ANALisis PENgArUH PErtUmbUHAN AsEt DAN

advertisement
Efektif Jurnal Bisnis dan EkonomiEfektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
54
Vol. 2, No. 1, Juni 2011, 54 - 67
Juni
Analisis Pengaruh Pertumbuhan Aset dan EVA
Terhadap Return Saham
Andreas Ronald Setianan
Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra
Astika Rizky Adwitya
Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra
Abstract
A company which has an ongoing development as its main goal will need a large
amount of capital to finance the activities and operations. One alternative of achieving
this large amount of capital is by selling shares as a ‘go public’ company. Investors
purchasing shares as they have certain return expectations and they have some ways to
determine company’s financial performance. However it is not easy to find out whether
one company has created value or it has not. In order to overcome this difficulty, a new
concept called Economic Value Added has been developed. This new concept together
with asset growth have a significant impact on share returns.
Keywords: Economic Value Added, share returns, asset growth, market shares.
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Perusahaan
yang
bertujuan
mengembangkan
usahanya
akan
membutuhkan dana atau modal besar
untuk membiayai operasi atau aktivitas
perusahaannya. Salah satu cara untuk
mendapatkan dana tersebut adalah dengan
melakukan go public. Laporan keuangan
yang telah disusun wajib dipublikasi
kepada publik melalui pasar modal
dengan mencatatkan sahamnya di bursa
saham, dengan harapan mampu menarik
perhatian para investor. Sementara itu
dari segi investor, faktor terpenting dalam
berinvestasi adalah penilaian kondisi
keuangan perusahaan, karena di dalamnya
tercakup aset dan tingkat kemampuan
laba yang diperoleh perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan (going concern).
Sebagian besar investor mempunyai
alasan utama berinvestasi yaitu untuk
memperoleh
keuntungan
investasi
dalam bentuk return saham. Tingkat
pengembalian atau return saham tersebut
mengandung resiko yang berhubungan
positif dan berfungsi sebagai bahan
pertimbangan dalam berinvestasi yang
diukur dalam beta (β). Resiko merupakan
kemungkinan perbedaan antara return
yang sebenarnya diterima dengan
return yang diharapkan. Semakin besar
kemungkinan perbedaannya berarti
semakin besar resiko investasi tersebut.
Meskipun analisis rasio keuangan
dalam akuntansi konvensional secara luas
oleh investor digunakan untuk mengukur
kinerja keuangan perusahaan namun
masih terdapat kelemahan utamanya
yaitu mengabaikan
adanya biaya
modal sehingga sulit untuk mengetahui
apakah suatu perusahaan telah berhasil
menciptakan nilai (daya guna maupun
benefit yang dinikmati investor) atau
tidak. Untuk menutupi kelemahan tersebut
dikembangkan suatu konsep baru dalam
Juni
Andreas R. S & Astika R. A
pengukuran kinerja keuangan perusahaan
yaitu Economic Value Added (EVA) yang
mencoba mengukur nilai tambah yang
dihasilkan suatu perusahaan dengan cara
mengurangi biaya modal (cost of capital)
yang timbul sebagai akibat investasi yang
dilakukan.
2.Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian diatas,
maka dalam penelitian ini dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : “Apakah
pertumbuhan aset dan Economic Value
Added berpengaruh terhadap return
saham?”
KAJIAN TEORI
1. Pengertian Kinerja
Istilah
kinerja
(performance)
seringkali dikaitkan dengan kondisi
keuangan perusahaan. Kinerja merupakan
cerminan dari kemampuan perusahaan
dalam mengelola dan mengalokasikan
sumber dayanya. Informasi kinerja
perusahaan
terutama
profitabilitas,
diperlukan untuk menilai perubahan
potensial sumber daya ekonomi yang
mungkin dikendalikan di masa depan
(IAI, 2007).
Pengukuran kinerja merupakan
salah satu faktor yang sangat penting
bagi perusahaan, karena pengukuran
tersebut digunakan sebagai dasar
untuk menyusun sistem imbalan dalam
perusahaan, yang dapat mempengaruhi
perilaku pengambilan keputusan dalam
perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan
perusahaan bertujuan untuk:
1) Memberikan
informasi
yang
berguna dalam membuat keputusan
penting mengenai aset yang
digunakan dan untuk memacu para
manajer untuk membuat keputusan
yang menyalurkan kepentingan
perusahaan.
55
2) Mengukur kinerja unit usaha sebagai
suatu entitas usaha (Govindarajan,
2002)
Analisis
laporan
keuangan
dimaksudkan untuk membantu manajemen
dan pihak-pihak yang berkepentingan
dalam perencanaan dan pengendalian
perusahaan. Sehingga adanya laporan
keuangan diharapkan mampu memberikan
bantuan informasi kepada pengguna
untuk membuat keputusan ekonomi yang
bersifat finansial. Adapun tujuan laporan
keuangan seperti yang tertulis dalam
Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
yang disusun oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) adalah menyediakan
informasi yang menyangkut keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
Analisis keuangan sangat tergantung
pada informasi yang diberikan oleh
laporan keuangan perusahaan. Laporan
keuangan merupakan salah satu sumber
informasi yang penting disamping
informasi lain seperti informasi industri,
kondisi perekonomian, pangsa pasar
perusahaan, yaitu meliputi : (1) Neraca
(2) Laporan arus kas (3) Laporan laba
rugi. Di samping ketiga laporan tersebut,
dihasilkan juga laporan laba yang ditahan,
perubahan modal sendiri, dan diskusidiskusi oleh pihak manajemen (Mamduh,
1996).
2.Metode Pengukuran Kinerja
Keuangan Perusahaan
Kinerja sebuah perusahaan lebih
banyak diukur berdasarkan rasio-rasio
keuangan selama satu periode tertentu.
Pengukuran berdasarkan rasio keuangan
ini sangatlah bergantung pada metode
atau perlakuan akuntansi yang digunakan
dalam menyusun laporan keuangan
perusahaan. Sehingga seringkali kinerja
56
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
perusahaan terlihat baik dan meningkat,
yang mana sebenarnya kinerja perusahaan
tersebut tidak mengalami peningkatan
dan bahkan menurun.
Apabila kinerja keuangan perusahaan
menunjukkan adanya prospek yang baik,
maka sahamnya akan diminati investor
dan harganya meningkat. Dalam konsep
investasi ada teori yang menyatakan
return yang tinggi juga mempunyai risiko
yang tinggi pula, sehingga perusahaan
yang kinerjanya sangat bagus maka
sangat mungkin risiko untuk jatuh tinggi
jika dibandingkan kinerja yang sedangsedang saja.
3. Return Saham
Komponen return meliputi :
1) Capital Gain (loss) merupakan
kenaikan (penurunan) harga suatu
surat berharga (bisa saham maupun
surat utang jangka panjang) yang
bisa
memberikan
keuntungan
(kerugian) bagi investor. Dalam kata
lain, capital gain (loss) bisa juga
diartikan sebagai perubahan harga
sekuritas (Tandelilin, 2007).
Jogiyanto
(2003)
memformulasikannya dalam bentuk:
Pt – Pt-1
Capital gain atau capital loss = ––––––
Pt-1
Harga investasi sekarang (Pt) > Harga
investasi periode lalu (Pt-1), maka
terjadi keuntungan modal (capital
gain)
Harga investasi sekarang (Pt) < Harga
investasi periode lalu (Pt-1), maka
terjadi kerugian modal (capital loss)
2) Yield merupakan pendapatan atau
aliran kas yang diterima investor
secara periodik, misalnya berupa
dividen atau bunga. Yield dinyatakan
dalam presentase dari modal yang
Juni
ditanamkan (Halim, 2003).
Jogiyanto
(2007)
memformulasikannya dalam bentuk:
Dt
Yield = –––––––––
Pt-1
Keterangan :
Dt = Dividen periodik per lembar
Pt-1 = Harga investasi sekarang
Return total merupakan return
keseluruhan dari suatu investasi dalam
suatu periode tertentu. Return total sering
disebut return saja (Jogiyanto, 2003).
Return = Capital Gain (Loss) +
Yield
Pt – Pt-1+ D1
Return = –––––––––––––
Pt-1
Perhitungan
rata-rata
return
menggunakan geometric mean yang
merupakan rata-rata yang memperhatikan
tingkat pertumbuhan kumulatif dari waktu
ke waktu (Jogiyanto, 2003).
RG = [(1+R1) (1+R2) … (1+Rn)]1/n – 1
Keterangan :
RG = Rata-rata Geometrik
Ri = Return untuk periode ke-i
n = Jumlah dari return
Return ekspektasi dapat dihitung
dengan mengalikan masing – masing
hasil masa depan (outcome) dengan
probabilitas kejadiannya dan menjumlah
semua produk perkalian tersebut secara
matematik return ekspektasi dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
E (Ri) = Perolehan diekspektasi suatu
aktiva atau sekuritas
Juni
Ri
Pi
n
Andreas R. S & Astika R. A
= Hasil masa depan ke-i
= Probabilitas hasil masa depan
ke-i
= Jumlah dari hasil masa depan
Secara umum resiko diukur
menggunakan probabilistik atau dalam
bentuk varians (standar deviasi). Alat
ukur yang paling umum digunakan untuk
menjelaskan sejauh mana penyimpangan
expected return dari actual return adalah
dengan varians atau standar deviasi yang
merupakan besarnya penyebaran variabel
random diantara rata-ratanya, semakin
besar penyebarannya semakin besar
varians atau standar deviasi investasi
tersebut. Secara matematis rumus untuk
menghitung varians atau standar deviasi
adalah sebagai berikut :
4. Economic Value Added
EVA
memberikan
pengukuran
yang lebih baik atas nilai tambah yang
diberikan kepada pemegang saham.
Oleh karena itu manajer yang menitik
beratkan pada EVA dapat diartikan telah
beroperasi pada cara-cara yang konsisten
untuk memaksimalkan kemakmuran
pemegang saham. Perlu diingat bahwa
EVA dapat juga diterapkan pada tingkat
divisi atau subsidiary perusahaan. Dengan
demikian EVA merupakan salah satu
kriteria yang lebih baik dalam penilaian
kebijakan manajerial dan kompensasi.
Nilai perusahaan akan meningkat jika
perusahaan akan membiayai investasi
dengan net present value yang positif,
karena net present value yang positif
akan memberikan economic value added
kepada pemegang saham (Sartono,
2001).
57
EVA yang positif menandakan
perusahaan berhasil menciptakan nilai
bagi pemilik modal karena perusahaan
mampu menghasilkan tingkat penghasilan
yang melebihi tingkat biaya modalnya.
Hal ini sejalan dengan tujuan untuk
memaksimalkan
nilai
perusahaan.
Sebaliknya
EVA
yang
negative
menunjukkan bahwa nilai perusahaan
menurun karena tingkat pengembalian
lebih rendah dari pada biaya modalnya.
Dengan adanya EVA, maka pemilik
perusahaan akan memberikan imbalan
(reward) aktivitas yang menambah nilai
dan membuang fasilitas yang merusak
atau mengurangi nilai keseluruhan suatu
perusahaan dan membantu manajemen
dalam hal menetapkan tujuan internal
perusahaan untuk implikasi jangka
panjang dan bukan jangka pendek saja.
Dalam hal investasi, EVA memberikan
pedoman untuk keputusan penerimaan
suatu proyek, dalam hal mengevaluasi
kinerja rutin manajemen, EVA membantu
tercapainya aktivitas yang value added
(Utomo, 1999 : 29).
Keunggulan EVA sebagai alat
pengukuran kinerja keuangan perusahaan
menurut Utomo (1999 : 30) adalah:
a. Manajemen akan digaji lebih
dalam jumlah besar, jika mereka
menciptakan nilai tambah yang besar
pula.
b. EVA
membantu
manajemen
dalam hal menetapkan tujuan
internal perusahaan supaya tujuan
berpedoman pada implikasi jangka
panjang dan bukan jangka pendek
saja.
c. Dalam hal investasi EVA memberikan
pedoman
untuk
keputusan
penerimaan suatu project.
d. EVA membantu adanya sistem
penggajian atau pemberian insentif
yang benar dimana manajemen
didorong untuk bertindak sebagai
owner.
58
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Meningkatnya
laba
operasi
tanpa adanya tambahan modal berarti
manajemen
dapat
menggunakan
aktiva perusahaan secara efisien untuk
mendapatkan keuntungan yang optimal.
Selain itu, dengan berinvestasi ke projectproject yang menerima return lebih besar
daripada biaya modal yang digunakan
berarti manajemen hanya mengambil
project yang bermutu dan meningkatkan
nilai perusahaan. EVA juga mendorong
manajemen untuk berfokus pada proses
dalam perusahaan yang menambah nilai
dan mengeliminasi aktivitas atau proses
yang tidak menambah nilai. Perhitungan
EVA suatu perusahaan merupakan proses
yang kompleks dan terpadu karena
perusahaan harus menentukan terlebih
dahulu biaya modalnya (Utomo, 1999).
Disamping beberapa keunggulan di
atas EVA juga memiliki kelemahan yaitu
(Sumarsan, 2010) :
1) Metode EVA adalah sulit menghitung
biaya modal, membutuhkan sumber
daya (waktu, tenaga) yang besar
untuk mendasarkan perhitungan
biaya modal dan jika terjadi
kesalahan penghitungan biaya modal
akan mengurangi manfaaat EVA
2) Perhitungan
EVA memerlukan
estimasi atas biaya modal dan
estimasi ini sulit dilakukan untuk
perusahaan yang belum go public,
dengan menggunakan estimasi
tersebut
dapat
menyebabkan
kesalahan dalam penghitungan biaya
modal. Sehingga akan mengurangi
manfaat EVA. Penghitungan biaya
modal yang dipakai yaitu dengan
menentukan
biaya
tertimbang
rata – rata atas modal (dalam
persentase) dan menentukan total
jumlah modal yang dipakai. Untuk
menghitung biaya tertimbang rata–
rata atas modal, perusahaan harus
mengidentifikasi seluruh sumber
Juni
dana yang diinvestasikan.
3) EVA sulit diterapkan pada perusahaan
yang beroperasi pada negara yang
kondisi perekonomiannya tidak
stabil dengan tingkat suku bunga
yang berfluktuasi. Hal ini karena
untuk menetapkan persentase biaya
modal menjadi lebih sulit lagi.
Tingkat suku bunga berhubungan
dengan permintaan dan penawaran
modal dalam perekonomian seperti
halnya tingkat inflasi, variabel
perekonomian tercermin pada tingkat
hasil bebas resiko.
4) EVA hanya mengukur hasil akhir
dan tidak mengukur aktivitas (seperti
tingkat loyalitas konsumen dan
tingkat retensi konsumen) perusahaan
sehingga nilai suatu perusahaan
merupakan akumulasi EVA selama
umur perusahaan tersebut. Terdapat
kemungkinan EVA pada perusahaan
tahun berjalan dengan angka positif
yang sangat tinggi, akan tetapi nilai
perusahaan tersebut tidak sesuai
dengan angka EVA sekarang karena
dipengaruhi angka EVA di masa
mendatang yang lebih kecil dari
sekarang atau dengan angka EVA
yang negative.
5) Masih banyak perusahaan yang
mengukur
kinerja
investasi
perusahaan yang bersifat jangka
pendek sehingga selalu metode EVA
bukan menjadi pengukuran kinerja
investasi. masih banyak perusahaan
menggunakan metode tradisional,
yaitu: tingkat pengembalian investasi
atau return on investment, tingkat
perputaran total aktiva atau return
on total asset, tingkat pengembalian
ekuitas atau return on equity, harga
per lembar saham atau earning per
share dan ukuran kinerja investasi
yang lain.
Juni
59
Andreas R. S & Astika R. A
6) EVA adalah ukuran kinerja investasi
berdasarkan pada peristiwa yang
sudah terjadi.
ini untuk mendapatkan hutang jangka
panjang baru. Perusahaan memiliki
beberapa paket surat hutang dan
dengan beban bunga yang beragam
dan cara tepat menghitungnya adalah
secara tertimbang (Weight). Adanya
pembayaran bunga oleh perusahaan
akan
mengurangi
besarnya
pendapatan kena pajak (PKP), maka
Kd harus dikoreksi dengan faktor
tersebut (1-t) dengan t = tingkat
pajak yang dikenakan. Sehingga
dapat dirumuskan menjadi :
Economic Value Added merupakan
sebuah ukuran laba ekonomis yang dapat
ditentukan dari selisih antara Laba Bersih
Operasional Setelah Pajak (Net Operating
Profit After Tax) dengan biaya Modal.
Biaya modal ini ditentukan melalui
biaya rata-rata tertimbang dari Hutang
dan Ekuitas (Weighted Average Cost of
Debt and Equity Capital – “WACC”)
dan jumlah dari modal yang digunakan
(Sternstewart & co).
Biaya bunga tahunan
Kd = ––––––––––––––––––––––––––
Total hutang jangka panjang
Langkah – langkah perhitungan
EVA adalah sebagai berikut (Sumarsan,
2010):
1) Menghitung laba bersih setelah pajak
penghasilan. Laba bersih setelah
pajak penghasilan adalah laba bersih
yang diperoleh dari operasional
perusahaan setelah dikurangi pajak
penghasilan, tetapi masih termasuk
transaksi akuntansi yang bukan
tunai.
2) Menghitung biaya modal (cost
of capital). Biaya modal adalah
aliran kas yang dibutuhkan sebagai
imbalan bagi para penyandang modal
atas risiko usaha atas modal yang
ditanamkan. Biaya modal merupakan
tingkat pengembalian yang harus
dihasilkan oleh perusahaan atas
investasi proyek.
3) Menghitung biaya hutang (cost of
debt). Biaya hutang (cost of debt)
merupakan tingkat suku bunga yang
harus dibayar oleh perusahaan atas
investasi proyek.
Menurut Brigham dan Houstan
(2006: 470)
Biaya hutang (cost of debt) atau Kd
merupakan rate yang harus dibayar
perusahaan didalam pasar pada saat
Menurut Brigham, (2001) biaya
hutang berasal dari biaya hutang
setelah pajak, Kd (1-t). Biaya
hutang ini merupakan biaya yang
relevan dari hutang baru, mengingat
kemampuan bunga mengurangi pajak
digunakan untuk menghitung biaya
modal rata-rata tertimbang (WACC).
Perhitungan ini sama dengan Kd x
(1-t) dimana t merupakan tarif pajak
marjinal perusahaan, t dapat dihitung
dengan biaya pajak dibagi laba
sebelum pajak.
Biaya komponen hutang setelah
pajak =
Suku
bunga
Penghematan pajak
=K -K t
d
d
= K ( 1-t )
d
Alasan penggunaan biaya hutang
setelah pajak dalam menghitung
biaya modal rata-rata tertimbang
adalah sebagai berikut, nilai
saham perusahaan yang ingin kita
60
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
maksimumkan, bergantung pada
arus kas setelah pajak. Karena
bunga merupakan beban yang
dapat dikurangkan, maka bunga
menghasilkan penghematan pajak
yang mengurangi biaya hutang
bersih, yang membuat biaya hutang
setelah pajak lebih kecil dari biaya
hutang sebelum pajak. Biaya hutang
adalah suku bunga atas hutang baru
, bukan atas hutang yang masih
beredar, dengan kata lain biaya yang
kita perlukan adalah biaya hutang
marjinal.
4) Menghitung estimasi biaya modal
saham (cost of equity). Estimasi
biaya modal dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan capital
asset pricing model (CAPM).
Menurut Brigham dan Gapenski
(1996) ada tiga metode pendekatan
untuk menentukan nilai Ke antara
lain:
a. CAPM (Capital Asset Pricing
Model)
Model yang populer adalah penetapan
harga aktiva modal atau CAPM.
Metode tersebut dapat dirumuskan:
Ke = Risk free rate + Risk Premium
= Krf + βI (Krm – Krf)
Model ini melihat tingkat hasil yang
diharapkan investor dengan rumus
Krf = tingkat hasil pengembalian
bebas resiko (risk free rate), Krm
= tingkat hasil pengembalian yang
diharapkan dipasar, dan βI = koefisien
Beta saham yang merupakan Indeks
resiko saham perusahaan ke i.
Komponen biaya ekuitas :
(1) Risk Free Rate = Krf
Adalah tingkat bebas risiko, dimana
penanaman modal pada instrument
bisnis yang mempunyai tahun bebas
resiko. Ini akan dapat dipastikan
Juni
memperoleh keuntungan seperti
yang diharapkan. Sebagai ukuran
dipakai tingkat suku bunga obligasi
dalam dalam hal ini adalah Sertifikat
Bank Indonesia. Data ini diperoleh
dari jurnal statistik keuangan di pasar
modal.
(2) Market Return = Krm
Adalah tingkat keuntungan portofolio
pasar atau nilai keseluruhan pasar.
Sebagai pengukur dipakai tingkat
keuntungan
rata-rata
seluruh
kesempatan investasi yang tersedia
di indeks pasar. Indeks pasar yang
dipakai adalah Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Data diperoleh
dari Capital Market Direktory
(CMD). Cara memperolehnya adalah
dengan mengumpulkan nilai IHSG
bulanan. Kemudian dihitung sebagai
berikut:
Indeks bulan i – Indeks bulan i – t
Return Pasar (Krm) = –––––––––––––––––––
Indeks bulan i – t
(3) Beta = β
Tandelilin (2007) mengemukakan
bahwa kecenderungan sebuah saham
bergerak naik dan turun mengikuti
pasar akan tercermin dalam koefisien
betanya. Beta adalah elemen kunci
dari CAPM. Beta suatu saham
adalah suatu ukuran volatilitas
(fluktuasi) saham tersebut terhadap
rata-rata pasar saham. Hal tersebut
mencerminkan resiko pasar sebagai
lawan resiko spesifik perusahaan
yang dapat dikurangi dengan
diversifikasi. Penjabaran mengenai
diversifikasi oleh Jogiyanto (2003)
adalah bahwa tindakan diversifikasi
Juni
61
Andreas R. S & Astika R. A
sangat penting untuk investor karena
dapat meminimumkan resiko tanpa
harus mengurangi return yang
diterima. Investor dapat melakukan
diversifikasi dengan dua cara, yaitu :
(a) Diversifikasi dengan membentuk portofolio berisi banyak
aktiva.
Diversifikasi ini menggunakan
asumsi rate of return bahwa
rate of return masing – masing
sekuritas secara statistik adalah
independen. Ini berarti bahwa
rate of return untuk satu
sekuritas tidak terpengaruhi
oleh rate of return sekuritas
lainnya. Dengan asumsi ini
deviasi standar yang mewakili
resiko dari portofolio dapat
dituliskan :
σi
σp = ––––––––––
sekuritas secara acak tanpa
memperhatikan karakteristik
dari investasi yang relevan
seperti misalnya return dari
sekuritas itu sendiri. Investor
hanya memilih sekuritas secara
acak.
(c) Diversifikasi secara metode
Markowitz.
Sekuritas – sekuritas yang
mempunyai korelasi lebih kecil
dari +1 akan menurunkan risiko
portofolio. Semakin banyak
sekuritas yang dimasukkan ke
dalam portofolio, semakin kecil
risiko portofolio. Diversifikasi
dapat ditunjukkan dengan
jumlah aktiva yang besar di
dalam portofolio.
Dari rumus tersebut terlihat
bahwa resiko portofolio akan
menurun dengan cepat dengan
semakin
besarnya
jumlah
sekuritas (n). semakin banyak
sekuritas yang dimasukkan ke
portofolio, semakin kecil resiko
portofolionya. Kenyataannya,
asumsi rate of return yang
independen untuk masing –
masing sekuritas adalah kurang
realistis karena umumnya
return sekuritas berkorelasi satu
dengan yang lainnya.
(b) Diversifikasi
dengan
membentuk portofolio secara
random.
Diversifikasi ini merupakan
pembentukan
portofolio
dengan memilih sekuritas –
b. Discounted Cash Flow Model
(DCF)
Model ini melihat Ke sebagai nilai
dividen atau harga saham ditambah
dengan prosentase pertumbuhan
dari deviden tersebut (asumsi
pertumbuhan konstan),
Keterangan :
g = b (r), b atau retention ratio
diperoleh = (1 –Payout
ratio)
D1 = D0 (1+g)
P0 = harga saham periode ke 0, r =
rate of return
D1
Ke = ––––– g
P0
Ke = Dividen Yield + b (r)
Ratio antara D1 dan P0
dikenal sebagai Dividend
Yield.
62
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
c. Bond Yield Plus Risk Premium
Approach.
Memperkirakan tingkat return yang
akan diperoleh dengan menambahkan
premi resiko pada obligasi, dimana
company bond yield diperoleh
dari perusahaan yang memiliki
obligasi (Kd) dan risk premium pada
pendekatan ketiga ini adalah premi
yang diharapkan melebihi nilai bond
yield perusahaan (Kd) dengan maksud
menarik investor untuk investasi
pada obligasi yang lebih beresiko.
Ke = Company own bond Yield +
Risk Premium
(1) Menghitung struktur modal.
Modal merupakan jumlah dana
yang tersedia bagi perusahaan
untuk membiayai perusahaannya
yang merupakan penjumlahan
dari total hutang dan modal
saham. Hutang mempunyai
beberapa keunggulan seperti
beban bunga dari hutang
mengurangi pajak penghasilan,
kreditur tidak memiliki hak suara
sehingga pemegang saham dapat
mengendalikan
perusahaan
dengan penyertaan dana yang
kecil. Akan tetapi, hutang juga
mempunyai keterbatasan yaitu:
hutang biasanya berjangka
waktu tertentu untuk dilunasi
tepat waktu, rasio hutang yang
tinggi akan meningkatkan biaya
modal bila perusahaan dalam
kondisi sulit dan labanya tidak
dapat memenuhi beban bunga
sehingga perusahaan berada
dalam likuiditas yang tidak
likuid.
(2) Biaya modal sendiri sering
disebut cost of equity atau Ke.
Bila para investor menyerahkan
Juni
dananya berupa equity kepada
perusahaan mereka berhak
untuk mendapatkan pembagian
deviden dimasa mendatang
sekaligus berkedudukan sebagai
pemilik parsial dari perusahaan
tersebut. Besarnya deviden
tidak ditentukan pada saat
investor menyerahkan dananya,
akan tetapi bersifat tidak tentu
tergantung kinerja perusahaan
tersebut dimasa datang. Hal
ini sangat berbeda dengan
modal hutang karena sudah ada
kepastian tingkat bunga yang
disetujui. Untuk menghitung Ke
perlu pendekatan berdasarkan
nilai pasar yang berlaku dan
bukan nilai buku.
(3) Menghitung rata-rata modal
tertimbang (Weigheted Average
Cost Of Capital – WACC).
WACC
adalah
rata-rata
tertimbang
dari
seluruh
komponen modal. Komponen
modal yang dimaksud adalah
saham biasa, saham preferen,
hutang dan laba ditahan.
Seluruh komponen modal yang
dilakukan oleh penanam modal
berharap untuk mendapatkan
pengembalian (return) dari
investasi mereka. Jumlah biaya
masing – masing komponen
modal misalnya pinjaman jangka
pendek dan pinjaman jangka
panjang serta setoran modal
saham yang diberikan bobot
sesuai dengan proporsiny dalam
struktur modal perusahaan.
Menghitung EVA.
Dalam perhitungan EVA dapat
digambarkan bahwa apabila
tingkat pengembalian yang
dihasilkan (laba) dikurangi biaya
modal yang dituntut penyandang
modal atas investasinya maka
Juni
Andreas R. S & Astika R. A
63
akan
menghasilkan
EVA
positif yang berarti suatu
keadaan dimana perusahaan
berhasil menciptakan nilai
bagi pemilik modal. Demikian
juga sebaliknya jika tingkat
pengembalian yang dihasilkan
(laba) lebih kecil dari biaya
modal yang dituntut penyandang
modal atas investasinya, maka
akan
menghasilkan
EVA
yang negative sehingga nilai
perusahaan berkurang.
yang ditanamkan ke dalam perusahaan
tersebut.
5. Pertumbuhan Aset
Aset merupakan aktiva yang
digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan yang diharapkan, semakin
besar hasil operasional perusahaan yang
dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan
aset yang diikuti peningkatan hasil operasi
akan semakin menambah kepercayaan
pihak luar terhadap perusahaan. Dengan
meningkatnya kepercayaan pihak luar
terhadap perusahaan maka proporsi
hutang semakin lebih besar dari pada
modal sendiri. Hal ini di dasarkan
pada keyakinan kreditor atas dana
yang ditanamkan ke dalam perusahaan
dijamin oleh besarnya aset yang dimiliki
perusahaan (Ang, 1997).
Ha1: Pertumbuhan aset berpengaruh
positif terhadap return saham
6. Pengaruh Pertumbuhan Aset
Terhadap Return Saham
Perusahaan
berharap
mampu
mempertahankan kelangsungan hidup
usahanya (going concern) dan membuat
aktivitas perusahaan menjadi lebih baik
dalam jangka waktu yang lama. Semakin
besar hasil operasional perusahaan maka
semakin besar kepercayaan pihak luar
terhadap perusahaan tersebut. Maka
proporsi hutang akan semakin lebih
besar dibandingkan modal sendiri begitu
juga dengan resiko dan return saham
yang diharapkan investor atas dana
Jogiyanto (2003) meneliti hubungan
variabel akuntansi atau fundamental
terhadap resiko (β). Variabel – variabel
tersebut adalah dividen pay out, aset
growth, leverage, liquidity, aset size,
earning dan
accounting beta. Dari
ke-7 variabel tersebut hanya 4 variabel
yang berhubungan positif dengan
beta fundamental, yaitu asset growth,
leverage, earning dan accounting beta.
Berdasarkan hal tersebut dirumuskan
hipotesis pertama sebagai berikut :
7. Pengaruh EVA Terhadap Return
Saham
Perusahaan
yang
mampu
menghasilkan tingkat pengembalian yang
lebih besar dari biaya modalnya maka
perusahaan dinilai berhasil meciptakan
EVA. Harga saham akan naik yang pada
akhirnya akan memberikan return saham
yang tinggi.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sumarsan (2010)
bahwa EVA membantu para penyandang
dana untuk mendapatkan penghasilan yang
maksimal. EVA dapat mengidentifikasi
kegiatan atau proyek yang memberikan
pengembalian lebih tinggi dari pada
biaya modalnya. Berdasarkan hal tersebut
dirumuskan hipotesis kedua sebagai
berikut :
Ha2: EVA berpengaruh positif terhadap
return saham.
HIPOTESIS
Dengan mengacu pada beberapa
teori yang telah diuraikan diatas, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah :
64
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Ha1 : Pertumbuhan aset berpengaruh
positif terhadap return saham
Ha2 : EVA
berpengaruh
positif
terhadap return saham.
METODA PENELITIAN
1. Populasi dan teknik Pengambilan
Sampel
Populasi dari penelitian meliputi
perusahaan-perusahaan
manufaktur
go public yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan Indonesian Capital
Market Direktory (ICMD).
Sampel sebanyak 60 perusahaan
manufaktur go public diambil dengan cara
purposive sampling dari populasi, yakni
perusahaan manufactur go public yang
menerbitkan deviden secara rutin dalam
periode 2007 sampai dengan 2009.
2. Analisis data
a. Uji Hipotesis
1) Uji Asumsi Klasik
Pengujian
model
regresi
berganda dalam menguji hipotesis
haruslah menghindari kemungkinan
penyimpangan asumsi klasik. Dalam
penelitian ini uji asumsi klasik yang
digunakan adalah: uji normalitas, uji
Autokorelasi, uji Multikolinearitas, dan
uji Heterokedastisitas.
2) Uji Normalitas
Untuk menguji data variabel
independen (x) dan data variabel terikat (y)
pada persamaan regresi yang dihasilkan.
Pengujian normalitas dalam penelitian ini
menggunakan uji statistik non parametrik
kolmogrov-smirnov
(K-S),
apabila
signifikansi lebih besar dari 0.05 maka H0
diterima, sedangkan jika nilai signifikansi
lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak.
3) Uji Autokorelasi
Ada tidaknya autokorelasi dapat
diketahui dengan menggunakan uji Durbin
Watson (DW). Durbin Watson statistik
Juni
akan dibandingkan dengan Durbin Watson
tabel dengan nilai signifikan sebesar 5%.
4) Uji Multikolinearitas
Ada tidaknya multikolinearitas
dapat diketahui dengan melihat nilai
variance inlation factor, apabila nilai
VIF < 10 dan nilai tolerance > 0.1
maka tidak terjadi multikolinearitas.
5) Uji Heteroskadisitas
Untuk mendeteksi ada tidaknya
gejala heteroskedasitas dengan melihat
plot grafik yang dihasilkan dari
pengolahan data menggunakan program
SPSS. Jika tidak ada pola tertentu, serta
titik-titik yang menyebar tidak tertentu di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu
Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas
(homokedastisitas).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Regresi
Variabel dependen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah return saham
dari 60 perusahaan sampel periode tahun
2007-2009 perusahaan manufaktur go
public yang listing di PT. Bursa Efek
Indonesia dan Indonesian Capital Market
Direktory (ICMD).
Analisis data dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi linear
berganda. Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan komputer melalui program
Excel dan SPSS 13.0 for Windows.
Ringkasan hasil olahan data seluruh
variabel penelitian yang telah diolah
dengan bantuan program SPSS 13.0 for
Windows.
2. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji ada tidaknya
pengaruh yang signifikan dari masingmasing variabel independen terhadap
variabel dependen, dilakukan beberapa uji
signifikansi, yaitu uji t test. Pengolahan dan
Juni
Andreas R. S & Astika R. A
perhitungan data menggunakan bantuan
program SPSS 13.0 for Windows.
Uji parsial bertujuan untuk membuat
kesimpulan mengenai pengaruh variabel
independen secara individu terhadap
variabel dependen dengan menggunakan
model regresi linier berganda. Uji parsial
disebut juga uji t.
Dalam pengujian hipotesis ini akan
dilihat nilai probabilitas (P), jika nilai
p-value < α (5%) maka Ha diterima,
artinya variabel independen berpengaruh
signifikan
terhadap
variabel
dependen dan jika nilai p-value > α
(5%) maka Ha tidak diterima, artinya
variabel independen tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Hasil pengujian hipotesis ini dapat dilihat
dalam Tabel 1.
Tabel 1
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Pertumbuhan Asset
EVA
a.
Unstandardized
Coefficients
B
Std.
Error
3348,522
637,566
7070,352
465,882
1690,998
915,012
Standardized
Coefficients
Beta
,600
,073
t
5,252
4,181
3,509
Sig.,000
,000
,013
Dependent Variable: Return Saham
Dari hasil pengolahan data, diperoleh
angka-angka, bila ditranformasikan dalam
regresi linier berganda menjadi:
Y = 3348,522 + 7070,352X1 + 465,882X2 + e
Tampak pada persamaan tersebut
menunjukkan angka yang signifikan pada
semua variabel. Adapun interpretasi dari
persamaan tersebut adalah :
a = 3348,522
Nilai konstanta ini menunjukkan
bahwa apabila tidak ada Variabel EVA,
65
dan pertumbuhan aset (X1, dan X2 = 0),
maka return sebesar 3348,522. Dalam arti
kata return menurun sebesar 3348,522
sebelum atau tanpa adanya Variabel EVA
dan pertumbuhan aset (X1, dan X2 = 0).
b = 7070,352
1
Nilai parameter atau koefisien
regresi b ini menunjukkan bahwa setiap
1
variable pertumbuhan
asset meningkat 1
kali, maka return akan meningkat sebesar
7070,352 kali atau dengan kata lain setiap
peningkatan return dibutuhkan variabel
pertumbuhan aset sebesar 7070,352,
dengan asumsi variabel bebas yang lain
tetap (X1 = 0) atau Cateris Paribus.
b = 465,882
2
Nilai parameter atau koefisien regresi
b ini menunjukkan bahwa setiap variable
2
EVA
meningkat 1 kali, maka return
akan menurun sebesar 485,882 kali atau
dengan kata lain setiap penurunan return
dibutuhkan variable EVA sebesar 485,882,
dengan asumsi variabel bebas yang lain
tetap (X2 = 0) atau Cateris Paribus.
Untuk penarikan kesimpulan dengan
jumlah sampel sebanyak 60 perusahaan
periode tahun 2007-2009, dan jumlah
variabel sebanyak 3 variabel dilakukan
dengan membandingkan angka signifikan
t dengan taraf signifikan, yang dalam
penelitian ini sebesar 5%. Bila angka
signifikan t lebih kecil dari taraf signifikan,
maka Ha diterima dan sebaliknya, bila
angka signifikan t lebih besar dari taraf
signifikan, maka Ha tidak diterima atau
ditolak.
3. Pertumbuhan Asset
Untuk menginterprestasikan hasil
pada Tabel 4.6, terlebih dahulu disajikan
hipotesis pertama yang menyatakan:
66
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Ho1: Pertumbuhan
aset
tidak
berpengaruh signifikan terhadap
return saham
Ha1: Pertumbuhan aset berpengaruh
signifikan terhadap return saham
Uji signifikansi terhadap hipotesis
pertama diperoleh nilai t hitung sebesar
4,181 dan nilai signifikan sebesar
0,000. Bila dibandingkan dengan taraf
signifikannya 0,05 berarti signifikan
pada taraf signifikansi 5% didapat
P<0,05. Nilai signifikansi lebih kecil
dari taraf signifikansi, maka hipotesis
pertama diterima, artinya pertumbuhan
asset berpengaruh signifikan terhadap
return saham periode tahun 2007-2009
perusahaan manufaktur yang terdaftar di.
Bursa Efek Indonesia.
4. EVA
Untuk menginterprestasikan hasil
pada Tabel 4.6, terlebih dahulu disajikan
hipotesis kedua yang menyatakan:
Juni
SIMPULAN
Pertumbuhan aset berpengaruh
signifikan terhadap return saham periode
tahun 2007-2009, dibuktikan dengan nilai
thitung sebesar 4,181 dan nilai signifikan
sebesar 0,000. Pertumbuhan aset akan
menjadi variabel bebas yang dominan
pengaruhnya terhadap return saham
dalam penelitian ini ternyata terbukti,
nilai koefisien beta terstandarisasinya
lebih besar dari nilai EVA, sehingga
kinerja perusahaan secara optimal untuk
menciptakan nilai tambah bagi perusahaan
sangat diperhatikan dibandingkan nilai
perusahaan di pasar.
EVA berpengaruh signifikan terhadap
return saham periode tahun 2007-2009,
dibuktikan dengan nilai thitung sebesar
3,509 dan nilai signifikansi sebesar 0,013,
karena nilai signifikansi lebih kecil dari
taraf signifikansi, maka hipotesis pertama
diterima.
Ho2: EVA tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham
Ha2: EVA
berpengaruh
signifikan
terhadap return saham
Daftar Pustaka
Uji signifikansi terhadap hipotesis
kedua diperoleh nilai t hitung sebesar
3,509 dan nilai signifikan sebesar
0,013. Bila dibandingkan dengan taraf
signifikannya 0,05 berarti signifikan pada
taraf signifikansi 5% karena P<0,05.
Nilai signifikansi lebih kecil dari taraf
signifikansi, maka hipotesis pertama
diterima, artinya EVA berpengaruh
signifikan terhadap return saham periode
tahun 2007-2009 perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Brigham, Eugene, 2001.Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan, Jilid I,
Erlangga, edisi 9. Jakarta
Anthony, Robert N & Govindarajan, Vijay,
2002. Sistem Pengendalian
Manajemen, Edisi Pertama,
Salemba Empat, Jakarta.
Brigham, E.F. dan Gapenski, Louis
C., (1996). “Intermediate
financial management”. (5th
ed.). Sea Harbor Drive: The
Dryden Press. New York.
Brigham & Houston, 2006. Fundamentals
Of Financial Management
Dasar – Dasar Keuangan,
Buku 1, Edisi 10, Salemba
Empat, Jakarta.
Http://www.idx.co.id/ 24 Januari 2011,
08.00 WIB
Juni
Halim,
67
Andreas R. S & Astika R. A
Abdul, 2007. Pengelolaan
Keuangan
Daerah.
Yogyakarta, UPP STIM.
YKPN. Yogyakarta
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2007.
Standar Akuntansi Keuangan,
Salemba Empat, Jakarta.
Jogiyanto, 1996. Teori Portfolio dan
Analisis Investasi, Edisi
Pertama,
BPFE
UGM,
Yogyakarta.
Mamduh M. Hanafi & Abdul Halim, 1996.
Analisis Laporan Keuangan,
Edisi 1, UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.
Sartono, R. Agus, 2001, Manajemen
Keuangan
Teori
dan
Aplikasi, Edisi Empat, BPFE
UGM, Yogyakarta.
Sumarsan,
Thomas, 2010. Sistem
Pengendalian
Manajemen
Konsep,
Aplikasi,
Dan
Pengukuran Kinerja”, PT.
Indeks, Jakarta.
Tandelilin, Eduardus, 2007, Analisis
Investasi dan Manajemen
Portofolio, Edisi Pertama
BPFE. UGM, Yogyakarta.
Utomo,
Lisa Linawati 1999.
“Economic
Value
Added
Sebagai
Ukuran Keberhasilan
Kinerja
Manajemen
Perusahaan”.
Jurnal
Akuntansi
dan
Keuangan.Vol. 1. No.1.
Hal. 28-42.
http: //puslit.pe tra.ac .id/journals/
accounting/
Download