Definisi dan Konsep Pembangunan Lembaga - Tobirin

advertisement
I. DEFINISI DAN KONSEP PEMBANGUNAN LEMBAGA
Pembangunan Lembaga merupakan salah satu perspektif tentang perubahan sosial
yang direncanakan dan dibina, serta berkaitan dengan inovasi-inovasi yang berorientasi
pada perubahan sosial yang dilakukan melalui organisasi formal. Tujuannya adalah untuk
membangun organisasi yang dapat hidup dan efektif serta dapat mendukung inovasi
sebagai perubahan sosial. Proses yang terjadi dalam Pembangunan Lembaga ini bersifat
generik. Dimana inovasi sosial ini tidak dipaksakan dalam tiap sektor masyarakat.
Sehingga dalam model Pembangunan Lembaga ini, lembaga ditempatkan sebagai
organisasi formal yang menghasilkan perubahan, dan melindungi perubahan serta
jaringannya.
Variabel-variabel yang terkandung dalam konsep Pembangunan Lembaga adalah
sebagai berikut:
a. Kepemimpinan merupakan salah satu unsure terpenting yang paling kritis dalam
Pembangunan Lembaga. Karena proses perubahan yang dilakukan memerlukan
manajemen. Kepemimpinan terdiri dari pemegang kedudukan yang seccara
formal ditunjuk, atau mereka yang secara kontinyu menjalankan pengaruhnya.
b. Doktrin sebaga proyeksi dari ekspektasi dan tujuan-tujuan, serta metode
operasional yang mendasari tindakan sosial.
c. Program menunjuk pada tindakan-tindakan sosial yang berhubungan dengan
pelaksanaan dari fungsi yang merupakan output dari lembaga yang bersangkutan.
d. Sumber-sumber daya adalah input dari segala unsure yang terkandung dalam
Pembangunan Lembaga. Artinya, sumber-sumber daya yang dibutuhkan sebagai
kelengkapan lembaga mempengaruhi tiap segi dari kegiatan lembaga dan
merupakan kesibukan yang penting dari semua kepemimpinan lembaga.
e. Struktur intern bertugas sebagai struktur dan proses yang diadakan untuk
bekerjanya lembaga dan pemeliharaannya. Struktur intern mempengaruhi
kemampuan untuk melaksanakan komitmen yang sudah terprogram.
Kategori utama dari kedua variabel adalah kaitan. Yaitu saling ketergantungannya
diatara suatu lembaga dan bagian-bagian masyarakat yang relevan. Lembaga harus dapat
menjaga hubungan pertukaran dengan sejumlah organisasi yang terbatas dan melibatkan
diri dalam pertukaran yang disepakati. Untuk memudahkan analisis, dibedakan empat
jenis kaitan, yaitu:
a. kaitan-kaitan yang memungkinkan, yaitu dengan organisasi dan kelompo sosial
yang mengendalikan alokasi wewenang dan sumber daya yang diperlukan
lembaga tersebut.
b. Kaitan-kaitan fungsional, yaitu dengan organisasi yang menjalankan fungsi dan
kelengkapan lembaga.
c. Kaitan-kaitan normatif, yaitu dengan lembaga yang mencakup norma dan nilainilai yang relevan.
d. Kaitan-kaitan tersebar, yaitu dengan unsur masyarakat yang tidak dapat dijelaskan
dan diidentifikasi dalam organisasi formal.
Kelembagaan merupakan keadaan akhir dari suatu variabel evaluatif. Variabel
evaluatif itu sendiri merupakan suatu standar untuk menilai keberhasilan dari usaha-usaha
pembangunan lembaga. Konsep kelembagaan menunjukkan adanya hubungan-hubungan
tertentu dan pola-pola tindakan dalam suatu organisasi, yang sifatnya normatif.
Hal-hal yang mendasari konsep-konsep tersebut dan hubungan-hubungannya
adalah sejumlah perspektif tentang perubahan sosial yang berhubungan dengan teori:
1. Dalam masyarakat-masyarakat yang mengejar modernisasi, ada sebuah proses
pengembangan yang menyangkut pengenalan dan penerimaan dari banyak perubahan
atau inovasi. Perubahan-perubahan tersebut bersifat teknologis fisik dan juga teknologis
sosial. Namun, ada juga yang merupakan penggabungan dari kedua sifat perubahan
tersebut. Bagi sebagian orang perubahan tersebut semata-mata bersifat teknis dan
rasional. Namun bagi sebagian orang lainnya, perubahan tersebut dinilai dapat merusak
kepentingan-kepentingannya.
2. Kebanyakan perubahan itu terjadi karena adanya penyebaran atau evolusi yang
otonomis, yang secara sengaja disebabkan oleh kelompok-kelompok yang berpandangan
bahwa perubahan-perubahan yang demikian itu membawa manfaat bagi dirinya sendiri
dan masyarakat. Begitu halnya dengan PL (Pembangunan Lembaga), PL merupakan
perekayasaan sosial yang dilakukan secara tegas. PL adalah suatu proses bimbingan dan
proses belajar secara sosial dan bukanlah penancapan dari teknologi yang sudah siap
pakai. PL tidak mencakup inovasi-inovasi yang otonom dan siap dipaksakan.
3. Inovasi-inovasi yang secara sengaja dilakukan ini memerlukan organisasi-organisasi
yang formal dan kompleks sebagai wadahnya. Organisasi-organisasi tersebut yang
mendorong dan melindungi inovasi serta mewakili inovasi untuk diteruskan kepada
masyarakat luas.
Dengan demikian, PL adalah kegiatan yang memiliki laras ganda. Untuk itu, para
pengantar perubahan harus:
a. Membangun organisasi-orgnisasi yang secara teknis dapat bertahan hidup, efektif
secara sosial, dan dapat menjadi wadah bagi inovasi.
b. Menjalin dan mengelola hubungan-hubungan dengan organisasi-organisasi dan
kelompok-kelompok lainnya.
4. Tujuan dari hal tersebut adalah untuk mencapai kelembagaan, dimana nilai-nilai
inovatif dan pola-pola tindakan yang dinilai baik dalam organisasi tersebut dan
masyarakat luas, kemudian akan dimasukkan ke dalam perilaku dari organisasi dan
inovasi yang berkaitan. Lingkungan juga menjadi faktor pendukung bagi inovasi-inovasi
tersebut. Pada tahap ini, organisasi harus dipelihara agar dapat resistan terhadap inovasiiovasi yang datang berikutnya, dan juga tetap dapt mempertahankan dan memperbaharui
kembali dorongan inovatifnya.
II. MODEL PANDUAN
Pembangunan lembaga merupakan suatu model instrumen, tidak menyediakan
kriteria untuk menentukan inovasi-inovasi apa yang diinginkan akan tetapi berbicara
tentang kelayakan dari pilihan-pilihan alternatif untuk memenuhi kebutuhan dan
menentukan metode-metode untuk mengelola proses perubahan yang dipaksakan.
Model pembangunan lembaga adalah suatu teori elitis dengan suatu prasangka
rekayasa sosial yang eksplisit. Perubahan-perubahan yang terjadi adalah perubahan dari
atas ke bawah bukan dari bawah ke atas. Perubahan tersebut dipimpin oleh orang-orang
yang memiliki wewenang dan dapat mempengaruhi yang lain (Kepemimpinan). Wahana
dari perubahan itu sendiri ialah organisasi, dan lingkungannya ialah sekumpulan
organisasi atau kelompok. Sehingga, dalam prosesnya pembangunan lembaga tidak dapat
berjalan sendiri atau menyelesaikannya sendiri.
III. BEBERAPA ASUMSI DASAR
Model pembangunan lembaga sendiri menimbulkan beberapa asumsi dasar, baik
asumsi tentang lingkungan, tentang organisasi, tentang proses-proses perubahan, tentang
pelembagaan.
a. Tentang Lingkungan
Yang dimaksud lingkungan disini ialah sekumpulan organisasi dan kelompok,
jadi dapat diasumsikan bahwa lingkungan merupakan suatu pola hubungan yang
berjalan
dimana
orang-orang,
kelompok-kelompok,
organisasi-organisasi,
masing-masing ikut serta dalam kegiatan, mendorong dan melindungi
kepentingan-kepentingannya sendiri yang dibenarkan oleh sistem yang lebih besar
di mana mereka masing-masing merupakan bagian.
Lingkungan bukanlah sistem-sistem yang tertutup dan statis, dan juga tidak
monopolis. Lingkungan sendiri selalu berubah, disini diperlukan peran manajer
untuk menentukan kepentingannya. Setiap kepentingan organisasi saling berbeda
dan berlainan, ada yang menerima inovasi tetapi ada pula yang memberikan
perlawan terhadap inovasi tersebut. Para manajer tersebut tidak mengasumsikan
bahwa dalam lingkungan ada permintaan yang aktif pada produk mereka,
seberapapun bainya pasar produk mereka. Spara manajer berasumsi bahwa
mereka harus tetap berwaspada terhadap persaingan.
Lingkungan sendiri mempunyai kendala, seperti: kendala intelektual,
normatif, teknis dan sumberdaya, kesempatan-kesempatan dan kemampuankemampuan untuk menyediakan masukan-masukan atau meneriman keluarnkeluaran organisasi, terlpeas dari faktor politis.
b. Tentang Organisasi
Mengasumsikan adanya kemampuan organisasi-organisasi formal untuk
memasyarakatkan mereka yang masuk ke dalam batas-batasnya dalam segi
norma-norma dan pola-pola tindakan yang baru, selama kontaknya berlangsung
cukup lama, dan pemasyarakatan merupakan suatu keprihatinan yg eksplisit.
Organisasi bukan hanya semata-mata struktur, tetapi organisasi dapat menjadi
wahana yang dinamis melalui para penghantar perubahan yang menekankan nilainilai mereka terhadap orang-orang di dalam batasannya. Organisasi sendiri dapat
mempengaruhi staff dan kliennya.
Jenis
organisasi
secara
implisit
sendiri
diasumsikan
dalam
model
pembangunan lembaga ialah birokratis, dengan spesialisasi peranan, aturan formal
dan struktur wewenang hirarkis.
Sehingga ada hubungan erat antara penghantar perubahan dengan organisasi,
dimana para penghantar perubahan menggunakan organisasi untuk menyamakan
persepsi agar arah dan tujuannya sama.
c. Tentang Proses-proses Perubahan
Diasumsikan bahwa perubahan pembangunan lembaga itu terencana dan
terpimpin. Ada tiga proses perubahan yaitu kebudayaan, teknologi dan politik.
Kebudayaan berhubungan dengan nilai-nilai, jadi usaha untuk merubah nilainilai individual atau kelompok dengan menggunakan metide ideologis,
indoktrinatif, enosional dll. Teknologi, lebih terarah pada perubahan intelektual
seseorang melalui pemberian informasi. Politik, mengandalkan diri pada retribusi
kekuasaan, manipulasi dari sumberdaya dll.
d. Tentang Pelembagaan
Hasil akhir dari dari pembangunan pelembagaan, dimana memilki tiga prinsip,
yaitu:
1. Harus diadakan norma-norma dan pola-pola tindakan yang baru
didalam organisasi maupun dalam lingkungan relevannya.
2. Baik
organisasi
dan
inovasi-inovasi
melembaga, dinilai dalam lingkungan.
yang
diwakilinya
harus
3. Nilai instrinsik yang diperoleh dapat dipandang sebagai suatu
sumberdaya yang memungkinkan para penghantar perubahan untuk
mencapai tujuannya dengan biaya yang lebih rendah karena adanya
komitmen dari staff dan citra yang menguntungkan uang diproyeksi
dalam lingkungan.]
IV. VARIABEL-VARIABEL LEMBAGA, VARIABEL-VARIABEL KAITAN DAN
TRANSAKSI-TRANSAKSI
Kelompok- kelompok ini adalah variabel-variabel lembaga, yaitu yang pada
dasarnya menyangkut organisasi itu sendiri dan variabel yang berhubungan terutama
hubungan ekstern. Variabel yang paling penting adalah Kepemimpinan. Bimbingan
memerlukan kepemimpinan, dan hal ini khususnya berlaku dimana persoalannya,
bukanlah untuk mempertahankan status quo.
Suatu organisasi tanpa kepemimpinan
mungkin akan menjadi tak terkendali dan terkecuali bila kepemimpinan adalah
komponen secara teknis dan secara politis. Gaya-gaya kepemimpinan alternatife mungkin
akan secara berarti mempengaruhi bekerjanya suatu organisasi baru yang telah disusun
kembali yang telah mengikatnya dirinya ke inovasi.
Doktrin adalah variabel lembaga yang paling sulit dipahami. Ia adalah
pengungakapan dari apa yang diwakili oleh organisasi tersebut, apa yang diharapkannya
untuk dicapai dan gaya-gaya tindakan yang akan digunakannya sebagai motivasi orang
untuk bertindak. Doktrin bukanlah suatu konsep tunggal tetapi lebih banyak merupakan
sekelompoktema yang diproyeksi oleh kepemimpinan ke audience intern dan eksternny.
Dengan demikian maka doktrin memberikan motivasi kepada pegawai. Jadi perluasan,
pengungkapan, dan manipulasi dari doktrin adalah tanggung jawab yang penting dari
mereka yang membina kegiatan-kegiatan PL. Hal ini adalah suatu tahap dari manejemen
kelembagaan dimana waktu, pemikiran dan usaha harus ditanam namun sering diabaikan.
Program
organisasi
adalah
seperangkat
kegiatan-kegiatan
yang
dijalankannya,
penerjemahan doktrin ke dalam tindakan dengan melalui program-program tindakannya
maka inovasi-inovasi teknologi dan social yang diwakili lembaga akan diubah menjadi
produk-produk atau jasa-jasa spesifik.
Program-program tindakan cenderung dirumuskan sebagai tanggapan terhadap
mandat-mandat legal, kesempatan-kesempatan atau prioritas-prioritas yang dipegang oleh
kepemimpinan. Biasanya prioritas tersebut membantu inovasi-inovasi dengan mana
kepemimpinan telah mengikat dirinya. Tetapi program-program tidak dirumuskan dalam
kekosongan karena harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga akan
membangun dukungan bagi organisasi tersebut di antara calon “masyarakat” dan
meminimalkan oposisi. Organisasi telah menyiapkan program-program yang bersedia
diterima oleh calon-calon masyraraktnya dengan membangun suatu “program mix” .
Karena pembuatan program khususnya bagi suatu organisasi yang inovatif adalah suatu
proses yang dinamis; ia tidak dapat ditetapkan sekali saja dan untuk selama-lamanya.
Pengembangan program harus konsisten dengan sumber-sumberdaya yang tersedia bagi
organisasi tersebut pada tiap saat atau ia tidak akan mampu menyediakan jasa-jasa.
Besarnya dan mutu dari sumber-sumberdaya yang tersedia bagi kepemimpinan adalah
determinan-determinan yang penting dari efektifnya suatu organisasi. Program-program
hendaknya menghasilkan manfaat dan kepuasaan bagi perorangan dan kelompokkelompok dalam masyarakat yang mempertahankan dan menaikkan pencapaian yang
terus menerus oleh organisasi ke sumber-sumberdaya.
Sumber-suberdaya tidaklah lamban sifatnya. Mereka harus dikembangkan,
digabung dan disebarkan sebelum dapat menghasilkan keluaran-keluaran yang berguna.
Sumberdaya yang paling penting dalam organisasi adalah stafnya. Pengembangan staf
adalah
fungsi
yang
terus-menerus
dari
para
pembangun
lembaga
dengan
ketrampilan,pengetahuan, komitmen-komitmen yang deprogram bagi hasil kerja yang
efektif yang diperlukan oleh suatu organisasi yang inovatif jarang tersedia dalam pasar
tenaga kerja.
Jadi kepemimpinan harus menanam tenaga dalam menetapkan suatu system
informasi dan mempertahankan sumber-sumberdaya informasinya pada suatu efisiensi
yang tinggi.
Dana bukan satu-satunya sumber daya yang diperlukan organisasi, namun dana
sangat diperlukan untuk membiayai segala fasilitas dan semua aktivitas yang sedang
berlaku. Tiap organisasi (termasuk organisasi yang sedang menjadi lembaga) harus
mencapai kompetensi teknis dan kepaduan yang efektif diantara semua komponennya.
Kebutuhan untuk menjamin keterpaduan tersebut dimasukkan dalam suatu kelompokkelompok variable-variable yang disebut struktur intern.
Tiap organisasi berinteraksi dengan organisasi lainnya. Dari berinteraksi tadi,
organisasi yang inovatif mempersoalkan dirinya untuk selalu memperoleh dukungan dan
mengatasi perlawanan. Jaringan hubungan-hubungan inter-organisatoris ini dinyatakan
sebagai kaitan-kaitan.
Berikut 4 jenis kaitan lembaga, yaitu :
1. Kaitan yang memungkinkan (enabling) menyediakan wewenang untuk bekerja dan
mencapai sumber-sumber daya yang esensial.
2. Kaitan-kaitan fungsional menyediakan masukan-masukan yang diperlukan ke dalam
organisasi dan mengambil keluaran-keluarannya.
3. Kaitan-kaitan normatif adalah hubungan-hubungan dengan organisasi-organisasi
lainnya yang membagi suatu kepentingan yang tumpang-tindih dalam tujuan-tujuan
atau metode-metode dari lembaga yang baru.
4. Kaitan-kaitan yang tersebar adalah hubungan-hubungan dengan orang-orang dan
kelompok-kelompok yang tidak terkumpul dalam organisasi-organisasi atau
kolektivitas formal tetapi mampu mempengaruhi kedudukan dari organisasiorganisasi inovatif dalam lingkungannya.
Pimpinan yang bijaksana harus terus-menerus mengamati hubungan jaringan
kaitan-kaitan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, menilai kaitan-kaitan
untuk mendahului persoalan-persoalan baru yang mungkin muncul dan bersiap
menyesuaikan taktik-taktiknya.
Pengelolaan hubungan-hubungan kaitan adalah proses yang dinamis, menyangkut
transaksi-transaksi, pertukaran-pertukaran, give and take dengan organisasi dan
kelompok lainnya. Perlu bagi inovator-inovator untuk mengorbankan beberapa dari halhal yang mereka inginkan untuk melindungi hal-hal lain yang lebih mereka inginkan,
dengan pengorbanan sekecil mungkin terhadap perubahan sebagai tujuannya.
Jadi, pengelolaan yang rasional dari kaitan-kaitan suatu organisasi memerlukan
penilaian yang tenang dan terus-menerus tentang lingkungan, yang diperinci dalam
hubungan-hubungan spesifik yang penting bagi maksud-maksudnya. Taktik-taktik yang
cocok harus dipikirkan untuk menghadapi setiap dari mereka. Bagi kepemimpinan
tersedia doktrin dan keluaran-keluaran yang telah diprogram sebagai alat-alat untuk
menanggulangi kaitan-kaitan ekstern. Keberhasilan akan berarti pencapaian yang lebih
baik ke sumber-sumber daya dan kesempatan-kesempatan tambahan untuk menyediakan
jasa-jasa yang secara efektif menggerakkan lingkungan ke arah-arah yang dikejar oleh
pimpinan dari lembaga yang inovatif.
V. PERENCANAAN STRATEGIS DAN PEMANTAUAN
Perencanaan strategis hendaknya mendahului dan memberitahukan kepada tiap
usaha pembangunan lembaga, khususnya tiap keputusan oleh suatu badan luar negeri,
untuk ikut serta dalam suatu kemampuan bantuan teknis.
Diantara masalah-masalah strategis yang mungkin dapat dicakup dalam
perencanaan dan usaha Pembangunan Lembaga adalah yang berikut :
a. inovasi-inovasi manakan yang paling sesuai untuk memenuhi kebutuhankebutuhan dan keadaan-keadaan.
b. Organisasi jenis apakah yang akan menjadi wahana organisasi baik yang sudah
ada kemudian ditata kembali atau pun organisasi yang baru.
c. Pola-pola kepemimpinan manakah yang cocok.
d. Sumber-sumber dari sumber daya manakah yang dapat diandalkan untuk
masukan-masukan.
e. Apa yang menjadi program dan taktik-taktik utama, bagaimana kegiatan-kegiatan
yang ada disusun berdasarkan tahapan kurun waktu, bagaimanakah prioritasprioritas relatif dalam membangun organisasi, menyediakan jas-jasa yang berguna
serta memperluas inovasi-inovasi.
f. Bagaimana organisasi harus dirancang dan kebutuhan-kebutuhan staff ditetapkan,
sehingga program-program operasi akan konsisiten dengan kemampuankemampuan
organisasi
dan
di
sinkronisasi
dengan
kegiatan-kegiatan
pengembangan staff.
g. Kaitan manakah yang paling berarti, dan bagaimanakah program dan doktrin
dapat membantu untuk mempengaruhi kelakuan dari tiap kaitan kea rah yang
diinginkan.
h. Kombinasi dari kelangsungan hidup, jasa, dan taktik-taktik perubahan harus
digunakan pada titik-titik yang berututan.
i. Mekanisme-mekanisme kontrol yang bagaiman yang harus digunakan untuk
memonitor hasil kerja yang sekarang dan untuk menilai kemajuan lembaga.
j. Bagaimanakah peranan dari bantuan teknis dalam usaha ini, hubungan spesifik
dari staf luar negeri dan domestic dalam berbagai kegiatan-kegiatan manajemen
intern dan kaitan dari organisasi.
Pemantauan operasional sangat penting untuk menjaga relevansi dari sebuah
rencana. Pemantauan operasional adaalh pemetaan apa yang sebenarnya dilakukan oleh
organisasi terhadap sekelompok maksud-maksud atau harapan-harapan yang asli. Jika
pemantauan operasional baik secara formal atau non formal tidak ada, maka organisasi
cenderung untuk menyimpang dari rancangan aslinya sementara organisasi menghadapi
tekanan-tekanan peristiwa-peristiwa dan kesempatan-kesempatan yang tidak diharapkan.
Pemantauan tidak berarti sebuah organisasi lebih cenderung untuk mengikuti
seluruh rancangan aslinya dan tidak menghiraukan pengalaman organisasi tersebut.
Artinya bahwa organisasi sedang belajar dari pengalamannya dan juga menghubungkan
pengalaman tersebut ke suatu rencana asli dan sekelompok maksud-maksud.
Pemantauan organisasi berfungsi untuk menyediakan data dan penilaian-penilaian
yang memberitahukan tentang perubahan-perubahan yang tidak apat dielakkan dan
pembaharuan yang terus menerus dalam rencana-rencana operasional organisasi.
Pemantauan informal diusahakan oleh semua administrator yang bertanggung
jawab, tetapi tekanan-tekaan dari operassi-operasi harian dan kompleksitas dari tugastugas yang mereka kerjakan sering memindahkan kegiatan ini ke prioritas yang rendah.
VI. KELEMBAGAAN-KEADAAN AKHIR
Kelembagaan mengandung pengertian bahwa organisasi dan inovasi-inovasinya
telah diterima dan diduknung oleh lingkungan ekternnya. Lingkungan telah
menyeseuaikan diri terhadapa inovasi-inovasi tersebut lebih daripada organisasi telah
menyesuaikan dirinya pada lingkungan aslinya. Proses penyesuaian diri ini menyangkut
hubungan-hubungan fungsional, normatif dan kekuasaan.
Dilihat dari beberapa faktor, pembangunan lembaga berakhir apabila :
a. kemampuan teknis
b. komitmen-komitmen normatif
c. dorongan inovatif
d. citra lingkungan
e. efek sebaran
VII. BANTUAN TEKNIS DALAM PEMBANGUNAN LEMBAGA
Dalam model Pembangunan lembaga, bantuan teknis atau campur tangan ekstern
bukanlah suatu variabel eksplisit. Asumsinya yakni perubahan sosial yang tidak
dipaksakan pada dasarnya adalah suatu fenomena dalam negeri, dan pada saat saat
tertentu perubahan yang disengaja itu bisa mungkin atau bisa jadi tidak mungkin akan
menyangkut pengikutsertaan ekstern. Perspektif PL dengan tegas menolak gagasan
bahwa perubahan yang berarti itu dapat merupakan suatu pemindahan teknologi atau
bentuk bentuk organisasi dari satu kebudayaan ke kebudayaan yang lainnya. Namun
demikian, sejumlah besar usaha-usaha dalam perubahan yang dipaksakan di negaranegara yang kurang berkembang sejak Perang Dunia II telah melibatkan bantuan teknis
ekstern dari penghantar-penghantar perubahan. Kebanyakan dari para peneliti yang
bekerja dalam riset PL telah tertarik pada subjek tersebut untuk memperkuat hasil kerja
bantuan teknis, dan kebanyakan dari para sponsor dari pekerjaan ini dengan jelas telah
mengharapkan adanya imbalan (payoff) dalam bidang ini.
Jelaslah bahwa bantuan teknis dapat mempengaruhi PL pada tiap titik, termasuk campur
tangan strategis dengan kaitan-kaitan yang memungkinkan lewat cara yang mungkin
tertutup bagi para penghantar perubahan pribumi. Peranan peranan optimal dari
personalia bantuan teknis itu umumnya berbeda pada tahap-tahap dalam proses PL, tetapi
agaknya bantuan teknis yang paling kritis dalam lima jenis kegiatan
1. Sebagai penyedia-penyedia dari model model perubahan
Bantuan teknis menyiratkan di pihak elite pribumi, mereka sedang mencari
model-model yang lebih baik dan mereka mengandalkan diri pada pengalaman
atau pencapaian-pencapaian intelektual dari masyarakat-masyarakat lain untuk
menyediakan model-model tersebut, maupun pengetahuan teknis dan manajerial
guna membantu masyarakat setempat dalam menggunakn alat-alat tersebut.
2. Sebagai peserta-peserta dalam fungsi kepemimpinan
Yakni
digunakan
dalam
perencanaan
doktrin
dan
prioritas-prioritas,
pengembangan dari program-program, dan terutama dalam membangun
organisasi intern.
3. Sebagai penyedia-penyedia dan pembagi dari sumber-sumberdaya yang berharga
yang melancarkan proses perubahan yang dipaksakan dengan menyediakan
perangsang-perangsang maupun kemandirian untuk para pengantar domestik.
4. Point Four yang tradisional dan fungsi fungsi penyuluhan pertanian untuk
memindahkan dan menyesuaikan teknologi melalui pengajaran, latihan, dan
peragaan adalah hanya salah satu fungsi fungsi bantuan teknis dalam suatu PL.
5. Suatu fungsi yang timbul dan yang makin bertambah penting untuk bentuk bentuk
bantuan teknis PL adalah untuk memasukkan riset evaluatif ke dalam proyekproyek, riset yang akan membantu para penghantar perubahan setempat untuk
menilai hasil kerja mereka, menyesuaikan program-program mereka terhadap
keadaan keadaan setempat yang sedang berubah dan informasi
baru yang
dihasilakn melalui proses belajar secara organisasi, dan untuk menyumbang
pengetahuan baru bagi ilmu pengetahuan dan seni dari perubahan sosial yang
dibina.
VIII. PEMBANGUNAN LEMBAGA SEBAGAI PANDUAN BAGI RISET DAN
BAGI PRAKTEK
Konsep dari pembangunan
lembaga telah maju dari suatu slogan menjadi
kerangka intelektual yang kompleks dan canggih yang mampu memberi orientasi kepada
para analis maupun praktisi ke persoalan-persoalan tindakan yang penting. Tidak hanya
berpikiran dalam bentuk organisasi formal saja, tyetapi lebih kepada hal-hal ekstern
organisasi. Ahli-ahli teori tentang perubahan sosial dipaksa untuk menghadapi fenomena
organisasi yang kompleks sebagai suatu alat yang perlu dalam inovasi sosial yang
bertujuan memusatkan perhatian pada hubungan hubungan para pemimpin dan dari
gagasan-gagasan ke tindakan kelompok yang bertujuan dari sumber-sumberdaya
masukan ke keluaran keluaran yang di program dalam kerangka pertukaran sosial, dan
dimensi-dimensi politik maupun pengajaran dari perubahan sosial yang terpimpin.
Tujuannya bukan saja untuk menyediakan perspektif-perspektif yang berguna
tetapi juga untuk membangkitkan pengertian-pengertian tentang taktik-taktik campur
tangan yang akan mengurangi ketidakpastian yang dihadapi oleh para praktisi dari
perubahan sosial yang terencana dan memperbesar kemungkinan bahwa usaha-usaha
mereka akan memberi keberhasilan yang lebih besar daripada tidak adanya model ini.
‘Unsur-unsur dalam Pembangunan Lembaga’
Disusun Oleh:
Lia Kusuma Astuti
F1B009002
Sanistri Purnamasari
F1B009003
Adilla Choliviawati
F1B009005
Arista Tunggadewi
F1B009006
Juana Alvianti
F1B009007
Ardita Novi
F1B009014
Sherra Amalia
F1B009083
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PURWOKERTO
2012
Download