Praktikum Anatomi II: Dinding Abdomen dan Peritonium Tujuan Praktikum: 1.1 Mahasiswa mampu menyebutkan dan mengidentifikasi Anatomi permukaan: Pembagian regio abdomen oleh garis khayal : sistem 4 kuadran dan sistem 9 regio, Soft tissue landmarks, Skeletal landmarks (petanda tulang) 1.2 Mahasiswa mampu menyebutkan dan mengidentifikasi lapisan-lapisan dinding regio abdomen anterolateral: Kulit regio abdomen, Fascia superficialis: caper dan scarpa, Fascia profunda. 1.3 Mahasiswa mampu menyebutkan dan mengidentifikasi Otot-otot dinding abdomen anterolateral dan regio inguinalis, origo dan insertio, dan fungsi otototot tersebut 1.4 Mahasiswa mampu menyebutkan dan mengidentifikasi inervasi kulit (dermatom), inervasi otot, dan vascularisinya 1.5 Mahasiswa mampu memahami struktur regio inguinalis, lig. inguinalis, dan canalis inguinalis 1.6 Mahasiswa mampu memahami anatomi klinis dari kelainan hernia 1.7 Mahasiswa mampu menyebutkan dan mengidentifikasi Peritonium: Peritonium parietalis vs peritoneum visceralis, turunan/duplikatur peritonium parietalis 1.8 Mahasiswa mampu menyebutkan dan mengidentifikasi Pembagian cavum peritonialis: cavum peritonealis mayor dan bursa omentalis 1.9 Mahasiswa mampu menyebutkan dan mengidentifikasi organ-organ intraperitoneal dan nama penggantungnya, organ ektraperitoneal Praktikum II: Dinding Abdomen, Regio Inguinalis, Peritoneum, dan Cavitas peritonealis ABDOMEN Gambaran Umum Abdomen merupakan bagian dari trunkus (sumbu tubuh) yang terletak di antara thorax (dada) dan pelvis (panggul). Batas-batas abdomen adalah: a. Pada bagian superior cavitas abdominalis dibatasi oleh diafragma (penutup apertura thoacica inferior). b. Pada bagian inferior dibatasi oleh apertura pelvis mayor (pelvic inlet). c. Dindingnya berupa jaringan muskulotendineus, kecuali pada bagian posterior. Dinding abdomen membatasi ruang perut (cavitas abdominalis). Cavitas abdominalis viscera (organ) sistem digestorium dan sitem urogenital. Cavitas abdominalis Ruangan yang dibatasi oleh dingding abdomen, diafragma, dan pelvis. Pembagian klinik cavitas abdominalis (sering disalah interpretasikan sebagai pembagian dinding abdomen) dibagi menjadi sembilan regio untuk melokalisasi organ-organ abdomen dan tempat nyeri: a. Regio hypochondrium dextra dan sinistra, b. Regio lateral (lumbar) dextra dan sinistra, c. Regio inguinal dextra dan sinistra, d. Regio epigastrium, e. Regio umbilicalis, f. Regio pubis (hypogastrium) Regio-regio ini dibatasi oleh empat bidang yaitu: dua bidang horizontal (bidang subcostalis dan bidang transtubercularis) dan dua bidang vertikal (bidang midclavicularis dextra et sinistra). Untuk keperluan klinis yang lebih umum para klinisi juga membagi cavitas abdominalis menjadi empat kuadran; kanan atas, kanan bawah, kiri atas, kiri bawah, yang dibagi oleh dua bidang yaitu bidang mediana dan bidang transumbilicalis (lihat Gambar 1). Gambar 1. A. Pembagian cavitas abdominalis menjadi sembilan regio (flank = lumbar = lateral; groin = inguinal), B. Pembagian cavitas abdominalis menjadi empat kuadran. Kepentingan Klinis: Pemeriksaan fisik viscera abdomen Dengan menggunakan sistem 4 kuadran maka dokter dapat memahami kondisi organ abdomen dengan melakukan pemeriksaan fisik: inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi. Anatomi permukaan organ-organ intra-abdomen dapat dilihat pada Gambar 2. Referred pain (nyeri alih) Nyeri yang berasal dari viscera abdomen dirasakan sebagai nyeri somatik pada permukaan abdomen yang dikenal dengan referred pain. Regional pada dinding abdomen dijadikan sebagai pedoman untuk memperkirakan asal nyeri abdomen jika tidak ditemukan sumber nyeri langsung pada dinding abdomen itu sendiri. Distribusi nyeri alih viscera abdomen dapat dikelompokkan berdasarkan asal embryologinya, karena perkembangan inervasi dan vascularisasi mengikuti perkembangan embryologi, seperti terlihat pada Gambar 3. Gambar 2. Proyeksi organ intra-abdomen terhadap dinding perut antero-lateral pada sistem empat kuadran. Gambar 3. Proyeksi referred pain organ intra-abdomen pada dinding perut dengan sistem sembilan regio berdasarkan embryologi. Gambar 4. Area referred pain tiap organ pada dinding abdomen. Dinding Abdomen Dinding abdomen dapat dibagi menjadi dinding anterior, lateral, dan posterior. Batas antara dinding anterior dan lateral tidak jelas, sehingga istilah dinding abdomen anterolateral digunakan. Batas superior dinding abdomen anterolateral adalah cartilago costa 7-10 dan processus xiphoideus. Batas inferior dinding abdomen anterolateral adalah ligamentum inguinalis dan tulang pelvis. Dinding tersebut terdiri dari kulit, fascia superficialis (subkutis), otot dan aponeurosisnya, fascia profunda, lemak ekstraperiotoneal, dan peritonium parietalis (lihat Gambar 4). Gambar 5. Lapisan-lapisan dinding abdomen anterolateral; kulit, fascia camper, fascia scarpa, investing fascia, fascia transversa, lemak ekstraperitonial A. Fascia Fascia superficialis (subkutis) terdiri dari dua lamina (lapisan) yaitu: lamina superficialis yang disebut juga fascia Camper dan lamina profunda (fascia Scarpa). Fascia Camper berupa lapisan lemak subkutis yang tebal sedangkan fascia Scarpa merupakan lapisan membranous yang tipis (lihat Gambar 4). Fascia profunda (fascia pembungkus = investing fascia) akan membungkus tiga otot dinding perut anterolateral, teridiri dari tiga lembaran: lamina superficial, intermedia, dan profunda. Sementara itu dari bagian internal otot perut dilapisi oleh fascia endo-abdomialis (fascia tranversalis) berupa lembaran membranosa. Profunda terhadap fascia tranversalis dilapisi oleh lemak ekstraperitonealis dan selanjutnya dilapisi oleh peritonium parietalis. B. Otot dinding abdomen Ada lima pasang otot yang menyusun dinding anterolateral abdomen. Perlekatan, inervasi, arah serabut, dan fungsi dapat dilihat pada tabel berikut. Nama otot Origo Insertio Inervasi Fungsi M. Obliquus externus abdominis Permukaan eksternal costa V-XII Linea alba, tuberculum pubicum, ½ anterior crista iliaca N. intecostalis VII-XI dan N. subcostalis M. Obliquus internus abdominis 2/3 anterior crista iliaca, ½ lateral ligamentum inguinalis Permukaan internal cartilago costa VIIXII, crista iliaca, 1/3 lateral ligamentum inguinalis Margo inferior costa XXII, linea laba, pubis melalui conjoint tendon Linea alba dan aponeurosis M. obliquus internus, crista pubicum, pecten osis pubis melalui conjoint tendon Processus xiphideus, cartilago costa V-VII N. intercostales VIIXI, N. Subcostalis, ramus anterior N. Lumbal I N. intercostales VIIXI, N. Subcostalis, ramus anterior N. Lumbal I Menekan dan menyokong organ intraabdominal, flexi dan rotasi trunkus Menekan dan menyokong organ intraabdominal, flexi dan rotasi trunkus Menekan organ intraabdominal Linea alba Subcostalis M. tranversus abdominis M. Rectus abdominis Symphysis pubis, crista pubicum M. Pyramidalis (tidak selalu ada) Anterior pubis dan symphysis pubis N. intercostales VIIXI, N. Subcostalis Menekan organ intraabdominal, flexi columana vertebralis, menegangkan dinding amdomen Menegangkan line alba Gambar 6. Musculus obliquus externus abdominis Gambar 7. Musculus obliquus internus abdominis Gambar 8. Musculus transversus abdominis Gambar 9. Musculus rectus abdominis Gambar 10. Potongan melintang pada dinding perut anterior. A: potongan ¾ superior dinding anterior abdomen; B: potongan ¼ inferior dinding anterior abdomen Gambar 10 menunjukkan hubungan antra otot-otot oblik dan tranversus dengan otot vertikal (rectus). Pada ¾ superior dinding abdomen m. rectus abdominis berada didalam aponeurosis ketiga otot melintang seperti Gambar 10A. Aponeurosis ketiga otot melintang disebut juga rectus sheath. Pada ¼ inferior m. rectus abdominis terletak di posterior aponeurosis bersama ketiga otot melintang. Bagian posterior m. rectus hanya dilapisi fascia transversalis dan peritonium parietalis. Gambar 11. Potongan pelintang abdomen memperlihatkankan lapisan-lapisna dinding abdomen dari semua sisi. C. Vaskularisasi dinding abdomen Pembuluh darah dinding abdomen antara lain: a/v. Epgastrica superior, a/v. Epigastrica inferior, iliaca circumflexa profunda, iliaca circumflexa superficialis, epigastrica superficialis, intecostalis posterior, subcostalis (lihat Tabel 2) Tabel 2. Arteri yang terdapat pada dinding anterolateral abdomen dilengkapi dengan asal dan distribusinya. Nama arteri Asal Distribusi A. Musculophrenicus A. Epigastrica superior A. Intercostalis posterior X dan XI A. Subcostalis A. Epigastrica inferior A. Iliaca circumfelxa profunda A. Iliaca circumfelxa superficial A. Epigastrica superficial A. Thoracica Interna/ mamaria interna Aorta Regio hipokondria,diafragma M. rectus abdominis Regio lateral A. Iliaca eksterna Rectus abdominis A. Femoralis Gambar 12. Distribusi arteri pada dinding abdomen Arteri epigastrica superior merupakan lanjutan langsung arteri thoracica interna memasuki rectus sheath dari superior melalui lamina posteriornya menyuplai bagian superior dari m. rectus abdominis, dan beranastomosis dengan arteri epigastrica inferior. Arteri epigastrica inferior dipercabangkan dari arteri iliaca eksterna tepat di atas ligamentum inguinalis. Arteri ini berjalan superior terhadap fascia transversalis untuk memasuki rectus sheath di inferior linea arcuata. Cabangnya memasuki bagian bawah rectus abdominis dan beranastomosis dengan arteri epigastrica superior. Gambar 13. Lokasi arteri epigastrica superior dan inferior D. Inervasi Dinding Abdomen Kulit dan otot dinding abdomen anterior diinervasi oleh cabang-cabang dari nervus spinalis T7-T11, T12, dan L1. Berikut skema umum nervus spinalis dan cabangcabangnya: Nervus spinalis setelah keluar dari canalis nervi craniales akan bercabang menjadi ramus posterior dan ramus anterior. Ramus posterior akan menginervasi kulit, subcutis, dan otot punggung sekitar vertebrae sedangkan ramus anterior akan berjalan diatara costa sehingga disebut juga nervus intercostalis (untuk T7-T11) dan T12 (subcostalis). Nervus intercostalis akan meberikan ramus cutaneus lateraldan ramus cutaneus anterior. Cabang-cabang terminal yang menginervasi dinding abdomen: a. Nervus thoracoabdominalis meruapkan pars abdominalis dari ramus anterior T7-T11 yang memiliki ramus muscularis dan ramus cutaneus (anterio dan lateral) b. Nervus subcostalis merupakan ramus anterior nervus spinalis T12 c. Nervus ilioninguinalis dan iliohypogastricus berasal dari L1 Ganglion spinalis Ramus lateralis Ramus anterior A Gambar 14. A: struktur umum nervus spinalis; B: dermatom dinding abdomen B Inervasi kulit dinding abdomen (dermatome) berasal dari ramus cutaneus T7-T12 dan L1 yang terdistribusi sebagai berikut: a. T7-T9 menginervasi kulit dari processus xiphoideus – tepat diatas umbilikus b. T10 mengnervasi kulit setinggi umbilicus c. T11, T12, dan L1 menginervasi kulit dibawah umbilicus termasuk regio pubi II. Regio Inguinalis Diantara kesembilan regio abdomen, regio inguinal (groin) adalah salah satu yang terpenting untuk dipahami. Area ini terletak di antara SIAS dan tuberculum pubicum yang secara anatomi merupakan regio dimana struktur masuk dan keluar dari dan ke cavitas abdominalis. Area ini penting secara klinis karena merupakan tempat potensial terjadinya herniasi. Hernia inguinalis terjadi pada pria dan wanita, tetapi sebagian besar (86%) terjadi pada pria, mengapa? Struktur penting pada area inguinalis adalah ligamentum inguinalis dan canalis inguinalis. A. Ligamentum inguinalis Merupakan suatu ligamentum yang serabutnya memanjang dari SIAS ke tuberculum pubicum yang serabutnya dibentuk oleh bagian paling inferior dari aponeurosis musculus obliquus externa, traktus iliopubicum, dan penebalan margo inferior dari fascia tranversalis. Sebagian besar serabut ligamentum inguinalis berakhir di tuberkulum pubikum, tetapi beberapa serabut berakhir di ramus osis pubis (lateral dari tuberculum pubicum) sebagai ligamentum lacunare dan berlanjut sepanjang pecten osis pubis sebagai ligamentum pectineale Gambar 15. Posisi ligamentum inguinalis terhadap dinding abdomen B. Canali inguinalis Canalis inguinalis memiliki atap, lantai dan dua dinding (anterior dan posterior) i. Dinding anterior dibentuk oleh aponeurosis m. obliquus eksternus, pada bagian ii. Dindng posterior dibentuk oleh fascia transversalis, pada bagian medialnya di perkuat oleh conjoint tendon (falx inguinalis) tendo bersama m.obliquus internus dan m.transversus abdominis) iii. Atap dibentuk oleh fascia transversalis pada bagian lateral, arcus musculopaonerotica dari m.obliquus internus dan tranversus pada bagian tengah, dan pada bagian lateral oleh crus medial aponeurosis m.abliquus externus. iv. Lantai dibentuk oleh traktus iliopubicum pada bagian lateral, permukaan superior lig. Inguinalis, dan lig. Lacunare pada bagian medial. Gambar 16. Dinding anterior canalis inguinalis (Annulus inguinalis superficilais dan aponeurosis obliquun eksternus) Gambar 17. Isi dari canalis inguinalis yaitu funiculus spermaticus yang diselubunig oleh serabut otot dari m. obliquus internus. Lantai dari canalis adalah lig. inguinale Gambar 15. Annulus inguinalis profunda dan aponeurosis m. tranversus abdomisin Annulus inguinalis profunda Klinis: Hernia pada dinding abdomen: hernia inguinalis, hernia umbilicalis, incisional hernia, hernia alba PERITONEUM DAN CAVITAS PERITONEALIS Peritoneum merupakan salah satu membran serosa (peritoneum, pericardium dan pleura) di dalam tubuh. Peritoneum membatasi cavitas abdominalis dengan dinding abdomen dan sekaligus membungkus sebagian besar organ intra-abdomen. Ada dua macam membran peritoneum yang saling bersinambung yaitu peritoneum parietalis dan peritoneum visceralis. Peritonium parietalis melekat pada dinding abdomen bagian dalam sementara peritoneum visceralis melekat pada viscera (organ). Organ (viscera) intraabdomen berdasarkan posisinya terhadap peritoneum dibagi menjadi dua: a. Organ intraperitoneal yaitu organ-organ yang dibungkus peritoneum visceralis. Organ intaperitonealis antara lain: ventriculus, duodenum, jejenum dan ileum, apendix, colon (kecuali ascenden dan descenden), lien (spleen), hepar (ada bagian yang tidak ditutup peritoneum yaitu area nuda) b. Organ ekstra/retro peritoneal disebut sedangkan yang tidak dibungkus disebut. Organ rotroperitoneal adalah ginjal (renal), pancreas, colon ascenden dan colon decenden Inervasi dan vascularisasi peritoneum a. Peritoneum parietalis : mendapatkan inervasi dan vaskularisasi somatik sama dengan regio dinding abdomen. Inervasi bersifat somatik yaitu sensitif terhadap tekanan, nyeri, panas dan dingin. Nyeri yang dirasakan berupa nyeri tajam yang bisa dengan mudah dilokalisasi (tidak ada nyeri alih) b. Peritoneum visceralis mendapatkan inervasi dan vaskularisasi visceral sesuai dengan organ yang dibungkusnya. Tidak sensitif terhadap tekanan, nyeri, panas dan dingin tetapi dapat distimulasi oleh renggangan dan iritasi kimia. Nyeri dari peritoneum visceralis sulit dilokalisasi (nyeri tumpul) dan biasanya dialihkan (nyeri alih) ke dermatom yang memiliki ganglia spinalis yang sesuai dengan sumber serabut saraf yang menginervasinya. Nyeri dari turunan foregut dialihkan ke regioepigastrium, midgut ke regio umbilicalis, dan dari hindgut ke regio pubis. Duplikatur peritoneum Sewaktu peritonium parietali melipat untuk membungkus organ viscera dan kembali lagi membentuk peritonium parietali akan membentuk duplikatur yang berupa tangkai organ tersebut Nama tangkai tersebut bervariasi sesuai dengan organ yang dibungkusnya. 1. Mesenterium (meso= tangkai; enteron= usus). Contoh: mesenterium, mesocolon tranversum, mesoapendix. 2. Ligamnetum peritonealis, istilah ligamentum dipakai pada beberapa organ seperti hepar: ligamentum falciformis 3. Omentum, istilah ini dipakai untuk duplikatur peritoneum yang menghubungakan organ-organ (hepar, duodenum, gater, colon, spleen, dan diafragma). Omentum dibagi dua yaitu: i. Omentum minus yaitu yang menghubungakan facies inferior hepar dengan curvatura minor gaster (ligamentum hepatogastrica) dan pars proksimalis duodenum (ligamentum hepatoduodenalis). Ligamentum hepatogasrica merupakan bagian mebranous yang tipis sedangkan ligmentum hepatoduodenalis merupakan bagian yang lebih tebal dan berisi trias porta: vena porta, arteri hepatica, dan ductus choledocus. ii. Omentum mayus menghubungkan curvatura mayor ke 3 bagian lain yaitu: ke difragma (ligamentun gastrophrenica), ke spleen (ligamentum gastrosplenica), dan ke colon tranversum (ligamentum gastrocolica). Pada penggunaan klinis penyebutan omentum mayus sering diidentikkan dengan ligamentum gastrocolica saja. 4. Mesocolon tranversum (mesenterium colon transversum) membagi cavitas abdominalis menjadi dua ruangan: a. Compartement supracolica: gaster, hepar, lien b. Compartement infracolica: intestinum tenue, colon ascendent, colon descendent Diantara kedua lembar peritoneum tersebut terdapat ruangan potensial yang disebut cavitas peritonealis. Cavitas peritonealis berisi lapisan tipis cairan yang disebut cairan peritonealis yang menjaga peritonium tetap lembab dan licin dan memudahkan pergerakan organ intraabdomen. Cavitas ini dibagi menjadi saccus peritonealis mayor dan minor (bursa omentalis). a. Saccus peritonealis mayor, merupakan bagian terbesar dari cavum peritonealis. Jika dilakukan insisi bedah melalui dinding anterolateral maka akan membuka ruangan ini. b. Bursa omentalis merupakan bagian yang lebih kecil dari cavum peritonealis yang terletak di posterior gaster. Memiliki dua kantng buntu (recessus): superior dan inferior. Bursa omentalis dihubungakan dengan saccus peritonealis mayor oleh foramen omentalis (epiploicum). Foramen epiploicum merupakan sebuah lubang yang terletak posterior terhadap ligamentum hepatoduodenalis (bagian dari omentum minus). Batas-batas foramen epiploicum adalah: Anterior : lig hepatoduodenalis Posterior: crus diafragma dextra Superior: hepar Inferior: pars proximalis duodenum Gambar 18. Duplikatur peritonium (peritoneal fold) dan cavitas peritonealis.