BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Investasi dan Portofolio
1. Pengertian Investasi dan Portofolio
Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lain yang dilakukan
saat ini dengan tujuan agar dapat memperoleh keuntungan di masa mendatang atau bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan investor (kesejahteraan moneter). (Kasmir, 2001)
Investasi dapat diartikan sebagai cara penanaman modal, baik langsung maupun tidak
langsung dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal mendapat sejumlah keuntungan
yang diharapkan dari hasil penanaman modal tersebut.
Menurut kamus bahasa Indonesia,”Investasi adalah penanaman uang atau modal di suatu
perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan”. (Depdiknas 2002 : 441)
Portofolio dalam dunia keuangan digunakan untuk menyebutkan kumpulan investasi yang
dimiliki oleh institusi maupun perorangan. Memiliki portofolio sering kali merupakan suatu
bagian dari investasi dan strategi manajemen resiko yang disebut diverifikasi. Dengan memiliki
beberapa asset, resiko tertentu dapat dikurangi. Adapun portofolio yang ditunjukan untuk
mengambil suatu resiko tinggi yang disebut portofolio konsentrasi .
Melakukan portofolio investasi berarti mengkombinasikan bagian surat berharga yang
dimaksudkan untuk mengurangi resiko investasi. Konsep dasar portofolio adalah prinsip
deverifikasi.Dengan melakukan deversifikasi maka investor dapat mengurangi resiko portofolio.
Portofolio
adalah
sekumpulan
investasi
baik
berupa
asset
riil
maupun
asset
keuangan.”Portofolio berarti sekumpulan investasi”( Suad Husnan, 2003 ).
2. Investasi Syariah
“ Jika hari kiamat tiba dan seorang diantaramu masih ada yang memegang tanaman ( bibit
sebuah pohon ), Maka tanamkanlah.” (HR.Ahmad)
Islam bukanlah agama yang anti-investasi meski tidak secara spesifik memberikan pengertian
atau definisi khusus tentang investasi.Justru, Islam adalah agama yang Pro-Investasi.Islam
menginginkan agar sumber daya yang ada tidak hanya disimpan, tetapi diproduktifkan sehingga
bisa memberikan manfaat kepada umat.
Tentang penggunaan Modal agar digunakan secara produktif, khalifah Umar pernah
menyuruh kaum muslimin dengan mengatakan: “Siapa saja yang memiliki uang, hendaklah ia
menginvestasikannya dan siapa saja yang memiliki tanah hendaklah ia menanaminya.”
Dalam Islam, Kegiatan bisnis dan investasi adalah hal yang sangat dianjurkan. Meski begitu,
Investasi dalam Islam tidak berarti setiap individu bebas melakukan tindakan untuk memperkaya
diri atau menimbun kekayaan dengan cara tidak benar. Etika bisnis harus tetap dilandasi oleh
norma dan moralitas yang belaku yang dalam ekonomi Islam bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadist Nabi Muhammad Saw.
Empat landasan normatif dalam etika Islami adalah tauhid, keadilan dan kesejajaran,
kehendak bebas, serta pertanggungjawaban (Navqi, 2003; Muslich, 2004 ).
Dalam konteks etika Islam, tauhid bisa dimaknai sebagai kepercayaan penuh dan murni
terhadap keesaan Allah Swt. Kepercayaan itu
menyebabkan manusia menyakini bahwa
semuanya adalah milik Allah yang nantinya akan memeperngaruhi bagaimana harus
menyeimbangkan kebutuhan material dan spiritual.
Meski Islam tidak melarang kepemilikan kekayaan oleh individu, keadilan dalam pembagian
manfaat kepada pihak yang terlibat dalam aktifitas ekonomi juga harus tetap ada. Disparitas atau
Kesenjangan pendapatan akibat terjadinya konsentrasi kekayaan pada segelintir orang saja juga
harus dihindari seperti disebutkan dalam Al-Qur’an: “…..agar (kekayaan) tidak menumpuk
ditangan orang –orang yang kaya di antara kamu…” (QS. Al-Hasyr (50) : 7 )
Kebebasan yang diberikan kepada manusia sifatnya juga sangat relative karena kebebasan
mutlak adalah hak dan milik Allah Swt Semata. Dengan begitu , prinsip kebebasan individu juga
harus tetap dilandasi dan berpedoman pada Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Saw.
Semantara itu, landasan pertanggung jawaban berarti bahwa segala sesuatu yang dilakukan
manusia harus dipertanggungjawabkan terhadap Tuhan,diri Sendiri, Masyarakat dan lingkungan.
Dengan begitu, Investasi sebagai salah satu aktivitas ekonomi akan memiliki nuansa spiritual
manakala norma syariah dalam pelaksanaannya. Berinvestasi secara syariah, maka insya Allah
keuntungan yang bisa diperoleh tidak hanya berupa keuntungan duniawi tetapi juga akhirat.
Selain itu dalam investasi keuangan menurut Syariah Islam dapat berkaitan dengan kegiatan
perdagangan atau usaha, dimana kegiatan usaha dapat berbentuk usaha yang berkaitan dengan
produk atau asset maupun jasa namun yang pasti (Riil). Dengan begitu diperlukannya
pengawasan dalam melakukan aktivitas ekonomi tersebut dengan diperlukannya Fatwa Ulama
untuk memastikan pemenuhan kualifikasi tersebut. Di Indonesia, Fatwa Ulama diberikan oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Dewan Syariah Nasional (DSN).
Menurut ( Fatwa Majelis Ulama Indonesia ), bahwa dalam investasi syariah terdapat
beberapa kualifikasi yaitu :
a. Kegiatan usaha yang dilarang, adalah kegiatan yang berkaitan dengan produk
makanan haram (misalnya ; daging babi, minuman beralkohol), kegiatan yang
berkaitan dengan perjudian, pelacuran, pornografi, dan juga kegiatan yang bersifat
ribawi, disamping itu juga usaha – usaha yang berkaitan dengan rokok, fasilitas
perhotelan yang berkaitan dengan hotel atau restoran yang mendukung kegiatan
pelacuran, mabuk-mabuk, dan penyalahgunaan narkoba.
b. Cara usaha yang dilarang , adalah cara usaha yang memungkinkan kondisi gharar
dan masyir.
3. Tujuan Investasi Secara Konvensional dan Syariah
Tujuan Investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor.Mengacu pada pendapat
Tadelilin (2010 : 7), kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur
dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan masa datang. Sumber
dana dari asset – asset yang dimiliki saat ini, pinjaman dari pihak lain, ataupun dari tabungan .
Investor yang mengurangi konsumsinya saat ini akan mempunyai kemungkinan kelebihan
dana untuk ditabung. Dana yang berasal dari tabungan tersebut jika di investasikan akan
memberikan harapan peningkatan kemampuan konsumsi investor dimasa datang , yang
diperoleh dari peningkatan kesahteraan investor tersebut.
Mengacu pada pendapat Tadelilin (2010), ada beberapa alasan mengapa seorang melakukan
investasi, yaitu:
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seorang bijaksana
akan berfikir bagaimana meningkatkan tarif hidupnya dari waktu ke waktu setidaknya
berusaha Bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang
agar tidak berkurang.
b. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan
perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko
penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akaibat adanya pengaruh inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan
kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui
pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat melakukan investasi pada bidang –
bidang usaha tertentu.
Tetapi berbeda dalam investasi dalam Islam ( Syariah ), Investasi dalam Islam mempunyai
Filter Moral yang merangkum dalam Nilai – nilai ekonomi Islam. Menurut Zainul Arifin (2003 :
4 ) ada empat nilai utama dalam ekonomi Islam :
a. Tauhid
Nilai tauhid berarti Allah dijadikan titik sentral, sehingga dalam aplikasinya tiap
muslim tetap berpegang teguh pada ketentuan-ketentuan syariat Islam dalam
bermuamalah.
b. Al Adl Wal Ihsan (berkeadilan)
Nilai ini mengiginkan penerapan keadilan dalam bermuamalah. Salah satu
bentuknya yaitu keadilan dalam persamaan hak dan kesempatan untuk memperoleh
penghidupan yang layak. Disamping itu juga keadilan juga berarti keseimbangan,
misalnya bagaimana menjaga keseimbangan antara kebutuhan generasi saat ini
dengan generasi masa mendatang.
c. Ikhtiar (Kebebasan Berusaha)
Allah memberikan manusia kebebasan berusaha untuk kesejahteraan dirinya dan
terpenuhinya kebutuhan selama sesuai dengan ajaran Islam. Jadi kebebasan berusaha
disini adalah kebebasan yang terkait dengan nilai – nilai Islam.
d. Fardh (Tanggung Jawab)
Manusia sebagai pemegang amanah harus mempertanggungjawabkan semua
perbuatannya baik di dunia maupun di akhirat. Indikasinya adalah manusia akan
berusaha
menjaga
tatanan
kehisdupannya
dan
masyarakatnya
agar
tidak
bertentangan dengan syariat Islam.
Jika ke empat nilai diatas diterapkan maka kegiatan ekonomi akan berjalan dengan yang
disyariatkan oleh Islam. Menurut Zainul Arifin (2003 : 4) dibawah ini akan dikemukakan
beberapa tujuan Investasi dalam Syariah, diantaranya adalah :
a. Ridho Allah
Ridho Allah merupakan tujuan dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh setiap
muslim bahkan juga dalam kegiatan ekonomi. Investasi yang bertujuan pada ridho
Allah tentu akan berindikasi pada pendanaan usaha – usaha (investasi) yang
diperbolehkan oleh Islam, seperti tidak boleh investasi pada usaha –usaha yang
mengandung riba, perjudian, maksiat dan lainya yang merusak.
b. Mendapatkan keuntungan halal
Memperoleh keuntungan merupakan tujuan umum dari semua kegiatan ekonomi.
Lain halnya dengan seorang muslim, ia tidak hanya menginginkan sekedar
keuntungan saja tetapi keuntungan ini harus halal. Ini sesuai dengan Al-Qur’an Surat
Al-Maidah : 88 “Dan makanlah makanan yang halal lagi bagi dari apa yang telah
Allah rizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah agara kamu beriman
kepadanya”
c. Tolong Menolong
Selain Memperoleh keuntungan, investasi bagi seseorang muslim juga harus
membantu orang lain. Selain berinvestasi lebih menguntungkan dari pada dana yang
menganggur (Idle), Hal ini bisa merusak perekonomian dan menyebabkan harta
hanyaberpusat pada orang – orang tertentu saja. Investasi dapat dikatakan
pendirtibusian secara tidak langsung. Karena investasi dapat diperbaharui alat – alat
produksi, juga membuka kesempatan kerja bagi banyak orang yang berakibat pada
meningkatnya pendapatan. Artinya terjadi pemerataan atau keadilan ekonomi.
B. Return Realisasi dan Return Ekspektasi
Menurut Jogianto (Jogianto, 2000, : 109), “Return merupakan hasil yang diperoleh dari
investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang
belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang”.
1. Return Realisasi (Realized Return)
Return realisasi merupakan yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data
histories. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari
perusahaan. Return histories ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan
risiko dimasa mendatang.
Retun realisasi dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Ri = NAB t – NABt-1
NABt-1
(2.2)
Dimana :
Ri
= Tingkat pengembalian investasi
NABt
= Nilai Aktiva Bersih bulan sekarang
NABt-1
= Nilai Aktiva Bersih bulan lalu
2. Return Ekspektasi (Expected Return)
Return Ekspektasi adalah return yang diharapkan akan memperoleh oleh investor dimasa
mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi
bersifat belum terjadi. Return ekspektasi ini dapat diukur dengan menggunakan rumus (Abdul
Halim, 2005 : 34)
(2.3)
Dimana :
E(Ri) = Rata – rata pengembalian investas yang diharapkan
Ri
= Tingkat pengembalian investasi
n
= Jumlah periode selama transaksi
C. Risiko
1. Pengertian Risiko
Hanya menghitung return saja untuk suatu investasi tidaklah cukup, risiko dari investasi
juga perlu diperhitungkan. Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisahkan karena
pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan risiko
mempunyai hubungan positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung semakin besar return
yang harus kompensasikan.
Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima
dengan yang diekspektasi. Van Home dan Wachowich,Jr (1992) mendefinisikan risiko sebagai
varibilitas return terhadap return yang diharapkan (Jogiyanto, 2000 : 124).
Variance merupakan kuadrat dari standar deviasi, untuk menghitungnya dapat digunakan
rumus sebagai berikut : ( Abdul Halim, 2005 : 42)
n
∑
i=1
[Ri – E(Ri)]2
(2.4)
Var (Ri) =
n
Dimana :
Var (Ri) = σi2I
=
E(Ri)
= Rata – rata pengembalian investasi
Ri
= Tingkat pengembalian investasi bulanan
n
= Jumlah bulan yang digunakan
Varian dari pengembalian investasi
Sedangkan standar deviasi dari Return pasar adalah akar dari varian
(Jogianto, 2003 : 131)
σ = √Var (Ri)
Dimana :
σ
= Standar Deviasi
Var (Ri)
= Varian dari pengembalian investasi
(2.5)
2. Jenis – jenis Risiko
Dalam konteks investasi portofolio dibedakan menjadi dua (Abdul Halim,2005 : 39 40) yaitu :
a. Risiko Sistematik (systematic risk)
Risiko yang tidak dihilangkan dengan melakukan diverisifikasi karena fluktuasi risiko
ini dipengaruhi oleh faktor – faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara
keseluruhan, seperti adanya perubahan tingkat bunga, kurs, kebijakan pemerintah dan
sebagainya.
b. Risiko tidak Sistematik (unsystematic risk)
Risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi karena risiko ini hanya
ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Fluktuasi tiap saham akan berbeda –
beda sehingga masing - masing saham memiliki tingkat sensitivitas berbeda terhadap
setiap perubahan pasar, seperti faktor struktur asset, tingkat likuiditas dan sebaginya.
Berdasarkan dari jenis – jenis risiko tersebut diatas maka terbentuklah risiko total, dimana
suatu risiko dan asset tunggal yang terdiri dari risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko
total dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 2.1
Risiko Portofolio
……………………………………………….
Unsystematic risk
Total risk
Systematic risk
N,Jumlah sekuritas
dalam portofolio
Sumber : Abdul Halim (2003 : 40)
Dalam gambar 2.1 tersebut tampak bahwa semakin banyak jumlah saham dalam portofolio
maka semakin kecil unsystematic risk. Oleh karena unsystematic risk dapat dihilangkan dengan
diversifikasi, maka risiko ini menjadi tidak relevan dalam portofolio, sehingga yang relevan bagi
investor adalah risiko pasar atau systematic risk yang diukur dengan beta (β).
3. Hubungan Antara Return Ekspektasi dengan Risiko
Return ekspektasi dan risiko mempunyai hubungan yang positif , semakin besar risiko suatu
sekuritas semakin besar return yang diharapkan. Sebaliknya, semakin kecil return yang
diharapkan semakin kecil risiko yang harus ditanggung. Hubungan positif ini hanya berlaku
untuk 30 return ekspektasi atau exante return (before the fact) Yaitu untuk return yang belum
terjadi. Untuk return realisasi (yang sudah terjadi) hubungan positif ini dapat tidak terjadi. Untuk
pasar yang rasional, kadang kala return realisasi yang tinggi tidak mesti mempunyai risiko yang
tinggi pula. Bahkan keadaan sebaliknya dapat terjadi yaitu return realisasi yang tinggi hanya
mempunyai risiko yang kecil. Hubungan positif antara return ekspektasi dengan risiko dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2
Hubungan Positif Return Ekspektasi dengan Risiko
Return Ekspektasi
Futures
Waran
Opsi
Saham
Obligasi
Deposito
Risiko
Sumber : Jogiyanto (2000 : 139)
Pada gambar terlihat bahwa suatu aktiva yang tidak mempunyai risiko (misalnya adalah
seperti Sertifikat Bank Indonesia ) hanya akan memperoleh return ekspektasi yang rendah yaitu
return bebas risiko.
Jika investor menginginkan return yang lebih tinggi maka ia harus menanggung risiko
yang lebih tinggi.
4. Aset Berisiko dan Bebas Risiko
Dalam Berinvestasi, Investor bisa memilih menginvestasikan dananya pada berbagai asset
baik asset yang berisiko maupun asset yang tidak berisiko ataupun kombinasi dari kedua asset
tersebut. Pilihan investor pada asset – asset tersebut tergantung dari sejauh mana preferensi
investor terhadap risiko. Semakin enggan investor terhadap risiko (risk averse), maka pilihan
investasinya akan cenderung lebih banyak pada asset-aset bebas risiko.
Aset berisiko adalah asset-asset yang tingkat aktualnya di masa depan masih mengandung
ketidakpastian. Salah satu contoh asset berisiko adalah saham sedangkan asset bebas risiko
merupakan asset yang tingkat returnya di masa depan sudah bisa dipastikan pada saat ini dan
ditunjukan oleh varians return yang sama dengan nol. Salah satu contoh asset bebas risiko
adalah obligasi jangka pendek yang diterbitkan oleh pemerintah.
Untuk menentukan
tingkat
bebas risiko rata-rata dapat menggunakan rumus berikut
(Sharpe, Alexander, dan Bailey, 2005 : 444) :
T
∑
Rf t
T=1
αRf =
T
Dimana :
αRf
= tingkat bebas risiko rata-rata
Rf
= risk free periode t
T
= jumlah periode penelitian
D. Risiko dan pengembalian dalam investasi
(2.9)
Seorang investor maupun perusahaan yang melakukan kegiatan investasi selalu dihadapkan
pada risiko dan return yang terkandung dalam investasi tersebut. Return dapat diartikan sebagai
hasil pengembalian investasi (pada umumnya dinyatakan dalam persentase dari investasi).
Pengukuran return ini sangat penting bagi investor untuk menafsir seberapa baik manajer
investasi melakukan investasi.
Sedangkan risiko adalah besarnya penyimpangan yang mungkin terjadi dari return yang
diharapkan. Kebanyakan para investor mengetahui, bahwa hasil yang diperoleh sebenarnya
kurang dari hasil yang diharapkan. Investor harus mau membeli asset khusus jika expected return
cukup memadai untuk mengganti kerugian yang ditimbulkan, tetapi mereka harus mengerti
bahwa harapan mereka terhadap pengembalian asset tersebut tidak mungkin terwujud.
Risiko dan Pengembalian (Return) merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, karena
Risiko dan pengembalian (Return) memiliki Hubungan yang Positif. Semakin besar risiko yang
ditanggung maka semakin besar Pengembalian (return) yang diharapkan. Return dapat berupa
return ralisasi dan return ekspektasi.
“ Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa
yang akan mendatang” (Jogiyanto, 2003 : 109 ).
Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum
terjadi.
Sedangkan risiko adalah “kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang
dari tingkat keuntungan yang diharapkan” (Husnan, 2004 : 52).
Menurut Eduardus Tandelilin dalam analisis tradisional, risiko total dari berbagai asset
keuangan bersumber dari :
a. Interest Rate Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas Return karena fluktuasi dalam
keseluruhan pasar sehingga berpengaruh pada semua sekurias.
b. Market Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return karena fluktuasi dalam
keseluruhan pasar sehingga berpengaruh pada semua askuritas.
c. Inflation Risk. Suatu faktor yang mempengaruhi semua sekuritas adalah purchasing
power risk. Jika suku bunga naik, maka inflasi juga meningkat, karena leadrs
membutuhkan tambahan premium inflasi untuk menganti rugi purchasing power.
d. Business Risk. Risiko yang ada karena melakukan bisnis pada industri tertentu.
e. Financial Risk. risiko yang timbul karena penggunaan leverag financial oleh perusahaan.
f. Liquaidity Risk. risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder tertentu di mana
sekuritas diperdagangkan. Suatu investasi jika dapat dibeli dan dijual dengan cepat tanpa
perubahan harga yang spesifikan, maka investasi tersebut dikatakan liquid, demikian
sebaliknya.
g. Exchange Rate Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return sekuritas karena fluktasi
kurs currency.
h. Country Risk. Risiko ini menyangkut politik suatu negara sehingga mengarah pada
political risk.
E. Hubungan Investasi dan Pasar
Dalam menganalisa kinerja investasi yang menggunakan suatu benchmark
sebagai
pembandingnya. Perlu adanya suatu analisa atas keterkaitan atau hubungan diantara keduanya.
1. Covariance Saham Dengan Pasar
Apakah Kovarian? Menurut Sharpe (Sharpe, Alexander dan Bailey, 2005 : 188) dalam
bukunya yang berjudul “investasi” memberikan pengertian “kovarian adalah ukuran statistic
dari hubungan antara dua variabel acak. Jadi kovarian mengukur bagaimana dua variabel acak
seperti return sekuritas i dan j yang sama – sama bergerak”.
Sedangkan menurut Bodiem Kane, dan Mercus (Bodie, Kane, dan Marcus, 2002 : 165). “The
covariance measure how much the return on two risky asset move together. A Positif covariance
means that asset return move together. A negative covariance mean that they very inversely”.
Jadi pengertian kovarian adalah suatu pengukuran statistic untuk mengukur berapa jauh
hubungan antara dua variabel untuk bergerak bersama. Kovarian positif menunjukan dua
kombinasi variabel bergerak searah, sedangkan jika varian negative maka pergerakannya
berlawanan.
Pengunaan rumus kovarian berikut ini berupa penyesuain terhadap penulisan skripsi
berdasarkan buku Jogianto (Jogianto, 2000 : 147 )
[Ri – E(Ri)[Rm – E(Rm)]
COV (Ri,Rm) =σ
Ri,Rm
=
n
(2.6)
Dimana :
σ Ri,Rm
= Covariance antara investasi dan pasar
Ri
= return investasi
E(Ri)
= expected return investasi
Rm
= return pasar
E(Rm)
= expected return pasar
n
= jumlah periode analisa
2. Koefisien Korelasi
Konsep dari kovarian dapat dinyatakan dalam bentuk korelasi. Koefisien korelasi
menunjukkan besarnya hubungan pergerakan antara dua variabel relative terhadap masing –
masing deviasinya dengan demikian, nilai koefisien korelasi antara variabel i dan m dapat
dihitung dengan membagi nilai kovarian dengan deviasi variabel – variabelnya:
COV (Ri,Rm)
(2.7)
ρ im =
σi,σ
Dimana :
ρ i,m
= koefisien korelasi investasi dengan pasar
COV (Ri, Rm)
= Kovarian investasi dan pasar
σi
= standar deviasi investasi
σm
= standar deviasi pasar
Nilai koefisien korelasi berkisar dari +1 sampai dengan -1.Nilai koefisien korelasi +1
menunjukan korelasi positif sempurna, nilai korelasi 0 menunjukkan tidak ada korelasi dan nilai
koefisien korelasi -1 menunjukkan koefisien korelasi negative sempurna.
3. Koefisien Determinasi
Menurut Bodie, Kane, dan Marcus dalam bukunya “investments” (Bodie, Kane, dan
Marcus,2002 : 305) :
R-SQR, show the square of correlation between Rid an Rm. The R-Square,R2,Which is
Sometimes Called the coefficient of determination, gives the fraction of the varience of the
dependent variable ( the return on stock) that is explained by movement in independent variable
(the return on S&P indexs”.
Sedangkan menurut Suad Husnan ( Husnan, 2003 : 91 – 91 ) “Koefisien deteminasi (yaitu
bentuk kuadrat dari koefisien korelasi) menunjukkan proporsi perubahan nilai Ri yang bisa
dijelaskan oleh Rm. Semakin banyak sekuritas yang" digunakan dalam portofolio, semakin besar
nilai koefisien deteminasinya”.
Jika Koefisien deteminasi adalah bentuk kuadrat dari koefisien korelasi yang menunjukkan
proporsio suatu variabel dependen (Ri) yang berhubungan dengan variabel independen (Rm).
Sehingga terlihat seberapa Banyak gerakan variabel dependen yang dapat dijelaskan
dipengaruhi oleh independen variabel.
F. Beta (β)
atau
Beta merupakan suatu pengukur volalitas (volability) return suatu sekuritas atau return
portofolio terhadap pasar. Dengan demikian beta merupakan pengukur risiko sistematik dari
suatu sekuritas atau portofolio relative terhadap risiko pasar. Adapun volalitas adalah fluktuasi
dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu (jogiyanto,
2000 : 237-238).
Untuk menghitung Beta yang mempresentasikan risiko dapat digunakan rumus sebagi berikut
:
COV (Ri;Rm)
β=
Var (Rm)
(2.8)
Dimana :
β
= tingkat risiko pasar
COV (Ri;Rm) = kovarian return investasi dengan pasar
Var (Rm)
= Varian pasar
G. Risk Adjust Performance
Melihat kinerja sebuah portofolio tidak bisa hanya melihat tingkat pengembalian (return)
yang dihasilkan portofolio tersebut, tetapi kita juga harus memperhatikan factor – factor lain
seperti risiko portofolio tersebut. Dengan berdasarkan teori pasar modal, beberapa ukuran kinerja
portofolio sudah memasukkan factor return dan risiko dalam perhitungannya. Beberapa ukuran
kinerja portofolio yang sudah memasukkan factor risiko adalah motode indeks Sharpe, Indeks
Treynor dan indeks Jensen ( Eduardus Tandelilin,2010 : 324).
1. Metode Indeks Sharpe
Metode indeks Sharpe dikembangkan oleh Wiliam Sharpe dan sering juga disebut dengan
reward to variability ratio. Indeks Sharpe mendasarkan perhitungan pada konsep garis pasar
modal ( capital market line ) sebagai patok duga, yaitu dengan cara membagi premi risiko
portofolio (sama dengan selisih rata – rata tingkat keuntungan portofolio dengan rata –rata bunga
bebas risiko) dengan standar deviasinya (risiko total).
Untuk Menghitung indeks sharpe dapat menggunakan persamaan berikut :
Ri – Rf
Si =
(2.10)
σi
Dimana :
Si
= indeks Sharpe Portofolio Investasi
RI
= Rata – rata return portofolio investasi selama periode
pengamatan
Rf
= Rata – rata tingkat return bebas risiko selama periode
pengamatan
σi
= standart deviasi return portofolio investasi selama periode
pengamatan
2. Metode Indeks Treynor
Metode indeks Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack
Treynor dan indeks ini sering disebut juga dengan reward to volatility ratio. Sama halnya seperti
indeks Sharpe, pada indeks Treynor kinerja portofolio dilihat dengan cara menghubungkan
tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut. Perbedaan dengan
indeks Sharpe adalah penggunaan garis pasar sekuritas (security market line) sebagai stok duga
dan bukan garis pasar modal seperti indeks Sharpe. Asumsi yang digunakan oleh Treynor adalah
bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan
adalah risiko sistematis.
Indeks Treynor suatu portofolio dalam periode tertentu dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :
Ri – Rf
(2.11)
Ti =
βi
Dimana :
Ti
= indeks Treynor Portofolio
Ri
= rata – rata return portofolio investasi selama periode
pengamatan
Rf
= rata – rata tingkat return bebas risiko selama periode
pengamatan
Βi
= Beta portofolio investasi
3. Metode Indek Jensen
Metode ini didasarkan pada konsep security market line
yang merupakan garis yang
menghubungkan portofolio pasar dengan kesempatan investasi bebas risiko yaitu persamaan
garis yang melewati titik (0,Rf) dan (1, Rm). Garis Security market line memperlihatkan
hubungan antara systematic risk dan expected return dari suatu portofolio pada saat pasar dalam
keadaan equilibrium. Jadi security market line merupakan kemiringan dari beta atau suatu garis
regresi dengan interceptnya adalah Rf dan Slopenya dinyatakan sebagai [E(Rm)-Rf] atau 1m.
Sehingga untuk mencari besarnya tingkat penegmbalian pasar yang dikehendaki (required of return)
dalam konsep security market line dapat diformulasikan dengan persamaan berikut (Sharpe,Alexander
dan Bailey,2005 : 445):
Rsml = Rf + (E(Rm) – Rf) βi
Dimana :
Rsml
= return security market line 7
Rf
= rata –rata tingkat return bebas risiko
E(Rm)
= rata – rata return pasar
(2.12)
βi
= beta portofolio investasi
Persamaan indeks Jensen dan indeks Treynor adalah sama – sama menggunakan garis
pasar sekuritas. Sedangkan perbedaannya bahwa indeks Treynor sama dengan Slope garis yang
menghubungkan posisi portofolio dengan
return
bebas risiko, sedangkan indeks Jensen
merupakan selisih antara return rata –rata dan return portofolio acuan.
Perbedaan ini biasanya disebut alfa atau differentia return portofolio dan dinotasikan:
α i = E(Ri) – Rsml atau
(2.13)
α i = E(Ri) – [Rf + (E(Rm) – Rf) β I ]
berdasarkan uraian diatas, maka Jensen dapat dimodifikasi dengan menggunakan formula
sebagai berikut :
Ji = (Ri – Rf ) – β i (Rm – Rf )
(2.14)
Dimana :
Ji
= indeks Jensen (bisa juga dinyatakan dengan alfa= a )
Rf
= rata – rata tingkat return bebas risiko
Rm
= rata – rata return pasar
Ri
= rata –rata Ireturn investasi
Βi
= Beta Portofolio investasi
Ri – Rf = Premi risiko Investasi
Rm – Rm = premi Risiko Pasar
H. Reksa Dana
1. Pengertian Reksa Dana Konvensional dan Syariah
Dilihat dari asal katanya, reksa dana berasal dari kata ‘reksa’ yang berarti jaga atau pelihara
dan kata ‘dana’ yang berarti (kumpulan) uang, sehingga reksa dana dapat diartikan sebagai
‘kumpulan uang yang dipelihara (bersama untuk suatu kepentingan).’ Umumnya, reksa dana
diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat investor,
untuk selanjutnya untuk menghimpun dana dari masyarakat investor, untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manager investasi (fund manager).
Berdasarkan Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27)
mendefinisikan :
“Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
investor untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi”.
Ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut, yaitu :
a. Adanya dana dari masyarakat investor
b. Dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek
c. Dana tersebut dikelola oleh manajer investasi
Dengan demikian, dana yang ada dalam reksa dana merupakan dana bersama para investor,
sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut.
Reksa Dana di Amerika Serikat dikenal dengan istilah Mutual Fund, di Inggris dikenal
dengan sebutan Unit Trust, sedangkan di Jepang dikenal dengan Istilah Investment Trus.
Sementara Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSN/MUI/IV/2001.Reksa
Dana Syariah adalah Reksa Dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariat Islam,
baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pihak harta (Shahibul maal atau rabb al-mal)
dengan manager investasi sebagai wakil shahibul maal dengan pengguna investasi.
Pada dasarnya reksadana konvensional dengan Reksa Dana Syariah adalah sama, hanya saja
dilihat dari bentuk investasi dananya, Reksa Dana Syariah tidak boleh berinvestasi pada bidang –
bidang yang bertentangan dengan Syari’at Islam : pabrik makanan atau minuman yang
mengandung alkohol, daging babi, rokok, jasa keuangan konvensional (riba), pornografi serta
bisnis hiburan yang berbau maksiat.
2. Keuntungan dan Resiko Reksa Dana Syariah dan Konvensional
Manfaat yang diperoleh investor jika melakukan investasi dalam Reksa Dana antara lain:
a. Investor, walaupun tidak memiliki dana cukup besar,dapat melakukan diverifikasi
investasi dalam efek, sehingga dapat memperkecil risiko. Sebagai contoh, seorang
investor dengan dana terbatas dapat memiliki portofolio obligasi yang tidak mungkin
dilakukan jika memiliki dana besar. Dengan reksadana, maka akan terkumpul dana dalam
jumlah yang besar sehingga memudahkan diverifikasi, baik untuk instrumen di pasar
modal maupun pasar uang. Artinya, investasi dilakukan pada berbagai jenis intrumen,
seperti deposito, saham , dan obligasi.
b. Reksa Dana mempermudah investor untuk melakukan investasi dipasar modal.
Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah pekerjaan yang
mudah,namun memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri, dimana tidak semua
investor pengetahuan tersebut.
c. Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada reksadana yang dikelola oleh manajer
investasi profesional, investor tidak perlu repot-repot memantau kinerja investasi karena
kegiatannya tersebut telah dialihkan kepada manajer investasi.
Sedangkan risiko dari reksadana seperti wahana investasi lain, di samping mendatangkan
berbagai peluang keuntungan, reksadana pun mengandung berbagai peluang resiko, antara lain:
a. Resiko berkurangnya nilai unit penyertaan
Resiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham,obligasi, dan surat berharga
lainnya) yang masuk dalam portofolio reksadana tersebut.
b. Risiko likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh manajer investasi jika sebagian besar
pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang
dipegangnya.Manajer investasi kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas penjualan
tersebut.
c. Risiko wanprestasi ( Gagal Bayar )
d. Risiko ini merupakan resiko terburuk, dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang
mengasuransikan kekayaan reksadana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar
lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi pihak-pihak yang terkait dengan Reksa
Dana,pialang,Bank Kustodian,agen pembayaran, atau bencana alam, yang menyebabkan
penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana.
3. Perbedaan Reksa Dana Syariah dan Konvesional
Kegiatan Reksa Dana yang ada sekarang masih banyak mengandung unsur – unsur yang
tidak sesuai dengan syariat Islam. Ada beberapa hal yang membedakan antara reksa dana
konvensional dan Reksa Dana Syariah. Dan tentunya ada beberapa hal yang juga harus
diperhatikan dalam investasi syariah ini.
a. Kelembagaan
Dalam Syariah Islam belum dikenal lembaga badan hukum seperti sekarang.tapi
lembaga badan hukum ini sebenarnya mencerminkan kepemilikan saham dari
perusahaan yang secara Syariah diakui. Namun demikian , dalam hal Reksa Dana
Syariah, keputusan tertinggi dalam hal keabsahan produk adalah dewan pengawas
Syariah yang beranggotakan beberapa Alim Ulama dan Ahli Ekonomi Syariah yang
direkomendasikan oleh Dewan Pengawas Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
Dengan begitu proses didalam akan terus diikuti perkembangannya agar tidak keluar
dari jalur Syariah yang menjadi Prinsip Investasi.
b. Hubungan Investor dengan Perusahaan
Akad antara investor dengan lembaga hendaknya dilakukan dengan sistem
mudharabah. Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh
pemilik
modal
selama
kerugian
tersebut
bukan
akibat
kelalaian
si
pengelola.Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si
pengelola.Maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Dalam hal
transaksi jual beli, saham-saham dalam Reksa Dana Syariah dapat diperjual belikan.
Saham-saham dalam Reksa Dana Syariah merupakan yang harta (mal) yang
diperbolehkan untuk diperjual belikan dalam Syariah. Tidak adanya unsur penipuan
(gharar) dalam transaksi saham karena nilai saham jelas. Harga saham terbentuk
dengan adanya hukum supply and demand. Semua saham yang dikeluarkan reksa
dana tercatat dalam administrasi yang rapih dan penyebutan harga harus dilakuakan
dengan jelas.
c. Kegiatan Investasi Reksa Dana
Dalam melakukan kegiatan investasi reksa dana syariah dapat melakuakan apa saja
sepanjang tidak bertentangan dengan syariah. Diantara investasi tidak halal yang
tidak boleh dilakukan adalah investasi dalam bidang perjudian, pelacuran, pornografi,
makanan dan minuman yang diharamkan, lembaga keuangan ribawi dan lain – lain
yang ditentukan oleh Dewan Pengawas Syariah. Dalam kaitannya dengan sahamsaham yang diperjual belikan dibursa saham.BEJ sudah mengeluarkan daftar
perusahaan yang tercantum dalam bursa yang sesuai dengan syariah Islam atau
saham –saham yang tercatat di Jakarta Islamic Index (JII).Dimana saham-saham yang
tercantum didalam indeks ini sudah ditentukan oleh Dewan Syariah.
Dalam melakukan transaksi Reksa Dana Syariah tidak diperbolehkan melakukan
tindakan spekulasi, yang didalamnya mengandung gharar seperti penawaran palsu
dan tindakan spekulasi lainnya
4. Bentuk Hukum Reksa Dana
A. Reksa dana berbentuk perseroan (Corporate Type).
Dalam Reksa Dana bentuk ini, perusahaan penerbit reksadana menghimpun dana dengan
menjual Saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut diinvestasikan pada berbagai
jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang.
Reksa Dana bentuk perseroan dibedakan lagi berdasarkan sifatnya menjadi reksa dana
perseroan yang tertutup dan reksa dana perseroan yang terbuka. Bentuk ini mempunyai cirri-ciri
berikut:
a. Bentuk hukumnya adalah perseroan terbatas (PT)
b. Pengelolaan kekayaan reksa dana didasrakan pada kontrak antara direksi
perusahaan dengan manajer investasi yang ditunjuk
c. Penyimpanan kekayaan reksa dana didasarkan pada kontrak antara manjer
investasi dengan Bank Kustodian.
B. Reksa Dana Berebentuk Investasi Kolektif (Contractual Type)
Reksa Dana bentuk ini merupakan kontrak antara manajer investasi dengan Bank Kustodian
yang mengikat pemegang Unit Penyertaan (UP), di mana manajer investasi diberi wewenang
untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk
melaksanakan penitipan kolektif. Bentuk inilah yang lebih popular dan jumlahnya semakin
bertambah dibandingkan reksa dana yang berbentuk perseroan. Bentuk ini mempunyai ciri –ciri
sebagai berikut:
a. Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif
b. Pengelolaan reksa dana dilakukan oleh manajer investasi berdasarkan kontrak
c. Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh Bank Kustodian
berdsarkan kontrak.
5. Jenis – Jenis Reksa Dana
a . Reksa Dana Pasar Uang (RDPU)
RDPU adalah Reksa Dana yang melakukan sebagian besar investasinya ke efek- efek utang
berjangka kurang dari setahun. Contohnya, SBI, deposito, obligasi, dan
surat berharga
lainnya.Tingkat risiko pada RDPU adalah yang paling rendah. begitu juga dengan returnnya, terkecil dibandingkan Reksa Dana lainnya.
b. Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT)
RDPT adalah tipe Reksa Dana yang menaruh sebagian besar investasinya (minimum 80%)
pada obligasi atau surat utang berjangka pendek, menengah, hingga berjangka panjang.
Sedangkan sisanya boleh ditempatkan dalam instrumen keuangan lainnya. Obligasi pada RDPT
mempunyai sistem pembayaran bunga dengan tingkat bunga tertentu seperti deposito tetapi
obligasi bisa diperjualbelikan sebelum jatuh tempo di pasar sekunder. Pada kurun waktu tertentu
seperti 3 bulan sekali, 6 bulan sekali, atau setahun sekali, akan dibagikan dividen.
c. Reksa Dana Saham (RDS)
RDS adalah Reksa Dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari
portofolio yang dikelolanya ke dalam saham. Jika pada RDPU dan RDPT, investor lebih
berorientasi pada pendapatan bunga, maka pada RDS ini, saham umumnya memberikan potensi
hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui kenaikan harga saham.
d. Reksa Dana Campuran (RDC)
RDC adalah Reksa Dana yang melakukan investasi pada ketiga instrumen terebut di atas.
RDC ini bisa melakukan diversifikasi portofolio pada surat-surat berharga secara lebih
fleksibel.Dengan demikian, Manajer Investasi dari RDC lebih leluasa dalam mengatur komposisi
portofolionya sesuai dengan keadaan yang sedang terjadi di pasar.
6. Pihak – Pihak Yang Mengelola Reksa Dana
Pengelolaan Reksa Dana dilakukan oleh perusahaan yang telah mendapatkan izin dari
BAPEPAM sebagai manajer investasi. Perusahaan pengelola reksa dana dapat berupa:
a. Perusahaan Efek, di mana umumnya membentuk divisi atau PT tersendiri yang khusus
manangani reksa dana, misalnya Danareksa Investment Management atau Trimegah
Investment Management
b.
Perusahaan yang secara khusus bergerak sebagai perusahaan investasi (investmen
management company )
Selain perusahaan manajemen investasi yang bergerak sebagai pengelola dana, maka pihak
lain yang terlibat pengelolaan suatu reksa dana adalah Bank Kustodian. Bank Kustodian
mempunyai wewenang dan tanggung
jawab dalam
hal
menyimpan,
menjaga dan
mengadministrasikan kekayaan, baik dalam pencatatan maupun pembayaran/penjualan kembali
suatu reksa dana berdasarkan kontrak yang dibuat bersama manajer investasi.
Dalam undang – undang Pasar Modal, disebutkan bahwa kekayaan reksa dana wajib
disimpan pada Bank Kustodian Sehingga pihak Manajer Investasi memegang langsung kekayaan
tersebut. Selain itu, Bank Kustodian dilarang terafiliasi dengan manajer investasi sebagai tujuan
menghindari adanya benturan kepentingan dalam pengelolaan kekayaan reksa dana.
7. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Nilai aktiva bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV) merupakan alat ukur kinerja reksa
dana. Nilai aktiva bersih berasal dari nilai portofolio reksa dana yang bersangkutan. Seperti yang
kita ketahui, aktiva atau kekayaan reksa dana dapat berupa kas, deposito, SBPU, SBI, surat
berharga komersial, saham, obligasi, right, dan efek lainnya. Sementara, kewajiban reksa dana
dapat berupa fee manajer investasi yang belum dibayar, fee Bank Kustodian yang belum dibayar,
pajak-pajak yang belum dibayar, fee pialang yang belum dibayar, serta pembelian efek yang
belum dilunasi.
NAB merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada, sedangkan
NAB per Unit Penyertaan merupakan jumlah NAB dibagi jumlah nilai Unit Penyertaan yang
beredar (outstanding).
Dari penjelasan di atas, dapat dimengerti jika nilai NAB akan mengalami kenaikan atau
penurunan, karena nilai NAB sangat bergantung pada kinerja asset yang merupakan portofolio
reksa dana tersebut. Kalau harga pasar asset-aset suatu reksa dana mengalami kenaikan, maka
NABnya tentu akan mengalami kenaikan, demikian juga sebaiknya.
Setiap sore, manajer investasi akan menilai harga pasar wajar seluruh asset reksa dana. Nilai
pasar wajar tersebut meliputi semua keuntungan atau kerugian, baik yang telah direalisasikan
maupun yang belum. (jika harga saham dalam portofolio naik, nilai portofolio akan naik
pula,walaupun sahamnya sendiri tidak dijual)
NAB per saham/unit dihitung setiap hari oleh Bank Kustodian setelah mendapat data dari
manajer investasi dan nilai tersebutlah yang kemudian dapat dilihat keesokan harinya di media
massa.
8. Lembaga atau Profesi Penunjang Reksadana Syariah
Adapun lembaga atau profesi yang terkait dengan pengelolaan Reksa Dana Syariah adalah :
a. BAPEPAM
Adalah instansi yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal di Indonesia.
b. Dewan Pengawas Syariah
Sebagai bagian dari Reksadana tersebut dan anggotanya merupakan rekomendasi dari
DSN – MUI dan bertugas member arahan kegiatan Manajer Investasi agar sesuai
dengan Syariah Islam.
c. Manajer Investasi
Adalah pihak yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya dikelola dalam portofolio efek.
d. Bank Kostodian
Adalah lembaga yang memberikan jasa penitipan efek dan mengadministrasikan
kekayaan reksadana.
e. Akuntan Publik
Adalah pihak yang bertugas memeriksa laporan keuangan dan memberikan pendapat
wajar terhadap laporan keuangan suatu perusahaan Manajer Investasi yang berkaitan
dengan reksadana.
f. Konsultan Hukum
Adalah pihak yang berperan memberikan perlindungan kepada investor dari segi
hukum dan menjamin keabsahan dokumen-dokumen perusahaan ( Manajer
Investasi,Bank Kostodian, KIK ) yang mendukung reksadana tersebut.
g. Notaris
U7pAdalah pihak yang berperan langsung dalam pembuatan akte – akte perjanjian /
kontrak yang diperlukan dalam pendirian reksadana.
h. Promotor / Sponsor
Adalah pihak yang memberikan dana awal untuk mengelola reksadana.
9. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian
Judul
Variabel
Hasil Penelitian
Terdahulu
Iga Nugroho
Analisis Perbandingan Kinerja
-Jumlah return
(2012)
Kinerja,
Konvensional lebih
Risiko
Dan Risk
Tingkat Pengembalian Return
besar dari Syariah dan
Reksa
Risiko juga lebih
Konvensional
Dana
Dan
Reksa Dana Syariah
besar Konvensional
dibanding Syariah
-Baik menggunakam
Multiple Benchmark
Index maupun Single
Benchmark Index
maupun Single
Benchmark Index
menunjukkan bahwa
kinerja Reksa Dana
Syariah outperform
dibandingkan Reksa
Dana Konvensional
Download