Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan... HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Reny Diah Lestari1, Ika Mardiatul Ulfa1, Siti Mariyam 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin ISSN: 2086-3454 2 ABSTRAK Latar Belakang : Jumlah kematian bayi masih cukup tinggi, salah satu penyebabnya yaitu BBLR. Umur, paritas dan preeklampsia mempengaruhi kejadian BBLR. Tujuan : Metode : Survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan bayi BBLR di ruang VK bersalin RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dari bulan januari-desember tahun 2014 dengan jumlah 344. Jumlah sampel 185. Teknik sampling menggunakan systematic random sampling. Pengumpulan data menggunakan buku register. Analisis dengan uji korelasi sperman rank (p = 0,05). Hasil : Umur tidak berhubungan dengan kejadian BBLR (p = 0,216) dengan koefisien korelasi 0,091. Paritas tidak berhubungan dengan kejadian BBLR (p = 0,974) dengan koefisien korelasi 0,002. Preeklampsia tidak berhubungan dengan kejadian BBLR (p = 0,539) dengan koefisien korelasi 0,045. Kesimpulan : Umur, paritas dan preeklampsia tidak berhubungan dengan kejadian BBLR. Kata Kunci : Umur, Paritas, Preeklampsia, BBLR 92 Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan... PENDAHULUAN Menurut World Health Organization dibanding pada bayi dengan berat badan lahir (WHO) pada tahun 2012 angka kematian bayi lebih dari 2500 gram. Hal ini dapat terjadi di dunia 39 per 1000 kelahiran hidup. Di bahkan dipengaruhi oleh beberapa faktor perkirakan 17 juta bayi lahir di Negara seperti ibu mempunyai penyulit yang langsung Berkembang, dari jumlah tersebut sekitar 80% berhubungan dengan kehamilan dan usia ibu lahir di Asia. (Alya, 2014). BBLR menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama berdasarkan rekomendasi internasional (Verawati, 2014). Di ketahui bersama bahwa pada saat ini Angka kejadian BBLR di Indonesia nampak bervariasi, secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI angka BBLR sekitar 7,5%. angka kematian bayi (AKB) di Indonesia Angka kejadian adalah tertinggi di Negara Asean (Association memenuhi target BBLR yang ditetapkan pada Of The South East Asia Nation). Di Indonesia sasaran secara umum berdasarkan Survey Demografi Indonesia sehat 2010 yaitu maksimal 7% (Alya, Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka 2014). program tersebut perbaikan masih gizi belum menuju Kematian Bayi (AKB) berada pada angka 32 Profil Kesehatan Kalimantan Selatan per 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut tahun 2014 jumlah kematian bayi pada tahun masih jauh lebih tinggi jika dikaitkan dengan 2013 berjumlah 727, sedangkan pada tahun target Millenium Development Goals (MDGs) 2014 jumlah kematian bayi berjumlah 699. Indonesia tahun 2015 yaitu menurunkan AKB Meskipun jumlah kematian bayi berkurang, hingga 23 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab tenaga kesehatan harus tetap berupaya untuk kematian terbanyak pada bayi baru lahir menurunkan jumlah kematian bayi dengan (neonatus) di sebabkan oleh kegawat daruratan meningkatkan pelayanan kesehatan. Jumlah dan penyulit pada masa neonatus salah satunya kematian bayi di Banjarmasin tahun 2014 Barat berjumlah 57 bayi. Penyebab kematian bayi Badan Lahir Rendah (BBLR) (Permatasari, 2013). Prevalensi BBLR menurut WHO pada paling tinggi di Banjarmasin disebabkan oleh BBLR. Kategori berat badan lahir tahun 2012 diperkirakan 15% dari seluruh dikelompokkan menjadi tiga, yaitu <2500 gram kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-3,8% (BBLR), 2500-3999 gram normal, dan ≥4000 dan lebih sering terjadi di negara-negara gram bayi besar (Dinkes Provinsi Kalsel, berkembang atau sosial ekonomi rendah. 2014). Secara statistik menunjukkan 90% kejadian Faktor-faktor yang menyebabkan BBLR didapatkan di negara berkembang dan terjadinya BBLR antara lain faktor ibu yang angka kematiannya 35 kali lebih tinggi meliputi gizi saat hamil yang kurang, umur ibu 93 Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan... kurang dari 20 tahun atau di atas 35 tahun, BAHAN DAN METODE paritas, jarak kehamilan dan bersalin terlalu Metode penelitian ini menggunakan dekat, penyakit menahun ibu seperti hipertensi, metode survey analitik dengan pendekatan jantung, pembuluh darah dan faktor pekerjaan Cross Sectional (Notoatmodjo,2010). terlalu berat. Faktor kehamilan yaitu dengan Dalam rancangan penelitian ini, peneliti hidramnion, hamil ganda, perdarahan ante mencoba menghubungkan umur, paritas dan partum, seperti preeklamsi dengan kejadian BBLR di RSUD preeklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjamasin dari Faktor janin yaitu cacat bawaan dan infeksi bulan Januari-Desember tahun 2014. komplikasi hamil dalam rahim (Manuaba, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh adalah seluruh ibu yang melahirkan bayi BBLR di sebuah rumah sakit umum tipe B di Kota ruang VK bersalin RSUD Dr. H. Moch. Ansari Banjarmasin Kalimantan Selatan dengan kasus Saleh Banjarmasin dari bulan januari-desember yang terus meningkat selama tiga tahun terakhir tahun 2014 dengan jumlah 344. ini. Berdasarkan data yang di dapat di RSUD Sampel dalam penelitian ini diambil Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjamasin tahun menggunakan teknik 2012 angka kejadian BBLR di RSUD Ansari sampling. Saleh Banjarmasin ada 174 kasus, pada tahun mengambil sampel sebanyak 185 ibu yang 2013 terjadi kenaikan kasus BBLR yaitu 184 melahirkan bayi BBLR yang didapatkan dari kasus, dan pada tahun 2014 meningkat lagi perhitungan rumus dari (Notoatmodjo, 2010). Dalam systematic penelitian ini random peneliti yaitu 344 kasus. (Medical Record RSUD Ansari Saleh Banjarmasin, 2014). HASIL Menurut Medical Record RSUD Ansari Saleh Banjarmasin jumlah kematin bayi yang 1. Analisis Univariat a. Kejadian BBLR disebabkan oleh BBLR terus meningkat selama Hasil penelitian pada ibu bersalin di tiga tahun terakhir. Tahun 2012 kematian RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin BBLR berjumlah 40 kasus, pada tahun 2013 menurut terjadi kenaikan kematian BBLR yaitu 44 berikut: kasus, dan pada tahun 2014 kejadian Kasus umur, sebagai Tabel 1 Distribusi frekuensi responden menurut kejadian BBLR Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk Hubungan adalah kematian meningkat lagi yaitu 54 kasus. meneliti BBLR Paritas, dan Preeklampsia dengan Kejadian BBLR di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Frekuensi Persentase (%) BBLR 165 89,2% BBLSR 12 6,5% BBLASR Jumlah 8 4,3% 185 100% Sumber: Buku Register 94 Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Berdasarkan Tabel 1 dapat ilihat bahwa Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan... b. Umur Ibu Bersalin frekuensi kasus BBLR yang paling banyak Hasil penelitian pada ibu bersalin di yaitu 165 (89,2%), sedangkan yang paling RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin sedikit kasus BBLASR yaitu 8 (4,3%). menurut umur ibu adalah sebagai berikut: Tabel 2 Distribusi frekuensi responden menurut umur ibu Tabel 4 Distribusi frekuensi responden menurut preeklampsia Umur Frekuensi Persentase (%) Beresiko 59 31,9% Tidak beresiko 126 68,1% Jumlah 185 100% Sumber: Buku Register Preeklampsia Frekuensi Persentase (%) Preeklampsia 48 25,9% Tidak preeklampsia 137 74,1% Jumlah 185 100% Sumber: Buku Register Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa frekuensi umur tidak beresiko yang paling banyak yaitu 126 (68,1%), sedangkan yang paling sedikit umur yang beresiko yaitu 59 frekuensi tidak preeklampsia yang paling banyak yaitu 137 (74,1%), sedangkan yang paling sedikit preeklampsia yaitu 48 (25,9%). 2. Analisis Bivariat (31,9%). a. Hubungan umur dengan kejadian BBLR c. Paritas Ibu Bersalin Hubungan umur dengan kejadian BBLR Hasil penelitian pada ibu bersalin di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin menurut paritas ibu adalah sebagai berikut: di ruang bersalin RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut: Tabel 3 Distribusi frekuensi responden menurut paritas ibu Paritas Frekuensi Persentase (%) Tidak aman 103 55,7% Aman 82 44,3% Jumlah 185 100% Sumber: Buku Register Tabel 5 Analisis hubungan umur dengan kejadian BBLR BBLR No 1. Umur Beresiko Total No N % 1.1 59 31.9 6 3.2 126 68.1 3 89,2 185 100 BBLR BBLSR BBLASR N % N % N % 50 27.0 7 3.8 2 115 62,2 5 2.7 165 89,2 6.5 8 Tidak 2. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa frekuensi paritas tidak aman yang paling banyak yaitu 103 (55,7%), sedangkan yang paling sedikit paritas yang aman yaitu 82 (44,3%). d. Preeklampsia Hasil penelitian pada ibu bersalin di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin beres iko Jumlah Sumber: Buku Register Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa ada 50 (27,0%) bayi dengan BBLR yang dilahirkan dari ibu dengan umur beresiko, ada 7 (3,8%) bayi dengan BBLSR yang dilahirkan dari ibu dengan umur beresiko, dan ada 2 menurut preeklampsia adalah sebagai berikut: 95 Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan... (1,1%) bayi dengan BBLASR yang dilahirkan di dari ibu dengan umur beresiko. Banjarmasin. Hasil uji rank sperman didapatkan nilai p RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh c. Hubungan preeklampsia dengan kejadian = 0,216 α = 0,05 maka p > α, sehingga Ho di BBLR terima dan Ha di tolak, artinya tidak ada Hubungan preeklampsia dengan kejadian hubungan antara umur dengan kejadian BBLR BBLR di ruang bersalin RSUD Dr. H. Moch. di Ansari Saleh Banjarmasin dapat dilihat pada RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Tabel 7 sebagai berikut: b. Hubungan paritas dengan kejadian BBLR Tabel 7 Analisis hubungan preeklampsia dengan kejadian BBLR Hubungan paritas dengan kejadian BBLR BBLR di ruang bersalin RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut: o 1 Tidak . aman 2 . Aman a 2. BBLR Paritas Preeklampsi o 1. Tabel 6 Analisis hubungan paritas dengan kejadian BBLR N N Total BBLSR BBLR BBLA SR N BBLR BBLSR Total BBLAS R N % 48 25, N % N % N % 44 23, 2 1, 2 1, Tidak 12 65, 1 5, 6 3, 13 74, preeklampsi 1 4 0 4 2 7 1 16 89, 1 6, 4, 18 100 5 2 2 5 3 5 Preeklampsi a 8 1 1 9 a % Jumlah N % N % N % Sumber: Buku Register 92 49,7 6 3,2 5 2,7 10 8 55.7 2 73 39,5 6 3,2 3 1,6 165 89,2 12 6,5 8 4,3 Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa 83 44,3 ada 44 (23,8%) bayi dengan BBLR yang Jumlah Sumber: Buku Register 18 100 dilahirkan5 dari ibu dengan preeklampsia, ada 2 (1,1%) bayi dengan BBLSR yang dilahirkan dari ibu dengan preeklampsia, dan ada 2 (1,1%) Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa ada 92 (49,7%) bayi dengan BBLR yang dilahirkan dari ibu dengan paritas tidak aman, ada 6 (3,2%) bayi dengan BBLSR yang dilahirkan dari ibu dengan paritas tidak aman, dan ada 5 (2,7%) bayi dengan BBLASR yang dilahirkan dari ibu dengan paritas tidak aman. Hasil uji rank sperman didapatkan nilai p bayi dengan BBLASR yang dilahirkan dari ibu dengan preeklampsia. Hasil uji rank sperman didapatkan nilai p = 0,539 α = 0,05 maka p > α, sehingga Ho di terima dan Ha di tolak, artinya tidak ada hubungan antara preeklampsia dengan kejadian BBLR di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. = 0,974 α = 0,05 maka p > α, sehingga Ho di terima dan Ha di tolak, artinya tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR 96 Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan... PEMBAHASAN pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, status 1. Berat Badan Lahir Rendah sosial dan budaya, serta pelayanan kesehatan Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa seperti pemeriksaan ANC. frekuensi kasus BBLR yang paling banyak Hal ini perlu di waspadai dan perlu yaitu 165 (89,2%), sedangkan yang paling deteksi dini terhadap faktor yang menyebabkan sedikit kasus BBLASR yaitu 8 (4,3%). BBLR, karena bila tidak dilakukan deteksi dini Besarnya angka kejadian BBLR di RSUD terhadap faktor-faktor yang menyebabkan Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin ini terjadinya BBLR, maka angka kejadian BBLR juga dikarenakan rumah sakit ini merupakan bisa menetap bahkan bisa semakin meningkat rumah sakit umum tipe B, dan merupakan sehingga akan lebih meningkatkan resiko rumah sakit rujukan kedua setelah RSUD Ulin. kematian pada bayi, sebab angka kematian bayi Faktor besarnya angka kejadian BBLR juga di Banjarmasin lebih tinggi disebabkan karena dapat di pengaruhi oleh besarnya pasien BBLR. Untuk ini perlunya kerjasama instansi rujukan. terkait seperti Puskesmas, Bidan, Kader, Menurut Manuaba (2010), faktor-faktor BKKBN, KUA, Tokoh Masyarakat, dengan yang berhubungan dengan bayi BBLR secara lebih meningkatkan KIE kepada masyarakat umum yaitu gizi saat hamil yang kurang, usia tentang ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 masyarakat tahu dan sadar sehingga dapat tahun, jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, mengurangi dan mencegah terjadinya BBLR. penyakit menahun 2. Umur pembuluh darah ibu seperti bayi BBLR agar mengerjakan Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat, frekuensi umur tidak beresiko yang paling kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari banyak yaitu 126 (68,1%), sedangkan yang perkawinan paling sedikit yang (perokok), gangguan komplikasi tidak sah, pengawasan antenatal yang kurang. Adapun (31,9%). dapat Penyulit pada kehamilan usia muda lebih menurut tinggi dibandingkan dengan “kurun waktu Amiruddin adalah faktor ibu meliputi umur ibu, reproduksi sehat” antara umur 20-30 tahun. umur kehamilan, paritas, berat badan dan tinggi Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat badan, status gizi (nutrisi), anemia, kebiasaan reproduksi minum alkohol, merokok, penyulit waktu merugikan hamil, jarak kehamilan, kehamilan ganda, perkembangan preeklamsi, riwayat abortus. Faktor janin Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila meliputi kehamilan kembar dan kelainan di tambah dengan tekanan (stress) psikologis, bawaan. sosial, ekonomi sehingga memudahkan terjadi menyebabkan faktor umur yang beresiko yaitu 59 lain terjadinya Faktor yang BBLR lingkungan meliputi untuk hamil, kesehatan dan sehingga ibu pertumbuhan dapat maupun janin. 97 Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan... keguguran, persalinan prematur, berat bayi BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama lahir rendah, kelainan bawaan, mudah terjadi kelahiran infeksi, nampak meningkat. anemia kehamilan, keracunan kehamilan, kematian ibu yang tinggi. BBLR, tetapi kelahiran BBLR 3. Paritas Bertambahnya usia pada wanita sangat Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa berpengaruh terhadap jumlah sel telur yang frekuensi paritas tidak aman yang paling belum dikeluarkan dari ovarium. Selain jumlah banyak yaitu 103 (55,7%), sedangkan yang sel telur yang tinggal sedikit, faktor usia (di paling sedikit atas 35 tahun) juga berpengaruh terhadap (44,3%). paritas yang aman yaitu 82 kemampuan rahim untuk menerima bakal janin Paritas tidak aman yaitu paritas 1 dan > atau embrio. Dalam hal ini, kamampuan rahim 3, paritas 1 masih memiliki pengetahuan yang untuk kurang menerima janin menurun. Faktor dan belum memiliki pengalaman penuaan juga akan menyababkan embrio yang tentang kehamilan sehingga dapat berpengaruh dihasilkan wanita di atas 35 tahun terkadang dalam mengalami kesulitan untuk melekat di lapisan menghadapi endometrium, hal ini dapat meningkatkan maupun mental cenderung masih kurang resiko abortus. sehingga dapat berpengaruh Barat bayi lahir rendah juga berkolerasi kehamilannya. kehamilan Kesiapan baik dalam secara fisik pada pola pemeliharaan kesehatan dengan usia ibu. Ibu-ibu yang terlalu muda dikandungnya. Paritas seringkali secara emosional dan fisik belum berpengalaman dalam perawatan bayi, dan matang, selain pendidikan pada umumnya kesiapan dalam menghadapi kehamilan baik rendah, ibu yang masih muda masih tergantung secara pada orang lain sehingga dapat merugikan dibandingkan ibu dengan paritas 1. fisik maupun > janin 3 mental yang jauh lebih lebih baik kesehatan ibu maupun perkembangan dan Ibu yang pernah hamil dan melahirkan pertumbuhan janin. Kelahiran bayi BBLR lebih anak lebih dari tiga kali, maka kemungkinan tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari akan banyak di temui keadaan kesehatan ibu 20 tahun. Remaja sering kali melahirkan bayi akan terganggu seperti anemia yang dapat dengan berat lebih rendah, hal ini trjadi karena menyebabkan kelahiran BBLR, disini juga akan mereka belum matur dan mereka belum terjadi kekendoran pada dinding rahim yang memiliki sistem transfer plasenta seefisien dapat menyebabkan robekan pada dinding wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun rahim. mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi Resiko paritas 1 dapat ditangani dengan badannya serta kesehatannya sudah mulai asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko menurun sehingga dapat mempengaruhi pada pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah intra uterin dan dapat menyababkan kelahiran dengan keluarga berencana. Sebagian 98 Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan... kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak di RSUD direncanakan. Banjarmasin. 4. Preeklampsia Dr. H. Moch. Ansari Saleh Hasil penelitian ini kurang sejalan dengan Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa teori bahwa penyulit pada kehamilan usia muda frekuensi tidak preeklampsia yang paling lebih tinggi dibandingkan dengan “kurun waktu banyak yaitu 137 (74,1%), sedangkan yang reproduksi sehat” antara umur 20-30 tahun. paling sedikit preeklampsia yaitu 48 (25,9%). Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat Ibu hamil preeklampsia reproduksi mengalami penurunan perfusi utero plasenta, merugikan hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel perkembangan endotel pembuluh darah plasenta. Kelainan Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila pembuluh ibu di tambah dengan tekanan (stress) psikologis, preeklampsia/ eklampsia dapat menyebabkan sosial, ekonomi sehingga memudahkan terjadi hipoksia kronis dan gangguan nutrisi janin keguguran, persalinan prematur, berat bayi sehingga sering terjadi retardasi pertumbuhan lahir rendah, kelainan bawaan, mudah terjadi janin yang dapat berakhir pada berat badan infeksi, lahir rendah (BBLR). kehamilan, kematian ibu yang tinggi darah dengan plasenta pada untuk hamil, kesehatan dan anemia sehingga ibu maupun pertumbuhan kehamilan, dapat janin. keracunan Untuk ini perlunya peran bidan dalam Bertambahnya usia pada wanita sangat melakukan penyuluhan tentang pentingnya berpengaruh terhadap jumlah sel telur yang pemeriksaan ANC dan mengetahui komplikasi belum di keluarkan dari ovarium. Selain jumlah BBLR agar masyarakat paham dan dapat sel telur yang tinggal sedikit, faktor usia (di melakukan kunjungan ANC sehingga dapat atas 35 tahun) juga berpengaruh terhadap mencegah terjadinya BBLR. kemampuan rahim untuk menerima bakal janin 5. Hubungan umur dengan kejadian BBLR atau embrio. Dalam hal ini, kamampuan rahim Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa untuk menerima janin menurun. Faktor ada 50 (27,0%) bayi dengan BBLR yang penuaan juga akan menyababkan embrio yang dilahirkan dari ibu dengan umur beresiko, ada 7 dihasilkan wanita di atas 35 tahun terkadang (3,8%) bayi dengan BBLSR yang dilahirkan mengalami kesulitan untuk melekat di lapisan dari ibu dengan umur beresiko, dan ada 2 endometrium, hal ini dapat meningkatkan (1,1%) bayi dengan BBLASR yang dilahirkan resiko abortus. dari ibu dengan umur beresiko. Barat bayi lahir rendah juga berkolerasi Hasil uji rank sperman didapatkan nilai p dengan usia ibu. Ibu-ibu yang terlalu muda = 0,216 α = 0,05 maka p > α, sehingga Ho di seringkali secara emosional dan fisik belum terima dan Ha di tolak, artinya tidak ada matang, selain pendidikan pada umumnya hubungan antara umur dengan kejadian BBLR rendah, ibu yang masih muda masih tergantung 99 Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan... pada orang lain sehingga dapat merugikan menurunkan metabolisme jaringan sehingga kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan pertumbuhan janin. Kelahiran bayi BBLR lebih berakibat BBLR. janin akan terhambat dan tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari Status gizi yang baik selama hamil sangat 20 tahun. Remaja sering kali melahirkan bayi berpengaruh dalam hal persiapan kondisi dengan berat lebih rendah, hal ini trjadi karena kesehatan mereka belum matur dan mereka belum menyediakan memiliki sistem transfer plasenta seefisien pertumbuhan dan perkembangan janin yang wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun akan mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi kehamilan bukan hanya melemahkan fisik dan badannya serta kesehatannya sudah mulai membahayakan menurun sehingga dapat mempengaruhi pada mengancam kesehatan janin. Ibu hamil dengan intra uterin dan dapat menyababkan kelahiran status gizi yang buruk akan menghadapi risiko BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama melahirkan bayi dengan BBLR 2-3 kali lebih kelahiran besar dibandingkan mereka yang berstatus gizi BBLR, tetapi kelahiran BBLR nampak meningkat. fisiologis tubuh rahim yang dikandungnya. ibu menunjang Kurang jiwa untuk gizi ibu tetapi selama juga baik. Dalam penelitian ini, anemia dan status Melihat keadaan tersebut mungkin terjadi gizi memang tidak diteliti. pengingat bahwa ada faktor lain yang lebih Hasil dalam penelitian ini tidak dominan terhadap kejadian BBLR seperti berhubungan, sama dengan hasil penelitian penyakit yang menyertai kehamilan yaitu dalam jurnal Trihardiani (2010) tidak ada anemia, bahwa anemia dapat menyebabkan hubungan antara umur dengan kejadian BBLR. kejadian BBLR. Anemia pada ibu hamil adalah 6. Hubungan paritas dengan kejadian BBLR suatu keadaan yang kadar Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah ada 92 (49,7%) bayi dengan BBLR yang dari nilai normal yaitu 11 gr/dl. Kehamilan dilahirkan dari ibu dengan paritas tidak aman, memerlukan untuk ada 6 (3,2%) bayi dengan BBLSR yang meningkatkan jumlah sel darah merah dan dilahirkan dari ibu dengan paritas tidak aman, membentuk sel darah merah janin dan placenta. dan ada 5 (2,7%) bayi dengan BBLASR yang Anemia terjadi karena tidak cukupnya zat gizi dilahirkan dari ibu dengan paritas tidak aman. tambahan menunjukkan zat besi besi yang diserap dari makanan sehari-hari Hasil uji rank sperman didapatkan nilai p guna pembentukan sel darah merah sehingga = 0,974 α = 0,05 maka p > α, sehingga Ho di menyebabkan antara terima dan Ha di tolak, artinya tidak ada pemasukan dan pengeluaran zat besi dalam hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR tubuh, hal ini dapat menyebabkan distribusi di oksigen ke jaringan akan berkurang yang akan Banjarmasin. ketidakseimbangan RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh 100 Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan... Hasil penelitian ini kurang sejalan dengan dikandungnya sehingga berpengaruh terhadap teori bahwa paritas tidak aman yaitu paritas 1 berat badan lahir. Ibu hamil yang jarak dan > 3, paritas 1 masih memiliki pengetahuan kelahirannya kurang dari dua tahun, kesehatan yang kurang dan belum memiliki pengalaman fisik dan kondisi rahimnya masih butuh tentang kehamilan sehingga dapat berpengaruh istirahat yang cukup. Ada kemungkinan juga dalam ibu masih harus menyusui dan memberikan kehamilannya. menghadapi Kesiapan kehamilan baik dalam secara fisik perhatian pada anak yang dilahirkan maupun mental cenderung masih kurang sebelumnya, sehingga kondisi ibu yang lemah sehingga dapat berpengaruh ini akan berdampak pada kesehatan janin dan pada pola pemeliharaan kesehatan dikandungnya. Paritas berpengalaman dalam perawatan bayi, dan kehamilan dengan dua janin atau lebih. Berat kesiapan dalam menghadapi kehamilan baik badan janin pada kehamilan kembar lebih secara ringan daripada janin pada kehamilan tunggal fisik janin > maupun 3 yang jauh mental lebih lebih baik dibandingkan ibu dengan paritas 1. berat badan lahirnya. Kehamilan kembar adalah suatu pada umur kehamilan yang sama. Berat badan Ibu yang pernah hamil dan melahirkan bayi yang umumnya baru lahir pada kehamilan anak lebih dari tiga kali, maka kemungkinan kembar akan banyak di temui keadaan kesehatan ibu kehamilan kembar cenderung untuk terjadinya akan terganggu seperti anemia yang dapat BBLR. Dalam penelitian ini jarak kelahiran dan menyebabkan kelahiran BBLR (Berat Bayi kehamilan kembar memang tidak diteliti. Lahir Rendah), disini juga akan terjadi kurang Hasil dari dalam 2500 penelitian gram. ini Pada tidak kekendoran pada dinding rahim yang dapat berhubungan, sama dengan hasil penelitian menyebabkan robekan pada dinding rahim. dalam jurnal Sistiarani (2008) tidak ada Mungkin ada faktor lain yang lebih hubungan antara paritas dengan kejadian dominan terhadap kejadian BBLR seperti jarak BBLR. kelahiran yang pendek akan menyebabkan 7. Hubungan preeklampsia dengan kejadian seorang ibu memulihkan belum cukup kondisi waktu BBLR setelah Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa melahirkan sebelumnya. Ibu hamil dalam ada 44 (23,8%) bayi dengan BBLR yang kondisi tubuh kurang sehat inilah yang dilahirkan dari ibu dengan preeklampsia, ada 2 merupakan penyebab (1,1%) bayi dengan BBLSR yang dilahirkan kematian ibu dan bayi yang dilahirkan serta dari ibu dengan preeklampsia, dan ada 2 (1,1%) risiko terganggunya sistem reproduksi. Sistem bayi dengan BBLASR yang dilahirkan dari ibu reproduksi yang terganggu akan menghambat dengan preeklampsia. salah satu tubuhnya untuk faktor pertumbuhan dan perkembangan janin yang 101 Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan... Hasil uji rank sperman didapatkan nilai p dan budaya sangat berperan dalam kejadian = 0,539 α = 0,05 maka p > α, sehingga Ho di BBLR, karena ekonomi keluarga dapat terima dan Ha di tolak, artinya tidak ada menunjukkan gambaran kemampuan keluarga hubungan antara preeklampsia dengan kejadian dalam memenuhi kebutuhan gizi ibu selama BBLR di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh hamil yang berperan dalam pertumbuhan janin. Banjarmasin. Keadaan sosial ekonomi sangat berperan Hasil penelitian ini kurang sejalan dengan terhadap timbulnya BBLR. Kejadian tertinggi teori bahwa Ibu hamil dengan preeklampsia terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah, mengalami penurunan perfusi utero plasenta, hal ini disebabkan keadaan gizi yang kurang hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel baik dan periksa hamil yang kurang. Sedangkan endotel pembuluh darah plasenta. Kelainan budaya sangat berperan karena budaya masih pembuluh ibu mengikuti keyakinan bahwa masih ada pantang preeklampsia/ eklampsia dapat menyebabkan makanan, sehingga nutrisi yang diperlukan ibu hipoksia kronis dan gangguan nutrisi janin tidak sehingga sering terjadi retardasi pertumbuhan pelayanan antenatal, ekonomi dan budaya tidak janin yang dapat berakhir pada berat badan diteliti. darah plasenta pada mencukupi. Dalam penelitian ini lahir rendah (BBLR). Melihat keadaan tersebut mungkin terjadi UCAPAN TERIMA KASIH pengingat bahwa ada faktor lain yang lebih Peneliti sangat berterima kasih kepada dominan terhadap kejadian BBLR seperti RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin pelayanan yang telah memberikan izin serta tempat untuk antenatal. Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu melakukan penelitian. selama masa kehamilan dengan minimal 4 kali kunjungan antenatal. Kejadian BBLR berkaitan DAFTAR PUSTAKA dengan kurangnya kualitas pelayanan antenatal. Alya Ibu yang menerima pelayanan kesehatan secara dini dan berkelanjutan dan lengkap akan dapat memiliki hasil akhir kehamilan yang lebih baik dibandingkan ibu yang tidak menerimanya. Ibu yang tidak menerima pelayanan antenatal mempunyai kemungkinan resiko untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang menerima pelayanan antenatal. Faktor pemungkin lain yang mempengaruhi kejadian BBLR yaitu ekonomi Dian. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Tersedia dalam website: http://simtakp.stmikubudiyah.ac.id ⦋di akses pada tanggal 14-01-2015⦌. Dina P. 2013. Hubungan Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian BBLR. Skripsi, Stikes Sari Mulia Banjarmasin. Dinkes Provinsi Kal-Sel. 2014. Data Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin. Manuaba Chandranita, dkk. 2010. KegawatDaruratan Obstetri-Ginekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC. 102 Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Soekidjo Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia. 2014. Panduan Skripsi. Banjarmasin: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia. Sistiarini Colti. 2008. Faktor Maternal dan Kualitas Pelayanan Antenatal yang Berisiko Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Studi Pada Ibu yang Periksa Hamil Ke Tenaga Kesehatan dan Melahirkan di RSUD Banyumas Tahun 2008. Tersedia dalam Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan... website: eprints.undip.ac.id [diakses pada tanggal 07-04-2015]. Trihardiani Ismi. 2011. Faktor Risiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkawang Timur Dan Utara Kota Singkawang. Tersedia dalam website: eprints.undip.ac.id ⦋di akses pada tanggal 04-01-2015⦌. Verawati S. 2014. Karakteristik Bayi yang Menderita Penyakit Hircshsprung di RSUP H. Adam Malik Kota Medan 20102012. Tersedia dalam website: repository.ac.Id ⦋diakses pada tanggal 1001-2015⦌. 103