Menurut Doyle (2009), pertumbuhan atau physical growth

advertisement
Menurut Doyle (2009), pertumbuhan atau physical growth adalah peningkatan dalam ukuran tubuh
yaitu tinggi badan, berat badan dan juga bertambah besarnya ukuran organ kecuali jaringan limfa yang
akan mengecil ketika usia anak bertambah.
Dorland Medical Dictionary (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan adalah proses normal dari
pembesaran ukuran organisme yang disebabkan oleh accretion (pertumbuhan) jaringan tubuh.
Sedangkan Tanuwidjaya (2002), mendefinisikan pertumbuhan sebagai bertambahnya ukuran dan jumlah
sel serta jaringan intraseluler, yang bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan mempergunakan
satuan panjang atau satuan berat.
Doyle (2009) menyatakan bahwa perkembangan adalah peningkatan fungsi dan kapabilitas seorang
anak. Dalam mempelajari perkembangan dapat dibagi atas beberapa kategori yang spesifik seperti
gerakan motorik kasar, gerakan motorik halus, perkembangan bahasa, sosial dan emosional. Pada anak
yang normal, proses perkembangan terjadi dalam kecepatan yang berbeda misalnya ada anak yang
berjalan dalam usia yang lebih cepat dari sebagian anak lain namun lambat dalam perkembangan
berbicaranya dan Tanuwidjaya (2002) menyebutkan bahwa perkembangan anak ialah bertambahnya
kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dan bersifat kualitatif.
Pertumbuhan dan perkembangan secara garis besar terbagi dua tahap,yaitu masa prenatal, dan masa
post natal. Sesudah lahir, tahap pertumbuhan dan perkembangan akan masuk ke masa post natal. Masa
post natal terdiri dari beberapa periode, yaitu masa neonatal (0- 28 hari), masa bayi (bayi dini dan bayi
lanjut), masa prasekolah, masa sekolah atau pra-pubertas dan masa remaja (adolescent) (Tanuwidjaya.S,
2002). Tahap awal neonatus adalah beradaptasi terhadap lingkungan, yang termasuk perubahan
sirkulasi darah dan mulainya berfungsi berbagai organ – organ tubuhnya yang lain seperti parunya
(Tanuwidjaya. S, 2002). Setelah berakhirnya masa neonatus, fase berikutnya adalah fase bayi, yang
terbagi dua fase yaitu bayi dini dan bayi lanjut. Fase bayi dini yang berawal dari usia 1 bulan hingga 12
bulan. Pada fase bayi dini pertumbuhan akan terjadi dengan pesat dan proses pematangan organ akan
berlangsung secara berkelanjutan terutama meningkatnya fungsi sistem saraf (Tanuwidjaya.S, 2002).
Setelah bayi mencapai usia 1 tahun, ia akan masuk ke masa bayi akhir, yang berlangsung hingga ia
mencapai usia 2 tahun, ditahap ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan ada kemajuan pada
perkembangan motorik dan fungsi ekskresi. Pada saat usianya masuk 2 tahun, dia akan memasuki
tahap prasekolah (preschooler), di usia ini pertumbuhan anak akan berlangsung dengan stabil dan
terjadi perkembangan dengan aktifitasnya sehari-hari dan meningkatnya keterampilan dan proses
berpikir. Masa sekolah atau masa prapubertas terjadi pada anak wanita dikalangan usia 6 hingga 10
tahun, sedangkan anak laki laki usia 8 hingga 12 tahun, diperiode ini anak-anak akan mengalami
pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah, keterampilan dan intelektual
makin berkembang, dia senang bermain berkelompok dengan jenis kelamin yang sama. Anak wanita
biasanya akan memasuki masa adolesensi 2 tahun lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Usia anak
wanita memasuki masa adolesensi adalah antara usia 10 hingga 18 tahun, sedangkan anak laki -laki akan
mengalami masa adolensensi diusia 12 hingga 20 tahun. Masa ini merupakan transisi periode anak
memasuki tahap menjadi seorang dewasa. Ada terjadi percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi
badan yang sangat pesat yang disebut Adolescent Growth spurt yang disertai juga dengan terjadi
pertumbuhan dan perkembangan pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda- tanda kelamin sekunder
(Tanuwidjaya. S, 2002).
Ukuran Antropometrik Pertumbuhan fisik anak pada umumnya dinilai dengan menggunakan ukuran
antropometrik yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi: 1. tergantung umur yaitu berat
badan (BB) terhadap umur, tinggi badan (TB) terhadap umur, lingkaran kepala (LK) terhadap umur dan
lingkaran lengan atas (LLA) terhadap umur. Untuk dapat memberikan pemaknaan secara klinis pada
parameter tersebut diperlukan keterangan yang akurat mengenai tanggal lahir anak. Kesulitannya
adalah di daerah-daerah tertentu, penetapan umur anak kurang tepat karena orang tua tidak ingat
bahkan tidak ada catatan mengenai tanggal lahirnya. 2. tidak tergantung umur yaitu berat badan
terhadap tinggi badan (BB/TB), lingkaran lengan atas (LLA) dan tebal lipatan kulit (TLK).
Hasil pengukuran antropometrik tersebut dibandingkan dengan suatu baku tertentu misalnya NCHS dari
Harvard atau standar baku nasional (Indonesia) seperti yang terekam pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
Dengan melihat perbandingan hasil penilaian dengan standar baku tersebut maka dapat diketahui status
gizi anak. Nilai perbandingan ini dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan fisik anak karena
menunjukkan posisi anak tersebut pada persentil (%) keberapa untuk suatu ukuran antropometrik
pertumbuhannya, sehingga dapat disimpulkan apakah anak tersebut terletak pada variasi normal,
kurang atau lebih. Selain itu juga dapat diamati trend (pergeseran) pertumbuhan anak dari waktu ke
waktu.
Berat badan (BB) adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana,mudah diukur,dan diulang. BB
merupakan ukuran yang terpenting yang dipakai pada setiap pemeriksaan penilaian pertumbuhan fisik
anak pada semua kelompok umur karena BB merupakan indikator yang tepat untuk mengetahui
keadaan gizi dan tumbuh kembang anak saat pemeriksaan (akut). Alasannya adalah BB sangat sensitif
terhadap perubahan sedikit saja seperti sakit dan pola makan. Selain itu dari sisi pelaksanaan,
pengukuran obyektif dan dapat diulangi dengan timbangan apa saja, relatif murah dan mudah, serta
tidak memerlukan waktu lama.
Tinggi badan (TB) merupakan ukuran antropometrik kedua yang terpenting. Pengukuran TB sederhana
dan mudah dilakukan. Apalabila dikaitkan dengan hasil pengukuran BB akan memberikan informasi
penting tentang status nutrisi dan pertumbuhan fisik anak Ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan
dapat terus meningkat sampai tinggi maksimal dicapai. TB merupakan indikator yang menggambarkan
proses pertumbuhan yang berlangsung dalam kurun waktu relatif lama (kronis), dan berguna untuk
mendeteksi gangguan pertumbuhan fisik di masa lampau. Indikator ini keuntungannya adalah
pengukurannya obyektif, dapat diulang, alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.
Kerugiannya perubahan tinggi badan relatif lambat dan sukar untuk mengukur tinggi badan secara
tepat. Pengukuran TB pada anak umur kurang dari 2 tahun dengan posisi tidur dan pada anak umur
lebih dari 2 tahun dengan berdiri.
Lingkar kepala (LK) menggambarkan pertumbuhan otak dari estimasi volume dalam kepala. Lingkar
kepala dipengaruhi oleh status gizi anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran rutin dilakukan untuk
menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak walaupun
diperlukan pengukuran LK secara berkala daripada sewaktu-waktu saja. Apabila pertumbuhan otak
mengalami gangguan yang dideteksi dari hasil pengukuran LK yang kecil (dinamakan mikrosefali) maka
hal ini bisa mengarahkan si anak pada kelainan retardasi mental. Sebaiknya kalau ada gangguan pada
sirkulasi cairan otak (liquor cerebrospinal) maka volume kepala akan membesar (makrosefali), kelainan
ini dikenal dengan hidrosefalus. Pengukuran LK paling bermanfaat pada 6 bulan pertama sampai 2 tahun
karena pada periode inilah pertumbuhan otak berlangsung dengan pesat. Namun LK yang abnormal baik
kecil maupun besar bisa juga disebabkan oleh faktor genetik (keturunan) dan bawaan bayi. Pada 6 bulan
pertama kehidupan LK berkisar antara 34-44 cm sedangkan pada umur 1 tahun sekitar 47 cm, 2 tahun
49 cm dan dewasa 54 cm.
Lingkar lengan atas (LLA) menggambarkan tumbuh kembang jaringan lemak di bawah kulit dan otot
yang tidak banyak terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan (BB). LLA
lebih sesuai untuk dipakai menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada anak kelompok umur prasekolah
(1-5 tahun). Interpretasi hasil dapat berupa: 1. LLA (cm): < 12.5 cm = gizi buruk (merah), 12.5 – 13.5 cm =
gizi kurang (kuning), >13.5 cm = gizi baik (hijau). 2. Bila umur tidak diketahui, status gizi dinilai dengan
indeks LLA/TB: <75% = gizi buruk, 75-80% = gizi kurang, 80-85% = borderline , dan >85% = gizi baik
(normal).
Tebal Lipatan Kulit (TLK) merupakan pencerminan tumbuh kembang jaringan lemak dibawah kulit yang
lebih spesifik. Hampir 50% lemak tubuh berada di jaringan subkutis sehingga dengan mengukur lapisan
lemak (TLK) dapat diperkirakan jumlah lemak total dalam tubuh. Hasilnya dibandingkan dengan standar
dan dapat menunjukkan status gizi dan komposisi tubuh serta cadangan energi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak menurut Hidayat (2005),
yaitu faktor herediter dan lingkungan. Faktor herediter meliputi genetik/bawaan, jenis kelamin,
ras/etnik dan umur. Faktor lingkungan meliputi lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal.
Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi sampai lahir yang
meliputi gizi pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis (posisi janin dalam uterus, zat kimia atau toksin),
radiasi, infeksi dalam kandungan, stres, faktor imunitas, kekurangan oksigen pada janin. Lingkungan
postnatal merupakan lingkungan setelah lahir yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak,
seperti budaya lingkungan, sosial ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak
dalam keluarga, dan status kesehatan. Sedangkan menurut Al-Hassan dan Lanford (2009) status sosial
ekonomi dapat ditunjukkan dengan pendapatan keluarga, tingkat pendidikan ayah dan tingkat
pendidikan ibu serta pekerjaan orang tua.
c. Penilaian Perkembangan Anak
DDST yaitu suatu tes untuk melakukan skrining/pemeriksaan terhadap perkembangan anak usia satu
bulan sampai dengan enam tahun menurut Denver. Denver II adalah revisi utama dari standarisasi ulang
dari DDST dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R). DDST merupakan salah satu dari
metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Tujuan
DDST adalah mengkaji dan mengetahui perkembangan anak yang meliputi motorik kasar, bahasa,
adaptif-motorik halus dan personal sosial pada anak usia satu bulan sampai dengan enam tahun
(Saryono, 2010).
Fungsi DDST yaitu untuk mengkaji dan mengetahui tingkat perkembangan anak, menstimulasi
perkembangan anak, pedoman dalam perawatan perkembangan anak dan mendeteksi dini
keterlambatan perkembangan anak. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit. Aspek Perkembangan yang
dinilai terdiri dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 2530 tugas dan menurut Saryono (2010) ada empat sektor perkembangan yang dinilai, yaitu:
1) Perilaku Sosial
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
2) Gerakan Motorik Halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat.
3) Bahasa
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
4) Gerakan Motorik Kasar
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Ada beberapa skoring penilaian item pada tes DDST II menurut Adriana (2011), antara lain:
1) L = Lulus/lewat, ditulis dengan P = Passed
Anak dapat melakukan item dengan baik, atau ibu/ pengasuh memberikan laporan (tepat/dapat
dipercaya) bahwa anak dapat melakukannya.
2) G = Gagal, ditulis dengan F = Fail
Anak tidak dapat melaksanakan item tugas dengan baik, atau ibu/pengasuh memberi laporan anak tidak
dapat melakukan dengan baik.
3) Tak = Tak ada kesempatan, ditulis dengan NO = No Opportunity
Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan item karena ada hambatan. Misalnya, anak yang
tangan dominannya sedang diinfus tidak dapat melakukan item yang berhubungan dengan tangan. Skor
ini hanya digunakan untuk item yang ada kode L/laporan orangtua atau pengasuh.
4) M = Menolak, ditulis R = Refusal
Anak menolak melakukan tes karena faktor sesaat, misalnya mengantuk, lelah, dan menangis.
2.5. Peyimpangan pada Pertumbuhan 2.5.1. Perawakan Pendek Perawakan pendek atau dwarfinism
adalah ketinggian yang berada dibawah persentil kedua atau 0.4th centile. Hanya 1 dari 50 anak lebih
pendek dari pada persentil kedua dan hanya 1 dari 250 anak lebih pendek dari 0.4th centile. Kebanyakan
anak-anak walaupun memiliki badan yang kecil tetap berkembang normal namun ada kemungkinan
besar ada gangguan patologis pada tahap pertumbuhannya (Lissauer, Clayden, 2002).
2.5.2. Perawakan Tinggi Walaupun jarang orang tua mengeluh tentang anaknya yang lebih tinggi
dibandingkan kawan-kawannya, anak-anak remaja merasa cemas pada saat pubertal growth spurt,
disebabkan tinggi mereka yang meningkat dengan cepat. Kebanyakan anak yang tinggi disebabkan
genetik orang tua dan juga disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang berlebihan. Ini
mengakibatkan obesitas pada anak dan pertumbuhan yang cepat (Lissauer, Clayden, 2002).
2.5.3. Pertumbuhan Kepala Abnormal Pertumbuhan pesat kepala terjadi dalam dua tahun pertama dan
80% dari ukuran kepala dewasa telah dicapai pada usia 5 tahun. Ini memberi gambaran terhadap
pertumbuhan otak, namun ukuran besar atau kecilnya kepala biasanya juga tergantung terhadap faktor
keturunan dan biasanya perlu menggunakan mid- parental head percentile untuk
menentukannya(Lissauer, Clayden, 2002). Pada saat lahir sutura dan fontanel masih belum tertutup.
Setelah beberapa bulan hidup, sirkumferens kepala bayi akan lebih melebar, terutama ukuran badan
bayi kecil dibanding umur gestasionalnya. Bagian posterior kepala tertutup dalam minggu ke delapan,
sedangkan bagian anterior fontanel tertutup dalam 12 hingga 18 bulan. Jika terjadi kecepatan pada
kelebaran sirkumferens kepala, maka peningkatan tekanan intrakranial harus di eksklusikan.
Berbagai gangguan pertumbuhan kepala yang dialami adalah termasuk mikrosefali, makrosefali, kepala
asimetris dan kraniositosis (Lissauer, Clayden, 2002).
2.6. Penyimpangan pada Perkembangan
2.6.1. Gangguan Perkembangan motorik Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh
hal-hal tertentu seperti faktor keturunan dan faktor lingkungan. Faktor keturunan dimana pada
keluarganya rata-rata perkembangan motorik lambat dan faktor lingkungan pula seperti anak tidak
kesempatan untuk belajar karena terlalu dimanjakan, selalu digendong atau diletakkan di babywalker
terlalu lama dan juga anak yang mengalami deprivasi maternal. Disamping itu, faktor kepribadian anak
misalnya anak sangat penakut, gangguan retardasi mental juga adalah penyebab perkembangan motorik
yang lambat. Selain itu, kelainan tonus otot, obesitas, penyakit neuromuskular seperti penyakit
duchenne muscular dystrophy dan buta juga merupakan antara gangguan perkembangan motorik
(Soetjiningsih, 2002).
2.6.2. Gangguan Perkembangan bahasa Gangguan perkembangan bahasa dapat diakibatkan oleh
berbagai faktor termasuk faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensi yang rendah, kurang
pergaulan dan kurang interaksi dengan lingkungan sekitarnya, maturasi yang lambat, gangguan
lateralisasi dan juga masalah yang dialami oleh disleksia dan afasia. Gagap atau strutter mungkin
disebabkan oleh tekanan dari orang tua supaya anak berbicara dengan jelas, ada juga kemungkinan
disebabkan sang anak meniru seseorang dikeluarganya yang gagap, rasa tidak aman dan juga bisa oleh
kepribadian anak. Penyebab lain yang dapat menganggu perkembangan sang anak dalam berbicara
adalah kelainan kongenital seperti bibir sumbing atau cleft palate lip (Soetjiningsih, 2002).
2.6.3. Retardasi Mental Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang
rendah (IQ< 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap
tuntunan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2005).
2.6.4. Cerebral Palsy Cerebral Palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, dan disebabkan oleh karena kerusakan atau gangguan di sel-sel motorik pada susunan saraf
pusat yang sedang dalam proses pertumbuhan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).
2.6.5. Sindrom Down Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya
dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat jumlah kromosom 21 yang berlebihan.
Perkembangan pada anak anak dengan sindrom down biasanya lebih lambat dari anak yang normal.
Anak dengan sindrom down biasanya juga menderita kelainan seperti kelainan jantung kongenital,
hipotonia yang berat dan juga masalah biologis lainya yang dapat berperan dalam menyebabkan
keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan menolong diri sendiri (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2005).
2.6.6. Gangguan Autisme Ini adalah gangguan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak
berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut
sangat luas dan berat dan mempengaruhi anak dengan sepenuhnya. Gangguan perkembangan yang
ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2005).
2.6.7. Disfungsi neurodevelopmental pada anak usia sekolah Disfungsional susunan saraf pusat sering
disertai dengan kemampuan akedemik yang berada dibawah normal, kelainan perilaku dan juga
gangguan dalam berinteraksi sosial, salah satu contoh adalah kasus ADHD dan disleksia
(Soetjiningsih,2002).
MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi,
M. Biomed. Sc
DepKes RI 2009
Download