Pemantauan tingkat obat hampir menggandakan kemungkinan untuk mencapai tingkat sasaran Oleh: David McLay, aidsmap.com, 17 Desember 2007 Tingkat obat dalam darah yang rendah sehingga sangat berbahaya dapat muncul pada hampir dua pertiga orang yang telah memakai terapi antiretroviral (ART) selama satu tahun. Hal ini dikatakan para peneliti dalam Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes edisi 1 Desember 2007. Tetapi, mereka menambahkan, penggunaan pemantauan terapeutik obat (therapeutic drug monitoring/TDM) sebagai bagian dari rencana perawatan HIV yang dirancang dengan baik dapat meningkatkan kemungkinan pencapaian target tingkat obat dalam darah sebanyak kurang lebih dua kali lipat. Kecuali untuk usulan kondisi tertentu, TDM terhadap tingkat antiretroviral (ARV) dalam darah adalah cara yang jarang diterapkan secara klinis. Banyak faktor yang menghalangi tindakan ini, termasuk tingkat obat dalam darah pasien yang berbeda secara alami, ketiadaan pedoman baku untuk obat yang berbeda, serta ketiadaan data pasti untuk mendukung siapa yang mungkin paling mendapatkan manfaat dari tindakan yang mahal dan rumit ini. Untuk menghadapi beberapa kekosongan ini, Best dan rekan dari California Collaborative Treatment Group 578, merancang sebuah penelitian untuk meneliti dua pertanyaan yang mendasar: 1) berapa proporsi pasien yang mempunyai tingkat PI atau NNRTI dalam darah di atas atau di bawah tingkat target; dan 2) faktor apa yang memprediksi siapa yang tidak akan mencapai tingkat target. Penelitian secara acak, terkontrol, open-label ini melibatkan 230 pasien yang memulai ART untuk pertama kalinya atau mengubah rejimennya. Rejimen dirancang oleh dokter dan pasien larangan oleh peneliti. Kemudian peserta secara acak dikelompokkan untuk menerima TDM atau perawatan baku. Pada minggu kedua, contoh darah diambil dari semua pasien untuk dilakukan TDM. Contoh darah juga diambil pada setiap kunjungan hingga penelitian berakhir pada minggu ke-48. Tetapi, hanya hasil dan usulan takaran dari peserta dalam kelompok TDM disediakan pada dokternya. Tidak ada nilai baku untuk tingkat obat yang optimal dalam darah, sehingga tim ahli mengkaji data klinis, laboratorium serta contoh konsentrasi obat sebelum membuat usulan tentang apa dan bagaimana mengubah takaran obat. Para peneliti memilih sebagai target tingkat obat adalah konsentrasi rata-rata yang lebih besar dari konsentrasi rata-rata yang dihitung dari nilai penguraian obat yang diterbitkan. Tim ini melibatkan peserta dalam rencana kesehatan yang lebih luas saat membuat usulan. Di antara 199 peserta yang terlibat dalam penelitian ini, dua pertiganya berpengalaman dengan pengobatan saat masuk dalam penelitian. Kelompok ini mempunyai penyakit lanjut, viral load rata-rata hanya sedikit di bawah 160.000 dan jumlah CD4 rata-rata 176. Di antara 190 peserta dalam analisis ini, 74 (39%) mempunyai konsentrasi di luar kisaran target setelah dua minggu. Selama 48 minggu penelitian, 122 (64%) mempunyai tingkat tidak sesuai target sedikitnya satu kali. Selama penelitian, tim ahli membuat 170 usulan untuk mengubah pajanan PI atau NNRTI pada 122 pasien. Hampir semuanya, 166 usulan adalah untuk meningkatkan pajanan obat. Tindakan yang paling umum adalah menambah takaran obat, walaupun tim ahli juga menyarankan tindakan yang lebih khusus, misalnya mengubah pola makan, mengubah pengobatan yang dipakai secara bersamaan atau meningkatkan kepatuhan. Para dokter mengikuti usulan pada 76% kasus. Para peneliti menghubungkan tingkat penerimaan yang tinggi ini dengan perancang usulan sesuai dengan kasus pasien secara individu. Di antara peserta dalam kelompok TDM yang mempunyai tingkat tidak sesuai target dan yang dokternya mengikuti usulan, 60% mencapai tingkat sesuai target pada kunjungan berikutnya. Sebaliknya, tingkat target tercapai pada 36% pasien dengan perawatan baku yang mempunyai usulan yang tidak disediakan pada dokternya. Secara keseluruhan peserta TDM yang mempunyai tingkat tidak sesuai target mencapai target lebih sering, 65% dibandingkan 45% peserta di kelompok perawatan baku (perbedaan yang tidak bermakna, p = 0,09). Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Pemantauan tingkat obat hampir menggandakan kemungkinan untuk mencapai tingkat sasaran Para peneliti menentukan tiga faktor yang secara independen memprediksi tingkat obat dalam darah tidak sesuai target: badan lebih berat, penggunaan efavirenz dan penggunaan lopinavir/ritonavir. Dalam analisis multivariat, rasio odds adalah 1,019 untuk setiap 1kg peningkatan berat badan, 4,131 untuk penggunaan efavirenz dan 4,102 untuk penggunaan lopinavir. Berdasarkan temuan ini, para peneliti berpendapat bahwa pasien yang lebih berat dan menerima efavirenz atau lopinavir harus disertakan sebagai calon untuk TDM. Mengomentari dua pertiga peserta yang mempunyai tingkat obat dalam darah tidak sesuai targetselama penelitian, para peneliti menyatakan “TDM memungkinkan deteksi pasien yang berisiko ini dan menyediakan cara bagi dokter untuk melakukan intervensi sebelum kegagalan rejimen.” Mereka menyimpulkan bahwa penelitian mereka dapat dipakai sebagai titik awal untuk penelitian TDM lebih lanjut yang menyelidiki toksisitas dan kemanjurannya. Ringkasan: Drug level monitoring nearly doubles likelihood of reaching target levels Sumber: Best BM et al. A randomized controlled trial of therapeutic drug monitoring in treatment-naïve and –experienced HIV-1–infected patients. J Acquir Immune Defic SynDr. 46:433 – 442, 2007. –2–