jurnal ilmiah - teknik pengairan

advertisement
PENGGUNAAN METODE WETLAND UNTUK MENINGKATKAN
KINERJA IPAL SALAH SATU RUMAH SAKIT
DI KOTA MALANG
JURNAL ILMIAH
TEKNIK PENGAIRAN
KONSENTRASI KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh:
CANDRA WIDARUSANTO
NIM. 125060400111013
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
Penggunaan Metode Wetland Untuk Meningkatkan Kinerja IPAL
Salah Satu Rumah Sakit di Kota Malang
Candra Widarusanto¹, Moh. Sholichin ², Gunawan Wibisono 3
¹Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
²Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
3
Dosen Teknik Sipil Universitas Merdeka Malang
Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia
Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145 Indonesia
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Limbah cair merupakan bahan buangan dalam bentuk cairan yang berdampak negatif apabila
dibuang langsung ke badan sungai. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian
nilai pada parameter pencemar dengan peraturan yang berlaku, mengetahui efisiensi
penurunan parameter dan kesesuaian bangunan meliputi volume, luasan, dan waktu tinggal
di wetland. Parameter yang diuji pada penelitian ini adalah parameter NH3 dan PO4
Dikarenakan kedua parameter ini belum memenuhi standar baku mutu yang berlaku untuk
limbah rumah sakit. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan waktu tinggal
existing pada wetland yakni selama 1,11 hari atau 1 hari 2 jam 40 menit sehingga pada inlet
dilakukan pada pukul 07.30 dan pada outlet dilakukan pada pukul 10.40 keesokan harinya.
Jumlah sampel yang diambil sebesar 1 liter yang ditempatkan pada wadah yang tertutup dan
dimasukkan ke dalam kontainer yang berisi es batu yang kemudian dikirimkan ke Perum
Jasa Tirta guna mengidentifikasi nilai bahan pencemar. Ada tiga metode yang dapat
digunakan untuk mengetahui luasan dan waktu tinggal wetland yang diperlukan yakni
metode Metode Reeds, Metode Metode Kadlec dan Knight dan Metode Crites dan
Tchobanoglous. Dari ketiga metode diatas, dalam penelitian ini menggunakan metode
Metode Crites dan Tchobanoglous untuk menghitung luasan wetland dan waktu tinggal
wetland dikarenakan metode yang paling mudah dalam aplikasinya serta metode yang sesuai
untuk digunakan pada daerah tropis dan keterbatasan data yang dimiliki. Dari hasil penelitian
yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: efisiensi penurunan nilai parameter
NH3 sebesar 88,062% dan efisiensi penurunan nilai parameter PO4 sebesar 79,653%. Bak
wetland yang tersedia memiliki luasan 25,703 m2, dengan volume maksimum bak wetland
sebesar 17,992 m3 yang mampu mengurangi kadar PO4 hingga berada dibawah baku mutu
yang berlaku. Kadar PO4 pada outlet 0,375 mg/lt, namun untuk NH3 masih ada sampel yang
belum memenuhi baku mutu yang berlaku dengan kadar NH3 outlet 0,215 mg/lt. Waktu
tinggal dalam bak wetland yang optimal adalah selama 2,517 hari atau selama 2 hari 12 jam
25 menit. Luas bak wetland yang diperlukan untuk memenuhi debit maksimum seluas
507,805 m2.
Kata kunci: limbah Cair, rumah sakit, wetland, NH3, PO4.
ABSTRACT
Waste water is waste materials that took liquid form which has negative impact if thrown
directly to the river. The purpose of this research is to know the appropriateness of pollutant
parameters with regulation, knowing the efficiency of the decreasing parameter and the
suitability of the building include the volume, the area, and the residence time in wetland.
The parameters tested in this study are NH3 and PO4 Due to these two parameters have not
met the standard quality applicable to hospital waste. Sampling is done by using the existing
residence time in wetland that is 1.11 days or 1 day 2 hours 40 minutes so that the inlet
sampling is done at 07.30 and at the outlet sampling is done at 10.40 the next day. The
number of samples taken are 1 liter placed in a closed container and inserted into containers
containing ice cubes then sent to Perum Jasa Tirta to identify the value of pollutants. There
are three methods that can be used to determine the extent and residence time wetland which
is Reeds Method, Kadlec and Knight Method and Crites and Tchobanoglous Method. From
the three methods above, this study using Crites and Tchobanoglous Method to calculate the
area of wetland and wetland residence due to the easiest method in its application and the
appropriate method for use in the tropic area and limited data. From the result of research
which have been done, got result as follows: efficiency of degradation value of NH3
parameter equal to 88,062% and efficiency of PO4 parameter value 79,653%. The available
wetland basin has an area of 25.703 m2, with a maximum volume of wetland tubs of 17.992
m3 that can reduce PO4 levels to below the applicable standard. PO4 levels at 0.375 mg / lt
outlet, but for NH3 there are still samples that have not met the applicable quality standard
with NH3 outlet 0,215 mg / lt. Optimal residence time in a wetland tub of 2,517 days or for
2 days 12 hours 25 minutes. Wetland tub area required to meet the maximum discharge of
507,805 m2.
Keywords: waste water, hospital, wetlands, NH3, PO4.
1.
PENDAHULUAN
Limbah cair merupakan bahan buangan
dalam bentuk cairan yang berdampak
negatif apabila dibuang langsung ke badan
sungai. Segala bentuk limbah yang
dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam
bentuk cair dan padat disebut limbah rumah
sakit (KepMenkes RI No. 1204/Menkes/
SK/X/2004). Sedangkan menurut (Depkes,
2006) limbah yang dihasilkan dari kegiatan
Rumah Sakit dalam bentuk cair, padat, gas
maupun pasta (gel) yang mengandung
bahan kimia beracun, sebagian bersifat
radioaktif dan mikroorganisme pathogen
bersifat infeksius disebut sebagai limbah
rumah sakit. Berdasarkan karakteristiknya
limbah dibedakan menjadi empat macam
yaitu limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun), limbah padat, limbah cair, dan
limbah gas (partikel).
Rumah sakit merupakan salah satu
penghasil limbah cair yang ada pada suatu
daerah, sehingga diperlukan penanganan
yang baik dan benar dalam pengeloaan
limbah cair yang ada di rumah sakit. Pada
limbah rumah sakit ada beberapa parameter
yang harus memenuhi syarat sesuai dengan
Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72
Tahun 2013 diantaranya, BOD, COD, TSS,
pH, e. Coli, NH3 dan PO4.
Pengolahan
limbah
cair
yang
mengandung
bahan
organik
dapat
dilakukan secara biologis yaitu secara
aerob, anaerob maupun gabungan antara
aerob dan anaerob. Penggunaan tumbuhan
air dengan sistem constructed wetland
merupakan salah satu alternatif yang dapat
digunakan dalam pengolahan limbah cair,
salah satunya limbah cair rumah sakit.
Salah satu metode pengolahan limbah
cair yang dapat digunakan adalah
Constructed Wetlands (CWs). Constructed
wetlands sendiri merupakan sistem
pengolahan terencana yang dibangun
dengan menggunakan proses alami dan
melibatkan vegetasi serta mikroorganisme
untuk mengolah limbah cair. Menurut
(Campbell and Ogden, 1999) wetland
adalah area yang setidaknya tergenangi air
secara intermiten. Sedangkan menurut
Menurut (EPA,2006) lahan basah adalah
suatu area dimana air selalu menutupi tanah,
baik dimasa saat ini maupun di sebagian
besar waktu dalam setahun, termasuk pada
musim pertumbuhan. Menurut Novotny dan
Olem, 1994 wetland dapat dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu Wetland dengan
aliran diatas permukaan tanah (Free Water
Surface System) dan Wetland dengan aliran
dibawah permukaan tanah (Sub-surface
Flow System). Constructed wetlands
bertujuan untuk menigkatkan kualitas air
dan mengurangi efek bahaya dari limbah
serta sebagai salah satu bentuk upaya
konservasi.
Oleh karena itu, skripsi ini dilakukan
untuk mengetahui hasil dari pengolahan
limbah cair rumah sakit dengan
menggunakan
metode
Constructed
Wetlands (CWs) dalam upaya menurunkan
kadar NH3, dan PO4 sehingga aman untuk
dibuang ke saluran pembuangan maupun
sungai.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada
salah satu rumah sakit yang ada di Kota
Malang. Peta lokasi sebagai berikut:
Gambar 1. Lokasi salah satu rumah sakit
Kota Malang
Sumber: https://www.google.com/maps
Untuk mencapai tujuan yang
diharapkan maka diperlukan suatu
langkah pengerjaan secara sistematis.
Adapun langkah-langkah pengerjaan
studi sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data terkait seperti:
a. Data debit limbah cair.
b. Parameter pencemaran limbah
cair.
c. Ukuran dimensi pengolah
limbah yang ada
d. Pipa distribusi.
2. Perbandingan data kualitas air
dengan standar kualitas air yang
ada.
3. Menghitung efisiensi pengurangan
limbah cair.
4. Menghitung debit limbah cair.
5. Menghitung beban limbah.
6. Menghitung anisis dimensi serta
kemampuan peralatan pengolah
limbah cair.
7. Menghitung dimensi pengolah
limbah baru.
8. Gambar denah dan potongan
memanjang serta melintang dari
pengolah limbah
9.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Limbah
Limbah salah satu rumah sakit kota
Malang masuk ke dalam kategori limbah
cair dimana limbah yang dihasilkan terdiri
dari bahan buangan organik dan bahan
buangan anorganik sisa dari hasil produksi
(dapur) sedangkan limbah domestik yang
biasa dihasilkan berupa air kotor dari
pemakian mandi, cuci, toilet dan
laboratorium.
Data Laporan Kualitas Air
Dari hasil analisis Laboratorium IPAL
salah satu rumah sakit Kota Malang
diperoleh data kualitas air. Data yang
didapat dibandingkan dengan baku mutu
pada daerah jawa timur yakni Peraturan
Gubernur Jatim Nomor 72 Tahun 2013,
sehingga diperoleh sebagai berikut:
Tabel 1. Data Kualitas Air Parameter NH3
Tabel 2. Data Kualitas Air Parameter PO4
Sumber: Data dan Perhitungan
Prediksi Air Limbah
Tabel 3. Perhitungan Debit Limbah
Sumber: Data dan Perhitungan
Perhitungan debit air buangan tahun
2017. Dari data diatas diketahui debit
maksimum tahun 2017 pada bulan januari
sebesar 201,7 m3/hari. Maka debit air
buangan adalah sebesar 80% dari debit
maksimum yaitu sebesar 161,4 m3/hari.
Debit yang masuk ke wetland exixting
adalah sebesar 10% debit air buangan
sebesar 16,1 m3/hari.
Beban Limbah Rumah Sakit
Beban NH3 tahun 2017
L
= Q x C inlet x 86,4
= 0,000187 x 1,884 x 86,4
= 0,030 kg/hari
Beban PO4 tahun 2017
L
= Q x C inlet x 86,4
= 0,000187 x 5,19 x 86,4
= 0,084 kg/hari
Efektivitas NH3
Tabel 4. Perhitungan efisiensi pengurangan
parameter NH3
Sumber: Data dan Perhitungan
Sumber: Data dan Perhitungan
Perhitungan efisiensi pengurangan
parameter NH3, menggunakan rumus:
NH
− NH
x 100%
ηNH =
NH
1,884 − 0,075
NH =
x 100%
1,884
NH = 96,019 %
Efektivitas PO4
Tabel 5. Perhitungan efisiensi pengurangan
parameter PO4
Sumber: Data dan Perhitungan
Perhitungan efisiensi pengurangan
parameter NH3, menggunakan rumus:
− PO
PO
ηPO =
x 100%
PO
5,19 − 0,073
PO =
x 100%
5,19
ηPO = 98,593 %
Tabel 6. Rekapitulasi Perhitungan Efisiensi
Parameter Kulaitas Air
Sumber: Data dan Perhitungan
Analisis Volume terpasang Wetland
Gambar 2. Tampak Atas Wetland
Sumber: Data PT. Tridaya Alam Lestari
Volume wetland existing dihitung
berdasarkan kedalaman dikali dengan
luasan wetland yakni 0,7m x 25,703m2
sehingga didapatkan nilai sebesar 17,992
m3. Sedangkan dari perhitungan air limbah
yang masuk perhari sebesar 16,1 m3/hari
sehingga kapasitas yang terpakai hanya
90,04% dari kapasitas yang tersedia.
Waktu Tinggal (Hydraulic Retention
Time)
Waktu Tinggal (Hydraulic Retention
Time) adalah lama nya waktu limbah
berada dalam sistem pengolahan limbah
yang ada. Waktu tinggal dapat dihitung
dengan persamaan:
V
HRT =
Q
17,992
HRT =
16,1
= 1,11 hari = 1 hari 2 jam 40 menit
Analisis Luasan Wetland
Luasan yang dibutuhkan dapat dihitung
dengan persamaan:
Q. HRT
A=
d
161,4.1,11
=
0,7
179,82
=
0,7
= 255,934 m
Kesesuaian Media Tanam
Media Tanam merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari constructed wetland,
yaitu sebagai penyaring limbah yang berupa
padatan, tempat tumbuhnya tanaman air
(makrofita) dan tempat menempelnya
mikroorganisme. Substrat atau media yang
juga
merupakan
komponen
yang
berpengaruh pada
kesuksesan dari
constructed wetland dalam meningkatkan
kualitas air.
Substrat atau media tanam seperti
tanah, pasir dan kerikil berperan langsung
dalam penghilangan polutan dengan
interaksi fisika-kimia seperti filtrasi dan
sedimentasi dari suspended solid, filtrasi
organisme patogen, sebagai permukaan
reaktif untuk penyerapan dan pelepasan ionion yang sederhana dan kompleks,
penyerapan materi organik, nitrogen dan
logam berat.
Media yang digunakan campuran
kerikil dengan diameter tertentu (4-8 cm).
Penggunaan media ini akan membantu
peredaran larutan unsur hara dan udara serta
pada
prinsipnya
tidak
menekan
pertumbuhan akar. Sehingga media tanam
ini sesuai untuk digunakan dalam wetland
tersebut, namun kerikil akan mudah
ditumbuhi oleh alga sehingga perlu untuk
dibersihkan dalam jangka waktu tertentu
(operasi dan pemeliharaan).
Kesesuaian Tanaman
Tanaman yang digunakan pada wetland
di salah satu rumah sakit kota Malang ada 2
jenis yakni Equisetum hyemale (bambu air)
dan Echinodorus paleafolius (Melati air).
Kedua tanaman diatas merupakan salah satu
tanaman emergent yang memiliki zona
perakaran yang dalam (0,4-0,8 m).
Dari hasil penelitian yang didapat,
menunjukkan bahwa kedua tanaman
tersebut telah terbukti mampu membantu
menurunkan kadar polutan dan banyak
digunakan sebagai tanaman sebagai media
pada lahan basah. Kemampuan tanaman
bambu air untuk mengurangi kadar NH3
adalah sebesar 2,4 mg/l dan kadar PO4
sebesar 0,6 mg/l (Danista, 2012), sedangkan
kemampuan tanaman melati air untuk
mengurangi kadar NH3 sebesar 0,8 mg/l dan
kadar
PO4
sebesar
1,1
mg/l
(siswandari,2016).
Keberadaan tanaman air tersebut,
sangat membantu dalam proses pengolahan
limbah. Ketika bahan pencemar memasuki
reaktor, bakteri yang ingin memperoleh
energi mengurai bahan pencemar yang
kompleks untuk dijadikan unsur hara yang
lebih sederhana dan dapat diserap oleh
tanaman pada siang hari dengan bantuan
sinar matahari melalui proses fotosintesis.
Media tanaman air yang digunakan,
memberikan keuntungan selain dapat
menurunkan kadar polutan air limbah juga
memiliki nilai estetika yang tinggi. Namun
perawatan yang kurang tepat dapat
menimbulkan masalah sehingga diperlukan
operasi dan pemeliharaan yang sesuai. Jarak
antar tanaman yang digunakan juga sudah
sesuai yaitu antara 20-30cm antar tanaman.
Perhitungan dan desain wetland
Rumah sakit ini menyediakan lahan
seluas 678 m2, namun dapat dioptimalkan
penggunaan lahan yang ada sehingga dapat
mengurangi biaya dalam pembangunan,
biaya pemeliharaan serta menghemat waktu
pemeliharaan. Berikut ini merupakan
perhitungan yang optimal.
Tabel 7. Karakteristik Tipikal Media Untuk
SFS
Sumber: Metcalf & Eddy, 2003
1. influen NH3 = 1,884
mg/L
2. efluen NH3 = 0,1
mg/L
3. influen PO4 = 5,19
mg/L
4. efluen PO4 = 2
mg/L
5. Q
= 161,4
m3/hari
6. Tipe vegetasi = melati air dan bambu air
7. Temperatur air minimum = 23,2 oC
8. Media basin = Gravelly sand
Kedalaman basin (dw)
Kedalaman
basin
ditentukan
berdasarkan jenis vegetasi yang akan
digunakan pada sistem wetland yang
direncanakan. Dalam hal ini, vegetasi yang
akan digunakan adalah melati air dan
bambu air yang mempunyai kemampuan
penetrasi rizoma sedalam 80 cm. Oleh
karena itu, kedalaman basin untuk
perencanaan adalah sedalam 80 cm, dw =
0,8 m.
Nilai K20
Nilai K20 tergantung dari media yang
digunakan, yaitu gravelly sand. Nilai-nilai
tersebut dapat dilihat pada tabel 5. K20 =
0.86
KT
Nilai KT pada temperatur air minimal
sebesar 23,2 0C dapat dihitung dengan
persamaan:
KT = K20 (1.1)(T-20), T dalam oC
K23,2 = 0.86 (1.1)(23,2-20)
K23,2 = 1,167
Waktu tinggal untuk NH3 (HRT)
Nilai HRT diperoleh berdasarkan
persamaan :
Desain Wetland Baru
Gambar 3. Denah tampak atas wetland
Sumber: Data dan Perhitungan
HRT =
HRT =
Ce
−ln Co
K
0,1
−ln 1,884
1,167
HRT = 2,517 hari
Waktu tinggal untuk PO4 (HRT)
Nilai HRT diperoleh berdasarkan
persamaan :
Ce
−ln Co
HRT =
K
2
−ln 5,19
HRT =
1,167
HRT = 0,817 hari
Luas permukaan (A)
Berdasarkan perhitungan waktu tinggal
efektif digunakan waktu tinggal sebesar
2,517 hari sehingga luas permukaan
diperoleh dengan persamaan:
Q. HRT
A=
d
161,4.2,517
A=
0,8
406,244
A=
0,8
A = 507,805 m
Gambar 4. Potongan A-A
Sumber: Data dan Perhitungan
Gambar 5. Potongan B-B
Sumber: Data dan Perhitungan
Gambar 6. Potongan C-C
Sumber: Data dan Perhitungan
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Limbah salah satu rumah sakit Kota
Malang ini masuk ke dalam kategori
limbah cair.
2. Dari hasil analisis kualitas air yang
telah dilakukan dari hasil pengolahan
IPAL Salah satu rumah sakit Kota
Malang dan dibandingkan dengan
ketentuan baku mutu limbah rumah
sakit yang berlaku (Peraturan Gubernur
No. 72 Tahun 2013) terdapat parameter
yang berada diatas baku mutu yakni
3.
parameter NH3. Sedangkan dari hasil
perhitungan
efisiensi
penurunan
parameter kualitas air (NH3 dan PO4)
didapat data sebagai berikut:
 Efisiensi
penurunan
nilai
parameter NH3 sebesar 88,062%
 Efisiensi
penurunan
nilai
parameter PO4 sebesar 79,653%
Dari nilai yang didapat diatas efisiensi
pengolahan berjalan cukup optimal.
Dari hasil analisis volume tampungan
pengolahan limbah didapat kesimpulan
sebagai berikut:
4.
 Debit maksimum yang masuk ke
dalam instalasi pada tahun 2017
sebesar 161,4 m3/hari.
 Debit yang masuk ke dalam bak
wetland hanya sebesar 10% dari
debit maksimum sebesar 16,1
m3/hari/
 Bak wetland yang tersedia
memiliki luasan 25,703 m2,
dengan volume maksimum bak
wetland sebesar 17,992 m3 yang
mampu mengurangi kadar PO4
hingga berada dibawah baku mutu
yang berlaku. Kadar PO4 pada
outlet 0,375 mg/lt, namun untuk
NH3 masih ada sampel yang belum
memenuhi baku mutu yang
berlaku dengan kadar NH3 outlet
0,215 mg/lt.
 Waktu tinggal dalam bak wetland
optimal sebesar 2,517 hari atau
selama 2 hari 12 jam 25 menit.
 Luas bak wetland yang diperlukan
untuk memenuhi debit maksimum
seluas 507,805 m2.
Disarankan
beberapa
alternatif
penyelesaian
untuk
mengatasi
penurunan kinerja IPAL salah satu
rumah sakit Kota Malang diantara nya:
 Untuk menjaga kemempuan IPAL
agar dapat beroperasi secara
maksimal seharusnya dilakukan
upaya operasi dan pemeliharaan
aset secara berkala (alat-alat,
tanaman, serta bangunan).
 Mengatasi kebocoran yang terjadi
pada bangunan dengan cara
perbaikan bangunan wetland.
 Desain ulang dan Perluasan
wetland agar dapat menampung
debit maksimum limbah rumah
sakit dan menambah waktu tinggal
pada wetland untuk meningkatkan
proses
pengolahan
sehingga
didapatkan hasil yang sesuai
dengan baku mutu yang berlaku.
Saran
1. Diharapkan adanya perubahan operasi
dan maintenance serta monitoring
2.
3.
4.
IPAL sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan sebelumnya, misalkan
pemeriksaan kualitas air limbah
dilakukan setiap bulannya untuk
mengetahui penurunan kualitas air oleh
hasil pengolahan IPAL.
Seharusnya IPAL salah satu rumah
sakit Kota Malang dilengkapi dengan
alat pengukur debit agar memudahkan
kegiatan operasional dan evaluasi.
Menambah tenaga yang ahli pada
bidangnya, seperti operator, perawat
mesin, maupun penguji kualitas air
pada IPAL tersebut.
Bagi
teman-teman
yang
akan
mengambil tugas akhir dengan tema
yang sejenis diharapkan untuk
memperbanyak pengambilan data
primer untuk menunjang pengolahan
data yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Peraturan Gubernur Jawa
Timur No.72 tentang baku Mutu Air
Limbah Industri dan Kegiatan Usaha
Lainnya di Jawa Timur. Bidang
Pengendalian Dampak Lingkungan
Badan Lingkungan Hidup Kota
Surabaya.
Anonim. 2017. https://www.google.com/
maps. (Diakses 22 Juni 2017).
Campbell, C.S. dan Ogden, M.H. 1999.
Constructed wetlands in sustainable
landscape. John Wiley & Sons, Inc.
Toronto. Canada.
Danista, Ratna Widya. 2012. Penggunaan
Bambu Air (Equisetum Hyemale) dan
Bambu Rejeki (Dracaena Sanderiana)
Untuk Penyisihan Nitrogen dan Fosfor
pada Grey Water dengan Sistem
Constructed Wetland. ITS. Surabaya.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2006. Profil Kesehatan 2005. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
2004. Keputusan Menteri Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004
tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
MetCalf & Eddy. 2003. Wastewater
Engineering : Treatment, Disposal and
Reuse, 4th ed. McGraw Hill Book Co.
New York.
Novotny, V. and H. Olem. 1994. Water
Quality, Prevention, Identification, and
management of diffuse Pollution. Van
Nostrans Reinhold, New York.
Siswandari, Ayu Maharani., Hindun, Iin.,
Sukarsono.
2016.
Fitoremediasi
Phospat Limbah Cair Laundry
Menggunakan Tanaman Melati Air (
echinodorus paleafolius) dan Bambu
Air (Equisetum Hyemale) Sebagai
Sumber Belajar Biologi. Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia.
US.EPA. 2006. Voluntary Estuary
Monitoring Manual. Chapter 12:
Contaminants and Toxic Chemicals
Heavy metals, Pesticides, PCBs, and
PAHs.
Akses
internet:
http
://www.epa.gov/owow/estuaries/monitor/.
Download