BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bagi perkembangan ekonomi suatu negara, uang merupakan suatu
kebutuhan. Bahkan bagi negara maju yang sudah kuat pun, uang sangat berperan
dalam perkembangan ekonomi negaranya. Hal ini disebabkan karena di dalam
mengisi kebutuhan pembangunan ekonomi, uang ini masih dianggap sektor yang
paling vital menurut tinjauan ekonomi. Pembangunan ekonomi sebagai bagian
dari pembangunan nasional yang merupakan salah satu upaya untuk untuk
mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945.
Dalam rangka meneruskan pembangunan yang berkesinambungan, para
pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat memerlukan dana
yang besar. Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan khususnya dalam
pembangunan dalam bidang ekonomi, meningkat pula kebutuhan terhadap
pendanaan yang sebagian besar dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut diperoleh melalui pinjam meminjam atau kredit.1
Di indonesia terdapat lembaga keuangan yang juga memiliki peran dalam
pemberian kredit salah satunya adalah koperasi. Secara umum koperasi dipahami
sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk
1
Syekhu,
2010,
Analisis
Yuridis
Pelaksanaan
Pendaftaran
https://jaringskripsi.wordpress.com/tag/fidusia/ diakses tanggal 24 September 2015
1
Fidusia,
2
memperjungkan peningkatan kesejahteraaan ekonomi mereka pada suatu
perusahaan yang demokratis.
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang
atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berdasrkan atas asas
kekeluargaan.
Dalam kehidupan ekonomi seperti ini koperasi seharusnya memiliki ruang
gerak dan kesempatan usaha yang luas yang menyangkut kepentingan kehidupan
perekonomian rakyat. Pengembangannya perlu diarahkan agar koperasi benarbenar menerapkan prinsip-prinsip koperasi dan kaedah usaha ekonomi, dengan
demikian koperasi merupakan organisasi ekonomi yang demokratis, otonom,
patisipatif dan berwatak sosial.
Peran koperasi bila dilihat dari segi fungsinya hampir sama dengan bank,
yaitu mengelola dana dan menyalurkan kredit kepada masyarakat. Peran koperasi
dalam masyarakat sudah tidak diragukan lagi, karena merupakan lembaga
kepercayaan, dimana masyarakat percaya untuk menyimpan dananya. Sebaliknya
ketika masyarakat membutuhkan dana, maka koperasi akan menjadi salah satu
tempat bagi masyarakat memperoleh bantuan dalam bentuk kredit atau pinjaman
tunai.
Kredit atau pinjaman tunai membantu masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan akan kehidupan sehari-hari. Banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi
tidak sesuai dengan pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat. Oleh karena itu
3
menjadi anggota koperasi merupakan satu sarana dalam membantu memenuhi
kebutuhan hidup.
Dengan
bergabungnya
masyarakat
kedalam
koperasi,
masyarakat secara langsung menjadi anggota koperasi dan dapat diberikan
kemudahan dalam mencari dana atau modal usaha dalam bentuk kredit atau
diberikan kesempatan untuk menabung jika anggota koperasi telah memiliki dana
atau uang yang dirasa sudah melebihi kebutuhan hidupnya.
Pada dasarnya pemberian kredit oleh koperasi dapat diberikan kepada
siapa saja yang memiliki kemampuan untuk membayar kembali dengan syarat
melalui suatu perjanjian utang piutang antara kreditur dan debitur.2 Perjanjian
kredit yang dibuat oleh koperasi selaku kreditur kepada anggota koperasi selaku
debitur merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pemberian kredit.
Perjanjian kredit yang merupakan ikatan antara kreditur dan debitur yang isinya
menentukan dan mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak sehubungan
dengan pemberian kredit.
Di dalam peminjaman kredit sangat diperlukannya jaminan, baik yang
bersifat kebendaan maupun perorangan yang berguna untuk meyakinkan koperasi
selaku kreditur, bahwa debitur mempunyai kemampuan untuk mengembalikan
kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan persyaratan dan perjanjian kredit
yang telah disepakati bersama. Namun realitas menunjukan bahwa ada
peminjaman kredit yang dilakukan tanpa jaminan. Salah satunya Koperasi
Transportasi Sewaka Dana di Denpasar yang merupakan Koperasi Serba Usaha,
yang memberikan pinjaman kredit tanpa jaminan kepada angota-anggotanya yang
2
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2000, Jaminan Fidusia, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h. 1
4
memiliki usaha, baik yang termasuk dalam usaha kecil dan usaha menengah.
Koperasi Serba UsahaTransportasi Sewaka Dana memberikan pinjaman kredit
tanpa jaminan pada para anggotanya yang sebagian besar para pedagang bukan
tanpa alasan, salah satu alasan Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana
memberikan pinjaman kredit tanpa jaminan adalah agar para anggotanya mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk membantu pemenuhan modal usaha
mereka.
Mengingat adanya kemudahan dalam memberikan program kredit tanpa
jaminan yang diberikan oleh Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di
Denpasar maka tidak dapat dipungkiri dalam pelaksanaan pengembalian kredit itu
ada beberapa debitur yang tidak memenuhi perjanjian dengan baik, karena
disengaja maupun tidak disengaja, sehingga terjadi atau munculnya kredit macet.
Berkaitan dengan persoalan diatas, makadari penjelasan latar belakang
tersebut penulis akan menguraikan dan membahasnya secara mendalam dalam
bentuk skripsi yang berjudul: “Akibat Hukum Kredit Macet Tanpa Jaminan
Pada Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar.”
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana akibat hukum dari adanya kredit macet tanpa jaminan pada
Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Koperasi Serba Usaha Transportasi
Sewaka Dana dalam menyelesaikan kredit bermasalah tanpa jaminan?
5
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Pembahasan mengenai permasalahan tersebut hanya dibatasi pada hal-hal
yang berkaitan dengan permasalahan pokok, yaitu: pada permasalahan pertama
mengenai bagaimana akibat hukum dari adanya kredit macet tanpa jaminan pada
Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar, ruang lingkup
permasalahan yang dibahas yaitu: syarat-syarat pemberian kredit tanpa jaminan
pada Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar, prosedur
pemberian kredit pada KSU Transportasi Sewaka Dana di Denpasar, dan sanksi
bagi debitur yang mengalami kredit macet pada Koperasi Serba Usaha
Transportasi Sewaka Dana di Denpasar. Dan permasalahan kedua bagaimana
upaya yang dilakukan oleh Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana
dalam menyelesaikan kredit bermasalah tanpa jaminan, ruang lingkup
permasalahan yang dibahas yaitu: faktor-faktor terjadinya kredit macet pada
Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar, dan upaya
penyelesaian yang ditempuh oleh Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka
Dana dalam mengatasi kredit macet. Sehingga diharapkan diperoleh suatu uraian
yang terarah dan sistematis.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan skripsi ini merupakan
hasil karya asli dari penulis, yang merupakan suatu buah pemikiran penulis yang
dikembangkan sendiri oleh penulis. Akan tetapi pernah ada yang meneliti tentang
yang terkait dengan kredit macet. Maka penulis tunjukan orisinalitas dari
6
penelitian yang dibuat dengan menampilkan beberapa judul penelitian terlebih
dahulu sebagai pembanding:
No
1
Judul
Penulis
Rumusan Masalah
Penyelesaian
Nyoman Tri
Kredit Macet Pada
Sutrisna Aryani,
penanggulangan kredit
Bank Perkreditan
Fakultas Hukum,
macet oleh Bank
Rakyat (PT. BPR
Universitas
Perkreditan Rakyat
SARASWATI
Udayana, 2005
Saraswati Ekabumi?
EKABUMI)
1. Bagaimanakah upaya
2. Bagaimanakah bentuk
penyelesaian terhadap
kredit macet oleh
Bank Perkreditan
Rakyat Saraswati
Ekabumi?
2
Pelaksanaan
Made Bagus Galih
1. Apakah yang menjadi
Perjanjian Kredit
Adi Pradana,
faktor hambatan dalam
di Koperasi Dana
Fakultas Hukum
pelaksanaan perjanjian
Mukti Singaraja
Universitas
kredit di Koperasi
Udayana, 2015
Dana Mukti
Singaraja?
2. Bagaimanakah akibat
hukum dari
7
pelaksanaan perjanjian
kredit di Koperasi
Dana Mukti
Singaraja?
3
Penyelesaian
I Gede Perdana
1. Bagaimanakah
Kredit Macet Atas
Artha, Program
penyelesaian kredit
Kredit Tanpa
Ekstensi Fakultas
macet di LPD Desa
Jaminan Pada LPD
Hukum Universitas
Adat Kubu, dalam hal
Desa Adat Kubu,
Udayana, Denpasar
kredit tersebut
Kabupaten Bangli
2005
diberikan tidak disertai
dengan jaminan?
2. Ketika kredit yang
disalurkan oleh LPD
tidak disertai dengan
jaminan, apakah harta
benda milik debitur
dapat disita untuk
pelunasan hutangnya?
1.5 Tujuan Penelitian
Setiap uaha dan kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai sesuatu
yang harus dicapai, oleh karena itu tujuan itu yang dapat memberikan pedoman
8
segala kegiatan yang dilaksanakan. Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.5.1 Tujuan umum
1. Untuk mengetahui akibat hukum dari adanya kredit macet tanpa jaminan.
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam menyelesaiakan kredit
bermasalah.
1.5.2 Tujuan khusus
1. Untuk memahami akibat hukum dari adanya kredit macet tanpa jaminan pada
Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar.
2. Untuk
memahami
tentang
upaya
yang
dilakukan
koperasi
dalam
menyelesaikan kredit bermasalah tanpa jaminan.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1
Manfaat teoritis
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang bidang hukum mengenai
kredit macet
2. Untuk melatih kemampuan penulis dalam melakukan penelitian lapangan
3. Untuk menerapkan ilmu secara teoritis dan menghubungkannya dengan
data yang diperoleh dari penelitian lapangan.
1.6.2
Manfaat praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan beranfaat sebagai masukan dan informasi
yang jelas tentang akibat hukum dari adanya kredit macet tanpa jaminan
pada Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana di Denpasar.
9
2. Selain itu diharapkan penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai
upaya yang dilakukan Koperasi Serba Usaha Transportasi Sewaka Dana
dalam menyelesaikan kredit bermasalah tanpa jaminan.
1.7 Landasan Teoritis
Landasan atau teori berguna untuk menunjang pembahasan pokok
permasalahan. Berdasarkan landasan tersebut, maka akan diuraikan beberapa
pengertian-pengertian yang akan dipakai untuk membahas permasalahan
penelitian.
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau dua pihak saling
berjanji untuk melakukan suatu hal atau persetujuan yang dibuat oleh dua pihak
atau lebih, yang masing-masing bersepakat akan menaati apa yang ada dalam
persetujuan itu3. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat terlihat timbulnya
perikatan antara hubungan dua orang terebut. Berdasarkan peristiwa tersebut
timbullah suatu hubungan antara dua orang atau atau dua pihak yang
membuatnya4.
Dalam KUHPerdata Pasal 1313 menjelaskan “perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang
lain atau lebih”. Dari ketentuan pasal ini jelaslah untuk didapatkan adanya suatu
perjanjian paling sedikitnya harus ada dua pihak sebagai subyek hukum, dimana
masing-masing pihak sepakat untuk mengikat dirinya dalam suatu hal tertentu.
3
Hermansyah, 2009, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, h. 71
4
Dhaniswara K. Harjono, 2009, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Pusat Pengembangan Hukum
dan Bisnis Indonesia, Jakarta, h. 7
10
Menurut Subekti, suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang
berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal. 5
Sedangkan Edy Putra The Aman, secara lengkap menguraikan pendapat
beberapa ahli tentang pengertian perjanjian sebagai berikut:
1. Menurut Tirtoningrat, perjanjian adalah suatu perbuatan hukum
berdasarkan kata sepakat diantara dua atau lebih untuk menimbulkan
kata sepakat diantara dua atau lebih untuk menimbulkan akibat-akibat
hukuman yang diperkenankan oleh undang-undang.
2. Wiryo Projodikoro menjelaskan bahwa perjanjian adalah suatu
hubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak,
dalam mana satu pihak berjanji atau tidak untuk melakukan suatu hal,
sedangkan pihak lain berhak menuntu perjanjian itu.6
Perjanjian dinyatakan sah apabila memenuhi 4 syarat yang ada dalam
Pasal 1320 KUH Perdata yaitu:
1.
Sepakat mengikat diri
2.
Kecakapan dalam membuat perjanjian
3.
Hal tertentu
4.
Suatu sebab yang halal
Dalam hukum perjanjian mengenal asas-asas yang merupakan dasar dalam
pelaksanaan perjanjian yang merupakan pedoman atau patokan serta menjadi
5
R. Subekti, 1979, HukumPerjanjian, PT. Inter Masa, Jakarta, h. 9.
Edy Putra The Aman, 1985, Kredit Perbankan, Liberty, Jakarta, h.18
6
11
batasan atau rambu dalam mengatur dan membentuk perjanjian yang akan dibuat.
Asas-asas yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut:
1. Asas kebebasan berkontrak
Merupakan asas yang menduduki posisi sentral di dalam hukum kontrak,
meskipun asas ini tidak dituangkan menjadi aturan hukum namun
mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam hubungan kontraktual para
pihak. 7
2. Asas mengikat sebagai undang-undang
Bahwa perjanjian mengikat pihak-pihak yang mengadakannya atau setiap
perjanjian harus ditaati dan ditepati.8 Semua perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang undang bagi mereka yang membuatnya dan
perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan
kesepakatan para pihak atau karena alasan-alasan yang telah ditetapkan
oleh undang-undang.
3. Asas konsensualisme
Sebagaimana yang tersirat dalam Pasal 1320 KUHPerdata, bahwa sebuah
kontrak sudah terjadi dan karenannya mengikat para pihak dalam kontrak
sejak terjadi kata sepakat
tentang unsur pokok dari kontrak tersebut.
Dengan kata lain, kontrak sudah sah apabila sudah tercapai kesepakatan
mengenai unsur pokok kontrak dan tidak diperlukan formalitas tertentu.
7
Firman Floranta Adonara, 2014, Aspek – Aspek Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung,
h. 89
8
C.S.T. Kansil, 1983, Pengantar Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN Balai Pustaka,
Jakarta, h. 48
12
4. Asas itikad baik
Asas itikad baik dalam suatu perjanjian terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3)
KUHPerdata.
Yang
menjelaskan
persetujuan-persetujuan
harus
dilaksanakan dengan itikad baik. Akan tetapi dalam pasal tersebut tidak
disebutkan secara ekplisit apa yang dimaksud dengan “itikad baik”.
Akibatnya orang akan menemui kesulitan dalam menafsirkan dari itikad
baik itu sendiri. Karena itikat baik merupakan suatu pengertian yang
abstrak yang berhubungan dengan apa yang ada dalam alam pikiran
manusia. Menurut James Gordley, sebagaimana yang dikutip oleh Ridwan
Khairandy,
memang
dalam
kenyataannya
sangat
sulit
untuk
mendefinisikan itikad baik.9
Perjanjian pinjam meminjam dalam Pasal 1754 KUHPerdata adalah suatu
perjanjian yang menentukan pihak pertama menyerahkan sejumlah barang yang
dapat habis terpakai kepada pihak kedua dengan syarat bahwa pihak kedua itu
akan mengembalikan barang kepada pihak pertama dalam jumlah dan keadaan
yang sama.
Sehingga suatu perjanjian sah apabila kewajiban-kewajiban yang timbul
dari perjanjian itu dipenuhi, tetapi apabila pihak yang berkewajiban tidak
memenuhi kewajibannya sesuai dengan apa yang diperjanjiakan maka dapat
dikatakan bahwa pihak tersebut telah melakukan wanprestasi. Wanprestasi adalah
9
M.
Yusrizal,
2011,
Teori
Dalam
Hukum
Kontrak,
URL:http://myrizal76.blogspot.com/2011/03/teori-dalam-hukum-kontrak.html diakses tanggal 19 Juli 2015
13
tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan
dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dan debitur.10
Secara etimologi, kata kredit berasal dari bahasa yunani yaitu credere yang
di Indonesiakan menjadi kredit, yang mempunyai arti kepercayaan. Seseorang
memperoleh kredit berarti memperoleh kepercayaan. Dengan demikian dasar dari
kredit adalah kepercayaan.11
Pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan yaitu :
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga.
Savelberg menyatakan kredit adalah sebagai dasar dari setiap perikatan
dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari yang lain, kredit diartikan pula
sebagai jaminan, dimana seseorang menyerahkan sesuatu pada orang lain dengan
tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu.12
Menurut M. Jakile mengemukakan bahwa kredit adalah suatu ukuran
kemampuan dari seorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis
sebagai ganti dari janjinya untuk membayar kembali hutangnya pada tanggal
tertentu.13
10
Salim H.S, 2003, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika,
Jakarta, h. 98
11
Edy Putra, 1989, Kredit Perbankan Sebagai Tinjauan Yuridis, Liberty, Yogyakarta, h. 2
12
Muchdarsyah Sinungan, 1990, Kredit Seluk Beluk dan Pengelolaannya, Yagrat, Jakrta, h.12
13
Mariam Darus Badrulzaman, 1983, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, h. 20
14
Kredit adalah penyediaan uang ataupun tagihan-tagihan yang dapat
disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam anatara Bank
dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam melunsi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan.14
Dalam dunia bisnis kredit pada umumnya diartikan sebagai kesanggupan
akan meminjam uang atau kesanggupan akan mengadakan transaksi dagang atau
memperoleh penyerahan barang atau jasa dengan perjanjian akan membayar
kelak.15
Untuk mengetahui atau menentukan bahwa seseorang dipercaya untuk
memperoleh kredit, pada umumnya dunia perbankan menggunakan instrumen
analisa yang dikenal dengan prinsip 5C yaitu character (watak), capacity
(kemampuan), capital (modal), collateral (agunan) dan condition of economic
(prospek usaha debitur).16
Istilah jaminan itu berasal dari kata “jamin” yang berarti “tanggung”
sehingga jaminan dapat diartikan sebagai tanggungan. Dalam suatu perjanjian
kredit diperlukan adanya jaminan, karena merupakan salah satu syarat untuk
dikabulkannya permohonan pemberian atas permintaan kredit.
Menurut M. Bahasan jaminan adalah segala sesuatu yang diterima kreditur
dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu hutang - piutang dalam
masyarakat.17
14
Santosa Sambiring, 2000, Hukum Perbankan, Madar Maju, Bandung, h. 51
MunirFaudy, 2002, Hukum Perkreditan Kotemporer, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 5
16
Sutarno, 2009, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandug, h. 93
17
M. Bahasan, 2002, Penilaian Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Rejeki Agung, Jakarta,
h. 148
15
15
Menurut Mariam Darus Badrulzalman jaminan adalah suatu tanggungan
yang diberikan oleh seorang debitur dengan dan atau pihak ketiga kepada kreditur
untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan.18
Adapun fungsi jaminan dalam pemberian kredit menurut Thomas Suyatno
yaitu:
1.
Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan
pelunasan dengan barang-barang jaminan (agunan) tersebut.
2.
Menjamin agar nasabah berperan serta di dalam transaksi untuk
membiayai usaha atau proyeknya sehingga kemungkinan untuk
meninggalkan
usaha
dengan
merugikan
diri
sendiri
atau
perusahaannya dapat dicegah .
3.
Memberi dorongan kepada debitur untuk memenuhi perjanjian kredit.
Khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syaratsyarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang
telah dijaminkan kepada bank.19
Pengertian koperasi dapat di definisikan sebagai perkumpulan atau
organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang
memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan
yang ada dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha
dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan para anggotanya20.
18
Frieda Husni Hasbulah, 2002, Hukum Kebendaan Perdata, Hak –hak yang Memberi
Jaminan, jilid III, Ind-Hill-Co, Jakarta, h. 6
19
Thomas Suyatno, 2003, Dasar-Dasar Perkreditan, PT. Gramedia Pustaka, Jakrta, h. 16
20
R.T. Sutantyo Rahardja Hadikusuma, 2009, Hukum Koperasi Indonesia, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, h. 1
16
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian dijelaskan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus ssebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan.
Fungsi dan peran koperasi Indonesia diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian yaitu sebagai berikut :
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekeuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
1.8 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan tahapan untuk mencari kembali sebuah
kebenaran. Sehingga akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mucul
tentang suatu objek penelitian.
17
1.8.1
Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis
penelitian hukum Empiris, karena mendekati masalah dari peraturan perundangundangan yang berlaku dan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Penelitian
hukum empiris menurut Soerjono Soekanto penelitian hukum empiris atau
sosiologis, yang terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum (tidak tertulis)
dan penelitian terhadap efektifitas hukum.21
1.8.2
Jenis pendekatan
Dalam penelitian ini dipergunakan Pendekatan Perundang-undangan (The
Statue Approach) dan Pendekatan Fakta (The Fact Approach).
1. Pendekatan perundang-undangan
Pendekatan yang berdasarkan dengan menelaah Undang-Undang, yang
bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.22 Maka UndangUndang dikaitkan dengan permasalahan kredit macet.
2. Pendekatan fakta
Pendekatan fata dengan melihat dan meneliti fakta-fakta yang ada di lapangan
mengenai dasar pertimbangan koperasi dalam memberikan kredit tanpa
jaminan serta upaya hukum yang dilakukan koperasi dalam menyelesaikan
kredit bermasalah tanpa jaminan.
21
Soerjono Soekanto, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,
h. 51
22
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
h.93
18
1.8.3
Sifat penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat penelitian
deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat
individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan
penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara
gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat.
1.8.4
Sumber data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini didapat dari 2 (dua) sumber
yaitu: Data Primer (field research) dan Data Sekunder (library research). Adapun
kedua sumber data tersebut dapat diberikan penjelasan sebagai berikut:
1. Data primer (field research)
Data primer adalah data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai
sumber pertama melalui penelitian langsung dengan melakukan wawancara
atau interview. Wawancara atau interview dilakukan terhadap para informan
di lapangan pada lokasi penelitian yang telah ditetapkan.
2. Data sekunder (library research)
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(Library research) yaitu dimana data-data atau bahan penulisan ini diperoleh
dari literatur-literatur dan peraturan Perundang-Undangan yang ada kaitannya
dengan masalah. Data sekunder terdiri atas bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan hukum primer yaitu bahan
hukum yang berupa peraturan Perundang-Undangan. Bahan hukum sekunder
berupa buku-buku, journal hukum, dan lain-lainnya. Sedangkan bahan hukum
19
tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk, penunjang atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dari bahan hukum sekunder.
1.8.5
Teknik pengumpulan data
Setelah data yang penulis
dikumpulkan,
diolah
dan
dapatkan,
selanjutnya data
tersebut
akhirnya dianalisa. Untuk menganalisa data,
tergantung pada sifat data yang dikumpulkan oleh peneliti (tahap pengumpulan
data). Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:
1. Teknik studi dokumen
Teknik studi dokumen merupakan penelitian yang menggunakan data
sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan
bahan hukum tersier. Yang dilakukan dengan cara mencari dan memepelajari
peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Teknik wawancara
Wawancara ini dilakukan secara semi struktur dengan menggunakan teknik
dan pedoman wawancara.Teknik wawancara adalahteknik atau metode
memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara melakukan tanya
jawab secara langsung (tatap muka), antara pewawancara dengan responden.
1.8.6
Pengolahan data dan analisis data
1. Pengolahan data
Pengolahan data disusun secara sistematis melauli proses editing yaitu
akan merapikan kembali data yang telah diperoleh dengan memilih data
yang sesuai dengan keperluan dan tujuan penelitian sehingga di dapat
20
suatu kesimpulan akhir secara umum yang nantinya akan dipertanggung
jawabkan sesuai dengan kenyataan yang ada.
2. Analisis data
Setelah data primer dan data sekunder diperoleh selanjutnya dilakukan
analisis data yang didapat dengan mengungkapkan kenyataan-kenyataan
dalam bentuk kalimat, penulis mengunakan metode analisis secara
kualitatif yaitu uraian terhadap data yang terkumpul dengan tidak
menggunakan angka-angka melainkan berdasarkan peraturan PerundangUndangan, pandangan pakar dan pendapat penulis sendiri.
Download