BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan Nasional

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Gerakan Nasional peningkatan penggunaan air susu ibu (ASI) merupakan salah
satu upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Upaya
yang penting ini, keberhasilannya perlu didukung dan dilaksanakan oleh seluruh
anggota masyarakat. Para ibu, sebagai pelopor peningkatan kualitas sumber daya
Indonesia, patut menyadari dan meningkatkan pengetahuannya untuk menunjang
gerakan ini (Maryunani, 2012).
Keberhasilan pemberian ASI tidak terlepas dari pelaksanaan manajemen
laktasi, motivasi bidan sebagai pemberi pelayanan terdepan sejak kehamilan,
persalinan dan masa nifas. Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan
seseorang mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau
keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya dan menuaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian
tujuan dari berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1998).
Manajemen laktasi adalah suatu tatalaksana yang mengatur agar keseluruhan
proses menyusui bisa berjalan dengan sukses dan bayi memperoleh kondisi gizi dan
kesehatan yang optimal, mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap
dan menelan ASI yang dimulai pada masa antenatal, perinatal dan postnatal
(Prasetyono, 2009 dan Maryunani, 2012).
Menurut penelitian Syafar, dkk (2013) beberapa penelitian membuktikan
bahwa sikap petugas kesehatan kususnya bidan yang tidak menganjurkan dan tidak
peduli dalam pelaksanaan manajemen laktasi dengan tidak menganjurkan dan tidak
Universitas Sumatera Utara
membantu bila ada kesulitan menyusui, sehingga banyak ditemukan ibu-ibu gagal
memberikan ASI. Peranan petugas kesehatan khususnya bidan dalam penerangan
mengenai pemberian ASI yang pertama (kolustrum), cara merawat dan
membersihkan payudara, memberi penerangan agar ibu tidak memberi susu kaleng
pada bayi/anak, makanan yang bergizi untuk ibu meyusui, mengatasi kesulitankesulitan dalam menyusui sehingga manajemen laktasi dapat dilaksanakan.
Semua tahap pada manajemen laktasi adalah penting dan berperan untuk
keberhasilan ASI Eksklusif, sehingga semua tahap harus dipersiapkan dengan baik
supaya ASI Eksklusif berjalan dengan sukses (Maryunani, 2009). Langkah awal
manajemen laktasi biasanya diawali dengan proses laktasi. Sementara itu
keberhasilan tatalaksana dan konseling laktasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai
kemampuan dengan beberapa hasil penelitian yakni yang dilansir dalam
Internasional Breastfeeding Journal penelitian yang dilakukan oleh Caroline dkk
(2004), didapatkan hasil bahwa 74,9% kemampuan tenaga kesehatan terutama bidan
dibangsal bersalin dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kepuasan bagi ibu untuk
terus menyusui bayinya.
Perawatan payudara bertujuan agar payudara senantiasa bersih dan mudah
untuk diisap bayi. Banyak ibu yang mengeluh bayinya tidak mau menyusu, biasanya
disebabkan oleh faktor teknik seperti puting susu yang masuk atau posisi yang salah.
Tentunya, selain faktor teknik ini ASI ini juga dipengaruhi asupan nutrisi dan kondisi
psikolog ibu (Nurhati, 2009).
Dengan melakukan perawatan payudara secara benar dan teratur dapat
menguatkan, melenturkan dan mengatasi terpendamnya puting susu sehingga bayi
mudah mengisap ASI dan juga menjaga kebersihan payudara, mencegah
penyumbatan dan bermanfaat untuk memperkuat kulit sehingga mencegah terjadinya
Universitas Sumatera Utara
luka pada saat mulai menyusui. Dan perawatan payudara ini sebaiknya dilakukan
selama masa kehamilan yaitu pada usia setelah delapan bulan (trimester III) dan
bukan sesudah persalinan (Oswari, 2004)
Menurut penelitian Ardianti (2004), terdapat 21% dari 42 orang yang tidak
mengetahui tentang teknik perawatan payudara karena kurangnya pengetahuan dan
informasi tentang perawatan payudara, sehingga menimbulkan masa awal laktasi
seperti puting susu lecet, payudara bengkak, air susu tersumbat.
Usaha-usaha dalam peningkatan pemberian ASI eksklusif di Indonesia terus
ditingkatkan. Hal ini terbukti dengan ditetapkannya "Pekan ASI Sedunia", yang
ketetapannya dikeluarkan oleh World Alliance for Breastfeeding Action (WABA)
atau Asosiasi ASI Sedunia yang dilakukan 1-7 Agustus 2008 lalu, di samping itu
adanya rekomendasi dari WHO dan UNICEF ( 2002) yang dibuat untuk peningkatan
cakupan ASI Eksklusif.
Sementara hasil penelitian yang dilakukan Tohotoa, dkk tahun (2009) di
Australia didapatkan hasil bahwa 63% kemampuan menyusui dan lanjutannya
memerlukan dedikasi, komitmen, ketekunan dan dukungan dari keluarga terutama
suami sangat dibutuhkan oleh ibu selama menyusui rendah dukungan dan durasi
menyusuinya sebasar kurang dari 50%.
Pemberian ASI eksklusif di Inggris tergolong rendah, pada survei tahun (2005)
secara keseluruhan 27% memberikan ASI selama 2 bulan pertama setelah bayi lahir,
17% selama 3-5 bulan sementara penelitian yang dilakukan oleh Chinese Food and
Nutrition Survailance System ( CFNSS) rata rata pemberian ASI penduduk perkotaan
pada bayi dibawah usia empat bulan menurun dari 53,7% ditahun 2002 menjadi
48,7% ditahun 2005, begitu pula di pedesaan terjadi penurunan yang lebih besar
yaitu dari 76,6% menjadi 60,4%.
Universitas Sumatera Utara
Kepentingan mendasar dari penelitian tentang penatalaksanaan laktasi bagi ibu
hamil ini didasarkan pada konsekuensi proses pertumbuhan dan perkembangan bayi
sejak dalam kandungan sampai saat dilahirkan dan pada masa emas kehidupan
awalnya. Seperti yang dikemukakan WHO (2011), janin yang kekurangan nutrisi
akan mengalami hambatan pertumbuhan intrauterine dan akan beresiko setelah lahir
dapat terjadinya retardasi pertumbuhan awal, rentan terhadap penyakit menular,
keterlambatan perkembangan IQ poin rendah hanya mencapai 10 -13 % dan dapat
menyebabkan kematian masa bayi dan kanak kanak. Oleh sebab itu, petugas
kesehatan harus mampu memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai
manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta
cara pelaksanaan manajemen laktasi. Meyakinkan ibu hamil, agar ibu mau dan
mampu menyusui bayinya.
Berhasil atau tidaknya ibu menyusui banyak faktor yang mempengaruhinya,
salah satunya adalah tindakan bidan atau petugas kesehatan. Pengaruh ini dapat
berupa sikap negative secara pasif, yang tidak menganjurkan dan tidak membantu
bila ada kesulitan laktasi kemudian sikap ragu – ragu mengenai indikasi dan kontra
indikasi menyusui serta tindakan petugas kesehatan yang menasehatkan dan
menganjurkan ibu untuk memberikan susu botol dengan alasan kesulitan menyusui
(Maryunani, 2009).
Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti di Klinik Sally pada tanggal 20
Desember 2013 s/d 4 Januari 2014 dari 10 orang ibu hamil hanya 6 orang yang
mengatakan bahwa bidan melakukan manajemen laktasi pada ibu hamil. Maka
berdasarkan latar belakang dan survei yang dilakukan, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Pelaksanaan Manajemen Laktasi oleh Bidan pada Ibu
Hamil di Klinik Sally Medan.
Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu “
Bagaimanakah Pelaksanaan Manajemen Lakatasi oleh Bidan pada Ibu Hamil di
Klinik Sally Medan Tahun 2014? ”
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pelaksanaan Manajemen laktasi oleh Bidan pada Ibu Hamil
di Klinik Sally tahun 2014.
2.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Distribusi frekuensi Motivasi Bidan dalam Pelaksanaan
Manajemen Laktasi Oleh Bidan Pada Ibu Hamil di Klinik Sally Medan Tahun
2014.
2. Untuk mengetahui Distribusi frekuensi Konseling Bidan dalam Pelaksanaan
Manajemen Laktsasi Oleh Bidan Pada Ibu Hamil di Klinik Sally Medan
Tahun 2014.
3. Untuk
mengetahui
Distribusi
frekuensi
Perawatan
Payudara
dalam
Pelaksanaan Manajemen Laktasi Oleh Bidan Pada Ibu Hamil di Klinik Sally
Medan Tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Pelayanan Kebidanan
Sebagai bahan masukan dan untuk menambah wawasan bagi pelayanan
kebidanan dalam rangka pemberian pelayanan kebidanan secara promotif
terhadap ibu khususnya dalam pelaksanaan manajemen laktasi pada ibu hamil.
2.
Bagi Responden
Membantu ibu hamil dalam persiapan manajemen laktasi dan mempersiapkan
inisiasi menyusui secara dini pasca melahirkan.
3.
Bagi Tempat Peneliti
Menjadi salah satu tambahan/sumber informasi dalam memberikan pelayanan
tentang manajemen laktasi dalam mencapai keberhasilan ASI eksklusif.
4.
Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan perbandingan dan masukan untuk melakukan penelitian
selanjutnya tentang pelaksanaan manajemen laktasi atau variabel penelitian
yang lebih lengkap dengan metode penelitian yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
Download