ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA Disusun Oleh: MUHAMMAD MIFTAHURROHMAN 106081002458 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M ANALISIS FAKTOR.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DEYIDEN, DAN IMPLIKASINYA TERHADAP HARGA SAHAM PAI}A PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIK DI BTIRSA EFEK INDONESIA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh MUHAMMAD MIFTAHURROHMAN NIM: 106081002458 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing Ga Prof.Dr.Ahmad Rodoni. MM NrP.196902B2$0dt21 003 Titi Dewi Warninda. IIIIP: tr SE" JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNTVERSITAS ISLAM I\EGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA t431HJ 2010 M M.Si 1 973 12212005012002 ANALISIS F'AKTOR.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN IMPLIKASINYA TERIIADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAIT MANUFAKTUR GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: MUHAMMAD MIX'TAHURROHMAN NIM: 106081002458 Tim Penguji Ujian Skripsi Pembimbing I Pembimbing II m'd NrP.19690203 200112 1 003 Titi Dewi Warninda. SE. M.Si MP: 19731221 20050 I 2402 Dr. Yahva Hamia. MM, l[IP: 1949A602197803 1 001 |[IP. 1976082220A701 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UMVtrRSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAII JAKARTA t431HJ2010 M t-- Hari ini Senin Tanggal 20 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama 106081002458 dengan judul Skripsi Muhammad Miftahunohman NIM: (ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YAIIG MEMPENGARUIil KEBIJAKAN DEVIDEN, DAI{ IMPLIKASINYA TERIIADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAIIA.A^I\ MAFIUFAKTUR GO PABLIK DI BURSA EFEK II\DONESIA". Memperhatikan Penampilan Mahasiswa tersebut selama ujian berlangsffig, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakartra, 20 Desember 2010 Tim Penguji Skripsi [La Prof. Dr. Ahmad Rodoni. MM Ketua Penguji Ahli I Titi Dewi Warninda, SE" M.Si Sekretaris Herni Ali HT. SE.. MM Penguji Ahli II Hari ini Kamis Tanggal 27 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Muhammad Miftahunohman NIM: 106081002458 dengan judul Skripsi "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IffiBIJAKAN DEVIDENO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUT'AKTUR GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA". Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakartra. Jakarta, 27 Mei2010 Tim Penguji Ujian Komprehensif o'1 / 1 __<'r 7-f Indo Yama Nasaruddin. SE. MAB Ketua ./--\ ()*/ Prof. Dr. Ahmad Rodoni.(VftI Penguji Ahli Fauzan. Sn. -t MM SURAT PERNYATAAN Nama Mahasiswa : Muhammad Miftahurrohman NIM Jurusan Dengan :106081002458 : Manajemen ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukli skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggungjawab saya. . {"\qttu, l0 Desember 2010 METERAI 'ffMTHf NqI W ;,*ffi^ / \ "'{*{l 6wwii&^ffi',/- Muhammad Miftahurrohman DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Muhammad Miftahurrohman Tempat Tanggal Lahir : Sukabumi, 2 September 1985 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Cilangla Rt 005/Rw 03 Cireunghas Sukabumi, Jawa Barat 43193 Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia Nama Orang Tua : Ayah Ibu Telepon : Said : Enung Nurlathifah : 0266-230210 (rumah) 021-95466892 (hp) e-mail : [email protected] PENDIDIKAN • SD Negeri Cilangla Sukabumi 1991 – 1997 • TMI Al-Amien Prenduan Sumenep Jawa Timur 1998 – 2004 • UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Manajemen FEB 2006 – 2010 PENGALAMAN ORGANISASI • Ketua Koperasi TOSERBA, Departemen KOPWIRA TMI Al-Amien Prenduan (2003) • Staf Keilmuan IKBAL Korda Jakarta (2006) • Bendahara Umum IKBAL Korda Jakarta (2008-2010) PENGALAMAN KERJA • Klinik (BPSK) TMI Al-Amien Prenduan (2004-2005) • Freelance Arabic Translator, Penerbit Pena Jakarta (2007) i ABSTRACT This research aims to analyze the influence of ownership structure, corporate life cycle, financial leverage and interest rate in dividend policy, and its implication on stock price. This research also aims to analyze the direct and indirect effect of independent variable on stock price. This research use quantitative research by using method of path analysis. The sample in this research is go public manufacture companies which listed in Indonesia Stock Exchange for period 2005-2009. Data in this research is obtained from companies financial statement which available in BEI and interest rate that published by Indonesian Bank. Research finding of substructure I indicates that ownership structure, corporate life cycle, and financial leverage have significantly effect on dividend policy. Research finding of substructure II indicates that ownership structure, corporate life cycle, interest rate, and dividend policy have significantly effect on stock price. Besides, research finding also indicates that the factors have direct effect on stock price are ownership structure with positive coefficient around 20.9%, corporate life cycle with negative coefficient around 39.8%, and interest rate with negative coefficient around 18.8%. While the factors have indirect effect on stock price are ownership structure with positive coefficient around 5.2%, corporate life cycle with negative coefficient around 13.1%, and financial leverage with negative coefficient around 5.8%. Keyword : ownership structure, corporate life cycle, financial leverage, interest rate, dividend policy, and stock price. ii ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen, serta implikasinya terhadap harga saham. Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisa pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel independen terhadap harga saham. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan path analysis. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2005-2009. Data dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang tersedia di BEI dan tingkat suku bunga SBI yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Hasil penelitian pada substruktur I menunjukkan bahwa struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, dan financial leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian pada substruktur II menunjukkan bahwa struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Selain itu, Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap harga saham adalah struktur kepemilikan dengan koefisien positif sebesar 20.9%, tahapan daur hidup perusahaan dengan koefisien negatif sebesar 39.8%, dan suku bunga SBI dengan koefisien negatif sebesar 18.8%. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh tidak langsung terhadap harga saham adalah struktur kepemilikan dengan koefisien positif sebesar 5.2%, tahapan daur hidup perusahaan dengan koefisien negatif sebesar 13.1%, dan financial leverage dengan koefisien negatif sebesar 5.8%. Kata kunci : struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, kebijakan dividen, dan harga saham. iii KATA PENGANTAR Alhamdulillâhirabbil’âlamîn. Segala puji bagi Allah swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah Tuhan yang Maha Berilmu lagi menjanjikan akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Al-Mujadalah: 11). Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullan Muhammad saw., beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari Akhir. Penulis bersyukur dapat menyelesaikan skripsi ini disamping penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahan dan kekurangan yang ditemui dalam skripsi ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 1. Kedua orang tua dan semua keluarga penulis yang senantiasa berdo’a dan memberikan bimbingan akan arti hidup yang hakiki. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sekaligus pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini bias terselesaikan. 4. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB, selaku Kepala Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang selalu membimbing dan memotivasi penulis selama penyusunan skripsi. 6. Seluruh dosen pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan bekal ilmu yang tak terhingga nilainya, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat sehingga menjadi amal kebaikan bagi kita semua. Amin. iv 7. Para staf tata usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membantu penulis dalam mengurus kebutuhan administrasi dan lain-lain. 8. Seluruh sahabat penulis, kalianlah yang punya andil besar dalam membentuk kepribadian penulis selama ini, yang telah memperkenalkan makna perbedaan dan menghadirkan indahnya warna-warni kebersamaan. Bagaimana penulis bisa melangkah, jika bukan karena kalian yang selalu menggandeng penulis selama ini untuk menatap masa depan. Bagaimana penulis bisa bangun, jika bukan karena kalian yang selalu memotivasi penulis untuk hidup lebih baik. Teman-temanlah yang selalu hadir di kala penulis merasa sendiri, kalaupun harus pergi tidak lain agar penulis merasa tenang bukan berarti kalian tidak ingin menemani. Ketulusan kalian membuat penulis tersenyum dan menangis haru. Bagaimana penulis harus berterima kasih, bagaimana penulis harus membalas segala kebaikan kalian yang teramat luhur. Penulis hanya bisa bersyukur kepada Allah swt. telah dipertemukan bersama teman-teman. Biarlah Ia yang membalasnya karena penulis yakin tidak ada balasan yang lebih baik atas kebaikan kalian melainkan balasan yang datang dari-Nya. 9. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, suatu kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaan bagi berbagai pihak, bagi pengembangan diri penulis khusunya dan para pembaca budiman pada umumnya. Akhirnya segala urusan penulis pasrah-tawakkalkan kepada Dzat yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Jakarta, 20 Desember 2010 Penulis, Muhammad Miftahurrohman v DAFTAR ISI DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... i ABSTRACT ..................................................................................................... ii ABSTRAKSI ................................................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv DAFTAR ISI ................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Perumusan Masalah .................................................................... 6 C. Batasan Penelitian ....................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 9 A. Pasar Modal ................................................................................ 9 B. Saham ....................................................................................... 11 1. Pengertian Saham ................................................................. 11 2. Analisis dan Penilaian Harga Saham ..................................... 15 C. Kebijakan Deviden .................................................................... 19 1. Pengertian ............................................................................ 19 2. Kebijakan Pembagian Deviden ............................................. 21 3. Teori-teori Kebijakan Deviden .............................................. 23 D. Hubungan Kebijakan Deviden dan Harga Saham ...................... 26 E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................... 37 F. Kerangka Pemikiran .................................................................. 40 G. Hipotesis Penelitian ................................................................... 41 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 43 A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 43 B. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 43 C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 44 vi D. Metode Analisis ........................................................................ 44 E. Dasar Pengambilan Keputusan .................................................. 47 F. Operasional Variabel ................................................................. 50 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 53 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................... 53 B. Penemuan dan Pembahasan ....................................................... 60 1. Analisis Deskriptif ................................................................ 60 2. Analisis Jalur Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tahapan Daur Hidup Perusahaan, Financial Leverage, dan Suku Bunga SBI Terhadap Kebijakan Dividen, serta Implikasinya Terhadap Harga Saham .................................... 70 3. Analisis Jalur Setelah Trimming ........................................... 92 C. Interpretasi Hasil ..................................................................... 106 BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................. 114 A. Kesimpulan ............................................................................. 114 B. Implikasi ................................................................................. 115 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 117 LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 119 vii DAFTAR TABEL Nomer Keterangan Halaman 4.1 Data Sampel Perusahaan Manufaktur 59 4.2 Korelasi antar Variabel Bebas 72 4.3 Uji t Regresi * 76 4.4 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) * 80 4.5 Uji F Regresi * 81 4.6 Uji t Regresi ** 84 4.7 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ** 88 4.8 Uji F Regresi ** 89 4.9 Hasil Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dan Endogen 91 4.10 Uji t Regresi *** 93 4.11 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) *** 96 4.12 Uji F Regresi *** 97 4.13 Uji t Regresi **** 97 4.14 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) **** 101 4.15 Uji F Regresi **** 101 4.16 Hasil Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dan Endogen setelah Trimming 4.17 102 Koefisien Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan Total tentang Struktur Kepemilikan (IO), Tahapan daur Hidup Perusahaan (RETE), Financial Leverage (DER), Suku Bunga SBI, Kebijakan Dividen (DY), dan Harga Saham (CP) Ket. *Substruktur I ** Substruktur II 105 ***Substruktur I setelah Trimming ***Substruktur II setelah Trimming viii DAFTAR GAMBAR Nomer Keterangan Halaman 2.1 Kerangka Berfikir 41 4.1 Rata-rata IO Perusahaan 61 4.2 Rata-rata RETE Perusahaan 63 4.3 Rata-rata DER Perusahaan 65 4.4 Suku Bunga SBI 66 4.5 Rata-rata Dividend Yield (DY) Perusahaan 68 4.6 Rata-rata Harga Saham (CP) Perusahaan 69 4.7 Diagram Jalur 71 4.8 Diagram Jalur (hasil perhitungan) 91 4.9 Diagram Jalur setelah Trimming 93 4.10 Diagram Jalur setelah Trimming (hasil penghitungan) 102 ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investor menginvestasikan modalnya pada saham dengan mengharapkan tingkat pengembalian yang baik tanpa suatu resiko yang berarti. Mereka akan lebih menekankan referensi pada return yang akan didapat dari investasi yang ditanamkannya tersebut. Oleh karena itu mereka cenderung selalu melihat dan menilai lebih teliti saham perusahaan mana yang nilainya stabil dan bahkan ada kecenderungan naik. Di lain pihak, perusahaan juga mengharapkan pertumbuhan sekaligus mempertahankan kelangsungan hidupnya dan memberikan kesejahteraan bagi pemegang saham. Oleh karena itu kebijakan pembayaran dividen mempunyai dampak yang sangat penting bagi investor maupun bagi perusahaan yang membayarkan dividen, dan menjadi masalah menarik karena akan memenuhi harapan investor, namun disisi lain kebijakan tersebut jangan sampai menghambat pertumbuhan apalagi mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Murhadi (2008, vol.10) mengatakan bahwa pengumuman dividen oleh suatu perusahaan, merupakan signal bagi pemegang saham. Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan. Dengan demikian perlu bagi pihak manajemen untuk mempertimbangkan 1 faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yang ditetapkan oleh perusahaan (Pradessya, 2006: 13). Selanjutnya, Dewi (2008: 47) berpendapat bahwa wewenang dalam mengendalikan kebijakan dividen merupakan salah satu wewenang yang didelegasikan para pemegang saham kepada dewan direksi. Dividen akan dibayarkan atau tidak, bagaimana sifat dan jumlah dividen merupakan masalah yang ditentukan olehh dewan direksi. Perusahaan yang membayarkan dividen dalam 5 tahun terakhir terlihat mengalami fluktuatif, hal ini dapat dilihat dari data statistik yang dikeluarkan oleh research and development division of Indonesia Stock Exchange (IDX), dimana terdapat 166 perusahaan atau 48.40% dari 343 perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005, terdapat 158 perusahaan atau 44.89% dari 352 perusahaan di tahun 2006, terdapat 153 perusahaan atau 40.48% dari 378 perusahaan di tahun 2007, 157 perusahaan atau 38.57% dari 407 perusahaan di tahun 2008, dan 168 perusahaan atau 40.58% dari 414 perusahaan. Sementara itu, untuk perusahaan manufaktur yang membayarkan dividen kepada pemegang saham secara continue selama periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 hanya sebanyak 20 perusahaan, yaitu Astra Internastional Tbk, Astra Otoparts Tbk, Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk, Citra Tubindo Tbk, Delta Djakarta Tbk, Goodyear Indonesia Tbk, HM Sampoerna Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk, Kageo Igar Jaya Tbk, Kimia Farma Tbk, Lion Metal Works Tbk, Lionmesh Prima Tbk, Mayora Indah Tbk, Merck Indonesia Tbk, Multi Bintang Indonesia Tbk, Selamat Sempurna 2 Tbk, Semen Gresik (Persero) Tbk, Tempo Scan Pacific Tbk, Trias Sentosa Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Alli (1993) dalam Prihantono (2003: 9) membedakan variabel yang mempengaruhi pembayaran dividen, diantaranya adalah batasan legal (legal restriction), posisi likuiditas (liquidity position), ketiadaan sumber pembiayaan lain (absence or lack of other source of financing), prediksi penerimaan (earning predictability), kontrol kepemilikan (ownership control), dan Inflasi (inflation). Apabila sebuah perusahaan mempunyai kemampuan dalam memberikan dividen maka akan banyak investor yang tertarik menanamkan modalnya di perusahaan tersebut, jika hal ini terjadi maka permintaan akan saham perusahaan menjadi tinggi yang pada akhirnya diikuti dengan appresiasi harga saham perusahaan dan memberikan keuntungan berupa capital gain. Sementara itu, menurut Sartono (1998: 370) kenyataan harga saham berubah mengikuti perubahan dividen semata-mata karena adanya information content dalam pengumuman dividen. Sudah banyak penelitian untuk menguji hipotesis ini, namun demikian hingga saat ini masih sulit untuk menentukan apakah perubahan harga saham yang mengikuti perubahan dividen disebabkan karena signaling effect, preference effect, atau karena kombinasi keduanya. Menurut Husnan (2005: 307) dalam Faizah (2009) harga saham yang beragam pada umumnya mencerminkan keadaan fundamental perusahaan pada periode tertentu. Analisis fundamental mencoba untuk memperkirakan 3 harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktorfaktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapakan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Namun, adakalanya perubahan harga saham tidak begitu mencerminkan keadaan fundamental perusahaan pada periode tertentu. Harga saham lebih dipengaruhi oleh faktor ekstern di luar faktor fundamental, seperti kondisi makro ekonomi, stabilitas politik, kebijakan pemerintah dalam dunia industri dan usaha atau faktor sejenis yang terjadi pada perusahaan merupakan variabel yang bisa ikut memicu arah pergerakan kurs saham. Rata-rata saham perusahaan manufaktur selama 5 tahun terakhir terlihat mengalami fluktuatif, hal ini dapat dilihat dari pergerakan rata-rata saham yang selalu berubah-ubah (naik-turun) dari tahun ke tahun. Nilai rata-rata saham perusahaan manufaktur sepanjang tahun 2005-2007 mengalami peningkatan yaitu Rp 11088.00 di tahun 2005, naik menjadi Rp 13832.50 di tahun 2006, dan naik kembali di tahun 2007 menjadi Rp 14953.90. Pada tahun 2008 turun menjadi Rp 11858.45. Namun di tahun 2009 mengalami peningkatan hingga pada titik harga Rp 27623.30. Penurunan nilai rata-rata saham manufaktur pada tahun 2008 lebih dipicu oleh keadaan ekonomi tepatnya krisis keuangan global yang dimulai dari Amerika dan meluas ke hampir seluruh belahan dunia termasuk Indonesia, penurunan ini tentunya akan memberikan respon yang buruk kepada investor. 4 Sebaliknya, kenaikan di tahun 2009 memberikan sinyal atau tanda positif bagi para investor perihal prospek berinvestasi pada saham tersebut. Murhadi (2008, vol 10) melakukan penelitian mengenai kebijakan dividen: anteseden dan dampaknya terhadap harga saham perusahaan. Penelitiannya menjelaskan hubungan kausal antara harga saham dan kebijakan dividen sebagai variabel endogen dengan set kesempatan investasi, aliran kas bebas, tahapan daur hidup, kepemilikan institusional, dan regulasi sebagai variabel eksogen. Analisis terhadap faktor-faktor kebijakan dividen dan dampak faktorfaktor tersebut terhadap harga saham mempunyai arti penting bagi investor sebelum mengambil suatu keputusan investasi. Berdasarkan uraian di atas dan penelitian-penelitian yang dilakukan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap harga saham perusahaan-perusahaan manufaktur. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap teori signaling dividen (signaling theory) melalui kebijakan dividen yang diwakili dengan dividend yield, teori keagenan (agency theory) melalui struktuk kepemilikan yang diwakili dengan institutional ownership (IO), teori tahapan daur hidup perusahaan (life sycle theory) melalui pendekatan earned contributed capital mix dengan variabel pengukuran retained earning/total equity (RETE), dan financial leverage 5 yang diwakili dengan debt to equity ratio (DER), serta dilengkapi dengan variabel makro yang diwakili oleh tingkat suku bunga SBI. Periode penelitian yang dilakukan adalah periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki laporan keuangan lengkap dan melakukan pembayaran dividen secara konsisten selama periode penelitian (lima tahun), yaitu meliputi tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009. Penelitian dibatasi pada penggunaan data sekunder yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia yang sifatnya kuantitatif dalam melakukan analisis. Dengan berbagai dasar dan latar belakang di atas, maka penelitian ini mengambil topik yaitu “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dan implikasinya terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.” B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, serta agar penelitian dapat dilakukan secara sistematis dan terarah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen? 6 2. Bagaimana pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen terhadap harga saham? 3. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap harga saham? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pendahuluan dan perumusan masalah, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut. 1. Untuk menganalisis pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen. 2. Untuk menganalisis pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen terhadap harga saham. 3. Untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap harga saham. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti. Memperluas dan menambah wawasan tentang kebijakan dividen dan harga saham terutama masalah pengaruh variabel struktur 7 kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen dan harga saham. 2. Bagi akademis. Sebagai bahan acuan dan referensi dalam memahami kebijakan dividen dan harga saham, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, pada suatu investasi. 3. Bagi ilmu manajemen, khususnya ilmu keuangan. Diharapkan dapat mencerminkan dan memperkaya informasi ilmiah mengenai kebijakan dividen dan harga saham, dengan senantiasa untuk ditindaklanjuti, serta dilakukan perbaikan dan pengembangan yang lebih baik. 4. Bagi investor. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam melakukan atau membuat kebijakan investasi. 5. Bagi perusahaan. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam pengelolaan perusahaan, sehingga tercapai kinerja keuangan yang optimal. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal Menurut Fabbozi, Modigliani, dan Ferri (1999: 7) terdapat banyak cara untuk menggolongkan jenis-jenis pasar keuangan. Salah satunya adalah berdasarkan jenis klaim keuangan, seperti pasar uang dan pasar ekuitas. Sementara itu, pasar modal (capital market) merupakan bagian dari klasifikasi pasar keuangan—selain pasar uang (money market)—berdasarkan lamanya jatuh tempo suatu klaim. Menurutnya pasar modal adalah pasar keuangan bagi aset-aset keuangan jangka panjang, dan pasar uang adalah pasar bagi instrumen-instrumen utang jangka pendek. Menurut Siamat (2005: 487) Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Fungsi bursa efek ini antara lain adalah menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran. Menurut Rodoni (2008: 40) pasar modal (capital market) adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang (dana yang jatuh temponya lebih dari satu tahun) dan merupakan pasar yang konkrit. Sedangkan bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli 9 efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Efek adalah setiap surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan, misalnya: surat pengakuan hutang, surat berharga komersial (commercial paper), saham, obligasi, tanda bukti utang, bukti right (right issue), dan waran (warrant). Coyle (2002: 53) berpendapat, a stock exchange is a formal stock market, whose trading systems, information dissemination systems and administrative systems are used by the intermediaries participating in the dealing activities on the exchange, yaitu pasar saham formal, dimana system perdagangan, informasi diseminasi, dan administrasi, digunakan oleh perantara yang berpartisipasi dalam penanganan kegiatan di bursa. Sedangkan stock market is a more general term for an organized market in whice buyers and sellers trade in securities, yaitu istilah yang umum untuk pasar yang terorganisir dimana pembeli dan penjual melakukan jual beli sekuritas. Stock market terdiri dari primary market (pasar primer atau perdana) dan secondary market (pasar sekunder). Stock market fulfill both primary market and secondary market functions. The primary equity markets are the market in whice companies issue new shares that are sold to investors. the primary markets are the markets for raising capital. The secondary markets are for trading in shares after issue. (Coyle, 2002: 52). Artinya pasar saham memenuhi kedua fungsi pasar primer dan pasar sekunder. Pasar primer adalah pasar dimana saham baru perusahaan dijual kepada investor, untuk meningkatkan modal. Sedangkan pasar sekunder adalah untuk perdagangan saham setelah penerbitan. 10 Ananto (2007: 38) berpendapat, pasar primer adalah pasar untuk suratsurat berharga yang baru diterbitkan. Sedangkan pasar sekunder adalah pasar perdagangan surat berharga yang sudah ada (sekuritas lama) di bursa efek. Menurut Husnan (2001) terdapat empat instrumen pasar modal (Kholid, 2006: 10), yakni. 1) Saham. Saham merupakan suatu hak kepemilikan dari perusahaan yang diperjual belikan. Terdiri dari saham biasa dan saham preferen. 2) Obligasi. obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi dana (pemodal) dengan yang diberi dana (perusahaan) atau biasa disebut obligasi biasa (bond). Sedangkan obligasi konversi (convertible bond) secara umum tidak berbeda dengan obligasi biasa sedikit memiliki keunggulan, yaitu dapat ditukar dengan saham biasa. 3) Sertifikat Right. Right merupakan surat berharga yang memberikan hak bagi pemodal untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan, di mana Right merupakan suatu produk derivatif atau merupakan turunan dari sebuah saham. 4) Waran. Waran merupakan hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. B. Saham 1. Pengertian Saham Menurut Widyastuti (2006: 39) saham adalah surat berharga yang bersifat kepemilikan pada suatu perseroan terbatas. Saham yang diperjual 11 belikan di pasar modal adalah saham perusahaan-perusahaan yang telah go public. Secara sederhana, Rodoni (2008: 45) mendefinisikan saham sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. oleh karena itu pemegang saham biasa memiliki hak untuk memilih direktur-direktur perusahaan yang selanjutnya akan memilih para pejabat yang akan mengelola bisnis. Saham merupakan suatu hak kepemilikan dari perusahaan yang diperjual belikan. Adapun saham dibagi menjadi dua yaitu saham biasa dan saham preferen. (Kholid, 2006: 10) a. Saham Biasa Apabila perusahaan hanya mengeluarkan satu jenis saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakili kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan (Jogiyanto, 2000). Saham ini memiliki dua hak yaitu hak kontrol yaitu hak pemegang saham biasa untuk memilih pimpinan perusahaan, hak menerima pembagian keuntungan perusahaan dan Hak Preemtive yaitu hak untuk mendapatkan persentasi kepimilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai. Saham biasa sering dikenal 12 oleh masyarakat dan banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat oleh perusahaan. b. Saham preferen Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa (Jogiyanto, 2000). Saham preferen dapat dikatakan serupa dengan saham biasa. Hal ini disebabkan karena dua hal pokok yaitu: mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut, dan membayar (memperoleh) dividen. Sedangkan persamaan saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal yaitu: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus serta dapat dipertukarkan dengan saham biasa. Menurut Anoraga dalam Widyastuti (2006: 39), dengan memiliki saham suatu perusahaan akan memberikan berbagai manfaat. Manfaat yang diperoleh antara lain: 1) Dividen, bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemilik saham. 2) Capital Gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan harga belinya. 3) Manfaat non-finansial, yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan. 13 Jadi saham merupakan salah satu sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan dan diperdagangkan di bursa efek yang dengan memilikinya memberikan indikasi penyertaan atau kepemilikan atas perusahaan tersebut, sehingga pemilik saham berhak menentukan arah kebijaksanaan perusahaan, dimana pemilik saham dapat bersifat perorangan ataupun badan usaha, dan dikelompokkan menjadi saham biasa (common stock) dan saham preferen (prefered stock). Beberapa jenis saham yang dikenal adalah (Ananto, 2007: 41): 1) Saham atas tunjuk (bearer stock) Setiap pemegang saham atas tunjuk dianggap sebagai pemilik dan memiliki hak untuk menjual saham tersebut, memperoleh bayaran atas dividen dan menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 2) Saham Atas Nama (Registered Stock) Jenis saham ini nama dari pemilik saham terdapat di sertifikat saham dan tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) perusahaan. Pemegang saham jenis ini memperoleh hak untuk menjual saham, memperoleh dividen, dan mengakhiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 3) Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah saham yang tidak memiliki saham istimewa, pemegang saham ini memiliki hak prioritas yang lebih rendah 14 dibandingkan pemegang saham preferen terutama pada saat pembagian dividen dan liquidasi perusahaan. 4) Saham preferen (Preferred Stock) Pemegang saham preferen memiliki hak prioritas dalam pembagian dividen dan pembagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Selain itu pemegang saham preferen berhak mengajukan usul pengajuan calon anggota dewan komisarisdan direksi. 2. Analisis dan Penilaian Harga Saham Nilai buku perlembar saham biasa adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Kekayaan bersih ekonomis adalah selisih total aktiva dengan total kewajiban. Sedangkan harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Sementara itu nilai intrinsik adalah nilai saham yang seharusnya terjadi (Halim, 2005: 20). Berdasarkan fungsinya nilai suatu saham dibagi atas tiga jenis, yaitu sebagai berikut: a. Par Value (nilai nominal)/Stated Value/Face Value, nilai nominal ini tidak dapat digunakan untuk mengukur sesuatu. Jumlah saham yang dikeluarkan perseroan dikali dengan nilai nominalnya merupakan modal disetor penuh bagi perseroan, dan dalam pencatatan akuntansi nilai nominal dicatat sebagai modal ekuitas perseroan di dalam Neraca. 15 Untuk satu jenis saham yang sama harus mempunyai satu jenis nilai nominal. b. Base Price (Harga Dasar), harga perdana (untuk menentukan nilai dasar), dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Harga dasar akan berubah sesuai dengan aksi emiten, untuk saham baru harga dasar merupakan harga perdananya. Nilai dasar merupakan perkalian antara harga dasar dengan total saham yang beredar. c. Market Price, merupakan harga pada pasar riil, dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Harga pasar ini merupakan harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain, dan disebut sebagai harga di pasar sekunder. Harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham dan setiap hari diumumkan di surat-surat kabar atau di media-media lainnya. (Widyastuti, 2006: 39) Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik (Intrinsic Value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saham tersebut pada saat ini (Current Market Price). Nilai intrinsik (NI) suatu saham menunjukkan Present Value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut: 16 a. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai Undervalued (harganya terlalu rendah), dan karenanya layak dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki. b. Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai Overvalued (harganya terlalu mahal) dan karenanya layak dijual. c. Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan. Model penilaian merupakan suatu mekanisme untuk mengubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan (atau yang diamati) menjadi dasar perkiraan harga saham (Husnan, 2001). Variabel-variabel ekonomi tersebut misalnya: laba dan dividen yang dibagikan. Seorang investor sebelum mengambil keputusan untuk membeli saham, biasanya akan menganilisis terlebih dahulu untuk menentukan saham mana yang memberikan keuntungan paling optimal. Penentuan harga saham dapat dilakukan melalui analisis teknikal dan analisis fundamental. Pada analisis teknikal harga saham ditentukan berdasarkan catatan harga saham di waktu yang lalu, sedangkan dalam analisis fundamental harga saham ditentukan atas dasar faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya, seperi laba dan dividen. Analisis fundamental memiliki dua model penilaian saham yang sering digunakan para analisis sekuritas (Jogiyanto, 2000) yaitu: 17 a. Pendekatan Present value, mencoba menaksir Present value, dengan menggunakan tingkat bunga tertentu, manfaat yang akan diterima oleh pemilik saham. b. Pendekatan Price earnings ratio, menaksir nilai saham dengan mengalikan laba perlembar saham dengan kelipatan tertentu. Pendapat lain—dengan gaya bahasa yang berbeda namun memiliki konotasi yang sama—dalam menilai investasi berupa saham ada dua pendekatan yaitu The Firm Foundation Theory dan The Castle in The Air Theory. (Widyastuti, 2006: 42). a. The Firm Foundation Theory Pendekatan The Firm Foundatiuon Theory lebih dikenal dengan sebutan Fundamental Analysis (Analisis Fundamental). Untuk dapat menilai suatu investasi saham berdasarkan teori ini berarti seorang investor harus memiliki saham tersebut untuk jangka panjang, formula yang umum digunakan pada teori ini dalam menaksir nilai saham antara lain Dividend Approach. Pada dividend approach ini dapat digunakan formula sebagai berikut: 1) Dividend Yield Approach Pendekatan ini berdasarkan pada perkiraan dividen yang akan dibayarkan untuk satu tahun dan hasilnya dibandingkan dengan tingkat bunga umum di pasar (Risk Free Rate) Dividend Yield Dividen Per Share Share Price 18 2) Earning Approach (PER) Pendekatan ini berdasarkan pada perkiraan per saham di masa mendatang, sehingga dapat diketahui berapa lama investasi dalam suatu saham akan kembali. Formula dalam pendekatan ini sebagai berikut: PER Share Price Earning Per Share b. The Castle in The Air Theory Pendekatan ini lebih menekankan pada pendekatan tingkah laku investor di masa depan berdasarkan kebiasaan di masa lalu dan bukannya pada nilai instriksik saham itu sendiri. Asumsi yang digunakan dalam pendekatan ini yaitu antara lain: 1) Nilai pasar hanya ditentukan oleh investasi antara permintaan dan penawaran. 2) Permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh beberapa faktor baik rasional maupun irrasional. 3) Mengabaikan fluktuasi yang sifatnya minor di pasar. 4) Perubahan trend disebabkan oleh pergeseran permintaan dan penawaran. C. Kebijakan Dividen 1. Pengertian Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau 19 akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang (Sartono, 1998: 370). Weston and Copeland (1996) mendefinisikan kebijakan dividen sebagai: “Keputusan untuk menentukan besarnya bagian pendapatan (earning) yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan bagian yang akan ditahan di perusahaan.” Pradessya (2006: 23) memberikan pandangan bahwa kebijakan dividen dipengaruhi dua kepentingan yang saling bertolak belakang, yaitu kepentingan pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan untuk melakukan reinvestasi dengan menahan laba. Dari sisi pemegang saham, dividen merupakan salah satu motivator untuk menanamkan dana di pasar modal. Menurut Brigham dan Gapenski (1994: 610), dividend policy has three key elements: (1) what fraction of earnings should be paid out, on average, over time? This is the target payout policy decision, (2) should the firm attempt to maintain a steady, stable dividend growth rate, or should it very its dividend payment from year to year depending on its internal needs for funds and on its cashflows? (3) what dollar amount should the firm pay in current dividend? Kebijakan dividen memiliki tiga elemen utama: (1) berapa rata-rata bagian laba yang harus dibayarkan dari waktu ke waktu? (2) apakah perusahaan mempertahankan tingkat pertumbuhan dividen yang stabil, atau membayar dividen dari tahun ke tahun tergantung pada kebutuhan 20 pendanaan internal dan arus kas perusahaan? (3) berapa jumlah dolar yang perusahaan harus membayar dividen saat ini? 2. Kebijakan Pembagian Dividen Menurut Sutrisno (2001) dalam Pradessya (2006: 23), ada beberapa bentuk dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham antara lain: a. Pembagian dividen secara tunai atau cash dividend. Pembagian dividen secara tunai terdiri dari beberapa bentuk yaitu: 1) Kebijakan Pemberian Dividen Stabil Kebijakan pemberian yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan, yaitu: (1) dapat meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih kecil, (2) dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, (3) dapat menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan. 21 2) Kebijakan Dividen Meningkat Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. 3) Kebijakan Dividen dengan Ratio yang Konstan Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio. 4) Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah Ekstra Kebijakan dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu. b. Pembagian Stock Dividen Salah satu kebijakan yang bisa diambil oleh perusahaan adalah dengan dengan memberikan dividen tidak dalam bentuk uang, tetapi dividen diberikan dalam bentuk saham. Artinya pemegang saham akan diberi tambahan saham sebagai pengganti cash dividen. Pemberian stock dividen tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah komposisi modal sendiri perusahaan yang 22 bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian stock dividen ini akan mengurangi pos laba ditahan di neraca dan akan ditambahkan ke pos modal saham. c. Kebijakan Stock Split Apabila harga pasar saham suatu perusahaan terlalu tinggi, mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap saham perusahaan. oleh karena itu, perusahaan bisa mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham melalui stock split yaitu pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan stock split ini jumlah lembar saham menjadi lebih banyak, maka mengakibatkan harga saham turun. Oleh karena itu, dengan stock split harga saham menjadi lebih murah, sehingga harga pasar masih dalam trading range tertentu. d. Kebijakan Repurchase Stock Repurchase stock adalah pembelian kembali saham-saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham atau investor. 3. Teori-teori Kebijakan Dividen Secara ringkas, pernyataan Keown (2000) dalam Pradessya (2006: 2833) mengenai beberapa teori yang mendasari kebijakan dividen: a. Teori Ketidak Relevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory) Teori ketidakrelevanan dividen adalah teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Penganjur utama 23 teori ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba serta resiko bisnisnya, dengan kata lain, nilai suatu perusahaan tergantung semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan bagaimana pendapatan tersebut dibagi di antara dividen dan laba yang ditahan (atau pertumbuhan). b. Teori Bird In the Hand Kepercayaan bahwa kebijakan dividen perusahaan merupakan hal yang tidak penting, secara tidak langsung membuat para investor berasumsi bahwa pendapatan yang mereka harapkan melalui perolehan modal akan berbeda besarnya dengan pendapatan yang berasal dari dividen. Hal ini disebabkan karena dividen lebih bisa diramalkan daripada pendapatan modal, manajemen dapat mengontrol dividen, tapi tak dapat mendikte harga saham. Investor kurang yakin akan menerima pendapatan dari perolehan modal daripada dari dividen. Dengan mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan terwujud sebagai dividen dimasa yang akan datang (it can fly away). Pandangan yang mengatakan dividen lebih pasti dari pada perolehan modal, disebut “bird in the hand theory” (teori burung ditangan). 24 c. Dividen Rendah Meningkatkan Nilai Saham Pandangan ketiga adalah dividen yang rendah mempengaruhi harga saham, sehingga dividen dapat merugikan investor. Pendapat ini didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak antara pendapatan dividen dan perolehan modal. Setiap investor harus membayar pajak pendapatan untuk memaksimumkan pengembalian setelah pajak atas investasi, investor berusaha meminimumkan tingkat pajak atas pendapatan, atau menunda pembayaran pajak jika memungkinkan. d. Teori Dividen Residu Teori dividen residu adalah teori yang menyatakan bahwa dividen dibayar dari kapital yang sama setelah selesai mendapat keuntungan investasi keuangan. Jika perusahaan memiliki biaya pengembangan, yang mungkin secara langsung mempengaruhi keputusan dividen, maka perusahaan harus menerbitkan jumlah sekuritas yang lebih besar untuk mendapatkan modal yang dibutuhkan untuk kegiatan investasi. e. Teori dividen Isyarat (Dividend Signaling Theory) Signal atau isyarat adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Brigham, 2001: 13). Dividend signaling theory merupakan suatu teori yang mendasari dugaan bahwa pengumuman dividen tunai mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan adanya reaksi harga saham. Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang perubahan dividen yang 25 dibayarkan digunakan oleh investor sebagai signal tentang prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Hal ini disebabkan adanya asymmetric information antara manajer dengan investor, sehingga para investor menggunakan kebijakan dividen sebagai indikator tentang prospek perusahaan. D. Hubungan Kebijakan Dividen dan Harga Saham Harga saham menurut Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah penerimaan besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Pergerakan harga saham dapat ditentukan oleh permintaan dan penawaran oleh para investor. Pada saat kondisi permintaan lebih banyak daripada penawaran maka harga saham cenderung naik, demikian sebaliknya pada saat penawaran lebih besar daripada permintaan maka harga saham cenderung akan turun. Harga saham menurut Brigham dan Houston (2001) dapat dibedakan menjadi dua yaitu harga pasar dan harga teoritis (nilai intrinsik). Harga pasar adalah aktual saham di pasar modal, sedangkan nilai instrinsik adalah present value arus kas (return) yang diharapkan dari sebuah saham pada periode tertentu. Harga pasar suatu saham dibedakan menjadi harga pasar rata-rata selama satu periode, harga pembukaan pada satu periode (open price) dan harga penutupan pada satu periode (closing price). Menurut Sartono (1998: 370), nilai perusahaan ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai utang. Sementara itu jika diperhatikan model harga 26 saham untuk satu perusahaan yang mengalami pertumbuhan, Po = D1/(Ke-g), menunjukkan bahwa pembayaran dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham. Kemudian meningkatnya harga saham berarti meningkatnya nilai perusahaan. Tetapi perlu diingat bahwa pembayaran dividen yang semakin besar akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk investasi sehingga menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan dan selanjutnya akan menurunkan harga saham. Sementara itu, MM berkesimpulan bahwa reaksi investor terhadap pembayaran dividen tidak berarti sebagai indikasi bahwa investor lebih menyukai dividen disbanding dengan laba ditahan. Kenyataan bahwa harga saham berubah mengikuti perubahan dividen semata-mata karena adanya information content dalam pengumuman dividen. Sudah banyak penelitian untuk menguji hipotesis ini, namun demikian hingga saat ini masih sulit untuk menentukan apakah perubahan harga saham yang mengikuti perubahan dividen disebabkan karena: 1. Kebijakan dividen dilihat sebagai satu tanda bagi investor disebut juga signaling effect, atau 2. Karena memang investor lebih menyukai dividen daripada capital gain disebut juga dengan preference effect, atau 3. Karena kombinasi keduanya. Menurut Black (1976 dalam Murhadi, 2008: 2) mengatakan bahwa pengumuman dividen oleh suatu perusahaan, merupakan signal bagi pemegang saham. Pada dasarnya antara manajer dengan pemegang saham 27 memiliki informasi yang berbeda, dimana manajer lebih memiliki informasi yang lengkap daripada pemegang saham. Pemegang saham akan menginterpretasikan peningkatan pembayaran dividen oleh perusahaan sebagai signal bahwa pihak manajemen memiliki prediksi arus kas yang tinggi di masa yang akan datang. Sebaliknya, penurunan pembayaran dividen diinterpretasikan sebagai antisipasi manajer terhadap terbatasnya arus kas di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Husnan (2005: 307) dalam Faizah (2009) harga saham yang beragam pada umumnya mencerminkan keadaan fundamental perusahaan pada periode tertentu. Namun, adakalanya harga saham lebih dipengaruhi oleh faktor ekstern di luar faktor fundamental, seperti kondisi makro ekonomi, stabilitas politik, kebijakan pemerintah dalam dunia industri dan usaha atau faktor sejenis yang terjadi pada perusahaan merupakan variabel yang bisa ikut memicu arah pergerakan kurs saham. Alli (1993) dalam Prihantoro (2003: 9) membedakan variabel yang mempengaruhi pembayaran dividen, diantaranya adalah: 1. Batasan Legal (legal restriction). Peraturan tertentu yang akan membatasi besarnya dividen yang akan dibayarkan. 2. Posisi Likuiditas (liquidity position). Keuntungan yang diperoleh dan laba ditahan yang tinggi tidak harus menyebabkan posisi kas yang tinggi juga. Karena ada kemungkinan bahwa keuntungan dan laba ditahan tersebut telah digunakan untuk membayar hutang atau melekat pada aktiva selain kas. 28 3. Ketiadaan sumber pembiayaan lain (absence or lack of other source of financing). Bagi perusahaan yang baru tumbuh pada umumnya sumber dana internal memiliki arti yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut mengalami kesulitan untuk memperoleh pinjaman atau menjual sahamnya. Sebagai konsekuensinya, dividen yang akan dibayarkan cenderung rendah atau bahkan tidak membagi dividen, karena manajemen akan berusaha mengakumulasikan keuntungan ke dalam laba ditahan yang berguna untuk pendanaan internalnya. 4. Prediksi Penerimaan (earning predictability). Jika keuntungan berfluktuasi, maka dividen tidak dapat bergantung semata-mata dari keuntungan tersebut, sehingga diperlukan adanya trend keuntungan yang stabil untuk menentukan porsi dividen yang direncanakan. 5. Kontrol Kepemilikan (ownership control). Jika perusahaan memutuskan untuk membayarkan dividen yang tinggi, hal ini akan menyebabkan laba ditahan tidak cukup untuk membiayai investasi barunya. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan cara menerbitkan saham baru untuk mencukupi dananya. Keputusan ini menimbulkan kontrol dari pemegang saham perusahaan lama semakin berkurang. Tentunya hal ini tidak diinginkan oleh para pemegang saham, sehingga mereka akan lebih menyukai dengan tidak memperoleh dividen. 6. Inflasi (inflation). Inflasi yang tinggi akan menyebabkan kemampuan perusahaan tidak dapat mencukupi untuk melakukan investasi yang baru, sehingga perusahaan akan melakukan akumulasi dananya ke dalam laba 29 ditahan. Hal ini akan berdampak pada penurunan terhadap pembayaran dividen, atau bahkan tidak melakukan pembayaran dividen. Mengacu pada pendapat Alli mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden, serta pendapat Suad Husnan yang mengisyaratkan masih banyaknya faktor-faktor lain—selain kebijakan deviden—yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap harga saham, berikut ini beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi kebijakan deviden dan dampaknya terhadap harga saham. a. Struktur Kepemilikan. Scott pada tahun 2000 dalam Dewi (2008: 50), memiliki pandangan bahwa tingkat saham institusional yang tinggi akan menghasilkan upayaupaya pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku opportunistic manajer, yaitu manajer melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya. Secara teoritis, kepemilikan institusi akan mengurangi masalah keagenan tipe I antara pihak manajemen dan pemegang saham, Jensen dan Meckling pada tahun 1976 menyebutnya sebagai argumen konvergensi. Menurutnya, struktur penyebaran kepemilikan dapat dilihat dari preferensi masing-masing pemilik. Semakin besar porsi kepemilikan saham oleh institusi berdampak positif, karena mendorong manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham, akan tetapi sisi negatif tingginya porsi kepemilikan institusi akan merugikan investor minorotas (Djumahir, 2009: 144). 30 Menurut Shleifer dan Vishny tahun 1986 dalam Murhadi (2008: 5), hubungan struktur kepemilikan dan deviden dapat dijelaskan dengan menggunakan teori keagenan, dimana kepemilikan institusi akan dapat membantu memecahkan masalah keagenan melalui pengawasan terhadap manajemen. Pada sisi lain, menurut Morck, Shleifer, dan Vishny (1998) kepemilikan institusi yang tinggi akan mengakibatkan munculnya masalah keagenan tipe II antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas, mereka menyebutnya sebagai argumen entrenchment. Hubungan struktur kepemilikan dengan harga saham juga dapat dijelaskan dengan teori keagenan, dimana kepemilikan perusahaan oleh institusi yang tinggi akan meningkatkan pengawasan terhadap manajer. Peningkatan pengawasan ini akan mengurangi konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer, sehingga berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Pada sisi lain, kepemilikan institusi yang tinggi dapat mendorong manajer untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan bagi pemegang saham minoritas (Murhadi, 2008: 6). b. Tahapan Daur Hidup Perusahaan. Ide utama dalam strategis bisnis menurut Boston Consulting Group adalah untuk menciptakan cost advantage atau demand advantage yang melebihi pesaing, dimana keduanya diharapkan akan menciptakan halangan untuk masuk bagi pendatang baru. Teori daur hidup menyatakan bahwa pengembangan strategi yang paling pas adalah dengan memperhatikan tahapan daur hidup perusahaan. 31 Anthony dan Ramesh (1992) menyatakan perusahaan yang berada pada tahapan growth memiliki tingkat pembayaran yang rendah, pertumbuhan penjualan yang tinggi, dan umur yang relative muda, sedangkan perusahaan pada tahapan mature memiliki karakteristik pembayaran dividen yang lebih tinggi, pertumbuhan penjualan yang rendah, dan umur yang relatif lebih tua. Sementara itu, ciri-ciri perusahaan dalam tiap tahapan daur hidup menurut Aharony, Falk, dan Yehuda (2003) adalah sebagai berikut. 1) Tahapan star-ups. Ditandai dengan terbatasnya aset yang dimiliki, adanya kesempatan untuk bertumbuh, earning dan aliran kas dari aktivitas operasi yang rendah, dan umur yang relatif muda. 2) Tahapan growth. Ditandai dengan lebih banyak aset yang dimiliki, pertumbuhan yang pesat, earning dan aliran kas dari aktivitas operasi yang mulai tumbuh, dan umur yang memasuki tahap medium. 3) Tahapan mature. Ditandai oleh pertumbuhan yang rendah dan perusahaan menjadi cash cow. 4) Tahapan decline. Ditandai dengan penurunan pertumbuhan, financing cost yang tinggi dan kompetisi yang intensif. Chang dan Rhee tahun 1990 dalam Murhadi (2008: 8), semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang, akan semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai deviden. Oleh 32 karenanya, potensi pertumbuhan perusahaan menjadi faktor penting yang menentukan kebijakan deviden. Sebagai indikator dari atribut pertumbuhan, digunakan tingkat pertumbuhan campuran yang diatur pada setiap tahun dalam total aset. Lebih lanjut, Megginson (1997) menyatakan bahwa perusahaan yang berada dalam industri yang mature cenderung untuk membayarkan lebih banyak deviden daripada perusahaan yang masih muda dan sedang mengalami pertumbuhan. (Murhadi, 2008: 6) Menurut Senchack dan Lee pada tahun 1980 dalam Djumahir (2009: 144), tahapan daur hidup perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan dividen, perusahaan yang pada awal pertumbuhan yang tinggi cenderung untuk tidak membagikan dividen akan tetapi pada perusahaan yang memiliki pertumbuhan rendah akan cenderung untuk membagikan dividen yang lebih besar. Perusahaan akan menghadapi siklus daur hidup, dimana prospek ke depan yang dimiliki akan sesuai dengan tahapan daur hidup dimana perusahaan tersebut berada. Adapun pertimbangan sebagai dasar penelitian Murhadi (2008) adalah bahwa perusahaan yang berada pada tahapan pertumbuhan (growth) akan memiliki prospek ke depan yang lebih baik sehingga diharapkan akan berpengaruh terhadap pergerakan harga saham. Sementara itu, perusahaan yang berada pada tahapan dewasa (mature) cenderung memiliki kesempatan berkembang yang terbatas sehingga pergerakan sahamnya menjadi relatif stabil. 33 c. Financial Leverage Leverage menunjuk pada hutang yang dimiliki perusahaan. Dalam arti harafiah, leverage berarti pengungkit/tuas. Sumber dana perusahaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sumber dana intern dan sumber dana ekstern. Sumber dana intern berasal dari laba yang ditahan, pemilik perusahaan yang tercermin pada lembar saham atau prosentasi kepemilikan yang tertuang dalam neraca. Sementara sumber dana ekstern merupakan sumber dana perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, misalnya hutang. Kedua sumber dana ini tertuang dalam neraca pada sisi kewajiban (widanarto.files.wordpress.com/2008/08/bab-iv-analisis-leverage.doc). Menurut Dewi (2008: 50) pada tahun 2005 Nuringsih menyebutkan bahwa apabila perusahaan mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan cenderung memanfaatkan hutang namun bila penggunaan hutang terlalu besar dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan. Berdasarkan dampak ini apabila perusahaan ingin menghindari hutang yang tinggi, maka laba perusahaan dialokasikan ke laba ditahan yang digunakan untuk operasi perusahaan dan investasi di masa yang akan datang sehingga akan mengurangi penggunaan hutang. Secara tidak langsung tindakan ini akan menyebabkan penurunan pembayaran dividen. Selain itu, Magginson (1997) serta Chen dan Stainer (1999) mengatakan bahwa kebijakan hutang mempengaruhi kebijakan dividen secara negatif. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan berusaha mengurangi agency cost of debt dengan mengurangi hutangnya. Pengurangan hutang dapat dilakukan dengan membiayai investasinya 34 dengan sumber dana internal sehingga pemegang saham akan merelakan dividennya untuk membiayai investasinya. Menurut Matriadi (2007: 231), struktur hutang (financial leverage) perusahaan menggambarkan earning yang diperoleh dan risiko yang dihadapi oleh investor. Pembiayaan perusahaan melalui hutang menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh oleh pemegang saham. Namun, hutang yang tinggi dapat menimbulkan risiko yang besar apabila perusahaan tidak dapat melunasinya. Pada saat tingkat suku bunga bank tinggi, perusahaan yang memiliki hutang yang besar cenderung dihindari oleh investor karena besarnya cost of capital atas hutang sehingga berpengaruh terhadap harga saham. d. Tingkat Suku Bunga SBI. Bodie, Kane, dan Marcus (2006: 638) mendefinisikan interest rate (suku bunga) sebagai jumlah dolar yang diterima per dolar yang diinvestasikan per periode. Lebih lanjut, Bodie, Kane, dan Marcus (2006: 180) menyatakan bahwa suku bunga dan prakiraan nilainya di masa depan merupakan salah satu masukan yang penting dalam keputusan investasi. Wiguna dan Mendari (2008: 132) mendefinisikan suku bunga sertifikat bank Indonesia sebagai suatu nilai (dalam bentuk presentase) yang digunakan untuk menandakan sertifikat bank Indonesia yang diterbitkan oleh bank sentral sebagai salah satu surat berharga, dimana nilai tersebut merupakan balas jasa atas investasi dalam sertifikat bank Indonesia tersebut. 35 Martin J. Pring (1988) dalam Feba (2002: 30) menyebutkan bahwa perubahan tingkat bunga dapat mempengaruhi tingkat saham karena tiga alasan berikut: 1) Fluktuasi pada harga yang dikenakan pada uang mempengaruhi pendapatan atau profit yang bisa didapat oleh perusahaan sehingga mempengaruhi harga saham yang akan dibeli oleh investor, 2) Pergerakan tingkat bunga mengubah antara aset-aset finansial yang saling bersaing, dimana hubungan antara pasar obligasi atau pasar saham menjadi sangat penting, dan 3) Sejumlah ekuitas yang berarti dibeli dengan uang pinjaman sehingga perubahan-perubahan dalam biaya hutang tersebut, seperti tingkat bunga, memengaruhi keinginan dalam memegang saham. Sementara itu, Usman Marzuki (1990) dalam Faizah (2009) menyatakan bahwa pengaruh suku bunga akan perdagangan saham yaitu mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dan obligasi. Apabila suku bunga naik, maka investor akan mendapatkan hasil yang besar dari obligasi, sehingga mereka akan menjual saham mereka untuk ditukar dengan obligasi. Penukaran demikian atas naiknya suku bunga akan menurunkan perdagangan saham. Kondisi seperti itu, dimana banyaknya investor yang mengalihkan modalnya dari saham ke obligasi, mengakibatkan perusahaan kekurangan modal untuk pendanaan operasionalnya, pada akhirnya perusahaan akan mengakumulasikan dananya ke dalam laba ditahan, yang berarti akan terjadi penurunan dalam 36 pembayaran deviden. Maka perubahan tingkat suku bunga juga dianggap dapat mempengaruhi kebijakan pembayaran deviden. E. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian empiris yang dilakukan oleh Short, Zhang, dan Keasey (2002) menunjukkan secara menyeluruh terdapat hubungan positif antara kebijakan dividen dan kepemilikan institusi. Sementara itu Thomsen (2004) dengan menggunakan analisis generalized method of moment diperoleh hasil terdapat hubungan negatif antara kepemilikan institusi dengan nisbah pembayaran dividen. Moradoglu, et al. (2000) dalam (Octavia, 2007: 13) dikemukakan penelitian tentang perilaku harga saham telah banyak dilakukan, terutama dalam kaitannya dengan variabel makroekonomi, diantaranya Chen et al. (1986), Geske and Roll (1983), dan Fama (1981). Hasil penelitian mereka mengatakan bahwa harga saham dipengaruhi oleh fluktuasi makroekonomi. Beberapa variabel makroekonomi yang digunakan antara lain; tingkat inflasi, tingkat bunga, nilai tukar, indeks produksi industri, dan harga minyak. Masih dalam Oktavia (2007: 30), Lee (1992) telah menemukan bahwa perubahan tingkat bunga (interest rate) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham. Sementara itu Gupta (2000) yang mengadakan penelitian di Indonesia dengan menggunakan data periode 1993-1997 menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan kausalitas antara tingkat bunga, nilai tukar, dan harga saham. 37 Murhadi (2008) dalam penelitiannya “Studi Kebijakan Dividen: Anteseden dan Dampaknya Terhadap Harga Saham,”menggunakan persamaan simultanus dengan teknik estimasi path analysis, menghasilkan: 1) kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga saham, 2) set kesempatan investasi dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh langsung terhadap harga saham, 3) aliran kas bebas memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham, 4) struktur kepemilikan yang diwakili oleh kepemilikan institusi memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham, 5) tahapan daur hidup perusahaan berpengaruh terhadap harga saham, 6) struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap penentuan kebijakan dividen, 7) tahapan daur hidup perusahaan berpengaruh terhadap penentuan kebijakan dividen, 8) set kesempatan investasi memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, 9) regulasi berpengaruh positif terhadap harga saham, dan 10) aliran kas bebas tidak berpengaruh terhadap penentuan kebijakan dividen. Djumahir (2009) dengan judul “Pengaruh Biaya Agensi, Tahapan Daur Hidup Perusahaan, dan Regulasi terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia” menghasilkan temuantemuan empiris sebagai berikut: 1) variabel Dipersion Of Ownership, Institutional Ownership, Free Cash Flow, Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan Regulasi berpengaruh secara simultan terhadap Kebijakan Dividen, 2) variabel Dipersion Of Ownership, Free Cash Flow, Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan Regulasi secara parsial berpengaruh terhadap Kebijakan 38 Dividen, dan 3) variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap kebijakan dividen adalah variabel Free Cash Flow. Wiguna dan Mendari (2008) dengan judul “Pengaruh Earning Per Share dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham,” menggunakan teknik analisis regresi berganda (multiple regression), menunjukkan: 1) secara parsial, EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, dan tingkat bunga SBI tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham, 2) secara simultan, EPS dan tingkat bunga SBI memiliki pengaruh terhadap harga saham. Dewi (2008) mengenai “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen,” menggunakan teknik analisis regresi berganda (multiple regression), dengan hasil penelitian: 1) perusahaan dengan kepemilikan saham oleh managerial, kepemilikan saham oleh institusional, kebijakan hutang, dan profitabilitas yang semakin tinggi akan menurunkan kebijakan dividen, dan 2) perusahaan besar lebih cenderung untuk menaikan kebijakan dividen daripada perusahaan kecil. Haruman (2008) dengan judul “Struktur Kepemilikan, Keputusan Keuangan, dan Nilai Perusahaan,” menggunakan regresi bertahap dengan metode regresi linier berganda dengan 2SLS (two-stage least square), menghasilkan: 1) pada model keputusan pendanaan (DER), variabel MOW, INS, INV, DPR, STR, SIZE dan RISK secara simultan berpengaruh terhadap DER, sedangkan secara parsial MOW, INV, DPR dan STR berpengaruh 39 terhadap DER, 2) pada model keputusan investasi, secara simultan dan parsial, variabel MOW, INS, DER, DPR, PRO dan GROWTH terhadap investasi, 3) pada model DPR, secara simultan, variabel MOW, INS, DER, INV, LIQ, RISK, dan PRO berpengaruh terhadap DPR, sedangkan secara parsial, variabel yang berpengaruh terhadap DPR adalah MOW, DER, dan RISK, dan 4) pada model nilai perusahaan (MVE), secara simultan, variabel MOW, INS, DER, INV, dan DPR berpengaruh terhadap MVE, sedangkan secara parsial, hanya variabel DER yang tidak berpengaruh terhadap MVE. Matriadi (2007) mengenai “Pengaruh Financial Leverage dan Tingkat Inflasi Terhadap Harga Saham,” menggunakan Regresi linier berganda (multiple linier regression), menghasilkan: 1) financial leverage memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham, dengan besar pengaruhnya lebih kecil dari tingkat inflasi, dan 2) tingkat inflasi mempunyai pengaruh yang paling besar dan neatif terhadap harga saham. F. Kerangka Pemikiran Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang disesuaikan dengan konsep jalur, maka secara skematis dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut. 40 Perusahaan Go Public Perusahaan Manufaktur Struktur Kepemilikan Tahapan Daur Hidup Kebijakan Dividen Harga Saham Financial Leverage Suku Bunga SBI Analisis Jalur Koefisien Determinasi Uji F Uji t Hubungan langsung dan tidak langsung Interpretasi Gambar 2.1 Kerangka berfikir G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian mengenai analisis faktor-faktor kebijakan dividen dan implikasinya terhadap harga saham, maka dapat dilakukan beberapa hipotesis sebagai berikut. 41 1. Analisa pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen. Perumusan hipotesisnya adalah: a. Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen. b. Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen. 2. Analisa pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen terhadap harga saham. Perumusan hipotesisnya adalah: a. Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen terhadap harga saham. b. Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen terhadap harga. 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan analisa kausalitas mengenai beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi kebijakan deviden, sekaligus implikasinya terhadap harga saham, baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. Variabel endogen dalam penelitian ini adalah kebijakan deviden dan harga saham. Sedangkan variabel eksogen terdiri dari struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bank Indonesia (BI), lokasi ini dipilih karena dianggap sebagai tempat yang tepat bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan berupa laporan keuangan dan suku bunga SBI, serta buku-buku, jurnal, dan sumber-sember lain yang berhubungan dengan penelitian ini. B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan 2005-2009. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu 43 dimana penentuan sampel tergantung dari kepentingan penelitian. Adapun kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut. 1. Perusahaan manufaktur yang membagikan deviden kas selama periode tahun 2005 sampai tahun 2009, 2. Perusahaan manafaktur yang memiliki data laporan keuangan lengkap selama periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau data yang diperoleh secara tidak langsung, seperti dari laporan keuangan, data saham, dan data deviden. Data mengenai laporan keuangan perusahaan, deviden, dan harga saham diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, dan data yang diterbitkan oleh Bank Indonesia untuk suku bunga SBI. Data juga diperoleh melalui situs internet, seperti www.jsx.co.id, www.idx.co.id, www.duniainvestasi.com, www.bi.go.id, www.bei.co.id, juga situs-situs lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Penulis juga melakukan penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, serta mendalami berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. D. Metode Analisis Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisa jalur (path analysis), dengan menggunakan program SPSS 17.0 dam Microsoft Excel 44 2007 dalam aplikasi penghitungannya. Tujuan dari analisis jalur adalah menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel independen terhadap variabel dependen. Langkah pertama dalam anallisis jalur (Damanhuri, 2009: 43-48) adalah dengan merancang paradigma penelitian berdasarkan fakta, konsep, dan teori. Berdasarkan pada teknik yang dipilih maka dikembangkan model empiris penelitian sebagai berikut. Y1 = ρY1X1 + ρY1X2 + ρY1X3 + ρY1X4 + ε1 (1) Y2 = ρY2X1 + ρY2X2 + ρY2X3 + ρY2X4 +ρY2Y1 + ε2 (2) Keterangan: ε = residual Y1 = dividend yield perusahaan i periode t Y2 = closing price perusahaan i periode t X1 = kepemilikan institusional pada perusahaan i periode t X2 = nisbah laba ditahan terhadap total ekuitas pada perusahaan i periode t X3 = Debt to Equity Ratio pada perusahaan I periode t X4 = suku bunga SBI Langkah kedua dalam analisis jalur adalah memeriksa asumsi-asumsi yang melandasi analisis jalur. Asumsi yang melandasi analisis jalur (Hair, Anderson, Tatham, dan Black, 1998 dalam Nasarudin, 2004: 505) adalah: 1. Hubungan antar variabel adalah berbentuk linier dan bersifat aditif. 2. Model yang dipertimbangkan adalah model rekursif. 3. Semua variabel minimal dalam skala ukuran interval. 45 4. Observed variables diukur tanpa ada kesalahan. 5. Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori dan konsep-konsep relevan. Langkah ketiga adalah pendugaan parameter atau perhitungan koefisien jalur antar variabel. Perhitungan pengaruh yang ditunjukkan dengan anak panah satu arah menggunakan perhitungan regresi variabel yang dibakukan secara parsial pada masing-masing persamaan. Dari perhitungan ini diperoleh koefisien jalur sebagai pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, serta pengaruh secara keseluruhan. Langkah keempat adalah pemeriksaan validasi odel. Valid tidaknya model tergantung dari terpenuhi atau tidaknya asumsi yang melandasi, seperti yang dilakukan dalam langkah kedua. Terdapat dua indikator valid tidaknya model, yaitu koefisien determinasi secara total dan terpenuhinya teori trimming (Agusty, 2002). Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan: Rm2 = 1 - P ε12, P ε22, ... P εn2, Interpretasi terhadap Rm2 dilakukan sama dengan interpretasi dalam koefisien determinasi (R2) pada analisis regresi. Teori trimming dimaksudkan untuk menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang sudah dihitung. Jika demikian, perhitungan diulang kembali dengan cara menghitung jalur yang menurut hasil pengujian ternyata tidak bermakna atau tidak signifikan. Langkah pengujiannya adalah dengan terlebih dahulu menyusun hipotesis statistik atau sering disebut hipotesis operasional. 46 Langkah kelima adalah dengan melakukan interpretasi atas hasil analisis berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Yaitu berapa besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel. Variabel mana saja yang paling dominan, dalam arti yang memberikan pengaruh paling besar atau pengaruh paling kuat terhadap variabel endogen yang dikonfirmasikan. E. Dasar Pengambilan Keputusan 1. Koefisien Determinasi (Adjusdted R Square) Koefisien Determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dengan kata lain koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel independent menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara apabila R2 = 1, artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila R2 = 1, maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi. 2. Uji Signifikansi Parsial (t-test) Uji statistik-t pada dasarnya menunjukkan seberapa besar pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Menurut Husaini dan Purnomo (2006: 149) uji t digunakan untuk mencari perbedaan atau persamaan dua rata-rata, maka uji rata-rata digunakan untuk mencari perbedaan atau persamaan beberapa rata-rata 47 (Damanhuri, 2009: 49). Untuk menghitung t hitung digunakan rumus sebagai berikut: bi = koefisien variabel ke i sb = kesalahan standar kesalahan standar error dari koefisien regresi dengan rumus sb adalah kesalahan matematis sebagai berikut: se adalah standar error sampel yang dirumuskan sebagai berikut: Dimana Σ e2 dirumuskan sebagai berikut: ∑ e 2 = ∑ Y 2 − a ∑ Y − b ∑ xY Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan t-hitung dengan ttabel, dengan ketentuan sebagai berikut. a. Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. b. Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sedangkan pengambilan keputusan keputusan berdasarkan tingkat signifikan adalah dengan ketentuan: a. Jika probabilitas signifikan > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. 48 b. Jika probabilitas signifikan < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. 3. Uji Signifikansi Simultan (F-test) Uji statistik F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi tersebut. Bila nilai F hitung lebih besar dari F tabel atau tingkat signifikannya lebih kecil dari 5% (α ( = 5% = 0,05) maka hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel eksogen terhadap variabel endogen secara simultan. Untuk menghitung F hitung digunakan rumus sebagai berikut. F = Nilai F hitung yang dihitung R2 = Koefisien Determinasi n = Jumlah pengamatan/sampel K-1 = Jumlah variabel eksogen Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan F-hitung dengan F- tabel, dengan ketentuan sebagai berikut. a. Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. b. Jika F-hitung < F-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sedangkan pengambilan keputusan berdasarkan tingkat signifikan adalah dengan ketentuan: a. Jika probabilitas signifikan > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. b. Jika probabilitas signifikan < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. 49 F. Operasional Variabel Variabel penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu: variabel endogen, dan variabel eksogen. Variabel endogen pada penelitian ini adalah kebijakan deviden (Y1) dan harga saham (Y2). Sedangkan variabel eksogen terdiri dari stuktur kepemilikan (X1), tahapan daur hidup perusahaan (X2), financial leverage (X3), dan suku bunga SBI (X4). Pengukuran untuk masingmasing variabel adalah sebagai berikut. 1. Kebijakan Deviden Kebijakan deviden merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang (Sartono, 1998: 370). Indikator kebijakan deviden dalam penelitian ini adalah dividend yield. Menurut Coyle (2002: 17) dividend yield is simply a measure of income yield on investment. 2. Harga Saham Secara umum saham adalah “surat tanda kepemilikan perusahaan.” Pengertian harga saham menurut Jogiyanto (2000: 8), adalah: “Harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal.” 50 Harga saham masing-masing perusahaan manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu harga penutupan saham atau closing price. 3. Stuktur Kepemilikan Struktur kepemilikan merupakan proporsi kepemilikan saham oeh manajerial, public, ataupun institusional (Haruman, 2008: 155). Pengukuran struktur kepemilikan dalam penelitian ini diwakili dengan kepemilikan institusi (institutional ownership). Institusional ownership adalah penyertaan atau kepemilikan perusahaan yang dimiliki oleh institusi. Institusional ownership dihitung dengan rumus: 4. Tahapan Daur Hidup Perusahaan Teori daur hidup (life cycle theory) menyatakan bahwa pengembangan strategi yang paling pas adalah dengan memperhatikan tahapan daur hidup perusahaan. Aharony, Falk, dan Yehuda (2003) mengklasifikasikan tahapan daur hidup menjadi tahapan starsups, growth, mature, dan decline. Anthony dan Ramesh (1992) membagi tahapan daur hidup menjadi growth, mature, dan stagnant. Perusahaan yang berada pada tahapan pertumbuhan (growth) akan memiliki prospek ke depan yang lebih baik menjadi pertimbangan pada penelitian Werner (2008: 6). Penelitian ini menggunakan pendekatan earned contributed capital mix dalam menjelaskan tahapan daur hidup, dengan variabel pengukuran retained earning/total equity (RETE). 51 慜 5. Debt to Equity Ratio (DER) Struktur hutang (financial leverage) perusahaan menggambarkan earning yang diperoleh dan risiko yang dihadapi oleh investor (Matriadi, 2007: 231). Financial leverage dalam penelitian ini menggunakan indek total hutang dibagi dengan total ekuitas (debt to equity ratio/DER). Secara matematis diformulasikan sebagai berikut: 6. Suku Bunga BI Menurut Brigham dan eugene (1993), suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal pinjaman dan deviden serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal ekuitas. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. (Oktavia, 2007: 25) Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga SBI mulai tahun 2005 sampai dengan 2009. 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Bank Indonesia Berikut ini adalah sekilas perjalanan sejarah Bank Indonesia (a brief history of Bank Indonesia). • 1828: De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang. • 1953: Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain dalam hubungannya dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan oleh DJB sebelumnya. • 1968: Undang-Undang Bank Sentral mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat. 53 • 1999: Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan UU No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. • 2004: Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan focus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan governance. • 2008: Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PerPPU) No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia. 2. Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada 54 tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: • 14 Desember 1912: Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. • 1914 – 1918: Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. • 1925 – 1942: Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. • Awal tahun 1939: Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup. • 1942 – 1952: Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II. • 1952: Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Djojohadikusumo). Instrumen keuangan yang (Prof.DR. Sumitro diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950). • 1956: Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif. 1956 – 1977: Perdagangan di Bursa Efek vakum. • 10 Agustus 1977: Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar 55 Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. • 1977 – 1987: Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. • 1987: Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. • 1988 – 1990: Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat. • 2 Juni 1988: Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. • Desember 1988: Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. • 16 Juni 1989: Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. 56 • 13 Juli 1992: Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. • 22 Mei 1995: Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). • 10 November 1995: Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. • 1995: Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. • 2000: Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. • 2002: BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). • 2007: Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). 3. Perusahaan Manufaktur Secara umum perusahaan merupakan suatu organisasi di mana sumber daya (input), seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang atau jasa (output). Tujuan dari kebanyakan perusahaan adalah untuk memaksimumkan laba atau keuntungan. Perusahaan manufaktur (manufacturing) merupakan satu dari tiga macam perusahaan—selain perusahaan dagang (merchandising) dan perusahaan jasa (service)—ditinjau dari jenis usaha dan cara mendapatkan laba. 57 Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan peralatan dan suatu medium proses untuk transformasi bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Secara sederhana, manufaktur diartikan sebagai proses fisik dalam produksi barang non jasa. Upaya ini melibatkan semua proses antara yang dibutuhkan untuk produksi dan integrasi komponen-komponen suatu produk. Perusahaan Manufaktur adalah perusahaan yang menjalankan proses pembuatan produk. sebuah perusahaan bisa dikatakan perusahaan manufaktur apabila ada tahapan input-proses-output yang akhirnya menghasilkan suatu produk. Industri ini sangat erat terkait dengan rekayasa atau teknik. Industri manufaktur tersebut memiliki sub bagian sebagai berikut: a. Industri kimia dasar: Semen, keramik, porselen dan kaca, metal dan sejenisnya, kimia, plastik dan kemasan, pakan ternak, kayu, kertas dan alat tulis. b. Aneka industri: Otomotif dan komponennya, garment dan tekstile, alas kaki, kabel, elektronik dan lain-lain. c. Industri Barang dan Konsumsi: Makanan dan minuman, pabrik rokok, farmasi, kosmetik dan barang keperluan rumah tangga. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2005 sampai dengan 2009. Sejumlah perusahaan diambil berdasarkan metode purposive sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria 58 tertentu. Dari metode tersebut, akhirnya diambil 19 perusahaan yang mewakili industri manufaktur yang terdapat di BEI. Tabel 4.1 Data Sampel Perusahaan Manufaktur Kode Emiten No. 1 ASII Astra Internastional Tbk 2 AUTO Astra Otoparts Tbk 3 SQBI Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 4 CTBN Citra Tubindo Tbk 5 DLTA Delta Djakarta Tbk 6 GDYR Goodyear Indonesia Tbk 7 HMSP HM Sampoerna Tbk 8 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 9 IGAR Kageo Igar Jaya Tbk 10 KAEF Kimia Farma Tbk 11 LION Lion Metal Works Tbk 12 LMSH Lionmesh Prima Tbk 13 MYOR Mayora Indah Tbk 14 MERK Merck Indonesia Tbk 15 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 16 SMSM Selamat Sempurna Tbk 17 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk 18 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk 19 TRST Trias Sentosa Tbk 20 UNVR Unilever Indonesia Tbk Sumber: Data diolah, 2010. Perusahaan-perusahaan tersebut menyediakan data berupa laporan keuangan secara continue selama 5 tahun (2005-2009) sesuai dengan kebutuhan analisis. Deskripsi statistik dalam penelitian ini meliputi institutional ownership (IO), retained earning/total equity (RETE), debt to equity ratio (DER), dan Suku Bunga SBI terhadap kebijakan dividen (Dividend Yiel/DY) dan implikasinya pada harga saham (close price), yang dilakukan dengan pengujian secara parsial maupun pengujian secara simultan. 59 B. Penemuan dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0 untuk dapat mengolah data dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti, yaitu terdiri dari variabel endogen; kebijakan deviden dan harga saham. Sedangkan variabel eksogen; struktur kepemilikan, tahapan daur hidup, DER, dan Suku Bunga SBI. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut: a. Analisis deskriptif variabel struktur kepemilikan Struktur kepemilikan merupakan proporsi kepemilikan saham oeh manajerial, publik, ataupun institusional (Haruman, 2008: 155). Pengukuran struktur kepemilikan dalam penelitian ini diwakili dengan kepemilikan institusi (institutional ownership). Data Institutional Ownership (IO) yang digunakan adalah kepemilikan institusi per tahun pada perusahaan manufaktur periode 2005–2009. Data tersebut diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dalam situs www.idx.co.id. Selama tahun penelitian tersebut diperoleh nilai rata-rata IO tertinggi sebesar 73.17% (2009) dan terendah sebesar 69.26% (2006). Secara umum, nilai rata-rata IO perusahaan manufaktur selalu mengalami peningkatan, hanya pada tahun 2006 saja sedikit mengalami penurunan sebesar 0.79% dari tahun sebelumnya, yaitu dari 70.05 menjadi 69.26. Hal ini menunjukkan kepemilikan institusi atas saham 60 perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang terus meningkat. Selain itu, nilai rata-rata IO berkisar di 70% dari total saham, ini berarti kepemilikan saham oleh institusi lebih besar dibandingkan kepemilikan saham oleh manajemen dan masyarakat (public), sehingga akan mendorong pengawasan yang lebih efektif karena institusi merupakan profesional yang memiliki kemampuan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Secara tidak langsung, dengan kepemilikan institusi yang tinggi akan meningkatkan pengawasan terhadap manajer yang merupakan wakil dari pemegang saham dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, berikut ini adalah grafik nilai rata-rata Institutional Ownership (IO) 20 perusahaan manufaktur periode 2005-2009. 74.00 73.00 73.17 72.00 72.49 71.00 70.00 70.59 70.05 69.00 69.26 68.00 67.00 IO 2005 2006 2007 2008 2009 70.05 69.26 70.59 72.49 73.17 Sumber: Data diolah, 2010 Gambar 4.1 Rata-rata IO Perusahaan (dalam satuan persentase) 61 b. Analisis deskriptif variabel tahapan daur hidup perusahaan Ide utama dalam strategi bisnis menurut Boston Consulting Group adalah untuk menciptakan cost advantage dan demand advantage yang melebihi pesaing, dimana keduanya diharapkan akan menciptakan halangan untuk masuk bagi pendatang baru. Teori daur hidup menyatakan bahwa pengembangan strategi yang paling pas adalah dengan memperhatikan tahapan daur hidup perusahaan (Murhadi, 2008: 6). Penelitian ini menggunakan pendekatan earned contributed capital mix dalam menjelaskan tahapan daur hidup perusahaan, dengan variabel pengukuran retained earning/total equity (RETE). Data RETE yang digunakan adalah rasio laba ditahan atas total equitas per tahun pada perusahaan manufaktur periode 2005-2009, yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dalam situs www.idx.co.id. Selama tahun penelitian tersebut diperoleh nilai rata-rata RETE tertinggi sebesar 12.18% (2008) dan terendah sebesar 2.77% (2009). Sepanjang tahun 2005-2008, nilai rata-rata RETE mengalami peningkatan. Ini menandakan bahwa perusahaan manufaktur berada pada tahapan growth yang di antaranya ditandai dengan pertumbuhan secara continue. Pada tahapan pertumbuhan ini, perusahaan akan memiliki prospek ke depan yang lebih baik sehingga diharapkan akan berpengaruh terhadap pergerakan harga saham. Namun, nilai rata-rata RETE di tahun 2009 mengalami penurunan yang drastis menjadi 2.77%. 62 Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, berikut ini adalah grafik nilai rata-rata Retained Earning/Total Equity (RETE) 20 perusahaan manufaktur periode 2005-2009. 14.00 12.00 12.18 10.00 11.09 8.00 9.07 6.00 4.00 4.49 2.00 2.77 0.00 RETE 2005 2006 2007 2008 2009 4.49 9.07 11.09 12.18 2.77 Sumber: Data diolah, 2010. Gambar 4.2 Rata-rata RETE Perusahaan (dalam satuan persentase) c. Analisis deskriptif variabel financial leverage Pembiayaan perusahaan melalui hutang (financial leverage) bertujuan untuk meningkatkan return bagi pemegang saham, tetapi financial leverage juga berpotensi terhadap besarnya risiko yang dihadapi oleh investor jika beban tetap yang harus dibayar perusahaan atas hutang-hutangnya lebih besar dari laba yang diperolehnya. Pengaruh penggunaan hutang terhadap harga saham dikemukakan oleh Lasher (1997) yaitu: “leverage influences stock price because it alters the risk-return relationship in an equity investment.” Leverage keuangan yang semakin besar mengakibatkan risiko keuangan semakin tinggi (Matriadi, 2007: 232). 63 Penelitian ini mengukur financial leverage dengan menggunakan indeks total hutang dibagi dengan equitas (DER) per tahun pada perusahaan manufaktur periode 2005-2009, yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dalam situs www.idx.co.id. Selama tahun penelitian tersebut diperoleh nilai ratarata DER tertinggi sebesar 106.99% (2009) dan terendah sebesar 72.60% (2006). Di tahun 2006, nilai rata-rata DER mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu dari 79.30% (2005) menjadi 72.60%, namun mengalami peningkatan lagi secara terus-menerus sepanjang 3 tahun menjadi 75.82% (2007), 85.67% (2008), dan puncaknya di tahun 2009 meningkat signifikan menjadi 106.99%. Ini menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur selalu meningkatkan penggunaan hutang dalam membiayai aktivitas operasional perusahaannya. Kenaikan ini diharapkan dapat meningkatkan return bagi pemegang saham, tetapi kondisi ini juga berpotensi terhadap besarnya risiko bagi investor jika tidak diikuti dengan peningkatan laba perusahaan. Konsekwensinya, perusahaan akan berada pada posisi default dan financial distress yang dapat mengarah pada kebangkrutan. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, berikut ini adalah grafik nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) 20 perusahaan manufaktur periode 2005-2009. 64 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 DER 2005 2006 2007 2008 2009 79.30 72.60 75.82 85.67 106.99 Sumber: Data diolah, 2010. Gambar 4.3 Rata-rata DER Perusahaan (dalam satuan persentase) d. Analisis deskriptif variabel suku bunga SBI Menurut Wiguna dan Mendari (2008: 132), Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia adalah suatu nilai (dalam bentuk presentase) yang digunakan untuk menandakan sertifikat bank Indonesia yang diterbitkan oleh bank sentral sebagai salah satu surat berharga, dimana nilai tersebut merupakan balas jasa atas investasi dalam sertifikat bank Indonesia tersebut. Data tingkat suku bunga SBI dalam penelitian ini diperoleh dari situs www.bi.go.id. Dalam 5 tahun terakhir diperoleh suku bunga SBI; 12.75% di tahun 2005, 9.75% di tahun 2006, 8.00% di tahun 2007, 10.83% di tahun 2008, dan 6.46% di tahun 2009. Jadi, suku bunga tertinggi terjadi di tahun 2005 (12.75%) sedangkan terendah terjadi di tahun 2009 (6.46%). 65 Selama tahun penelitian tersebut, suku bunga SBI terlihat bergerak menurun dari tahun ke tahun, hanya pada tahun 2008 mengalami peningkatan namun mengalami penurunan di tahun 2009. Hal ini (saat suku bunga SBI mengalami penurunan atau rendah) akan mendorong hasrat individu untuk menginvestasikan uang dalam saham meningkat sedangkan investasi dalam tabungan atau deposito akan berkurang sehingga permintaan terhadap saham akan meningkat yang mana hal ini akan berakibat pada penurunan harga saham. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, berikut ini adalah grafik Suku Bunga SBI periode 2005-2009. 14.00% 12.00% 12.75% 10.00% 10.83% 9.75% 8.00% 8.00% 6.00% 6.46% 4.00% 2.00% 0.00% SBI 2005 2006 2007 2008 2009 12.75% 9.75% 8.00% 10.83% 6.46% Sumber: Data diolah, 2010. Gambar 4.4 Suku Bunga SBI e. Analisis deskriptif variabel kebijakan dividen Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai 66 dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan (retained earnings) guna pembiayaan investasi di masa dating. Menurut Murhadi (2008) pengukuran kebijakan dividen dapat berupa dividend yield. Dividend Yield (DY) diperoleh dengan membandingkan antara dividend per share dan share price (Coyle, 2002: 17). Nilai DY perusahaan manufaktur per tahun bersumber dari laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dalam situs www.idx.co.id. Selama tahun penelitian (2005-2009) diperoleh nilai rata-rata DY tertinggi sebesar 5.92% (2008) dan terendah sebesar 3.45% (2006). DY dalam 5 tahun penelitian ini terlihat fluktuatif (berubah-ubah atau naikturun), hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dimana DY pada tahun 2005 adalah 4.44%, 2006 turun menjadi 3.45%, pada tahun 2007 naik menjadi 3.62%, dan pada tahun tahun 2008 naik menjadi 5.92% namun mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi 4.41%. Pergerakan DY yang naik-turun ini akan berdampak pada fluktuasi harga saham. Menurut Black (1976), saat pembayaran dividen oleh perusahaan meningkat maka pemegang saham akan menginterpretasikan peningkatan ini sebagai signal bahwa pihak manajemen memiliki prediksi arus kas yang tinggi, sebaliknya penurunan pembayaran dividen diinterpretasikan sebagai antisipasi manajer terhadap terbatasnya arus kas di masa yang akan datang. Sehingga, penurunan ataupun peningkatan pembayaran dividen oleh perusahaan akan memberikan signal positif ataupun negatif bagi 67 pemegang saham. Namun keadaan ini bisa berbalik, dalam atian bahwa dividen memiliki pengaruh negatif terhadap perubahan harga saham seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy (1979), hal ini disebabkan karena pajak atas dividen lebih tinggi dari pada pajak yang dikenakan atas capital gain. (Murhadi, 2008) Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, berikut ini adalah grafik nilai rata-rata Dividen Yield (DY) 20 perusahaan manufaktur untuk periode 2005-2009. 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 DY 2005 2006 2007 2008 2009 4.44 3.45 3.62 5.92 4.41 Sumber: Data diolah, 2010. Gambar 4.5 Rata-rata Dividend Yield (DY) Perusahaan (dalam satuan kali) f. Analisis deskriptif variabel harga saham Harga saham masing-masing perusahaan manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga penutupan saham per tahun atau closing price (CP) untuk periode tahun 2005-2009 yang diperoleh 68 dari data perdagangan saham. Berikut ini adalah nilai rata-rata CP 20 perusahaan manufaktur untuk periode 2005-2009. 30000 25000 27623.30 20000 15000 13832.50 10000 14953.90 11858.45 11088.00 5000 0 CP 2005 2006 2007 2008 2009 11088.00 13832.50 14953.90 11858.45 27623.30 Sumber: Data diolah, 2010. Gambar 4.6 Rata-rata Harga Saham (CP) Perusahaan (dalam rupiah penuh) Pada grafik di atas, nilai rata-rata CP tertinggi sebesar Rp 27623.30 (2009) dan terendah sebesar Rp 11088.00 (2005). Sepanjang tahun 2005-2007, nilai rata-rata CP perusahaan manufaktur mengalami peningkatan yaitu Rp 11088.00 di tahun 2005, naik menjadi Rp 13832.50 di tahun 2006, dan naik kembali di tahun 2007 menjadi Rp 14953.90. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan atas saham perusahaan manufaktur selalu mengalami peningkatan yang direspon dengan harga saham yang selalu meningkat tiap tahunnya, dan kondisi ini juga akan memberikan sinyal atau tanda positif bagi para investor perihal prospek berinvestasi pada saham tersebut. Kenaikan ini berlangsung selama 3 tahun penelitian, dan pada tahun ke-4 (2008) mengalami penurunan menjadi Rp 11858.45. Hal ini 69 tentunya akan memberikan respon yang buruk kepada investor. Namun penurunan ini hanya berlaku 1 tahun saja karena di tahun 2009 nilai rata-rata CP mengalami peningkatan hingga pada titik harga Rp 27623.30. Kondisi ini—peningkatan nilai rata-rata CP selama 2005-2007, penurunan di tahun 2008, dan kenaikan yang signifikan di tahun 2009), secara tidak langsung, ada faktor-faktor yang mendukung perubahan (naik-turun) nilai rata-rata CP baik faktor dari dalam perusahaan (internal) maupun faktor dari luar perusahaan (eksternal). Menurut Mendari (2008: 133) faktor-faktor fundamental dapat dikatakan sebagai faktor internal perusahaan seperti tingkat penjualan dan laba usaha perusahaan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi harga saham menurut Husnan (2005) dapat berupa kondisi makro ekonomi, stabilitas politik, kebijakan pemerintah dalam dunia industri dan usaha atau faktor sejenis yang terjadi pada perusahaan merupakan variabel yang bisa ikut memicu arah pergerakan kurs saham. Sebagai contoh penurunan nilai rata-rata CP pada tahun 2008 lebih dipicu oleh keadaan ekonomi tepatnya krisis keuangan global yang dimulai dari Amerika dan meluas ke hampir seluruh belahan dunia termasuk Indonesia. 2. Analisis Jalur Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tahapan Daur Hidup Perusahaan, Financial Leverage, dan Suku Bunga SBI terhadap Kebijakan Dividen, serta Implikasinya terhadap Harga Saham 70 Analisis jalur ini dibagi menjadi dua substruktur. Substruktur yang pertama (substruktur I) menganalisis pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI sebagai variabel eksogen terhadap kebijakan dividen sebagai variabel endogen. Substruktur yang kedua (substruktur II) menganalisis pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen sebagai variabel eksogen terhadap harga saham sebagai variabel endogen. Untuk lebih komunikatif berikut diagram jalur dalam analisis ini. Struktur Kepemilikan Tahapan Daur Hidup Kebijakan Dividen Harga Saham Financial Leverage Suku Bunga SBI Gambar 4.7 Diagram Jalur a. Analisis Korelasi Korelasi antar variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI dengan hasil penghitungan SPSS 17.0 dapat dilihat pada tabel berikut. 71 Tabel 4.2 Korelasi antar Variabel Bebas Correlations IO IO RETE Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N -.078 Sig. (2-tailed) .440 N DER SBI -.130 -.035 .440 .197 .731 100 100 100 1 ** .029 .000 .771 100 Pearson Correlation -.130 SBI -.078 100 RETE Pearson Correlation DER -.741 100 100 100 ** 1 -.070 -.741 Sig. (2-tailed) .197 .000 N 100 100 100 100 -.035 .029 -.070 1 Sig. (2-tailed) .731 .771 .489 N 100 100 100 Pearson Correlation .489 100 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Data diolah, 2010. Untuk menafsirkan angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut. • 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada) • > 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat • > 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat • > 0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis: Ho : Tidak ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua variabel. Ha : Ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua variabel. 1) Korelasi antara variabel struktur kepemilikan dan variabel tahapan daur hidup perusahaan Korelasi sebesar -0.078 menunjukkan hubungan antara variabel struktur kepemilikan yang diwakili institutional ownership (IO) dan 72 variabel tahapan daur hidup perusahaan yang diwakili retained earnings/total euity (RETE) cukup kuat dan berlawanan. Berlawanan artinya apabila terjadi kenaikan nilai IO maka nilai RETE akan mengalami penurunan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0.440 > 0.05 telah cukup bukti untuk menerima Ho dan menolak Ha sehingga korelasi tidak signifikan. 2) Korelasi antara struktur kepemilikan dan financial leverage Korelasi sebesar -0.130 menunjukkan hubungan antara variabel struktur kepemilikan yang diwakili institutional ownership (IO) dan variabel financial leverage yang diwakili debt to equity ratio (DER) sangat lemah dan berlawanan. Berlawanan artinya apabila terjadi kenaikan nilai IO maka nilai DER akan mengalami penurunan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0.197 > 0.05 telah cukup bukti untuk menerima Ho dan menolak Ha sehingga korelasi tidak signifikan. 3) Korelasi antara struktur kepemilikan dan suku bunga SBI Korelasi sebesar -0.035 menunjukkan hubungan antara variabel struktur kepemilikan yang diwakili institutional ownership (IO) dan variabel suku bunga SBI sangat lemah dan berlawanan. Berlawanan artinya apabila terjadi kenaikan nilai IO maka nilai SBI akan mengalami penurunan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0.731 > 0.05 telah cukup bukti untuk menerima Ho dan menolak Ha sehingga korelasi tidak signifikan. 73 4) Korelasi antara tahapan daur hidup perusahaan dan financial leverage Korelasi sebesar -0.741 menunjukkan hubungan antara variabel tahapan daur hidup perusahaan yang diwakili retained earnings/total euity (RETE) dan variabel financial leverage yang diwakili DER kuat dan berlawanan. Berlawanan artinya apabila terjadi kenaikan nilai RETE maka nilai DER akan mengalami penurunan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0.000 > 0.01 telah cukup bukti untuk menerima Ha dan menolak Ho sehingga korelasi signifikan pada level 1%. 5) Korelasi antara tahapan daur hidup perusahaan dan suku bunga SBI Korelasi sebesar 0.029 menunjukkan hubungan antara variabel tahapan daur hidup perusahaan yang diwakili retained earnings/total euity (RETE) dan variabel suku bunga SBI sangat lemah dan searah. Searah artinya apabila terjadi kenaikan nilai RETE akan dikuti dengan kenaikan nilai SBI, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0.771 > 0.05 telah cukup bukti untuk menerima Ho dan menolak Ha sehingga korelasi tidak signifikan. 6) Korelasi financial leverage dan suku bunga SBI Korelasi sebesar -0.070 menunjukkan hubungan antara variabel financial leverage yang diwakili DER dan variabel suku bunga SBI sangat lemah dan berlawanan. Berlawanan artinya apabila terjadi kenaikan nilai DER maka nilai SBI akan mengalami penurunan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas 74 sebesar 0.489 > 0.05 telah cukup bukti untuk menerima Ho dan menolak Ha sehingga korelasi tidak signifikan. b. Analisis Regresi (Substruktur I) Pada bagian ini analisis dibagi menjadi dua, pertama melihat pengaruh secara sendiri-sendiri (parsial) dan kedua adalah melihat pengaruh secara bersama-sama (simultan). 1) Melihat pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh variabel struktur kepemiikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen secara parsial, digunakan uji t, sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh, digunakan angka Beta atau Standardized Coeffecient. Sedangkan untuk melihat kemaknaan (signifikansi) pengaruh variabel-variabel independen terhadap variable dependen yaitu dengan membuat hipotesis dan menentukan kriteria uji hipotesis sebagaimana berikut. Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan variabel independen terhadap variabel dependen. Ha : Ada pengaruh yang signifikan variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria uji hipotesisnya: Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, 75 Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, atau Jika angka signifikansi < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, Jika angka signifikansi > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Berikut adalah hasil analisis regresi secara parsial dengan menggunakan SPSS 17.0. Tabel 4.3 Uji t Regresi a Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Standardized Coefficients Std. Error (Constant) .016 .016 IO .038 .012 RETE -.073 DER SBI Beta t Sig. 1.013 .314 .263 3.048 .003 .014 -.647 -5.078 .000 -.008 .004 -.276 -2.151 .034 1.668 1.308 .106 1.275 .205 a. Dependent Variable: DY Sumber: Data diolah, 2010. a) Pengaruh variabel struktur kepemilikan terhadap kebijakan dividen. • Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 3.048 sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,95) = 1.99. Nilai thitung berada di daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak karena nilai tersebut lebih besar dari nilai ttabel (3.048 > 1.99). Hal ini juga tercermin dalam angka signifikansi 0.003 yang lebih kecil dari 0.05. • Dengan angka Beta atau Standardized Coeffecient sebesar 0.263 atau 26.3%, maka variable struktur kepemilikan yang diwakili dengan kepemilikan institusi secara parsial 76 menunjukkan pengaruh yang signifikan bertanda positif terhadap kebijakan dividen. Ini mengandung makna bahwa setiap kenaikan kepemilikan institusi akan diikuti dengan kenaikan pembayaran dividen. • Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Shleifer dan Vishny (1986) dimana kepemilikan institusi akan dapat membantu memecahkan masalah keagenan tipe I melalui pengawasan terhadap manajemen (Murhadi, 2008: 7), namun bertentangan dengan hasil penelitian empiris yang dilakukan Dewi (2008) yang menunjukkan terdapatnya pengaruh variabel kepemilikan institusi terhadap kebijakan dividen dengan arah negatif. b) Pengaruh variabel tahapan daur hidup perusahaan terhadap kebijakan dividen. • Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar -5.078 sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,95) = 1.99. Nilai thitung berada di daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak karena nilai tersebut lebih besar dari nilai ttabel, baik itu bertanda positif ataupun negatif (-5.078 > 1.99). Hal ini juga tercermin dalam angka signifikansi 0.000 yang lebih kecil dari 0.05. • Dengan angka Beta atau Standardized Coeffecient sebesar 0.647atau -64,7%, maka variabel tahapan daur hidup perusahaan yang diwakili retained earnings/total equity 77 (RETE) secara parsial menunjukkan pengaruh yang signifikan bertanda negatif terhadap kebijakan dividen. Ini mengandung makna bahwa kenaikan RETE akan mengakibatkan penurunan pembayaran dividen. • Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Magginson (1997) yang menyatakan bahwa perusahaan yang berada dalam industry yang mature cenderung untuk membayarkan lebih banyak dividen daripada perusahaan yang masih muda dan sedang mengalami pertumbuhan. Hasil ini juga konsisten dengan penelitian Murhadi (2008) dan Djumahir (2009) bahwa tahapan daur hidup perusahaan berpengaruh terhadap penentuan kebijakan dividen, dimana perusahaan dalam tahapan pertumbuhan cenderung untuk tidak membagikan dividen. c) Pengaruh variabel financial leverage terhadap kebijakan dividen. • Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar -2.151 sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,95) = 1.99. Nilai thitung berada di daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak karena nilai tersebut lebih besar dari nilai ttabel, baik itu bertanda positif ataupun negatif (-2.151 > 1.99). Hal ini juga tercermin dalam angka signifikansi 0.000 yang lebih kecil dari 0.05. • Dengan angka Beta atau Standardized Coeffecient sebesar 0.276 atau -27.6%, maka variabel financial leverage yang 78 diwakili debt to equity ratio (DER) secara parsial menunjukkan pengaruh yang signifikan bertanda negatif terhadap kebijakan dividen. Ini mengandung makna bahwa kenaikan DER akan mengakibatkan penurunan pembayaran dividen. • Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sutrisno (2001: 304) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham dimana semakin banyak hutang yang harus dibayar, semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. d) Pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen. • Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 1.275 sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,95) = 1.99. Nilai thitung berada di daerah penerimaan Ho atau Ha ditolak karena nilai tersebut lebih kecil dari nilai ttabel (1.275 < 1.99). Hal ini juga tercermin dalam angka signifikansi 0.205 yang lebih besar dari 0.05. • Maka angka Beta atau Standardized Coeffecient sebesar 0.106 atau 10.6% yang menunjukkan besarnya pengaruh dianggap tidak signifikan, artinya variabel suku bunga SBI secara parsial tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. 79 • Hal ini tidak sesuai dengan pandangan Marzuki (1990) bahwa peningkatan tingkat suku bunga menyebabkan investor menjual sahamnya untuk ditukar dengan obligasi sehingga perusahaan kekurangan modal untuk pendanaan operasional, pada akhirnya perusahaan akan mengakumulasikan dananya ke dalam laba ditahan, yang berarti akan terjadi penurunan pembayaran dividen. 2) Melihat pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen secara simultan. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan, dapat dilihat hasil perhitungan dalam model summary berikut. Tabel 4.4 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Model Summary Model 1 R R Square a .595 Adjusted R Square .354 .327 Std. Error of the Estimate .02374911 a. Predictors: (Constant), SBI, RETE, IO, DER Sumber: Data diolah, 2010. Besarnya angka R square (r²) adalah 0.327. Angka tersebut dapat digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KD = r² x 100% = 0.327 x 100% = 32.7% 80 Angka tersebut mengartikan bahwa pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen sebesar 32.70%. Sedangkan sisanya sebesar 67.30% (100% - 32.70%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model ini. Kemudian, untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi tersebut diperlukan uji hipotesis. Berikut ini adalah hasil analisis regresi secara simultan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.5 Uji F Regresi ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression .029 4 Residual .054 95 Total .083 99 F .007 13.013 Sig. .000a .001 a. Predictors: (Constant), SBI, RETE, IO, DER b. Dependent Variable: DY Sumber: Data diolah, 2010. Hipotesisnya berbunyi sebagai berikut: Ho : Tidak ada pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI secara bersama-sama terhadap variabel kebijakan dividen. Ha : Ada pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI secara bersama-sama terhadap variabel kebijakan dividen. 81 Pengujian dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan membandingkan besarnya angka Fhitung dengan Ftabel. Cara kedua adalah membandingkan angka taraf signifikasi (sig) hasil perhitungan dengan taraf signifikansi 0.05 (5%). a) Membandingkan besarnya angka Fhitung dengan Ftabel Berdasarkan perhitungan analysis of variance/ANOVA (lihat tabel 4.3) diperoleh nilai Fhitung sebesar 13.013 sedangkan nilai Ftabel (pada tingkat signifikansi 5% dengan df1 = 4, df2 = 95) dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 adalah f(0.05,4,95) = 2.47. Nilai Fhitung berada di daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak karena nilai tersebut lebih besar dari nilai Ftabel (13.013 > 2.47). Ini berarti bahwa struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI secara simultan mempengaruhi kebijakan dividen. b) Membandingkan nilai taraf signifikansi (sig.) penelitian dengan taraf signifikansi sebesar 0.05. Berdasarkan hasil penghitungan analysis of variance/ ANOVA, nilai taraf signifikansi penelitian sebesar 0.000 lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (0.000 < 0.05), maka nilai taraf signifikansi penelitian berada di daerah penerimaan Ha atau Ho di tolak. Ini berarti bahwa struktur kepemilikan, tahapan daur hidup 82 perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI secara simultan mempengaruhi kebijakan dividen. c. Analisis Regresi (Substruktur II) Pada bagian ini analisis dibagi menjadi dua, pertama melihat pengaruh secara parsial dan kedua adalah melihat pengaruh secara simultan. 1) Melihat pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen terhadap harga saham secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh variabel struktur kepemiikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen terhadap harga saham secara parsial, digunakan uji t, dan untuk melihat besarnya pengaruh, digunakan angka Beta atau Standardized Coeffecient. Sedangkan untuk melihat kemaknaan (signifikansi) pengaruh variabel-variabel independen terhadap variable dependen yaitu dengan membuat hipotesis dan menentukan kriteria uji hipotesis sebagaimana berikut. Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan variabel independen terhadap variabel dependen. Ha : Ada pengaruh yang signifikan variabel independen terhadap variabel dependen. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, atau 83 Jika angka signifikansi < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, Jika angka signifikansi > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Berikut adalah hasil analisis regresi secara parsial dengan menggunakan SPSS 17.0. Tabel 4.6 Uji t Regresi Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model 1 B (Constant) IO RETE DER SBI DY Std. Error 2627.576 14433.748 32066.594 11901.824 -25977.498 5304.767 Beta t Sig. .182 .856 .235 2.694 .008 14815.919 -.243 -1.753 .083 3575.253 .188 1.484 .141 -2711543.009 1201542.769 -.182 -2.257 .026 .233 2.354 .021 219895.408 93422.068 a. Dependent Variable: CP Sumber: Data diolah, 2010. a) Pengaruh variabel struktur kepemilikan terhadap harga saham • Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 2.694 sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,94) = 1.99. Nilai thitung berada di daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak karena nilai tersebut lebih besar dari nilai ttabel (2.694 > 1.99). Hal ini juga tercermin dalam angka signifikasi 0.008 yang lebih kecil dari 0.05. • Dengan angka Beta sebesar 0.235 atau 23.5%, maka variabel struktur kepemilikan yang diwakili dengan kepemilikan institusi secara parsial menunjukkan pengaruh yang signifikan bertanda positif terhadap harga saham. Ini mengandung makna 84 bahwa setiap kenaikan kepemilikan institusi akan diikuti dengan kenaikan harga saham. • Hasil penelitian ini mendukung argumen konvergensi yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) dimana kepemilikan intitusi yang tinggi akan meningkatkan pengawasan terhadap manajer, pada akhirnya mengurangi konflik keagenan antara manajer dan pemegang saham sehingga meningkatkan nilai perusahaan. Namun bertentangan dengan hasil penelitian Murhadi (2008) dimana kepemilikan saham intitusi berpengaruh negatif terhadap harga saham. b) Pengaruh variabel tahapan daur hidup perusahaan terhadap harga saham • Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar -1.753 sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,94) = 1.99. Nilai thitung berada di daerah penerimaan H0 atau Ha ditolak karena nilai tersebut lebih kecil dari nilai ttabel, (-1.753 < 1.99). Hal ini juga tercermin dalam angka signifikasi 0.083 yang lebih besar dari 0.05. • Maka besarnya pengaruh RETE terhadap harga saham sebesar -0.243 atau -24.3% dianggap tidak signifikan. Artinya ada atau tidaknya perubahan RETE tidak berdampak pada perubahan harga saham. 85 • Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Murhadi (2008) dan Djumahir (2009) yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan tahapan daur hidup perusahaan terhadap harga saham, dimana perusahaan dalam tahapan pertumbuhan cenderung untuk tidak membagikan dividen. c) Pengaruh variabel financial leverage terhadap harga saham • Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 1.484 sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,94) = 1.99. Nilai thitung berada di daerah penerimaan Ho atau Ha ditolak karena nilai tersebut lebih kecil dari nilai ttabel (1.484 < 1.99). Hal ini juga tercermin dalam angka signifikasi 0.141 yang lebih besar dari 0.05. • Maka besarnya pengaruh DER terhadap harga saham sebesar 0.188 atau 18.8% dianggap tidak signifikan. Artinya ada atau tidaknya perubahan DER tidak berdampak pada perubahan harga saham. • Hasil penelitian ini relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Lasher pada tahun 1997, menurutnya leverage berpengaruh terhadap harga saham karena berkaitan dengan tingkat risiko dan return atas investasi (Matriadi, 2007:236). d) Pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap harga saham • Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar -2.257 sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,94) = 1.99. Nilai thitung berada di daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak karena nilai tersebut 86 lebih besar dari nilai ttabel (-2.257 > 1.99). Hal ini juga tercermin dalam angka signifikasi 0.026 yang lebih kecil dari 0.05. • Dengan angka Beta sebesar -0.182 atau -18.2%, maka variable suku bunga SBI secara parsial menunjukkan pengaruh yang signifikan bertanda negaif terhadap harga saham. Ini mengandung makna bahwa setiap kenaikan suku bunga SBI akan diikuti dengan penurunan harga saham, dan sebalikya. • Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Wiguna dan Mendari (2008) yang menunjukkan tidak adanya pengaruh tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham. e) Pengaruh variabel kebijakan dividen terhadap harga saham • Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 2.354 sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,94) = 1.99. Nilai thitung berada di daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak karena nilai tersebut lebih besar dari nilai ttabel (2.354 > 1.99). Hal ini juga tercermin dalam angka signifikasi 0.021 yang lebih kecil dari 0.05. • Dengan angka Beta sebesar 0.233 atau 23.3%, maka variable kebijakan dividen secara parsial menunjukkan pengaruh yang signifikan bertanda positif terhadap harga saham. Ini mengandung makna bahwa setiap kenaikan dividen akan diikuti dengan kenaikan harga saham, sebaliknya penurunan dividen akan diikuti dengan penurunan harga saham. 87 • Hal ini relevan dengan pernyataan Bajaj dan Vijh pada tahun 1990 bahwa dampak perubahan dividen terhadap harga saham adalah besar dan dampak dari dividend yield adalah kuat pada perusahaan kecil. Temuan ini juga mendukung teori signaling, dan hasil penelitian yang dilakukan Murhadi (2008) dimana kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga saham. 2) Melihat pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen terhadap harga saham secara simultan. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan, dapat dilihat hasil perhitungan dalam model summary berikut. Tabel 4.7 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Model Summary Model 1 R .638a R Square .407 Adjusted R Square .376 Std. Error of the Estimate 21625.124 a. Predictors: (Constant), DY, SBI, DER, IO, RETE Sumber: Data diolah, 2010. Besarnya angka R square (r²) adalah 0.376. Angka tersebut dapat digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KD = r² x 100% = 0.376 x 100% = 37.6% 88 Angka tersebut mengartikan bahwa pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen terhadap harga saham sebesar 37.60%. Sedangkan sisanya sebesar 62.40% (100% 37.60%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model ini. Kemudian, untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi tersebut diperlukan uji hipotesis. Berikut ini adalah hasil analisis regresi secara simultan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.8 Uji F Regresi ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 3.018E10 5 Residual 4.396E10 94 Total 7.414E10 99 F 6.036E9 12.908 Sig. .000a 4.676E8 a. Predictors: (Constant), DY, SBI, DER, IO, RETE b. Dependent Variable: CP Sumber: Data diolah, 2010. Hipotesisnya berbunyi sebagai berikut: Ho : Tidak ada pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen secara bersama-sama terhadap harga saham. Ha : Ada pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, kebijakan dividen secara bersama-sama terhadap harga saham. 89 Pengujian dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan membandingkan besarnya angka Fhitung dengan Ftabel. Cara kedua adalah membandingkan angka taraf signifikasi (sig) hasil perhitungan dengan taraf signifikansi 0.05 (5%). a) Membandingkan besarnya angka Fhitung dengan Ftabel Berdasarkan perhitungan analysis of variance/ANOVA (lihat tabel 4.7) diperoleh nilai Fhitung sebesar 12.908 sedangkan nilai Ftabel (pada tingkat signifikansi 5% dengan df1 = 5, df2 = 94) dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 adalah f(0.05,5,94) = 2.31. Nilai Fhitung berada di daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak karena nilai tersebut lebih besar dari nilai Ftabel (12.908 > 2.31). Ini berarti bahwa struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen secara simultan mempengaruhi harga saham. b) Membandingkan nilai taraf signifikansi (sig) penelitian dengan taraf signifikansi sebesar 0.05. Berdasarkan hasil penghitungan analysis of variance/ANOVA (lihat tabel 4.7), nilai taraf signifikasi penelitian sebesar 0.000 lebih kecil dari taraf signifikasi 5% (0.000 < 0.05), maka nilai taraf signifikansi penelitian berada di daerah penerimaan Ha atau Ho di tolak. Ini berarti bahwa struktur kepemilikan, tahapan daur 90 hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen secara simultan mempengaruhi harga saham. Rangkuman seluruh pengujian pengaruh antar variabel eksogen dan endogen dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.9 Hasil Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dan Endogen Pengaruh Variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan Endogen: Kebijakan Dividen (DY) Struktur Kepemilikan (IO) 0.263 0.003 Signifikan Tahapan Daur Hidup (RETE) -0.647 0.000 Signifikan Financial Leverage (DER) -0.276 0.034 Signifikan 0.106 0.205 Tidak Signifikan Suku Bunga SBI (SBI) Endogen: Harga Saham (CP) Struktur Kepemilikan (IO) Tahapan Daur Hidup (RETE) Financial Leverage (DER) 0.235 0.008 Signifikan -0.243 0.083 Tidak Signifikan Tidak Signifikan 0.188 0.141 Suku Bunga SBI (SBI) -0.182 0.026 Signifikan Kebijakan Dividen (DY) 0.233 0.021 Signifikan Sumber: Data diolah, 2010. Dari hasil penghitungan tersebut, seluruh koefisien pengaruh antar variabel dapat digambarkan dalam diagram jalur sebagai berikut. Struktur Kepemilikan -0.130 Є1 0.673 Є2 0.624 -0.078 0.263 0.235 Tahapan Daur Hidup -0.243 -0.647 -0.035 -0.741 -0.276 Kebijakan Deviden 0.233 Harga Saham 0.188 Financial Leverage -0.182 0.029 0.106 -0.070 Suku Bunga SBI (Sumber : data diolah) Gambar 4.8 Diagram Jalur 91 Dalam model tersebut masih terdapat pengaruh antar variabel yang tidak signifikan. Selanjutnya dilakukan analisis jalur model trimming. Yaitu model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur bila koefisien betanya (eksogen) tidak signifikan. Dalam hal ini peneliti menghilangkan salah satu jalur (panah) yang memiliki koefisien betanya tidak signifikan dan yang memiliki probabilitas terbesar. Trimming pada model I, jalur suku bunga SBI (SBI) pada kebijakan dividen (DY) dihilangkan karena memiliki probabilitas 0.205 > 0.05 (tidak signifikan). Modifikasi pada model analisis jalur tersebut diperoleh indeks kesesuaian model yang cukup baik. Begitu juga trimming pada model analisis jalur II dengan menghilangkan jalur financial leverage (DER) pada harga saham (CP)—karena memiliki koefisien yang tidak signifikan dan probabilitas terbesar 0.141 > 0.05, maka diperoleh indeks kesesuaian model yang cukup baik. Dikarenakan terjadi trimming bagi jalur yang tidak signifikan, maka dari itu penelitian selanjutnya bertujuan sebagai berikut. 1. Untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, dan financial leverage pada kebijakan dividen. 2. Untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, suku bunga SBI dan kebijakan dividen pada harga saham. 3. Analisis Jalur Setelah Trimming Analisis jalur setelah trimming terdiri dua substruktur. Substruktur pertama menganalisis pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup 92 perusahaan, dan financial leverage sebagai variabel eksogen terhadap kebijakan dividen sebagai variabel endogen. Substruktur kedua menganalisis pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen sebagai variabel eksogen terhadap harga saham sebagai variabel endogen. Untuk lebih komunikatif berikut diagram jalur dalam analisis ini. Struktur Kepemilikan Tahapan Daur Hidup Kebijakan Dividen Harga Saham Financial Leverage Suku Bunga SBI Gambar 4.9 Diagram Jalur a. Analisis jalur pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, dan financial leverage terhadap kebijakan dividen. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial dan simultan, dapat dilihat hasil perhitungan SPSS 17.0 berikut. Tabel 4.10 Uji t Regresi a Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error Standardized Coefficients Beta t Sig. (Constant) .030 .011 2.730 .008 IO .037 .012 .257 2.973 .004 RETE -.074 .014 -.654 -5.127 .000 DER -.009 .004 -.290 -2.259 .026 a. Dependent Variable: DY Sumber: Data diolah, 2010. 93 1) Pengaruh variabel struktur kepemilikan terhadap kebijakan dividen. Hasil perhitungan menunjukkan angka signifikansi 0.004 < 0.05, maka telah cukup data untuk menerima Ha dan menolak Ho. Artinya, ada hubungan linier antara variabel struktur kepemilikan dengan kebijakan dividen. Besarnya pengaruh variabel struktur kepemilikan terhadap kebijakan dividen adalah 25.7%. Struktur kepemilikan yang diwakili Institutional Ownership (IO) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen (DY). Artinya, apabila terjadi kenaikan IO maka akan diikuti dengan kenaikan DY, sebaliknya ketika terjadi penurunan IO maka DY akan mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Shleifer dan Vishny (1986) dimana kepemilikan institusi akan dapat membantu memecahkan masalah keagenan tipe I melalui pengawasan terhadap manajemen (Murhadi, 2008: 7), namun bertentangan dengan penelitian Dewi (2008) yang menunjukkan pengaruh negatif variabel kepemilikan institusi terhadap kebijakan dividen dengan arah negatif, dan penelitian Djumahir (2009) yang menunjukkan tidak adanya pengaruh kepemilikan institusi terhadap kebijakan dividen. 2) Pengaruh variabel tahapan daur hidup perusahaan terhadap kebijakan dividen. Hasil perhitungan menunjukkan angka signifikasi 0.000 < 0.05, maka telah cukup data untuk menerima Ha dan menolak Ho. 94 Artinya, terdapat pengaruh variabel tahapan daur hidup perusahaan terhadap variabel kebijakan dividen. Besarnya pengaruh variabel tahapan daur hidup perusahaan terhadap kebijakan dividen adalah 65.4%. Tahapan daur hidup perusahaan yang diwakili retained earnings/total equity (RETE) memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen (DY). Artinya, apabila terjadi kenaikan RETE maka DY akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Magginson (1997) yang menyatakan bahwa perusahaan yang berada dalam industri yang growth cenderung untuk membayarkan lebih sedikit dividen. Hasil ini juga konsisten dengan penelitian Murhadi (2008) bahwa tahapan daur hidup perusahaan berpengaruh terhadap penentuan kebijakan dividen, dimana perusahaan dalam tahapan pertumbuhan cenderung untuk tidak membagikan dividen. Namun bertentangan dengan penelitian Djumahir (2009) yang menunjukkan pengaruh dengan arah positif. 3) Pengaruh variabel financial leverage terhadap kebijakan dividen. Hasil perhitungan menunjukkan angka signifikasi 0.026 < 0.05, maka telah cukup data untuk menerima Ha dan menolak Ho. Artinya, ada hubungan linier antara variabel financial leverage 95 dengan kebijakan dividen. Besarnya pengaruh variabel financial leverage terhadap kebijakan dividen adalah -29.0%. Financial leverage (DER) memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen (DY). Artinya, apabila terjadi kenaikan DER maka DY akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian ini mendukung pandangan Sutrisno (2001: 304) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham dimana semakin banyak hutang yang harus dibayar, semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Tabel 4.11 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Model Summary Model 1 R R Square a .586 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .343 .322 .02382634 a. Predictors: (Constant), DER, IO, RETE Sumber: Data diolah, 2010. Besarnya pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, dan financial leverage terhadap kebijakan dividen adalah 32.2%, sedangkan sisanya sebesar 67.8% (100% - 32.2%) dipengaruhi oleh faktor lain. 96 Tabel 4.12 Uji F Regresi b ANOVA Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression .028 3 Residual .054 96 Total .083 99 F Sig. .009 16.700 a .000 .001 a. Predictors: (Constant), DER, IO, RETE b. Dependent Variable: DY Sumber: Data diolah, 2010. Dengan nilai Fhitung > Ftabel (16.700 > 2.47) dan angka signifikansi 0.000 < 0.05 menunjukkan bahwa variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. b. Analisis jalur pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, suku bunga SBI dan kebijakan dividen terhadap harga saham Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial dan simultan, dapat dilihat hasil perhitungan SPSS 17.0 berikut. Tabel 4.13 Uji t Regresi a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model 1 B Std. Error Beta t Sig. (Constant) 12962.221 12721.628 1.019 .311 IO 28530.541 11734.288 .209 2.431 .017 -42639.854 9725.303 -.398 -4.384 .000 -2807089.755 1207379.346 -.188 -2.325 .022 .201 2.070 .041 RETE SBI DY 190019.074 91801.357 a. Dependent Variable: CP Sumber: Data diolah, 2010. 97 1) Pengaruh variabel struktur kepemilikan terhadap harga saham Hasil perhitungan menunjukkan angka signifikansi 0.017 < 0.05, maka telah cukup data untuk menerima Ha dan menolak Ho. Artinya, ada hubungan linier antara variabel struktur kepemilikan dengan harga saham. Besarnya pengaruh variabel struktur kepemilikan terhadap harga saham adalah 20.1%. Struktur kepemilikan (IO) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham (CP). Hal ini berarti bahwa kepemilikan institusi (IO) yang tinggi akan berdampak pada kenaikan harga saham (CP). Temuan ini juga mendukung argumen konvergensi dari Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusi yang tinggi akan berdampak pada peningkatan kemampuan pengawasan sehingga akan mengurangi masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham. Secara tidak langsung hasil penelitian ini kurang mendukung argument entrenchment yang dikemukakan oleh Morck, Shleifer, dan Vishny (1988), serta hasil penelitian Murhadi (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusi (IO) memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham. 2) Pengaruh variabel tahapan daur hidup perusahaan terhadap harga saham Hasil perhitungan menunjukkan angka signifikansi 0.000 < 0.05, maka telah cukup data untuk menerima Ha dan menolak Ho. 98 Artinya, ada pengaruh yang signifikan variabel tahapan daur hidup perusahaan dengan harga saham. Besarnya pengaruh variabel tahapan daur hidup perusahaan terhadap harga saham adalah -39.8%. Tahapan daur hidup perusahaan (RETE) memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap harga saham (CP). Artinya, perusahaan dengan RETE yang tinggi akan berdampak pada penurunan harga saham (CP). Temuan ini mendukung penelitian Murhadi (2008) dimana tahapan daur hidup perusahaan berpengaruh terhadap harga saham, dimana perusahaan dengan RETE tinggi akan memiliki pergerakan harga saham yang rendah, dan bertentangan dengan penelitian Djumahir (2009) yang menunjukkan pengaruh secara positif variabel tahapan daur hidup perusahaan terhadap kebijakan dividen. 3) Pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap harga saham Hasil perhitungan menunjukkan angka signifikansi 0.022 < 0.05, maka telah cukup data untuk menerima Ha dan menolak Ho. Artinya, ada pengaruh yang signifikan variabel suku bunga SBI terhadap harga saham. Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap harga saham adalah -18.8%. Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap harga saham (CP). Artinya, tingkat suku bunga SBI yang tinggi akan berdampak pada penurunan harga saham, begitu juga sebaliknnya. Temuan ini mendukung teori yang dikemukakan oleh 99 Martin J. Pring (1988) tentang terdapatnya pengaruh suku bunga terhadap tingkat saham, dan konsisten dengan pandangan yang menyatakan bahwa tingkat bunga memiliki pengaruh terhadap harga saham, seperti Fischer dan Jordan (1995) dalam Wiguna (2008), Bolten dan Weigand (1998) dalam Wiguna (2008), Vinocur (1998) dalam Wiguna (2008). Pada sisi lain, temuan ini kurang mendukung penelitian Wiguna (2008) atas perusahaan LQ-45 yang menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham. 4) Pengaruh variabel kebijakan dividen terhadap harga saham Hasil perhitungan menunjukkan angka signifikansi 0.041 < 0.05, maka telah cukup data untuk menerima Ha dan menolak Ho. Artinya, ada hubungan linier kebijakan dividen dengan harga saham. Besarnya pengaruh variabel kebijakan dividen terhadap harga saham adalah 20.1%. Kebijakan dividen memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham (CP). Artinya, pembayaran dividen yang tinggi cenderung meningkatkan harga saham, begitu juga sebaliknnya. Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 2.354 sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,94) = 1.99. Nilai thitung berada di daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak karena nilai tersebut lebih besar dari nilai ttabel (2.354 > 1.99). Hal ini juga tercermin dalam 100 angka signifikasi 0.021 yang lebih kecil dari 0.05. Hal ini relevan dengan pernyataan Bajaj dan Vijh pada tahun 1990 bahwa dampak perubahan dividen terhadap harga saham adalah besar dan dampak dari dividend yield adalah kuat pada perusahaan kecil. Temuan penelitian ini juga menunjukkan dukungan pada teori signaling, seperti halnya hasil penelitian yang dilakukan Murhadi (2008) dimana kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga saham. Tabel 4.14 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Model Summary Model R a 1 Adjusted R Square R Square .627 .393 Std. Error of the Estimate .368 21761.445 a. Predictors: (Constant), DY, SBI, IO, RETE Sumber: output SPSS 17.0 Besarnya pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen terhadap harga saham adalah 36.8%, sedangkan sisanya sebesar 63.2% (100% - 36.8%) dipengaruhi oleh faktor lain. Tabel 4.15 Uji F Regresi ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 2.915E10 4 Residual 4.499E10 95 Total 7.414E10 99 F 7.288E9 15.390 Sig. .000a 4.736E8 a. Predictors: (Constant), DY, SBI, IO, RETE b. Dependent Variable: CP Sumber: output SPSS 17.0 101 Dengan nilai Fhitung > Ftabel (15.390 > 2.31) dan angka signifikansi 0.000 < 0.05 menunjukkan bahwa variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Rangkuman seluruh pengujian pengaruh antar variabel eksogen dan endogen dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 4.16 Hasil Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dan Endogensetelah Trimming Pengaruh Variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan Endogen: Kebijakan Dividen (DY) Struktur Kepemilikan (IO) 0.257 0.004 Signifikan Tahapan Daur Hidup (RETE) -0.654 0.000 Signifikan Financial Leverage (DER) -0.290 0.026 Signifikan 0.209 0.017 Signifikan Tahapan Daur Hidup (RETE) -0.398 0.000 Signifikan Suku Bunga SBI (SBI) -0.188 0.022 Signifikan Kebijakan Dividen (DY) 0.201 0.041 Signifikan Endogen: Harga Saham (CP) Struktur Kepemilikan (IO) Sumber: Data diolah, 2010. Dari hasil penghitungan tersebut, seluruh koefisien pengaruh antar variabel dapat digambarkan dalam diagram jalur seperti terlihat pada gambar 4.9 berikut. Struktur Kepemilikan -0.130 -0.078 Є1 0.678 Є2 0.632 0.257 0.209 Tahapan Daur Hidup -0.398 -0.654 -0.035 -0.741 -0.290 Kebijakan Deviden 0.201 Harga Saham Financial Leverage 0.188 0.029 -0.070 Suku Bunga SBI (Sumber : data diolah) Gambar 4.10 Diagram Jalur setelah Trimming 102 Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disusun persamaan path analysis setelah trimming sebagai berikut. 1. Persamaan Substruktur I DY = 0.257 IO – 0.654 RETE – 0.290 DER + 0.678 ߝଵ ; R square = 0.322 2. Persamaan Substruktur II CP = 0.209 IO – 0.398 RETE – 0.188 SBI + 0.201 DY + 0.632 ߝଶ ; R square = 0.368 c. Penghitungan Pengaruh Untuk menghitung pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total, digunakan formula berikut. 1) Pengaruh langsung (direct effect) b) Pengaruh struktur kepemilikan (IO) terhadap kebijakan dividen (DY) X1 → Y1 = 0.257 c) Pengaruh tahapan daur hidup perusahaan (RETE) terhadap kebijakan dividen (DY) X2 → Y1 = -0.654 d) Pengaruh financial leverage (DER) terhadap kebijakan dividen (DY) X3 → Y1 = -0.290 e) Pengaruh struktur kepemilikan (IO) terhadap harga saham (CP) X1 → Y2 = 0.209 103 f) Pengaruh tahapan daur hidup perusahaan (RETE) terhadap harga saham (CP) X2 → Y2 = -0.398 g) Pengaruh suku bunga SBI terhadap harga saham (CP) X4 → Y2 = -0.188 h) Pengaruh kebijakan dividen (DY) terhadap harga saham (CP) Y1 → Y2 = 0.201 2) Pengaruh tidak langsung (indirect effect) a) Pengaruh struktur kepemilikan (IO) terhadap harga saham (CP) melalui kebijakan dividen (DY) X1 → Y1 → Y2 = 0.257 x 0.201 = 0.052 b) Pengaruh tahapan daur hidup perusahaan (RETE) terhadap harga saham (CP) melalui kebijakan dividen (DY) X2 → Y1 → Y2 = -0.654 x 0.201 = -0.131 c) Pengaruh financial leverage (DER) terhadap harga saham (CP) melalui kebijakan dividen (DY) X3 → Y1 → Y2 = -0.290 x 0.201 = -0.058 3) Pengaruh total (total effect) a) Pengaruh struktur kepemilikan (IO) terhadap kebijakan dividen (DY); X1 → Y1 = 0.257 b) Pengaruh tahapan daur hidup perusahaan (RETE) terhadap kebijakan dividen (DY); X2 → Y1 = -0.654 104 c) Pengaruh financial leverage (DER) terhadap kebijakan dividen (DY); X3 → Y1 = -0.290 d) Pengaruh variabel struktur kepemilikan (IO) terhadap harga saham (CP); X1 → Y1 → Y2 = 0.209 + 0.052 = 0.261 e) Pengaruh variabel tahapan daur hidup perusahaan (RETE) terhadap harga saham (CP); X2 → Y1 → Y2 = -0.398 x -0.131 = 0.529 f) Pengaruh variabel financial leverage (DER) terhadap harga saham (CP); X3 → Y1 → Y2 = -0.188 + -0.058 = -0.246 g) Pengaruh variabel kebijakan dividen (DY) terhadap harga saham (CP); Y1 → Y2 = 0.201 Tabel 4.17 Koefisien Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan Total tentang Struktur Kepemilikan (IO), Tahapan Daur Hidup Perusahaan (RETE), Financial Leverage (DER), Suku Bunga SBI, Kebijakan Dividen (DY), dan Harga Saham (CP) Pengaruh Variabel IO RETE DER SBI IO RETE → DY → DY → DY → DY → CP → CP DER → CP SBI → CP DY → CP Sumber: Data diolah, 2010. Pengaruh Langsung 0.257 -0.654 -0.290 0.209 -0.398 -0.188 0.201 Pengaruh Tidak Langsung 0.052 -0.131 -0.058 - Pengaruh Total 0.257 -0.654 -0.290 0.261 -0.529 -0.058 -0.188 0.201 105 C. Interpretasi Hasil 1. Persamaan Substruktur I DY = 0.257 IO – 0.654 RETE – 0.290 DER + 0.678 ࢿ ; R square = 0.322 Hasil pengujian secara simultan, diketahui variabel struktur kepemilikan (IO), tahapan daur hidup perusahaan (RETE), dan financial leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (DY) pada perusahaan manufaktur. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel struktur kepemilikan (IO) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen (DY) pada perusahaan manufaktur. Artinya, apabila terjadi kenaikan IO maka akan diikuti dengan kenaikan DY, sebaliknya ketika terjadi penurunan IO maka DY akan mengalami penurunan. Institusi merupakan profesional yang memiliki kemampuan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan, kepemilikan institusi yang tinggi akan mendorong pengawasan terhadap manajemen yang lebih efektif , kondisi ini tentunya dapat memecahkan masalah keagenan antara pihak manajemen dan pemegang saham. Hal ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Shleifer dan Vishny (1986) dimana kepemilikan institusi akan dapat membantu memecahkan masalah keagenan tipe I melalui pengawasan terhadap manajemen (Murhadi, 2008: 7), namun bertentangan dengan penelitian Dewi (2008) yang menunjukkan pengaruh variabel kepemilikan institusi yang negatif terhadap kebijakan dividen, dan penelitian Djumahir 106 (2009) yang menunjukkan tidak adanya pengaruh kepemilikan institusi terhadap kebijakan dividen. Sedangkan variabel tahapan daur hidup perusahaan memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan secara parsial terhadap kebijakan dividen (DY), dimana kenaikan RETE menyebabkan penurunan pada DY, dan sebaliknya penurunan RETE menyebabkan kenaikan pada DY. Artinya, tahapan daur hidup perusahaan berpengaruh terhadap penentuan kebijakan dividen, dimana perusahaan manufaktur yang berada dalam tahapan pertumbuhan cenderung untuk tidak membagikan dividen. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Magginson (1997) yang menyatakan bahwa perusahaan yang berada dalam industri yang growth cenderung untuk membayarkan lebih sedikit dividen. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Murhadi (2008), namun tidak konsisten dengan penelitian Djumahir (2009) yang menunjukkan pengaruh dengan arah positif. Variabel financial leverage (DER) juga memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen (DY), dimana apabila terjadi kenaikan DER maka DY akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Artinya semakin banyak hutang yang harus dibayar, semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham. Hasil penelitian ini mendukung pandangan Sutrisno (2001: 304) tentang kebutuhan untuk 107 melunasi hutang sebagai faktor yang mempengaruhi besar kecilnya deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. 2. Persamaan Substruktur II CP = 0.209 IO – 0.398 RETE – 0.188 SBI + 0.201 DY + 0.632 ࢿ ; R square = 0.368 Hasil pengujian secara simultan, diketahui variabel struktur kepemilikan (IO), tahapan daur hidup perusahaan (RETE), dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap harga saham (CP) pada perusahaan manufaktur. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel struktur kepemilikan (IO) dan variabel kebijakan dividen memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel tahapan daur hidup perusahaan (RETE) dan variabel suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur. Struktur kepemilikan (IO) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham (CP). Hal ini berarti bahwa kepemilikan institusi (IO) yang tinggi akan berdampak pada kenaikan harga saham (CP). Temuan ini juga mendukung argumen konvergensi dari Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusi yang tinggi akan berdampak pada peningkatan kemampuan pengawasan sehingga akan mengurangi masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham. Secara tidak langsung hasil penelitian ini kurang mendukung argument entrenchment yang dikemukakan oleh Morck, 108 Shleifer, dan Vishny (1988), serta hasil penelitian Murhadi (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusi (IO) memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya pengaruh variabel kebijakan dividen (DY) yang positif dan signifikan terhadap harga saham, dimana kenaikan DY akan diikuti dengan kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya penurunan DY akan diikuti dengan penurunan harga saham. Hal ini relevan dengan pernyataan Bajaj dan Vijh pada tahun 1990 bahwa dampak perubahan dividen terhadap harga saham adalah besar dan dampak dari dividend yield adalah kuat pada perusahaan kecil. Temuan penelitian ini juga menunjukkan dukungan pada teori signaling, seperti halnya hasil penelitian yang dilakukan Murhadi (2008) dimana kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga saham. Berdasarkan pada penelitian ini, kebijakan dividen memiliki kandugan informasi yang berguna bagi investor. Hal ini berdampak pada perusahaan yang membagikan dividen, memberikan tanda pada pasar bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampulabaan yang tinggi dan prospek ke depan yang cerah, yang mampu mempertahankan tingkat kebijakan pembayaran dividennya. Perusahaan dengan prospek ke depan yang cerah akan memiliki harga saham yang semakin tinggi. Sedangkan variabel tahapan daur hidup perusahaan (RETE) memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap harga saham (CP). Artinya, perusahaan dengan RETE yang tinggi akan berdampak pada penurunan 109 harga saham (CP). Perusahaan yang berada pada tahapan matang (mature) cenderung memiliki kesempatan berkembang yang terbatas sehingga pergerakan sahamnya relatif stabil. Temuan ini mendukung penelitian Murhadi (2008) dimana tahapan daur hidup perusahaan berpengaruh terhadap harga saham, dimana perusahaan dengan RETE tinggi akan memiliki pergerakan harga saham yang rendah, namun bertentangan dengan penelitian Djumahir (2009) yang menunjukkan pengaruh secara positif variabel tahapan daur hidup perusahaan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh variabel suku bunga SBI yang negatif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur. Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap harga saham (CP). Artinya, tingkat suku bunga SBI yang tinggi akan berdampak pada penurunan harga saham, begitu juga sebaliknnya. Temuan ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Martin J. Pring (1988) tentang terdapatnya pengaruh suku bunga terhadap tingkat saham, dan konsisten dengan pandangan yang menyatakan bahwa tingkat bunga memiliki pengaruh terhadap harga saham, seperti Fischer dan Jordan (1995) dalam Wiguna (2008), Bolten dan Weigand (1998) dalam Wiguna (2008), Vinocur (1998) dalam Wiguna (2008). Financial leverage perusahaan menggambarkan earning yang diperoleh oleh investor, namun hutang yang tinggi dapat menimbulkan risiko yang besar apabila perusahaan tidak dapat melunasinya. Pada saat tingkat suku bunga bank tinggi, perusahaan yang memiliki hutang yang besar cenderung dihindari 110 oleh investor, akibatnya permintaan terhadap saham rendah dan akhirnya berpengaruh terhadap penurunan harga saham. Pada sisi lain, temuan ini kurang mendukung penelitian Wiguna (2008) atas perusahaan LQ-45 yang menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham. 3. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Struktur kepemilikan (IO) berpengaruh langsung terhadap harga saham sebesar 0.209 dan berpengaruh tidak langsung sebesar = 0.257 x 0.201 = 0.052. Pengaruh total dari struktur kepemilikan terhadap harga saham adalah 0.209 + 0.052 = 0.261. Hal ini berarti bahwa kepemilikan institusi yang tinggi akan berdampak pada kenaikan harga saham. Temuan ini mendukung argumen konvergensi dari Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusi yang tinggi akan berdampak pada kemampuan pengawasan sehingga akan mengurangi masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham. Sebaliknya temuan ini tidak mendukung argumen entrenchment yang dikemukakan oleh Morck (1988) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusi yang tinggi akan berdampak pada voting power yang dapat merugikan kepentingan pemegang saham minoritas sehingga berdampak pada penurunan harga saham. Tahapan daur hidup perusahaan (RETE) berpengaruh langsung terhadap harga saham sebesar -0.398, dan berpengaruh tidak langsung sebesar = -0.654 x 0.201 = -0.131. Pengaruh total dari tahapan daur hidup 111 perusahaan terhadap harga saham adalah -0.529. Hal ini sesuai dengan penelitian Murhadi (2008) dimana semakin tinggi RETE (perusahaan berada pada tahap daur hidup matang) maka akan berdampak pada penurunan harga saham. Sedangkan perusahaan pada tahapan pertumbuhan justru menunjukkan peningkatan harga saham. Pengaruh langsung dari Financial leverage (DER) terhadap harga saham tidak terbukti signifikan. Hal ini berarti kondisi struktur hutang (financial leverage) yang dimiliki perusahaan tidak berdampak langsung pada harga saham. Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Matriadi (2007) yang menunjukkan bahwa financial leverage berpengaruh negatif terhadap harga saham karena semakin tinggi financial leverage mengindikasikan tingginya risiko keuangan perusahaan yang mengakibatkan perusahaan berada pada posisi default dan financial distress. Keadaan ini menjadikan investor menghindar berinvestasi pada saham tersebut, akibatnya harga saham akan berubah kearah yang negative atau turun. Namun dalam penelitian ini diperole hasil bahwa financial leverage memiliki pengaruh tidak langsung terhadap harga saham melalui kebijakan dividen sebesar = -0.290 x 0.201 = -0.058. Hal ini dapat dijelaskan bahwa financial leverage yang besar akan berpengaruh pada penurunan dividen yang dibagikan sehingga berdampak pada penurunan harga saham. Temuan ini sesuai dengan pandangan Murhadi (2008: 12) yang menyatakan bahwa dalam kondisi pasar modal di Indonesia terdapat kecenderungan investor publik lebih menyukai dividen, sehingga kenaikan 112 (penurunan) dividen akan direspon publik berupa kenaikan (penurunan) harga saham perusahaan tersebut. Suku bunga SBI memiliki pengaruh langsung terhadap harga saham sebesar -0.188. Hal ini berarti bahwa pada saat suku bunga SBI tinggi, perusahaan yang memiliki hutang yang besar cenderung dihindari oleh investor sehingga permintaan terhadap saham rendah dan berpengaruh terhadap penurunan harga saham. Temuan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh J. Pring (1988) tentang terdapatnya pengaruh suku bunga terhadap tingkat saham, dan konsisten dengan pandangan yang menyatakan bahwa tingkat bunga memiliki pengaruh terhadap harga saham, seperti Fischer dan Jordan (1995) dalam Wiguna (2008), Bolten dan Weigand (1998) dalam Wiguna (2008), Vinocur (1998) dalam Wiguna (2008). Pengaruh tidak langsung dari suku bunga SBI terhadap harga saham melalui kebijakan dividen adalah tidak signifikan. Sehingga pengaruh total suku bunga SBI terhadap harga saham adalah -0.188. 113 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian pada substruktur I diketahui variabel Struktur Kepemilikan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen, sedangkan variabel Tahapan Daur Hidup Perusahaan dan variabel Financial Leverage memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan manufaktur. 2. Hasil pengujian pada substruktur II diketahui variabel Struktur Kepemilikan dan variabel Kebijakan Dividen memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Harga Saham, sedangkan variabel Tahapan Daur Hidup Perusahaan dan variabel Suku Bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Harga Saham pada perusahaan manufaktur. 3. Hasil penghitungan pengaruh langsung dan tidak langsung diketahui bahwa faktor yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap harga saham adalah Struktur Kepemilikan, Tahapan Daur Hidup Perusahaan, dan Suku Bunga SBI. Sedangkan faktor yang berpengaruh tidak langsung dan signifikan terhadap harga saham 114 adalah struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, dan Financial Leverage. B. Implikasi Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis dua variabel eksogen yaitu Kebijakan Dividen dan Harga Saham terhadap variabel endogen yaitu Struktur Kepemilikan (Institutional Ownership / IO), Tahapan Daur Hidup Perusahaan (Retained Earnings on Total Equity / RETE), Financial Leverage (Debt to Equity Ratio / DER), dan Suku Bunga SBI pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2005 sampai dengan 2009. Penelitian ini memberikan implikasi bagi akademis sebagai bahan acuan atau referensi dalam memahami kebijakan dividen dan harga saham, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada suatu investasi. Penelitian ini juga dapat mencerminkan dan memperkaya informasi ilmiah mengenai kebijakan dividen dan harga saham. Bagi investor, pertimbangan mengenai kebijakan dividen dan harga saham, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya menjadi penting sebelum melakukan atau membuat kebijakan investasi. Begitu juga bagi perusahaan itu sendiri sebagai pertimbangan dan masukan dalam pengelolaan perusahaan, sehingga tercapai kinerja yang optimal. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan penelitian ini dapat membuka peluang bagi penelitian lanjutan di masa yang akan datang. 115 Agar dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam serta komprehensif, berikut keterbatasan dan saran penulis bagi penelitian selanjutnya. 1. Penelitian yang relatif pendek yaitu hanya 5 tahun (2005-2009), yang mengakibatkan hasil yang kurang mendalam dan memuaskan. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan periode penelitian yang lebih panjang agar memperoleh hasil yang lebih baik. 2. Penelitian ini hanya menggunakan sampel pada perusahaan-perusahaan manufaktur dengan teknik purposive sampling, menurut Neuman (2003) teknik ini memiliki keterbatasan dalam menggeneralisir temuan penelitian. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel penelitian yang lebih banyak agar diperoleh hasil penelitian yang lebih akurat dan dapat digunakan sebagai dasar generalisasi. 3. Koefisien determinasi dalam penelitian ini berkisar 32% untuk substruktur I dan 37% untuk substruktur II. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain yang mungkin belum masuk dalam penelitian ini. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memasukkan variabel-variabel independen lain yang belum dimasukkan dalam model penelitian ini. 116 DAFTAR PUSTAKA Bodie, Kane, dan Marcus, 2006, Investment; Investasi, Edisi 6, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Brigham, Eugene F dan Louis C. Gapenski, 1994, Finacial management Theory and Practice, Seventh Edition, The Dryden Press, Hourcort Brace College Publishers, Florida. Coyle, Brian, 2002, Equity Finance, Financial Word Publishing. Desender, Kurt A, Miguel A. Garcia-Cestona, dan Rafel Crespi Cladera, 2008, Stock Price Performance and Ownership Structure During Periods of Stock Market Crisis, [email protected] Dewi, Sisca Christianty, 2008, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Djumahir, 2009, Pengaruh Biaya Agensi, Tahapan Daur Hidup Perusahaan, dan Regulasi terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Fess, Warren Reeve, 2006, Accounting; Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Ghozali, Imam, 2007, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS” Cetakan ke Empat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Hamid, Abdul, 2007, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”. Jakarta : FEIS UIN Press. Haruman, Tendi, 2008, Struktur Kepemilikan, Keputusan Keuangan, dan Nilai Perusahaan, Finance and Banking Journal Husnan, Suad, 2006,” Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analsis Sekuritas”, Edisi 4. Matriadi, Faisal, 2007, Pengaruh Financial Leverage dan Tingkat Inflasi Terhadap Harga Saham, Arthavidya Murhadi, Werner R., 2008, Studi Kebijakan Deviden: Anteseden dan Dampaknya Terhadap Harga Saham, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan 117 Nishat, Muhammed dan Irfan, Chaudhary Mohammad, 2003, Dividend Policy and Stock Price Volatility in Pakistan, University of Karachi Prihantono, 2003, Estimasi Pengaruh Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Rodoni, Ahmad, 2008, Modul Institusi Depositori dan Pasar Modal, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Santoso, Singgih, 2010, “Statistik Parametrik; Konsep dan Aplikasi dengan SPSS.” Elex Media Komputindo, Jakarta. Sartono, Agus, 1998, Manajemen Keuangan, edisi 3, BPFE-Yogyakarta. Sarwono, Jonathan, 2007, “Analisis jalur untuk riset bisnis dengan SPSS” Penerbit : Andi. Yogyakarta. Sasanti, Retno Widya dan Nurfauziah, 2005, Analisis Faktor-faktor yang Berimplikasi Terhadap Fluktuasi Harga Saham di Bursa Efek Jakarta, Sinergi Sasongko, Noer dan Nila Wulandari, 2006, Pengaruh EVA dan Rasio-rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham, Empirika Siamat, Dahlan 2005, Manajemen Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan Perbankan, Edisi Kelima, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Situs Bank Indonesia, “www.bi.go.id”, diakses tanggal 6 Bulan Juli tahun 2010, pukul 16.00 WIB. Situs Bursa Efek Indonesia, “www.idx.co.id”, diakses tanggal 6 Bulan Juli tahun 2010, pukul 16.00 WIB. Situs Bursa Efek Indonesia, “www.duniainvestasi.com”, diakses tanggal 6 Bulan Juli tahun 2010, pukul 16.00 WIB. Widyastuti, Rini, 2006, Analisis Kinerja Keuangan Pendekatan Altman dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Jasa Go Public di Bursa Efek Jakarta, Skripsi FIS Universitas Negeri Semarang. Wiguna, Robin dan Anastasia Sri Mendari, 2008, Pengaruh Earning Per Share dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham, Jurnal Keuangan dan Bisnis 118 LAMPIRAN-LAMPIRAN Data Kepemilikan Institusi (IO) pada Perusahaan Manufaktur Periode Tahun 2005 - 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Emiten ASII AUTO SQBI CTBN DLTA GDYR HMSP INDF IGAR KAEF LION LMSH MYOR MERK MLBI SMSM SMGR TSPC TRST UNVR 2005 0.50115 0.86723 0.97971 0.63551 0.84588 0.91613 0.97948 0.51528 0.63101 0.90025 0.57698 0.37615 0.33065 0.73992 0.83370 0.68024 0.76537 0.66329 0.42201 0.84992 Sumber: Data diolah, 2010. 2006 0.50115 0.86723 0.97971 0.58176 0.84588 0.91637 0.97948 0.51528 0.63101 0.90025 0.57698 0.32216 0.33065 0.73992 0.83370 0.61362 0.75906 0.68564 0.42201 0.84992 2007 0.50115 0.86723 0.97971 0.75299 0.84588 0.85000 0.97948 0.51528 0.63101 0.90025 0.57698 0.32216 0.38185 0.73992 0.83370 0.69936 0.75906 0.70919 0.42201 0.84992 2008 0.50115 0.93906 0.97971 0.76905 0.84588 0.85000 0.98039 0.50050 0.63101 0.90025 0.57698 0.32216 0.33065 0.73992 0.83370 0.69936 0.76770 0.95102 0.52941 0.84992 2009 0.50115 0.95654 0.98571 0.80926 0.84588 0.93924 0.98179 0.50050 0.67510 0.90025 0.57698 0.32216 0.33065 0.73992 0.83370 0.58126 0.75906 0.95107 0.59454 0.84992 Data Tahapan Daur Hidup (RETE) pada Perusahaan Manufaktur Periode Tahun 2005 - 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Emiten ASII AUTO SQBI CTBN DLTA GDYR HMSP INDF IGAR KAEF LION LMSH MYOR MERK MLBI SMSM SMGR TSPC TRST UNVR 2005 2006 2007 2008 2009 0.19386 0.14224 -0.25249 0.08630 0.12511 -0.06255 -0.06829 -0.00586 0.05000 0.03511 0.10289 0.17560 0.02969 0.14604 -0.09487 0.07467 0.19253 0.06515 0.00249 -0.03934 0.07724 0.10372 0.22473 0.21698 0.07312 0.01887 0.19667 0.12544 0.03847 0.03232 0.10309 0.09722 0.07675 0.23426 -0.14840 0.10352 0.18777 0.07083 0.01796 -0.03610 0.17422 0.17047 0.16746 0.08140 0.05784 0.06107 0.28908 0.10046 0.06468 0.04294 0.11831 0.19403 0.10608 0.15946 -0.00373 0.06208 0.17014 0.07840 0.00378 0.12043 0.18189 0.12034 0.25803 0.03939 0.11801 -0.00942 -0.00614 0.07856 0.01096 0.04193 0.15575 0.23107 0.13297 0.14389 0.42552 0.11475 0.20272 0.02265 0.04240 0.13165 0.16441 0.16757 0.18728 0.11387 0.11937 0.28560 0.23491 0.16377 0.10490 0.04889 0.11673 0.04593 0.21105 0.07584 -2.27131 0.24951 0.16873 0.10273 0.10116 0.16272 Sumber: Data diolah, 2010. 119 Data Kebijakan Dividen (DY) pada Perusahaan Manufaktur Periode Tahun 2005 - 2009 Data Financial Leverage (DER) pada Perusahaan Manufaktur Periode Tahun 2005 - 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Emiten ASII AUTO SQBI CTBN DLTA GDYR HMSP INDF IGAR KAEF LION LMSH MYOR MERK MLBI SMSM SMGR TSPC TRST UNVR 2005 1.11410 0.70899 0.62992 0.69904 0.32240 0.67886 1.55453 2.33090 0.42038 0.39490 0.22852 0.98766 0.61193 0.20879 1.52442 0.61039 0.61076 0.26347 1.19680 0.76300 Sumber: Data diolah, 2010. 2006 1.40770 0.57225 0.58611 1.12803 0.31934 0.61735 1.20709 2.09993 0.44173 0.44901 0.25316 0.85584 0.58015 0.20005 0.67477 0.52899 0.34825 0.23029 1.07125 0.94970 2007 1.16872 0.48409 0.43302 0.86989 0.28695 0.93527 0.94430 2.62059 0.52751 0.52720 0.27233 1.15546 0.72568 0.18139 0.68190 0.65444 0.27095 0.26392 1.18006 0.98037 2008 1.21412 0.44889 0.37372 1.05557 0.05905 2.44534 0.05484 3.08374 0.37999 0.52535 0.25811 0.63564 1.32223 0.14585 1.73492 0.62482 0.30104 0.29339 1.08106 1.09599 2009 1.00281 0.39339 0.21061 0.84978 0.05165 1.71486 0.04813 2.45057 0.29306 0.56998 0.19125 0.83348 1.02606 0.22527 8.44134 0.79827 0.25822 0.34026 0.67870 1.01988 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Emiten ASII AUTO SQBI CTBN DLTA GDYR HMSP INDF IGAR KAEF LION LMSH MYOR MERK MLBI SMSM SMGR TSPC TRST UNVR 2005 0.03627 0.02143 0.08667 0.02877 0.00972 0.02925 0.06910 0.01923 0.04762 0.02880 0.05000 0.02105 0.03047 0.05761 0.10312 0.08197 0.01503 0.07080 0.03333 0.04678 2006 0.03121 0.03932 0.02432 0.03696 0.03081 0.07424 0.05670 0.00370 0.03158 0.01729 0.04545 0.02353 0.01543 0.03500 0.08891 0.03866 0.01221 0.03333 0.02069 0.03030 2007 0.01648 0.02707 0.03846 0.06248 0.08125 0.04523 0.02063 0.01204 0.02521 0.00779 0.04762 0.01429 0.02000 0.03810 0.07345 0.08140 0.01950 0.03333 0.02874 0.03185 2008 0.07434 0.09143 0.07308 0.07029 0.07000 0.01760 0.11111 0.04491 0.08621 0.03709 0.04065 0.01389 0.03509 0.06479 0.07273 0.03077 0.03626 0.15000 0.03030 0.03359 2009 0.02478 0.05200 0.05848 0.00754 0.05645 0.00625 0.05769 0.01324 0.02197 0.01963 0.06429 0.02500 0.01111 0.06688 0.15537 0.08000 0.03586 0.03425 0.04545 0.02896 Sumber: Data diolah, 2010. 120 Data Suku Bunga Tahunan Periode Tahun 2005 - 2009 Data Harga Saham (CP) pada Perusahaan Manufaktur Periode Tahun 2005 - 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Emiten ASII AUTO SQBI CTBN DLTA GDYR HMSP INDF IGAR KAEF LION LMSH MYOR MERK MLBI SMSM SMGR TSPC TRST UNVR 2005 10200 2800 39000 8500 36000 8000 8900 910 105 145 2000 1900 820 24300 50000 305 17800 5650 150 4275 2006 15700 2925 55500 17000 22800 6600 9700 1350 95 165 2200 1700 1620 40000 55000 350 36300 900 145 6600 2007 27300 3325 65000 30000 16000 13000 14300 2575 119 305 2100 2100 1750 52500 55000 430 5600 750 174 6750 2008 10500 3500 52000 31000 20000 5000 8100 930 58 76 3075 3600 1140 35500 49500 650 4175 400 165 7800 2009 34700 5750 136800 3100 62000 9600 10400 3550 139 127 2100 2400 4500 80000 177000 750 7550 730 220 11050 No 1 2 3 4 5 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Suku Bunga SBI 12.75% 9.75% 8.00% 10.83% 6.46% Sumber: Data diolah, 2010. Sumber: Data diolah, 2010. 121 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Substruktur I Model Summary Model R R Square a 1 .595 Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .354 .327 .02374911 a. Predictors: (Constant), SBI, RETE, IO, DER Sumber: Data diolah, 2010. Uji F Regresi Substruktur I b ANOVA Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression .029 4 .007 Residual .054 95 .001 Total .083 99 F Sig. a 13.013 .000 a. Predictors: (Constant), SBI, RETE, IO, DER b. Dependent Variable: DY Sumber: Data diolah, 2010. Uji t Regresi Substruktur I a Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Standardized Coefficients Std. Error (Constant) .016 .016 IO .038 .012 RETE -.073 DER SBI Beta t Sig. 1.013 .314 .263 3.048 .003 .014 -.647 -5.078 .000 -.008 .004 -.276 -2.151 .034 1.668 1.308 .106 1.275 .205 a. Dependent Variable: DY Sumber: Data diolah, 2010. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Substruktur II Model Summary Model 1 R R Square a .638 Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .407 .376 21625.124 a. Predictors: (Constant), DY, SBI, DER, IO, RETE Sumber: Data diolah, 2010. 122 Uji F Regresi Substruktur II ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 3.018E10 5 6.036E9 Residual 4.396E10 94 4.676E8 Total 7.414E10 99 F Sig. .000a 12.908 a. Predictors: (Constant), DY, SBI, DER, IO, RETE b. Dependent Variable: CP Sumber: Data diolah, 2010. Uji t Regresi Substruktur II a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) 14433.748 32066.594 11901.824 -25977.498 5304.767 t Sig. .856 .235 2.694 .008 14815.919 -.243 -1.753 .083 3575.253 .188 1.484 .141 -2711543.009 1201542.769 -.182 -2.257 .026 .233 2.354 .021 RETE 2627.576 Beta .182 IO DER SBI Std. Error Coefficients DY 219895.408 93422.068 a. Dependent Variable: CP Sumber: Data diolah, 2010. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Substruktur I setelah Trimming Model Summary Model 1 R R Square a .586 .343 Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .322 .02382634 a. Predictors: (Constant), DER, IO, RETE Sumber: Data diolah, 2010. 123 Uji F Regresi Substruktur I setelah Trimming ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression .028 3 .009 Residual .054 96 .001 Total .083 99 F Sig. .000a 16.700 a. Predictors: (Constant), DER, IO, RETE b. Dependent Variable: DY Sumber: Data diolah, 2010. Uji t Regresi Substruktur I setelah Trimming Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B Standardized Coefficients Std. Error Beta (Constant) .030 .011 IO .037 .012 RETE -.074 DER -.009 t Sig. 2.730 .008 .257 2.973 .004 .014 -.654 -5.127 .000 .004 -.290 -2.259 .026 a. Dependent Variable: DY Sumber: Data diolah, 2010. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Substruktur II setelah Trimming Model Summary Model R R Square a 1 .627 Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .393 .368 21761.445 a. Predictors: (Constant), DY, SBI, IO, RETE Sumber: Data diolah, 2010. Uji F Regresi Subtruktur II setelah Trimming ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 2.915E10 4 7.288E9 Residual 4.499E10 95 4.736E8 Total 7.414E10 99 F 15.390 Sig. .000a a. Predictors: (Constant), DY, SBI, IO, RETE b. Dependent Variable: CP Sumber: Data diolah, 2010. 124 Uji t Regresi Substruktur II setelah Trimming a Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error Beta (Constant) 12962.221 12721.628 IO 28530.541 11734.288 -42639.854 t Sig. 1.019 .311 .209 2.431 .017 9725.303 -.398 -4.384 .000 -2807089.755 1207379.346 -.188 -2.325 .022 .201 2.070 .041 RETE SBI Standardized Coefficients DY 190019.074 91801.357 a. Dependent Variable: CP Sumber: Data diolah, 2010. Korelasi antar Variabel Bebas Correlations IO IO Pearson Correlation RETE 1 Sig. (2-tailed) N RETE Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N DER SBI Pearson Correlation 100 -.078 DER -.078 -.130 -.035 .440 .197 .731 100 100 100 1 ** .029 .000 .771 .440 100 -.130 SBI -.741 100 100 100 ** 1 -.070 -.741 Sig. (2-tailed) .197 .000 N 100 100 100 100 1 Pearson Correlation .489 -.035 .029 -.070 Sig. (2-tailed) .731 .771 .489 N 100 100 100 100 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Data diolah, 2010. 125