Ripangi, Peningkatan Pengertian Limit Fungsi Bidang Studi Matematika... 73 PENINGKATAN PENGERTIAN LIMIT FUNGSI BIDANG STUDI MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS XII TKR I SMK NEGERI 1 TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN 2013/2014 Oleh: Ripangi SMK Negeri 1 Trenggalek Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran kontekstual yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas XII pada mata pelajaran matematika dengan materi pokok Pengertian Limit Fungsi. (2) Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menerapkan pembelajaran kontekstual. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan mengunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan di TKR 1 SMK Negeri 1 Trenggalek khususnya Kelas XII sebagai sampel penelitian dengan jumlah siswa sebanyak 35 siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan bahwa: (1) Dalam pembelajaran kontekstual guru berusaha menghubungkan materi pembelajaran dengan kegiatan yang sering dijumpai dan dialami siswa. Guru dalam membangun pemahaman siswa, melibatkan siswa secara langsung dalam proses penurunan rumus maupun penyelesaian masalah. Pertanyaan disusun secara sistematis dan runtut. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan diskusi dan menumbuhkan interaksi serta kebergantungan yang positif dalam diri siswa. Siswa bertindak proaktif dalam pemberian tindakan yang diberikan oleh guru. Siswa berani mengemukakan gagasan dan mengeksplorasi pengetahuan yang dimiliki sehingga pembelajaran berjalan dengan aktif dan kondusif. (2) Pemberian tindakan pembelajaran kontekstual mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 68,57 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 54,29% meningkat menjadi 77,86 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 97,14% pada akhir siklus II. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian yang berhasil. Kata kunci: kontekstual, prestasi belajar, pengertian limit fungsi Pengembangan pembelajaran kontekstual didasarkan pada filsafat pendidikan progresifisme (Universitas Negeri Malang, 2004). Progresifisme merupakan konsepsi pendidikan yang berpusat pada pembelajaran dan memberikan penekan lebih besar pada kreatifitas, aktivitas, belajar alamiah, dan lebih dari itu belajar berbagi pengalaman dengan orang lain. Landasan teoritik dari belajar dan pembelajaran kontekstual adalah teori kontruktivisme. Prinsip kontruktivisme menyatakan bahwa “aktivitas harus mendahului analisis”. Dengan kata lain kunci dari belajar bukan meresapi dan mengumpulkan pengalaman orang lain yang diabstraksi, melainkan melalui pengalaman langsung dengan diri sendiri sebagai objek belajar. Dan tahap analisis selanjutnya akan mengikuti pengalaman tersebut. Siswa belajar apabila mereka melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dan dalam tugas-tugas sekolah ketika mereka mengkaitkan informasi baru yang mereka peroleh dengan informasi yang telah mereka miliki sebelumnya. Menurut U.S Departement of Education, Office of Vocational and Adult Education and The National School-to-Work Office (Depdiknas, 2006), pengajaran dan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi dari pengajaran dan pembelajaran yang membantu guru menghubungkan isi materi pelajaran dengan situasi yang 74 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015 sebelumnya dan memotifasi siswa untuk membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan penerapanya didalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan pekerja serta mengikatnya didalam kerja keras yang diperlukan dalam belajar. The Washington State Concorcium For Contectual Teaching and Learning (Depdiknas, 2006), telah mengidentifikasi tujuh unsur kunci pembelajaran kontekstual seperti berikut. Menemukan (Inquiri) Kegiatan ini dari pembelajaran berbasis CTL adalah inquiri atau menemukan. Kata kunci dari strategi inquiri adalah “siswa menemukan sendiri” karena pengetahuan bukanlah seperangkat konsep dan fakta melainkan dikembangkan melalui pengalaman-pangalaman dengan melakukan aktivitas pembelajaran tertentu maka strategi inquiri adalah suatu solusi untuk mendapatkan pengetahuan. Penekanan inquiri adalah pada keterlibatan aktif siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Siklus inquiri meliputi kegiatan pengamatan, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data, analisis dan penyimpulan. Bertanya (Questioning) Keingintahuan adalah salah satu sifat manusia yang selalu menekan dirinya untuk terus mengajukan pertanyaan. Pengetahuan yang dimiliki seseorang adalah bermuda dari bertanya. Bertanya merupakan unsur kunci pembelajaran berbasis CTL. Dalam penerapannya di kelas ditentukan ketika siswa melakukan diskusi dalam kelompok, bertanya lepada guru ketika menemukan kesulitan dansebagainya. Aktifitas relajar bertanya dapat berlangsung antar siswa, antar guru dengan siswa, antar teman kelompok belajar didalam kelas, dan sebagainya. Bertanya juga bisa digunakan oleh guru untuk memotivasi siswa, membimbing dan juga menilai kemampuan berfikir siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Dalam pengembangan teknik bertanya semua pertanyaan diseting sedemikian rupa sehingga mudah dipahami dan dikomunikatif. Kontruktifisme Kontruktifisme merupakan landasan teoritik pengembangan pendekatan kontekstual. Menurut teori kontruktifisme, bahwa pengetahuan sesungguhnya dibangun oleh siswa secara bertahap melalui keterlibatan mereka secara aktif dalam proses relajar yang dilakukanya. Pengetahuan bukanlah seperangkat konsep, melainkan pengetahuan itu tumbuh dan berkembang dari pengalaman-pengalaman dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan sendiri. Sementara itu seiring perjalanan waktu, siswa selalu akan mengalami peristiwa-peristiwa baru maka pengetahuan yang dimilikinya tidak pernah stabil, kondisional dan selalu akan berkembang. Impelentasi dan kontruktifisme ditingkat kelas posisi guru tidak dapat sekedar mentransfer pengetahuan siswa, melainkan memacu keaktifan siswa dengan beragam kegiatan siswa yang telah didesain, memberi kesempatan pada siswa menemukan dan menerapkan ide-ide sendiri dan mengarahkan mereka menggunakan strateginya sendiri untuk belajar, ilustrasinya guru memberikan anak tangga yang membawa siswa kepemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanfaatkan anak tangga tersebut. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep masyarakat relajar menekankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Konsep ini dalam level kadar biasanya diaplikasikan dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok, yang anggota masing-masing kelompok heterogen dan berfariasi baik dari Ripangi, Peningkatan Pengertian Limit Fungsi Bidang Studi Matematika... segi kemampuan akademik, jenis kelamin, ras maupun asal tempat. Proses mendapatkan pengetahuan dilalui dengan interaksi diantara kelompok, antar teman disuatu kelompok atau antar siswa yang belum tahu dengan siswa yang sudah tahu. Salah satu dari pendukung konsep ini adalah teori L.S. Vygotsky dimana salah satu prinsip dari teori L.S. Vygotsky adalah penekanan pada hakikat sosial pada pembelajaran, yaitu siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan teman-temannya dalam suatu kerangka interaksi yang operaktif, ( Depdiknas, 2006). Penilaian yang sebenarnya (Autentic Assesment) Gambaran perkembangan siswa belajar siswa perlu diketahui oleh guru untuk bisa memastikan dan menilai keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan sebelumnya sehingga langkah-langkah perbaikan dan remidial bisa disusun dengan pertimbahan hasil penilaian tersebut. Dengan penilaian yang sebenarnya perkembangan belajar siswa diukur dari kinerja siswa dalam proses belajar yang dilakukannya, dan dilaksanakan dengan berbagai metode penilaian, seperti keaktifan siswa didalam kelompok, seringnya siswa memberikan respon positif, interaksi antar siswa dan guru dan kemampuan siswa melakukan tugas-tugas dengan benar. Refleksi (Reflection) Refleksi adalah berfikir kebelakang tentang hal-hal yang dilakukan sebelumnya. Refleksi adalah respon terhadap kejadian, aktifitas atau pengetahuan yang telah diterima. Realisasinya dalam belajar antara lain berupa hasil karya. Permodelan (Modeling) Dalam suatu pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu, strategi permodelan (Modeling) adalah upaya untuk 75 memberi atau menyediakan model yang bisa ditiru sebelum siswa berlatih sendiri secara mandiri, sedikit disinggung bahwa teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura, belajar yang dialami oleh manusia adalah sebagian besar diperoleh dari suatu permodelan, yaitu meniru perilaku dan pengalaman orang lain, (Depdiknas, 2006). Model yang dimaksud biasanya berupa cara mengoperasikan sesuatu atau memberi contoh cara mempelajari materi tertentu. Adapun penerapan pendekantan CTL adalah kelas dalam pembelajaran secara garis besar langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: (a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakana dengan cara bekerja sendiri dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; (b) Sejauh mungkin dikembangkan kegiatan inquiry, pengembangan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya; (c) Ciptakan masyarakat belajar; (d) Hadirkan model sebagai sebuah contoh pembelajaran; (e) Lakukan refleksi di akhir pertemuan; (f) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Dalam hal ini yang dimaksud dengan matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Matematika tersebut terdiri dari bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuh kembangkan kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpandu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. lni berarti matematika sekolah tidak dapat dipisahkan sama sekali dari ciri-ciri yang dimiliki matematika. Dua ciri penting dalam matematika adalah memiliki obyek kejadian yang abstrak dan berpola pikir deduktif dan konsisten. Dipandang dari segi sistem proses belajar mengajar, matematika sekolah merupakan masukan instrumental, yang memiliki obyek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran konsisten, untuk mencapai tujuan pendidikan. Mata pelajaran matematika berfungsi 76 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015 untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbolsimbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di Sekolah Dasar diutamakan agar siswa mengenal, memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktik kehidupan sehari-hari. Tujuan pelajaran matematika: (a) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logic, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif; (b) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Dengan demikian, tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar tersebut memberi tekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta juga memberi tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran kontekstual yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas XII pada mata pelajaran matematika dengan materi pokok Pengertian Limit Fungsi; (2) Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menerapkan pembelajaran kontekstual. METODE PENELITIAN Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh sesuai dengan konteks yang ada melalui pengumpulan data berlatar alami (natural seting) dengan peneliti sebagai instrumen utama serta lebih menonjolkan proses dan makna dari sudut pandang subyek terteliti. (Faisal, 2001) Bogdan & Bikley mengatakan penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang dihasilkan data diskriptif berupa kata-kata atau pernyataan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan cirri-ciri yaitu: (1) adanya latar alami karena data diambil langsung dari peristiwa, (2) bersifat diskriptif, (3) mementingkan proses daripada hasil, (4) analisis data bersifat induktif, (5) makna merupakan masalah yang esensial untuk penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas berupaya untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa. Hal ini sesuai dengan karakteristk penelitian tindakan kelas yang bersifat situasional yaitu mendiagnosis masalah dalam konteks tertentu. (Faisal, 2001). Pada tahap ini kegiatan penelitian memuat beberapa kegiatan pra tindakan dan kegiatan tindakan pelaksanaan tindakan yaitu kegiatan pra tindakan dan kegiatan pelaksanaan tindakan. Dari kegiatan pra tindakan, disusun rencana tindakan perbaikan atas masalah-masalah yang ada dalam pembelajaran. Pada tahap ini ditetapkan dan disusun rancangan perbaikan pembelajaran Matematika dengan menggunakan pembelajaran kontekstual. Rancangan perbaikan pembelajaran ini terdiri dari: menyusun rancangan tindakan berupa rencana pembelajaran meliputi penentuan tema dan butir pembelajaran, pemilihan materi dan media pembelajaran, pelaksanaan evaluasi proses dan hasil seta menyusun instrument pengumpul data berupa pedoman pengamatan, format observasi lapangan dan dokumentasi serta tes. Pelaksanaan tindakan, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: guru melakukan tindakan sesuai dengan rancangan yang telah di buat, peneliti dan partisipan mengadakan pengamatan dengan menggunakan format catatan lapangan, dan Ripangi, Peningkatan Pengertian Limit Fungsi Bidang Studi Matematika... melakukan refleksi awal terhadap tindakan melalui diskusi. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pembelajaran dengan tujuan untuk mengenali, merekam, mendokumentasikan semua indikator baik proses maupun hasil perubahan yang terjadi akibat dari tindakan yang direncanakan dan sebagai efek samping. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah (a) perencanaan pembelajaran yang telah direncanakan, (b) pelaksanaan proses pembelajaran, (c) sikap siswa dalam proses belajar, dan (4) hasil pembelajaran berupa kemampuan siswa. Pengamatan dilakukan berdasarkan instrument yang telah di buat. Refleksi dilakukan pada setiap akhir tindakan untuk mendiskusikan tindakan yang telah dilakukan dengan menganalisis tindakan yang baru dilakukan, mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana tindakan dan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan dan melakukan interpretasi, pemaknaan dan penyimpulan data yang diperoleh. Peneliti sebagai instrument utama berperan sebagai pelaku pembelajaran, perencana tindakan, pengumpul data, penafsir data, pemakna data dan pelapor temuan penelitian dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu pedoman pengamatan, pedoman wawancara, catatan lapangan, angket, dan tes tulis. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa Kelas XII semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di TKR I SMK Negeri 1 Trenggalek. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut: (1) TKR I SMK Negeri 1 Trenggalek merupakan tempat peneliti sebagai guru bidang studi Matematika; (2) Siswa Kelas XII TKR I SMK Negeri 1 Trenggalek mengalami kesulitan pada materi Pengertian Limit Fungsi; (3) Pembelajaran masih bersifat konvesional, guru lebih mengutamakan hasil daripada proses pembelajaran itu sendiri; (4) Belum pernah dilaksanakan 77 pembelajaran kontekstual dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa pada mata pelajaran matematika. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas XII TKR I SMK Negeri 1 Trenggalek Trenggalek yang berjumlah 35 siswa. Ada 5 jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yakni pedoman observasi, pedoman wawancara, catatan lapangan, dokumen. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun yang bersifat sirkuler. Secara garis besar kegiatan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah berikut: menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan menyimpulkan. Kegiatan penelaahan pada prinsipnya dilaksanakan sejak awal data dikumpulkan, mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan pengkategorian dan pengklasifikasian. Hasil yang diperoleh berupa pola-pola dan kecenderungan-kecenderungan yang berlaku dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstekstual, menyimpulkan dan memverifikasi. Dari kegiatan reduksi selanjutnya dilakukan penyimpulan akhir yang selanjutnya diikuti dengan kegiatan verifikasi atau pengujian terhadap temuan penelitian. HASIL DAN PENELITIAN Siklus I Refleksi Awal Refleksi awal dilakukan setelah observasi awal pada kegitan pra tindakan dilakukan. Pada kegiatan pra tindakan tanggal 9 Pebruari peneliti (guru bidang studi matematika) pada Kelas XII TKR I SMK Negeri 1 Trenggalek dengan di dampingi kolaborator melakukan pengamatan pembelajaran matematika di Kelas XII. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung dengan 78 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015 menggunakan lembar observasi berupa catatan lapangan. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan kolaborator penelitian bertindak sebagai observer penelitian. Format yang digunakan dalam kegiatan observasi awal ini adalah format catatan lapangan. Dari hasil pengamatan kolaborator terhadap proses pembelajaran di Kelas XII diketahui bahwa, guru dalam pembelajaran tidak mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan yang sering dijumpai dan dialami oleh siswa. Pemahaman materi terbatas pada materi yang ada pada buku ajar. Komunikasi pembelajaran hanya berjalan satu arah, komunikasi guru dengan siswa hanya pada memberikan instruksi, menjelaskan materi, melakasanakan instruksi guru dan mencatat penjelasan guru. Aktivitas siswa terbatas pada mencatat dan mengerjakan soal saja. Dari 35 siswa hanya 5 siswa yang berani dan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Dari situasi pembelajaran ini terlihat bahwa pembelajaran tidak aktif, sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru kurang. Selanjutnya peneliti dan kolaborator berdiskusi untuk menyusun rencana perbaikan pembelajaran. Dengan menganalisa hasil catatan lapangan. Dari hasil diskusi disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru kurang efektif, sehingga prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika merosot, untuk itu diperlukan metode pembelajaran lain yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran di Kelas XII TKR I SMK Negeri 1 Trenggalek. Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran matematika di Kelas XII akan diterapkan metode pembelajaran kontekstual. Perencanaan Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa peneliti mempersiapkan instrument penelitian yang terdiri dari: (1) Perangkat pembelajaran yaitu rencana pembelajaran, LKS, soal evaluasi dan format penilaian; (2) Menyusun jadwal penelitian; (3) Lembar observasi aktivitas guru; (4) Lembar observasi aktivitas siswa; (5) Lembar angket. Pelaksanaan Dari perencanan siklus I diimplementasikan dalam rencana pembelajaran sebagai berikut. Pertemuan Pertama Kegiatan awal: guru memberi salam dan mengkondisikan siswa untuk mengikuti pelajaran kemudian mengabsen siswa, guru menyampaikan beberapa kegunaan limit fungsi sambil mengingatkan kembali tentang fungsi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti: guru menjelaskan pengertian limit dari bilangan tertentu baik dengan cara perhitungan menggunakan table maupun grafik, guru menjelaskan pengertian limit fungsi pada tak hingga baik dengan grafik maupun perhitungan, guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, guru memberikan contoh-contoh soal, siswa dengan bimbingan guru mengerjakan contoh soal yang ada di papan tulis, guru memberikan soal latihan pada lembar kerja siswa Kegiatan akhir: siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil dari pelajaran yang diperoleh, guru memberikan tugas rumah, guru menyampaikan, ucapan terima kasih atas perhatiannya dan memberi salam. Pertemuan kedua Kegiatan awal: guru memberi salam dan mengkondisikan siswa untuk mengikuti pelajaran kemudian mengabsen siswa, guru mengingatkan kembali tentang limit, guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti: guru menanyakan kesulitan pekerjaan rumah yang belum dipahami oleh siswa, guru meminta siswa untuk megerjakan tugas rumah dipapan tulis, siswa yang lain mengoreksi hasil pekerjaan temannya, guru menjelaskan pengertian limit fungsi pada tak hingga baik dengan grafik maupun perhitungan, guru Ripangi, Peningkatan Pengertian Limit Fungsi Bidang Studi Matematika... memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, guru memberikan contohcontoh soal dan guru memberikan soal latihan. Kegiatan akhir: siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil dari pelajaran yang diperoleh, guru memberikan tugas rumah, guru memberikan informasi mengenai ulangan harian siswa, guru menyampaikan, ucapan terima kasih atas perhatiannya dan memberi salam. Obsevasi Berdasarkan observasi dari kegiatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama dapat direkam hal-hal sebagai berikut: (a) Bagi Kelas XII TKR I SMK Negeri 1 Trenggalek, siswa-siswa tampak lebih siap untuk mengikuti pelajaran, perhatian siswa terhadap pelajaran meningkat. Namun keaktifan siswa dalam bertanya atau memberi tanggapan terhadap persoalan yang diberikan guru masih perlu ditingkatkan lagi. Dari aktivitas yang diberikan oleh siswa pada siklus I mendapatkan prosentase aktivitas sebesar 58,93%. Aktivitas yang diberikan oleh siswa dalam menerima tindakan perbaikan pembelajaran yang diberikan oleh guru termasuk dalam criteria aktivitas yang baik; (b) Dari segi guru dapat diberikan hasil sebagai berikut: guru lebih bertindak sebagai fasilitator, dengan hanya menerangkan konsep-konsep pada siswa, guru kurang memberikan contoh pengertian limit kepada siswa dalam bentuk realita yang sering dijumpai oleh siswa, materi yang disampaikan sesuai tujuan pembelajaran, guru lebih mudah dalam mengarahkan proses belajar mengajar. Dari aktivitas yang diberikan guru dalam menerapkan pendekatan kontekstual mendapatkan prosentase sebesar 57,81%. Aktivitas yang diberikan guru termasuk dalam criteria aktivitas yang baik. Setelah pemberian tindakan pertama maka diperoleh hasil belajar siswa pada siklus I dalam tabulasi data sebagai berikut. 79 Tabel 1 Prestasi Belajar Matematika Kelas XII TKR I SMK Negeri 1 Trenggalek Trenggalek Pada Siklus I No Nama Siswa Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Dika Anugrah Utama Dimas Risky Romadhon Dimas Saputra Doni Bagus Anggara Donny Setiawan Dony Ramadhan Dwi Yulian Eka Cahya Febriani Eko Syahrul Fathoni Emud Dwi Cahyono Eyrzha Picco Valleo Fauzan Fredy Rianto Galih Santoso Ganang Prio Ambodo Gempur Riadi S Hendri Joko Suryanto Hendri Wahyudianto Heru Sugianto Indra Setya Wijaya Irma Sholikhah Ismah Widyastuti Ita Elly Safitri Jepri Prastio Joko Dwi Cahyono Joko Santoso Karisma Dewi Y Khullafa Urrosyidin Kiki Bayu Saputra Kristino Eka B Lutfan Mashur A Mari Ulfah Yanuar Maynida Khoirun Nisa Mochamad Firlie F.P. Muchtar Ady Susanto Jumlah Rata-Rata 80 60 70 65 60 70 60 70 65 65 75 80 70 70 70 65 80 70 70 65 70 70 85 65 75 55 65 80 65 60 65 60 60 75 70 2400 68.57 %Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas T TT T TT TT T TT T TT TT T T T T T TT T T T TT T T T TT T TT TT T TT TT TT TT TT T T 19 54.29 16 45.71 Refleksi Dari hasil obervasi pada siklus pertama dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa dibanding hasil belajar pada pra tindakan, namun masih ditemukan beberapa siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran. Dengan masih adanya Kendal dalam menerapkan pendekatan kontekstual maka prestasi belajar siswa belum tercapai secara optimal. Hal ini 80 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015 terlihat dari prestasi belajar siswa yang memperoleh ketuntasan belajar minimal 70 hanya sebesar 54,29% masih jauh dari criteria ketuntasan yang diharuskan yaitu sebesar 85%. Untuk itu diperlukan tindakan perbaikan pada siklus selanjutnya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Siklus II Perencanaan Dari hasil refleksi pada siklus I, diperlukan rencana perbaikan pembelajaran untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran. Beberapa rencana perbaikan pembelajaran pada siklus II adalah: (1) Menyusun jadwal penelitian pada siklus II; (2) Guru lebih memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran; (3) Guru lebih banyak memberikan perhatian kepada siswa dengan aktif mejadi faslitator; (4) Guru menerangkan konsep pembelajaran yang pokok saja; (5) Guru memberikan contoh konkrit penerapan limit pada kehidupan siswa. Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran pada siklus II tidak jauh berbeda dari siklus I, hanya saja pada siklus II ditambah beberapa aktivitas pembelajaran sesuai dengan rencana perbaikan tindakan. Langkah-langkah pembelajaran pada siklus II sebagai berikut: Pertemuan Pertama Kegiatan awal: guru memberi salam dan mengkondisikan siswa untuk mengikuti pelajaran kemudian mengabsen siswa, guru menyampaikan beberapa kegunaan limit fungsi sambil mengingatkan kembali tentang fungsi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti: guru menjelaskan pengertian limit dari bilangan tertentu baik dengan cara perhitungan menggunakan table maupun grafik, guru menjelaskan pengertian limit fungsi pada tak hingga baik dengan grafik maupun perhitungan, guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, guru memberikan contoh-contoh soal, siswa dengan bimbingan guru mengerjakan contoh soal yang ada di papan tulis, guru memberikan soal latihan pada lembar kerja siswa Kegiatan akhir: siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil dari pelajaran yang diperoleh, guru memberikan tugas rumah, guru menyampaikan, ucapan terima kasih atas perhatiannya dan memberi salam. Pertemuan kedua Kegiatan awal: guru memberi salam dan mengkondisikan siswa untuk mengikuti pelajaran kemudian mengabsen siswa, guru mengingatkan kembali tentang limit, guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti: guru menanyakan kesulitan pekerjaan rumah yang belum dipahami oleh siswa, guru meminta siswa untuk megerjakan tugas rumah dipapan tulis, siswa yang lain mengoreksi hasil pekerjaan temannya, guru menjelaskan pengertian limit fungsi pada tak hingga baik dengan grafik maupun perhitungan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, guru memberikan contohcontoh soal, guru memberikan soal latihan. Kegiatan akhir: siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil dari pelajaran yang diperoleh, guru memberikan tugas rumah, guru memberikan informasi mengenai ulangan harian siswa, guru menyampaikan, ucapan terima kasih atas perhatiannya dan memberi salam. Observasi Berdasarkan observasi dari kegiatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus kedua dapat direkam hal-hal sebagai berikut: (a) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran dengan indikator frekuensi pertanyaan dan tanggung jawab siswa dalam penyelesaian tugas-tugas dari guru yang meningkat. Hal ini dibuktikan dengan semua persoalan yang diberikan guru dapat diselesaikan oleh siswa. Dan timbulnya keberanian siswa untuk bertanya saat menemukan kendala dalam pembelajaran. Dari aktivitas yang diberikan oleh siswa dalam menerima tindakan perbaikan pembelajaran mendapatkan skor sebesar 69,64 %. Dari criteria aktivitas maka Ripangi, Peningkatan Pengertian Limit Fungsi Bidang Studi Matematika... aktivitas siswa termasuk dalam criteria yang baik; (b) Dari segi guru dapat diberikan hasil sebagai berikut: guru lebih mudah menyampaikan materi karena siswa lebih siap dalam pembelajaran, guru dalam menyampaikan materi sesuai dengan rencana pembelajaran, guru lebih mudah dalam mengarahkan proses belajar mengajar. Dari aktivitas yang diberikan oleh guru dalam melaksanakan pendekatan kontekstual mendapatkan skor 69,53%. Berdasarkan criteria aktivias maka aktivitas yang dilakukan oleh guru termasuk dalam kriteria baik.Selanjutnya peneliti tampilkan hasil kemajuan belajar siswa pada tabulasi data berikut. Tabel 2 Prestasi Belajar Matematika Kelas XII TKR I SMK Negeri 1 Trenggalek Pada Siklus II No Nama Siswa Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Dika Anugrah Utama Dimas Risky Romadhon Dimas Saputra Doni Bagus Anggara Donny Setiawan Dony Ramadhan Dwi Yulian Eka Cahya Febriani Eko Syahrul Fathoni Emud Dwi Cahyono Eyrzha Picco Valleo Fauzan Fredy Rianto Galih Santoso Ganang Prio Ambodo Gempur Riadi S Hendri Joko Suryanto Hendri Wahyudianto Heru Sugianto Indra Setya Wijaya Irma Sholikhah Ismah Widyastuti Ita Elly Safitri Jepri Prastio Joko Dwi Cahyono Joko Santoso Karisma Dewi Y Khullafa Urrosyidin Kiki Bayu Saputra 90 70 80 75 70 75 70 85 75 75 80 90 75 80 85 75 90 75 85 75 75 80 90 75 85 65 75 85 75 %Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T 30 31 32 33 34 35 Nama Siswa Kristino Eka B Lutfan Mashur A Mari Ulfah Yanuar Maynida Khoirun Nisa Mochamad Firlie F.P. Muchtar Ady Susanto Jumlah Rata-Rata Nilai %Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas 70 70 70 85 70 80 2725 77.86 T T T T T T 34 97.14 1 2.86 Refleksi Dari hasil obervasi pada siklus II terhadap pelaksanaan, prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika mengalami peningkatan lebih baik dibanding pada pelaksanaan pembelajaran siklus I. Siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan siswa lain dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan semakin berkembangnya aktivitas pembelajaran di Kelas XII maka prestasi belajar yang dicapai siswa mampu mencapai ketuntasan minimal yang diharuskan sebesar 70 dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 97,14%. Dengan demikian tidak perlu ada penambahan siklus pada penelitia ini. Rekapitulasi hasil peneltian selama pembelajaran berlangsung peneliti tampilkan dalam tabulasi data berikut ini. Tabel 3 Data Hasil Penelitian No 1 2 3 4 5 TT T T T No 81 Indikator Tindakan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Rata-rata Nilai Siswa Ketuntasan Respon Pra Tindakan - Tahapan Siklus I 57,81% 58,93% Siklus II 69,53% 69,64% 57,00 68,57 77,86 14,29% 54,29% 97,14% 3,10 Dari data datas dengan merujuk hasil observasi aktivitas prosentase rata-rata taraf keberhasilan tindakan guru pada siklus I sebesar 57.81%. Berdasarkan kriteria keberhasilan tindakan maka aktivitas guru termasuk dalam kriteria “baik”. Artinya tindakan yang diberikan guru dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan penelitian yang direncanakan. Selanjutnya 82 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015 aktivitas guru yang diberikan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 11.72% menjadi 69.53%, dan termasuk dalam kriteria pemberian tindakan “baik”. Artinya pemberian tindakan oleh guru pada siklus II sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan. Rata-rata taraf keberhasilan tindakan guru pada siklus I dan siklus II, sebesar 63.67%, dan termasuk dalam kriteria “baik”. Artinya perbaikan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam setiap siklus mampu meningkatkan taraf keberhasilan tindakan guru. Melihat rata-rata taraf keberhasilan tindakan guru ini dapat disimpulkan bahwa guru dapat melaksanakan pembelajaran kontekstual secara optimal. Beberapa perbaikan tindakan yang dilakukan oleh guru mempunyai pengaruh yang positif pada aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kontekstual. Merujuk hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan bahwa rata-rata taraf keberhasilan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru sebesar 58.93% (pada tingkat baik) dan meningkat sebesar 10.71% menjadi 69.64% (pada tingkat baik). Berdasarkan kriteria keberhasilan tindakan maka rata-rata aktivitas siswa yang dilakukan dalam pembela- jaran matematika hingga akhir siklus sebesar 64.29% dengan kriteria keberhasilan “baik”. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian tindakan yang diberikan oleh guru dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh siswa. Berikut peneliti sajikan grafik perkembangan aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran matematika dengan materi Pengertian Limit Fungsi pada Gambar 1. Dari hasil penelitian (Classroom Action Research) di atas dapat disimpulkan bawah prestasi belajar bidang studi Matematika sebelum siklus diperoleh nilai ratarata: 50,00 dengan prosentase ketuntasan sebesar 6,25%, siklus I diperoleh nilai ratarata: 68,57 dengan prosentase ketuntasan sebesar 54,29% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi: 77,86 dengan prosentase ketuntasan sebesar 97,14%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar bidang studi Matematika pada siswa Kelas XII Semester II TKR I SMK Negeri 1 Trenggalek, Tahun 2013/2014. Hasil peningkatan prestasi belajar siswa yang didapatkan dari hasil observasi belajar siswa dari awal siklus, siklus I dan II ditunjukkan pada Gambar 2. 69,63 69,64 70 57,81 58,93 60 50 AKTIVITAS GURU 40 AKTIVITAS SISWA 30 20 10 0 SIKLUS I SIKLUS II Gambar 1 Perkembangan Aktivitas Guru dan Siswa Ripangi, Peningkatan Pengertian Limit Fungsi Bidang Studi Matematika... 83 77,86 80,00 70,00 68,57 57,00 60,00 50,00 Seb. Siklus 40,00 Siklus I 30,00 Siklus II 20,00 10,00 0,00 Seb. Siklus Siklus I Siklus II Gambar 2 Peningkatan Prestasi Hasil Belajar Dari hasil rekapitulasi skor angket siswa diketahui rata-rata respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual sebesar 3,10. Berdasarkan kriteria respon siswa maka rata-rata respon siswa terhadap penerapan pembelajaran sangat positif. Artinya siswa merespon dengan sangat positif pemberian tindakan perbaikan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, yaitu: “Jika guru mampu menerapkan pembelajaran kontekstual pada bidang studi Matematika materi pokok Pengertian Fungsi Limit maka prestasi belajar siswa Kelas XII Semester II TKR I SMK Negeri 1 Trenggalek Tahun 2013/2014 akan mengalami peningkatan”, sesuai dengan analisa data penelitian maka hipotesis dalam penelitian ini terbukti kebenarannya. memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan diskusi dan menumbuhkan interaksi serta kebergantungan yang positif dalam diri siswa. Siswa bertindak proaktif dalam pemberian tindakan yang diberikan oleh guru. Siswa berani mengemukakan gagasan dan mengeksplorasi pengetahuan yang dimiliki sehingga pembelajran berjalan dengan aktif dan kondusif. Pemberian tindakan pembelajaran kontekstual mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 68,57 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 54,29% meningkat menjadi 77,86 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 97,14% pada akhir siklus II. Dengan demikian maka penelitian ini merupakan penelitia yang berhasil. PENUTUP Kesimpulan Dalam pembelaaran kontekstual guru berusaha menghubungkan materi pembelajaran dengan kegiatan yang sering dijumpai dan dialami siswa. Guru dalam membangun pemahaman siswa, melibatkan siswa secara langsung dalam proses penurunan rumus maupun penyelesaian masalah. Pertanyaan disusun secara sistematis dan runtut. Guru Saran Perlu dicoba melakukan kombinasi pola pembelajaran yang menggunakan metode kontekstual dengan model belajar yang lain. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami kegiatan Menyusun rencana kegiatan maka siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan diberi test tertulis atau tugas lainnya. Pembelajaran yang menggunakan metode kontekstual 84 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015 perlu dikembangkan untuk mata pelajaran Matematika, agar dapat meningkatkan pemahaman siswa. Perlu diberikan pelatihan untuk meningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan model Pembelajaran yang menggunakan metode kontekstual agar guru dapat mengembangkan kemampuannya untuk menerapkan pada pokok bahasan lain. Selain itu juga dapat menularkan pengalaman yang diperolehnya ini kepada guru yang lain. Penggunaan model Pembelajaran yang menggunakan metode Konstruktivisme perlu terus dilakukan karena pembelajaran ini lebih menyenangkan bagi siswa, mendorong dan membiasakan siswa untuk belajar mandiri, tidak bergantung kepada guru. DAFTAR RUJUKAN Akhmadi, Abu. 1986. Teknik Belajar dengan Sistem SKS. Surabaya: PT. Bina Ilmu. Depdiknas. 2006. Kurikulum KTSP 2006. Jakarta Arifin, Zaenal. Maret. 2007. Pengajaran Matematika Di Indonesia, Singapore & Australia. Media. 17-21. Bogdan, R.C., and Biklen, S.K. 1982. Qualitative Research for Educational and Introduction to Theory and Method. London Allyn and Brem Inc. Faisal, Sanapiah. 2001. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sutirjo dan Mamik, Sri Istuti. 2005. Tematik, Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004. Malang: Bayu Media.