Andy Dharmaputra Noor, Ristiana Eryati dan Akhmad Rafi’i PENDETEKSIAN KARBOHIDRAT (MUKUS) PADA JARINGAN LUNAK KARANG MASIF (Porites sp.) DI PERAIRAN KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Carbohydrate (Mukus) Detection in Coral Massive (Porites sp.) Soft Tissue at Bontang Coastal East Borneo Province) ANDY DHARMAPUTRA NOOR1), RISTIANA ERYATI2) dan AKHMAD RAFI’I2) 1) Mahasiswa Jurusan MSP-FPIK, Unmul 2) Staf Pengajar Jurusan MSP-FPIK, Unmul Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Jl. Gunung Tabur No. 1 Kampus Gunung Kelua Samarinda E-mail: [email protected] ABSTRACT This research was aimed to detect carbohydrate distribution frequency in (Porites sp.) coral massive soft tissue. This research using histology method and staining with Periodic Acid Schiff’s (PAS). The preparations results there was showed and analyzed with descriptive qualitative methods, using photomicrograph to describe it. The results was showed that the 3 layers of coral polyp membrane namely (ectoderm, mesoglea and endoderm). There is neutral carbohydrate can be found in Porites sp. soft tissue, there was have a positive strong and weak positive characteristic. Strong positive characteristic of neutral carbohydrate can be found in mesoglea, eksokrin gland and zooxanthellae. Weak positive characteristic of neutral carbohydrate can be found in endoderm and a part of messenteri filament section. The carbohydrate used by coral for growing and support metabolism process. Keywords: coral, soft tissue, carbohydrate, Periodic Acid Schiff’s (PAS). PENDAHULUAN Teknik Histologi merupakan seni mempersiapkan organ, jaringan atau bagian jaringan yang dapat diamati. Ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis, salah satu dari cabang-cabang biologi. Ilmu. Teknik Histokimia merupakan teknik untuk mendeteksi keberadaan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu struktur jaringan atau sel seperti protein, karbohidrat, lemak, hormon serta enzim (Gunarso, 1989). Pewarnaan jaringan ada dua jenis yaitu pewarnaan umum dan pewarnaan khusus salah satu pewarnaan khusus yaitu Periodic Acid Schiff (PAS) dan Alcian Blue (AB) (Kiernan, 1990). Proses dalam pewarnaan jaringan berfungsi melindungi jaringan atau sel dari berbagai macam faktor, seperti faktor fisika, kimia dan biologi. Pewarnaan merupakan senyawa yang dapat berikatan dengan substrat dan digunakan untuk mempelajari morfologi. Untuk tegaknya seluruh jaringan, polip didukung oleh kerangka kapur sebagai penyangga. Kerangka kapur ini berupa lempengan-lempengan yang tersusun secara radial dan berdiri tegak yang disebut septa, septa tersusun dari bahan organik dan kapur yang merupakan hasil sekresi dari polip karang. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. Vol. 20. No. 2, April 2015:090–098 Diterima 30 Oktober 2014. Semua hak pada materi terbitan ini dilindungi. Tanpa izin penerbit dilarang untuk mereproduksi atau memindahkan isi terbitan ini untuk diterbitkan kembali secara elektronik atau mekanik. 90 Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 20. No. 2, April 2015 – ISSN 1412-2006 Andy Dharmaputra Noor, Ristiana Eryati dan Akhmad Rafi’i Dinding polip karang terdiri dari 3 lapisan, yaitu ektodermis, mesoglea dan endodermis: 1. Ektodermis: Jaringan terluar dimana banyak dijumpai sel glandula yang berisi mukus dan sel knidoblast yang berisi sel nematokis. Nematokis merupakan sel penyengat yang berfungsi sebagai alat penangkap makanan dan mempertahankan diri dari pemangsaan. 2. Mesoglea: Merupakan jaringan yang ada di bagian tengahnya berupa jelly. Di dalam lapisan jelly terdapat fibril-fibril sedangkan dilapisan luar terdapat sel semacam otot. 3. Endodermis: Lapisan dalam yang sebagian besar selnya berisi sel algae yang merupakan simbion karang (zooxanthellae). BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama 3 Bulan dari Bulan Juni - Desember 2013. Tempat penelitian berada pada 3 tempat atau pulau yang berbeda yang berada pada kawasan perairan wilayah Kota Bontang yaitu di Pulau Beras Basah, Pulau Kadindingan dan Pulau Melahing. Penelitian ini dilakukan pada kawasan ekosistem Terumbu Karang pada daerah pulau tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Peta lokasi penelitian Peta dan penentuan stasiun dalam pengambilan sampel data serta perkiraan penentuan titik stasiun dalam titik koordinat melalui alat GPS (Global Positioning System). Pada Gambar 1. Peta stasiun penelitian di atas berada di Kota Bontang Provinsi Kalimantan Timur, stasiun yang ada pada peta administratif di atas mewakili dari setiap pulau. Stasiun 1 dan 2 berada di Pulau Melahing, stasiun 3 dan 4 berada di Kepulauan Kadindingan dan stasiun 5 dan 6 berada di Pulau Beras Basah. Pengambilan stasiun yang dipilih pada saat penelitian berdasarkan presentase penutupan karang yang dilihat secara visual. Alat dan Bahan Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan dalam beberapa kelompok bagian: Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 20. No. 2, April 2015 – ISSN 1412-2006 91 Andy Dharmaputra Noor, Ristiana Eryati dan Akhmad Rafi’i a. b. c. A. Persiapan dalam penyediaan preparat jaringan dan pewaranaan jaringan lunak karang secara khusus. Peralatan yang digunakan dalam pengambilan Parameter Pendukung. Peralatan pendukung dalam pengambilan sample dan stasiun pengambilan sampel. Proses Penyediaan Preparat Jaringan Lunak Terumbu Karang Proses dalam penyediaan preparat dalam jaringan terumbu karang ada beberapa tahapan dapat dilihat sebagai berikut: 1. Formalin 10 % Penggunaan Fiksasi formalin 10% dicampur dengan 90 % air laut bertujuan untuk mempertahankan sel jaringan lunak pada sampel karang yang diambil dalam keadaan hidup. 2. Bouin Setelah 24 Jam sampel direndam dalam larutan Formalin 10 % kemudian sampel direndam dalam larutan fiksatif ke dua yaitu larutan Bouin. Larutan Buoin dapat sebagai bahan fiksasi alternatif dalam pengawetan dengan konsentrasi lebih rendah dibandingkan dengan larutan formalin dengan konsentrasi lebih tinggi. Sampel yang direndam dalam larutan Bouin dapat bertahan 1 - 2 x 24 jam atau dalam 48 jam. 3. Dekalsifikasi Dalam pengambilan jaringan lunak pada hewan karang, struktur kerangka kapur yang menempel pada jaringan lunak pada hewan karang dilarutkan dalam larutan dekalsifikasi sampai struktur kerangka kapur terlarut. Komposisi dalam melarutkan kerangka kapur (CaCO3) pada terumbu karang dapat dilihat sebagai berikut: a. Dekalsifikasi dengan menggunakan asam lemah (200 ml) Asam Asetat (Acetic Acid) 10% = 10 ml Formalin = 10 ml Akuades (Steril atau Non steril) = 180 ml b. Dekalsifikasi dengan konsentrasi asam kuat (200 ml) o HCL (Hidrogen Chlorida) 10 % = 10 ml o Formalin = 10 ml o Akuades (Steril atau Non steril) = 180 ml 4. Alkohol 70 % (Stopping Point) Setelah struktur kerangka kapur terlrut dalam proses dekalsifikasi selanjutnya sampel dimasukkan kedalam alkohol berkadar 70 %. Fungsi alkholol dalam proses peneyediaan preparat berfungsi menjaga keutuhan sel jaringan lunak dengan konsentrasi yang lebih rendah daripada Formalin dan Bouin, apabila direndam dalam formalin dalam jangka waktu yang lama dapat merusak struktur susunan sel dan dapat bergeser posisinya, sedangkan apabila sel yang direndam dalam larutan bouin dalam jangka waktu lama akan dapat menimbulkan artefact (warna kekuningan dalam foto mikroskop). Larutan alkohol 70 % dapat bertahan selama 90 hari atau selama 3 bulan. 5. Formalin Netral (Neutral Buffered Formallin) pH 7 Setelah direndam dalam larutan alkohol 70 % dalam jangka waktu yang cukup selanjutnya sampel yang akan dikirim atau akan dipindahkan dapat dimasukkan dalam larutan fomalin netral, fungsinya adalah agar sampel dapat dikirim dalam bentuk kering yang dimassukan dalam kotak sampel jaringan lunak mikroskopis (tissue). Komposisi dalam pembuatan larutan Formalin Netral dilihat sebagai berikut: a. Neutral Buffered Formalin pH7 (1 Liter) Formalin (40% b/v formaldehid) = 100 ml NaH2PO4 2H2O monohidrat = 4,0 gram Na2HPO4 anihidrat = 6,5 gram Akuades ad = 1000 ml 92 Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 20. No. 2, April 2015 – ISSN 1412-2006 Andy Dharmaputra Noor, Ristiana Eryati dan Akhmad Rafi’i B. Prosedur Pewarnaan jaringan khusus a. Periodic Acid Schiff (PAS) 1. Masukkan Larutan Schiff ke tempat penghangat 2. Deparafinasi dan Rehidrasi 3. Oksidasi dalam larutan Periodic Acid selama 10 - 30 menit 4. Cuci pada air mengalir dalam 3 menit 5. rendam pada larutan schiff selama 20 menit 6. Pindahkan pada air mengalir dan cuci selama 10 menit 7. Tambahkan counterstains sesuai selera 8. Dahidrasi pada alkohol bertingkat , bersihkan dengan xylene, setelah itu ditutup menggunakan mounting beresin sedang. HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Jaringan Lunak Karang Berdasarkan hasil analisis histologi terhadap jaringan lunak karang masif Genus Porites menunjukan bahwa dinding jaringan lunak karang terdiri dari tiga lapisan utama. Lapisan paling luar disebut epidermis dan lapisan jaringan paling dalam disebut endoderma (Gastrodermis). Dan lapisan jaringan tersebut di hubungkan oleh lapisan mesoglea (Timotius,2003; Suharsono, 2004; Eryati, 2008). Dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Lapisan dinding polip karang (E) Ektodermis, (M) Mesoglea (G) Endodermis. Karakteristik lapisan ektoderma atau lapisan epidermis adalah terdiri dari sel-sel epitel, fungsi dari lapisan ektoderma menurut (Fautin dan Marischal, 1991; Eryati, 2008) berperan dalam pemberian nutrisi secara langsung, dengan mengambil bahan organik terlarut dalam perairan secara langsung. (Krupp, 1984) menyatakan bahwa pada lapisan epidermis terdapat sel kelenjar mukus digunakan anthozoa yang berfungsi untuk mencerna makanan, pembersihan lapisan epidermis dan melindungi lapisan epidermis atau lapisan luar dari karang dari kekeringan. Pada anthozoa mukus diproduksi dalam lapisan sel gastrodermis. (Schlichter, 1984) berpendapat bahwa epidermis dapat berfungsi dalam memberikan nutrisi secara langsung dengan menyerap bahan-bahan organik terlarut pada perairan. Lapisan Mesoglea pada Gambar 2 (M) terletak pada bagian tengah antara lapisan epidermis dan lapisan gastrodermis pada karang, terlihat pada dasar dari sel epitel dari lapisan epidermis. Dalam lapisan mesoglea terdapat sel otot dari sel epitel atau disebut ephitheliomuscular, menurut (Hyman, 1940; Grimstone et al., 1958; D.Chapman, 1974) sel ephitheliomuscular tersebar pada sepanjang lapisan mesoglea, sel otot pada cnidaria mempunyai dasar pada lapisan pada lapisan mesoglea. Mesoglea berfungsi sebagai otot penggerak pada rangka hydrostatic pada karang. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 20. No. 2, April 2015 – ISSN 1412-2006 93 Andy Dharmaputra Noor, Ristiana Eryati dan Akhmad Rafi’i Pada bagian bawah rongga tubuh (Coelenteron) karang terdapat bagian tubuh jaringan lunak yang disebut mesenteri filamen. Secara umum mesenteri filamen berfungsi sebagai organ pencernaan pada karang, dalam messenteri fillamen terdapat sel granule dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Messenteri Fillament (A) Low Density Globules (B) Sel Granules (C) Pigmen Dalam organ mesenteri filamen makanan yang ditangkap oleh tentakel dan dicerna dalam rongga tubuh, dicerna lebih lanjut dan mengalami proses kehidupan karang. Makanan karang dapat berupa zooplankton, partikel-partikel dan detritus. Menurut (Hand, 1966; Eryati, 2008) fungsi utama dari messenteri fillamen ialah sebagai tempat mencerna nutrisi atau makanan yang masuk kedalam tubuh mengalami beberapa proses, kemudian lebih lanjut dapat berdampak pada sirkulasi air dalam tubuh karang, sirkulasi air dalam tubuh karang berdamapak atau berhubungan erat dengan pencernaan makanan pada karang. Pada Gambar 4A di bawah ini adalah lapisan yang banyak terdapat zooxanthellae yaitu pada lapisan Endoderma. Gambar 4. A. Lapisan Endodermis karang masif (a) Zooxanthellae. B. Fotomikrograf dinding polip karang masif. (e) jaringan sel epitel pada mesoglea. (a) Zooxanthellae pada lapisan Gastroderma pada lapisan dinding polip karang masif. (E) lapisan ektoderma, (G) Lapisan Gastroderma, (M) Mesoglea. 94 Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 20. No. 2, April 2015 – ISSN 1412-2006 Andy Dharmaputra Noor, Ristiana Eryati dan Akhmad Rafi’i Lapisan Endoderma merupakan lapisan dalam bagian dari struktur karang terlihat pada Gambar 2 (G) dan Gambar 4A berciri banyak terdapat zooxanthellae. Menurut (Trench, 1974) Zooxanthellae yang berasosiasi dengan karang terletak pada lapisan endoderma. Lapisan Gastrodermis atau lapisan endoderma sangat cocok untuk zooxanthellae, hanya pada kelas anthozoa penyerapan sinar ultra violet dapat diatur dalam lapisan gastrodermis oleh zooxanthellae, selain mendapatkan nutrisi dari hasil fotosintesis fungsinya melindungi karang dari kekeringan dengan memproduksi mukus untuk melindungi dari kekeringan. Selain menangkap makanan secara langsung, karang juga menerima tambahan karbohidrat dari hasil fotosintesis zooxanthellae, pada karang yang tumbuh didaerah tropis umumnya bersimbiosis dengan zooxanthellae. Proses biologi yang terajadi dalam jaringan karang khususnya karakteristik karbohidrat dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode pewarnaan PAS (Periodic Acid Schiff’s). PAS merupakan salah satu metode pewarnaan khusus yang bertujuan untuk melihat karakteristik karbohidrat netral yang ditemukan dalam sel dan jaringan lunak karang. Dari ketiga macam golongan karbohidrat yaitu monosacharida, oligosacharida dan polisaccharida, hanya polisaccharida yang tertinggal dalam jaringan setelah proses fiksasi. Karbohidrat merupakan komponen penting dalam jaringan. Apabila keadaan jaringan menjadi patologis, maka akan terjadi perubahan mengenai banyaknya timbunan karbohidrat pada jaringan (Suntoro, 1983). Pada Gambar 4B terlihat reaksi dari pewarnaan PAS mengandung karbohidrat netral, pewarnaan PAS digunakan utnuk melihat kandungan komponen mukoplisacharida yang bersifat netral dengan cara pemutusan gugus 1,2 glikol oleh asam periodat dan mengoksidasinya menjadi gugus aldehid, pada gugus aldehid ini selanjutnya berikatan dengan pereaksi pada larutan Schiff, semula tidak berwarna setelah berikatan dengan pereaksi pada larutan Schiff menjadi berewarna merah muda, ungu atau magenta (Kiernan, 1990). Karbohidrat kompleks atau yang sering disebut juga glikokonjugat menurut (Bancroft, 1967; Dellman dan Brown, 1993) mengemukakan bahwa golongan glikokonjugat atau karbohidrat kompleks dibagi menjadi dua kelompok yaitu karbohidrat asam dan karbohidrat netral, perbedaan antara karbohidrat asam dan karbohidrat netral adalah pada ada dan tidaknya gugus asam, gugus asam terdapat pada karbohidrat asam sedangkan karbohidrat netral tidak memiliki gugus tersebut. Pada Gambar 4B menunjukkan bahwa sebaran karbohidrat netral pada karang masif (Porites sp.) terdapat pada dinding polip karang, terlihat reaksi dari larutan Schiff bereaksi dengan Glikogen pada jaringan otot pada lapisan mesoglea menghasilkan warna merah magenta sampai keunguan. Rekasi dari pewarnaan PAS menghasilkan warna merah magenta atau keunguan merupakan golongan dari PAS Positif Kuat, golongan dari PAS positif kuat yaitu Glikogen dalam otot dan hepar, zat chitin pada carapace dari golongan crustacea (Suntoro, 1983). Karbohidrat dapat ditemukan dalam seluruh tubuh, senyawa ini dapat ditemukan pada permukaan sel, di dalam sitoplasma dan pada matriks ekstrasel. Karbohidrat memegang peranan penting pada karang masif (Porites sp.) sebagai komponen penting dalam proses metabolisme dalam tubuh karang. karbohidrat berperan penting dalam proses metabolisme, karbohidrat berperean penting juga dalam proses respons imun, migrasi sel, maturasi sel, differensiasi sel dan proses interaksi antar sel (Bancroft, 1967; Karohmaru dan Hayashi, 1998). Zooxanthellae merupakan simbion yang ditemukan pada terumbu karang di daerah tropis. Pada Gambar 4A merupakan organisme Zooxanthellae yang terdapat pada lapisan gastrodermis pada karang masif, reaksi pewarnaan PAS pada Zooxanthellae menunjukkan dalam sel Zooxanthellae terdapat komponen penting, mitokondria yang terdapat dalam tubuh Zooxanthellae mampu merubah cahaya matahari menjadi sumber makanan (karbohidrat). (Muller-Parker dan D’elia, 2001) menyimpulkan bahwa Zooxanthellae dimanfaatkan oleh karang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan jumlahnya cukup untuk memenuhi proses respirasi dari karang tersebut. Tacket, 2002 menyatakan sumber makanan karang 7599% berasal dari Zooxanthellae. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 20. No. 2, April 2015 – ISSN 1412-2006 95 Andy Dharmaputra Noor, Ristiana Eryati dan Akhmad Rafi’i Reaksi pewarnaan terhadap Zooxanthellae yang terdapat dalam tubuh karang masif (Porites sp.) merupakan golongan PAS positif kuat terlihat reaksi pewarnaan dengan larutan Schiff yang berekasi dengan Zooxanthella berwarna merah magenta sampai keunguan. Zooxanthellae adalah alga ber-sel satu yang hidup di dalam jaringan tubuh karang batu. Zooxanthellae dan karang mempunyai hubungan simbiosis yang saling menguntungkan. Zooxanthellae yang hidup pada karang hermatypic merupakan genus Symbodium serta spesiesnya bervariasi tergantung pada polypnya. Terumbu karang dibentuk dari hubungan simbiotik antara polyp dan alga uniseluler yang mendiami selnya. Alga uniseluler ini merupakan kelompok fitoplankton yaitu dinoflagelata. Gambar 5. Fotomikrograf perkembangan oosit terumbu karang masif (A) Inti Sel (B) Anak inti sel (C) Membran Kortikal (D) Trophonema Terumbu karang mempunyai 2 macam reproduksi yaitu secara seksual dan aseksual. Harison dan Wallace (1990) menyatakan bahwa ada dua tipe reproduksi yaitu tipe reproduksi hermaprodit dan reproduksi gonkoris, karang hermaprodit menghasilkan dua macam sel gamet selama hidupnya, sedangkan karang gonokoris menghasilkan satu macam sel gamet. Pada Gambar 5 merupakan fotomikrograf perkembangan sel telur karang masif (Porites sp.), fase dari perkembangan sel telur berada pada TKG III, pada tahap ini volume sitoplasma dan ukuran telur meningkat. Anak inti sel telah dapat dibedakan dengan inti sel. Harison dan Wallace (1990) mengenai tipe siklus gametogenesis yang umumnya terjadi pada daerah ekuator, karang yang berada pada daerah mendekati garis ekuator cenderung memiliki siklus gametogenesis ganda (multiple gametogenic cycle) dan melakukan reproduksi secara bulanan menurut fase bulanan menurut fase bulan, berbeda dengan karang yang berada pada daerah subtropics cenderung memiliki siklus gametogenesis tunggal (single gametogenic cycle) dan berkembang biak sekali selama setahun. KESIMPULAN 1. Karakteristik jaringan lunak karang masif (Porites sp.) terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan ektodermis, mesoglea dan lapisan endodermis. 96 Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 20. No. 2, April 2015 – ISSN 1412-2006 Andy Dharmaputra Noor, Ristiana Eryati dan Akhmad Rafi’i 2. Karbohidrat yang ditemukan dari hasil histology dengan pewarnaan PAS adalah karbohidrat netral dari karbohidrat positif lemah sampai dengan karbohidrat positif kuat. 3. Karbohidrat netral yang bersifat kuat ditemukan pada jaringan mesoglea dan sel kelenjar eksokrin pada messenteri filament, pada Zooxanthellae merupakan PAS positif kuat. 4. Karbohidrat netral yang bersifat lemah ditemukan pada sel-sel yang ada pada lapisan jaringan ektoderma, endoderma dan sebagian sel pada jaringan messenteri filament. DAFTAR PUSTAKA Bancroft, JD. 1967. An Introduction to Histochemical Technique. Appleton Century Crofts. London. 6263 Chapman, D.M. (1974) Cnidarian histology. In: L. Muscatine and H.M. Lenhoff (eds.). Coelenterate Biology: Reviews and New Perspective. New York: Academic Press, Pp 1-92. Darwin, C.R. 1842. The Structure and Distribution of Coral Reefs in Dubinsky, Z. ed. Pages 1 – 8 p. Ecosystems of the Workd 25. Coral Reef. Elsevier. Amsterdam. 1990. Dellman HD, Brown EM, 1993. VeterinaryHistology. 4th edition. Philadelphia: Lea and Febiger. Pp. 153165 Eryati, Ristiana., 2008. Akumulasi Logam Berat dan Pengaruhnya Terhadap Morfologi Jaringan Lunak Karang di Perairan Tanjung Jumlai, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Institut Pertanian Bogor. Fautin, DG, Mariscal RN. 1991. Cnidaria: Anthozoa. In Harrison F W, Westfall J A, editor. Microscopic Anatomy of Ivertebrates, Vol 2: Placozoa, Porifera, Cnidaria and Ctenophora. P 287-358: USA: Wiley-Liss.Inc. Gunarso, W. 1989. Mikroteknik. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. Grimestone. A.V. R.W. Home. C.F.A. Pantin. And E.A.Robson (1958) The Fine Structure of the mesenteries of the sea-anemone Metridium senile. Q.J. Microsc. Sci. 99: 523-540 Hand. C., (1966), On The Evolution of the Actinaria. In: W.J. Rees (ed.). The Cnidaria and Their Evolution. New York: Academic Press. Pp. 135-146. Harrison PL, Wallace CC. 1990. Reproduction, dipersal, and recruitment of Sclerectinian coral. Di dalam: Dubinsky Z (ed). Ecosystem of the World 25: Coral Reef. Amsterdam: Elsevier Sci Publ B.V. Hyman, 1940. L.H., (1940). The Invertebrates Protozoa Through Ctenophora. New York: McGraw Hill. Kiernan. J.A., 1990. Histological and Histochemical Methods: Theory and Practice. 2nd Edition Pergamon Press, Department of Anatomy, The University of Western Ontario, London, Ontario, Canada. Krupp, D.A. (1984) Mucus production by corals exposed during an extreme low tide. Pac. Sci. 38: 1-11. Kurohmaru, M, Hayashi Y. 1998.Lectin Binding Status of The Testis in Animals.InReproductive.BiologyUpdateNovelToolsforAssessmentofEnvironmental Toxicity.Nakanishi Printing Co., Kyoto Some Muller-Parker, G. dan C.F. D’Elia. 2001. Interaction Betw een Corals and Their Symbiotic Algae.Dalam: Birkeland, C. (ed.) 2001. Life and Death of Coral Reefs. Chapman & Hall, NewYork: 96-113. Schlichter, D., (1984) Cnidaria: permeability. Epidermal transport and related phenomena. In: J. BereiterHahn. A.G. Matoltsy. And K.S. Richards (eds.). Biology of the Integument: Vol 1. Invertebrates. Berlin: Springer-Verlag. Pp.79-95 Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 20. No. 2, April 2015 – ISSN 1412-2006 97 Andy Dharmaputra Noor, Ristiana Eryati dan Akhmad Rafi’i Suharsono, 1996. Jenis-jenis Karang yang Umum Dijumpai di Perairan Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Suntoro, S. Handari. 1983. Metode Pewarnaan: Histologi dan Histokimia. Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Tacket, D.N. 2002. Reef Life: Natural Histology and Behaviors of Marine Fishes and Invertebrates. T.F.H. Publications, Inc., New Jersey: 224 Hlm. Timotius, S. 2003. Biologi Terumbu Karang.http:www.unimondo.org/Media/Files/ biologi-karang. [21 Januari 2010] Trench. R. K. (1974) Nutritional potential in Zoanthus sociathus [sic] (Coelenterata, Anthozoa). Helgol. Wiss. Meeresunters. 26: 174-216 98 Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 20. No. 2, April 2015 – ISSN 1412-2006