definisi gagal jantung

advertisement
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Oct 29 11:05:13 2017 / +0000 GMT
DEFINISI GAGAL JANTUNG
Gagal jantung (GJ) adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat
aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Dulu GJ dianggap merupakan akibat dari berkurangnya
kontraktilitas dan daya pompa sehingga diperlukan inotropik untuk meningkatkannya dan diuretik serta vasodilator untuk
mengurangi beban (un-load). Sekarang GJ dianggap sebagai remodelling progresif akibat beban/penyakit pada miokard sehingga
pencegahan progresivitas dengan penghambat neurohumoral (neurohumoral blocker) seperti ACE-Inhibitor Angiotensin
Receptor-Blocker atau penyekat beta diutamakan di samping obat konvensional (diuretika dan digilatis) ditambah dengan terapi
yang muncul belakangan ini seperti biventricular pacing, recyncronizing cardiac teraphy (RCT), intra cardiac defibrilator (ICD),
bedah rekonstruksiventrikel kiri (LV reconstruction surgery) dan miplasti.Beberapa Istilah dalam Gagal JantungGagal Jantung
Sistolik dan DiastolikKedua jenis ini terjadi secara tumpang tindih dan tidak dapat dibedakan dari pemeriksaan jasmani, foto toraks
atau EKG dan hanya dapat dibedakan dengan eko-Droppler.Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung
memompa sehingga curah jantung menurun dan menyebabkan kelemahan, fatik, kemampuan aktivitas fisik menurun dan gejala
hipoperfusi lainnya.Gagal jantung diastolik adalah gangguan relaksasi dan gangguan pengisian ventrikel. Gagal jantung diastolik
didefinisikan sebagai gagal jantung dengan fraksi ejeksi lebih dari 50%. Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan
Doppler-ekokardiografi aliran darah mitral dan aliran vena pulmonalis. Tidak dapat dibedakan dengan pemeriksaan anamnesis,
pemeriksaan jasmani saja.Ada 3 macam agngguan fungsi diastolik:? Gangguan relaksasi? Pseudo-normal? Tipe
restriktifPenatalaksanaan ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi peneybab gangguan diastolik seperti fibrosis, hipertrofi,
atau iskemia. Disamping itu kongesti sistemik/pulmonal akibat dari gangguan diatolik tersebut dapat diperbaiki dengan restriksi
garam dan pemberian diuretik. Mengurangi denyut jantung agar waktu untuk diastolik bertambah, dapat dilakukan dengan
pemberian penyekat beta atau penyekat kalsium non-dihidropiridin.Low output dan High output Heart FailureLow output HF
disebabkan oleh hipertensi, kardiomiopati dilatasi, kelainan katup dan perikard. High out put HF ditemukan pada penurunan
resistensi vaskular sistemik seperti hipertiroidisme, anemia, kehamilan, fistula A-V, beri-beri dan penyakit Paget. Secara praktis,
kedua kelainan ini tidak dapat dibedakan.Gagal Jantung Akut dan kronikContoh klasik gagal jantung akut (GJA) adalah robekan
daun katup secara tiba-tiba akibat endokarditis, trauma atau infark miokard luas. Curah jantung yang menurun secara tiba-tiba
menyebabkan penurunan tekanan darah tanpa disertai edema perifer.Contoh gagal jantung kronis (GJK) adalah kardiomiopati
dilatasi atau kelainan multivalvular yang terjadi secara perlahan-lahan. Kongesi perifer sangat menyolok, namun tekanan darah
masih terpelihara dengan baik.Gagal Jantung Kanan dan Gagal Jantung KiriGagal jantung kiri akibat kelemahan ventrikel,
meningkatkan tekanan vena pulmonalis dan paru menyebabkan pasien sesak napas dan ortopnea. Gagal jantung kanan terjadi kalau
kelainannya melemahkan ventrikel kanan seperti pada hipertensi pulmonal primer/sekunder, tromboemboli paru kronik sehingga
terjadi kongesti vena sistemik yang menyebabkan edema perifer, hepatomegali, dan distensi vena jugularis. Tetapi karena perubahan
biokimia gagal jantung terjadi pada miokard kedua ventriel, maka retensi cairan pada gagal jantung yang sudah berlangsung bulanan
atau tahun tidak lagi berbeda.Patogenesis Gagal Jantung SistolikGJ sistolik didasari oleh suatu beban/penyakit miokard (underlying
HD/index of events) yang mengakibatkan remodeling struktural, lalu diperbesar oleh progresivitas beban/penyakit tersebut dan
menghasilkan sindrom klinis yang disebut gagal jantung.Remodeling struktural ini dipicu dan diperberat oleh berbagai mekanisme
kompensasi sehingga fungsi jantung terpelihara relatif normal (gagal jantung asimtomatik). Sindrom gagal jantung yang sistomatik
akan tampak bila timbul faktor presipitasi seperti infeksi, aritmia, infark, jantung, anemia, hipertiroid dan kehamilan, aktivitas
berlebihan, emosi atau konsumsi garam berlebih, emboli paru, hipertensi, miokarditis, virus, demam reuma, endokarditis infektif.
Gagal jantung simtomatik juga akan tampak kalau terjadi kerusakan miokard akibat progresivitas penyakit yang
mendasarinya/underlying HD.DIAGNOSISDiagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan jasmani, elektrokardiografi/foto
toraks, ekokardiografi-Doppler dan kateterisasi seperti terlihat pada bagan di bawah ini.Kriteria Framingham dapat pula dipakai
untuk diagnosis gagal jantung kongestif. Kriteria Major? Paroksimal noktunal dispnea? Distensi vena leher? Ronki paru?
Kardiomegali? Edema paru akut? Gallop S3? Peninggian tekanan vena jugularis? Refluks hepatojugular Kriteria Minor? Edema
ekstremitas? Batuk malam hari? Dispnea d'effort? Hepatomegali? Efusi pleura? Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal?
Takikardia (>120/menit. Major atau minor4.5 kg dalam 5 hari pengobatan.?Penurunan BB Diagnosis Gagal Jantung ditegakkan
minimal ada 1 kriteria major dan 2 kriteria minor.Penatalaksanaan Gagal JantungPada tahap simtomatik dimana sindrom GJ sudah
terlihat jelas seperti cepat capek (fatik), sesak napas (dyspnea in effort, orthopnea), kardiomegali, peningkatan tekanan vena
jugularis, asites, hepatomegalia dan edema sudah jelas, maka diagnosis GJ mudah dibuat. Tetapi bila sindrom tersebut belum terlihat
jelas seperti pada tahap disfungsi ventrikel kiri/LV dysfunction (tahap asimtomatik), maka keluhan fatik dan keluhan di atas yang
hilang timbul tidak khas, sehingga harus ditopang oleh pemeriksaan foto rontgen, ekokardiografi dan pemeriksaan Brain Natriuretic
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 1/6 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Oct 29 11:05:13 2017 / +0000 GMT
Peptide.Diuretik oral maupun parenteral tetap merupakan ujung tombal pengobatan gagal jantung sampai edema atau asites hilang
(tercapai euvolemik). ACE-inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) dosis kecil dapat dimulai setelah euvolemik sampai
dosis optimal. Penyekat beta dosis kecil sampai optimal dapat dimulai setelah diuretik dan ACE-inhibitor tersebut
diberikan.Digitalis diberikan bila ada aritmia supra-ventrikular (fibrilasi atrium atau SVT lainnya) atau ketiga obat diatas belum
memberikan hasil yang memuaskan. Intoksikasi digitalis sangat mudah terjadi bila fungsi ginjal menurun (ureum/kreatinin
meningkat) atau kadar kalium rendah (kurang dari 3.5 meq/L).Aldosteron antagonis dipakai untuk memperkuat efek diuretik atau
pada pasien dengan hipokalemia, dan ada beberapa studi yang menunjukkan penurunan mortalitas dengan pemberian jenis obat
ini.Pemakaian obat dengan efek diuretik-vasodilatasi seperti Brain N atriuretic Peptide (Nesiritide) masih dalam penelitian.
Pemakaian alat Bantu seperti Cardiac Resychronization Theraphy (CRT) maupun pembedahan, pemasangan ICD (Intra-Cardiac
Defibrillator) sebagai alat mencegah mati mendadak pada gagal jantung akibat iskemia maupun non-iskemia dapat memperbaiki
status fungsional dan kualitas hidup, namun mahal. Transplantasi sel dan stimulasi regenerasi miokard, masih terkendala dengan
masih minimalnya jumlah miokard yang dapat ditumbuhkan untuk mengganti miokard yang rusak dan masih memerlukan penelitian
lanjut.Gagal jantung dibagi menjadi 2: gagal jantung akut dan kronisI. Gagal Jantung AkutMeningkatnya harapan hidup disertai
makin tingginya angka yang selamat (survival) dari serangan infark jantung akut akibat kemajuan pengobatan dan
penatalaksanaannya, mengakibatkan semakin banyak orang yang hidup dalam keadaan disfungsi ventrikel kiri, yang selanjutnya
masuk ke dalam gagal jantung kronis, dan semakin banyak yang dirawat akibat gagal jantung kronis (GJK). Gagal jantung
merupakan penyebab paling banyak perawatan di rumah sakit pada populasi Medicare di Amerika Serikat, sedangkan di Eropa dari
data-data Scottish memperlihatkan peningkatan dari perawatan gagal jantung, apakah sebagai serangan pertama atau sebagai gejala
utama atau sebagai gejala ikutan dengan gagal jantung. Peningkatan ini sangat erat hubungannya dengan semakin bertambahnya usia
seseorang. Dari survei registrasi rumah sakit didapatkan angka perawatan di RS. perempuan 4,7% dan laki-laki: 5,1% adalah
berhubungan dengan gagal jantung. Sebagian dari gagal jantung ini adalah dalam bentuk manifestasi klinis berupa gagal jantung
akut, dan sebagian besar berupa eksaserbasi akut gagal jantung kronik.Penyakit jantung koroner merupakan etiologi gagal jantung
akut pada 60-70% pasien terutama pada pasien usia lanjut. Sedangkan pada usia muda, gagal jantung akut diakibatkan oleh
kardiomiopati dilatasi, aritmia, penyakit jantung kongenital atau valvular dan miokarditis. Kausa dan komplikasi gagal jantung akut
dapat dilihat pada tabel berikut :Penyebab dan Faktor Presipitasi Gagal Jantung Akut(1) Dekompensasi pada GJK yang sudah ada
(kardiomiopati)(2) Sindrom koroner akuta. Infark miokardial/angina pektoris tidak stabil denagn iskemia yang bertambah luas dan
disfungsi iskemik.b. Komplikasi kronik infark miokard akutc. Infark ventrikel kanan(3) Krisis hipertensi(4) Aritmia akut (takikardia
ventrikular, fibrilasi ventrikular, fibrilasi atrial atau fluter atrial, takikardia supraventrikular lain).(5) Regurgitasi
valvular/endokarditis/ruptur korda tendinae, perburukan regurgitasi katup yang sudah ada(6) Stenosis katup aorta berat(7)
Miokarditis berat akut(8) Tamponad jantung(9) Diseksi aorta(10) Kardiomiopati pasca melahirkan(11) Faktor presipitasi non
kardiovaskulara. Pelaksanaan terhadap pengobatan kurangb. overload volumec. infeksi, terutama pneumonia atau septikemiad.
severe brain insulte. pasca operasi besarf. penurunan fungsi ginjalg. asmah. penyalahgunaan obati. penggunaan alkoholj.
feokromositoma(12) Sindrom high outputGagal jantung akar (GJA) atau gagal jantung kronik (GJK) sering merupakan kombinasi
kelainan jantung dan organ sistem lain terutama penyakit metabolik.Pasien dengan GJA memiliki prognosis yang sangat buruk.
Dalam satu randomized trial yang besar, pada pasien yang dirawat dengan gagal jantung yang mengalami dekompensasi, mortalitas
60 hari adalah 9,6%, dan apabila dikombinasi dengan mortalitas dan perawatan ulang dalam 60 hari jadi 35,2%. Angka kematian
lebih tinggi lagi pada infark jantung yang disertai gagal jantung berat, dengan mortalitas 30% dalam 12 bulan.Hal yang sama pada
pasien edema paru akut, angka kematian di rumah sakit 12%, dan mortalitas satu tahun 40%. Prediktor mortalitas tinggi adalah
antara lain tekanan baji kapiler paru (Pulmonary Capillary Wedge Pressure) yang tinggi, sama atau lebih dari 16 mmHg, kadar
natrium yang rendah, dimensi ruang ventrikel kiri yang meningkat, dan konsumsi oksigen puncak yang rendah.Sekitar 45% pasien
GJA akan dirawat ulang paling tidak satu kali, 15% paling tidak dua kali dalam dua belas bulan pertama. Estimasi risiko kematian
dan perawatan ulang antara 60 hari berkisar 30-60%, tergantung dari studi populasi.Pada kesempatan ini akan dibahas mengenai
Gagal Jantung Akut (GJA), meliputi definisi, manifestasi klinis dan penatalaksanaannya.DEFINISI GAGAL JANTUNG
AKUTGagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat (rapid onset) dari gejala-gejala atau tanda-tanda (symptoms and
signs) akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi dengan atau tanpa adanya sakit jantung sebelumnya. Disfungsi jantung
bisa berupa disfungsi sistolik atau disfungsi diastolik, keadaan irama jantung yang abnormal atau ketidakseimbangan dari pre-load
atau after-load, seringkali memerlukan pengobatan penyelamatan jiwa, dan perlu pengobatan segera. GJA dapat berupa acute de
novo (serangan baru dari GJA, tanpa ada kelainan jantung sebelumnya) atau dekompensasi akut dari GJK. GJA dapat dimbul dengan
satu atau beberapa kondisi klinis yang berbeda.MANIFESTASI KLINISManifestsi klinis GJA sangat banyak, dan kadang ada
tumpang tindih dengan manifestasi klinis yang lain, dan penanganannya pun bisa sangat berbeda.? Gagal jantung dekompensasi, (de
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 2/6 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Oct 29 11:05:13 2017 / +0000 GMT
novo atau sebagai gagal jantung kronik yang mengalami dekompensasi) dengan gejala atau tanda-tanda gagal jantung akut dengan
gejala ringan, dan belum memenuhi syarat untuk syok kardiogenik, edema paru atau krisis hipertensi.? Gagal jantung akut
hipertensif terdapat gejala dan tanda gagal jantung disertai tekanan darah tinggi, dan gangguan fungsi jantung relatif, dan pada foto
toraks terlihat tanda-tanda edema paru akut.? Edema paru yang diperjelas dengan foto toraks dan respiratory distress berat dengan
ronki yang terdengar pada referal lapangan paru dan ortopnea, O2 saturasi biasanya kurang dari 90% sebelum diterapi.? Syok
kardiogenik: syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi jaringan yang diakibatkan oleh gagal jantung
rendah preload dikoreksi. Tidak ada definisi yang jelas dari parameter hemodinamik, akan tetapi syok kardiogenik biasanya ditandai
dengan penurunan tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg, atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mm Hg)
dan atau penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju nadi >60 kali per menit dengan atau tanpa adanya
kongesti organ. Tidak ada batas yang jelas antara sindrom curah jantung rendah dengan syok kardiogenik.? High out put failure,
ditandai dengan curah jantung yang tinggi, biasanya dengan laju denyut jantung yang tinggi misalnya mitral aritmia, tirotoksikosis,
anemia, penyakit Raget's, dan lain-lain ditandai dengan jaringan perifer yang hangat, kongesti paru, kadang disertai tekanan darah
yang rendah seperti pada syok septik.? Gagal jantung kanan yang ditandai dengan sindrom low out put, peninggian tekanan vena
jugularis, pembesaran hati dan hipotensi.Ada beberapa klasifikasi lain GJA yang biasa dipakai di perawatan intensif, untuk menilai
beratnya GJA, yaitu klasifikasi Killip yang berdasarkan tanda-tanda klinis dan foto toraks, klasifikasi Forrester yang berdasarkan
tanda-tanda klinis dan karakteristik hemodinamik. Klasifikasi ini cocok pada GJA pada infark jantung akut. Klasifikasi yang ketiga
yang telah divalidasi pada perawatan kardiomiopati, yang berdasarkan penemuan klinis, yaitu berdasarkan sirkulasi perifer
(perfusion) dan auskultasi paru (congestion). Pasien diklasifikasi menjadi Class I (Group A) (warm and dry), Class II (Group B)
(warm and wet), Class III (Group L) (cold and dry), Class IV (Group C) (cold and wet). Klasifikasi ini sudah divalidasi untuk
prognosis dari kardiomiopati, dan dapat diaplikasikan pada pasien rawat jalan atau rawat inap. Denah 1Di samping itu klasifikasi
GJA dapat juga dibagi berdasarkan dominasi gagal jantung yang kiri atau kanan yaitu :1. Forward (kiri dan kanan (AHF)2. Left
heart backward failure, yang dominan gagal jantung kiri.3. Right heart backward failure, berhubungan dengan disfungsi paru dan
jantung sebelah kanan.GEJALA (Bukti Adanya Kongesti) OrthopneaTekanan vena jugularis tinggiEdemaAsitesPenyebaran ke P2
kiriRonki halus (jarang) Gelombang valsava kuadratRefleks abdomino jugularisEkstremitas dinginMengantuk atau lemasSuspek
hipotensi akibat ACEISuspek penurunan kadar Na serum Salah satu penyebab buruknya fungsi ginjalDenah & tabel tentang profil
hemodinamik pasien yang dirawat inap akibat gagal jantung. Sebagian besar pasien dapat diklasifikasikan menjadi salah satu dari
keempat profil ini melalui penilaian bebside selama 2 menit, meskipun dalam prakteknya beberapa pasien dapat berada diantara grup
B dan C. Klasifikasi ini merupakan bantuan petunjuk sebagai pertimbangan terapi awal dan prognosis. (Circulation 2000; 102:
2443-2456)DIAGNOSIS GJADiagnosis GJA ditegakkan berdasarkan gejala dan penilaian klinis, didukung oleh pemeriksaan
penunjang seperti EKG, foto toraks, biomarker dan ekokardiografi Doppler. Pasien segera diklasifikasi apakah disfungsi sistolik atau
disfungsi diastolik dan karakteristik forward atau backward, left or right heart failure.SASARAN PENGOBATAN GJASasaran
secepatnya pengobatan GJA adalah memperbaiki simtom, dan menstabilkan kondisi hemodinamik.PENGOBATAN
GJAUmumInfeksi Pasien GJA yang lanjut cenderung rentan terhadap komplikasi infeksi, terutama saluran napas, infeksi saluran
kemih, septikemia dan infeksi nosokomial. Antibiotik yang adekuat harus diberikan segera bila ada indikasi.Diabetes harus
secepatnya dikontrol dengan insulin jangka pendek. Status katabolik, balans asupan kalori dan protein harus diperhatikan. Kadar
albumin serum sama dengan balans nitrogen, dapat dipakai untuk memonitor status metabolik.Gagal ginjal: Terdapat hubungan yang
kuat antara gagal ginjal dan gagal jantung, dan dapat merupakan precipitaning factor untuk timbulnya GJA, dan sebaliknya GJA
membuat gagal ginjal. Perlu pemantauan dari fungsi ginjal.Sasaran Penyakit Pasien Gagal Jantung Akut Klinis gejala (dyspnoea
dan/atau fatik)¯ tanda klinis¯ berat badan¯ diuresis- oksigenase- LaboratoriumNormalisasi elektrolit serum BUN dan/atau kreatinin¯
bilirubin serum¯ BNP¯ Normalisasi gula darahHemodinamik pulmonary capillary wedge presure menjadi¯ <18 mmHg curah
jantung dan/atau volume sekuncup- Outcome¯ lama rawat di unit rawat intensif (ICU) lama rawat¯ waktu masuk kembali ke
rumah sakit- mortalitas¯ TolerabilitasLow rate of withdrawal from therapeutic measuresInsidens efek samping rendahBUN = blood
urea NO2 Oksigen dan Alat Bantu NapasPrioritas utama dalam menangani GJA adalah tercapainya kadar oksigenasi yang adekuat
untuk mencegah disfungsi end organ, dan serangan gagal organ yang multipel. SaO2 dipertahankan pada batas normal antara
95-98%, untuk menjamin pasokan oksigen untuk jaringan tubuh (Class 1 recomendation, level of evidence C).Support ventilasi
tanpa intubasi endotrakeal. Ada dua teknik, yaitu Continous Positive Airway Pressure (CPAP) atau Non-invasive Positive Pressure
Ventilator (NIPPV), sangat berguna dan tenyata dapat mengurangi kemungkinan pemakaian intubasi trakeal dan ventilasi mekanis
(Class II a recommendation, level of evidence A).TERAPI MEDIKAMENTOSA? Morfin dan Analog MorfinMorfin diinadikasikan
pada stadium awal apabila pasien gelisah dan sesak napas (Class II b recommendation, level of evidence B). Morfin boleh diberikan
bolus IV 3 mg segera sesudah dipasang intravenous line.? AntikoagulanTidak ada bukti ada manfaat pemberian heparin atau LMWH
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 3/6 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Oct 29 11:05:13 2017 / +0000 GMT
pada GJA, kecuali untuk sindrom koroner akut, dengan atau tanpa gagal jantung, termasuk pada fibrilasi atrium.?
VasodilatorVasodilator diindikasikan pada GJA sebagai first line therapy, apabila hipoperfusi padahal tekanan darah adekuat dan
tanda-tanda kongesti dengan diuresis sedikit, untuk membuka sirkulasi perifer dan mengurangi pre-load.? NitratNitrat mengurangi
kongesti paru tanpa mempengaruhi stroke volume atau meningkatkan kebutuhan oksigen oleh miokard pada GJA, terutama pada
sindrom koroner akut. Akan lebih baik apabila kombinasi dengan furosemid dosis rendah, akan lebih superior ketimbang pakai
furosemid saja dengan dosis tinggi. (Class I recommendation, level of evidence B).Indikasi dan Dosis Vasodilator pada Gagal
Jantung AkutVasodilator Indikasi Dosis Efek Samping Utama LainnyaGliseriltrinitrat,5-mononitrat Gagal jantung akut, dengan
tekanan darah adekuat Mulai g/menit Hipotensi, sakit?g/menit, tingkatkan hingga 200?dengan 20 kepala Toleransi pada penggunaan
yang terus menerusIsosorbid dinitrat Gagal jantung akut, dengan tekanan darah adekuat Mulai dengan 1 mg/jam, tingkatkan hingga
10 mg/jam Hipotensi, sakit kepala Toleransi pada penggunaan yang terus menerusNitroprusid Krisis Hipertensif, syok kardiogenik,
dikombinasikan dengan g/kg/menit Hipotensi, toksisitas isosianat Obat?obat inotropik 0,3-5 ini sensitif terhadap cahayaNesitirid
Gagal jantung akut dekompensasi g/kg/menit?g/kg + infusion 0,015 ? 0,03 ?Bolus 2 Hipotensi? Sodium Nitroprusidg/kg/menit)
dititrasi secara hati-hati?Sodium Nitroprusid (SNP) (0,3 menjadi 1 ig/kg/menit sampai 5 ig/kg/menit direkomendasikan pada pasien
dengan gagal jantung berat, pada pasien dengan predominan ada peningkatan after load seperti hipertensi atau regurgitasi mitral.
(Class I recommendation level of evidence C). Pada pasien GJA dan sindrom koroner akut, nitrat lebih diutamakan ketimbang SNP,
karena SNP dapat menimbulkan coronary steal syndrome.? NesiritidNesiritid, suatu vasodilator kelas baru yang telah dikembangkan
untuk terapi GJA. Nesiritid suatu recombinant human brain peptide atau BNP, yang identik dengan hormon endogen BNP yang
diproduksi oleh dinding ventrikel kiri sebagai respons terhadap peninggian dari wall stress, hipertensi dan volume over load.
Nesiritid mempunyai efek vasodilator untuk vena, arteri dan vasodilator koroner, akan mengurangi pre load dan after load,
meningkatkan cardiac output tanpa efek miokard langsung.Pemberian infus nesiritid mempunyai efek hemodinamik, meningkatkan
eksresi sodium dan supresi RAA Sistem, dan sistem simfatis.Resiritid efektif memperbaiki keluhan subjektif sesak napas.
Dibandingkan dengan nitrat, perbaikan hemodinamik lebih baik, dan efek samping lebih sedikit. Namun diakui pengalaman klinis
dengan Nesiritid masih belum banyak.? Antagonis KalsiumTidak dianjurkan pada GJA.? Inhibitor ACETidak diindikasikan untuk
stabilisasi awal GJA. (Class II b recommendation, level of evidence C). Namun, bila stabil 48 jam boleh diberikan dengan dosis
kecil dan ditingkatkan secara bertahap dengan pengawasan tekanan darah yang ketat. Lama pemberian paling tidak 6 minggu. (Class
I recommendation, level of evidence A).? DiuretikIndikasi pemberian diuretik pada GJA decompensated, apabila ada simtom retensi
air (Class I recommendation, level of evidence B). Pemakaian secara intravena, loop diuretika seperti furosemid, bumetadin,
torasemid, dengan efek cepat dan kuat, elbih disukai pada GJA. Terapi dapat diberikan dengan aman sebelum pasien tiba di rumah
sakit dan dosis harus dititrasi sesuai dengan respons diuretik dan hilangnya gejala kongesti.Pemberian loading dose yang diikuti oleh
infus berlanjut dengan furosemid atau torasemid telah terbukti lebih efektif dari hanya bolus saja. Kombinasi dengan Tiazid dan
Spironolakton dapat diberikan dengan loop diuretik, kombinasi dengan dosis rendah lebih efektif ketimbang dosis tunggal tinggi.
Kombinasi loop diuretika dengan dobutamin atau nitrat juga merupakan kombinasi yang diperbolehkan, ternyata lebih efektif dan
sedikit efek sekundernya. (Class II b recommendation, level of evidence C).? Penyekat BetaMerupakan kontraindikasi pada GJA,
kecuali GJA sudah stabil. (Class II a recommendation, level of evidence B.Pasien dengan GJK, penyekat beta harus segera diberikan
apabila pasien sudah stabil dari episode akut, umumnya sesudah 4 hari. (Class I recommendation, Level of evidence A).? Obat
InotropikObat inotropik diindikasikan apabila ada tanda-tanda hipoperfusi perifer (hipotensi, menurunnya fungsi ginjal) dengan atau
tanpa kongesti atau edema paru yang refrakter terhadap diuretika dan vasodilator pada dosis optimal. (Class II a recommendation,
level of evidence C). Pemakaiannya berbahaya, dapat meningkatkan kebutuhan oksigen dan calcium loading, harus diberikan secara
hati-hati.? Fosfodiesterase InhibitorTipe III PDEIs memblokade pemcahan dari siklik AMP (cAMP) menjadi AMP. Milrinon dan
enoksinon adalah dua PDEIs yang dipakai pada praktek klinis. Pemakaian pada gagal jantung lanjut akan memberikan efek inotropik
yang signifikan, lusitropik dan efek vasodilator perifer, dan menimbulkan curah jantung, strok volume, penurunan tekanan arteri
paru, pulmonary wedge pressure, resistensi sistemik dan iskemia paru. Namun data-data manfaat PDEIs pada GJA masih belum
banyakDosis Diuretik dan Cara PemberiannyaDerajat Keparahan Retensi Cairan Diuretik Dosis (mg) KeteranganSedang Furosemid,
atau 20 - 40 Secara oral atau intravena tergantung gejala klinis.Bumetanid,atau 0,5 ? 1,0 Dosis titrasi sesuai dengan respons
klinis.Torasemid 10 - 20 Monitor kadar Na+, K+, kreatinin dan tekanan darahBerat Furosemid, atau 40 - 100 Secara Intra venaInfus
5 ? 40 Lebih baik daripada bolusFurosemid mg/jam dosis tinggiBumetanid,atau 1 - 4 Secara oral atau intra venaTorasemid 20 - 100
Secara oralRefrakter terhadap loop diuretik Tambahkan HCTZ, atau 25 ? 50 dua kali sehari Kombinasi dengan loop diuretic lebih
baik daripada dosis tinggi loop diuretik tunggalMetolazon, atau 2,5 ? 10 satu kali sehari Metolazon lebih poten bila bersihan
kreatinin < 30mL/menitSpironolakton 25 ? 50 satu kali sehari Spironolakton merupakan pilihan terbaik bila pasien tidak mengalami
gagal ginjal dan mempunyai kada K+ yang normal atau rendahBila terjadi alkalosis, refrakter terhadap loop diuretik dan tiazid
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 4/6 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Oct 29 11:05:13 2017 / +0000 GMT
Asetazolamid 0,5 Secara intravenaTambahkan dopamine untuk vasodilatasi renal atau dobutamine sebagai zat inotropik
Pertimbangkan ultrafiltrasi atau hemodialisis bila juga ada gagal ginjal? LevosimendanLevosimendan mempunyai dua mekanisme
kerja utama, yaitu: sensitisasi Ca++ dari protein yang contractile yang bertanggung jawab terhadap aksi inotropik positif dan
membuka pintu (channel) ion K+ dari otot polos yang bertanggung jawab pada vasodilator perifer.Levosimendan diindikasikan pada
pasien gagal jantung dengan cardiac output yang rendah, akibat disfungsi sistolik tanpa hipotensi yang berat (Class Iia
recommendation, level of evidence B).? Glikosida JantungJantung glikosida menghambat myocardial Na+/K- ATPase. Dengan
demikian, meningkatkan mekanisme pertukaran ion Ca++/Na+, menghasilkan efek inotropik positif. Indikasi pemberian Glikosida
pada GJA adalah takikardia yang menginduksi gagal jantung meliputi fibrilasi atrial. Kontro frekuensi debar jantung pada GJA dapat
memperbaiki simtomnya.Di samping itu perlu untuk mengontrol penyakit yang mendasari GJA dan juga mengatasi penyakit yang
menyertainya (co-morbidities), seperti: penyakit jantung koroner, penyakit valvular, dan lain-lain, dan komorbidnya seperti gagal
ginjal, kelainan paru, aritmia dan lain-lain.Terapi awal GJA meliputi :? Oksigenasi dengan sungkup masker atau CPAP target SaO2,
94-96%? Vasodilator dengan nitrat atau nitroprusid? Terapi diuretik dengan furosemid atau loop diuretik lainnya (dimulai dengan
bolus IV diteruskan dengan infus berkelanjutan, apabila diperlukan)? Morfin dapat memperbaiki status fisik dan psikologis dan
memperbaiki hemodinamik.? Pemberian infus intravena dipertimbangkan apabila ada kecurigaan tekanan pengisian yang rendah
(low filling pressure)? Komplikasi metabolik yang lain dan kondisi spesifik organ lain harus diatasi.Terapi spesifik lebih lanjut harus
diberikan berdasarkan karakteristik klinis dan hemodinamik pasien yang tidak responsif terahdap terapi inisial, misalnya pemakaian
obat inotropik, atau kalsium sensitizer untuk GJA berat.Tujuan utama terapi GJA adalah koreksi hipoksia, meningkatkan curah
jantung, perfusi ginjal, pengeluaran natrium dan output urin. Pasien dengan GJA dapat sembuh dengan sangat baik, tergantung
etiologi dan patofisiologi yang mendasarinya.II. Gagal Jantung KronikGagal jantung adalah suatu kondisi patofisiologi, dimana
terdapat kegagalan jantung memompa darah yang sesuai dengan kebutuhan jaringan. Suatu definisi objektif yang sederhana untuk
menentukan batasan gagal jantung kronik hampir tidak mungkin dibuat karena tidak terdapat nilai batas yang tegas pada disfungsi
ventrikel.Guna kepentingan praktis, gagal jantung kronik didefinisikan sebagai sindrom klinik yang komplek yang disertai keluhan
gagal jantung berupa sesak, fatik, baik dalam keadaan istirahat atau latihan, edema dan tanda objektif adanya disfungsi jantung
dalam keadaan istirahat.ETIOLOGI DAN FAKTOR PENCETUSPenyebab dari gagal jantung antara lain disfungsi miokard,
endokard, perikardium, pembuluh darah besar, aritmia, kelainan katup, dan gangguan irama. Di Eropa dan Amerika disfungsi
miokard paling sering terjadi akibat penyakit jantung koroner biasanya akibat infark miokard, yang merupakan penyebab paling
sering pada usia kurang dari 75 tahun, disusul hipertensi dan diabetes. Sedangkan di Indonesia belum ada data yang pasti, sementara
data rumah sakit di Palembang menunjukkan hipertensi sebagai penyebab terbanyak, disusul penyakit jantung koroner dan
katup.TATALAKSANA GAGAL JANTUNGDalam 10-15 tahun terakhir terlihat berbagai perubahan dalam pengobatan gagal
jantung. Pengobatan tidak saja ditujukan dalam memperbaiki keluhan, tetapi juga diupayakan pencegahan agar tidak terjadi
perubahan disfungsi jantung yang asimtomatik menjadi gagal jantung yang simtomatik. Selain dari pada itu upaya juga ditujukan
untuk menurunkan angka kesakitan dan diharapkan jangka panjang terjadi penurunan angka kematian.Oleh karena itu dalam
pengobatan gagal jantung kronik perlu dilakukan identifikasi objektif jangka pendek dan jangka panjang.Dalam tulisan ini kami
mengacu kepada petunjuk atau guidelines dari European Society of Cardioloty (ESC) tahun 2001 dan 2005 serta American Heart
Association 2001.Tingkat rekomendasi (Class) dan tingkat kepercayaan (evidence) mengikuti format petunjuk atau guidelines dari
ESC 2005, dimana untuk rekomendasi:Class I Adanya bukti/kesepakatan umum bahwa tindakan bermanfaat dan efektif.Class II
Bukti kontroversiII.a. Adanya bukti bahwa tindakan cenderung bermanfaatI.b Manfaat dan efektivitas kurang terbuktiClass III
Tindakan tidak bermanfaat bahkan berbahayaSedangkan tingkat kepercayaan:A data berasal dari uji random multipel, atau
metaanalisisB data berasal dari satu uji random klinikC Konsensus, pendapat para pakar, uji klinik kecil, studi retrospektif atau
registrasi.Upaya PencegahanPencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi objektif primer terutama pada kelompok dengan risiko
tinggi.? Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard, faktor risiko jantung koroner.? Pengobatan infark jantung segera di triase,
serta pencegahan infark ulangan.? Pengobatan hipertensi yang agresif.? Koreksi kelainan kongenital serta penyakit jantung katup.?
Memerlukan pembahasan khusus? Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi penyebab yang mendasari, selain modulasi
progresi dari disfungsi asimtomatik menjadi gagal jantung.PENANGANAN GAGAL JANTUNG KRONIKPendekatan terapi pada
gagal jantung dalam hal ini disfungsi sistolik dapat berupa:? Saran umum, tanpa obat-obatan? Pemakaian obat-obatan? Pemakaian
alat, dan tindakan bedahPenatalaksanaan Umum, Tanpa Obat-obatan? Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, dan bagaimana
mengenal serta upaya bila timbul keluhan, dan dasar pengobatan.? Istirahat, olahraga, aktivitas sehari-hari, edukasi aktivitas seksual,
serta rehabilitasi.? Edukasi pola diet, kontrol asupan garam, air dan kebiasaan alkohol.? Monitor berat badan, hati-hati dengan
kenaikan berat badan yang tiba-tiba.? Mengurangi berat badan pada pasien dengan obesitas.? Hentikan kebiasaan merokok.? Pada
perjalanan jauh dengan pesawat, ketinggian, udara panas dan humiditas memerlukan perhatian khusus.? Konseling mengenai obat,
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 5/6 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Oct 29 11:05:13 2017 / +0000 GMT
baik efek samping, dan menghindari obat-obat tertentu seperti NSAID, antiaritmia klas I, verapamil, diltiazem, dihidropiridin efek
cepat, antidepresan trisiklik, steroid.Pemakaian Obat-obatan ? Angiotensin-converting enzyme inhibitor/penyakit enzim konversi
angiotensin? Diuretik? Penyekat beta? Antagonis reseptor aldesteron? Antagonis reseptor angiotensin II? Glisosida jantung?
Vasodilator agents (nitrat/hidralazin)? Nesiritid, merupakan peptid natriuretik tipe B? Obat inotropik positif, dobutamin, milrinon,
enoksimon? Calcium sensitizer, levosimendan? Antikoagulan? Anti aritmia? Oksigen Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah?
Revaskularisasi (perkutan, bedah)? Operasi katup mitral? Aneurismektomi? Kardiomioplasti? External cardiac support? Pacu
jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventrikular? Implantable cardioverter defibrillators (ICD)? Heart
transplantation, ventricular assist devices, artificial heart? Ultrafiltrasi, hemodialisis Terapi FarmakologiAngiotensin-coverting
enzyme inhibitors/penyekat enzim konversi angiotensin.? Dianjurkan sebagai obat lini pertama baik dengan atau tanpa keluhan
dengan fraksi ejeksi 40-45% untuk meningkatkan survival, memperbaiki simtom, mengurangi kekerapan rawat inap di rumah sakit
(I, A)? Harus diberikan sebagai terapi inisial bila tidak ditemui retensi cairan. Bila disertai retensi cairan harus diberikan bersama
diuretik (I, B).? Harus segera diberikan bila ditemui tanda dan gejala gagal jantung, segera sesudah infark jantung, untuk
meningkatkan survival, menurunkan angka reinfark serta kekerapan rawat inap.? Harus dititrasi sampai dosis yang dianggap
bermanfaat sesuai dengan bukti klinis, bukan berdasarkan perbaikan simtom.Glikosida Jantung (Digitalis)? Merupakan indikasi pada
fibrasi atrium pada berbagai derajat gagal jantung, terlepas apakah gagal jantung bukan atau sebagai penyebab. (I, B).? Kombinasi
digoksin dan penyekat beta lebih superior dibandingkan bila dipakai sendiri-sendiri tanpa kombinasi.? Tidak mempunyai efek
terhadap mortalitas, tetapi dapat menurunkan angka kekerapan rawat inap. (IIa, A).Hidralazin-isosorbid Dinitrat? Dapat dipakai
sebagai tambahan, pada keadaan dimana pasien tidak toleran terhadap penyekat enzim konversi angiotensin atau penyekat
angiotensin II (I, B). Dosis besar hiralazin (300 mg) dengan kombinasi isosorbid dinitrat 160 mg tanpa penyekat enzim konversi
angiotensin dikatakan dapat menurunkan mortalitas. Pada kelompok pasien Afrika-Amerika pemakaian kombinasi isosorbid dinitrat
20 mg dan hiralazin 37,5 mg, tiga kali sehari dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup.Obat
Penyakit Kalsium? Pada gagal jantung sistolik penyekat kalsium tidak direkomendasi, dan dikontraindikasikan pemakaian
kombinasi dengan penyekat beta (III, C).? Felodipin dan amlodipin tidak memberikan efek yang lebih baik untuk survival bila
digabung dengan obat penyekat enzim konversi angiotensin dan diuretik, (III, A). Data jangka panjang menunjukkan efek netral
terhadap survival, dapat dipertimbangkan sebagai tambahan obat hipertensi bila kontrol tekanan darah sulit dengan pemakaian nitrat
atau penyekat beta.NesiritidMerupakan klas obat vasodilator baru, merupakan rekombinan otak manusia yang dikenal sebagai
natriuretik peptida tipe . Obat ini identik dengan hormon endogen dari ventrikel, yang mempunyai efek dilatasi arteri, vena dan
koroner, dan menurunkan pre dan afterload, meningkatkan curah jantung tanpa efek inotropik.Sejauh ini belum banyak data klinis
yang menyokong pemakaian obat ini.Inotropik Positif? Pemakaian jangka panjang dan berulang tidak dianjurkan karena
meningkatkan mortalitas (III, A).? Pemakaian intravena pada kasus berat sering digunakan, namun tidak ada bukti manfaat, justru
komplikasi lebih sering muncul. (II b, C).? Penyekat fosfodiesterase, seperti milrinon, enoksimon eefktif bila digabung dengan
penyekat beta, dan mempunyai efek vasodilatasi perifer dan koroner. Namun disertai juga dengan efek takiaritmia atrial dan
ventrikel, dan vasodilatsi berlebihan dapat menimbulkan hipotensi.? Levosimendan, merupakan sensitisasi kalsium yang baru,
mempunyai efek vasodilatasi namun tidak seperti penyekat fosfodiesterase, tidak menimbulkan hipotensi. Uji klinis menunjukkan
efek yang lebih baik dibandingkan dobutamin.Anti Trombotik? Pada gagal jantung kronik yang disertai fibrilasi atrium, riwayat
fenomena tromboemboli, bukti adanya trombus yang mobil, pemakaian antikoagulan sangat dianjurkan (I, A).? Pada gagal jantung
kronik dengan penyakit jantung koroner, dianjurkan pemakaian antiplatelet. (II a, B).? Aspirin harus dihindari pada perawatan
rumah sakit berulang dengan gagal jantung yang memburuk.Anti Aritmia? Pemakaian selain penyekat beta tidak dianjurkan pada
gagal jantung kronik, kecuali pada atrial fibrilasi dan ventrikel takikardi? Obat aritmia klas I tidak dianjutkan? Obat anti aritmia klas
II (penyekat beta) terbukti menurunkan kejadian mati mendadak (I, A) dapat dipergunakan sendiri atau kombinasi dengan
amiodaron (IIa, C).? Anti aritmia klas III, amiodaron efektif untuk supraventrikel dan ventrikel aritmia (I,A) amiodaron rutin pada
gagal jantung tidak dianjurkan.Suatu data survei di Eropa menunjukkan bahwa pemakaian obat-obat pada gagal jantung kronik
masih belum maksimal, demikian juga yang terjadi dalam praktek sehari-hari di Indonesia.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 6/6 |
Download