analisis faktor dividen dan implikasi pada perusahaan muhammad

advertisement
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN
DIVIDEN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP HARGA SAHAM
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh:
MUHAMMAD MIFTAHURROHMAN
106081002458
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
ANALISIS FAKTOR.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN
DEYIDEN, DAN IMPLIKASINYA TERHADAP HARGA SAHAM
PAI}A PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIK
DI BTIRSA EFEK INDONESIA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
MUHAMMAD MIFTAHURROHMAN
NIM: 106081002458
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
I
Pembimbing
Ga
Prof.Dr.Ahmad Rodoni. MM
NrP.196902B2$0dt21 003
Titi Dewi Warninda.
IIIIP:
tr
SE"
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNTVERSITAS ISLAM I\EGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
t431HJ 2010 M
M.Si
1 973 12212005012002
ANALISIS F'AKTOR.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN
DIVIDEN, DAN IMPLIKASINYA TERIIADAP HARGA SAHAM
PADA PERUSAHAAIT MANUFAKTUR GO PUBLIK
DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat
Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
MUHAMMAD MIX'TAHURROHMAN
NIM:
106081002458
Tim Penguji Ujian Skripsi
Pembimbing
I
Pembimbing
II
m'd
NrP.19690203 200112 1 003
Titi Dewi Warninda. SE. M.Si
MP: 19731221 20050 I 2402
Dr. Yahva Hamia. MM,
l[IP: 1949A602197803 1 001
|[IP. 1976082220A701
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UMVtrRSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAII
JAKARTA
t431HJ2010 M
t--
Hari ini Senin Tanggal 20 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan
Ujian Skripsi atas nama
106081002458 dengan judul Skripsi
Muhammad Miftahunohman NIM:
(ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YAIIG
MEMPENGARUIil KEBIJAKAN DEVIDEN, DAI{ IMPLIKASINYA
TERIIADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAIIA.A^I\ MAFIUFAKTUR GO
PABLIK
DI
BURSA EFEK II\DONESIA". Memperhatikan Penampilan
Mahasiswa tersebut selama ujian berlangsffig, maka skripsi
ini
sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakartra, 20 Desember 2010
Tim Penguji Skripsi
[La
Prof. Dr. Ahmad Rodoni. MM
Ketua
Penguji Ahli I
Titi Dewi Warninda,
SE"
M.Si
Sekretaris
Herni Ali HT. SE.. MM
Penguji Ahli II
Hari ini Kamis Tanggal 27 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Muhammad Miftahunohman
NIM:
106081002458 dengan judul Skripsi "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI IffiBIJAKAN DEVIDENO DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUT'AKTUR GO
PUBLIK
DI
BURSA EFEK INDONESIA". Memperhatikan kemampuan
mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi
ini
sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakartra.
Jakarta, 27
Mei2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
o'1
/
1
__<'r
7-f
Indo Yama Nasaruddin. SE. MAB
Ketua
./--\
()*/
Prof. Dr. Ahmad Rodoni.(VftI
Penguji Ahli
Fauzan. Sn.
-t
MM
SURAT PERNYATAAN
Nama
Mahasiswa : Muhammad Miftahurrohman
NIM
Jurusan
Dengan
:106081002458
: Manajemen
ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya
saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang
lain.
Apabila terbukli skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi ini dianggap gugur
dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan
serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian
hari menjadi tanggungjawab saya.
. {"\qttu, l0 Desember 2010
METERAI
'ffMTHf NqI
W
;,*ffi^
/
\
"'{*{l
6wwii&^ffi',/-
Muhammad Miftahurrohman
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Muhammad Miftahurrohman
Tempat Tanggal Lahir
: Sukabumi, 2 September 1985
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jl. Cilangla Rt 005/Rw 03 Cireunghas Sukabumi,
Jawa Barat 43193
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Nama Orang Tua
: Ayah
Ibu
Telepon
: Said
: Enung Nurlathifah
: 0266-230210
(rumah)
021-95466892 (hp)
e-mail
: [email protected]
PENDIDIKAN
•
SD Negeri Cilangla Sukabumi
1991 – 1997
•
TMI Al-Amien Prenduan Sumenep Jawa Timur
1998 – 2004
•
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Manajemen FEB
2006 – 2010
PENGALAMAN ORGANISASI
•
Ketua Koperasi TOSERBA, Departemen KOPWIRA TMI Al-Amien
Prenduan (2003)
•
Staf Keilmuan IKBAL Korda Jakarta (2006)
•
Bendahara Umum IKBAL Korda Jakarta (2008-2010)
PENGALAMAN KERJA
•
Klinik (BPSK) TMI Al-Amien Prenduan (2004-2005)
•
Freelance Arabic Translator, Penerbit Pena Jakarta (2007)
i
ABSTRACT
This research aims to analyze the influence of ownership structure, corporate
life cycle, financial leverage and interest rate in dividend policy, and its
implication on stock price. This research also aims to analyze the direct and
indirect effect of independent variable on stock price. This research use
quantitative research by using method of path analysis. The sample in this
research is go public manufacture companies which listed in Indonesia Stock
Exchange for period 2005-2009. Data in this research is obtained from
companies financial statement which available in BEI and interest rate that
published by Indonesian Bank. Research finding of substructure I indicates that
ownership structure, corporate life cycle, and financial leverage have
significantly effect on dividend policy. Research finding of substructure II
indicates that ownership structure, corporate life cycle, interest rate, and dividend
policy have significantly effect on stock price. Besides, research finding also
indicates that the factors have direct effect on stock price are ownership structure
with positive coefficient around 20.9%, corporate life cycle with negative
coefficient around 39.8%, and interest rate with negative coefficient around
18.8%. While the factors have indirect effect on stock price are ownership
structure with positive coefficient around 5.2%, corporate life cycle with negative
coefficient around 13.1%, and financial leverage with negative coefficient around
5.8%.
Keyword : ownership structure, corporate life cycle, financial leverage, interest
rate, dividend policy, and stock price.
ii
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa struktur kepemilikan, tahapan daur
hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap kebijakan
dividen, serta implikasinya terhadap harga saham. Penelitian ini juga bertujuan
untuk menganalisa pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel
independen terhadap harga saham. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan path analysis. Sampel dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada periode 2005-2009. Data dalam penelitian ini diperoleh dari laporan
keuangan perusahaan yang tersedia di BEI dan tingkat suku bunga SBI yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Hasil penelitian pada substruktur I
menunjukkan bahwa struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, dan
financial leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil
penelitian pada substruktur II menunjukkan bahwa struktur kepemilikan, tahapan
daur hidup perusahaan, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Selain itu, Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap harga saham adalah
struktur kepemilikan dengan koefisien positif sebesar 20.9%, tahapan daur hidup
perusahaan dengan koefisien negatif sebesar 39.8%, dan suku bunga SBI dengan
koefisien negatif sebesar 18.8%. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh tidak
langsung terhadap harga saham adalah struktur kepemilikan dengan koefisien
positif sebesar 5.2%, tahapan daur hidup perusahaan dengan koefisien negatif
sebesar 13.1%, dan financial leverage dengan koefisien negatif sebesar 5.8%.
Kata kunci : struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial
leverage, suku bunga SBI, kebijakan dividen, dan harga saham.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillâhirabbil’âlamîn. Segala puji bagi Allah swt. yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah Tuhan yang Maha Berilmu lagi
menjanjikan akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Al-Mujadalah: 11). Shalawat dan salam
semoga selalu tercurah kepada Rasulullan Muhammad saw., beserta keluarga,
sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari Akhir.
Penulis bersyukur dapat menyelesaikan skripsi ini disamping penulis juga
menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
dikarenakan keterbatasan kemampuan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk
itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahan dan kekurangan yang
ditemui dalam skripsi ini.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
1. Kedua orang tua dan semua keluarga penulis yang senantiasa berdo’a dan
memberikan bimbingan akan arti hidup yang hakiki.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, sekaligus pembimbing I yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi
ini bias terselesaikan.
4. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB, selaku Kepala Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang
selalu membimbing dan memotivasi penulis selama penyusunan skripsi.
6. Seluruh dosen pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan bekal ilmu yang tak terhingga nilainya, semoga menjadi ilmu
yang bermanfaat sehingga menjadi amal kebaikan bagi kita semua. Amin.
iv
7. Para staf tata usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membantu
penulis dalam mengurus kebutuhan administrasi dan lain-lain.
8. Seluruh sahabat penulis, kalianlah yang punya andil besar dalam
membentuk kepribadian penulis selama ini, yang telah memperkenalkan
makna perbedaan dan menghadirkan indahnya warna-warni kebersamaan.
Bagaimana penulis bisa melangkah, jika bukan karena kalian yang selalu
menggandeng penulis selama ini untuk menatap masa depan. Bagaimana
penulis bisa bangun, jika bukan karena kalian yang selalu memotivasi
penulis untuk hidup lebih baik. Teman-temanlah yang selalu hadir di kala
penulis merasa sendiri, kalaupun harus pergi tidak lain agar penulis merasa
tenang bukan berarti kalian tidak ingin menemani. Ketulusan kalian
membuat penulis tersenyum dan menangis haru. Bagaimana penulis harus
berterima kasih, bagaimana penulis harus membalas segala kebaikan
kalian yang teramat luhur. Penulis hanya bisa bersyukur kepada Allah swt.
telah dipertemukan bersama teman-teman. Biarlah Ia yang membalasnya
karena penulis yakin tidak ada balasan yang lebih baik atas kebaikan
kalian melainkan balasan yang datang dari-Nya.
9. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, suatu kebahagiaan
telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian
ini.
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaan bagi berbagai pihak, bagi
pengembangan diri penulis khusunya dan para pembaca budiman pada umumnya.
Akhirnya segala urusan penulis pasrah-tawakkalkan kepada Dzat yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Jakarta, 20 Desember 2010
Penulis,
Muhammad Miftahurrohman
v
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
ABSTRAKSI ................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
BAB I.
PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 6
C. Batasan Penelitian ....................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 9
A. Pasar Modal ................................................................................ 9
B. Saham ....................................................................................... 11
1. Pengertian Saham ................................................................. 11
2. Analisis dan Penilaian Harga Saham ..................................... 15
C. Kebijakan Deviden .................................................................... 19
1. Pengertian ............................................................................ 19
2. Kebijakan Pembagian Deviden ............................................. 21
3. Teori-teori Kebijakan Deviden .............................................. 23
D. Hubungan Kebijakan Deviden dan Harga Saham ...................... 26
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................... 37
F. Kerangka Pemikiran .................................................................. 40
G. Hipotesis Penelitian ................................................................... 41
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 43
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 43
B. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 43
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 44
vi
D. Metode Analisis ........................................................................ 44
E. Dasar Pengambilan Keputusan .................................................. 47
F. Operasional Variabel ................................................................. 50
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 53
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................... 53
B. Penemuan dan Pembahasan ....................................................... 60
1. Analisis Deskriptif ................................................................ 60
2. Analisis Jalur Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tahapan
Daur Hidup Perusahaan, Financial Leverage, dan Suku
Bunga
SBI
Terhadap
Kebijakan
Dividen,
serta
Implikasinya Terhadap Harga Saham .................................... 70
3. Analisis Jalur Setelah Trimming ........................................... 92
C. Interpretasi Hasil ..................................................................... 106
BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................. 114
A. Kesimpulan ............................................................................. 114
B. Implikasi ................................................................................. 115
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 117
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 119
vii
DAFTAR TABEL
Nomer
Keterangan
Halaman
4.1
Data Sampel Perusahaan Manufaktur
59
4.2
Korelasi antar Variabel Bebas
72
4.3
Uji t Regresi *
76
4.4
Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) *
80
4.5
Uji F Regresi *
81
4.6
Uji t Regresi **
84
4.7
Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) **
88
4.8
Uji F Regresi **
89
4.9
Hasil Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dan
Endogen
91
4.10
Uji t Regresi ***
93
4.11
Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ***
96
4.12
Uji F Regresi ***
97
4.13
Uji t Regresi ****
97
4.14
Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ****
101
4.15
Uji F Regresi ****
101
4.16
Hasil Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dan
Endogen setelah Trimming
4.17
102
Koefisien Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan
Total tentang Struktur Kepemilikan (IO), Tahapan daur
Hidup Perusahaan (RETE), Financial Leverage (DER),
Suku Bunga SBI, Kebijakan Dividen (DY), dan Harga
Saham (CP)
Ket.
*Substruktur I
** Substruktur II
105
***Substruktur I setelah Trimming
***Substruktur II setelah Trimming
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomer
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Berfikir
41
4.1
Rata-rata IO Perusahaan
61
4.2
Rata-rata RETE Perusahaan
63
4.3
Rata-rata DER Perusahaan
65
4.4
Suku Bunga SBI
66
4.5
Rata-rata Dividend Yield (DY) Perusahaan
68
4.6
Rata-rata Harga Saham (CP) Perusahaan
69
4.7
Diagram Jalur
71
4.8
Diagram Jalur (hasil perhitungan)
91
4.9
Diagram Jalur setelah Trimming
93
4.10
Diagram Jalur setelah Trimming (hasil penghitungan)
102
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Investor menginvestasikan modalnya pada saham dengan mengharapkan
tingkat pengembalian yang baik tanpa suatu resiko yang berarti. Mereka akan
lebih menekankan referensi pada return yang akan didapat dari investasi yang
ditanamkannya tersebut. Oleh karena itu mereka cenderung selalu melihat
dan menilai lebih teliti saham perusahaan mana yang nilainya stabil dan
bahkan ada kecenderungan naik. Di lain pihak, perusahaan juga
mengharapkan
pertumbuhan
sekaligus
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya dan memberikan kesejahteraan bagi pemegang saham. Oleh karena
itu kebijakan pembayaran dividen mempunyai dampak yang sangat penting
bagi investor maupun bagi perusahaan yang membayarkan dividen, dan
menjadi masalah menarik karena akan memenuhi harapan investor, namun
disisi lain kebijakan tersebut jangan sampai menghambat pertumbuhan
apalagi mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Murhadi (2008, vol.10)
mengatakan bahwa pengumuman dividen oleh suatu perusahaan, merupakan
signal bagi pemegang saham.
Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung
pada
kebijakan
dividen
dari
masing-masing
perusahaan,
sehingga
pertimbangan manajemen sangat diperlukan. Dengan demikian perlu bagi
pihak
manajemen
untuk
mempertimbangkan
1
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kebijakan
dividen
yang
ditetapkan
oleh
perusahaan
(Pradessya, 2006: 13). Selanjutnya, Dewi (2008: 47) berpendapat bahwa
wewenang dalam mengendalikan kebijakan dividen merupakan salah satu
wewenang yang didelegasikan para pemegang saham kepada dewan direksi.
Dividen akan dibayarkan atau tidak, bagaimana sifat dan jumlah dividen
merupakan masalah yang ditentukan olehh dewan direksi.
Perusahaan yang membayarkan dividen dalam 5 tahun terakhir terlihat
mengalami fluktuatif, hal ini dapat dilihat dari data statistik yang dikeluarkan
oleh research and development division of Indonesia Stock Exchange (IDX),
dimana terdapat 166 perusahaan atau 48.40% dari 343 perusahaan yang listed
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005, terdapat 158 perusahaan atau
44.89% dari 352 perusahaan di tahun 2006, terdapat 153 perusahaan atau
40.48% dari 378 perusahaan di tahun 2007, 157 perusahaan atau 38.57% dari
407 perusahaan di tahun 2008, dan 168 perusahaan atau 40.58% dari 414
perusahaan. Sementara itu, untuk perusahaan manufaktur yang membayarkan
dividen kepada pemegang saham secara continue selama periode tahun 2005
sampai dengan tahun 2009 hanya sebanyak 20 perusahaan, yaitu Astra
Internastional Tbk, Astra Otoparts Tbk, Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk,
Citra Tubindo Tbk, Delta Djakarta Tbk, Goodyear Indonesia Tbk, HM
Sampoerna Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk, Kageo Igar Jaya Tbk, Kimia
Farma Tbk, Lion Metal Works Tbk, Lionmesh Prima Tbk, Mayora Indah
Tbk, Merck Indonesia Tbk, Multi Bintang Indonesia Tbk, Selamat Sempurna
2
Tbk, Semen Gresik (Persero) Tbk, Tempo Scan Pacific Tbk, Trias Sentosa
Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk.
Alli (1993) dalam Prihantono (2003: 9) membedakan variabel yang
mempengaruhi pembayaran dividen, diantaranya adalah batasan legal (legal
restriction),
posisi
likuiditas
(liquidity
position),
ketiadaan
sumber
pembiayaan lain (absence or lack of other source of financing), prediksi
penerimaan (earning predictability), kontrol kepemilikan (ownership
control), dan Inflasi (inflation).
Apabila sebuah perusahaan mempunyai kemampuan dalam memberikan
dividen maka akan banyak investor yang tertarik menanamkan modalnya di
perusahaan tersebut, jika hal ini terjadi maka permintaan akan saham
perusahaan menjadi tinggi yang pada akhirnya diikuti dengan appresiasi
harga saham perusahaan dan memberikan keuntungan berupa capital gain.
Sementara itu, menurut Sartono (1998: 370) kenyataan harga saham berubah
mengikuti perubahan dividen semata-mata karena adanya information content
dalam pengumuman dividen. Sudah banyak penelitian untuk menguji
hipotesis ini, namun demikian hingga saat ini masih sulit untuk menentukan
apakah perubahan harga saham yang mengikuti perubahan dividen
disebabkan karena signaling effect, preference effect, atau karena kombinasi
keduanya.
Menurut Husnan (2005: 307) dalam Faizah (2009) harga saham yang
beragam pada umumnya mencerminkan keadaan fundamental perusahaan
pada periode tertentu. Analisis fundamental mencoba untuk memperkirakan
3
harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktorfaktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan
datang dan menerapakan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga
diperoleh taksiran harga saham. Namun, adakalanya perubahan harga saham
tidak begitu mencerminkan keadaan fundamental perusahaan pada periode
tertentu. Harga saham lebih dipengaruhi oleh faktor ekstern di luar faktor
fundamental, seperti kondisi makro ekonomi, stabilitas politik, kebijakan
pemerintah dalam dunia industri dan usaha atau faktor sejenis yang terjadi
pada perusahaan merupakan variabel yang bisa ikut memicu arah pergerakan
kurs saham.
Rata-rata saham perusahaan manufaktur selama 5 tahun terakhir terlihat
mengalami fluktuatif, hal ini dapat dilihat dari pergerakan rata-rata saham
yang selalu berubah-ubah (naik-turun) dari tahun ke tahun. Nilai rata-rata
saham perusahaan manufaktur sepanjang tahun 2005-2007 mengalami
peningkatan yaitu Rp 11088.00 di tahun 2005, naik menjadi Rp 13832.50 di
tahun 2006, dan naik kembali di tahun 2007 menjadi Rp 14953.90. Pada
tahun 2008 turun menjadi Rp 11858.45. Namun di tahun 2009 mengalami
peningkatan hingga pada titik harga Rp 27623.30.
Penurunan nilai rata-rata saham manufaktur pada tahun 2008 lebih dipicu
oleh keadaan ekonomi tepatnya krisis keuangan global yang dimulai dari
Amerika dan meluas ke hampir seluruh belahan dunia termasuk Indonesia,
penurunan ini tentunya akan memberikan respon yang buruk kepada investor.
4
Sebaliknya, kenaikan di tahun 2009 memberikan sinyal atau tanda positif bagi
para investor perihal prospek berinvestasi pada saham tersebut.
Murhadi (2008, vol 10) melakukan penelitian mengenai kebijakan
dividen: anteseden dan dampaknya terhadap harga saham perusahaan.
Penelitiannya menjelaskan hubungan kausal antara harga saham dan
kebijakan dividen sebagai variabel endogen dengan set kesempatan investasi,
aliran kas bebas, tahapan daur hidup, kepemilikan institusional, dan regulasi
sebagai variabel eksogen.
Analisis terhadap faktor-faktor kebijakan dividen dan dampak faktorfaktor tersebut terhadap harga saham mempunyai arti penting bagi investor
sebelum mengambil suatu keputusan investasi. Berdasarkan uraian di atas dan
penelitian-penelitian yang dilakukan, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dan
pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap harga saham perusahaan-perusahaan
manufaktur.
Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini
akan dilakukan pengujian terhadap teori signaling dividen (signaling theory)
melalui kebijakan dividen yang diwakili dengan dividend yield, teori
keagenan (agency theory) melalui struktuk kepemilikan yang diwakili dengan
institutional ownership (IO), teori tahapan daur hidup perusahaan (life sycle
theory) melalui pendekatan earned contributed capital mix dengan variabel
pengukuran retained earning/total equity (RETE), dan financial leverage
5
yang diwakili dengan debt to equity ratio (DER), serta dilengkapi dengan
variabel makro yang diwakili oleh tingkat suku bunga SBI.
Periode penelitian yang dilakukan adalah periode tahun 2005 sampai
dengan tahun 2009. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur go
public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki laporan
keuangan lengkap dan melakukan pembayaran dividen secara konsisten
selama periode penelitian (lima tahun), yaitu meliputi tahun 2005, 2006,
2007, 2008, dan 2009. Penelitian dibatasi pada penggunaan data sekunder
yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan data yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia yang sifatnya kuantitatif dalam
melakukan analisis.
Dengan berbagai dasar dan latar belakang di atas, maka penelitian ini
mengambil topik yaitu “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen dan implikasinya terhadap harga saham pada
perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, serta agar penelitian dapat dilakukan
secara sistematis dan terarah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap kebijakan
dividen?
6
2. Bagaimana pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen
terhadap harga saham?
3. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung variabel struktur
kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku
bunga SBI terhadap harga saham?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pendahuluan dan perumusan masalah, maka
penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.
1. Untuk menganalisis pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur
hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap
kebijakan dividen.
2. Untuk menganalisis pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur
hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan
dividen terhadap harga saham.
3. Untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung variabel
struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage,
dan suku bunga SBI terhadap harga saham.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti. Memperluas dan menambah wawasan tentang kebijakan
dividen dan harga saham terutama masalah pengaruh variabel struktur
7
kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku
bunga SBI terhadap kebijakan dividen dan harga saham.
2. Bagi akademis. Sebagai bahan acuan dan referensi dalam memahami
kebijakan
dividen
dan
harga
saham,
serta
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya, pada suatu investasi.
3. Bagi ilmu manajemen, khususnya ilmu keuangan. Diharapkan dapat
mencerminkan dan memperkaya informasi ilmiah mengenai kebijakan
dividen dan harga saham, dengan senantiasa untuk ditindaklanjuti, serta
dilakukan perbaikan dan pengembangan yang lebih baik.
4. Bagi investor. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam
melakukan atau membuat kebijakan investasi.
5. Bagi perusahaan. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam
pengelolaan perusahaan, sehingga tercapai kinerja keuangan yang optimal.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal
Menurut Fabbozi, Modigliani, dan Ferri (1999: 7) terdapat banyak cara
untuk menggolongkan jenis-jenis pasar keuangan. Salah satunya adalah
berdasarkan jenis klaim keuangan, seperti pasar uang dan pasar ekuitas.
Sementara itu, pasar modal (capital market) merupakan bagian dari
klasifikasi pasar keuangan—selain pasar uang (money market)—berdasarkan
lamanya jatuh tempo suatu klaim. Menurutnya pasar modal adalah pasar
keuangan bagi aset-aset keuangan jangka panjang, dan pasar uang adalah
pasar bagi instrumen-instrumen utang jangka pendek.
Menurut Siamat (2005: 487) Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu
tempat yang terorganisasi dimana efek-efek diperdagangkan yang disebut
bursa efek. Bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang
terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan
baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Fungsi bursa
efek ini antara lain adalah menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga
efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran. Menurut
Rodoni (2008: 40) pasar modal (capital market) adalah pasar keuangan untuk
dana-dana jangka panjang (dana yang jatuh temponya lebih dari satu tahun)
dan merupakan pasar yang konkrit. Sedangkan bursa efek (stock exchange)
adalah suatu sistem terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli
9
efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Efek
adalah setiap surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan, misalnya: surat
pengakuan hutang, surat berharga komersial (commercial paper), saham,
obligasi, tanda bukti utang, bukti right (right issue), dan waran (warrant).
Coyle (2002: 53) berpendapat, a stock exchange is a formal stock market,
whose trading systems, information dissemination systems and administrative
systems are used by the intermediaries participating in the dealing activities
on the exchange, yaitu pasar saham formal, dimana system perdagangan,
informasi diseminasi, dan administrasi, digunakan oleh perantara yang
berpartisipasi dalam penanganan kegiatan di bursa. Sedangkan stock market
is a more general term for an organized market in whice buyers and sellers
trade in securities, yaitu istilah yang umum untuk pasar yang terorganisir
dimana pembeli dan penjual melakukan jual beli sekuritas.
Stock market terdiri dari primary market (pasar primer atau perdana) dan
secondary market (pasar sekunder). Stock market fulfill both primary market
and secondary market functions. The primary equity markets are the market
in whice companies issue new shares that are sold to investors. the primary
markets are the markets for raising capital. The secondary markets are for
trading in shares after issue. (Coyle, 2002: 52). Artinya pasar saham
memenuhi kedua fungsi pasar primer dan pasar sekunder. Pasar primer adalah
pasar dimana saham baru perusahaan dijual kepada investor, untuk
meningkatkan modal. Sedangkan pasar sekunder adalah untuk perdagangan
saham setelah penerbitan.
10
Ananto (2007: 38) berpendapat, pasar primer adalah pasar untuk suratsurat berharga yang baru diterbitkan. Sedangkan pasar sekunder adalah pasar
perdagangan surat berharga yang sudah ada (sekuritas lama) di bursa efek.
Menurut Husnan (2001) terdapat empat instrumen pasar modal (Kholid,
2006: 10), yakni.
1) Saham. Saham merupakan suatu hak kepemilikan dari perusahaan yang
diperjual belikan. Terdiri dari saham biasa dan saham preferen.
2) Obligasi. obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak
antara pemberi dana (pemodal) dengan yang diberi dana (perusahaan) atau
biasa disebut obligasi biasa (bond). Sedangkan obligasi konversi
(convertible bond) secara umum tidak berbeda dengan obligasi biasa
sedikit memiliki keunggulan, yaitu dapat ditukar dengan saham biasa.
3) Sertifikat Right. Right merupakan surat berharga yang memberikan hak
bagi pemodal untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan, di
mana Right merupakan suatu produk derivatif atau merupakan turunan dari
sebuah saham.
4) Waran. Waran merupakan hak untuk membeli saham biasa pada waktu
dan harga yang sudah ditentukan.
B. Saham
1. Pengertian Saham
Menurut Widyastuti (2006: 39) saham adalah surat berharga yang
bersifat kepemilikan pada suatu perseroan terbatas. Saham yang diperjual
11
belikan di pasar modal adalah saham perusahaan-perusahaan yang telah go
public. Secara sederhana, Rodoni (2008: 45) mendefinisikan saham
sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan
bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan kertas tersebut. oleh karena itu pemegang saham biasa
memiliki hak untuk memilih direktur-direktur perusahaan yang selanjutnya
akan memilih para pejabat yang akan mengelola bisnis.
Saham merupakan suatu hak kepemilikan dari perusahaan yang
diperjual belikan. Adapun saham dibagi menjadi dua yaitu saham biasa
dan saham preferen. (Kholid, 2006: 10)
a. Saham Biasa
Apabila perusahaan hanya mengeluarkan satu jenis saham saja,
saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock).
Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakili
kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan (Jogiyanto,
2000). Saham ini memiliki dua hak yaitu hak kontrol yaitu hak
pemegang saham biasa untuk memilih pimpinan perusahaan, hak
menerima pembagian keuntungan perusahaan dan Hak Preemtive yaitu
hak untuk mendapatkan persentasi kepimilikan yang sama jika
perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan
melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi
harga saham lama dari kemerosotan nilai. Saham biasa sering dikenal
12
oleh masyarakat dan banyak digunakan untuk menarik dana dari
masyarakat oleh perusahaan.
b. Saham preferen
Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan
antara obligasi dan saham biasa (Jogiyanto, 2000). Saham preferen
dapat dikatakan serupa dengan saham biasa. Hal ini disebabkan karena
dua hal pokok yaitu: mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan
tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut,
dan membayar (memperoleh) dividen. Sedangkan persamaan saham
preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal yaitu: ada klaim atas laba
dan aktiva sebelumnya, dividennya tetap selama masa berlaku dari
saham, dan memiliki hak tebus serta dapat dipertukarkan dengan saham
biasa.
Menurut Anoraga dalam Widyastuti (2006: 39), dengan memiliki
saham suatu perusahaan akan memberikan berbagai manfaat. Manfaat
yang diperoleh antara lain:
1) Dividen, bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada
para pemilik saham.
2) Capital Gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih jual
dengan harga belinya.
3) Manfaat non-finansial, yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan
memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.
13
Jadi saham merupakan salah satu sekuritas yang diterbitkan oleh
perusahaan dan diperdagangkan di bursa efek yang dengan memilikinya
memberikan indikasi penyertaan atau kepemilikan atas perusahaan
tersebut,
sehingga
pemilik
saham
berhak
menentukan
arah
kebijaksanaan perusahaan, dimana pemilik saham dapat bersifat
perorangan ataupun badan usaha, dan dikelompokkan menjadi saham
biasa (common stock) dan saham preferen (prefered stock).
Beberapa jenis saham yang dikenal adalah (Ananto, 2007: 41):
1) Saham atas tunjuk (bearer stock)
Setiap pemegang saham atas tunjuk dianggap sebagai pemilik
dan memiliki hak untuk menjual saham tersebut, memperoleh
bayaran atas dividen dan menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
2) Saham Atas Nama (Registered Stock)
Jenis saham ini nama dari pemilik saham terdapat di sertifikat
saham dan tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) perusahaan.
Pemegang saham jenis ini memperoleh hak untuk menjual saham,
memperoleh dividen, dan mengakhiri Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).
3) Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah saham yang tidak memiliki saham istimewa,
pemegang saham ini memiliki hak prioritas yang lebih rendah
14
dibandingkan pemegang saham preferen terutama pada saat
pembagian dividen dan liquidasi perusahaan.
4) Saham preferen (Preferred Stock)
Pemegang saham preferen memiliki hak prioritas dalam
pembagian dividen dan pembagian kekayaan pada saat perusahaan
dilikuidasi dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Selain itu
pemegang saham preferen berhak mengajukan usul pengajuan calon
anggota dewan komisarisdan direksi.
2. Analisis dan Penilaian Harga Saham
Nilai buku perlembar saham biasa adalah nilai kekayaan bersih
ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
Kekayaan bersih ekonomis adalah selisih total aktiva dengan total
kewajiban. Sedangkan harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasar
jual beli saham. Sementara itu nilai intrinsik adalah nilai saham yang
seharusnya terjadi (Halim, 2005: 20).
Berdasarkan fungsinya nilai suatu saham dibagi atas tiga jenis, yaitu
sebagai berikut:
a. Par Value (nilai nominal)/Stated Value/Face Value, nilai nominal ini
tidak dapat digunakan untuk mengukur sesuatu. Jumlah saham yang
dikeluarkan perseroan dikali dengan nilai nominalnya merupakan
modal disetor penuh bagi perseroan, dan dalam pencatatan akuntansi
nilai nominal dicatat sebagai modal ekuitas perseroan di dalam Neraca.
15
Untuk satu jenis saham yang sama harus mempunyai satu jenis nilai
nominal.
b. Base Price (Harga Dasar), harga perdana (untuk menentukan nilai
dasar), dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Harga
dasar akan berubah sesuai dengan aksi emiten, untuk saham baru harga
dasar merupakan harga perdananya. Nilai dasar merupakan perkalian
antara harga dasar dengan total saham yang beredar.
c. Market Price, merupakan harga pada pasar riil, dan merupakan harga
yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu
saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup,
maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Harga
pasar ini merupakan harga jual dari investor yang satu dengan investor
yang lain, dan disebut sebagai harga di pasar sekunder. Harga pasar
inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham dan setiap hari
diumumkan di surat-surat kabar atau di media-media lainnya.
(Widyastuti, 2006: 39)
Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik (Intrinsic
Value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga
pasar saham tersebut pada saat ini (Current Market Price). Nilai intrinsik
(NI) suatu saham menunjukkan Present Value arus kas yang diharapkan
dari saham tersebut. Pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
16
a. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai
Undervalued (harganya terlalu rendah), dan karenanya layak dibeli atau
ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.
b. Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai
Overvalued (harganya terlalu mahal) dan karenanya layak dijual.
c. Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar
harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.
Model penilaian merupakan suatu mekanisme untuk mengubah
serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan
(atau yang diamati) menjadi dasar perkiraan harga saham (Husnan, 2001).
Variabel-variabel ekonomi tersebut misalnya: laba dan dividen yang
dibagikan. Seorang investor sebelum mengambil keputusan untuk membeli
saham, biasanya akan menganilisis terlebih dahulu untuk menentukan
saham mana yang memberikan keuntungan paling optimal.
Penentuan harga saham dapat dilakukan melalui analisis teknikal dan
analisis fundamental. Pada analisis teknikal harga saham ditentukan
berdasarkan catatan harga saham di waktu yang lalu, sedangkan dalam
analisis fundamental harga saham ditentukan atas dasar faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhinya, seperi laba dan dividen.
Analisis fundamental memiliki dua model penilaian saham yang
sering digunakan para analisis sekuritas (Jogiyanto, 2000) yaitu:
17
a. Pendekatan Present value, mencoba menaksir Present value, dengan
menggunakan tingkat bunga tertentu, manfaat yang akan diterima oleh
pemilik saham.
b. Pendekatan Price earnings ratio, menaksir nilai saham dengan
mengalikan laba perlembar saham dengan kelipatan tertentu.
Pendapat lain—dengan gaya bahasa yang berbeda namun memiliki
konotasi yang sama—dalam menilai investasi berupa saham ada dua
pendekatan yaitu The Firm Foundation Theory dan The Castle in The Air
Theory. (Widyastuti, 2006: 42).
a. The Firm Foundation Theory
Pendekatan The Firm Foundatiuon Theory lebih dikenal dengan
sebutan Fundamental Analysis (Analisis Fundamental). Untuk dapat
menilai suatu investasi saham berdasarkan teori ini berarti seorang
investor harus memiliki saham tersebut untuk jangka panjang, formula
yang umum digunakan pada teori ini dalam menaksir nilai saham antara
lain Dividend Approach.
Pada dividend approach ini dapat digunakan formula sebagai
berikut:
1) Dividend Yield Approach
Pendekatan ini berdasarkan pada perkiraan dividen yang akan
dibayarkan untuk satu tahun dan hasilnya dibandingkan dengan
tingkat bunga umum di pasar (Risk Free Rate)
Dividend Yield Dividen Per Share
Share Price
18
2) Earning Approach (PER)
Pendekatan ini berdasarkan pada perkiraan per saham di masa
mendatang, sehingga dapat diketahui berapa lama investasi dalam
suatu saham akan kembali. Formula dalam pendekatan ini sebagai
berikut:
PER Share Price
Earning Per Share
b. The Castle in The Air Theory
Pendekatan ini lebih menekankan pada pendekatan tingkah laku
investor di masa depan berdasarkan kebiasaan di masa lalu dan
bukannya pada nilai instriksik saham itu sendiri. Asumsi yang
digunakan dalam pendekatan ini yaitu antara lain:
1) Nilai pasar hanya ditentukan oleh investasi antara permintaan dan
penawaran.
2) Permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
rasional maupun irrasional.
3) Mengabaikan fluktuasi yang sifatnya minor di pasar.
4) Perubahan trend disebabkan oleh pergeseran permintaan dan
penawaran.
C. Kebijakan Dividen
1. Pengertian
Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau
19
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di
masa datang (Sartono, 1998: 370). Weston and Copeland (1996)
mendefinisikan kebijakan dividen sebagai: “Keputusan untuk menentukan
besarnya bagian pendapatan (earning) yang akan dibagikan kepada para
pemegang saham dan bagian yang akan ditahan di perusahaan.”
Pradessya (2006: 23) memberikan pandangan bahwa kebijakan
dividen dipengaruhi dua kepentingan yang saling bertolak belakang, yaitu
kepentingan pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan
perusahaan untuk melakukan reinvestasi dengan menahan laba. Dari sisi
pemegang saham, dividen merupakan salah satu motivator untuk
menanamkan dana di pasar modal.
Menurut Brigham dan Gapenski (1994: 610), dividend policy has
three key elements: (1) what fraction of earnings should be paid out, on
average, over time? This is the target payout policy decision, (2) should
the firm attempt to maintain a steady, stable dividend growth rate, or
should it very its dividend payment from year to year depending on its
internal needs for funds and on its cashflows? (3) what dollar amount
should the firm pay in current dividend?
Kebijakan dividen memiliki tiga elemen utama: (1) berapa rata-rata
bagian laba yang harus dibayarkan dari waktu ke waktu? (2) apakah
perusahaan mempertahankan tingkat pertumbuhan dividen yang stabil,
atau membayar dividen dari tahun ke tahun tergantung pada kebutuhan
20
pendanaan internal dan arus kas perusahaan? (3) berapa jumlah dolar yang
perusahaan harus membayar dividen saat ini?
2. Kebijakan Pembagian Dividen
Menurut Sutrisno (2001) dalam Pradessya (2006: 23), ada beberapa
bentuk dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham antara lain:
a. Pembagian dividen secara tunai atau cash dividend. Pembagian dividen
secara tunai terdiri dari beberapa bentuk yaitu:
1) Kebijakan Pemberian Dividen Stabil
Kebijakan pemberian yang stabil ini artinya dividen akan diberikan
secara tetap per lembarnya untuk jangka tertentu walaupun laba yang
diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan
untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh
meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga
akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa
tahun. Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini banyak
dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan, yaitu: (1) dapat
meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat
diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih kecil, (2) dapat
memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan
mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, (3) dapat
menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan
konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan.
21
2) Kebijakan Dividen Meningkat
Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen kepada
pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan
pertumbuhan yang stabil.
3) Kebijakan Dividen dengan Ratio yang Konstan
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti
besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba
yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian
pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil.
Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio.
4) Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah
Ekstra
Kebijakan dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah
pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian
ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai
jumlah tertentu.
b. Pembagian Stock Dividen
Salah satu kebijakan yang bisa diambil oleh perusahaan adalah
dengan dengan memberikan dividen tidak dalam bentuk uang, tetapi
dividen diberikan dalam bentuk saham. Artinya pemegang saham akan
diberi tambahan saham sebagai pengganti cash dividen. Pemberian
stock dividen tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri,
tetapi akan mengubah komposisi modal sendiri perusahaan yang
22
bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian stock dividen ini akan
mengurangi pos laba ditahan di neraca dan akan ditambahkan ke pos
modal saham.
c. Kebijakan Stock Split
Apabila harga pasar saham suatu perusahaan terlalu tinggi,
mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap saham
perusahaan. oleh karena itu, perusahaan bisa mengambil kebijaksanaan
untuk meningkatkan jumlah lembar saham melalui stock split yaitu
pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih
kecil. Dengan stock split ini jumlah lembar saham menjadi lebih
banyak, maka mengakibatkan harga saham turun. Oleh karena itu,
dengan stock split harga saham menjadi lebih murah, sehingga harga
pasar masih dalam trading range tertentu.
d. Kebijakan Repurchase Stock
Repurchase
stock adalah pembelian kembali saham-saham
perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham atau investor.
3. Teori-teori Kebijakan Dividen
Secara ringkas, pernyataan Keown (2000) dalam Pradessya (2006: 2833) mengenai beberapa teori yang mendasari kebijakan dividen:
a. Teori Ketidak Relevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)
Teori ketidakrelevanan dividen adalah teori yang menyatakan
bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh baik
terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Penganjur utama
23
teori ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Teori ini
menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh
kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba serta resiko bisnisnya,
dengan kata lain, nilai suatu perusahaan tergantung semata-mata pada
pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan bagaimana
pendapatan tersebut dibagi di antara dividen dan laba yang ditahan (atau
pertumbuhan).
b. Teori Bird In the Hand
Kepercayaan bahwa kebijakan dividen perusahaan merupakan hal
yang tidak penting, secara tidak langsung membuat para investor
berasumsi bahwa pendapatan yang mereka harapkan melalui perolehan
modal akan berbeda besarnya dengan pendapatan yang berasal dari
dividen. Hal ini disebabkan karena dividen lebih bisa diramalkan
daripada pendapatan modal, manajemen dapat mengontrol dividen, tapi
tak dapat mendikte harga saham. Investor kurang yakin akan menerima
pendapatan dari perolehan modal daripada dari dividen. Dengan
mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih baik daripada
saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut
mungkin tidak akan terwujud sebagai dividen dimasa yang akan datang
(it can fly away). Pandangan yang mengatakan dividen lebih pasti dari
pada perolehan modal, disebut “bird in the hand theory” (teori burung
ditangan).
24
c. Dividen Rendah Meningkatkan Nilai Saham
Pandangan ketiga adalah dividen yang rendah mempengaruhi harga
saham, sehingga dividen dapat merugikan investor. Pendapat ini
didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak antara pendapatan dividen
dan perolehan modal. Setiap investor harus membayar pajak
pendapatan untuk memaksimumkan pengembalian setelah pajak atas
investasi, investor berusaha meminimumkan tingkat pajak atas
pendapatan, atau menunda pembayaran pajak jika memungkinkan.
d. Teori Dividen Residu
Teori dividen residu adalah teori yang menyatakan bahwa dividen
dibayar dari kapital yang sama setelah selesai mendapat keuntungan
investasi keuangan. Jika perusahaan memiliki biaya pengembangan,
yang mungkin secara langsung mempengaruhi keputusan dividen, maka
perusahaan harus menerbitkan jumlah sekuritas yang lebih besar untuk
mendapatkan modal yang dibutuhkan untuk kegiatan investasi.
e. Teori dividen Isyarat (Dividend Signaling Theory)
Signal atau isyarat adalah suatu tindakan yang diambil manajemen
perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek perusahaan (Brigham, 2001: 13).
Dividend signaling theory merupakan suatu teori yang mendasari
dugaan bahwa pengumuman dividen tunai mempunyai kandungan
informasi yang mengakibatkan adanya reaksi harga saham. Teori ini
menjelaskan bahwa informasi tentang perubahan dividen yang
25
dibayarkan digunakan oleh investor sebagai signal tentang prospek
perusahaan dimasa yang akan datang. Hal ini disebabkan adanya
asymmetric information antara manajer dengan investor, sehingga para
investor menggunakan kebijakan dividen sebagai indikator tentang
prospek perusahaan.
D. Hubungan Kebijakan Dividen dan Harga Saham
Harga saham menurut Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal adalah penerimaan besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh setiap
investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Pergerakan harga saham dapat
ditentukan oleh permintaan dan penawaran oleh para investor. Pada saat
kondisi permintaan lebih banyak daripada penawaran maka harga saham
cenderung naik, demikian sebaliknya pada saat penawaran lebih besar
daripada permintaan maka harga saham cenderung akan turun. Harga saham
menurut Brigham dan Houston (2001) dapat dibedakan menjadi dua yaitu
harga pasar dan harga teoritis (nilai intrinsik). Harga pasar adalah aktual
saham di pasar modal, sedangkan nilai instrinsik adalah present value arus
kas (return) yang diharapkan dari sebuah saham pada periode tertentu. Harga
pasar suatu saham dibedakan menjadi harga pasar rata-rata selama satu
periode, harga pembukaan pada satu periode (open price) dan harga
penutupan pada satu periode (closing price).
Menurut Sartono (1998: 370), nilai perusahaan ditentukan oleh nilai
modal sendiri dan nilai utang. Sementara itu jika diperhatikan model harga
26
saham untuk satu perusahaan yang mengalami pertumbuhan, Po = D1/(Ke-g),
menunjukkan bahwa pembayaran dividen yang lebih besar cenderung akan
meningkatkan harga saham. Kemudian meningkatnya harga saham berarti
meningkatnya nilai perusahaan. Tetapi perlu diingat bahwa pembayaran
dividen yang semakin besar akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk
investasi sehingga menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan dan
selanjutnya
akan
menurunkan
harga
saham.
Sementara
itu,
MM
berkesimpulan bahwa reaksi investor terhadap pembayaran dividen tidak
berarti sebagai indikasi bahwa investor lebih menyukai dividen disbanding
dengan laba ditahan. Kenyataan bahwa harga saham berubah mengikuti
perubahan dividen semata-mata karena adanya information content dalam
pengumuman dividen. Sudah banyak penelitian untuk menguji hipotesis ini,
namun demikian hingga saat ini masih sulit untuk menentukan apakah
perubahan harga saham yang mengikuti perubahan dividen disebabkan
karena:
1. Kebijakan dividen dilihat sebagai satu tanda bagi investor disebut juga
signaling effect, atau
2. Karena memang investor lebih menyukai dividen daripada capital gain
disebut juga dengan preference effect, atau
3. Karena kombinasi keduanya.
Menurut Black (1976 dalam Murhadi, 2008: 2) mengatakan bahwa
pengumuman dividen oleh suatu perusahaan, merupakan signal bagi
pemegang saham. Pada dasarnya antara manajer dengan pemegang saham
27
memiliki informasi yang berbeda, dimana manajer lebih memiliki informasi
yang
lengkap
daripada
pemegang
saham.
Pemegang
saham
akan
menginterpretasikan peningkatan pembayaran dividen oleh perusahaan
sebagai signal bahwa pihak manajemen memiliki prediksi arus kas yang
tinggi di masa yang akan datang. Sebaliknya, penurunan pembayaran dividen
diinterpretasikan sebagai antisipasi manajer terhadap terbatasnya arus kas di
masa yang akan datang. Sedangkan menurut Husnan (2005: 307) dalam
Faizah (2009) harga saham yang beragam pada umumnya mencerminkan
keadaan fundamental perusahaan pada periode tertentu. Namun, adakalanya
harga saham lebih dipengaruhi oleh faktor ekstern di luar faktor fundamental,
seperti kondisi makro ekonomi, stabilitas politik, kebijakan pemerintah dalam
dunia industri dan usaha atau faktor sejenis yang terjadi pada perusahaan
merupakan variabel yang bisa ikut memicu arah pergerakan kurs saham.
Alli (1993) dalam Prihantoro (2003: 9) membedakan variabel yang
mempengaruhi pembayaran dividen, diantaranya adalah:
1. Batasan Legal (legal restriction). Peraturan tertentu yang akan membatasi
besarnya dividen yang akan dibayarkan.
2. Posisi Likuiditas (liquidity position). Keuntungan yang diperoleh dan laba
ditahan yang tinggi tidak harus menyebabkan posisi kas yang tinggi juga.
Karena ada kemungkinan bahwa keuntungan dan laba ditahan tersebut
telah digunakan untuk membayar hutang atau melekat pada aktiva selain
kas.
28
3. Ketiadaan sumber pembiayaan lain (absence or lack of other source of
financing). Bagi perusahaan yang baru tumbuh pada umumnya sumber
dana internal memiliki arti yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena
perusahaan tersebut mengalami kesulitan untuk memperoleh pinjaman
atau menjual sahamnya. Sebagai konsekuensinya, dividen yang akan
dibayarkan cenderung rendah atau bahkan tidak membagi dividen, karena
manajemen akan berusaha mengakumulasikan keuntungan ke dalam laba
ditahan yang berguna untuk pendanaan internalnya.
4. Prediksi
Penerimaan
(earning
predictability).
Jika
keuntungan
berfluktuasi, maka dividen tidak dapat bergantung semata-mata dari
keuntungan tersebut, sehingga diperlukan adanya trend keuntungan yang
stabil untuk menentukan porsi dividen yang direncanakan.
5. Kontrol Kepemilikan (ownership control). Jika perusahaan memutuskan
untuk membayarkan dividen yang tinggi, hal ini akan menyebabkan laba
ditahan tidak cukup untuk membiayai investasi barunya. Salah satu cara
untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan cara menerbitkan saham baru
untuk mencukupi dananya. Keputusan ini menimbulkan kontrol dari
pemegang saham perusahaan lama semakin berkurang. Tentunya hal ini
tidak diinginkan oleh para pemegang saham, sehingga mereka akan lebih
menyukai dengan tidak memperoleh dividen.
6. Inflasi (inflation). Inflasi yang tinggi akan menyebabkan kemampuan
perusahaan tidak dapat mencukupi untuk melakukan investasi yang baru,
sehingga perusahaan akan melakukan akumulasi dananya ke dalam laba
29
ditahan. Hal ini akan berdampak pada penurunan terhadap pembayaran
dividen, atau bahkan tidak melakukan pembayaran dividen.
Mengacu pada pendapat Alli mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan deviden, serta pendapat Suad Husnan yang mengisyaratkan masih
banyaknya faktor-faktor lain—selain kebijakan deviden—yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap harga saham, berikut ini beberapa faktor yang
dianggap dapat mempengaruhi kebijakan deviden dan dampaknya terhadap
harga saham.
a. Struktur Kepemilikan.
Scott pada tahun 2000 dalam Dewi (2008: 50), memiliki pandangan
bahwa tingkat saham institusional yang tinggi akan menghasilkan upayaupaya pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku
opportunistic manajer, yaitu manajer melaporkan laba secara oportunis
untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya.
Secara teoritis, kepemilikan institusi akan mengurangi masalah
keagenan tipe I antara pihak manajemen dan pemegang saham, Jensen dan
Meckling pada tahun 1976 menyebutnya sebagai argumen konvergensi.
Menurutnya, struktur penyebaran kepemilikan dapat dilihat dari preferensi
masing-masing pemilik. Semakin besar porsi kepemilikan saham oleh
institusi berdampak positif, karena mendorong manajer bertindak sesuai
dengan kepentingan pemegang saham, akan tetapi sisi negatif tingginya
porsi kepemilikan institusi akan merugikan investor minorotas (Djumahir,
2009: 144).
30
Menurut Shleifer dan Vishny tahun 1986 dalam Murhadi (2008: 5),
hubungan struktur kepemilikan dan deviden dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori keagenan, dimana kepemilikan institusi akan dapat
membantu memecahkan masalah keagenan melalui pengawasan terhadap
manajemen. Pada sisi lain, menurut Morck, Shleifer, dan Vishny (1998)
kepemilikan institusi yang tinggi akan mengakibatkan munculnya masalah
keagenan tipe II antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang
saham minoritas, mereka menyebutnya sebagai argumen entrenchment.
Hubungan struktur kepemilikan dengan harga saham juga dapat
dijelaskan dengan teori keagenan, dimana kepemilikan perusahaan oleh
institusi yang tinggi akan meningkatkan pengawasan terhadap manajer.
Peningkatan pengawasan ini akan mengurangi konflik kepentingan antara
pemegang saham dan manajer, sehingga berdampak pada peningkatan
nilai perusahaan. Pada sisi lain, kepemilikan institusi yang tinggi dapat
mendorong manajer untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan bagi
pemegang saham minoritas (Murhadi, 2008: 6).
b. Tahapan Daur Hidup Perusahaan.
Ide utama dalam strategis bisnis menurut Boston Consulting Group
adalah untuk menciptakan cost advantage atau demand advantage yang
melebihi pesaing, dimana keduanya diharapkan akan menciptakan
halangan untuk masuk bagi pendatang baru. Teori daur hidup menyatakan
bahwa
pengembangan
strategi
yang
paling
pas
adalah
dengan
memperhatikan tahapan daur hidup perusahaan.
31
Anthony dan Ramesh (1992) menyatakan perusahaan yang berada
pada tahapan growth memiliki tingkat pembayaran yang rendah,
pertumbuhan penjualan yang tinggi, dan umur yang relative muda,
sedangkan perusahaan pada tahapan mature memiliki karakteristik
pembayaran dividen yang lebih tinggi, pertumbuhan penjualan yang
rendah, dan umur yang relatif lebih tua.
Sementara itu, ciri-ciri perusahaan dalam tiap tahapan daur hidup
menurut Aharony, Falk, dan Yehuda (2003) adalah sebagai berikut.
1) Tahapan star-ups. Ditandai dengan terbatasnya aset yang dimiliki,
adanya kesempatan untuk bertumbuh, earning dan aliran kas dari
aktivitas operasi yang rendah, dan umur yang relatif muda.
2) Tahapan growth. Ditandai dengan lebih banyak aset yang dimiliki,
pertumbuhan yang pesat, earning dan aliran kas dari aktivitas operasi
yang mulai tumbuh, dan umur yang memasuki tahap medium.
3) Tahapan mature. Ditandai oleh pertumbuhan yang rendah dan
perusahaan menjadi cash cow.
4) Tahapan decline. Ditandai dengan penurunan pertumbuhan, financing
cost yang tinggi dan kompetisi yang intensif.
Chang dan Rhee tahun 1990 dalam Murhadi (2008: 8), semakin tinggi
tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan semakin besar tingkat
kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Semakin besar kebutuhan
dana di masa yang akan datang, akan semakin memungkinkan perusahaan
menahan keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai deviden. Oleh
32
karenanya, potensi pertumbuhan perusahaan menjadi faktor penting yang
menentukan
kebijakan
deviden.
Sebagai
indikator
dari
atribut
pertumbuhan, digunakan tingkat pertumbuhan campuran yang diatur pada
setiap tahun dalam total aset. Lebih lanjut, Megginson (1997) menyatakan
bahwa perusahaan yang berada dalam industri yang mature cenderung
untuk membayarkan lebih banyak deviden daripada perusahaan yang
masih muda dan sedang mengalami pertumbuhan. (Murhadi, 2008: 6)
Menurut Senchack dan Lee pada tahun 1980 dalam Djumahir (2009:
144), tahapan daur hidup perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan
dividen, perusahaan yang pada awal pertumbuhan yang tinggi cenderung
untuk tidak membagikan dividen akan tetapi pada perusahaan yang
memiliki pertumbuhan rendah akan cenderung untuk membagikan dividen
yang lebih besar.
Perusahaan akan menghadapi siklus daur hidup, dimana prospek ke
depan yang dimiliki akan sesuai dengan tahapan daur hidup dimana
perusahaan tersebut berada. Adapun pertimbangan sebagai dasar penelitian
Murhadi (2008) adalah bahwa perusahaan yang berada pada tahapan
pertumbuhan (growth) akan memiliki prospek ke depan yang lebih baik
sehingga diharapkan akan berpengaruh terhadap pergerakan harga saham.
Sementara itu, perusahaan yang berada pada tahapan dewasa (mature)
cenderung memiliki kesempatan berkembang yang terbatas sehingga
pergerakan sahamnya menjadi relatif stabil.
33
c. Financial Leverage
Leverage menunjuk pada hutang yang dimiliki perusahaan. Dalam arti
harafiah, leverage berarti pengungkit/tuas. Sumber dana perusahaan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu sumber dana intern dan sumber dana ekstern.
Sumber dana intern berasal dari laba yang ditahan, pemilik perusahaan
yang tercermin pada lembar saham atau prosentasi kepemilikan yang
tertuang dalam neraca. Sementara sumber dana ekstern merupakan sumber
dana perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, misalnya hutang.
Kedua sumber dana ini tertuang dalam neraca pada sisi kewajiban
(widanarto.files.wordpress.com/2008/08/bab-iv-analisis-leverage.doc).
Menurut Dewi (2008: 50) pada tahun 2005 Nuringsih menyebutkan
bahwa apabila perusahaan mengalami keterbatasan laba ditahan,
perusahaan cenderung memanfaatkan hutang namun bila penggunaan
hutang terlalu besar dapat berdampak pada financial distress dan
kebangkrutan. Berdasarkan dampak ini apabila perusahaan ingin
menghindari hutang yang tinggi, maka laba perusahaan dialokasikan ke
laba ditahan yang digunakan untuk operasi perusahaan dan investasi di
masa yang akan datang sehingga akan mengurangi penggunaan hutang.
Secara tidak langsung tindakan ini akan menyebabkan penurunan
pembayaran dividen. Selain itu, Magginson (1997) serta Chen dan Stainer
(1999) mengatakan bahwa kebijakan hutang mempengaruhi kebijakan
dividen secara negatif. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan
berusaha mengurangi agency cost of debt dengan mengurangi hutangnya.
Pengurangan hutang dapat dilakukan dengan membiayai investasinya
34
dengan sumber dana internal sehingga pemegang saham akan merelakan
dividennya untuk membiayai investasinya.
Menurut Matriadi (2007: 231), struktur hutang (financial leverage)
perusahaan menggambarkan earning yang diperoleh dan risiko yang
dihadapi
oleh
investor.
Pembiayaan
perusahaan
melalui
hutang
menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh oleh pemegang
saham. Namun, hutang yang tinggi dapat menimbulkan risiko yang besar
apabila perusahaan tidak dapat melunasinya. Pada saat tingkat suku bunga
bank tinggi, perusahaan yang memiliki hutang yang besar cenderung
dihindari oleh investor karena besarnya cost of capital atas hutang
sehingga berpengaruh terhadap harga saham.
d. Tingkat Suku Bunga SBI.
Bodie, Kane, dan Marcus (2006: 638) mendefinisikan interest rate
(suku bunga) sebagai jumlah dolar yang diterima per dolar yang
diinvestasikan per periode. Lebih lanjut, Bodie, Kane, dan Marcus (2006:
180) menyatakan bahwa suku bunga dan prakiraan nilainya di masa depan
merupakan salah satu masukan yang penting dalam keputusan investasi.
Wiguna dan Mendari (2008: 132) mendefinisikan suku bunga
sertifikat bank Indonesia sebagai suatu nilai (dalam bentuk presentase)
yang digunakan untuk menandakan sertifikat bank Indonesia yang
diterbitkan oleh bank sentral sebagai salah satu surat berharga, dimana
nilai tersebut merupakan balas jasa atas investasi dalam sertifikat bank
Indonesia tersebut.
35
Martin J. Pring (1988) dalam Feba (2002: 30) menyebutkan bahwa
perubahan tingkat bunga dapat mempengaruhi tingkat saham karena tiga
alasan berikut:
1) Fluktuasi pada harga yang dikenakan pada uang mempengaruhi
pendapatan atau profit yang bisa didapat oleh perusahaan sehingga
mempengaruhi harga saham yang akan dibeli oleh investor,
2) Pergerakan tingkat bunga mengubah antara aset-aset finansial yang
saling bersaing, dimana hubungan antara pasar obligasi atau pasar
saham menjadi sangat penting, dan
3) Sejumlah ekuitas yang berarti dibeli dengan uang pinjaman sehingga
perubahan-perubahan dalam biaya hutang tersebut, seperti tingkat
bunga, memengaruhi keinginan dalam memegang saham.
Sementara itu, Usman Marzuki (1990) dalam Faizah (2009)
menyatakan bahwa pengaruh suku bunga akan perdagangan saham yaitu
mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dan obligasi.
Apabila suku bunga naik, maka investor akan mendapatkan hasil yang
besar dari obligasi, sehingga mereka akan menjual saham mereka untuk
ditukar dengan obligasi. Penukaran demikian atas naiknya suku bunga
akan menurunkan perdagangan saham. Kondisi seperti itu, dimana
banyaknya investor yang mengalihkan modalnya dari saham ke obligasi,
mengakibatkan
perusahaan
kekurangan
modal
untuk
pendanaan
operasionalnya, pada akhirnya perusahaan akan mengakumulasikan
dananya ke dalam laba ditahan, yang berarti akan terjadi penurunan dalam
36
pembayaran deviden. Maka perubahan tingkat suku bunga juga dianggap
dapat mempengaruhi kebijakan pembayaran deviden.
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian empiris yang dilakukan oleh Short, Zhang, dan Keasey (2002)
menunjukkan secara menyeluruh terdapat hubungan positif antara kebijakan
dividen dan kepemilikan institusi. Sementara itu Thomsen (2004) dengan
menggunakan analisis generalized method of moment diperoleh hasil terdapat
hubungan negatif antara kepemilikan institusi dengan nisbah pembayaran
dividen.
Moradoglu, et al. (2000) dalam (Octavia, 2007: 13) dikemukakan
penelitian tentang perilaku harga saham telah banyak dilakukan, terutama
dalam kaitannya dengan variabel makroekonomi, diantaranya Chen et al.
(1986), Geske and Roll (1983), dan Fama (1981). Hasil penelitian mereka
mengatakan bahwa harga saham dipengaruhi oleh fluktuasi makroekonomi.
Beberapa variabel makroekonomi yang digunakan antara lain; tingkat inflasi,
tingkat bunga, nilai tukar, indeks produksi industri, dan harga minyak. Masih
dalam Oktavia (2007: 30), Lee (1992) telah menemukan bahwa perubahan
tingkat bunga (interest rate) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
indeks harga saham. Sementara itu Gupta (2000) yang mengadakan penelitian
di Indonesia dengan menggunakan data periode 1993-1997 menyimpulkan
bahwa tidak ada hubungan kausalitas antara tingkat bunga, nilai tukar, dan
harga saham.
37
Murhadi (2008) dalam penelitiannya “Studi Kebijakan Dividen:
Anteseden
dan
Dampaknya
Terhadap
Harga
Saham,”menggunakan
persamaan simultanus dengan teknik estimasi path analysis, menghasilkan: 1)
kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga saham, 2) set
kesempatan investasi dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh langsung
terhadap harga saham, 3) aliran kas bebas memiliki pengaruh negatif terhadap
harga saham, 4) struktur kepemilikan yang diwakili oleh kepemilikan institusi
memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham, 5) tahapan daur hidup
perusahaan berpengaruh terhadap harga saham, 6) struktur kepemilikan tidak
berpengaruh terhadap penentuan kebijakan dividen, 7) tahapan daur hidup
perusahaan berpengaruh terhadap penentuan kebijakan dividen, 8) set
kesempatan investasi memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen,
9) regulasi berpengaruh positif terhadap harga saham, dan 10) aliran kas
bebas tidak berpengaruh terhadap penentuan kebijakan dividen.
Djumahir (2009) dengan judul “Pengaruh Biaya Agensi, Tahapan Daur
Hidup Perusahaan, dan Regulasi terhadap Kebijakan Dividen pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia” menghasilkan temuantemuan empiris sebagai berikut: 1) variabel Dipersion Of Ownership,
Institutional Ownership, Free Cash Flow, Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan
Regulasi berpengaruh secara simultan terhadap Kebijakan Dividen, 2)
variabel Dipersion Of Ownership, Free Cash Flow, Tahap Daur Hidup
Perusahaan, dan Regulasi secara parsial berpengaruh terhadap Kebijakan
38
Dividen, dan 3) variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap
kebijakan dividen adalah variabel Free Cash Flow.
Wiguna dan Mendari (2008) dengan judul “Pengaruh Earning Per Share
dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham,” menggunakan teknik
analisis regresi berganda (multiple regression), menunjukkan: 1) secara
parsial, EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, dan
tingkat bunga SBI tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham, 2) secara
simultan, EPS dan tingkat bunga SBI memiliki pengaruh terhadap harga
saham.
Dewi
(2008)
mengenai
“Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen,” menggunakan teknik analisis
regresi berganda (multiple regression), dengan hasil penelitian: 1) perusahaan
dengan kepemilikan saham oleh managerial, kepemilikan saham oleh
institusional, kebijakan hutang, dan profitabilitas yang semakin tinggi akan
menurunkan kebijakan dividen, dan 2) perusahaan besar lebih cenderung
untuk menaikan kebijakan dividen daripada perusahaan kecil.
Haruman (2008) dengan judul “Struktur Kepemilikan, Keputusan
Keuangan, dan Nilai Perusahaan,” menggunakan regresi bertahap dengan
metode regresi linier berganda dengan 2SLS (two-stage least square),
menghasilkan: 1) pada model keputusan pendanaan (DER), variabel MOW,
INS, INV, DPR, STR, SIZE dan RISK secara simultan berpengaruh terhadap
DER, sedangkan secara parsial MOW, INV, DPR dan STR berpengaruh
39
terhadap DER, 2) pada model keputusan investasi, secara simultan dan
parsial, variabel MOW, INS, DER, DPR, PRO dan GROWTH terhadap
investasi, 3) pada model DPR, secara simultan, variabel MOW, INS, DER,
INV, LIQ, RISK, dan PRO berpengaruh terhadap DPR, sedangkan secara
parsial, variabel yang berpengaruh terhadap DPR adalah MOW, DER, dan
RISK, dan 4) pada model nilai perusahaan (MVE), secara simultan, variabel
MOW, INS, DER, INV, dan DPR berpengaruh terhadap MVE, sedangkan
secara parsial, hanya variabel DER yang tidak berpengaruh terhadap MVE.
Matriadi (2007) mengenai “Pengaruh Financial Leverage dan Tingkat
Inflasi Terhadap Harga Saham,” menggunakan Regresi linier berganda
(multiple linier regression), menghasilkan: 1) financial leverage memiliki
pengaruh negatif terhadap harga saham, dengan besar pengaruhnya lebih
kecil dari tingkat inflasi, dan 2) tingkat inflasi mempunyai pengaruh yang
paling besar dan neatif terhadap harga saham.
F. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang disesuaikan
dengan konsep jalur, maka secara skematis dapat dibuat kerangka pemikiran
sebagai berikut.
40
Perusahaan Go Public
Perusahaan Manufaktur
Struktur Kepemilikan
Tahapan Daur Hidup
Kebijakan
Dividen
Harga
Saham
Financial Leverage
Suku Bunga SBI
Analisis Jalur
Koefisien
Determinasi
Uji F
Uji t
Hubungan langsung dan
tidak langsung
Interpretasi
Gambar 2.1
Kerangka berfikir
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian mengenai analisis faktor-faktor kebijakan
dividen dan implikasinya terhadap harga saham, maka dapat dilakukan
beberapa hipotesis sebagai berikut.
41
1. Analisa pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan,
financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen.
Perumusan hipotesisnya adalah:
a. Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur
kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan
suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen.
b. Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur kepemilikan,
tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI
terhadap kebijakan dividen.
2. Analisa pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan,
financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen terhadap harga
saham.
Perumusan hipotesisnya adalah:
a. Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur
kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, suku
bunga SBI, dan kebijakan dividen terhadap harga saham.
b. Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur kepemilikan,
tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI,
dan kebijakan dividen terhadap harga.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan analisa kausalitas mengenai beberapa faktor
yang
dianggap
dapat
mempengaruhi
kebijakan
deviden,
sekaligus
implikasinya terhadap harga saham, baik secara langsung ataupun secara
tidak langsung. Variabel endogen dalam penelitian ini adalah kebijakan
deviden dan harga saham. Sedangkan variabel eksogen terdiri dari struktur
kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku
bunga SBI
Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bank Indonesia
(BI), lokasi ini dipilih karena dianggap sebagai tempat yang tepat bagi
peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan berupa laporan keuangan
dan suku bunga SBI, serta buku-buku, jurnal, dan sumber-sember lain yang
berhubungan dengan penelitian ini.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang
terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan 2005-2009.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
43
dimana penentuan sampel tergantung dari kepentingan penelitian. Adapun
kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Perusahaan manufaktur yang membagikan deviden kas selama periode
tahun 2005 sampai tahun 2009,
2. Perusahaan manafaktur yang memiliki data laporan keuangan lengkap
selama periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau data
yang diperoleh secara tidak langsung, seperti dari laporan keuangan, data
saham, dan data deviden.
Data mengenai laporan keuangan perusahaan, deviden, dan harga saham
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, dan data yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia untuk suku bunga SBI. Data juga diperoleh melalui situs internet,
seperti www.jsx.co.id, www.idx.co.id, www.duniainvestasi.com, www.bi.go.id,
www.bei.co.id, juga situs-situs lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
Penulis juga melakukan penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, serta mendalami berbagai
literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
D. Metode Analisis
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisa jalur (path
analysis), dengan menggunakan program SPSS 17.0 dam Microsoft Excel
44
2007 dalam aplikasi penghitungannya. Tujuan dari analisis jalur adalah
menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel,
sebagai variabel independen terhadap variabel dependen.
Langkah pertama dalam anallisis jalur (Damanhuri, 2009: 43-48) adalah
dengan merancang paradigma penelitian berdasarkan fakta, konsep, dan teori.
Berdasarkan pada teknik yang dipilih maka dikembangkan model empiris
penelitian sebagai berikut.
Y1
= ρY1X1 + ρY1X2 + ρY1X3 + ρY1X4 + ε1
(1)
Y2
= ρY2X1 + ρY2X2 + ρY2X3 + ρY2X4 +ρY2Y1 + ε2
(2)
Keterangan:
ε
= residual
Y1
= dividend yield perusahaan i periode t
Y2
= closing price perusahaan i periode t
X1
= kepemilikan institusional pada perusahaan i periode t
X2
= nisbah laba ditahan terhadap total ekuitas pada perusahaan i periode t
X3
= Debt to Equity Ratio pada perusahaan I periode t
X4
= suku bunga SBI
Langkah kedua dalam analisis jalur adalah memeriksa asumsi-asumsi
yang melandasi analisis jalur. Asumsi yang melandasi analisis jalur (Hair,
Anderson, Tatham, dan Black, 1998 dalam Nasarudin, 2004: 505) adalah:
1. Hubungan antar variabel adalah berbentuk linier dan bersifat aditif.
2. Model yang dipertimbangkan adalah model rekursif.
3. Semua variabel minimal dalam skala ukuran interval.
45
4. Observed variables diukur tanpa ada kesalahan.
5. Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori dan
konsep-konsep relevan.
Langkah ketiga adalah pendugaan parameter atau perhitungan koefisien
jalur antar variabel. Perhitungan pengaruh yang ditunjukkan dengan anak
panah satu arah menggunakan perhitungan regresi variabel yang dibakukan
secara parsial pada masing-masing persamaan. Dari perhitungan ini diperoleh
koefisien jalur sebagai pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, serta
pengaruh secara keseluruhan.
Langkah keempat adalah pemeriksaan validasi odel. Valid tidaknya
model tergantung dari terpenuhi atau tidaknya asumsi yang melandasi, seperti
yang dilakukan dalam langkah kedua. Terdapat dua indikator valid tidaknya
model, yaitu koefisien determinasi secara total dan terpenuhinya teori
trimming (Agusty, 2002). Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh
model diukur dengan:
Rm2 = 1 - P ε12, P ε22, ... P εn2,
Interpretasi terhadap Rm2 dilakukan sama dengan interpretasi dalam
koefisien determinasi (R2) pada analisis regresi. Teori trimming dimaksudkan
untuk menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang
sudah dihitung. Jika demikian, perhitungan diulang kembali dengan cara
menghitung jalur yang menurut hasil pengujian ternyata tidak bermakna atau
tidak signifikan. Langkah pengujiannya adalah dengan terlebih dahulu
menyusun hipotesis statistik atau sering disebut hipotesis operasional.
46
Langkah kelima adalah dengan melakukan interpretasi atas hasil analisis
berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Yaitu berapa besarnya
pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel. Variabel mana saja
yang paling dominan, dalam arti yang memberikan pengaruh paling besar
atau pengaruh paling kuat terhadap variabel endogen yang dikonfirmasikan.
E. Dasar Pengambilan Keputusan
1. Koefisien Determinasi (Adjusdted R Square)
Koefisien Determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dengan
kata lain koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar
variabel independent menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah nol dan satu. Bila nilai koefisien determinasi sama
dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X
sama sekali. Sementara apabila R2 = 1, artinya variasi dari Y secara
keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila R2 = 1, maka
semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi.
2. Uji Signifikansi Parsial (t-test)
Uji statistik-t pada dasarnya menunjukkan seberapa besar pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel
dependen. Menurut Husaini dan Purnomo (2006: 149) uji t digunakan
untuk mencari perbedaan atau persamaan dua rata-rata, maka uji rata-rata
digunakan untuk mencari perbedaan atau persamaan beberapa rata-rata
47
(Damanhuri, 2009: 49). Untuk menghitung t hitung digunakan rumus sebagai
berikut:
bi
= koefisien variabel ke i
sb
= kesalahan standar
kesalahan standar error dari koefisien regresi dengan rumus
sb adalah kesalahan
matematis sebagai berikut:
se adalah standar error sampel yang dirumuskan sebagai berikut:
Dimana Σ e2 dirumuskan sebagai berikut:
∑ e 2 = ∑ Y 2 − a ∑ Y − b ∑ xY
Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan t-hitung dengan ttabel, dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
b. Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Sedangkan pengambilan keputusan
keputusan berdasarkan tingkat signifikan
adalah dengan ketentuan:
a. Jika probabilitas signifikan > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
48
b. Jika probabilitas signifikan < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
3. Uji Signifikansi Simultan (F-test)
Uji statistik F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model
regresi tersebut. Bila nilai F
hitung
lebih besar dari F
tabel
atau tingkat
signifikannya lebih kecil dari 5% (α
( = 5% = 0,05) maka hal ini
menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel eksogen terhadap
variabel endogen secara simultan. Untuk menghitung F
hitung
digunakan
rumus sebagai berikut.
F
= Nilai F hitung yang dihitung
R2
= Koefisien Determinasi
n
= Jumlah pengamatan/sampel
K-1
= Jumlah variabel eksogen
Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan F-hitung dengan F-
tabel, dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
b. Jika F-hitung < F-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Sedangkan pengambilan keputusan berdasarkan tingkat signifikan
adalah dengan ketentuan:
a. Jika probabilitas signifikan > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b. Jika probabilitas signifikan < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
49
F. Operasional Variabel
Variabel penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu: variabel
endogen, dan variabel eksogen. Variabel endogen pada penelitian ini adalah
kebijakan deviden (Y1) dan harga saham (Y2). Sedangkan variabel eksogen
terdiri dari stuktur kepemilikan (X1), tahapan daur hidup perusahaan (X2),
financial leverage (X3), dan suku bunga SBI (X4). Pengukuran untuk masingmasing variabel adalah sebagai berikut.
1. Kebijakan Deviden
Kebijakan deviden merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden atau
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di
masa datang (Sartono, 1998: 370).
Indikator kebijakan deviden dalam penelitian ini adalah dividend
yield. Menurut Coyle (2002: 17) dividend yield is simply a measure of
income yield on investment.
2. Harga Saham
Secara umum saham adalah “surat tanda kepemilikan perusahaan.”
Pengertian harga saham menurut Jogiyanto (2000: 8), adalah: “Harga
saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh
pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang
bersangkutan di pasar modal.”
50
Harga saham masing-masing perusahaan manufaktur yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu harga penutupan saham atau closing price.
3. Stuktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan merupakan proporsi kepemilikan saham oeh
manajerial,
public,
ataupun
institusional
(Haruman,
2008:
155).
Pengukuran struktur kepemilikan dalam penelitian ini diwakili dengan
kepemilikan institusi (institutional ownership).
Institusional
ownership
adalah
penyertaan
atau
kepemilikan
perusahaan yang dimiliki oleh institusi. Institusional ownership dihitung
dengan rumus:
4. Tahapan Daur Hidup Perusahaan
Teori daur hidup (life cycle theory) menyatakan bahwa pengembangan
strategi yang paling pas adalah dengan memperhatikan tahapan daur hidup
perusahaan. Aharony, Falk, dan Yehuda (2003) mengklasifikasikan
tahapan daur hidup menjadi tahapan starsups, growth, mature, dan decline.
Anthony dan Ramesh (1992) membagi tahapan daur hidup menjadi
growth, mature, dan stagnant. Perusahaan yang berada pada tahapan
pertumbuhan (growth) akan memiliki prospek ke depan yang lebih baik
menjadi pertimbangan pada penelitian Werner (2008: 6).
Penelitian ini menggunakan pendekatan earned contributed capital
mix dalam menjelaskan tahapan daur hidup, dengan variabel pengukuran
retained earning/total equity (RETE).
51
慜 5. Debt to Equity Ratio (DER)
Struktur hutang (financial leverage) perusahaan menggambarkan
earning yang diperoleh dan risiko yang dihadapi oleh investor (Matriadi,
2007: 231). Financial leverage dalam penelitian ini menggunakan indek
total hutang dibagi dengan total ekuitas (debt to equity ratio/DER). Secara
matematis diformulasikan sebagai berikut:
6. Suku Bunga BI
Menurut Brigham dan eugene (1993), suku bunga adalah harga yang
harus dibayar atas modal pinjaman dan deviden serta keuntungan modal
yang merupakan hasil dari modal ekuitas.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang
Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank
Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata
uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan
utang berjangka waktu pendek. (Oktavia, 2007: 25)
Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku
bunga SBI mulai tahun 2005 sampai dengan 2009.
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Bank Indonesia
Berikut ini adalah sekilas perjalanan sejarah Bank Indonesia (a brief
history of Bank Indonesia).
•
1828: De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda
sebagai bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang.
•
1953: Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian
Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai
bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang moneter, perbankan,
dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas
penting lain dalam hubungannya dengan Pemerintah dan melanjutkan
fungsi bank komersial yang dilakukan oleh DJB sebelumnya.
•
1968: Undang-Undang Bank Sentral mengatur kedudukan dan tugas
Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang
melakukan fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank
Indonesia
juga
bertugas
membantu
Pemerintah
sebagai
agen
pembangunan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta
memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
53
•
1999: Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan UU
No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
•
2004: Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan focus
pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan
wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan governance.
•
2008: Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (PerPPU) No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai
bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Amandemen
dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam
menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan
terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia.
2. Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu
didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah
kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan
pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada
54
tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang
dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia
dapat dilihat sebagai berikut:
•
14 Desember 1912: Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di
Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
•
1914 – 1918: Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.
•
1925 – 1942: Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan
Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.
•
Awal tahun 1939: Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
•
1942 – 1952: Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang
Dunia II.
•
1952: Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat
Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman
Wiradinata)
dan
Menteri
Djojohadikusumo).
Instrumen
keuangan
yang
(Prof.DR.
Sumitro
diperdagangkan:
Obligasi
Pemerintah RI (1950).
•
1956: Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin
tidak aktif. 1956 – 1977: Perdagangan di Bursa Efek vakum.
•
10 Agustus 1977: Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar
55
Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.
Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT
Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
•
1977 – 1987: Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen
perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
•
1987: Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87)
yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan
Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
•
1988 – 1990: Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat
meningkat.
•
2 Juni 1988: Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE),
sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
•
Desember 1988: Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go
public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar
modal.
•
16 Juni 1989: Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek
Surabaya.
56
•
13 Juli 1992: Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
•
22 Mei 1995: Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan
dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
•
10 November 1995: Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai
diberlakukan mulai Januari 1996.
•
1995: Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
•
2000: Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
•
2002: BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh
(remote trading).
•
2007: Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Perusahaan Manufaktur
Secara umum perusahaan merupakan suatu organisasi di mana sumber
daya (input), seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk
menghasilkan barang atau jasa (output). Tujuan dari kebanyakan
perusahaan adalah untuk memaksimumkan laba atau keuntungan.
Perusahaan manufaktur (manufacturing) merupakan satu dari tiga
macam perusahaan—selain perusahaan dagang (merchandising) dan
perusahaan jasa (service)—ditinjau dari jenis usaha dan cara mendapatkan
laba.
57
Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan
peralatan dan suatu medium proses untuk transformasi bahan mentah
menjadi barang jadi untuk dijual. Secara sederhana, manufaktur diartikan
sebagai proses fisik dalam produksi barang non jasa. Upaya ini melibatkan
semua proses antara yang dibutuhkan untuk produksi dan integrasi
komponen-komponen suatu produk.
Perusahaan Manufaktur adalah perusahaan yang menjalankan proses
pembuatan produk. sebuah perusahaan bisa dikatakan perusahaan
manufaktur apabila ada tahapan input-proses-output yang akhirnya
menghasilkan suatu produk. Industri ini sangat erat terkait dengan
rekayasa atau teknik. Industri manufaktur tersebut memiliki sub bagian
sebagai berikut:
a. Industri kimia dasar: Semen, keramik, porselen dan kaca, metal dan
sejenisnya, kimia, plastik dan kemasan, pakan ternak, kayu, kertas dan
alat tulis.
b. Aneka industri: Otomotif dan komponennya, garment dan tekstile, alas
kaki, kabel, elektronik dan lain-lain.
c. Industri Barang dan Konsumsi: Makanan dan minuman, pabrik rokok,
farmasi, kosmetik dan barang keperluan rumah tangga.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2005
sampai dengan 2009. Sejumlah perusahaan diambil berdasarkan metode
purposive sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria
58
tertentu.
Dari metode tersebut, akhirnya diambil 19 perusahaan yang
mewakili industri manufaktur yang terdapat di BEI.
Tabel 4.1
Data Sampel Perusahaan Manufaktur
Kode
Emiten
No.
1
ASII
Astra Internastional Tbk
2
AUTO Astra Otoparts Tbk
3
SQBI
Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk
4
CTBN Citra Tubindo Tbk
5
DLTA Delta Djakarta Tbk
6
GDYR Goodyear Indonesia Tbk
7
HMSP HM Sampoerna Tbk
8
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk
9
IGAR
Kageo Igar Jaya Tbk
10
KAEF Kimia Farma Tbk
11
LION
Lion Metal Works Tbk
12
LMSH Lionmesh Prima Tbk
13
MYOR Mayora Indah Tbk
14
MERK Merck Indonesia Tbk
15
MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk
16
SMSM Selamat Sempurna Tbk
17
SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk
18
TSPC
Tempo Scan Pacific Tbk
19
TRST
Trias Sentosa Tbk
20
UNVR Unilever Indonesia Tbk
Sumber: Data diolah, 2010.
Perusahaan-perusahaan tersebut menyediakan data berupa laporan
keuangan secara continue selama 5 tahun (2005-2009) sesuai dengan
kebutuhan analisis. Deskripsi statistik dalam penelitian ini meliputi
institutional ownership (IO), retained earning/total equity (RETE), debt to
equity ratio (DER), dan Suku Bunga SBI terhadap kebijakan dividen
(Dividend Yiel/DY) dan implikasinya pada harga saham (close price), yang
dilakukan dengan pengujian secara parsial maupun pengujian secara
simultan.
59
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan
Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0 untuk dapat mengolah data dan
memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti, yaitu terdiri dari
variabel endogen; kebijakan deviden dan harga saham. Sedangkan
variabel eksogen; struktur kepemilikan, tahapan daur hidup, DER, dan
Suku Bunga SBI. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:
a. Analisis deskriptif variabel struktur kepemilikan
Struktur kepemilikan merupakan proporsi kepemilikan saham oeh
manajerial, publik, ataupun institusional (Haruman, 2008: 155).
Pengukuran struktur kepemilikan dalam penelitian ini diwakili dengan
kepemilikan institusi (institutional ownership). Data Institutional
Ownership (IO) yang digunakan adalah kepemilikan institusi per tahun
pada perusahaan manufaktur periode 2005–2009. Data tersebut
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dalam
situs www.idx.co.id. Selama tahun penelitian tersebut diperoleh nilai
rata-rata IO tertinggi sebesar 73.17% (2009) dan terendah sebesar
69.26% (2006).
Secara umum, nilai rata-rata IO perusahaan manufaktur selalu
mengalami peningkatan, hanya pada tahun 2006 saja sedikit mengalami
penurunan sebesar 0.79% dari tahun sebelumnya, yaitu dari 70.05
menjadi 69.26. Hal ini menunjukkan kepemilikan institusi atas saham
60
perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang terus meningkat. Selain
itu, nilai rata-rata IO berkisar di 70% dari total saham, ini berarti
kepemilikan saham oleh institusi lebih besar dibandingkan kepemilikan
saham oleh manajemen dan masyarakat (public), sehingga akan
mendorong pengawasan yang lebih efektif karena institusi merupakan
profesional yang memiliki kemampuan dalam mengevaluasi kinerja
perusahaan. Secara tidak langsung, dengan kepemilikan institusi yang
tinggi akan meningkatkan pengawasan terhadap manajer yang
merupakan wakil dari pemegang saham dalam menjalankan aktivitas
operasional perusahaan.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, berikut ini adalah
grafik nilai rata-rata Institutional Ownership (IO) 20 perusahaan
manufaktur periode 2005-2009.
74.00
73.00
73.17
72.00
72.49
71.00
70.00
70.59
70.05
69.00
69.26
68.00
67.00
IO
2005
2006
2007
2008
2009
70.05
69.26
70.59
72.49
73.17
Sumber: Data diolah, 2010
Gambar 4.1
Rata-rata IO Perusahaan (dalam satuan persentase)
61
b. Analisis deskriptif variabel tahapan daur hidup perusahaan
Ide utama dalam strategi bisnis menurut Boston Consulting Group
adalah untuk menciptakan cost advantage dan demand advantage yang
melebihi pesaing, dimana keduanya diharapkan akan menciptakan
halangan untuk masuk bagi pendatang baru. Teori daur hidup
menyatakan bahwa pengembangan strategi yang paling pas adalah
dengan memperhatikan tahapan daur hidup perusahaan (Murhadi, 2008:
6). Penelitian ini menggunakan pendekatan earned contributed capital
mix dalam menjelaskan tahapan daur hidup perusahaan, dengan variabel
pengukuran retained earning/total equity (RETE).
Data RETE yang digunakan adalah rasio laba ditahan atas total
equitas per tahun pada perusahaan manufaktur periode 2005-2009, yang
bersumber dari laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan
dalam situs www.idx.co.id. Selama tahun penelitian tersebut diperoleh
nilai rata-rata RETE tertinggi sebesar 12.18% (2008) dan terendah
sebesar 2.77% (2009).
Sepanjang tahun 2005-2008, nilai rata-rata RETE mengalami
peningkatan. Ini menandakan bahwa perusahaan manufaktur berada
pada tahapan growth yang di antaranya ditandai dengan pertumbuhan
secara continue. Pada tahapan pertumbuhan ini, perusahaan akan
memiliki prospek ke depan yang lebih baik sehingga diharapkan akan
berpengaruh terhadap pergerakan harga saham. Namun, nilai rata-rata
RETE di tahun 2009 mengalami penurunan yang drastis menjadi 2.77%.
62
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, berikut ini adalah
grafik nilai rata-rata Retained Earning/Total Equity (RETE) 20
perusahaan manufaktur periode 2005-2009.
14.00
12.00
12.18
10.00
11.09
8.00
9.07
6.00
4.00
4.49
2.00
2.77
0.00
RETE
2005
2006
2007
2008
2009
4.49
9.07
11.09
12.18
2.77
Sumber: Data diolah, 2010.
Gambar 4.2
Rata-rata RETE Perusahaan (dalam satuan persentase)
c. Analisis deskriptif variabel financial leverage
Pembiayaan perusahaan melalui hutang (financial leverage)
bertujuan untuk meningkatkan return bagi pemegang saham, tetapi
financial leverage juga berpotensi terhadap besarnya risiko yang
dihadapi oleh investor jika beban tetap yang harus dibayar perusahaan
atas hutang-hutangnya lebih besar dari laba yang diperolehnya.
Pengaruh penggunaan hutang terhadap harga saham dikemukakan oleh
Lasher (1997) yaitu: “leverage influences stock price because it alters
the risk-return relationship in an equity investment.” Leverage
keuangan yang semakin besar mengakibatkan risiko keuangan semakin
tinggi (Matriadi, 2007: 232).
63
Penelitian ini mengukur financial leverage dengan menggunakan
indeks total hutang dibagi dengan equitas (DER) per tahun pada
perusahaan manufaktur periode 2005-2009, yang bersumber dari
laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dalam situs
www.idx.co.id. Selama tahun penelitian tersebut diperoleh nilai ratarata DER tertinggi sebesar 106.99% (2009) dan terendah sebesar
72.60% (2006).
Di tahun 2006, nilai rata-rata DER mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya, yaitu dari 79.30% (2005) menjadi 72.60%, namun
mengalami peningkatan lagi secara terus-menerus sepanjang 3 tahun
menjadi 75.82% (2007), 85.67% (2008), dan puncaknya di tahun 2009
meningkat signifikan menjadi 106.99%. Ini menunjukkan bahwa
perusahaan manufaktur selalu meningkatkan penggunaan hutang dalam
membiayai
aktivitas
operasional
perusahaannya.
Kenaikan
ini
diharapkan dapat meningkatkan return bagi pemegang saham, tetapi
kondisi ini juga berpotensi terhadap besarnya risiko bagi investor jika
tidak diikuti dengan peningkatan laba perusahaan. Konsekwensinya,
perusahaan akan berada pada posisi default dan financial distress yang
dapat mengarah pada kebangkrutan.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, berikut ini adalah
grafik nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) 20 perusahaan
manufaktur periode 2005-2009.
64
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
DER
2005
2006
2007
2008
2009
79.30
72.60
75.82
85.67
106.99
Sumber: Data diolah, 2010.
Gambar 4.3
Rata-rata DER Perusahaan (dalam satuan persentase)
d. Analisis deskriptif variabel suku bunga SBI
Menurut Wiguna dan Mendari (2008: 132), Suku Bunga Sertifikat
Bank Indonesia adalah suatu nilai (dalam bentuk presentase) yang
digunakan untuk menandakan sertifikat bank Indonesia yang diterbitkan
oleh bank sentral sebagai salah satu surat berharga, dimana nilai
tersebut merupakan balas jasa atas investasi dalam sertifikat bank
Indonesia tersebut.
Data tingkat suku bunga SBI dalam penelitian ini diperoleh dari
situs www.bi.go.id. Dalam 5 tahun terakhir diperoleh suku bunga SBI;
12.75% di tahun 2005, 9.75% di tahun 2006, 8.00% di tahun 2007,
10.83% di tahun 2008, dan 6.46% di tahun 2009. Jadi, suku bunga
tertinggi terjadi di tahun 2005 (12.75%) sedangkan terendah terjadi di
tahun 2009 (6.46%).
65
Selama tahun penelitian tersebut, suku bunga SBI terlihat bergerak
menurun dari tahun ke tahun, hanya pada tahun 2008 mengalami
peningkatan namun mengalami penurunan di tahun 2009. Hal ini (saat
suku bunga SBI mengalami penurunan atau rendah) akan mendorong
hasrat individu untuk menginvestasikan uang dalam saham meningkat
sedangkan investasi dalam tabungan atau deposito akan berkurang
sehingga permintaan terhadap saham akan meningkat yang mana hal ini
akan berakibat pada penurunan harga saham.
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, berikut ini adalah
grafik Suku Bunga SBI periode 2005-2009.
14.00%
12.00%
12.75%
10.00%
10.83%
9.75%
8.00%
8.00%
6.00%
6.46%
4.00%
2.00%
0.00%
SBI
2005
2006
2007
2008
2009
12.75%
9.75%
8.00%
10.83%
6.46%
Sumber: Data diolah, 2010.
Gambar 4.4
Suku Bunga SBI
e. Analisis deskriptif variabel kebijakan dividen
Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai
66
dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan (retained earnings)
guna pembiayaan investasi di masa dating. Menurut Murhadi (2008)
pengukuran kebijakan dividen dapat berupa dividend yield. Dividend
Yield (DY) diperoleh dengan membandingkan antara dividend per share
dan share price (Coyle, 2002: 17).
Nilai DY perusahaan manufaktur per tahun bersumber dari laporan
keuangan perusahaan yang dipublikasikan dalam situs www.idx.co.id.
Selama tahun penelitian (2005-2009) diperoleh nilai rata-rata DY
tertinggi sebesar 5.92% (2008) dan terendah sebesar 3.45% (2006). DY
dalam 5 tahun penelitian ini terlihat fluktuatif (berubah-ubah atau naikturun), hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dimana DY pada
tahun 2005 adalah 4.44%, 2006 turun menjadi 3.45%, pada tahun 2007
naik menjadi 3.62%, dan pada tahun tahun 2008 naik menjadi 5.92%
namun mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi 4.41%.
Pergerakan DY yang naik-turun ini akan berdampak pada fluktuasi
harga saham. Menurut Black (1976), saat pembayaran dividen oleh
perusahaan
meningkat
maka
pemegang
saham
akan
menginterpretasikan peningkatan ini sebagai signal bahwa pihak
manajemen memiliki prediksi arus kas yang tinggi, sebaliknya
penurunan pembayaran dividen diinterpretasikan sebagai antisipasi
manajer terhadap terbatasnya arus kas di masa yang akan datang.
Sehingga, penurunan ataupun peningkatan pembayaran dividen oleh
perusahaan akan memberikan signal positif ataupun negatif bagi
67
pemegang saham. Namun keadaan ini bisa berbalik, dalam atian bahwa
dividen memiliki pengaruh negatif terhadap perubahan harga saham
seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Litzenberger dan
Ramaswamy (1979), hal ini disebabkan karena pajak atas dividen lebih
tinggi dari pada pajak yang dikenakan atas capital gain. (Murhadi,
2008)
Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, berikut ini adalah
grafik nilai rata-rata Dividen Yield (DY) 20 perusahaan manufaktur
untuk periode 2005-2009.
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
DY
2005
2006
2007
2008
2009
4.44
3.45
3.62
5.92
4.41
Sumber: Data diolah, 2010.
Gambar 4.5
Rata-rata Dividend Yield (DY) Perusahaan (dalam satuan kali)
f. Analisis deskriptif variabel harga saham
Harga
saham masing-masing perusahaan
manufaktur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah harga penutupan saham per tahun
atau closing price (CP) untuk periode tahun 2005-2009 yang diperoleh
68
dari data perdagangan saham. Berikut ini adalah nilai rata-rata CP 20
perusahaan manufaktur untuk periode 2005-2009.
30000
25000
27623.30
20000
15000
13832.50
10000
14953.90
11858.45
11088.00
5000
0
CP
2005
2006
2007
2008
2009
11088.00
13832.50
14953.90
11858.45
27623.30
Sumber: Data diolah, 2010.
Gambar 4.6
Rata-rata Harga Saham (CP) Perusahaan (dalam rupiah penuh)
Pada grafik di atas, nilai rata-rata CP tertinggi sebesar Rp 27623.30
(2009) dan terendah sebesar Rp 11088.00 (2005).
Sepanjang tahun 2005-2007, nilai rata-rata CP perusahaan
manufaktur mengalami peningkatan yaitu Rp 11088.00 di tahun 2005,
naik menjadi Rp 13832.50 di tahun 2006, dan naik kembali di tahun
2007 menjadi Rp 14953.90. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan
atas saham perusahaan manufaktur selalu mengalami peningkatan yang
direspon dengan harga saham yang selalu meningkat tiap tahunnya, dan
kondisi ini juga akan memberikan sinyal atau tanda positif bagi para
investor perihal prospek berinvestasi pada saham tersebut.
Kenaikan ini berlangsung selama 3 tahun penelitian, dan pada
tahun ke-4 (2008) mengalami penurunan menjadi Rp 11858.45. Hal ini
69
tentunya akan memberikan respon yang buruk kepada investor. Namun
penurunan ini hanya berlaku 1 tahun saja karena di tahun 2009 nilai
rata-rata CP mengalami peningkatan hingga pada titik harga Rp
27623.30.
Kondisi ini—peningkatan nilai rata-rata CP selama 2005-2007,
penurunan di tahun 2008, dan kenaikan yang signifikan di tahun 2009),
secara tidak langsung, ada faktor-faktor yang mendukung perubahan
(naik-turun) nilai rata-rata CP baik faktor dari dalam perusahaan
(internal) maupun faktor dari luar perusahaan (eksternal). Menurut
Mendari (2008: 133) faktor-faktor fundamental dapat dikatakan sebagai
faktor internal perusahaan seperti tingkat penjualan dan laba usaha
perusahaan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi harga
saham menurut Husnan (2005) dapat berupa kondisi makro ekonomi,
stabilitas politik, kebijakan pemerintah dalam dunia industri dan usaha
atau faktor sejenis yang terjadi pada perusahaan merupakan variabel
yang bisa ikut memicu arah pergerakan kurs saham. Sebagai contoh
penurunan nilai rata-rata CP pada tahun 2008 lebih dipicu oleh keadaan
ekonomi tepatnya krisis keuangan global yang dimulai dari Amerika
dan meluas ke hampir seluruh belahan dunia termasuk Indonesia.
2. Analisis Jalur Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tahapan Daur Hidup
Perusahaan, Financial Leverage, dan Suku Bunga SBI terhadap
Kebijakan Dividen, serta Implikasinya terhadap Harga Saham
70
Analisis jalur ini dibagi menjadi dua substruktur. Substruktur yang
pertama (substruktur I) menganalisis pengaruh struktur kepemilikan,
tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI
sebagai variabel eksogen terhadap kebijakan dividen sebagai variabel
endogen. Substruktur yang kedua (substruktur II) menganalisis pengaruh
struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage,
suku bunga SBI, dan kebijakan dividen sebagai variabel eksogen terhadap
harga saham sebagai variabel endogen. Untuk lebih komunikatif berikut
diagram jalur dalam analisis ini.
Struktur Kepemilikan
Tahapan Daur Hidup
Kebijakan
Dividen
Harga
Saham
Financial Leverage
Suku Bunga SBI
Gambar 4.7
Diagram Jalur
a. Analisis Korelasi
Korelasi antar variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI dengan hasil
penghitungan SPSS 17.0 dapat dilihat pada tabel berikut.
71
Tabel 4.2
Korelasi antar Variabel Bebas
Correlations
IO
IO
RETE
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
N
-.078
Sig. (2-tailed)
.440
N
DER
SBI
-.130
-.035
.440
.197
.731
100
100
100
1
**
.029
.000
.771
100
Pearson Correlation
-.130
SBI
-.078
100
RETE Pearson Correlation
DER
-.741
100
100
100
**
1
-.070
-.741
Sig. (2-tailed)
.197
.000
N
100
100
100
100
-.035
.029
-.070
1
Sig. (2-tailed)
.731
.771
.489
N
100
100
100
Pearson Correlation
.489
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Data diolah, 2010.
Untuk menafsirkan angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut.
• 0 – 0,25
: Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
• > 0,25 – 0,5
: Korelasi cukup kuat
• > 0,5 – 0,75
: Korelasi kuat
• > 0,75 – 1
: Korelasi sangat kuat
Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis:
Ho : Tidak ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua variabel.
Ha : Ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua variabel.
1) Korelasi antara variabel struktur kepemilikan dan variabel tahapan daur
hidup perusahaan
Korelasi sebesar -0.078 menunjukkan hubungan antara variabel
struktur kepemilikan yang diwakili institutional ownership (IO) dan
72
variabel tahapan daur hidup perusahaan yang diwakili retained
earnings/total euity (RETE) cukup kuat dan berlawanan. Berlawanan
artinya apabila terjadi kenaikan nilai IO maka nilai RETE akan
mengalami penurunan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut
mempunyai probabilitas sebesar 0.440 > 0.05 telah cukup bukti untuk
menerima Ho dan menolak Ha sehingga korelasi tidak signifikan.
2) Korelasi antara struktur kepemilikan dan financial leverage
Korelasi sebesar -0.130 menunjukkan hubungan antara variabel
struktur kepemilikan yang diwakili institutional ownership (IO) dan
variabel financial leverage yang diwakili debt to equity ratio (DER)
sangat lemah dan berlawanan. Berlawanan artinya apabila terjadi
kenaikan nilai IO maka nilai DER akan mengalami penurunan, dan
sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas
sebesar 0.197 > 0.05 telah cukup bukti untuk menerima Ho dan
menolak Ha sehingga korelasi tidak signifikan.
3) Korelasi antara struktur kepemilikan dan suku bunga SBI
Korelasi sebesar -0.035 menunjukkan hubungan antara variabel
struktur kepemilikan yang diwakili institutional ownership (IO) dan
variabel suku bunga SBI sangat lemah dan berlawanan. Berlawanan
artinya apabila terjadi kenaikan nilai IO maka nilai SBI akan
mengalami penurunan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut
mempunyai probabilitas sebesar 0.731 > 0.05 telah cukup bukti untuk
menerima Ho dan menolak Ha sehingga korelasi tidak signifikan.
73
4) Korelasi antara tahapan daur hidup perusahaan dan financial leverage
Korelasi sebesar -0.741 menunjukkan hubungan antara variabel
tahapan daur hidup perusahaan yang diwakili retained earnings/total
euity (RETE) dan variabel financial leverage yang diwakili DER kuat
dan berlawanan. Berlawanan artinya apabila terjadi kenaikan nilai
RETE maka nilai DER akan mengalami penurunan, dan sebaliknya.
Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0.000 >
0.01 telah cukup bukti untuk menerima Ha dan menolak Ho sehingga
korelasi signifikan pada level 1%.
5) Korelasi antara tahapan daur hidup perusahaan dan suku bunga SBI
Korelasi sebesar 0.029 menunjukkan hubungan antara variabel
tahapan daur hidup perusahaan yang diwakili retained earnings/total
euity (RETE) dan variabel suku bunga SBI sangat lemah dan searah.
Searah artinya apabila terjadi kenaikan nilai RETE akan dikuti dengan
kenaikan nilai SBI, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut
mempunyai probabilitas sebesar 0.771 > 0.05 telah cukup bukti untuk
menerima Ho dan menolak Ha sehingga korelasi tidak signifikan.
6) Korelasi financial leverage dan suku bunga SBI
Korelasi sebesar -0.070 menunjukkan hubungan antara variabel
financial leverage yang diwakili DER dan variabel suku bunga SBI
sangat lemah dan berlawanan. Berlawanan artinya apabila terjadi
kenaikan nilai DER maka nilai SBI akan mengalami penurunan, dan
sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas
74
sebesar 0.489 > 0.05 telah cukup bukti untuk menerima Ho dan
menolak Ha sehingga korelasi tidak signifikan.
b. Analisis Regresi (Substruktur I)
Pada bagian ini analisis dibagi menjadi dua, pertama melihat
pengaruh secara sendiri-sendiri (parsial) dan kedua adalah melihat
pengaruh secara bersama-sama (simultan).
1) Melihat pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap
kebijakan dividen secara parsial.
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel struktur kepemiikan,
tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga
SBI terhadap kebijakan dividen secara parsial, digunakan uji t,
sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh, digunakan angka Beta
atau Standardized Coeffecient. Sedangkan untuk melihat kemaknaan
(signifikansi) pengaruh variabel-variabel independen terhadap
variable dependen yaitu dengan membuat hipotesis dan menentukan
kriteria uji hipotesis sebagaimana berikut.
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan variabel independen
terhadap variabel dependen.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan variabel independen terhadap
variabel dependen.
Kriteria uji hipotesisnya:
Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima,
75
Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, atau
Jika angka signifikansi < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima,
Jika angka signifikansi > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Berikut adalah hasil analisis regresi secara parsial dengan
menggunakan SPSS 17.0.
Tabel 4.3
Uji t Regresi
a
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
(Constant)
.016
.016
IO
.038
.012
RETE
-.073
DER
SBI
Beta
t
Sig.
1.013
.314
.263
3.048
.003
.014
-.647
-5.078
.000
-.008
.004
-.276
-2.151
.034
1.668
1.308
.106
1.275
.205
a. Dependent Variable: DY
Sumber: Data diolah, 2010.
a) Pengaruh variabel struktur kepemilikan terhadap kebijakan
dividen.
• Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 3.048
sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,95) = 1.99. Nilai thitung berada di
daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak karena nilai tersebut
lebih besar dari nilai ttabel (3.048 > 1.99). Hal ini juga tercermin
dalam angka signifikansi 0.003 yang lebih kecil dari 0.05.
• Dengan angka Beta atau Standardized Coeffecient sebesar
0.263 atau 26.3%, maka variable struktur kepemilikan yang
diwakili
dengan
kepemilikan
institusi
secara
parsial
76
menunjukkan pengaruh yang signifikan bertanda positif
terhadap kebijakan dividen. Ini mengandung makna bahwa
setiap kenaikan kepemilikan institusi akan diikuti dengan
kenaikan pembayaran dividen.
• Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Shleifer
dan Vishny (1986) dimana kepemilikan institusi akan dapat
membantu memecahkan masalah keagenan tipe I melalui
pengawasan terhadap manajemen (Murhadi, 2008: 7), namun
bertentangan dengan hasil penelitian empiris yang dilakukan
Dewi (2008) yang menunjukkan terdapatnya pengaruh variabel
kepemilikan institusi terhadap kebijakan dividen dengan arah
negatif.
b) Pengaruh variabel tahapan daur hidup perusahaan terhadap
kebijakan dividen.
• Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar -5.078
sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,95) = 1.99. Nilai thitung berada di
daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak karena nilai tersebut
lebih besar dari nilai ttabel, baik itu bertanda positif ataupun
negatif (-5.078 > 1.99). Hal ini juga tercermin dalam angka
signifikansi 0.000 yang lebih kecil dari 0.05.
• Dengan angka Beta atau Standardized Coeffecient sebesar 0.647atau -64,7%, maka variabel tahapan daur hidup
perusahaan yang diwakili retained earnings/total equity
77
(RETE) secara parsial menunjukkan pengaruh yang signifikan
bertanda negatif terhadap kebijakan dividen. Ini mengandung
makna bahwa kenaikan RETE akan mengakibatkan penurunan
pembayaran dividen.
• Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Magginson
(1997) yang menyatakan bahwa perusahaan yang berada dalam
industry yang mature cenderung untuk membayarkan lebih
banyak dividen daripada perusahaan yang masih muda dan
sedang mengalami pertumbuhan. Hasil ini juga konsisten
dengan penelitian Murhadi (2008) dan Djumahir (2009) bahwa
tahapan
daur
hidup
perusahaan
berpengaruh
terhadap
penentuan kebijakan dividen, dimana perusahaan dalam
tahapan pertumbuhan cenderung untuk tidak membagikan
dividen.
c) Pengaruh variabel financial leverage terhadap kebijakan dividen.
• Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar -2.151
sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,95) = 1.99. Nilai thitung berada di
daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak karena nilai tersebut
lebih besar dari nilai ttabel, baik itu bertanda positif ataupun
negatif (-2.151 > 1.99). Hal ini juga tercermin dalam angka
signifikansi 0.000 yang lebih kecil dari 0.05.
• Dengan angka Beta atau Standardized Coeffecient sebesar 0.276 atau -27.6%, maka variabel financial leverage yang
78
diwakili debt to equity ratio (DER) secara parsial menunjukkan
pengaruh yang signifikan bertanda negatif terhadap kebijakan
dividen. Ini mengandung makna bahwa kenaikan DER akan
mengakibatkan penurunan pembayaran dividen.
• Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sutrisno
(2001: 304) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan
kepada pemegang saham dimana semakin banyak hutang yang
harus dibayar, semakin besar dana yang harus disediakan
sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan
dibayarkan kepada pemegang saham.
d) Pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen.
• Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 1.275
sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,95) = 1.99. Nilai thitung berada di
daerah penerimaan Ho atau Ha ditolak karena nilai tersebut
lebih kecil dari nilai ttabel (1.275 < 1.99). Hal ini juga tercermin
dalam angka signifikansi 0.205 yang lebih besar dari 0.05.
• Maka angka Beta atau Standardized Coeffecient sebesar 0.106
atau 10.6% yang menunjukkan besarnya pengaruh dianggap
tidak signifikan, artinya variabel suku bunga SBI secara parsial
tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap
kebijakan dividen.
79
• Hal ini tidak sesuai dengan pandangan Marzuki (1990) bahwa
peningkatan tingkat suku bunga menyebabkan investor
menjual sahamnya untuk ditukar dengan obligasi sehingga
perusahaan kekurangan modal untuk pendanaan operasional,
pada akhirnya perusahaan akan mengakumulasikan dananya ke
dalam laba ditahan, yang berarti akan terjadi penurunan
pembayaran dividen.
2) Melihat pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap
kebijakan dividen secara simultan.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara simultan, dapat dilihat hasil perhitungan
dalam model summary berikut.
Tabel 4.4
Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Model Summary
Model
1
R
R Square
a
.595
Adjusted R
Square
.354
.327
Std. Error of the
Estimate
.02374911
a. Predictors: (Constant), SBI, RETE, IO, DER
Sumber: Data diolah, 2010.
Besarnya angka R square (r²) adalah 0.327. Angka tersebut dapat
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara simultan dengan cara menghitung koefisien
determinasi (KD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = r² x 100% = 0.327 x 100% = 32.7%
80
Angka tersebut mengartikan bahwa pengaruh variabel struktur
kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan
suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen sebesar 32.70%.
Sedangkan sisanya sebesar 67.30% (100% - 32.70%) dipengaruhi
oleh variabel-variabel lain di luar model ini.
Kemudian, untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi
tersebut diperlukan uji hipotesis. Berikut ini adalah hasil analisis
regresi secara simultan untuk melihat pengaruh variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.5
Uji F Regresi
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.029
4
Residual
.054
95
Total
.083
99
F
.007 13.013
Sig.
.000a
.001
a. Predictors: (Constant), SBI, RETE, IO, DER
b. Dependent Variable: DY
Sumber: Data diolah, 2010.
Hipotesisnya berbunyi sebagai berikut:
Ho : Tidak ada pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan
daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI
secara bersama-sama terhadap variabel kebijakan dividen.
Ha : Ada pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur
hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI
secara bersama-sama terhadap variabel kebijakan dividen.
81
Pengujian dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan
membandingkan besarnya angka Fhitung dengan Ftabel. Cara kedua
adalah
membandingkan
angka
taraf
signifikasi
(sig)
hasil
perhitungan dengan taraf signifikansi 0.05 (5%).
a) Membandingkan besarnya angka Fhitung dengan Ftabel
Berdasarkan perhitungan analysis of variance/ANOVA (lihat
tabel 4.3) diperoleh nilai Fhitung sebesar 13.013 sedangkan nilai
Ftabel (pada tingkat signifikansi 5% dengan df1 = 4, df2 = 95)
dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 adalah f(0.05,4,95) =
2.47.
Nilai Fhitung berada di daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak
karena nilai tersebut lebih besar dari nilai Ftabel (13.013 > 2.47).
Ini berarti bahwa struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI secara
simultan mempengaruhi kebijakan dividen.
b) Membandingkan nilai taraf signifikansi (sig.) penelitian dengan
taraf signifikansi sebesar 0.05.
Berdasarkan hasil penghitungan analysis of variance/
ANOVA, nilai taraf signifikansi penelitian sebesar 0.000 lebih
kecil dari taraf signifikansi 5% (0.000 < 0.05), maka nilai taraf
signifikansi penelitian berada di daerah penerimaan Ha atau Ho di
tolak. Ini berarti bahwa struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
82
perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI secara
simultan mempengaruhi kebijakan dividen.
c. Analisis Regresi (Substruktur II)
Pada bagian ini analisis dibagi menjadi dua, pertama melihat
pengaruh secara parsial dan kedua adalah melihat pengaruh secara
simultan.
1) Melihat pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan
dividen terhadap harga saham secara parsial.
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel struktur kepemiikan,
tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI,
dan kebijakan dividen terhadap harga saham secara parsial,
digunakan uji t, dan untuk melihat besarnya pengaruh, digunakan
angka Beta atau Standardized Coeffecient. Sedangkan untuk melihat
kemaknaan (signifikansi) pengaruh variabel-variabel independen
terhadap variable dependen yaitu dengan membuat hipotesis dan
menentukan kriteria uji hipotesis sebagaimana berikut.
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan variabel independen
terhadap variabel dependen.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan variabel independen terhadap
variabel dependen.
Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima,
Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, atau
83
Jika angka signifikansi < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima,
Jika angka signifikansi > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Berikut adalah hasil analisis regresi secara parsial dengan
menggunakan SPSS 17.0.
Tabel 4.6
Uji t Regresi
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model
1
B
(Constant)
IO
RETE
DER
SBI
DY
Std. Error
2627.576
14433.748
32066.594
11901.824
-25977.498
5304.767
Beta
t
Sig.
.182
.856
.235
2.694
.008
14815.919
-.243
-1.753
.083
3575.253
.188
1.484
.141
-2711543.009 1201542.769
-.182
-2.257
.026
.233
2.354
.021
219895.408
93422.068
a. Dependent Variable: CP
Sumber: Data diolah, 2010.
a) Pengaruh variabel struktur kepemilikan terhadap harga saham
• Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 2.694
sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,94) = 1.99. Nilai thitung berada di
daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak karena nilai tersebut
lebih besar dari nilai ttabel (2.694 > 1.99). Hal ini juga tercermin
dalam angka signifikasi 0.008 yang lebih kecil dari 0.05.
• Dengan angka Beta sebesar 0.235 atau 23.5%, maka variabel
struktur kepemilikan yang diwakili dengan kepemilikan
institusi secara parsial menunjukkan pengaruh yang signifikan
bertanda positif terhadap harga saham. Ini mengandung makna
84
bahwa setiap kenaikan kepemilikan institusi akan diikuti
dengan kenaikan harga saham.
• Hasil penelitian ini mendukung argumen konvergensi yang
dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) dimana
kepemilikan
intitusi
yang
tinggi
akan
meningkatkan
pengawasan terhadap manajer, pada akhirnya mengurangi
konflik keagenan antara manajer dan pemegang saham
sehingga meningkatkan nilai perusahaan. Namun bertentangan
dengan hasil penelitian Murhadi (2008) dimana kepemilikan
saham intitusi berpengaruh negatif terhadap harga saham.
b) Pengaruh variabel tahapan daur hidup perusahaan terhadap harga
saham
• Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar -1.753
sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,94) = 1.99. Nilai thitung berada di
daerah penerimaan H0 atau Ha ditolak karena nilai tersebut
lebih kecil dari nilai ttabel, (-1.753 < 1.99). Hal ini juga
tercermin dalam angka signifikasi 0.083 yang lebih besar dari
0.05.
• Maka besarnya pengaruh RETE terhadap harga saham sebesar
-0.243 atau -24.3% dianggap tidak signifikan. Artinya ada atau
tidaknya perubahan RETE tidak berdampak pada perubahan
harga saham.
85
• Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Murhadi (2008)
dan Djumahir (2009) yang menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan tahapan daur hidup perusahaan terhadap harga
saham, dimana perusahaan dalam tahapan pertumbuhan
cenderung untuk tidak membagikan dividen.
c) Pengaruh variabel financial leverage terhadap harga saham
• Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 1.484
sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,94) = 1.99. Nilai thitung berada di
daerah penerimaan Ho atau Ha ditolak karena nilai tersebut
lebih kecil dari nilai ttabel (1.484 < 1.99). Hal ini juga tercermin
dalam angka signifikasi 0.141 yang lebih besar dari 0.05.
• Maka besarnya pengaruh DER terhadap harga saham sebesar
0.188 atau 18.8% dianggap tidak signifikan. Artinya ada atau
tidaknya perubahan DER tidak berdampak pada perubahan
harga saham.
• Hasil penelitian ini relevan dengan teori yang dikemukakan
oleh
Lasher
pada
tahun
1997,
menurutnya
leverage
berpengaruh terhadap harga saham karena berkaitan dengan
tingkat risiko dan return atas investasi (Matriadi, 2007:236).
d) Pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap harga saham
• Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar -2.257
sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,94) = 1.99. Nilai thitung berada di
daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak karena nilai tersebut
86
lebih besar dari nilai ttabel (-2.257 > 1.99). Hal ini juga
tercermin dalam angka signifikasi 0.026 yang lebih kecil dari
0.05.
• Dengan angka Beta sebesar -0.182 atau -18.2%, maka variable
suku bunga SBI secara parsial menunjukkan pengaruh yang
signifikan bertanda negaif terhadap harga saham. Ini
mengandung makna bahwa setiap kenaikan suku bunga SBI
akan diikuti dengan penurunan harga saham, dan sebalikya.
• Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian
Wiguna dan Mendari (2008) yang menunjukkan tidak adanya
pengaruh tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham.
e) Pengaruh variabel kebijakan dividen terhadap harga saham
• Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 2.354
sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,94) = 1.99. Nilai thitung berada di
daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak karena nilai tersebut
lebih besar dari nilai ttabel (2.354 > 1.99). Hal ini juga tercermin
dalam angka signifikasi 0.021 yang lebih kecil dari 0.05.
• Dengan angka Beta sebesar 0.233 atau 23.3%, maka variable
kebijakan dividen secara parsial menunjukkan pengaruh yang
signifikan bertanda positif terhadap harga saham. Ini
mengandung makna bahwa setiap kenaikan dividen akan
diikuti dengan kenaikan harga saham, sebaliknya penurunan
dividen akan diikuti dengan penurunan harga saham.
87
• Hal ini relevan dengan pernyataan Bajaj dan Vijh pada tahun
1990 bahwa dampak perubahan dividen terhadap harga saham
adalah besar dan dampak dari dividend yield adalah kuat pada
perusahaan kecil. Temuan ini juga mendukung teori signaling,
dan hasil penelitian yang dilakukan Murhadi (2008) dimana
kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga saham.
2) Melihat pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan
dividen terhadap harga saham secara simultan.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara simultan, dapat dilihat hasil perhitungan
dalam model summary berikut.
Tabel 4.7
Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Model Summary
Model
1
R
.638a
R Square
.407
Adjusted R
Square
.376
Std. Error of the
Estimate
21625.124
a. Predictors: (Constant), DY, SBI, DER, IO, RETE
Sumber: Data diolah, 2010.
Besarnya angka R square (r²) adalah 0.376. Angka tersebut dapat
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara simultan dengan cara menghitung koefisien
determinasi (KD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = r² x 100% = 0.376 x 100% = 37.6%
88
Angka tersebut mengartikan bahwa pengaruh variabel struktur
kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage,
suku bunga SBI, dan kebijakan dividen terhadap harga saham
sebesar 37.60%. Sedangkan sisanya sebesar 62.40% (100% 37.60%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model ini.
Kemudian, untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi
tersebut diperlukan uji hipotesis. Berikut ini adalah hasil analisis
regresi secara simultan untuk melihat pengaruh variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.8
Uji F Regresi
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
3.018E10
5
Residual
4.396E10
94
Total
7.414E10
99
F
6.036E9 12.908
Sig.
.000a
4.676E8
a. Predictors: (Constant), DY, SBI, DER, IO, RETE
b. Dependent Variable: CP
Sumber: Data diolah, 2010.
Hipotesisnya berbunyi sebagai berikut:
Ho : Tidak ada pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan
dividen secara bersama-sama terhadap harga saham.
Ha : Ada pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, kebijakan
dividen secara bersama-sama terhadap harga saham.
89
Pengujian dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan
membandingkan besarnya angka Fhitung dengan Ftabel. Cara kedua
adalah
membandingkan
angka
taraf
signifikasi
(sig)
hasil
perhitungan dengan taraf signifikansi 0.05 (5%).
a) Membandingkan besarnya angka Fhitung dengan Ftabel
Berdasarkan perhitungan analysis of variance/ANOVA (lihat
tabel 4.7) diperoleh nilai Fhitung sebesar 12.908 sedangkan nilai
Ftabel (pada tingkat signifikansi 5% dengan df1 = 5, df2 = 94)
dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 adalah f(0.05,5,94) =
2.31.
Nilai Fhitung berada di daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak
karena nilai tersebut lebih besar dari nilai Ftabel (12.908 > 2.31).
Ini berarti bahwa struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan
dividen secara simultan mempengaruhi harga saham.
b) Membandingkan nilai taraf signifikansi (sig) penelitian dengan
taraf signifikansi sebesar 0.05.
Berdasarkan hasil penghitungan analysis of variance/ANOVA
(lihat tabel 4.7), nilai taraf signifikasi penelitian sebesar 0.000
lebih kecil dari taraf signifikasi 5% (0.000 < 0.05), maka nilai
taraf signifikansi penelitian berada di daerah penerimaan Ha atau
Ho di tolak. Ini berarti bahwa struktur kepemilikan, tahapan daur
90
hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan
kebijakan dividen secara simultan mempengaruhi harga saham.
Rangkuman seluruh pengujian pengaruh antar variabel eksogen dan
endogen dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dan Endogen
Pengaruh Variabel
Estimasi
Probabilitas
Kesimpulan
Endogen: Kebijakan Dividen (DY)
Struktur Kepemilikan (IO)
0.263
0.003
Signifikan
Tahapan Daur Hidup (RETE)
-0.647
0.000
Signifikan
Financial Leverage (DER)
-0.276
0.034
Signifikan
0.106
0.205
Tidak Signifikan
Suku Bunga SBI (SBI)
Endogen: Harga Saham (CP)
Struktur Kepemilikan (IO)
Tahapan Daur Hidup (RETE)
Financial Leverage (DER)
0.235
0.008
Signifikan
-0.243
0.083
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
0.188
0.141
Suku Bunga SBI (SBI)
-0.182
0.026
Signifikan
Kebijakan Dividen (DY)
0.233
0.021
Signifikan
Sumber: Data diolah, 2010.
Dari hasil penghitungan tersebut, seluruh koefisien pengaruh antar
variabel dapat digambarkan dalam diagram jalur sebagai berikut.
Struktur Kepemilikan
-0.130
Є1 0.673
Є2 0.624
-0.078
0.263
0.235
Tahapan Daur Hidup
-0.243
-0.647
-0.035
-0.741
-0.276
Kebijakan
Deviden
0.233
Harga
Saham
0.188
Financial Leverage
-0.182
0.029
0.106
-0.070
Suku Bunga SBI
(Sumber : data diolah)
Gambar 4.8
Diagram Jalur
91
Dalam model tersebut masih terdapat pengaruh antar variabel yang
tidak signifikan. Selanjutnya dilakukan analisis jalur model trimming.
Yaitu model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur bila
koefisien betanya (eksogen) tidak signifikan. Dalam hal ini peneliti
menghilangkan salah satu jalur (panah) yang memiliki koefisien betanya
tidak signifikan dan yang memiliki probabilitas terbesar.
Trimming pada model I, jalur suku bunga SBI (SBI) pada kebijakan
dividen (DY) dihilangkan karena memiliki probabilitas 0.205 > 0.05 (tidak
signifikan). Modifikasi pada model analisis jalur tersebut diperoleh indeks
kesesuaian model yang cukup baik. Begitu juga trimming pada model
analisis jalur II dengan menghilangkan jalur financial leverage (DER)
pada harga saham (CP)—karena memiliki koefisien yang tidak signifikan
dan probabilitas terbesar 0.141 > 0.05, maka diperoleh indeks kesesuaian
model yang cukup baik.
Dikarenakan terjadi trimming bagi jalur yang tidak signifikan, maka
dari itu penelitian selanjutnya bertujuan sebagai berikut.
1. Untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, dan financial leverage pada kebijakan dividen.
2. Untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, suku bunga SBI dan kebijakan dividen pada harga saham.
3. Analisis Jalur Setelah Trimming
Analisis jalur setelah trimming terdiri dua substruktur. Substruktur
pertama menganalisis pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
92
perusahaan, dan financial leverage sebagai variabel eksogen terhadap
kebijakan
dividen
sebagai
variabel
endogen.
Substruktur
kedua
menganalisis pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen sebagai variabel
eksogen terhadap harga saham sebagai variabel endogen. Untuk lebih
komunikatif berikut diagram jalur dalam analisis ini.
Struktur Kepemilikan
Tahapan Daur Hidup
Kebijakan
Dividen
Harga
Saham
Financial Leverage
Suku Bunga SBI
Gambar 4.9
Diagram Jalur
a. Analisis jalur pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, dan financial leverage terhadap kebijakan dividen.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara parsial dan simultan, dapat dilihat hasil
perhitungan SPSS 17.0 berikut.
Tabel 4.10
Uji t Regresi
a
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Std. Error
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
(Constant)
.030
.011
2.730
.008
IO
.037
.012
.257
2.973
.004
RETE
-.074
.014
-.654
-5.127
.000
DER
-.009
.004
-.290
-2.259
.026
a. Dependent Variable: DY
Sumber: Data diolah, 2010.
93
1) Pengaruh variabel struktur kepemilikan terhadap kebijakan dividen.
Hasil perhitungan menunjukkan angka signifikansi 0.004 < 0.05,
maka telah cukup data untuk menerima Ha dan menolak Ho.
Artinya, ada hubungan linier antara variabel struktur kepemilikan
dengan kebijakan dividen. Besarnya pengaruh variabel struktur
kepemilikan terhadap kebijakan dividen adalah 25.7%.
Struktur kepemilikan yang diwakili Institutional Ownership (IO)
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kebijakan
dividen (DY). Artinya, apabila terjadi kenaikan IO maka akan diikuti
dengan kenaikan DY, sebaliknya ketika terjadi penurunan IO maka
DY akan mengalami penurunan.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Shleifer dan
Vishny (1986) dimana kepemilikan institusi akan dapat membantu
memecahkan masalah keagenan tipe I melalui pengawasan terhadap
manajemen (Murhadi, 2008: 7), namun bertentangan dengan
penelitian Dewi (2008) yang menunjukkan pengaruh negatif variabel
kepemilikan institusi terhadap kebijakan dividen dengan arah
negatif, dan penelitian Djumahir (2009) yang menunjukkan tidak
adanya pengaruh kepemilikan institusi terhadap kebijakan dividen.
2) Pengaruh variabel tahapan daur hidup perusahaan terhadap kebijakan
dividen.
Hasil perhitungan menunjukkan angka signifikasi 0.000 < 0.05,
maka telah cukup data untuk menerima Ha dan menolak Ho.
94
Artinya, terdapat pengaruh variabel tahapan daur hidup perusahaan
terhadap variabel kebijakan dividen. Besarnya pengaruh variabel
tahapan daur hidup perusahaan terhadap kebijakan dividen adalah 65.4%.
Tahapan daur hidup perusahaan yang diwakili retained
earnings/total equity (RETE) memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap kebijakan dividen (DY). Artinya, apabila terjadi
kenaikan RETE maka DY akan mengalami penurunan, begitu juga
sebaliknya.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Magginson
(1997) yang menyatakan bahwa perusahaan yang berada dalam
industri yang growth cenderung untuk membayarkan lebih sedikit
dividen. Hasil ini juga konsisten dengan penelitian Murhadi (2008)
bahwa tahapan daur hidup perusahaan berpengaruh terhadap
penentuan kebijakan dividen, dimana perusahaan dalam tahapan
pertumbuhan cenderung untuk tidak membagikan dividen. Namun
bertentangan dengan penelitian Djumahir (2009) yang menunjukkan
pengaruh dengan arah positif.
3) Pengaruh variabel financial leverage terhadap kebijakan dividen.
Hasil perhitungan menunjukkan angka signifikasi 0.026 < 0.05,
maka telah cukup data untuk menerima Ha dan menolak Ho.
Artinya, ada hubungan linier antara variabel financial leverage
95
dengan kebijakan dividen. Besarnya pengaruh variabel financial
leverage terhadap kebijakan dividen adalah -29.0%.
Financial leverage (DER) memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap kebijakan dividen (DY). Artinya, apabila terjadi
kenaikan DER maka DY akan mengalami penurunan, begitu juga
sebaliknya. Hasil penelitian ini mendukung pandangan Sutrisno
(2001: 304) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang
saham dimana semakin banyak hutang yang harus dibayar, semakin
besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah
dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham.
Tabel 4.11
Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Model Summary
Model
1
R
R Square
a
.586
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.343
.322
.02382634
a. Predictors: (Constant), DER, IO, RETE
Sumber: Data diolah, 2010.
Besarnya pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, dan financial leverage terhadap kebijakan dividen adalah
32.2%, sedangkan sisanya sebesar 67.8% (100% - 32.2%) dipengaruhi
oleh faktor lain.
96
Tabel 4.12
Uji F Regresi
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.028
3
Residual
.054
96
Total
.083
99
F
Sig.
.009 16.700
a
.000
.001
a. Predictors: (Constant), DER, IO, RETE
b. Dependent Variable: DY
Sumber: Data diolah, 2010.
Dengan nilai Fhitung > Ftabel (16.700 > 2.47) dan angka signifikansi
0.000 < 0.05 menunjukkan bahwa variabel independen secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
b. Analisis jalur pengaruh struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, suku bunga SBI dan kebijakan dividen terhadap
harga saham
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara parsial dan simultan, dapat dilihat hasil
perhitungan SPSS 17.0 berikut.
Tabel 4.13
Uji t Regresi
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model
1
B
Std. Error
Beta
t
Sig.
(Constant)
12962.221
12721.628
1.019
.311
IO
28530.541
11734.288
.209
2.431
.017
-42639.854
9725.303
-.398
-4.384
.000
-2807089.755 1207379.346
-.188
-2.325
.022
.201
2.070
.041
RETE
SBI
DY
190019.074
91801.357
a. Dependent Variable: CP
Sumber: Data diolah, 2010.
97
1) Pengaruh variabel struktur kepemilikan terhadap harga saham
Hasil perhitungan menunjukkan angka signifikansi 0.017 < 0.05,
maka telah cukup data untuk menerima Ha dan menolak Ho.
Artinya, ada hubungan linier antara variabel struktur kepemilikan
dengan
harga
saham.
Besarnya
pengaruh
variabel
struktur
kepemilikan terhadap harga saham adalah 20.1%.
Struktur kepemilikan (IO) memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap harga saham (CP). Hal ini berarti bahwa
kepemilikan institusi (IO) yang tinggi akan berdampak pada
kenaikan harga saham (CP). Temuan ini juga mendukung argumen
konvergensi dari Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan
bahwa kepemilikan institusi yang tinggi akan berdampak pada
peningkatan kemampuan pengawasan sehingga akan mengurangi
masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham. Secara tidak
langsung hasil penelitian
ini kurang mendukung argument
entrenchment yang dikemukakan oleh Morck, Shleifer, dan Vishny
(1988), serta hasil penelitian Murhadi (2008) yang menyatakan
bahwa kepemilikan institusi (IO) memiliki pengaruh negatif terhadap
harga saham.
2) Pengaruh variabel tahapan daur hidup perusahaan terhadap harga
saham
Hasil perhitungan menunjukkan angka signifikansi 0.000 < 0.05,
maka telah cukup data untuk menerima Ha dan menolak Ho.
98
Artinya, ada pengaruh yang signifikan variabel tahapan daur hidup
perusahaan dengan harga saham. Besarnya pengaruh variabel
tahapan daur hidup perusahaan terhadap harga saham adalah -39.8%.
Tahapan daur hidup perusahaan (RETE) memiliki pengaruh
yang negatif dan signifikan terhadap harga saham (CP). Artinya,
perusahaan dengan RETE yang tinggi akan berdampak pada
penurunan harga saham (CP). Temuan ini mendukung penelitian
Murhadi (2008) dimana tahapan daur hidup perusahaan berpengaruh
terhadap harga saham, dimana perusahaan dengan RETE tinggi akan
memiliki pergerakan harga saham yang rendah, dan bertentangan
dengan penelitian Djumahir (2009) yang menunjukkan pengaruh
secara positif variabel tahapan daur hidup perusahaan terhadap
kebijakan dividen.
3) Pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap harga saham
Hasil perhitungan menunjukkan angka signifikansi 0.022 < 0.05,
maka telah cukup data untuk menerima Ha dan menolak Ho.
Artinya, ada pengaruh yang signifikan variabel suku bunga SBI
terhadap harga saham. Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI
terhadap harga saham adalah -18.8%.
Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap harga saham (CP). Artinya, tingkat suku bunga SBI yang
tinggi akan berdampak pada penurunan harga saham, begitu juga
sebaliknnya. Temuan ini mendukung teori yang dikemukakan oleh
99
Martin J. Pring (1988) tentang terdapatnya pengaruh suku bunga
terhadap tingkat saham, dan konsisten dengan pandangan yang
menyatakan bahwa tingkat bunga memiliki pengaruh terhadap harga
saham, seperti Fischer dan Jordan (1995) dalam Wiguna (2008),
Bolten dan Weigand (1998) dalam Wiguna (2008), Vinocur (1998)
dalam Wiguna (2008). Pada sisi lain, temuan ini kurang mendukung
penelitian Wiguna (2008) atas perusahaan LQ-45 yang menunjukkan
bahwa tidak adanya pengaruh tingkat suku bunga SBI terhadap harga
saham.
4) Pengaruh variabel kebijakan dividen terhadap harga saham
Hasil perhitungan menunjukkan angka signifikansi 0.041 < 0.05,
maka telah cukup data untuk menerima Ha dan menolak Ho.
Artinya, ada hubungan linier kebijakan dividen dengan harga saham.
Besarnya pengaruh variabel kebijakan dividen terhadap harga saham
adalah 20.1%.
Kebijakan dividen memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap harga saham (CP). Artinya, pembayaran dividen
yang tinggi cenderung meningkatkan harga saham, begitu juga
sebaliknnya.
Didasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 2.354
sedangkan nilai ttabel adalah t(0.05,94) = 1.99. Nilai thitung berada di
daerah penerimaan Ha atau Ho ditolak karena nilai tersebut lebih
besar dari nilai ttabel (2.354 > 1.99). Hal ini juga tercermin dalam
100
angka signifikasi 0.021 yang lebih kecil dari 0.05. Hal ini relevan
dengan pernyataan Bajaj dan Vijh pada tahun 1990 bahwa dampak
perubahan dividen terhadap harga saham adalah besar dan dampak
dari dividend yield adalah kuat pada perusahaan kecil. Temuan
penelitian ini juga menunjukkan dukungan pada teori signaling,
seperti halnya hasil penelitian yang dilakukan Murhadi (2008)
dimana kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga saham.
Tabel 4.14
Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Model Summary
Model
R
a
1
Adjusted R
Square
R Square
.627
.393
Std. Error of the
Estimate
.368
21761.445
a. Predictors: (Constant), DY, SBI, IO, RETE
Sumber: output SPSS 17.0
Besarnya pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen terhadap harga saham
adalah 36.8%, sedangkan sisanya sebesar 63.2% (100% - 36.8%)
dipengaruhi oleh faktor lain.
Tabel 4.15
Uji F Regresi
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
2.915E10
4
Residual
4.499E10
95
Total
7.414E10
99
F
7.288E9 15.390
Sig.
.000a
4.736E8
a. Predictors: (Constant), DY, SBI, IO, RETE
b. Dependent Variable: CP
Sumber: output SPSS 17.0
101
Dengan nilai Fhitung > Ftabel (15.390 > 2.31) dan angka signifikansi
0.000 < 0.05 menunjukkan bahwa variabel independen secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Rangkuman seluruh pengujian pengaruh antar variabel eksogen dan
endogen dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.16
Hasil Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dan
Endogensetelah Trimming
Pengaruh Variabel
Estimasi
Probabilitas
Kesimpulan
Endogen: Kebijakan Dividen (DY)
Struktur Kepemilikan (IO)
0.257
0.004
Signifikan
Tahapan Daur Hidup (RETE)
-0.654
0.000
Signifikan
Financial Leverage (DER)
-0.290
0.026
Signifikan
0.209
0.017
Signifikan
Tahapan Daur Hidup (RETE)
-0.398
0.000
Signifikan
Suku Bunga SBI (SBI)
-0.188
0.022
Signifikan
Kebijakan Dividen (DY)
0.201
0.041
Signifikan
Endogen: Harga Saham (CP)
Struktur Kepemilikan (IO)
Sumber: Data diolah, 2010.
Dari hasil penghitungan tersebut, seluruh koefisien pengaruh antar
variabel dapat digambarkan dalam diagram jalur seperti terlihat pada
gambar 4.9 berikut.
Struktur Kepemilikan
-0.130
-0.078
Є1 0.678
Є2 0.632
0.257
0.209
Tahapan Daur Hidup
-0.398
-0.654
-0.035
-0.741
-0.290
Kebijakan
Deviden
0.201
Harga
Saham
Financial Leverage
0.188
0.029
-0.070
Suku Bunga SBI
(Sumber : data diolah)
Gambar 4.10
Diagram Jalur setelah Trimming
102
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disusun persamaan path
analysis setelah trimming sebagai berikut.
1. Persamaan Substruktur I
DY = 0.257 IO – 0.654 RETE – 0.290 DER + 0.678 ߝଵ ; R square =
0.322
2. Persamaan Substruktur II
CP = 0.209 IO – 0.398 RETE – 0.188 SBI + 0.201 DY + 0.632 ߝଶ ; R
square = 0.368
c. Penghitungan Pengaruh
Untuk menghitung pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung,
dan pengaruh total, digunakan formula berikut.
1) Pengaruh langsung (direct effect)
b) Pengaruh struktur kepemilikan (IO) terhadap kebijakan dividen
(DY)
X1 → Y1 = 0.257
c) Pengaruh tahapan daur hidup perusahaan (RETE) terhadap
kebijakan dividen (DY)
X2 → Y1 = -0.654
d) Pengaruh financial leverage (DER) terhadap kebijakan dividen
(DY)
X3 → Y1 = -0.290
e) Pengaruh struktur kepemilikan (IO) terhadap harga saham (CP)
X1 → Y2 = 0.209
103
f) Pengaruh tahapan daur hidup perusahaan (RETE) terhadap harga
saham (CP)
X2 → Y2 = -0.398
g) Pengaruh suku bunga SBI terhadap harga saham (CP)
X4 → Y2 = -0.188
h) Pengaruh kebijakan dividen (DY) terhadap harga saham (CP)
Y1 → Y2 = 0.201
2) Pengaruh tidak langsung (indirect effect)
a) Pengaruh struktur kepemilikan (IO) terhadap harga saham (CP)
melalui kebijakan dividen (DY)
X1 → Y1 → Y2 = 0.257 x 0.201 = 0.052
b) Pengaruh tahapan daur hidup perusahaan (RETE) terhadap harga
saham (CP) melalui kebijakan dividen (DY)
X2 → Y1 → Y2 = -0.654 x 0.201 = -0.131
c) Pengaruh financial leverage (DER) terhadap harga saham (CP)
melalui kebijakan dividen (DY)
X3 → Y1 → Y2 = -0.290 x 0.201 = -0.058
3) Pengaruh total (total effect)
a) Pengaruh struktur kepemilikan (IO) terhadap kebijakan dividen
(DY); X1 → Y1 = 0.257
b) Pengaruh tahapan daur hidup perusahaan (RETE) terhadap
kebijakan dividen (DY); X2 → Y1 = -0.654
104
c) Pengaruh financial leverage (DER) terhadap kebijakan dividen
(DY); X3 → Y1 = -0.290
d) Pengaruh variabel struktur kepemilikan (IO) terhadap harga
saham (CP); X1 → Y1 → Y2 = 0.209 + 0.052 = 0.261
e) Pengaruh variabel tahapan daur hidup perusahaan (RETE)
terhadap harga saham (CP); X2 → Y1 → Y2 = -0.398 x -0.131 = 0.529
f) Pengaruh variabel financial leverage (DER) terhadap harga
saham (CP); X3 → Y1 → Y2 = -0.188 + -0.058 = -0.246
g) Pengaruh variabel kebijakan dividen (DY) terhadap harga saham
(CP); Y1 → Y2 = 0.201
Tabel 4.17
Koefisien Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan Total tentang
Struktur Kepemilikan (IO), Tahapan Daur Hidup Perusahaan
(RETE), Financial Leverage (DER), Suku Bunga SBI, Kebijakan
Dividen (DY), dan Harga Saham (CP)
Pengaruh Variabel
IO
RETE
DER
SBI
IO
RETE
→
DY
→
DY
→
DY
→
DY
→
CP
→
CP
DER
→
CP
SBI
→
CP
DY
→
CP
Sumber: Data diolah, 2010.
Pengaruh
Langsung
0.257
-0.654
-0.290
0.209
-0.398
-0.188
0.201
Pengaruh
Tidak
Langsung
0.052
-0.131
-0.058
-
Pengaruh
Total
0.257
-0.654
-0.290
0.261
-0.529
-0.058
-0.188
0.201
105
C. Interpretasi Hasil
1. Persamaan Substruktur I
DY = 0.257 IO – 0.654 RETE – 0.290 DER + 0.678 ࢿ૚ ; R square =
0.322
Hasil
pengujian
secara
simultan,
diketahui variabel
struktur
kepemilikan (IO), tahapan daur hidup perusahaan (RETE), dan financial
leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (DY) pada
perusahaan manufaktur.
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel struktur kepemilikan
(IO) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kebijakan
dividen (DY) pada perusahaan manufaktur. Artinya, apabila terjadi
kenaikan IO maka akan diikuti dengan kenaikan DY, sebaliknya ketika
terjadi penurunan IO maka DY akan mengalami penurunan. Institusi
merupakan profesional yang memiliki kemampuan dalam mengevaluasi
kinerja perusahaan, kepemilikan institusi yang tinggi akan mendorong
pengawasan terhadap manajemen yang lebih efektif , kondisi ini tentunya
dapat memecahkan masalah keagenan antara pihak manajemen dan
pemegang saham. Hal ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh
Shleifer dan Vishny (1986) dimana kepemilikan institusi akan dapat
membantu memecahkan masalah keagenan tipe I melalui pengawasan
terhadap manajemen (Murhadi, 2008: 7), namun bertentangan dengan
penelitian Dewi (2008) yang menunjukkan pengaruh variabel kepemilikan
institusi yang negatif terhadap kebijakan dividen, dan penelitian Djumahir
106
(2009) yang menunjukkan tidak adanya pengaruh kepemilikan institusi
terhadap kebijakan dividen.
Sedangkan variabel tahapan daur hidup perusahaan memiliki
pengaruh yang negatif dan signifikan secara parsial terhadap kebijakan
dividen (DY), dimana kenaikan RETE menyebabkan penurunan pada DY,
dan sebaliknya penurunan RETE menyebabkan kenaikan pada DY.
Artinya, tahapan daur hidup perusahaan berpengaruh terhadap penentuan
kebijakan dividen, dimana perusahaan manufaktur yang berada dalam
tahapan pertumbuhan cenderung untuk tidak membagikan dividen. Hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Magginson (1997) yang
menyatakan bahwa perusahaan yang berada dalam industri yang growth
cenderung untuk membayarkan lebih sedikit dividen. Hasil penelitian ini
juga mendukung penelitian Murhadi (2008), namun tidak konsisten
dengan penelitian Djumahir (2009) yang menunjukkan pengaruh dengan
arah positif.
Variabel financial leverage (DER) juga memiliki pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen (DY), dimana apabila
terjadi kenaikan DER maka DY akan mengalami penurunan, begitu juga
sebaliknya. Artinya semakin banyak hutang yang harus dibayar, semakin
besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah
dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham. Hasil penelitian ini
mendukung pandangan Sutrisno (2001: 304) tentang kebutuhan untuk
107
melunasi hutang sebagai faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham.
2. Persamaan Substruktur II
CP = 0.209 IO – 0.398 RETE – 0.188 SBI + 0.201 DY + 0.632 ࢿ૛ ; R
square = 0.368
Hasil
pengujian
secara
simultan,
diketahui variabel
struktur
kepemilikan (IO), tahapan daur hidup perusahaan (RETE), dan suku bunga
SBI berpengaruh signifikan terhadap harga saham (CP) pada perusahaan
manufaktur.
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel struktur kepemilikan
(IO) dan variabel kebijakan dividen memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel tahapan daur hidup
perusahaan (RETE) dan variabel suku bunga SBI memiliki pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur.
Struktur kepemilikan (IO) memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap harga saham (CP). Hal ini berarti bahwa kepemilikan
institusi (IO) yang tinggi akan berdampak pada kenaikan harga saham
(CP). Temuan ini juga mendukung argumen konvergensi dari Jensen dan
Meckling (1976) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusi yang
tinggi akan berdampak pada peningkatan kemampuan pengawasan
sehingga akan mengurangi masalah keagenan antara manajer dan
pemegang saham. Secara tidak langsung hasil penelitian
ini kurang
mendukung argument entrenchment yang dikemukakan oleh Morck,
108
Shleifer, dan Vishny (1988), serta hasil penelitian Murhadi (2008) yang
menyatakan bahwa kepemilikan institusi (IO) memiliki pengaruh negatif
terhadap harga saham.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya pengaruh variabel
kebijakan dividen (DY) yang positif dan signifikan terhadap harga saham,
dimana kenaikan DY akan diikuti dengan kenaikan harga saham, begitu
juga sebaliknya penurunan DY akan diikuti dengan penurunan harga
saham. Hal ini relevan dengan pernyataan Bajaj dan Vijh pada tahun 1990
bahwa dampak perubahan dividen terhadap harga saham adalah besar dan
dampak dari dividend yield adalah kuat pada perusahaan kecil. Temuan
penelitian ini juga menunjukkan dukungan pada teori signaling, seperti
halnya hasil penelitian yang dilakukan Murhadi (2008) dimana kebijakan
dividen berpengaruh positif terhadap harga saham. Berdasarkan pada
penelitian ini, kebijakan dividen memiliki kandugan informasi yang
berguna bagi investor. Hal ini berdampak pada perusahaan yang
membagikan dividen, memberikan tanda pada pasar bahwa perusahaan
tersebut memiliki kemampulabaan yang tinggi dan prospek ke depan yang
cerah, yang mampu mempertahankan tingkat kebijakan pembayaran
dividennya. Perusahaan dengan prospek ke depan yang cerah akan
memiliki harga saham yang semakin tinggi.
Sedangkan variabel tahapan daur hidup perusahaan (RETE) memiliki
pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap harga saham (CP). Artinya,
perusahaan dengan RETE yang tinggi akan berdampak pada penurunan
109
harga saham (CP). Perusahaan yang berada pada tahapan matang (mature)
cenderung memiliki kesempatan berkembang yang terbatas sehingga
pergerakan sahamnya relatif stabil. Temuan ini mendukung penelitian
Murhadi (2008) dimana tahapan daur hidup perusahaan berpengaruh
terhadap harga saham, dimana perusahaan dengan RETE tinggi akan
memiliki pergerakan harga saham yang rendah, namun bertentangan
dengan penelitian Djumahir (2009) yang menunjukkan pengaruh secara
positif variabel tahapan daur hidup perusahaan terhadap kebijakan dividen.
Hasil penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh variabel suku
bunga SBI yang negatif dan signifikan terhadap harga saham pada
perusahaan manufaktur. Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif
dan signifikan terhadap harga saham (CP). Artinya, tingkat suku bunga
SBI yang tinggi akan berdampak pada penurunan harga saham, begitu juga
sebaliknnya. Temuan ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Martin
J. Pring (1988) tentang terdapatnya pengaruh suku bunga terhadap tingkat
saham, dan konsisten dengan pandangan yang menyatakan bahwa tingkat
bunga memiliki pengaruh terhadap harga saham, seperti Fischer dan
Jordan (1995) dalam Wiguna (2008), Bolten dan Weigand (1998) dalam
Wiguna (2008), Vinocur (1998) dalam Wiguna (2008). Financial leverage
perusahaan menggambarkan earning yang diperoleh oleh investor, namun
hutang yang tinggi dapat menimbulkan risiko yang besar apabila
perusahaan tidak dapat melunasinya. Pada saat tingkat suku bunga bank
tinggi, perusahaan yang memiliki hutang yang besar cenderung dihindari
110
oleh investor, akibatnya permintaan terhadap saham rendah dan akhirnya
berpengaruh terhadap penurunan harga saham. Pada sisi lain, temuan ini
kurang mendukung penelitian Wiguna (2008) atas perusahaan LQ-45 yang
menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh tingkat suku bunga SBI
terhadap harga saham.
3. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Struktur kepemilikan (IO) berpengaruh langsung terhadap harga
saham sebesar 0.209 dan berpengaruh tidak langsung sebesar = 0.257 x
0.201 = 0.052. Pengaruh total dari struktur kepemilikan terhadap harga
saham adalah 0.209 + 0.052 = 0.261. Hal ini berarti bahwa kepemilikan
institusi yang tinggi akan berdampak pada kenaikan harga saham. Temuan
ini mendukung argumen konvergensi dari Jensen dan Meckling (1976)
yang menyatakan bahwa kepemilikan institusi yang tinggi akan berdampak
pada kemampuan pengawasan sehingga akan mengurangi masalah
keagenan antara manajer dan pemegang saham. Sebaliknya temuan ini
tidak mendukung argumen entrenchment yang dikemukakan oleh Morck
(1988) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusi yang tinggi akan
berdampak pada voting power yang dapat merugikan kepentingan
pemegang saham minoritas sehingga berdampak pada penurunan harga
saham.
Tahapan daur hidup perusahaan (RETE) berpengaruh langsung
terhadap harga saham sebesar -0.398, dan berpengaruh tidak langsung
sebesar = -0.654 x 0.201 = -0.131. Pengaruh total dari tahapan daur hidup
111
perusahaan terhadap harga saham adalah -0.529. Hal ini sesuai dengan
penelitian Murhadi (2008) dimana semakin tinggi RETE (perusahaan
berada pada tahap daur hidup matang) maka akan berdampak pada
penurunan
harga
saham.
Sedangkan
perusahaan
pada
tahapan
pertumbuhan justru menunjukkan peningkatan harga saham.
Pengaruh langsung dari Financial leverage (DER) terhadap harga
saham tidak terbukti signifikan. Hal ini berarti kondisi struktur hutang
(financial leverage) yang dimiliki perusahaan tidak berdampak langsung
pada harga saham. Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Matriadi
(2007) yang menunjukkan bahwa financial leverage berpengaruh negatif
terhadap harga saham karena semakin tinggi financial leverage
mengindikasikan
tingginya
risiko
keuangan
perusahaan
yang
mengakibatkan perusahaan berada pada posisi default dan financial
distress. Keadaan ini menjadikan investor menghindar berinvestasi pada
saham tersebut, akibatnya harga saham akan berubah kearah yang negative
atau turun. Namun dalam penelitian ini diperole hasil bahwa financial
leverage memiliki pengaruh tidak langsung terhadap harga saham melalui
kebijakan dividen sebesar = -0.290 x 0.201 = -0.058. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa financial leverage yang besar akan berpengaruh pada
penurunan dividen yang dibagikan sehingga berdampak pada penurunan
harga saham. Temuan ini sesuai dengan pandangan Murhadi (2008: 12)
yang menyatakan bahwa dalam kondisi pasar modal di Indonesia terdapat
kecenderungan investor publik lebih menyukai dividen, sehingga kenaikan
112
(penurunan) dividen akan direspon publik berupa kenaikan (penurunan)
harga saham perusahaan tersebut.
Suku bunga SBI memiliki pengaruh langsung terhadap harga saham
sebesar -0.188. Hal ini berarti bahwa pada saat suku bunga SBI tinggi,
perusahaan yang memiliki hutang yang besar cenderung dihindari oleh
investor sehingga permintaan terhadap saham rendah dan berpengaruh
terhadap penurunan harga saham. Temuan ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh J. Pring (1988) tentang terdapatnya pengaruh suku
bunga terhadap tingkat saham, dan konsisten dengan pandangan yang
menyatakan bahwa tingkat bunga memiliki pengaruh terhadap harga
saham, seperti Fischer dan Jordan (1995) dalam Wiguna (2008), Bolten
dan Weigand (1998) dalam Wiguna (2008), Vinocur (1998) dalam Wiguna
(2008). Pengaruh tidak langsung dari suku bunga SBI terhadap harga
saham melalui kebijakan dividen adalah tidak signifikan. Sehingga
pengaruh total suku bunga SBI terhadap harga saham adalah -0.188.
113
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian pada substruktur I diketahui variabel Struktur
Kepemilikan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
Kebijakan Dividen, sedangkan variabel Tahapan Daur Hidup
Perusahaan dan variabel Financial Leverage memiliki pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan
manufaktur.
2. Hasil pengujian pada substruktur II diketahui variabel Struktur
Kepemilikan dan variabel Kebijakan Dividen memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap Harga Saham, sedangkan variabel
Tahapan Daur Hidup Perusahaan dan variabel Suku Bunga SBI
memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Harga Saham
pada perusahaan manufaktur.
3. Hasil penghitungan pengaruh langsung dan tidak langsung diketahui
bahwa faktor yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap
harga saham adalah Struktur Kepemilikan, Tahapan Daur Hidup
Perusahaan, dan Suku Bunga
SBI.
Sedangkan faktor yang
berpengaruh tidak langsung dan signifikan terhadap harga saham
114
adalah struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, dan
Financial Leverage.
B. Implikasi
Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis dua
variabel eksogen yaitu Kebijakan Dividen dan Harga Saham terhadap
variabel endogen yaitu Struktur Kepemilikan (Institutional Ownership / IO),
Tahapan Daur Hidup Perusahaan (Retained Earnings on Total Equity /
RETE), Financial Leverage (Debt to Equity Ratio / DER), dan Suku Bunga
SBI pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada periode 2005 sampai dengan 2009.
Penelitian ini memberikan implikasi bagi akademis sebagai bahan acuan
atau referensi dalam memahami kebijakan dividen dan harga saham, serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya pada suatu investasi. Penelitian ini juga
dapat mencerminkan dan memperkaya informasi ilmiah mengenai kebijakan
dividen dan harga saham.
Bagi investor, pertimbangan mengenai kebijakan dividen dan harga
saham, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya menjadi penting sebelum
melakukan atau membuat kebijakan investasi. Begitu juga bagi perusahaan
itu sendiri sebagai pertimbangan dan masukan dalam pengelolaan perusahaan,
sehingga tercapai kinerja yang optimal.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan penelitian ini
dapat membuka peluang bagi penelitian lanjutan di masa yang akan datang.
115
Agar dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam serta komprehensif,
berikut keterbatasan dan saran penulis bagi penelitian selanjutnya.
1. Penelitian yang relatif pendek yaitu hanya 5 tahun (2005-2009), yang
mengakibatkan hasil yang kurang mendalam dan memuaskan. Untuk
penelitian selanjutnya dapat menggunakan periode penelitian yang lebih
panjang agar memperoleh hasil yang lebih baik.
2. Penelitian ini hanya menggunakan sampel pada perusahaan-perusahaan
manufaktur dengan teknik purposive sampling, menurut Neuman (2003)
teknik ini memiliki keterbatasan dalam menggeneralisir temuan penelitian.
Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel penelitian yang lebih
banyak agar diperoleh hasil penelitian yang lebih akurat dan dapat
digunakan sebagai dasar generalisasi.
3. Koefisien determinasi dalam penelitian ini berkisar 32% untuk substruktur
I dan 37% untuk substruktur II. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain
yang mungkin belum masuk dalam penelitian ini. Penelitian selanjutnya
diharapkan dapat memasukkan variabel-variabel independen lain yang
belum dimasukkan dalam model penelitian ini.
116
DAFTAR PUSTAKA
Bodie, Kane, dan Marcus, 2006, Investment; Investasi, Edisi 6, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Brigham, Eugene F dan Louis C. Gapenski, 1994, Finacial management Theory
and Practice, Seventh Edition, The Dryden Press, Hourcort Brace College
Publishers, Florida.
Coyle, Brian, 2002, Equity Finance, Financial Word Publishing.
Desender, Kurt A, Miguel A. Garcia-Cestona, dan Rafel Crespi Cladera, 2008,
Stock Price Performance and Ownership Structure During Periods of
Stock Market Crisis, [email protected]
Dewi, Sisca Christianty, 2008, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Kebijakan Dividen, Jurnal Bisnis dan Akuntansi
Djumahir, 2009, Pengaruh Biaya Agensi, Tahapan Daur Hidup Perusahaan, dan
Regulasi terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan
Fess, Warren Reeve, 2006, Accounting; Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
Ghozali, Imam, 2007, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”
Cetakan ke Empat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hamid, Abdul, 2007, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”. Jakarta : FEIS UIN
Press.
Haruman, Tendi, 2008, Struktur Kepemilikan, Keputusan Keuangan, dan Nilai
Perusahaan, Finance and Banking Journal
Husnan, Suad, 2006,” Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analsis Sekuritas”, Edisi
4.
Matriadi, Faisal, 2007, Pengaruh Financial Leverage dan Tingkat Inflasi
Terhadap Harga Saham, Arthavidya
Murhadi, Werner R., 2008, Studi Kebijakan Deviden: Anteseden dan Dampaknya
Terhadap Harga Saham, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan
117
Nishat, Muhammed dan Irfan, Chaudhary Mohammad, 2003, Dividend Policy and
Stock Price Volatility in Pakistan, University of Karachi
Prihantono, 2003, Estimasi Pengaruh Dividend Payout Ratio pada Perusahaan
Publik di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Rodoni, Ahmad, 2008, Modul Institusi Depositori dan Pasar Modal, Program
Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Santoso, Singgih, 2010, “Statistik Parametrik; Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS.” Elex Media Komputindo, Jakarta.
Sartono, Agus, 1998, Manajemen Keuangan, edisi 3, BPFE-Yogyakarta.
Sarwono, Jonathan, 2007, “Analisis jalur untuk riset bisnis dengan SPSS”
Penerbit : Andi. Yogyakarta.
Sasanti, Retno Widya dan Nurfauziah, 2005, Analisis Faktor-faktor yang
Berimplikasi Terhadap Fluktuasi Harga Saham di Bursa Efek Jakarta,
Sinergi
Sasongko, Noer dan Nila Wulandari, 2006, Pengaruh EVA dan Rasio-rasio
Profitabilitas Terhadap Harga Saham, Empirika
Siamat, Dahlan 2005, Manajemen Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan
Perbankan, Edisi Kelima, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Situs Bank Indonesia, “www.bi.go.id”, diakses tanggal 6 Bulan Juli tahun 2010,
pukul 16.00 WIB.
Situs Bursa Efek Indonesia, “www.idx.co.id”, diakses tanggal 6 Bulan Juli tahun
2010, pukul 16.00 WIB.
Situs Bursa Efek Indonesia, “www.duniainvestasi.com”, diakses tanggal 6 Bulan
Juli tahun 2010, pukul 16.00 WIB.
Widyastuti, Rini, 2006, Analisis Kinerja Keuangan Pendekatan Altman dan
Pengaruhnya Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Jasa Go Public
di Bursa Efek Jakarta, Skripsi FIS Universitas Negeri Semarang.
Wiguna, Robin dan Anastasia Sri Mendari, 2008, Pengaruh Earning Per Share
dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham, Jurnal Keuangan
dan Bisnis
118
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Data Kepemilikan Institusi (IO) pada Perusahaan Manufaktur
Periode Tahun 2005 - 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Emiten
ASII
AUTO
SQBI
CTBN
DLTA
GDYR
HMSP
INDF
IGAR
KAEF
LION
LMSH
MYOR
MERK
MLBI
SMSM
SMGR
TSPC
TRST
UNVR
2005
0.50115
0.86723
0.97971
0.63551
0.84588
0.91613
0.97948
0.51528
0.63101
0.90025
0.57698
0.37615
0.33065
0.73992
0.83370
0.68024
0.76537
0.66329
0.42201
0.84992
Sumber: Data diolah, 2010.
2006
0.50115
0.86723
0.97971
0.58176
0.84588
0.91637
0.97948
0.51528
0.63101
0.90025
0.57698
0.32216
0.33065
0.73992
0.83370
0.61362
0.75906
0.68564
0.42201
0.84992
2007
0.50115
0.86723
0.97971
0.75299
0.84588
0.85000
0.97948
0.51528
0.63101
0.90025
0.57698
0.32216
0.38185
0.73992
0.83370
0.69936
0.75906
0.70919
0.42201
0.84992
2008
0.50115
0.93906
0.97971
0.76905
0.84588
0.85000
0.98039
0.50050
0.63101
0.90025
0.57698
0.32216
0.33065
0.73992
0.83370
0.69936
0.76770
0.95102
0.52941
0.84992
2009
0.50115
0.95654
0.98571
0.80926
0.84588
0.93924
0.98179
0.50050
0.67510
0.90025
0.57698
0.32216
0.33065
0.73992
0.83370
0.58126
0.75906
0.95107
0.59454
0.84992
Data Tahapan Daur Hidup (RETE) pada Perusahaan Manufaktur
Periode Tahun 2005 - 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Emiten
ASII
AUTO
SQBI
CTBN
DLTA
GDYR
HMSP
INDF
IGAR
KAEF
LION
LMSH
MYOR
MERK
MLBI
SMSM
SMGR
TSPC
TRST
UNVR
2005
2006
2007
2008
2009
0.19386
0.14224
-0.25249
0.08630
0.12511
-0.06255
-0.06829
-0.00586
0.05000
0.03511
0.10289
0.17560
0.02969
0.14604
-0.09487
0.07467
0.19253
0.06515
0.00249
-0.03934
0.07724
0.10372
0.22473
0.21698
0.07312
0.01887
0.19667
0.12544
0.03847
0.03232
0.10309
0.09722
0.07675
0.23426
-0.14840
0.10352
0.18777
0.07083
0.01796
-0.03610
0.17422
0.17047
0.16746
0.08140
0.05784
0.06107
0.28908
0.10046
0.06468
0.04294
0.11831
0.19403
0.10608
0.15946
-0.00373
0.06208
0.17014
0.07840
0.00378
0.12043
0.18189
0.12034
0.25803
0.03939
0.11801
-0.00942
-0.00614
0.07856
0.01096
0.04193
0.15575
0.23107
0.13297
0.14389
0.42552
0.11475
0.20272
0.02265
0.04240
0.13165
0.16441
0.16757
0.18728
0.11387
0.11937
0.28560
0.23491
0.16377
0.10490
0.04889
0.11673
0.04593
0.21105
0.07584
-2.27131
0.24951
0.16873
0.10273
0.10116
0.16272
Sumber: Data diolah, 2010.
119
Data Kebijakan Dividen (DY) pada Perusahaan Manufaktur
Periode Tahun 2005 - 2009
Data Financial Leverage (DER) pada Perusahaan Manufaktur
Periode Tahun 2005 - 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Emiten
ASII
AUTO
SQBI
CTBN
DLTA
GDYR
HMSP
INDF
IGAR
KAEF
LION
LMSH
MYOR
MERK
MLBI
SMSM
SMGR
TSPC
TRST
UNVR
2005
1.11410
0.70899
0.62992
0.69904
0.32240
0.67886
1.55453
2.33090
0.42038
0.39490
0.22852
0.98766
0.61193
0.20879
1.52442
0.61039
0.61076
0.26347
1.19680
0.76300
Sumber: Data diolah, 2010.
2006
1.40770
0.57225
0.58611
1.12803
0.31934
0.61735
1.20709
2.09993
0.44173
0.44901
0.25316
0.85584
0.58015
0.20005
0.67477
0.52899
0.34825
0.23029
1.07125
0.94970
2007
1.16872
0.48409
0.43302
0.86989
0.28695
0.93527
0.94430
2.62059
0.52751
0.52720
0.27233
1.15546
0.72568
0.18139
0.68190
0.65444
0.27095
0.26392
1.18006
0.98037
2008
1.21412
0.44889
0.37372
1.05557
0.05905
2.44534
0.05484
3.08374
0.37999
0.52535
0.25811
0.63564
1.32223
0.14585
1.73492
0.62482
0.30104
0.29339
1.08106
1.09599
2009
1.00281
0.39339
0.21061
0.84978
0.05165
1.71486
0.04813
2.45057
0.29306
0.56998
0.19125
0.83348
1.02606
0.22527
8.44134
0.79827
0.25822
0.34026
0.67870
1.01988
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Emiten
ASII
AUTO
SQBI
CTBN
DLTA
GDYR
HMSP
INDF
IGAR
KAEF
LION
LMSH
MYOR
MERK
MLBI
SMSM
SMGR
TSPC
TRST
UNVR
2005
0.03627
0.02143
0.08667
0.02877
0.00972
0.02925
0.06910
0.01923
0.04762
0.02880
0.05000
0.02105
0.03047
0.05761
0.10312
0.08197
0.01503
0.07080
0.03333
0.04678
2006
0.03121
0.03932
0.02432
0.03696
0.03081
0.07424
0.05670
0.00370
0.03158
0.01729
0.04545
0.02353
0.01543
0.03500
0.08891
0.03866
0.01221
0.03333
0.02069
0.03030
2007
0.01648
0.02707
0.03846
0.06248
0.08125
0.04523
0.02063
0.01204
0.02521
0.00779
0.04762
0.01429
0.02000
0.03810
0.07345
0.08140
0.01950
0.03333
0.02874
0.03185
2008
0.07434
0.09143
0.07308
0.07029
0.07000
0.01760
0.11111
0.04491
0.08621
0.03709
0.04065
0.01389
0.03509
0.06479
0.07273
0.03077
0.03626
0.15000
0.03030
0.03359
2009
0.02478
0.05200
0.05848
0.00754
0.05645
0.00625
0.05769
0.01324
0.02197
0.01963
0.06429
0.02500
0.01111
0.06688
0.15537
0.08000
0.03586
0.03425
0.04545
0.02896
Sumber: Data diolah, 2010.
120
Data Suku Bunga Tahunan
Periode Tahun 2005 - 2009
Data Harga Saham (CP) pada Perusahaan Manufaktur
Periode Tahun 2005 - 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Emiten
ASII
AUTO
SQBI
CTBN
DLTA
GDYR
HMSP
INDF
IGAR
KAEF
LION
LMSH
MYOR
MERK
MLBI
SMSM
SMGR
TSPC
TRST
UNVR
2005
10200
2800
39000
8500
36000
8000
8900
910
105
145
2000
1900
820
24300
50000
305
17800
5650
150
4275
2006
15700
2925
55500
17000
22800
6600
9700
1350
95
165
2200
1700
1620
40000
55000
350
36300
900
145
6600
2007
27300
3325
65000
30000
16000
13000
14300
2575
119
305
2100
2100
1750
52500
55000
430
5600
750
174
6750
2008
10500
3500
52000
31000
20000
5000
8100
930
58
76
3075
3600
1140
35500
49500
650
4175
400
165
7800
2009
34700
5750
136800
3100
62000
9600
10400
3550
139
127
2100
2400
4500
80000
177000
750
7550
730
220
11050
No
1
2
3
4
5
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
Suku Bunga SBI
12.75%
9.75%
8.00%
10.83%
6.46%
Sumber: Data diolah, 2010.
Sumber: Data diolah, 2010.
121
Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Substruktur I
Model Summary
Model
R
R Square
a
1
.595
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
.354
.327
.02374911
a. Predictors: (Constant), SBI, RETE, IO, DER
Sumber: Data diolah, 2010.
Uji F Regresi Substruktur I
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.029
4
.007
Residual
.054
95
.001
Total
.083
99
F
Sig.
a
13.013
.000
a. Predictors: (Constant), SBI, RETE, IO, DER
b. Dependent Variable: DY
Sumber: Data diolah, 2010.
Uji t Regresi Substruktur I
a
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
(Constant)
.016
.016
IO
.038
.012
RETE
-.073
DER
SBI
Beta
t
Sig.
1.013
.314
.263
3.048
.003
.014
-.647
-5.078
.000
-.008
.004
-.276
-2.151
.034
1.668
1.308
.106
1.275
.205
a. Dependent Variable: DY
Sumber: Data diolah, 2010.
Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Substruktur II
Model Summary
Model
1
R
R Square
a
.638
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
.407
.376
21625.124
a. Predictors: (Constant), DY, SBI, DER, IO, RETE
Sumber: Data diolah, 2010.
122
Uji F Regresi Substruktur II
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
3.018E10
5
6.036E9
Residual
4.396E10
94
4.676E8
Total
7.414E10
99
F
Sig.
.000a
12.908
a. Predictors: (Constant), DY, SBI, DER, IO, RETE
b. Dependent Variable: CP
Sumber: Data diolah, 2010.
Uji t Regresi Substruktur II
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
14433.748
32066.594
11901.824
-25977.498
5304.767
t
Sig.
.856
.235
2.694
.008
14815.919
-.243
-1.753
.083
3575.253
.188
1.484
.141
-2711543.009 1201542.769
-.182
-2.257
.026
.233
2.354
.021
RETE
2627.576
Beta
.182
IO
DER
SBI
Std. Error
Coefficients
DY
219895.408
93422.068
a. Dependent Variable: CP
Sumber: Data diolah, 2010.
Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Substruktur I setelah Trimming
Model Summary
Model
1
R
R Square
a
.586
.343
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
.322
.02382634
a. Predictors: (Constant), DER, IO, RETE
Sumber: Data diolah, 2010.
123
Uji F Regresi Substruktur I setelah Trimming
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.028
3
.009
Residual
.054
96
.001
Total
.083
99
F
Sig.
.000a
16.700
a. Predictors: (Constant), DER, IO, RETE
b. Dependent Variable: DY
Sumber: Data diolah, 2010.
Uji t Regresi Substruktur I setelah Trimming
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
.030
.011
IO
.037
.012
RETE
-.074
DER
-.009
t
Sig.
2.730
.008
.257
2.973
.004
.014
-.654
-5.127
.000
.004
-.290
-2.259
.026
a. Dependent Variable: DY
Sumber: Data diolah, 2010.
Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Substruktur II setelah Trimming
Model Summary
Model
R
R Square
a
1
.627
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
.393
.368
21761.445
a. Predictors: (Constant), DY, SBI, IO, RETE
Sumber: Data diolah, 2010.
Uji F Regresi Subtruktur II setelah Trimming
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
2.915E10
4
7.288E9
Residual
4.499E10
95
4.736E8
Total
7.414E10
99
F
15.390
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), DY, SBI, IO, RETE
b. Dependent Variable: CP
Sumber: Data diolah, 2010.
124
Uji t Regresi Substruktur II setelah Trimming
a
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
Beta
(Constant)
12962.221
12721.628
IO
28530.541
11734.288
-42639.854
t
Sig.
1.019
.311
.209
2.431
.017
9725.303
-.398
-4.384
.000
-2807089.755 1207379.346
-.188
-2.325
.022
.201
2.070
.041
RETE
SBI
Standardized
Coefficients
DY
190019.074
91801.357
a. Dependent Variable: CP
Sumber: Data diolah, 2010.
Korelasi antar Variabel Bebas
Correlations
IO
IO
Pearson Correlation
RETE
1
Sig. (2-tailed)
N
RETE
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
DER
SBI
Pearson Correlation
100
-.078
DER
-.078
-.130
-.035
.440
.197
.731
100
100
100
1
**
.029
.000
.771
.440
100
-.130
SBI
-.741
100
100
100
**
1
-.070
-.741
Sig. (2-tailed)
.197
.000
N
100
100
100
100
1
Pearson Correlation
.489
-.035
.029
-.070
Sig. (2-tailed)
.731
.771
.489
N
100
100
100
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Data diolah, 2010.
125
Download