5. Tumbuhan air.cdr - Buletin Kebun Raya

advertisement
Warta Kebun Raya 13(1), Mei 2015
TUMBUHAN AIR BERPOTENSI OBAT
KOLEKSI KEBUN RAYA BOGOR
Mahat Magandhi
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya - LIPI
email: [email protected]
Foto: Wisnu H.A.
Bunga Seroja (Nelumbo nucifera Gaertn.)
ABSTRACT
Bogor Botanic Gardens, ex situ conservation institute, has 154 number of 52 species aquatic plants. Some
of them known as materials of medicinal herb like jeruju (Acanthus ilicifolius Linn.), daruju (Acanthus
montanus T. Anderson), lotus (Nelumbo nucifera Gaertn.), teratai (Nymphaea lotus L.) and jaringau
(Acorus calamus L.). These plants contain bioactive compounds such as alkaloids, steroids, flavonoids,
terpenoids and saponins. Pharmacological activities of these plants are including antioxidant,
anticarcinogenic, anti-osteoporotic, hepatoprotective, immunomodulatory, anti-inflammatory,
anticancer, antiviral, antibacterial, antipyretic, anti-obesity, anti-diabetic, analgesic, and diuretic. Parts
of these plants are used as medicine such as roots, stems, leaves, flowers, fruits and seeds.
PENDAHULUAN
Cyperus papirus yang digunakan untuk bahan
kertas di Cina, bahkan saat ini tengah
Tumbuhan air berperan besar bagi kelangsungan
dikembangkan sumber energi alternatif
hidup manusia. Keberadaannya telah menjadi
(biofuel) menggunakan Lemna spp., Hydrilla
bagian penting di dalam kehidupan manusia.
spp., Alternanthera spp. dan beberapa alga
Mulai dari sumber pangan, pakan dan obat-
(Wersal dan Madsen, 2012). Namun demikian,
obatan. Sebagai contoh padi (Oryza sativa) yang
beberapa jenis tumbuhan air juga menjadi
menjadi makanan pokok bagi sebagian besar
masalah yang penting bagi manusia, terutama
orang Asia, genjer (Limnocharis flava) dan
jenis-jenis yang bersifat invasif dan menjadi
kangkung rawa (Ipomoe aquatica) yang
gulma bagi areal pertanian dan perikanan,
merupakan sayuran populer di Indonesia,
contohnya eceng gondok (Eichhornia crassipes).
30
Warta Kebun Raya 13(1), Mei 2015
Tumbuhan air dapat didefinisikan sebagai
kandungan kimia yang ada di dalam jeruju.
tumbuhan yang hidup di atau dekat air; hidup
Penelitian menunjukkan bahwa jeruju kaya akan
bergantung pada lingkungan berair; atau
steroid, triterpenoid, saponin, flavonoid,
sebagian besar siklus hidup berada di lingkungan
alkaloid, dan tannin (Singh dan Aeri, 2013).
berair. Menurut Giesen (1991), setidaknya
Penelitian secara laboratorium pada ekstrak
sekitar 623 jenis dari 105 famili tumbuhan air
tumbuhan ini menunjukkan signifikan aktifitas
yang ada di Indonesia, termasuk jenis
farmakologis
introduksi, dan 39 diantaranya merupakan
antikarsinogenik, antiosteoporotik dan
endemik. Kebun Raya Bogor sebagai lembaga
hepatoprotektif (Singh et al., 2009), serta
konservasi ex situ tumbuhan tropika memiliki
antiinflamasi (anti radang) (Kumar et al., 2008).
seperti
antioksidan,
154 nomor koleksi dari sejumlah 52 jenis
Hasil penelitian lainnya juga menunjukkan
tumbuhan air. Beberapa diantaranya telah
jeruju mampu membatasi secara efektif
diketahui memiliki potensi untuk dikembangkan
pertumbuhan sel degeneratif kanker hati
menjadi bahan obat-obatan seperti jeruju,
(www.phys.org/news119699929.html).
daruju, seroja, teratai dan jaringau.
Secara tradisional jeruju digunakan untuk
JERUJU (Acanthus ilicifolius Linn.)
mengobati gangguan pencernaan, kelumpuhan,
asma, sakit kepala, rematik, dan penyakit kulit.
Tumbuhan herba rendah ini termasuk dalam
Semua bagian tumbuhan jeruju dapat digunakan
kelompok mangrove yang banyak tersebar di
sebagai obat, mulai dari akar, batang hingga
pantai-pantai kawasan Asia dan Afrika tropis,
buah dan biji. Buah ditumbuk dan digunakan
hingga ke Australia bagian utara. Di Indonesia,
untuk “pembersih” darah serta mengatasi kulit
jeruju dapat ditemukan di Sumatra, Jawa dan
terbakar. Daun untuk mengobati reumatik.
Madura. Tumbuhan yang termasuk keluarga
Perasan buah atau akar kadang-kadang
Acanthaceae ini tumbuh terutama di hutan
digunakan untuk mengatasi racun gigitan ular
bakau yang airnya payau hingga pada ketinggian
atau terkena panah beracun. Biji dipercaya
500mdpl. (Hidayat et al., 2004). Beberapa
dapat mengatasi serangan cacing dalam
penelitian telah dilakukan untuk mengetahui
pencernaan. Pohon juga dapat digunakan
sebagai makanan ternak (www.wetlands.or.id).
DARUJU (Acanthus montanus T. Anderson)
Daruju merupakan tumbuhan terna semi akuatik
yang termasuk dalam keluarga Acanthaceae
dengan tinggi hingga mencapai 2 m, berbatang
basah tegak dan kulit batang licin. Daunnya
berhadapan dengan tangkai pendek, berbentuk
panah, bagian ujung runcing dan tepinya
bercuping dalam dengan duri tebal, kaku dan
tajam. Daruju tumbuh di tanah-tanah berawa,
tepian sungai, hutan bakau atau danau pada
ketinggian 500 m dpl. (Hidayat et al., 2004).
Daruju berasal dari Afrika Barat dan menyebar
luas hingga ke Asia.
Gambar 1. Jeruju (Acanthus ilicifolius Linn.), lokasi
vak II.Q.D Kebun Raya Bogor
31
Warta Kebun Raya 13(1), Mei 2015
Seroja atau nama ilmiah Nelumbo nucifera
termasuk dalam family Nelumbonaceae, ordo
Proteales, sedangkan teratai atau nama ilmiah
Nymphaea lotus termasuk dalam family
Nymphaeaceae, ordo Nymphaeales.
Seroja berasal dari daratan Asia kemudian
menyebar hampir ke seluruh daerah tropika dan
sub tropika. Umumnya tumbuh di tanah
berlumpur dan tergenang air seperti rawa dan
kolam. Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun
dengan membutuhkan sinar matahari penuh
Gambar 2. Daruju (Acanthus montanus T. Anderson),
lokasi vak II.Q Kebun Raya Bogor
Di daerah asalnya daruju banyak dimanfaatkan
untuk pertumbuhan optimalnya. Seroja dapat
diperbanyak melalui akar rimpang atau biji
(Hidayat et al., 2004).
sebagai obat tradisional. Diantaranya di Nigeria,
masyarakat mengkonsumsi batang muda dengan
penambahan garam untuk mengobati penyakit
liver dan meminum rebusan daun untuk
mengobati hipertensi (www.globinmed.com).
Masyarakat Kamerun menggunakan rebusan
daun untuk mengobati sakit limpa, dan gerusan
daunnya digunakan sebagai obat luar untuk
bisul, luka dan luka bakar (Ndah et al., 2012).
Hasil penelitian pendahuluan fitokimia pada
daruju menunjukkan adanya alkaloid, tannin,
Gambar 3. Seroja (Nelumbo nucifera Gaertn.), lokasi
glikosida, karbohidrat, flavonoid dan steroid.
kolam gunting Kebun Raya Bogor
Beberapa penelitian menunjukkan adanya
aktifitas farmakologis yang beragam pada
daruju, diantaranya antimikroba, antiinflamasi,
analgesik,
antipiretik
dan
relaksasi,
hepatoprotektif, serta antidiabetes (Asongalem
et al., 2004; Okoli et al., 2008, Udoh dan
Ezugwu, 2013).
SEROJA (Nelumbo nucifera Gaertn.)
Seroja atau juga dikenal dengan nama Padma,
Lotus Cina, Lotus India, merupakan suatu jenis
tumbuhan air tahunan yang indah. Seroja
terkadang juga disebut teratai karena kemiripan
mahkota bunganya dengan teratai pada
umumnya, padahal keduanya berkerabat jauh.
32
Di Indonesia, masyarakat lebih banyak
mengenal seroja sebagai tanaman rawa atau
dimanfaatkan sebagai tanaman hias kolam
maupun pot karena keindahan bunganya.
Namun di Cina, India dan beberapa negara Asia
lainnya seperti Thailand, Jepang dan Korea
sudah sejak lama memanfaatkan seroja sebagai
sumber pangan dan obat tradisional.
Rimpangnya enak dimakan, sebagai sayur
ataupun masakan lainnya (mengandung pati).
Biji nya yang muda dapat dimakan segar seperti
kacang atau diolah menjadi tepung untuk bahan
makanan. Daun yang muda dapat diolah
menjadi sayur. Buah yang muda (kering maupun
basah) dapat digunakan sebagai bahan sup.
Warta Kebun Raya 13(1), Mei 2015
Dalam pengobatan tradisional, seluruh bagian
seroja dapat digunakan mulai dari akar hingga
bunga dan biji baik penggunaan tunggal maupun
dikombinasikan dengan bahan obat tradisional
yang lain. Beberapa penyakit yang dapat diobati
menggunakan seroja diantaranya biji untuk
mengobati gangguan penyerapan makanan,
diare, radang usus kronis, hepatitis, muntahmuntah, kanker, lesu, insomnia, sakit buang air
kecil, keputihan dan pendarahan pada wanita.
Gambar 4. Teratai (Nymphaea lotus L.), lokasi vak
Tunas biji teratai dapat digunakan untuk
II.Q.B Kebun Raya Bogor
mengobati demam, jantung berdebar,
hipertensi, ejakulasi dini, insomnia, muntah
daerah tropika dan sub tropika. Tumbuhan herba
darah, mata merah dan bengkak. Akar rimpang
menahun ini memiliki akar rimpang yang
digunakan untuk mengobati demam, hipertensi,
menjalar dan terendam di bawah permukaan air,
sakit jantung, gangguan lambung, anemia,
sedangkan daunnya mengapung di permukaan
batuk darah, muntah darah, mimisan, kencing
air, dan bunganya menyembul di atas permukaan
darah, gangguan menopause, neurosis dan
air. Bunganya yang putih dan indah menjadikan
wasir. Daun dan batangnya digunakan untuk
teratai ini cocok juga ditanam sebagai tanaman
mengobati vertigo, diare, beri-beri, pendarahan
hias kolam.
seperti mimisan dan muntah darah, pendarahan
dan keputihan pada wanita dan sesak dada. Dan
Dalam pengobatan tradisional, batang bawah
bunga dapat digunakan untuk mengobati luka,
teratai digunakan untuk mengobati dispepsia
pendarahan, dan radang kulit bernanah
(nyeri perut bagian atas), enteritis (radang usus
(www.khasiat-tumbuhan.blogspot.com).
halus), diare, disentri, demam, wasir, masalah
kencing, dipsia (sering haus),
dan insomnia.
Adapun secara farmakologis, beberapa
Bunga mengandung astrigent yang baik untuk
penelitian menunjukkan bahwa seroja memiliki
peremajaan kulit, dan kardiotonik yang baik
aktivitas farmakologis yang beragam seperti
untuk mengobati palpitasi (denyut jantung tidak
diantaranya yang penting yaitu antioksidan,
teratur). Buah yang dijus bersama jewawut
hepatoprotektif, antiinflamasi, antifertilitas,
(Setarica italica) dan garam digunakan untuk
antivirus, antipiretik (penurun demam), sistem
mengobati racun (bisa) gigitan ular. Biji nya
kekebalan, antibakteri, sistem peredaran
sedikit manis, mendinginkan, dan untuk
darah, antiobesitas, antikanker, antidiabetes
mengobati sembelit, sakit perut dan
dan antiproliferatif (Mehta et al., 2013; Park et
memulihkan tenaga. Daun teratai biasanya
al., 2009). Beberapa kandungan fitokimia pada
digunakan untuk perawatan kulit dan mata,
seroja diantaranya norsesquiterpenes,
serta mencegah infeksi subkutan (lapisan bawah
flavonoid, triterpenes dan alkaloid (Kim et al.,
kulit) (www.prcupcc.com/herbs/herbse/-
2009).
egyptianlotus.html; www.motherherbs.com/nymphaea-lotus.html).
TERATAI (Nymphaea lotus L.)
Hasil analisis fitokimia dari ekstrak daun teratai
Teratai tumbuh di tempat yang tergenang air
menunjukkan adanya kehadiran bahan bioaktif
seperti rawa, danau, selokan dan kolam. Teratai
seperti
berasal dari Mesir, Afrika Tengah dan Afrika
anthraquinones, saponin, kardiak glikosida dan
tanin,
flavonoid,
alkaloid,
Barat kemudian menyebar ke hampir seluruh
33
Warta Kebun Raya 13(1), Mei 2015
fenolik. Efek farmakologis yang terdapat pada
teratai diantaranya yaitu antibakteri,
antimikroba dan hepatoprotektif (Hossain et
al., 2014; Akinjogunla et al., 2010; Hassan et
al., 2009; Yisa, 2009), serta antioksidan
(Afolayan et al., 2013).
Selain sebagai sumber bahan obat tradisional,
teratai juga dikenal sebagai tanaman sakral oleh
sebagian umat. Dalam prosesi ritual agama
Gambar 5. Jaringau (Acorus calamus L.), lokasi vak
II.Q.D Kebun Raya Bogor
Hindu, khususnya di Bali, teratai dipandang
memiliki makna yang dalam. Teratai dilukiskan
sebagai padma astadala, yang merupakan
Sreejaya dan Santhy, 2013). Di Cina, akar
simbol alam semesta Istana Hyang Widhi Wasa.
rimpang jaringau digunakan untuk mengatasi
Teratai lebih dikenal dengan nama bunga
radang selaput lambung, kolik (sakit perut), dan
tunjung oleh umat Hindu di Bali. Selain itu
meningkatkan selera makan. Di Afrika Selatan,
Teratai juga dilambangkan sebagai Dewa Tri
jaringau digunakan untuk mengatasi perut
Murti (Budiwati dan Kriswiyanti, 2014).
kembung dan diare, sebagai tonik dan bubuk
gigi, serta meningkatkan libido. Di Rusia, akar
JARINGAU (Acorus calamus L.)
rimpang
jaringau
digunakan
untuk
menyembuhkan demam tifus, kolera, sifilis,
Jaringau atau daringo merupakan tumbuhan
dan kebotakan. Di Indonesia, jaringau
terna mirip rumput yang tumbuh di tanah basah
digunakan sebagai pembersih darah wanita
dan rawa dengan daun dan rimpang yang
pasca melahirkan dan meningkatkan ASI, serta
beraroma kuat. Tumbuhan yang termasuk ke
mengatasi diare dan membersihkan tubuh dari
dalam famili Acoraceae ini diperkirakan berasal
kuman (Motley, 1994). Selain digunakan sebagai
dari anak benua India dan menyebar ke berbagai
obat, akar rimpang jaringau dapat diaplikasikan
penjuru dunia melalui perdagangan rempah-
sebagai bio pestisida (pestisida organik) pada
rempah, dan di Indonesia didapati tumbuh liar di
takaran tertentu karena mengandung
hutan-hutan berawa (Pakasi dan Salaki, 2013;
komponen utama minyak esensial yaitu β-
www.proseanet.org).
asarone yang dapat menghambat pertumbuhan
fungi, bakteri dan nematoda, serta mematikan
Jaringau sudah sejak lama dikenal di Asia, Afrika
beberapa hama serangga (Liu et al., 2013;
hingga Eropa karena kegunaan dan manfaatnya
Mungkornasawakul et al., 2012).
sebagai obat tradisional maupun ritual
34
keagamaan. Di India, jaringau merupakan salah
Selain β-asarone, kandungan fitokimia lainnya
satu tanaman yang terpopuler yang masuk
yang terdapat pada jaringau diantaranya
dalam daftar pengobatan tradisional India
choline, flavone, acoradin, galangin,
(Ayurveda). Beberapa penyakit yang diobati
acolamone, isocolamone dan lutcolin-6,8-c-
diantaranya insomnia, neurosis, demam, keram
diglucoside. Beberapa aktifitas farmakologis
perut dan kolat. Rimpang jaringau digunakan
yang terdapat pada jaringau diantaranya
untuk mengobati sakit dan ngilu gigi, asma,
analgesik, antiinflamasi, anticonvulsant,
bronchitis dan sebagai penenang. Selain itu
immunosuppressive,
jaringau dipercaya dapat meningkatkan daya
antiproliferatif, antidiabetes, hypolipidemic,
ingat dan kecerdasan (Divya et al., 2011;
nephroprotective,
antidiarrhoeal,
antioksidan,
Warta Kebun Raya 13(1), Mei 2015
hepatoprotektif, antispasmodic, antimikroba,
Hassan, A., S. Rahman, F. Deeba and S. Mahmud.
antibakteri dan antifungi, antikanker,
2009. Antimicrobial activity of some plant
antitumor, neurotoxicity, carminative,
extracts having hepatoprotective effects.
anthelmintic, dan antimutagenic/antiradiasi
J. Med. Plant. Res. 3(1): 020-023.
(Singh et al., 2011; Balakumbahan et al., 2010).
Hidayat, S., Yuzammi, S. Hartini, I.P. Astuti.
2004. Seri Koleksi Tanaman Air Kebun Raya
Bogor. Vol. I No 5. Pusat Konservasi
DAFTAR PUSTAKA
Tumbuhan Kebun Raya Bogor – LIPI. Bogor
Afolayan, A.J., O.J. Sharaibi and M.I. Kazeem.
Hossain, M.A., J.Y. Park, J.Y. Kim, J.W. Suh and
2013. Phytochemical analysis and in vitro
S.C. Park.
antioxidant activity of Nymphaea lotus L.
antiquorum sensing activity of Nymphaea
Int. J. Pharmacol. 9(5):297-304.
tetragona (water lily) extract. BioMed
Akinjogunla, O.J., C.S. Yah, N.O. Eghafona and
2014. Synergistic effect and
Research International , 2014:1-10.
F.O. Ogbemudia. 2010. Antibacterial
Kim, K.H, S.W. Chang, S.Y. Ryu, S.U. Choi and
activity of leave extracts of Nymphaea
K.R. Lee. 2009. Phyochemical constituents
lotus (Nymphaeaceae) on Methicillin
of Nelumbo nucifera. Natural Product
resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
Sciences 15(2): 90-95.
and Vancomycin resistant Staphylococcus
Kumar, M.S.K.T., Gorain B., Roy D.K., Samanta
aureus (VRSA) isolated from clinical
S.K., Pal M., Biswas P., Roy A., Adhikari D.,
samples. Annals of Biological Research 1
Karmakar. 2008. Anti-inflammatory
(2) :174-184.
activity of Acanthus ilicifolius. J
Asongalem, E.A., H.S. Foyet, S. Ekobo, T. Dimo
Ethnopharmacol 120:7-12.
2004.
Liu, X.C., L.G. Zhou, Z.L. Liu and S.S. Du. 2013.
Antiinflammatory, lack of central analgesia
Identification of insecticidal constituents
and antipyretic properties of Acanthus
of the essential oil of Acorus calamus
and
P.
montanus
Kamtchouing.
( N e s s ) T. A n d e r s o n .
J
Ethnopharmacol 95(1):63-68.
rhizomes against Liposcelis bostrychophila
Badonnel. Molecules 18: 5684-5696.
Balakumbahan, R., K. Rajamani and K.
Mehta, N.R., E.P.P.P.V. Patani and B. Shah. 2013.
Kumanan. 2010. Acorus calamus: An
Nelumbo Nucifera (Lotus): A Review on
overview. J. Med. Plant. Res. 4(25):2740-
ethanobotany, phytochemistry and
2745.
pharmacology. Indian J.Pharm.Biol.Res.
Budiwati, G.A.N dan E. Kriswiyanti. 2014.
1(4):152-167.
Manfaat tanaman teratai (Nymphaea sp.,
Motley, T.J. 1994. The ethnobotany of sweet
Nymphaeaceae) di Desa Adat Sumampan,
flag, Acorus calamus (Araceae). Economic
Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar,
Botany 48(4):397-412.
Bali. Jurnal Simbiosis II(1):122-134.
Divya, G., S. Gajalakshmi, S. Mythili and A.
Sathiavelu. 2011. Pharmacological
Mungkornasawakul, P., D. Supyen, C. Jatisatienr
and A. Jatisatienr. 2012. Proc. Int. Conf. on
MAP Eds. J. Bernáth et al. p 341-345.
Activities of Acorus calamus: A Review.
Ndah, N.J., A.E. Egbe, E. Bechem, S. Asaha, T.
Asian Journal of Biochemical and
Yengo, E.L. Chia and N.M. Eyenieh. 2012.
Pharmaceutical Research 4(1):57-64.
Ethnobotanical study of commonly used
Giesen, W. 1991. Checklist of Indonesian
medicinal plants of the Takamanda
Freshwater Aquatic Herbs. Asian Wetland
Rainforest South West, Cameroon. Afr. J.
Bureau-Indonesia.
Plant Sci. 7(1): 21-34.
35
Warta Kebun Raya 13(1), Mei 2015
Noiarsa, P., S. Ruchirawat and T. Kanchanapoom.
2010. Acanmontanoside,
a
New
properties of Acorus calamus in MCF -7
Phenylethanoid Diglycoside from Acanthus
b r e a s t
montanus. Molecules 15: 8967-8972.
Int.J.Curr.Res.Aca.Rev. 1(1):106-111.
Okoli, C.O., P.A. Akah, N.J. Onuoha, T.C. Okeye,
Udoh,
U.E.,
c a n c e r
C.O.
c e l l s .
Ezugwu.
2013.
A.C. Nwoye and C.S. Nworu. 2008.
Chromatographic and anti-diabetic studies
Acanthus montanus: An experimental
on root extract of Acanthus montanus
evaluation of the antimicrobial, anti-
(Acanthaceae). International Journal of
inflammatory
Current Research 5(12): 3719-3722.
and
immunological
properties of a traditional remedy for
Wersal, R.M. and J.D. Madsen. 2012. Aquatic
furuncles. BMC Complementary and
Plants: Their Uses and Risks, A review of the
Alternative Medicine 8:27.
global
Pakasi, S.E. dan C.L. Salaki. 2013. Budidaya yang
baik tanaman karumenga (Acorus
calamus). Fakultas Pertanian Universitas
Sam Ratulangi. Manado.
status
of
aquatic
plants.
International Plant Protection Convention,
FAO, Rome.
Yisa, J. 2009. Phytochemical analysis and
antimicrobial activity Of Scoparia dulcis
Park, Y.S., K. Towantakavanit, T. Kowalska, S.T
and Nymphaea lotus. Australian Journal of
Jung, K.S. Ham, B.G. Heo, J.Y. Cho, J.G.
Basic & Applied Sciences 3(4): p3975.
Yun, H.J. Kim and S. Gorinstein. 2009.
www.globinmed.com. Diakses tanggal 22
Bioactive compounds and antioxidant and
antiproliferative activities of Korean White
Lotus
cultivars.
J
Med
Food
12
(5):1057–1064.
Singh, A., S. Duggal and A. Suttee. 2009.
Acanthus ilicifolius Linn. - Lesser Known
Medicinal Plants with Significant
Pharmacological Activities. Ethnobotanical
Leaflets 13: 431-36.
Singh, D. and V. Aeri. 2013. Phytochemical and
pharmacological potential of Acanthus
ilicifolius. J Pharm Bioallied Sci. 5(1):
17–20.
Singh, R., P.K. Sharma and R. Malviya. 2011.
Pharmacological properties and ayurvedic
value of Indian buch plant (Acorus
calamus): A short review. Advan. Biol. Res.
5 (3): 145-154
36
Sreejaya, S.B. and K.S. Santhy. 2013. Cytotoxic
September 2014.
www.khasiat-tumbuhan.blogspot.com. Diakses
tanggal 22 September 2014.
www.motherherbs.com/nymphaea-lotus.html.
Diakses tanggal 22 September 2014.
www.phys.org/news119699929.html. Diakses
tanggal 22 September 2014.
www.prcupcc.com/herbs/herbse/egyptianlotu
s.html. Diakses tanggal 22 September
2014.
www.proseanet.org. Diakses tanggal 22
September 2014.
www.wetlands.or.id. Diakses tanggal 22
September 2014.
Download