat diabetes
mellitus tipe 2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat pada pengembangan ilmu pengetahuan maupun manfaat praktis dalam
bidang radiologi.
Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Subyek dalam penelitian ini adalah
pasien di Bagian Radiologi RSUD Dokter Moewardi. Sampel diambil
menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Jumlah total sampel adalah 73 orang yang dilakukan pemeriksaan foto thorax
dengan diagnosis gagal jantung dan dalam batas normal untuk kemudian dicari
hubungannya dengan diabetes mellitus tipe 2 dengan melihat rekam medik
sampel. Data yang didapat kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik
chi – square dengan SPSS 16.0 for windows.
Hasil Penelitian: Hasil uji chi – square menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara gagal jantung berdasarkan foto thorax dengan riwayat diabetes
mellitus tipe 2 (p < 0,05).
Simpulan Penelitian: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara gagal jantung berdasarkan foto thorax dengan riwayat diabetes
mellitus tipe 2.
Kata Kunci: gagal jantung, diabetes mellitus tipe 2, foto thorax
ABSTRACT
Lilavati Vijaganita, G0006108, 2010. The Correlation between Heart Failure on
Thorax X – Ray with History of Diabetes Mellitus Type 2. Script, Faculty of
Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.
The aimed : The aimed of this research was to show the correlation between
heart failure on thorax x – ray with history of diabetes mellitus type 2. The
research was expected to contribute to the science development and to give
practice benefits on radiology science.
Methods : This research was an observational analytic with cross sectional
approach. Subject of this research were patient in Radiology Department of Dr.
Moewardi Hospital Surakarta. Sample was taken using purposive sampling
technique with inclusion and exclusion’s criteria. The numbers of sample were 73
patient with thorax x – ray examination which gave result heart failure and
normal limit. Then it was found out the correlation with history of diabetes
mellitus type 2’s disease in medical record. The result was analyzed using Chi Squre test SPSS 16.0 for windows.
The Result: The chi – squre test showed that there was a significant correlation
between heart failure on thorax x – ray with history of diabetes mellitus type 2
(p< 0,05).
The conclusion : Based on the result, it is included that there is correlation
between heart failure on thorax x – ray with history of diabetes mellitus type 2 .
Keyword: heart failure, diabetes mellitus type 2, thorax x - ray
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jantung merupakan organ terpenting dalam sistem sirkulasi. Pekerjaan
jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh pada setiap saat, baik saat beristirahat maupun saat bekerja
atau menghadapi beban (Sitompul dan Sugeng, 1996). Ketika terjadi sesuatu
kelemahan, jantung gagal mengeluarkan darah yang sama banyaknya dengan
venous return, maka banyaknya darah yang berkumpul dalam jantung
bertambah. Hal ini menyebabkan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
meningkat, tekanan ini diteruskan secara retrograde ke atrium kiri, vena
pulmonalis, venule dan akhirnya ke kapiler paru. Hasilnya, terjadi peningkatan
tekanan hidrostatik intravascular yang mengakibatkan perpindahan cairan
intravascular ke ruang interstitial paru yang akan memberikan gambaran
radiologis yang khas pada pemeriksaan foto thorax. Gambaran radiologis
edema paru – paru interstitial dapat menentukan kegagalan jantung lebih dini
daripada klinis (Gondokusumo, 1973; Miller, 2006). Penelitian Framingham
menunjukkan mortalitas 5 tahun penderita gagal jantung sebesar 65% pada
pria dan 42% pada wanita (Sitompul dan Sugeng1996).
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang
mengalami peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun. Pada tahun 1992,
lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita DM dan pada tahun 2000
jumlahnya meningkat menjadi 150 juta yang merupakan 6% dari populasi
dewasa. Jumlah penderita DM di Amerika Serikat pada tahun 1980 mencapai
5,8 juta orang dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 13,8 juta orang.
Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita DM terbesar
di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,4%
dari total penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap
DM dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita
(Sam, 2007). Komplikasi kronik dari penyakit DM menyebabkan kelainan
pada
makrovascular,
mikrovascular,
gastrointestinal,
genito
urinari,
dermatologi, infeksi, katarak, glaukoma dan sistem muskulo skeletal (Powers,
2005; Smith et al, 2003)
Di samping penyakit jantung koroner, diabetes merupakan kasus besar
lainnya dirumah sakit sebagai penyebab gagal jantung, yang memberikan
kontribusi pada morbiditas dan kematian dini pasien dengan insiden dua
hingga lima kali lebih besar dibandingkan pasien tanpa diabetes (Yang et al,
2008; Kengne et al, 2008).
Pasien dengan diabetes mempunyai prognosis lebih buruk dibandingkan
dengan mereka yang nondiabetik. Lebih dari 11% orang dewasa dengan gagal
jantung mempunyai penyakit diabetes (Kengne et al, 2008).
Insulin adalah hormon utama dalam proses anabolisme dan resistensi
insulin umum terjadi pada pasien gagal jantung (Clark A.L., 2006). Resistensi
insulin pada pasien diabetes mellitus menyebabkan glukosa darah meningkat,
akibatnya terjadi hiperkoagulitas darah dan gangguan vascular hingga menjadi
gagal jantung. Pada kondisi seperti ini diabetes merupakan prediktor bebas
yang signifikan untuk terjadinya gagal jantung dan wanita muda mempunyai
resiko yang terbesar (MacDonald et al, 2008).
Berdasarkan berbagai fakta di atas, penulis tertarik untuk menilai
hubungan antara gagal jantung berdasarkan foto thorax dengan riwayat
diabetes mellitus tipe 2.
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan antara gagal jantung berdasarkan foto thorax dengan
riwayat diabetes mellitus tipe 2?
C. Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan apakah ada hubungan antara gagal jantung
berdasarkan foto thorax dengan riwayat diabetes mellitus tipe 2.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai
hubungan
antara gagal jantung berdasarkan foto thorax dengan riwayat diabetes
mellitus tipe 2.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
peneliti. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk
penelitian di bidang Radiologi selanjutnya, serta memberi informasi kepada
klinisi dan masyarakat mengenai hubungan antara gagal jantung
berdasarkan foto thorax dengan riwayat diabetes mellitus tipe 2.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Jantung
a. Anatomi dan fisiologi jantung
Jantung merupakan organ muscular berongga yang bentuknya mirip
piramid dan terletak di dalam pericardium. Basis cordis dihubungkan
dengan pembuluh-pembuluh darah besar, meskipun demikian tetap
terletak bebas di dalam pericardium (Snell, 2006).
Pericardium yang meliputi jantung terdiri dari dua lapisan: lapisan
dalam (pericardium visceralis) dan lapisan luar (pericardium parietalis).
Kedua lapisan pericardium ini dipisahkan oleh sedikit cairan pelumas,
yang
mengurangi
gesekan
akibat
gerakan
pemompaan
jantung.
Pericardium parietalis melekat ke depan pada sternum, ke belakang pada
kolumna vertebralis dan ke bawah pada diafragma. Perlekatan ini
menyebabkan jantung stabil di tempatnya. Pericardium visceralis melekat
secara langsung pada permukaan jantung. Pericardium juga melindungi
terhadap penyebaran infeksi atau neoplasma dari organ-organ sekitarnya
ke jantung. Jantung terdiri dari tiga lapisan. Lapisan luar (epicardium),
lapisan tengah merupakan lapisan otot yang disebut myocardium,
sedangkan lapisan terdalam adalah lapisan endotel yang disebut
endocardium (DeBeasi, 2005).
Batas jantung kanan dibentuk oleh atrium dextrum, batas kiri oleh
auricular sinistra dan di bawah oleh venticulus sinister. Batas bawah
terutama dibentuk oleh ventriculus dexter tetapi juga oleh atrium dextrum
dan apex oleh ventriculus sinister. Batas-batas ini penting pada
pemeriksaan radiografi jantung. Jantung dibagi oleh septa vertical menjadi
empat ruang: atrium dextrum, atrium sinistrum, ventriculus dexter, dan
ventriculus sinister. Atrium dextrum terletak anterior terhadap atrium
sinistrum dan ventriculus dexter anterior terhadap ventriculus sinister
(Snell, 2006).
Secara fungsional jantung dibagi menjadi pompa sisi kanan dan sisi
kiri, yang memompa darah vena ke sirkulasi paru dan darah bersih ke
peredaran
darah
sistemik.
Pembagian
fungsi
ini
mempermudah
konseptualisasi urutan aliran darah secara anatomi: vena kava, atrium
kanan, ventrikel kanan, arteria pulmonalis, paru, vena pulmonalis, atrium
kiri, ventrikel kiri, aorta, arteria, arteriole, kapiler, venule, vena, vena kava
(DeBeasi, 2005)
Proses mekanis siklus jantung terdiri dari tiga kejadian penting:
1) Pembentukan aktivitas listrik sewaktu jantung secara otoritmis
mengalami depolarisasi dan repolarisasi. (dalam aktivitas kelistrikan
jantung), melibatkan nodus sinoatrium (SA), nodus atrioventrikular
(AV), berkas his (berkas atrioventrikel) dan serat purkinje.
2) Aktivitas mekanis yang terdiri dari periode sistol (kontraksi dan
pengosongan ventrikel) dan diastole (relaksasi dan pengisian ventrikel)
berganti-ganti yang dicetuskan oleh siklus listrik yang berirama.
3) Arah aliran darah melintasi bilik-bilik jantung, yang ditentukan oleh
pembukaan dan penutupan katup-katup akibat perubahan tekanan yang
dihasilkan oleh aktivitas mekanis.
Curah jantung adalah volume darah yang disemprotkan oleh setiap
ventrikel setiap menit. Dua penentu curah jantung adalah kecepatan denyut
jantung (denyut per menit) dan volume sekuncup (volume darah yang
dipompa per denyut). (Guyton dan Hall, 1997).
b. Gambaran radiologis jantung normal
1) Batas kanan jantung dibentuk oleh: aorta ascenden (bagian atas) dan
atrium kanan (di bagian bawah). Kadang tepat di bawah atrium
kanan bisa tampak sedikit bayangan dari tepi vena cava inferior.
2) Batas kiri jantung dibentuk oleh:
a) Arcus aorta (di bagian atas) yang disebut aortic knob/aortic
knuckle.
b) Auricula atrium kiri ada diantara aortic knob dan ventrikel kiri.
Tepat di bawah aortic knob di atas auricular atrium kiri, samarsamar ada bayangan truncus pulmonalis dan arteri pulmoner kiri.
c) Ventikel kiri (bagian bawah)
Bayangan apeks jantung disini adalah bayangan apeks dari
ventrikel kiri.
2. Gagal Jantung
a. Definisi
Gagal jantung merupakan keadaan klinis dan bukan suatu diagnosis,
sehingga penyebabnya harus selalu dicari (Gray et al, 2005). Menurut
Carleton dan O’Donnell (2005),
gagal jantung adalah keadaan
patofisiologik yang mana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi
kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Keadaan ini dapat timbul
dengan atau tanpa penyakit jantung. Gangguan fungsi jantung dapat
berupa gangguan fungsi diastolik atau sistolik, gangguan irama jantung,
atau ketidaksesuaian preload dan afterload.
Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal
jantung kanan. Gagal jantung juga dapat dibagi menjadi gagal jantung
akut, gagal jantung kronis dekompensasi, serta gagal jantung (Mariyono
dan Santoso, 2007)
b. Etiologi (Braunwald, 2005)
1) Faktor yang mendasari
Di Amerika Serikat dan Eropa Barat, penyakit jantung iskemik
adalah tiga perempat dari seluruh kasus, kardiomiopati menempati
urutan kedua dan penyakit congenital, kelainan katup serta hipertensi
adalah penyebab yang lainnya.
2) Faktor presipitasi
a) Infeksi
b) Aritmia
c) Fisik, makanan, cairan, lingkungan, dan ledakan emosi
d) Infark miokard
e) Embolisme paru
f) Anemia
g) Tirotoksikosis dan kehamilan
h) Hipertensi berat
i) Rematik, virus, dan bentuk lain miokarditis
j) Infeksi endokarditis
Pasien dengan factor pencetus yang teridentifikasi, terawat dan
tereliminasi mempunyai prognosis lebih baik daripada yang tidak dapat
terdeteksi.
c. Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan jasmani, radiografi dada,
elektrocardiografi, pengukuran natriuretik peptide tipe β dan tingkat Nteminal natriuretik peptide tipe β. Tes laboratorium lainnya (tes darah
lengkap, tes fungsi ginjal, pengukuran jumlah elektrolit, kadar glukosa,
transaminase, waktu protrombin, level troponin, level D-dimer dan
tekanan gas darah arteri, tes fungsi thyroid dan urinalisis (Allen and
O’Connor, 2007). Selain itu kriteria Framingham dapat pula dipakai untuk
diagnosis gagal jantung:
1) Kriteria Mayor
a) Paroksismal nocturnal dispnea
b) Distensi vena leher
c) Ronki paru
d) Kardiomegali
e) Edema paru akut
f) Gallop S3
g) Peninggian tekanan vena jugularis
h) Refluks hepatojugular
2) Kriteria Minor
a) Edema ekstremitas
b) Batuk malam hari
c) Dispnea d’effort
d) Hepatomegali
e) Efusi pleura
f) Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
g) Takikardi (>120/menit)
3) Mayor atau minor
Penurunan berat badan ≥ 4,5 kg dalam 5 hari pengobatan.
Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria mayor dan
2 kriteria minor (Panggabean, 2006).
Disamping itu, manifestasi klinis dari gagal jantung harus
dipertimbangkan relatif terhadap derajat latihan fisik yang menyebabkan
timbulnya gejala. Pada permulaan, secara khas gejala-gejala hanya muncul
pada latihan/aktivitas fisik, tetapi dengan bertambah beratnya gagal
jantung, toleransi terhadap latihan semakin menurun dan gejala-gejala
muncul lebih awal dengan aktivitas yang ringan. Klasifikasi fungsional
dari The New York Heart Association ( NYHA ) umum dipakai untuk
menyatakan hubungan antara awitan gejala dan derajat latihan fisik,
klasifikasinya sebagai berikut:
Kelas I
: tidak ada gejala bila melakukan kegiatan fisik biasa
Kelas II
: timbul gejala bila melakukan kegiatan fisik biasa
Kelas III : timbul gejala sewaktu melakukan kegiatan fisik ringan
Kelas IV : timbul gejala pada saat istirahat
(Gray et al, 2005)
3. Patofisiologi Gagal Jantung
Berbagai faktor bisa berperan menimbulkan gagal jantung. Faktor –
faktor ini kemudian merangsang timbulnya mekanisme kompensasi, yang
apabila berlebihan dapat menimbulkan gejala-gejala gagal jantung. Gagal
jantung paling sering mencerminkan adanya kelainan fungsi kontraktilitas
ventrikel (suatu bentuk gagal sistolik) atau gangguan relaksasi ventrikel (suatu
bentuk gagal sistolik) (Sitompul dan Sugeng, 1996).
Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan pada ventrikel kiri yang
menyebabkan terjadinya penurunan cardiac output. Hal ini menyebabkan
aktivasi mekanisme kompensasi neurohormonal, sistem Renin – Angiotensin
– Aldosteron (system RAA) serta kadar vasopresin dan natriuretic peptide
yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan jantung sehingga aktivitas
jantung dapat terjaga. Sedangkan disfungsi diastolik merupakan akibat
gangguan relaksasi miokard, dengan kekakuan dinding ventrikel dan
berkurangnya compliance ventrikel kiri menyebabkan gangguan pada
pengisian ventrikel saat diastolik (Mariyono dan Santoso, 2007).
Gagal jantung kiri sejauh ini adalah penyebab umum dari edema
hidrostatik yang kemudian disebut sebagai “cardiogenic” edema pulmonal.
Apabila ventrikel kiri oleh karena sesuatu kelemahan, gagal mengeluarkan
darah yang sama banyaknya dengan venous return maka banyaknya darah
yang berkumpul dalam jantung bertambah. Hal ini menyebabkan tekanan
akhir diastolik ventrikel kiri meningkat, tekanan ini diteruskan secara
retrograde ke atrium kiri, vena pulmonalis, venule dan akhirnya ke kapiler
paru. Dalam keadaan ini, tekanan vena paru – paru meninggi di atas maximal
(normal ± 10 mmHg). Bila tekanan hidrostatik melebihi 25 – 35 mmHg, yaitu
tekanan osmotik dari protein plasma, maka terjadi kebocoran cairan melalui
pembuluh darah kapiler paru – paru masuk ke dalam jaringan interstitial paru
– paru. Penderita dapat mengalami dyspnea d’effort, batuk dan menggah –
menggah. Pada pemeriksaan fisik tidak terdengar ronkhi di paru – paru,
terkecuali bila terjadi eksudasi atau transudasi di dalam alveoli.
Di dalam keadaan ini, kegagalan jantung kiri dapat dikenal radiologis,
sebelum ada gejala – gejala klinis, juga sebelum ada pembesaran jantung yang
nyata (Gondokusumo, 1973; Miller, 2006). Gagal jantung kanan biasanya
disebabkan karena kongesti paru pada gagal jantung kiri (Gray et al, 2005)
4. Gambaran Radiologis Gagal Jantung
Pada foto thorax dapat terlihat gambaran berikut ini:
a. Pembesaran jantung
b. Penonjolan vascular pada lobus atas: akibat meningkatnya tekanan vena
pulmonalis.
c. Efusi pleura: terlihat sebagai penumpukan sudut kostofrenikus, namun
dengan semakin luasnya efusi, terdapat gambaran opak yang homogen
di bagian basal dengan tepi atas yang cekung.
d. Edema pulmonal interstitial: pada awalnya, merupakan penonjolan
pembuluh darah pada lobus atas dan penyempitan pembuluh darah pada
lobus bawah. Seiring meningkatnya tekanan vena, terjadi edema
interstitial dan cairan kemudian berkumpul di daerah interlobular
dengan garis septal di bagian perifer (garis Kerley B).
e. Edema pulmonal alveolus. Dengan demikian meningkatnya tekanan
vena, cairan melewati rongga alveolus (bayangan alveolus) dengan
kekaburan dan gambaran berkabut pada region perihilar. Pada kasus
yang berat, terjadi edema pulmonal di seluruh kedua lapangan paru.
Sepertiga bagian luar paru dapat terpisah, edema sentral bilateral
digambarkan sebagai ‘bat’s wing’ (sayap kelelawar) atau “butterfly
appearance”(Patel, 2007).
Kriteria gambaran radiologis gagal jantung menurut Slutsky and
Brown, 1985 adalah sebagai berikut:
Grade 0
: normal
Grade 1
: redistribusi aliran darah paru
Grade 2
: edema interstisial paru (garis kerley B)
Grade 3
: edema alveoler paru terlokalisir (butterfly appearance)
Grade 4
: edema alveolar paru tersebar (efusi pleura)
Berdasarkan klasifikasi di atas, secara teknis dalam penelitian
terdapat grade – grade antara, yaitu:
Grade 1 – 2 : tampak gambaran redistribusi darah paru dan garis kerley B
yang kurang jelas.
Grade 2 – 3 : tampak garis kerley B dan gambaran butterfly appearance
yang kurang jelas
Grade 3 – 4 : tampak gambaran butterfly appearance dan efusi pleura yang
masih tipis
5. Patofisiologi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah penyakit kronik dan progesif yang dapat
mengenai semua grup umur dan menyebabkan gangguan kesehatan, cacat
jasmani dan kematian dini. Penyakit ini berhubungan dengan resistensi insulin
dan defisisensi insulin yang mengganggu dari hemostasis glukosa sehingga
terjadi (1) berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah sampai setinggi 300 sampai
1200 mg/ dl; (2) sangat meningkatnya mobilisasi lemak dari daerah
penyimpanan lemak, sehingga menyebabkan terjadinya metabolism lemak
yang abnormal disertai dengan endapan kolesterol pada dinding pembuluh
darah,
yang menyebabkan timbulnya gejala aterosklerosis, dan (3)
berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Diabetes yang tidak terkontrol
ditandai dengan kadar gula yang tinggi (hiperglikemia) yang menimbulkan
gejala polidipsi, poliuri, polifagi, rasa lelah, mata kabur dan kenaikan atau
penurunan berat badan serta ketoasidosis atau koma hiperosmolar non ketotik
(Patel, 2003; Guyton and Hall, 1997).
Konsentrasi glukosa yang berlebih menyebabkan penambahan aliran
pada jalur polyol. Jalur ini diperankan oleh enzim aldose reduktase. Enzim ini
mampu mengubah aldehid yang toksik menjadi alcohol inaktif. Pada
konsentrasi glukosa yang sangat tinggi. Glukosa ini akan diubah menjadi
sorbitol dan akhirnya menjadi fruktosa. Mekanisme ini membutuhkan donor
NADPH. Padahal NADPH juga diketahui berperan sebagai anti oksidan
melalui sistem glutation. Dengan demikian, konsentrasi glukosa tinggi
memperparah oksidatif stress yang terjadi pada sel (Brownlee, 2005)
Gambar 1. Jalur Polyol Patofisiologi Diabetes Mellitus
Selain itu, kadar glukosa yang tinggi juga mampu menyebabkan
pembentukan AGEs (Advance Glucose End products). Molekul ini
membahayakan bagi sel melalui tiga mekanisme. Pertama, terjadinya
modifikasi protein pada bagian atas sel endotel. Kedua, AGEs dapat migrasi
ke luar sel dan memodifikasi molekul yang ada pada matriks ekstraselular.
Ketiga, AGEs dapat ke ruang transvascular dan memodifikasi protein seperti
albumin. Kemudian protein termodifikasi tersebut mampu berikatan dengan
reseptor AGEs. Hal ini menstimuli adanya sitokin dan faktor pertumbuhan.
(Brownlee, 2005)
Gambar 2. Pembentukan AGEs pada Diabetes Mellitus
Secara sederhana, diabetes dapat di klasifikasikan menurut onset
terjadinnya gejala yaitu juvenile-onset dan adult-onset. Pada tahun 1979, NIH
Diabetes Data Group mengusulkan diabetes dibagi menjadi 2 tipe utama yakni
insulin dependent dan non-insulin dependent, tetapi klasifikasi therapeutik ini
tidak memberikan informasi yang memuaskan dari pathogenesis dan etiologi
dari diabetes mellitus. Pada tahun 1997, international committee of
diabetologist merekomendasikan beberapa perubahan klasifikasi dari diabetes
yang disahkan oleh American Diabetes Assosiation dan WHO. Yaitu meliputi:
a. Istilah “insulin-dependent diabetes mellitus dan non-insulin-dependent
diabetes mellitus” atau yang disingkat IDDM dan NIDDM dieliminasi
karena pertimbangan dasar farmakologi lebih baik daripada etiologi.
b. Istilah “tipe 1 diabetes dan tipe 2 diabetes” masih dipertahankan. Tipe 1
diabetes oleh karena destruksi dari sel β pancreas yang lebih dari 95%
karena autoimun sedangkan yang 5% adalah idiopatik. Pasien dengan tipe
1 diabetes pada umumnya lebih cenderung mengalami ketoasidosis dan
membutuhkan therapy pengganti insulin. Tipe 2 diabetes prevalensinya
paling banyak, merupakan penyakit heterogen yang disebabkan defek dari
fungsi sel β pancreas itu sendiri dan diikuti dengan resistensi insulin yang
berpengaruh pada sekresi insulin (Greenspan and Gardner, 2004).
Pada pasien diabetes mellitus terjadi proses autoksidan oleh menurunnya
konsentrasi dari antioksidan pelindung yaitu glutation (GSH), vitamin C, dan
vitamin E. Penelitian yang terakhir menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
rilis MDA (Marker of lipid peroxidation-malonaldehyde) dari membrane
eritrosit pasien diabetes dan penurunan dari GSH yang menyebabkan
keterlambatan dari mekanisme perlawanan terhadap radikal bebas, akibatnya
lipid peroksidase meningkat dan terjadilah komplikasi vascular diabetes
mellitus (Alberti et al, 1997).
6. Hubungan antara Gagal Jantung dengan penyakit Diabetes Mellitus
Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan adanya sindrom abnormalitas
metabolik yang meliputi hiperglikemi, obesitas sentral, dislipidemia,
hiperkoagulasi, hipertensi dan resistensi insulin. Deposisi plak lemak pada
arteri dan vasa darah besar meningkatkan resiko stroke dan infark miokard.
Kasus terbesar penyebab mortalitas dan morbiditas dari pasien diabetes
khususnya diabetes tipe 2 adalah penyakit jantung koroner (Patel, 2003).
Akhir-akhir ini, ditemukan bahwa atherosclerosis dipengaruhi oleh
lipoprotein yang dimodifikasi secara in vivo oleh radikal bebas menjadi LDL
teroksidasi
dan
menginisiasi
perkembangan
lebih
lanjut
dari
lesi
aterosklerosis. Diabetes merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya
aterosklerosis (Alberti et al, 1997). Hipertensi yang terjadi pada pasien
diabetes disebabkan oleh karena adanya peningkatan glukosa darah sehingga
dapat menurunkan fungsi sel endothel pembuluh darah. Adanya banyak
komplikasi terhadap vascular inilah yang menyebabkan terjadinya gagal
jantung pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
B. Kerangka Pikiran
DIABETES
MELLITUS TIPE 2
Resistensi insulin ↑
Glukosa meningkat
(hiperglikemia)
Glukosa diubah menjadi
sorbitol dan fruktosa yang
memerlukan donor NADPH
(antioksidan melalui jalur
glutation)
Peningkatan fibrinogen
dan Plasminogen Activator
Inhibitors (PAI-1)
Hiperkoaguabilitas
darah
Abnormalitas
metabolisme lemak
Peningkatan LDL
teroksidasi
Penggunaan
NADPH turun
Aterosclerosis
Overekspresi molekul
adhesi VCAM-1
Iskhemik miokard
Gangguan vascular
Kerusakan sel endotel
Hipertensi
GAGAL JANTUNG
C. Hipotesis
Ada hubungan antara gagal jantung berdasarkan foto thorax
dengan
riwayat diabetes mellitus tipe 2
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
menggunakan pendekatan cross sectional.
B. Lokasi Penelitian
Bagian Radiologi Rumah Sakit Dr. Moewardi (RSDM) - Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pasien di Bagian Radiologi RSUD
Dr. Moewardi yang melakukan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan foto
thorax PA.
D. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli – Oktober 2009
E. Teknik sampling
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling
dengan kriteria:
1. Kriteria inklusi
1) Pasien berumur 40 tahun ke atas.
2) Pasien yang telah melakukan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan
pemeriksaan foto thorax PA pada bulan Juli – Oktober 2009.
3) Pasien dengan gambaran foto thorax PA gagal jantung dan dalam batas
normal.
4) Pasien mempunyai status rekam medik di RSUD dr. Moewardi
Surakarta.
5) Status rekam medik pasien lengkap dengan hasil pemeriksaan glukosa
darah sewaktu.
2. Kriteria eksklusi
1) Semua pasien yang melakukan pemeriksaan radiologis bukan foto
thorax
2) Pasien yang melakukan pemeriksaan foto thorax, namun terdapat
kelainan gambaran non gagal jantung, misalnya: bronkhiektasis,
bronkhitis kronis, TBC paru, tumor, kardiomegali konfigurasi HHD,
dan sebagainya.
3) Pasien melakukan pemeriksaan foto thorax, namun tidak tercantum
adanya hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu pada rekam medik.
Besar sampel pada penelitian diperoleh berdasarkan rumus (Budiarto, 2004) :
 Zά)2 x P x Q
L2
N : besar sampel
ά : batas kepercayaan, dalam penelitian ini dipilih nilai 0,05
Zά : nilai konversi pada kurva normal, dalam penelitian ini 1,96
P : proporsi kejadian/outcome di antara pajanan yang diteliti (5%)
Q : 100%-P
L : derajat kesalahan, dalam penelitian ini digunakan 5%
Sehingga didapatkan besar sampel:
N= (1,96) 2 x 0,05x (1-0,05)
0,052
N= 3,84 x 0,05 x 0,95 = 72,96 ≈ 73 orang
0,0025
F. Desain Penelitian
Subjek Penelitian
Foto Rontgen Thorax
PA
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di bagian Radiologi dan Instalasi Rekam Medik
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini dilakukan dengan cara melihat
hasil foto pemeriksaan thorax subjek, yang telah diinterpretasikan oleh ahli
radiologi. Setelah itu, nomor rekam medik subjek dicatat dan dilihat hasil
pemeriksaan glukosa darah sewaktunya.
Sesuai dengan perhitungan besar sampel penelitian yang dapat dilihat
pada Bab III, total subjek penelitian sejumlah 73 orang yang memenuhi
kriteria inklusi, 37 orang di antaranya terdapat gambaran radiologis gagal
jantung pada pemeriksaan foto thoraxnya, sedangkan sisanya tidak terdapat
gambaran radiologis gagal jantung atau dalam batas normal. Dari hasil
penelitian ini, didapatkan data tentang karakteristik subjek penelitian. Berikut
ini adalah karakteristik subjek penelitian:
49,30%
50,70%
51,40%
48,60%
Laki - laki
Laki - laki
Perempuan
Perempuan
Diagram 1. Persentasi Seluruh Subjek
Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Diagram 2. Persentasi Subjek Gagal
Jantung Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari diagram 1 dan diagram 2 di atas dapat diketahui bahwa sebaran
subyek laki – laki dan perempuan dalam penelitian ini hampir berimbang.
37%
35%
30%
24,7%
17,8%
24%
20,5%
11%
40 - 50
51 - 60
61 - 70
>70
Diagram 3. Persentasi Seluruh Subjek
Penelitian Berdasarkan Usia
40 - 50
51 - 60
61 - 70
>70
Diagram 4. Persentasi Subjek Gagal
Jantung Berdasarkan Usia
Dari diagram 3 dapat diketahui bahwa dari keseluruhan subjek penelitian,
terbanyak adalah kelompok usia 51 – 60 tahun, yaitu sebanyak 37 % (27 orang)
dan jumlah terkecil adalah kelompok usia 40 – 50 tahun, yaitu sebanyak 13 orang.
Sedangkan, dari diagram 4 dapat diketahui bahwa sebaran usia yang terdiagnosis
gagal jantung menurut kriteria gambaran radiologis, terbanyak juga didapatkan
pada kelompok usia 51 – 60 tahun, yaitu sebanyak 35% (13 orang) dan kelompok
umur 40 – 50 juga menunjukkan persentasi terkecil yaitu 11% (4 orang).
35,00%
30,00%
25,00%
20,00%
15,00%
10,00%
5,00%
0,00%
32%
19%
14%
8%
8%
8%
11%
Grade 1 Grade 1 Grade 2 Grade 2 Grade 3 Grade 3 Grade 4
-2
-3
-4
Diagram 5. Persentasi Subjek Penelitian Berdasarkan Derajat Gagal Jantung.
Dari diagram 5 dapat dilihat bahwa distribusi subjek penelitian
berdasarkan derajat gagal jantung hampir merata di setiap grade, tetapi yang
paling menonjol dengan jumlah terbanyak adalah gagal jantung grade 2 dengan
distribusi sampel yaitu 32% (12 orang) dan yang paling sedikit dengan presentasi
sama yaitu 8% (3 orang) adalah gagal jantung grade 1, grade 1 – 2 dan grade 3.
52,00%
51,00%
80,00%
51,00%
62,20%
60,00%
50,00%
40,00%
37,80%
49,00%
49,00%
20,00%
48,00%
0,00%
DM Tipe 2 (+) DM Tipe 2 (-)
Diagram 6. Persentasi Seluruh Subjek
Penelitian Berdasarkan Ada Tidaknya
Riwayat Diabetes Mellitus Tipe 2.
DM Tipe 2 (+) DM Tipe 2 (-)
Diagram 7. Persentasi Subjek Gagal
Jantung Berdasarkan Ada Tidaknya
Riwayat Diabetes Mellitus Tipe 2
Riwayat diabetes mellitus tipe 2 didapatkan dari melihat rekam medik
pasien pada bulan Juli - oktober 2009 di RSUD Dr. Moewardi. Dari diagram 6 di
atas, diketahui bahwa distribusi sampel terhadap ada tidaknya riwayat diabetes
mellitus dalam kehidupan keseluruhan subyek penelitian adalah hampir
berimbang. Dari diagram 7, dapat diketahui bahwa subjek penelitian dengan
gambaran radiologis gagal jantung sebesar 62,2% (23 orang) mempunyai riwayat
diabetes mellitus tipe 2, sedangkan sisanya 37,8% (14 orang) tidak didapatkan
riwayat diabetes mellitus tipe 2.
B. Analisis Data Uji Hubungan antara Gagal Jantung berdasarkan Foto
Thorax dengan Riwayat Diabetes Mellitus Tipe 2
Tabel 1. Hubungan antara Gagal Jantung Berdasarkan Foto Thorax dengan
Riwayat Diabetes Mellitus Tipe 2
DM
tipe 2
(+)
(-)
Gagal Jantung
Ada
Tidak ada
23
14
14
22
Dari table 1 dapat dilihat bahwa jumlah subjek penelitian yang
mempunyai gambaran radiologis gagal jantung dengan riwayat diabetes
mellitus tipe 2 adalah 23 orang, gagal jantung tanpa riwayat diabetes mellitus
tipe 2 adalah 14 orang. Dapat diketahui pula bahwa sebesar 14 subjek
penelitian tanpa gambaran gagal jantung mempunyai riwayat diabetes mellitus
tipe 2 dan tanpa riwayat diabetes mellitus tipe 2 sejumlah 22 orang.
Dari uji nilai expected count atau frekuensi harapan didapatkan seluruh
kolom > 5 sehingga layak untuk di uji menggunakan uji chi-square
Analisis data yang diperoleh pada penelitian hubungan antara gagal
jantung berdasarkan foto thorax dengan riwayat diabetes mellitus tipe 2
dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows. Setelah dilakukan
olah data menggunakan uji statistik chi-square dengan nilai α = 0,05
didapatkan signifikansi sebesar 0,047 (P < 0,05). Hal ini berarti bahwa ada
hubungan antara gagal jantung berdasarkan foto thorax dengan riwayat
diabetes mellitus tipe 2.
Dari Uji Kemaknaan Asosiasi menggunakan koefisien kontingensi dengan
rumus:
X2
C=
√
(N+ X2)
X2= statistik chi – square (4,26)
N= Ukuran sampel (73)
Didapatkan C = 0,227, hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang
lemah antara kejadian gagal jantung berdasarkan pemeriksaan foto thorax
dengan diabetes mellitus tipe 2, walaupun secara statistik bermakna (p < 0.05).
Uji chi square
G. Identifikasi variabel penelitian
1. Variabel bebas
: Riwayat diabetes mellitus tipe 2
2. Variabel terikat
: Gagal jantung
3. Variabel luar terkendali
:
a. Usia
b. Jenis kelamin
4. Variabel luar tak terkendali
:
a. Adanya banyak faktor resiko yang lain penyebab terjadinya gagal
jantung: infeksi, aritmia, embolisme paru, anemia, tirotoksikosis dan
kehamilan, rematik, virus dan bentuk lain miokarditis, infeksi
endokarditis, fisik, makanan, cairan, lingkungan dan ledakan emosi.
b. Adanya hal – hal yang mempengaruhi perjalanan penyakit
1) Riwayat pengobatan
2) Aktifitas fisik
H. Definisi operasional variable penelitian
1. Variabel bebas
Riwayat DM tipe 2 adalah suatu kondisi seseorang yang sudah
terdiagnosis DM tipe 2 baik dari pemeriksaan klinis maupun laboratorium
yang sudah tercantum dalam rekam medik RSUD Dr, Moewardi pada
bulan Juli – Oktober 2009.
Skala data
: nominal
2. Variabel terikat
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai
pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme
jaringan. Dalam penelitian ini dapat dilihat dari pemeriksaan foto thorax,
yaitu akan tampak adanya gambaran:
a. Pembesaran jantung
b. Redistribusi aliran darah paru ke lobus atas
c. Edema interstitial ditandai adanya gambaran “garis kerley B”
d. Edema alveolar ditandai adanya gambaran “bat’s wing
appearance”.
e. Efusi Pleura
Skala
: nominal
7. Instrumen penelitian
1) Rekam medik
2) Pemeriksaan foto rontgent
1) Perangkat alat X ray
2) Film foto X ray
8. Cara kerja
Pemeriksaan foto rontgent (thorax PA) (Holm dan Lehtinen, 1992):
a. Katakan pada penderita untuk tarik nafas dalam-dalam dan kemudian
tahan nafas
b. Ekspose
c. Katakan kepada penderita untuk bernafas biasa.
9. Teknik analisis data
Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi
square untuk mengetahui hubungan antara gagal jantung berdasarkan foto
thorax dengan riwayat diabetes mellitus tipe 2.
BAB V
PEMBAHASAN
Menurut Manurung (2006), penyakit gagal jantung dapat terjadi pada semua
orang, pada anak – anak biasanya karena penyakit jantung bawaan sedangkan usia
lanjut karena kelainan metabolik. Dari penelitian epidemiologi yang ada
prevalensi terjadinya gagal jantung tidak menunjukkan kecenderungan pada jenis
kelamin tertentu, hasilnya hampir berimbang antara laki – laki dan perempuan.
Dari diagram 2 di bab IV dapat diketahui adanya kesesuaian antara hasil
penelitian dengan data prevalensi yang sudah ada.
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit metabolik akibat resistensi
insulin oleh karena perubahan gaya hidup seseorang kearah yang tidak sehat.
Menurut Suyono (2006), prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara
berkembang akan meningkat seiring dengan peningkatan kemakmuran di negara
yang bersangkutan. Secara epidemiologik, diabetes seringkali tidak terdeteksi dan
dikatakan onset diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga
morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi dini. Faktor
resiko yang berubah secara epidemiologi diperkirakan adalah: bertambahnya usia,
lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya
aktifitas jasmani dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini akan berinteraksi dengan
beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya diabetes mellitus
tipe 2 (Gustaviani, 2006). Oleh sebab itu, dari berbagai hal di atas diabetes
mellitus tipe 2 biasanya terjadi pada umur 40 tahun ke atas (Greenspan and
Gardner, 1997) sehingga semua subyek penelitian berumur 40 tahun ke atas
dengan kasus terbanyak terjadi pada usia 51 – 60 tahun.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows
dengan uji statistik chi-square, α= 0,05, didapatkan signifikansi 0,047 (P <0,05).
Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang
signifikan antara kejadian gagal jantung pada pemeriksaan foto thorax dengan
riwayat penyakit diabetes mellitus tipe 2.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yang et al (2008) dan
Kengne et al (2008) yang menyatakan bahwa di samping penyakit jantung
koroner, diabetes adalah kasus besar lainnya dirumah sakit penyebab gagal
jantung, yang memberikan kontribusi pada morbiditas dan kematian dini pasien
dengan insiden dua hingga lima kali lebih besar dibandingkan pasien tanpa
diabetes. Pasien dengan diabetes mempunyai prognosis lebih buruk dibandingkan
dengan mereka yang nondiabetik. Lebih dari 11% dewasa dengan gagal jantung
mempunyai diabetes.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari 73 pasien,
sebesar 31,5 persennya terdiagnosis memiliki gambaran radiologis gagal jantung,
dengan riwayat diabetes mellitus tipe 2. Menurut MacDonald et al (2008), hal ini
menyatakan bahwa resistensi insulin pada pasien diabetes mellitus menyebabkan
glukosa darah meningkat, akibatnya terjadi hiperkoagulitas darah dan gangguan
vascular hingga menjadi gagal jantung. Pada kondisi seperti ini diabetes
merupakan prediktor bebas yang signifikan untuk terjadinya gagal jantung.
Selain itu, Hiperglikemia berbahaya terhadap berbagai sel dan sistem organ
karena pengaruhnya terhadap sistem imun, dapat bertindak sebagai mediator
inflamasi, mengakibatkan respon vaskular, dan respon sel otak. Pada keadaan
hiperglikemia
mudah
terjadi
infeksi
karena
adanya
disfungsi
fagosit.
Hiperglikemia akut dapat menyebabkan berbagai efek buruk pada system
kardiovaskular, antara lain memudahkan terjadinya gagal jantung (Clement et al,
2004).
Beberapa kekurangan dari penelitian ini, kemungkinan adalah karena di
bawah ini:
1. Adanya variabel penelitian yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti:
a.
Banyaknya faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya gagal
jantung, misalnya: infeksi, aritmia, embolisme paru, anemia, tirotoksikosis
dan kehamilan, rematik, virus dan bentuk lain miokarditis, infeksi
endokarditis, fisik, makanan, cairan, lingkungan dan ledakan emosi, yang
kurang bisa tersaringkan oleh peneliti.
b. Hal – hal yang mempengaruhi perjalanan penyakit yaitu keteraturan
pengobatan dan aktivitas fisik subyek penelitian dimana semakin rutin
pengobatan dan aktifitas fisik dapat mengurangi dari resiko komplikasi
penyakit yang lebih berat.
2. Pemakaian rancangan cross sectional yang secara metodologik paling mudah
dilakukan tetapi kekuatan korelasinya paling lemah dibandingkan dengan
penelitian observasional analitik lainnya (Taufiqurrohman M.A, 2004).
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pada penelitian yang dilakukan di bagian Radiologi Rumah Sakit
Dokter Moewardi dapat diketahui bahwa ada hubungan antara gagal
jantung berdasarkan foto thorax dengan riwayat diabetes mellitus tipe 2
(P=0,47)
B. Saran
1. Bagi klinisi dan masyarakat dalam rangka penanganan diabetes
mellitus diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan dan perawatan
lebih dini sehingga tidak terjadi komplikasi penyakit yang lebih berat
lagi, contohnya gagal jantung.
2. Bagi peneliti selanjutnya perlu penelitian sejenis dengan besar sampel
yang lebih besar guna mendapatkan hasil yang lebih optimal dan
realibel.
3. Saran lain bagi penelitian selanjutnya, hendaknya memakai rancangan
penelitian yang lebih bagus kekuatan korelasinya daripada cross
sectional sehingga hasil yang diperoleh lebih valid, misalnya dengan
rancangan penelitian cohort atau case control.
4. DAFTAR PUSTAKA
5.
6. Alberti K.G.M.M., Zimmet P. dan DeFronzo R.S (eds). 1997.
International Text Book of Diabetes Mellitus Second Edition
Volume 2. Chicester: John Wiley and Sons, pp: 1456-1457.
7.
8. Allen L.A. and O’Connor C.M. 2007. Management of acute
decompensated heart failure. Canadian Medical Association or its
licensors. 176(6): 797-805.
9.
10. Braunwald, E. 2005. Heart failure and cor pulmonale. In: Kasper
D.L., Fauci A.S., Longo D.L., Braunwald E., Hauser S.L., and
Jameson J.L. (eds). Harrison’s Principal of Internal Medicine. Vol
II, 16th ed. New York: McGraw-Hill Medical Publishing Division,
pp: 1367-1372
11.
12. Brownlee M. 2005. Banting lecturer 2004, the pathobiology of
diabetic complications, a unifying mechanism. American Diabetes
Assosiation: Vol.54.
13.
14. Budiarto E. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta:
EGC.
15. Carleton P.F. dan O’Donnell M.M. 2005. Gangguan fungsi
mekanis jantung dan bantuan sirkulasi. Dalam: Price S.A. and
Wilson L.M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6. Jakarta: EGC, pp: 630-633.
16.
17. Clark A.L. 2006. Origin of symptom in chronic heart failure.
Heart. 92:12-16.
18.
19. Clement S., Braithwaite S.S., Magee M.F., Ahmann A., Smith
E.P., Schafer R.G.,
20. Hirsh I.B. 2004. Management of diabetes and hyperglycemia in
hospitals. Diabetes Care. 27: 553-591.
21.
22. DeBeasi L.C. 2005. Anatomi sistem kardiovascular. Dalam: Price
S.A. and Wilson L.M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC, pp: 517-519.
23.
24. Gondokusumo S. 1973. Gambaran Radiologis dari Sembab Paru –
paru yang Dini. Dalam Buku Naskah Lengkap Konggres Nas.
Kedua Rdiologi Indonesia. Jakarta: Ikatan Ahli Radiologi
Indonesia.
25.
26. Gray H.H., Dawkins K.D., Morgan J.M. dan Simpson I.A. 2005.
Lecturer Notes Kardiologi edisi keempat. Jakarta: Erlangga
27.
28. Greenspan F.S and Gardner D.G. 2004. Basic and Clinical
Endocrinology. New York: Lange medical books/Mc Graw Hill, p:
669.
29.
30. Gustaviani R. 2006. Diagnosis dan klasifikasi diabetes mellitus.
Dalam: Sudoyo A.R., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M. dan
Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta:
Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam, pp: 1857-1859.
31.
32. Guyton A.C. dan Hall J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Edisi 9. Jakarta: EGC.
33.
34. Holm T.P.E.S. dan Lehtinen P.E. 1992. Atlas teknik radiologi. Alih
bahasa: Sulistianingsih, Noer, Hartono L. Jakarta: EGC.
35.
36. Kengne A.P., Dzudie A., Sobngwi E. 2008. Heart failure in subSaharan Africa: A literature review with emphasis on individuals
with diabetes. Vascular health and risk management. 4(I): 123130.
37.
38. MacDonald, M.R., Jhund P.S., Petrie M.C., Lewsey J.D., Hawkins
N.M., Bhagra S., Munoz N., Varyani F., Redpath A., Chalmers J.,
Maclntyre K. and McMurray J.J.J.V. 2008. Discordant short- and
long-term outcomes associated with diabetes in patients with heart
failure: importance of age and sex. Circulation: Heart Failure. 1:
234-241.
39.
40. Manurung D. 2006. Gagal jantung akut. Dalam: Sudoyo A.R.,
Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M. dan Setiati S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: Pusat penerbitan
departemen ilmu penyakit dalam, p: 1505
41.
42. Mariyono H.H. dan Santoso A. 2007. Gagal Jantung. J Peny
Dalam. 8:3.
43.
44. Miller, W.T. 2006. Diagnostic Thoracic Imaging. New York: Mc
Graw-Hill Medical Publishing Division, pp: 3-4.
45.
46. Panggabean M.M. 2006. Gagal jantung. Dalam: Sudoyo A.R.,
Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M. dan Setiati S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: Pusat penerbitan
departemen ilmu penyakit dalam, pp: 1503-1504.
47.
48. Patel A. 2003. Diabetes in Focus Second Edition. London:
Pharmaceutical press.
49.
50. Patel P.R. 2007. Lecturer Notes Radiologi Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga
51.
52. Powers A.C. 2005. Diabetes Mellitus. In: In: Kasper D.L., Fauci
A.S., Longo D.L., Braunwald E., Hauser S.L., and Jameson J.L.
(eds). Harrison’s Principal of Internal Medicine. Vol II, 16th ed.
New York: McGraw-Hill Medical Publishing Division, pp: 21522168
53.
54. Sam A. 2007. Epidemologi, Program Penanggulangan, dan Isu
Mutakhir Diabetes Mellitus.
http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/10/epidemiologidm-dan-isu-mutakhirnya/ (14 April 2009)
55.
56. Sitompul B. dan Sugeng J.I. 1996. Gagal jantung. Dalam:
Rilantono L.I., Baraas F., Karo S.K. dan Roebiono P.S. (eds). Buku
Ajar Kardiologi FK UI. Jakarta: Gaya Baru, pp: 115-117
57.
58. Slutsky R.A. and Brown J.J. 1985. Diagnostic radiology: chest
radiographs in congestive heart failure. Radiology:154 (3): 577.
http://radiology.rsnajnls.org/cgi/reprint/154/3/577 (14 April 2009)
59.
60. Smith L.L., Burnet S.P. and McNeil J.D. 2003. Musculosceletal
manisfestation of Diabetes Mellitus. British Journal of Sports
Medicine. 37:30–35
61.
62. Snell R.S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran
Edisi 6. Jakarta: EGC, pp: 101-103.
63.
64. Suyono S. 2006. Diabetes mellitus di Indonesia. Dalam: Sudoyo
A.R., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M. dan Setiati S. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: Pusat penerbitan
departemen ilmu penyakit dalam, pp: 1852-1855.
65.
66. Taufiqurrohman M.A. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian
untuk Ilmu Kesehatan. Klaten Selatan: CSGF.
67.
68. Yang X., Ma R.C., So W.Y., Kong A.P., Ko G.T., Ho C.S., Lam
C.W., Cockram C.S., Tong P.C. dan Chan J.C. 2008. Development
and validation of risk score for hospitalization for heart failure in
patient with type 2 diabetes mellitus. Cardiovascular diabetology.
7:9.
Download